PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER

advertisement
PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL
TRIMESTER 1, TRIMESTER 2, DAN TRIMESTER 3
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum
ANINDITA KUSUMA ARDIANI
G2A009148
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KTI
PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER 1,
TRIMESTER 2, DAN TRIMESTER 3
Disusun oleh
ANINDITA KUSUMA ARDIANI
G2A009148
Telah disetujui
Semarang, 4 September 2013
Pembimbing
drg. Windriyatna
196903061999031002
Ketua Penguji
Penguji
dr. Gana Adyaksa, M.si.Med
198307202008121003
drg. Gunawan Wibisono, M.si.Med
196605281999031001
PERBEDAAN CURAH SALIVA PADA WANITA HAMIL TRIMESTER 1,
TRIMESTER 2, DAN TRIMESTER 3
Anindita Kusuma Ardiani1, Windriyatna2
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada masa kehamilan terjadi perubahan hormonal pada tubuh
wanita. Perubahan hormonal dapat memicu perubahan anatomi maupun fisiologis
pada seluruh organ tubuh, salah satunya pada kelenjar saliva. Penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa perubahan hormonal pada saat hamil mempengaruhi kerja
kelenjar saliva, menyebabkan penurunan curah saliva. Namun, penelitian lain
menyebutkan bahwa tidak terjadi perubahan yang bermakna pada curah saliva
saat hamil.
Tujuan: Mengetahui perbedaan curah saliva pada wanita tidak hamil dengan
wanita hamil.
Metode: Metode penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Sampel
merupakan pasien yang sudah terdaftar untuk menjalani pemeriksaan rutin
kehamilan di Rumah Bersalin Citra Insani dan Klinik Bersalin Mukti Rahayu
Semarang. Data yang dikumpulkan adalah data primer berupa skala rasio yang
ditentukan dari hasil pengukuran curah saliva sebanyak satu kali pada tiap pasien
dengan usia kehamilan yang berbeda-beda. Uji statistik menggunakan uji
parametrik One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji parametrik uji T tidak
berpasangan.
Hasil: Rerata curah saliva kelompok kontrol adalah 0,82±0,38, rerata curah saliva
wanita hamil trimester 1 adalah 0,48±0,23, rerata curah saliva wanita hamil
trimester 2 adalah 0,45±0,24, dan rerata curah saliva wanita hamil trimester 3
adalah 0,51±0,33. Hasil statistik dengan uji T tidak berpasangan menunjukkan
perbedaan curah saliva antar masing–masing kelompok.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara curah saliva wanita tidak
hamil dengan wanita hamil, curah saliva pada kehamilan trimester 1 dengan
kehamilan trimester 2, dan kehamilan trimester 3.
Kata kunci: kehamilan, curah saliva
1
2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang
THE DIFFERENCE OF SALIVARY FLOW RATE AMONG PREGNANT
WOMEN IN TRIMESTER 1, TRIMESTER 2, AND TRIMESTER 3
ABSTRACT
Background: Hormonal changes in female occur during pregnancy.Those changes
may affect in anatomical and the physiologycal changes of the entire organs,
including salivary glands. The previous studies said that hormonal changes during
pregnancy may affect in the work of salivary glands, cause reduction in salivary
flow rate. But, other study contradictionally said that there is no changes in
salivary flow rate during pregnancy.
Aim: Determine the difference of salivary flow rate between pregnant women and
non pregnant women.
Method: This study was a cross sectional study. The sample was taken from Citra
Insani Maternal House, and Mukti Rahayu Maternal Clinic in Semarang. Fourty
five pregnant women at different stages of pregnancy, fifteen women each group,
first, second, and third trimesters were included in the study. The other fifteen non
pregnant women were used as a control group. The collected data were primary
data with ratio scale, collected from the result of salivary flow rate measurement
taken once each patient. Statistical analyses of the data used parametric test One
Way ANOVA, continued with Student’s Independent T-Test.
Result: The mean of salivary flow rate on the control group is 0,82±0,38, the
mean of salivary flow rate in the pregnant women during first trimester is
0,48±0,23, the mean of salivary flow rate in the pregnant women during second
trimester is 0,45±0,24, and the mean of salivary flow rate in the pregnant women
during third trimester is 0,51±0,33. The result of statitical analyses using student’s
Independent T-Test showed the salivary flow rate on each groups are different.
Conclussion: There is a significant difference between salivary flow rate in
pregnant women and non pregnant women, salivary flow rate in pregnant women
during first trimester, second trimester, and third trimester.
Keywords: pregnancy, salivary flow rate
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan salah satu fase terpenting bagi wanita. Rata-rata,
kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau kurang lebih 275
hari. Waktu kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester dimana tiap trimester
berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1 berlangsung selama 12 minggu,
trimester 2 berlangsung selama 15 minggu dan trimester 3 berlangsung selama 13
minggu.1
Selama kehamilan, terjadi perubahan hormonal pada wanita yang memicu
timbulnya perubahan anatomi maupun fisiologi pada seluruh sistem tubuh wanita
tersebut. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Perubahan
tersebut meliputi perubahan pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskuler, sistem
respirasi, sistem endokrin, sistem metabolik, hemostatis, sampai ke organ seperti
kulit, payudara, traktus urinarius, traktus digestivus termasuk menimbulkan
perubahan pada rongga mulut dan kelenjar saliva di sekitarnya.1,2
Hormon utama dalam masa kehamilan adalah estrogen dan progesteron. Hormonhormon tersebut diketahui memiliki peran yang bermakna dalam fisiologi rongga
mulut manusia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa selain mukosa oral,
kelenjar saliva juga sensitif terhadap kerja hormon estrogen.3,4 Disamping
memiliki efek langsung pada jaringan periodontal, kehamilan, menstruasi, dan
terapi sulih hormon dapat memicu perubahan jangka pendek pada curah saliva,
kapasitas buffer saliva, dan komposisi biokimiawi saliva.5
Saliva adalah cairan penting dalam rongga mulut yang memiliki peran penting
pada kesehatan mulut dan fungsinya. Produksi normal saliva setiap hari berkisar
antara 0,5-1,5 liter.6 Sedangkan curah saliva dalam keadaan biasa (kondisi
istirahat) adalah 0,1-0,5 ml/menit.7 Perubahan pada komposisi saliva dan curah
saliva dapat menimbulkan masalah kesehatan pada rongga mulut seperti masalah
pengecapan, abrasi dan iritasi mukosa, peningkatan formasi plak, peningkatan
resiko karies gigi, erosi gigi, dan penyakit periodontal.7 Kesehatan rongga mulut
wanita hamil dapat berimplikasi pada kesehatan janin. Offenbacher dkk
menyatakan bahwa penyakit periodontal yang tidak dirawat pada wanita hamil
merupakan salah satu faktor risiko kelahiran sebelum waktunya (<37 minggu) dan
bayi lahir dengan berat badan kurang (<2500 gram).8
Beberapa penelitian tentang curah saliva pada masa kehamilan memberikan hasil
yang berbeda-beda. Penelitian dengan cross sectional study menunjukkan
penurunan curah saliva terstimulasi pada wanita hamil sedangkan longitudinal
study menunjukkan tidak ada perbedaan curah saliva terstimulasi pada wanita
hamil.9 Penelitian Al Nuaimy dan Al Doski tahun 2001 menyebutkan bahwa
terdapat penurunan curah saliva pada usia kehamilan trimester 1, trimester 2, dan
trimester 3.10 Sedangkan penelitian Maria Rockenbach pada tahun 2006
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan curah saliva pada wanita hamil dengan
wanita yang tidak hamil.5
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan curah saliva pada wanita
tidak hamil dengan wanita hamil.
METODE
Rancangan penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan belah
lintang.11 Penelitian ini dilaksanakan di RSB Citra Insani Semarang dan klinik
bersalin Mukti Rahayu Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. Responden
dipilih dengan cara consecutive sampling.11 Data diperoleh dari pasien wanita
hamil yang didiagnosis oleh bidan dan dokter penanggung jawab kemudian diukur
curah salivanya. Curah saliva yang diambil adalah unstimulated whole saliva,
yaitu saliva yang diambil dalam keadaan istirahat, tanpa stimulasi dari luar.
Pada penelitian ini didapatkan 45 responden wanita hamil sebagai sampel
penelitian dan 15 wanita tidak hamil sebagai kelompok kontrol. Kriteria
inklusinya adalah wanita hamil berusia 20-35 tahun dengan usia kehamilan
trimester 1, 2, atau 3 yang bukan merupakan kehamilan resiko tinggi, tidak pernah
menerima radioterapi area kepala dan leher, tidak mengalami gejala mulut kering,
sindroma sjogren, kelainan kelenjar ludah atau penyakit rongga mulut lainnya,
tidak memakai protesa gigi, tidak mengkonsumsi obat parasimpatomimetik atau
simpatomimetik, dan bersedia mengikuti penelitian, sedangkan kriteria eksklusi
responden mengalami mual dan muntah selama penelitian berlangsung. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah usia kehamilan dengan variabel terikat adalah
curah saliva. Analisis data dilakukan menggunakan uji One Way ANOVA dan uji
T tidak berpasangan.
HASIL
Karakteristik dan Distribusi Responden
Hasil penelitian terhadap wanita hamil di Rumah Bersalin Citra Insani dan Klinik
Bersalin Mukti Rahayu Semarang diperoleh karakteristik subjek penelitian yang
dapat dilihat pada Tabel 1. Dari 45 sampel penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi, dikelompokkan berdasarkan usia kehamilan trimester 1, 2 , dan 3 dengan
masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang responden. Sampel berusia 20-35
tahun dengan kelompok usia terbanyak adalah 20-25 tahun.
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik
Frekuensi N (%)
Usia Responden
20-25 tahun
51,67
26-30 tahun
38,33
31-35 tahun
10
Perbedaan Curah Saliva
Setelah dilakukan uji satatistik, dapat dilihat rerata curah saliva pada wanita hamil
trimester 1, 2, dan 3 serta curah saliva pada wanita tidak hamil pada Tabel 2.
Didapatkan adanya penurunan rerata curah saliva antara kelompok wanita tidak
hamil sebagai kontrol dengan kelompok wanita hamil trimester 1, trimester 2, dan
trimester 3. Rerata curah saliva terendah didapatkan pada kelompok wanita hamil
trimester 2.
Tabel 2. Penilaian rerata curah saliva
Curah saliva
N
Mean
Std. Deviation
Curah saliva kelompok kontrol
15
0.82
0.38
Curah saliva wanita hamil trimester 1
15
0.48
0.23
Curah saliva wanita hamil trimester 2
15
0.45
0.24
Curah saliva wanita hamil trimester 3
15
0.51
0.33
Curah Saliva
1
0,8
0,6
0,4
Curah Saliva
0,2
0
Tidak
hamil
Trimester Trimester Trimester
1
2
3
Analisis Perbedaan Curah Saliva pada Wanita Hamil Trimester 1, Trimester 2,
dan Trimester 3
Berdasarkan pemeriksaan curah saliva didapatkan rerata curah saliva kelompok
kontrol adalah 0,82±0,38, rerata curah saliva wanita hamil trimester 1 adalah
0,48±0,23, rerata curah saliva wanita hamil trimester 2 adalah 0,45±0,24, dan
rerata curah saliva wanita hamil trimester 3 adalah 0,51±0,33. Terlihat adanya
penurunan curah saliva pada kelompok wanita hamil.
Hasil data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan uji One way
ANOVA untuk mengetahui perbedaan curah saliva pada wanita tidak hamil dengan
wanita hamil trimester 1, trimester 2, dan trimester 3. Didapatkan p=0,007
(p<0,05) maka diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
sehingga dapat dilanjutkan dengan uji T tidak berpasangan untuk mengetahui
perbedaan curah saliva pada wanita tidak hamil dengan wanita hamil trimester 1,
wanita tidak hamil dengan wanita hamil trimester 2, dan wanita tidak hamil
dengan wanita hamil trimester 3, dianggap bermakna jika p<0,05. Berikut
ditampilkan tabel dari hasil analisis uji T tidak berpasangan.
Tabel 3. Hasil uji T tidak berpasangan
Tidak hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Tidak hamil
-
0,008*
0,002*
0,013*
Trimester 1
0,008*
-
0,642
0,997
Trimester 2
0,002*
0,642
-
0,670
Trimester 3
0,013*
0,997
0,670
-
Berdasarkan hasil analisis uji T tidak berpasangan didapatkan bahwa curah saliva
wanita tidak hamil berbeda dengan curah saliva wanita hamil trimester 1, curah
saliva wanita tidak hamil berbeda dengan curah saliva wanita hamil trimester 2,
dan curah saliva wanita tidak hamil berbeda dengan curah saliva wanita hamil
trimester 3. Sedangkan nilai signifikansi p>0,05 berarti perbedaan yang kurang
bermakna secara statistik antara curah saliva wanita hamil trimester 1 dengan
curah saliva wanita hamil trimester 2 dan trimester 3.
PEMBAHASAN
Aliran curah saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
hormonal yang terjadi saat kehamilan. Perubahan hormonal yang terjadi
mempengaruhi kerja dan produksi saliva. Penurunan curah saliva pada wanita
hamil dibandingkan dengan kelompok wanita tidak hamil dihubungkan dengan
aktivitas estrogen yang dapat menghambat penyerapan iodium. Kekurangan
iodium yang berpengaruh pada penurunan produksi saliva sering menyebabkan
keluhan mulut kering.12
Sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom, saraf parasimpatis yang memicu
sekresi saliva encer dan saraf simpatis yang memicu sekresi saliva yang lebih
kental dan kaya protein. Pada umumnya, saraf parasimpatis memiliki transmitter
berupa asetilkolin, dan saraf simpatis memiliki transmitter berupa noradrenalin,
tetapi diketahui saraf parasimpatis juga menggunakan mekanisme transmisi lain
yaitu dengan vasoactive intestinal peptide (VIP). 13
Perubahan hormonal hingga mempengaruhi sekresi saliva melalui mekanisme
yang kompleks. Penurunan curah saliva pada masa kehamilan juga dihubungkan
dengan aktivitas hormon tiroid yang meningkat yang kemudian menghambat
aktivitas Vasoactive Intestinal Peptide (VIP)14 sehingga rangsangan parasimpatis
berkurang, mengasilkan saliva yang kurang encer dan sedikit air. Di sisi lain,
meningkatnya hormon estrogen, dalam bentuk estradiol diketahui dapat
meningkatkan konsentrasi VIP.14 Peningkatan kadar estrogen dan progesteron
dalam saliva yang mencapai puncaknya pada akhir kehamilan menyebabkan curah
saliva pada trimester 3 kembali naik, meskipun masih lebih rendah daripada curah
saliva pada kelompok kontrol. Namun, dapat dilihat bahwa penurunan curah
saliva selama kehamilan tersebut masih dalam batas normal.
Perbedaan curah saliva antara wanita hamil trimester 1, trimester 2, dan trimester
kurang bermakna secara statistik karena penurunan curah saliva terjadi secara
perlahan, seiring dengan perubahan hormonal yang terjadi. Rerata curah saliva
antara ketiga kelompok tersebut hanya berbeda sedikit. Namun, ketiganya
memliki perbedaan yang bermakna bila dibandingkan dengan rerata curah saliva
kelompok kontrol.
Perubahan kadar estrogren dan progesteron selama kehamilan juga mempengaruhi
perubahan komponen saliva seperti penurunan pH saliva, kadar natrium, kalsium,
dan peningkatan protein total. Perubahan pada komposisi saliva dan curah saliva
dapat menimbulkan masalah kesehatan pada rongga mulut seperti masalah
pengecapan, abrasi dan iritasi mukosa peningkatan formasi plak, peningkatan
resiko karies gigi, erosi gigi, dan penyakit periodontal.7
Penurunan curah saliva hingga timbul keluhan mulut kering disertai penurunan
derajat keasaman saliva dapat meningkatkan resiko penyakit periodontal karena
lingkungan asam merupakan tempat berkembang yang baik untuk bakteri
patologis.15 Kesehatan rongga mulut wanita hamil dapat berimplikasi pada
kesehatan janin. Penyakit periodontal yang tidak dirawat pada wanita hamil
merupakan salah satu faktor risiko kelahiran kurang bulan dan bayi lahir dengan
berat badan kurang.8 Penurunan curah saliva dan sensasi mulut kering pada masa
kehamilan dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi air, dan makanan yang
kadar airnya cukup tinggi. Konsumsi permen karet rendah gula dapat dilakukan
untuk menstimulasi curah saliva. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga
kesehatan mulut dengan baik untuk mencegah berkembangnya bakteri patologis.7
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah kelompok responden wanita hamil
trimester 1 yang lebih sulit didapatkan. Hal tersebut karena sepanjang masa
kehamilan trimester 1, pemeriksaan kehamilan cukup dilakukan sekali, sesuai
petunjuk pelaksanaan Ante Natal Care (ANC).16 Sehingga, waktu pemeriksaan
kehamilan calon responden dengan waktu penelitian kurang dapat disesuaikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan curah
saliva pada wanita hamil dengan wanita tidak hamil dan terdapat perbedaan curah
saliva pada wanita hamil trimester 1 dengan wanita hamil trimester 2, dan wanita
hamil trimester 3, tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh perubahan hormonal
pada masa kehamilan tidak hanya terhadap curah saliva, tetapi juga pada
komposisi saliva maupun jaringan periodontal lainnya. Selain itu, perlu juga
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kehamilan terhadap saliva
dan jaringan periodontal lainnya, pada masing-masing trimester. Penelitianpenelitian tersebut diharapkan dapat membuat pasien hamil lebih memperhatikan
kesehatan mulut selama masa kehamilannya sehingga keluhan keluhan mengenai
kesehatan mulutdapat dihindari serta tidak mengganggu kesehatan ibu dan janin.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada drg.Windriyatna dan drg. Kuswartono
Mulyo B, Sp.BM yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr.Gana Adyaksa,
M.si. Med selaku ketua penguji dan drg. Gunawan Wibisono, M.si. Med selaku
penguji, serta pihak-pihak lain yuang telah membantu hingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru
Lahir. In: Saifuddin AB, Wiknjosastro GH (eds.) Ilmu Kebidanan. 4th ed.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. p174-187.
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC,
Wenstrom, KD. Fisiologi Kehamilan. In: Hartanto Huriawati et.al
(eds.)Obstetri Williams. 21st ed. Jakarta: EGC; 2006. p180-213.
3. Amerongen AVN. Ludah dan Kelenjar Ludah : Arti bagi Kesehatan Gigi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1991.
4. Välimaa H, Savolainen S, Soukka T, Silvoniemi P, Mäkelä S, Kujari H, et
al. Estrogen Receptor-β is The Predominant Estrogen Receptor Subtype in
Human Oral Epithelium and Salivary Glands. Journal of Endocrinology.
2004: 55-62.
5. Rockenbach MI, Marinho SA, Veeck EB, Lindemann L, Shinkai RS.
Salivary Flow Rate, pH, and Concentrations of Calcium, phosphate, and
sIgA in Brazilian Pregnant and Non-pregnant Women. Head and Face
Medicine. 2006;2(44).
6. Navazesh M, Kumar SKS. Measuring Salivary Flow: Challenges and
Opportunities. The Journal of The American Dental Association. 2008;
139: 35-40.
7. Walsh LJ. Clinical Aspects of Salivary Biology for The Dental Clinician.
Brisbane: 2000.
8. Singh S, Kumar A, Kumar N, Verma S, Soni N, Ahuja R. Periodontal
Disease and Adverse Pregnancy Outcome Study. Pakistan Oral and Dental
Journal. 2011;31 (1): 165-167.
9. Sultana RR, Zafarullah SN, Kirubamani NH. Salivary Signature of Normal
Pregnant Women in Each Trimester as Analyzed by FTIR Spectroscopy.
Indian Journal of Science and Technology. 2011;4(5): 481-486.
10. Al-Nuaimy KMT, Al-Doski FSh. Pregnancy-related changes in oral health
and human unstimulated whole saliva. Al-Rafidain Dental
Journal.2003;3(2):108-115.
11. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th
ed. Jakarta. Sagung Seto; 2011.
12. How Iodine Deficiency May affect Your Child’s Brain Function and
IQ.2013.[cited
2013
August
22];
Available
from:http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2013/05/04/iodinedeficiency-affect-childs-brain-function.aspx
13. Ektröm J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and The Control
of Its Secretion. Berlin: Springer-Verlag; 2012.
14. Dagerman A, Chun D, Nguyen TB, Bravo DT, Alanis J, Rökaeus A, et.al.
Local Action of Estrogen and Thyroid Hormone on Vasoactive Intestinal
Peptide (VIP) and Galanin Gene Expression in The Rat Anterior Pituitary.
Los Angeles: University of California; 2002.
15. Errahman A. Manifestasi Kehamilan di Rongga Mulut. Medan: University
of Sumatra Utara; 2000.
16. Ikatan Bidan Indonesia. Standar Pelayanan Kebidanan 2002. Indonesia:
Ikatan Bidan Indonesia. 2002.
Download