bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fashion adalah segala macam benda atau atribut yang dipakai manusia untuk
mengidentifikasikan dirinya maupun kelompok sosialnya yang didukung dengan
pemikiran dan pencitraan diri. Benda-benda tersebut bisa berarti gaya berpakaian,
rambut, aksesoris, kendaraan dan apa saja yang dipandang sebagai identitas setiap
individu atau kelompok.
Fashion, yang dalam bahasa Indonesia disebut mode, identik dengan gaya/style yang up
to date dan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup masyarakat, terutama bagi
masyarakat perkotaan. Namun dibalik itu semua, ternyata fashion memiliki kontribusi
yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dan industri kreatif di Indonesia.
Subsektor fashion setidaknya menyumbang 43% kontribusi bagi industri kreatif di
Indonesia, dihitung sejak tahun 2006 hingga 2010 (indonesiakreatif.net). Oleh karena
itu, fashion termasuk salah satu subsektor penting bagi industri kreatif dan sangat
berpotensi untuk dikembangkan.
1.1.1. Ekonomi Kreatif di Indonesia
Ekonomi kreatif adalah suatu konsep ekonomi di era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of
knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama
dalam kegiatan ekonominya1. Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri
kreatif, dimana industri kreatif adalah motor penggerak ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif adalah generasi terbaru ekonomi setelah ekonomi pertanian,
ekonomi industri dan ekonomi informasi. Dampak positif yang ditimbulkan dari
ekonomi kreatif adalah ekonomi ini dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan mempercepat pertumbuhan suatu kota.
1
Departemen Perdagangan/Indonesia Design Power http://indonesiakreatif.net/creative-economy/whatis/what-is/
1
Gambar 1.1 Ekonomi Kreatif Mempercepat Pertumbuhan Kota dengan Ide dan Inovasi
Sumber : http://indonesiakreatif.net/upload/image
Indonesia sendiri sudah mulai menyeriusi ekonomi kreatif sejak 2006, dimulai
dengan arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengembangkan
ekonomi kreatif dan pembentukan Indonesia Design Power oleh Departemen
Perdagangan, hingga pembentukan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
di tahun 2011. Namun dalam perkembangannya, ekonomi kreatif banyak
mengalami hambatan. Diantaranya masalah permodalan, teknologi, peraturan
pemerintah yang belum terlalu berpihak kepada pelaku industri, juga sumber
daya manusia yang masih sangat rendah kemampuannya.
Gambar 1.2 Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia
Sumber : http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/
Untuk itu, pemerintah melakukan berbagai cara mengatasi hambatan-hambatan
tersebut agar ekonomi kreatif di Indonesia dapat terus berkembang. Diantaranya
dengan memberikan pendidikan dan pelatihan khusus di bidang industri terkait
untuk mengatasi rendahnya kualitas SDM.
2
Gambar 1.3 14 Subsektor Ekonomi Kreatif di Indonesia
Sumber : http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/
Di Indonesia sendiri, ekonomi kreatif terbagi menjadi 14 subsektor. Diantaranya
adalah arsitektur, fashion, film music, kerajinan, dll. Dimana beberapa subsektor
memiliki peran yang cukup signifikan bagi perkembangan ekonomi kreatif di
Indnesia.
1.1.2. Peran Fashion dalam Ekonomi Kreatif di Indonesia
Industri fashion termasuk dalam lima subsektor industri kreatif yang paling
potensial di Indonesia. Industri ini berkontribusi besar bagi industri kreatif dan
memiliki prospek yang sangat menjanjikan. Menurut data Menparekraf 2010,
industri fashion menyerap 4,6 juta tenaga kerja dan diperkirakan terus melonjak
naik dalam dua tahun terakhir. (Mari Elka Pangestu, 2012). Oleh karenanya,
maka Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berencana
mengembangkan subsektor tersebut dengan menyusun program-program,
diantaranya dengan peningkatan talenta, peningkatan jumlah wirausaha di bidang
tersebut dan perluasan ruang berkreasi bagi pelaku-pelaku industri kreatif.
Gambar 1.4 Rata-rata Kontribusi Subsektor Kreatif terhadap Industri Kreatif (2006-2010)
Sumber : http://indonesiakreatif.net/
3
Perkembangan ini tentunya harus didukung dengan SDM yang berpendidikan.
Keberadaan sekolah desain mode di Indonesia tentunya memiliki pengaruh yang
besar terhadap dunia fashion di negara ini. Apalagi di era industri kreatif yang
berkembang pesat saat ini, sekolah mode menarik perhatian banyak pihak,
sekaligus membuka celah bagi lapangan pekerjaan baru.
1.1.3. Sekolah Mode Mendukung Ekonomi Kreatif
Saat ini Indonesia memang membutuhkan bibit-bibit baru yang unggul baik dari
segi akademik maupun kreativitas untuk mendukung perkembangan industri
kreatif. Untuk itu diperlukan pendidikan khusus agar bibit-bibit unggul tersebut
memiliki pengetahuan dasar mengenai industri kreatif. Pendidikan tersebut dapat
berupa sekolah talenta, seperti sekolah film, musik, kuliner, fashion, dll.
Menurut Mari Elka Pangestu di sela-sela peresmian Fakultas Industri Kreatif
Ubaya, Juli 2012, Indonesia sendiri memiliki syarat untuk menjadi persemaian
gelombang industri kreatif, karena Indonesia memiliki tiga modal yakni warisan
budaya yang beragam, kearifan lokal, dan teknologi 2. Namun modal tersebut
tidak akan termanfaatkan dengan baik bagi msayarakat tanpa adanya upayaupaya yang optimal.
Gambar 1.5 Fashion Designer sebagai profesi professional
Sumber : http://female.kompas.com/
Indonesia sendiri memiliki sumber daya manusia yang baik dari segi kuantitas
(jumlah) namun berbanding terbalik dengan kualitas. Untuk itu, diperlukan
pendidikan dan pelatihan untuk membuat sumber daya manusia di Indonesia
memiliki nilai lebih dan juga bermutu.
2
http://menkokesra.go.id/content/menparekraf-minta-mendikbud-dirikan-sekolah-talenta
4
Atas dasar tersebut, diperlukan banyak sekolah talenta baru untuk mendukung
industri kreatif, karena sekarang ini di Indonesia sekolah talenta masih kalah jauh
dibanding sekolah-sekolah umum. Padahal bila kita melihat ke luar negeri,
sekolah talenta lebih diapresiasi dan lebih diberi perhatian karena sekolahsekolah ini yang kelak menghasilkan lulusan yang siap berkecimpung di dunia
kerja, utamanya di dunia industri kreatif.
Sedikit berbeda dengan dunia fashion, saat ini sekolah mode sudah lebih
diapresiasi masyarakat. Desainer fashion kini sudah dianggap sebagai salah satu
profesi yang menjanjikan. Terbukti dari semakin banyaknya kaum muda yang
tertarik menekuni mode di jalur profesional lewat sekolah mode.
Sekoah mode juga dinilai dapat menghasilkan lulusan yang berpengalaman di
dunia fashion karena memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, sehingga
mampu menjawab kebutuhan akan SDM bermutu bagi industri kreatif. Dengan
banyaknya SDM yang berpendidikan di bidang fashion, maka industri fashion di
Indonesia juga semakin cepat berkembang. Dengan berkembangnya industri
fashion, maka akan berdampak positif pula kepada perkembangan industri kreatif
di Indonesia.
Saat ini di Indonesia sudah banyak berkembang sekolah mode, baik sekolah
formal maupun non formal. Diantara sekolah-sekolah tersebut ada yang
merupakan sekolah lokal, dengan metode kursus maupun formal, ada pula yang
merupakan franchise sekolah mode internasional yang semuanya tersebar di
berbagai kota besar di Indonesia.
Tabel 1.1 Sekolah Mode di Indonesia
No.
1
Nama Kota
Jakarta
Nama Sekolah
Esmod Jakarta
LaSalle College International Jakarta
LPTB Susan Budihardjo Jakarta
Bunka School of Fashion Jakarta
Phalie Studio
Sekolah Mode Poppy Dharsono
Sekolah Tinggi Desain Interstudi
Lembaga Kursus Tata Busana Wiwi
5
2.
3.
Bandung
IKKIS Sekolah Privat Mode & Tehnik Menjahit
Busana Halus
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
Surabaya
Sekolah Tinggi Seni Rupa & Desain
Indonesia (STISI)
Arva School of Fashion
LaSalle College International Surabaya
Bunka School of Fashion Surabaya
LPTB Susan Budihardjo Surabaya
4.
Medan
Dolling School of Fashion Design Medan
5.
Semarang
LPTB Susan Budihardjo Semarang
6.
Bali
LPTB Susan Budihardjo Bali
Sumber : Analisis 2012
Sekolah-sekolah mode tersebut tidak hanya mengajarkan bagaimana cara
membuat baju cantik, tapi juga mengasah kemampuan bisnis para siswanya.
Jurusan yang popular pada umumnya adalah fashion design dan fashion business
yang mengajarkan siswanya bagaimana cara mendesain busana dan proses
produksinya, hingga membuat label dan memasarkannya. Lulusan dari jurusan
tersebut dapat bekerja sebagai desainer, fashion stylist, wartawan fashion, editor
fashion, brand manager, sampai pemilik butik.
1.1.4. Pentingnya Kreativitas di Dunia Fashion
Fashion identik dengan sesuatu yang baru dan up to date. Fashion juga
cenderung memiliki sifat dinamis dan menonjolkan diri, sehingga dalam hal ini,
kreativitas sangatlah diperlukan, terutama oleh para pelaku aktif fashion
(produsen dan desainer).
Gambar 1.6 Contoh Ekspresi Kreativitas dalam Fashion
Sumber : http://cheesyfondue.blogspot.com/2008/10/fashion-illustration.html
6
Kreativitas di dalam fashion harus ditumbuhkan dalam diri para pelaku fashion,
agar dapat menghasilkan suatu karya yang orisinil namun tetap menarik.
Konsumen pasti menginginkan desain dan inovasi baru di setiap tren yang
berkembang. Oleh karenanya, para desainer dituntut untuk memiliki kreativitas
tinggi dan mampu berimajinasi sehingga dapat menghasilkan style yang mampu
menarik perhatian masyarakat bahkan mampu menginspirasi dunia.
Kreativitas dapat ditumbuhkan sejak mereka mendapat pendidikan di sekolah
mode, baik dari metode pengajaran yang digunakan maupun dari lingkungan
yang diciptakan di sekolah yang bersagkutan. Lingkungan sekolah sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan para siswa yang ada di dalamnya.
Lingkungan yang baik dan memiliki atmosfer kreativitas yang tinggi, tentu akan
menghasilkan lulusan dengan tingkat kreativitas yang tinggi pula, tentu saja
harus didukung dengan kurikulum dan metode pelajaran yang kreatif.
1.1.5. Potensi Fashion di Kota Semarang
Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang menjadi ciri khas
budaya, kerajinan dan kesenian tiap kepulauan. Berbagai suku bangsa Indonesia
melalui sentuhan seni khas daerah masing-masing, berhasil menempatkan kain
sebagai karya seni yang tidak saja bercitarasa tinggi, tetapi juga sebagai
perlambang inspiratif, apresiasi emosional sekaligus mengandung unsur ritual.
Kain tradisional warisan budaya dan kebanggaan bangsa baik dari segi teknik
produksi, corak dan ragam hias serta produk yang dihasilkan harus dijaga dan
dilestarikan keberadaannya3. Namun di lain sisi banyak masyarakat kurang
mengetahui dan menyadari eksistensi ragam dan corak kain indonesia.
Gambar 1.7 Semarang Batik Fashion on the Street
Sumber : http://www.dotsemarang.com/semarang-batik-fashion-on-the-street/
3
Citra Tenun Indonesia
7
Gambar 1.8 Semarang Fashion Festival
Sumber : http://world-spy.blogspot.com/2010/12/photography-festival-semarang-fashion.html
Kaitannya dengan kain sebagai keragaman budaya, Kota Semarang juga
memiliki Batik Semarang yang menjadi ciri Kota Semarang. Batik Semarang
memiliki motif yang sangat berbeda dengan batik-batik dari daerah lain. Namun
eksistensi kain batik ini masih kalah jauh dibanding batik-batik Jogja,
Pekalongan ataupun Solo. Warga Semarang pun banyak yang tak mengetahui
keberadaan batik ini. Padahal sejatinya Batik Semarang dapat menjadi ciri khas
Kota Semarang dan menjadi warisan budaya yang membanggakan.
Gambar 1.9 Ragam Batik Semarang
Sumber : http://batiksemarangindah.blogspot.com/
Kota Semarang dapat dikatakan memiliki potensi besar dalam bidang fashion,
banyak industri fashion dan industri tekstil yang berkembang di kota ini.
Ketertarikan masyarakat akan fashion juga cukup tinggi, terbukti dengan
antusiasme masyarakat dalam berbagai event
fashion yang digelar di Kota
8
Semarang. Kota ini juga memiliki desainer-desainer handal kebangaan seperti
Ave Sanjaya, Intan Avantie, Elkana Gunawan, Dana Raharja.
Dalam berinovasi dan menghasilkan sebuah karya, perancang seharusnya tidak
menghilangkan ciri budaya tanah air sehingga karya yang dihasilkan bisa
Indonesia sekali. Dengan begitu, keragaman budaya yang dimiliki bangsa ini
akan bisa lebih dikenal, baik oleh masyarakat Indonesia maupun dunia fashion
internasional.
1.2. Permasalahan
Menjawab kebutuhan akan sekolah bermutu untuk mencetak SDM berkualitas di
bidang mode, sehingga dapat mengembangkan potensi subsektor fashion pada
Industri kreatif di Indonesia, khususnya Kota Semarang. Pentingnya citra fashion
pada bangunan dengan cara menerapkan konsep-konsep fashion pada bangunan
yang dapat mencitrakan aktivitas yang terjadi di dalamnya. Membentuk ruang yang
dapat mendukung dan menumbukan kreativitas, sehingga mendukung kegiatan
pendidikan di dalamnya. Juga sekaligus sebagai wadah bagi aktivitas fashion di
Kota Semarang.
1.3. Tujuan dan Sasaran Penulisan
1.3.1. Tujuan
Merumuskan sebuah konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Desain
Mode dengan segala aspek keruangannya dan keterkaitannya dengan konsepkonsep fashion sehingga mencitrakan aktivitas yang terjadi di dalamnya, juga
menjadi wadah bagi aktivitas fashion
1.3.2. Sasaran
Menciptakan desain bangunan Sekolah Desain Mode dengan mengadaptasi
konsep- konsep fashion yang berhubungan dengan proporsi, fashion ready to
wear dan fashion sebagai suatu proses, untuk diaplikasikan dalam
perancangan bangunan maupun program ruang yang ada di dalamnya.
1.4. Lingkup Pembahasan
Penulisan ini meliputi aspek perencanaan dan perancangan desain bangunan
pendidikan mode yang mewadahi aktivitas pendidikan dan aktivitas non pendidikan
9
di bidang mode, yang dapat mencitrakan ativitas kreatif di dalamnya, yaitu dengan
menerapkan konsep-konsep fashion pada bangunan, diantaranya : proporsi, fashion
ready to wear dan fashion sebagai suatu proses.
1.5. Metode Penulisan
1.5.1. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data diklasifikasikan berdasarkan sumber data,
sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Lingkup studi literatur terkait bangunan fasilitas pendidikan , fasilitas
fashion dan fasilitas pendidikan fashion baik formal maupun informal,
dengan segala aspeknya dari layout denah, bentuk, sirkulasi, dan
fasilitas yang disediakan hingga hubungannya dengan pengguna dan
kegunaannya bagi siswa. Didapatkan dari penjelasan dan desaindesain dari buku buku, penelitian, literatur, maupun makalah lainnya.
2. Survey Lapangan
Kegiatan survey lapangan berupa gambar, foto, dan data skematik
tematik untuk mendapatkan penjelasan lebih jauh mengenai
lokasi/site terpilih.
3. Studi Kasus
Kegiatan studi kasus ini dilakukan dengan studi komparasi fasilitas
pendidikan fashion dan non fashion, formal maupun non formal yang
ada di Indonesia maupun luar negeri dengan acuan penerapan konsepkonsep fashion sebagai dasar konsep perancangan.
1.5.2. Analisis
Melakukan analisis secara kualitatif maupun kuantitatif data-data terkumpul
dengan membandingkan dan mereview dengan studi kasus dan studi literatur
mengenai macam fasilitas fashion dan fasilitas pendidikan fashion baik
formal maupun informal sebagai acuan dan standar perancangan Sekolah
Desain Mode.
10
1.5.3. Sintesis
Proses perwujudan hasil analisis data menjadi sebuah rumusan konsep
perancangan sebagai sebuah solusi dari permasalahan dengan pendekatan
tertentu.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Memaparkan latar belakang masalah, permasalahan, tujuan, sasaran, lingkup
penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan, keaslian penulisan dan
kerangka berpikir.
BAB II Tinjauan Pendidikan dan Mode
Merupakan pembahasan hasil studi pustaka, observasi dan wawancara
mengenai fashion dan pendidikan fashion di Indonesia, juga beberapa studi
kasus mengenai bangunan pendidikan, bangunan fashion dan bangunan
pendidikan fashion baik di dalam maupun luar negeri.
BAB III Pengembangan Sekolah Desain Mode
Menjelaskan definisi dan fungsi umum berdasarkan hasil observasi studi
pustaka mengenai Sekolah Desain Mode. Pengembangan program kebutuhan
ruang serta fasilitas yang nantinya akan dimasukkan ke dalam Sekolah
Desain Mode.
BAB IV Konsep Perancangan
Menjabarkan konsep dari Sekolah Desain Mode baik dari segi filosofis,
keruangan maupun konsep makro, mezzo dan mikro.
1.7. Keaslian Penulisan
Beberapa karya penulisan lain memiliki kesamaan pada fungsi bangunan, yaitu
kaitannya dengan mode dan pendidikan (sekolah). Untuk menunjukkan keaslian
penulisan laporan ini maka perlu adanya perbandingan dari beberapa penulisan yang
diangkat dalam penulisan ini.
11
Gambar 1.10 Skripsi Bangunan Mode Tahun 1982-2012
Sumber : Perpustakaan JUTAP UGM dan analisis
Belum ada yang secara khusus merencanakan dan merancang bangunan pendidikan
fashion dengan unsur komersial sebagai elemen pendukung pendidikan. Sekolah ini
juga ditujukan untuk mendukung perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia,
khususnya di Kota Semarang sebagai Ibukota Jawa Tengah.
Perbedaan karya penulisan ini dengan karya-karya sebelumnya adalah permasalahan
dan pendekatan yang diangkat. Pada laporan pra-tugas akhir ini fungsi sekolah
mode lebih ditekankan kepada sekolah yang mampu menciptakan atmosfer kreatif,
sehingga dapat mempengaruhi siswa untuk menimbulkan kreativitas. Tujuannya
adalah untuk mengatasi masalah kurangnya SDM kreatif di bidang mode, dalam
rangka mengembangkan gelombang ekonomi kreatif di Indonesia. Pendekatan yang
dipakai adalah citra fashion pada bangunan dengan menerapkan konsep-konsep
fashion.
12
1.8. Kerangka Berpikir
13
Download