AROMATERAPI INHALASI SEBAGAI EVIDENCE BASED NURSING PADA PASIEN GGK YANG MENJALANI HEMODIALISA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN Widiyono1 Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Medikal Bedah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. korespodensi : Gang Sadewa 14 Perum Ambarketawang Indah Meijing Wetan Gamping 55291 Yogyakarta Phone : +6285228893002 Email : [email protected] 1 Abstract : Aromatherapy inhalation is the most effective adn safely complementary used, Psychological problem as a result of physicaldisorder more common in patients with chronic illness, especially Chronic Renal Failure who undergoing hemodialysis. The objectiveis to describe the application of lemon aromatherapy inhalation to descrease the level of anxiety to Chronic Renal Failure who undergoing hemodialysis as an Evidence Based Nursing (EBN). The method of this paper was case study conductuted Ners Profesion Hemodialysis Stase in the implementation EBN at inpatient Hemodialysis Unit RSUD Wates for 3 weeks, in the span of 16th August until 10th September 2015. The lemon aromatheray Inhalation is done for 2 times a week, 30 minutes. The Participant this study all CRF patient who undergoing of hemodialysis at Hemodialysis Unit RSUD Wates. Total sample is 30 participant. Obtained a lemon aromatherapy inhalation is able to decrease patient anxiety level, seen from HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) score. The result show that from 30 participant, 16 participant didn’t anxiety, moderate anxiety 9 participant and mild anxiety 5 participant. The respone of patients after undergoing aromatherapy inhalation a reporting session feel relax and conform in Fistula needle insertion to dailys acces by nurse and reduce the nausea and vomiting symptoms. For the effective aromatherapy on the patient, let the hospital provides facilities such as aromatherapy inhalation equitment because this intervention effectively decrase patient anxiety at hemodyalis unit. Suggest to nurse must using this therapy to one part of nursing intervension. Key Word: aromatherapy inhalation, hemodialysis, anxiety Abstrak : Aromaterapi inhalasi, merupakan terapi komplementer yang paling efektif dan aman digunakan. Masalah psikologis seabagai dampak dari gangguan fisik banyak terjadi pada pasien penyakit kronis, terutama Gagal Ginjal Kronik (GGK). Tujuan penulisan ini memaparkan aplikasi dari pemberian terapi inhalasi untuk mengurangi kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis (HD) sebagai suatu evidence based nursing (EBN). Metode penulisan ini berupa case study pelaksanaan EBN praktik ners stase peminataan hemodialisa di lakukan di unit Hemodialisa RSUD Wates, Selama 3 minggu, dalam rentang waktu tanggal 16 Agustus hingga 9 September 2013. Aromaterapi inhalasi diberikan 2 kali seminggu, 30 menit. Partisipan dalam penerapan EBN ini adalah pasien GGK yang menjalani HD dengan 1 tahun menjalani HD sebanyak 30 sampel, didapatkan pemberian aromaterapi inhalasi dengan aroma lemon mampu menurunkan cemas pasien ditunjukkan dari hasil penurunan skor HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) .Didapatkan hasil setelah pemberian aromaterapi inhalasi adalah dari 30 pasien, sebanyak 13 responden tidak mengalami cemas, 10 responden berikutnya termasuk dalam kategori cemas ringan, 7 responden selanjutnya termasuk dalam kategori cemas sedang. Respon pasien setelah diberikan aromaterapi inhalasi melaporkan merasa lebih tenang dan nyaman saat akan di lakukan pemasangan invasif jarum fistula dialisis, dan mampu mengurangi gejala mual dan muntah efek HD. Diketahui dengan pemberian aromaterapi inhalasi aroma lemon dapat menurunkan tingkat kecemasan dalam menjalani hemodialisa, maka tentunya intervensi ini sangat dianjurkan untuk diberikan pada pasien GGK yang menjalani HD dan rumah sakit bisa memberikan fasilitas seperti alat untuk melakukan aromaterapi inhalasi ini. Kata Kunci : aromaterapi inhalasi, hemodialis, kecemasan 1 PENDAHULUAN Penyakit termasuk berdasarkan data survey yang gagal ginjal kronik dilakukan PERNEFRI mencapai 30,7 masalah yang sangat juta penduduk yang mengalami penting. Penyakit gagal ginjal yang Penyakit Ginjal Kronik dan menurut tidak ditatalaksana dengan baik dapat data PT. ASKES ada sekitar 14,3 juta memperburuk kearah penyakit ginjal orang stadium akhir yang membutuhkan Tingkat Akhir yang saat ini menjalani terapi pengobatan (PERNEFRI, 2013) pengganti ginjal permanen berupa hemodialisis atau transpaltasi ginjal. Diseluruh dunia, penderita Penyakit Ginjal Pada tahun 2011 di Indonesia terdapat terdapat 15.353 pasien yang baru sekitar satu juta orang penderita menjalani HD dan pada tahun 2012 penyakit gagal ginjal kronik yang terjadi menjalani terapi pengganti (dialisis menjalani HD sebanyak 4.268 orang atau transplantasi) pada tahun 1996 sehingga jumlah ini akan meningkat menjadi terdapat19.621 dua juta orang pada tahun 2010 menjalani HD. Sampai akhir tahun (Firmanyah, 2010). 2012 terdapat 244 unit hemodialisis di Di Indonesia, menurut data dari PERNEFRI (Persatuan Indonesia) pada peningkatan secara pasien pasien yang keseluruhan yang baru Indonesia (IRR, 2013). Nefrologi tahun 2011 diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronik tahap akhir dan yang menjalani terapi hemodialisis hanya 4000 sampai 5000 orang. Pada tahun 2012 dalam survey komunitas yang dilakukan didapatkan Pasien GGK yang memilih HD prevalensi populasi yang memiliki sebagai terapi pengganti fungsi ginjal gangguan ginjal sudah ada 12,5% akan menjalani terapi tersebut seumur yang diujikan terhadap 9.412 populasi hidupnya kecuali pasien menjalani di transplantasi ginjal (Rahardjo dkk., 4 PERNEFRI Gambar 1. Hemodialisa kota Indonesia (Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali) yang 2006:591). disampaikan oleh Dharmeizar sebagai GGK terhadap HD seumur hidupnya, Ketua PERNEFRI. Pada tahun 2013 2 Ketergantungan pasien akan berdampak luas dan kecemasan berat, dan 1 orang (2%) menimbulkan masalah baik secara fisik, psikososial, dan mengalami panik. ekonomi. Kecemasan adalah kekhawatiran Kompleksitas masalah yang timbul yang tidak jelas dan menyebar yang pada pasien GGK yang menjalani HD berkaitan dengan perasaan tidak pasti akan timbulnya dan tidak berdaya (Stuart, 2006). tersebut Dokter dan perawat yang bertugas di mengakibatkan kecemasan pada pasien (Indrawati et al., 2009). Penderita gagal unit hemodialisa telah berkolaborasi ginjal kronik untuk mengurangi kecemasan pasien harus melakukan cuci darah, yang GGK yang menjalani HD dengan cara merupakan untuk pemberian obat anticemas (anxiolytic). membebaskan tubuh seseorang dari Hasil yang diperoleh dari pemberian pembakaran makanan khususnya sisa- obat tersebut cukup membantu pasien, sisa pembakaran protein dan cairan akan tetapi petugas kesehatan juga tubuh yang berlebihan. Penderita akan cukup mengkhawatirkan efek samping mengalami yang ditimbulkan oleh obat anticemas. tindakan medis suatu dependence- independence conflict. Biasanya hidup Berkenaan dengan secara diperlukan sebuah mandiri, sekarang merasa hal tersebut, terapi non- hidupnya bergantung pada mesin cuci farmakologis yang dapat membantu darah. Melihat masalah yang dihadapi terjadinya para penderita gagal ginjal kronik kecemasan menderita menjalani HD. kecemasan kecemasan merupakan dimana salah penurunan pasien tingkat GGK yang satu Saat ini, Complementary and gangguan yang ada pada psikologis Alternative Medicine (CAM) sudah manusia (Suhud, 2001). mulai digunakan dan dikembangkan Dari penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningsih dalam dunia kesehatan. Penggunaan (2011) CAM dalam dunia kesehatan mengindikasikan bahwa dari 45 orang diharapkan dapat menjadi pelengkap yang menjalani terapi hemodialisis, dari terdapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan, 6 orang (13%) tidak perawatan medis dan dapat mengalami kecemasan, 9 orang (20%) khususnya mengalami kecemasan ringan, 22 keperawatan (Tzu, 2010). Salah satu orang (49%) menagalami kecemasan jenis dari CAM yang sedang populer sedang, 7 orang (16%) mengalami digunakan dalam bidang kesehatan 3 tenaga di bidang yaitu aromaterapi (Watt & Janca, membuktikan bahwa aroma lemon 2008). dapat memberikan efek rileks pada Aromaterapi adalah terapi yang pasien pre operasi sectio cessaria menggunakan minyak essensial yang (p<0,05). dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya (Watt & Janca, 2008). Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, Gambar 2. Minyak Essensial Lemon antara lain inhalasi, berendam, pijat, untuk Aromaterapi dan kompres (Bharkatiya et al, 2008). Berdasarkan studi pendahulan Dari keempat cara tersebut, cara yang yang dilakukan di Unit Hemodialisa tertua, RSUD termudah, diaplikasikan dan adalah tercepat aromaterapi Wates pada awal Bulan September tahun 2013. Dari delapan inhalasi. pasien yang menjalani HD, lima orang Mekanisme kerja perawatan (62,5%) mengatakan dirinya aromaterapi dalam tubuh manusia mengalami kecemasan saat menjalani berlangsung HD dengan mengalami tanda-tanda melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan merasa sistem penciuman. Wewangian dapat debar, serta khawatir terhadap efek mempengaruhi kondisi psikis, daya samping setelah HD (misalnya mual ingat, dan emosi seseorang (Wong, dan kepala terasa pusing). 2010). Aromaterapi lemon merupakan observasi terhadap 2 orang pasien jenis dapat GGK yang menjalani hemodialisa saat digunakan untuk mengatasi nyeri dan akan dilakukan pemasangan akses cemas. Zat yang terkandung dalam sarana lemon salah satunya adalah linalool perawat, pasien yang berguna untuk menstabilkan tangan, ekspresi sistem sementara aroma saraf menimbulkan terapi yang sehingga efek tenang dapat bagi jantung berdebar- hubungan menyeringai siapapun yang menghirupnya (Wong, 2010). tegang, sirkulasi tampak dan oleh menarik tidak seorang Hasil rileks, yang lain merintih kecil. Pemasangan akses sarana hubungan Penelitian Yuliadi (2011) 4 sirkulasi merupakan salah satu stressor POPULATION Pasien GGK yang yang mempengaruhi kecemasan pasien menjalani yang menjalani hemodialisa, tetapi hemodialisa yang antara pasien yang satu dengan yang mengalami lain tampak kecemasan yang berbeda. kecemasan Dari fenomena kecemasan pada INTERVENTION Pemberian pasien GGK yang menjalani HD, aromaterapi maka pertanyaan klinis yang muncul inhalasi “Apakah 30 menit adalah : pemberian aromaterapi inhalasi aroma lemon COMPARATION Tidak selama dilakukan pada pasien GGK yang menjalani HD intervensi di Unit Hemodialisa dapat mengurangi perbandingan kecemasan?” OUTCOME Kecemasan akan mengalami TUJUAN penurunan Memaparkan aplikasi pemberian aromaterapi inhalasi menurunkan pasien untuk ntingkat kecemasan yang menjalani GGK dengan pemberian aromaterapi inhalasi 30 menit hemodialisa sebagai suatu Evidence dinilai Based Nursing (EBN). BAI METODE Dari Tulisan ini berupa case study pelaksanaan profesi EBN ners hemodialisa selama stase STIKES selama penjabaran yang dengan berdasarkan konsep PICO diatas, maka kata kunci praktik adalah : peminatan aromatherapy inhalation, hemodialysis, anxiety JENDERAL Ringkasan jurnal EBN : ACHMAD YANI Yogyakarta Agustus Evidence yang diangkat dari – Oktober 2015 yang berlangsung di proposal ini berasal dari uji random Unit Hemodialisa RSUD Wates. (RCT) Leila et al (2013) berjudul The Untuk mengidentifikasi suatu evidence study of effect aromatherapy on the based maka dilakukan melaui analisa anxiety rate and cortisol plasma PICO, secara rinci adalah : change on hemodialysis patients. Studi Tabel 1. Analisa PICO ini bertujuan untuk menguji pengaruh 5 aromaterapi pasien yang GGK hemodialisa kecemasan diberikan pada inhalasi sebanyak dua kali perlakuan, menjalani responden dihitung kembali mengenai menurunkan tingkat kecemasannya tepat 30 menit yang untuk dan penurunan kadar setelah pemberian aromaterapi inhalasi kortisol dalam darah. Dalam studi ini berakhir (pos test). mengguanakan kelompok intervensi dan kontrol serta Dalam dilakukan menentukan jumlah partisipan, penulis terlebih dahulu randomisasi dan single blind clinical melaksanakan skrinning dengan trial. menggunakan teknik non probability sampling terhadap beberapa responden PELAKSANAAN EBN : Aromaterapi bentuk terapi sesuai inhalasi adalah komplementer dengan kriteria inklusi. Partisipan yang dipilih adalah pasien dan GGK yang menjalani HD di unit merupakan intervensi keperawatan. Hemodialisa RSUD Wates. Adapun Dalam kriteria inklusi dan ekslusinya adalah pelaksanaan EBN ini, aromaterapi inhalasi diberikan kepada sebagai berikut : seluruh sampel selama 30 menit setiap Adapun kriteria inklusinya adalah : kali HD sebanyak dua kali perlakuan. a). Pasien GGK yang menjalani Aromaterapi inhalasi disajikan dalam hemodialisa di Unit Hemodialisa bentuk tissue yang sudah diteteskan RSUD Wates Kulon Progo. dengan minyak essensial lemon (3 b). Bersedia menjadi responden. tetes atau 0,3 ml) yang diletakkan c). Pasien GGK menjalani hemodialisa tepat di sebelah bantal responden (jarak 20-30 cm dari sebanyak 2 kali seminggu. hidung d). Pasien GGK yang memiliki indra responden) dan dihirup oleh responden penciuman yang baik saat dimulainya pemasangan akses Sedangkan kriteria eksklusinya : hubungan perawat a). Pasien GGK yang menderita alergi sampai HD berlangsung selama 30 atau memiliki riwayat penyakit menit pertama. Tingkat kecemasan pernafasan sirkulasi oleh diukur menggunakan HARS b). Pasien GGK dengan pengunaan (Hamilton Anxiety Scale) antidepresi dan ketergantungan setelah itu inhalasi responden Rating diberikan aroma aromaterapi lemon. diberikan obat Setelah Gambaran aromaterapi responden 6 tingkat sebelum kecemasan diberikan aromaterapi inhalasi yaitu sebanyak 20 bervariasi, mulai dari kepala pusing, responden (67%) mengalami cemas merasa tegang, sulit atau sesak nafas, ringan, 10 responden (34%) termasuk jantung berdebar, khawatir dengan ke dalam kategori cemas sedang. situasi yang Setelah diberikan aromaterapi inhalasi dingin, sampai sebanyak dua kali perlakuan, terjadi termasuk dalam terhadap kematian. perubahan yang signifikan dialami, berkeringat merasa ketakutan pada Doengoes (2000) mengemukakan tingkat kecemasan responden, dimana bahwa pasien yang menjalani terapi tingkat responden hemodialisa biasanya akan merasa mengalami penurunan. Terdapat 13 cemas yang disebabkan oleh krisis responden (43%) tidak mengalami situasional, ancaman kematian, dan cemas, 10 responden (33%) berikutnya tidak mengetahui hasil dari terapi yang termasuk dilakukan tersebut. Pasien dihadapkan kecemasan dalam kategori cemas ringan, 7 responden (24%) selanjutnya pada berapa lama termasuk hemodialisa diperlukan dan harus dalam kategori cemas ketidakpastian sedang, dan tidak ada responden (0%) dapat menerima kenyataan bahwa yang mengalami cemas berat. terapi hemodialisa akan diperlukan sepanjang hidupnya serta memerlukan PEMBAHASAN biaya yang besar. Berdasarkan hasil wawancara Masalah psikologis yang dilakukan pada responden 10 kecemasan menit sebelum responden melakukan ditemukan pada pasien GGK yang HD, diperoleh data bahwa tingkat menjalani HD karena pasien harus kecemasan sebelum menjalani HD dalam periode waktu diberikan aromaterapi inhalasi yaitu yang lama (Itai et al, 2002). Seseorang tidak ada responden (0%) yang tidak yang mengalami cemas dan mengalami berkepanjangan cemas berat, 20 responden mengalami berbagai persoalan seperti masalah cemas ringan, dan 10 responden yang keuangan, mempertahankan pekerjaan, mengalami cemas sedang. dorongan seksual yang menghilang Di responden samping Dari depresi menjalani akan dapat hemodialisa dihadapkan 30 serta impotensi, khawatir terhadap responden didapatkan data bahwa perkawinan dan ketakutan terhadap gejala kecemasan yang umumnya kematian (Bare and Smeltzer, 2002). terjadi Selain itu, perasaan ketergantungan pada itu, dan seperti responden sangat 7 yang berlebihan pada mesin dialisis, dimana tenaga terapi mengakibatkan terjadinya kecemasan pengobatan merupakan salah satu pada seseorang (Butje & Shattell, elemen yang tidak diinginkan oleh 2008). kesehatan, dan hormon ini dapat pasien GGK yang menjalani HD yang Salah satu efektivitas kandungan dapat menyebabkan kecemasan serta kimia dalam minyak esensial dapat perubahan pada harga diri pasien. mempengaruhi aktivitas fungsi kerja Usia, tingkat pendidikan, frekuensi otak HD, berhubungan status sosial juga memiliki melalui sistem saraf dengan indera pengaruh yang cukup besar terhadap penciuman. Respon insiden merangsang peningkatan kecemasan yang dialami yang ini akan aktivitas pasien GGK yang menjalani HD neutrotransmiter, (Klaric et al, 2009). dengan pemulihan kondisi psikologis Setelah dilakukan pemberian terjadi kecemasan. tingkat Dari keinginan (Jaelani, 2009). penurunan 30 berkaitan seperti emosi, perasaan, pikiran, dan aromaterapi inhalasi dengan aroma lemon yaitu Saat pemberian aromaterapi, responden, minyak atsiri masuk dalam tubuh terdapat 13 responden (43%) tidak manusia melalui tiga jalan utama yaitu mengalami ingesti, cemas, 10 responden olfaksi, dan inhalasi (33%) berikutnya termasuk dalam (Koensoemardiyah, 2009). Menghirup kategori cemas ringan, 7 responden minyak aromaterapi dianggap sebagai (24%) selanjutnya termasuk dalam penyembuhan kategori cemas sedang, dan tidak ada langsung, hal tersebut dikarenakan responden molekul-molekul (0%) yang mengalami cemas berat. yang Aromaterapi inhalasi terhadap yang mudah esensial menguap bereaksi langsung pada organ penciuman dan langsung kesadaran (Sutrani et al, 2004). kecemasan. yang menurunkan Molekul-molekul terkandung dalam dan minyak minyak esensial dapat meningkatkan dan cepat bau Bau minyak terhadap dipersepsikan oleh berpengaruh otak manusia, langsung seperti esensial memberikan efek positif pada narkotika. sistem dapat kemampuan untuk membedakan lebih pengeluaran Adreno dari 100.000 bau yang berbeda yang Hormone (ACTH) saraf menghambat Corticotrophic pusat, yaitu mempengaruhi 8 Hidung otak manusia memiliki tanpa disadari. Bau-bauan tersebut masuk ke Factor (CRF). Proses selanjutnya hidung dan berhubungan dengan silia. yaitu Reseptor pituitary untuk meningkatkan produksi di silia mengubah bau CRF merangsang kelenjar tersebut menjadi impuls listrik yang Proopioidmelanocortin dipancarkan ke dan sehingga produksi enkephalin oleh mempengaruhi bagian yang medulla adrenal meningkat. Kelenjar (suasana pituitary juga menghasilkan endorphin berkaitan otak dengan otak mood (POMC) hati),emosi, ingatan, dan pembelajaran sebagai (Tara, 2005). mempengaruhi suasana hati menjadi Saat minyak esensial dihirup, neurotransmitter yang rileks (Buckle, 2003). molekul bau yang terkandung dalam Hal tersebut dikuatkan oleh (2009) yang minyak esensial lemon (linalool Koensoemardiyah asetat) diterima oleh olfactory menyatakan bahwa ketika minyak ephitelium. Setelah di atsiri dihirup, molekul yang menguap olfactory ephitelium, molekul bau (volatile) dari minyak tersebut dibawa ditransmisikan sebagai suatu pesan ke oleh arus udara ke “atap” hidung di pusat penghidu yang terletak di bagian mana silia-silia yang lembut muncul belakang hidung. Pada tempat ini, dari sel-sel reseptor. Ketika molekul- berbagai sel neuron mengubah bau molekul itu menempel pada rambut- tersebut dan menghantarkannya ke rambut susunan elektrokimia saraf diterima pusat (SSP) yang tersebut, suatu akan pesan ditransmisikan selanjutnya dihantarkan menuju sistem melalui bola dan saluran olfactory ke limbik otak (Buckle, 2003). dalam sistem limbic. Hal ini akan Sistem limbik otak merupakan tempat penyimpanan pengaturan suasana memori, hati, emosi merangsang memori emosional. Hipotalamus sebagai relay dan dan respons berperan regulator, senang, marah, kepribadian, orientasi memunculkan pesan-pesan yang harus seksual, dan tingkah laku. Pada sistem disampaikan ke bagian lain otak dan limbik, molekul bau akan dihantarkan bagian menuju diterima kemudian diubah menjadi hipothalamus diterjemahkan. Di untuk badan lain. hipothalamus, tindakan seluruh unsur pada minyak esensial senyawa merangasang menyebabkan relaks (Jain, 2011). hipothalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing 9 yang Pesan berupa yang pelepasan eletrokimia yang Menurut Indah (2013) pengaruh minyak lemon terhadap oleh Yuliadi (2011) tentang pengaruh perasaan citrus aromaterapi terhadap penurunan rileks disebabkan oleh kandungan ansietas pada pasien pre operasi sectio kimia utama minyak lavender adalah cesarea didapatkan hasil uji p-value linalool yang dapat meningkatkan 0,037 karena nilai p < α (0,05) maka sirkulasi dan menghantarkan pesan H0 ditolak. Ini membuktikan pada elektrokimia ke susunan saraf pusat. tingkat Selanjutnya linalool signifikansi 95% citrus memberikan efek ini akan aromaterapi spasmolitik serta pengaruh significant terhadap menurunkan aliran impuls saraf yang penurunan tingkat ansietas. mentransmisikan nyeri dan mereduksi Disarankan penggunaan ketegangan. aromaterapi sebagai menyebabkan citrus intervensi Selain itu, kandungan linalool keperawatan pada klien ansietas pre asetat sebagai komposisi utama dalam operasi sectio cesarea dengan catatan minyak esensial lemon dinilai mampu tidak memiliki riwayat alergi saluran mengendurkan melemaskan napas dan golongan citrus. Selain sistem kerja saraf dan otot-otot yang terapi komplomenter, tindakan nursing tegang dengan cara menurunkan kerja care juga dapat diberikan sebagai dari saraf simpatis saat seseorang terapi non farmakologis salah satunya mengalami kecemasan. Saraf simpatis yaitu teknik relaksasi yang juga dapat yang menurunkan tekanan darah dan efektif dan membawa vasokonstriksor serabut akan saraf mengalami dalam menurunkan kecemasan. penurunan kinerja saat linalool asetat masuk tubuh melalui ini juga Pemberian aromaterapi inhalasi mengakibatkan menurunnya produksi mampu menurunan tingkat kecemasan epinefrin yang dikeluarkan oleh ujung- pasien ujung saraf vasokonstriksor sehingga menjalani gejala kecemasan seperti peningkatan Wates sehingga pasien lebih siap frekuensi nadi dan pernafasan, tekanan menjalani pengobatan dengan segala darah, mengalami penurunan bahkan efek sampingnya. Kandungan unsur- tidak dirasakan lagi. unsur terapeutik dari minyak esensial inhalasi. ke dalam Kondisi PENUTUP gagal ginjal kronik hemodialisis di yang RSUD Hasil pelaksanaan ini juga sejalan dalam pemberian aromaterapi inhalasi dengan penelitian yang di lakukan memperbaiki ketidakseimbangan yang 10 Bare and Smeltzer, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Jakarta. Bharkatiya M, Nema RK, Rathore KS, Panchawat S. (2008). Aromatherapy: Short Overview. International Journal of Green Pharmacy, 2(1):13-16. Buckle, Jane.( 2003). Clinical Aromateraphy: Essential Oils in Practice. Jilid Pertama. Edisi Kedua. London: Churcill Livingstone. Butje, A.B. & Shattell, M. (2008). Healing Scents: An overview of Clinical Aromatherapy for Emotional Distress. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 46(10):46-52. Cahyaningsih, N. (2009). Hemodialisa Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal. Yogyakarta : Mitra Cendika Press Doengoes, Mariynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Firmansyah, Adi. (2010). Usaha Memperlambat Perburukan Penyakit Ginjal Kronik ke Penyakit Ginjal Stadium Akhir. Jakarta: PPDS Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Indrawati SW, Maslihah S, Wulandari A. (2009). Studi Tentang Religiusitas, Derajat Stres, dan Strategi Penanggulangan Stres (Coping Stres) Pada Pasangan Hidup Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisa. Itai, Takahir; Amayasu, Hideaki, Kuribayashi, Michito; Kawamura, Naoko; Okada, Motohiro; Momose, Akishi; terjadi dalam sistem tubuh. Aroma yang terkandung esensial dapat dalam minyak menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah di otak untuk memulihkan daya ingat, mengurangi kecemasan, depresi, dan stress (Buckle). Aromaterapi inhalasi dapat digunakan sebagai salah satu terapi alternatif dan terapi komplementer untuk mengatasi kecemasan yang dialami pasien GGK yang menjalani HD serta meminimalkan efek samping terapi farmakologis. disarankan kepada memberikan Selain itu, perawat intervensi untuk ini ketika melakukan pemasanagan akses dialisis dan juga kepada pasien GGK agar mengikuti pemberian aromaterapi secara teratur terutama saat mengalami kecemasan selama menjalani HD karena aromaterapi inhalasi ini sangat mudah diaplikasikan dan sangat bermanfaat. Bagi rumah sakit akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jika mampu menyediakan fasilitas misalnya alat untuk melakukan aromaterapi inhalasi. DAFTAR PUSTAKA Ackerman, C.,J., Turkoski, B. (2000). Using Guide Imagery to Reduce Pain and Anxiety. Home Healthcare Nurse, 18. 11 Tateyama, Toshiko; Narumi, Kumiko; Uematsu, Waka; Indah, SY. (2013). Keajaiban kulit buah. Surabaya: Tibbun Media Indonesian Renal Registry (IRR), 2013. Report of Indonesian Renal Registry 2011. Perhimpunan Jaelani. (2009). Aromaterapi. Ed.1. Jakarta; Pustaka Populer Obor Jain, R. (2011). Pengobatan alternatif untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kaneko, Sunao. (2002). Psychological Effects of Aromatherapy on Chronic Hemodialysis Patients. Psychiatry and Clinical Neurosciences Journal, 54(2):393–397. Klaric, Miro; Letica, Ivona; Petrov, Bozo; Tomic, Monika; Klaric, Branka Letica, Ludvig; Franciskovic, Tanja. 2009. Depression and Anxiety in Patients on Chronic Hemodialysis in University Clinical Hospital Mostar. Journal of Psychiatric University of Mostar, 33(2):153158. Koensoemardiyah. (2009). A-Z aromaterapi untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Yogyakarta: Andi Leila, Neisi., Sima, Hashemy., Masoud, Azarbeik., Ehsan, B. (2013). The study of effect aromatherapy on the anxiety rate and cortisol plasma change on hemodialysis patients. International Research Journal of Applied and Basic Sciences Vol 6 (6): 882-888 Leyfer OT, Ruberg JL, Borden JW. (2006). Examination of the utility of the Beck Anxiety Inventory and its Factors as a Screener for Anxiety Disorders. Journal of Anxiety Disorder, 20(3):444-458. Markum, HMS. (2006). Gagal Ginjal Akut. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S (Eds.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia. Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Konsensus Dialisis. Jakarta: Depkes: Perhimpunan Nefrolog Indonesia Potter. Patricia A, Perry. Anne G. (2010). Fundamentals of Nursing 7th Edition Buku 2. Alih Bahasa : Nggie. Adrina F., Albar. Marina. Jakarta : Penerbit Salemba Medika. Riesenhuber A, Boehm M, Posch M, Aufrich C. (2006). Dierutic potential of energy drinks, Amino Acids. Stuart, G.W. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan oleh Ramona P dan Egi Komara. 2006. Jakarta: EGC. Stuart and Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC. Suhud, M. (2001). Pedoman gagal ginjal dan dialisis. Jakarta: Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia Sulistyowati. (2009). Pengaruh aromaterapi lavender secara masase terhadap nyeri kanker. Tidak dipublikasikan: Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sustrani, L. (2004). Hipertensi. Jakarta;Gramedia Tara. (2005). Buku pintar aroma terapi, panduan lengkap aroma terapi untuk kesehatan dan kecantikan. Jakarta; Inovasi Tzu, IC. 2010. Aromatherapy: The Challenges for Community 12 Nurses. Journal of Community Nursing, 24(1):18-21. Wong. (2010) . Easing anxiety with aromatherapy. about.com alternative medicine [Jurnal Online]. Diperoleh tanggal 5 September 2013 dari http://altmedicine.about.com/od/ anxiety/a/ anxiety_acupuncture.htm Watt, Gillian and Janca, Aleksandar. 2008. Aromatherapy in Nursing and Mental Health Care. Journal of Contemporary Nurse, 30(1):69-75. Wood, G. L., & Haber, J. (2006). Nursing research methods and critical appraisal for evidencebase practice. (6th ed.). Missouri: Mosby. Yuliadi. (2011). Pengaruh citrus aromaterapi terhadap penurunan ansietas pada klien pre operasi sectio cesarea. Diperoleh pada tanggal 1 Sepember 2013 dari http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/fil edownload/keperawatan/Majalah Ignatius%20Yuli adi.pdf 13