Pentingnya Listrik dan Pembiayaan Pembangunannya* Dr. Anwar Nasution Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi UI *Presentasi pada Seminar Infrastruktur Tenagalistrikan, Ruang Balai Tirta, Gedung Balairung, Kampus UI, Depok, Senin, 30 Maret 2015, pukul 9:00-12:00 1 Tenaga listrik dan pembangunan nasional • Listrik adalah merupakan keperluan dasar bagi kehidupan manusia modern; • Kekurangan tenaga listrik perlu segera diatasi untuk membangun sektor industri yang padat karya dan berorientasi pasar ekspor; • Hanya dengan pembangunan industri yang padat karya tersebut dapat diciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja Indonesia yang surplus dan dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang rendah; • Melalui strategi industrialisasi seperti itu, pada awalnya negaranegara Asia Timur hanya merupakan produsen barang murahan dan tusuk gigi maupun plywood yang dibuat dari kayu tropis yang ditebang di Indonesia. Melalui alih teknologi dan latihan kerja, sekarang mereka sudah merupakan produsen komoditi canggih ke seluruh dunia; 2 Tranmigrasi Penduduk bukan solusi • Transmigrasi penduduk dari sektor pertanian di Pulau Jawa ke sektor yang sama di luar Jawa bukanlah merupakan solusi untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan Rakyat. Alasannya adalah karena produktipitas yang lebih rendah di sektor pertanian dibanding dengan di sektor industri dan dengan dinamika yang lebih lambat pula; • Indonesia tidak punya lahan pertanian yang luas seperti Australia, USA, Canada maupun Argentina, Ukraina dan Rusia serta Brasil sehingga bisa mengelolanya secara modern; 3 Ekspor TKI pun bukan solusi • Tanpa adanya lapangan kerja, Indonesia akan terus menerus mengekspor TKI ke manca negara untuk memperoleh penghidupan yang layak; • Pada jaman VOC, TKI diekspor penjajah ke Suriname dan New Caledonia naik kapal laut untuk menjadi buruh perkebunan dan pertambangan; • Dewasa ini, TKI membeli tiket penerbangan sendiri untuk memperoleh pekerjaan yang lebih kurang sama di manca negara; • Seperti dimasa lalu, TKI masih diperlakukan seperti budak di berbagai negara; 4 Industri Pengolahan Komoditi Primer (1) • Indonesia pun ingin mengolah hasil komoditi primernya lebih banyak untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi: pertanian, perikanan laut dan pertambangan; • Dewasa ini minyak kelapa sawit dari Sumatra dan Kalimantan di ekspor ke Malaysia untuk diolah guna menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Selain bahan baku, tenaga kerja di pabrik pengolahannya pun adalah berasal dari Indonesia; 5 Industri Pengolahan Komoditi Primer (2) • Industri pengolahan komoditi primer (smelters) itu bersifat skala ekonomi dan padat enerji. Juga diperlukan pelabuhan besar dengan laut yang dalam maupun angkutan darat massal untuk menghemat ongkos produksi. Pada saat ini, Indonesia tidak memiliki sumber enerji murah, pelabuhan besar dan kereta api yang menghubungkan tambang dengan pelabuhan laut; • Hanya Inalum yang memiliki pembangkit listrik tenaga air yang menggunakan air terjun Sigura-gura di Sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba. Hanya ada dua proyek hydro power besar seperti itu didunia, yakni Inalum dan Itaipu di Brasil. Inalum memproses biji bauksit yang diimpor dari Amerika Latin dan Australia. Hasilnya dijual ke pasar dunia; • China punya Three Gorges Dam sumber listrik murah untuk menggerakkan industri smelters nya. 6 Orientasi ekspor • Industri dalam negeri harus diarahkan pada pemenuhan pasaran ekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia yang sangat besar. Hanya melalui persaingan pasar dunia efisiensi dapat ditingkatkan; • Ekspor perlu ditingkatkan guna meningkatkan tabungan nasional. Peningkatan ekspor sekaligus diperlukan untuk memperoleh devisa agar dapat membeli peralatan modal untuk alat kerja, mengimpor teknologi serta keahlian dan pendidikan dari manca negara maupun keperluan lain termasuk beribadah Haji bagi umat Islam; 7 BUMN dan Pengusaha Indonesia • Produktipitas dan daya saing perusahaan Indonesia (termasuk BUMN dan BUMD) masih perlu untuk ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar regional dan global; • Sayangya, berbeda dengan di Asia Timur, tidak seorang pun diantara orang kaya Indonesia yang disebut dalam Majalah Forbes yang merupakan industriawan untuk pasar ekspor; • Tidak seorang pun diantara pengusaha Indonesia yang sudah mampu menyamai Charun Phokpan dari Thailand yang menguasai pakan teknak di Asia. Perusahaan Thailand juga memiliki pabrik pengalengan ikan tuna terbesar didunia. Perusahaan Alibaba dari RRC sudah masuk bursa New York; 8 Sifat Industri Listrik • Industri listrik merupakan industri yang memerlukan modal besar dan berjangka panjang untuk membiayai tiga jenis infrastrukturnya, yakni: • (a) pembangkit atau generator; • (b) jaringan transmissi yang menyalurkan tenaga listrik dari sumbernya ke daerah konsumsi; dan • (c) jaringan distribusi yang mendistribusikan listrik kepada pelanggan; 9 Sumber tenaga listrik • Dewasa ini, tenaga listrik di Indonesia di adalah terutama berasal dari generator mesin diesel yang menggunakan bahan bakar solar; • Penggunaan gas bumi semakin meningkat sedangkan hydro masih terbatas; • Tenaga nuklir, panas bumi, surya, angin masih dalam rencana; 10 Pemilikan infrastruktur listrik (1) • Hampir seluruh infrastruktur listrik (generator, jaringan transmissi dan distribusi di Indonesia adalah dikuasai oleh PLN; • Monopoli PLN itu sangat tidak efisien dan manajemennya sangat rumit karena Indonesia adalah satu negara kepulauan dengan jumlah pulau-pulau lebih dari 17 ribu pulau besar dan kecil; • Pada awal 1990 an dimulai privatisasi generator listrik. Privatisasi itu hanya sekedar memindahkan hak monopoli PLN kepada segelintir kroni penguasa politik yang tidak punya modal, teknologi maupun pengalaman; • Peranan koperasi hampir tidak ada dalam penguasaan infrastuktur listrik walaupun Pasal 33 UUD 1945 menyebut badan usaha itu sebagai salah satu soko guru utama dalam perekonomian nasional; 11 Pemilikan infrastruktur listrik (2) • Karena dua hal, program Pemerintah untuk menambah kapasitas pembangkit tenaga listrik (Fast Track I dan II) masih berbau Orde Baru. Pertama, program itu bersifat sentralistis dan belum mengundang partisipasi Pemda. Kedua, masih menggantungkan pembelanjaan pembangunan infrastruktur listrik pada APBN dan pinjaman luar negeri; • Dewasa ini, RRC menjadi tumpuan harapan program tersebut, apakah melalui investasi BUMN nya, pinjaman langsung dari Pemerintahnya maupun pinjaman dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang segera akan didirikan olehnya; 12 Pemilikan Infrastruktur Listrik (3) • Untuk menambah kapasitas produksi listrik dan meningkatkan efisiensi penyediaannya dan memodernisir teknologinya, ada beberapa hal yang kiranya perlu dilakukan, yakni: • (i) mengakhiri monopoli PLN dengan mengundang partisipasi modal swasta maupun peranan Pemda dalam menyediakan dan mengoperasikan infrastruktur listrik; • (ii) Memecah PLN menurut beberapa wilayah kerja; • (iii) Memobilisir modal dalam negeri maupun pasar luar negeri berjangka panjang untuk membangun infrastuktur listrik; • (iv) Membangun kembali Bank Tabungan Pos untuk memobilisir tabungan masyarakat guna membangun insfrastuktur listrik tersebut; 13 Teknologi milik PLN • • • • • • Indonesia adalah negara miskin yang menggantungkan pembangunan listriknya pada bantuan serta pinjaman luar negeri; Karena pinjaman dan bantuan luar negeri itu adalah merupakan “tied aid”, PLN tidak bisa membeli generator di pasar dunia berdasarkan teknologi maupun harga yang terbaik. Dengan demikian, generator PLN yang ada adalah berasal dari negara pemberi bantuan; Sebelum tahun 1966, generator PLN adalah terutama berasal dari negara-negara sosialis baik Rusia maupun Eropa Timur yang memberikan bantuan luar negeri pada Indonesia; Selama 32 tahun Orde Baru, 1966-1998, seluruh defisit APBN hanya dibelanjai dengan pinjaman luar negeri dari sumber resmi kelompok negara-negara Barat yang tergabung dalam IGGI/CGI. Dengan demikian, sumber generator PLN juga beralih ke negara-negara tersebut; Setelah reformasi, peranan RRC sebagai pemasok generator menjadi semakin meningkat, apalagi setelah AIIB berdiri; Pada umumnya, teknologi generator dari negara-negara Barat adalah lebih canggih daripada teknologi asal Rusia dan Eropa Timur serta RRC; 14 Partisipasi Pemda dan Modal Swasta • Partisipasi Pemda dalam pemilikan infrastruktur listrik dapat dipelajari dari pengalaman negara-negara lain. Tujuan pokok dari otonomi daerah adalah untuk merangsang Pemda saling bersaing guna menciptakan nilai tambah serta lapangan kerja di daerahnya untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan Rakyat; • Peran swasta juga dapat dipelajari dari privatisasi di Inggris pada era Perdana Menteri Tatcher pada awal tahun 1980 an yang diikuti oleh Australia dan negara-negara lain. Bank Dunia dan ADB mempromosikan Public-Private Cooperation. Privatisasi dalam listrik bukan saja menyangkut generator tapi juga jaringan transmissi dan distribusi; 15 Sumber Dana Pembangunan Listrik • Sumber dana pembangunan infrastruktur listrik semakin luas dalam era deregulasi dan globalisasi dewasa ini. Pemanfaatan dana global semakin terbuka dengan dekatnya jarak antara Indonesia dengan Hong Kong sedangkan Singapura berada ditengah jantung Indonesia; • Sebagaimana tercermin dari Grafik-1 pilihan itu semakin luas dan bukan saja saham serta ekuitas. Baik PLN maupun Pemda kini boleh menjual berbagai bentuk surat utang atau obligasi baik dalam Rupiah maupun dalam valuta asing (municipal bonds, zero-coupon municipal bonds, corporate bonds maupun Government-sponsored enterprises (GSE) debt securities). Menurut UU Keuangan Negara yang perlu dijaga Pemda adalah agar nilai defisit APBD nya tidak boleh lebih dari 3 persen PDRB dan nilai hutang masksimum sebesar 60 persen dari PDRB. Tidak perlu takut berutang selama utang itu digunakan untuk meningkatkan produksi dan produktipitas sehingga dapat melunasi hutang kembali; • Agar dapat menjual obligasi PLN dan Pemda harus memperbaiki kualitas dan transparansi laporan keuangannya. Kemampuan Pemda untuk memungut pajak juga perlu ditingkatkan; 16 Graf ik 1. Electric Power Financing Model 17