psikologi komunikator kh. hisyam al-burhani

advertisement
PSIKOLOGI KOMUNIKATOR KH. HISYAM AL-BURHANI
HASYIM DALAM BERDAKWAH DI BASMOL KEMBANGAN
UTARA
JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
Ahmad Fikry Fauzan
NIM : 1112051000139
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H.
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hiyatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 06 Januari 2017
Ahmad Fikry Fauzan
ABSTRAK
Nama: Ahmad Fikry Fauzan
Judul: Psikologi Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Di Basmol
Kembangan Utara Jakarta Barat.
Psikologi komunikator dalam dakwah sangat penting bagi pendengar atau
mad’u. Psikologi dakwah sebagai alat bantu bagi komunikator atau da’i dalam
menyampaikan dakwah, seorang komunikator atau da’i yang mampu mempelajari
psikologi mampu memberikan dorongan, mengadakan perubahan, mengarahkan serta
memberikan keyakinan mad’u. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim adalah seorang da’i
yang memahami psikologi yang mampu berdakwah dengan pendekatan persuasif
kepada mad’u. Beliau dikenal sebagai da’i yang tegas, lugas dan serius akan tetapi
ketika beliau berdakwah mampu membuat mad’u memperhatikan dakwahnya.
Sehingga saya tertarik untuk meneliti Psikologi Komunikator KH. Hisyam AlBurhani Hasyim Dalam Berdakwah Di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana kekuatan ethos
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? 2.
Bagaimana kekuatan pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di
Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? 3. Bagaimana kekuatan loghos KH. Hisyam
Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat?
Untuk menganalisis rumusan masalah di atas, peneliti menggunakan teori
psikologi komunikator oleh Aristosteles dalam buku psikologi komunikator halaman
250 penulis Jalaluddin Rakhmat mengenai komponen-komponen psikologi
komunikator dan dakwah.
Jenis penelitian ini adalah pendeketan kualitatif dengan data deskriptif melalui
kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen yang terkumpul bahwa data
yang dikumpulkan berupa gambar bukan angka-angka. Kemudian yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara baik dengan narasumber maupun mad’u dan dokumentasi
yang akan ditafsirkan penulis.
Temuan penelitian ini adalah psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani
Hasyim di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat yang mencangkup kepada
komponen ethos, pathos, dan loghos. Pada komponen ethos bahwa sumber
kepercayaan beliau yang merupakan lulusan Mekkah Al-Mukarramah di bawah
naungan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani dan kata Al-Burhani
dalam namanya pemberian sang guru, daya tarik yang dikagumi mulai dari fisik dan
busana peci putih gamis dan sorban, serta memiliki kekuasan karena kelebihan ilmu.
Dimana keahlian dan kepercayaan seorang da’i merupakan sebuah keberhasilan
dalam berdakwah. Pada komponen pathos bahwa beliau mampu memberikan
semangat juang dengan pesan-pesan dakwahnya yang bersifat persuasif. Pada
komponen loghos bahwa beliau mampu memberikan uraian yang rasional sehingga
mad’u bisa mencerna dan memahami pesan-pesan dakwah yang rekreatif.
Kata kunci: psikologi komunikator, KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim,
dakwah, ethos, pathos, dan loghos.
i
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang semesta alam tiada
kata yang pantas diucapakn selain kata tasyakkur dan tahmid kepada Allah yang
selalu memberikan nikmat islam dan iman serta sehat, panjang umur, dan sebagainya.
Shalawat serta salam teriring kepada baginda Rasulullah SAW atas perjuangan dan
pengorbanannya dapat memberikan pelajaran dan tauladan bagi umat manusia.
Dengan kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini yang berjudul “Psikologi
Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim di Basmol Kembangan Utara Jakart
Barat.”
Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta
dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Dr.Suparto. M.Ed, M.A, Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.Roudhonah,
M.Ag, Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Suhaemi,
M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita
Fathurrokhmah, M.Si, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik.
iii
4. Dra. Nasichah, M.A, Dosen Pembimbing skripsi yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis
ucapkan mohon maaf apabila dalam proses perkuliahan ada sikap penulis
yang kurang berkenan di hati Bpk/Ibu, penulis sangat harapkan doa Bpk/Ibu,
semoga ilmu yang telah Bpk/Ibu berikan mengandung keberkahan.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
pelayanan terhadap buku-buku untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Madalih dan Ibunda Hj. Fatimah. Terima
kasih atas pengorbanan, dorongan semangat dan membiayai kuliah hingga
usai, serta do’a yang terus dipanjatkan untuk penulis. Serta dukungan moril,
materil dan juga tenaga serta do’a dari kakakku Tuti Amalea, S.Ag, Purnama
Vita Sari, S.Pd dan Irma Wati,A.Md dana bang iparku Zainuddin,SE dan
Mulyadi.
8. K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang telah bersedia meluangkan waktu dan
memberikan dukungan dan bimbingan khususnya data pribadi yang diberikan
untuk dituliskan pada skripsi ini.
iv
9. KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Syafi’i Mustawa, KH. Sa’ad Mahsun Wahidi,
Ust. H. Naji’un dan Ust, Dzulkifli Ahmad yang telah bersedia mengajari ilmuilmu agama dan mendo’akan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Muhammad Nur, S.Ag, Atma Wijaya, dan Rizki Jaelani yang telah
meluangkan waktunya untuk wawancara di masing-masing kesibukannya.
11. Terima kasih kawan-kawan alumni Daar El-Qolam, Faisal Adnan,
Mohammad Fikri, Achmad As’ad, Gustanul Arifin, Adi Firmansyah, Faisal
As’ari, Rahmat Dwi, Dzaky Faruq, yang sudah turut mendo’akan saya dalam
penulisan skripsi ini.
12. Putri Nadia Sari beserta kelurga yang telah memberikan dukungan dan do’a
kepada penulis serta mewarnai keceriaan hari-hari penulis.
13. Arif Syahrizal Hidayatul Munir, Ahmad Hilman Z, Gilang Sakti, sahabat dan
teman seperjuangan yang telah memberikan keceriaan kepada penulis di kala
sedang mengalami kesulitan terhadap skripsi ini.
14. Teman-teman sepermainan futsal, Ahmad Faizal R, Taufik Abdullah, Akbar
Ramadhan, Arief F, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizky, Ridho Falah, Fahmi,
Giovanni, Agung, Asep Hermawan, Danang, El-Azmi, Irfan Fatahillah, Reksa
Puja, Muhammad Nur, teruslah bermain futsal untuk menjaga silaturrahmi.
15. Seluruh teman-teman KPI E angkatan 2012, kelas yang berkesan dan
menyimpan banyak kenangan didalamnya.
v
16. Teman-teman KKN Filantrofi semua yang memberi semangat dan doa’nya
(Noval K, M. Ali, Yudha, Aldo, Hida RH, Naila R, Komayuni, Nurjannah,
Mardiah, Hisna, Khafsoh, Tika, Amel).
Dengan berbagai macam kekurangan dalam penulisan penelitian ini, mudahmudahan bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis. Akhirnya tiada satu
ucapan melainkan ucapan terima kasih penulis kepada suluruh para Dosen yang telah
memberikan ilmunya semoga ilmu tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat dan
barokah.
Jakarta, 06 Januari 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..........................................................8
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................9
E. Tinjauan Pustaka ……................................................................................10
F. Metodologi Penelitian.................................................................................11
H. Sistematika Penulisan.................................................................................18
BAB II: LANDASAN TEORI PSIKOLOGI KOMUNIKATOR
A. Pengertian Psikologi dan Komunikasi......................................................19
1. Pengertian Psikologi ..............................................................................19
2. Pengertian Komunikasi…………………………………………...……20
3. Psikologi Komunikator...…………………............................................24
B. Ruang Lingkup Dakwah .............................................................................27
1. Pengertian Dakwah ................................................................................27
2. Subjek Dakwah (Da’i)…...……………...……………………………..29
3. Objek Dakwah (Mad’u)...........................................................................30
vii
4. Metode Dakwah ......................................................................................32
5. Materi Dakwah .......................................................................................34
6. Tujuan Dakwah …..................................................................................38
7. Bentuk-bentuk Dakwah………………………………………………...39
C. Psikologi Komunikator Dalam Dakwah………………………………….40
BAB III: PROFIL K.H. HISYAM AL-BURHANI HASYIM
A. Riwayat Hidup, Pendidikan dan Aktivitas K.H. Abu Hisyam Al-Burhani
Hasyim………………………………………………………………......42
1. Riwayat Hidup ……..............................................................................42
2. Riwayat Pendidikan…………………………………………………...43
3. Profile Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol......................................45
BAB IV: ANALISIS PSIKOLOGI KOMUNIKATOR K.H. HASYIM ALBURHANI HISYAM DALAM BERDAKWAH
A. Kekuatan Ethos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim..…………..…………48
B. Kekuatan Pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim…..…........................57
C. Kekuatan Loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim………………….…60
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................68
B. Saran……..................................................................................................70
viii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................71
LAMPIRAN..............................................................................................................83
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku lahiriah
manusia dengan metode observasi secara obyektif seperti terhadap stimulus
dan respon yang menimbulkan tingkah laku.1 Psikologi manusia dapat
dipelajari dengan cara memperhatikan bagaimana dia berprilaku dalam
kehidupannya agar dapat dinilai rangsangan dan jawaban yang menciptakan
tingkah laku. Tingkah laku yang negatif akan menjadi positif apabila sumber
mampu mengajak kepada kebaikan dan tingkah laku yang positif akan
menjadi negatif apabila mudah terpengaruhi kepada keburukan.
Dakwah salah satu cara untuk mengajak orang lain karena dakwah
merupakan kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim dengan
tujuan untum memberikan informasi-informasi mengenai Islam dan mengajak
orang lain ke arah yang lebih baik serta melakukan amar ma‟ruf nahi munkar.
Dalam hubungan psikologi dan dakwah itu agar dapat membantu bedah
suasana batin dari individu atau masyarakat yang menjadi objek dakwah.
Dakwah tidak terlepas dari peran komunikasi di mana seruan kebaikan
kepada umat manusia untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Banyak
sekali pengertian dakwah oleh para ahli dakwah, tapi pada prinsipnya bahwa
dakwah mengubah keadaan yang apa adanya kepada keadaan yang seharusnya
dari Allah SWT dan Rasul-Nya.
1
Sarwono, Wirawan Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991).
1
2
Dalam komunikasi dakwah yang berperan sebagai komunikator atau
da‟i adalah setiap muslim atau muslimah yang mukallaf (dewasa) terlebih
ulama yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam
kepada seluruh umat manusia. Tentu saja dalam pengertian luas, proses
dakwah itu tidak merupakan suatu komunikasi yang bersifat oral maupun
tertulis saja, tetapi semua kegiatan serta sarana yang secara hukum adalah sah,
dapat dijadikan alat untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dari
komunikator.2
Komunikasi
dakwah
sebagai
alat
seorang
mukallaf
untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam walaupun hanya satu, terlebih utama
seorang ulama yang mengamalkan ilmu-ilmu yang berisi ajaran agama Islam
kepada umat Islam. Proses dakwah itu bisa dilakukan dengan cara
memberikan tingkah laku yang baik, perkataan, dan tulisan yang mudah
dipahami. Sebagaimana dalam Hadits mengenai kemampuan berbicara
seorang da‟i (komunikator) adalah Rasulullah SAW bersabda:
ُِ َ‫ أ‬,‫حدِّثُوا النَّاس ِِبَا ي ع ِرفُو َن‬
ِّ
َ
‫ن‬
‫و‬
‫ب‬
‫ذ‬
‫ك‬
‫ي‬
‫ن‬
‫أ‬
‫ُت‬
َ
ُّ
ْ
َ
ُ‫ب اللُ َو َر ُس ْولُه‬
َ ُ
ْ
ْ َْ َ ْ َ
Artinya: “Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman
mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya didustakan?”.3
Hadits di atas bahwa setiap da‟i harus menyampaikan pesan sesuai
kemampuan dalam dirinya artinya ilmu pengetahuan yang dimiliki di mana
2
3
hal, 68.
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hal, 146.
Abi Abdullah Muhammad, Shohih Al- Bukhori Juz Awwal, (CV Penerbit Diponegoro),
3
bagi meraka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak
terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah
sampaikan walaupun hanya satu ayat harus mampu berbicara di depan umum.
Dalam menyampaikan dakwah harus memberi bekas ke dalam hati
para mad‟unya. Oleh sebab itu yang diingin dari dakwah adalah terjadinya
perubahan yang lebih baik menuju kehidupan yang Islami. Sebagaimana Allah
berfirman dengan seruan agar memberi bekas ke dalam hati adalah dakwah
dalam surat An-Nisaa‟ ayat 63:
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah
mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpaling kamu dari
mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanla kepada mereka perkataan
yang membekas pada jiwa mereka” (An-Nisaa‟: 63).4
Ayat di atas terdapat kata qoulan baliighon bahwa hendaknya para da‟i
harus seimbang dalam melakukan sentuhan terhadap mad‟u, yaitu antara
otaknya dan hatinya. Jika kedua komponen tersebut dapat terakomodasi
dengan baik maka akan menghasilkan umat yang kuat, karena terjadinya
persatuan. Interaksi aktif keduanya merupakan sebuah kekuatan yang kuat dan
saling berkaitan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Apabila salah satu
4
Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah,
(Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010).
4
ditinggalkan, maka akan terjadi ketimpangan dalam berkomunikasi dan
berdakwah.5
Perintah Allah kepada kita terlebih kepada da‟i atau muballigh agar
melakukan dakwah yang dilandasi dengan suatu kebijaksanaan dan
penyampaian dengan lisan yang menarik serta dengan melalui diskusi atau
dialog yang berlangsung sebaik mungkin. Sehingga dengan efektifnya pesan
dakwah akan mudah diterima dengan sadar dan suka rela oleh manusia yang
dijadikan obyek dakwah.
Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika
ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita
lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang
lain: Ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku
ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar,
anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang
diungkapkan
pembicara
tidak
berpengaruh
apa-apa
pada
kekuatan
persuasinya; sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi
yang paling efektif yang dimilikinnya.6
Karakteristik seorang komunikator yang baik dapat mempengaruhi
pendengar untuk mengikuti tingkah laku dan perkataannya. Ketika pendengar
sudah mempercayai karakteristik komunikator maka akan ia akan mengikuti
apa yang dibicarakan, ditambah dengan seni berbicara sebagai alat persuasi
yang dapat membius orang lain.
5
6
hal.252.
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2010), h. 176.
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rodakarya,2013)
5
Efektifitas dakwah dibangun baik oleh da‟i atau muballigh yang
terpercaya dalam masyarakat. Maka dalam upaya pelaksanaan dakwah yang
efektif, lalu diperlukan suatu strategi. Hal ini menghendaki da‟i atau
muballigh yang terpercaya karena akhlak mulia, cerdas, terampil, cakap,
visioner, berani, memiliki keulamaan, dan ketokohan serta kepemimpinan.
Komunikator dalam dakwah (da‟i atau muballigh) akan mendapat citra
diri yang baik sebagai orang yang memiliki kredibilitas karena cerdas
(menguasai masalah), mampu berkomunikasi, mampu berkomunikasi,
berakhlak mulia, tahu banyak, berpengalaman atau terlatih. Sebaliknya,
komunikator dakwah, yang tidak memiliki kredibilitas, akan memiliki citra
diri yang rendah bagi khalayak, karena dapat dipandang sebagai orang yang
bodoh dan tidak berpengalaman. Selain itu, komunikator dakwah, juga dinilai
oleh khalayak dari segi moralitas seperti kejujuran, kesopanan, ketulusan dan
sebagainya.7
Seorang komunikator atau da‟i yang memiliki kredibilitas dianggap
mad‟u mampu jadikan diri komunikator menjadi seorang komunikator yang
ahli dalam bidang yang dinilai mempunyai pandangan baik dalam dirinya
dengan akhlak, pengalaman, dan ilmu pengetahuan. Seorang komunikator
yang tidak menunjukkan kredibilitasnya dinilai dengan pandangan yang
rendah. Tipe komunikator menjadi penempatan dan penilaian mad‟u kepada
da‟i-da‟i berada dimanakah karakteristik seorang da‟i setelah menyampaikan
pesan ajaran Islam kepada mad‟u. Para pendengar dapat menilai dari segi
7
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011) hal, 237.
6
penyampaian, materi, teknik-teknik pengembangan pokok bahasan, bahasa
yang digunakan dan penyusunan kata.
Proses dakwah bukan incidental atau kebetulan, melainkan benarbenar direncanakan dan ditangani oleh para pengembang dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah atau mad‟u agar bersedia masuk ke jalan Allah dan
sasaran bertahap menuju ke kehidupan yang Islami. Sasaran dakwah harus
dirumuskan agar dakwah dapat dilakukan secara efesien, efektif, dan agar
sesuai dengan kebutuhan.
Seorang da‟i agar dapat diterima dakwahnya, da‟i-da‟i dapat memiliki
psikologi yang baik bahkan memilih susunan kata yang terstruktur dan
berbicara yang khas agar mudah dipahami dan didengar oleh kalangan
masyarakat, akan tetapi tidak semua da‟i mempunyai keahlian untuk
menyusun kata yang baik untuk berbicara. Oleh karena itu, psikologi
komunikator sebagai ilmu memandu dan membimbing seorang da‟i untuk
mengemas tingkah laku dalam keseharian dan merancang kata-kata yang baik
saat berdakwah.
Pesan dakwah apabila menggunakan kata-kata yang baku dan kaku
akan
terdengar
monoton
sehingga
pendengar
menjadi
bosan
dan
menghiraukan pesan dakwah tersebut. Dakwah seharusnya menggunakan
metode yang menarik agar para pendengar tidak bosan dan ingin selalu
mendengar pesan dakwah yang disampaikan.
Dalam menyampaikan dakwah yang dihiasi oleh seni berbicara da‟i
dapat mempengaruhi para pendengar untuk dapat memahami dan mengikuti
7
ajaran yang disampaikan. Sehingga para da‟i dituntut lebih bijaksana
mengetahui audiens yang dihadapi dan apa yang disampaikan menambah
wawasan dan pengetahuan serta menyempurnakan akhlakul karimah.
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim adalah salah satu alim ulama yang
sukses dalam menyampaikan dakwahnya, khususnya di pondok pesantren dan
majelis yang beliau pimpin. Pondok Pesantren Al-Hidayah yang dipimpin oleh
beliau menjadi sasaran dakwah khususnya dan umumnya di majelis-majelis
lain ketika mengisi acara seperti peringatan hari besar Islam. Pada sistematis
penyampaian dakwahnya, beliau sangat menguasai pengetahuan tentang sanad
maupun perawi Hadits dan sangat pandai menukilkan perkataan ulama-ulama
besar yang kemudian dijelaskan dengan kata-kata yang terstruktur dan apik
bahkan beliau menguatkan dalil pesan dakwahnya dari kitab-kitab, sehingga
jelas
dapat
dipercayai
oleh
para
pendengar
terhadap
pesan
yang
disampaikannya.
Beliau adalah sosok figur yang dijadikan contoh pada santriwan dan
santriwati serta jama‟ahnya bahkan masyarakat Basmol Kembangan Utara
Jakarta sebagai suri tauladan termasuk dalam menyampaikan dakwahnya.
Beliau menyampaikan dakwah dengan nada yang penuh semangat dan sedikit
humoris sehingga membuat orang-orang sekitarnya terkesima, mudah
dimahami dan tidak membosankan.
Berdasarkan alasan yang telah diuraikan, oleh sebab itu penulis tertarik
untuk membahas tentang psikologi komunkator KH. Hisyam Al-Burhani
Hasyim karena kredibilitas dalam berdakwah juga memberikan semangat,
8
motivasi dan memerikan uraian yang mudah dipahami dalam menyampaikan
pesan dakwahnya. Maka dengan demikian skripsi ini diberi judul “Psikologi
Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Dalam Berdakwah Di
Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Terdapat batasan masalah dalam penelitian ini, maka penulis
menyadari akan aktivitas dakwah yang sangat padat, oleh karena itu
tidak mungkin penulis mencantumkan semua data mengenai aktivitas
dakwah. Jadi penulis akan memfokuskan pada psikologi komunikator
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang meliputi komponen ethos,
komponen pathos, dan komponen loghos serta kekuatan kredibilitas,
atraksi dan kekuasaan KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam
berdakwah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,
maka penulis menarik pokok permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana kekuatan ethos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam
berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat?
b. Bagaimana kekuatan pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat?
c. Bagaimana kekuatan loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat?
9
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan ethos KH. Hisyam AlBurhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara
Jakarta Barat.
2. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan pathos KH. Hisyam AlBurhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara
Jakarta Barat.
3. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan loghos KH. Hisyam AlBurhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara
Jakarta Barat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan dan
pengetahuan yang luas kepada mahasiswa fakultas ilmu dakwah dan
komunikasi dan pendakwah tentang bagaimana psikologi komunikator
dan cara berdakwah dengan tepat dan cara mengemas pesan dari kitabkitab serta Hadits yang dilengkapi dengan sanad maupun perawinya
dengan cara berdakwah serta memberikan suri tauladan dan
kepercayaan bagi mad‟u dan da‟i yang berpotensi.
2. Manfaat Praktis
10
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dan referensi
terhadap da‟i-da‟i sebagai cara berdakwah kepada masyarakat. Oleh
karena itu, hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan pengetahuan
berdakwah kepada pendakwah yang baru mulai maupun yang sudah
aktif dengan praktis dan mudah dipahami, sehingga dakwahnya dapat
diterima mad‟u.
E. Tinjauan Pustaka
Abdul Fattah menemukan penerapan retorika KH. Ahmad Syafi‟i
Mustawa dalam dakwahnya dapat menyesuaikan situasi dan kondisi mad‟u
sebab berbagai macam kalangan serta daya tangkap mad‟u yang berbeda
masyarakat. Oleh karena itu ajaran dakwah yang disampaikan harus sesuai
daya nalar dan kemampuan mad‟u yang berbeda salah satunya dengan
pendekatan retorika.8
Leiza Sixmansyah menemukan retorika sebagai daya tarik untuk
memyampaikan pesan dakwah, pada penerapan KH. Muhammad Syarif
Hidayatullah menggunakan monologika karena pemakaian gaya retorika
seperti ini jama‟ah dapat lebih paham dan apa yang disampaikan mudah
ditangkap dan menjadikannya suri taudalan serta dalam dakwah mempunyai
nilai-nilai iman seperti berfikir, bertingkah laku dan bertindak. Jika nilai-nilai
8
Abdul Fattah, Retorika Dakwah KH. Ahmad Syafi‟i Mustawa, (Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Jakarta,2012).
11
Islam itu digunakan dalam kehidupan manusia maka kehidupan di masyarakat
akan teratur.9
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lainnya adalah subyeknya,
subyek dari penelitian ini adalah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim. Kemudian
dengan rumusan masalah, dalam pembahasan penulis ingin membahas tentang
psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, berbeda dengan
skripsi di atas yang fokus membahas retorika subyek dan penerapan dalam
berdakwah.
Dari sekian banyak skripsi yang ada di fakultas ilmu dakwah dan
komunikasi dan juga di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah penulis
tidak menemukan judul yang sama dengan skripsi yang penulis kaji.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).
Untuk mendapatkan pemahaman tentang psikologi komunikator serta
mendapatkan data objektif maka penulis menggunakan metode
kualitatif yang bersifat. pendekatan deskriptif. Di mana metode
kualitatif disebabkan latar belakang penelitian tidak bersifat homogen
dan penelitian ini ingin mengungkapkan dengan apa adanya sesuai
dengan hasil temuan lapangan sehingga penulis ingin mendeskripsikan
secara sistematis aktual dan akurat sesuai dengan apa yang diteliti.
9
Leiza Sixmansyah, Retorika Dakwah KH. Muhammad Syarif Hidayatullah, (Skripsi S1
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014).
12
Bagdan
dan
Taylor
dalam
buku
penelitian
kualitatif
mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang
dan prilaku yang diamati.10
Dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan
paradigma
konstruktivisme bahwa menilai prilaku seseorang dimana manusia
bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas kehidupan
mereka. Maka dari itu pada subyek yang diteliti mempunyai kreativitas
untuk berdakwah seperti memberikan reaksi terhadap mad‟u,
memberikan uraian yang rasional, kepercayaan, daya tarik dan
kekuasaan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah KH. Hisyam Al-Burhani
Hasyim dan objek dari penelitian ini adalah psikologi komunikator
beliau dalam dakwahnya yang bersumber dari Al-Qur‟an, As-Sunnah
dan Kitab-kitab sehingga mampu mengenai jiwa para pendengar.
3. Tahapan Penelitian Data
a. Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data
langsung dari lapangan. Data observasi juga dapat berupa
10
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya,
1993) cet ke-10, h.3.
13
interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota
dalam berorganisasi.11 Dengan teknik penelitian ini penulis
mengamati, mencatat dan memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena dan untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian terhadap
dakwah melalui kegiatan dakwah.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi
terhadap aktifitas dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
baik di Pesantren, majelis ta‟lim maupun masjid. Dengan
metode ini mengetahui langsung kegiatan dakwah KH. Hisyam
Al-Burhani Hasyim.
a) Pada tanggal 30 April 2016 pukul 10.31 penulis
melakukan pengamatan psikologi komunikator dalam
berdakwah di Yayasan Al-Hidayah pada acara ta‟lim
dengan membahas kitab bulughul marom.
b) Pada tanggal 20 Juni 2017 pukul 20.00 (ba‟da isya)
penulis melakukan pengamatan psikologi komunikator
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di
Masjid Al-Akhyar pada acara haul Abuya Sayyid
Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani.
c) Pada tanggal 01 Oktober 2016 pukul 18.30 penulis
melakukan pengamatan psikologi komunikator KH.
Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam mengadakan haul
11
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D, (Bandung:
CV Alfabeta, 2014) cet ke-20
14
ayah beliau di kediamannya Pondok Pesantren AlHidayah.
d) Pada tanggal 02, 09, 16, 23 Oktober, 20, 27 November
dan 11, 18 Desember 2016 melakukan pengamatan
psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
dalam berdakwah di Masjid dan Majelis Ta‟lim
Roudhotul Jannah dengan membahas kitab Shohih
Bukhori dan An-Nashoihu Ad-Diniyyah.
2) Wawancara Mendalam
Wawancara adalah alat pengumpulan data yang sangat
penting
dalam
pengumpulan
penelitian
data
ini
komunikasi.
dilakukan
Dimana
dengan
teknik
mengajukan
pertanyaan secara lisan, biasanya dilakukan jika ingin diketahui
hal-hal yang lebih mendalam akurat dan aktual sesuai yang
diteliti.
Wawancara terstruktur adalah wawancara seperti
interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara
peneliti dengan subjek yang diteliti sangat minim. Proses
wawancara harus sesuai mungkin dengan pedoman wawancara
(guideline interview) yang telah dipersiapkan.12 Pedoman yang
disiapkan seperti daftar pertanyaan telah disiapkan, kecepatan
wawancara terkendali dan tidak ada fleksibilitas.
12
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial, ( Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika, 2010), hal. 122.
15
Wawancara tak terstruktur adalah wawancara untuk
menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal.
Hasil wawancara semacam ini menekankan perkecualian,
penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran
kembali, pendekatan ahli atau perspektif tunggal.13
Penulis melakukan wawancara langsung dengan KH.
Hisyam Al-Burhani Hasyim sebagai sumber utama pada
tanggal 02 Oktober 2016 di kediaman beliau Pondok Pesantren
Al-Hidayah Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat, 16
Oktober 2016 di Masjid/Majelis Ta‟lim Roudhotul Jannah
untuk mengetahui langsung bagaimana psikologi komunikator
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol
Kembangan Utara Jakarta Barat dan didukung dengan
wawancara terhadap guru yayasan, santri pondok pesantren dan
pengurus majelis ta‟lim atau masjid sebagai mad‟u. Wawancara
ini juga bertujuan untuk melengkapi data guna menjawab
rumusan masalah.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik dengan cara pengambilan
data berupa foto ceramah atau kegiatan dakwah KH. Hisyam
Al-Burhani Hasyim dan rekaman suara yang dilakukan penulis
pada saat berdakwah dan berupa buku-buku beliau yang
13
Prof, Dr. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), hal. 191.
16
berjudul biografi Bukhari, panduan umroh dan ziarah
Rasulullah SAW dan Fiqh Syiam.
4) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi
waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi
waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada
saat narasumber masih fit, belum banyak kegiatan maupun
masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
dapat lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian
kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi dan dokumen dalam
waktu atau situasi yang berbeda.
b. Pengolahan Data
Dalam
menyederhanakan
data
dan
mengolah
data
berdasarkan model Aristosteles. Kemudian data yang telah diolah
17
dimasukan ke dalam tabel-tabel yang menjelaskan tentang
psikologi komunikator.
Apabila telah terkumpul langkah selanjutnya adalah
mengklarifikasi data untuk dianalisis, sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Kemudian disajikan dalam laporan
ilmiah. Dalam penulisan ini penulis berpedoman pada CeQDA
(Center For Quality Development And Assurance) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih
banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis
data ini menafsirkan temuan dan mengomentari sesuai dengan
kerangka konsep yang memakai model Aristosteles yang
menjawab perumusan masalah tentang komponen ethos, pathos
dan loghos pada psikologi komunikator dalam teorinya serta
psikologi dakwah beliau.
Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah
proes pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara,
catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan
dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.14
14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
hal. 210.
18
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan skripsi penulis dapat dirinci sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, pada bab pertama ini penulis menyampaikan latar
belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan teoritik, mengulas secara garis besar pengertian dan
segala macam hal mengenai pengertian psikologi dan komunikasi. Meliputi
psikologi komunikator, pengertian ethos, pathos dan loghos serta ruang
lingkup dakwah, pengertian dakwah, subjek dakwah, objek dakwah metode
dakwah, materi dakwah, tujuan dakwah, juga psikologi komunikator dalam
dakwah.
BAB III : Profil KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, riwayat hidup, riwayat
pendidikan dan profile Pondok Pesantren Al-Hidayah
BAB IV : Hasil analisis yang diperoleh. Meliputi psikologi komunikator
KH. Hisyam Hasyim Al-Burhani yakni ethos dengan komponen kredibilitas,
atraksi dan kekuasaan, pathos dan loghos dan aktifitas dakwah.
BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Psikologi dan Komunikasi
1. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari Bahasa Inggris Psychology. Kata
psychology merupakan dua akar kata yang berasal dari Bahasa Yunani
yaitu, Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi,
secara harfiah psikologi dapat diartikan ilmu jiwa.15 Dalam
ensiklopedia pendidikan, Poerbakawatja dana Harahap (1981)
membatasi arti psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang
mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan
jiwa.
Psikologi, menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan
metode observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang (stimulus)
dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku.16 Stimulus dan
respon yang menciptakan tingkah laku dapat dipelajari dengan
memerhatikan
tingkah
laku
lahiriah
manusia
dalam
mengaktualisasikan diri.
15
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. (Bandung: Rosdakarya.
1996), h. 7.
16
Achmad Mubarok. Psikologi Dakwah. (Jakarta: Pustaka Firdaus. 1999), h.17.
19
20
Sementara dalam kamus lengkap psikologi, mendefinisikan
psikologi sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk kejiwaan
manusia,
dimana
penyelidikan
tentang
gejala-gejala
kejiwaan
dilakukan oleh para filsuf Yunani. Jadi, pada waktu itu segala teori
dikemukakan berlandaskan argumentasi-argumentasi logis belaka yang
disebabkan belum adanya pembuktian-pembuktian nyata.
Psikologi adalah bagian dari ilmu filsafat, khususnya ilmu
untuk mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku yang akan
meningkatkan kualitas seseorang dalam menjadi suri tauladan bagi
umat harus menjadikan jiwanya terlebih dahulu sebagai suri tauladan
bagi diri sendiri. Setiap berbicara akan perilaku dan perkataan
seseorang tentang kebaikan bahwa lawan katanya menilai bagaimana
dengan dirinya. Dalam uraian di atas bahwa psikologi adalah ilmu
yang berkaitan dengan proses mental baik normal dan abnormal yang
mempengaruhi prilaku yakni prilaku manusia bahkan binatang.
2. Pengertian Komunikasi
Dalam buku Psikologi Komunikasi oleh Jalaluddin Rakhmat,
Raymond S. Ross (1974: b7) mendefinisikan komunikasi sebagai “a
transactional process involving cognitive sorting, selecting, and
sharing of symbol in such a way as to help another alicit from his own
experiences a meaning or responses similar to that intended by the
source.” Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan
bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu
21
orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau
respons yang sama dengan yang dimaksud sumber.17
Komunikasi sebagai proses transaksi pesan dari komunikator
kepada komunikan baik berupa verbal maupun lambang untuk
menciptakan pemahaman komunikan agar dapat respon serta adanya
feedback dari komunikan maka terjalin komunikasi yang efektif.
Komunikator asli kata dari Komunikasi atau Communication
yang berasal dari Communis adalah membuat kebersamaan atau
membangun kebesamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata
communis yang artinya „berbagi‟. Dalam hal ini, yang dibagi adalah
pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai
kata kerta (verb) dalam Bahasa Inggris, communicate, berarti untuk
bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan informasi, menjadi paham,
membuat sama dan mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.
Sedangkan dalam kata benda (noun), communication yang berarti
pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi, proses
pertukaran di antara individu-individu melalui sistem simbol yang
sama, seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dan ilmu
pengetahuan tentang pengiriman informasi. Jadi komunikasi dapat
didefinikasikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia.18
17
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013).
18
Nurani Soyomukti. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
Hal. 3.
hal,56.
22
Berbagi pemahaman antar manusia sangat diutamakan melalui
pertukaran pesan, arti komunikasi dalam kata kerja adalah bertukar
pikiran-pikiran antara komunikator dengan komunikan dengan pesan
informatif yang bermakna dimana keduanya saling memahami satu
sama lainnya, arti dalam kata benda lebih cenderung kepada
pertukaran simbol dimana proses pertukaran di antara komunikator dan
komunikan melalui sistem simbol yang memiliki pesan yang sama dan
informatif.
Dalam pergaulan hidup manusia di mana masing-masing
individu satu sama lain beraneka ragam itu terjadi interaksi. Saling
mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masingmasing. Terjadilah mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk
percakapan. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan manusia.
Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan Bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam „bahasa‟ komunikasi pernyataan dinamakan sebagai
pesan
(message).
Orang
uang
menyampaikan
pesan
disebut
komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima
pernyataan diberi komunikan (communicate). Untuk tegasnya,
komunikasi berarti pesan penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua
aspek. Pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang
23
(symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan,
lambang adalah Bahasa.19
Menurut para ahli mendefinisikan komunikasi:20
a. Sarah Trenholm dan Artur Jensen (1994:6) yaitu “a process by
which a source transmits a message to a receiver through some
channel.” Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber
mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beraga saluran.
b. Hoveland (1948:371), Janis dan Kelly (1953) yaitu ”the process by
which an individual (the communicator) transmits stimult
(usually verbal symbol) to modify, the behavior og orther
individu.”
Komunikasi
adalah
melalui
mana
seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk
kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya.
c. Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi; proses dimana
seseorang (komunikator) menyampaikan perangsan-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk
merubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan).21
d. Arni Muhammad, komunikasi ialah suatu proses dimana individu
dalam hubungannya dengan individu lainnya, dalam kelompok,
19
Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.Citra Aditya
Bakti, 2003), hal 27
20
Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi (Teori & Praktek), (Jakarta: Graha Ilmu, 2009), hal
31.
21
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta, UIN Press, 2007), hal 19.
24
dalam organisasi dan dalam masyarakat guna memberikan
informasi.22
Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan
manusia sebagai mahkluk sosial yang pasti memerlukan manusia lain
untuk keberlangsungkan hidupnya. Pengertian tentang komunikasi
sendiri telah dikemukakan oleh banyak ahli. Secara sederhana,
komunikasi bisa dimengerti sebagai proses pengiriman pesan dari
komunikan kepada komunikator.
Jane Pauley memberi definisi khusus atas komunikasi, bahwa
sebuah kegiatan dikatakan proses komunikasi jika merupakan suatu
tranmisi informasi, tranmisi pengertian dengan menggunakan simbolsimbol yang sama.23
Jadi komunikasi menurut Jane Pauley dapat
dimaknai bahwa menempati posisi yang sangat penting, yakni sebagai
inti dari proses komunikasi. Makna adalah inti yang dipertukarkan,
makna juga membimbing bagaimana seseorang berkomunikasi yakni
makna yang disampaikan dapat dipengaruhi dalam diri komunikator.
Karena simbol membawa makna dan melalui itu makna dapat
dipertukarkan sehingga dimengerti.
3. Psikologi Komunikator
Seorang komunikator untuk bisa dipercayai orang lain dalam
orasinya baik pesan-pesan yang disampaikan maupun tingkah lakunya
22
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet ke-4 h.3.
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hal 7.
23
25
yang baik sebagai contoh bagi masyarakat. Psikologi komunikator
mengajak untuk menyadari bahwa ketika komunikator menyampaikan
pesan kepada orang lain, yang berpengaruh bukan saja apa yang
dikatakan tetapi juga keadaan kekinian yang sedang dialami. Pada teori
psikologi komunikator terdapat komponen-komponen penting yaitu:
a. Ethos
Ethos
merupakan
sumber
kepercayaan
yang
ditunjukkan kepada sang orator, bahwa ia memang pakar dalam
bidangnya, maka ia dapat dipercaya, seorang komunikator yang
handal, mau tidak mau harus melengkapi dirinya dengan
dimensi ethos, karena ini yang memungkinkan orang lain
menjadi
percaya.
Dimensi-dimensi
ada
tiga.
Pertama,
Kredibilitas (keahlian dan kepercayaan) adalah persepsi yang
sederhana dapat diartikan pandangan pendengar terhadap
komunikator akan tetapi persepsi tersebut tidak tetap melainkan
berubah-ubah bergantung kepada pelaku persepsi, topik yang
dibahas. Kedua, Atraksi adalah daya tarik komunikator yang
bersumber dari fisik. Seorang komunikator disenangi dan
dikagumi
yang
memungkinkan
pandangan
menerima
kepuasaan dengan kata lain pendengar tunduk terhadap pesan
yang dikomunikasikan komunikator. Ketiga, Kekuasaan adalah
kemampuan menimbulkan ketundukan. Dimana ketundukan
yang menimbulkan dari interaksi antara komunikator dan
pendengar. Kepuasan menyebabkan seorang komunikator
26
“memaksakan” kehendaknya kepada orang lain. karena ia
memiliki sumber daya penting.24
Ethos bukanlah variabel tunggal melainkan ethos
memiliki beberapa dimensi yaitu kredibilitas, atraksi dan
kekuasaan. Satu sama lain bisa berdiri sendiri, tetapi bisa
menjadi mungkin berkaitan dan menyatu. Artinya, seseorang
memiliki ethos yang terdeskripsikan pada kredibilitas, atraksi
dan kekuasaan.
b. Pathos
Pathos adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang
tokoh dalam mengendalikan emosi khalayak.25 Kriteria pathos
ini ditunjukan oleh seorang rethor dengan menampilkan gaya
dan bahasanya yang membangkitkan kegairahan dengan
semangat yang berkobar-kobar kepada khalayak.
c. Loghos
Loghos adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang
tokoh karena argumentasinya dalam berbicara kepada orang
lain dan kepada orang banyak (khalayak).26 Kriteria loghos ini
ditunjukkan oleh seorang bahwa uraian masuk akal sehingga
24
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013).
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), hal, 240.
26
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), hal, 240.
25
27
patut diikuti dan dilaksanakan khalayak. Khalayak akan mau
mengikuti ajakan komunikator dengan uraian yang masuk akal.
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut pengertian Bahasa (lughowi), berasal dari
Bahasa Arab yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru. Secara
integralistik, dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang
lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu. Arti
dakwah seperti ini sering dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Seperti
QS. Al-Hajj: 67
Artinya: “Dan serulah (mereka) kepada jalan Tuhanmu,
sungguh, engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus” (QS. AlHajj: 67).27
Sedangkan
menurut
terminologi.
Dakwah
mengandung
beberapa arti yang beranekaragam tergantung pada sudut pandang
mana membidiknya.
Berikut ini ada beberapa pendapat para pakar ilmu dakwah, di
antaranya:
27
Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah,
(Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010).
28
a. Menurut Thoha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat.28
b. Menurut KH. Isa Anshary, dakwah adalah mengajak dan memanggil
umat manusia agar menerima serta mempercayai keyakinan dan
pandangan hidup Islam, berdakwah artinya memprogram suatu
keyakinan menyerukan suatu pandangan iman dan agama.29
c. Muhammad al-Wakil mendefinisikan dakwah adalah mengumpulkan
manusia dalam kebaikan dan menunjukkan mereka kepada jalan yang
benar dengan cara makruf nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Ali Imran ayat 104.
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu ada segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang makruf
dan mencegah dari yang munkar, dan merekalah orang-orang yang
beruntung.”(QS. Ali Imron: 104).30
Pengertian dakwah terdapat beberapa kata yang bersaudara
yaitu, ta‟lim, tadzkir dan tashwir. Ta‟lim artinya mengajar, tujuannya
untuk menambah ilmu pengetahuan yang diajar. Tadzkir artinya
28
Thoha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1971), h.1
Isa Anshary, Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, (Bandung: CV
Diponegoro 1999), h. 17
30
Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah,
(Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010)
29
29
mengikatkan, tujuannya untuk mengikatkan kelupaan orang kepada
sesuatu yang harus diingat. Tashwir artinya melukiskan sesuatu pada
alam pikiran orang, tujuannya untuk membangkitkan pengertian akan
sesuatu yang digambarkan.
Dari beberapa pengertian dakwah di atas, maka dapat
disimpulkan dakwah itu menyerukan dan mengajakan manusia ke jalan
Allah SWT, untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya dengan tujuan mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
2. Subjek Dakwah
Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu
orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai ketentuanketentuan Allah SWT, baik secara individu atau kelompok
(organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi
atau lebih jelas disebut dengan da‟i.31
Subjek dakwah (ulama, da‟i, muballigh atau komunikator)
yaitu orang yang melakukan dakwah, orang yang mengajak,
memerintahkan orang di jalan Allah atau mengajak orang untuk
memahami dan mengamalkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Pelaksanaan
tugas dakwah ini biasanya peorangan. Pribadi atau subjek adalah sosok
manusia yang mempunyai keteladanan yang baik (uswatun hasanah)
dalam segala hal baik untuk dirinya maupun orang.
31
M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993)
cet ke-1, h 19.
30
Adapun syarat atau kemampuan yang harus dimiliki seorang
da‟i adalah:32
a. Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
b. Memiliki pemahaman hakikat gerakan dan tujuan dakwah
c. Memiliki akhlakul karimah
d. Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
e. Mencintai audiens atau mad‟u dengan luas
f. Mengenal kondisi dengan baik.
Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya
da‟i seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang
keberhasilan
dakwah
baik
kepribadian
yang
bersifat
rohani
(psikologis) atau kepribadian yang bersifat jasmani (fisik).33
3. Objek Dakwah
Adapun objek dakwah ini disebut juga mad‟u atau sasaran
dakwah. Mereka adalah orang-orang yang diseru, dipanggil atau
diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak kedalam Islam sebagi
pendakwah.34
Dengan klasifikasi penerimaan dakwah, maka dakwah lebih
terarah karena disampaikan secara serampangan tetapi mengarah
kepada profesionalisme. Maka mad‟u sebagai sasaran atau objek
32
Abdul Munir Mulkam, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta:Sipress, 1996), h.237-
239
33
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), h.262
Hasanuddin, Hukum dam Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.34
34
31
dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah yang
disampaikan oleh subjek (da‟i) saat berdakwah.35
Sehubungan dengan kenyataan yang bekembang dalam
masyarakat, jika dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka
pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi
menjadi:
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi
sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan
kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.
b. Sasaran berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi
struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintah dan keluarga.
c. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial
budaya berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini
terutama terdapat dalam masyarakat jawa.
d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi
tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi
tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya,
mencegah dan miskin.
f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi
pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai negeri dan sebagainya.
35
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH,
2008), h.28-29
32
g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis
kelamin (sex) berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.36
Dari penjelasan subjek dan objek dakwah bahwa yang menjadi
dasar prinsip semua dai dalam menyampaikan pesan-pesan Islam
kepada sasaran dakwahnya harus ditentukan kompetensi seorang da‟i
yakni sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, prilaku dan
keterampilan serta didasarkan pada konsistensi dan komitmen yang
dilandaskan pada keikhlasan dalam menjalankan dakwah karena
dakwah yang ikhlas akan memberi pengaruh yang luar biasa terhadap
objek dakwah yang menjadi sasarannya.
4. Metode Dakwah
Metode dakwah ialah cara-cara tertentu yang digunakan oleh
seorang da‟i (komunikator) dalam berdakwah kepada mad‟u untuk
mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
Adapun dalam metode dalam melaksanakan dakwah tercantum
dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl ayat 125:
ِ ِِّ ِ
ِ ‫ْح ْكم ِة والْمو ِعظَِة الْح‬
ِ َ ِّ‫اُ ْدعُ اِلى سبِي ِل رب‬
‫س ْن‬
ْ َ َ َ ‫ك بِال‬
َ َْ
َ ‫سنَة َوجل ُْه ْم بالتي ه َي اَ ْح‬
ََ
ِ
ِِ ِ
ِ
:‫ْم ْهتَ ِديْ ِن (النّحل‬
َ ‫ك ُه َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ َّ‫ا َّن َرب‬
ُ ‫ض َّل َع ْن َسب ْيله َو ُه َو اَ ْعلَ ُم بال‬
)۵۲۱
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
36
Muzayin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara).
33
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:
125)37
Ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga
cara, yaitu:
a. Al-Hikmah
b. Al-Mau‟idzhotil hasanah
c. Al-Mujadalah allati hiya ahsan.
Pengertian Al-Hikmah menurut Prof. thoha Yahya Umar
adalah meletakkan tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan
mengatur dengan cara yang sesuai dengan keadaan zaman dengan
tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarangan Allah.38
Al-Mau‟idzhotil hasanah adalah ungakapan yang mengandung
unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,
peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman
dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.39
Al-Mujadalah allati hiya ahsan adalah tukar menukar pendapat
yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.40
Ketiga metode dakwah di atas merupakan cara berdakwah
seorang da‟i bahwa al-hikmah menyesuaikan permasalahan dengan
37
Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah,
(Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010)
38
Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.35
39
Munzier Suparta dan Harjani (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003),
h.16
40
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), h.255
34
bijaksana, al-mau‟idzhotil hasanah memberkan nasehat kepada mad‟u
dengan nasehat yang baik-baik dan al-mujadala allati hiya ahsan
membantah dengan cara yang baik yakni bertukar pendapat untuk
mencapai suatu maksud dan pemahaman yang tepat dan benar.
5. Materi Dakwah
Materi dakwah (Maddah Da‟wah) adalah pesan-pesan dakwah
Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek
dakwah yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah
dan Sunnah Rasul-Nya.41
Materi dakwah masalah isi pesan dakwah atau materi yang
disampaikan da‟i pada mad‟u. Yang pada dasarnya sumber dari AlQur‟an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi: akidah,
syariah dan akhlak. Hal yang perlu didasari adalah bahwa ajaran yang
diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan ekstensi dan
wujud Allah SWT, namun bagaimana agar dapat menumbuhkan
kesadaran yang mendalam sehingga mampu memanifestasukan akidah,
syariah dan akhlak dalam ucapan, pikiran, dan tindakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Materi dakwah dapat diberikan menurut situasi dan kondisi
objek dakwah. Materi dakwah ditunjukan untuk mengajak orang lain,
agama Islam serta mentauhidkan Allah dengan bersumber Al-Qur‟an
dan Hadits. Apabila keadaan objek dakwah diketahui, maka seorang
juru dakwah tinggal mempersiapkan materi yang sesuai. Tentu saja
41
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Ikhlas, 1993), h.140.
35
dengan materi yang matang hendaknya dapat dipahami dan diterima
oleh objek dakwah agar dakwah dapat relevan dengan tuntunan dan
perkembangan zaman.
Seorang da‟i, mubaligh atau komunikator tanpa adanya materi
yang disampaikan cenderung menjadi kegiatan dakwah itu tidak
terarah. Bahwa menyebabkan hilangnya bentuk dakwah yang
sebenarnya, materi dakwah yang baik seiring dan searah dengan
kondisi sasaran atau objek dakwah yang akan dituju.
Yusuf Al-Qardhawi membagi pilar-pilar agama Islam secara
garis besar menjadi beberapa materi yang dapat diklasifikasikan
menjadi 4 hal pokok yaitu:
a. Materi Aqidah
Secara bahasa akidah berasal dari kata Al-Aq‟du yang
berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan
dengan kuat, juga berarti yakin dan mantap. Sedangkan secara
terminologi terdapat dua pengertian akidah, yaitu pengertian secara
umum dan secara khusus. Secara umum akidah adalah hukum yang
qath‟i tanpa keraguan lagi baik berdasarkan syar‟i (naqli) maupun
hasil pemikiran yang sehat (aqli) seperti I‟tiqad yang benar atau
salah. Sedangkan secara khusus akidah adalah pokok-pokok ajaran
dalam Islam dan hukum yang qathi, seprti keimanan dan
mentauhidkan Allah, beriman kepada malaikat, beriman kepada
kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada nabi dan RasulNya, beriman kepada nabi-nabi, beriman kepada hari akhir
36
(kiamat), beriman pada takdir baik dan buruk dari Allah serta
semua yang gaib yang didasarkan pada dalil-dalil yang kuat, juga
kewajiban-kewajiban agama dan hukum-hukum yang qath‟i.
Dengan demikian, akidah itu meliputi iman dien dan Islam dalam
segi I‟tiqad, serta meliputi syariat dalam segi pengalaman.42
b. Materi Ibadah
Ibadah berarti mematuhi, tuduk, berdoa. Sedangkan dalam
arti istilah pengertian ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan
kepada zat yang memiliki puncak keagungan, yaitu Allah SWT.
Ibadah mencakup segala bentuk
kegiatan
(perkataan dan
perbuatan) yang dilakukan oleh setiap mukmin muslim dengan
tujuan untuk mencari keridhaan Allah sedangkan perbuatan
mencakup hubungan antara sesama manusia dikategorikan dalam
aspek muamalah.43 Jadi materi hubungannya adalah antara manusia
dengan sang pencipta (hablumminallah). Sedangkan materi
muamalah adalah hubungan manusia dangan makhluk hidup
lainnya (hablumminannas).
c. Materi Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan
jamak dari khulk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat.44 Secara pengertian berarti budi pekerti yang
42
Tim Dirosah Islamiyah Universitas Islam Jakarta, “Akhlak Islamiyyah”, (Jakarta: PT
Paramadina, 1995), h.5
43
Departemen Agama RI, Ensiklopedia (Jakarta), h.385
44
Luis Ma‟luf, Kamus Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabbah Al-Matulikiyyah,tt), h.94
37
merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi
pada karsa dan tingkah laku manusia.45
d. Materi Hukum
Hukum adalah suatu peraturan, perundang-undangan untuk
mengatur pergaulan masyarakat dan sebagainya. Sedangkan
hukum Islam adalah peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
kehidupan
berdasarkan
al-Qur‟an
dan
Hadits:
syarak.46
Berdasarkan terminologi kebahasaan adalah sekumpulan aturan,
baik yang berasal dari aturan formal maupun adat yang diakui oleh
masyarakat dan bangsa tertentu sebagai perangkat pengikat dari
anggotanya. Bila kata hukum diikuti dengan Islam maka berarti
“seperangkat peraturan yang didasarkan pada wahyu Allah dan
sunah Rasul tentang tingkah laku manusia dan mukkalaf yang
diakui dan diyakini berlaku dan mengikat semua umat yang
beragama Islam”.47 Dari definisi tersebut di atas dapat dipahami
bahwa hukum Islam mencakup hukum syariah dan hukum fiqh,
karena arti syarak dan fiqh terkandung di dalamnya.
Pada empat hal ajaran yang bersumber dari Al-Qur‟an dan AsSunnah yaitu aqidah, ibadah, akhlak dan hukum terpusat untuk
memperbaiki umat manusia, pembentukan pribadi yang sempurna,
pembangunan masyarakat yang adil dan makmur serta keselamatan di
dunia dan di akhirat.
45
Rahmat Djatnika, Ilmu Akhlak (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992) h.26
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
cet ke-10, h.360
47
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h.12
46
38
6. Tujuan Dakwah
Nilai idealis atau cita-cita mulia yang hendak dicapai dalam
aktifitas dakwah adalah tujuan dakwah. Tujuan dakwah, harus
diketahui oleh setiap juru dakwah atau da‟i. Karena seseorang yang
melakukan aktifitas dakwah pada dasarnya harus mengetahui tujuan
apa yang dilakukan itu. Tanpa mengetahui tujuan dari aktifitas dakwah
tersebut, maka dakwah tidak mempunyai makna apa-apa.48
Dalam hal tujuan dakwah Asumni Syukii membagi tujuan
dakwah ke dalam dua bagian yaitu:
a) Tujuan Umum (Mayor Objektive) adalah mengajak umat manusia
meliput orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada
jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT agar mau menerima
ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan
kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah
pribadi maupun sosial kemasyarakatan agar dapat kehidupan di
dunia dan akhirat.
b) Tujuan Khusus (Minor Objektive) adalah mengajak umat manusia
yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan
taqwanya kepada Allah SWT artinya mereka mengharapkan agar
senantiasa mengerjakan segala perintah Allah SWT dan selalu
mencegah
atau
meninggalkan
perkara
yang
dilarang-Nya,
membina mental agama Islam bagi mereka yang masih
mengkhawatirkan tentang keIslaman dan keimanan (orang
48
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), h. 58
39
mukallaf), dan mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpan
dan fitrahnya.
7. Bentuk-bentuk Dakwah
Secara umum bentuk-bentuk dalam dikategorikan ke dalam
tiga macam bentuk yaitu:
a. Dakwah bi Al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan,
yang dilakukan diantara lain dengan ceramah-ceramah khutbah,
diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode itu tampaknya sudah sering
dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majelis ta‟lim,
khutbah jum‟at di masjid-masjid atau ceramah-ceramah pengajian
dengan membahas kitab.
b. Dakwah bi Al-Hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang
meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata
yang karyanya tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret
oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
c. Dakwah bi Al-Qolam yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan
oleh keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku maupun
internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi Al-Qolam
ini lebih luas dari pada melihat media lisan. Demikian pula dengan
metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus
untuk kegiatannya, kapan saja mad‟u dapat menikmati sajian
dakwah bi Al-Qolam.49
C. Psikologi Komunikator Dalam Dakwah
49
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), hal. 11.
40
Setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Termasuk dalam komunikasi dakwah. Sumber adalah
pihak yang berinisiatif yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.
Sumber ini bisa disebut komunikator, pengirim atau dalam bahasa lain source,
sender, dan encorder. Sementara dalam komunikasi dakwah, sumber tersebut
biasa disebut da‟i. Dalam bentuk komunikasi antarmanusia, komunikator bisa
terdiri dari satu orang, bisa juga dalam bentuk kelompok.
Pada dasarnya, semua orang muslim berperan sebagai juru dakwah,
artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai komunikator
dakwah. Ada dua kelompok yang dikenal sebagai komunikator dakwah,
pertama secara umum adalah setiap Muslim atau Muslimah yang mukallaf
sudah dewasa, di mana kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat
tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam sesuai perintah:
Sampaikanlah walaupun satu ayat dan kedua secara khusus adalah mereka
yang keahlian khusus dalam bidang agama Islam yang dikenal dengan
panggilan ulama.50
Para muslim dan muslimah yang mukallah harus mempunyai psikologi
dalam dirinya untuk lebih pantas dalam dirinya menyampaikan dakwah
terlebih ulama harus sudah mempunyai serta menanamkan dalam dirinya agar
perkataan dan perbuatan itu singkron bahkan keduanya saling mendukung.
Psikologi komunikator dalam dakwah sangat berpengaruh bagi mad‟u
karena salah satu tujuan dakwah keefektifan da‟i dalam berdakwah.
Keefektifan
50
dakwah
tidak
saja
ditentukan
oleh
oleh
kemampuan
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 77.
41
berkomunikasi tetapi juga oleh diri komunikator. Peran komunikator atau da‟i
dalam pengutaraan pikiran dan perasaan dalam bentuk pesan untuk membuat
mad‟u menjadi tahu dan berubah sikap, pendapat dan perilakunya.
Dakwah yang efektif itu suatu pesan baru dianggap komunikatif
manakala dipahami oleh penerima pesan dan untuk menjadi pesan itu
dipahami, komunikator harus memahami kondisi psikologis orang yang
menjadi mad‟u. Begitu pula seorang da‟i manakala ingin agar pesan
dakwahnya dipahami maka dakwahnya harus disampaikan dengan pendekatan
psikologis, yakni sesuai dengan cara berpikir dan merasa mad‟u.51
Begitu juga suatu informasi dalam dakwah atau pesan dakwah yang
disampaikan da‟i kepada mad‟u akan komunikatif apabila terjadi proses
psikologis yang sama antara da‟i dan mad‟u yang terlibat dalam proses
tersebut. Dalam mendukung psikologi komunikator yang diaplikasikan dalam
kehidupan seorang da‟i yaitu komponen ethos, pathos dan loghos.
51
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah) hal, 210.
42
BAB III
PROFIL K.H. HISYAM AL-BURHANI HASYIM
A. Riwayat Hidup, Riwayat Pendidikan, dan Profile Pondok Pesantren
Al-Hidayah Basmol
1. Riwayat Hidup
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim adalah sosok ulama yang
kharismatik dan berjiwa sosial dengan membaur kepada masyarakat.
Beliau anak dari pasangan Hj. Mas‟amah dan KH. M. Hasyim bin KH.
Abdul Ghoni. Beliau adalah anak kelima dari delapan bersaudara.
Beliau lahir di Jakarta, tanggal 5 April 1971. Burhany adalah nama
yang disematkan oleh guru beliau Abuya Sayyid Muhammad bin
Alawy Al-Maliky Al-Hasany yang diambil dari nama shohib Abuya
yaitu Syekh Muhammad Hisyam Al-Burhany yang mempunyai
Thoriqoh An-Naqsabandiyyah dari Syiria.52
Dengan mempunyai nasab seorang muallim yang mulia dan
masyhur,
dengan
demikian
membuatnya
termotivasi
untuk
mempelajari ilmu-ilmu agama agar bisa mengikuti jejak ayahanda dan
kakeknya. Sehingga beliau menjadi pemimpin Pondok Pesantren AlHidayah Basmol.
52
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
42
43
Kiyai
berdarah
betawi
ini
mempunyai
tujuh
saudara.
Saudarinya yang bernama Hj. Fauziah, Hj. Tazkiyah, Hj. Tarwiyah dan
saudaranya bernama H. Akhyad, H. Thoipurin, H. Ahwaji dan H.
Bulqoini hampir semuanya sebagai pengajar di Pondok Pesantren AlHidayah dan Yayasan Al-Hidayah dan selainnya.
2. Riwayat Pendidikan
Masa kecil beliau diisi dengan belajar mengaji dengan
ayahandanya KH. M. Hasyim Mas‟ud. Pendidikan formal yang
ditempuh adalah pagi hari SDN 010 Kembangan Jakarta Barat pada
tahun 1982 dan lulus pada tahun 1988, kemudian siang harinya di
Madrasah
Ibtidaiyyah
Hidayatul
Basmol.
Setelah
menempuh
pendidikan dasar beliau melanjuti ke jenjang berikutnya di MTs AlHidayah Basmol. Setelah lulus beliau melanjutkan pendidikan tingkat
atas di SMA Ruwa Badan Pesing Jakarta Barat pada siang harinya dan
pada pagi harinya belajar di Madrasah Aliyah Al-Hidayah Basmol
serta pada malamnya hadir di majelis ta‟lim dengan Almarhum
Almaghfurlah KH. Alawi Zen.
Beliau melanjutkan ke perguruan tinggi Politeknik Tri Sila
Darma di Jatinegara namun hanya satu semester saja, sambil
membantu di Sekolah MTs Al-Hidayah Basmol sebagai guru
matematika di kelas 1 MTS. Selama belajar, beliau pun ikut mengaji
dengan teman-teman Aliyah seangkatan beliau yang mengaji bersama-
44
sama dengan santri Al-Hidayah. Selain itu, juga ada keinginan untuk
melanjutkan belajar (mondok) di Mekkah Al-Mukarromah.
Pada tahun 1993 keinginan beliau terkabul untuk belajar di
Mekkah, keinginannya sangat didukung oleh ayahannya KH. M.
Hasyim yang menurut ayahandanya jika sudah di Mekkah silahkan
cari asrama Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliky. Akan tetapi
beliau tidak langsung masuk ke Pondok yang dimaksud, jelang
beberapa bulan akhirnya beliau belajar di bawah bimbingan Abuya
Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasany. Di
antara guru-guru beliau sebelum belajar di Mekkah adalah:
a. KH. Mas‟ud bin Abdul Ghoni
b. KH. Hisyam Mas‟ud bin Abdul Ghoni
c. KH. Alawi Muhammad Zen
d. KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghoni
e. Ust. H. Ahmad Zawawi
f. Ust. Muaz Djaelani Fadhil
g. Ust. Husaini Mukhtar
h. Dan semua guru/ustadz era 90-an yang mengajar di Al-Hidayah.53
Guru-guru di Mekkah di antaranya adalah:
a. Abuya Sayyid Muhammad Alawy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasani
b. Syeikh Muhammad Ali Ash-Shobuni
c. Assayyid Ahmad Al-Ruqoini Al-Ahdal
53
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
45
d. Assyeikh Ibrohim Syu‟aib An-Nijeri
e. Assyeikh Ibrahim Al-Mishry
f. Assyeikh Farid Abu Zabibah
g. Assyeikh Usama Al-Mausi
h. Al-Habib Idrus Al-Idrus
i. Assyeikh Ahmad Jaber
j. Abuya Assayid Ahmad Muhammad Al-Maliky
k. Dan beberapa Masyaikh lainnya.54
Belajar di mekkah kurang lebih sekitar 15 tahun (12 tahun
dalam didikan/naungan Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky
dan tiga tahun dalam didikan/naungan Abuya Sayyid Ahmad
Muhammad Alawi AlMaliky. Pada tahun 2007 beliau pulang ke
Indonesia untuk menikah dengan Lubnatul Khilwah (istri beliau yang
juga alumni santri Al-Hidayah Basmol), setelah menikah dua bulan
kemudian kembali ke Mekkah karena memang beliau belum diizinkan
untuk kembali ke Indonesia untuk selamanya. Pada tahun yang sama
ayahandanya KH. Hasyim Mas‟ud meninggal dunia sehingga tidak
bisa pulang dan melihatnya.55
3. Profile Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol
Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol didirikan pada tahun
1983, diawali oleh keinginan para pelajar baik dari Ibtidaiyah (SD),
54
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
55
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
46
maupun dari tingkat Tsanawiyah (SLTP) banyak di antara mereka
ingin memperdalam ilmu-ilmu agama dengan kitab Salafiah (kitab
kuning). Maka untuk kesinambungan pendidikan tersebut dalam
rangka mengisi pembangunan dalam bidang pendidikan mental
spiritual, kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk
ditampung dalam suatu asrama guna melayani aspirasi mereka.56
Pesantren yang didirikan oleh Alm. Orang tua saya Kh. Mas‟ud
pada tahun 1986 dengan nama Al-Hidayah Basmol yang bergerak
dalam bidang pendidikan agama MTS/MA dan yang tinggal di pondok
santri laki-laki maupun perempuan kurang lebih 450 santri.57 Tempat
berdirinya Pondok Pesantren di Jl. Basmol Rt. 06/06 Kelurahan
Kembangan Utara Kecamatan Kembangan Kota Jakarta Barat yang
lingkungannya bersamaan dengan kehidupan masyarakat. Para santri
dapat
mengaplikasikan
perbuatan,
keahlian
yang
dimiliki
di
lingkungan masyarakat sekitar untuk menambah pengalaman serta
terbiasa dalam menjalani hidup di tempat asal para santri.
Karena kegiatan demi kegiatan pendidikan dari tahun ke tahun
makin tumbuh dan berkembang dengan pesat dan ditambah dengan
beberapa Mukimin yang telah selesai dengan studinya di luar negeri
seperti Saudi Arabiah, Mesir, Libia dan beberapa perguruan tinggi di
Indonesia, maka kami adakan rapat/musyawarah dengan beberapa
tokoh ulama untuk kiranya dapat menyediakan tempat untuk para anak
didik seperti tertera pada di atas. Siswa yang tinggalnya jauh dari
56
http://el-ghondrongy.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-singkat-pon-pes-al-hidayah.html
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
57
47
sekolah/madrasah akan disediakan asrama untuk mempermudah
aktifitas belajar.
Pembangunan asrama dengan izin Allah SWT mendapat
dukungan dari masyarakat sekitarnya, sehingga selang beberapa bulan
berdirilah tempat penginapan untuk putra saja, yaitu pada tahun 19881989. Pada tahun berikutnya kami mulai membangun asrama putri
yang sebelumnya bagi putri tinggal/ditampung di rumah penduduk.
Dengan wakaf tanah yang diberikan Alm KH Mas‟ud kami
lanjutkan pembangunan meskipun dengan bantuan uang sekedarnya,
maka terdapatlah bangunan sederhana untuk santri putri. Tepat awal
tahun ajaran 1989-1990 santri putri sudah dapat mengikuti ta‟lim
pendidikan di asrama. Dalam kondisi yang sederhana sedikit demi
sedikit Pesantren Al-Hidayah mulai mengadakan berbagai sarana dan
fasilitas pendidikan yang diperlukan oleh para santri. Diantaranya
penambahan ruang kamar santri secara permanen dua lantai.58 Saat ini
pembangunan fasilitas pendidikan mulai dibangun.
58
http://el-ghondrongy.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-singkat-pon-pes-al-hidayah.html
48
BAB IV
ANALISIS PSIKOLOGI KOMUNIKATOR K.H. HISYAM AL-BURHANI
HASYIM DALAM BERDAKWAH DI BASMOL KEMBANGAN UTARA
JAKARTA BARAT
A. Kekuatan Ethos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
Psikologi komunikator merupakan seorang orator yang bisa dipercayai
orang lain yang diperlukan bukan bisa atau dapat berbicara melainkan
memerlukan penampilan yang meyakinkan. Psikologi komunikator tidak dapat
menyuruh dan memaksa pendengar atau mad‟u hanya memperhatikan apa yang ia
katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan atau
menyampaikan semua pesan-pesan yang disampaikan.
Pada psikologi komunikator ini yang dimaksud penulis adalah KH.
Hisyam Al-Burhani Hasyim yang merupakan seorang da‟i yang menyampaikan
pesan-pesan kepada mad‟u. Berdakwah merupakan aktifitas lisan yang baik yang
disampaikan secara formal melalui berbagai acara ataupun sekedar berbicara
dengan seseorang untuk mengajak mereka ke jalan yang benar yakni ke jalan
Allah karena memang dakwah menurut beliau panggilan, ajakan kepada orang
yang baik untuk lebih baik dan lebih istiqomah atau konsisten serta orang yang
dalam proses perbaikan agar lebih yakin dengan kebaikan yang sedang dijalani
dan lebih percaya diri dalam menjalani proses tersebut, juga mengajak orang yang
tergelincir di jalan yang buruk artinya tidak diridhoi Allah kepada jalan yang lurus
48
49
yang diridhoi Allah yang pada ayat qur‟an Allah berfirman menyeru kepada
kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Dengan adanya teori psikologi komunikator, KH Hisyam Al-Burhani
Hasyim sebagai orang yang bisa dipercayai apa yang dibicarakan serta
penampilan yang menjadi orang lain lebih percaya di Pondok Pesantren AlHidayah Basmol mengacu pada komponen ethos.
Ethos merupakan sebagai sumber kepercayaan yang ditujukan oleh
seorang komunikator atau seorang da‟i bahwa ia benar-benar ahli dalam
bidangnya sampai dapat dipercayai orang lain. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
salah seorang da‟i yang menjadi sumber kepercayaan bagi masyarakat, jama‟ah
dan khusunya bagi santrinya. Karena memang beliau pemimpin pondok pesantren
Al-Hidayah Basmol dan sebagai pengajar di wilayah tempat tinggalnya.
Psikologi dakwah merupakan alat bantu bagi seorang da‟i untuk
memahami pengertian tentang penyampaian dakwah kepada sasaran agar mampu
memberikan dorongan, mengadakan perubahan, mengingatkan dan mengarahkan
serta memberikan keyakinan kepada tujuan dakwah. Untuk itu dalam
penyampaian psikologi dakwah seorang da‟i harus mempunyai komponen ethos
yakni sumber kepercayaan bahwa seorang da‟i menjadi insan kepercayaan bagi
mad‟u. Dimensi ethos yang dimiliki KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yaitu:
1.
Kredibilitas
Kredilitas adalah keahlian atau kepercayaan sebagai seorang da‟i agar
dapat nilai dari masyarakat ataupun jama‟ah terlebih khusus para santeri
50
bahwa beliau mampu mengajak menyeru kepada jalan kebaikan. Kredibilitas
yang ternanam dalam diri K.H Hisyam Al-Burhani Hasyim yakni: 59
a. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri (ibda‟ binafsik) dan
menjadikan keluarga sebagai contoh bagi masyarakat. Sebelum berdakwah
kepada orang lain benahi diri sendiri dan keluarga untuk menjadi suri
tauladan agar santri tahu prilaku kita dan mempercayai apa yang
disampaikan beliau sama dengan tingkah lakunya.
b. Dalam menjalankan aktifitas dakwah, seorang da‟i harus memiliki mental
yang baik, dimana siap menerima resiko apabila dakwahnya tidak diterima
oleh mad‟u.
c. Da‟i harus mempunyai ilmu pengetahuan yang luas jangan sampai seorang
da‟i sedikit ilmu pengetahuan karena ilmu adalah bagian yang terpenting
dalam penyampaian dakwah seorang da‟i. Adakalanya santri dan asatidz
mengajukan pertanyaan pada acara pengajian atau ketika sesudah selesai
berdakwah seorang da‟i harus siap menjawab agar komunikasi antara da‟i
dan mad‟u efektif.
d. Da‟i harus mengetahui pikiran dan keadaan masyarakat sehingga
kebenaran Islam bisa disampaikan dengan logika masyarakat, sebagaimana
sabda Nabi: “Nazziluunnaas „Ala Qodri Uqulihim”. Seorang da‟i harus
mengetahui pada kapasitas ilmu juga berbicara di luar keilmuannya, kalau
tidak tahu katakan tidak tahu jangan sampai menyesatkan orang dengan
fatwa-fatwa saja. Sampaikanlah kepada manusia sesuai dengan akal
mereka, jadi dengan Bahasa masyarakat awam beliau berdakwah di
59
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
51
kalangan umum dengan Bahasa sesuai yang mereka mengerti, seorang da‟i
dalam dakwahnya yang terpenting adalah diterima di semua kalangan, buat
apa menggunakan Bahasa asing atau modern tapi tidak dimengerti oleh
sebagian kalangan saja, lebih baik menggunakan Bahasa kampung tapi
semua orang mengerti karena yang dinamakan fasih atau fashihatul kalam
adalah Bahasa atau ucapan yang diterima semua kalangan.
e. Pandangan baik dakwah akan sangat menlancarkan komunikasi dakwah,
sebaliknya pandangan buruk akan membuat semua aktivitas dakwah
menjadi kontraproduktif. Pandangan baik saya dibangun dengan
kesungguhan dan konsistensi dalam waktu yang cukup lama ketika
menuntut ilmu di Mekkah Al-Mukarromah di bawah naungan Abuya
Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani kemudian pulang mulai
berdakwah itu merupakan membangun pandangan baik. Bahkan selalu
menyampatkan hadir untuk mengajarkan jama‟ah dalam keadaan kondisi
badan kurang fit dan cuaca kurang mendudukan. Karena prinsip beliau
jangan sampai hal-hal yang kita lakukan terlewat begitu saja dalam hal
sepele terkecuali apabila kondisi beliau sangat parah.
Menurut KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim pesan dakwah yang
menjadi stimulus bagi mad‟u yakni Nabi Muhammad SAW telah
mengajarkan dalam berdakwah salah satunya sebagaimana dalam sabdanya
nazzilunnaasa „ala qodri „uquulihim. Artinya turunkan kepada manusia
sesuai dengan akal mereka, jadi dengan bahasa masyarakat awam beliau
anggap dakwah di kalangan umum dengan bahasa sesuai yang mereka
mengerti, seorang da‟i berdakwah yang terpenting adalah diterima di semua
52
kalangan, buat apa menggunakan bahasa asing atau modern tapi tidak
dimengerti oleh sebagian kalangan saja, lebih baik menggunakan bahasa
kampung tapi semua orang mengerti karena yang dinamakan fasih atau
fashoohatul kalam adalah bahasa atau ucapan yang diterima semua
kalangan.60
Dakwah bi al-hal sering beliau gunakan karena bentuk dakwah
ketauladanan sangat penting bagi seorang da‟i baik dalam berdakwah,
mengajar dan aktifitas kehidupan sehari-hari untuk merubah psikologis
masyarakat, ketauladanan beliau dengan menanamkan sikap dan perilaku
yang baik dalam dirinya menurut yang diajarkan Rasulullah SAW untuk
menjadikan dirinya sebagai suri tauladan bagi diri sendiri, keluarga dan orang
lain. Rendah hati, memuliakan tamu, memuliakan guru, bersedekah,
menyantuni anak yatim, mendidik orang-orang perantauan dan lain
sebagainya. Karena aktifitas dakwah itu da‟i harus mengedepankan budi
pekerti yang luhur, berdakwah dengan cerdas, mengedepankan toleransi,
ikhlas tanpa pamrih dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan sehingga
dapat dipahami dan menyentuh jiwa mad‟u.61
Dengan title lulusan Mekkah di bawah naungan Abuya Sayyid
Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani, KH Hisyam Al-Burhani Hasyim
mengaitkan dirinya sebagai ulama besar yang belajar di tempat kelahiran Nabi
Muhammad kota Mekkah Al-Mukarromah dari tahun 1993 sampai dengan
60
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
61
Data Observasi Peneliti Di Masjid dan Majelis Ta‟lim serta mengikuti pengajian rutin
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim setiap ahad pukul 06.00 WIB di Masjid Roudhotul Jannah
Jakarta Barat.
53
tahun 2008 dengan perhitungan 15 tahun. Nama Al-Burhani merupakan
sebuah pemberian dari sang guru yang menjadi alasan kuat untuk mempunyai
kredibilitas seorang komunikator.
2.
Atraksi
Atraksi merupakan daya tarik da‟i yang bersumber dari daya tarik
(fisik). Seorang komunikator atau da‟i disenangi dan dikagumi yang
memungkinkan pandangan menerima kepuasaan dengan kata lain pandangan
tunduk terhadap pesan yang dikomunikasikan da‟i.
Daya tarik fisik adalah salah satu yang dapat menyebabkan mad‟u
merasa tertarik kepada komunikator. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
menurut observasi penulis bahwa beliau dikagumi dan disenangi oleh para
jama‟ah sehingga para jama‟ah merasa puas dalam menghadiri acara yang
diisi beliau. Fisik beliau sangat menawan, gemuk, tinggi 168cm. Daya tarik
homophily beliau yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan mad‟u yang
lebih efektif dalam berkomunikasi sebab kesamaan menyebabkan mad‟u
tertarik pada beliau. Bahwa kita memang cenderung menyukai orang-orang
yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita, karena jama‟ah menyukai
beliau maka jama‟ah cenderung akan menerima gagasan-gagasannya.
Kemudian kesamaan badan, asal daerah, menumbuhkan rasa hormat dan
percaya kepada komunikator. Bahwa jama‟ah dan santri sudah percaya
dengan beliau karena dari segi keturunan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan
juga beliau sebagai pemimpin pondok.
54
Adapun gesture (bahasa tubuh) dan mimik dalam berdakwah maupun
mengajar, yakni fose beliau sangat sederhana dan tenang serta tegas ketika
menyampaikan dakwahnya. Dari segi penampilan, ketika mengajar dan
berdakwah beliau selalu menggunakan busana yang sangat khas yaitu peci
putih, gamis dan sorban, berbeda ketika beliau di pondok terkadang
berbusana peci putih, gamis dan sorban terkadang koko serta sarung.62
Busana tersebut tampak jelas charisma dan pribadi yang menawan.
Gesture (bahasa tubuh) beliau tidak berlebihan. Saat mengajar beliau
selalu duduk kalau berdakwah atau ceramah beliau kadang duduk dan berdiri
dalam hal keduanya menggunakan bahasa tubuh sesuai dengan apa yang
disampaikan karena bukan hanya dalam penggunakan bahasa, namun bahasa
tubuh menjadi pelengkap untuk menekankan materi-materi tertentu
penyampaian singkron dengan bahasa tubuh dan mimik beliau yang selalu
ditampakkan dengan keseriusan dan ketenangan serta senyuman dengan
memandangi mad‟u penuh kasih sayang bertujuan untuk membuat mad‟u
santai dan asyik dalam mendengarkan dakwahnya.
3.
Kekuasaan
Kekuasan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Kekuasaan
menyebabkan da‟i dapat memaksakan kehendaknya kepada orang lain karena
memiliki sumber daya yang sangat penting. Adanya kekuasaan bagi KH.
Hisyam Al-Burhani Hasyim karena memang beliau pemimpin PondokPesantren Al-Hidayah, wakil ketua Yayasan Al-Hidayah dan sebagai seorang
mua‟llim. Berikut jenis-jenis kekuasaan menurut Raven yang ada pada diri
62
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
55
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang dimasuki dalam jenis-jenis tersebut,
yakni kekuasaan koersif yang menunjukkan kemampuan da‟i untuk
mendatangkan ganjaran atau hukuman kepada mad‟u baik jama‟ah maupun
santri. Dimana ganjaran tersebut bersifat personal. Seperti yang dikatakan
beliau kepada santrinya “setiap malam jum‟at santri harus qiyamullail jika
tidak melaksanakannya maka akan terkena iqob”.
Kekuasaan
keahlian
KH.
Hisyam
Al-Burhani
Hasyim
yang
berdasarkan pada pengetahuan, pengalaman, keterampilan yang dimiliki
beliau. Halnya beliau menyuruh santrinya untuk berbicara di hadapan santrisantrinya atau lebih dikenal kata muhadhorah mengenai maulid Nabi
Muhammad SAW, agar santri-santri terlatih dan terbiasa berbicara di
kalangan masyarakat.
Kemudian kekuasaan rujukan yang melekat dalam diri para da‟i
termasuk KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim. Beliau menjadikan mad‟u sebagai
kerangka rujukan
untuk menilai dirinya. Bahwa beliau telah berhasil
menanamkan kekaguman pada mad‟u sehingga seluruh perilakunya
diteladani.
Selain itu, ketundukan mad‟u kepada beliau adanya ta‟dzhiiman serta
takriiman karena bahwasannya beliau seorang guru yang mempunyai
kelebihan ilmu agama dari mad‟u. Kemampuan dalam kekuasaan beliau
berupa Respon mad‟u di saat KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, menurut
beliau ketika menyampaikan materi dakwah maupun kitab yang beliau
sampaikan dan bayan. Sejak awal beliau menyampaikan pesan-pesan
56
dakwahnya semakin lama jama‟ah semakin bertambah karena mad‟u
memiliki ketertarikan dan khusnudzon terhadap beliau. Begitu juga
antusiasme mad‟u dalam menghadiri ta‟lim terlihat seperti halnya menyimak
dan memperhatikan sehingga terjadi feedback atau komunikasi dua arah
adanya pertanyaan mad‟u kepada beliau. Walaupun ta‟lim beliau tidak
bersifat wajib hadir akan kecuali santri-santrinya dan tidak dipungut biaya
karena pada hakikatnya hadir ta‟lim bukan untuk menghayal dan buangbuang waktu saja tetapi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan hikmah
serta manfaat bagi diri mad‟u.63 Dalam Hadits Rasulullah SAW bersabda:
hudhuru majlisil ilmu saa‟atan khoirun min antusholliya alfa roka‟atin wa
„iyaada alfi mariidhin wa huduro alfi janaazah. Artinya hadir di majelis ilmu
sejam lebih baik dari sholat Sunnah 1000 rokaat dan menjenguk 1000 orang
sakit dan menemani 1000 orang meninggal.
Perubahan sikap setelah mendengarkan pesan-pesan ilmu agama KH.
Hisyam Al-Burhani Hasyim, menurut beliau sikap jama‟ah majelis ta‟lim
tidak terlalu memperhatikan karena yang hadir di antara mereka adalah
orang-orang yang sudah dewasa dan berkeluarga bahkan orang-orang sepuh
secara keseluruhan mereka sangat ta‟zim kepada guru. Tapi jika di pesantren
sikap para santri terjadi perubahan sedikit demi sedikit, semula mereka yang
tidak pernah/jarang sholat berjama‟ah di rumah sekarang mereka sudah
63
Wawancara pribadi dengan KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
57
terbiasa, dan juga tahajjud, sholat dhuha dan puasa-puasa Sunnah, demikian
juga perubahan tingkah laku.64
Dalam keseharian beliau selalu bersama santri sehingga lebih
mengetahui perubahan sikap santri-santrinya dibanding jama‟ah majelis ta‟lim
yang seminggu sekali bertemu namun mereka sangat ta‟dzhim kepada beliau
meskipun ada jama‟ah yang lebih tua dari beliau.
B. Kekuatan Pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
Pathos adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang tokoh dalam
mengendalikan emosi khalayak. Komponen pathos ditunjukkan oleh seorang
komunikator dengan gaya dan bahasa yang membangkitkan kegairahan yang
berkobar-kobar kepada mad‟u.
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah menggunakan dakwah
bi al-lisan yakni bentuk dakwah melalui ceramah dan mengajar di majelis ta‟lim
dan masjid sebagai wadah tempat beliau menyampaikan ilmu melalui kitab-kitab
yang beliau pahami di antaranya kitab RiyadushSholihin, An-Nashoihu AdDiniyyah, Haulul Ihtifaal, Shohih Bukhori, Riyadul Badiah, Tafsir, Fathul Mu‟iin,
dan Tahqiiqul A‟maal masyarakat Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat dan
sekitarnya sebagai salah satu tempat menyampaikan pesan-pesan dakwah pada
acara Peringatan Hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW dan
Isro‟ Mi‟roj.
64
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
58
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim menunjukan gaya dan bahasanya yang
dapat membangkitkan para santri dan jama‟ah. Ketika berbicara tegas lugas dan
bersemangat tentang kesatuan umat Islam karena banyak yang non-muslim yang
meremehkan umat Islam. Sikap yang berapi-api dan tegas, kala mengenai atau
sangat-sangat serius sekali menggapi pertanyaan-pertanyaan di dalam pengajian dan
jawaban yang disampaikan sangat memuaskan.65 Maka timbullah keberanian seorang
muslim untuk menyatukan tanpa ada rasa agar umat Islam tak bisa dikalahkan
tanpa ada rasa takut untuk membela kebenaran.
Contoh pada penyampaian dakwahnya yang bersifat persuasif kepada para
jama‟ah Masjid Jami‟ Al-Mujahidin sekaligus menjadi pertunjukkan gaya dan
bahasa yang dapat membangkitkan kegairan yang berkobar-kobar dan
menyadarkan mad‟u menuju yang lebih baik lagi, berikut dakwah beliau:
“Saat ini tidak ada orang yang sengsara seperti Rasulullah Jika
kita hadir di maulid nabi kita akan tahu bagaimana keadaan Rasulullah
dan apapun yang kita alami niscaya kita tidak akan pernah marah kepada
Allah. Ada orang kagak mau ngaji kaga mau hadir maulid kenapa? Ah
abis saya hidup begini-begini aja. Kaga mau sembahyang jama‟ah,
kenapa? Ah dia yang sembahyang jama‟ah masih miskin miskin juga.
Kaga hadir ke masjid, kenapa? Ini yang ke masjid kredit ampe sekarang
belum rapih juga. Kenapa ngukur ibadah dengan kekayaan? Kalo orang
ngukur dengan kekayaan, niscaya yang paling kaya hidupnya di dunia ini
adalah Nabi Muhammad SAW. Kenapa dia marah kepada Allah? Karena
dia kata rizkinya kaga lancar. Kalo orang mengukur kekayaan karena
ibadah niscaya kaga ada kantor kaga ada perusahaan, semuanya orang
bikin masjid sama musholla. Bukan ukuran ibadah dengan kekayaan.
Ustadz, di sana orang kafir kaga kenal Allah tapi hidupnya enak aja?
Padahal Allah berfirman dalam Al-Qur‟an: dan jangan mengira wahai
orang-orang kafir, sesungguhnya kami ulur kalian itu biar dosanya
tambah banyak kalau begitu agar nanti azabnya pedih lagi. Jadi jangan
65
Wawancara pribadi dengan Muhammad Nur,S.Ag sebagai guru Yayasan Al-Hidayah
pada tangal 26 Desember 2016 di kediaman ibundanya Kelurahan Duri Kepa Kecematan Kebon
Jeruk.
59
mau disamain sama orang kafir kaga sama kita sama orang kafir,
bagaimana pun itu orang kafir meskipun membuat takjub manusia
dibanding dengan sejelek-jeleknya orang muslim niscaya Allah SWT
masih memuliakan orang muslim. Orang kafir pasti akan ke neraka, orang
mukmin sebagaimana pun jeleknya innallaha laa yaghfiru an yusyroka
bihi wa yaghfiru maa duuna dzalika liman yasyaa‟. Jadi jangan
membanding-bandingkan kalau orang kafir udah jangan pake diterima.
Sehebat apapun orang kafir walaupun bisa mengubah dunia
sebagaimanapun jangan sekali-kali engkau takjub lebih bagus kau takjub
kepada muslim yang rendah. Betul? Allah yang berbicara, Allah yang
berikan peringatan. Wa man ashdaqu minallahi qiila? Apakah ada orang
yang lebih bagus daripada omongan Allah? Kaga ada. Maka kalau ada
orang muslim yang masih mengatakan lebih bagus omongannya daripada
omongan Allah, maka diragukan kemuslimannya.”66
Pesan di atas sangat tegas dijelaskan dengan gaya dan bahasa yang penuh
semangat bahwa umat muslim jangan beribadah dengan mengukur kekayaan.
Karena bahwasannya Allah telah menguji kita sekuat mana kita beribadah kepada
Allah ketika do‟a kita tidak diijabah dan rizki kita kurang lancar. Dan janganlah
kita memilih orang kafir sebagai pemimpin. Karena tujuan dakwah KH. Hisyam
Al-Burhani
Hasyim
untuk
mempengaruhi jama‟ah agar konsisten dan
mempengaruhi untuk perubahan.
Gaya bahasa yang disesuaikan beliau kepada mad‟u yang disusun dengan
susunan kata yang teratur dan sistematis serta apik, membuat ceramah maupun
mengajar yang enak didengar dan dipahami. Penguasaan bahasa dalam
menyampaikan mampu meyakinkan mad‟u dalam pelaksanaan dakwah bi al-lisan
dan penggunaan gaya seperti mimik beliau dan intonasi retorika dakwah dapat
dikatakan bagus karena penyampaian sesuai dengan tingkat variasi keilmuanya
dan memilih bahasa yang pas untuk mad‟u yang dihadapinya.
66
Ceramah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Peringatan Maulid di Masjid Jami‟ AlMujahidin Tanah Kusir Kebayoran Selatan pada tanggal 12 Desember 2016
60
Dalam penyampaian persuasif KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim kepada
santri yang selalu menekankan rasa mahabbah kepada guru dan berkhidmat
kepada guru.67 Karena guru beliau Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
Al-Hasani mengatakan bahwa yang dikatakan murid menurutku adalah seseorang
yang belajar sekaligus berkhidmat (mengabdi). Barang siapa yang tulus
berkhidmat (mengabdi), maka Allah akan membukakan baginya pintu kebaikan.
C. Kekuatan Loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
Loghos
adalah
kekuatan
yang
dimiliki
seorang
tokoh
karena
argumentasinya dalam berbicara kepada orang lain dan kepada banyak. Kriteria
loghos ini ditunjukkan oleh seorang komunikator bahwa uraian masuk akal
sehingga patut diikuti dan dilaksanakan mad‟u.
Menurut para mad‟u bahwa setiap KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
menyampaikan ilmu masuk akal dan mudah dipahami sehingga dapat menyentuh
hati tentunya jika sudah menyentuk hati uraian yang beliau sampaikan
memuaskan tinggal para mad‟u untuk menjalani dalam kehidupan sehari-hari.
Karena memang apa yang beliau ucapkan mengena dalam kehidupan sehari-hari
santri juga jama‟ah.
Jenis penyampaian yang beliau gunakan adalah pengajaran, khutbah dan
ceramah. Jenis pengajaran, beliau mengajar di pondok pesantren dan majelis
ta‟lim dengan rujukan kitab-kitab yang telah diajarkan oleh Abuya Sayyid
Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani yakni gurunya. Jenis khutbah, beliau
berkhutbah di masjid
67
dalam rangka ibadah sholat jum‟at. Kemudian jenis
Wawancara pribadi santri Pon-Pes Al-Hidayah Basmol pada tanggal 27 Desember
2016 di Musholla Al-Akhyar Duri Kepa Kebon Jeruk.
61
ceramah, beliau ceramah di masjid-masjid, majelis ta‟lim pada peringatan hari
besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj dan lain
sebagainya.
Pada penyampaikan materi dakwahnya yang bersifat informatif kepada
para jama‟ah termasuk santrinya sekaligus menjadi uraian yang rasional dan
bernilai renungan atau pesan hati, berikut potongan isi pesan beliau:
“Perbanyaklah kalian bersahabat dengan orang sholeh karena
bahwasannya bersahabat dengan orang-orang sholeh akan membuat
manfaat bagi kamu di hari kiamat, ada yang bertanya kepada Al-Imam
Hasan Basri bagaimana bisa bermanfaat?, Kata Al-Imam Hasan Basri
bahwasannya nanti ketika orang berada di surga mereka akan reoni
berkumpul duduk bersama-sama dengan orang yang berkumpul duduk
bersama ketika di dunia, sampai mereka akan bertanya mana teman kita
yang suka duduk sama kita ketika ada di majelis? Dikatakan orang itu ada
di neraka, lalu mereka sabahat dari pada orang yang di neraka ketika di
surga berkata kepada Allah SWT. Yaa Allah tidak sempurna kenikmatan
saya kalau teman saya yang di dunia tidak bersama saya di surga. Kata
Al-Imam Hasan Basri bahwasannya Allah mengutus utusan untuk
mengambil teman yang dulu duduk bersama di dunia dari neraka supaya
dia dimasukkan ke surga. Kemudian penghuni neraka bertanya-tanya
kenapa orang itu dikeluarkam dari neraka? apakah orang tuanya mati
syahid sehingga bisa memegang syafa‟at? atau saudaranya yang mati
syahid? Bukan, Apakah nabi yang mencatat dia? Apakah malaikat?
Bukan, siapa yang memberi syafaatnya? Temenya yang ada di surga.
Sampai orang-orang di neraka memohon ya Allah kembalikan aku lagi ke
dunia karena saya ingin bersahabat dengan ahli ilim dan orang-orang
sholeh. Alhamdulillah kita berteman dengan orang-orang sholeh beserta
dengan habaib, nanti mereka yang angkat kita selama-selamanya di surga
karena bersumbah duduk dengan para habaib, kiyai dan orang-orang
sholeh. Karena dalam Haditst orang yang dapat memberi syafaat ada
tiga, yaitu para anbiya, para ulama dan orang yang mati syahid”68
Pemilihan bahasa menjadi salah satu tahapan yang baik untuk seorang da‟i
dalam menyampaikan dakwah agar dipahami mad‟u. Seorang da‟i harus pandai
68
Ceramah Haul Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani di Masjid AlAkhyar Kebayoran Lama Jakarta Selatan pada tanggal 20 Juni 2016
62
memilih kata-kata dan mengemasnya dengan bahasa yang tepat sehingga mad‟u
dapat menerima pesan yang disampaikan.
Menurut KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah seorang da‟i
harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna oleh mad‟u.
Nazzilunnaas „alaa qodri „uquulihim seorang da‟i menyampaikan pesan kepada
manusia sesuai kadar akal mereka jadi Bahasa juga harus diperhatikan kepada
kalangan mana kita berdakwah itu juga merupakan kadar akal atau pengetahuan
mereka.69
Kemudian dengan penyampaian rekreatif yang tujuan utamanya
menyenangkan atau menghibur orang lain. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
dalam dakwahnya jika dimasukkan ke dalam pidato rekreatif beliau selalu
menghindari rangkaian gagasan yang sulit, selalu gunakan gaya bercerita (naratif)
dan berbicara singkat.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari humor karena manusia memiliki
“sense of humor”. Terkadang da‟i harus mengeluarkan kalimat yang bermakna
humor walaupun 30% dari seluruh dakwah agar menarik perhatian mad‟u.
Seorang da‟i yang baik akan menyisipkan pesan-pesan dakwahnya melalui humor.
Karena rasa humor juga dapat digunakan untuk masalah serius menjadi santai.
Namun demikian dengan humor dalam berdakwah itu bukan selayaknya humor
69
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
63
pelawak. Humor yang dimaksud adalah humor-humor edukatif dan berisi
ceramah.70
Dalam penyampaian materi dakwahnya beliau menggunakan humor
kepada mad‟u dalam bentuk rangkaian gagasan yang mudah dipahami dan
menggunakan gaya bercerita agar para mad‟u tidak bosan mendengarkan materi
dakwah tersebut. Ketika beliau menyampaikan Hadits tentang ibu yang diakhiri
dengan humor.
“„An Abi Hurairoh Rodhiyallahu „anhu Qoola: Jaa‟a rajulun ila
rosulillaahi shollaallahu „alaihi wasallam, faqoola yaa rasulallah man
ahaqqunnaas bihusni shohaabatii? Qoola: ummuka, Qoola: tsumma man?
Qoola: ummuka, Qoola: tsumma man? Qoola: ummuka, Qoola: tsumma
man? Qoola: abuka. Dari Abu Hurairota Radhiyallahu „anhu. Bahwa
seorang laki-laki datang kepada Rasulullaah berkata: siapakah orang
yang paling berhak perlakukan dengan baik? Nabi bersabda: ibumu,
kemudian siapa lagi? Ibumu. Kemudian siapa lagi? Ibumu. Kemudian
siapa lagi? Bapakmu. Ibu ibu ibu baru bapak. Jadi ibunya tiga kali
bapaknya satu kali. Haditst ini bukan berarti bahwa bapaknya satu namun
ibu tiga sehingga menimbulkan bapak-bapak harus punya istri tiga hehe
jangan sampai pak….”71
Pesan rekreatif mengenai tidak dilancarkannya rizki oleh Allah SWT
sebagai berikut:
“Nabi SAW telah mengajarkan kepada kita, Nabi SAW telah
mencontohkan kepada kita yang mana dalam hidup kita tidak akan pernah
murka kepada Allah SWT. Jangan gara-gara kaga punya rizki dia jauh
dari masjid dia jauhi majelis ta‟lim. Allah kagak punya rizki kepada kita
mungkin bukan karena Allah kaga sayang sama kita, mungkin karena
Allah sayang kepada kita makanya Allah kaga kasih. Sama kaya kita
misalnya kita punya anak nih, anak kita masih kecil umur empat atau lima
tahun jam setengah enam bangun, langsung merengek ama babanya.
„eeebabaa minta es krim minta rujak minta gado-gado‟, kasih gak orang
tuanya tuh? Iya kaga dikasih karena orang tua sayang kepada anaknya,
70
Asmuni Syukir, Dasar Dasar Strategi Dakwah (Surabaya:Al-Ikhlas, 1993), hal 120.
Ceramah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Tentang Hadits Ibu di Masjid Raudhotul
Jannah Rawa Buaya pada tanggal 23 Oktober 2016
71
64
karena kalo dikasih tuh anak satu bulan bakal mules. Allah kaga kasih
kepada kita ketika „Ya Allah saya mau rizki saya punya mobil‟ bukan
Allah kaga kasih, Allah SWT lillaahissamawati wal ardh Allah yang punya
langit dan bumi, Allah kaga kasih kalo Allah kasih ente bisa beli mobil
tiap minggu ente ke Puncak kaga ngaji-ngaji, jalan-jalan mulu
nantinya.”72
Cerita yang bersifat humor merupakan bagian dari dakwah da‟i, tidak
selamanya menyampaikan materi dakwah da‟i selalu serius dalam berdakwah,
para da‟i memilih kalimat yang bermakna humor, sehingga lebih memudahkan
mad‟u dalam menerima pesan yang disampaikan da‟i. Akan tetapi perlu diketahui
bahwa humor digunakan hanya agar mad‟u merasa jenuh dan bosan. Karena pada
ada hakikatnya da‟i ingin memperoleh pengaruhi yang maksimal dalam
menyampaikan dakwahnya agar berhasil dan tepat pada sasarannya.
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim merupakan salah satu muballigh yang
memiliki dimensi loghos yakni da‟i yang dipercayai oleh mad‟u atau khalayak
karena beliau selalu berusaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain khususnya
para santri dengan dakwahnya melalui pendidikan atau pengajian.
Materi dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim mengenai ilmu Hadits
yang mana sangat teliti dalam menjelaskan matan dan hafal sanad serta perawi
Hadits. Materi yang disampaikan berkaitan dengan Hadits, 85% atau 90%
berbicara tentang Hadits Bukhori dan Muslim. Sebab KH. Hisyam Al-Burhani
Hasyim punya sandaran perkataan ulama: “wahai manusia janganlah kau bersedih
ditinggalkan oleh Rasulullah, bergembiralah engkau dengan atsar-atsar Rasulullah
72
Ceramah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Peringatan Maulid di Masjid Jami‟ AlMujahidin Tanah Kusir Kebayoran Selatan pada tanggal 12 Desember 2016
65
artinya Hadist dan siapa orang yang menaruh buku Hadits di dalam rumahnya
maka seakan-akan Rasulullah berbicara dengan dia.73
Dalam materi Hadits menyinggung tentang rukun agama yaitu iman, Islam
dan ihsan yang mana kalau bicara tentang Islam standarnya rukun Islam begitu
juga iman standarnya rukun iman dan ihsan berkaitan dengan dengan akhlak yang
paradigmanya merasa ketika beribadah sedang melihat Allah dan apabila tidak
bisa maka merasa dirinya dilihat Allah.
Iman merupakan asas (foundation) kemanusiaan, Islam merupakan
bangunan (structure)-nya, sementara ihsan merupakan aksesorisnya.74 Ketiga
pokok ini ada yang mewakili, misalnya mengenai Islam yaitu tentang Ilmu Fiqh,
mengenai iman yaitu tentang Ilmu Tauhid dan mengenai ihsan yaitu tentang
akhlak atau Tasawuf, dan juga tentang Hadits Rasulullah dalam kitab Shohih
Bukhori. Dengan tiga pokok itu dapat manyentuh jiwa mad‟u sehingga dapat
berpikir dan merasakan karena jiwa itu sistem nafsani terdiri dari akal, hati,
bashirah atau pandangan mata bathin, syahwat atau motif kepada tingkah laku dan
hawa atau dorongan objek yang rendah dan tercela. Materi yang diajarkan beliau
tentang Islam, iman dan ihsan sering menggunakan Hadits dalam menyampaikan
dan sesuai pada momen jadwal pengajaran.
Namun sebelum menyampaikan dakwah ataupun pejalaran yakni haruslah
muthola‟ah artinya harus mengulang dan membaca serta mempelajari lagi terlebih
dahulu sekecil apapun kitabnya agar lebih terarah lagi dalam memberikan materi
73
Wawancara pribadi pengurus Masjid/Majelis Ta‟lim Raudhotul Jannah, Atma Wijaya
pada tanggal 20 November 2016 di Masjid Raudhotul Jannah Jakarta Barat.
74
Abdul Mujib, Journal Tazkiya “Tipologi Manusia Dalam Psikologi Kepribadian
Islam”, (Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah, 2007).
66
karena manfaatnya sangat besar dan saya bisa mencari masalah yang tidak saya
pahami di kitab lain.75
Dalam berdakwah beliau menggunakan metode-metode dakwah. Karena
suatu pesan dakwah yang baik, tadi disampaikan dengan cara yang salah akan
berdampak ditolaknya pesan dakwah oleh mad‟u. Maka karena itu pentingnya
metode dakwah bagi seorang da‟i sebagai persiapan untuk berdakwah ke
masyarakat.
Metode-metode dakwah itu ada tiga bagian, yaitu dakwah bi al-hikmah,
mau‟idzhatul hasanah dan muzadalah billati hiya ahsan. Akan tetapi yang sering
beliau gunakan adalah metode mau‟idzhoth hasanah berarti nasehat yang baik.
Artinya adalah dakwah dengan yang disampaikan kepada mad‟u dengan perkataan
lembut dan penuh kasih sayang dalam menyampaikan pesan dakwah kepada
mad‟u sehingga nasihat dan ajaran Islam yang beliau sampaikan dapat menyentuh
hati mad‟u. Dalam praktek dakwah mau‟idzhoh hasanah beliau mengisi materi
dakwahnya berupa ceramah umum, khutbah jum‟at, pengajian-pengajian hampir
setiap malam dengan mengkaji kitab di antaranya Shohih Bukhori, An-Nashoihud
Diniyyah dan Shohih Bukhori.76 Dakwah mujadalah billati hiya ahsan adalah
dakwah berdebat dengan cara yang baik untuk meneguhkan pandangan kita. Juga
mempunyai arti berdiskusi atau berdebat dengan cara yang baik. Beliau lebih
sering berdiskusi dengan jama‟ah. Ketika ta‟lim selesai sedikit tapi banyak yang
menghampiri untuk bertanya masalah kehidupan jama‟ah untuk meminta
75
Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya.
76
Data Observasi Peneliti Di Masjid dan Majelis Ta‟lim serta mengikuti pengajian rutin
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim setiap ahad pukul 06.00 WIB di Masjid Roudhotul Jannah
Jakarta Barat.
67
pencerahan dan motivasi sebagai solusi bahkan ada yang langsung ke rumah
beliau untuk berdiskusi masalah pribadi.77
Dakwah beliau itu bukan semata-mata dakwah dengan keinginannya,
dakwahnya itu dengan apa yang dituntut oleh ulama. Jadi beliaulah yang
mengajarkan dan menyampaikan sehingga ada tuntunannya jelas dari kitab-kitab
pengarang ulama besar. Ketika ditanya beliau menjawab tidak dengan pendapat
beliau saja namun dengan rujukan kitab.78 Pesan-pesan yang disampaikan KH.
Hisyam Al-Burhani Hasyim tidak sembarangan berucap dengan pendapat beliau
saja namun juga dengan rujukan kitab yang telah dipelajari agar pesan-pesan
dikemas dengan penjelasan yang rasional.
77
Data Observasi Peneliti Di Masjid dan Majelis Ta‟lim serta mengikuti pengajian rutin
KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim setiap ahad pukul 06.00 WIB di Masjid Roudhotul Jannah
Jakarta Barat.
78
Wawancara pribadi pengurus Masjid/Majelis Ta‟lim Raudhotul Jannah, Atma Wijaya
pada tanggal 20 November 2016 di Masjid Raudhotul Jannah Jakarta Barat.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kemudian diolah dan dianalisa
maka hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya tentang
Psikologi Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Dalam Berdakwah
di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat, maka kesimpulannya yang
merujuk pada pembatasan dan rumusan masalah yaitu:
1. Kekuatan ethos yang dimiliki KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam
berdakwah, dimana beliau salah satu seorang da‟i yang menjadi
sumber kepercayaan bagi masyarakat, jama‟ah dan khususnya bagi
santrinya. Karena memang beliau pemimpin pondok pesantren AlHidayah Basmol dan sebagai pengajar di wilayah tempat tinggalnya.
Kredibilitas beliau lulusan Mekkah Al-Mukarramah di bawah naungan
Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Pada kata AlBurhani dalam namanya merupakan pemberian gurunya. Atraksi yang
dimilikinya daya tari dari segi fisik dan penampilan busana memakai
peci, putih, gamis, dan sorban. Semua atraksi KH. Hisyam Al-Burhani
Hasyim menumbuhkan dan menambahkan kekaguman mad‟u. Bahwa
beliau telah berhasil menanamkan kekaguman pada mad‟u sehingga
seluruh perilakunya diteladani. Kekuasaan adalah kemampuan da‟i
dalam menimbulkan ketundukan. Adanya kekuasaan pada KH.
68
69
Hisyam Al-Burhani Hasyim karena memang mempunyai kelebihan
ilmu dengan menguasai ilmu-ilmu hadits.
2. Kekuatan pathos dimana dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
menunjukan gaya dan bahasanya yang dapat membangkitkan para
jama‟ah. Ketika berbicara tegas lugas dan bersemangat tentang
kesatuan umat Islam karena banyak non-muslim di luar sana yang
meremehkan umat Islam. Sikap yang berapi-api dan tegas, kala
mengenai atau sangat-sangat serius sekali menanggapi pertanyaan-pertanyaan
di dalam pengajian dan jawaban yang disampaikan sangat menyentuh dan
mudah dicerna.
3. Kekuatan loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim di saat memberikan
pesan yang masuk akal dan mudah dipahami sehingga dapat
menyentuh hati para jama‟ah, tentunya jika sudah menyentuh hati,
uraian yang beliau sampaikan pasti memuaskan. Karena memang apa
yang beliau ucapkan mengena dalam kehidupan sehari-hari santri juga
jama‟ah.
4. Psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam
berdakwah di masyarakat merupakan implikasi KH. Hisyam AlBurhani Hasyim di masyarakat. Beliau berdakwah billisan melalui
jama‟ah majelis ta‟lim dan masyarakat setempat, khutbah jum‟at di
masjid-masjid serta ceramah di peringatan hari besar Islam di majelis
ta‟lim lainnya dan dakwah bilhaal seperti mengagungkan guru,
menghormati tamu, bersedakah dan memuliakan tetangga.
70
5. Saran-saran
Ada beberapa saran yang peneliti ajukan dalam psikologi
komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah:
1. Untuk menjadi
seorang da‟i
yang efektif harus mampu
mempelajari psikologi komunikator agar dapat memberikan
dorongan, mengadakan perubahan, mengarahkan dan memberikan
keyakinan kepada mad‟u serta tercapainya tujuan dakwah.
2. Bagi seorang da‟i yang kredibilitas agar selalu konsisten dan
istiqomah dalam menjalankan dakwah Islam, dengan melakukan
perbaikan secara berketerusan, menjadi pencerah untuk semua
orang yang ingin berusaha lebih baik sehingga tertanam suri
tauladan bagi santri dan jama‟ah serta masyarakat. Karena
istiqomah lebih baik dari 1000 karomah dan istiqomah itu memang
berat yang ringan itu istirahat.
3. Jika menjadi seorang da‟i pelajarilah pengetahuan ilmu sains yang
lebih ditingkatkan agar mad‟u mampu menguasai perkembangan
ilmu komunikasi terkini halnya istilah kosakata modern yang
bersifat ilmiah.
4. Kepada da‟i hendaklah mempunyai kemampuan kepercayaan, daya
tarik dan kemampuan kekuasaan agar dapat memberi bekas dalam
hati mad‟u serta dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
71
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaradhawi, Yusuf. Retorika Islam; Bagaimana Seharusnya Menampilkan
Wajah Islam, Jakarta: Pustaka Kautsar, 2007.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
........ Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, h.28-29. Jakarta: AMZAH, 2008.
Anshary, Isa. Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, h. 17. Bandung:
CV Diponegoro 1999.
Anshari, M. Hafi. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, cet ke-1, h 19.
Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi hal, 237 Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011.
Arifin, Muzayin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI, Ensiklopedia (Jakarta), h.385
Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam, h.12. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999.
Djatnika, Rahmat. Ilmu Akhlak, h.26. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992.
Fajar, Marheini. Ilmu Komunikasi (Teori & Praktek). hal 31. Jakarta: Graha Ilmu,
2009.
Fattah, Abdul. Retorika Dakwah KH. Ahmad Syafi‟i Mustawa. Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Hal, 210. Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.
Hasanuddin, Hukum dam Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
h.34.Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial. hal. 122.
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010.
72
Ilaihi,Wahyu. Komunikasi Dakwah. h. 176 Bandun g: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, hal 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003).
Ma‟luf, Luis. Kamus Al-Munjid, h.94. Beirut: Al-Maktabbah Al-Matulikiyyah,tt.
Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitati. cet ke-10, h.3. Bandung: PT Remaja
Rosyda Karya, 1993.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. h.17. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
Mujib, Abdul. Journal Tazkiya “Tipologi Manusia Dalam Psikologi Kepribadian
Islam”, Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
Mulkam, Abdul Munir. Idiologi Gerakan Dakwah, h.237-239.
Yogyakarta:Sipress, 1996.
Muhammad, Abi Abdullah. Shohih Al- Bukhori Juz Awwal, hal, 68. CV Penerbit
Diponegoro.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, cet ke-4 h.3. Jakarta: Bumi Aksara,
2001.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
............ Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rodakarya. 2013.
............ Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT Rosda Karya,1999.
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta, hal 19. UIN Press 2007.
Saputra, Wahidin Pengantar Ilmu Dakwah, h.262. Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada.
............ Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah), (Buku Ajar Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006).
Sarlito, Wirawan, Sarwono. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang,
1991.
73
Sixmansyah, Leiza. Retorika Dakwah KH. Muhammad Syarif Hidayatullah.
Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2014.
Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. hal,56. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta, 2014) cet ke-20.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya. 1996, h. 7.
Tim Dirosah Islamiyah Universitas Islam Jakarta, “Akhlak Islamiyyah”, h.5.
Jakarta: PT Paramadina, 1995.
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke-10, h.360. Jakarta:
Balai Pustaka, 1999.
Uchjana, Onong. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. hal 27. Bandung: PT.Citra
Aditya Bakti, 2003.
Umar, Thoha Yahya. Ilmu Dakwah, h.1. Jakarta: Wijaya, 1971.
Yani, Ahmad. Bekal Menjadi Khotib dan Muballigh. Jakarta: Al-Qalam, 2005.
http://el-ghondrongy.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-singkat-pon-pes-al-hidayah.html
74
LAMPIRAN
Nama: KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim
1. Sejak kapan bapak kiyai berdakwah?
Sejak pulang dari menuntut ilmu di Mekkah Al-Mukarromah di bawah asuhan Abuya Sayyid
Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani, dimana saya itu berangkat dari Indonesia pada bulan
Juni tahun 1993 dan kembali menuju di Indonesia pada bulan Agustus tahun 2008 pada tahun itu
pulalah saya mulai berdakwah.
2. Bagaimana perjalanan dakwah bapak kiyai?
Alhamdulillah di era yang serba ada ini dari segi transportasi dan domisili itu sangat mendukung
dalam aktifitas dakwah dibanding dengan zaman atau sejarah Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat atau tabi‟in atau beberapa tahun setelahnya sangat membutuhkan pengorbanan yang luar
biasa dimana tidak ada yang bisa kecuali orang-orang yang telah diberikan rahmat oleh Allah.
Kemudian mulailah berangsur-ansur membaik, meskipun di sana masih banyak tantangan
sampai ke era wali songo (di negara Indonesia). Dan alhamdulillah pada era sekarang dengan
fasilitas yang saya sebutkan tadi, saya merasa perjalanan dakwah saya dan para da‟i rasakan saat
ini hanya tinggal menikmati perjuangan para da‟i terdahulu yakni Rasulullah dan para pewaris
beliau setelahnya paling kekurangan dakwah kita, kapasitas keilmuan kita saja yang jauh
berkurang dibandingkan para ulama-ulama dahulu.
3. Menurut bapak kiyai apa yang dimaksud dengan dakwah?
Dakwah diambil dari kata da‟a yang artinya mengajak, yang maksudnya mengajak kepada orang
yang baik untuk lebih baik dan lebih istiqomah atau konsisten dan orang yang dalam proses
perbaikan agar lebih yakin dengan kebaikan yang sedang ia jalani, serta lebih percaya diri dalam
menjalani proses itu, juga mengajak orang yang tergelincir di jalan yang buruk artinya tidak
diridhoi Allah kepada jalan yang lurus atau diridhoi Allah yang pada ayat qur‟an Allah berfirman
Waltakumminkum ummatun yad‟uuna ilalkhoiri wa ya‟muruuna bil ma‟ruufi wa yanhauna
„anilmunkari wa ulaaika humu muflihuun.
4. Menurut bapak kiyai, apa yang dimaksud dengan da‟i?
Da‟i yaitu orang yang mengajak kepada kebaikan itu dan orang itu bukan hanya orang alim atau
kiyai atau ulama atau habaib tapi semua orang muslim dan mukmin karena Allah berfirman:
Kuntum khoiru ummatin ukhrijat linnaas ta‟muruuna bilma‟ruufi wa tanhauna “anilmunkar wa
tu‟minuna billah
Terhadap semua muslim tidak disyariatkan harus kiyai bahkan nabi dan hadits menyatakan:
ballighuu „anni walau aayah.
74
75
Meskipun demikian seorang da‟i harus mengetahui pada kapasitas ilmu juga berbicara di luar
keilmuannya, kalau tidak tahu katakan tidak tahu jangan sampai menyesatkan orang dengan
fatwa-fatwanya.
5. Menurut bapak kyai, bagaimana cara penyampaian pesan dakwah agar mampu menjadi
stimulus yang direspon masyarakat?
Nabi telah mengajarkan dalam berdakwah salah satunya sebagaimana dalam sabdanya
nazzilunnaasa „ala qodri „uquulihim.
Turunkan manusia sesuai dengan akal mereka, jadi dengan Bahasa masyarakat awam beliau
anggap dakwah di kalangan umum dengan Bahasa sesuai yang mereka mengerti, seorang da‟i
berdakwah yang terpenting adalah diterima di semua kalangan, buat apa menggunakan Bahasa
asing atau modern tapi tidak dimengerti oleh sebagian kalangan saja, lebih baik menggunakan
Bahasa kampung tapi semua orang mengerti karena yang dinamakan fasih atau fashihatul kalam
adalah Bahasa atau ucapan yang diterima semua kalangan.
6. Menurut bapak kiyai, bagaimana kredibilatas seorang da‟i?
Kredibillitas seorang da‟i itu harus ibda‟ binnafsik mulai dari diri sendiri serta keluarga sebagai
contoh bagi masyarakat. Kemudian mental harus siap menjadi pewaris nabi karena da‟i harus
mempunyai kelebihan dalam dirinya agar dapat diterima dakwahnya. Lalu harus mempunyai
ilmu pengetahuan karena memang ilmu pengetahuan amat sangat penting khususnya
pengetahuan tentang agama dan umumnya pengetahuan selainnya. Seorang da‟i mengetahui
pikiran atau keadaan mad‟u dan juga citra positif dakwah agar komunikasi antara da‟i dan
jama‟ah lancar.
7. Bagaimana pesona da‟i dalam berdakwah?
Dalam hadist nabi SAW menyatakan “kullu muyassarun lima khuliqo lahu..
Meskipun hadits itu tentang kelompok orang yang telah ditentukan masuk surga jalan menuju ke
sana bagi mereka segalanya mudah, semoga Allah menjadikan kami di antara mereka, tapi hadits
itu baik juga kita jadikan dalil bahwa segala sesuatu akan terasa ringan atau mudah bagi
seseorang yang telah disiapkan untuk itu, seorang da‟i akan terasa asyik dengan dakwah kemana
pun dia pergi, jam berapa pun dan kapan pun harus berangkat tidak akan ada beban segalanya
akan terasa nikmat kalau kita sudah nyaman dengan pekerjaan kita bukan hanya dakwah apapun
pekerjaan itu dokter petani maupun supir
8. Bagaimana bentuk dakwah yang bapak kiyai gunakan?
Banyak bentuk dakwah yaitu ada yang berdakwah dengan berhadapan secara tatap muka,bahkan
lewat media cetak atau elektronik. Ada pun bentuk dakwah yang saya gunakan adalah dalam
bentuk dakwah billisan kepada santri-santri saya pondok pesantren dan secara formal masjid atau
76
muhadhoroh dan majelis ta‟lim perusahaan, kebetulan saya di rumah ada pesantren yang
didirikan oleh Alm. Orang tua saya Kh. Mas‟ud pada tahun 1986 dengan nama Al-Hidayah
Basmol yang bergerak dalam bidang pendidikan agama MTS/MA dan yang tinggal di pondok
santri laki-laki maupun perempuan kurang lebih 450 santri. Demikian juga ada majelis ta‟lim
yang pertama kali diasuh oleh bapaknya kepada saya (buyut) KH. Abdul Ghoni dan pengajian itu
berumur lebih dari 70 tahun. Demikian juga pengajian yang didirikan oleh kakek saya Kh
Mas‟ud dan ayah saya Kh. M Hasyim juga pengajian yang saya dalam satu minggu mengajar di
majleis ta‟lim sebanyak 15 majelis di luar pondok pesantren yang hampir tiap hari dua kali yaitu
setelah shubuh dan setelah maghrib, semua itu membahas hadits, fiqh, membaca al-Qur‟an, tafsir
al-Qur‟an, tasawuf dan lain-lain. kemudian dakwah bilhal saya yakni dengan menjadikan diri
saya sebagai suri taudalan bagi diri saya, keluarga dan masyarakat dengan cara bertingkah laku
seperti yang diajarkan rasulullah SAW. Dakwah bilqolam saya itu dengan membuat karya tulisan
yang berjudul biografi Imam Al-Bukhori, Panduan Umroh dan Ziarah Rasulullah SAW dan Fiqh
Syiam. Karya yang berjudul biografi Imam Bukhori karena memang saya sangat suka dengan
hadits dan saya menyampaikan pelajaran hadits dalam kitab shohih bukhori sampai muncul ide
untuk membuat karya tersebut dengan ada biografi Imam Bukhori mereka akan tahu siapa itu
Imam Bukhori yang mana mereka belajar hadits dari kitab Shohih Bukhori
9. Bagaimana aktivitas dakwah billisan Tabligh bapak kiyai?
Kalau di kalangan umum biasanya saya menghadiri undangan perayaan hari besar Islam seperti
Maulid, Isra‟ Mi‟raj, tabligh akbar dan semacamnya.
10. Apa yang menjadi tolak ukur dakwah bapak kyai yang diberikan kepada mad‟u dapat
diterima dengan baik?
Di masyarakat umum kita memberikan sesuai yang dibutuhkan mereka dan itu kebanyakan
tentang bersuci dan yang berhubungan dengan ya serta fiqh ibadah, berbeda dengan pesantren
yang harus juga diberikan pembahasan ilmiah juga tatap mazhab agar mereka bisa menyikapi
ketika terjun di masyarakat.
11. Bagaimana konsep dakwah bapak kiyai?
Karena pengajian saya itu bentuk rutinitas yang hampir semua itu satu minggu sekali dan kitab
yang lebih ditentukan jadi saya membahas sesuai dengan urutan yang ada di kitab tersebut.
Biasanya kalau fiqh dimulai dari bismillah dilanjutkan dengan kitab ash-asholah tafsir dari surat
al-fatihah dan begitulah seluruhnya.
12. Bagaimana persiapan materi bapak kyai ketika ingin berdakwah?
Haruslah bagi saya sebelum mengajar (berdakwah) itu mesti mutholaah sekecil apapun kitab itu
agar lebih terarah lagi dalam memberikan materi di majelis itu. Demikian juga manfaatnya
sangat besar dan saya bisa mencari masalah yang tidak saya pahami di kitab lain.
77
13. Bagaimana persiapan busana ketika bapak kyai ingin berdakwah?
Memang tidak dipungkiri bahwa sebelum berdakwah/mengajar kita harus memilih baju yang
saya pakai tapi pada umumnya pakaian saya pakai itu baju koko warna putih dan kopiah kain
sarung, sorban dan juga terkadang pakai gamis panjang serta sorban
14. Bagaimana persiapan retorika bapak kiyai ingin berdakwah?
Tidak terlalu penting sekali bagi saya meskipun juga suatu nanti saya harus menyampaikan
dengan suara pelan dan keras karena fokus dengan dakwah/pengajaran kita. Yang terpenting
adalah cara penyampaian kita dengan tertata dan apik sehingga mad‟u paham hikmah dari pesan
dakwah.
15. Bagaimana persiapan metode bapak kiyai dalam berdakwah?
Metode dakwah dalam surat an-Nahl ada tiga yaitu, yang pertama bilhikmah yakni dengan
kebijaksanaan, kedua mau‟idzhoh hasanah yakni dakwah dengan nasehat yang baik dan ketiga
mujadalah billati hiya ahsan yakni berdebat atau berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah
dan meneguhkan pendapat. Hampir semua saya pakai tapi yang lebih dominan dakwah dengan
mau‟idzoh hasanah karena memang metode tersebut yang sangat menyentuh hati para mad‟u.
16. Bagaimana respon jama‟ah di saat bapak kyai memberikan materi?
Alhamdulillah wa bifadhlillah sejak dari awal saya berdakwah dan mengajar sampai saat ini (8
tahun) saya melihat jama‟ah makin bertambah, saya mengira itu karena khusnudzon yang
mereka tunjukkan terhadap saya
17. Bagaimana antusiasme jama‟ah ketika mendengar dan memperhatikan bapak kyai
berdakwah?
Yang saya perhatikan mereka sepertinya menyimak tapi entah yah apakah pikiran mereka dengar
saya atau tidak tapi yang jelas karena pengajian ini sifatnya tidak ada kewajiban kamu hadir dan
tidak ada pungutan biaya saya rasa mereka datang bukan untuk menghayal dan buang-buang
waktu, jadi saya yakin mereka bersama saya ketika saya mengajar berdakwah buktinya
terkadang ada pertanyaan yang mereka ajukan dalam ta‟lim tersebut.
18. Apakah ada perubahan sikap dari jama‟ah setelah mendengarkan dan memperhatikan dakwah
bapak kyai?
Saya tidak terlalu memperhatikan kalau terhadap jama‟ah majelis ta‟lim karena yang hadir di
antara mereka adalah orang-orang yang sudah dewasa dan berkeluarga bahkan orang-orang
sepuh secara keseluruhan mereka sangat ta‟zim kepada guru. Tapi jika di pesantren saya bisa
lihat dari semula mereka yang tidak pernah/jarang sholat berjama‟ah di rumah sekarang mereka
sudah terbiasa ….juga tahajjud, sholat dhuha dan puasa-puasa Sunnah demikian juga perubahan
tingkah laku.
78
19. Dalam berdakwah, apakah ada hambatan atau kesulitan? Jika ada apa hambatannya?
Sepertinya tidak ada hambatan yang berarti kecuali kalau kondisi badan dan cuaca yang kurang
baik sehingga harus saya liburkan.
20. Bagaimana mengatasi hambatan atau kesulitan tersebut?
Dalam mengatasi hambatan tentu dengan menjaga kondisi tubuh tetap prima tapi itu semua kita
kembalikan kepada Allah “faidza maridhtu fahuwa yasyfiin”.
79
Nama: Muhammad Nur, S.Ag
Umur: 44 tahun
Jabaratan: Guru Yayasan Al-Hidayah
1. Bagaimana sosok Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim di mata anda?
Kh. Sosok yang berwibawa, di satu sisi beliau sangat serius tapi di satu sisi beliau ini cukup
humoris dan juga cukup bersahabat.
2. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim?
Dakwah beliau cukup bagus karena menyentuh semua kalangan, baik itu dari santri maupun
kalangan para asatidz, terutama tempat saya mengajar juga memang muridnya asatidz semua,
kemudian di tempat lain juga beliau banyak berdakwah di pengajian secara khusus maupun
lainnya.
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah
yang digunakan?
Saya menyukai beliau berdakwah karena cukup bagus dalam menyampaikan hadits terutama,
kemudian banyak juga beberapa teman yang menyukai yaitu tentang sanad-sanad hadits atau
sandaran hadits yang disampaikan dan juga hafal perawi-perawinya, apalagi menyampaikan
tentang maqolah-maqolah dari para ulama dari kitabnya beliau seperti hafal di luar kepala.
4. Sebagai mad‟u, apakah dakwah Kh. Hisyam memuaskan?
Kalo secara umum ya kan tentunya beda-beda ya pendapat orang ada yang lebih suka kebanyakan
humornya dibanding isi, kalau beliau lebih banyak isi deibanding humornya, karena saya suka
yang seperti itu juga penyampaiannya tegas, lugas.
5. Apa ciri khas Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah?
Ciri khas beliau berdakwah mungkin dengan suara keras menggelegar itu aja, beliau rata jadi
beliau sangat-sangat bersemangat sekali terus dari awal sampai akhir, dan juga ciri khas beliau
banyak lagi seperti nukilan-nukilan, qoul-qoul ulama yang beliau sampaikan yang cukup panjang
tentunya dengan bahasa Arab yang faseh.
6. Apakah anda memahami dakwah yang beliau sampaikan?
Sangat paham tentunya karena memang semua mengandung ilmu, dana pa yang beliau sampaikan
cukup mengena dengan perjalanan ibadah kita sehari-hari.
80
7. Menurut anda, bagaimana sikap Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah?
Sikapnya berapi-api dan tegas, kala mengenai atau sangat-sangat serius sekali menggapi
pertanyaan-pertanyaan di dalam pengajian dan jawaban yang disampaikan sangat memuaskan.
8. Apakah topik yang dibahas menyentuh hati dan tepat pada situasi saat itu?
Sangat-sangat menyentuh dan sangat tepat apa yang beliau sampaikan baik dengan contohcontohnya
9. Apa materi yang sering beliau sampaikan dalam berdakwah?
Materinya banyak tentang sejarah, aqidah dan hukum fiqh tentunya dengan sandaran hadist
shohih yaitu shoheh bukhori.
Ttd.
Muhammad Nur, S.Ag
81
Nama: Atma wijaya
Umur: 30thn
Jabatan: Pengurus Masjid/Majelis Ta‟lim Roudhotul Jannah
1. Bagaimana sosok Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim di mata anda?
Menurut saya awalnya saya menganggap abuya masih saudara karena saudara saya menikah
dengan pamannya Kh. Hisyam namun berjalannya waktu abuya saya anggap sebagai orang tua
bahkan lebih dari orang tua apapun yang beliau lakukan sangat merespon dengan semangat yang
tinggi sampai ana memiliki rasa tidak ingin jauh dari abuya, kalau bisa jangan sampai tertinggal
sama abuya, beberapa majelis sekali pun ada waktu, saya harus hadir seperti malam jum‟at di
klingkit awalnya gak hadir ketika dengar abuya mengajar langsung ana hadir, dawam sampai
sekarang dan alhamdulillah masih istiqomah, abuya sebagai orang tua bukan sekedar guru.
2. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim?
Buya mengajar itu, beliau selalu merujuk kepada kitab-kitab yang pernah diajarkan oleh Abuya
Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, dakwahnya itu bukan semata-mata dakwah dengan
keinginannya, dakwahnya itu dengan memang apa yang dituntut ulama iya beliahlah yang
mengajarkan dan menyampaikan. Jadi dakwahnya ada tuntunannyanya jelas dari kitab-kitab
pengarang ulama besar.
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah
yang digunakan?
Kalau suka atau tidak suka itu relatif, jika saya bicara suka 100% nanti dianggap panatik, tapi
selama ini apa yang disampaikan abuya itu saya 100% setuju, 100% menyukainya dengan
gayanya beliau dengan cara nya beliau menyampaikan itu sangat-sangat setuju.
4. Sebagai mad‟u, apakah dakwah Kh. Hisyam memuaskan?
Sangat-sangat memuaskan, karena menurut pengalaman pribadi, ketika ana ada masalah, masalah
pribadi ingin rasanya ngomong gini “abuya ana punya masalah gini-gini” tapi itu ketahan,
sekalipun waktu itu ana jemput ke rumahnya untuk ngaji, sambil jalan mau ngomong itu ketahan
ternyata di pengajian itu terjawab semuanya. Permasalah terjawab semua, itulah dengan melihat
jama‟ah yang lain juga, mendengar omongan di luar sana, jama‟ah sangat-sangat puas dengan
kehadiran abuya dengan penyampaian abuya.
5. Apa ciri khas Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah?
Ciri khas abuya itu ketika beliau menyampaikan sesuatu, beliau selalu melihat ke atas seperti
ditanya sebelum menjawab melihat ke atas seakan-akan ada sesuatu yang memberikan ilham
pentunjuk gitu, jika diperhatikan seperti itu, mungkin menurut kita itu sedang berpikir iya
memang berpikir tapi terlihatnya beda karena pernah ada kejadian, waktu ana tanya sama temen,
82
abuya teman ana mau ke Madinah namanya wildan kemuadian abuya bengong dan melihat ke
atas, coba dah ntar dah, sehingga sampai saat ini teman ana gak bisa berangkat ke Madinah iya itu
lah ciri khas abuya ketika ditanya yang perlu ditafsir karena berpikirnya lebih teliti lagi dan tidak
asal.
6. Apakah anda memahami dakwah yang beliau sampaikan?
Untuk memahami ketika kita sudah puas artinya kita sudah sangat memahami tinggal nanti
tergantung gimana prakteknya, ya namanya juga manusia ada khilaf ada lupa itu sesuatu yang
wajar di kalangan manusia.
7. Menurut anda, bagaimana sikap Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah?
Sikap abuya tegas lugas namun tetap dengan koridor-koridor yang ada rujukannya ada kitabnya
itu beliau tidak bisa memutuskan hukum kalau memang beliau belum tau hukum itu ada di kitab
apa.
8. Apakah topik yang dibahas menyentuh hati dan tepat pada situasi saat itu?
Semua topik permasalahan itu tergantung kondisional juga, ketika pengajian bab apa, memang di
situ sangat menyentuh ke hati, terus juga ditambah lagi dengan pemahaman abuya yang sangat
luas sampe-sampe satu kitab itu dirujuk di beberapa kitab yang lain, ada kitab ini ini dan ini di
jadikan satu, nah itu menambah kita lebih menyentuh.
9. Apa materi yang sering beliau sampaikan dalam berdakwah?
Kalau beliau itu terlihat orang yang sangat mengamalkan hadist, dari omongannya dari sikapnya
selalu berbicara dikit-dikit hadits dikit-dikit hadits, memang selama ini yang saya alamin materi
yang disampaikan berkaitan dengan hadits, dari persentase 85% atau 90% berbicara tentang
hadits iya baik itu hadits bukhori muslim dan lain-lain. pokoknya yang beliau sampaikan sesuai
dengan hadits, sebab beliau punya sandaran perkataan ulama “wahai manusia janganlah kau
bersedih ditinggalkan oleh Rasulullah maka engkau bergembiralah dengan atsar-atsar Rasulullah
artinya hadits, dan siapa orang yang menaruh buku hadits di rumahnya dan seakan-akan
rasulullah berbicara dengan dia. Itulah yang membuat beliau gemar dengan hadits dan hadits itu
memang benar-benar ditempatkan yang kedua.
Ttd
Atma Wijaya
83
Nama: Rizki Jaelani
Umur: 17
Jabatan: Santri Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol
1. Bagaimana sosok Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim di mata anda?
Di mata saya KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim sosok ulama yang kharismatik, yang mau berbaur
kepada masyarakat dan beliaulah ulama yang sangat menyukai sikap khidmat kepada guru
dengan cara beliau bercerita ketika mondok, beliau sangat menghormatu gurunya.
2. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim?
Dakwah Kh. Hisyam itu mencerminkan sikap gurunya yaitu Abuya Sayyid Muhammad Alawi
Al-Malaki Al-Hasani, seperti tata cara berbicara kesopanan beliau dalam berdakwah.
3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah
yang digunakan?
Saya sangat menyukai cara penyampaian dakwah beliau karena beliau ketika menyampaikan
dakwahnya cara berbicara seakan-akan guru beliau hadir di tempat tersebut.
4. Sebagai mad‟u, apakah dakwah Kh. Hisyam memuaskan?
Sangat memuaskan, karena beliau berdakwah dengan tutur kata yang sopan, santun dan juga jelas
untuk kita sebagai mad‟u.
5. Apa ciri khas Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah?
Ciri khas beliau adalah ketika berdakwah beliau selalu memakai gamis, sorban, dan peci putih,
selama beliau mondok sampai sekarang. Beliau tidak pernah memakai peci hitam namun hanya
sekali dalam hidupnya ketika beliau menikah.
6. Apakah anda memahami dakwah yang beliau sampaikan?
Ya saya sangat memahami karena beliau menjelaskan dengan sangat terperinci sampai akarakarnya ia terangkan, cara bicara beliau pun sangat jelas untuk dipahami.
7. Menurut anda, bagaimana sikap Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah?
Sikap beliau ketika berdakwah beliau sangat tegas dalam berdakwah, sangat tenang dalam
menjelaskan suatu masalah.
8. Apakah topik yang dibahas menyentuh hati dan tepat pada situasi saat itu?
84
Topik yang sering dibahas kepada santri adalah rasa mahabbah kita kepada guru dan beliau
menanamkan rasa khidmat.
9. Apa materi yang sering beliau sampaikan dalam berdakwah?
Materi yang sering beliau sampaikan kepada kami yaitu tentang ilmu hadist karena beliau sangat
teliti dalam menerangkan ilmu hadist bukan hanya matannya saja tapi juga sanad dan perawinya
serta sejarahnya.
Ttd.
Rizki Jaelani
85
Foto Bersama KH. Hisyam Al-Burhani Kegiatan Dakwah KH. Hiysam Al-Burhani Hasyim
Hasyim Di Kediamannya Basmol Kembangan Dalam Rangka Maulid Nabi Muhammad SAW Di
Masjid Jami‟ Al-Mujahidin Tanah Kusir Jakarta
Utara Jakarta Barat
Selatan
Kegiatan Ta‟lim Mingguan di Masjid Roudhotul Jannah Rawa Buaya
86
Foto Bersama KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Di Kegiatan Dakwah Beliau Dalam Rangka Isro‟
Mi‟roj di Kampung Guji Duri Kepa Kebon Jeruk
Kediamannya Basmol Kembangan Utara Jak-Bar
Jak-Bar
Kegiatan Dakwah Dalam Rangka Haul Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani di
Masjid Al-Akhyar
87
Asrama Putri Pondok Pesantren Al-Hidayah Asrama Putra Pondok Pesantren Al-Hidayah
Basmol
Basmol
Yayasan dan Pendidikan Islam Al-Hidayah Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat
Download