ARTIKEL Judul IDENTIFIKASI POTENSI PRANGKO SERI KESEJARAHAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Oleh G.B. SURYA UTAMA 1014021022 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014 IDENTIFIKASI POTENSI PRANGKO SERI KESEJARAHAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA G.B. Surya Utama Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected] }@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Jenis-jenis prangko seri kesejarahan yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah di SMA, (2) Peristiwa yang terkandung di dalam prangko seri kesejarahan yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Penelitian ini merupakan jenis penelitan deskriptif kualitatif. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian deskriptif kualitatif ialah menggunakan pendekatan sosial yaitu: (1) Penentuan Rancangan Penelitian, (2) Penentuan Lokasi Penelitian, (3) Penentuan Informan, (4) Pengumpulan Data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan (5) Validitas Data yang terdiri dari triangulasi data dan triangulasi metode, (6) Analisis data. Hasil penelitian ini adalah (1) Jenis-jenis prangko seri kesejarahan yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah di SMA adalah semua prangko yang diterbitkan oleh suatu negara untuk memperingati suatu peristiwa kenegaraan. Prangko yang bertemakan seri kesejarahan yang terkait dengan Kurikulum, Silabus diantaranya adalah prangko seri 100 tahun paleontologi di Indonesia, seri pahlawan nasional, sampai dengan prangko seri reformasi serta seri kesejarahan lainnya. (2) Adapun beberapa contoh peristiwa yang terkandung dalam prangko yang bisa dijadikan sumber belajar sejarah sebagai berikut. Pertama, prangko yang bertema revolusi Pertempuran Surabaya yang terbit pada tanggal tahun 1964 yang menggambarkan peristiwa perjalanan Bangsa Indonesia dalam melawan kolonialisme. Kedua, prangko yang bertema pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang terbit pada 17 Agustus 1955 yang menggambarkan peristiwaperistiwa penting atau detik-detik menjelang proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Ketiga, prangko yang bertema reformasi 1998 yang terbit pada tanggal 28 Oktober 1998 tentang peristiwa lengsernya Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Kata-kata Kunci: Prangko Sejarah, Sumber Belajar ABSTRACT This study aims to determine (1) The types of stamps series history that has potential as a source of learning history in high school, (2) events contained in the stamp series history that has potential as a source of learning history in high school. This research is a descriptive qualitative research. Steps being taken in a qualitative descriptive study is to use a social approach, namely: (1) Determination of Design Research, (2) Siting Research, (3) Determination of informants, (4) data collection (observation, interviews, document study) and (5) the validity of the data consists of data triangulation and method triangulation, (6) data analysis. The results of this study were (1) type series history stamps that have potential as a source of learning history in high school are all stamps issued by a country to commemorate an event. Series history stamps related to the curriculum, syllabus which includes a series of stamps paleontology 100 years in Indonesia, a national hero, to reform stamp series and other historical series. (2) As for some examples of events contained in stamps that can be used as a source of learning history as follows. First, the stamps on the theme of revolution Battle of Surabaya which was published in 1964 that describes the events of the trip date the Indonesian nation in the fight against colonialism. Secondly, reading texts themed stamps proclamation of independence of the Republic of Indonesia which was published on August 17, 1955 depicting important events or seconds before the proclamation of Indonesian independence. Third, in 1998 the reform-themed stamps issued on October 28, 1998 on account of the fall of President Suharto, who had ruled for 32 years Keywords: Historical Stamps, Learning Resources A. PENDAHULUAN Seiring perkembangan era komunikasi, jumlah pengguna prangko sebagai kelengkapan surat-menyurat lewat pos, kini kian menurun. Teknologi di bidang komunikasi kini semakin canggih. Akses menuju Dunia luar bisa ditembus dalam hitungan detik. Kemajuan teknologi ini menyisihkan penggunaan sistem komunikasi manual semisal suratmenyurat melalui kantor pos. Prangko tak hanya berkaitan dengan komunikasi. Kertas berukuran mungil itu juga mengandung unsur sejarah dan pendidikan. Gambar yang tertuang dalam prangko merupakan simbol identitas sebuah negara. Bila diperhatikan, gambar pada prangko selalu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa nasional dan daerah atau hal yang berkaitan dengan kehidupan bernegara. Dengan demikian, bila prangko dikumpulkan tahun ke tahun, kita akan melihat uraian sejarah dan ilmu pengetahuan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah (2004) menyatakan, makna prangko bukan hanya berfungsi untuk mengirimkan surat, tetapi merupakan duta bangsa dan sumber ataupun media untuk menceritakan tentang sejarah, tokoh nasional, dan lainlain. Prangko dalam dimensi pendidikan digunakan sebagai sarana untuk sumber atau pun media pembelajaran. Tidak hanya satu bidang studi saja, melainkan beberapa cakupan bidang studi pun bisa terepresentasi lewat prangko. Peneliti mencoba mengejawantahkan atau mengidentifikasi potensi prangko seri kesejarahan sebagai sumber belajar sejarah di SMA meskipun edukasi di dalam prangko tidak hanya sebatas kepada pelajaran sejarah, namun untuk saat ini peneliti lebih memfokuskan pada bidang studi sejarah yang menjadi induk untuk dikaji. Itulah alasannya mengapa prangko disebut terkait dengan dunia pendidikan. Menurut Syamft (2012) dalam rangka mewujudkan pembelajaran sejarah yang ideal diperlukan berbagai perangkat peraturan seperti kurikulum, siswa yang memiliki minat tinggi terhadap mata pelajaran sejarah, guru yang professional sebagai ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar karena dalam proses pembelajaran, guru adalah salah satu faktor penting untuk mensukseskan proses pembelajaran. Namun apabila ditinjau secara umum, pembelajaran sejarah yang dilaksanakan dibeberapa sekolah-sekolah saat ini dirasakan kering dan membosankan. Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi hanya membawa siswa untuk berimajinasi terhadap hal-hal yang diajarkan mengenai peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang mengakibatkan adanya kesulitan bagi para siswa yang daya khayalnya kurang, apalagi dalam pembelajaran peran sumber daya manusia yakni guru selalu menggunakan metode yang sama yaitu ceramah. Peran pendidik semakin terasa seperti radio, yang mana dalam proses belajar mengajar peran guru masih bersifat klasik. Minimnya sarana dan prasarana serta pemilihan sumber belajar yang kurang merangsang siswa untuk belajar menyebabkan siswa kurang berminat untuk mengikuti proses belajar mengajar. Alhasil pembelajaran sejarah yang ideal masih jauh dari harapan. Sudah jelas ini menjadi tanggungjawab para sejarawan pendidik (tentu juga para sejarawan pada umumnya) untuk berupaya menemukan jalan keluar bagi kondisi mata pelajaran sejarah yang tidak pada tempatnya ini. Berangkat dari fenomena inilah, maka diperlukan suatu pemikiran baru sebagai alternatif pemecahan masalahnya atau upaya mengatasi situasi yang tidak menguntungkan posisi pelajaran sejarah itu. Salah satu pembenahan yang bisa dilakukan adalah pengayaan terhadap sumber belajar sejarah. Sebuah inovasi baru dari pendidik untuk meningkatkan semangat belajar sejarah, membangkitkan minat siswa dan bekerja sama dalam mengkomunikasikan hasil belajarnya. Sehingga dengan adanya inovasi baru ini kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan tanpa mengesampingkan tujuan yang ingin dicapai.Seperti dipaparkan di awal, pemilihan prangko sebagai sumber belajar sejarah karena menyiratkan beberapa hal penting tentang hakikat dan eksistensi prangko yang perlu menjadi perhatian kita semua. Hal-hal penting dimaksud adalah : Pertama, Keragaman gambar pada prangko tidak hanya sebatas untuk digemari dan dikoleksi, namun bisa membawa manfaat yang lebih, terutama bagi dunia pendidikan. Kedua, Prangko dengan bermacam-macam seri (Filateli Litelatur, Filateli Tematik, Filateli Tradisional, dsb) ternyata sangat relevan dijadikan sumber belajar. Ketiga, Penggunaan prangko sebagai sumber belajar sejarah secara tidak langsung merupakan bentuk pengakuan bahwa prangko mempunyai kapasitas sebagai salah satu referensi ilmu pengetahuan. Kajian-kajian tentang sumber belajar sejarah sebenarnya sudah banyak dilakukan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Putu Puspa Erlita Suardi (2013) yang meneliti Monumen Perjuangan Bangsal Kawasan Pertigaan Gaji-Dalung-Sempidi, Kabupaten Badung (Studi Tentang Sejarah dan Fungsi Monumen Sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Media Pewarisan Nilai Bagi Generasi Muda di Desa Dalung, Badung. Kemudian oleh I Gede Ardana (2013) yang meneliti Monumen Tanah Aron Sebagai Sumber Belajar Sejarah Bagi Generasi Muda di Desa Bhuana Giri, Bebandem, Karangasem, Bali. Skripsi Isromi Almaidata (2013) yang berjudul Identifikasi Sejarah Masjid Kuno Gunung Pujut di Desa Sengkol, Pujut Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, sebagai Bahan Pengembangan Sumber Belajar Sejarah Lokal, I Wayan Pardi (2013) dengan judul Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Serta penelitian sejenis terkait dengan kajian tentang prangko seperti Intan Sari Boenarco (2008) dari Universitas Indonesia dengan Judul "Tanda-tanda informasi fungsi bahasa dalam perangko Uni Soviet tahun 1951- 1955 : sebuah kajian semiotik”. Skripsi ini bertujuan untuk menguraikan tanda-tanda informasi yang digunakan pada keanekaragaman desain dan warna perangko Uni Soviet tahun 1951-1955. Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Perangko Uni Soviet tidak hanya menjadi media informasi, tetapi karena digunakan untuk kepentingan tertentu seperti propaganda clan menumbuhkan sikap heroisme. Dengan demikian, secara intensif dan sistematik perangko dipergunakan untuk menyatakan sesuatu, membawa pesan yang jelas. Sederhana namun pengaruhnya luar biasa. Dari beberapa kajian di atas dapat dicari persamaan dan perbedaannya. Persamaannya adalah sama-sama mengkaji permasalahan pembelajaran sejarah ditinjau melalui aspek yang dijadikan sumber belajar sejarah. Adapun letak perbedaannya adalah dari segi obyek penelitiannya berupa monumen, masjid, museum, pura dan prangko. Jadi, berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, maka dapat diketahui sudut pandang yang diambil penulis dalam masalah ini berbeda dengan karya-karya yang pernah ada. Perbedaan ini dapat dilihat dari lebih ditekannya perspektif pendidikan dalam kajian Prangko ini. Perspektif pendidikan ini dapat dilihat dari kajian penulis mengenai prangko sebagai salah satu alternatif sumber belajar sejarah. Salah satu alasan yang dapat merepresentasikan bahwa prangkoprangko seri kesejarahan yang disebutkan diatas memiliki potensi yang memang relevan digunakan sebagai sumber belajar sejarah adalah dengan mengkaitkan dengan pengelolaan bahan ajar dalam silabus dengan mengacu kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013 dari kelas X sampai dengan kelas XII. Maka dari itu peneliti meyakini setelah mengadakan ziarah pustaka dan pengamatan yang komprehensif serta sepengetahuan peneiliti belum ada yang meneliti tentang prangko, meskipun ada tetapi belum ada yang secara lebih mendalam meneliti mengenai Identifikasi Potensi Prangko Seri Kesejarahan Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA sehingga dengan dillaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pemanfaatan sumber belajar sejarah khususnya dan bisa sejalan dengan paradigma nasional masa depan yang berorientasi pada upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya yang mampu mengaktualisasikan dimensi kemanusian secara optimal. Dimulai dari dimensi afektif, kognitif, dan psikomotor (Dirjen PMPTK 2006). B. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sehingga lebih banyak bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada pembaca terkait dengan Identifikasi Potensi Prangko Seri Kesejarahan Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA. Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) Penentuan Rancangan Penelitian, (2) Penentuan Lokasi Penelitian, (3) Penentuan Informan, (4) Pengumpulan Data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan (5) Validitas Data yang terdiri dari triangulasi data dan triangulasi metode, (6) Analisis data. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat yang memungkinkan untuk memperoleh data yang terkait dengan prangko sebagai sumber belajar, diantaranya adalah Gallery Prangko Surya Stamp di Ketewel, Kabupaten Gianyar, di Kantor Pos Kota Denpasar jalan raya Renon, dan di Pelabuhan Benoa Cruise Terminal yang terdapat di Kota Denpasar, Provinsi Bali. Untuk mengetahui gambaran umum tentang prangko maka akan diuraikan prangko secara khusus. Melalui uraian ini akan diperoleh karakteristik dan gambaran umum prangko yang diteliti. Hobi mengumpulkan prangko yang secara luas disebut dengan filateli. Prangko digunakan sebagai sarana sosialisasi atau suatu peristiwa atau keadaan yang perlu diketahui oleh masyarakat luas. Misalnya mengenang atau peringatan suatu konferensi tingkat dunia, hari lingkungan hidup, hari guru, hari olahraga nasional, dan lain-lain. Selain itu ditampilkan pula benda-benda bersejarah, situs-situs kuno, dan warisan budaya umat manusia. Sejarah Prangko dimulai dari diterbitkannya cetakan pertama yang merupakan hasil gagasan Sir Rowland Hill diterbitkan di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840, dan merupakan prangko pertama di dunia yang bergambarkan Ratu Victoria dengan berisikan tulisan One Penny. Setelah terbit di Inggris kemudian prangko berkembang ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Prangko pertama di Indonesia terbit pada tanggal 1 April 1864 dengan warna merah anggur bergambar raja Willem III (Penguasa HindiaBelanda/Netherlands Indie) saat itu. Prangko ini bernominal 1 cent yang kemudian mendapat julukan The Red Williem. Selama ini kita mengenal prangko berbentuk segi empat, termasuk prangko yang pertama kali dicetak sesuai dengan bingkai potret raja (yang dijadikan gambar prangko) dari negara penerbitnya. Namun sebenarnya sudah ada beberapa bentuk prangko selain segi empat. Prangko segi empat saja bentuknya sangat bervariasi, ada yang bujur sangkar (sama panjang di keempat sisinya), meninggi (sisi kanan kiri jauh lebih panjang dari pada sisi atas bawah), dan memanjang (sisi atas bawah lebih panjang daripada sisi kiri dan kanan). Pembahasan Jenis-jenis Prangko Seri Kesejarahan yang Memiliki Potensi Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA Filateli atau kegemaran mengumpulkan prangko terdapat di manamana di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Hanya saja perkembangan filateli di tanah air masih perlu digalakkan sehingga lebih memasyarakat. Seperti dipaparkan sebelumnya bahwa dengan menekuni hobi filateli dapat memberikan manfaat-manfaat yang positif. Salah satunya prangko dalam dimensi pendidikan yang tentunya aktivitas mengumpulkan secarik kertas ini memberikan kontribusi tersendiri bagi penggiatnya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila di suatu negara terdapat guru-guru yang mempergunakan prangko sebagai salah satu alat untuk menjelaskan pelajaran sejarah, ilmu bumi dan sebagainya kepada murid-muridnya. Juga tidaklah mengherankan apabila untuk menanamkan disiplin kepada para siswanya sebuah pendidikan militer mengharuskan para siswanya untuk mengumpulkan prangko. Berikut adalah beberapa jenis prangko seri kesejarahan yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah di SMA dikaitkan dengan pengelolaan bahan ajar berupa Silabus, yaitu : 1. Prangko Seri : Folk tales (Cerita Rakyat Malin Kundang) Tahun Edar : 02 Februari 1998 2. Prangko Seri : 100 Tahun Palaeoanthropologi Indonesia 18891989 (Perning 1 Homo Erectus dan Sangiran 10 Homo Erectus ) Tahun Edar : 31 Agustus 1989 3. Prangko Seri : Candi Borobudur Tahun Edar : 15 Maret 1961 4. Prangko Seri : Keraton Ratu Boko (Situs Arkeologi) Tahun Edar : 20 Februari 2013 5. Prangko Seri : Peta Indonesia Zaman Portugis Tahun Edar : 20 Januari 2008 6. Prangko Seri : Pahlawan Nasional (Ki Hajar Dewantara dan RA Kartini) Tahun Edar : 10 November 1961 7. Prangko Seri : Seri 10 Tahun Merdeka Tahun Edar : 17 Agustus 1955 8. Prangko Seri : 100 Tahun Bung Karno dan Bung Hatta Tahun Edar : 6 Juni 2001 9. Prangko Seri : Revolusi (Bandung Lautan Api dan Pertempuran Surabaya) Tahun Edar : 1946 10. Prangko Seri : Pemilihan Umum Pertama dan Monumen Pahlawan Revolusi Tahun Edar : 29 September 1955 dan 17 Agustus 1967 11. Prangko Seri : Akuisisi Irian Barat dan Konferensi Asia Afrika Tahun Edar : 1 Mei 1963 dan 18 April 1955 12. Prangko Seri : Presiden Suharto dan Ibu Tien Suharto Tahun Edar : 17 Agustus 1974 dan 5 Agustus 1966 13. Prangko Seri : Pembangunan Lima Tahun (Konstruksi) dan (Teknologi Penerbangan) Tahun Edar : 1 April 1992 14. Prangko Seri : Presiden BJ Habibie Tahun Edar : 17 Agustus 1998 dan 28 Oktober 1998 15. Prangko Seri : Muhammad Hatta dan Abraham Lincoln, Sutan Sjahrir dan Thomas Jefferson, Presiden Soekarno dan George Washington Tahun Edar : 1948 Peristiwa yang Terkandung di Dalam Prangko Seri Kesejarahan yang Memiliki Potensi Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA Berjuta-juta prangko dengan beraneka ragam lukisan dan bentuknya setiap tahun diterbitkan oleh berbagai negara di seluruh dunia. Menarik untuk dicermati bahwa dari sebuah prangko yang diterbitkan memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Gambar dari sebuah prangko yang bertemakan kesejarahan biasanya digambarkan pada sebuah peristiwa yang memiliki pengaruh luas terhadap kehidupan berbangsa suatu negara. Sehingga diterbitkan untuk memperingati kejadian atau peristiwa tersebut. Adapun beberapa contoh daripada peristiwa yang tekandung dalam prangko yang bisa dijadikan sumber belajar sejarah sebagai berikut. Pertama, adalah prangko yang bergambarkan atau bertema Revolusi. Contohnya Pertempuran Surabaya yang terbit pada tanggal tahun 1964. Peristiwa yang terkandung di dalam prangko tersebut apabila kita analisis adalah ketika revolusi di suatu daerah kita bisa melihat bagaimana masyarakat bereaksi, ada yang sekelompok masyarakat yang berperilaku mendukung Republik Indonesia, ada yang mendukung Belanda, ada yang mendukung kelompok pemberontak, ada yang langsung ikut bertempur melawan Belanda, ada yang menjadi mata-mata pejuang Republik, ada yang menjadi mata-mata Belanda, ada penduduk yang membantu pejuang dengan cara memberi makanan, dan berbagai bentuk perilaku lainnya. Kedua, adalah prangko yang bergambarkan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang terbit pada 17 Agustus 1955. Peristiwa yang terkandung di dalam prangko tersebut apabila kita analisis adalah Kolonialisme selama tiga setengah abad telah menggerogoti kekayaan alam, mengikis kepribadian bangsa dan memusnahkan kekuatan bangsa, sehingga menjadi bangsa yang lemah dan penakut. Dalam percikan permenungan, Bung Karno menemukan kembali simbolsimbol kepribadian bangsa yang telah hilang untuk dipertautkan kembali bagi kelahiran bangsa yang merdeka. Kekuatan sosial ekonomi rakyat (Marhaenisme), bahasa persatuan Indonesia dan nasionalisme bila dipadukan akan menjadi kekuatan rakyat untuk mengenyahkan penjajahan Belanda. Bung Karno membangkitkan kekuatan itu kepada segenap rakyat dalam suatu gerakan nasional dengan tujuan “Mencapai Kemerdekaan Indonesia Sepenuhnya”. Ketiga, adalah prangko yang menggambarkan tentang reformasi 1998. Peristiwa yang terkandung di dalam prangko tersebut apabila kita analisis adalah Peristiwa Reformasi di Indonesia pada tahun 1998 dipicu oleh "Tragedi Semanggi" yaitu tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti dalam suatu demonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998 dan disusul, oleh "Kerusuhan Mei" keesokan harinya pada tanggal 13 Mei 1998. Salah satu tuntutan reformasi adalah lengsernya Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. D. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil pemaparan penelitian yang berjudul “Identifikasi Potensi Prangko Seri Kesejarahan Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Sebagai sebuah benda yang tadinya diperuntukkan sebagai bea pengiriman surat ternyata dalam perkembangannya prangko menjadi salah satu obyek koleksi yang menarik, gambargambar dalam prangko yang beraneka ragam merupakan simbol pengetahuan yang patut dipelajari. Prangko dalam dimensi pendidikan digunakan sebagai sarana untuk sumber atau pun media pembelajaran. Tidak hanya satu bidang studi saja, melainkan beberapa cakupan bidang studi pun bisa terepresentasi lewat prangko. Tentunya dengan mengkaitkannya dengan pengayaan sumber belajar sejarah berupa silabus. Sehingga guru akan lebih mudah menyampaikan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Disis lain dengan pemanfaatan prangko sebagai sumber belajar ataupun media pembelajaran tersebut proses kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik dan menyenangkan. Berikut adalah beberapa jenis prangko seri kesejarahan yang memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah di SMA dikaitkan dengan pengelolaan bahan ajar berupa Silabus, yaitu : 1. Prangko Seri : Folk tales (Cerita Rakyat Malin Kundang) Tahun Edar : 02 Februari 1998 2. Prangko Seri : 100 Tahun Palaeoanthropologi Indonesia 18891989 (Perning 1 Homo Erectus dan Sangiran 10 Homo Erectus ) Tahun Edar : 31 Agustus 1989 3. Prangko Seri : Candi Borobudur Tahun Edar : 15 Maret 1961 4. Prangko Seri : Keraton Ratu Boko (Situs Arkeologi) Tahun Edar : 20 Februari 2013 5. Prangko Seri : Peta Indonesia Zaman Portugis Tahun Edar : 20 Januari 2008 6. Prangko Seri : Pahlawan Nasional (Ki Hajar Dewantara dan RA Kartini) Tahun Edar : 10 November 1961 7. Prangko Seri : Seri 10 Tahun Merdeka Tahun Edar : 17 Agustus 1955 8. Prangko Seri : 100 Tahun Bung Karno dan Bung Hatta Tahun Edar : 6 Juni 2001 9. Prangko Seri : Revolusi (Bandung Lautan Api dan Pertempuran Surabaya) Tahun Edar : 1946 10. Prangko Seri : Pemilihan Umum Pertama dan Monumen Pahlawan Revolusi Tahun Edar : 29 September 1955 dan 17 Agustus 1967 11. Prangko Seri : Akuisisi Irian Barat dan Konferensi Asia Afrika Tahun Edar : 1 Mei 1963 dan 18 April 1955 12. Prangko Seri : Presiden Suharto dan Ibu Tien Suharto Tahun Edar : 17 Agustus 1974 dan 5 Agustus 1966 13. Prangko Seri : Pembangunan Lima Tahun (Konstruksi) dan (Teknologi Penerbangan) Tahun Edar : 1 April 1992 14. Prangko Seri : Presiden BJ Habibie Tahun Edar : 17 Agustus 1998 dan 28 Oktober 1998 15. Prangko Seri : Muhammad Hatta dan Abraham Lincoln, Sutan Sjahrir dan Thomas Jefferson, Presiden Soekarno dan George Washington Tahun Edar : 1948 Berjuta-juta prangko dengan beraneka ragam lukisan dan bentuknya setiap tahun diterbitkan oleh berbagai negara di seluruh dunia. Menarik untuk dicermati bahwa dari sebuah prangko yang diterbitkan memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Gambar dari sebuah prangko yang bertemakan kesejarahan biasanya digambarkan pada sebuah peristiwa yang memiliki pengaruh luas terhadap kehidupan berbangsa suatu negara. Sehingga diterbitkan untuk memperingati kejadian atau peristiwa tersebut. Adapun beberapa contoh daripada peristiwa yang tekandung dalam prangko yang bisa dijadikan sumber belajar sejarah sebagai berikut. Pertama, adalah prangko yang bergambarkan atau bertema Revolusi. Contohnya Pertempuran Surabaya yang terbit pada tanggal tahun 1964. Peristiwa yang terkandung di dalam prangko tersebut apabila kita analisis adalah ketika revolusi di suatu daerah kita bisa melihat bagaimana masyarakat bereaksi, ada yang sekelompok masyarakat yang berperilaku mendukung Republik Indonesia, ada yang mendukung Belanda, ada yang mendukung kelompok pemberontak, ada yang langsung ikut bertempur melawan Belanda, ada yang menjadi mata-mata pejuang Republik, ada yang menjadi mata-mata Belanda, ada penduduk yang membantu pejuang dengan cara memberi makanan, dan berbagai bentuk perilaku lainnya. Kedua, adalah prangko yang bergambarkan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang terbit pada 17 Agustus 1955. Peristiwa yang terkandung di dalam prangko tersebut apabila kita analisis adalah Kolonialisme selama tiga setengah abad telah menggerogoti kekayaan alam, mengikis kepribadian bangsa dan memusnahkan kekuatan bangsa, sehingga menjadi bangsa yang lemah dan penakut. Dalam percikan permenungan, Bung Karno menemukan kembali simbolsimbol kepribadian bangsa yang telah hilang untuk dipertautkan kembali bagi kelahiran bangsa yang merdeka. Kekuatan sosial ekonomi rakyat (Marhaenisme), bahasa persatuan Indonesia dan nasionalisme bila dipadukan akan menjadi kekuatan rakyat untuk mengenyahkan penjajahan Belanda. Bung Karno membangkitkan kekuatan itu kepada segenap rakyat dalam suatu gerakan nasional dengan tujuan “Mencapai Kemerdekaan Indonesia Sepenuhnya”. Ketiga, adalah prangko yang menggambarkan tentang reformasi 1998. Peristiwa yang terkandung di dalam prangko tersebut apabila kita analisis adalah Peristiwa Reformasi di Indonesia pada tahun 1998 dipicu oleh "Tragedi Semanggi" yaitu tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti dalam suatu demonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998 dan disusul, oleh "Kerusuhan Mei" keesokan harinya pada tanggal 13 Mei 1998. Salah satu tuntutan reformasi adalah lengsernya Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. SARAN Filateli atau kegemaran untuk mengumpulkan prangko terdapat di manamana di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Hanya saja perkembangan filateli di tanah air masih perlu digalakkan sehingga lebih memasyarakat. Seperti dipaparkan sebelumnya bahwa dengan menekuni hobi filateli dapat memberikan manfaat-manfaat yang positif. Salah satunya prangko dalam dimensi pendidikan yang tentunya aktivitas mengumpulkan secarik kertas ini memberikan kontribusi tersendiri bagi penggiatnya. Di era globalisasi saat ini kita sebagai generasi muda sekaligus generasi pewaris sejarah harus memiliki paradigma yang baik untuk bisa bersaing di dunia kerja dan bukan membuat kita meninggalkan ‟sesuatu‟, khususnya perangko, dan tidak merawatnya. Seharusnya membuat kita sadar, bahwa melestarikan wajah dan Negara Indonesia, bukan hanya menjadi tugas para „pahlawan bangsa. Jadi, dari berbagai keunikan yang dimiliki prangko dapat digunakan sebagai sebuah sumber belajar atau alat peraga untuk pembelajaran sejarah karena prangko sesungguhnya merupakan rekam jejak sejarah yang memiliki nilai-nilai yang dapat diwariskan kepada generasi muda khususnya para peserta didik agar mengadopsi nilai-nilai yang dapat membentuk sifat mental yang positif, antara lain: Giat dan bersemangat, Sabar dan tekun, Hati-hati dan teliti, Kreatif dan berseni, Jujur dan saling pengertian, Bersih dan rapih. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur di panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat rahmat-Nya, artikel ini terselesaikan. Artikel ini disusun guna memenuhi persyaratan tugas akhir perkuliahan. Dalam penyusunan artikel ini tentu ada bantuan dari beberapa pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikannya, untuk itu di sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terkait. Adapun pihak yang ikut membantu baik itu dari dukungan dan bimbingan dalam penyelesaian artikel ini, yaitu: 1. Ibu Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum sebagai pembimbing I atas segala motivasi, masukan, dan kesabarannya dalam membimbing penulis. 2. Ibu Dr. Tuty Maryati, M.Pd sebagai pembimbing II atas segala dorongan, bimbingan dan motivasinya kepada penulis sehingga terselesaikannya artikel ini. Untuk semua itu semoga Tuhan memberikan imbalan yang setinggi-tinggiNya serta melimpahkan berkah yang menyertai semua orang yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Artikel.2012.http://syamft.blogspot.com 2012/12/penerapan metode-inquiri pada.html. Di unduh pada 10 Juni 2014. Alpen, 2001. Filateli Sekaligus Investasi. Majalah Bulanan Sahabat No. 361 Jakarta. Burhan Bungin, 2003. “Analisis Data Penelitian Kualitatif” Pemahaman Flosofis dan Metodelogis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Filateli Ditjen Postel. Perangko Sebagai Media Ajar. 2008. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara Mulyasa, E. 2003, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung; Remaja Rosdakarya. Permendiknas No. 21 / Tahun 2006. Tentang Standar Isi Kurikulum KTSP Soerjono. 1996. Mengenal Dunia Filateli. PT.POS Indonesia. Jakarta th.78. Widja, I Gde. 2002. Menuju Wajah Baru Pendidikan Sejarah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Wina Sanjaya. 2006 Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta; Prenada Media. Wing Wahyu, Winarno. 2008, Filateli Hobi Mengoleksi Prangko dan Benda Pos Lainnya. Yogyakarta; Graha Ilmu