PSIKOLOGI KOMUNIKATOR KH. HISYAM AL-BURHANI HASYIM DALAM BERDAKWAH DI BASMOL KEMBANGAN UTARA JAKARTA BARAT Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) Oleh : Ahmad Fikry Fauzan NIM : 1112051000139 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H. Lembar Pernyataan Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hiyatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta, 06 Januari 2017 Ahmad Fikry Fauzan ABSTRAK Nama: Ahmad Fikry Fauzan Judul: Psikologi Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat. Psikologi komunikator dalam dakwah sangat penting bagi pendengar atau mad’u. Psikologi dakwah sebagai alat bantu bagi komunikator atau da’i dalam menyampaikan dakwah, seorang komunikator atau da’i yang mampu mempelajari psikologi mampu memberikan dorongan, mengadakan perubahan, mengarahkan serta memberikan keyakinan mad’u. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim adalah seorang da’i yang memahami psikologi yang mampu berdakwah dengan pendekatan persuasif kepada mad’u. Beliau dikenal sebagai da’i yang tegas, lugas dan serius akan tetapi ketika beliau berdakwah mampu membuat mad’u memperhatikan dakwahnya. Sehingga saya tertarik untuk meneliti Psikologi Komunikator KH. Hisyam AlBurhani Hasyim Dalam Berdakwah Di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana kekuatan ethos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? 2. Bagaimana kekuatan pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? 3. Bagaimana kekuatan loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? Untuk menganalisis rumusan masalah di atas, peneliti menggunakan teori psikologi komunikator oleh Aristosteles dalam buku psikologi komunikator halaman 250 penulis Jalaluddin Rakhmat mengenai komponen-komponen psikologi komunikator dan dakwah. Jenis penelitian ini adalah pendeketan kualitatif dengan data deskriptif melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen yang terkumpul bahwa data yang dikumpulkan berupa gambar bukan angka-angka. Kemudian yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara baik dengan narasumber maupun mad’u dan dokumentasi yang akan ditafsirkan penulis. Temuan penelitian ini adalah psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat yang mencangkup kepada komponen ethos, pathos, dan loghos. Pada komponen ethos bahwa sumber kepercayaan beliau yang merupakan lulusan Mekkah Al-Mukarramah di bawah naungan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani dan kata Al-Burhani dalam namanya pemberian sang guru, daya tarik yang dikagumi mulai dari fisik dan busana peci putih gamis dan sorban, serta memiliki kekuasan karena kelebihan ilmu. Dimana keahlian dan kepercayaan seorang da’i merupakan sebuah keberhasilan dalam berdakwah. Pada komponen pathos bahwa beliau mampu memberikan semangat juang dengan pesan-pesan dakwahnya yang bersifat persuasif. Pada komponen loghos bahwa beliau mampu memberikan uraian yang rasional sehingga mad’u bisa mencerna dan memahami pesan-pesan dakwah yang rekreatif. Kata kunci: psikologi komunikator, KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, dakwah, ethos, pathos, dan loghos. i ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang semesta alam tiada kata yang pantas diucapakn selain kata tasyakkur dan tahmid kepada Allah yang selalu memberikan nikmat islam dan iman serta sehat, panjang umur, dan sebagainya. Shalawat serta salam teriring kepada baginda Rasulullah SAW atas perjuangan dan pengorbanannya dapat memberikan pelajaran dan tauladan bagi umat manusia. Dengan kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini yang berjudul “Psikologi Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim di Basmol Kembangan Utara Jakart Barat.” Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.Suparto. M.Ed, M.A, Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.Roudhonah, M.Ag, Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Suhaemi, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Masran, MA, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurrokhmah, M.Si, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik. iii 4. Dra. Nasichah, M.A, Dosen Pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis ucapkan mohon maaf apabila dalam proses perkuliahan ada sikap penulis yang kurang berkenan di hati Bpk/Ibu, penulis sangat harapkan doa Bpk/Ibu, semoga ilmu yang telah Bpk/Ibu berikan mengandung keberkahan. 6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan terhadap buku-buku untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini. 7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Madalih dan Ibunda Hj. Fatimah. Terima kasih atas pengorbanan, dorongan semangat dan membiayai kuliah hingga usai, serta do’a yang terus dipanjatkan untuk penulis. Serta dukungan moril, materil dan juga tenaga serta do’a dari kakakku Tuti Amalea, S.Ag, Purnama Vita Sari, S.Pd dan Irma Wati,A.Md dana bang iparku Zainuddin,SE dan Mulyadi. 8. K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan dukungan dan bimbingan khususnya data pribadi yang diberikan untuk dituliskan pada skripsi ini. iv 9. KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Syafi’i Mustawa, KH. Sa’ad Mahsun Wahidi, Ust. H. Naji’un dan Ust, Dzulkifli Ahmad yang telah bersedia mengajari ilmuilmu agama dan mendo’akan untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Muhammad Nur, S.Ag, Atma Wijaya, dan Rizki Jaelani yang telah meluangkan waktunya untuk wawancara di masing-masing kesibukannya. 11. Terima kasih kawan-kawan alumni Daar El-Qolam, Faisal Adnan, Mohammad Fikri, Achmad As’ad, Gustanul Arifin, Adi Firmansyah, Faisal As’ari, Rahmat Dwi, Dzaky Faruq, yang sudah turut mendo’akan saya dalam penulisan skripsi ini. 12. Putri Nadia Sari beserta kelurga yang telah memberikan dukungan dan do’a kepada penulis serta mewarnai keceriaan hari-hari penulis. 13. Arif Syahrizal Hidayatul Munir, Ahmad Hilman Z, Gilang Sakti, sahabat dan teman seperjuangan yang telah memberikan keceriaan kepada penulis di kala sedang mengalami kesulitan terhadap skripsi ini. 14. Teman-teman sepermainan futsal, Ahmad Faizal R, Taufik Abdullah, Akbar Ramadhan, Arief F, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizky, Ridho Falah, Fahmi, Giovanni, Agung, Asep Hermawan, Danang, El-Azmi, Irfan Fatahillah, Reksa Puja, Muhammad Nur, teruslah bermain futsal untuk menjaga silaturrahmi. 15. Seluruh teman-teman KPI E angkatan 2012, kelas yang berkesan dan menyimpan banyak kenangan didalamnya. v 16. Teman-teman KKN Filantrofi semua yang memberi semangat dan doa’nya (Noval K, M. Ali, Yudha, Aldo, Hida RH, Naila R, Komayuni, Nurjannah, Mardiah, Hisna, Khafsoh, Tika, Amel). Dengan berbagai macam kekurangan dalam penulisan penelitian ini, mudahmudahan bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis. Akhirnya tiada satu ucapan melainkan ucapan terima kasih penulis kepada suluruh para Dosen yang telah memberikan ilmunya semoga ilmu tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah. Jakarta, 06 Januari 2017 Penulis vi DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................................i KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …......................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..........................................................8 C. Tujuan Penelitian .........................................................................................9 D. Manfaat Penelitian .......................................................................................9 E. Tinjauan Pustaka ……................................................................................10 F. Metodologi Penelitian.................................................................................11 H. Sistematika Penulisan.................................................................................18 BAB II: LANDASAN TEORI PSIKOLOGI KOMUNIKATOR A. Pengertian Psikologi dan Komunikasi......................................................19 1. Pengertian Psikologi ..............................................................................19 2. Pengertian Komunikasi…………………………………………...……20 3. Psikologi Komunikator...…………………............................................24 B. Ruang Lingkup Dakwah .............................................................................27 1. Pengertian Dakwah ................................................................................27 2. Subjek Dakwah (Da’i)…...……………...……………………………..29 3. Objek Dakwah (Mad’u)...........................................................................30 vii 4. Metode Dakwah ......................................................................................32 5. Materi Dakwah .......................................................................................34 6. Tujuan Dakwah …..................................................................................38 7. Bentuk-bentuk Dakwah………………………………………………...39 C. Psikologi Komunikator Dalam Dakwah………………………………….40 BAB III: PROFIL K.H. HISYAM AL-BURHANI HASYIM A. Riwayat Hidup, Pendidikan dan Aktivitas K.H. Abu Hisyam Al-Burhani Hasyim………………………………………………………………......42 1. Riwayat Hidup ……..............................................................................42 2. Riwayat Pendidikan…………………………………………………...43 3. Profile Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol......................................45 BAB IV: ANALISIS PSIKOLOGI KOMUNIKATOR K.H. HASYIM ALBURHANI HISYAM DALAM BERDAKWAH A. Kekuatan Ethos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim..…………..…………48 B. Kekuatan Pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim…..…........................57 C. Kekuatan Loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim………………….…60 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................68 B. Saran……..................................................................................................70 viii DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................71 LAMPIRAN..............................................................................................................83 BAB I A. Latar Belakang Masalah Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan metode observasi secara obyektif seperti terhadap stimulus dan respon yang menimbulkan tingkah laku.1 Psikologi manusia dapat dipelajari dengan cara memperhatikan bagaimana dia berprilaku dalam kehidupannya agar dapat dinilai rangsangan dan jawaban yang menciptakan tingkah laku. Tingkah laku yang negatif akan menjadi positif apabila sumber mampu mengajak kepada kebaikan dan tingkah laku yang positif akan menjadi negatif apabila mudah terpengaruhi kepada keburukan. Dakwah salah satu cara untuk mengajak orang lain karena dakwah merupakan kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim dengan tujuan untum memberikan informasi-informasi mengenai Islam dan mengajak orang lain ke arah yang lebih baik serta melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Dalam hubungan psikologi dan dakwah itu agar dapat membantu bedah suasana batin dari individu atau masyarakat yang menjadi objek dakwah. Dakwah tidak terlepas dari peran komunikasi di mana seruan kebaikan kepada umat manusia untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Banyak sekali pengertian dakwah oleh para ahli dakwah, tapi pada prinsipnya bahwa dakwah mengubah keadaan yang apa adanya kepada keadaan yang seharusnya dari Allah SWT dan Rasul-Nya. 1 Sarwono, Wirawan Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991). 1 2 Dalam komunikasi dakwah yang berperan sebagai komunikator atau da‟i adalah setiap muslim atau muslimah yang mukallaf (dewasa) terlebih ulama yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Tentu saja dalam pengertian luas, proses dakwah itu tidak merupakan suatu komunikasi yang bersifat oral maupun tertulis saja, tetapi semua kegiatan serta sarana yang secara hukum adalah sah, dapat dijadikan alat untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dari komunikator.2 Komunikasi dakwah sebagai alat seorang mukallaf untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam walaupun hanya satu, terlebih utama seorang ulama yang mengamalkan ilmu-ilmu yang berisi ajaran agama Islam kepada umat Islam. Proses dakwah itu bisa dilakukan dengan cara memberikan tingkah laku yang baik, perkataan, dan tulisan yang mudah dipahami. Sebagaimana dalam Hadits mengenai kemampuan berbicara seorang da‟i (komunikator) adalah Rasulullah SAW bersabda: ُِ َ أ,حدِّثُوا النَّاس ِِبَا ي ع ِرفُو َن ِّ َ ن و ب ذ ك ي ن أ ُت َ ُّ ْ َ ُب اللُ َو َر ُس ْولُه َ ُ ْ ْ َْ َ ْ َ Artinya: “Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya didustakan?”.3 Hadits di atas bahwa setiap da‟i harus menyampaikan pesan sesuai kemampuan dalam dirinya artinya ilmu pengetahuan yang dimiliki di mana 2 3 hal, 68. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) hal, 146. Abi Abdullah Muhammad, Shohih Al- Bukhori Juz Awwal, (CV Penerbit Diponegoro), 3 bagi meraka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah sampaikan walaupun hanya satu ayat harus mampu berbicara di depan umum. Dalam menyampaikan dakwah harus memberi bekas ke dalam hati para mad‟unya. Oleh sebab itu yang diingin dari dakwah adalah terjadinya perubahan yang lebih baik menuju kehidupan yang Islami. Sebagaimana Allah berfirman dengan seruan agar memberi bekas ke dalam hati adalah dakwah dalam surat An-Nisaa‟ ayat 63: Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpaling kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanla kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwa mereka” (An-Nisaa‟: 63).4 Ayat di atas terdapat kata qoulan baliighon bahwa hendaknya para da‟i harus seimbang dalam melakukan sentuhan terhadap mad‟u, yaitu antara otaknya dan hatinya. Jika kedua komponen tersebut dapat terakomodasi dengan baik maka akan menghasilkan umat yang kuat, karena terjadinya persatuan. Interaksi aktif keduanya merupakan sebuah kekuatan yang kuat dan saling berkaitan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Apabila salah satu 4 Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah, (Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010). 4 ditinggalkan, maka akan terjadi ketimpangan dalam berkomunikasi dan berdakwah.5 Perintah Allah kepada kita terlebih kepada da‟i atau muballigh agar melakukan dakwah yang dilandasi dengan suatu kebijaksanaan dan penyampaian dengan lisan yang menarik serta dengan melalui diskusi atau dialog yang berlangsung sebaik mungkin. Sehingga dengan efektifnya pesan dakwah akan mudah diterima dengan sadar dan suka rela oleh manusia yang dijadikan obyek dakwah. Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang lain: Ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya; sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinnya.6 Karakteristik seorang komunikator yang baik dapat mempengaruhi pendengar untuk mengikuti tingkah laku dan perkataannya. Ketika pendengar sudah mempercayai karakteristik komunikator maka akan ia akan mengikuti apa yang dibicarakan, ditambah dengan seni berbicara sebagai alat persuasi yang dapat membius orang lain. 5 6 hal.252. Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2010), h. 176. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rodakarya,2013) 5 Efektifitas dakwah dibangun baik oleh da‟i atau muballigh yang terpercaya dalam masyarakat. Maka dalam upaya pelaksanaan dakwah yang efektif, lalu diperlukan suatu strategi. Hal ini menghendaki da‟i atau muballigh yang terpercaya karena akhlak mulia, cerdas, terampil, cakap, visioner, berani, memiliki keulamaan, dan ketokohan serta kepemimpinan. Komunikator dalam dakwah (da‟i atau muballigh) akan mendapat citra diri yang baik sebagai orang yang memiliki kredibilitas karena cerdas (menguasai masalah), mampu berkomunikasi, mampu berkomunikasi, berakhlak mulia, tahu banyak, berpengalaman atau terlatih. Sebaliknya, komunikator dakwah, yang tidak memiliki kredibilitas, akan memiliki citra diri yang rendah bagi khalayak, karena dapat dipandang sebagai orang yang bodoh dan tidak berpengalaman. Selain itu, komunikator dakwah, juga dinilai oleh khalayak dari segi moralitas seperti kejujuran, kesopanan, ketulusan dan sebagainya.7 Seorang komunikator atau da‟i yang memiliki kredibilitas dianggap mad‟u mampu jadikan diri komunikator menjadi seorang komunikator yang ahli dalam bidang yang dinilai mempunyai pandangan baik dalam dirinya dengan akhlak, pengalaman, dan ilmu pengetahuan. Seorang komunikator yang tidak menunjukkan kredibilitasnya dinilai dengan pandangan yang rendah. Tipe komunikator menjadi penempatan dan penilaian mad‟u kepada da‟i-da‟i berada dimanakah karakteristik seorang da‟i setelah menyampaikan pesan ajaran Islam kepada mad‟u. Para pendengar dapat menilai dari segi 7 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) hal, 237. 6 penyampaian, materi, teknik-teknik pengembangan pokok bahasan, bahasa yang digunakan dan penyusunan kata. Proses dakwah bukan incidental atau kebetulan, melainkan benarbenar direncanakan dan ditangani oleh para pengembang dakwah untuk mengubah sasaran dakwah atau mad‟u agar bersedia masuk ke jalan Allah dan sasaran bertahap menuju ke kehidupan yang Islami. Sasaran dakwah harus dirumuskan agar dakwah dapat dilakukan secara efesien, efektif, dan agar sesuai dengan kebutuhan. Seorang da‟i agar dapat diterima dakwahnya, da‟i-da‟i dapat memiliki psikologi yang baik bahkan memilih susunan kata yang terstruktur dan berbicara yang khas agar mudah dipahami dan didengar oleh kalangan masyarakat, akan tetapi tidak semua da‟i mempunyai keahlian untuk menyusun kata yang baik untuk berbicara. Oleh karena itu, psikologi komunikator sebagai ilmu memandu dan membimbing seorang da‟i untuk mengemas tingkah laku dalam keseharian dan merancang kata-kata yang baik saat berdakwah. Pesan dakwah apabila menggunakan kata-kata yang baku dan kaku akan terdengar monoton sehingga pendengar menjadi bosan dan menghiraukan pesan dakwah tersebut. Dakwah seharusnya menggunakan metode yang menarik agar para pendengar tidak bosan dan ingin selalu mendengar pesan dakwah yang disampaikan. Dalam menyampaikan dakwah yang dihiasi oleh seni berbicara da‟i dapat mempengaruhi para pendengar untuk dapat memahami dan mengikuti 7 ajaran yang disampaikan. Sehingga para da‟i dituntut lebih bijaksana mengetahui audiens yang dihadapi dan apa yang disampaikan menambah wawasan dan pengetahuan serta menyempurnakan akhlakul karimah. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim adalah salah satu alim ulama yang sukses dalam menyampaikan dakwahnya, khususnya di pondok pesantren dan majelis yang beliau pimpin. Pondok Pesantren Al-Hidayah yang dipimpin oleh beliau menjadi sasaran dakwah khususnya dan umumnya di majelis-majelis lain ketika mengisi acara seperti peringatan hari besar Islam. Pada sistematis penyampaian dakwahnya, beliau sangat menguasai pengetahuan tentang sanad maupun perawi Hadits dan sangat pandai menukilkan perkataan ulama-ulama besar yang kemudian dijelaskan dengan kata-kata yang terstruktur dan apik bahkan beliau menguatkan dalil pesan dakwahnya dari kitab-kitab, sehingga jelas dapat dipercayai oleh para pendengar terhadap pesan yang disampaikannya. Beliau adalah sosok figur yang dijadikan contoh pada santriwan dan santriwati serta jama‟ahnya bahkan masyarakat Basmol Kembangan Utara Jakarta sebagai suri tauladan termasuk dalam menyampaikan dakwahnya. Beliau menyampaikan dakwah dengan nada yang penuh semangat dan sedikit humoris sehingga membuat orang-orang sekitarnya terkesima, mudah dimahami dan tidak membosankan. Berdasarkan alasan yang telah diuraikan, oleh sebab itu penulis tertarik untuk membahas tentang psikologi komunkator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim karena kredibilitas dalam berdakwah juga memberikan semangat, 8 motivasi dan memerikan uraian yang mudah dipahami dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Maka dengan demikian skripsi ini diberi judul “Psikologi Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Dalam Berdakwah Di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Terdapat batasan masalah dalam penelitian ini, maka penulis menyadari akan aktivitas dakwah yang sangat padat, oleh karena itu tidak mungkin penulis mencantumkan semua data mengenai aktivitas dakwah. Jadi penulis akan memfokuskan pada psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang meliputi komponen ethos, komponen pathos, dan komponen loghos serta kekuatan kredibilitas, atraksi dan kekuasaan KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis menarik pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kekuatan ethos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? b. Bagaimana kekuatan pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? c. Bagaimana kekuatan loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat? 9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan ethos KH. Hisyam AlBurhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat. 2. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan pathos KH. Hisyam AlBurhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat. 3. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan loghos KH. Hisyam AlBurhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan yang luas kepada mahasiswa fakultas ilmu dakwah dan komunikasi dan pendakwah tentang bagaimana psikologi komunikator dan cara berdakwah dengan tepat dan cara mengemas pesan dari kitabkitab serta Hadits yang dilengkapi dengan sanad maupun perawinya dengan cara berdakwah serta memberikan suri tauladan dan kepercayaan bagi mad‟u dan da‟i yang berpotensi. 2. Manfaat Praktis 10 Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dan referensi terhadap da‟i-da‟i sebagai cara berdakwah kepada masyarakat. Oleh karena itu, hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan pengetahuan berdakwah kepada pendakwah yang baru mulai maupun yang sudah aktif dengan praktis dan mudah dipahami, sehingga dakwahnya dapat diterima mad‟u. E. Tinjauan Pustaka Abdul Fattah menemukan penerapan retorika KH. Ahmad Syafi‟i Mustawa dalam dakwahnya dapat menyesuaikan situasi dan kondisi mad‟u sebab berbagai macam kalangan serta daya tangkap mad‟u yang berbeda masyarakat. Oleh karena itu ajaran dakwah yang disampaikan harus sesuai daya nalar dan kemampuan mad‟u yang berbeda salah satunya dengan pendekatan retorika.8 Leiza Sixmansyah menemukan retorika sebagai daya tarik untuk memyampaikan pesan dakwah, pada penerapan KH. Muhammad Syarif Hidayatullah menggunakan monologika karena pemakaian gaya retorika seperti ini jama‟ah dapat lebih paham dan apa yang disampaikan mudah ditangkap dan menjadikannya suri taudalan serta dalam dakwah mempunyai nilai-nilai iman seperti berfikir, bertingkah laku dan bertindak. Jika nilai-nilai 8 Abdul Fattah, Retorika Dakwah KH. Ahmad Syafi‟i Mustawa, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Jakarta,2012). 11 Islam itu digunakan dalam kehidupan manusia maka kehidupan di masyarakat akan teratur.9 Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lainnya adalah subyeknya, subyek dari penelitian ini adalah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim. Kemudian dengan rumusan masalah, dalam pembahasan penulis ingin membahas tentang psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, berbeda dengan skripsi di atas yang fokus membahas retorika subyek dan penerapan dalam berdakwah. Dari sekian banyak skripsi yang ada di fakultas ilmu dakwah dan komunikasi dan juga di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah penulis tidak menemukan judul yang sama dengan skripsi yang penulis kaji. F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Untuk mendapatkan pemahaman tentang psikologi komunikator serta mendapatkan data objektif maka penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat. pendekatan deskriptif. Di mana metode kualitatif disebabkan latar belakang penelitian tidak bersifat homogen dan penelitian ini ingin mengungkapkan dengan apa adanya sesuai dengan hasil temuan lapangan sehingga penulis ingin mendeskripsikan secara sistematis aktual dan akurat sesuai dengan apa yang diteliti. 9 Leiza Sixmansyah, Retorika Dakwah KH. Muhammad Syarif Hidayatullah, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014). 12 Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian kualitatif mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang diamati.10 Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma konstruktivisme bahwa menilai prilaku seseorang dimana manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas kehidupan mereka. Maka dari itu pada subyek yang diteliti mempunyai kreativitas untuk berdakwah seperti memberikan reaksi terhadap mad‟u, memberikan uraian yang rasional, kepercayaan, daya tarik dan kekuasaan. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dan objek dari penelitian ini adalah psikologi komunikator beliau dalam dakwahnya yang bersumber dari Al-Qur‟an, As-Sunnah dan Kitab-kitab sehingga mampu mengenai jiwa para pendengar. 3. Tahapan Penelitian Data a. Pengumpulan Data 1) Observasi Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data langsung dari lapangan. Data observasi juga dapat berupa 10 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 1993) cet ke-10, h.3. 13 interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam berorganisasi.11 Dengan teknik penelitian ini penulis mengamati, mencatat dan memahami pengetahuan dari sebuah fenomena dan untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian terhadap dakwah melalui kegiatan dakwah. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap aktifitas dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim baik di Pesantren, majelis ta‟lim maupun masjid. Dengan metode ini mengetahui langsung kegiatan dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim. a) Pada tanggal 30 April 2016 pukul 10.31 penulis melakukan pengamatan psikologi komunikator dalam berdakwah di Yayasan Al-Hidayah pada acara ta‟lim dengan membahas kitab bulughul marom. b) Pada tanggal 20 Juni 2017 pukul 20.00 (ba‟da isya) penulis melakukan pengamatan psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Masjid Al-Akhyar pada acara haul Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani. c) Pada tanggal 01 Oktober 2016 pukul 18.30 penulis melakukan pengamatan psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam mengadakan haul 11 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2014) cet ke-20 14 ayah beliau di kediamannya Pondok Pesantren AlHidayah. d) Pada tanggal 02, 09, 16, 23 Oktober, 20, 27 November dan 11, 18 Desember 2016 melakukan pengamatan psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Masjid dan Majelis Ta‟lim Roudhotul Jannah dengan membahas kitab Shohih Bukhori dan An-Nashoihu Ad-Diniyyah. 2) Wawancara Mendalam Wawancara adalah alat pengumpulan data yang sangat penting dalam pengumpulan penelitian data ini komunikasi. dilakukan Dimana dengan teknik mengajukan pertanyaan secara lisan, biasanya dilakukan jika ingin diketahui hal-hal yang lebih mendalam akurat dan aktual sesuai yang diteliti. Wawancara terstruktur adalah wawancara seperti interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti dengan subjek yang diteliti sangat minim. Proses wawancara harus sesuai mungkin dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah dipersiapkan.12 Pedoman yang disiapkan seperti daftar pertanyaan telah disiapkan, kecepatan wawancara terkendali dan tidak ada fleksibilitas. 12 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial, ( Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010), hal. 122. 15 Wawancara tak terstruktur adalah wawancara untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan perkecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan ahli atau perspektif tunggal.13 Penulis melakukan wawancara langsung dengan KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim sebagai sumber utama pada tanggal 02 Oktober 2016 di kediaman beliau Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat, 16 Oktober 2016 di Masjid/Majelis Ta‟lim Roudhotul Jannah untuk mengetahui langsung bagaimana psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat dan didukung dengan wawancara terhadap guru yayasan, santri pondok pesantren dan pengurus majelis ta‟lim atau masjid sebagai mad‟u. Wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi data guna menjawab rumusan masalah. 3) Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik dengan cara pengambilan data berupa foto ceramah atau kegiatan dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dan rekaman suara yang dilakukan penulis pada saat berdakwah dan berupa buku-buku beliau yang 13 Prof, Dr. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 191. 16 berjudul biografi Bukhari, panduan umroh dan ziarah Rasulullah SAW dan Fiqh Syiam. 4) Triangulasi Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih fit, belum banyak kegiatan maupun masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga dapat lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi dan dokumen dalam waktu atau situasi yang berbeda. b. Pengolahan Data Dalam menyederhanakan data dan mengolah data berdasarkan model Aristosteles. Kemudian data yang telah diolah 17 dimasukan ke dalam tabel-tabel yang menjelaskan tentang psikologi komunikator. Apabila telah terkumpul langkah selanjutnya adalah mengklarifikasi data untuk dianalisis, sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kemudian disajikan dalam laporan ilmiah. Dalam penulisan ini penulis berpedoman pada CeQDA (Center For Quality Development And Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data ini menafsirkan temuan dan mengomentari sesuai dengan kerangka konsep yang memakai model Aristosteles yang menjawab perumusan masalah tentang komponen ethos, pathos dan loghos pada psikologi komunikator dalam teorinya serta psikologi dakwah beliau. Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah proes pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.14 14 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 210. 18 G. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan skripsi penulis dapat dirinci sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, pada bab pertama ini penulis menyampaikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan teoritik, mengulas secara garis besar pengertian dan segala macam hal mengenai pengertian psikologi dan komunikasi. Meliputi psikologi komunikator, pengertian ethos, pathos dan loghos serta ruang lingkup dakwah, pengertian dakwah, subjek dakwah, objek dakwah metode dakwah, materi dakwah, tujuan dakwah, juga psikologi komunikator dalam dakwah. BAB III : Profil KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, riwayat hidup, riwayat pendidikan dan profile Pondok Pesantren Al-Hidayah BAB IV : Hasil analisis yang diperoleh. Meliputi psikologi komunikator KH. Hisyam Hasyim Al-Burhani yakni ethos dengan komponen kredibilitas, atraksi dan kekuasaan, pathos dan loghos dan aktifitas dakwah. BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Psikologi dan Komunikasi 1. Pengertian Psikologi Psikologi berasal dari Bahasa Inggris Psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu, Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi dapat diartikan ilmu jiwa.15 Dalam ensiklopedia pendidikan, Poerbakawatja dana Harahap (1981) membatasi arti psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Psikologi, menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan metode observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku.16 Stimulus dan respon yang menciptakan tingkah laku dapat dipelajari dengan memerhatikan tingkah laku lahiriah manusia dalam mengaktualisasikan diri. 15 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. (Bandung: Rosdakarya. 1996), h. 7. 16 Achmad Mubarok. Psikologi Dakwah. (Jakarta: Pustaka Firdaus. 1999), h.17. 19 20 Sementara dalam kamus lengkap psikologi, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk kejiwaan manusia, dimana penyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan dilakukan oleh para filsuf Yunani. Jadi, pada waktu itu segala teori dikemukakan berlandaskan argumentasi-argumentasi logis belaka yang disebabkan belum adanya pembuktian-pembuktian nyata. Psikologi adalah bagian dari ilmu filsafat, khususnya ilmu untuk mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku yang akan meningkatkan kualitas seseorang dalam menjadi suri tauladan bagi umat harus menjadikan jiwanya terlebih dahulu sebagai suri tauladan bagi diri sendiri. Setiap berbicara akan perilaku dan perkataan seseorang tentang kebaikan bahwa lawan katanya menilai bagaimana dengan dirinya. Dalam uraian di atas bahwa psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal dan abnormal yang mempengaruhi prilaku yakni prilaku manusia bahkan binatang. 2. Pengertian Komunikasi Dalam buku Psikologi Komunikasi oleh Jalaluddin Rakhmat, Raymond S. Ross (1974: b7) mendefinisikan komunikasi sebagai “a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another alicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.” Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu 21 orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud sumber.17 Komunikasi sebagai proses transaksi pesan dari komunikator kepada komunikan baik berupa verbal maupun lambang untuk menciptakan pemahaman komunikan agar dapat respon serta adanya feedback dari komunikan maka terjalin komunikasi yang efektif. Komunikator asli kata dari Komunikasi atau Communication yang berasal dari Communis adalah membuat kebersamaan atau membangun kebesamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis yang artinya „berbagi‟. Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerta (verb) dalam Bahasa Inggris, communicate, berarti untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan informasi, menjadi paham, membuat sama dan mempunyai sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), communication yang berarti pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi, proses pertukaran di antara individu-individu melalui sistem simbol yang sama, seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dan ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi. Jadi komunikasi dapat didefinikasikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia.18 17 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013). 18 Nurani Soyomukti. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Hal. 3. hal,56. 22 Berbagi pemahaman antar manusia sangat diutamakan melalui pertukaran pesan, arti komunikasi dalam kata kerja adalah bertukar pikiran-pikiran antara komunikator dengan komunikan dengan pesan informatif yang bermakna dimana keduanya saling memahami satu sama lainnya, arti dalam kata benda lebih cenderung kepada pertukaran simbol dimana proses pertukaran di antara komunikator dan komunikan melalui sistem simbol yang memiliki pesan yang sama dan informatif. Dalam pergaulan hidup manusia di mana masing-masing individu satu sama lain beraneka ragam itu terjadi interaksi. Saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masingmasing. Terjadilah mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan Bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam „bahasa‟ komunikasi pernyataan dinamakan sebagai pesan (message). Orang uang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti pesan penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek. Pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang 23 (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah Bahasa.19 Menurut para ahli mendefinisikan komunikasi:20 a. Sarah Trenholm dan Artur Jensen (1994:6) yaitu “a process by which a source transmits a message to a receiver through some channel.” Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beraga saluran. b. Hoveland (1948:371), Janis dan Kelly (1953) yaitu ”the process by which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbol) to modify, the behavior og orther individu.” Komunikasi adalah melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya. c. Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi; proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsan-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan).21 d. Arni Muhammad, komunikasi ialah suatu proses dimana individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, dalam kelompok, 19 Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003), hal 27 20 Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi (Teori & Praktek), (Jakarta: Graha Ilmu, 2009), hal 31. 21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta, UIN Press, 2007), hal 19. 24 dalam organisasi dan dalam masyarakat guna memberikan informasi.22 Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia sebagai mahkluk sosial yang pasti memerlukan manusia lain untuk keberlangsungkan hidupnya. Pengertian tentang komunikasi sendiri telah dikemukakan oleh banyak ahli. Secara sederhana, komunikasi bisa dimengerti sebagai proses pengiriman pesan dari komunikan kepada komunikator. Jane Pauley memberi definisi khusus atas komunikasi, bahwa sebuah kegiatan dikatakan proses komunikasi jika merupakan suatu tranmisi informasi, tranmisi pengertian dengan menggunakan simbolsimbol yang sama.23 Jadi komunikasi menurut Jane Pauley dapat dimaknai bahwa menempati posisi yang sangat penting, yakni sebagai inti dari proses komunikasi. Makna adalah inti yang dipertukarkan, makna juga membimbing bagaimana seseorang berkomunikasi yakni makna yang disampaikan dapat dipengaruhi dalam diri komunikator. Karena simbol membawa makna dan melalui itu makna dapat dipertukarkan sehingga dimengerti. 3. Psikologi Komunikator Seorang komunikator untuk bisa dipercayai orang lain dalam orasinya baik pesan-pesan yang disampaikan maupun tingkah lakunya 22 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet ke-4 h.3. Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal 7. 23 25 yang baik sebagai contoh bagi masyarakat. Psikologi komunikator mengajak untuk menyadari bahwa ketika komunikator menyampaikan pesan kepada orang lain, yang berpengaruh bukan saja apa yang dikatakan tetapi juga keadaan kekinian yang sedang dialami. Pada teori psikologi komunikator terdapat komponen-komponen penting yaitu: a. Ethos Ethos merupakan sumber kepercayaan yang ditunjukkan kepada sang orator, bahwa ia memang pakar dalam bidangnya, maka ia dapat dipercaya, seorang komunikator yang handal, mau tidak mau harus melengkapi dirinya dengan dimensi ethos, karena ini yang memungkinkan orang lain menjadi percaya. Dimensi-dimensi ada tiga. Pertama, Kredibilitas (keahlian dan kepercayaan) adalah persepsi yang sederhana dapat diartikan pandangan pendengar terhadap komunikator akan tetapi persepsi tersebut tidak tetap melainkan berubah-ubah bergantung kepada pelaku persepsi, topik yang dibahas. Kedua, Atraksi adalah daya tarik komunikator yang bersumber dari fisik. Seorang komunikator disenangi dan dikagumi yang memungkinkan pandangan menerima kepuasaan dengan kata lain pendengar tunduk terhadap pesan yang dikomunikasikan komunikator. Ketiga, Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Dimana ketundukan yang menimbulkan dari interaksi antara komunikator dan pendengar. Kepuasan menyebabkan seorang komunikator 26 “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain. karena ia memiliki sumber daya penting.24 Ethos bukanlah variabel tunggal melainkan ethos memiliki beberapa dimensi yaitu kredibilitas, atraksi dan kekuasaan. Satu sama lain bisa berdiri sendiri, tetapi bisa menjadi mungkin berkaitan dan menyatu. Artinya, seseorang memiliki ethos yang terdeskripsikan pada kredibilitas, atraksi dan kekuasaan. b. Pathos Pathos adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang tokoh dalam mengendalikan emosi khalayak.25 Kriteria pathos ini ditunjukan oleh seorang rethor dengan menampilkan gaya dan bahasanya yang membangkitkan kegairahan dengan semangat yang berkobar-kobar kepada khalayak. c. Loghos Loghos adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang tokoh karena argumentasinya dalam berbicara kepada orang lain dan kepada orang banyak (khalayak).26 Kriteria loghos ini ditunjukkan oleh seorang bahwa uraian masuk akal sehingga 24 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013). Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal, 240. 26 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal, 240. 25 27 patut diikuti dan dilaksanakan khalayak. Khalayak akan mau mengikuti ajakan komunikator dengan uraian yang masuk akal. B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dakwah menurut pengertian Bahasa (lughowi), berasal dari Bahasa Arab yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru. Secara integralistik, dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu. Arti dakwah seperti ini sering dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur‟an. Seperti QS. Al-Hajj: 67 Artinya: “Dan serulah (mereka) kepada jalan Tuhanmu, sungguh, engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus” (QS. AlHajj: 67).27 Sedangkan menurut terminologi. Dakwah mengandung beberapa arti yang beranekaragam tergantung pada sudut pandang mana membidiknya. Berikut ini ada beberapa pendapat para pakar ilmu dakwah, di antaranya: 27 Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah, (Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010). 28 a. Menurut Thoha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.28 b. Menurut KH. Isa Anshary, dakwah adalah mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima serta mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam, berdakwah artinya memprogram suatu keyakinan menyerukan suatu pandangan iman dan agama.29 c. Muhammad al-Wakil mendefinisikan dakwah adalah mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukkan mereka kepada jalan yang benar dengan cara makruf nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104. Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imron: 104).30 Pengertian dakwah terdapat beberapa kata yang bersaudara yaitu, ta‟lim, tadzkir dan tashwir. Ta‟lim artinya mengajar, tujuannya untuk menambah ilmu pengetahuan yang diajar. Tadzkir artinya 28 Thoha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1971), h.1 Isa Anshary, Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, (Bandung: CV Diponegoro 1999), h. 17 30 Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah, (Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010) 29 29 mengikatkan, tujuannya untuk mengikatkan kelupaan orang kepada sesuatu yang harus diingat. Tashwir artinya melukiskan sesuatu pada alam pikiran orang, tujuannya untuk membangkitkan pengertian akan sesuatu yang digambarkan. Dari beberapa pengertian dakwah di atas, maka dapat disimpulkan dakwah itu menyerukan dan mengajakan manusia ke jalan Allah SWT, untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya dengan tujuan mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. 2. Subjek Dakwah Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai ketentuanketentuan Allah SWT, baik secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi atau lebih jelas disebut dengan da‟i.31 Subjek dakwah (ulama, da‟i, muballigh atau komunikator) yaitu orang yang melakukan dakwah, orang yang mengajak, memerintahkan orang di jalan Allah atau mengajak orang untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Pelaksanaan tugas dakwah ini biasanya peorangan. Pribadi atau subjek adalah sosok manusia yang mempunyai keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal baik untuk dirinya maupun orang. 31 M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) cet ke-1, h 19. 30 Adapun syarat atau kemampuan yang harus dimiliki seorang da‟i adalah:32 a. Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar b. Memiliki pemahaman hakikat gerakan dan tujuan dakwah c. Memiliki akhlakul karimah d. Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas e. Mencintai audiens atau mad‟u dengan luas f. Mengenal kondisi dengan baik. Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya da‟i seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang keberhasilan dakwah baik kepribadian yang bersifat rohani (psikologis) atau kepribadian yang bersifat jasmani (fisik).33 3. Objek Dakwah Adapun objek dakwah ini disebut juga mad‟u atau sasaran dakwah. Mereka adalah orang-orang yang diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak kedalam Islam sebagi pendakwah.34 Dengan klasifikasi penerimaan dakwah, maka dakwah lebih terarah karena disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada profesionalisme. Maka mad‟u sebagai sasaran atau objek 32 Abdul Munir Mulkam, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta:Sipress, 1996), h.237- 239 33 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), h.262 Hasanuddin, Hukum dam Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.34 34 31 dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh subjek (da‟i) saat berdakwah.35 Sehubungan dengan kenyataan yang bekembang dalam masyarakat, jika dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi: a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar. b. Sasaran berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintah dan keluarga. c. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial budaya berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat jawa. d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, mencegah dan miskin. f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan sebagainya. 35 Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH, 2008), h.28-29 32 g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin (sex) berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.36 Dari penjelasan subjek dan objek dakwah bahwa yang menjadi dasar prinsip semua dai dalam menyampaikan pesan-pesan Islam kepada sasaran dakwahnya harus ditentukan kompetensi seorang da‟i yakni sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, prilaku dan keterampilan serta didasarkan pada konsistensi dan komitmen yang dilandaskan pada keikhlasan dalam menjalankan dakwah karena dakwah yang ikhlas akan memberi pengaruh yang luar biasa terhadap objek dakwah yang menjadi sasarannya. 4. Metode Dakwah Metode dakwah ialah cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang da‟i (komunikator) dalam berdakwah kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Adapun dalam metode dalam melaksanakan dakwah tercantum dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl ayat 125: ِ ِِّ ِ ِ ْح ْكم ِة والْمو ِعظَِة الْح ِ َ ِّاُ ْدعُ اِلى سبِي ِل رب س ْن ْ َ َ َ ك بِال َ َْ َ سنَة َوجل ُْه ْم بالتي ه َي اَ ْح ََ ِ ِِ ِ ِ :ْم ْهتَ ِديْ ِن (النّحل َ ك ُه َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن َ َّا َّن َرب ُ ض َّل َع ْن َسب ْيله َو ُه َو اَ ْعلَ ُم بال )۵۲۱ Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih 36 Muzayin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara). 33 mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)37 Ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga cara, yaitu: a. Al-Hikmah b. Al-Mau‟idzhotil hasanah c. Al-Mujadalah allati hiya ahsan. Pengertian Al-Hikmah menurut Prof. thoha Yahya Umar adalah meletakkan tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarangan Allah.38 Al-Mau‟idzhotil hasanah adalah ungakapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.39 Al-Mujadalah allati hiya ahsan adalah tukar menukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.40 Ketiga metode dakwah di atas merupakan cara berdakwah seorang da‟i bahwa al-hikmah menyesuaikan permasalahan dengan 37 Departemen Agama, Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Al-Hidayah, (Tangerang Selatan: Penerbit Kalim, 2010) 38 Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.35 39 Munzier Suparta dan Harjani (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), h.16 40 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada), h.255 34 bijaksana, al-mau‟idzhotil hasanah memberkan nasehat kepada mad‟u dengan nasehat yang baik-baik dan al-mujadala allati hiya ahsan membantah dengan cara yang baik yakni bertukar pendapat untuk mencapai suatu maksud dan pemahaman yang tepat dan benar. 5. Materi Dakwah Materi dakwah (Maddah Da‟wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.41 Materi dakwah masalah isi pesan dakwah atau materi yang disampaikan da‟i pada mad‟u. Yang pada dasarnya sumber dari AlQur‟an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi: akidah, syariah dan akhlak. Hal yang perlu didasari adalah bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan ekstensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana agar dapat menumbuhkan kesadaran yang mendalam sehingga mampu memanifestasukan akidah, syariah dan akhlak dalam ucapan, pikiran, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Materi dakwah dapat diberikan menurut situasi dan kondisi objek dakwah. Materi dakwah ditunjukan untuk mengajak orang lain, agama Islam serta mentauhidkan Allah dengan bersumber Al-Qur‟an dan Hadits. Apabila keadaan objek dakwah diketahui, maka seorang juru dakwah tinggal mempersiapkan materi yang sesuai. Tentu saja 41 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Ikhlas, 1993), h.140. 35 dengan materi yang matang hendaknya dapat dipahami dan diterima oleh objek dakwah agar dakwah dapat relevan dengan tuntunan dan perkembangan zaman. Seorang da‟i, mubaligh atau komunikator tanpa adanya materi yang disampaikan cenderung menjadi kegiatan dakwah itu tidak terarah. Bahwa menyebabkan hilangnya bentuk dakwah yang sebenarnya, materi dakwah yang baik seiring dan searah dengan kondisi sasaran atau objek dakwah yang akan dituju. Yusuf Al-Qardhawi membagi pilar-pilar agama Islam secara garis besar menjadi beberapa materi yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 hal pokok yaitu: a. Materi Aqidah Secara bahasa akidah berasal dari kata Al-Aq‟du yang berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan dengan kuat, juga berarti yakin dan mantap. Sedangkan secara terminologi terdapat dua pengertian akidah, yaitu pengertian secara umum dan secara khusus. Secara umum akidah adalah hukum yang qath‟i tanpa keraguan lagi baik berdasarkan syar‟i (naqli) maupun hasil pemikiran yang sehat (aqli) seperti I‟tiqad yang benar atau salah. Sedangkan secara khusus akidah adalah pokok-pokok ajaran dalam Islam dan hukum yang qathi, seprti keimanan dan mentauhidkan Allah, beriman kepada malaikat, beriman kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada nabi dan RasulNya, beriman kepada nabi-nabi, beriman kepada hari akhir 36 (kiamat), beriman pada takdir baik dan buruk dari Allah serta semua yang gaib yang didasarkan pada dalil-dalil yang kuat, juga kewajiban-kewajiban agama dan hukum-hukum yang qath‟i. Dengan demikian, akidah itu meliputi iman dien dan Islam dalam segi I‟tiqad, serta meliputi syariat dalam segi pengalaman.42 b. Materi Ibadah Ibadah berarti mematuhi, tuduk, berdoa. Sedangkan dalam arti istilah pengertian ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan kepada zat yang memiliki puncak keagungan, yaitu Allah SWT. Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perkataan dan perbuatan) yang dilakukan oleh setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah sedangkan perbuatan mencakup hubungan antara sesama manusia dikategorikan dalam aspek muamalah.43 Jadi materi hubungannya adalah antara manusia dengan sang pencipta (hablumminallah). Sedangkan materi muamalah adalah hubungan manusia dangan makhluk hidup lainnya (hablumminannas). c. Materi Akhlak Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari khulk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.44 Secara pengertian berarti budi pekerti yang 42 Tim Dirosah Islamiyah Universitas Islam Jakarta, “Akhlak Islamiyyah”, (Jakarta: PT Paramadina, 1995), h.5 43 Departemen Agama RI, Ensiklopedia (Jakarta), h.385 44 Luis Ma‟luf, Kamus Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabbah Al-Matulikiyyah,tt), h.94 37 merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.45 d. Materi Hukum Hukum adalah suatu peraturan, perundang-undangan untuk mengatur pergaulan masyarakat dan sebagainya. Sedangkan hukum Islam adalah peraturan-peraturan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan al-Qur‟an dan Hadits: syarak.46 Berdasarkan terminologi kebahasaan adalah sekumpulan aturan, baik yang berasal dari aturan formal maupun adat yang diakui oleh masyarakat dan bangsa tertentu sebagai perangkat pengikat dari anggotanya. Bila kata hukum diikuti dengan Islam maka berarti “seperangkat peraturan yang didasarkan pada wahyu Allah dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia dan mukkalaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat semua umat yang beragama Islam”.47 Dari definisi tersebut di atas dapat dipahami bahwa hukum Islam mencakup hukum syariah dan hukum fiqh, karena arti syarak dan fiqh terkandung di dalamnya. Pada empat hal ajaran yang bersumber dari Al-Qur‟an dan AsSunnah yaitu aqidah, ibadah, akhlak dan hukum terpusat untuk memperbaiki umat manusia, pembentukan pribadi yang sempurna, pembangunan masyarakat yang adil dan makmur serta keselamatan di dunia dan di akhirat. 45 Rahmat Djatnika, Ilmu Akhlak (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992) h.26 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999) cet ke-10, h.360 47 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h.12 46 38 6. Tujuan Dakwah Nilai idealis atau cita-cita mulia yang hendak dicapai dalam aktifitas dakwah adalah tujuan dakwah. Tujuan dakwah, harus diketahui oleh setiap juru dakwah atau da‟i. Karena seseorang yang melakukan aktifitas dakwah pada dasarnya harus mengetahui tujuan apa yang dilakukan itu. Tanpa mengetahui tujuan dari aktifitas dakwah tersebut, maka dakwah tidak mempunyai makna apa-apa.48 Dalam hal tujuan dakwah Asumni Syukii membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu: a) Tujuan Umum (Mayor Objektive) adalah mengajak umat manusia meliput orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi maupun sosial kemasyarakatan agar dapat kehidupan di dunia dan akhirat. b) Tujuan Khusus (Minor Objektive) adalah mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT artinya mereka mengharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah SWT dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarang-Nya, membina mental agama Islam bagi mereka yang masih mengkhawatirkan tentang keIslaman dan keimanan (orang 48 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), h. 58 39 mukallaf), dan mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpan dan fitrahnya. 7. Bentuk-bentuk Dakwah Secara umum bentuk-bentuk dalam dikategorikan ke dalam tiga macam bentuk yaitu: a. Dakwah bi Al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan diantara lain dengan ceramah-ceramah khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode itu tampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majelis ta‟lim, khutbah jum‟at di masjid-masjid atau ceramah-ceramah pengajian dengan membahas kitab. b. Dakwah bi Al-Hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang karyanya tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah. c. Dakwah bi Al-Qolam yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan oleh keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi Al-Qolam ini lebih luas dari pada melihat media lisan. Demikian pula dengan metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya, kapan saja mad‟u dapat menikmati sajian dakwah bi Al-Qolam.49 C. Psikologi Komunikator Dalam Dakwah 49 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah), hal. 11. 40 Setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Termasuk dalam komunikasi dakwah. Sumber adalah pihak yang berinisiatif yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber ini bisa disebut komunikator, pengirim atau dalam bahasa lain source, sender, dan encorder. Sementara dalam komunikasi dakwah, sumber tersebut biasa disebut da‟i. Dalam bentuk komunikasi antarmanusia, komunikator bisa terdiri dari satu orang, bisa juga dalam bentuk kelompok. Pada dasarnya, semua orang muslim berperan sebagai juru dakwah, artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai komunikator dakwah. Ada dua kelompok yang dikenal sebagai komunikator dakwah, pertama secara umum adalah setiap Muslim atau Muslimah yang mukallaf sudah dewasa, di mana kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam sesuai perintah: Sampaikanlah walaupun satu ayat dan kedua secara khusus adalah mereka yang keahlian khusus dalam bidang agama Islam yang dikenal dengan panggilan ulama.50 Para muslim dan muslimah yang mukallah harus mempunyai psikologi dalam dirinya untuk lebih pantas dalam dirinya menyampaikan dakwah terlebih ulama harus sudah mempunyai serta menanamkan dalam dirinya agar perkataan dan perbuatan itu singkron bahkan keduanya saling mendukung. Psikologi komunikator dalam dakwah sangat berpengaruh bagi mad‟u karena salah satu tujuan dakwah keefektifan da‟i dalam berdakwah. Keefektifan 50 dakwah tidak saja ditentukan oleh oleh kemampuan Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 77. 41 berkomunikasi tetapi juga oleh diri komunikator. Peran komunikator atau da‟i dalam pengutaraan pikiran dan perasaan dalam bentuk pesan untuk membuat mad‟u menjadi tahu dan berubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dakwah yang efektif itu suatu pesan baru dianggap komunikatif manakala dipahami oleh penerima pesan dan untuk menjadi pesan itu dipahami, komunikator harus memahami kondisi psikologis orang yang menjadi mad‟u. Begitu pula seorang da‟i manakala ingin agar pesan dakwahnya dipahami maka dakwahnya harus disampaikan dengan pendekatan psikologis, yakni sesuai dengan cara berpikir dan merasa mad‟u.51 Begitu juga suatu informasi dalam dakwah atau pesan dakwah yang disampaikan da‟i kepada mad‟u akan komunikatif apabila terjadi proses psikologis yang sama antara da‟i dan mad‟u yang terlibat dalam proses tersebut. Dalam mendukung psikologi komunikator yang diaplikasikan dalam kehidupan seorang da‟i yaitu komponen ethos, pathos dan loghos. 51 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah) hal, 210. 42 BAB III PROFIL K.H. HISYAM AL-BURHANI HASYIM A. Riwayat Hidup, Riwayat Pendidikan, dan Profile Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol 1. Riwayat Hidup KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim adalah sosok ulama yang kharismatik dan berjiwa sosial dengan membaur kepada masyarakat. Beliau anak dari pasangan Hj. Mas‟amah dan KH. M. Hasyim bin KH. Abdul Ghoni. Beliau adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Beliau lahir di Jakarta, tanggal 5 April 1971. Burhany adalah nama yang disematkan oleh guru beliau Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliky Al-Hasany yang diambil dari nama shohib Abuya yaitu Syekh Muhammad Hisyam Al-Burhany yang mempunyai Thoriqoh An-Naqsabandiyyah dari Syiria.52 Dengan mempunyai nasab seorang muallim yang mulia dan masyhur, dengan demikian membuatnya termotivasi untuk mempelajari ilmu-ilmu agama agar bisa mengikuti jejak ayahanda dan kakeknya. Sehingga beliau menjadi pemimpin Pondok Pesantren AlHidayah Basmol. 52 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 42 43 Kiyai berdarah betawi ini mempunyai tujuh saudara. Saudarinya yang bernama Hj. Fauziah, Hj. Tazkiyah, Hj. Tarwiyah dan saudaranya bernama H. Akhyad, H. Thoipurin, H. Ahwaji dan H. Bulqoini hampir semuanya sebagai pengajar di Pondok Pesantren AlHidayah dan Yayasan Al-Hidayah dan selainnya. 2. Riwayat Pendidikan Masa kecil beliau diisi dengan belajar mengaji dengan ayahandanya KH. M. Hasyim Mas‟ud. Pendidikan formal yang ditempuh adalah pagi hari SDN 010 Kembangan Jakarta Barat pada tahun 1982 dan lulus pada tahun 1988, kemudian siang harinya di Madrasah Ibtidaiyyah Hidayatul Basmol. Setelah menempuh pendidikan dasar beliau melanjuti ke jenjang berikutnya di MTs AlHidayah Basmol. Setelah lulus beliau melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Ruwa Badan Pesing Jakarta Barat pada siang harinya dan pada pagi harinya belajar di Madrasah Aliyah Al-Hidayah Basmol serta pada malamnya hadir di majelis ta‟lim dengan Almarhum Almaghfurlah KH. Alawi Zen. Beliau melanjutkan ke perguruan tinggi Politeknik Tri Sila Darma di Jatinegara namun hanya satu semester saja, sambil membantu di Sekolah MTs Al-Hidayah Basmol sebagai guru matematika di kelas 1 MTS. Selama belajar, beliau pun ikut mengaji dengan teman-teman Aliyah seangkatan beliau yang mengaji bersama- 44 sama dengan santri Al-Hidayah. Selain itu, juga ada keinginan untuk melanjutkan belajar (mondok) di Mekkah Al-Mukarromah. Pada tahun 1993 keinginan beliau terkabul untuk belajar di Mekkah, keinginannya sangat didukung oleh ayahannya KH. M. Hasyim yang menurut ayahandanya jika sudah di Mekkah silahkan cari asrama Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliky. Akan tetapi beliau tidak langsung masuk ke Pondok yang dimaksud, jelang beberapa bulan akhirnya beliau belajar di bawah bimbingan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasany. Di antara guru-guru beliau sebelum belajar di Mekkah adalah: a. KH. Mas‟ud bin Abdul Ghoni b. KH. Hisyam Mas‟ud bin Abdul Ghoni c. KH. Alawi Muhammad Zen d. KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghoni e. Ust. H. Ahmad Zawawi f. Ust. Muaz Djaelani Fadhil g. Ust. Husaini Mukhtar h. Dan semua guru/ustadz era 90-an yang mengajar di Al-Hidayah.53 Guru-guru di Mekkah di antaranya adalah: a. Abuya Sayyid Muhammad Alawy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasani b. Syeikh Muhammad Ali Ash-Shobuni c. Assayyid Ahmad Al-Ruqoini Al-Ahdal 53 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 45 d. Assyeikh Ibrohim Syu‟aib An-Nijeri e. Assyeikh Ibrahim Al-Mishry f. Assyeikh Farid Abu Zabibah g. Assyeikh Usama Al-Mausi h. Al-Habib Idrus Al-Idrus i. Assyeikh Ahmad Jaber j. Abuya Assayid Ahmad Muhammad Al-Maliky k. Dan beberapa Masyaikh lainnya.54 Belajar di mekkah kurang lebih sekitar 15 tahun (12 tahun dalam didikan/naungan Abuya Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliky dan tiga tahun dalam didikan/naungan Abuya Sayyid Ahmad Muhammad Alawi AlMaliky. Pada tahun 2007 beliau pulang ke Indonesia untuk menikah dengan Lubnatul Khilwah (istri beliau yang juga alumni santri Al-Hidayah Basmol), setelah menikah dua bulan kemudian kembali ke Mekkah karena memang beliau belum diizinkan untuk kembali ke Indonesia untuk selamanya. Pada tahun yang sama ayahandanya KH. Hasyim Mas‟ud meninggal dunia sehingga tidak bisa pulang dan melihatnya.55 3. Profile Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol didirikan pada tahun 1983, diawali oleh keinginan para pelajar baik dari Ibtidaiyah (SD), 54 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 55 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 46 maupun dari tingkat Tsanawiyah (SLTP) banyak di antara mereka ingin memperdalam ilmu-ilmu agama dengan kitab Salafiah (kitab kuning). Maka untuk kesinambungan pendidikan tersebut dalam rangka mengisi pembangunan dalam bidang pendidikan mental spiritual, kami memberikan kesempatan kepada mereka untuk ditampung dalam suatu asrama guna melayani aspirasi mereka.56 Pesantren yang didirikan oleh Alm. Orang tua saya Kh. Mas‟ud pada tahun 1986 dengan nama Al-Hidayah Basmol yang bergerak dalam bidang pendidikan agama MTS/MA dan yang tinggal di pondok santri laki-laki maupun perempuan kurang lebih 450 santri.57 Tempat berdirinya Pondok Pesantren di Jl. Basmol Rt. 06/06 Kelurahan Kembangan Utara Kecamatan Kembangan Kota Jakarta Barat yang lingkungannya bersamaan dengan kehidupan masyarakat. Para santri dapat mengaplikasikan perbuatan, keahlian yang dimiliki di lingkungan masyarakat sekitar untuk menambah pengalaman serta terbiasa dalam menjalani hidup di tempat asal para santri. Karena kegiatan demi kegiatan pendidikan dari tahun ke tahun makin tumbuh dan berkembang dengan pesat dan ditambah dengan beberapa Mukimin yang telah selesai dengan studinya di luar negeri seperti Saudi Arabiah, Mesir, Libia dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, maka kami adakan rapat/musyawarah dengan beberapa tokoh ulama untuk kiranya dapat menyediakan tempat untuk para anak didik seperti tertera pada di atas. Siswa yang tinggalnya jauh dari 56 http://el-ghondrongy.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-singkat-pon-pes-al-hidayah.html Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 57 47 sekolah/madrasah akan disediakan asrama untuk mempermudah aktifitas belajar. Pembangunan asrama dengan izin Allah SWT mendapat dukungan dari masyarakat sekitarnya, sehingga selang beberapa bulan berdirilah tempat penginapan untuk putra saja, yaitu pada tahun 19881989. Pada tahun berikutnya kami mulai membangun asrama putri yang sebelumnya bagi putri tinggal/ditampung di rumah penduduk. Dengan wakaf tanah yang diberikan Alm KH Mas‟ud kami lanjutkan pembangunan meskipun dengan bantuan uang sekedarnya, maka terdapatlah bangunan sederhana untuk santri putri. Tepat awal tahun ajaran 1989-1990 santri putri sudah dapat mengikuti ta‟lim pendidikan di asrama. Dalam kondisi yang sederhana sedikit demi sedikit Pesantren Al-Hidayah mulai mengadakan berbagai sarana dan fasilitas pendidikan yang diperlukan oleh para santri. Diantaranya penambahan ruang kamar santri secara permanen dua lantai.58 Saat ini pembangunan fasilitas pendidikan mulai dibangun. 58 http://el-ghondrongy.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-singkat-pon-pes-al-hidayah.html 48 BAB IV ANALISIS PSIKOLOGI KOMUNIKATOR K.H. HISYAM AL-BURHANI HASYIM DALAM BERDAKWAH DI BASMOL KEMBANGAN UTARA JAKARTA BARAT A. Kekuatan Ethos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Psikologi komunikator merupakan seorang orator yang bisa dipercayai orang lain yang diperlukan bukan bisa atau dapat berbicara melainkan memerlukan penampilan yang meyakinkan. Psikologi komunikator tidak dapat menyuruh dan memaksa pendengar atau mad‟u hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan atau menyampaikan semua pesan-pesan yang disampaikan. Pada psikologi komunikator ini yang dimaksud penulis adalah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang merupakan seorang da‟i yang menyampaikan pesan-pesan kepada mad‟u. Berdakwah merupakan aktifitas lisan yang baik yang disampaikan secara formal melalui berbagai acara ataupun sekedar berbicara dengan seseorang untuk mengajak mereka ke jalan yang benar yakni ke jalan Allah karena memang dakwah menurut beliau panggilan, ajakan kepada orang yang baik untuk lebih baik dan lebih istiqomah atau konsisten serta orang yang dalam proses perbaikan agar lebih yakin dengan kebaikan yang sedang dijalani dan lebih percaya diri dalam menjalani proses tersebut, juga mengajak orang yang tergelincir di jalan yang buruk artinya tidak diridhoi Allah kepada jalan yang lurus 48 49 yang diridhoi Allah yang pada ayat qur‟an Allah berfirman menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Dengan adanya teori psikologi komunikator, KH Hisyam Al-Burhani Hasyim sebagai orang yang bisa dipercayai apa yang dibicarakan serta penampilan yang menjadi orang lain lebih percaya di Pondok Pesantren AlHidayah Basmol mengacu pada komponen ethos. Ethos merupakan sebagai sumber kepercayaan yang ditujukan oleh seorang komunikator atau seorang da‟i bahwa ia benar-benar ahli dalam bidangnya sampai dapat dipercayai orang lain. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim salah seorang da‟i yang menjadi sumber kepercayaan bagi masyarakat, jama‟ah dan khusunya bagi santrinya. Karena memang beliau pemimpin pondok pesantren Al-Hidayah Basmol dan sebagai pengajar di wilayah tempat tinggalnya. Psikologi dakwah merupakan alat bantu bagi seorang da‟i untuk memahami pengertian tentang penyampaian dakwah kepada sasaran agar mampu memberikan dorongan, mengadakan perubahan, mengingatkan dan mengarahkan serta memberikan keyakinan kepada tujuan dakwah. Untuk itu dalam penyampaian psikologi dakwah seorang da‟i harus mempunyai komponen ethos yakni sumber kepercayaan bahwa seorang da‟i menjadi insan kepercayaan bagi mad‟u. Dimensi ethos yang dimiliki KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yaitu: 1. Kredibilitas Kredilitas adalah keahlian atau kepercayaan sebagai seorang da‟i agar dapat nilai dari masyarakat ataupun jama‟ah terlebih khusus para santeri 50 bahwa beliau mampu mengajak menyeru kepada jalan kebaikan. Kredibilitas yang ternanam dalam diri K.H Hisyam Al-Burhani Hasyim yakni: 59 a. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri (ibda‟ binafsik) dan menjadikan keluarga sebagai contoh bagi masyarakat. Sebelum berdakwah kepada orang lain benahi diri sendiri dan keluarga untuk menjadi suri tauladan agar santri tahu prilaku kita dan mempercayai apa yang disampaikan beliau sama dengan tingkah lakunya. b. Dalam menjalankan aktifitas dakwah, seorang da‟i harus memiliki mental yang baik, dimana siap menerima resiko apabila dakwahnya tidak diterima oleh mad‟u. c. Da‟i harus mempunyai ilmu pengetahuan yang luas jangan sampai seorang da‟i sedikit ilmu pengetahuan karena ilmu adalah bagian yang terpenting dalam penyampaian dakwah seorang da‟i. Adakalanya santri dan asatidz mengajukan pertanyaan pada acara pengajian atau ketika sesudah selesai berdakwah seorang da‟i harus siap menjawab agar komunikasi antara da‟i dan mad‟u efektif. d. Da‟i harus mengetahui pikiran dan keadaan masyarakat sehingga kebenaran Islam bisa disampaikan dengan logika masyarakat, sebagaimana sabda Nabi: “Nazziluunnaas „Ala Qodri Uqulihim”. Seorang da‟i harus mengetahui pada kapasitas ilmu juga berbicara di luar keilmuannya, kalau tidak tahu katakan tidak tahu jangan sampai menyesatkan orang dengan fatwa-fatwa saja. Sampaikanlah kepada manusia sesuai dengan akal mereka, jadi dengan Bahasa masyarakat awam beliau berdakwah di 59 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 51 kalangan umum dengan Bahasa sesuai yang mereka mengerti, seorang da‟i dalam dakwahnya yang terpenting adalah diterima di semua kalangan, buat apa menggunakan Bahasa asing atau modern tapi tidak dimengerti oleh sebagian kalangan saja, lebih baik menggunakan Bahasa kampung tapi semua orang mengerti karena yang dinamakan fasih atau fashihatul kalam adalah Bahasa atau ucapan yang diterima semua kalangan. e. Pandangan baik dakwah akan sangat menlancarkan komunikasi dakwah, sebaliknya pandangan buruk akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontraproduktif. Pandangan baik saya dibangun dengan kesungguhan dan konsistensi dalam waktu yang cukup lama ketika menuntut ilmu di Mekkah Al-Mukarromah di bawah naungan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani kemudian pulang mulai berdakwah itu merupakan membangun pandangan baik. Bahkan selalu menyampatkan hadir untuk mengajarkan jama‟ah dalam keadaan kondisi badan kurang fit dan cuaca kurang mendudukan. Karena prinsip beliau jangan sampai hal-hal yang kita lakukan terlewat begitu saja dalam hal sepele terkecuali apabila kondisi beliau sangat parah. Menurut KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim pesan dakwah yang menjadi stimulus bagi mad‟u yakni Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan dalam berdakwah salah satunya sebagaimana dalam sabdanya nazzilunnaasa „ala qodri „uquulihim. Artinya turunkan kepada manusia sesuai dengan akal mereka, jadi dengan bahasa masyarakat awam beliau anggap dakwah di kalangan umum dengan bahasa sesuai yang mereka mengerti, seorang da‟i berdakwah yang terpenting adalah diterima di semua 52 kalangan, buat apa menggunakan bahasa asing atau modern tapi tidak dimengerti oleh sebagian kalangan saja, lebih baik menggunakan bahasa kampung tapi semua orang mengerti karena yang dinamakan fasih atau fashoohatul kalam adalah bahasa atau ucapan yang diterima semua kalangan.60 Dakwah bi al-hal sering beliau gunakan karena bentuk dakwah ketauladanan sangat penting bagi seorang da‟i baik dalam berdakwah, mengajar dan aktifitas kehidupan sehari-hari untuk merubah psikologis masyarakat, ketauladanan beliau dengan menanamkan sikap dan perilaku yang baik dalam dirinya menurut yang diajarkan Rasulullah SAW untuk menjadikan dirinya sebagai suri tauladan bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain. Rendah hati, memuliakan tamu, memuliakan guru, bersedekah, menyantuni anak yatim, mendidik orang-orang perantauan dan lain sebagainya. Karena aktifitas dakwah itu da‟i harus mengedepankan budi pekerti yang luhur, berdakwah dengan cerdas, mengedepankan toleransi, ikhlas tanpa pamrih dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan sehingga dapat dipahami dan menyentuh jiwa mad‟u.61 Dengan title lulusan Mekkah di bawah naungan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani, KH Hisyam Al-Burhani Hasyim mengaitkan dirinya sebagai ulama besar yang belajar di tempat kelahiran Nabi Muhammad kota Mekkah Al-Mukarromah dari tahun 1993 sampai dengan 60 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 61 Data Observasi Peneliti Di Masjid dan Majelis Ta‟lim serta mengikuti pengajian rutin KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim setiap ahad pukul 06.00 WIB di Masjid Roudhotul Jannah Jakarta Barat. 53 tahun 2008 dengan perhitungan 15 tahun. Nama Al-Burhani merupakan sebuah pemberian dari sang guru yang menjadi alasan kuat untuk mempunyai kredibilitas seorang komunikator. 2. Atraksi Atraksi merupakan daya tarik da‟i yang bersumber dari daya tarik (fisik). Seorang komunikator atau da‟i disenangi dan dikagumi yang memungkinkan pandangan menerima kepuasaan dengan kata lain pandangan tunduk terhadap pesan yang dikomunikasikan da‟i. Daya tarik fisik adalah salah satu yang dapat menyebabkan mad‟u merasa tertarik kepada komunikator. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim menurut observasi penulis bahwa beliau dikagumi dan disenangi oleh para jama‟ah sehingga para jama‟ah merasa puas dalam menghadiri acara yang diisi beliau. Fisik beliau sangat menawan, gemuk, tinggi 168cm. Daya tarik homophily beliau yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan mad‟u yang lebih efektif dalam berkomunikasi sebab kesamaan menyebabkan mad‟u tertarik pada beliau. Bahwa kita memang cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita, karena jama‟ah menyukai beliau maka jama‟ah cenderung akan menerima gagasan-gagasannya. Kemudian kesamaan badan, asal daerah, menumbuhkan rasa hormat dan percaya kepada komunikator. Bahwa jama‟ah dan santri sudah percaya dengan beliau karena dari segi keturunan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan juga beliau sebagai pemimpin pondok. 54 Adapun gesture (bahasa tubuh) dan mimik dalam berdakwah maupun mengajar, yakni fose beliau sangat sederhana dan tenang serta tegas ketika menyampaikan dakwahnya. Dari segi penampilan, ketika mengajar dan berdakwah beliau selalu menggunakan busana yang sangat khas yaitu peci putih, gamis dan sorban, berbeda ketika beliau di pondok terkadang berbusana peci putih, gamis dan sorban terkadang koko serta sarung.62 Busana tersebut tampak jelas charisma dan pribadi yang menawan. Gesture (bahasa tubuh) beliau tidak berlebihan. Saat mengajar beliau selalu duduk kalau berdakwah atau ceramah beliau kadang duduk dan berdiri dalam hal keduanya menggunakan bahasa tubuh sesuai dengan apa yang disampaikan karena bukan hanya dalam penggunakan bahasa, namun bahasa tubuh menjadi pelengkap untuk menekankan materi-materi tertentu penyampaian singkron dengan bahasa tubuh dan mimik beliau yang selalu ditampakkan dengan keseriusan dan ketenangan serta senyuman dengan memandangi mad‟u penuh kasih sayang bertujuan untuk membuat mad‟u santai dan asyik dalam mendengarkan dakwahnya. 3. Kekuasaan Kekuasan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Kekuasaan menyebabkan da‟i dapat memaksakan kehendaknya kepada orang lain karena memiliki sumber daya yang sangat penting. Adanya kekuasaan bagi KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim karena memang beliau pemimpin PondokPesantren Al-Hidayah, wakil ketua Yayasan Al-Hidayah dan sebagai seorang mua‟llim. Berikut jenis-jenis kekuasaan menurut Raven yang ada pada diri 62 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 55 KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang dimasuki dalam jenis-jenis tersebut, yakni kekuasaan koersif yang menunjukkan kemampuan da‟i untuk mendatangkan ganjaran atau hukuman kepada mad‟u baik jama‟ah maupun santri. Dimana ganjaran tersebut bersifat personal. Seperti yang dikatakan beliau kepada santrinya “setiap malam jum‟at santri harus qiyamullail jika tidak melaksanakannya maka akan terkena iqob”. Kekuasaan keahlian KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim yang berdasarkan pada pengetahuan, pengalaman, keterampilan yang dimiliki beliau. Halnya beliau menyuruh santrinya untuk berbicara di hadapan santrisantrinya atau lebih dikenal kata muhadhorah mengenai maulid Nabi Muhammad SAW, agar santri-santri terlatih dan terbiasa berbicara di kalangan masyarakat. Kemudian kekuasaan rujukan yang melekat dalam diri para da‟i termasuk KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim. Beliau menjadikan mad‟u sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. Bahwa beliau telah berhasil menanamkan kekaguman pada mad‟u sehingga seluruh perilakunya diteladani. Selain itu, ketundukan mad‟u kepada beliau adanya ta‟dzhiiman serta takriiman karena bahwasannya beliau seorang guru yang mempunyai kelebihan ilmu agama dari mad‟u. Kemampuan dalam kekuasaan beliau berupa Respon mad‟u di saat KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, menurut beliau ketika menyampaikan materi dakwah maupun kitab yang beliau sampaikan dan bayan. Sejak awal beliau menyampaikan pesan-pesan 56 dakwahnya semakin lama jama‟ah semakin bertambah karena mad‟u memiliki ketertarikan dan khusnudzon terhadap beliau. Begitu juga antusiasme mad‟u dalam menghadiri ta‟lim terlihat seperti halnya menyimak dan memperhatikan sehingga terjadi feedback atau komunikasi dua arah adanya pertanyaan mad‟u kepada beliau. Walaupun ta‟lim beliau tidak bersifat wajib hadir akan kecuali santri-santrinya dan tidak dipungut biaya karena pada hakikatnya hadir ta‟lim bukan untuk menghayal dan buangbuang waktu saja tetapi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan hikmah serta manfaat bagi diri mad‟u.63 Dalam Hadits Rasulullah SAW bersabda: hudhuru majlisil ilmu saa‟atan khoirun min antusholliya alfa roka‟atin wa „iyaada alfi mariidhin wa huduro alfi janaazah. Artinya hadir di majelis ilmu sejam lebih baik dari sholat Sunnah 1000 rokaat dan menjenguk 1000 orang sakit dan menemani 1000 orang meninggal. Perubahan sikap setelah mendengarkan pesan-pesan ilmu agama KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim, menurut beliau sikap jama‟ah majelis ta‟lim tidak terlalu memperhatikan karena yang hadir di antara mereka adalah orang-orang yang sudah dewasa dan berkeluarga bahkan orang-orang sepuh secara keseluruhan mereka sangat ta‟zim kepada guru. Tapi jika di pesantren sikap para santri terjadi perubahan sedikit demi sedikit, semula mereka yang tidak pernah/jarang sholat berjama‟ah di rumah sekarang mereka sudah 63 Wawancara pribadi dengan KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 57 terbiasa, dan juga tahajjud, sholat dhuha dan puasa-puasa Sunnah, demikian juga perubahan tingkah laku.64 Dalam keseharian beliau selalu bersama santri sehingga lebih mengetahui perubahan sikap santri-santrinya dibanding jama‟ah majelis ta‟lim yang seminggu sekali bertemu namun mereka sangat ta‟dzhim kepada beliau meskipun ada jama‟ah yang lebih tua dari beliau. B. Kekuatan Pathos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Pathos adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang tokoh dalam mengendalikan emosi khalayak. Komponen pathos ditunjukkan oleh seorang komunikator dengan gaya dan bahasa yang membangkitkan kegairahan yang berkobar-kobar kepada mad‟u. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah menggunakan dakwah bi al-lisan yakni bentuk dakwah melalui ceramah dan mengajar di majelis ta‟lim dan masjid sebagai wadah tempat beliau menyampaikan ilmu melalui kitab-kitab yang beliau pahami di antaranya kitab RiyadushSholihin, An-Nashoihu AdDiniyyah, Haulul Ihtifaal, Shohih Bukhori, Riyadul Badiah, Tafsir, Fathul Mu‟iin, dan Tahqiiqul A‟maal masyarakat Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat dan sekitarnya sebagai salah satu tempat menyampaikan pesan-pesan dakwah pada acara Peringatan Hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isro‟ Mi‟roj. 64 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 58 KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim menunjukan gaya dan bahasanya yang dapat membangkitkan para santri dan jama‟ah. Ketika berbicara tegas lugas dan bersemangat tentang kesatuan umat Islam karena banyak yang non-muslim yang meremehkan umat Islam. Sikap yang berapi-api dan tegas, kala mengenai atau sangat-sangat serius sekali menggapi pertanyaan-pertanyaan di dalam pengajian dan jawaban yang disampaikan sangat memuaskan.65 Maka timbullah keberanian seorang muslim untuk menyatukan tanpa ada rasa agar umat Islam tak bisa dikalahkan tanpa ada rasa takut untuk membela kebenaran. Contoh pada penyampaian dakwahnya yang bersifat persuasif kepada para jama‟ah Masjid Jami‟ Al-Mujahidin sekaligus menjadi pertunjukkan gaya dan bahasa yang dapat membangkitkan kegairan yang berkobar-kobar dan menyadarkan mad‟u menuju yang lebih baik lagi, berikut dakwah beliau: “Saat ini tidak ada orang yang sengsara seperti Rasulullah Jika kita hadir di maulid nabi kita akan tahu bagaimana keadaan Rasulullah dan apapun yang kita alami niscaya kita tidak akan pernah marah kepada Allah. Ada orang kagak mau ngaji kaga mau hadir maulid kenapa? Ah abis saya hidup begini-begini aja. Kaga mau sembahyang jama‟ah, kenapa? Ah dia yang sembahyang jama‟ah masih miskin miskin juga. Kaga hadir ke masjid, kenapa? Ini yang ke masjid kredit ampe sekarang belum rapih juga. Kenapa ngukur ibadah dengan kekayaan? Kalo orang ngukur dengan kekayaan, niscaya yang paling kaya hidupnya di dunia ini adalah Nabi Muhammad SAW. Kenapa dia marah kepada Allah? Karena dia kata rizkinya kaga lancar. Kalo orang mengukur kekayaan karena ibadah niscaya kaga ada kantor kaga ada perusahaan, semuanya orang bikin masjid sama musholla. Bukan ukuran ibadah dengan kekayaan. Ustadz, di sana orang kafir kaga kenal Allah tapi hidupnya enak aja? Padahal Allah berfirman dalam Al-Qur‟an: dan jangan mengira wahai orang-orang kafir, sesungguhnya kami ulur kalian itu biar dosanya tambah banyak kalau begitu agar nanti azabnya pedih lagi. Jadi jangan 65 Wawancara pribadi dengan Muhammad Nur,S.Ag sebagai guru Yayasan Al-Hidayah pada tangal 26 Desember 2016 di kediaman ibundanya Kelurahan Duri Kepa Kecematan Kebon Jeruk. 59 mau disamain sama orang kafir kaga sama kita sama orang kafir, bagaimana pun itu orang kafir meskipun membuat takjub manusia dibanding dengan sejelek-jeleknya orang muslim niscaya Allah SWT masih memuliakan orang muslim. Orang kafir pasti akan ke neraka, orang mukmin sebagaimana pun jeleknya innallaha laa yaghfiru an yusyroka bihi wa yaghfiru maa duuna dzalika liman yasyaa‟. Jadi jangan membanding-bandingkan kalau orang kafir udah jangan pake diterima. Sehebat apapun orang kafir walaupun bisa mengubah dunia sebagaimanapun jangan sekali-kali engkau takjub lebih bagus kau takjub kepada muslim yang rendah. Betul? Allah yang berbicara, Allah yang berikan peringatan. Wa man ashdaqu minallahi qiila? Apakah ada orang yang lebih bagus daripada omongan Allah? Kaga ada. Maka kalau ada orang muslim yang masih mengatakan lebih bagus omongannya daripada omongan Allah, maka diragukan kemuslimannya.”66 Pesan di atas sangat tegas dijelaskan dengan gaya dan bahasa yang penuh semangat bahwa umat muslim jangan beribadah dengan mengukur kekayaan. Karena bahwasannya Allah telah menguji kita sekuat mana kita beribadah kepada Allah ketika do‟a kita tidak diijabah dan rizki kita kurang lancar. Dan janganlah kita memilih orang kafir sebagai pemimpin. Karena tujuan dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim untuk mempengaruhi jama‟ah agar konsisten dan mempengaruhi untuk perubahan. Gaya bahasa yang disesuaikan beliau kepada mad‟u yang disusun dengan susunan kata yang teratur dan sistematis serta apik, membuat ceramah maupun mengajar yang enak didengar dan dipahami. Penguasaan bahasa dalam menyampaikan mampu meyakinkan mad‟u dalam pelaksanaan dakwah bi al-lisan dan penggunaan gaya seperti mimik beliau dan intonasi retorika dakwah dapat dikatakan bagus karena penyampaian sesuai dengan tingkat variasi keilmuanya dan memilih bahasa yang pas untuk mad‟u yang dihadapinya. 66 Ceramah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Peringatan Maulid di Masjid Jami‟ AlMujahidin Tanah Kusir Kebayoran Selatan pada tanggal 12 Desember 2016 60 Dalam penyampaian persuasif KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim kepada santri yang selalu menekankan rasa mahabbah kepada guru dan berkhidmat kepada guru.67 Karena guru beliau Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani mengatakan bahwa yang dikatakan murid menurutku adalah seseorang yang belajar sekaligus berkhidmat (mengabdi). Barang siapa yang tulus berkhidmat (mengabdi), maka Allah akan membukakan baginya pintu kebaikan. C. Kekuatan Loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Loghos adalah kekuatan yang dimiliki seorang tokoh karena argumentasinya dalam berbicara kepada orang lain dan kepada banyak. Kriteria loghos ini ditunjukkan oleh seorang komunikator bahwa uraian masuk akal sehingga patut diikuti dan dilaksanakan mad‟u. Menurut para mad‟u bahwa setiap KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim menyampaikan ilmu masuk akal dan mudah dipahami sehingga dapat menyentuh hati tentunya jika sudah menyentuk hati uraian yang beliau sampaikan memuaskan tinggal para mad‟u untuk menjalani dalam kehidupan sehari-hari. Karena memang apa yang beliau ucapkan mengena dalam kehidupan sehari-hari santri juga jama‟ah. Jenis penyampaian yang beliau gunakan adalah pengajaran, khutbah dan ceramah. Jenis pengajaran, beliau mengajar di pondok pesantren dan majelis ta‟lim dengan rujukan kitab-kitab yang telah diajarkan oleh Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani yakni gurunya. Jenis khutbah, beliau berkhutbah di masjid 67 dalam rangka ibadah sholat jum‟at. Kemudian jenis Wawancara pribadi santri Pon-Pes Al-Hidayah Basmol pada tanggal 27 Desember 2016 di Musholla Al-Akhyar Duri Kepa Kebon Jeruk. 61 ceramah, beliau ceramah di masjid-masjid, majelis ta‟lim pada peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj dan lain sebagainya. Pada penyampaikan materi dakwahnya yang bersifat informatif kepada para jama‟ah termasuk santrinya sekaligus menjadi uraian yang rasional dan bernilai renungan atau pesan hati, berikut potongan isi pesan beliau: “Perbanyaklah kalian bersahabat dengan orang sholeh karena bahwasannya bersahabat dengan orang-orang sholeh akan membuat manfaat bagi kamu di hari kiamat, ada yang bertanya kepada Al-Imam Hasan Basri bagaimana bisa bermanfaat?, Kata Al-Imam Hasan Basri bahwasannya nanti ketika orang berada di surga mereka akan reoni berkumpul duduk bersama-sama dengan orang yang berkumpul duduk bersama ketika di dunia, sampai mereka akan bertanya mana teman kita yang suka duduk sama kita ketika ada di majelis? Dikatakan orang itu ada di neraka, lalu mereka sabahat dari pada orang yang di neraka ketika di surga berkata kepada Allah SWT. Yaa Allah tidak sempurna kenikmatan saya kalau teman saya yang di dunia tidak bersama saya di surga. Kata Al-Imam Hasan Basri bahwasannya Allah mengutus utusan untuk mengambil teman yang dulu duduk bersama di dunia dari neraka supaya dia dimasukkan ke surga. Kemudian penghuni neraka bertanya-tanya kenapa orang itu dikeluarkam dari neraka? apakah orang tuanya mati syahid sehingga bisa memegang syafa‟at? atau saudaranya yang mati syahid? Bukan, Apakah nabi yang mencatat dia? Apakah malaikat? Bukan, siapa yang memberi syafaatnya? Temenya yang ada di surga. Sampai orang-orang di neraka memohon ya Allah kembalikan aku lagi ke dunia karena saya ingin bersahabat dengan ahli ilim dan orang-orang sholeh. Alhamdulillah kita berteman dengan orang-orang sholeh beserta dengan habaib, nanti mereka yang angkat kita selama-selamanya di surga karena bersumbah duduk dengan para habaib, kiyai dan orang-orang sholeh. Karena dalam Haditst orang yang dapat memberi syafaat ada tiga, yaitu para anbiya, para ulama dan orang yang mati syahid”68 Pemilihan bahasa menjadi salah satu tahapan yang baik untuk seorang da‟i dalam menyampaikan dakwah agar dipahami mad‟u. Seorang da‟i harus pandai 68 Ceramah Haul Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani di Masjid AlAkhyar Kebayoran Lama Jakarta Selatan pada tanggal 20 Juni 2016 62 memilih kata-kata dan mengemasnya dengan bahasa yang tepat sehingga mad‟u dapat menerima pesan yang disampaikan. Menurut KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah seorang da‟i harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna oleh mad‟u. Nazzilunnaas „alaa qodri „uquulihim seorang da‟i menyampaikan pesan kepada manusia sesuai kadar akal mereka jadi Bahasa juga harus diperhatikan kepada kalangan mana kita berdakwah itu juga merupakan kadar akal atau pengetahuan mereka.69 Kemudian dengan penyampaian rekreatif yang tujuan utamanya menyenangkan atau menghibur orang lain. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam dakwahnya jika dimasukkan ke dalam pidato rekreatif beliau selalu menghindari rangkaian gagasan yang sulit, selalu gunakan gaya bercerita (naratif) dan berbicara singkat. Kehidupan manusia tidak terlepas dari humor karena manusia memiliki “sense of humor”. Terkadang da‟i harus mengeluarkan kalimat yang bermakna humor walaupun 30% dari seluruh dakwah agar menarik perhatian mad‟u. Seorang da‟i yang baik akan menyisipkan pesan-pesan dakwahnya melalui humor. Karena rasa humor juga dapat digunakan untuk masalah serius menjadi santai. Namun demikian dengan humor dalam berdakwah itu bukan selayaknya humor 69 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 63 pelawak. Humor yang dimaksud adalah humor-humor edukatif dan berisi ceramah.70 Dalam penyampaian materi dakwahnya beliau menggunakan humor kepada mad‟u dalam bentuk rangkaian gagasan yang mudah dipahami dan menggunakan gaya bercerita agar para mad‟u tidak bosan mendengarkan materi dakwah tersebut. Ketika beliau menyampaikan Hadits tentang ibu yang diakhiri dengan humor. “„An Abi Hurairoh Rodhiyallahu „anhu Qoola: Jaa‟a rajulun ila rosulillaahi shollaallahu „alaihi wasallam, faqoola yaa rasulallah man ahaqqunnaas bihusni shohaabatii? Qoola: ummuka, Qoola: tsumma man? Qoola: ummuka, Qoola: tsumma man? Qoola: ummuka, Qoola: tsumma man? Qoola: abuka. Dari Abu Hurairota Radhiyallahu „anhu. Bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullaah berkata: siapakah orang yang paling berhak perlakukan dengan baik? Nabi bersabda: ibumu, kemudian siapa lagi? Ibumu. Kemudian siapa lagi? Ibumu. Kemudian siapa lagi? Bapakmu. Ibu ibu ibu baru bapak. Jadi ibunya tiga kali bapaknya satu kali. Haditst ini bukan berarti bahwa bapaknya satu namun ibu tiga sehingga menimbulkan bapak-bapak harus punya istri tiga hehe jangan sampai pak….”71 Pesan rekreatif mengenai tidak dilancarkannya rizki oleh Allah SWT sebagai berikut: “Nabi SAW telah mengajarkan kepada kita, Nabi SAW telah mencontohkan kepada kita yang mana dalam hidup kita tidak akan pernah murka kepada Allah SWT. Jangan gara-gara kaga punya rizki dia jauh dari masjid dia jauhi majelis ta‟lim. Allah kagak punya rizki kepada kita mungkin bukan karena Allah kaga sayang sama kita, mungkin karena Allah sayang kepada kita makanya Allah kaga kasih. Sama kaya kita misalnya kita punya anak nih, anak kita masih kecil umur empat atau lima tahun jam setengah enam bangun, langsung merengek ama babanya. „eeebabaa minta es krim minta rujak minta gado-gado‟, kasih gak orang tuanya tuh? Iya kaga dikasih karena orang tua sayang kepada anaknya, 70 Asmuni Syukir, Dasar Dasar Strategi Dakwah (Surabaya:Al-Ikhlas, 1993), hal 120. Ceramah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Tentang Hadits Ibu di Masjid Raudhotul Jannah Rawa Buaya pada tanggal 23 Oktober 2016 71 64 karena kalo dikasih tuh anak satu bulan bakal mules. Allah kaga kasih kepada kita ketika „Ya Allah saya mau rizki saya punya mobil‟ bukan Allah kaga kasih, Allah SWT lillaahissamawati wal ardh Allah yang punya langit dan bumi, Allah kaga kasih kalo Allah kasih ente bisa beli mobil tiap minggu ente ke Puncak kaga ngaji-ngaji, jalan-jalan mulu nantinya.”72 Cerita yang bersifat humor merupakan bagian dari dakwah da‟i, tidak selamanya menyampaikan materi dakwah da‟i selalu serius dalam berdakwah, para da‟i memilih kalimat yang bermakna humor, sehingga lebih memudahkan mad‟u dalam menerima pesan yang disampaikan da‟i. Akan tetapi perlu diketahui bahwa humor digunakan hanya agar mad‟u merasa jenuh dan bosan. Karena pada ada hakikatnya da‟i ingin memperoleh pengaruhi yang maksimal dalam menyampaikan dakwahnya agar berhasil dan tepat pada sasarannya. KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim merupakan salah satu muballigh yang memiliki dimensi loghos yakni da‟i yang dipercayai oleh mad‟u atau khalayak karena beliau selalu berusaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain khususnya para santri dengan dakwahnya melalui pendidikan atau pengajian. Materi dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim mengenai ilmu Hadits yang mana sangat teliti dalam menjelaskan matan dan hafal sanad serta perawi Hadits. Materi yang disampaikan berkaitan dengan Hadits, 85% atau 90% berbicara tentang Hadits Bukhori dan Muslim. Sebab KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim punya sandaran perkataan ulama: “wahai manusia janganlah kau bersedih ditinggalkan oleh Rasulullah, bergembiralah engkau dengan atsar-atsar Rasulullah 72 Ceramah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Peringatan Maulid di Masjid Jami‟ AlMujahidin Tanah Kusir Kebayoran Selatan pada tanggal 12 Desember 2016 65 artinya Hadist dan siapa orang yang menaruh buku Hadits di dalam rumahnya maka seakan-akan Rasulullah berbicara dengan dia.73 Dalam materi Hadits menyinggung tentang rukun agama yaitu iman, Islam dan ihsan yang mana kalau bicara tentang Islam standarnya rukun Islam begitu juga iman standarnya rukun iman dan ihsan berkaitan dengan dengan akhlak yang paradigmanya merasa ketika beribadah sedang melihat Allah dan apabila tidak bisa maka merasa dirinya dilihat Allah. Iman merupakan asas (foundation) kemanusiaan, Islam merupakan bangunan (structure)-nya, sementara ihsan merupakan aksesorisnya.74 Ketiga pokok ini ada yang mewakili, misalnya mengenai Islam yaitu tentang Ilmu Fiqh, mengenai iman yaitu tentang Ilmu Tauhid dan mengenai ihsan yaitu tentang akhlak atau Tasawuf, dan juga tentang Hadits Rasulullah dalam kitab Shohih Bukhori. Dengan tiga pokok itu dapat manyentuh jiwa mad‟u sehingga dapat berpikir dan merasakan karena jiwa itu sistem nafsani terdiri dari akal, hati, bashirah atau pandangan mata bathin, syahwat atau motif kepada tingkah laku dan hawa atau dorongan objek yang rendah dan tercela. Materi yang diajarkan beliau tentang Islam, iman dan ihsan sering menggunakan Hadits dalam menyampaikan dan sesuai pada momen jadwal pengajaran. Namun sebelum menyampaikan dakwah ataupun pejalaran yakni haruslah muthola‟ah artinya harus mengulang dan membaca serta mempelajari lagi terlebih dahulu sekecil apapun kitabnya agar lebih terarah lagi dalam memberikan materi 73 Wawancara pribadi pengurus Masjid/Majelis Ta‟lim Raudhotul Jannah, Atma Wijaya pada tanggal 20 November 2016 di Masjid Raudhotul Jannah Jakarta Barat. 74 Abdul Mujib, Journal Tazkiya “Tipologi Manusia Dalam Psikologi Kepribadian Islam”, (Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah, 2007). 66 karena manfaatnya sangat besar dan saya bisa mencari masalah yang tidak saya pahami di kitab lain.75 Dalam berdakwah beliau menggunakan metode-metode dakwah. Karena suatu pesan dakwah yang baik, tadi disampaikan dengan cara yang salah akan berdampak ditolaknya pesan dakwah oleh mad‟u. Maka karena itu pentingnya metode dakwah bagi seorang da‟i sebagai persiapan untuk berdakwah ke masyarakat. Metode-metode dakwah itu ada tiga bagian, yaitu dakwah bi al-hikmah, mau‟idzhatul hasanah dan muzadalah billati hiya ahsan. Akan tetapi yang sering beliau gunakan adalah metode mau‟idzhoth hasanah berarti nasehat yang baik. Artinya adalah dakwah dengan yang disampaikan kepada mad‟u dengan perkataan lembut dan penuh kasih sayang dalam menyampaikan pesan dakwah kepada mad‟u sehingga nasihat dan ajaran Islam yang beliau sampaikan dapat menyentuh hati mad‟u. Dalam praktek dakwah mau‟idzhoh hasanah beliau mengisi materi dakwahnya berupa ceramah umum, khutbah jum‟at, pengajian-pengajian hampir setiap malam dengan mengkaji kitab di antaranya Shohih Bukhori, An-Nashoihud Diniyyah dan Shohih Bukhori.76 Dakwah mujadalah billati hiya ahsan adalah dakwah berdebat dengan cara yang baik untuk meneguhkan pandangan kita. Juga mempunyai arti berdiskusi atau berdebat dengan cara yang baik. Beliau lebih sering berdiskusi dengan jama‟ah. Ketika ta‟lim selesai sedikit tapi banyak yang menghampiri untuk bertanya masalah kehidupan jama‟ah untuk meminta 75 Wawancara pribadi dengan K.H. Hisyam Al-Burhani Hasyim (pimpinan Pon-Pes AlHidayah Basmol) pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 07.45 di kediamannya. 76 Data Observasi Peneliti Di Masjid dan Majelis Ta‟lim serta mengikuti pengajian rutin KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim setiap ahad pukul 06.00 WIB di Masjid Roudhotul Jannah Jakarta Barat. 67 pencerahan dan motivasi sebagai solusi bahkan ada yang langsung ke rumah beliau untuk berdiskusi masalah pribadi.77 Dakwah beliau itu bukan semata-mata dakwah dengan keinginannya, dakwahnya itu dengan apa yang dituntut oleh ulama. Jadi beliaulah yang mengajarkan dan menyampaikan sehingga ada tuntunannya jelas dari kitab-kitab pengarang ulama besar. Ketika ditanya beliau menjawab tidak dengan pendapat beliau saja namun dengan rujukan kitab.78 Pesan-pesan yang disampaikan KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim tidak sembarangan berucap dengan pendapat beliau saja namun juga dengan rujukan kitab yang telah dipelajari agar pesan-pesan dikemas dengan penjelasan yang rasional. 77 Data Observasi Peneliti Di Masjid dan Majelis Ta‟lim serta mengikuti pengajian rutin KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim setiap ahad pukul 06.00 WIB di Masjid Roudhotul Jannah Jakarta Barat. 78 Wawancara pribadi pengurus Masjid/Majelis Ta‟lim Raudhotul Jannah, Atma Wijaya pada tanggal 20 November 2016 di Masjid Raudhotul Jannah Jakarta Barat. 68 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kemudian diolah dan dianalisa maka hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya tentang Psikologi Komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Dalam Berdakwah di Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat, maka kesimpulannya yang merujuk pada pembatasan dan rumusan masalah yaitu: 1. Kekuatan ethos yang dimiliki KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah, dimana beliau salah satu seorang da‟i yang menjadi sumber kepercayaan bagi masyarakat, jama‟ah dan khususnya bagi santrinya. Karena memang beliau pemimpin pondok pesantren AlHidayah Basmol dan sebagai pengajar di wilayah tempat tinggalnya. Kredibilitas beliau lulusan Mekkah Al-Mukarramah di bawah naungan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Pada kata AlBurhani dalam namanya merupakan pemberian gurunya. Atraksi yang dimilikinya daya tari dari segi fisik dan penampilan busana memakai peci, putih, gamis, dan sorban. Semua atraksi KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim menumbuhkan dan menambahkan kekaguman mad‟u. Bahwa beliau telah berhasil menanamkan kekaguman pada mad‟u sehingga seluruh perilakunya diteladani. Kekuasaan adalah kemampuan da‟i dalam menimbulkan ketundukan. Adanya kekuasaan pada KH. 68 69 Hisyam Al-Burhani Hasyim karena memang mempunyai kelebihan ilmu dengan menguasai ilmu-ilmu hadits. 2. Kekuatan pathos dimana dakwah KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim menunjukan gaya dan bahasanya yang dapat membangkitkan para jama‟ah. Ketika berbicara tegas lugas dan bersemangat tentang kesatuan umat Islam karena banyak non-muslim di luar sana yang meremehkan umat Islam. Sikap yang berapi-api dan tegas, kala mengenai atau sangat-sangat serius sekali menanggapi pertanyaan-pertanyaan di dalam pengajian dan jawaban yang disampaikan sangat menyentuh dan mudah dicerna. 3. Kekuatan loghos KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim di saat memberikan pesan yang masuk akal dan mudah dipahami sehingga dapat menyentuh hati para jama‟ah, tentunya jika sudah menyentuh hati, uraian yang beliau sampaikan pasti memuaskan. Karena memang apa yang beliau ucapkan mengena dalam kehidupan sehari-hari santri juga jama‟ah. 4. Psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah di masyarakat merupakan implikasi KH. Hisyam AlBurhani Hasyim di masyarakat. Beliau berdakwah billisan melalui jama‟ah majelis ta‟lim dan masyarakat setempat, khutbah jum‟at di masjid-masjid serta ceramah di peringatan hari besar Islam di majelis ta‟lim lainnya dan dakwah bilhaal seperti mengagungkan guru, menghormati tamu, bersedakah dan memuliakan tetangga. 70 5. Saran-saran Ada beberapa saran yang peneliti ajukan dalam psikologi komunikator KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah: 1. Untuk menjadi seorang da‟i yang efektif harus mampu mempelajari psikologi komunikator agar dapat memberikan dorongan, mengadakan perubahan, mengarahkan dan memberikan keyakinan kepada mad‟u serta tercapainya tujuan dakwah. 2. Bagi seorang da‟i yang kredibilitas agar selalu konsisten dan istiqomah dalam menjalankan dakwah Islam, dengan melakukan perbaikan secara berketerusan, menjadi pencerah untuk semua orang yang ingin berusaha lebih baik sehingga tertanam suri tauladan bagi santri dan jama‟ah serta masyarakat. Karena istiqomah lebih baik dari 1000 karomah dan istiqomah itu memang berat yang ringan itu istirahat. 3. Jika menjadi seorang da‟i pelajarilah pengetahuan ilmu sains yang lebih ditingkatkan agar mad‟u mampu menguasai perkembangan ilmu komunikasi terkini halnya istilah kosakata modern yang bersifat ilmiah. 4. Kepada da‟i hendaklah mempunyai kemampuan kepercayaan, daya tarik dan kemampuan kekuasaan agar dapat memberi bekas dalam hati mad‟u serta dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. 71 DAFTAR PUSTAKA Al-Qaradhawi, Yusuf. Retorika Islam; Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah Islam, Jakarta: Pustaka Kautsar, 2007. Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009. ........ Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, h.28-29. Jakarta: AMZAH, 2008. Anshary, Isa. Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, h. 17. Bandung: CV Diponegoro 1999. Anshari, M. Hafi. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, cet ke-1, h 19. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer, Sebuah Studi Komunikasi hal, 237 Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Arifin, Muzayin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI, Ensiklopedia (Jakarta), h.385 Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam, h.12. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Djatnika, Rahmat. Ilmu Akhlak, h.26. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992. Fajar, Marheini. Ilmu Komunikasi (Teori & Praktek). hal 31. Jakarta: Graha Ilmu, 2009. Fattah, Abdul. Retorika Dakwah KH. Ahmad Syafi‟i Mustawa. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Hal, 210. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Hasanuddin, Hukum dam Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, h.34.Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial. hal. 122. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010. 72 Ilaihi,Wahyu. Komunikasi Dakwah. h. 176 Bandun g: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, hal 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). Ma‟luf, Luis. Kamus Al-Munjid, h.94. Beirut: Al-Maktabbah Al-Matulikiyyah,tt. Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitati. cet ke-10, h.3. Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 1993. Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. h.17. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999. Mujib, Abdul. Journal Tazkiya “Tipologi Manusia Dalam Psikologi Kepribadian Islam”, Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Mulkam, Abdul Munir. Idiologi Gerakan Dakwah, h.237-239. Yogyakarta:Sipress, 1996. Muhammad, Abi Abdullah. Shohih Al- Bukhori Juz Awwal, hal, 68. CV Penerbit Diponegoro. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi, cet ke-4 h.3. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. ............ Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rodakarya. 2013. ............ Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT Rosda Karya,1999. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta, hal 19. UIN Press 2007. Saputra, Wahidin Pengantar Ilmu Dakwah, h.262. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. ............ Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah), (Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006). Sarlito, Wirawan, Sarwono. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1991. 73 Sixmansyah, Leiza. Retorika Dakwah KH. Muhammad Syarif Hidayatullah. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014. Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. hal,56. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2014) cet ke-20. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. 1996, h. 7. Tim Dirosah Islamiyah Universitas Islam Jakarta, “Akhlak Islamiyyah”, h.5. Jakarta: PT Paramadina, 1995. Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet ke-10, h.360. Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Uchjana, Onong. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. hal 27. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003. Umar, Thoha Yahya. Ilmu Dakwah, h.1. Jakarta: Wijaya, 1971. Yani, Ahmad. Bekal Menjadi Khotib dan Muballigh. Jakarta: Al-Qalam, 2005. http://el-ghondrongy.blogspot.co.id/2012/10/sejarah-singkat-pon-pes-al-hidayah.html 74 LAMPIRAN Nama: KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim 1. Sejak kapan bapak kiyai berdakwah? Sejak pulang dari menuntut ilmu di Mekkah Al-Mukarromah di bawah asuhan Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani, dimana saya itu berangkat dari Indonesia pada bulan Juni tahun 1993 dan kembali menuju di Indonesia pada bulan Agustus tahun 2008 pada tahun itu pulalah saya mulai berdakwah. 2. Bagaimana perjalanan dakwah bapak kiyai? Alhamdulillah di era yang serba ada ini dari segi transportasi dan domisili itu sangat mendukung dalam aktifitas dakwah dibanding dengan zaman atau sejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat atau tabi‟in atau beberapa tahun setelahnya sangat membutuhkan pengorbanan yang luar biasa dimana tidak ada yang bisa kecuali orang-orang yang telah diberikan rahmat oleh Allah. Kemudian mulailah berangsur-ansur membaik, meskipun di sana masih banyak tantangan sampai ke era wali songo (di negara Indonesia). Dan alhamdulillah pada era sekarang dengan fasilitas yang saya sebutkan tadi, saya merasa perjalanan dakwah saya dan para da‟i rasakan saat ini hanya tinggal menikmati perjuangan para da‟i terdahulu yakni Rasulullah dan para pewaris beliau setelahnya paling kekurangan dakwah kita, kapasitas keilmuan kita saja yang jauh berkurang dibandingkan para ulama-ulama dahulu. 3. Menurut bapak kiyai apa yang dimaksud dengan dakwah? Dakwah diambil dari kata da‟a yang artinya mengajak, yang maksudnya mengajak kepada orang yang baik untuk lebih baik dan lebih istiqomah atau konsisten dan orang yang dalam proses perbaikan agar lebih yakin dengan kebaikan yang sedang ia jalani, serta lebih percaya diri dalam menjalani proses itu, juga mengajak orang yang tergelincir di jalan yang buruk artinya tidak diridhoi Allah kepada jalan yang lurus atau diridhoi Allah yang pada ayat qur‟an Allah berfirman Waltakumminkum ummatun yad‟uuna ilalkhoiri wa ya‟muruuna bil ma‟ruufi wa yanhauna „anilmunkari wa ulaaika humu muflihuun. 4. Menurut bapak kiyai, apa yang dimaksud dengan da‟i? Da‟i yaitu orang yang mengajak kepada kebaikan itu dan orang itu bukan hanya orang alim atau kiyai atau ulama atau habaib tapi semua orang muslim dan mukmin karena Allah berfirman: Kuntum khoiru ummatin ukhrijat linnaas ta‟muruuna bilma‟ruufi wa tanhauna “anilmunkar wa tu‟minuna billah Terhadap semua muslim tidak disyariatkan harus kiyai bahkan nabi dan hadits menyatakan: ballighuu „anni walau aayah. 74 75 Meskipun demikian seorang da‟i harus mengetahui pada kapasitas ilmu juga berbicara di luar keilmuannya, kalau tidak tahu katakan tidak tahu jangan sampai menyesatkan orang dengan fatwa-fatwanya. 5. Menurut bapak kyai, bagaimana cara penyampaian pesan dakwah agar mampu menjadi stimulus yang direspon masyarakat? Nabi telah mengajarkan dalam berdakwah salah satunya sebagaimana dalam sabdanya nazzilunnaasa „ala qodri „uquulihim. Turunkan manusia sesuai dengan akal mereka, jadi dengan Bahasa masyarakat awam beliau anggap dakwah di kalangan umum dengan Bahasa sesuai yang mereka mengerti, seorang da‟i berdakwah yang terpenting adalah diterima di semua kalangan, buat apa menggunakan Bahasa asing atau modern tapi tidak dimengerti oleh sebagian kalangan saja, lebih baik menggunakan Bahasa kampung tapi semua orang mengerti karena yang dinamakan fasih atau fashihatul kalam adalah Bahasa atau ucapan yang diterima semua kalangan. 6. Menurut bapak kiyai, bagaimana kredibilatas seorang da‟i? Kredibillitas seorang da‟i itu harus ibda‟ binnafsik mulai dari diri sendiri serta keluarga sebagai contoh bagi masyarakat. Kemudian mental harus siap menjadi pewaris nabi karena da‟i harus mempunyai kelebihan dalam dirinya agar dapat diterima dakwahnya. Lalu harus mempunyai ilmu pengetahuan karena memang ilmu pengetahuan amat sangat penting khususnya pengetahuan tentang agama dan umumnya pengetahuan selainnya. Seorang da‟i mengetahui pikiran atau keadaan mad‟u dan juga citra positif dakwah agar komunikasi antara da‟i dan jama‟ah lancar. 7. Bagaimana pesona da‟i dalam berdakwah? Dalam hadist nabi SAW menyatakan “kullu muyassarun lima khuliqo lahu.. Meskipun hadits itu tentang kelompok orang yang telah ditentukan masuk surga jalan menuju ke sana bagi mereka segalanya mudah, semoga Allah menjadikan kami di antara mereka, tapi hadits itu baik juga kita jadikan dalil bahwa segala sesuatu akan terasa ringan atau mudah bagi seseorang yang telah disiapkan untuk itu, seorang da‟i akan terasa asyik dengan dakwah kemana pun dia pergi, jam berapa pun dan kapan pun harus berangkat tidak akan ada beban segalanya akan terasa nikmat kalau kita sudah nyaman dengan pekerjaan kita bukan hanya dakwah apapun pekerjaan itu dokter petani maupun supir 8. Bagaimana bentuk dakwah yang bapak kiyai gunakan? Banyak bentuk dakwah yaitu ada yang berdakwah dengan berhadapan secara tatap muka,bahkan lewat media cetak atau elektronik. Ada pun bentuk dakwah yang saya gunakan adalah dalam bentuk dakwah billisan kepada santri-santri saya pondok pesantren dan secara formal masjid atau 76 muhadhoroh dan majelis ta‟lim perusahaan, kebetulan saya di rumah ada pesantren yang didirikan oleh Alm. Orang tua saya Kh. Mas‟ud pada tahun 1986 dengan nama Al-Hidayah Basmol yang bergerak dalam bidang pendidikan agama MTS/MA dan yang tinggal di pondok santri laki-laki maupun perempuan kurang lebih 450 santri. Demikian juga ada majelis ta‟lim yang pertama kali diasuh oleh bapaknya kepada saya (buyut) KH. Abdul Ghoni dan pengajian itu berumur lebih dari 70 tahun. Demikian juga pengajian yang didirikan oleh kakek saya Kh Mas‟ud dan ayah saya Kh. M Hasyim juga pengajian yang saya dalam satu minggu mengajar di majleis ta‟lim sebanyak 15 majelis di luar pondok pesantren yang hampir tiap hari dua kali yaitu setelah shubuh dan setelah maghrib, semua itu membahas hadits, fiqh, membaca al-Qur‟an, tafsir al-Qur‟an, tasawuf dan lain-lain. kemudian dakwah bilhal saya yakni dengan menjadikan diri saya sebagai suri taudalan bagi diri saya, keluarga dan masyarakat dengan cara bertingkah laku seperti yang diajarkan rasulullah SAW. Dakwah bilqolam saya itu dengan membuat karya tulisan yang berjudul biografi Imam Al-Bukhori, Panduan Umroh dan Ziarah Rasulullah SAW dan Fiqh Syiam. Karya yang berjudul biografi Imam Bukhori karena memang saya sangat suka dengan hadits dan saya menyampaikan pelajaran hadits dalam kitab shohih bukhori sampai muncul ide untuk membuat karya tersebut dengan ada biografi Imam Bukhori mereka akan tahu siapa itu Imam Bukhori yang mana mereka belajar hadits dari kitab Shohih Bukhori 9. Bagaimana aktivitas dakwah billisan Tabligh bapak kiyai? Kalau di kalangan umum biasanya saya menghadiri undangan perayaan hari besar Islam seperti Maulid, Isra‟ Mi‟raj, tabligh akbar dan semacamnya. 10. Apa yang menjadi tolak ukur dakwah bapak kyai yang diberikan kepada mad‟u dapat diterima dengan baik? Di masyarakat umum kita memberikan sesuai yang dibutuhkan mereka dan itu kebanyakan tentang bersuci dan yang berhubungan dengan ya serta fiqh ibadah, berbeda dengan pesantren yang harus juga diberikan pembahasan ilmiah juga tatap mazhab agar mereka bisa menyikapi ketika terjun di masyarakat. 11. Bagaimana konsep dakwah bapak kiyai? Karena pengajian saya itu bentuk rutinitas yang hampir semua itu satu minggu sekali dan kitab yang lebih ditentukan jadi saya membahas sesuai dengan urutan yang ada di kitab tersebut. Biasanya kalau fiqh dimulai dari bismillah dilanjutkan dengan kitab ash-asholah tafsir dari surat al-fatihah dan begitulah seluruhnya. 12. Bagaimana persiapan materi bapak kyai ketika ingin berdakwah? Haruslah bagi saya sebelum mengajar (berdakwah) itu mesti mutholaah sekecil apapun kitab itu agar lebih terarah lagi dalam memberikan materi di majelis itu. Demikian juga manfaatnya sangat besar dan saya bisa mencari masalah yang tidak saya pahami di kitab lain. 77 13. Bagaimana persiapan busana ketika bapak kyai ingin berdakwah? Memang tidak dipungkiri bahwa sebelum berdakwah/mengajar kita harus memilih baju yang saya pakai tapi pada umumnya pakaian saya pakai itu baju koko warna putih dan kopiah kain sarung, sorban dan juga terkadang pakai gamis panjang serta sorban 14. Bagaimana persiapan retorika bapak kiyai ingin berdakwah? Tidak terlalu penting sekali bagi saya meskipun juga suatu nanti saya harus menyampaikan dengan suara pelan dan keras karena fokus dengan dakwah/pengajaran kita. Yang terpenting adalah cara penyampaian kita dengan tertata dan apik sehingga mad‟u paham hikmah dari pesan dakwah. 15. Bagaimana persiapan metode bapak kiyai dalam berdakwah? Metode dakwah dalam surat an-Nahl ada tiga yaitu, yang pertama bilhikmah yakni dengan kebijaksanaan, kedua mau‟idzhoh hasanah yakni dakwah dengan nasehat yang baik dan ketiga mujadalah billati hiya ahsan yakni berdebat atau berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah dan meneguhkan pendapat. Hampir semua saya pakai tapi yang lebih dominan dakwah dengan mau‟idzoh hasanah karena memang metode tersebut yang sangat menyentuh hati para mad‟u. 16. Bagaimana respon jama‟ah di saat bapak kyai memberikan materi? Alhamdulillah wa bifadhlillah sejak dari awal saya berdakwah dan mengajar sampai saat ini (8 tahun) saya melihat jama‟ah makin bertambah, saya mengira itu karena khusnudzon yang mereka tunjukkan terhadap saya 17. Bagaimana antusiasme jama‟ah ketika mendengar dan memperhatikan bapak kyai berdakwah? Yang saya perhatikan mereka sepertinya menyimak tapi entah yah apakah pikiran mereka dengar saya atau tidak tapi yang jelas karena pengajian ini sifatnya tidak ada kewajiban kamu hadir dan tidak ada pungutan biaya saya rasa mereka datang bukan untuk menghayal dan buang-buang waktu, jadi saya yakin mereka bersama saya ketika saya mengajar berdakwah buktinya terkadang ada pertanyaan yang mereka ajukan dalam ta‟lim tersebut. 18. Apakah ada perubahan sikap dari jama‟ah setelah mendengarkan dan memperhatikan dakwah bapak kyai? Saya tidak terlalu memperhatikan kalau terhadap jama‟ah majelis ta‟lim karena yang hadir di antara mereka adalah orang-orang yang sudah dewasa dan berkeluarga bahkan orang-orang sepuh secara keseluruhan mereka sangat ta‟zim kepada guru. Tapi jika di pesantren saya bisa lihat dari semula mereka yang tidak pernah/jarang sholat berjama‟ah di rumah sekarang mereka sudah terbiasa ….juga tahajjud, sholat dhuha dan puasa-puasa Sunnah demikian juga perubahan tingkah laku. 78 19. Dalam berdakwah, apakah ada hambatan atau kesulitan? Jika ada apa hambatannya? Sepertinya tidak ada hambatan yang berarti kecuali kalau kondisi badan dan cuaca yang kurang baik sehingga harus saya liburkan. 20. Bagaimana mengatasi hambatan atau kesulitan tersebut? Dalam mengatasi hambatan tentu dengan menjaga kondisi tubuh tetap prima tapi itu semua kita kembalikan kepada Allah “faidza maridhtu fahuwa yasyfiin”. 79 Nama: Muhammad Nur, S.Ag Umur: 44 tahun Jabaratan: Guru Yayasan Al-Hidayah 1. Bagaimana sosok Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim di mata anda? Kh. Sosok yang berwibawa, di satu sisi beliau sangat serius tapi di satu sisi beliau ini cukup humoris dan juga cukup bersahabat. 2. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim? Dakwah beliau cukup bagus karena menyentuh semua kalangan, baik itu dari santri maupun kalangan para asatidz, terutama tempat saya mengajar juga memang muridnya asatidz semua, kemudian di tempat lain juga beliau banyak berdakwah di pengajian secara khusus maupun lainnya. 3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah yang digunakan? Saya menyukai beliau berdakwah karena cukup bagus dalam menyampaikan hadits terutama, kemudian banyak juga beberapa teman yang menyukai yaitu tentang sanad-sanad hadits atau sandaran hadits yang disampaikan dan juga hafal perawi-perawinya, apalagi menyampaikan tentang maqolah-maqolah dari para ulama dari kitabnya beliau seperti hafal di luar kepala. 4. Sebagai mad‟u, apakah dakwah Kh. Hisyam memuaskan? Kalo secara umum ya kan tentunya beda-beda ya pendapat orang ada yang lebih suka kebanyakan humornya dibanding isi, kalau beliau lebih banyak isi deibanding humornya, karena saya suka yang seperti itu juga penyampaiannya tegas, lugas. 5. Apa ciri khas Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah? Ciri khas beliau berdakwah mungkin dengan suara keras menggelegar itu aja, beliau rata jadi beliau sangat-sangat bersemangat sekali terus dari awal sampai akhir, dan juga ciri khas beliau banyak lagi seperti nukilan-nukilan, qoul-qoul ulama yang beliau sampaikan yang cukup panjang tentunya dengan bahasa Arab yang faseh. 6. Apakah anda memahami dakwah yang beliau sampaikan? Sangat paham tentunya karena memang semua mengandung ilmu, dana pa yang beliau sampaikan cukup mengena dengan perjalanan ibadah kita sehari-hari. 80 7. Menurut anda, bagaimana sikap Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah? Sikapnya berapi-api dan tegas, kala mengenai atau sangat-sangat serius sekali menggapi pertanyaan-pertanyaan di dalam pengajian dan jawaban yang disampaikan sangat memuaskan. 8. Apakah topik yang dibahas menyentuh hati dan tepat pada situasi saat itu? Sangat-sangat menyentuh dan sangat tepat apa yang beliau sampaikan baik dengan contohcontohnya 9. Apa materi yang sering beliau sampaikan dalam berdakwah? Materinya banyak tentang sejarah, aqidah dan hukum fiqh tentunya dengan sandaran hadist shohih yaitu shoheh bukhori. Ttd. Muhammad Nur, S.Ag 81 Nama: Atma wijaya Umur: 30thn Jabatan: Pengurus Masjid/Majelis Ta‟lim Roudhotul Jannah 1. Bagaimana sosok Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim di mata anda? Menurut saya awalnya saya menganggap abuya masih saudara karena saudara saya menikah dengan pamannya Kh. Hisyam namun berjalannya waktu abuya saya anggap sebagai orang tua bahkan lebih dari orang tua apapun yang beliau lakukan sangat merespon dengan semangat yang tinggi sampai ana memiliki rasa tidak ingin jauh dari abuya, kalau bisa jangan sampai tertinggal sama abuya, beberapa majelis sekali pun ada waktu, saya harus hadir seperti malam jum‟at di klingkit awalnya gak hadir ketika dengar abuya mengajar langsung ana hadir, dawam sampai sekarang dan alhamdulillah masih istiqomah, abuya sebagai orang tua bukan sekedar guru. 2. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim? Buya mengajar itu, beliau selalu merujuk kepada kitab-kitab yang pernah diajarkan oleh Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, dakwahnya itu bukan semata-mata dakwah dengan keinginannya, dakwahnya itu dengan memang apa yang dituntut ulama iya beliahlah yang mengajarkan dan menyampaikan. Jadi dakwahnya ada tuntunannyanya jelas dari kitab-kitab pengarang ulama besar. 3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah yang digunakan? Kalau suka atau tidak suka itu relatif, jika saya bicara suka 100% nanti dianggap panatik, tapi selama ini apa yang disampaikan abuya itu saya 100% setuju, 100% menyukainya dengan gayanya beliau dengan cara nya beliau menyampaikan itu sangat-sangat setuju. 4. Sebagai mad‟u, apakah dakwah Kh. Hisyam memuaskan? Sangat-sangat memuaskan, karena menurut pengalaman pribadi, ketika ana ada masalah, masalah pribadi ingin rasanya ngomong gini “abuya ana punya masalah gini-gini” tapi itu ketahan, sekalipun waktu itu ana jemput ke rumahnya untuk ngaji, sambil jalan mau ngomong itu ketahan ternyata di pengajian itu terjawab semuanya. Permasalah terjawab semua, itulah dengan melihat jama‟ah yang lain juga, mendengar omongan di luar sana, jama‟ah sangat-sangat puas dengan kehadiran abuya dengan penyampaian abuya. 5. Apa ciri khas Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah? Ciri khas abuya itu ketika beliau menyampaikan sesuatu, beliau selalu melihat ke atas seperti ditanya sebelum menjawab melihat ke atas seakan-akan ada sesuatu yang memberikan ilham pentunjuk gitu, jika diperhatikan seperti itu, mungkin menurut kita itu sedang berpikir iya memang berpikir tapi terlihatnya beda karena pernah ada kejadian, waktu ana tanya sama temen, 82 abuya teman ana mau ke Madinah namanya wildan kemuadian abuya bengong dan melihat ke atas, coba dah ntar dah, sehingga sampai saat ini teman ana gak bisa berangkat ke Madinah iya itu lah ciri khas abuya ketika ditanya yang perlu ditafsir karena berpikirnya lebih teliti lagi dan tidak asal. 6. Apakah anda memahami dakwah yang beliau sampaikan? Untuk memahami ketika kita sudah puas artinya kita sudah sangat memahami tinggal nanti tergantung gimana prakteknya, ya namanya juga manusia ada khilaf ada lupa itu sesuatu yang wajar di kalangan manusia. 7. Menurut anda, bagaimana sikap Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah? Sikap abuya tegas lugas namun tetap dengan koridor-koridor yang ada rujukannya ada kitabnya itu beliau tidak bisa memutuskan hukum kalau memang beliau belum tau hukum itu ada di kitab apa. 8. Apakah topik yang dibahas menyentuh hati dan tepat pada situasi saat itu? Semua topik permasalahan itu tergantung kondisional juga, ketika pengajian bab apa, memang di situ sangat menyentuh ke hati, terus juga ditambah lagi dengan pemahaman abuya yang sangat luas sampe-sampe satu kitab itu dirujuk di beberapa kitab yang lain, ada kitab ini ini dan ini di jadikan satu, nah itu menambah kita lebih menyentuh. 9. Apa materi yang sering beliau sampaikan dalam berdakwah? Kalau beliau itu terlihat orang yang sangat mengamalkan hadist, dari omongannya dari sikapnya selalu berbicara dikit-dikit hadits dikit-dikit hadits, memang selama ini yang saya alamin materi yang disampaikan berkaitan dengan hadits, dari persentase 85% atau 90% berbicara tentang hadits iya baik itu hadits bukhori muslim dan lain-lain. pokoknya yang beliau sampaikan sesuai dengan hadits, sebab beliau punya sandaran perkataan ulama “wahai manusia janganlah kau bersedih ditinggalkan oleh Rasulullah maka engkau bergembiralah dengan atsar-atsar Rasulullah artinya hadits, dan siapa orang yang menaruh buku hadits di rumahnya dan seakan-akan rasulullah berbicara dengan dia. Itulah yang membuat beliau gemar dengan hadits dan hadits itu memang benar-benar ditempatkan yang kedua. Ttd Atma Wijaya 83 Nama: Rizki Jaelani Umur: 17 Jabatan: Santri Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol 1. Bagaimana sosok Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim di mata anda? Di mata saya KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim sosok ulama yang kharismatik, yang mau berbaur kepada masyarakat dan beliaulah ulama yang sangat menyukai sikap khidmat kepada guru dengan cara beliau bercerita ketika mondok, beliau sangat menghormatu gurunya. 2. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim? Dakwah Kh. Hisyam itu mencerminkan sikap gurunya yaitu Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Malaki Al-Hasani, seperti tata cara berbicara kesopanan beliau dalam berdakwah. 3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim dalam berdakwah yang digunakan? Saya sangat menyukai cara penyampaian dakwah beliau karena beliau ketika menyampaikan dakwahnya cara berbicara seakan-akan guru beliau hadir di tempat tersebut. 4. Sebagai mad‟u, apakah dakwah Kh. Hisyam memuaskan? Sangat memuaskan, karena beliau berdakwah dengan tutur kata yang sopan, santun dan juga jelas untuk kita sebagai mad‟u. 5. Apa ciri khas Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah? Ciri khas beliau adalah ketika berdakwah beliau selalu memakai gamis, sorban, dan peci putih, selama beliau mondok sampai sekarang. Beliau tidak pernah memakai peci hitam namun hanya sekali dalam hidupnya ketika beliau menikah. 6. Apakah anda memahami dakwah yang beliau sampaikan? Ya saya sangat memahami karena beliau menjelaskan dengan sangat terperinci sampai akarakarnya ia terangkan, cara bicara beliau pun sangat jelas untuk dipahami. 7. Menurut anda, bagaimana sikap Kh. Hisyam Al-Burhani Hasyim ketika berdakwah? Sikap beliau ketika berdakwah beliau sangat tegas dalam berdakwah, sangat tenang dalam menjelaskan suatu masalah. 8. Apakah topik yang dibahas menyentuh hati dan tepat pada situasi saat itu? 84 Topik yang sering dibahas kepada santri adalah rasa mahabbah kita kepada guru dan beliau menanamkan rasa khidmat. 9. Apa materi yang sering beliau sampaikan dalam berdakwah? Materi yang sering beliau sampaikan kepada kami yaitu tentang ilmu hadist karena beliau sangat teliti dalam menerangkan ilmu hadist bukan hanya matannya saja tapi juga sanad dan perawinya serta sejarahnya. Ttd. Rizki Jaelani 85 Foto Bersama KH. Hisyam Al-Burhani Kegiatan Dakwah KH. Hiysam Al-Burhani Hasyim Hasyim Di Kediamannya Basmol Kembangan Dalam Rangka Maulid Nabi Muhammad SAW Di Masjid Jami‟ Al-Mujahidin Tanah Kusir Jakarta Utara Jakarta Barat Selatan Kegiatan Ta‟lim Mingguan di Masjid Roudhotul Jannah Rawa Buaya 86 Foto Bersama KH. Hisyam Al-Burhani Hasyim Di Kegiatan Dakwah Beliau Dalam Rangka Isro‟ Mi‟roj di Kampung Guji Duri Kepa Kebon Jeruk Kediamannya Basmol Kembangan Utara Jak-Bar Jak-Bar Kegiatan Dakwah Dalam Rangka Haul Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani di Masjid Al-Akhyar 87 Asrama Putri Pondok Pesantren Al-Hidayah Asrama Putra Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol Basmol Yayasan dan Pendidikan Islam Al-Hidayah Basmol Kembangan Utara Jakarta Barat