TINGKAT KEPARAHAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI

advertisement
TINGKAT KEPARAHAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD
KABUPATEN KARANGANYAR PERIODE 1 AGUSTUS 2012 –
31 AGUSTUS 2013
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh
Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
Disusun Oleh :
Prima Maulana Cahyo Nugroho
H2A010040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
Page 1
lib.unimus.ac.id
PERNYATAANORISINALITAS
Nama : Prima Maulana Cahyo Nugroho
NIM : H2A01040
Menyatakandengansesungguhnyabahwaskripsi
berjudulTINGKAT
KEPARAHAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BERAT LAHIR
RENDAH (BBLR) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR PERIODE 1
AGUSTUS 2012 – 31 AGUSTUS 2013adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi
dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Semarang, Maret 2014
Yang membuat pernyataan
Prima MaulanaCahyo Nugroho
Page 2
lib.unimus.ac.id
Page 3
lib.unimus.ac.id
Page 4
lib.unimus.ac.id
TINGKAT KEPARAHAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD KABUPATEN
KARANGANYAR PERIODE 1 AGUSTUS 2012 – 31 AGUSTUS 2013
Prima Maulana Cahyo Nugroho1, Lilia Dewiyanti 2, Afiana Rohmani 3
ABSTRAK
Latar Belakang :Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Menurut World Health
Organization (WHO) 2010 Prevalensi BBLR lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
dan pada keluarga dengan ekonomi sosial rendah diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia. Angka kejadian BBLR di negara berkembang dapat mencapai 43% sedang di negara maju
hanya mencapai 10,8%. Pada BBLR beresiko untuk mengalami kegagalan nafas yang akan
menjadi asfiksia neonatorum, hal ini dikarenakan oleh kurangannya surfaktan berdasarkan rasio
lesitin atau sfingomielin kurang dari 2, disamping itu pertumbuhan dan pengembangan paru yang
belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung
(pliable thorax) dengan kondisi bayi akan beresiko mengalami hipoksia.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara derajat BBLR dengan tingkat keparahan asfiksia
neonatorum di RSUD Kabupaten Karanganyar periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Metode :Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Cara pengambilan sample
dilakukan secara total sampling, dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga
didapatkan 125 BBLR. Data yang didapatkan kemudian diolah menggunakan analisiskorelasi
rank spearman.
Hasil :JumlahBBLR dengan derajat BBLR (berat bayi lahir 1500 – 2500)di RSUD merupakan
yang terbanyak dengan jumlah 107(85,6%). Jumlah Asfiksia Neonatorum tingkat keparahan
sedang merupakan yang terbanyak di RSUD Kabupaten Karanganyar dengan jumlah 104
(83,2%). Dari uji hubungan derajat BBLR dengan tingkat keparahan Asfiksia Neonatorum di
RSUD Kabupaten Karanganayr dengan menggunakan analisis Rank Spearman diperoleh ρ value
sebesar 0,00 < 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat keparahan
asfiksia neonatorum dengan derajat BBLR, yang berarti semakin berat derajat BBLR maka
semakin tinggi tingkat keparahan Asfiksia Neonatorum dan nilai koefisien 0,600 yang berarti
kekuatan hubungan antara derajat BBLR dengan tingkat keparahan Asfiksia Neonatorum masuk
dalam kategori kuat (0,6 – 0,79).
Kesimpulan :Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan yaitu ada hubungan yang signifikan
antara derajat BBLR dengan tingkat keparahan Asfiksia nenoatorum, semakin berat derajat BBLR
maka semakin tinggi resiko terjadi asfiksia neonatorum.
Kata Kunci :BBLR, Asfiksia Neonatorum.
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Tim Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah semarang
2
3
Page 5
lib.unimus.ac.id
The severity of neonatal asphyxia in infants of low birth weight ( LBW ) in a
general hospital area Karanganyar regency period 1 August 2012-31 August
2013
Prima Maulana Cahyo Nugroho 1, Lilia Dewiyanti 2, Afiana Rohmani 3
ABSTRACT
Background : Infants of low birth weight babies born with a birth weight less than 2500 grams ,
regardless of gestational age . According to the World Health Organization ( WHO ) in 2010
prevalence of low birth weight was more common in developing countries and in families with a
low social economic estimated 15 % of all births in the world . The incidence of LBW in
developing countries could reach 43 % , in the countries only reached 10.8 % . In LBW risk for
experiencing respiratory failure which would be neonatorium asphyxia . This was due to the lack
of surfactant based on lecithin or sfingomeilin ratio less than 2 , in addition to the growth and
development of a rudimentary lung , the respiratory muscles were still weak and are easily bent
ribs( pliable thorax ) with the condition of the baby wouldl be at risk of hypoxia.
The purpose of this study was to determine how the severity of neonatal asphyxia in low birth
weight infants in the general hospital area in Karanganyar regency August 1, 2012 - August 31,
2013.
Methods : The research was cross sectional . How sampling was done in total sampling , taking
into account the inclusion and exclusion criteria to obtain 125 Low Birth Weight ( weight infants
born 1500-2500 ).The data obtained was then processed using Spearman rank correlation
analysis.
Results : The number of LBW with degrees LBW ( birth weight 1500-2500 ) in a general hospital
area Karanganyar regency was the highest the number of 107 ( 85.6 % ) . The number of
moderate asphyxia neonatorum w in a general hospital area Karanganyar regency as the largest
with 104 ( 83.2 % ) . Test and severity of neonatal asphyxia on Low Birth Weight in a general
hospital area Karanganyar regency by using Spearman rank analysis p Value obtained of 0.00
<0.05 , so that it could be stated that there was correlation the severity of neonatal asphyxia on
LBW , which meant that the more severe the higher degree of LBW severity of neonatal asphyxia
and coefficient of 0.600 , which meant the power to correlation the severity of neonatal asphyxia
in the strong category ( 0.6-0,79 ).
Conclusion : In this study it is concluded that there is significant correlation between Low Birth
Weight(LBW) with severity of neonatal asphyxia , the more severe the higher degree of risk of Low
Birth Weight(LBW) occurred neonatal asphyxia.
Keywords : LBW , neonatal asphyxia
1
The Medical Student in Medical Faculty of Muhammadiyah University of Semarang
2
The Lecturer in Pediatric of Medical Faculty of Muhammadiyah University of Semarang
3
The Lecturer of Medical Faculty of Muhammadiyah University of Semarang
Page 6
lib.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Tingkat
Keparahan Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di
RSUD Kabupaten Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus
2013”.Skripsi ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam
menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :
1. dr. Siti Moetmainah, SpOG (K), MARS selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
2. dr. Agus Saptanto, Sp.A selaku dosen penguji dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. dr.Lilia Dewiyanti, Sp.A Msi, Medselaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. dr. Afiana Rohmani selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenapdosen Fakultas KedokteranUniversitas Muhammadiyah Semarang
atas segala bimbingandan arahan selama penyusunan skripsi ini.
6. Kedua orang tuayang telah memberikandukungandan senantiasa
mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin.
7. Semua pihak dan teman-teman lain yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini.Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya.
Semarang,
Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Page 7
lib.unimus.ac.id
Halaman Judul ......................................................................................i
Pernyataan ............................................................................................ii
Halaman Persetujuan ............................................................................iii
Halaman Pengesahan.............................................................................iv
Abstrak...................................................................................................v
Abstract.................................................................................................vi
Kata Pengantar......................................................................................vii
Daftar isi ...............................................................................................viii
Daftar Tabel, gambar, lampiran ...........................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ......................................................................... 3
1.3.2.Tujuan Khusus ..........................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................4
1.4.1. Manfaat Praktisi ...................................................................................4
1.4.2. Manfaat Teoritis .......................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR) ................................................5
2.1.1. Definisi ..............................................................................5
2.1.2. Etilogi ................................................................................5
2.1.3. Patologi ..............................................................................6
2.1.4. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis .....................................8
2.1.5. Diagnosis BBLR ...............................................................12
2.2. Asfiksia Neonatorum ....................................................................14
2.2.1. Definisi...............................................................................14
2.2.2. Etiologi ..............................................................................14
2.2.3. Patofisiologi .......................................................................16
2.2.4. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis .....................................17
Page 8
lib.unimus.ac.id
2.2.5. Diagnosis............................................................................19
2.3. Hubungan Terjadinya BBLR dengan Asfiksia Neonatorum .........20
2.4. Kerangka Teori........................................................................................21
2.5. Kerangka Konsep ..........................................................................21
2.6.Hipotesis..........................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup .............................................................................22
3.3.1. Ruang Lingkup Keilmuan ................................................ 22
3.1.2.Waktu Penelitian ................................................................ 22
3.1.3. Tempat Penelitian ............................................................. 22
3.2.Jenis Penelitian ...............................................................................22
3.3.Populasi dan Sampel ........................................................................22
3.3.1. Populasi .............................................................................22
3.3.2. Sampel...............................................................................22
3.4.Variabel Penelitian ...........................................................................23
3.4.1. Variabel Bebas ..................................................................23
3.4.2. Variabel Terikat .................................................................23
3.5. Alat dan Instrumen Penelitian .......................................................23
3.6. Pengumpulan Data.........................................................................23
3.7. Alur Penelitian ...............................................................................23
3.8. Definisi Operasional ......................................................................24
3.9. Cara Penelitian ..............................................................................24
3.10. Pengolahan Data ..........................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penilitan................................................................................27
4.1.1. Analisis Univariat ...............................................................27
1. Karakteristik RSUD Kabupaten Karanganyar ......................27
2. Karakteristik Sampel BBLR di RSUD Kab. Karnganayar ...30
4.1.2.Analisis Bivariat.................................................................34
Page 9
lib.unimus.ac.id
Tingkat Keparahan Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Kabupaten Karanganyar
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013 ..........................34
4.2. Pembahasan....................................................................................36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ....................................................................................38
5.2. Saran...............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................40
LAMPIRAN...................................................................................................43
Page 10
lib.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN LAMPIRAN
A. DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Nilai APGAR
Hal
19
Tabel 3.1
Definisi Operasional
24
Tabel 4.1
Distribusi kelahiran di RSUD Kabupaten Karanganyar 28
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Tabel 4.2
Distribusi berat badan bayi baru lahir di RSUD Kabupaten 29
Karanganyar periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Tabel 4.3
Jenis kelamin BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar 30
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Tabel 4.4
Proses Persalinan BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar 31
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Tabel 4.5
Distribusi derajat BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar 32
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Tabel 4.6
Distribusi
Derajat
Asfiksia
Neonatorum
di
RSUD 33
Kabupaten Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31
Agustus 2013
Tabel 4.7
Tingkat Keparahan Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat 34
Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Kabupaten Karanganyar
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Page 11
lib.unimus.ac.id
B. DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Diagram
distribusi
kelahiran
di
RSUD
Kabupaten 28
Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Gambar 4.2
Diagram distribusi berat badan bayi baru lahir di RSUD 29
Kabupaten Karanganyar periode 1 Agustus 2012 – 31
Agustus 2013
Gambar 4.3
Diagram jenis kelamin BBLR di RSUD Kabupaten 30
Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Gambar 4.4
Diagram proses Persalinan BBLR di RSUD Kabupaten 31
Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Gambar 4.5
Diagram distribusi derajat BBLR di RSUD Kabupaten 32
Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Gambar 4.6
Diagram distribusi Derajat Asfiksia Neonatorum di RSUD 33
Kabupaten Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31
Agustus 2013
C. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Jawaban Penelitian dari RSUD Kabupaten Karanganayar
Lampiran 2
Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Karanganyar
Lampiran 3
Surat Tidak keberatan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Karanganyar
Lampiran 4
Surat Ijin Penelitan
Lampiran 5
Uji Statistik
Lampiran 6
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7
Data BBLR
Page 12
lib.unimus.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Bayi Berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa
kehamilan. Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat
multifaktorial baik itu dari faktor ibu, faktor plasenta, dan faktor janin
maupun faktor yang lain. Bayi Berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan
neonatal.1
MenurutWorld Health Organization (WHO) 2010Prevalensi BBLR
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dan pada keluarga dengan
ekonomi sosial rendah diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia.
Angka kejadian BBLR di negara berkembang dapat mencapai 43% sedang
di negara maju hanya mencapai 10,8%. Dari data tersebut didapat
perbandingan antara negara berkembang dan negara maju 4:1.9 Angka
kematian BBLR 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi berat lahir normal.
Secara statistik menunjukan 90% kejadian BBLR didapatkan dinegara
berkembang.2
Secara nasional data yang bersumber dari SDKI menyatakan
angka kejadian BBLR sekita 7,5 %. Angka kejadian tersebut masih belum
memenuhi target BBLR yang ditetapkaam pada sasaran program perbaikan
gizi menuju Indonesia sehat 2010 yaitu maksimal 7 %.1
Berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa Tengah jumlah BBLR
di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebanyak 16.303 (2,81%) meningkat bila
dibandingan tahun 2008 sebesar 11.865 (2.08,%).Banyaknya BBLR yang
ditangani oleh tenaga kesehatan secara keseluruhan di tingkat Provinsi Jawa
Tengah, cakupannya tidak selalu mengalami peningkatan.Tahun 2009 bayi
BBLR yang ditangani sebesar 96,67% dan pada tahun 2008 sebesar 99,67 %
sedang pada tahun 2007 sebesar 92,77%.3
Page 13
lib.unimus.ac.id
Bayi Berat lahir rendah (BBLR) yang dilahirkan berisiko
meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi
yang dilahirkan dengan berat lahir normal hal ini dimungkinkan karena pada
BBLR kematangan organ organ tubuh yang belum sempurna.18 Oleh sebab
itu BBLR apabila tidak ditanggulangi dengan baik maka akan memiliki
resiko untuk mengalami penyakit neonatus yang lebih besar dari pada bayi
dengan berat lahir normal. Beberapa penyakit yang sering dialami BBLR
adalah Sindrom gangguan pernafasan idiopatik, pneumonia aspirasi,
Perdarahan intraventrikular, Fibroplasia retrolental, hiperbilirubinemia.32
Pada BBLR beresiko untuk mengalami kegagalan nafas yang akan
menjadi asfiksia neonatorum, hal ini dikarenakan oleh kurangannya
surfaktan berdasarkan rasio lesitin atau sfingomielin kurang dari 2,
disamping itu pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna,
otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung
(pliable thorax) dengan kondisi bayi akan beresiko mengalami hipoksia.11
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.Hal ini erat
kaitannya dengan hipoksia janin dalam uterus.Hipoksia ini berhubungan
dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera
lahir.6 Pada bayi normal selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah (1)
tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan nafas, (2) penurunan
paO2 dan kenaikan paCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus, (3) rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permulaan gerakan pernafasan, (4) reflek deflasi hering Breur. Selama
ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu ‘inspiratory
gasp’.32
Pada BBLR dapat terjadi kekurangan surfaktan dan belum
sempurna pertumbuhan dan perkembangan paru sehingga kesulitan memulai
pernafasan yang berakibat untuk terjadi Asfiksia neonatorum.11 Hal inilah
Page 14
lib.unimus.ac.id
yang membuat peneliti ingin mengetahui hubungan antara BBLR dengan
derajat asfiksia neonatorum.
Di RS Dr Kariadi Semarang selama tahun 2007, angka kejadian
bayi lahir dengan asfiksia berjumlah 187 kelahiran dari 1600 angka
kelahiran bayi hidup dalam satu tahun. Asfiksia merupakan salah
satu penyebab utama kematian neonatal (27%) setelah BBLR (29%).5
Diperkirakan satu juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat
lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy,
retardasi mental dan gangguan belajar.4
Pemilihan tempat di RSUD Kabupaten Karanganyar dikarenakan
belum adanya penelitian tentang hubungna derajat BBLR dengan derajat
Asfiksia neonatorum di rumah sakit tersebut.Selain itu juga angka kematian
bayi di Kabupaten Karanganyar yang masih tinggi pada tahun 2012
sebanyak 135, dan tahun 2013 sebanyak 134 dan BBLR merupakan
peringkat pertama penyebab kematian neonatus.33,34Berdasarkan latar
belakang masalah di atas sebagai seorang ilmuan, maka perlu dilakukan
penelitian bagaimana tingkat keparahan asfiksia neonatorum pada BBLR di
RSUD Kabupaten Karanganyar.
1.2. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanahubungan derajat
BBLR denag tingkat keparahan asfiksia neonatorum di RSUDKabupaten
Karanganyar periode 1 agustus 2012 – 31 agustus 2013 ?
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan derajat BBLR denagn
tingkat keparahan asfiksia neonatorum di RSUD Kabupaten Karanganyar
periode 1 agustus 2012 – 31 agustus 2013.
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan derajat BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar
periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Page 15
lib.unimus.ac.id
b. Mendeskripsikan jumlah BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar
periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
c. Mendeskripsikan bagaimana tingkat keparahan asfiksia neonatorum di
RSUD Kabupaten Karanganyar 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
d. Mendeskripsikan jumlah asfiksia neonatorum di RSUD Kabupaten
Karanganyar 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
e. Menganalisis bagaimanahubungan derajat BBLR dengan tingkat
keparahan asfiksia neonatorum di RSUDKabupaten Karanganyar
periode 1 agustus 2012 – 31 agustus 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui jumlah
kejadian derajat BBLR dan tingkat keparahan asfiksia neonatorum.
b. Bagi Tenaga Medis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
meningatkan pengetahuan tentang bagaimana hubungan BBLR
dengan asfiksia neonatorum, sehingga kejadian BBLR maupun
asfiksia dapat dicegah dan dapat ditangani dengan baik.
c. Bagi Masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
pengetahuan pada masyarakat tentang BBLR sehingga resiko menjadi
asfiksia neonatorum menjadi semakin kecil sehingga angka kematian
neonatus berkurang.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
ilmiah tentang bagaimanahubungan derajat BBLR dengan tingkat
keparahan
asfiksia
neonatorumdi
RSUDKabupaten
Karanganyar
periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Page 16
lib.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
2.1.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir sendiri
berarti berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.10
2.1.2 Etiologi
Faktor - faktor yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah
pada neonatus diantaranya adalah sebagai berikut :7,11
a. Faktor ibu
1.
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
2.
Kelainan bentuk uterus
3.
Paritas diatas 5
4.
Penyakit jantung / penyakit kronik lainnya
5.
Riwayat kelahiran premature sebelumnya
6.
Malnutrisi
7.
Toksemia gravidarum
8.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
9.
Perdarahan Antepartu
10. Infeksi
11. Hipertensi
12. Hidraamnion
13. Pekerjaan yang melelahkan
14. Merokok
b. Faktor janin
1. Hamil ganda
2. Ketuban pecah dini
3. Hamil dengan hidroamnion
4. Cacat bawaan
Page 17
lib.unimus.ac.id
c. Faktor plasenta
1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
d. Faktor yang belum diketahui
ada beberapa faktor penyebab terjadinya BBLR diantaranya adalah :9
1. Faktor genetik / kromosom
2. Faktor nutrisi
3. Bahan toksik
4. Infeksi
5. Radiasi
6. Insufisiensi atau disfungsi plasentaFaktor-faktor lain seperti
merokok, peminum alkohol, dekatnya jarak masa hamil, plasenta
previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan sebagainya.
2.1.3. Patologi
a. Patologi pada bayi prematur :11
1. Gangguan pernapasan hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan
(rasio lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang
masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax)
hal ini sering terjadi pada BBLR. Penyakit gangguan pernapasan yang
sering diderita bayi prematur adalah pernapasan periodik (periodic
breathing) dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernapasan di
medulla belum matur.
2. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena jumlah lemak di bawah kulit
yang sedikit mengakibatkan bertambahnya penguapan sehingga tubuh
bayi kesulitan mempertahankan suhu tubuhnya; permukaan tubuh
yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang
belum aktif, berkurangnya produksi panas yang karena lemak coklat
(brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang
belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Page 18
lib.unimus.ac.id
3. Immature Ginjal baik secara anatomis maupun fungsinya akibatnya
Produksi urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup
mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan sehingga
bayi prematur beresiko untuk terjadi edema dan asidosis metabolik.
4. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia defisiensi
vitamin K.
5. Perdarahan, hal ini mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh
(fragile), kekurangan faktor pembeku seperti protombin, faktor VII
dan faktor Christmas.
6. Gangguan imunologik :kadar igG gamma globulin rendah sehingga
tubuh rentan untuk mengalami infeksi. Pada bayi prematur daya
fagositosis dan reaksi terhadap peradangan masih belum baik karena
memang relatif belum mampu membentuk antibodi secara optimal.
7. Peradangan intraventrikuler :hal ini desebabkan oleh karena bayi
prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma
gangguan pernapasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi
dan hiperkapnea. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan
lebih banyak karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi
prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah
kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di
dasar ventrikel lateralis antara nucleus kaudatus dan ependim.
Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan
ultrasonografi atau CT scan.
8. Retrolental fibroplasias : dengan menggunakan oksigen dengan
konsentrasi tinggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg = 15 kPa) beresiko
besaruntuk mengalami vasokonstriksi pembuluh darah retina yang
diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru ke daerah yang iskemia
berakibat terjadi perdarahan, distorsi, fibrosis dan parut diretina
menjadikan kebutaan. Untuk mencegah retrolental fibroplasias maka
oksigen yang diberikan pada bayi prematur kurang dari 40% atau
Page 19
lib.unimus.ac.id
dengancara memberikan oksigen dengan kecepatan dua liter per
menit.
b. Patologi pada bayi dismatur, yaitu :11
1. Bayi dismatur (KMK) mempunyai hemoglobin yang tinggi yang
mungkin desebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
2. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks. Ini disebabkan
distres yang sering
dialami bayi dalam persalinan. Insiden
idiopathicrespiratory distress syndrome berkurang oleh karena IUGR
mempercepat maturnya jaringan paru.
3. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat. Agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen
hati dan meningginya metabolisme bayi.
4. Keadaan lain yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang
massif, hipotermia cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom
Down’s Turner dan lain-lain), cacat bawaan oleh karena infeksi
intrauterin dan sebagainya.
2.1.4. Klasifikasi dan manifestasi klinis
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) berdasar usia kehamilanya
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu,
1. Bayi prematuritas murni (prematur) atau bayi sesuai masa
kehamilan (SMK).
a) Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan berat badan
untuk usia kehamilan (berat badan terletak antara persentil ke-10
sampai persentil ke-90) pada grafik pertumbuhan intrauterin.11
b) Klasifikasi Bayi prematuritas murni, yaitu:
1) Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30
minggu. Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu sangat sukar
hidup, sedangkan bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih
mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif.11
Page 20
lib.unimus.ac.id
2) Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately
premature) : 31- 36 minggu. Bayi pada golongan ini harapan
untuk dapat hidup lebih tinggi dari pada golongan pertama dan
faktor terjadinya gejala sisa untuk kehidupan di kemudian hari
juga lebih ringan, namun dengan syarat pengelolaan terhadap
bayi derajat ini benar-benar intensif.11
3) Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini
mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Pada umumnya berat
dan pegelolaannya seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul
masalah masalah seperti layaknya apayang dialami oleh bayi
prematur,
misalnya
hiperbilirunemia,
sindrom
gangguan
pernapasan, daya hisap yang lemah dan sebagainya, sehingga
bayi harus diawasi dengan seksama.11
c) Gambaran klinik bayi prematur, yaitu:11
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
3) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
4) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
5) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
6) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
7) Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
8) Rambut lanugo masih banyak.
9) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
10) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
11) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
12) Alat kelamin bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora.
Page 21
lib.unimus.ac.id
13) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
14) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
reflek hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif
dan tangisnya lemah.
15) Jaringan kelenjar mamae kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
16) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit. Alat tubuh bayi prematur
belum befungsi seperti bayi matur. Maka dengan ini, bayi
prematur mengalami banyak kesulitan hidup di luar uterus
ibunya.
2. Bayi dismatur atau bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).11
a) Dismaturitas didefinisikan sebagai yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
kehamilannya, yaitu berat badan di bawah persentil ke- 10 pada
kurva pertumbuhan intrauterin.11
Pada
menunjukkan
saat
ini
bahwa
banyak
bayi
istilah
KMK
ini
yang
dipakaidalam
menderita
gangguan
pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine growthretardation =
IUGR) seperti fetal malnutrition, pseudopremature, dysmature,
small for dates. Semua bayi yang berat lahirnya sama dengan atau
lebih rendah dari 10th persentil untuk masa kehamilan pada Denver
IntrauterineGrowth Curve merupakan bayi SGA. Kurva ini dapat
pula dipakai untuk Standart Intrauterine Growth Chart of Low
Birth Weight IndonesianInfants.Reiko untuk terjadi berat yang
tidak sesuai dengan masa gestasi dimiliki setiap bayi baru lahirbaik
itu prematur, matur ataupun postmatur.
Manifestasi kliniknya tergantung dari pada lamanya, intensitas dan
timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi
tersebut.
IUGR
diklasifikasikan
menjadi
dua
berdasarkan
bentuknya, yaitu:
Page 22
lib.unimus.ac.id
1) Proportionate IUGR:merupakan janin yang mengalami distress
dalam waktu lama yang mana gangguan
pertumbuhan dapat
terjadi mulai dari berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang namun keseluruhannya masih di
bawah masa gestasi
yang sebenarnya.
Bayi ini tidak
menunjukkan adanya wasted oleh karena retardasi pada janin ini
sebelum terbentuknya adipose tissue.11
2) Disproportionate IUGR :meruapak janin yang mengalami
distres subakut. Gangguan dapat terjadi dari beberapa minggu
sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak
sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan ciri
cirijaringan lemak di bawah kulit yang sedikit, kulit lebih kering
keriput dan mudah diangkat, bayi keliatan lebih panjang dan
lebih kurus. Pada bayi IUGR perubahan terjadipada ukuran
panjang badan, berat badandan lingkaran sertaorgan-organ di
dalam badan mengalami perubahan. Organ yang mengalami
perubahan misalnya, berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan
thymus berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat
yang sama.Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai
dengan masa gestasinya. Adapun faktor faktor yang merupakan
penyebab terjadinya bayi dismatur, yaitu : Faktor ibu, faktor
janin, faktor uterus dan plasenta, keadaan ekonomi yang rendah,
dan faktor yang tidak diketahui.11
Page 23
lib.unimus.ac.id
b) Stadium pada bayi dismatur beserta manifestasi klinisnya,
yaitu:
1) Stadium pertama : bayi terlihat kurus dan relatif lebih panjang.
2) Stadium kedua :memiliki tanda stadium pertama disertai
dengan warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilikus.
Warna kehijauna tersebut merupakan pengaruh dari mekonium
yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke
dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterin.
3) Stadium ketiga : terdapat tanda stadium kedua disertai kulit
yang berwarna kuning, begitu pula dengan kuku dan tali pusat,
ditemukanjuga tanda anoksia intrauterin yang lama.
b. Berdasarkan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR
diklasifikasikan, menjadi :8
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), berat lahir < 1000
gram.
2.1.5. Diagnosis BBLR
2.1.5.1.
Anamnesis
Menanyakan pada ibu tentang riwayat kehamilan dan faktor faktor apa
saja yang berpengaruh dengan kejadian BBLR, seperti umur ibu, riwayat
hari pertama haid terakhir, riwayat pernikahan dan lama menikah,
riwayat persalinan sebelumnya, riwayat penggunaan alat kontarsepsi,
komplikasi obstetris yang didapat dan faktor lain yang berpengaruh.9
2.1.5.2.
Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain.27
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm
Page 24
lib.unimus.ac.id
2. Kulit tipis dan keriput, mengkilap dan lemak dibawah tubuh
sedikit
3. Jaringan payudara belum terbentuk sempurna,hanya terlihat titik
4. Genitalia perempuan belum terbentuk sempurna sehingga labia
mayor belum menutupi labia minor
5. Genitalia laki laki belum matang sehingga skrotum belum banyak
lipatan dan biasanya testis masih diatas belum masuk kedalam
skrotum.
6. Tulang rawan telinga masih lunak, karena belum terbentuk
sempurna
7. Rajah pada 1/3 anterior telapak kaki
8. Pemeriksaan maturitas pada bayi baru lahir dinilai dengan Ballard
Score, biasanya ditemukan tanda imaturitas pada bayi.
Page 25
lib.unimus.ac.id
2.2. ASFIKSIA NEONATORUM
2.2.1. Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda
beda dari
Departemen kesehatan pada tahun 2009 mendefinisikan
Asfiksia sebagai
keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan15. Ikatan Dokter Anak Indonesia dan WHO mendefinisikan yang
kurang lebih sama asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis13. ACOG dan AAP
memberikan kategori bahwa seorang neonatus disebut mengalami asfiksia
bila memenuhi kondisi sebagai berikut :15
a. Nilai Apgar menit kelima 0-3
b. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
c. Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
d. Adanya
gangguan
sistem
multiorgan
(misalnya:
gangguan
kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem
renal).
2.2.2
Etiologi
Pada menit pertama kelahiran bayi akan mengalami Pengembangan paru
setelah itu bayi akan mengalami pernafasan teratur. Bila didapati adanya
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan
berakibat asfiksia neonatorum16. Asfiksia dapat timbul pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir16. Hampir semua asfiksia
bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, oleh sebab itu
penilaian janin selama masa kehamilan dan persalinan merupakan kunci
penting dalam meningkatkan keselamatan neonatorum.16
American Heart Association (AHA) dan American Academy of
Pediatrics (AAP) menganjukan penggolongan penyebab kegaggalan
Page 26
lib.unimus.ac.id
pernafasan pada bayi yang terdiri dari :16
a. Faktor ibu :
1. Hipoksia ibu : hal ini berakibat hipoksia janin. Hipoksia ibu
dapat terjadi karena hiperventilasi akibat pemberian obat
analgetik atau anestesi lain.
2. Gangguan aliran darah uterus : berkurangnya aliran darah pada
uterus akan menyebabkan berkrangnya aliran ke plasenta dan
janin.
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
plasenta dan lain lain.
c. Faktor janin
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Hal ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher dan lain –
lain.
d. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu:
1. Trauma persalinan
2. Pemakaian obat anestesia dan analgetik yang berlebihan
3. Kelaian kongenital bayi seperti hernia diafragmatika, atresia
saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain – lain.
Page 27
lib.unimus.ac.id
2.2.3. Patofisiologi
Hampir setiap proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia
ringan yang bersifat sementara, proses ini dianggap perlu sebagai
perangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary gasping
yang kemudian berlanjut dengan pernafasan teratur. Pada asfikisia
neonatorum
seperti
ini
tidak
memilikiefek
buruk
karena
di
imbangidengan reaksi adaptasi pada neonatus. Kegagalan pernafasan
mengakibat menimbulkan berkurangnya oksigen dan meningkatkan
karbondioksida, pada akhirnya mengalami asidosis respiratorik. Apabila
proses berlanjut maka metabolisme sel akan berlangsung dalam suasana
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen sehingga sumber utama
glikogen terutama pada jantung dan hati akan berkurang dan asam
organik yang terjadi akan menyebabkan asidosis metabolik.15
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular
yang beberapa keadaaan diantaranya : 15
a.
Hilangnya sumber glikogen jantung berpengaruh pada fungsi
jantung
b.
Kurang adekuat pengisian udara alveolus berakibat tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
menuju paru dan sistem sirkulasi tubuh lain mengalami gangguan
c.
Asidosis metabolik mengakibatkan turunnya sel jaringan otot
jantung berakibat terjadinya kelemahan jantung.
Dari proses patofiologi tersebut sehingga fase awal asfiksia
ditandai dengan pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit ( periode
hiperpneu) diikuti dengan apneu primer kira kira satu menit dimana pada
saat itupulsasi jantung dan tekanan darah menurun. Kemudian bayi akan
mulai bernafas (gasping) 8–10 kali/menit selama beberapa menit, gasping
ini semakin melemah sehingga akhirnya timbul apneu sekunder. Pada
asfiksia berat bisa terjadi kerusakan pada membran sel terutama sel
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan elektrolit,
Page 28
lib.unimus.ac.id
akibtanya menjadi hiperkalemia dan pembengkakan sel. Kerusakan sel
otak terjadi setelah asfiksia berlangsung selama 8 – 15 menit. 15
Menurun atau terhentinya denyut jantung akibat dari asfiksia
mengakibatkan iskemia. Iskemia akan memberikan akibat yang lebih
hebat dari hipoksia karena menyebabkan perfusi jaringan kurang baik
sehingga glukosa sebagai sumber energi tidak dapat mencapai jaringan
dan hasil metabolisme anerobik tidak dapat dikeluarkan dari jaringan.15
2.2.4. Klasifikasi dan manifestasi klinis
1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan
gejala yang muncul padaasfiksia berat adalah sebagai berikut :18
1. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
2. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
3. Tidak ada usaha nafas.
4. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
5. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
6. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.
2. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut :18
1. Frekuensi jantung menurun menjadi 60 – 80 kali per menit.
2. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
3. Usaha panas lambat.
4. Bayi sianosis.
5. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
6. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan.
Page 29
lib.unimus.ac.id
3. Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai
berikut :18
1.
Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
2.
Bayi merintih (grunting).
3.
Bayi sianosis.
4.
Retraksi sela iga.
5.
Bayi kurang aktivitas.
6.
Pernapasan cuping hidung.
Untuk
menentukan
tingkatan asfiksia,
apakah
bayi
mengalami asfiksia berat, sedang atau ringan/ normal dapat dipakai
penelitian apgar skor.18
APGAR score
A : Apprearance = Rupa (warna kulit)
P : Pulse
= Nadi
G : Grimace
= Menyeringai (akibat repleks kateter
dalam hidung)
A : Activity
= Keaktifan
R : Respiration
= Pernafasan
Dibawah ini tabel untuk menentukan tingkat/derajat asfiksia yang dialami
bayi pada saat dia dilahirkan penilaian dilakukan pada menit pertama dan
menit kelima pada saat bayi lahir.2
Page 30
lib.unimus.ac.id
Nilai APGAR 18
Tabel 2.1. Nilai APGAR
Tanda
0
1
2
Frekuensi jantung
Tidak ada
Kurang dari 100/ menit
Lebih dari 100/ menit
Usaha napas
Tidak ada
Lemah/tidak
teratur
(slow
Baik/Menangis kuat
irregular)
Tonus otot
Reaksi
terhadap
Lumpuh
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
Gerakan aktif
Tidak ada
Sedikit
Gerakan
rangsangan
Warna kulit
Pucat
gerakan
mimik
(grimace)
melawan
Badan merah, ektrimitas biru
Seluruh
kuat/
tubuh
kemerah-merahan
Sumber: Benson (2010)
Keterangan nilai APGAR:
1.
7 - 10: Bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam
keadaan normal.
2.2.5.
2.
4 – 6: Bayi mengalami asfiksia sedang.
3.
0 – 3: Bayi mengalami asfiksia berat.
Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan
dari anoksia/hipoksiajanin.Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat
dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga
Hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :20
a. Denyut jantung janin :jika frekuensi denyut jantung turun
sampai di bawah 100 permenit di luar his dan ditambah denyut
jantung tidak teratur hal tersebut merupakan tanda bahaya.
frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan permenit..
b. Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada presentasi
kepala
mungkin
pernafasandan
dimungkinkan
untuk
gawat
rangsangan nervusX,sehingga paristaltik
terjadi
gangguan
janin,
usus meningkat
akibat
dan
sfingter ani terbuka. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
Page 31
lib.unimus.ac.id
presentasi kepala menunjukan indikasi untuk mengakhiri persalinan
dengan syarat dapat dilakukan dengan mudah.
c. Pemeriksaan pH darah janin :Andaikan pH itu turun sampai di
bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.Turunnya pH
menyebabkan terjadinya asidosis.
2.3. Hubungan Terjadinya BBLR dengan Asfiksia Neonatorum
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya pada BBLR kesulitan
pernafasan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya diantaranya adalah
defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke penyakit membran hialin ( PMH),
kemudian reflek batuk, reflek menghisap dan reflek menelan yang belum
terkoordinasi, dan thorak yang dapat menekuk serta otot bantu nafas yang
lemah faktor faktor itulah yang menjadikan BBLR memiliki resiko besar untu
terjadinya asfikisa neonatorum.15
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2007 angka kematian bayi sebanyak sebesar 34 kematian/1000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada
masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal.
Adapun
penyebab
kematian
bayi
baru
lahir
di
Indonesia,
salah
satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian
bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).27
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kirakira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1
juta bayi ini meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi , sebanyak
57% meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalahbayi
berat
lahir
rendah (29%), asfiksia (27%), trauma
lahir, tetanus
neonatoruminfeksi lain dan kelainan kongenital.23
Menurut penelitian Ade Suprapto terdapat hubungan yang signifikan
BBLR dengan kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Pringsewu Lampung
Periode 1 Januari 2010- 31 Desember 2010.28 Penelitian Arif Budi Prasetyo
juga menunjukan adanya hubungan antara BBLR dengan insidensi asfiksia
neonatorum di RSUD Cilacap periode 1Januari – 31 Desember 2012.29
Page 32
lib.unimus.ac.id
Dari hasil penelitian – penelitian sebelumnya tersebut memebrikan
motivasi bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
bagaimana tingkat keparahan asfiksia neonatorum pada BBLR di RSUD
Kabupaten Karanganyar. Pemilihan tempat adalah dikarenakan belum adanya
penelitian sebelumnya di rumah sakit tersebut.
2.4. KERANGKA TEORI
Faktor
janin
Imaturitas
hati
Imaturitas
ginjal
Bayi Berat lahir
rendah (BBLR)
Kekurangan
jaringan lemak
dibawah kulit
Faktor
plasenta
Imaturitas paru
dan kekurangan
surfaktan
Asfiksia
neonatorum
Faktor
neonatus
Derajat
ringan
Derajat
sedang
Ganggua
n organ
organ lain
Faktor
ibu
Derajat
berat
2.5. KERANGKA KONSEP
Derajat Bayi berat
lahir rendah (BBLR)
Tingkat keparahan
Asfiksia
neonatorum
2.6. HIPOTESIS
Semakin beratderajat BBLR
maka semakin tinggi tingkat keparahan
Asfiksia Neonatorum.
Page 33
lib.unimus.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
3.1.1. Ruang Lingkup Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan
Anak.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 hingga selesai.
3.1.3. Tempat Penelitian
Tempat
penelitian
akan
dilaksanakan
diRSUD
Kabupaten
Karanganyar
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah analitik
observasional dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara
retrospektif
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian meliputi semua pasien anak neonatus yang
terdiagnosis BBLR dan Asfiksia Neonatorum di RSUD Kabupaten
Karanganyar periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013 yaitu sebanyak
125 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel diambil dari sebagian populasi pasien neonatus yang
terdiagnosis BBLR dan Asfiksia Neonatorum di RSUD Kabupaten
karanganyar periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013 yang memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pengambilan sampel dengan metode
Total sampling, dimana sampel diambil dari semua populasi yang ada.
Page 34
lib.unimus.ac.id
a. Kriteria inklusi :
1. Pasien bayi yang berdasarkan rekam medis didiagnosis BBLR
dan mengalami Asfiksia neonatorum dalam periode 1 Agustus
2012 – 31 Agustus 2013.
2. Pasein BBLR yang mengalami asfiksia neonatorum baik itu dari
faktor ibu, janin, neonatus, dan plasenta.
b. Kriteria eksklusi :
1. Pasien bayi yang tidak mempunyai kelengkapan rekam medis
(RM).
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Bebas :
Derajat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
3.4.2. Variabel Terikat :
Tingkat Keparahan Asfiksia Neonatorum
3.5. Alat dan Instrumen Penelitian
Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Alat tulis.
b. Rekam medis (RM) periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
c. SPSS 20.
3.6. Data yang Dikumpulkan
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari hasil pendokumentasian Rekam Medik dan
status bayi yang dirawat inap di RSUD Kabupaten Karanganyar periode 1
Agustus 2012 - 31 Agustus 2013.
3.7. Alur Penelitian
3.7.1. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Memeriksa kelengkapan data pasien BBLR sesuai kriteria
sampel
dari
Rekam
Medis
(RM)
RSUD
Kabupaten
Karanganyar.
b. Mengumpulkan data berupa hasil pemeriksaan Derajat BBLR
Page 35
lib.unimus.ac.id
c. Mengumpulkan data berupa hasil pemeriksaan derajat Asfiksia
neonatorum.
d. Mengolah data yang telah didapat.
e. Menganalisis data antara Derajat BBLR dengan derajat
asfiksia neonatorum
3.8. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi operasional
Cara ukur
Hasil Ukur
1
Derajat Bayi
Yaitu neonatus yang diukur
Mencatat
1.
berat
dengan
data
lahir
rendah
timbangan
bayi
sesaat setelah lahir.
dari
berat
lahir
Ordianl
rendah (BBLR),
rekam medis
(BBLR)
Bayi
Skala
(1500-2500 gram)
2.
Bayi
berat
sangat
lahir
rendah
(BBLSR),
(1000-1499 gram)
3.
Bayi
berat
exstrem
lahir
rendah
(BBLASR), (< 999
gram)
2
Tingkat
Yaitu
pembagian
Asfiksia
neonaturum
neonatorum
sekor APGAR yang dinilai
setelah
berdasarkan
bayi
tercantum
asfiksia
lahir
dalam
Mencatat
data
1.
dari
dan
medis.
Ordinal
(Nilai APGAR 7-10)
rekam medis. 2.
rekam
Asfiksia Ringan
Asfiksia Sedang
(Nilai APGAR 4-6)
3.
Asfiksia Berat
(Nilai APGAR 0-3)
3.9. Cara Penelitian
Pengumpulan data sekunder dengan mencatat data dari rekam medis, antara
lain :
3.9.1. Identitas pasien :
a. Nama neonatus
b. Jenis Kelamin
Page 36
lib.unimus.ac.id
3.9.2. Diagnosis :
a. Derajat BBLR
b. Tingkat keparahan Asfiksia
3.9.3. Hasil pemeriksaan bayi :
a. Berat badan Lahir bayi
b. nilai APGAR
c. Usia kehamilan ibu
3.10. Pengolahan Data
3.10.1. Editing (Pengeditan Data)
Editing adalah merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuisoner.Apakah semua pertanyaan
sudah terisi, apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan
cukup jelas atau terbaca, apakah jawabannya relevan dengan
pertanyaannya, dan apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten
dengan jawaban pertanyaan lainnya.
3.10.2. Coding (Pengkodean)
Setelah melakukan editing, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau
“coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan.
3.10.3. Data Entry (Pemasukan Data)
Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau
“software” komputer program yang sering digunakan untuk “entri
data” penelitian adalah paket progra SPSS for Window.
3.10.4. Cleaning Data (Pembersihan Data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan
adanya
kesalahan-kesalahan
kode
dan
ketidak
lengkapan, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
Page 37
lib.unimus.ac.id
3.10.5. Analisa Data
a. Analisa Univariat (Analisis Deskriptif)
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap
tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabl.12 Analisis yang telah dianalisis dilakukan dengan distribusi
frekuensi
dari
tiap-tiap variabel
independen (Derajat
BBLR)
dan variabel dependen (Tingkat Keparahan asfiksia).
b. Analisa Bivariat
Analisa
terhadap
dua
bivariat merupakan
variabel
analisis
yang
yang
diduga
dilakukan
berubungan
atau berkolerasi.12Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel
independen (Derajat
dependen (Tingkat
Keparaha
BBLR)
asfiksia
dengan
neonatorum)
variabel
di
RSUD
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2013 yang dianalisis dengan uji
statistik Rank Spearman dan menggunakan komputerisasi dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05.
Analisa
ini
dilakukan
untuk
melihat
hubungan
(kolerasi)
antara variabel independen dengan variabel dependen.
Keputusan dari pengujian Rank Spearman:
1. Jika ρ value < a (0,05), Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
2. Jika ρ value > a (0,05) Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Page 38
lib.unimus.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Univariat
1. Karakteristik RSUD Kabupaten Karanganyar
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar
merupakan salah satu rumah sakit umum negeri yang berada di Kabupaten
karanganayar dengan alamat lengkap di Jl. Yos Sudarso, Bejen,
Karanganayar, Jawa Tengah. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Karanganyar merupakan rumah sakit bertipe C. Motto RSUD
Kabupaten Karanganyar adalah "Sehat adalah keutamaan kami" dan
memiliki Visi"Rumah sakit umum daerah pilihan masyarakat berstandar
nasional"serta memiliki misi sebagai berikut:35
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Profesional
2. Meningkatkan Kompetensi dan Komitmen Sumber Daya Manusia
3. Memenuhi Sarana Prasarana Sesuai Kebutuhan Masyarakat
4. Meningkatkan Kemandirian, Transparansi dan Akuntabe
5. Mengembangkan Pelayanan Unggulan.
Untuk
penanganan
Bayi
resiko
tinggi
RSUD
Kabupaten
Karanganyar memiliki satu bangsal untuk bayi resiko tinggi yaitu bangal
dahlia, yang mana dibangsal tersebut memiliki tenaga kesehatan untuk
menangani bayi resiko tinggi yang terdiri dari 2 dokter spesialis anak, 4
bidan, dan 9 perawat. Fasilitas untuk penanganan bayi resiko tinggi di
bangsal dahlia terdiri berupa resusitasi set sejumlah 1, incubator sejumlah
10, infan wanmer 1, dan fototerapi sejumlah 1.
Pada Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013 yang lalu jumlah
Kelahiran di RSUD Kabupaten karanganyar sebanyak 1715 baik non
rujukan maupun rujukan dimana lahir dengan kondisi hidup sebanyak 1707
dan lahir dengan kondis meninggal sebanyak 8.
Page 39
lib.unimus.ac.id
Tabel 4.1. Distribusi kelahiran di RSUD Kabupaten Karanganyar Periode
1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Bulan
Mati
Hidup
Total/Bulan
Agustus 2012
0
120
120
September 2012
0
131
131
Oktober 2012
0
134
134
November 2012
0
121
121
Desember 2012
1
100
101
Januari 2013
1
125
126
Februari 2013
0
126
126
Maret 2013
0
105
105
April 2013
0
154
154
Mei 2013
0
159
159
Juni 2013
0
136
136
Juli 2013
1
154
155
Agustus 2013
5
142
147
8
1707
1715
Total
mati
hidup
0,47%
99,53%
Gambar 4.1. Diagram Distribusikelahiran di RSUD Kabupaten
Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Page 40
lib.unimus.ac.id
Pada periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013 pula tercatat
jumlah BBLR (berat badan lahir < 2500 gram) sebanyak 264 neonatsu,
sedangkan bayi yang lahir dengan berat badan > 2500 gram sebanayak
1451, jumlah tersebut merupakan jumlah bayi non rujukan maupun
rujukan dari luar. Berikut tabel jumlah berat badan bayi baru lahir.
Tabel 4.2. Distribusi berat badan bayi baru lahir di RSUD Kabupaten
Karanganyar periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Bulan
BB≤2500 gram
BB>2500 gram
Total/Bulan
Agustus 2012
24
96
120
September 2012
13
118
131
Oktober 2012
22
112
134
November 2012
23
98
121
Desember 2012
23
78
101
Januari 2013
22
104
126
Februari 2013
18
108
126
Maret 2013
15
90
105
April 2013
25
129
154
Mei 2013
20
139
159
Juni 2013
16
120
136
Juli 2013
20
135
155
Agustus 2013
23
124
147
264
1451
1715
Total
BB<2500
BB>2500
15.39%
84,61%
Gambar 4.2. Diagram distribusi berat badan bayi baru lahir di RSUD
Kabupaten Karanganyar periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Page 41
lib.unimus.ac.id
2. Karakteristik Sampel BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar
a. Distribusi Jenis Kelamin BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Pada penelitian menggunakan 125 sampel dari Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) . Setelah dilakukan uji statistik di dapatkan hasil
sebagai berikut ini:
Tabel 4.3. Jenis kelamin BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentae
1
Laki laki
63
50,4
2
Perempuan
62
49,6
Total
125
100,0
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 125BBLR lahir dengan
jenis kelamin laki laki sebanyak 63 dengan prosentase 50,4 % dan
62BBLRlahir dengan jenis kelaminperempuan sebanyak 49,6 %.
Laki laki
Perempuan
49,6%
50,4%
Gambar 4.3. Diagram Jenis kelamin BBLR dengan Asfiksia
neonatorum di RSUD Kabupaten Karanganyar
Page 42
lib.unimus.ac.id
b. Distribusi Proses Persalinan BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Tabel
4.4.
Proses
Persalinan
BBLR
di
RSUD
Kabupaten
KaranganyarPeriode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
No
Proses Persalina
Frekuensi
Prosentase
1
Normal
87
69,6
2
Caesar
38
30,4
Total
125
100,0
Tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa dari 125 BBLR, lahir dengan
proses persalinan normal sebanyak 87 dengan prosentase 69,6 % dan
dengan proses persalinan Caesar sebanyak 38 dengan prosentase 30,4%
Normal
Caesar
30,4%
69,6%
Gambar 4.4, Diagram Proses Persalinan BBLR di RSUD
Kabuaten Karanganya
Page 43
lib.unimus.ac.id
c. Distribusi Derajat BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar Periode 1
Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Distribusi derajat BBLR di RSUD Kabupaten Karanganyar
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013 sebagai berikut.
Tabel 4.5. distribusi derajat BBLRdi RSUD Kabupaten Karanganyar
Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
No
Derajat BBLR
Frekuensi
Prosentase
1
BBLR
107
85,6
2
BBLSR
8
6,4
3
BBLASR
10
8,0
Total
125
100,0
Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 125BBLR terdapat 107
responden mterdiagnosis BBLR dengan prosentase 85,6 % , 8
responden terdiagnosis BBLSR dengan
prosentase 6,4 %, serta 10
responden terdiagnosisBBLASR dengan prosentase 8,0 %.
8%
6,4%
BBLR
BBLSR
BBLASR
85,6%
Gambar 4.5. Diagram distribusi derajat BBLR
Page 44
lib.unimus.ac.id
d. Distribusi Derajat
Asfiksia Neonatorum
di RSUD Kabupaten
Karanganayar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
Distribusi derajat Asfiksia Neonatorum di RSUD Kabupaten
Karanganyar Periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013 sebagai
berikut.
Tabel 4.6. Distribusi Derajat Asfiksia Neonatorum di RSUD Kabupaten
KaranganyarPeriode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013
NO
Derajat
1
Ringan
2
Sedang
3
Berat
TOTAL
Frekuensi
Prosentase
7
5,6
104
83,2
14
11,2
125
100,0
Tabel4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 125BBLR terdapat
7BBLRmengalami
Asfiksia
neonatorum
derajat
ringan
dengan
prosentase 5,6% , 104BBLRmengalami asfiksia neonatorum derajat
sedang denganprosentase 83,2%, serta 14 BBLRmengalamiasfiksia
neonatorumderajat berat dengan prosentase 11,2%.
Ringan
11,2%
Sedang
Berat
5,6%
83,2%
Gambar 4.6. Diagram distribus derajat Asfiksia Nenatorum
Page 45
lib.unimus.ac.id
4.4.2. Analisis Bivariat
Tingkat Keparahan Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) Di RSUD Kabupaten Karanganyar Periode 1
Agustus 2012 – 31 Agustus 2013.
Tabel 4.7Tingkat keparahan asfiksia neonatorum p bayi berat lahir rendah
(BBLR) di RSUD kabupaten karanganyar periode 1 agustus 2012 – 31
agustus 2013
ASFIKSIA
No
Derajat
BBLR
Ringan
Sedang
Berat
Total
1
BBLR
7(5.6%)
97(77.6%)
3(2.4%)
107(85,6%)
2
BBLSR
0(0.0%)
7(5,6%)
1(0.8%)
8(6,4%)
3
BBLASR
0(0.0%)
0(0.0%)
TOTAL
7(5,6%)
204(83.2%) 14(11,2%) 125(100.0%)
10(8.0%)
ρValue Rank
Spearman
0,00
0,600
4(4.3%)
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 125 reponden terdapat :
a. BBLR dengan kejadian asfiksia neonatorum ringan sebanyak 7
dengan prosentase 5,6%, kejadian asfiksia neonatorum sedang
sebanyak 97 dengan prosentase 77,6%, dan kejadian asfiksia berat
sebanyak 3 dengan prosentase 2,4%.
b. BBLSR dengan kejadian asfiksia nenonatorum ringan sebanyak 0
dengan prosentase 0,0%, kejadian asfiksia neonatorum sedang
sebanyak 7 dengan prosentase 5,6%, dan kejadian asfiksia neonatorum
berat sebanyak 1 dengan prosentase 0,8%.
Page 46
lib.unimus.ac.id
c. BBLASR dengan kejadian asfiksia neonatorum ringan sebanyak 0
dengan prosentase 0,0%, kejadian asfiksia neonatorum berat sebanyak
0 dengan prosentase 0,0%, sedangkan kejadian asfiksia neonatorum
berat sebanyak 10 dengan prosentase 4,3%.
d. Tabel diatas
menunjukan bahwa derajat BBLR dengan
asfiksia
neonatorumdengan tingkat keparahan sedang adalah yang tertinggi
angka kejadiannya.
e. Dari uji hubungan derajat BBLR dengan tingkat keparahan asfiksia
neonatorum di RSUD Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan
analisis Rank Spearman diperoleh ρ value sebesar 0,00 < 0,05,
sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara derajat BBLR
dengan derajat Asfiksia neonatorum, yang berarti semakin tinggi
Derajat BBLR berat badan bayi lahir maka semakin tinggi resiko
terjadi Asfiksia Neonatorum dan nilai koefisien 0,600 yang berarti
kekuatan hubungan antara derajat BBLR dengan tingkat keparahan
asfiksia neonatorum masuk dalam kategori kuat (0,6 – 0,79).
Page 47
lib.unimus.ac.id
4.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara derajat BBLR
dengan tingkat keparahan asfiksia neonatorum di RSUDKabupaten Karanganyar
periode 1 Agustus 2012 – 31 Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan terhadap 125
BBLR sebagaisampel penelitian. Dari 125 sampel BBLR didapatkan 63BBLR
lahir dengan jenis kelmanin laki lakidan sebanyak 62 BBLR lahir dengan jenis
kelamin perempuan. Proses persalinan normal pada BBLR sebanyak 87, dan
sisanya sebanyak 38 dilahirkan dengan proses caesar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa derajat BBLR adalah jumlah
terbanyak dibandingkan dengan derajat BBLSR dan BBLASR yaitu sebanyak 107
bayi. Rata rata derajat Asfikisa neonatorum adalah derajat sedang dengan jumlah
104. Cara menentukan derajat asfiksia neonatorum menggunakan sekor APGAR
dan penilaian pada menit ke-1, ke-5, ke-10, sesaat setelah bayi lahir. Namun
sebagai patokan dalam menentukan derajat Asfikisa neonatorum adalah pada
menit ke-1, sesudah setelah dilakukan resusitasi setelah bayi lahir maksimal 90
detik.
Dari hasil penelitian diatas didapatkan hasil bahwa ada hubungan
signifikan antra derajat BBLR dengan tingkat keparahan asfiksia neonatorum
pada BBLR. Dari hasil analisis didapatkan juga bahwa derajat BBLR yang
mengalami Asfiksia dengan tingkat keparahan sedang adalah yang terbanyak
yaitu sebesar 97 dengan prosentase 77,6% dari 125 sampel yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan derajat BBLR dengan tingkat
keparahan
Asfiksia
neonatorum
menggunakan
analisis
Rank
Spearman
didapatkan ρ value sebesar 0,00 < 0,05 hal ini menunjukan ada hubungan positif.
Sesuai dengan teori yang tealah dibahas pada bab sebelumnya bawasannya pada
BBLR akan mengalami gangguan pernafasan yang disebabkan oleh kekurangan
surfaktan (rasio lesitin atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah
dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax).11 Berdasarkan penelitian
tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin beratderajat BBLR
Page 48
lib.unimus.ac.id
makasemakin tinggi tingkat keparahan asfiksia neonatorum. Sedangkan nilai
koefisien didapatkan 0,600 yang berarti kekuatan hubungannya adalah dalam
kategori kuat atau dalam rentang 0,600 sampai 0,79.
Page 49
lib.unimus.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal,
yaitu:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BBLR dengan derajat BBLR
(Berat badan lahir 1500 – 2500 gram) merupakan yang terbanyak di
RSUD Kabupaten Karanganyar dengan jumlah 107 dengan prosentase
85,6%.
2. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwaasfiksia neonatorum dengan
tingkat keparahan sedang merupakan yang terbanyak di RSUD Kabupaten
Karanganyar dengan jumlah 104 dengan prosentase 83,2%.
3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara derajat BBLR dengan tingkat keparahan asfiksia Neonatorum di
RSUD Kabupaten Karanganyar, yang berartisemakin berat derajat BBLR
maka semakin tinggi tingkat keparahan asfiksia neonatorum.
5.2.Saran
1.
Institusi
Perlunya diadakannya promosi, konseling dan penyuluhan kepada
masyarakat terutama usia produktifmengenai BBLR dan asfiksia
neonatorum. Sehingga dapat meminimalisir angka morbiditas dan
mortalitas BBLR dan asfiksia neonatorum.
2.
Masyarakat
Sebagai referensi informasi mengenai bayi resiko tinggi terurtama BBLR
dan asfiksia neonatorum.Sehingga diharapkan masyarakat sadar akan
pentingnya kesehatan ibu hamil maupun janin, dan dapat mencegah
terjadinya komplikasi penyakit neonatus yang lebih besar terutama BBLR.
3. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan dianalisis lebih lanjut oleh
peneliti
selanjutnya
dengan
menyempurnakan
metode
penelitian,
menambah atau memperluas sampel, variabel lainnya, memperketat
Page 50
lib.unimus.ac.id
kriteria inklusi dan eksklusi untuk mengetahui hubungan BBLR dengan
asfiksia neonatorum.
Page 51
lib.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
1. Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika,
Yogyakarta.
2. Kosim M. Sholeh. 2008. Buku ajar neonatologi. Edisi pertama.
IDAI.Jakarta
3. Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah. Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Semarang.
4. Suradi R, Roesli U, 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2002-2003. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
6. Wiknjosastro Hanifa, Bari S Abdul, Rachimhadhi Triyatmo. 1999. Ilmu
kebidanan. Edisi 3. Cetakan 5. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
7. Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB
untuk Bidan, ECG. Jakarta.
8. Saifuddin A B, dkk. 2002. Pelayanan Kesehatan maternal dan neonatal.
Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta.
9. Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC.
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2004. Bayi berat lahir rendah.
Dalam : standar pelayanan medis kesehatan anak. Ed I. Jakarta.
11. Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC, Jakarta
12. Arif TQ, Mochammad. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk
Ilmu Kesehatan. The Group Forum ( CSGF), Surakarta.
13. IDAI. 1999. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit Geneva: World Health
Organization;. Diunduh dari: www.who.int/reproductivehealth/publications/newborn_resus_citation/index.html
Page 52
lib.unimus.ac.id
14. American Academy of Pediatrics and American College of Obstetricians
and Gynaecologists. Care of the neonate. Guidelines for perinatal care.
Gilstrap LC, Oh W, editors. Elk Grove Village (IL): American Academy
of Pediatrics; 2002: 196-7.
15. Departemen Ilmu kesehatan anak FK UNDIP. 2011. Buku ajar IKA.
Badan penerbit UNDIP. Semarang.
16. American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. 2006.
Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta.
17. Dewi, N. V dan Sunarsih, T. 2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Salemba Medika, Jakarta.
18. Benson, P & Pernoll. 2010. Buku saku Obsetry Gynecology William.EGC,
Jakarta.
19. Rukiyah Y, dan Yulianti lia, 2010. Asuhan Kebidanan IV. Trans info
Media. Jakarta.
20. Kosim Sholeh, M. 2003. Buku panduan Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. IDAI, Jakarta.
21. Aliyah Anna, dkk. 1997, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan Perinatologi
Indonesia , Jakarta
22. Hanifa Wiknjosastro (2008). Ilmu kebidanan.Yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo. Jakarta
23. Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika,
Jakarta
24. Allen Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan, EGC :
Jakarta
25. Aminullah Asril,1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta.
26. Departemen kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Nasional.Depeartemen
Kesehatan RI.Jakarta
27. Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan . PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Page 53
lib.unimus.ac.id
28. Arif Budi Prasetyo.2013.The Relationship Of Low Brith Weight (LBW)
and Incidence Of Asphyxia In RSUD Cilacap Period 1 January - 31
December 2012.Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
29. Ade Suprapto.2012. Coelation Between Low Birth Wiegtht Baby With
The Incidence Of Neonatorum Asphyxia In RSUD Pringsewu Lampung
Periode 1 January 2010 – 31 Desember 2010. UII. Yogyakarta.
30. Saifuddin A B, dkk. 2002. Pelayanan Kesehatan maternal dan neonatal.
Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta.
31. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jilid
3. Cetakan ke 11. FKUI. Jakarta.
32. Mulyawan, Henry.2009, Gambaran kejadian BBLR, www. Lontar.UI.ac.id
.Jakarta. Diakses pada tanggal 14 November 2013.
33. Departemen Kesehatan Kabupaten Karanganayar. 2012. Profil Kesehatan
Kabupaten Karanganyar tahun 2012. Departemen Kesehatan Kabupaten
Karanganyar. Karanganyar.
34. Departemen Kesehatan Kabupaten Karanganayar. 2013. Profil Kesehatan
Kabupaten Karanganyar tahun 2013. Departemen Kesehatan Kabupaten
Karanganyar. Karanganyar.
35. RSUD Kabupaten Karanganyar. 2013.
http://www.rsudkaranganyar.com/index.php?option=com_content&view=
article&id=46:profile&catid=36:tentang-kami&Itemid. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2013.
Page 54
lib.unimus.ac.id
Lampiran 1
Lampiran 2
Page 55
lib.unimus.ac.id
Lampiran 3
Page 56
lib.unimus.ac.id
Lampiran 4
Page 57
lib.unimus.ac.id
Page 58
lib.unimus.ac.id
Lampran 5
JENIS_KELAMIN
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki laki
63
50,4
50,4
50,4
Perempuan
62
49,6
49,6
100,0
125
100,0
100,0
Total
CARA_PERSALINAN
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Caesar
38
30,4
30,4
30,4
Normal
87
69,6
69,6
100,0
125
100,0
100,0
Total
DERAJAT_BBLR
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
BBLR
107
85,6
85,6
85,6
BBLSR
8
6,4
6,4
92,0
BBLER
10
8,0
8,0
100,0
125
100,0
100,0
Valid
Total
DERAJAT_ASFIKSIA
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ringan
7
5,6
5,6
5,6
Sedang
104
83,2
83,2
88,8
Berat
14
11,2
11,2
100,0
Total
125
100,0
100,0
Valid
DERAJAT_BBLR * DERAJAT_ASFIKSIA Crosstabulation
DERAJAT_ASFIKSIA
Ringan
Sedang
Total
Berat
Page 59
lib.unimus.ac.id
Count
BBLR
7
97
3
107
% within DERAJAT_BBLR
6,5%
90,7%
2,8%
100,0%
% of Total
5,6%
77,6%
2,4%
85,6%
0
7
1
8
% within DERAJAT_BBLR
0,0%
87,5%
12,5%
100,0%
% of Total
0,0%
5,6%
0,8%
6,4%
0
0
10
10
% within DERAJAT_BBLR
0,0%
0,0%
100,0%
100,0%
% of Total
0,0%
0,0%
8,0%
8,0%
7
104
14
125
% within DERAJAT_BBLR
5,6%
83,2%
11,2%
100,0%
% of Total
5,6%
83,2%
11,2%
100,0%
Count
DERAJAT_BBLR
BBLSR
Count
BBLER
Count
Total
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Error
b
Approx. T
Approx. Sig.
a
Interval by Interval
Pearson's R
,663
,075
9,813
,000
c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
,600
,092
8,309
,000
c
N of Valid Cases
125
Page 60
lib.unimus.ac.id
Lampiran 6
Gambar bangsal dahlia
Gambar sejumlah incubator
Page 61
lib.unimus.ac.id
Gambar sejumlah incubator
Gambar sejumlah incubator
Page 62
lib.unimus.ac.id
Lampiran 7
TAHUN
NO
Agus_2012
Sep_2012
Nov_2012
Des_2012
LAHIR
BB
APGAR
12.08.001
PERSALINA
N
Normal
Perempuan
2400
7.8.9
12.08.002
Normal
Perempuan
1600
7.8.10
12.08.003
Normal
Laki laki
1400
6.7.8
12.08.004
Normal
Perempuan
2100
6.7.8
12.08.005
Normal
Perempuan
2000
6.7.8
12.08.006
Normal
Laki laki
500
2.3
12.08.007
Normal
Perempuan
2300
5.6
12.08.008
Normal
Perempuan
1850
6.7.8
12.08.009
Normal
Perempuan
2300
6.7.9
12.08.010
Caesar
Perempuan
2300
5.7.9
12.08.011
Normal
Perempuan
2300
5.6.8
12.08.012
Normal
Perempuan
1100
6.7.8
12.08.013
Normal
Laki laki
500
1.1.1
12.08.014
Normal
Perempuan
2250
6.7.8
12.08.015
Normal
Laki laki
2300
6.7.8
12.08.016
Normal
Perempuan
1900
7.8.9
12.08.017
Normal
Laki laki
1600
6.7.8
12.08.018
Normal
Perempuan
2200
6.7.8
12.08.019
Normal
Perempuan
2300
6.7.8
12.08.020
Normal
Perempuan
1400
6.7.8
12.08.021
Caesar
Perempuan
2300
6.7.8
12.08.022
Normal
Perempuan
2300
6.8.9
12.08.023
Normal
Laki laki
2300
6.7.8
12.09.001
Normal
Laki laki
1900
6.7.9
12.09.002
Caesar
Laki laki
1500
5.6.8
12.09.003
Normal
Laki laki
2100
6.7.9
12.09.004
Normal
Perempuan
2000
6.7.9
12.09.005
Normal
Laki laki
2000
6.7.8
12.09.006
Normal
Perempuan
2150
6.7.8
12.09.007
Normal
Laki laki
2300
6.8.9
12.09.008
Normal
Laki laki
1200
5.6.9
12.11.001
Caesar
Laki laki
2400
4.6.7
12.11.002
Normal
Laki laki
1200
5.6.9
12.11.003
Normal
Perempuan
900
3.4.5
12.11.004
Normal
Perempuan
900
3.4.5
12.11.005
Normal
Perempuan
2400
7.9.9
12.12.001
Normal
Perempuan
2200
6.7.8
12.12.002
Normal
Perempuan
1500
5.6.9
Page 63
lib.unimus.ac.id
Jan_2013
April_2013
Mei_2013
12.12.003
Caesar
Laki laki
2400
6.7.8
12.12.004
Caesar
Perempuan
1700
5.6.7
12.12.005
Caesar
Laki laki
2200
6.7.8
12.12.006
Caesar
Perempuan
2100
6.7.8
12.12.007
Normal
Laki laki
2200
6.7.8
12.12.008
Normal
Perempuan
2400
5.6.
12.12.009
Normal
Laki laki
2400
6.8.9
12.12.010
Normal
Laki laki
800
3.3
12.12.011
Caesar
Perempuan
2400
7.8.10
12.12.012
Caesar
Laki laki
2000
6.7.8
12.12.013
Caesar
Perempuan
1800
6.7.8
12.12.014
Normal
Perempuan
1700
6.8.9
12.12.015
Normal
Laki laki
1650
4.5.6
12.12.016
Normal
Laki laki
2400
6.8.9
12.12.017
Normal
Laki laki
2300
6.8.9
12.12.018
Normal
Laki laki
1800
5.6.7
12.12.019
Normal
Laki laki
2100
6.7.9
12.12.020
Normal
Laki laki
1900
6.7.9
13.01.001
Caesar
Laki laki
1400
3.4.9
13.01.002
Caesar
Perempuan
2200
6.7.8
13.01.003
Normal
Perempuan
2400
5.6.7
13.01.004
Caesar
Laki laki
2400
6.7.8
13.04.001
Normal
Perempuan
2100
2.6.9
13.04.002
Caesar
Perempuan
1900
6.7.9
13.04.003
Caesar
Laki laki
1900
5.6.7
13.04.004
Caesar
Perempuan
2050
5.6.7
13.04.005
Normal
Laki laki
2450
6.8.9
13.04.006
Caesar
Laki laki
2450
6.7.9
13.04.007
Caesar
Laki laki
2450
6.7.9
13.04.008
Normal
Perempuan
1100
5.6.9
13.04.009
Normal
Laki laki
2200
6.7.8
13.04.010
Normal
Perempuan
2050
5.6.7
13.04.011
Normal
Laki laki
2300
6.7.8
13.04.012
Caesar
Laki laki
2250
6.7.8
13.04.013
Caesar
Laki laki
2300
6.7.8
13.04.014
Caesar
Perempuan
2350
6.7.8
13.04.015
Caesar
Laki laki
2200
6.7.8
13.05.001
Caesar
Laki laki
2000
6.7.8
13.05.002
Caesar
Laki laki
2200
6.7.8
13.05.003
Caesar
Perempuan
2000
6.7.8
13.05.004
Normal
Laki laki
1400
6.7.8
Page 64
lib.unimus.ac.id
Juni_2013
Juli_2013
Agus_2013
13.05.005
Caesar
Laki laki
2350
5.6.7
13.05.006
Caesar
Laki laki
2300
6.7.8
13.05.007
Normal
Perempuan
2400
6.7.9
13.05.008
Normal
Perempuan
1900
4.6.9
13.05.009
Normal
Laki laki
500
1.0
13.05.010
Normal
Laki laki
2300
5.6.7
13.06.001
Normal
Perempuan
2200
6.7.8
13.06.002
Normal
Perempuan
2100
6.8.9
13.06.003
Normal
Perempuan
2100
6.7.9
13.06.004
Normal
Laki laki
1900
5.6.9
13.06.005
Caesar
Laki laki
2400
6.7.9
13.06.006
Normal
Perempuan
1900
6.8.9
13.06.007
Normal
Laki laki
2400
6.8.9
13.06.008
Normal
Perempuan
1800
6.7.9
13.06.009
Normal
Perempuan
2100
6.7.9
13.06.010
Normal
Perempuan
2100
6.7.9
13.06.011
Normal
Laki laki
2100
6.7.9
13.06.012
Normal
Laki laki
2100
6.7.9
13.06.013
Normal
Perempuan
2400
6.8.9
13.07.001
Normal
Laki laki
1750
6.7.9
13.07.002
Normal
Perempuan
550
1.1
13.07.003
Normal
Perempuan
600
1.1
13.07.004
Normal
Laki laki
2000
6.7.9
13.07.005
Normal
Laki laki
2300
6.7.9
13.07.006
Normal
Perempuan
1700
1.3
13.07.007
Normal
Perempuan
2200
6.7.9
13.07.008
Normal
Perempuan
2300
6.7.8
13.07.009
Normal
Perempuan
1750
6.7.9
13.07.010
Caesar
Perempuan
2400
6.7.9
13.07.011
Normal
Laki laki
2300
6.8.9
13.07.012
Caesar
Perempuan
2400
7.8.9
13.07.013
Caesar
Laki laki
1750
6.7.8
13.08.001
Normal
Laki laki
500
3.4.5
13.08.002
Caesar
Laki laki
1750
6.7.8
13.08.003
Normal
Perempuan
2000
6.7.9
13.08.004
Normal
Laki laki
2100
6.7.8
13.08.005
Caesar
Laki laki
2300
6.7.8
13.08.006
Caesar
Perempuan
2200
6.7.8
13.08.007
Normal
Laki laki
1600
6.7.9
13.08.008
Normal
Laki laki
2300
7.8.9
13.08.009
Caesar
Perempuan
2000
3.5.9
Page 65
lib.unimus.ac.id
13.08.010
Normal
Laki laki
2100
6.7.9
13.08.011
Caesar
Laki laki
2200
6.7.8
13.08.012
Caesar
Perempuan
2300
6.8.9
13.08.013
Normal
Perempuan
500
1.1
13.08.014
Normal
Laki laki
2300
5.6.9
Page 66
lib.unimus.ac.id
Download