peranan pendidik dalam pengembangan fitrah sebagai potensi

advertisement
PERANAN PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN FITRAH SEBAGAI
POTENSI DASAR MANUSIA DI SMA DHARMA KARYA UT
PAMULANG, TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)
Disusun Oleh
MUHAMMAD ILZAM ASY’ARI
208011000027
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JAKARTA
2013 M / 1434 H
PERANAN PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN FITRAH SEBAGAI
POTENSI DASAR MANUSIA DI SMA DHARMA KARYA UT
PAMULANG, TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)
Oleh,
Muhammad Ilzam Asy'ari
208011000027
Di bawah bimbingan,
Marhamah Saleh, Lc. MA
NIP, 19720313 200801 2 010
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JAKARTA
2013 M / 1434 H
ABSTRAK
Peranan Pendidik dalam Pengembangan Fitrah sebagai Potensi Dasar
Manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang Selatan.
Kata Kunci : Peran Pendidik (Guru), Fitrah, Potensi Dasar.
Peran pendidik (guru) di sekolah selain mengajar juga harus memahami
dan mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa agar mempermudah
tercapainya tujuan pendidikan yakni menjadikan siswa yang dewasa, mandiri,
cerdas dan bertanggung jawab atas keluarga, masyarakat atau bangsa dan
negaranya.
Kurangnya perhatian dalam mengembangkan fitrah siswa ini akan
menimbulkan kesenjangan sosial. Misalnya sekarang masih banyak siswa yang
sering tawuran di sekolah, membuat anarki di jalan raya, balapan motor yang
mengganggu ketertiban lalu lintas di jalan raya, bahkan sampai berbuat kriminal
yang menewaskan nyawa seseorang.
Oleh karena permasalahan ini, peneliti ingin menelaah lebih dalam tentang
perang pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia.
Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang
Selatan. Objek penelitian ini yaitu siswa kelas XI yang dijadikan populasi dalam
penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sehingga
semuanya dapat di gambarkan sesuai dengan fenomena kondisi apa yang ada di
lapangan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa peran pendidik dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia di SMA Dharma Karya UT
Pamulang Kota Tangerang Selatan di peroleh rxy sebesar 0,22. Hal ini
menunjukkan korelasi antara variabel X (peran pendidik) dengan variabel Y
(mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar) merupakan korelasi positif yang
signifikan berada pada rentang 0,20 – 0,39 berarti terdapat korelasi positif yang
lemah/rendah. Dengan hasil KD (coefficient of determination) 4,84%. Ini
disebabkan peran guru sebagai motivator dan fasilitator dinilai kurang oleh
siswanya. Walaupun rendah/lemah yang terpenting ialah guru memberikan
kontribusi untuk mengembangkan potensi dasar siswa karena tidak hanya peran
pendidik di sekolah, peran dari keluarga dan masyarakat pun juga turut membantu
jika ingin mencapai tujuan yang maksimal dalam mengembangkan fitrah sebagai
potensi dasar siswa.
MUHAMMAD ILZAM ASY'ARI (Pendidikan Agama Islam)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang
telah melimpahkan kekuatan lahir dan bathin kepada diri penulis, sehingga setelah
melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya demikian juga para
pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasulullah Saw. Amiin…Yaa Robbal
Alamin.
Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,
baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan
dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan apresiasi dan
terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta
bapak Prof. Dr. H. Rif'at Syauqi, MA, selaku dosen seminar proposal beserta
seluruh staffnya.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Bahrissalim, M.Ag dan
sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag
beserta seluruh staafnya.
3.
Marhamah Saleh, Lc yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu
dalam rahmat dan lindungan Allah Swt. Sehingga ilmu yang diajarkan dapat
bermanfaat di kemudian hari.
ii
5.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat special penulis
haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada penulis yang tercinta,
Ayahanda H. Ach. Suja'I dan ibunda Hj. Sofiah serta keluarga penulis adinda
Alfin fiqih dan Thoriq Hidayatul Haq yang dengan segala pengorbanannya
yang tak pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan
petunjuk dari mereka berdua kiranya merupakan dorongan moril yang paling
efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
6.
Drs. Wahid Hasyim selaku kepala sekolah SMA Dharma Karya UT
Pamulang, Kota Tangerang Selatan beserta guru-guru dan stafnya yang telah
memberikan izin, bantuan, dorongan nasihat dan kerja samanya dalam
penelitian.
7.
Ibu pimpinan perpustakaan utama beserta stafnya, Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, segala kemudahan yang diberikan kepada
penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukunh penyelesaian skripsi
ini.
8.
Teman-temanku mahasiswa UIN khususnya Jurusan Pendidikan Agama
Islam angkatan 2008, teman-teman dekatku Jumar, Fahru, Bangun
Parlindungan, Siti Hanifah, Khodijah, Fitri, Romadhon yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan pahala
dari rahmat Allah Swt. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak . Amiin Yaa Rabbal alamiin.
Jakarta, 2 Januari 2013
Muhammad Ilzam Asy'ari
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK …………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………………..
7
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………………
8
D. Perumusan Masalah ……………………………………………………….
8
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...... 8
F. Manfaat Penelitian …………………………………………………………
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru (Pendidik) ………………………………………………………….
10
1. Pengertian Guru …………... ……………………………….…………..
10
2. Peran Guru ……………………………………………………………..
11
B. Fitrah dan Bentuk-Bentuknya …………………………………………..
15
1. Pengertian Fitrah ……………………………………………………….
15
2. Struktur dan Komponen Fitrah ………………………………………… 16
3. Fungsi Fitrah …………………………………………………………… 19
4. Faktor-faktor Penghambat Perkembangan Fitrah ……………………… 20
C. Potensi dan Pembagiannya ………………………………………………. 21
iv
D. Peran Pendidik dalam Mengatasi Penghambat
Perkembangan Fitrah ……………………………………………………… 23
E. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………………………. 30
F. Kerangka Berpikir …………………………………………………………. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………….. 33
B. Metode Penelitian ………………………………………………………… 33
C. Variabel Penelitian ……………………………………………………….. 34
D. Populasi dan Sampel ……………………………………………………… 34
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………….. 35
F. Isntrumen Penelitian ……………………………………………………… 35
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……………………………… 38
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Sekolah ……………………………………………………………… 42
B. Pengolahan Data …………………………………………………………. 46
C. Analisa Data ……………………………………………………………… 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 68
B. Saran-Saran ………………………………………………………………. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrument penelitian ……………………………………… 36
Tabel 3.2 Skor item alternatif jawaban responden …………………….............. 38
Tebel 3.3 Angka indeks korelasi "r" product moment ………………………….40
Tabel 4.1 Rekapitulasi keadaan guru SMA Dharma Karya UT ………………...45
Tabel 4.2 Keadaan siswa Tahun 2012-2013 …………………………………….47
Tabel 4.3 – 4.15 Peran Guru (Pendidik) ………………………………………...48
Tabel 4.16 – 4.27 Pengembangan Fitrah (Potensi dasar) ……………………… 57
Tabel 4.28 Hasil Perhitungan angket …………………………………………. 64
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 . Angket Siswa
Lampiran 2 . Hasil Wawancara
Lampiran 3 . Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 . Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 . Tabel Nilai Koefisien Korelasi "r" Product Moment
Lampiran 6 . Surat Keterangan Penelitian (Riset)
Lampiran 7 . Foto Sekolah Dharma Karya UT
Lampiran 8 . Surat Pernyataan Jurusan
Lampiran 9 . Surat Keterangan Bebas Biaya Kuliah
Lampiran 10 . Lembar Uji Referensi
Lampiran 11 . Pengesahan Uji Referensi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia
yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud dengan
kepribadian yang utama dan ideal adalah kepribadian yang memiliki
kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh
memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai yang menjadi
pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara.1
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini
untuk menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi saat ini dan
generasi yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan generasi-generasi muda
mempunyai sikap dan mental yang sangat tangguh, kuat dan istiqomah
sehingga tidak goyah dalam menghadapi segala masalah dan rintangan.
Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja sumber daya manusia
adalah hal yang utama yang perlu diperhatikan untuk menyiapkan SDM yang
handal dan berkualitas. Sebagai suatu upaya, pendidikan berusaha untuk
menjadikan manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa
1
Jalaluddin, Abdullah , Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997). h. 13
1
2
(Afektif), maupun dari segi karsa (psikomotorik). Pembinaan dari segi cipta
(kognitif) antara lain bisa dilakukan melalui peningkatan intelektualitas,
pendidikan dan logika dalam wujud penguasaan dan penerapan ilmu dan
teknologi. Pengembangan dari segi rasa dapat dilakukan melalui kegiatan dan
apersepsi kesenian dalam berbagai bentuk. Sedangkan karsa dikembangkan
melalui penanaman dan pengembangan etika, adat kebiasaan dan pendidikan
dalam rangka membangun kemampuan (potensi) manusia.
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan
merupakan
usaha
dari
manusia
dewasa
yang
telah
sadar
akan
kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan
nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar
nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugastugas hidupnya sebagai manusia, sesuai sifat hakiki dan ciri-ciri
kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian
usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa
kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar
menjadi pribadi yang bertanggung jawab.2
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan.3
Mungkin satu hal yang sangat penting perlu diingatkan kepada orang
tua dan para pendidik ialah bahwa yang terbentang di hadapan mereka
tidaklah mulus. Ada beberapa kendala besar yang menghadang mereka.
Kendala-kendala yang mereka hadapi dan harus dapat mereka taklukkan
misalnya seperti berupa ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung
keras kepala dan berani menentang pengarahan ayah dan guru. Atas nama
2
Ibid, h. 15
Umar Tirtarahardja, S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta, PT
Rineka Cipta, 2005), Cetakan Kedua, h. 37.
3
3
kebebasan, mereka berani mendebat, membantah, terutama dalam masalahmasalah agama sampai pada ambang batas meragukan kebenarannya.
Kenyataan ini jelas memerlukan banyak kesabaran, kesantunan dan sikap
lapang dada dari kaum ayah dan para didik.4
Dalam permasalahan ini yang lebih di tekankan adalah para pendidik
yang berfungsi sebagai pusat ilmu dan juga berhak mengatur kepada siswa
yang ada di sekolah. Maksud pendidik dari permasalahan skripsi ini adalah
seorang guru yang mengajar di sekolah. Pendidik harus tau apa yang di
inginkan oleh siswa, sebab jika itu tidak terjadi maka dampaknya akan fatal
yang diperoleh siswa.
Dalam hal ini pendidik adalah guru yang professional, karenanya
secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Tatkala
orang tua menyerahkan anaknya kepada guru. Hal itupun kemudian
berimplikasi bahwa orang tua tidak bisa menyerahkan anaknya kepada
sembarang guru, karena tidak setiap orang tua dapat menjadi guru.
Yang dimaksud sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang
merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru
harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi
belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil
tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip
belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain
guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaikbaiknya.
Pendidik seharusnya memahami dan mengenal potensi atau
kemampuan siswa masing-masing, karena setiap siswa dilahirkan dengan
membawa fitrah suci yang berbeda-beda. Oleh karena itu bagi pendidik untuk
tidak melakukan pendidikan dengan cara kekerasan di sekolah, sebab sekolah
adalah tempat siswa untuk menuntut ilmu dan mengembangkan potensi yang
4
M. Jamaluddin Mahfudz, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, Terj. Dari At- Tarbiyyah
Al Islam At-Thiflu Wal Maroohiq oleh Abdul Rosyad Shiddiq Dan Ahmad Vathir Zaman,
(Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2001), cet.1, h.7
4
mereka punya, bukan tempat pelatihan untuk menuntut mereka semua
sanggup dan mampu menguasai apa yang mereka pelajari dari sekolah
tersebut.
Sekolah merupakan tempat pengembangan potensi siswa, karena
siswa adalah manusia maka setiap manusia tidak lepas dari kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Guru atau pendidik yang profesional harusnya
memahami itu semua. Tapi kenyataannya di lapangan paradoks dengan teori
dan konsep tadi. masih banyak guru atau pendidik yang belum memahami
potensi atau bakat yang dimiliki oleh siswa, Maka timbullah kekerasan yang
diperoleh oleh siswa dari gurunya. Padahal jelas guru dituntut mempunyai
komitmen yang tinggi dalam membimbing, membina, dan mendidik siswa,
bukan untuk menekan, merusak dan melakukan kekerasan fisik kepada siswa.
Semua itu terjadi karena salah satu sebab yaitu guru masih belum mempunyai
karakter kematangan emosional.
Dalam bukunya Nuraida dan Rihlah Nur Aulia yang berjudul "
Character Building Guru PAI" dijelaskan bahwa seorang guru di haruskan
mempunyai karakter kematangan emosional (EQ). Emosi adalah keadaan
perasaan yang banyak berpengaruh pada perilaku. Biasanya emosi
merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu.
Bedasarkan pengertian emosi diatas maka dapat dipahami bahwa
emosi sangat penting untuk kehidupan kita. Emosi bisa berbahaya jika tidak
dikendalikan, tetapi emosi akan cerdas jika ia dijalankan selaras dengan
akal.5
Mengenal potensi atau bakat anak sangat mudah dan praktis yaitu
dengan cara mendiagnosa bukan dengan cara menekan sampai siswa mampu
dan sanggup apa yang guru harapkan. Memahami potensi siswa sangatlah
penting sejak awal mereka dididik dan dibimbing, sebab untuk memperoleh
tercapainya manusia yang dewasa, pintar, cerdas dan jenius haruslah
mengenal dan memulai dari awal kemampuan (potensi) apa yang mereka
5
Nuraida, Rihlah Nur Aulia, Character Building Guru PAI, (Jakarta: Aulia Publishing
House, 2008), Cetakan Kedua, h. 74
5
miliki lalu mereka tekuni hingga tercapailah titik terakhir dan tujuan apa yang
mereka harapkan. Salah satu sebabnya juga karena siswa tidak tahu bakat dan
potensi yang mereka punya, sehingga mereka tidak tepat dalam menentukan
pilihan yang sesuai dengan kemampuan (potensi) dan bakat yang mereka
miliki. "The Right Man The Right Of Job" orang yang tepat adalah orang
yang tepat menempatkan potensinya pada tempatnya dan pada bidangnya.
Sepanjang sejarah peradaban, kajian tentang manusia menduduki
ranking tertinggi dari sekian kajian yang ada. Selain obyeknya unik, kajian
itu dapat menghasilkan berbagai persepsi dan konsepsi yang berbeda.
Fenomena seperti itu dapat dipahami, sebab keberadaan manusia didunia
bukan sekedar ada dan berbeda, tetapi lebih penting lagi, ia dapat mengada.
Ia berperan sebagai obyek dan subyek sejarah, bahkan mampu mengubahnya.
Kehidupannya dinamis dan secara kualitatif berevolusi untuk mencapai
kesempurnaan. Karena itulah maka kajian tentang manusia, tanpa mengenal
perbedaan zaman, selalu relevan dan tidak akan pernah mengalami
kadaluarsa.
Citra manusia disini adalah gambaran tentang diri manusia yang
berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut
merupakan sunnah Allah yang dibawa sejak ia dilahirkan. Kondisi citra
manusia secara potensial tidak dapat berubah, sebab jika berubah maka
eksistensi manusia menjadi hilang, namun secara aktual, citra itu dapat
berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.
Pada awalnya manusia di lahirkan dengan fitrah yang suci, yang
meliputi jasmani dan akal (ruh). Semua manusia bisa menjadi orang jujur dan
dusta, takut dan berani, rajin dan malas. Tergantung pada dari segi mana yang
lebih dominan dalam diri manusia tersebut. Jika jujurnya yang lebih dominan
maka orang tersebut dikatakan orang yang jujur begitu juga sebaliknya, jika
takutnya yang lebih dominan maka orang tersebut dikatakan penakut begitu
juga sebaliknya. Semua ini adalah sunnatullah yang telah diberikan oleh
Tuhannya sebagai fitrah manusia, dan tidak lain hanya dengan pendidikanlah
6
fitrah itu dapat dikembangkan, baik di keluarganya, sekolahnya, maupun di
lingkungannya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, SMA DK UT Tangerang
memiliki beberapa komponen-komponen yang saling terkait antara satu
dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut tentunya memiliki
peranan tersendiri dalam proses pendidikan di lembaga tersebut. peranan
tersebut akan berjalan dengan baik apabila guru dan siswa saling mengerti
dan menghargai tugas dan kewajiban masing-masing.
Dalam hal ini penulis melihat dan mendapati data dari salah satu
tenaga pendidik yang sudah lama bekerja di lembaga tersebut, menyatakan
bahwa ada hal-hal tertentu yang harusnya tidak terjadi dalam sebuah lembaga
pendidikan. Sehingga banyak siswa-siswi di sekolah tersebut yang tidak
patuh, atau tidak senang dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah
tersebut, penulis juga melihat dengan mata sendiri dan menyaksikan guru di
sekolah tersebut menghukum salah satu muridnya dengan menjewer
telinganya yang tidak sanggup mengerjakan tugas. Dan ada juga guru yang
meremehkan kemampuan siswa dan siswi di sekolah tersebut. karena guru
tersebut tidak memahami tentang fitrah manusia sebagai potensi dasar siswa.
Karena setiap manusia terdapat kekurangan dan kelebihan sesuai dengan
bakat yang mereka miliki masing-masing.
Dari latar belakang masalah di atas inilah penulis di sini akan
mengupas permasalahan yang berhubungan dengan fitrah manusia yang sejak
dini sudah mulai dikembangkan melalui pendidikan. Tidak lain pertama fitrah
itu dikembangkan melalui lingkungan keluarga terlebih dahulu dan itu sangat
menentukan potensi, bakat dan minat si anak dalam kepribadiannya sebelum
masuk pada fase permulaan remaja. Secara psikologis anak itu sangat
cenderung kuat potensinya dalam menangkap suatu pelajaran dari ekstern diri
anak tersebut. Yang jadi masalah disini ialah bagaimana semestinya dan
idealnya mengembangkan fitrah manusia tersebut. pendidik atau orang tua di
haruskan mengenal terlebih dahulu potensi dasar apa yang dimiliki oleh si
anak dan lebih menonjol dalam kepribadiannya. Ternyata fenomena yang ada
7
terjadi kontradiktif antara harapan orang tua atau pendidik dengan ideologi
yang diterapkan kepada anaknya. Oleh karena itu Penulis tertarik ingin
mengetahui secara komprehensif dengan mengangkat judul “PERANAN
PENDIDIK
DALAM
PENGEMBANGAN
FITRAH
SEBAGAI
POTENSI DASAR MANUSIA DI SMA DHARMA KARYA UT
PAMULANG, TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas yang dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Pendidik yang masih banyak mengabaikan fitrah manusia dalam diri
seorang siswa SMA Dharma Karya UT.
2. Kurangnya kesadaran dari para pendidik akan perlunya memperhatikan
potensi yang dimiliki oleh seorang siswa SMA Dharma Karya UT.
3. Belum diketahui strategi pendidik yang efektif dan ideal dalam
mengembangkan fitrah atau kecenderungan potensi yang dimiliki oleh
seorang siswa SMA Dharma Karya UT.
4. Masih banyaknya siswa yang kurang berprestasi dan berprilaku negatif.
Seperti : Tawuran, malas, kurang tanggung jawab, bolos dll.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih terarah dan spesifik,
maka penulis memberikan pembatasan masalah peranan pendidik sebagai
berikut :
1. Perencanaan strategi yang dibuat dalam mengembangkan fitrah sebagai
potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.
2. Pelaksanaan
atau
penerapan
strategi
yang
telah
dibuat
untuk
pengembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya
UT.
8
3. Penelitian ini di batasi hanya pada siswa kelas XI SMA Dharma Karya
UT.
D. Perumusan Masalah
1. Adakah pengaruh peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai
potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?
2. Seberapa besar kontribusi peran pendidik dalam mengembangkan fitrah
sebagai potensi dasar yang dimiliki seorang siswa di SMA Dharma Karya
UT ?
3. Bagaimana langkah yang efektif dan idealnya untuk mengembangkan
fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian masalah yang akan dibahas dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah
sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.
2. Untuk
mengetahui
besarnya
kontribusi
pendidik
(guru)
dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma
Karya UT.
3. Untuk mengetahui langkah strategis yang efektif dan ideal dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar pada siswa SMA Dharma
Karya UT.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai
kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan. Beberapa pihak diharapkan dapat merasakan
manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung, pihak-pihak
tersebut adalah:
9
1. Tenaga pendidik (guru) di sekolah, sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan pelaksanaan pengembangan fitrah manusia.
2. Orang tua di rumah, sebagai bahan masukan dalam mendidik anak sejak
usia permulaan anak-anak hingga usia kematangan remaja.
3. Seluruh masyarakat luas, di lingkungan yang penuh tantangan ini sehingga
hasil penelitian ini dapat membantu sebagai bahan masukan dalam
mengembangkan pemuda dan pemudi sebagai harapan bangsa dan Negara.
4. Peneliti selanjutnya agar dapat membantu dalam menulis penelitian
tentang fitrah manusia yang berhubungan dengan pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. GURU (PENDIDIK)
1. Pengertian Guru (pendidik)
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab
dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang
disebut guru adalah orang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik
dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
tujuan akhir dari proses pendidikan.1
Guru sebagai orang tua anak ke dua di sekolah. Orang tua adalah
yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak
baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.2 Pendidik pertama dan utama
adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas
kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak
sangat tergantung pengasuhan, perhatian dan pendidikannya. Kesuksesan anak
kandung merupakan cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah
Swt :
1
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, h.15
UU RI No. 3 Th. 1997, Undang-Undang Peradilan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika,
1997), Cetakan Pertama, h. 54
2
10
11
 
        
Artinya :" Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka " (QS. Al-Tahrim:6)3
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta),
maupun psikomotorik (karsa).4 Pendidik juga berarti orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt. Dan
mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri.5
2. Peran Guru (Pendidik)
Peran guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus
menjadi fasilitator, kolaborator, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi
siswa. Karena guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar
kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran guru
sebagaimana dimaksud, maka peran siswa pun mengalami perubahan, dari
partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan
berbagi (sharing) pengetahuan/ keterampilan serta berpartisipasi sebanyak
mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain siswa juga dapat
3
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi
1, Cet-2, h. 88
4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 74-75.
5
Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), h.
26
12
belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa
lain.6
Setiap guru harus tahu, bahwa dunia menghendaki pertumbuhan
yang melebihi “pengorbanan” pola-pola herediter dari struktur dan fungsi saja
dalam suatu lingkungan geografis. Pertumbuhan yang berat sebelah semacam
ini sama sekali tidak memperhatikan lembaga-lembaga kebudayaan kita dan
juga mengabaikan cita-cita serta nilai yang dapat mengangkat kehidupan
manusia keatas taraf kehidupan dihutan. Pendidikan yang sebenarnya selalu
berusaha menaikkan manusia ketingkat kehidupan yang tertinggi dan terbaik
sebagai makhluk sosial.7
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
2. Individu yang sedang berkembang.
3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.8
Peran seorang pendidik juga berkedudukan tinggi dalam Islam,
karena pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilakunya yang buruk.9 Untuk mewujudkan pendidik yang
profesional berdasarkan roh Islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil
Rasulullah Saw sebagai pendidik yang ideal, karena hakikat diutusnya
Rasulullah ke atas muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan rahmat lilalamin. Semua sunnah Rasulullah menjadi panduan utama setelah al-Qur'an
bagi berbagai aspek kehidupan manusia terutama aspek pendidikan.
6
IIf Khoiru Ahmadi. Sofan Amri. Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu,
(Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), Cetakan Pertama, h. 191.
7
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. M. Buchori, (Jakarta: Aksara Baru,
1978), h.143.
8
Umar, op. cit., h. 52
9
Mujib, Mudzakkir, loc. cit.
13
Keberadaannya sebagai pendidik merupakan sumber konsep pendidikan yang
kebenarannya direkomendasikan Allah Swt.10
Kebanyakan para pendidik berpendapat bahwa tanggung jawab
yang terpenting itu adalah :
1. Tanggung jawab pendidikan iman.
2. Tanggung jawab pendidikan akhlak.
3. Tanggung jawab pendidikan fisik.
4. Tanggung jawab pendidikan intelektual.
5. Tanggung jawab pendidikan psikis
6. Tanggung jawab pendidikan sosial.
7. Tanggung jawab pendidikan seksual.11
Peran seorang guru dalam proses balajar-mengajar antara lain
adalah :
1. Guru sebagai "pengawas"
Agar belajar dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancar
dan mencapai tujuannya, disamping sebagai sumber informasi maka guru pun
harus bertindak sebagai pengawas dan penilai didalam proses belajar mengajar
lewat formasi diskusi. Dengan kata lain, dalam formasi diskusi ini guru
menentukan tujuannya dan prosedur untuk mencapainya.
2. Guru sebagai "Motivator"
Terutama bagi siswa – siswa yang belum cukup mampu untuk
mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun merumuskan serta
mengeluarkan pendapatnya sendiri maka agar formasi diskusi dapat
diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan mendorong
setiap (anggota) kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan
kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin.12
10
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), Cetakan ke-1, h. 1.
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Dari
Tarbiyatul Aulad fil Islam (Edisi Bahasa Arab) Juz I oleh Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Ali,
(Semarang: Asy-Syifa', 1981), Cetakan ke-3, h. 149
12
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
edisi revisi, h. 171.
11
14
3. Guru sebagai "Pendidik"
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh Karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
4. Guru sebagai "Innovator"
Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis
berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan
diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi
peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses
belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya. 13
5. Guru sebagai "Mediator dan Fasilitator"
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
6. Guru sebagai "Evaluator"
Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat.14
Guru memainkan peranan yang penting dalam menggalakkan
murid-murid cintakan pelajaran. Dia harus mempunyai sifat-sifat yang boleh
dipercayai untuk memikul tugas menjadi guru. Di samping mempunyai
kebolehan tentang mata pelajaran yang diajar. Oleh karena itu seorang guru
harus mempunyai kecintaan yang sungguh-sungguh terhadap kerjanya. Dia
harus mempunyai hasrat yang benar-benar ikhlas ingin menolong muridmuridnya. Kemajuan murid-murid tidak syak lagi mempunyai hubungan rapat
dengan guru dan sekolah. Suasana disekolah mempunyai kesan yang besar
terhadap kejayaan murid. Sekolah adalah rumah kedua bagi murid-murid dan
13
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet
ke-7, h. 37
14
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2009), Cet. Ke-23, h. 9
15
guru adalah ibu bapak kedua kepada mereka. Memang sudah menjadi
tanggung jawab seorang guru itu untuk menaikkan taraf muridnya agar
menjadi insan yang berguna kepada agama, Negara dan bangsa.15
B. FITRAH DAN BENTUK-BENTUKNYA
1. Pengertian Fitrah
Al-fitrah dalam kamus Al-Munawwir artinya sifat pembawaan
(yang ada sejak lahir), ciptaan, agama, sunnah dan dalam keadaan menurut
fitrahnya.16
Pada dasarnya, fitrah manusia adalah senantiasa tunduk kepada Zat
yang hanif (Allah) melalui agama yang disyari'atkan padanya. Fitrah
merupakan anugerah Allah yang telah diberikan-Nya kepada manusia sejak
dalam alam rahim. Ketika lahir, potensi anak belum diketahui. Pada masa ini
seorang anak hanya membawa insting (gharizah), seperti menangis,
merasakan haus, lapar dan lain sebagainya. Dengan perangkat fisik dan
psikisnya, potensi tersebut bertahap mengalami perkembangan ke arah yang
lebih baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif dan
efisien adalah melalui pendidikan.17
Menurut bahasa fitrah berarti asal kejadian (ibda', khalq), kesucian
dan agama yang benar. Fitrah manusia menurut ajaran Islam adalah bebas dari
noda dan dosa, seperti bayi yang lahir dari perut ibunya. Fitrah dengan arti
"agama yang benar", yaitu agama Allah, sebagaimana dijelaskan QS. Ar-rum
(30) ayat 30:
                   
        
15
Amina Noor, Mendidik anak Pintar Cerdas Bermula Dari Alam Rahim…, (Kuala
Lumpur, Darul Nu'man, 1995), Cetakan Pertama, h. 133
16
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Cet ke-14, h. 1063.
17
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet.1, h. 122
16
Artinya: " Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ".
fitrah Allah pada ayat diatas maksudnya ciptaan Allah. manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.18
Dalam pandangan islam keberagamaan berarti fitrah (sesuatu
yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya).19 Dengan
demikian, secara sederhana, fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula,
atau bawaannya sejak lahir.
Fitrah berarti “terbukanya sesuatu dan melahirkannya” , seperti
orang yang berbuka puasa. Dari makna dasar tersebut maka berkembang
menjadi dua makna pokok; pertama, fitrah berarti al-insyiqaq atau al-syaqq
yang berarti al-inkisar (pecah atau belah)., kedua, fitrah berarti al-khilqah, alijad atau al-ibda’ (penciptaan).
2. Struktur Dan Komponen Fitrah
Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat segera diketahui bahwa
struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 sebagai berikut :
Pertama, fitrah beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai
intinya. Faktor keturunan psikologis (heriditas kejiwaan) orang tua anak
merupakan salah satu aspek dari kemampuan dasar manusia.
Kedua, fitrah dalam bentuk bakat (mahabib) dan kecenderungan
(qabiliyat) yang mengacu kepada keimanan kepada Allah Swt. Dengan
demikian, fitrah mengandung komponen psikologis yang berupa keimanan
tersebut. Hal tersebut terjadi, karena iman bagi seorang mukmin merupakan
18
Ahsin w. Al-hafidz, Kamus Ilmu Al-qur'an, (Jakarta: Amzah Sinar Grafika Offset,
2008), Cet-3, h. 78.
19
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka,2005), cet XVI, h.375.
17
daya penggerak utama (elan vital) dalam dirinya yang memberi semangat
untuk selalu mencari kebenaran hakiki dari Allah Swt.
Ketiga, fitrah berupa naluri dan kewahyuan (revilasi), yang
keduanya bagaikan dua sisi dari satu mata uang logam; keduanya saling
terpadu dalam perkembangan manusia. Mata uang itulah yang dapat
diibaratkan fitrah. Yakni dari satu sisi ia adalah potensi, dan dari sisi lain ia
adalah wahyu.20
Keempat, fitrah berupa kemampuan dasar untuk beragama secara
umum, yakni tidak terbatas pada agama islam saja, melainkan pada agama
lainnya. Dan dengan dasar kemampuan inilah manusia dapat dididik menjadi
orang Yahudi, Nasrani atau Majusi, namun tidak dapat di didik menjadi ateis
(anti tuhan).21
Sebuah sabda Nabi Saw yang populer, yang banyak disitir oleh
para ulama’ antara lain sebagai berikut:
Artinya:“Dari Abu Hurairah ra., berkata: Rasulullah bersabda :
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (H.R. Bukhari
dan muslim)
Hadits di atas mengandung pengertian bahwa setiap anak
dilahirkan dengan membawa potensi. Baik atau buruknya potensi yang
dikeluarkannya kemudian tergantung kepada lingkungannya. Untuk itu proses
pendidikan sangat menentukan pengembangan potensi tersebut. maka kata
fitrah berarti kecendrungan beragama yang terdapat dalam diri manusia.
Kecendrungan beragama tersebut dapat terwujud menjadi Yahudi, Nasrani
atau Majusi, amat bergantung pada lingkungan dan proses pendidikan yang
20
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), c. I, h. 5.
21
Abuddin Nata, “Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran”, (Jakarta, Kencana,
2009), c. I, h. 79.
18
diberikan kepadanya, terutama pendidikan yang diberikan oleh kedua orang
tuanya.22
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah
ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk
mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminologi Islam, dorongan ini
dikenal dengan hidayat al-diniyyat. Berupa benih-benih keberagaman yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini
manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama.23
Demikianlah, sejak saat kelahirannya yang pertama, fitrah
keimanan kepada Allah menetap pada diri seorang anak, dan terbentuk atas
agama yang lurus, yang merupakan perkara yang menuntut perhatian dari kita
terhadap naluri ini dan penjagaan atasnya. Setiap bayi yang terlahir diatas
fitrah, hingga kedua orang tuanya menjadikannya yahudi atau nasrani.
Asal manusia terlahir atas fitrah yang bersih, mengimani Allah
dan mengarah kepada agama yang lurus. Apabila kita temui adanya
penyimpangan dari hal itu, maka itu karena pengaruh kedua orang tua. Orang
tua yahudi akan berpengaruh terhadap fitrah bayi yang terlahir, sehingga
kesiapannya menerima islam berubah menjadi menerima yahudi.24
Kelima, fitrah memiliki komponen yang meliputi 1). Bakat dan
kecerdasan, yaitu suatu kemampuan bawaan yang potensial yang mengacu
kepada
perkembangan
kemampuan
akademis
(ilmiah)
dan
keahlian
(professional) dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada
kemampuan kognitif (daya cipta), konasi (kehendak) dan emosi (rasa) yang
disebut dalam psikologi filosofis dengan istilah tri chotomi (tiga kekuatan
rohaniah), 2). Insting (naluri) atau gharizah, yaitu kemampuan barbuat atau
bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu.
Kemampuan insting ini merupakan pembawaan sejak lahir. Dalam psikologi
22
23
Ibid, h. 75.
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Revisi -
12, h. 67
24
Husain Madzahiri, Pintar Mendidik Anak, Terj. Dari Tarbiyah Ath-thifl fi Ar-ru'yah AlIslamiyah oleh Segaf Abdillah dan Miqdad Turkan, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1999), Cet-2,
h. 166
19
pendidikan, kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat
sesuatu dengan tanpa melalui belajar dahulu. Jenis-jenis tingkah laku yang
digolongkan kedalam insting ini adalah melarikan diri (flight), menolak
(repulse), ingin tahu (curiosity), melawan (pugnacity), merendahkan diri (self
absement), menonjolkan diri (self assertion), berhubungan seksual (
acquisition), mencari sesuatu (question), membangun sesuatu (contruktion)
dan menarik perhatian orang lain (appeal), intuisi (ilham), watak asli
(character), nafsu (drives) dan hereditas (keturunan).
Berbagai kecakapan
yang dibawa sejak lahir ini dapat
ditumbuhkan, dikembangkan dan dibina lebih lanjut dan menjadi mahir dan
terampil melalui pendidikan dan pengajaran, dan disinilah salah satu letak
hubungan yang fungsional dan simbiotis antara fitrah dan kegiatan
pembelajaran.25
Dalam penelitian ini penulis memberikan interpretasi bahwa arti
fitrah yaitu kecenderungan potensi siswa yang bisa dikembangkan melalui
pendidikan agar menjadi nilai yang lebih di masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Fungsi Fitrah
Konsep fitrah sebagaimana yang tergambar pada uraian diatas
menunjukkan citra unik manusia, yang mana citra unik itu menjadi landasan
bagi konstruksi psikologi Islam. Citra unik manusia dalam psikologi Islam
dapat disederhanakan dalam dua poin berikut ini:
Pertama, manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti
membawa potensi suci, ber-Islam, bertauhid, ikhlas dan mampu memikul
amanah Allah Swt. Untuk menjadi khalifah dan hamba-Nya dimuka bumi, dan
memiliki potensi dan daya pilih. Potensi baik tersebut di aktualisasikan dalam
tingkah laku yang nyata, citra baik tersebut pada mulanya disangsikan oleh
malaikat dan iblis, namun setelah Allah Swt meyakinkannya maka malaikat
percaya akan kemampuan manusia, sementara iblis dengan kesombongannya
25
Abudin Nata, op. cit., h. 80.
20
tetap mengingkarinya. Jika terdapat aliran psikologi Islam yang masih
menentukan citra buruk manusia, berarti ia mengikuti persepsi iblis.
Kedua, melalui fitrah nafsani (psikofisik) dalam psikologi islam
maka :
a) Pusat tingkah laku adalah Qalbu, bukan otak atau jasmani manusia. Selain
hal itu didasarkan oleh hadits Nabi, Qalbu merupakan daya nafsani yang
paling dekat dengan natur ruh, yang mana ruh menjadi esensi manusia.
Jika kehidupan manusia dikendalikan oleh peran
Qalbu, maka
kehidupannya akan selamat dan bahagia dunia-akhirat.
b) Manusia dapat memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti
pengetahuan intuitif dalam bentuk wahyu dan ilham.
c) Tingkat keperibadian manusia tidak hanya sampai pada humanitas atau
sosialitas, tetapi sampai pada berketuhanan. Tuhan merupakan asal dan
tujuan dari segala realitas Innalillahi Wainna Ilaihirajiuun (sesungguhnya
kita bagi Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali).26
Dari teori di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa fungsi
fitrah ialah sebagai bahan atau alat untuk mengemban amanah dari Allah Swt
yang di wajibkan kepada setiap manusia. Dan menjadikan manusia lebih
mudah dengan adanya fitrah ini. Karena setiap manusia yang terlahir di dunia
ini pasti membawa fitrah yang suci dengan tujuan berlomba-lomba dalam
kebaikan untuk mencapai ridho Allah Swt.
4. Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Fitrah
Yang dimaksud dengan masalah penghambat perkembangan
fitrah disini, adalah masalah yang timbul dalam lapangan pendidikan. Yang
berhubungan dengan keberhasilan dalam pelajaran dan penyesuaian diri
terhadapnya. Persoalan itu bermacam-macam, diantaranya lebih berpengaruh
segi mental seperti cocoknya antara bakat dan pelajaran, serta sebagiannya
dipengaruhi oleh segi emosi seperti penyesuaian diri dengan guru dan teman26
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta; PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), c. 2, h.89-90.
21
teman. Sebagian lainnya timbul akibat kurangnya pengetahuan yang ada pada
individu dan sebagian menghendaki macam pelayanan atau pengobatan yang
sangat dekat dengan proses pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana halnya
dengan studi pengobatan, yang sebenarnya termasuk dalam bimbingan
pendidikan, namun ia memerlukan tenaga ahli dalam berbagai bidang studi
dan cara pengobatan terhadap keterbelakangan.27
Dapat pula diklasifikasikan masalah penghambat perkembangan
fitrah di sini adalah sebagai berikut :
1. Masalah kurangnya informasi tentang macam studi yang dapat dimasuki
oleh individu.
2. Masalah bakat, kecondongan dan ciri-ciri lain yang mempengaruhi
keberhasilan pelajar dalam studinya.
3. Masalah masuk sekolah yang cocok.
4. Masalah penyesuaian diri dengan bidang studi.28
C. POTENSI DAN PEMBAGIANNYA
Potensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan,
kekuatan, kesanggupan atau daya yang mempunyai kemungkinan untuk dapat
dikembangkan.29 Potensi adalah kekuatan, kesanggupan, kemampuan,
kekuasaan dan daya kefungsian.30
Macam-Macam Potensi yaitu :
a) Ranah Kognitif
Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan intelektual,
sehingga ia dapat menerima pelajaran dari Tuhan. Informasi tentang
manusia sebagai makhluk intelektual ini telah menarik perhatian para ahli
untuk menelitinya berbagai metode. Hasil kajian mereka terhadap
27
Attia Mahmud, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, (Jakarta: PT. Sumber Bahagia),
h.14
28
Ibid, h. 15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 697
30
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2002), h. 490
29
22
kemampuan intelektual manusia itu, mereka rumuskan dalam sebuah istilah
yang disebut sebagai aspek kognitif manusia.
b) Ranah Afektif
Aspek afektif manusia pada dasarnya merupakan aspek keterampilan
dalam menghayati dan menyadari tentang berbagai hal yang diketahui
sehingga ia terdorong untuk mengerjakannya.
c) Ranah Psikomotorik
Aspek psikomotorik manusia pada dasarnya merupakan aspek
keterampilan dalam mempraktikkan sebuah konsep yang telah dipahami
dan dihayati.
Berbagai keterampilan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
tersebut pada intinya adalah merupakan pelaksanaan dari berbagai potensi
manusia sebagai makhluk yang dapat berfikir, belajar, berbudaya dan
berkreasi sebagaimana yang diharapkan.
Kemampuan manusia pada ketiga aspek tersebut sesungguhnya dapat
dijumpai dalam isyarat yang terdapat didalam Al-qur’an. Dalam hubungan ini
sejalan dengan firman Allah Swt. Sbb:
 
 
  
          
  
   
Artinya: Dan Allah Swt mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.Al-Nahl (16) : 78).
Pada ayat tersebut Allah SWT menyebutkan karunia yang
dilimpahkan kepada para hamba-Nya, dengan mengeluarkan mereka dari
perut ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, lalu memberikan rezeki
kepada mereka berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Allah menjadikan
kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan
kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan itu
kalian dapat memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang
23
buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang
benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat
mendengar suara-suara. Lalu menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian
dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling kenal-mengenal
antara yang satu dengan yang lain. Dan kalian dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Dengan harapan kalian dapat bersyukur kepadaNya dengan menggunakan nikmat-nikmat-Nya dalam tujuannya yang untuk
itu ia diciptakan, dapat beribadah kepada-Nya dan agar dengan setiap anggota
tubuh kalian melaksanakan ketaatan kepada-Nya.31 Hal ini menunjukkan
bahwa sebelum diberikan pendidikan, ketiga potensi yang dimiliki manusia
tersebut tidak mengetahui segala sesuatu. Namun, setelah ketiga potensi
tersebut dididik dan diajar dengan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan
sebagainya melalui kegiatan pembelajaran, maka manusia mengetahui segala
sesuatu. Dengan demikian, bahwa pada diri manusia terdapat unsur kognitif,
afektif dan psikomotorik sejalan dengan pendapat para ahli.32
D. PERAN
PENDIDIK
DALAM
MENGATASI
PENGHAMBAT
PERKEMBANGAN FITRAH
Pengembangan
optimum
dapat
dilaksanakan
dalam
rangka
pendidikan. Tetapi untuk dapat melaksanakan seluruhnya, maka pendidikan
harus diorganisir sesuai dengan prinsip pendidikan yang murni (The true
principles of education). Untuk dapat kepastian lebih lanjut, maka dalam
masyarakat perlu disusun suatu sistem umpanbalik (Feedback system) guna
memastikan sampai dimana pendidikan berhasil atau gagal. The true
principles of education dijelmakan dalam bentuk standardisasi minimum yang
lengkap dengan semua perhitungan dan implementasinya. Untuk dapat
mencapai "bertahan dalam masyarakat dengan terhormat" ada lima sifat harus
dipenuhi, yaitu : pandai, jujur, berdisiplin, tahu kemampuan dan mengenal
31
Ahmad Mustofa Al-Maraghy, Tafsir al-Maraghy (Edisi Bahasa Arab) Juz XIII, Terj. K.
Anshori Umar Sitanggal dkk, (Semarang: PT. Toha Putra, 1994), Cet-2, h. 211
32
Abuddin Nata, “Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran”, (Jakarta, Kencana,
2009), c. I, h.46-51.
24
batas kemampuan diri sendiri. Dan oleh karena itu memiliki rasa kehormatan
diri.33
Peran pendidik seharusnya mampu bersikap menerima terhadap
muridnya, maksudnya menerima murid seperti apa adanya. Dan ini
merupakan faktor penting untuk meningkatkan hubungan guru dengan murid,
mengembangkan kemampuan anak untuk mau mengubah diri sendiri secara
konstruktif, menggerakkan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri,
mengarah ke kesehatan jiwa, menjadikan anak lebih produktif dan kreatif dan
merealisasikan potensi anak. Bila seseorang merasa diterima kemudian
(dipahami) orang-orang lain, orang itu akan bergerak lebih bebas dan mulai
berfikir untuk mengubah dirinya sendiri, menjadi lebih baik dari pada yang
dialami sekarang.34
Adapun langkah pertama Al-qur'an dalam pendidikan jiwa seseorang
adalah
mengembalikannya
kepada
fitrahnya
yang
sehat.
Serta
membersihkannya dari berbagai kotoran yang melekat dan diwarisi oleh
lingkungannya, serta dari berbagai khurafat dan taklid. Asas dari fitrah ini
adalah tauhid, karena pada dasarnya jiwa diciptakan untuk mengetahui
Tuhannya yang sering tertutupi oleh kealpaan, lingkungan dan taklid. Akan
tetapi akar-akar pengetahuan ini tertanam kuat didalam jiwa, dan tidak ada
alasan untuk mengingkarinya atau melepaskan diri darinya.35
Salah satu peran pendidik untuk mengatasi masalah-masalah yang
menghambat perkembangan
fitrah
yaitu dengan
mengenal
terhadap
perkembangan siswa yaitu dengan cara mendiagnosa. Pengertian dari
mendiagnosa adalah proses mengenal secara detail, apa dan bagaimana
mengenai anak tersebut.
Adapun cara mendiagnosa yaitu sebagai berikut :
1. Amati perilaku anak.
33
Slamet Iman Santoso, "Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan", (Jakarta: UI
Press, 1981), c. ke-II, h.167
34
Thomas Gordon, Guru Yang Efektif, Terj. Dari Teacher Effectiveness Training oleh
Mudjito, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet.3, h.61
35
Mohammad Syadid, Konsep Pendidikan Dalam Al-qur'an, Terj. Dari Manhaj Al-qur'an
Fii At-tarbiyah oleh Rusydi Helmi, ( Jakarta: Penebar Salam, 2001), Cetakan.1, h. 72
25
2. Lihat penampilannya.
3. Berikan pertanyaan dan perhatikan jawabannya.
4. Berikan tugas, perhatikan tanggapan, dan cara penyelesaiannya.
5. Goda anak tersebut dan perhatikan respon yang diberikan.
6. Ajak berkompetisi dan amati keseriusannya.
7. Berikan pilihan untuk memilih, amati apa yang dia pilih.36
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya
perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut : 1) proses pematangan,
khususnya pematangan fungsi kognitif, 2) proses belajar, 3) pembawaan atau
bakat. Ketiga hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh
dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai
peserta didik. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar siswa dalam
keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami
proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang
menjanjikan seperti ini sebenarnya belum tentu terwujud, karena banyak
faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju
cita-cita bahagianya.
Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan
mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama.37
1. Aliran Nativisme
Aliran nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh
besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama
Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosofis jerman.38
Aliran
Nativisme juga bisa diartikan satu aliran yang menitikberatkan pandangannya
pada peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu
36
Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning Untuk Guru & Orang Tua, (Yogyakarta,
Pustaka Widyatama, 2010), Cet.1, h.105
37
Muhibbinsyah, "Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru", (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet ke-15, h.42
38
Ibid, h.43.
26
perkembangan tingkah laku seseorang. Persepsi tentang ruang dan waktu
tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir.39 Para ahli
yang beraliran "Nativisime" berpendapat bahwa perkembangan individu itu
semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu
semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan.40 Aliran filsafat ini
konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu
dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut
aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan oleh
pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh
apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut "pesimisme
pedagogis".
Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak
yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimaupun hanya akan
melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan
dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan
kehidupan anak-anaknya.41
2. Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan
tokoh utamanya ialah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah
"The school of British Empiricism" (aliran empirisme Inggris). Namun aliran
ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat. Sehingga
melahirkan sebuah aliran filsafat bernama "environmentalisme" (aliran
lingkungan) dan psikologi bernama "environmental psychology".42
Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia
lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan
kertas putih (tabularasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.
39
Mujib, op. cit., h. 115
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1993), Cetakan Pertama, h. 173
41
Muhibbin Syah, loc.cit.
42
Ibid
40
27
Perwujudan tingkah laku ditentukan oleh luar diri yang disebut dengan
lingkungan.43
Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yang mengikuti aliran
"Empirisme" berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya
ditentukan
oleh
faktor
lingkungan/pendidikan
sedangkan
faktor
dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empirisme ini
menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan
perkembangan seseorang individu.
3. Aliran Konvergensi
Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrem
diatas adalah "Aliran konvergensi" dengan tokohnya yang terkenal adalah
William Stern. Menurut aliran konvergensi, perkembangan individu itu
sebenarnya
ditentukan
oleh
kedua
kekuatan
tersebut.
baik
faktor
dasar/pembawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan keduanya secara
convergent
akan
menentukan/mewujudkan
perkembangan
seseorang
individu.44
Dalam hal ini penulis lebih cenderung ke aliran Konvergensi, karena
bagi ketentuan perkembangan potensi dan kemampuan anak itu tergantung
dari faktor pembawaan dan faktor lingkungannya. Kedua-duanya ini saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. agar tercapai perkembangan potensi
optimum pada diri anak, maka peran dari orang tua disini sebagai faktor
penentu arah potensi anak (pembawaan) dan guru atau pendidik lainnya
adalah faktor penentu keberhasilan perkembangan kemampuan atau potensi
anak dari pengaruh lingkungan sekitarnya.
Peran pendidik juga bisa membantu perkembangan potensi siswa
dengan cara mengenal karakteristik siswa. Karakteristik siswa adalah
keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil
dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-citanya.
43
44
Mujib, op. cit., h. 118
Alisuf Sabri, loc.cit.
28
Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa,
yaitu :
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau
prerequisite skills, yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai
pengalaman masing-masing siswa.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup,
dan status sosial (sociocultural).
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian,
mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pengetahuan mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang
cukup penting dalam interaksi belajar-mengajar. Terutama bagi guru akan
dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian
rupa, memilih dan menentukan metode dan media yang lebih tepat, sehingga
akan terjadi interaksi dari masing-masing komponen belajar-mengajar secara
optimal. Hal ini jelas menantang guru untuk selalu kreatif dalam rangka
menciptakan kegiatan yang bervariasi, agar masing-masing individu siswa
dapat berpartisipasi secara maksimal dalam proses pembelajarannya.45
Adanya tantangan untuk dapat menemukan sistem serta metode
pendidikan yang layak bagi anak berbakat telah mendorong sejumlah pakar
untuk berusaha menemukan berbagai standar keberbakatan. Adanya standar
pengukuran kemampuan skolastik cenderung membuat sejumlah orang
beranggapan bahwa pengukuran kemampuan skolastik ini dapat dijadikan
landasan pendidikan anak-anak berbakat. Namun dengan diperkenalkannya
konsep intelegensi ganda (multiple intelligence) sejumlah pakar mulai
mempertanyakan kembali standar pengukuran kemampuan skolastik, dan
standar-standar pengukuran kemampuan lain yang dapat digunakan untuk
menganalisis bakat seseorang. Misalnya bahwa pengukuran kemampuan
seseorang yang memiliki kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu dalam
45
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta, Gaung
Persada Press, 2008), Cetakan Pertama, h. 187
29
budaya tertentu belum tentu memiliki kemampuan yang sama tingginya pada
bidang yang sama tapi dalam budaya yang berbeda. Sebagai contoh misalnya,
ada individu yang mampu menguasai beberapa bahasa Eropa tetapi
mengalami kesulitan untuk mempelajari bahasa Negara-negara belahan dunia
timur. Ada juga individu yang mampu menjadi pemimpin pada budaya
masyarakat tertentu akan tetapi gagal memimpin orang lain pada budaya
masyarakat yang lainnya.46 Namun, jika ia terus berupaya menyesuaikan
kemampuannya dengan kondisi setempat, mungkin saja suatu saat ia akan
memperoleh keberhasilan yang sama dengan apa yang telah dicapainya di
budaya masyarakat yang berbeda. Karenanya masalah penyesuaian diri ini
juga merupakan hal yang penting dalam pengembangan bakat seseorang, dan
pengukuran kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri juga penting
untuk dikembangkan.47
E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Skripsi berjudul "Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
Mengembangkan Fitrah Beragama" yang ditulis oleh Azhari Akbar di UIN
Jakarta berkesimpulan bahwa peran pendidikan Islam sangat besar dan
bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan potensi dasar manusia.
Pendidikan Islam merupakan salah satu media dalam mengembangkan fitrah
beragama pada manusia agar tercipta manusia dengan pribadi yang sempurna.
Skripsi yang berjudul "Peranan Guru PAI Dalam Mengembangkan
Ranah Afektif Siswa SMP Negeri 2 Karawang" yang ditulis oleh Lina
Anggreyani berkesimpulan bahwa peranan guru selain sebagai pengajar juga
sebagai pendidik dan pembimbing. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu
pengetahuan
saja,
akan
tetapi
juga
harus
dapat
menumbuhkan,
mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik
dalam kehidupan sehari-hari. Ranah afektif ini merupakan tujuan yang
berhubungan dengan sikap, menilai, minat dan apresiasi. Agar peranannya
46
47
Monty & Waruwu, Op. cit., h. 80
Ibid, h.81
30
dapat digunakan dengan tepat, maka cara yang baik adalah dengan tujuan
instruksional afektif sesuai dengan ketentuan yang ada.
Adapun Skripsi berjudul "Peran Perilaku Guru Agama Islam dalam
Pembentukan Kepribadian Islami Siswa di SMP Darussalam Ciputat
Tangerang" yang ditulis oleh Bermansyah di UIN Jakarta tahun 2010 M /
1431 H. Penulis tersebut berkesimpulan bahwa peran perilaku guru agama
Islam di SMP Darussalam Ciputat tidak banyak berpengaruh dalam
membentuk keperibadian Islami siswa. Hal ini disebabkan oleh jam belajar
agama Islam yang sangat minim yaitu hanya sekitar 80 sampai 90 menit saja.
Dalam seminggu 2 kali jam belajar. Sehingga ada pengaruh tapi tidak
signifikan antara perilaku guru agama Islam dalam membentuk kepribadian
islami siswa.
Dari hasil kesimpulan penelitian terdahulu yang relevan dengan
skripsi ini. Peneliti ingin menindak lanjuti tentang fitrah sebagai potensi dasar
manusia karena semakin maraknya kekerasan guru dan tidak tahu apa yang
siswa inginkan pada zaman modern sekarang ini. Penulis ingin memberikan
kontribusi pada pendidik yang ada di Indonesia utamanya berupa penulisan
skripsi ini yang pembahasannya lebih menekankan pada potensi dasar siswa
atau kemampuan siswa yang berbeda-beda di sekolah. Adapun obyek
penelitian ini adalah siswa kelas XI di sekolah SMA Dharma Karya UT yang
akan dijadikan populasi dalam penelitian ini.
F. KERANGKA BERFIKIR
Dalam penelitian ini yang diteliti oleh penulis ingin membuktikan
dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh peranan yang dilakukan oleh
pendidik dalam membangun fitrah yang ada pada anak.
Pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak
didik ini tidak ada lain dengan tujuan untuk membangun fitrah yang dibawa
sejak lahir oleh si anak. Sehingga penulis ingin mengetahui keberhasilan
tercapai atau tidak pendidik membangun potensi anak didiknya, bukan saja
31
untuk membangun potensi anak didik, tetapi juga dibutuhkan tingkah laku
atau sikap yang baik dalam membangun akhlak anak.
Pada dasarnya kebutuhan peningkatan sumber daya manusia
memerlukan
kinerja
pendidik
yang
dinamis
dan
progresif
untuk
mengkonstruksi atau mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, maka
dari itu masalah pengembangan sumber daya manusia sangat mempengaruhi
kinerja manusia itu dalam membangun fitrah yang ada pada anak. Terutama
guru pada khususnya yang tugasnya dan kewajiban membangun manusia
menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain juga bangsa
dan negaranya.
Dengan demikian kegiatan pendidikan yang dilaksanakan baik di
sekolah, rumah maupun di masyarakat sangat membantu keberhasilan
membangun fitrah yang dimiliki oleh anak. Penulis mengadakan penelitian ini
untuk mengetahui kontribusi peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah
sebagai potensi dasar anak.
32
SKEMA KERANGKA BERFIKIR
Peran Pendidik (Guru)
Strategi Metode Pengembangan Potensi
Dasar Yang Efektif Bagi Siswa
•
•
•
•
•
Siswa senang dalam belajar mengembangkan potensinya.
Guru memahami kelebihan dan kelemahan siswa.
Guru dapat mengenal karakteristik siswa.
Siswa cepat berkembang potensi dasar yang dimilikinya.
Tidak ada lagi kekerasan guru terhadap siswa.
Dari skema tersebut dapat didefinisikan bahwa strategi metode
pengembangan fitrah yang efektif bagi siswa, dipengaruhi oleh guru. Dan
guru sangat berperan dalam menciptakan atau mengembangkan fitrah (potensi
dasar) yang dimiliki oleh siswa agar membentuk potensi yang efektif bagi
siswa, khususnya dalam pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini hasil dari
strategi metode yang efektif dalam mengembangkan fitrah siswa, antara lain:
1. Siswa senang dalam belajar mengembangkan potensinya.
2. Guru memahami kelebihan dan kelemahan siswa.
3. Guru dapat mengenal karakteristik siswa.
4. Siswa cepat berkembang potensi dasar yang dimilikinya.
5. Tidak ada lagi kekerasan guru terhadap siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis ini bertempat di SMA Dharma
Karya UT dan berlokasi di jl. Talas II No.30 Pondok cabe ilir Pamulang kota
Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober
sampai tanggal 29 November 2012.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
deskriptif kuantitatif, sedangkan untuk memperoleh data yang relevan dengan
masalah yang akan di bahas maka penulis melakukan beberapa penelitian
dengan cara diantaranya:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku, artikel
dan sumber tulisan lainnya di perpustakaan yang erat kaitannya dengan
masalah yang dibahas dalam skripsi ini sebagai bahan teoritis.
33
34
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yakni observasi di lapangan dengan mengamati dan melihat langsung
keadaan di lapangan. lalu menyebarkan angket kepada siswa serta melalui
wawancara yaitu penulis mewawancarai secara langsung pada pihak-pihak
yang dianggap dapat memberikan informasi tentang data yang diperlukan
dalam penulisan skripsi ini. Dan memperoleh data yang jelas mengenai
peranan pendidik dalam pengembangan fitrah sebagai potensi dasar manusia.
Penelitian lapangan (field research) ini bertujuan untuk mendapatkan data
faktual yang ada di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita lekatkan
bilangan atau nilai. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan
diteliti, yaitu pendidik (Guru) sebagai variabel bebas (independent variabel)
dan disimbolkan dengan huruf X. veriabel inilah yang memberi pengaruh
terhadap hasil.
Adapun variabel kedua adalah fitrah manusia (potensi) disebut sebagai
variabel terikat (dependent variabel), yang disimbolkan dengan huruf Y.
variabel ini merupakan hasil dari pengaruh variabel bebas (independent
variabel).
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah "keseluruhan subjek penelitian".1 Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Dharma Karya UT
Pamulang kota Tangerang tahun ajaran 2011-2012 yang berjumlah 22 siswa.
Sedangkan sampel mempunyai pengertian "sejumlah individu yang
resentatif dan diambil dari populasi yang dimilikinya".2 Sebagian dari jumlah
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta:Rineka
Cipta,2002) edisi revisi cet 12. h. 108
2
Ibid, h. 109
35
populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel atau cuplikan. 3 Dalam
penarikan sampel ini, Suharsimi Arikunto memberikan pedoman bahwa
"apabila subyek itu kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya
sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila
subyeknya lebih besar maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% 25% atau lebih".4
Karena responden penelitian ini hanya 22 orang pada kelas XI dan
kurang dari 100 orang maka peneliti mengambil sejumlah populasi tersebut
untuk di jadikan obyek penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi, Penulis melihat dan mengamati langsung sekaligus mencatat
objek-objek di lapangan guna memperoleh data atau keterangan-keterangan
yang akurat, objektif dan dapat dipercaya.
2. Wawancara, penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru-guru
sebagai pendidik disekolah yang berkaitan dengan masalah dalam skripsi
ini.
3. Angket, untuk mendapatkan data, maka penulis menyebarkan angket
kepada seluruh (siswa kelas XI IPA dan IPS) untuk diisi yang kemudian
hasilnya di analisis. Penulis menyebarkan angket karena dalam penelitian
ini penulis ingin memperoleh data mengenai peran pendidik dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data
mengenai peranan pendidik dalam pengembangan fitrah sebagai potensi dasar
3
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), cetakan
pertama, h. 54
4
Suharsimi, Op.Cit. , h. 112
36
manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang adalah berupa
angket yang terdiri dari 25 butir soal yang disebarkan kepada 22 orang siswa.
Adapun kisi-kisi instrument penelitian yang penulis gunakan dalam
pembuatan angket adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen penelitian tentang peran pendidik
dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia
No
Variabel
Dimensi
Indikator
Jumlah
Nomor butir
item
1
Variabel X
1. Pendidik
Membantu siswa
Peranan
agar mampu
pendidik
mandiri, disiplin
(guru)
dan bertanggung
6
2, 9, 11, 12, 17
dan 24
jawab
2. Motivator
Membantu siswa
giat, tekun, rajin
3
1, 3, 6
dan semangat
dalam belajar
3. Fasilitator
Membantu siswa
agar bisa belajar
2
5, 8
sesuai dengan
kemampuannya.
4. Pengawas
Membantu siswa
agar tidak
ceroboh atau
2
7, 13
37
bersikap yang
tidak pantas
dipandang orang
lain..
5. Pelatih
Membantu siswa
membentuk
1
10
karakter dan
berkepribadian
pancasila yang
berlandaskan
agama.
6. Kolaborator
Membantu siswa
2
4 dan 14
agar bisa bekerja
sama
2
Variabel Y
Fitrah
Komponenkomponen fitrah 1. Kecerdasan
(Potensi
(Potensi dasar
dasar
manusia)
manusia)
5
15, 21, 18, 23
dan 25
2. Bakat
1
22
38
3. Gharizah
3
16, 19 dan 20
(insting)
jumlah
25
25
G. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data
Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang
dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk
mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh
kesimpulan.
Dalam menganalisa hasil penelitian berupa "peranan pendidik dalam
pengembangan fitrah sebagai potensi dasar manusia" digunakan analisa data
yaitu analisa yang dilakukan terhadap data-data yang berwujud angka, dengan
cara menjumlahkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya
dilakukan perhitungan dengan data statistik.
Dalam pengolahan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuisioner
yang berhasil dikumpulkan.
2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Skor item alternatif jawaban responden
Positif (+)
Negatif (-)
Jawaban
Skor
Jawaban
Skor
Selalu
4
Selalu
1
Sering
3
Sering
2
39
Kadang-kadang
2
Kadang-kadang
3
Tidak pernah
1
Tidak pernah
4
3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil dikumpulkan
ke dalam tabel yang telah disediakan.
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap berikutnya data
tersebut dianalisa dengan analisa kuantitatif secara deskriptif analisa yang
sebelumnya telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus
distribusi frekuensi:
Rumus : P =
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Banyaknya responden
Kemudian untuk mengetahui bagaimana peran pendidik ( variabel X )
dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia ( variabel Y ),
penulis menggunakan rumus product moment dari Carl Paerson sebagai teknik
analisanya. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut :5
a. Mencari angka korelasi dengan rumus :
rxy =
∑
√
∑
∑
∑
∑
∑
∑
keterangan :
rxy
: Angka indeks korelasi "r" product moment
N
: Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)
∑
: Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
5
Anas Sudijono, pengantar statistik pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2012), Cet. Ke-24, h. 206
40
∑
: Jumlah seluruh skor x
∑
: jumlah seluruh skor y
b. Memberikan interpretasi terhadap
rxy,
yaitu memberikan interpretasi
sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks
korelasi "r" product moment seperti dibawah ini :
Tabel 3.3
Angka indeks korelasi "r" product moment6
Besarnya "r" product moment
0,00 – 0,20
Interpretasi
Antara variabel x dan variabel y
memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu sangat lemah /
sangat rendah
0,20 – 0,40
Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang lemah /
rendah
0,40 – 0,70
Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang sedang /
cukup
0,70 – 0,90
Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang tinggi / kuat
0,90 – 1,00
Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang sangat kuat
dan tinggi
Setelah diberikan interpretasi terdapat angka indeks korelasi "r"
product moment, dengan jalan berkonsultasi pada nilai product moment, maka
prosedur selanjutnya secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
6
Ibid, h. 193
41
1. Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil
atau hipotesis nol (Ho).
2. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang diajukan dengan
cara membandingkan besarnya "r" yang telah diperoleh dalam proses
perhitungan atau "r" observasi (ro) dengan besarnya "r" yang tercantum
dalam tabel "r" product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari
derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya yang rumusnya :
df = N - nr
keterangan :
df : degrees of freedom (derajat bebas)
N : number of cases (jumlah objek penelitian)
nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan
Karena jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 22, maka "df"
nya adalah (22 – 2 =20), jika r hitung lebih besar dari tabel maka korelasi
dianggap signifikansi atau Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil r
perhitungan lebih kecil dari tabel nilai maka korelasi tidak signifikan atau Ho
diterima dan Ha ditolak.
Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun
interpretasi dengan menggunakan nilai "r" tabel. Langkah selanjutnya yakni
mencari seberapa kontribusi yang diberikan variabel x terhadap variabel y,
dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
KD =
× 100%
Keterangan :
KD : kontribusi variabel X terhadap variabel Y.
: koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DATA SEKOLAH
1.
Profil SMA Dharma Karya UT
1) Nama Sekolah
: SMA Dharma Karya UT (YPII)
2) NIS
: 300050
3) NSS
: 30 230 04 09 005
4) NDS
: 3002040038
5) NPSN
: 20603313
6) Status
: Terakreditasi B
7) Kepala Sekolah
Nama
: Moh. Wahid Hasyim, Drs
SK yang Mengangkat
: Badan Pengurus Yayasan
8) Nama Yayasan
:
Yayasan
Pendidikan
Insan
Indonesia
9) Nama Ketua Yayasan
10) Alamat Yayasan
: Yuni Tri Hewindati
: Jl. Talas II No.30 Pondok Cabe Ilir
Pamulang Kota Tengerang Selatan
42
43
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Dharma Karya UT (YPII)
a. Visi
Visi dari Sekolah Menengah Atas Dharma Karya UT yaitu
menjadikan sekolah menengah unggulan yang menghasilkan lulusan
yang cerdas, kreatif, mandiri dan berbudi pekerti luhur serta mampu
bersaing di tingkat propinsi.
b. Misi
Misi dari Sekolah Menengah Atas Dharma Karya UT, yaitu :
a. Menyediakan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa
dengan menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif.
b. Mengembangkan budaya mutu dan profesionalisme.
c. Menerapkan azas keseimbangan pendidikan jasmani dan rohani.
d. Dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan.
c. Tujuan
Tujuan dari Sekolah Menengah Atas Dharma Karya UT, yaitu:
a. Mencerdaskan anak bangsa.
b. Mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak.
c. Membebaskan biaya siswa bagi yang tidak mampu agar tetap bisa
bersekolah.
d. Mendidik siswa agar bisa kreatif, inovatif dan mampu bersaing
dengan sekolah-sekolah lain.
e. Menanamkan akhlakul karimah dan berbudi luhur dalam diri siswa.
3. Kurikulum
SMA Dharma Karya UT
adalah sekolah yang menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah dalam bidang pendidikan di sekolah. Dengan tujuan
44
bisa bersaing dengan sekolah-sekolah yang lain setingkat dan sejajar
SMA.
Adapun jenis kegiatan ekstra kurikuler yang ada di SMA Dharma
Karya UT adalah :
1. Pramuka
2. Saman
3. ROHIS (Baca Tulis Al-Qur’an)
4. Palang Merah Remaja (PMR)
5. Basket
6. Pencak Silat
7. Futsal (Sepak Bola)
8. Drum Band (Merching Band)
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di luar jam pelajaran sekolah
yaitu setelah pulang dari sekolah agar tidak mengganggu jadwal pelajaran
sekolah. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan siswa mampu
mengenali dan menggalai potensi yang ada dalam dirinya.
Selain kegitan ketrampilan dalam bentuk ekstrakurikuler, SMA
Dharma Karya UT
juga memiliki pelayanan dalam masalah belajar,
soosial, maupun emosional yang dituangkan dalam bentuk kegiatan BK.
Kegiatan BK ini diatur oleh masing-masing wali kelas dan kemudian
dilanjutkan oleh guru BK.
4. Data Guru
Tabel 4.1
Rekapitulasi Keadaan Guru SMA Dharma Karya UT
Tahun Ajaran 2012-2013
No
1
Nama
Moh. Wahid Hasyim, Drs.
Mengajar Bidang
Tugas
Studi
Tambahan
PPKN/Sos
Kepala Sekolah
45
2
Susila Indrawati, Dra.
Matematika
W. Kls XII. Ipa
3
Murih Handayani, S.pd.
Ekonomi
W. Kls. X
4
Slamet Munajab, S.Ag.
Agama Islam
Humas
5
Andik Hadi Mustika, S.Si.
Fisika
6
Nur Beti, S,pd.
Sosiologi
7
Muhammad Abdul Karim, Geografi
W. Kls XII. Ips
W. Kls XI. Ips
S.pd
8
I.G.N. Ari Wiryawan, S.Pd.
Penjaskes
9
Dede Budianto, S.Pd.
Bhs. Inggris
10
Torikin, S.Kom.
Komputer
11
Henny Budidasini, S.Th
Agama Kristen
12
Febriana Baharoeddin, S.S
Bhs. Jepang
13
Anggit Risyanti, S.Th.
Agama Katolik
14
Andi, S.pd
Biologi / Pkn
15
Ria Irmawati, S.pd
Kimia
16
I.G.N. Alit Putra
Agama Hindu
17
Yugo Gunadi, S.pd
Seni
18
Susilowati, S.pd.
Bhs. Indonesia
19
Santy Sanggam sirait
KTU
20
Sukarsono
TU
21
Taufik
Pramu Sek
22
Abdullah
Satpam
23
Sonny
Satpam
24
M. Rian Torur
Eskul
25
Ahmad Jayadi, S,IP.
Perpustakaan
W. Kls XI. Ipa
Eskul Basket
46
5. Data Siswa
Tabel 4.2
Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2012-1013
No
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
I
18
20
38
2
II
12
10
22
3
III
26
24
50
Jumlah
56
54
110
B. PENGOLAHAN DATA
Pada pembahasan sebelumnya sudah penulis kemukakan bahwa salah
satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui angket.
Angket yang penulis sebarkan berjumlah 25 bentuk pernyataan yang
dibagikan kepada sample sebanyak 22 responden dari dua kelas yaitu kelas
XI.IPS dan XI. IPA. Angket yang penulis sebarkan terdiri dari dua komponen
pertanyaan yang berjumlah 25 item pernyataan yang disusun berdasarkan
pokok penelitian dan indikator dari variabel yang diteliti, yaitu mengenai
peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia.
Teknik pengukuran angket ini menggunakan skala likert dengan bobot nilai
sesuai dengan jenis pernyataan.
1. Pernyataan Positif
a. Untuk jawaban selalu, diberi nilai 4
b. Untuk jawaban sering, diberi nilai 3
c. Untuk jawaban kadang-kadang, diberi nilai 2
d. Untuk jawaban tidak pernah, diberi nilai 1
2. Pernyataan Negatif
a. Untuk jawaban selalu, diberi nilai 1
47
b. Untuk jawaban sering, diberi nilai 2
c. Untuk jawaban kadang-kadang, diberi nilai 3
d. Untuk jawaban tidak pernah, diberi nilai 4
Untuk menganalisa setiap variabel digunakan teknik analisa secara
deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P=
P = Persentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden
Hasil angket yang diperoleh dapat dilihat melalui tabel sebagai
berikut :
I. Peran Pendidik (Guru)
Tabel 4.3
Guru anda selalu memberikan motivasi untuk belajar
di rumah dan di sekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
5
22,72 %
b. sering
5
22,72 %
c. kadang-kadang
12
54,54 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa guru SMA
Dharma Karya sebagian besar 54,54% kadang-kadang memberikan
motivasi untuk belajar di sekolah dan dirumah, sebagian kecil siswa
menyebutkan 22,72% selalu dan sering. Dan 0% siswa menyatakan tidak
48
pernah. Maka menurut penulis guru memberikan motivasi belajar terhadap
siswa kadang-kadang dirumah dan disekolah. Dengan hasil ini dapat
diperkuat kebenarannya oleh hasil wawancara peneliti terhadap guru di
sekolah tersebut yaitu guru memang jarang sekali memotivasi untuk belajar
dirumah dan disekolah terhadap siswa. Karena guru juga punya kewajiban
dan tugas yang lain.sehingga tidak selalu memberikan motivasi terhadap
siswa.1
Tabel 4.4
Guru anda bertanggung jawab jika melakukan kesalahan disekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
7
31,81 %
b. sering
5
22,72 %
c. kadang-kadang
10
45,45 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa guru SMA Dharma
Karya kadang-kadang bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka
perbuat di sekolah dengan hasil persentase sebesar 45,45%, yang
menyatakan selalu sebesar 31,81%, sering 22,72% dan 0% yang
menyatakan tidak pernah. Dengan demikian penulis menyimpulkan guru
SMA Dharma Karya sebagian besar bertanggung jawab atas perbuatan
kesalahannya di sekolah. Karena guru di sekolah tersebut juga mengatakan
kepada peneliti sangat bertanggung jawab dalam tugas dan kewajibannya.2
1
Hasil wawancara dengan guru agama Islam di ruang kantor guru pada hari Rabu tgl 24
Oktober 2012
2
Ibid.
49
Tabel 4.5
Guru anda memberi hadiah bila prestasi belajar anda bagus
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
1
4,54 %
b. sering
1
4,54 %
c. kadang-kadang
17
77,27 %
d. tidak pernah
3
13,63 %
Jumlah
22
100 %
Tabel diatas menunjukkan bahwa guru di SMA Dharma Karya
memberi hadiah bila prestasi belajar siswa bagus sebesar 77,27% kadangkadang, selalu 4,54%, sering 4,54% dan tidak pernah 13,63%. Menurut
peneliti beranggapan bahwa guru SMA Dharma Karya kadang-kadang
memberikan hadiah bila siswa berprestasi bagus dengan tujuan untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa. Dari hasil tersebut sesuai dengan
wawancara peneliti dengan guru di sekolah memang tidak sebagian besar
guru yang memberikan hadiah saat siswa memperoleh prestasi belajar yang
baik. Ini disebabkan karena kurangnya perhatian guru terhadap muridnya. 3
Tabel 4.6
Guru anda melatih agar saling bekerja sama dan
berdiskusi dengan teman anda
Alternatif Jawaban
3
Frekuensi
Persentase
a. selalu
1
4,54 %
b. sering
10
45,45 %
c. kadang-kadang
11
50 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
Ibid.
50
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa guru SMA Dharma Karya
sering melatih siswanya dengan kerjasama atau berdiskusi dalam belajar
dengan persentase sebesar 45,45%, selalu 4,54%, 50% kadang-kadang dan
0% tidak pernah. Dengan hasil skor perolehan persentase tersebut penulis
menyimpulkan bahwa guru di SMA Dharma Karya kadang-kadang melatih
siswanya dengan dengan berdiskusi dan kerja sama dengan temannya.
Tabel 4.7
Guru menghargai pendapat anda
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
8
36,36 %
b. sering
11
50 %
c. kadang-kadang
3
13,63 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa guru SMA Dharma
Karya sering menghargai pendapat siswanya dengan skor persentase selalu
36,36%, sering 50%, kadang-kadang 13,63% dan 0% tidak pernah. hal ini
juga diungkapkan oleh pak slamet guru agama islam SMA Dharma Karya
yang sering menghargai dan menerima saran atau kritik dari siswanya di
sekolah.4
Tabel 4.8
Guru anda bersikap acuh tak acuh dengan kelebihan dan
kekurangan anda
Alternatif Jawaban
a. selalu
4
Ibid.
Frekuensi
Persentase
0
0%
51
b. sering
2
9,09 %
c. kadang-kadang
14
63,63 %
d. tidak pernah
6
27,27 %
Jumlah
22
100 %
Dari hasil tersebut dapat di lihat bahwa siswa menyatakan 0%
menyatakan selalu, 9,09% sering, 63,63% kadang-kadang dan 27,27% tidak
pernah guru berbuat acuh tak acuh dengan kekurangan dan kelebihan siswa.
Dari hasil tersebut penulis menyimpulkan bahwa guru di SMA Dharma
Karya sangat sering perhatian kepada siswa dan tidak bersikap acuh tak
acuh terhadap siswanya, dengan perolehan skor persentase sebesar 63,63%
dari jumlah seluruh siswa kelas XI Ipa dan Ips. Hal ini bertolak belakang
dengan apa yang diungkapkan pak wahid di sekolah bahwasanya sama
sekali tidak pernah guru mengabaikan kekurangan dan kelebihan siswa.
Cuma karena siswanya tidak merasa atau tidak menyadari bahwa dirinya di
perhatikan oleh gurunya di sekolah.5 Karena itu murid menjawabnya
kadang-kadang guru memperhatikan kekurangan dan kelebihan dirinya
sendiri.
Tabel 4.9
Guru anda pernah mengawasi kalian disekolah dan diluar sekolah
Alternatif Jawaban
5
Frekuensi
Persentase
a. selalu
1
4,54 %
b. sering
5
22,72 %
c. kadang-kadang
14
63,63 %
d. tidak pernah
2
9,09 %
Jumlah
22
100 %
Hasil wawancara dengan Pak Wahid sebagai kepala sekolah SMA Dharma Karya UT di
ruang kepala sekolah, pada hari Kamis 25 Oktober 2012.
52
Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa besar kemungkinan
pendapat siswa menyatakan bahwa guru kadang-kadang 63,63%, selalu
4,54%, sering 22,72% dan sebagian kecil siswa menyatakan 9,09% tidak
pernah. Dari data tabel di atas penulis menyimpulkan bahwa guru SMA
Dharma Karya besar kemungkinannya kadang-kadang mengawasi siswa
tidak hanya di sekolah saja bahkan di luar sekolah juga guru tetap
mengawasi tingkah laku siswa atau akhlaknya siswa.
Tabel 4.10
Guru anda bersikap ramah, sabar dan pengertian
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
6
27,27 %
b. sering
12
54,54 %
c. kadang-kadang
4
18,18 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas dapat dinyatakan guru SMA Dharma Karya sering
sekali bersikap ramah, sabar dan pengertian dalam mendidik anak selalu
27,27%, sering 54,54%, kadang-kadang 18,18% dan 0% tidak pernah.
Berarti berdasarkan hasil tabel di atas penulis menyimpulkan bahwa guru di
SMA Dharma Karya sangat sering bersikap ramah, sabar dan pengertian
terhadap siswanya. Pada hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan pak
Slamet guru agama di SMA ini. Bahwa memang benar guru di sekolah ini
sangat bersungguh-sungguh dan sabar dalam menjalankan tugas sebagai
guru.6
6
Hasil wawancara dengan pak Slamet sebagai guru agama Islam di ruang kantor guru
pada hari Rabu tgl 24 Oktober 2012
53
Tabel 4.11
Guru anda suka menggosip ketika kegiatan
belajar mengajar berlangsung
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
0
0%
b. sering
1
4,54 %
c. kadang-kadang
19
86,36 %
d. tidak pernah
2
9,09 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas selalu 0%, sering 4,54%, kadang-kadang 86,36%
dan 9,09% tidak pernah menyatakan guru SMA Dharma Karya suka
menggosip ketika kegiatan belajar berlangsung. Dari tabel hasil tersebut
penulis menyimpulkan bahwa kadang-kadang guru SMA Dharma Karya
suka menggosip pada jam pelajaran berlangsung.
Tabel 4.12
Guru anda melakukan kekerasan dan paksaan terhadap anda dalam
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
0
0%
b. sering
1
4,54 %
c. kadang-kadang
11
50 %
d. tidak pernah
10
45,45 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas selalu 0%, sering 4,54%, kadang-kadang 50%
dan tidak pernah 45,45% guru di SMA Dharma Karya tidak pernah
54
melakukan kekerasan dan paksaan terhadap siswanya dalam belajar
mengajar di sekolah. Dalam hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan
guru agama islam di sekolah ini bahwa guru tidak pernah melakukan
kekerasan terhadap muridnya di sekolah.7
Tabel 4.13
Guru anda memberikan PR setelah jam pelajaran selesai
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
3
13,63 %
b. sering
8
36,36 %
c. kadang-kadang
10
45,45 %
d. tidak pernah
1
4,54 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas menyatakan bahwa guru memberikan PR
terhadap siswa selalu 13,63%, sering 36,36%, kadang-kadang 45,45% dan
tidak pernah 4,54%. Dari hasil tabel tersebut penulis memberi kesimpulan
bahwa kadang-kadang guru memberikan PR kepada siswa pada saat akan
pulang sekolah atau pelajaran telah usai.
Tabel 4.14
Guru anda marah jika anda tidak mengerjakan PR dirumah
Alternatif Jawaban
7
Frekuensi
Persentase
a. selalu
3
13,63 %
b. sering
4
18,18 %
c. kadang-kadang
14
63,63 %
d. tidak pernah
1
4,54 %
Jumlah
22
100 %
Ibid.
55
Dari tabel di atas guru di SMA Dharma Karya akan marah jika
tidak mengerjakan PR di rumah, siswa beranggapan selalu 13,63%, sering
18,18%, kadang-kadang 63,63% dan tidak pernan 4,54%. Dari hasil tabel
tersebut penulis berkesimpulan bahwa guru kadang-kadang marah terhadap
siswa jika PR tidak dikerjakan di rumah.
Tabel 4.15
Guru anda memberi hukuman diluar batas kewajaran
bila melihat anda berbuat salah disekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
2
9,09 %
b. sering
0
0%
c. kadang-kadang
8
36,36 %
d. tidak pernah
12
54,54 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas guru SMA Dharma Karya memberi hukuman di
luar batas kewajaran kepada siswa yang berbuat salah di sekolah
menunjukkan persentase sebagai berikut: selalu 9,09%, sering 0%, kadangkadang 36,36% dan tidak pernah 54%. Dari hasil fakta di lapangan menurut
penulis manyimpulkan bahwa hampir keseluruhan guru di SMA Dharma
Karya tidak pernah melakukan hukuman di luar kewajaran terhadap siswa
yang melakukan kesalahan di sekolah.
56
II. Pengembangan Fitrah (Potensi dasar siswa)
Tabel 4.16
Anda tidak terima jika pendapat anda ditolak
oleh temanmu disekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
0
0%
b. Sering
0
0%
c. kadang-kadang
17
77,27 %
d. tidak pernah
5
22,72 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas menyatakan bahwa siswa tidak terima jika
pendapatnya di tolak oleh teman sekolahnya selalu 0%, sering 0%, kadangkadang 72,27% dan tidak pernah 22,72%. Dari hasil pernyataan tersebut
penulis memberi kesimpulan bahwa sebagian besar hampir seluruhnya
siswa menjawab kadang-kadang tidak terima jika pendapatnya ditolak oleh
temannya. Berarti dalam hal ini siswa sangat berfikir dan berimajinasi yang
sangat kuat dalam belajar.
Tabel 4.17
Anda selalu mampu mengerjakan PR dirumah dengan tuntas
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
3
13,63 %
b. sering
5
22,72 %
c. kadang-kadang
14
63,63 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
57
Dari tabel di atas tersebut di ketahui selalu 13,63%, sering 22,72%,
kadang-kadang 63,63% dan 0%. Siswa mampu mengerjakan PR di rumah
dengan tuntas. Dari hasil tersebut penulis berkesimpulan bahwa hampir
seluruhnya siswa kadang-kadang beranggapan mampu mengerjakan PR di
rumahnya dengan tuntas. Ini berarti potensi siswa ada penambahan ilmu
yang mereka miliki.
Tabel 4.18
Anda pernah putus asa pada saat kalian tidak lulus ujian
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
2
9,09 %
b. sering
3
13,63 %
c. kadang-kadang
11
50 %
d. tidak pernah
6
27,27 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas selalu 9,09%, sering 13,63%, kadang-kadang
50% dan tidak pernah 27,27%. Maka penulis berkesimpulan bahwa siswa
menjawab kadang-kadang pernah putus asa jika mereka tidak lulus ujian.
Berarti ini siswa tau bahwa kegagalan yang dialaminya itu dapat di ambil
pelajaran dan mampu mendapat nilai yang lebih baik lagi dan lulus ujian ke
depannya.
Tabel 4.19
Anda bolos pada jam pelajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
0
0%
b. sering
0
0%
c. kadang-kadang
5
22,72 %
58
d. tidak pernah
17
77,27 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas dapat di ketahui selalu 0%, sering 0%, kadangkadang 22,72% dan 77,27% . maka penulis memberi kesimpulan hampir
seluruh siswa menjawab tidak pernah bolos pada jam-jam pelajaran. Berarti
di sini siswa sangat disiplin dan menjaga waktu dalam belajar di sekolah.
Tabel 4.20
Anda suka menolong teman anda ketika dalam kesulitan
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
6
27,27 %
b. sering
7
31,81 %
c. kadang-kadang
9
40,90 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
Berdasarkan tabel di atas bahwa di nyatakan selalu 27,27%, sering
31,81%, kadang-kadang 40,90% dan 0% tidak pernah. Maka penulis
berkesimpulan siswa-siswa kadang-kadang menolong temannya dalam
kesulitan. Ini berarti siswa ada rasa peduli dengan teman-teman sekolahnya.
Tabel 4.21
Anda pernah melawan guru ketika menasehati anda
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
1
4,54 %
b. sering
1
4,54 %
c. kadang-kadang
5
22,72 %
59
d. tidak pernah
15
68,18 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas di ketahui selalu 4,54%, sering 4,54%, kadangkadang 22,72% dan tidak pernah 68,18%. Maka penulis berkesimpulan
bahwa hampir seluruhnya siswa menjawab tidak pernah melawan kepada
gurunya ketika di nasehati. Ini berarti siswa sangat patuh dan tunduk
kepada gurunya di sekolah.
Tabel 4.22
Anda menangis dan sedih ketika nilai ujian anda rendah atau jelek
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
1
4,54 %
b. sering
3
13,63 %
c. kadang-kadang
14
63,63 %
d. tidak pernah
4
18,18 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas di ketahui selalu 4,54%, sering 13,63%, kadangkadang 63,63% dan tidak pernah 18,18%. Maka penulis memberi
kesimpulan bahwa siswa kadang-kadang menangis dan sedih jika nilai
ujiannya rendah dan jelek.
Tabel 4.23
Apabila telah selesai sekolah, anda singgah dan berkumpul
dahulu dengan teman-teman anda ditempat lain
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
1
4,54 %
b. sering
5
22,72 %
60
c. kadang-kadang
8
36,36 %
d. tidak pernah
8
36,36 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas apabila siswa telah selesai sekolah, siswa singgah
atau berkumpul dahulu dengan teman-teman di tempat lain selalu 4,54%,
sering 22,72%, kadang-kadang 36,36% dan tidak pernah 36,36%. Maka
penulis menyimpulkan apabila siswa telah selesai sekolah, kadang-kadang
siswa singgah dan kumpul dengan teman-temannya di tempat lain, ada juga
yang tidak pernah singgah atau kumpul dengan teman-temannya di tempat
lain dalam artian mereka langsung pulang ke rumah.
Tabel 4.24
Anda selalu ikut pelajaran tambahan di sekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
2
9,09 %
b. sering
3
13,63 %
c. kadang-kadang
11
50 %
d. tidak pernah
6
27,27 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas selalu 9,09%, sering 13,63%, kadang-kadang
50%, dan 27,27% tidak pernah. Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa siswa SMA Dharma Karya kadang-kadang ikut mata pelajaran
tambahan. Dan ini menunjukkan potensi siswa belum berkembang dengan
maksimal.
61
Tabel 4.25
Anda mempunyai perasaan dendam, iri dan dengki
kepada teman sekolah anda
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
0
0%
b. sering
0
0%
c. kadang-kadang
8
36,36 %
d. tidak pernah
14
63,63 %
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas bahwa siswa selalu 0%, sering 0%, kadangkadang 36,36% dan tidak pernah 63,63% mempunyai perasaan dendam, iri
dan dengki kepada teman sekolahnya. Dapat di simpulkan bahwa hampir
semua siswa tidak pernah mempunyai sifat dendam, iri dan dengki terhadap
teman sekolahnya. Ini menunjukkan bahwa sifat kepribadian siswa masih
dalam keadaan baik dalam bersosialisasi dengan temannya.
Tabel 4.26
Anda selalu mematuhi tata tertib sekolah
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
8
36,36 %
b. sering
8
36,36 %
c. kadang-kadang
6
27,27 %
d. tidak pernah
0
0%
Jumlah
22
100 %
Dari tabel di atas selalu 36,36%, sering 36,36%, kadang-kadang
27,27% dan tidak pernah 0%. Maka penulis menyimpulkan bahwa siswa
62
selalu dan sering mematuhi tata tertib di sekolah. Ini berarti siswa sangat
disiplin dan taat pada peraturan-peraturan yang ada di sekolah.
Tabel 4.27
Anda pernah bertengkar atau tawuran dengan teman sekolah anda
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. selalu
0
0%
b. sering
0
0%
c. kadang-kadang
4
18,18 %
d. tidak pernah
18
81,81 %
Jumlah
22
100 %
Berdasarkan tabel di atas diketahui selalu 0%, sering 0%, kadangkadang 18,18% dan tidak pernah 81,81%. Maka penulis memberi
kesimpulan bahwa hampir seluruh SMA Dharma Karya tidak pernah
bertengkar dan tawuran dengan teman sekolahnya. Ini berarti siswa masih
menjaga nama baik sekolah dan orang tuanya.
C. ANALISA DATA
Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara
signifikan terdapat korelasi positif antara peran pendidik (guru) dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa. Selanjutnya penulis
menganalisis data dengan melakukan uji hipotesa. Uji hipotesa ini dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi product moment, rumus ini digunakan
untuk mencari koefisien korelasi antara variabel, yaitu variabel X dan variabel
Y. di tetapkan 22 siswa SMA Dharma Karya Pamulang Kota Tangerang
Selatan sebagai sampel berhasil dihimpun data sebagaimana tertera pada tabel
berikut ini:
63
Tabel 4.28
Hasil Perhitungan Angket
Responden
X
Y
1
34
32
1156
1024
1088
2
33
30
1089
900
990
3
33
34
1089
1156
1122
4
38
36
1444
1296
1369
5
35
39
1225
1521
1365
6
38
40
1444
1600
1520
7
36
36
1296
1296
1296
8
34
41
1156
1681
1394
9
41
38
1681
1444
1558
10
36
35
1296
1225
1260
11
34
38
1156
1444
1292
12
43
39
1849
1521
1677
13
39
40
1521
1600
1560
14
40
40
1600
1600
1600
15
36
38
1296
1444
1368
16
36
34
1296
1156
1224
17
38
40
1444
1600
1520
18
34
42
1156
1764
1428
19
41
31
1681
961
1271
20
30
33
900
1089
990
21
37
32
1369
1024
1184
22
40
34
1600
1156
1360
N = 22
∑
∑
XY
∑
∑
∑
64
Untuk mengetahui tingkat peran pendidik dalam mengembangkan
fitrah sebagai potensi dasar manusia, penulis menggunakan teknik korelasi
product moment yaitu dengan rumus :
∑
rxy =
∑
√
∑
∑
∑
∑
∑
keterangan :
rxy
: Angka indeks korelasi "r" product moment
N
: Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)
∑
: Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y
∑
: Jumlah seluruh skor x
∑
: jumlah seluruh skor y
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui :
N = 22
∑ = 806
∑ = 802
∑
= 29.744
∑
= 29.502
∑
= 29.436
Maka dapat di cari nilai indeks korelasi (rxy) sebagai berikut :
rxy
∑
=
√
=
=
=
√
√
√
∑
∑
∑
∑
∑
∑
65
=
√
=
= 0,22
Hasil akhir product moment adalah sebesar 0,22 , dari hasil tersebut di
lakukan interpretasi, yaitu dengan cara mencocokkan hasil product moment
dengan angka indeks korelasi "r" product moment. Nilai 0,22 terletak diantara
0,20 – 0,39 dan menunjukkan korelasi antara variabel x dan variabel y
memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau rendah.
Dengan demikian hipotesa alternatif Ha (diterima) dan Ho (ditolak). Dari data
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara peran pendidik dengan
pengembangan fitrah sebagai potensi dasar manusia di SMA Dharma Karya
UT.
Dari hasil koefisien korelasi di atas dapat dilihat bahwa antara peran
pendidik dengan pengembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa terdapat
korelasi yang cukup. Sebagaimana yang ditulis oleh Anas Sudijono dalam
bukunya Pengantar Statistik Pendidikan, membagi kriteria korelasi koefisien
sebagai berikut:8
Dari data di atas dapat dilihat bahwa analisa peran pendidik dalam
mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa terdapat korelasi positif
dengan nilai 0,22 yang terletak diantara 0,20-0,39 dengan hasil korelasi yang
lemah atau rendah. Maka dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel x
dengan variabel y adalah korelasi lemah atau rendah, dengan demikian
hipotesa Ha di terima dan Ho di tolak.
Ha : Adanya korelasi positif yang signifikan antara peran pendidik terhadap
pengembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya
UT.
8
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012) Cet 24 h. 193-194
66
Ho : Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara peran pendidik terhadap
pengembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya
UT.
Untuk menguji hipotesa tersebut, maka "r" observasi (ro) yang
diperoleh dari perhitungan statistic dibandingkan "r" dalam tabel nilai "r"
product Moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db)
atau degrees of freedomnya (df) dengan menggunakan rumus :
df = N-nr
keterangan
df : Degrees of freedom (derajat bebas)
N : number of cases (jumlah objek penelitian)
nr : Banyaknya variabel yang di korelasikan
df = N – nr
= 22 – 2
= 20
Dengan df sebesar 20 ini dikonsultasikan kepada tabel nilai (rt) pada
taraf signifikan 5 % maka df sebesar 20 tersebut diperoleh harga "r" pada tabel
"rt" sebagai berikut :
Pada taraf signifikan 5% r tabel atau rt = 0,423
Ternyata r hitung lebih kecil dari r tabel (0,22 < 0,423), maka pada
taraf signifikan 5% hipotesa alternatif (Ha) di setujui sedangkan hipotesa nol
(Ho) ditolak. Ini berarti bahwa pada taraf signifikan 5% itu terdapat korelasi
yang rendah atau lemah antara variabel x dan variabel y.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran pendidik
dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa memberikan
pengaruh yang positif sekalipun dengan korelasi yang lemah atau lemah. Guna
mengetahui seberapa besar kontribusi variabel x terhadap variabel y dalam
bentuk persentase, terlebih dahulu menghitung korelasinya yang disebut
coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus sebagai
berikut :
67
KD =
x 100 %
=
x 100 %
= 0,0484 x 100 %
= 4,84 %
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kontribusi variabel X terhadap
variabel Y yaitu 4,84 %. Dan hasil ini mengidentifikasikan bahwa peran
pendidik hanya sedikit sekali memberikan pengaruh dalam pengembangan
fitrah sebagai potensi dasar siswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa di
SMA Dharma Karya UT memang ada pengaruh positif yang signifikan,
akan tetapi lemah atau rendah. Hal ini dapat di lihat dari hasil yang di
tunjukkan pada uji hipotesis dengan menggunakan rumus product moment,
dari perhitungan di dapat rxy pada taraf signifikan 5% lebih kecil dari r
tabel (0,22 < 0,423). Karena "r" hitung lebih kecil dari "r" tabel maka Ha
(hipotesa alternatif) di terima dan Ho (hipotesa nihil) di tolak. Artinya peran
pendidik (guru) mempunyai korelasi positif yang signifikan, akan tetapi
pengaruhnya rendah atau lemah dan tidak banyak berpengaruh terhadap
perkembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya
UT Pamulang, Tangerang Selatan.
2. Adapun besar kontribusinya peran pendidik dalam mengembangkan fitrah
sebagai potensi dasar siswa yaitu 4,84 % dengan menggunakan rumus KD
(coefficient determination).
68
69
3. Langkah yang efektif dan idealnya dalam pengembangan fitrah sebagai
potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT yaitu dengan cara guru
mendiagnosa dan mengenal karakteristik siswa . Dan memberikan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah sehingga pengembangan fitrah siswa tersebut
berjalan sesuai bakat dan minatnya.
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran-saran kepada
pihak pengelola sekolah, khususnya kepala sekolah sebagai supervisi
pendidikan dan secara umum kepada pihak-pihak terkait lainnya seperti guru,
karyawan dan lain-lain, saran-saran tersebut sebagai berikut :
1. Hendaknya
guru
mempunyai
sikap
atau
perilaku
yang
sangat
memperhatikan dan peduli dengan kekurangan atau kelemahan siswasiswinya.
2. Adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua atau
wali murid di rumah, di harapkan agar lebih membantu dalam
perkembangan siswa-siswinya.
3. Sebaiknya guru menjaga hubungan yang baik dengan muridnya, agar dapat
membantu dalam pengembangan potensi dasar siswa-siswinya.
4. Bagi para guru, hendaknya terus meningkatkan kualitas pengajaran dan
sarana prasarana. Dan hendaknya lebih meningkatkan perhatiannya terhadap
sikap peserta didik dan memperhatikan perkembangan kemampuankemampuan yang di miliki siswa-siswinya.
5. Sebagai sekolah yang mempunyai visi misi menciptakan murid-murid yang
kompeten dan mampu bersaing dengan sekolah lain di tingkat nasional
maupun
internasional,
sebaiknya
memperbanyak
kegiatan-kegiatan
extrakurikuler yang dapat membantu mengembangkan potensi-potensi dasar
yang di miliki oleh siswa-siswinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, IIF khoiru, Sofan Amri. Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, Cetakan Pertama, 2011
Ahsin Al-hafidz, w., Kamus Ilmu Al-qur'an, Jakarta: Amzah Sinar Grafika Offset,
Cet-3, 2008
Almatin Isma, Dahsyatnya Hypnosis Learning Untuk Guru & Orang Tua,
Yogyakarta: Pustaka Widyatama, Cetakan Pertama, 2010
Al-Maraghy, Ahmad Mustofa, Tafsir Al-Maraghy (Edisi Bahasa Arab) Juz XIII,
Terj. K. Anshori Umar Sitanggal.dkk, Cetakan kedua, Semarang:
PT.Toha Putra, 1994
Amina Noor, Mendidik anak Pintar Cerdas Bermula Dari Alam Rahim…, Kuala
Lumpur, Darul Nu'man, Cetakan Pertama, 1995
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Jakarta:Rineka Cipta, Edisi Revisi V, Cet-12, 2002
Praktek,
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Gordon Thomas, Guru Yang Efektif, Terj. Dari Teacher Effectiveness Training
oleh Drs. Mudjito, MA, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cetakan Ke3, 1996
Hamzah, Uno, B., Profesi Kependidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2008
Husain, Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, Terj. Dari Tarbiyyah Ath-Thifl fi ArRu'yah Al-islamiyyah oleh Segaf Abdillah Dan Miqdad Turkan, Jakarta:
PT. Lentera Basritama, Cet-2, 1999
Iman Slamet Santoso, Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan, Jakarta: UI
Press, Cet-2, 1981
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi Ke-12,
2009
Jalaluddin, Abdullah , Filsafat Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama,
Cetakan Pertama, 1997
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan
Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cetakan Pertama, 1986
Mahfudz, Jamaluddin, M.Ali, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, Terj. Dari
Attarbiyyah Al-islam At-Thiflu Wal Maroohiq oleh Abdul Rosyad
Shiddiq dan Ahmad Vathir Zaman, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, Cetakan
Pertama, 2001
Mahmud, Attia, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, Jakarta: PT. Sumber
Bahagia, 1997
Mudzakkir Jusuf, Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, Edisi
ke-1, 2008
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, Cetakan ke-15, 2010
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cetakan ke-7, 2008
Munadhi Yudhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung
Persada Press, Cetakan Pertama, 2008
Mujib Abdul, Jusuf Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta; PT.
Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-2, 2002
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Pustaka Progressif, Cetakan ke-14, 1997
Nata, Abuddin, “Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran”, Jakarta:
Kencana, Cetakan Pertama, 2009
Nashih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Dari
Tarbiyatul Aulad fil Islam (Edisi Bahasa Arab) Juz I oleh Drs. Saifullah
Kamalie, Lc Dan Drs. Hery Noer Ali, Semarang: Asy-Syifa', Cet-3, 1981
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, Cetakan Pertama,
2007
Nizar, Samsul, Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, Cetakan Pertama, 2008
Nuraida, Rihlah Nur Aulia, Character Building Guru PAI, Jakarta: Aulia
Publishing House, Cetakan ke-2, 2008
Rajasa Sutan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama, 2002
Sabri, Alisuf, M., Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, Cetakan Pertama, 1993
Satiadarma, Monty, P., Fidelis, Waruwu, E., Mendidik Kecerdasan. Pedoman
Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam Mendidik Anak Cerdas, Jakarta:
Pustaka Populer Obor, Edisi Pertama, 2003
Shihab, Quraish, M., Wawasan Al-qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: PT. Mizan Pustaka, Cet- XVI, 2005
Sudijono, Anas, pengantar statistik pendidikan, Jakarta: PT.Rajawali Press,
Cetakan ke-24, 2012
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cetakan
Pertama, 2003
Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta: Bina Aksara,
1983
Suryosubroto, B., Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
Edisi Revisi, 2009
Syadid, Mohammad, Konsep Pendidikan Dalam Al-qur'an,Terj. Dari Manhaj Alqur'an fii At-Tarbiyah oleh Rusydi Helmi, Jakarta: Penebar Salam,
Cetakan Pertama, 2001
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, Edisi Revisi, 2011
Tirtarahardja, Umar, S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta:
PT Rineka Cipta, Cetakan ke-2, 2005
UU RI No. 3, Undang-Undang Peradilan Anak, Jakarta: Sinar Grafika, 1997
Uzer, Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, Cet-26, 2011
Witherington, H. C , Psikologi Pendidikan, Terj. M. Buchori, Jakarta: Aksara
Baru, 1978
Lampiran 1
PERAN PENDIDIK DALAM MENGEMBANGKAN FITRAH
SEBAGAI POTENSI DASAR MANUSIA
Petunjuk :
1. Pada angket ini terdapat 25 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap
pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai
kamu pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah tanda silang (x) pada
jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.
2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya
menurutmu, jangan terpengaruh jawaban pernyataan lain.
3. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikutilah petunjukpetunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban.
Terima kasih.
Jawablah Dengan Jujur dan Keikhlasan Hati !
1. Guru anda selalu memberikan motivasi untuk belajar dirumah dan disekolah.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
2. Guru anda bertanggung jawab jika melakukan kesalahan disekolah.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
3. Guru anda memberi hadiah bila prestasi belajar anda bagus.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
4. Guru anda melatih agar saling bekerja sama dan berdiskusi dengan teman anda.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
5. Guru menghargai pendapat anda.
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
Lampiran 1
6. Guru anda bersikap acuh tak acuh dengan kelebihan dan kekurangan anda.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
7. Guru anda pernah mengawasi kalian baik disekolah maupun diluar sekolah.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
8. Guru anda bersikap ramah, sabar, dan penuh pengertian.
c. kadang-kadang
a. Selalu
b. Sering
d. tidak pernah
9. Guru anda suka menggosip ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
c. kadang-kadang
a. Selalu
b. Sering
d. tidak pernah
10. Guru anda melakukan kekerasan dan paksaan terhadap anda dalam proses
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
c. kadang-kadang
a. Selalu
b. Sering
d. tidak pernah
11. Guru anda memberikan PR setelah jam pelajaran selesai.
c. kadang-kadang
a. Selalu
b. Sering
d. tidak pernah
12. Guru anda marah jika anda tidak mengerjakan PR di rumah.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
13. Guru memberi hukuman di luar batas kewajaran bila melihat anda berbuat salah di
sekolah.
c. kadang-kadang
a. Selalu
b. Sering
d. tidak pernah
14. Anda tidak terima jika pendapat anda ditolak oleh temanmu di sekolah.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
15. Anda selalu mampu mengerjakan PR dirumah dengan tuntas.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
Lampiran 1
16. Anda pernah putus asa pada saat kalian tidak lulus ujian.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
17. Anda bolos pada jam pelajaran.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
18. Anda suka menolong teman anda ketika dalam kesulitan.
c. kadang-kadang
a. Selalu
b. Sering
d. tidak pernah
19. Anda pernah melawan guru ketika menasehati anda.
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
20. Anda menangis dan sedih ketika nilai ujian anda rendah dan jelek.
a. Selalu
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
b. Sering
21. Apabila telah selesai sekolah, anda singgah dan berkumpul dahulu dengan temanteman anda di tempat lain.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
22. Anda selalu ikut pelajaran tambahan di sekolah.
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
23. Anda mempunyai perasaan dendam, iri dan dengki kepada teman sekolah anda.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
24. Anda selalu mematuhi tata tertib sekolah.
a. Selalu
b. Sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
25. Anda pernah bertengkar atau tawuran dengan teman sekolah anda.
a. Selalu
c. kadang-kadang
b. Sering
d. tidak pernah
Selamat Mengerjakan Dan Terima Kasih !
Interviewee
: Drs. Wahid Hasyim
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari / Tanggal : Kamis, 25 Oktober 2012
Tempat
: Ruang kepala sekolah
1. Bagaimana latar belakang sekolah ini di dirikan ?
Jawaban : Untuk latar belakang sekolah ini di dirikan adalah guna untuk membantu
perkembangan pendidikan di lingkungan masyarakat, selain itu juga sebagai
kelanjutan sekolah dari yayasan-yayasan lain. Karena sekolah ini mempunyai yayasan
yang bernama Yayasan Pendidikan Insan Indonesia (YPII). Sekolah ini tidak hanya
menerima siswa dari yayasan tersebut saja, akan tetapi juga menerima siswa yang
lulus dari yayasan lain. Seperti SMP – SMP dari yayasan lain dapat pula masuk ke
sekolah SMA ini.
2. Apa tujuan sekolah ini di dirikan ?
Jawaban : Tujuan sekolah ini didirikan tidak lain seperti tujuan pendidikan nasional
kita yang ada di undang-undang No. 20 Sisdiknas. Dan tujuan lain juga untuk
mengentaskan kebodohan dan ketertinggalan zaman di era modern ini. Dan juga
sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan mencerdaskan anak bangsa dan Negara
dengan maksud mendewasakan anak yang berbudi pekerti luhur dan berjiwa pancasila
yang mengabdi kepada bangsa dan Negara Indonesia.
3. Bagaimana proses murid-murid SMA disekolah ini diterima ?
Jawaban : Untuk sementara ini belum ada tes evaluasi. siswa tidak di evaluasi melalui
tes yang dapat menggugurkan kesempatan siswa masuk ke sekolah ini, akan tetapi
siswa semuanya bisa diterima melalui pendaftaran dan tes penempatan.
4. Apakah semua murid boleh masuk ke sekolah SMA ini ?
Jawaban : iya, semua murid boleh masuk di sekolah ini. Tanpa ada syarat-syarat
tertentu yang memungkinkan siswa di tolak untuk masuk di sekolah ini.
5. Bagaimana cara atau metode bapak dalam mengembangkan potensi yang di miliki
murid ?
Jawaban : melalui beberapa macam-macam kegiatan. Baik intra maupun ekstra
kurikuler. Melatih dan membimbing siswa serta memotivasi siswa agar ikut dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
6. Bagaimana cara bapak mengatasi siswa yang emosionalnya tinggi ?
Jawaban : Dengan cara mengajak siswa berbicara dari hati ke hati (Empat mata)
sehingga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan anak tersebut.
7. Bagaimana bapak memberikan sanksi hukum bagi siswa yang melanggar tata tertib
di sekolah ?
Jawaban : memberi hukuman kepada siswa disesuaikan dengan aturan-aturan sekolah
yang berlaku dan di sosialisasikan terlebih dahulu. Agar pemberian hukuman disini
objektif maka dari itu di sesuaikan dengan undang-undang atau peraturan sekolah
yang berlaku bagi siswa. Dengan tujuan hukuman tersebut hanya untuk mendidik
bukan tujuan menyakiti.
8. Mengapa di sekolah ini menerima siswa dari berbagai agama dan apakah tidak
merusak atau mempengaruhi jiwa keislaman siswa ?
Jawaban : karena supaya tidak terkotak-kotakkan atau pengkhususan. Dengan kata
lain sekolah ini menerima siswa dari berbagai agama karena sekolah disini bersifat
umum tidak khusus. Dan jiwa keislaman siswa yang lain tidak akan berpengaruh atau
merusak kerohanian islamnya karena sudah ada wadahnya masing-masing agama dan
sudah ada guru agamanya masing-masing sebagai rasa toleransi beragama. Saling
menghormati dan menghargai antar umat beragama, dengan tujuan untuk bersatu
bukan untuk berpecah belah. Berbeda pendapat dijadikan warna persatuan bukan
dijadikan perpecahan.
Interviewer
Interviewee
Muhammad Ilzam Asy'ari
Drs. Moh. Wahid Hasyim
Interviewee : Slamet Munajab, S.Ag
Jabatan
: Guru Agama Islam
Hari / Tgl
: Rabu, 24 Oktober 2012
Tempat
: Ruang Kantor Guru
1. Bagaimana cara bapak dalam menumbuhkan dan menanamkan nilai-nilai agama
dalam diri siswa ?
Jawaban : Memberi nasehat kepada siswa, praktek agama ke masyarakat dalam
bentuk berjama'ah, sholat dhuha, pengajian rutin, mengajak siswa belajar berbagi
setiap hari jum'at mengadakan sumbangan dana (infaq) untuk anak yatim dan kaum
dhuafa'. Dan setiap tahunnya mengundang anak yatim dan kaum dhuafa' ke sekolah
untuk kemasyarakatan. Diantaranya seperti mengadakan penyembelihan qurban (Idul
adha) dan mengadakan pesantren kilat.
2. Langkah-langkah apa saja yang bapak lakukan untuk mengembangkan fitrah
sebagai potensi siswa di sekolah ?
Jawaban : pertama, membiasakan diskusi di kelas dan membiasakan pemberian
jadwal kultum kepada siswa setiap selesai sholat wajib berjama'ah di sekolah. Kedua,
dengan mengadakan perlombaan-perlombaan yang bersifat kerohanian. Contohnya
seperti lomba qiro'atul qur'an. Ketiga, mengikuti pelatihan pembentukan karakter
setiap tahun. Misalnya seperti mengundang ESQ (Emotional Spiritual quation) atau
semacamnya.
3. Bagaimana cara bapak menghukum jika ada siswa yang tidak mengerjakan PR ?
Jawaban : pertama, dengan cara penagihan atau ditagih kepada siswa yang
bersangkutan. Kedua, jika tidak mengumpulkan juga dihukum atau diancam dengan
nilai agama rendah atau kurang.
4. Apa yang bapak lakukan jika mendapati teman seprofesi bapak melakukan
kekerasan dalam mendidik siswa di sekolah ?
Jawaban : menanyakan persoalannya, lalu memberikan solusi supaya tidak terjadi
kekerasan fisik lagi di sekolah. Dan juga memberikan saran atau kritikan agar terjadi
lagi kekerasan di sekolah.
5. Apakah bapak mengenal kekurangan dan kelebihan siswa bapak dalam belajar ?
dan bagaimana caranya?
Jawaban : iya, dengan cara melihat kelemahan di setiap kali pembelajaran di kelas,
sehingga dapat diketahui letak kelemahan dan kelebihan siswa pada saat belajar. Lalu
diadakan evaluasi dengan tes lisan. Dengan tes lisan kita bisa langsung tau dimana
letak kekurangan dan kelemahan siswa dalam belajar di sekolah.
6. Bagaimana cara bapak mengenal bakat siswa di sekolah ?
Jawaban : 1) melihat kegiatan siswa disekolah sehari-hari. 2) mengamati tingkah laku
siswa dalam belajar di sekolah. 3) melihat latar belakang siswa dari biodata siswa. 4)
dan bisa juga dengan menanyakan hobinya langsung kepada siswa.
Interviewer
Interviewee
Muhammad Ilzam Asy'ari
Slamet Munajab, S.Ag
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang di gunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul " Peran
Pendidik Dalam Mengembangkan Fitrah Sebagai Potensi Dasar Manusia Di SMA
Dharma Karya UT Pamulang Kota Tangerang Selatan " yang di susun oleh
Muhammad Ilzam Asy'ari, NIM 208011000027 Jurusan Pendidikan agama islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah di
uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada hari Rabu tanggal 2 Januari
2013
Jakarta, 2 januari 2013
Dosen Pembimbing
Marhamah Saleh, Lc, MA
NIP. 19720313 200801 2 010
LEMBAR UJI REFERENSI
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pengarang
Judul buku
IIF Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Sekolah
Sofan Amri, Tatik Terpadu, Jakarta: PT. Prestasi
Elisah
Pustakaraya, Cetakan Pertama,
2011
Ahsin w.Al-hafidz Kamus Ilmu Al-qur'an, Jakarta:
Amzah Sinar Grafika Offset, Cet3, 2008
Isma Almatin
Dahsyatnya Hypnosis Learning
Untuk Guru & Orang Tua,
Yogyakarta: Pustaka Widyatama,
Cetakan Pertama, 2010
Ahmad Mustofa Tafsir al-Maraghy,
Al-maraghy
Cetakan
kedua,
PT.Toha Putra, 1994
Amina Noor
Suharsimi
Arikunto
Juz XIII,
Semarang:
Mendidik anak Pintar Cerdas
Bermula Dari Alam Rahim…,
Kuala Lumpur, Darul Nu'man,
Cetakan Pertama, 1995
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek,
Jakarta:Rineka
Cipta,
Edisi
Revisi, Cet-12, 2002
Departemen
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pendidikan
dan Jakarta: Balai Pustaka, 1988
kebudayaan
Thomas Gordon
Guru Yang Efektif, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, Cetakan
Ke-3, 1996
Hamzah B. Uno
Profesi
Kependidikan,
Jakarta:Bumi Aksara, 2008
Hal
Skripsi
Hal
Referensi
12
191
16
78
25
105
23
211
15
133
34
108
21
697
24
61
10
15
Paraf
Dosen
Pembimbing
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Mazhahiri, Husain
Slamet
Santoso
Pintar Mendidik Anak, Jakarta:
PT. Lentera Basritama, Cet-2,
1999
18
166
Iman Pembinaan Watak Tugas Utama
Pendidikan, Jakarta: UI Press,
Cet-2, 1981
23
167
Psikologi Agama, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, Edisi
Revisi Ke-12, 2009
18
67
1
13
14
9
17
5
3
7
20
14
11
88
26
42
Jalaluddin
Jalaluddin,
Abdullah
Filsafat Pendidikan, Jakarta:
Gaya Media Pratama, 1997
Moh. Uzer Usman
Menjadi
Guru
Profesional,
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya, Cet ke-23, 2009
Hasan Langgulung Manusia dan Pendidikan Suatu
Analisis
Psikologi
dan
Pendidikan, Jakarta: Pustaka AlHusna, Cetakan Pertama, 1986
M.
Jamaluddin Psikologi Anak Dan Remaja
Mahfudz
Muslim, Jakarta: Pustaka Alkautsar, Cetakan Pertama, 2001
Attia Mahmud
Bimbingan
Pendidikan
Dan
Pekerjaan, Jakarta: PT. Sumber
Bahagia, 1997
Abdul
Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Jusuf Mudzakkir
Kencana, Edisi ke-1, 2008
Muhibbinsyah,
Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja
Rosdakarya
Offset,
Cetakan ke-15, 2010
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
E. Mulyasa
Menjadi
Guru
Profesional,
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya, Cetakan ke-7, 2008
14
37
29
187
20
89-90
15
1063
Perspektif Islam Tentang Strategi
Pembelajaran, Jakarta: Kencana,
Cetakan Pertama, 2009
17
79
Nashih Pedoman Pendidikan Anak Dalam
Islam, Semarang: Asy-Syifa', Cet3, 1981
13
149
13
1
15
122
4
74
21
490
Yudhi Munadhi
Media Pembelajaran Sebuah
Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung
Persada Press, Cetakan Pertama,
2008
Abdul
Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam,
Jusuf Mudzakkir
Jakarta; PT. Raja Grafindo
Persada, Cetakan ke-2, 2002
Ahmad
Warson Kamus
Al-Munawwir
ArabMunawwir
Indonesia Terlengkap, Surabaya:
Pustaka Progressif, Cetakan ke14, 1997
Abuddin Nata
Abdullah
Ulwan
Samsul Nizar
Samsul Nizar
Sejarah
Pendidikan
Jakarta:
Kencana,
Pertama, 2007
Islam,
Cetakan
Memperbincangkan
Dinamika
Intelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang
Pendidikan
Islam,
Jakarta:
Kencana,
Cetakan
Pertama, 2008
Nuraida, Rihlah Character Building Guru PAI,
Nur Aulia
Jakarta: Aulia Publishing House,
Cetakan ke-2, 2008
Sutan Rajasa
Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Karya Utama, 2002
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
M. Alisuf Sabri
Pengantar Psikologi Umum &
Perkembangan, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, Cetakan Pertama, 1993
26
173
Monty
Mendidik Kecerdasan. Pedoman
P.Satiadarma
& Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam
Fidelis E.waruwu Mendidik Anak Cerdas, Jakarta:
Pustaka Populer Obor, Edisi
Pertama, 2003
24
77
M. Quraish Shihab Wawasan
Al-qur’an
Tafsir
Maudhu’I
atas
Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: PT.
Mizan Pustaka, Cet ke- XVI, 2005
16
375
Pengantar statistik pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Cetakan ke-24, 2012
39
206
Metodologi
Penelitian
Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, Cetakan Pertama, 2003
34
54
Beberapa
Aspek
Dasar
Kependidikan,
Jakarta:
Bina
Aksara, 1983
11
26
Proses Belajar Mengajar Di
Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
Edisi Revisi, 2009
13
171
Mohammad
Syadid
Konsep Pendidikan Dalam Alqur'an, Jakarta: Penebar Salam,
Cetakan Pertama, 2001
25
72
Ahmad Tafsir
Ilmu
Pendidikan
Dalam
Perspektif
Islam,
Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1992
11
74-75
42
49
Anas Sudijono
Sukardi
Suryosubrata B.,
B. Suryosubroto
Tim Penyusun
Pedoman Penulisan Skripsi FITK,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
Edisi Revisi, 2011
40
41
42
Umar
Tirtarahardja,
L. La Sulo
Pengantar
Pendidikan
Edisi
S. Revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta,
Cetakan ke-2, 2005
UU RI No. 3
H.C.
Witherington,
M.Buchori (terj)
2
37
Undang-Undang Peradilan Anak,
Jakarta: Sinar Grafika, 1997
10
54
Psikologi Pendidikan,
Aksara Baru, 1978
12
143
Jakarta:
Jakarta, 2 Januari 2013
Mengetahui,
Dosen Pembimbing:
Marhamah Saleh, Lc. MA
NIP : 19720313 200801 2 010
Download