Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat

advertisement
Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat (BAL) yang diisolasi dari feses Orangutan (Pongo
pygmaeus) terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Enterik Patogen secara In Vitro.
In Vitro Test of Antimicrobial Activity of Lactic Acid Bacteria Isolated from
Orangutan (Pongo Pygmaeus) Feces toward Enteric Pathogen
Wahyuni E. Septiarini, Masdiana C. Padaga, Dyah A. Oktaviane
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK
Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan probiotik yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
patogen. Bakteri patogen yang sering menginfeksi orangutan yaitu Shigella, E. coli, dan Salmonella. Bakteri
Asam Laktat memproduksi substansi penghambat seperti asam laktat, diasetil, asetidehid, hidrogen peroxida
(H2O2), karbon dioksida (CO2) dan bakteriosin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktivitas
antimikroba yang dihasilkan oleh isolat BAL yang diisolasi dari feses orangutan yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri enterik patogen dan mengetahui konsentrasi penghambatan minimum substrat antimikroba
yang dihasilkan BAL terhadap bakteri enterik patogen. Penelitian ini dilakukan dengan uji aktivitas antimikroba
secara In Vitro dengan metode well diffusion assay dan perhitungan konsentrasi penghambatan minimum
(Minimum Inhibitory Concentration). Hasil penelitian menunjukkan BAL yang diisolasi dari feses orangutan
memiliki aktivitas antimikroba yang bervariasi pada 14 isolat. Zona hambat dari BAL terhadap E.coli yang
terbentuk adalah 3,43 mm hingga 8,57 mm, terhadap Salmonella 3,9 mm hingga 6,9 mm, dan terhadap Shigella
3,77 mm hingga 7,63 mm. Konsentrasi penghambatan minimal oleh BAL terhadap Shigella adalah 70% serta
E.coli dan Salmonella adalah 90%. Dari hasil analisa statistik BAL memiliki perbedaan penghambatan terhadap
bakteri enteric patogen (P<0.05). Sebagai kesimpulan Bakteri Asam Laktat mampu menghambat bakteri enterik
patogen (E.coli, Salmonella dan Shigella) dan memiliki konsentrasi penghambatan minimal.
Kata kunci: Bakteri Asam Laktat, Antimikroba, Bakteri Enterik Patogen, uji in vitro
ABSTRACT
Lactic Acid Bacteria (LAB) as a probiotic has an ability to inhibit pathogens bacteria. Enteric pathogens
that commonly infect orangutan are Shigella, Campylobacter jejuni, E. Coli dan Salmonella.The antimicrobial
activity of LAB was mediated by production of inhibitory substance, such as lactic acid, diacetyl, acetyldehyde,
hydrogen peroxide (H2O2), carbon dioxide (CO2) and bacteriocyn. This research was aimed to study the ability
of antimicrobial activity of LAB isolated from orangutan feces that could inhibit growth of enteric pathogen
bacteria and to study the minimum inhibitory concentration of antimicrobial substrate produced by LAB
towards enteric pathogen bacteria. These study was consided in vitro assay of antimicrobial activity with well
diffusion assay method and calculation of Minimum Inhibitory Concentration. The result showed that LAB
isolated from orangutan feces had antimicrobial activity differences in 14 isolate. The LAB towards E.coli
clearing zone was 3,43 mm until 8,57 mm, towards Salmonella 3,9 mm until 6,9 mm and towards Shigella 3,77
mm until 7,63 mm. The minimum inhibitory concentration of LAB towards Shigella known to be 70% and 90%
of E.coli and Salmonella. As if can be concluded that LAB could able to inhibit enteric pathogen bacteria
(E.coli, Salmonella and Shigella) and has minimal inhibitory concentration.
Keywords: Lactic Acid Bacteria, Antimicrobial, Enteric Pathogen Bacteria, in vitro test
1
pencernaan pada orangutan sehingga dapat
dijadikan salah satu upaya pelestarian satwa.
PENDAHULUAN
Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan
golongan mikroorganisme yang bermanfaat
dengan sifat tidak toksik bagi inangnya dan
mampu menghasilkan senyawa yang dapat
membunuh bakteri patogen (Klaenhammer,
2005). Menurut Food and Agriculture
Organization/World
Health
Organization
(Anonimous, 2001) untuk menjadi probiotik,
BAL harus
memiliki aktivitas antimikroba
dengan memproduksi substansi penghambat
seperti asam laktat, diasetil, hidrogen peroxida
(H2O2), karbondioksida (CO2) dan senyawa
peptida antimikroba yang bernama bakteriosin.
Senyawa-senyawa ini tidak hanya dapat
menghambat pertumbuhan bakteri tetapi dapat
mempengaruhi metabolisme bakteri atau produksi
toksin (Rolfe, 2000). Bakteri Asam Laktat dapat
diberikan pada hewan maupun manusia. Salah
satu contoh hewan yang dapat diberikan BAL
adalah orangutan. Orangutan merupakan spesies
prioritas (flagship species) sebagai lambang
konservasi yang termasuk kedalam jenis satwa
liar dilindungi dengan status terancam punah
(Endangered Spesies) sesuai dengan IUCN Red
List tahun 2002. Salah satu penyebab kepunahan
orangutan yaitu infeksi bakteri patogen. Bakteri
patogen yang sering menginfeksi orangutan yaitu
Shigella, E. coli dan Salmonella (Aieolo, 2000).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
menguji aktivitas antimikroba BAL yang diisolasi
dari feses orangutan (Pongo pygmaeus) dan
mengetahui Minimum Inhibitory Consentration
(MIC) BAL terhadap bakteri enterik patogen
Escherichia coli, Salmonella dan Shigella
dysentrieae secara in vitro.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas
antimikroba
dan
konsentrasi
penghambatan minimum (Minimum Inhibitory
Concentration) yang dihasilkan oleh isolat BAL
dari feses orangutan (Pongo pygmaeus) terhadap
bakteri enterik patogen. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi tentang isolat BAL
asal orangutan sebagai kandidat probiotik yang
memiliki efek antimikroba terhadap bakteri
enterik patogen dan dapat dijadikan dasar teori
penggunaan BAL sebagai terapi gangguan
MATERI DAN METODE
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan: Isolat BAL yang
diisolasi dari feses orangutan, Bakteri enterik
patogen (E.coli, Shigella dysenteriae, dan
Samonella), media de Mann, Rogosa, Sharpe
Agar
(MRSA)(Merck,VWR,
International,
Darmstadt, Germany), media de Mann, Rogosa,
Sharpe
Broth
(MRSB)(Merck,VWR,International,Darmstadt,G
ermany), media Nutrient Broth (NB)(Himedia,
Mumbai, India), media Nutrient Agar (NA)
(Oxoid, England), Pepton Water 0,1%, aquades,
dan blank disk (Oxoid), sedangkan alat yang
digunakan: cawan petri, tabung reaksi (Pyrex),
tabung sentrifus 15 ml, beaker glass (pyrex),
erlenmeyer
(pyrex),
inkubator
(Mmm
medcenter), jangka sorong, neraca analitik
(Metter Toledo), autoclave, spektrofotometer
(Ganesys 20), sentrifuge dan laminar air flow (
Nuaire labgard class II).
Prosedur Penelitian
Persiapan Bakteri Uji
Sebanyak 14 Isolat BAL diinokulasi pada
MRSB dan diinkubasi pada suhu 37°C. Isolat
pada media MRSB disentrifugasi dengan
kecepatan 6000 rpm selama 15 menit untuk
diambil supernatan (Al-rawi, et al., 2009). Isolat
Bakteri enterik patogen diinokulasi pada NB dan
diinkubasi pada suhu 37°C (Bromberg et al,
2004).
Uji In Vitro Aktivitas Antimikroba BAL
Uji aktivitas antimikroba BAL terhadap
bakteri patogen dilakukan dengan metode well
diffusion assay sesuai dengan metode Bromberg,
et al. (2004) dan Saranya & Hemashenpagam
(2011). Metode menggunakan pour plate dengan
Nutrient Agar 20 ml serta 0,1 ml bakteri patogen
dan diatasnya diberikan blank disk yang berisi 50
μl BAL kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24 jam. Penghambatan ditunjukkan
dengan adanya zona hambat di sekitar blank disk.
2
Penghitungan Minimum Inhibitory Concentration
(MIC)
Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
digunakan untuk mengetahui konsentrasi terendah
senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh isolat
BAL yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri patogen. Metode yang digunakan dalam
penghitungan MIC
adalah
tube dilution
technique sesuai metode yang digunakan Kubo
(1993). Konsentrasi yang digunakan yaitu 10%,
20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan
100%. Konsentrasi tersebut berisi BAL, media
pengenceran dengan volume hingga 100 ml dan
bakteri patogen 1 ml. Kemudian dilakukan
pengukuran OD (Optical Density) sebelum dan
setelah inkubasi 37oC selama 24 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolat BAL yang digunakan berjumlah 14
isolat dan 3 spesies Bakteri Enterik Patogen
dengan populasi sesuai pada Tabel 1.
Tabel 1. Bakteri yang digunakan dalam penelitian
Populasi bakteri yang digunakan dalam
penelitian sesuai dengan kurva pertumbuhan,
dimana waktu inkubasi disesuaikan pada fase
stasioner. Menurut Djide dan Sartika (2000),
bakteri menghasilkan senyawa metabolit primer
pada fase stasioner. Menurut Arief, et al. (2010),
BAL bermanfaat bagi tubuh dan bekerja sebagai
probiotik pada jumlah populasi 107 cfu/ml sampai
109 cfu/ml. Menurut Kothary and Babu (2001)
bahwa jumlah bakteri (E.coli, Salmonella dan
Shigella) bersifat patogen lebih dari populasi 106
cfu/ml.
Selanjutnya Bakteri Asam Laktat tersebut
diuji aktivitas antimikroba terhadap Bakteri
Enterik Patogen dengan pengukuran zona hambat
yang tersaji pada Tabel 2.
Jenis
Bakteri
BAL
Patogen
Spesies
Populasi
Aerococcus&
Pediococcus
Lactobacillus
E.coli
Salmonella
Shigella
107cfu/ml
Waktu
inkubasi
18 jam
109cfu/ml
107cfu/ml
1011 cfu/ml
1011 cfu/ml
18 jam
14 jam
14 jam
14 jam
Tabel 2. Rerata diameter zona hambat BAL terhadap bakteri patogen
Isolat Bakteri
1 (Pediococcus)
2 (L. brevis)
3 (L. acidophilus)
4 (L. brevis)
5 (L. brevis)
6 (L. plantarum)
7 (L. plantarum)
8 (L. plantarum)
9 (Aerococcus sp/Enterococcus faecalis)
10 (L. acidophilus)
11(L. plantarum)
12 (L. plantarum)
13 (L. plantarum)
14 (L. plantarum)
E.coli (mm)*
7,0 + 1,0c
5,77 + 0,81e
5,87 + 2,21e
5,10 + 1,82e
5,33 + 0,35e
5,53 + 0,40e
5,33 + 0,65e
5,67 + 0,91e
8,57 + 2,73a
7,53 + 1,33b
6,90 + 1,01d
6,10 + 6,15d
4,23 + 4,35f
3,43 + 3,18f
Bakteri uji
Salmonella (mm)*
6,9 + 0,72g
5,9 + 1,31i
6,23 + 0,50h
3,9 + 3,38k
5,7 + 1,0i
4,87 + 0,51j
5,9 + 1,05i
5,77 + 0,92i
4,53 + 3,96j
6,57 + 1,02h
5,67 + 1,45i
4,67 + 4,05j
6,33 + 1,35h
4,0 + 3,48k
Shigella (mm)*
6,77 + 1.75o
7,63 + 1,53l
6,2 + 1,15o
7,53 + 1,66m
6,9 + 2,47n
5,87 + 0,51p
3,77 + 3,28q
6,57 + 1,5o
6,1 + 0,98o
6,2 + 1,15o
6,8 + 1,85o
6,33 + 0,35o
5,57 + 0,35p
5,33 + 0,35p
*Rerata diameter zona hambat dihitung dari duplikasi sampel yang ditanam pada duplikasi cawan
dengan 3 ulangan
Ket: Setiap kolom terdapat superskrip berbeda yang menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0.05)
3
Data hasil penelitian pada Tabel 2
menunjukkan bahwa 14 isolat BAL mampu
meghambat bakteri E.coli, Salmonella dan
Shigella karena memiliki aktivitas antimikroba.
Diameter zona hambat yang terbentuk bervariasi
yaitu 3,43 mm hingga 8,57 mm. Dari analisis
statistik menunjukkan adanya perbedaan yang
sangat nyata terhadap E.coli dan Shigella serta
terdapat perbedaan yang nyata terhadap
Salmonella (P < 0.05).
Zona hambat BAL terhadap E.coli
bervariasi yang termasuk dalam kategori tinggi
dengan diameter lebih dari 6.10 mm dan kategori
sedang dengan diameter lebih 3.43 mm.
Pengelompokan kategori diameter zona hambat
tersebut berdasarkan Pan, et al. (2009). Isolat 9
yaitu Aerococcus sp./Enterococcus faecalis
memiliki zona hambat tertinggi dengan diameter
8.57 mm. Hal ini membuktikan bahwa isolat 9
memiliki kemampuan menghambat tinggi. Isolat
14 yaitu yaitu Lactobacillus casei/Lactobacillus
plantarum memiliki kemampuan menghambat
dengan diameter 3.43 mm.
Zona hambat BAL terhadap Salmonella
termasuk dalam kategori tinggi dengan diameter
lebih dari 6.23 mm dan kategori sedang dengan
diameter lebih dari 3.9 mm. Zona hambat
tertinggi dimiliki oleh isolat 1 yaitu Pediococcus
sp. dengan diameter 6.9 mm. Hal ini
membuktikan bahwa isolat 1 memiliki
kemampuan menghambat tinggi.
Zona hambat yang dihasilkan oleh BAL
terhadap Shigella termasuk dalam kategori tinggi
dengan diameter lebih dari 6.1 mm dan kategori
sedang dengan diameter lebih dari 3.77 mm. Zona
hambat tertinggi dimiliki oleh Isolat 2 yang
merupakan
Lactobacillus
delbrueckii/Lactobacillus brevis dengan diameter
7.63 mm. Lactobacillus sp. memiliki aktivitas
antimikroba yang mampu menghambat bakteri
patogen tinggi daripada BAL yang lain.
Penghambatan BAL terhadap E.coli,
Salmonella dan Shigella dilakukan dengan
merusak dinding sel sehingga mengakibatkan lisis
atau menghambat pertumbuhan dinding sel pada
sel bakteri yang sedang tumbuh, merubah
permeabilitas
membran
sitoplasma
yang
menyebabkan kebocoran nutrien didalam sel,
penghambat sintesis protein dan asam nukleat
dengan cara mendenaturasikan protein dan asam
nukleat, menghambat kerja enzim intraselluler
sehingga mengganggu metabolisme sel (Pelezar
and Chan, 2008).
Menurut Abdelbasset, et al. (2008),
Lactobacillus memiliki senyawa antimikroba
seperti asam organik, hidrogen peroksida, diasetil
dan bakteriosin yang menghambat pertumbuhan
bakteri patogen. Aktivitas antimikroba BAL
disebabkan terutama oleh asam organik yang
diproduksi sebagai hasil metabolisme glukosa
seperti asam laktat dan asam asetat (Bogaert and
Naidu 2000). Bakteri Asam Laktat juga
memproduksi hidrogen peroksida (H2O2) melalui
transport elektron melalui enzim flavin dengan
peroksida lipid membran dan meningkatkan
permeabilitas membran. Lactobacillus sp
memiliki mekanisme kerja dengan tidak dapat
mendisosiasi asam organik yang masuk kedalam
sel bakteri dan mendisosiasi sitoplasma,
penurunan pH intraselluler secara berkala atau
akumulasi interseluler dari ionisasi asam organik
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
patogen (Markas and De vyust, 2006). Menurut
O’Mahony, et al. (2000), Aerococcus sp mimiliki
kemampuan penghambatan dengan menghasilkan
senyawa antimikroba seperti bakteriosin yang
bekerja menembus membran sel. Menurut
Soomro, et al. (2002), Pediococcus sp
menghasilkan senyawa antimikroba seperti
bakteriosin (Pediosin) sehingga pertumbuhan
bakteri terganggu.
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Pan,
et al. (2009) menyatakan bahwa L. acidophilus
mampu menghambat E. coli dan S.typmurium
dibandingkan dengan Clostridium difficile.
Nupar, et al. (2008) menyatakan bahwa L.
acidophilus, L. paracasei, L. rhamnosus, L. casei
menghambat Salmonella. Arief, et al. (2008)
melaporkan bahwa Lactobacillus sp yang
diisolasi dari daging sapi dapat menghambat
E.coli, Salmonella dan S.aureus. dan Santoso
(2008) yang menyatakan bahwa S. thermophillus,
L. plantarum, L. acidophilus, L. fermentum, Leuc.
Paramesentroides dan Pediococcus pentosaeceus
dapat menghambat E.coli, Shigella dan
Morganella.
4
Dari hasil uji aktivitas antimikroba,
diketahui bahwa isolat 3 mampu menghambat
Salmonella dan Shigella dengan diameter zona
hambat tertinggi dan memiliki potensi probiotik.
Isolat 9 mampu menghambat E.coli dengan
diameter zona hambat tertinggi serta memiliki
potensi probiotik. Dari hasil tersebut dilakukan uji
konsentrasi penghambatan minimal terhadap
bakteri patogen yang tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Rerata nilai ΔOD untuk uji konsentrasi penghambatan minimal
Konsentrasi
BAL(%)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
E.coli*
1.666+0.015
1.583+0.058
0.998+0.025
0.714+0.048
0.544+0.058
0.268+0.048
0.143+0.015
0.090+0.053
-0.073+0.031
-0.010+0.017
Bakteri Patogen
Salmonella*
1.343+0.850
1.070+0.435
0.770+0.075
0.467+0.032
0.297+0.211
0.967+0.035
0.567+0.108
0.533+0.100
-0.023+0.074
-0.003+0.124
Shigella*
1.330+0.036
1.143+0.081
0.910+0.096
0.553+0.666
0.440+0.173
0.157+0.379
-0.010+0.361
-0.010+0.010
-0.023+0.021
-0.007+0.006
*Rerata nilai ΔOD dihitung dari duplikasi sampel yang ditanam pada duplikasi tabung dengan 3
ulangan, isolat 3 untuk Salmonella, Shigella dan isolat 9 untuk E.coli
Data hasil penelitian pada Tabel 4
menunjukkan bahwa BAL isolat 9 menghambat
E.coli pada konsentrasi minimal 90% ditunjukkan
dengan nilai selisih optical density (OD) bernilai
negatif yaitu -0.073 yang berarti terjadi
penurunan nilai Optical Density (OD) setelah
inkubasi
yang
menunjukkan
adanya
penghambatan BAL terhadap E.coli dengan
terjadinya penurunan jumlah sel. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pada konsentrasi 90% BAL
mampu menghambat E.coli. Bakteri Asam Laktat
(BAL) isolat 3 menghambat Salmonella pada
konsentrasi minimal 90% ditunjukkan dengan
nilai selisih optical density (OD) adalah -0,023,
artinya terjadi penurunan nilai optical density
(OD) setelah inkubasi 24 jam yang menandakan
kultur memiliki penurunan kekeruhan. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan
jumlah sel setelah inkubasi, sehingga adanya
hambatan oleh BAL terhadap pertumbuhan
Salmonella. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Purwono (2007) Semakin keruh suatu kultur,
semakin banyak jumlah selnya. Kekeruhan
dikarenakan BAL menghasilkan senyawa
antimikroba yang menghambat bakteri patogen.
Penelitian Triani (2008) menyatakan bahwa
konsentrasi penghambatan minimal BAL
terhadap E.coli adalah 80% dan Salmonella
adalah 90%. Bakteri Asam Laktat (BAL) isolat
3 juga mampu menghambat Shigella pada
konsentrasi minimal 70% ditunjukkan dengan
nilai selisih optical density (OD) negatif yaitu 0.010, artinya terjadi penurunan nilai OD setelah
inkubasi
yang
menunjukkan
terjadi
penghambatan oleh BAL. Hal ini membuktikan
bahwa BAL isolat 3 dapat menghambat Shigella
dengan konsentrasi lebih rendah dibandingkan
Salmonella. Hal tersebut menandakan Shigella
lebih sensitif terhadap BAL, sesuai pernyataan
Naufalin (2005) bahwa nilai MIC yang lebih
rendah menunjukkan bakteri patogen lebih
sensitif terhadap BAL. Menurut Prescott et al.
(2002), Shigella lebih sensitif terhadap BAL
dikarenakan
Shigella
memiliki
lapisan
peptidoglikan tipis yang menyusun dinding sel
sehingga mudah dihambat oleh BAL pada
konsentrasi yang rendah. Penghambatan BAL
terhadap bakteri patogen dipengaruhi oleh
perbedaan dinding sel dan lapisan peptidoglikan
yang menyusun dinding sel. Peptidoglikan Gram
negatif hanya 1-2% dari berat kering. Membran
luar tersusun atas lipoprotein 30%, fosfolipid 205
25%, protein 40-45% yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap lingkungan luar dan terhadap
antimikroba yang dihasilkan BAL (Prescott et al.,
2002). Semakin tipis lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel dan perbedaan dinding sel
bakteri patogen maka bakteri tersebut semakin
sensitif terhadap BAL.
Arief, I. I., B. S. L. Jenie, M. Astawan., and A.
B. Witarto. 2010. Efektivitas probiotik
Lactobacillus
plantarum
2c12
dan
Lactobacillus acidophilus 2b4 sebagai
pencegah diarepada tikus percobaan. Med.
Pet. 33: 137-143.
Al-rawi, A. A. M. M and A. T. Al-mola. 2009.
Antimicrobial activity of lactic acid bacteria
isolated from minced beef meat against
some patogenic bacteria. Iraqi J of vet sci,
vol. 23, supplement I, (115-117).
Barrow, G. I., and R. K. A. Fetham. 1993. Cowan
And Steel’s Manual for the Identification of
Medical Bacteria. Cambridge university
press. New York.
Bogaert J. C., and A. S. Naidu. 2000. Lactic acid.
Di dalam: Natural Food Antimicrobial
System. AS.Naidu (editor).Florida : CRC
Press.
Bromberg, R., I. Moreno, C. L. Zagagini, R. R.
Delboni and J. de Oliveira. 2004. Isolation
of bacteriocin producing lactic acid bacteria
from meat and meat products and its
spectrum of inhibitory activity. Braz. J.
Microbiol. 35: 137-144.
[FAO]. Food and Agriculture Organization. 2001.
Health and Nutritional Properties Of
Probiotic In Food Including Powder Milk
With Live Lactic Bacteria.
Klaenhammer, T. R., R. Barrangou, B. L. Buck,
M. A. Azcarate-Peril, and E. Altermann.
2005. Genomic Features of Lactic Acid
Bacteria Effecting Bioprocessing and
Health. FEMS Microbiol. Rev. 29: 393–
409.
Kothary, M. H. and Babu, U. S. 2001. Infective
Dose of Foodborne Pathogens in
Volunteers: a review. J. of Food Safety vol
21, Issue 1, pages 49–68.
Kubo, I. H., H. Muroi and M. Himejima. 1993.
Antimicrobial Activity against Mutan of
Mute Tea Flavor Component. J. Agric.
Food Chem. 42:107-111.
Markas and De Vyust. 2006. The in vitro
Inhibition of Gram Negatif Pathogen
Bacteria by Bifidobacteria is caused by the
Production of organic acids. Inf.Dairy.J.
16:1049-1057
KESIMPULAN
Bakteri asam Laktat (BAL) asal feses
Orangutan
(Pongo
pygmaeus)
mampu
menghambat bakteri entrik patogen (E.coli,
Salmonella dan Shigela), karena memiliki
aktivitas antimikroba yang ditunjukkan dengan
adanya zona hambat pada media pertumbuhan
bakteri. Konsentrasi penghambatan minimum
(Minimum Inhibitory Concentration) BAL asal
feses Orangutan (Pongo pygmaeus) isolat 9
terhadap E.coli yaitu 90% dan isolat 3 terhadap
Salmonella yaitu 90% dan terhadap Shigella yaitu
70%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibawah payung yang
diketuai oleh drh. Masdiana C. Padaga, M. App.
Sc. Ucapan terima kasih kepada drh. Masdiana C.
Padaga, M. App. Sc dan drh. Dyah Ayu
Oktaviane A. P., M. Biotech selaku pembimbing
atas bimbingan, dukungan dan bantuan dalam
penyelesaian penelitian ini. Terima kasih kepada
Laboratorium Sentral Ilmu Hayati atas fasilitas
yang diberikan dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelbasset, M. and K. Djamila, 2008.
Antimicrobial activity of autochthonous
lactic acid bacteria isolated from Algerian
traditional fermented milk Raïb. Afr. J.
Biotechnol., 7: 2908-2914.
Aieolo, E. S. 2000. The merck veterinary manual
(8thed.).Usa: merck&co, inc. White house
station.
Arief, I. I., R. A. A. Maheswari dan H. Nuraini.
2008. Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam
Laktat yang Diisolasi dari Daging Sapi.
Makalah
Seminar
Hasil
Penelitian
Departemen IPTP Fakultas Peternakan.
IPB. Bogor
6
Naufalin, F. 2005. Kajian Sifat Antimikroba
Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia
speciosa horan) terhadap Berbagai Mikroba
Patogen dan Perusak Pangan. [Disertasi].
IPB. Bogor.
Nowroozi, J., Mirzaii, M. and Norouzi, M. 2004.
Studi of
Lactobacillus as Probiotic
Bacteria. Iranian J. Publ Health 33 : 1-7.
Nupar. G.,Kalpana. D., and Gandhi. 2008.
Antimicrobial Activity of Probiotik
Lactobacillus strains towards Salmonella
enteric scr enteritidis in Whey. J.microbiol
vol 5 numb I.
Oscarriz, J. C. and A. G. Pisabarro. 2001.
Classification and mode of Action of
Membrane-active Bacteriocins Produced by
Gram Positive Bacteria. Int. Microbiol.
4:13-19.
O’Mahony. A., I. O’sullivan, Walsh, Y.,
Vaughan, A., Maher, M., Fitzgerald, G.F.,
and Van, Sinderen. 2000.Characterization
of Antimicrobial Producing Lactic Acid
Bacteria from Malted Barley. J. The
Institude Brewing 106:6.
Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., and Zhao, Z.
2009. The acid, Bile Tolerance and
Antimicrobial property of Lactobacillus
acidophilus NIT. J. Food Control 20 : 598602.
Pelezar, J. M and Chan, E. C. 2008. Dasar-dasar
Mikrobiologi.
Jilid
1.
Terjemahan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Permanasari. 2008. Karakteristik Substrat
Antimikroba Bakteri Asam Laktat Hasil
Isolasi dari Daging Sapi dan Aktivitas
Antagonistiknya terhadap Bakteri Patogen
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prescott. L. M., Horley. J. P., and Klein. D. A.
2002. Microbiology 5th ed. Boston: Mc
Graw-Hill.
Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi
Aksara. Jakarta.
Rolfe. 2000. The Role of Probiotic Cultures in the
control of Gastrointestinal Health. J. of
noutrition. 130,396S-402S.
Saranya, S. and Hemashenpagam, N. 2011.
Antagonistic Activity and Antibiotic
Sensitivity of Lactic acidbacteria from
Fermented Dairy Products. Adv in applied
sci research2 (4):528-534.
Santoso, E. 2008. Bakteri Asam Laktat pada
Cumi-cumi Kering Asin da Aktivitas
Penghambatannya terhadap Bakteri Patogen
dan Bakteri Pembusuk. Fakultas Pertanian.
UNRAM.
Soomro, A. H., T. Masud and K. Anwaar. 2002.
Role of Lactic Acid Bacteria (LAB) in Food
Preservation and Human Health A Review.
Pakistan J. of Nutrition 1 (1):20-24.
Triani, W. 2008. Aktivitas Substrat Antimikroba
Bakteri Asam Laktat yang diisolasi dari
Daging Sapi terhadap Bakteri Patogen dan
Konsentrasi Minimum Penghambatannya
[skripsi]. IPB. Bogor.
7
Download