II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teori Konsumsi dan investasi

advertisement
II. LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Teori
Konsumsi dan investasi merupakan kegiatan yang berkaitan. Penundaan konsumsi
sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang.
Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang
efisisien untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda untuk dihasilkan
menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi
dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. (Jogiyanto, 2003 ; 5).
Istilah investasi pada umumnya berkaitan dengan aktivitas menginvestasikan
sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun pada
aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Skripsi ini membahas investasi
yang berkaitan pada pengelolaan beberapa aktiva yaitu saham, emas, dan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada umumnya
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu investor individual (individual/retail
investor) dan investor institusional (institusional investors). Investor individual
terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi, sedangkan
investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi,
lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana
pensiun, maupun perusahaan investasi.
2.2
Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat keputusan
investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk
mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah;
a. Menentukan kebijakan investasi
Di sini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan
dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan
investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya
adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi menyadari bahwa
ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan
baik dalam keuntungan maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya
terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi sekuritassekuritas tersebut.
c. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang
akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak
sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan
sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status
pajak dan sebagainya.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan
maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah dimiliki.
Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi
risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas
yang membentuk portofolio tersebut.
e. Evaluasi Kinerja
Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang
diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau portofolio yang
memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari potofolio
lainnya (Husnan, 200: 49).
2.3
Tipe-Tipe Investasi Keuangan
Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi
tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktivaaktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara
lainnya. Sebaliknya investasi tidak langsung dengan membeli aktiva keuangan
dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva keuangan dari
perusahaan-perusahaan lain.
2.3.1 Investasi Langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang
dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital
market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat
dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat
diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya
diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di
bank atau sertifikat deposito.
Macam-macam investasi langsung dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan
-
Tabungan
-
Deposito
2. Investasi yang dapat diperjualbelikan
a.
Investasi langsung di pasar uang
- T-bill
- Deposito yang dapat dinegosiasi
b.
Investasi langsung di pasar modal
- Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities).
- Saham-saham (equity securities)
c.
Investasi langsung di pasar turunan
- Opsi
- Future Contract
2.3.2 Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat berharga dari
perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan
menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit
investment trust, closed-end investment companies, dan open-end investment
companies.
2.4
Pasar Modal
2.4.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang
memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana
tersebut. Menurut Suad Husnan, secara formal pasar modal dapat
didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta. (Husnan, 1994 :3)
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus
bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual
dapat menjual dan membeli surat berharga dengan cepat. Pasar modal
dikatakan efisien jika harga dari surat berharga mencerminkan nilai
perusahaan secara akurat.
2.4.2
Peranan Pasar Modal
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat
bertemu antara penjual dan pembeli dengan risiko untung rugi. Pasar modal
sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha pada umumnya. Pasar
modal berperan sebagai sumber dana yang bersifat jangka panjang,
alternative investasi, wahana untuk melakukan restrukturisasi permodalan
perusahaan, dan media untuk melakukan divestasi. Pasar modal juga
mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan
dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif
terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkan
dananya ke individu lain yang lebih produktif.
Manfaat pasar modal bagi para investor adalah memberikan kesempatan
atau hak kepada masyarakat untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek yang baik di masa depan, dan merupakan alternative
investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa
diperhitungkan. Sedangkan manfaat pasar modal bagi dunia usaha adalah
membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta memberikan akses
kontrol sosial bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya, mendorong
pemanfaatan manjemen profesional dalam pengelolaan perusahaan, wahana
untuk melakukan investasi dalam jangka pendek (likuiditas) maupun jangka
panjang (growth), dan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan.
Jenis pasar modal ada dua macam yaitu :
a. Pasar perdana (primary market)
Pasar perdana adalah pasar di mana untuk pertama kalinya efek di tawarkan
kepada para investor melalui agen penjual. Pada saham perdana ini harga
saham adalah tetap, pembelian saham tidak dikenakan komisi, pemesanan
dilakukan melalui agen penjual, jangka waktu terbatas dan hanya untuk
saham.
b. Pasar sekunder (secondary market)
Pasar sekunder adalah pasar untuk memperjualbelikan efek yang telah
diterbitkan. Di pasar sekunder ini harga saham berfluktuatif sesuai dengan
kekuatan pasar, pembelian maupun penjualan dikenakan komisi, pemesanan
dilakukan melalui anggota bursa dan jangka waktu tidak terbatas.pasar
sekunder dilakukan di Bursa Efek.
2.5
Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut. Saham sebagai sekuitas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi
bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Hal
ini berbeda dengan obligasi, saham tidak memilki jangka waktu jatuh tempo
(perpetual) dan tidak memberikan pendapatan tetap.
Pada dasarnya saham terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Saham biasa (common stock)
Saham biasa (common stock), merupakan saham yang paling dikenal
masyarakat dan paling banyak digunakan untuk penarik dana dari masyarakat.
Pemilik saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka
menanggung risiko, mendapat keuntungan, mempunyai hak suara dalam
RUPS dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Semakin banyak
prosentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki
untuk mengontrol operasional perusahaan.
Keuntungan saham biasa :
1. Mendapatkan dividen jika perusahaan memperoleh keuntungan.
2. Mempunyai hak suara untuk setiap satu saham dengan satu suara dalam
hal pemilihan dewan direksi perusahaan, pengembalian keputusan
manajemen, dan pengembangan perusahaan.
3. Mempunyai hak atas bonus yang dapat berupa saham gratis (saham bonus)
dan rights jika perusahaan melakukan rights issue.
4. Mendapatkan keuntungan dari penjualan saham jika harga jualnya lebih
tinggi daripada harga pembeliannya.
Kerugian saham biasa :
1. Mendapatkan prioritas terakhir atas kekayaan jika perusahaan yang
menerbitkan saham (emisi) mengalami kerugian, pailit atau dilikuidasi.
2. Apabila perusahaan penerbit saham (emiten)mengalami kerugian, harga
sahamnya dilantai bursa (pasar modal) akan jatuh dan apabila dijual
kemungkinan merugi (capital loss) dan jika perusahaan mengalami
kerugian tidak ada pembagian dividen.
2. Saham preferen (preferent stocks)
Saham preferen (preferent stocks), saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan
pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Pemilik saham
preferen mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran deviden dibandingkan
saham biasa. Bila perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan
mendapatkan pembayaran dari sisa aset perusahaan terlebih dahulu sebelum
pemegang saham biasa dan sebagai imbal balik dari hal tersebut, biasanya
pemegang saham preferen memiliki suara yang terbatas. Penilaian saham
preferen ini sederhana karena saham preferen tidak memiliki nilai jatuh tempo.
Keuntungan saham prioritas :
1. Didahulukan dalam pembagian dividen jika perusahaan mengalami
keuntungan.
2. Saham prioritas dapat ditawarkan dalam berbagai cara seperti :
 Cumulative Preference Share
Yaitu dividen yang tidak dibagikan pada akhir tahun harus dibagikan
secara kumulatif (seluruhnya) pada tahun-tahun berikutnya.
 Participating Preference Share
Yaitu pemilik saham memperoleh prioritas atas keuntungan
perusahaan. Setelah pemilik saham prioritas biasa memperoleh
dividen, pemilik saham prioritas berhak pula memperoleh tambahan
pembayaran dari keuntungan perusahaan yang masih tersisa.
3. Saham prioritas jenis biasa sering pula memperoleh dividen lebih besar
daripada dividen yang diterima pemegang saham biasa.
4. Jika perusahaan dilikuidasi, pemilik saham prioritas akan menerima lebih
dahulu uang yang mereka investasikan sebelum pemilik saham biasa
memperoleh pengembalian modalnya.
Kerugian saham prioritas :
1. Meskipun mendapatkan hak prioritas (istimewa) namun setelah kewajibankewajiban perusahaan dilunasi, saham prioritas hanya diprioritaskan
sebelum saham biasa.
2. Saham prioritas terkadang diterbitkan karena pada perusahaan terjadi
kekurangan dana atau memerlukan dana murah dalam waktu yang relatif
lebih singkat.
3. Kemungkinan terjadi kolusi antara emiten dan penjamin emisi untuk
memperoleh dana murah dan investor yang kurang berpengalaman,
sehingga saham yang dimiliki akan turun nilai atau harganya di lantai
bursa.
Return investasi dalam bentuk kepemilikan saham berupa :
1. Capital gain, merupakan return positif yang berasal dari selisih antara harga
jual yang lebih tinggi daripada haga pada saat pertama kali membelinya.
Apabila harga jualnya lebih rendah daripada harga pada saat pertama kali
membeli, maka return-nya negatif atau sering disebut capital loss.
2. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan setelah melalui
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
.
2.5.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang
menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Umumnya semua
indeks harga saham gabungan (composite) di berbagai negara menggunakan
metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia.
IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai
indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan
harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari
Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.
Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau
gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu:
1. Sebagai indikator trend pasar.
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3. Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio.
4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
2.6
Investasi Pada Emas
Emas memiliki manfaat fungsional sebagai alat investasi. Emas adalah jenis
investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola
sendiri. Emas dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal
sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas acapkali diidentikan dengan sesuatu
yang nomor satu, prestisius, dan elegan. Hal ini dikarenakan emas adalah Logam
Mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni-dalam udara biasa-emas
tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat. Emas banyak
digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai
perhiasan dan cadangan devisa suatu negara. Dan sampai saat ini emas merupakan
alat pembayaran yang paling utama di dunia.
Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Emas
dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Emas mempunyai suplai terbatas dan
permintaan yang tidak terbatas, sehingga harga emas semakin hari semakin naik.
Semakin terbuka informasi secara global, maka secara global, individu dan
lembaga akan mencari nilai dan nilai itu ada pada Emas. Emas banyak dipilih
sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik.
Sangat jarang sekali harga emas turun. Selain itu emas adalah alat yang dapat
digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Inilah
alasan utama investasi Emas, dengan demikian emas sangat layak menjadi salah
satu bagian dari portofolio investasi.
Investasi emas bisa dalam berbagai bentuk yaitu diantaranya sebagai berikut :
1.
Balok Emas (gold bullion) : emas dalam bentuk logam mulia (ingot). Untuk
membeli balok emas perlu disertai sertifikat yang dikeluarkan oleh PT
(Persero) Aneka Tambang Unit Logam Mulia.
2.
Perhiasan Emas (gold jewelery) : merupakan cara yang populer untuk
membeli emas. Tetapi sebenarnya bukan cara terbaik untuk investasi dalam
emas, karena biasanya adanya biaya pengrajin, mark up penjualan, dan
faktor lainnya.
3.
Keping Emas (gold coins): kepingan dengan nilai kleksi kecil atau tidak ada
sama sekali (non-numismatic), karena nilainya terutama ditentukan oleh
kandungan emasnya. Kandungan emas dari keping ini diukur dalam troy
ounce (satu troy ounce mengandung kira-kira 31 gram).
4.
Sertifikat Emas (gold certificates) : menunjukkan kepemilikan atas suatu
kuantitas emas tertentu yang disimpan di brankas bank (bank vault).
Kebaikan sertifikat emas : investor tidak perlu mengkhawatirkan keamanan
dari penyimpanan sendiri emas secara fisik dan pembelian sertifikat ems
bisa meringankan pajak penjualan dibandingkan pembelian balok atau
keping emas.
5.
Emas mendatang (gold futures): suatu kontrak untuk membeli atau menjual
suatu jumlah emas tertentu pada suatu harga tertentu pada tanggal tertentu.
Kelebihan berinvestasi pada emas yaitu :
1. Anti-krisis dan inflasi
Emas bisa dibilang sebagai investasi yang anti krisis dan inflasi. Dalam
kondisi inflasi, harga emas akan melonjak karena bisa dibilang emas adalah
cermin sempurna dari nilai barang di pasaran. Jika harga barang-barang naik,
maka emas juga naik dengan setara. Dalam kondisi rupiah yang melemah,
emas juga akan naik.
2. Berbentuk fisik
Bagi sebagian orang, rasanya kurang nyaman berinvestasi dalam bentuk aset
kertas seperti saham, reksadana, sukuk dan sebagainya. Investasi akan lebih
aman (dari risiko penipuan) kalau barangnya sendiri berwujud seperti tanah,
properti, ternak atau emas. Selain berbentuk fisik sehingga merasa aman, emas
juga bisa dibentuk dengan menarik dan berkilau, sehingga cocok untuk
dijadikan perhiasan. Sambil berhias, juga investasi, begitu kilah para ibu yang
mengumpulkan emas di pergelangan tangan, leher, dan jari-jemarinya. Tidak
salah juga sih investasi dalam bentuk emas perhiasan, namun hasilnya tidak
seoptimal emas murni atau koin Dinar.
3. Dapat digadaikan/dijadikan jaminan
Karena sifat fisiknya yang tidak aus, emas bisa dijadikan sebagai jaminan
gadai yang sangat baik. Hanya dalam waktu 15 menit, isi kantong bisa
kembali penuh hanya dengan menggadaikan emas di bank syariah.
Kekurangan berinvestasi pada emas yaitu :
1. Tidak praktis
Di satu sisi, investasi emas dalam bentuk fisik digemari sebagian masyarakat
yang merasa lebih aman dengan melihat investasi berwujud. Namun di sisi
lain, investasi dalam fisik emas juga cukup merepotkan. Untuk membeli dan
menjual emas, kita harus betul-betul membawa fisik emasnya. Tidak bisa
menggunakan transaksi elektronik seperti halnya investasi pada perbankan
atau pasar modal.
2. Penyimpanan & pengamanan
Sampai saat ini, belum ada rekening emas di perbankan. ETF berbasis emas
juga belum ada di Indonesia. Perdagangan komoditi emas memang sudah ada,
tapi belum sesuai syariah. Maka pilihan satu-satunya masih harus transaksi
fisik. Ini artinya, kita harus menyiapkan media penyimpanan dan pengamanan
bagi emas tersebut. Sebagai solusinya, brangkas di rumah bisa jadi pilihan,
tapi safe deposit box di bank juga sebetulnya tidak terlalu mahal dibandingkan
dengan harga sekeping emas.
3. Dana macet
Kalau investasi emas dengan cara menyimpan emas, maka itu sama saja
dengan menyimpan dalam dana macet. Memang betul harganya bisa naik dan
kita mendapatkan keuntungan, tapi kalau terlalu banyak menyimpan dana
macet seperti itu membuat ekonomi menjadi kurang bergerak karena emasnya
diam saja tidak produktif. Tidak seperti deposito atau saham yang uangnya
terus berputar di dunia usaha.
Melihat kelebihan dan kekurangannya, maka investasi dalam bentuk emas sangat
cocok untuk menjaga nilai aset di masa depan atau sebagai cadangan dalam
menghadapi krisis dan inflasi. Ini artinya, emas selayaknya menjadi dana
cadangan dalam portofolio dan jumlahnya tidak lebih dari 5 %-10 % dari total aset
kita. Emas juga cocok untuk investasi berbasis mata uang asing seperti haji,
umroh dan pendidikan luar negeri, maka menyimpan emas lebih dari sekedar
cadangan diperbolehkan untuk keperluan tadi. Karena sifatnya yang berbentuk
fisik dan tidak produktif, maka salah satu strategi dalam berinvestasi emas adalah
dengan memanfaatkan jasa perbankan yaitu rahn (gadai emas) dan/atau (SDB)
safe deposit box. SDB untuk menyimpan emas cadangan, dan rahn digunakan
untuk memproduktifkan emas agar tidak diam saja menunggu harganya naik.
2.7
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan
sistem diskonto/bunga. SBI merupakan suatu aktiva bebas risiko sehingga
mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang sama dengan
nol. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk
mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat
menyerap kelebihan uang primer yang beredar.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI
menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan
target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode
tertentu.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen investasi jangka pendek
(kurang dari satu tahun) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yang fungsi
utamanya adalah untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia. Dengan
menerbitkan SBI (yang dilakukan melalui mekanisme lelang), maka BI dapat
menyerap likuiditas (uang yang beredar di masyarakat), sehingga nilai tukar
rupiah dapat dikendalikan. Biasanya pembeli SBI itu mayoritas adalah kalangan
investor asing dan korporasi, seperti dana pensiun, aset management, asuransi,
dan lain-lain.
2.8
Tingkat Pengembalian (Return)
Return adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return merupakan salah
satu faktor yang memotivasi para investor untuk melakukan investasi dan
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital
gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas
atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan
capital gain (loss) merupakan kenaikan (atau penurunan) harga aktiva yang bisa
memberikan keuntungan (atau kerugian) bagi investor, dengan kata lain dapat
diartikan sebagai perubahan harga aktiva.
Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau return ekspektasi
(expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini
juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan
risiko di masa datang. Sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah
return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.
Untuk menghitung tingkat pengembalian (return) pasar saham menggunakan
persamaan sebagai berikut :
IHSGit – IHSGit-1
Ri =
+ Dt
X 100%
IHSGit - 1
Keterangan :
Ri
= Return saham
IHSGit
= Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
IHSGit-1
= Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1
Dt
= Deviden saham
Asumsi yang digunakan untuk menghitung return adalah :
1. Dividen dianggap tidak ada (nol) yang dihitung adalah capital gain
2. Right Issue, Warrant, dan Convertible Bond tidak dihitung
3. Transaction Cost tidak dihitung
4. Risiko yang diamati hanya risiko pasar (risiko sistematis dan risiko
unsystematic dianggap variabel unobserved (eit)
5. Return diperoleh dari perkembangan harga dengan pola Buy, Hold and Sell
6. Data yang digunakan untuk harga saham adalah Indeks Harga Saham
Gabungan penutupan (closing price) pada 2004-2008
Sedangkan return emas dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Pit – Pit-1
Ri =
X 100 %
Pit - 1
Keterangan :
Ri
= Return emas
Pit
= Harga emas pada periode t
Pit-1
= Harga emas pada periode t-1
Sedangkan return aset bebas risiko pada Sertifikat Bank Indonesia diambil dari
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.
2.9
Risiko (Risk)
Risiko adalah ketidakpastian. “High gain, high risk” adalah istilah yang ada
dalam dunia investasi, khususnya investasi saham. Risiko bagi investor adalah
suatu hal yang amat penting dan sangat berguna untuk menghindari dari adanya
kesalahan dalam melaksanakan keputusan suatu investasi dalam situasi
ketidakpastian. Risiko dalam investasi saham memang jauh lebih tinggi dari
dibandingkan tabungan, namun saham juga memiliki potensi keuntungan atau
tingkat pengembalian yang lebih besar.
Ada tiga jenis sikap investor terhadap risiko, yaitu :
1. Kelompok yang senang menghadapi risiko (risk seeker).
Kelompok pengambil risiko ini adalah mereka yang senang menghadapi
risiko. Bila dihadapkan pada dua pilihan, yaitu investasi yang kurang atau
yang lebih mengandung risiko dengan perkiraan jumlah hasil pengembalian
yang sama, seorang risk seeker akan lebih suka memilih jenis investasi yang
lebih mengandung risiko.
2. Investor yang anti risiko (risk averter).
Kelompok anti ini adalah yang lebih cendrung menghindari risiko. Jika
dihadapkan pada pilihan di atas maka risk averter lebih cendrung memilih
investasi yang kurang mengandung risiko.
3. Investor yang acuh (indifference) terhadap risiko.
Investor yang acuh terhadap risiko (risk neutral) tidak akan peduli dengan
investasi mana yang akan diambil. (Weston dan Copeland,1995:427).
Walaupun sudah jelas ada pihak yang menyenangi risiko atau acuh terhadap
risiko, namun secara akal sehat dan pengamatan telah menunjukkan bahwa para
manajer, investor maupun pemilik perusahaan akan cendrung untuk menghindari
risiko, hal ini dikarenakan adanya teori utilitas. Untuk investor yang risk averter,
bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan yang
semakin berkurang. Untuk mereka yang risk neutral, bentuk kurvanya berupa
garis lurus. Sedangkan yang risk seeker bentuk kurvanya melengkung dengan
peningkatan yang semakin naik. (Suad Husnan, 1994:115).
Utility
Risk seeker
Risk neutral
Risk averter
Gambar 2.1 Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko Investor.
Untuk menghitung risiko yang dikaitkan dengan return investasi dapat dilakukan
dengan menghitung varian dan standar deviasi yang bersangkutan. Varian dan
standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas,
yang menunjukkan seberapa besar penyebaran variable random di antara rataratanya, semakin besar penyebarannya, maka semakin besar varian dan standar
deviasi tersebut.
Menghitung varian dan standar deviasi, melalui persamaan sebagai berikut :
n
Varian (σ2) = Σ
(Rit – Ri)2
t=1
n-1
Standar Deviasi = σ = √ σ 2
Keterangan :
Rit
= Return aset periode t
Ri
= Rata-rata return aset
n
= Jumlah data
2.10 Konsep Portofolio
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik
berupa aset rill maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Hakikat
pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi
yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang
berkolerasi negatif.
Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang
efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang
menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau
kombinasi aset yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat
pengembalian tertentu.
Pendekatan yang umum digunakan dalam membentuk dan mengelola portofolio
aset adalah pendekatan yang ditemukan oleh Markowitz. Dengan teorinya yang
dikenal dengan teori diversifikasi, maka investasi dapat meminimumkan risiko
yang ada. Portofolio ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan utamanya
adalah portofolio ini hanya berguna dalam meminimumkan risiko dan
mempertahankan nilai investasi secara nominal dan tidak secara riil. Artinya daya
beli dari uang yang diinvestasikan belum tentu sama setelah jangka waktu
tertentu. Di sisi lain, kelebihan portofolio ini adalah mudah dibentuk agar sesuai
dengan karakteristik investasi yang diinginkan dan tujuan yang ingin dicapai.
Hakekatnya pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada berbagai
alternative investasi, sehingga risiko investasi secara keseluruhan akan dapat
dikurangi. Di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu masalah yaitu
terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari
kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak
terbatas. Dengan asumsi bahwa semua investor tidak menyukai risiko (risk
averter), maka investor akan memilih portofolio efisien dari sejumlah portofolio
yang :
1. Menawarkan expected return maksimum untuk berbagai tingkat risiko, atau
2. Menawarkan risiko minimum untuk berbagai tingkat expected return.
(Yogiyanto, 2003-180)
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain
merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan
masing-masing aset yang membentuk portofolio. Untuk menghitung return
portofolio digunakan persamaan sebagai berikut :
n
Rp =
Σ
(Wi . Ri)
t=1
Keterangan :
Rp = return yang diharapkan portofolio
Wi = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset i
Ri = return investasi yang diharapkan aset i
Sedangkan untuk mengitung risiko dari portofolio aset berisiko dapat digunakan
persamaan sebagai berikut :
σp2 = W12 . σ12 + W22 . σ22 + 2 (W1 . W2 . ρ . σ1 . σ2)
Keterangan :
σp2
= risiko portofolio
W1
= proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 1
W2
= proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 2
ρ
= koefisien korelasi aset 1 dan 2
σ1
= risiko pada aset 1
σ2
= risiko pada aset 2
2.11.1 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua
variable relatif terhadap masing-masing deviasinya. Nilai koefisien korelasi
berkisar antara +1 sampai dengan -1. nilai koefisien korelasi +1
menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien korelasi 0
menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan
korelasi negatif sempurna.
Korelasi positif berarti jika variable yang satu naik maka variable yang lain
akan ikut naik. Sedangkan korelasi negatif berarti jika salah satu variable
naik maka variable yang lain akan turun. Nilai dari koefisien korelasi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
ρ
n Σ xy – Σ x Σ y
=
√ [ n Σ x2 – ( Σ x )2 ] [n Σ y2 – ( Σ y )2 ]
Di mana :
x = Return aset 1
y = Return aset 2
2.11 Analisis Portofolio Dengan Adanya Aktiva Bebas Risiko
Semua kombinasi antara suatu kesempatan investasi yang berisiko dengan
investasi yang bebas risiko selalu akan menunjukkan persamaan garis lurus.
E(RA)
A
E(RA)
Rf
σA
σp
Gambar 2.2 : Risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan ketika dibentuk
portofolio dengan aktiva yang bebas risiko.
Setelah ada kesempatan investasi yang bebas risiko maka akan tinggal hanya satu
portofolio yang efisien. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai
aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang
sama dengan nol. Karena variannya (deviasi standar) sama dengan nol, kovarian
antara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko yang lain akan menjadi nol dan
untuk varian aktiva bebas risiko (σBR) yang sama dengan nol, maka kovarian
antara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko (σBri) adalah juga sama dengan
nol.
Dengan adanya aktiva bebas risiko, investor memiliki pilihan untuk memasukkan
aktiva ini ke dalam portofolionya. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan
sebagai aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return
yang sama dengan nol. Besarnya return ekspektasi untuk portofolio baru hasil
kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko dihitung dengan formula :
E(Rp) = WBR . R BR + (1 - WBR) . E(Rs)
Sedangkan risiko dari portofolio gabungan aktiva bebas risiko dengan aktiva
berisiko dapat dihitung dengan menggunakan formula :
σp2 = (1 - WBR)2 . σs2
Keterangan :
σp2
= Risiko portofolio
RBR
= Return aktiva bebas risiko
WBR
= Proporsi dana yang diinvestasikan pada aktiva bebas risiko
E(RS) = Return aktiva berisiko
σs
= Risiko aktiva berisiko
2.12 Tinjauan Empiris
Telah banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai investasi portofolio. Salah
satu tinjauan empiris yang pernah dilakukan oleh Wagner dan Lau (1971) dapat
digunakan untuk menjelaskan pengaruh suatu diversifikasi. Kedua ahli ini
membentuk portofolio dengan menggunakan satu sampai 20 surat berharga di
NYSE yang dipilih secara acak, dengan setiap surat berharga diberi bobot yang
sama. Semakin besar jumlah surat berharga dalam portofolio, deviasi standar dari
hasil pengembalian portofolio akan menurun.
Iwan Hartono melakukan penelitian pembentukan portofolio investasi saham
dengan menggunakan medel indeks tunggal pada tahun 1999. Ia menyimpulkan
bahwa pada periode 1995-1997 pembentukan portofolio optimal dengan
menggunakan model indeks tunggal akan memberikan return sebesar 6,319 %
dengan risiko sebesar 0,23 % lebih tinggi dari return pasar yaitu sebesar 0,13 %
dengan risiko sebesar 0,70 %.
Ismalia melakukan penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Portofolio
Untuk Saham LQ45 Periode Febuari 2004-Juli 2006 Dengan Model Indeks
Tunggal Di Bursa Efek Jakarta. Ia menyimpulkan bahwa saham-saham yang
dikategorikan masuk LQ45 periode Febuari 2004-Juli 2006 sebanyak 10 saham
yang dapat membentuk portofolio optimal dengan expected return 0,047749828
dan risiko sebesar 0,033205604.
Yuyun Istavitri dan Andi M. Parewangi melakukan penelitian mengenai
perkembangan pasar modal Indonesia. Melalui pengukuran kemampuan
pengelolan dana investasi oleh para pelaku di pasar modal ia menyimpulkan
bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan atas kebijakan alokasi aset pasif
yang telah ditentukan dan tertuang dalam prospectus masing-masing reksadana.
Penelitian ini menunjukkan peran positif dan signifikan dari strategi pemilihan
sekuritas terhadap kinerja reksadana saham yang diobservasi.
Download