Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat (BAL) yang diisolasi dari feses Orangutan (Pongo pygmaeus) terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Enterik Patogen secara In Vitro. In Vitro Test of Antimicrobial Activity of Lactic Acid Bacteria Isolated from Orangutan (Pongo Pygmaeus) Feces toward Enteric Pathogen Wahyuni E. Septiarini, Masdiana C. Padaga, Dyah A. Oktaviane Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRAK Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan probiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Bakteri patogen yang sering menginfeksi orangutan yaitu Shigella, E. coli, dan Salmonella. Bakteri Asam Laktat memproduksi substansi penghambat seperti asam laktat, diasetil, asetidehid, hidrogen peroxida (H2O2), karbon dioksida (CO2) dan bakteriosin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktivitas antimikroba yang dihasilkan oleh isolat BAL yang diisolasi dari feses orangutan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri enterik patogen dan mengetahui konsentrasi penghambatan minimum substrat antimikroba yang dihasilkan BAL terhadap bakteri enterik patogen. Penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas antimikroba secara In Vitro dengan metode well diffusion assay dan perhitungan konsentrasi penghambatan minimum (Minimum Inhibitory Concentration). Hasil penelitian menunjukkan BAL yang diisolasi dari feses orangutan memiliki aktivitas antimikroba yang bervariasi pada 14 isolat. Zona hambat dari BAL terhadap E.coli yang terbentuk adalah 3,43 mm hingga 8,57 mm, terhadap Salmonella 3,9 mm hingga 6,9 mm, dan terhadap Shigella 3,77 mm hingga 7,63 mm. Konsentrasi penghambatan minimal oleh BAL terhadap Shigella adalah 70% serta E.coli dan Salmonella adalah 90%. Dari hasil analisa statistik BAL memiliki perbedaan penghambatan terhadap bakteri enteric patogen (P<0.05). Sebagai kesimpulan Bakteri Asam Laktat mampu menghambat bakteri enterik patogen (E.coli, Salmonella dan Shigella) dan memiliki konsentrasi penghambatan minimal. Kata kunci: Bakteri Asam Laktat, Antimikroba, Bakteri Enterik Patogen, uji in vitro ABSTRACT Lactic Acid Bacteria (LAB) as a probiotic has an ability to inhibit pathogens bacteria. Enteric pathogens that commonly infect orangutan are Shigella, Campylobacter jejuni, E. Coli dan Salmonella.The antimicrobial activity of LAB was mediated by production of inhibitory substance, such as lactic acid, diacetyl, acetyldehyde, hydrogen peroxide (H2O2), carbon dioxide (CO2) and bacteriocyn. This research was aimed to study the ability of antimicrobial activity of LAB isolated from orangutan feces that could inhibit growth of enteric pathogen bacteria and to study the minimum inhibitory concentration of antimicrobial substrate produced by LAB towards enteric pathogen bacteria. These study was consided in vitro assay of antimicrobial activity with well diffusion assay method and calculation of Minimum Inhibitory Concentration. The result showed that LAB isolated from orangutan feces had antimicrobial activity differences in 14 isolate. The LAB towards E.coli clearing zone was 3,43 mm until 8,57 mm, towards Salmonella 3,9 mm until 6,9 mm and towards Shigella 3,77 mm until 7,63 mm. The minimum inhibitory concentration of LAB towards Shigella known to be 70% and 90% of E.coli and Salmonella. As if can be concluded that LAB could able to inhibit enteric pathogen bacteria (E.coli, Salmonella and Shigella) and has minimal inhibitory concentration. Keywords: Lactic Acid Bacteria, Antimicrobial, Enteric Pathogen Bacteria, in vitro test 1 pencernaan pada orangutan sehingga dapat dijadikan salah satu upaya pelestarian satwa. PENDAHULUAN Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan golongan mikroorganisme yang bermanfaat dengan sifat tidak toksik bagi inangnya dan mampu menghasilkan senyawa yang dapat membunuh bakteri patogen (Klaenhammer, 2005). Menurut Food and Agriculture Organization/World Health Organization (Anonimous, 2001) untuk menjadi probiotik, BAL harus memiliki aktivitas antimikroba dengan memproduksi substansi penghambat seperti asam laktat, diasetil, hidrogen peroxida (H2O2), karbondioksida (CO2) dan senyawa peptida antimikroba yang bernama bakteriosin. Senyawa-senyawa ini tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tetapi dapat mempengaruhi metabolisme bakteri atau produksi toksin (Rolfe, 2000). Bakteri Asam Laktat dapat diberikan pada hewan maupun manusia. Salah satu contoh hewan yang dapat diberikan BAL adalah orangutan. Orangutan merupakan spesies prioritas (flagship species) sebagai lambang konservasi yang termasuk kedalam jenis satwa liar dilindungi dengan status terancam punah (Endangered Spesies) sesuai dengan IUCN Red List tahun 2002. Salah satu penyebab kepunahan orangutan yaitu infeksi bakteri patogen. Bakteri patogen yang sering menginfeksi orangutan yaitu Shigella, E. coli dan Salmonella (Aieolo, 2000). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antimikroba BAL yang diisolasi dari feses orangutan (Pongo pygmaeus) dan mengetahui Minimum Inhibitory Consentration (MIC) BAL terhadap bakteri enterik patogen Escherichia coli, Salmonella dan Shigella dysentrieae secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba dan konsentrasi penghambatan minimum (Minimum Inhibitory Concentration) yang dihasilkan oleh isolat BAL dari feses orangutan (Pongo pygmaeus) terhadap bakteri enterik patogen. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang isolat BAL asal orangutan sebagai kandidat probiotik yang memiliki efek antimikroba terhadap bakteri enterik patogen dan dapat dijadikan dasar teori penggunaan BAL sebagai terapi gangguan MATERI DAN METODE Alat dan Bahan Bahan yang digunakan: Isolat BAL yang diisolasi dari feses orangutan, Bakteri enterik patogen (E.coli, Shigella dysenteriae, dan Samonella), media de Mann, Rogosa, Sharpe Agar (MRSA)(Merck,VWR, International, Darmstadt, Germany), media de Mann, Rogosa, Sharpe Broth (MRSB)(Merck,VWR,International,Darmstadt,G ermany), media Nutrient Broth (NB)(Himedia, Mumbai, India), media Nutrient Agar (NA) (Oxoid, England), Pepton Water 0,1%, aquades, dan blank disk (Oxoid), sedangkan alat yang digunakan: cawan petri, tabung reaksi (Pyrex), tabung sentrifus 15 ml, beaker glass (pyrex), erlenmeyer (pyrex), inkubator (Mmm medcenter), jangka sorong, neraca analitik (Metter Toledo), autoclave, spektrofotometer (Ganesys 20), sentrifuge dan laminar air flow ( Nuaire labgard class II). Prosedur Penelitian Persiapan Bakteri Uji Sebanyak 14 Isolat BAL diinokulasi pada MRSB dan diinkubasi pada suhu 37°C. Isolat pada media MRSB disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 15 menit untuk diambil supernatan (Al-rawi, et al., 2009). Isolat Bakteri enterik patogen diinokulasi pada NB dan diinkubasi pada suhu 37°C (Bromberg et al, 2004). Uji In Vitro Aktivitas Antimikroba BAL Uji aktivitas antimikroba BAL terhadap bakteri patogen dilakukan dengan metode well diffusion assay sesuai dengan metode Bromberg, et al. (2004) dan Saranya & Hemashenpagam (2011). Metode menggunakan pour plate dengan Nutrient Agar 20 ml serta 0,1 ml bakteri patogen dan diatasnya diberikan blank disk yang berisi 50 μl BAL kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Penghambatan ditunjukkan dengan adanya zona hambat di sekitar blank disk. 2 Penghitungan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) Minimum Inhibitory Concentration (MIC) digunakan untuk mengetahui konsentrasi terendah senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh isolat BAL yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Metode yang digunakan dalam penghitungan MIC adalah tube dilution technique sesuai metode yang digunakan Kubo (1993). Konsentrasi yang digunakan yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%. Konsentrasi tersebut berisi BAL, media pengenceran dengan volume hingga 100 ml dan bakteri patogen 1 ml. Kemudian dilakukan pengukuran OD (Optical Density) sebelum dan setelah inkubasi 37oC selama 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat BAL yang digunakan berjumlah 14 isolat dan 3 spesies Bakteri Enterik Patogen dengan populasi sesuai pada Tabel 1. Tabel 1. Bakteri yang digunakan dalam penelitian Populasi bakteri yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan kurva pertumbuhan, dimana waktu inkubasi disesuaikan pada fase stasioner. Menurut Djide dan Sartika (2000), bakteri menghasilkan senyawa metabolit primer pada fase stasioner. Menurut Arief, et al. (2010), BAL bermanfaat bagi tubuh dan bekerja sebagai probiotik pada jumlah populasi 107 cfu/ml sampai 109 cfu/ml. Menurut Kothary and Babu (2001) bahwa jumlah bakteri (E.coli, Salmonella dan Shigella) bersifat patogen lebih dari populasi 106 cfu/ml. Selanjutnya Bakteri Asam Laktat tersebut diuji aktivitas antimikroba terhadap Bakteri Enterik Patogen dengan pengukuran zona hambat yang tersaji pada Tabel 2. Jenis Bakteri BAL Patogen Spesies Populasi Aerococcus& Pediococcus Lactobacillus E.coli Salmonella Shigella 107cfu/ml Waktu inkubasi 18 jam 109cfu/ml 107cfu/ml 1011 cfu/ml 1011 cfu/ml 18 jam 14 jam 14 jam 14 jam Tabel 2. Rerata diameter zona hambat BAL terhadap bakteri patogen Isolat Bakteri 1 (Pediococcus) 2 (L. brevis) 3 (L. acidophilus) 4 (L. brevis) 5 (L. brevis) 6 (L. plantarum) 7 (L. plantarum) 8 (L. plantarum) 9 (Aerococcus sp/Enterococcus faecalis) 10 (L. acidophilus) 11(L. plantarum) 12 (L. plantarum) 13 (L. plantarum) 14 (L. plantarum) E.coli (mm)* 7,0 + 1,0c 5,77 + 0,81e 5,87 + 2,21e 5,10 + 1,82e 5,33 + 0,35e 5,53 + 0,40e 5,33 + 0,65e 5,67 + 0,91e 8,57 + 2,73a 7,53 + 1,33b 6,90 + 1,01d 6,10 + 6,15d 4,23 + 4,35f 3,43 + 3,18f Bakteri uji Salmonella (mm)* 6,9 + 0,72g 5,9 + 1,31i 6,23 + 0,50h 3,9 + 3,38k 5,7 + 1,0i 4,87 + 0,51j 5,9 + 1,05i 5,77 + 0,92i 4,53 + 3,96j 6,57 + 1,02h 5,67 + 1,45i 4,67 + 4,05j 6,33 + 1,35h 4,0 + 3,48k Shigella (mm)* 6,77 + 1.75o 7,63 + 1,53l 6,2 + 1,15o 7,53 + 1,66m 6,9 + 2,47n 5,87 + 0,51p 3,77 + 3,28q 6,57 + 1,5o 6,1 + 0,98o 6,2 + 1,15o 6,8 + 1,85o 6,33 + 0,35o 5,57 + 0,35p 5,33 + 0,35p *Rerata diameter zona hambat dihitung dari duplikasi sampel yang ditanam pada duplikasi cawan dengan 3 ulangan Ket: Setiap kolom terdapat superskrip berbeda yang menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) 3 Data hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa 14 isolat BAL mampu meghambat bakteri E.coli, Salmonella dan Shigella karena memiliki aktivitas antimikroba. Diameter zona hambat yang terbentuk bervariasi yaitu 3,43 mm hingga 8,57 mm. Dari analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata terhadap E.coli dan Shigella serta terdapat perbedaan yang nyata terhadap Salmonella (P < 0.05). Zona hambat BAL terhadap E.coli bervariasi yang termasuk dalam kategori tinggi dengan diameter lebih dari 6.10 mm dan kategori sedang dengan diameter lebih 3.43 mm. Pengelompokan kategori diameter zona hambat tersebut berdasarkan Pan, et al. (2009). Isolat 9 yaitu Aerococcus sp./Enterococcus faecalis memiliki zona hambat tertinggi dengan diameter 8.57 mm. Hal ini membuktikan bahwa isolat 9 memiliki kemampuan menghambat tinggi. Isolat 14 yaitu yaitu Lactobacillus casei/Lactobacillus plantarum memiliki kemampuan menghambat dengan diameter 3.43 mm. Zona hambat BAL terhadap Salmonella termasuk dalam kategori tinggi dengan diameter lebih dari 6.23 mm dan kategori sedang dengan diameter lebih dari 3.9 mm. Zona hambat tertinggi dimiliki oleh isolat 1 yaitu Pediococcus sp. dengan diameter 6.9 mm. Hal ini membuktikan bahwa isolat 1 memiliki kemampuan menghambat tinggi. Zona hambat yang dihasilkan oleh BAL terhadap Shigella termasuk dalam kategori tinggi dengan diameter lebih dari 6.1 mm dan kategori sedang dengan diameter lebih dari 3.77 mm. Zona hambat tertinggi dimiliki oleh Isolat 2 yang merupakan Lactobacillus delbrueckii/Lactobacillus brevis dengan diameter 7.63 mm. Lactobacillus sp. memiliki aktivitas antimikroba yang mampu menghambat bakteri patogen tinggi daripada BAL yang lain. Penghambatan BAL terhadap E.coli, Salmonella dan Shigella dilakukan dengan merusak dinding sel sehingga mengakibatkan lisis atau menghambat pertumbuhan dinding sel pada sel bakteri yang sedang tumbuh, merubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrien didalam sel, penghambat sintesis protein dan asam nukleat dengan cara mendenaturasikan protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim intraselluler sehingga mengganggu metabolisme sel (Pelezar and Chan, 2008). Menurut Abdelbasset, et al. (2008), Lactobacillus memiliki senyawa antimikroba seperti asam organik, hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Aktivitas antimikroba BAL disebabkan terutama oleh asam organik yang diproduksi sebagai hasil metabolisme glukosa seperti asam laktat dan asam asetat (Bogaert and Naidu 2000). Bakteri Asam Laktat juga memproduksi hidrogen peroksida (H2O2) melalui transport elektron melalui enzim flavin dengan peroksida lipid membran dan meningkatkan permeabilitas membran. Lactobacillus sp memiliki mekanisme kerja dengan tidak dapat mendisosiasi asam organik yang masuk kedalam sel bakteri dan mendisosiasi sitoplasma, penurunan pH intraselluler secara berkala atau akumulasi interseluler dari ionisasi asam organik sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Markas and De vyust, 2006). Menurut O’Mahony, et al. (2000), Aerococcus sp mimiliki kemampuan penghambatan dengan menghasilkan senyawa antimikroba seperti bakteriosin yang bekerja menembus membran sel. Menurut Soomro, et al. (2002), Pediococcus sp menghasilkan senyawa antimikroba seperti bakteriosin (Pediosin) sehingga pertumbuhan bakteri terganggu. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Pan, et al. (2009) menyatakan bahwa L. acidophilus mampu menghambat E. coli dan S.typmurium dibandingkan dengan Clostridium difficile. Nupar, et al. (2008) menyatakan bahwa L. acidophilus, L. paracasei, L. rhamnosus, L. casei menghambat Salmonella. Arief, et al. (2008) melaporkan bahwa Lactobacillus sp yang diisolasi dari daging sapi dapat menghambat E.coli, Salmonella dan S.aureus. dan Santoso (2008) yang menyatakan bahwa S. thermophillus, L. plantarum, L. acidophilus, L. fermentum, Leuc. Paramesentroides dan Pediococcus pentosaeceus dapat menghambat E.coli, Shigella dan Morganella. 4 Dari hasil uji aktivitas antimikroba, diketahui bahwa isolat 3 mampu menghambat Salmonella dan Shigella dengan diameter zona hambat tertinggi dan memiliki potensi probiotik. Isolat 9 mampu menghambat E.coli dengan diameter zona hambat tertinggi serta memiliki potensi probiotik. Dari hasil tersebut dilakukan uji konsentrasi penghambatan minimal terhadap bakteri patogen yang tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata nilai ΔOD untuk uji konsentrasi penghambatan minimal Konsentrasi BAL(%) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 E.coli* 1.666+0.015 1.583+0.058 0.998+0.025 0.714+0.048 0.544+0.058 0.268+0.048 0.143+0.015 0.090+0.053 -0.073+0.031 -0.010+0.017 Bakteri Patogen Salmonella* 1.343+0.850 1.070+0.435 0.770+0.075 0.467+0.032 0.297+0.211 0.967+0.035 0.567+0.108 0.533+0.100 -0.023+0.074 -0.003+0.124 Shigella* 1.330+0.036 1.143+0.081 0.910+0.096 0.553+0.666 0.440+0.173 0.157+0.379 -0.010+0.361 -0.010+0.010 -0.023+0.021 -0.007+0.006 *Rerata nilai ΔOD dihitung dari duplikasi sampel yang ditanam pada duplikasi tabung dengan 3 ulangan, isolat 3 untuk Salmonella, Shigella dan isolat 9 untuk E.coli Data hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa BAL isolat 9 menghambat E.coli pada konsentrasi minimal 90% ditunjukkan dengan nilai selisih optical density (OD) bernilai negatif yaitu -0.073 yang berarti terjadi penurunan nilai Optical Density (OD) setelah inkubasi yang menunjukkan adanya penghambatan BAL terhadap E.coli dengan terjadinya penurunan jumlah sel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 90% BAL mampu menghambat E.coli. Bakteri Asam Laktat (BAL) isolat 3 menghambat Salmonella pada konsentrasi minimal 90% ditunjukkan dengan nilai selisih optical density (OD) adalah -0,023, artinya terjadi penurunan nilai optical density (OD) setelah inkubasi 24 jam yang menandakan kultur memiliki penurunan kekeruhan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan jumlah sel setelah inkubasi, sehingga adanya hambatan oleh BAL terhadap pertumbuhan Salmonella. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purwono (2007) Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah selnya. Kekeruhan dikarenakan BAL menghasilkan senyawa antimikroba yang menghambat bakteri patogen. Penelitian Triani (2008) menyatakan bahwa konsentrasi penghambatan minimal BAL terhadap E.coli adalah 80% dan Salmonella adalah 90%. Bakteri Asam Laktat (BAL) isolat 3 juga mampu menghambat Shigella pada konsentrasi minimal 70% ditunjukkan dengan nilai selisih optical density (OD) negatif yaitu 0.010, artinya terjadi penurunan nilai OD setelah inkubasi yang menunjukkan terjadi penghambatan oleh BAL. Hal ini membuktikan bahwa BAL isolat 3 dapat menghambat Shigella dengan konsentrasi lebih rendah dibandingkan Salmonella. Hal tersebut menandakan Shigella lebih sensitif terhadap BAL, sesuai pernyataan Naufalin (2005) bahwa nilai MIC yang lebih rendah menunjukkan bakteri patogen lebih sensitif terhadap BAL. Menurut Prescott et al. (2002), Shigella lebih sensitif terhadap BAL dikarenakan Shigella memiliki lapisan peptidoglikan tipis yang menyusun dinding sel sehingga mudah dihambat oleh BAL pada konsentrasi yang rendah. Penghambatan BAL terhadap bakteri patogen dipengaruhi oleh perbedaan dinding sel dan lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel. Peptidoglikan Gram negatif hanya 1-2% dari berat kering. Membran luar tersusun atas lipoprotein 30%, fosfolipid 205 25%, protein 40-45% yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap lingkungan luar dan terhadap antimikroba yang dihasilkan BAL (Prescott et al., 2002). Semakin tipis lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel dan perbedaan dinding sel bakteri patogen maka bakteri tersebut semakin sensitif terhadap BAL. Arief, I. I., B. S. L. Jenie, M. Astawan., and A. B. Witarto. 2010. Efektivitas probiotik Lactobacillus plantarum 2c12 dan Lactobacillus acidophilus 2b4 sebagai pencegah diarepada tikus percobaan. Med. Pet. 33: 137-143. Al-rawi, A. A. M. M and A. T. Al-mola. 2009. Antimicrobial activity of lactic acid bacteria isolated from minced beef meat against some patogenic bacteria. Iraqi J of vet sci, vol. 23, supplement I, (115-117). Barrow, G. I., and R. K. A. Fetham. 1993. Cowan And Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria. Cambridge university press. New York. Bogaert J. C., and A. S. Naidu. 2000. Lactic acid. Di dalam: Natural Food Antimicrobial System. AS.Naidu (editor).Florida : CRC Press. Bromberg, R., I. Moreno, C. L. Zagagini, R. R. Delboni and J. de Oliveira. 2004. Isolation of bacteriocin producing lactic acid bacteria from meat and meat products and its spectrum of inhibitory activity. Braz. J. Microbiol. 35: 137-144. [FAO]. Food and Agriculture Organization. 2001. Health and Nutritional Properties Of Probiotic In Food Including Powder Milk With Live Lactic Bacteria. Klaenhammer, T. R., R. Barrangou, B. L. Buck, M. A. Azcarate-Peril, and E. Altermann. 2005. Genomic Features of Lactic Acid Bacteria Effecting Bioprocessing and Health. FEMS Microbiol. Rev. 29: 393– 409. Kothary, M. H. and Babu, U. S. 2001. Infective Dose of Foodborne Pathogens in Volunteers: a review. J. of Food Safety vol 21, Issue 1, pages 49–68. Kubo, I. H., H. Muroi and M. Himejima. 1993. Antimicrobial Activity against Mutan of Mute Tea Flavor Component. J. Agric. Food Chem. 42:107-111. Markas and De Vyust. 2006. The in vitro Inhibition of Gram Negatif Pathogen Bacteria by Bifidobacteria is caused by the Production of organic acids. Inf.Dairy.J. 16:1049-1057 KESIMPULAN Bakteri asam Laktat (BAL) asal feses Orangutan (Pongo pygmaeus) mampu menghambat bakteri entrik patogen (E.coli, Salmonella dan Shigela), karena memiliki aktivitas antimikroba yang ditunjukkan dengan adanya zona hambat pada media pertumbuhan bakteri. Konsentrasi penghambatan minimum (Minimum Inhibitory Concentration) BAL asal feses Orangutan (Pongo pygmaeus) isolat 9 terhadap E.coli yaitu 90% dan isolat 3 terhadap Salmonella yaitu 90% dan terhadap Shigella yaitu 70%. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibawah payung yang diketuai oleh drh. Masdiana C. Padaga, M. App. Sc. Ucapan terima kasih kepada drh. Masdiana C. Padaga, M. App. Sc dan drh. Dyah Ayu Oktaviane A. P., M. Biotech selaku pembimbing atas bimbingan, dukungan dan bantuan dalam penyelesaian penelitian ini. Terima kasih kepada Laboratorium Sentral Ilmu Hayati atas fasilitas yang diberikan dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Abdelbasset, M. and K. Djamila, 2008. Antimicrobial activity of autochthonous lactic acid bacteria isolated from Algerian traditional fermented milk Raïb. Afr. J. Biotechnol., 7: 2908-2914. Aieolo, E. S. 2000. The merck veterinary manual (8thed.).Usa: merck&co, inc. White house station. Arief, I. I., R. A. A. Maheswari dan H. Nuraini. 2008. Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Daging Sapi. Makalah Seminar Hasil Penelitian Departemen IPTP Fakultas Peternakan. IPB. Bogor 6 Naufalin, F. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. [Disertasi]. IPB. Bogor. Nowroozi, J., Mirzaii, M. and Norouzi, M. 2004. Studi of Lactobacillus as Probiotic Bacteria. Iranian J. Publ Health 33 : 1-7. Nupar. G.,Kalpana. D., and Gandhi. 2008. Antimicrobial Activity of Probiotik Lactobacillus strains towards Salmonella enteric scr enteritidis in Whey. J.microbiol vol 5 numb I. Oscarriz, J. C. and A. G. Pisabarro. 2001. Classification and mode of Action of Membrane-active Bacteriocins Produced by Gram Positive Bacteria. Int. Microbiol. 4:13-19. O’Mahony. A., I. O’sullivan, Walsh, Y., Vaughan, A., Maher, M., Fitzgerald, G.F., and Van, Sinderen. 2000.Characterization of Antimicrobial Producing Lactic Acid Bacteria from Malted Barley. J. The Institude Brewing 106:6. Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., and Zhao, Z. 2009. The acid, Bile Tolerance and Antimicrobial property of Lactobacillus acidophilus NIT. J. Food Control 20 : 598602. Pelezar, J. M and Chan, E. C. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Terjemahan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Permanasari. 2008. Karakteristik Substrat Antimikroba Bakteri Asam Laktat Hasil Isolasi dari Daging Sapi dan Aktivitas Antagonistiknya terhadap Bakteri Patogen [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prescott. L. M., Horley. J. P., and Klein. D. A. 2002. Microbiology 5th ed. Boston: Mc Graw-Hill. Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta. Rolfe. 2000. The Role of Probiotic Cultures in the control of Gastrointestinal Health. J. of noutrition. 130,396S-402S. Saranya, S. and Hemashenpagam, N. 2011. Antagonistic Activity and Antibiotic Sensitivity of Lactic acidbacteria from Fermented Dairy Products. Adv in applied sci research2 (4):528-534. Santoso, E. 2008. Bakteri Asam Laktat pada Cumi-cumi Kering Asin da Aktivitas Penghambatannya terhadap Bakteri Patogen dan Bakteri Pembusuk. Fakultas Pertanian. UNRAM. Soomro, A. H., T. Masud and K. Anwaar. 2002. Role of Lactic Acid Bacteria (LAB) in Food Preservation and Human Health A Review. Pakistan J. of Nutrition 1 (1):20-24. Triani, W. 2008. Aktivitas Substrat Antimikroba Bakteri Asam Laktat yang diisolasi dari Daging Sapi terhadap Bakteri Patogen dan Konsentrasi Minimum Penghambatannya [skripsi]. IPB. Bogor. 7