KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN

advertisement
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN SANTRI DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI
(Studi Pada Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos)
Oleh
Wildan Zulqarnaen
NIM. 1110051000190
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
ABSTRAK
Nama : Wildan Zulqarnaen
NIM : 1110051000190
Komunikasi Antarpribadi Ustadz Dan Santri Dalam Pembentukan Karakter
Santri (Studi Pada Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok)
Komunikasi antarpribadi di Pondok Pesantren Qotrun Nada merupakan
lembaga islam yang membantu dan membina santri dari segi agama yang
mencakup pembentukan karakter yang terjadi di Pondok Pesantren Qotrun Nada.
Hal terpenting dari proses pembentukan karakter adalah seorang ustadz dengan
santri dilakukan dengan menekankan kedisiplinan santri. Salah satu bentuk
komunikasi yang dilakukan dalam proses pembentukan karakter adalah
komunikasi antarpribadi. Sehingga dibutuhkan sebuah pendekatan dan strategi
komunikasi antarpribadi agar pesan yang disampaikan ustadz dan santri dapat
tercapai dengan baik, lancar, dan efektif.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. Bagaimana pendekatan dan
strategi kendali komunikasi antarpribadi dalam pembentukan karakter santri? Apa
pendukung dan penghambat dalam pembentukan karakter santri di Pondok
Pesantern Qotrun Nada?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pendekatan
komunikasi antarpribadi dan strategi komunikasi antarpribadi Miller dan
Stainberg. Yaitu strategi wortel terurai dan strategi pedang tergantung dan
pendekatan analsis psikologis, analisis sosiologis, dan analisis kultural.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.
mendapatkan fakta suatu kejadian, objek, aktifitas dan proses. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara mendalam,
dan dokumentasi berupa foto, catatan, arsip tertulis lainnya.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa, proses komunikasi antarpribadi
yang dilakukan ustadz dan santri dalam pembentukan karakter yaitu
menggunakan tiga identifikasi analisis, yakni analisis kultural dalam penyampaian
komunikasi antarpribadi dengan santri dengan menggunakan bahasa Indonesia,
Analisis sosiologis ustadz dan santri saat sedang belajar di luar kelas dengan
suasana yang cair berbeda dengan saat belajar di dalam kelas. Analisis psikologis
karena saat proses komunikasi ustadz selalu memberikan masukan nilai-nilai
akhlak, keteladanan, kedisiplinan, dan harus menanamkan rasa cinta dengan santri
dengan begitu akan selalu berjalan konsisten. Dari pendekatan ini ustadz
mempunyai strategi dalam melakukan pendekatan seperti strategi wortel teruntai
yang menggunakan pujian untuk memotivasi santri, strategi pedang tergantung
menggunakan sanksi ini karena melakukan sanksi untuk santri yang melanggar
peraturan diberikan sanksi oleh ustadz.
Kata kunci: Komunikasi antarpribadi, Ustadz, Karakter, Santri, Strategi
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi
Rabil
‘alamin,
Segala
puji
hanya
untuk
Allah
S.W.T.,Tuhan Pemilik Alam Semesta yang telah memberikan anugerah dan
karunia-Nya kepada umat manusia, khususnya bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan penuh rasa syukur. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, manusia penyempurna
akhlak, lembut perangainya dan teladan umat berserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menunjukkan manusia dari zaman Jahiliyah hingga menuju
zaman penuh dengan ilmu seperti saat ini.
Setelah melewati semester yang
panjang samapai 7 tahun lamanya
menimba ilmu di Kampus tercinta, akhirnya, penulis bias dengan sabar
mengentaskan karya ini sebagai tongkat estafet pengejawantahan ilmu. Selama
proses penyusunan skripsi, penulis menyadari selalu mendapatkan bimbingan,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak yang telah ikut andil dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku Wakil
Dekan I Bidang Akademik, DrA. Hj Raudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II
Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan kerja sama Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Drs. Masran, MA
dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Fita
Fathurokmah. M,Si.
3.
Dosen Pembinbing skripsi, Ibu Nasichah, MA yang tela memberikan banyak
ilmu, motivasi, baik yang kaitannya dengan skripsi dan ilmu-ilmu lain.
4. Ustadz Humaidi Mufa, Ustadz Yusuf, Ustadz Luthfi, Uztadz Tobari, santri
Yusdhistira dan Ahmad Syafi’I para narasumber yang telah membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Kepada orang tua penulis, Bapak Marudin dan ibu Sumarni yang senantiasa
bersabar dalam menghadapi tingkah laku penulis.
7. Teman-teman seperjuangan Enong Zahroh, Brillianto dan Rizza Maulana
Banhrun serta teman-teman Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2010,
selama 4-7 tahun kuliah, semua kenangan baik suka maupun duka sudah kita
lewati bersama. Terima kasih banyak semuanya.
8. Terima kasih kepada Bang Ojay (Ahmad Sahroji) yang selalu memberikan
masukan, motivasi, ideologi, dialektika, idealisme, keteguhan, pemberontakan
adalah tumpukkan arsip yang menjadi mata kuliah berharga bagi penulis.
9. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
iii
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat luas bagi
penulis dan para pembaca lainnya. Semoga Allah S.W.T., membalas semua
kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Rabbal Alamin......
Tangerang Selatan, 16 Juni 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..................................................7
D. Tinjauan Pustaka… ............................................................................ ..9
E. Metodologi Penelitian ..........................................................................11
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................... 18
A. Pengertian Komunikasi........................................................................18
B. Komunikasi Antarpribadi................................................................... 25
1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ........................................... 25
2. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi…. ...................................... 26
3. Tahap-tahap Hubungan Antarpribadi ........................................... 27
C. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi................................................ 32
1. Analisis Tingkat Kultural…….......................................................33
2. Analisis Tingkat Sosiologis ...........................................................34
3. Analisis Tingkat Psikologis............................................................35
D. Strategi Komunikasi Antarpribadi ......................................................35
v
E. Pengertian Karakter dan unsur-unsurnya………………………….....39
F. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren………………………………....42
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA
A. Sejarah Singkat PP Qotrun Nada........................................................47
B. Profil PP Qotrun Nada....................................................................... 52
C. Struktur Organisasi PP Qotrun Nada………..................................... 56
D. Tugas dan Fungsi Organisasi............................................................ 57
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN ......................................65
A. Komunikasi antarpribadi ustadz dan santri dalam
pembentukan
karakter santri ………………………………................................... 65
B. Strategi
Komunikasi
Antarpribadi
Ustadz
dan
santri
dalam
pembentukan karakter santri……………………….………………...71
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembentukan Karakter
Santri…………………………………………………………………74
D. Pembentukan Karakter Santri………………………………………..77
E. Tabel Komunikasi Antar pribadi Ustadz dan Santri….…………......79
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 80
A. Kesimpulan ........................................................................................ 80
B. Saran .................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan
manusia, yang berarti tidak ada seorang pun yang dapat menarik diri dari
proses ini baik dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial.
Komunikasi itu sendiri ada di mana-mana, seperti di rumah, sekolah,
kantor, dan semua tempat yang melakukan sosialisasi. Artinya hampir
seluruh kegiatan manusia selalu tersentuh komunikasi. Banyak pakar
menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Relasi antar manusia dibangun melalui komunikasi, dengan kata
lain komunikasi menjadi sarana yang ampuh untuk membangun sebuah
relasi antara kita dengan orang lain1. Komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam
situasi tatap muka anatara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi
atau kerumunan orang.
Manusia memerlukan bantuan orang lain di sekitarnya. Untuk itu
manusia memerlukan adanya komunikasi. Sebagai makhluk sosial,
manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar menukar gagasan,
1
Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal & Interpersonal, (Yogyakarta:Kansius,
2003), h. 111
1
2
mengirim dan menerima informasi, membagi pengalaman, bekerja sama
dengan orang lainuntuk memenuhi kebutuhan dan sebagainya dapat dilihat
dalam Al-Quran surat Al Maa-idah ayat 2
         
     
             
      
      
 
               
 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah[389],
dan
jangan
melanggar
kehormatan
bulan-bulan
haram[390], jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya[391], dan
binatang-binatang qalaa-id[392], dan jangan (pula) mengganggu orangorang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannya[393] dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalanghalangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya.
3
Komunikasi antarpribadi juga sangat penting bagi kehidupan
manusia. Komunikasi antarpribadi membentuk perkembangan intelektual,
membangun mentalitas, dan soisal manusia. Sebagai makhluk sosial,
manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, menukar pikiran,
mengirim dan menerima informasi, memberi pengalaman, dan bekerja
sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bentuk komunikasi yang sering digunakan oleh manusia dalam
berinteraksi salah satunya adalah komunikasi interpersonal atau yang biasa
disebut komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi yang melibatkan dua
atau beberapa orang yang masih dapat diidentifikasikan atau bahkan
dikenal orang-orang yang terlibat2. Pembentukan karakter santri di
pesantren berfungsi sebagai reformasi sosial yang menciptakan perubahan
dan perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana firman Allah
dalam Qs An Nisa ayat 9.
           
    
Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
2
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi Dan Medianya (Yogyakarta: PT. Graha Ilmu
2012), h. 21
4
Di Indonesia, pendidikan berbasis Islam yaitu pesantren, Pesantren
Qotrun Nada ini bertipe semi salaf/modern salafi. Pesantren terpadu ini
bercirikan nilai-nilai tradisional yang masih kental sebab kiai masih
dijadikan figur sentral. Norma dan kode etik pesantren klasik masih
menjadi standar pola relasi dan etika keseharian santri dalam pesantren.
Namun, pesantren ini telah mengadaptasi sistem pendidikan modern
sebagai bentuk respon atau penyesuaian terhadap perkembangan lembagalembaga pendidikan non pesantren.
. Pesantren dilihat dari fungsinya sebagai lembaga pendidikan
tradisional,
tempat
pembelajaran,
pendalaman
penghayatan
dan
pengamalan ajaran agama islam yang menerapkan pentingnya moral
keagamaan..
Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren tetap
akan menarik untuk dikaji kembali. Pesantren adalah lembaga pendidikan
Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri serta berbeda dengan
pendidikan lainya, juga mengandung makna keaslian kultur Indonesia3.
Azyumardi Azra memberikan pertanyaan dan jawaban terkait
mengapa pesantren tetap mampu bertahan diantara derasnya arus
modernisasi,
karena
menurutnya
pesantren
tidak
tergesa-gesa
mentransformasikan kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan
islam modern sepenuhnya, tetapi melakukan penyesuaian sesuai
3
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, ( Jakarta : Paramadina, 1997 ), h. 3
5
kebutuhan dan mendukung kontinuitas pesantren itu sendiri, seperti sistem
perjejenjangan, kurikulum yang jelas dan sistem yang baik4.
Yang paling tampak dari peran pesantren di masa lalu adalah
dalam hal menggerakkan, memimpin, dan melakukan perjuangan
mengusir penjajah. Pada masa mendatang peran pesantren sangat besar.
Misalnya arus globalisasi dan industrialisasi telah menimbulkan depresi
dan bimbangnya pemikiran serta suramnya perspektif masa depan. Maka,
pesantren amat dibutuhkan meyeimbangkan akal dan hati5.
Pesantren sudah ada ada di Indonesia jauh sebelum Indonesia
memploklamirkan kemerdekaanya. Pesantren bertransformasi menjadi
lembaga pendidikan non formal yang mengembangkan ilmu islam. Ini
sesuai dengan pasal UU Nomor 20 Tahun 2003. Selain itu pesantren juga
merupakan lembaga yang berperan aktif memberdayakan masyarakat.
Di kota Depok khususnya Kelurahan Cipayung terlihat memiliki
potensi yang besar dalam bidang pendidikan dasar, dan menengah.
Kesadaran masyarakat di kelurahan cipayung di bidang pendidikan ada
pondok pesantren yang membangun karakter yaitu Pondok Pesantren
Qotrun Nada termasuk Pesantren yang boleh dikatakan ternama di kota
Depok. Di dalam skripsi ini tentang sejarah Pesantren Qotrun Nada
disebutkan, bahwa diseluruh daerah depok terdapat kurang lebih 83 buah
Pesantren besar dan kecil. dan Pesantren Qotrun Nada adalah Pesantren
4
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu ), cet 1, h.187
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 192
5
6
yang dilihat dari segi jumlah Santrinya termasuk Pesantren yang
mempunyai Santri yang banyak mencapai 1200 Santri, dan santri
semuanya wajib mukim berasal dari daerah sekitar, juga datang dari
berbagai daerah di Indonesia.6
Pondok Pesantren Qotrun Nada memilki potensi yang bagus,
totalitas kehidupan sehari-hari di dalam komplek pondok pesantren
mengenai pembentukan karakter santri tidak hanya pendidikan yang
diajarkan tetapi diajari arti kehidupan yang berlandaskan moralitas
karakter dibangun.
Maka dari itu, Pondok Pesantren Qotrun menjadikan tempat untuk
menimba ilmu agar anak-anak/remaja menjadi lebih baik dan siap untuk
tantangan kedepan. Dikarenakan melihat keadaan sekarang minimnya
moral agama dan bangsa maka dari itu harus dibentuk karakter santri agar
menjadi lebih baik di masa depannya.
Dari sinilah kajian yang dilihat dari pembentukan karakter santri.
Dari latar belakang masalah di atas, penulis lebih jauh mengangkatnya
kedalam bentuk skripsi yang berjudul
“Komunikasi Antar pribadi Ustadz dan Santri Dalam
Pembentukan Karakter
Santri (Studi pada Pondok Pesantren
Qotrun Nada Cipayung Depok)”.
6
Wawancara Achyanuddin Syakier Wakil Direktur, di Ponpes Qotrun Nada 3 Juli 2017
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian membatasi
masalahnya yaitu bentuk komunikasi antarpribadi yang terjadi antara
ustad dan santri dalam menerapkan pembentukan karakter kepada
santri di Pondok Pesantren Qotrun Nada.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana pendekatan komunikasi antarpribadi ustadz dengan santri
dalam pembentukan karakter di Pondok Pesantren Qotrun Nada?
b. Bagaimana strategi komunikasi antarpribadi antara ustadz dengan
santri di Pondok Pesantren Qotrun Nada?
c. Apa
saja
faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
proses
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Qotrun Nada?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang menyangkut di atas,
tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui pendekatan komunikasi antarpribadi ustadz dan santri
dalam pembentukan karakter di Pondok Pesantren Qotrun Nada.
8
b. Mengetahui strategi komunikasi antarpribadi ustadz dengan
santrindi Pondok Pesantern Qotrun Nada.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat selama proses
pembentukan karakter santri.
1. Manfaat Akademik
a) Menambah kajian ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, tentang komunikasi antarpribadi yang
terjadi di Lembaga Pendidikan Islam.
b) Memberikan kontribusi nilai positif dalam bidang Komunikasi
dan Penyiaran Islam khususnya pada konsep komunikasi
antarpribadi yang terjadi di pondok pesantren.
2. Manfaat Teoritis
a) Memberikan penjabaran mengenai komunikasi antarpribadi di
Pondok Pesantren Qotrun Nada dalam pembentukan karakter
santri.
b) Mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung
komunikasi antarpribadi yang terjadi di Pondok Pesantern
Qotrun Nada dan solusinya.
9
3. Manfaat Praktis
a) Mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah organisasi
islam dalam menjalankan struktur organisasinya untuk
mencapai tujuan dan kegiatan dalam menentukan keberhasilan
komunikasi antarpribadi antara ustadz dan santri.
b) Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
khususnya
jabodetabek bahwa terdapat sebuah lembaga pendidikan yang
mempunyai tujuan untuk memberikan pembentukan karakter
kepada para santrinya melalui pendidikan yang layak untuk
diterima.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa
literatur buku dalam penyusunan diantaranya buku tentang Metodologi
Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Lexy J. Maleong, dan Dedi Mulyana
dalam buku Metodologi Penelitian Kualitati,Selain itu peneliti juga
menggunakan beberapa sumber buku untuk mendalami permasalahan yang
fokus untuk dibahas diantaranya Joseph A. Davito dalam bukunya
Komunikasi Antar Manusia, adapun Peneliti juga menggunakan skripsi
terdahulu yang di tulis oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi jurusan KPI dan penulis menemukan beberapa skripsi yang
dijadikan rujukan yang berhubungan dengan komunikasi antarpribadi
dalam penelitian ini, diantaranya adalah :
10
“Komunikasi Antarpribadi Tutor Dan Siswa Pada Lembaga
Bimbingan Belajar Prestasi Cabang Kalimalang Jakarta Timur” yang
ditulis oleh Annisa Turrohmah 108051000097 Jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam 2013. Persamaan yakni terletak pada objeknya yang
meneliti tentang komunikasi antarpribadi tutor dan siswa, serta persamaan
juga terletak pada pendekatan penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan
kualitatif. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjeknya. Penelitian ini
membahas tentang pendekatan ustadz terhadap santri dengan tingkat
analisis kultural, sosiologis dan psikologis lewat wawancara mendalam
terhadap santri. Kemudian pendekatan juga menggunakan hadiah sebagai
strategi untuk memotivasi siswa, ancaman serta nasihat.
“Komunikasi Antarpribadi Pengasuh Dan Santri Pondok
Pesantren Al-Idrus Karanganyar, Lebak Banten” yang dikaji oleh Zaeni
Rokhi Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam 2010. Persamaan yakni
terletak pada objeknya yang meneliti tentang komunikasi antarpribadi
pengasuh/ustadz dan santri, serta pendekatan penelitian yang digunakan,
yaitu pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian ini terletak pada
subjeknya. Penelitian ini membahas tentang bagaimana komunikasi
antarpribadi antara pengasuh dengan santri untuk menciptakan lingkungan
yang efektif dalam kegiatan pondok serta masalah yang dialami santri di
Pondok Pesantren Al-Idrus.
“Komunikasi Interpersonal Antara Pengurus di Yayasan Bahrul
Hasanah Pabuara Bojonggede” yang dikaji Siti Sabili Jahro Jurusan
11
Komunikasi Dan Penyiaran Islam 2012 adapun persamaanya adalah samasama mengkaji tentang komunikasi antarpribadi yang disampikan secara
formal dan informal objeknya yaitu antara pengurus saja, perbedaanya di
sini adalah penulis mengkaji komunikasi antarpribadi ustadz dan santri
dengan menggunakan pendekatan dan strategi komunikasi antarpribadi.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitan
Kata “metode” dan “metodologi” sering dicampuradukkan dan
disamakan. Padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata
metodologi berasal dari Yunani methodologia yang berarti “teknik”
atau “prosedur”. Metodologi sendiri merujuk kepada alur pemikiran
umum atau menyeluruh (general logic) dan gagasan teoritis (theoretic
perspective) suatu penelitian. Sedangkan kata “metode” menunjuk
pada teknik yang digunakan dalam sebuah penelitian seperti
wawancara atau observasi. Menurut Tarumingkeng dalam kata
pengantar pada buku metode penelitian kualitatif, dari asal katanya
metode berarti “jalan” atau “cara”. Metode penelitian berarti cara
pengumpulan data dan analisis. Dari analisa data tersebut kemudian
peneliti akan mendapatkan hasil apakah itu penegasan atas teori yang
pernah ada (confirmation) atau penemuan baru (discovery).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang
12
otentik mengenai pengalaman orang-orang, sebagaimana di rasakan
orang bersangkutan.7
a. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu dan teori8. Paradigma berisi
bagaimana mempelajari fenomena, realita serta cara yang digunakan
dalam penelitian, dan menginterpretasikan temuan.9
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma
konstruktivis untuk mengetahui dan mengamati secara mendalam pada
objek penelitian. Penelitian yang dihasilkan bias menemukan suatu
kebenaran terhadap realitas.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
Pondok Pesantren Qotrun Nada yang meliputi komunikator dan
komunikan. Sedangkan objek penelitian adalah komunikasi yang
dilakukan ustadz di Pondok Pesantren Qotrun Nada dengan santri dalam
pembentukan karakter.
7
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2008), h. 156
8
Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi Tesis Disertasi dan Karya Ilmiah,(Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), h.33
9
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h.25.
13
3. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Penelitan dilakukan selama 2 bulan (1 Juli-31 Agustus 2016) di
Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok
b. Tempat penelitian beralamat di Jl. Ponpes Qotrun Nada No. 1
Cipayung Jaya Depok
4. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh berbagai data yang diperlukan dalam
penelitian maka dibutuhkan teknik atau alat pengumpul data
dengan langkah-langkah yang dilakukan penelitian ini:
1) Observasi
Observasi adalah metode yang digunakan peneliti untuk
mengamati atau melakukan pengindraan langsung terhadap
suatu kondisi, situasi, proses, aktivitas dan perilaku yang
dianggap peneliti dapat digunakan sebagai data pelengkap.
Observasi atau pengamatan langsung merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang sering digunakan untuk jenis
penelitian
kualitatif
peneliti
mengobservasi
kegiatan
komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh ustadz Ahmad
14
dan ustadz Luthfi dengan para santri saat proses pembentukan
karakter saat di dalam kelas maupun di luar kelas.10
2) Wawancara
Wawancara (interview), yaitu suatu metode pengumpulan
berita, data, atau fakta di lapangan. “wawancara” dalam suatu
penelitian
bertujuan
mengumpulkan
keterangan
tentang
kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirianpendirian itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode
observasi.11
Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap
muka langsung (face to face) dengan narasumber yaitu dengan
salah satu ustadz pondok pesantren Ustadz Luthfi Hidayat dan
Ustadz Ahmad Tobari dan dua orang santri yaitu Yudhistira
dan Ahmad Syafi’i. Dalam hal ini peneliti mewawancarai
kedua ustadz Luthfi dan Ahmad seperti apa pedekatan dan
strategi komunikasi antarpribadi yang diterapkan dalam
melakukan pembentukan karakter santri di pondok pesantren
Qotrun Nada.
10
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004), h. 186.
11
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif; Aktualisasi Metodoiligis ke Arah
Ragam Varian kontemporer (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-3. h. 64.
15
3) Dokumentasi
Dokumen-dokumen dapat mengungkapkan bagaimana
subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan situasi
yang dihadapinya suatu saat, dan bagimana kaitan antara
definisi diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di
sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya.12
Dalam penelitian ini peneliti mencari dan mengumpulkan
data baik berupa foto, maupun booklet, brosur dan arsip tertulis
lainnya.
b. Analisis Data
Pada tahapan teknik analisis data yang peneliti gunakan
adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Teknik
analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian sejak peneliti
memasuki
lapangan
untuk
mengumpulkan
data.
Peneliti
mendapatkan data-data dari wawancara dengan ustadz maupun
santri di pondok pesantren tersebut serta dan berbagai referensi
yang sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian
ini, baik diperoleh dari sumber buku maupun sumber internet.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis komunikasi antarpribadi
ustadz dan santri dalam pembentukan karakter santri di Pondok
Pesantern Qotrun Nada. Setelah data-data yang diperlukan telah
terkumpul, lalu dianalisis dengan teori yang digunakan. Peniliti
12
Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h.195.
16
menganalisis data dengan memaparkan proses komunikasi
antarpribadi yang terjadi antara ustadz dan santri dikaitkan dengan
teori Miller dan Steinberg.
F. Sitematika Penulisan
Peneliti membagi kedalam lima bab agar mempermudah dalam
pembahasannya, disetiap bab terdapat sub bab, sistematika penulisan
sebagaI berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Menjelaskan tentang pengertian komunikasi antarpribadi, jenis dan
bentuk komunikasi antarpribadi, pendekatan dan strategi komunikasi
antarpribadi, pengertian karakter, unsur-unsur karakter, pengertian pondok
pesantren.
BAB III GAMBARAN UMUM
Berisi tentang gambaran umum dari Pondok Pesantren Qotrun
Nada, latar belakang berdirinya, tujuan di dirikan, visi dan misi pondok
pesantren, program-program pondok pesantren, dan struktur organisasinya.
17
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Berisi hasil temuan komunikasi antarpribadi di Pondok Pesantren
Qotrun Nada. Penerapan komunikasi antarpribadi Pondok Pesantern
Qotrun Nada, dan pendukung, penghambat, dalam pembentukan karakter
Santri di Pondok Pesantren Qotrun Nada.
BAB V PENUTUP DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran-saran dari penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
A. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama, yang berarti sama makna. Jadi komunikasi
berlangsung apabila diantara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan
makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.1 Pengertian bersama
dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku penerima dan
melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Definisi komunikasi menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:
Wilbur
Schramm
mendefinisikan
komunikasi
sebagai
tindakan
melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan
pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang
memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima
serta ditafsirkan oleh penerima2. Hovland, Janis, dan Kelly merumuskan
komunikasi adalah proses dimana seseorang individu mentransmisikan
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 9
2
Suranto Aw, Komunikasi Sosial dan Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 2
18
19
stimulus untuk mempengaruhi tindakan orang lain3. Edward Depari
mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian gagasan, harapan,
dan pesan yang disampaiakan melalui lambing tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Dari
pengertian komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan suatu proses pertukaran pesan dari satu individu kepada individu
lain dan bisa menghasilkan umpan balik atau respon.
Karena itu jika berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka sudah
pasti memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan
bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunikasi arti dan makna simbol di sini tentu saja tergantung pada
pemahaman dan persepsi komunikan. Oleh karena itu, komunikasi akan
berjalan efektif bila komunikator dan komunikan mempunyai persepsi dan
pemahaman yang sama terhadap simbol. Apabila terdapat perbedaan persepsi
dan pemahaman, tujuan komunikasi dapat gagal.
1. Unsur-Unsur Komunikasi
Adapun unsur-unsur komunikasi dalam ruang lingkup komunikasi adalah
sebagai berikut:
3
Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 5
20
a. Komunikator
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan tempat asal pesan, sumber berita, informasi, atau pengertian
yang disampaikan atau biasanya kita sebut sebagai orang atau pihak yang
mengirim/menyampaikan berita4. Dalam perannya sebagai komunikator
tentunya
seorang
komunikator
harus
memiliki
keterampilan
berkomunikasi yang baik agar pesan atau informasi yang disampaikan
kepada komunikan dapat efektif.
b. Pesan atau berita
Pesan adalah informasi atau pengertian dari komunikator yang
penyampaiannya disampaikan kepada komunikan melalui penggunaan
bahasa atau lambang-lambang. Lambang atau simbol tersebut dapat
berupa tulisan, gambar, gerakan tubuh, lambaian tangan dan lain-lain.
c. Media Komunikasi
Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya
simbol-simbol yang mengandung makna berupa pesan. Saluran atau
medium komunikasi tersebut berupa alat atau sarana yang menyalurkan
suara untuk pendengaran, tulisan dan gambar untuk penglihatan, wujud
fisik untuk perabaan, dan sebagainya.
4
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Ineka Cipta, 2000), cet. Ke
2, h. 93-94
21
d. Komunikan atau penerima pesan
Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek
yang dituju oleh komunikator yang menerima pesan-pesan berupa
lambang-lambang yang mengandung arti dan makna
e. Efek atau umpan balik
Efek adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh komunikan,
pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan.
Efek dapat berlanjut dengan memberikan respon, tanggapan atau jawaban
yang disebut umpan balik. Hal yang terpenting dalam komunikasi adalah
bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu
menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan.5
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan menurut jumlah
pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Dimulai dari komunikasi
yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga
komunikasi yang melibatkan
jumlah peserta paling banyak yakni
meliputi:
5
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
cet. ke 4 hal. 7
22
a. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri. Misalnya proses berpikir
untuk memecahkan masalah pribadi. Dalam hal ini ada proses Tanya
jawab dalam diri sendiri sehingga dapat diperoleh keputusan tertentu.6
b. Komunikasi Interpersonal
Wayne Pace mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau
komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung
antara duaorang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung.Komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau
nonverbal, seperti komunikasi pada umumnya komunikasi interpersonal
selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan
dikatakan atau dilakukan secara verbal atau nonverbal. Dua unsur tersebut
sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi,
kondisi, dan keadaan penerima pesan.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif.
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim dan
penerima pesan, atau sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik
antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan
6
hal. 81
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 ) Cet Ke 14
23
sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi
serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian
tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.
Agar
komunikasi
interpersonal
yang
dilakukan
menghasilkan
hubungan interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan
maka kita perlu bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan
terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling memahami,
menghargai, dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal
perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan
kerjasama antara berbagai pihak.
c. Komunikasi kelompok
Komunikasi yang berlangsung antara sekelompok orang yang
mempunyai tujuan bersama contohnya seperti diskusi kelompok, aksi
massa, sidang kelompok dan sebagainya.
d. Komunikasi publik
Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang,
yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi ini sering disebut
pidato, ceramah, atau kuliah umum.
24
e. Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan
juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar dari pada
komunikasi kelompok.
f. Komunikasi Massa
Komunikasi yang melibatkan banyak orang. Ada sebagian ahli
mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa namun sebagian ahli lain berpendapat bahwa komunikasi massa
tidak harus menggunakan media massa contohnya seperti kampanye
politik.7
3. Sifat Komunikasi
Dilihat dari sifatnya, proses komunikasi dapat dibedakan menjadi:8
a. Komunikasi tatap muka adalah dalam hal ini pihak-pihak yang terkait
dalam proses komunikasi saling bertemu dan bertatap muka dalam suatu
tempat tertentu.
b. Komunikasi bermedia adalah Proses komunikasi dengan menggunakan
media, seperti telepon, surat, radio, televisi dan sebagainya.
7
8
Suranto AW, Komunikasi Sosial dan Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 13
Suranto AW, Komunikasi Sosial dan Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 14
25
c. Komunikasi Verbal adalah komunikasi dengan cirri bahwa pesan yang
dikirimkan berupa pesan verbal atau dalam bentuk ungkapan kata-kata,
baik secara lisan maupun tulisan.
d. Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan cirri bahwa pesan
yang disampaikan berupa pesan non verbal atau bahasa isyarat, baik
isyarat tubuh (gestural) maupun isyarat gambar (pictoral).
4. Fungsi Komunikasi
Menurut Agus M. Hardjana, fungsi komunikasi dapat dilihat dalam
hidup pribadi, hubungan dengan orang lain, ditempat kerja dan dalam
masyarakat. Kaitannya dengan komunikasi antarpribadi, maka dalam hidup
pribadi melalui komunikasi kita dapat: a) Menjelaskan perasaan, isi pikiran,
dan perilaku kita sendiri. ; b) Semakin mengenal diri, dengan komunikasi
kita dapat mengenal isi hati, pikiran dan perilaku kita, dan mendapat umpan
balikdari rekan komunikasi kita tentang emosi, pikiran, kehendak, cita-cita
dan perilaku kita. ; c) Mengungkapkan perasaan dan gagasan kita,
komunikasi bisa menjadi alatuntuk melepaskan beban mental dan psikologis
sehingga kita mendapatkan keseimbangan hidup kembali.
B. Komunikasi Antarpribadi
1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung
antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk
26
percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan
muka (face to face), bisa juga melalui media telepon. Komunikasi
interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di
mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima
pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.9
2. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi
Berdsarkan sifatnya komunikasi antarpribadi diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu:
a. Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang
berlangsung antara dua orang yakni seorang berlaku komunikator
yang menyampaikan pesan dan seorang lagi menjadi komunikan
yang menerima pesan.10
b. Komunikasi Triadik
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang
pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan
dua orang komunikan
9
Agus M . Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius,
2003) h. 85
10
Onong Uchjana Effendy , Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007), h. 63
27
3. Tahap-Tahap Hubungan Antarpribadi
Suatu hubungan antarpribadi berlangsung melewati tiga tahap:
pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan peneguhan
hubungan.
a. Pembentukan Hubungan Antarpribadi
Tahap ini disebut sebagai tahap perkenalan yang terfokus pada
proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan
hubungan.
Menurut Steve Duck: perkenalan adalah proses komunikasi di
mana individu mengirimkan secara sadar atau menyampaikan
( kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi
kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan caracara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan
persahabatan.11
Dalam tahap ini informasi yang dicari dan disampaikan
umumnya berkisar mengenai data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga, dan sebagainya.
b. Faktor Yang Menimbulkan Hubungan Antarpribadi
Pola komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan
pada hubungan interpersonal. Tidak benar anggapan bahwa makin
sering orang melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain,
11
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.125
28
makin baik pula hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah
berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi
interpersonal itu dilakukan dengan baik. Menurut Jalaluddin Rakhmat
ada beberapa faktor agar komunikasi interpersonal dapat berjalan
dengan baik yaitu, percaya (trust), sikap suportif, dan sikap terbuka.12
1. Percaya (trust)
Faktor
percaya
adalah
yang
paling
penting
dalam
berkomunikasi antarpribadi. Menurut Jalaluddin Rakhmat ada tiga
faktor yang berhubungan dengan sifat percaya:
a) Karakteristik dan kemampuan orang lain, orang akan
menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggap
memiliki
kemampuan,
ketrampilan
atau
pengalaman
dibidang tertentu.
b) Hubungan kekuasaan, kepercayaan tumbuh apabila orangorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain.
c) Sifat dan kualitas komunikasi, bila komunikasi bersifat
terbuka, bila maksud dan tujuan sudah jelas, bila ekpektasi
sudah dinyatakan, maka akan tumbuh sikap percaya.13
2. Sikap Suportif
Sikap supportif merupakan sikap yang mengurangi sikap
defensive dalam komunikasi. Orang bersikap defensive bila ia tidak
12
13
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998, h. 42
Jalaludin Rakhmat,Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), h. 42
29
menerima, tidak jujur dan tidak empati terhadap apa yang mereka
komunikasikan.
3. Sikap Terbuka
Suatu komunikasi akan berhasil apabila adanya sikap terbuka
antara komunikan dan komunikator mengenai masalah-masalah
yang mereka hadapi, karena dengan adanya sikap terbuka inilah
akan diketahui solusi dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
c. Proses Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi sebagai proses pengoperan atau penyampaian
pesan secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk
proses, yaitu proses komunikasi primer dan proses komunikasi
sekunder. Mengenai kedua proses komunikasi ini telah dijelaskan
oleh Onong Uchjana Effendy sebagai berikut: "Proses komunikasi
secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang di sini berupa bahasa, isyarat,
gambar, warna dan sebagainya".14 Dan proses komunikasi
sekunder adalah "proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang alat atau sarana
14
h.11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007),
30
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama.15
Berkaitan dengan dua bentuk komunikasi di atas, maka
komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk proses
komunikasi primer, karena komunikasi interpersonal berlangsung
secara face to face (tatap muka) dalam suatu percakapan dengan
menggunakan bahasa lisan.
Dalam komunikasi interpersonal, hubungan yang baik antara
komunikator dengan komunikan juga harus dijaga dengan baik,
karena berhasil tidaknya komunikasi tergantung pada hubungan
yang baik diantara mereka. Menurut Jalaluddin Rakhmat ada dua
tahap hubungan, tahap pertama disebut "tahap perkenalan,
hendaknya komunikator memberikan kesan pertama yang bagus
seperti penampilan yang menarik, sikap yang baik. Tahap kedua
yaitu peneguhan hubungan, ada empat faktor penting dalam
memelihara hubungan, yaitu: faktor keakraban pemenuhan
kebutuhan rasa kasih sayang, faktor kontrol (kedua belah pihak
saling mengontrol), faktor ketetapan respon yang merupakan
pemberian respon sesuai dengan stimulus yang diterima, faktor
15
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat, h. 16
31
keserasian
suasana
emosional
ketika
berlangsungnya
komunikasi.16
Menurut David Berlo dalam menekankan bahwa diantara
komunikator
dengan
komunikan
harus
terdapat
hubungan
interdependensi. Interdependensi adalah kedua belah pihak
terdapat hubungan saling mempengaruhi. Menurut Nuruddin,
interdependensi artinya komponen-komponen itu saling berkaitan,
berinteraksi dan berinterdependensi secara keseluruhan.17 Oleh
sebab itu, seorang ustadz dalam berkomunikasi tidak boleh melihat
pada kepentingannya sendiri tapi juga harus melihat pada
kepentingan dan kebutuhan santrinya dengan memperhatikan
pengalaman, kepentingan dan pendapatnya serta menciptakan
hubungan yang akrab.
Selain itu, dalam komunikasi interpersonal juga dibutuhkan
sikap saling menghormati dan mempercayai antara ustadz dan
santri yang didasarkan pada persamaan antara keduanya, karena
keberhasilan dari komunikasi yaitu dengan adanya persamaan
sikap antara ustadz dan santri.
16
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.
17
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) h. 5
126
32
4. Pemutusan Hubungan Antarpribadi
Terdapat
lima
sumber
konflik
pemutusan
hubungan
antarpribadi yang diambil dari analisis R.D Nye (1973) dalam
bukunya conflict Amiong Humans yaitu:18
a. Kompetisi
Salah
satu
pihak
berusha
memperoleh
sesuatu
dengan
mengorbankan orang lain, misalnya menunjukkan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi
Salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga
orang itu merasa hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan
Masing-masing berusaha berusaha menyalahkan orang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi
Salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui
menyinggung perasaan orang lain.
e. Perbedaan nilai
Kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
18
129
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.
33
C. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi
Proses pembelajaran dapat disebut juga bentuk pendekatan
komunikasi antarpribadi dimana komunikasi yang terjadi antara subjek
didik dengan pendidik, anatara mahasiswa dengan dosen, antara siswa
dengan guru, antara ustadz dan santri. Komunikasi dalam bentuk diskusi
dalam proses belajar mengajar berlangsung amat efektif, baik antara
pengajar
dengan
murid
maupun
diantara
murid
sendiri
sebab
mekanismenya memungkinkan murid terbiasa mengemukakan pendapat
secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya.
Menurut Miller dan Stainberg mengemukakan bahwa suatu bentuk
komunikasi termasuk komunikasi antarpribadi atau bukan perlu dilakukan
pemahaman terhadap identifikasi 3 analisis tingkat informasi yaitu:19
1. Analisis Tingkat Kultural
Kebudayaan merupakan sekumpulan keteraturan, norma, institusi
sosial, kebiasaan, dan ide-ide yang dimiliki oleh sekumpulan orang.
Terkadang kebudayaan didefinisikan sebagai lokasi geografis, etnis, pola
religius. Para ahli menganggap bahwa orang yang termasuk kelompok
kebudyaan yang sama mempunyai kesamaan cara bertingkah laku dan
tampak memiliki sikap dan nilai tertentu. Dengan demikian, kebudayaan
dapat memberi petunjuk bagaimana anggota kelompok kebudayaan
tertentu akan berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
19
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group , 2011) h. 2
34
Terdapat dua macam kultur, yaitu homogeneus, apabila orangorang disuatu kultur berperilaku kurang lebih sama dan menilai sesuatu
juga sama. Sedangkan yang heterogenous adanya perbedaan-perbedaan
di dalam pola perilaku dan nilai-nilai yang dianutnya. Ketika berhadapan
dengan individu yang spesifik, seseorang harus berhati-hati untuk
menerapkan pikiran tentang orang tersebut berdasar data tingkat
kebudayaan. Masing-masing individu yang tergabung dalam satu
kelompok kebudayaan mempunyai kepribadian sendiri-sendiri.20
2. Analisis Tingkat Sosiologis
Analisis tingkat sosiologis didasarkan pada pertimbangan yang
dibuat tentang orang lain dengan mengetahui kelompok tempat orang
tersebut termasuk ada pertimbangan untuk mengelompokkan seseorang
ke dalam kelompok tertentu berdasar keanggotaanya pada bentuk
kelompok sosial yang dipilihnya. Namun ada juga keanggotaan
kelompok yang tidak dipilih sendiri oleh yang bersangkutan, misalnya
termasuk kedalam kelompok orang tua, dewasa, dan remaja. Bagaimana
juga, anggota yang termasuk kelompok tertentu, baik yang dipilih sendiri
maupun tidak mempunyai kesamaan dengan anggota lainnya dalam satu
kelompok. Antar kelompok itu sendiri mempunyai perbedaan yang
merupakan cirri dari masing-masing bentuk kelompoknya.
20
http://academia.edu/komunikasiantarpribadi diakses pada tanggal 20 Agustus 2016
35
3. Analisis Tingkat Psikologis
Analisis tingkat psikologis didasarkan pada dua orang yang
berinteraksi dan mendasarkan prediksinya mengenai satu sama lain
terutama pada data psikologis secara khusus menegaskan bahwa mereka
mengenal satu sama lain sebagai individu. Dan juga menuntut adanya
saling mengenal antar individu yang terlibat di dalam transaksi
komunikasi. Walaupun individu mempunyai sekumulan data mengenai
kebudayaan dan sosiologis seseorang tidak dapat memperkirakan
perilaku khusus seseorang yang dihadapinya. Informasi mengenai data
tingkat psikologis tidak dapat dipisahkan dari proses keintiman yang
terjalin, terkadang seseorang memberikan informasi mengenai dirinya
sendiri kepada orang lain, dan mendapatkan informasi balik dari orang
lain mengenai dirinya.21
Sehingga di dalam komunikasi antarpribadi yang lebih ditekankan
adalah komunikasi yang berdasar pada analisis tingkat psikologis, tingkat
kebudayaan dan sosiologis digunakan sebagai pelengkap di dalam
mengumpulkan data tentang seseorang yang dihadapi.22
D. Strategi Komunikasi Antarpribadi
Strategi kendali komunikasi terdiri dari banyak strategi kendali
komunikasi. Strategi-strategi komunikasi antarpribadi menjadi bagian dari
pola kendali komunikasi individu apabila ia memperoleh informasi baru
21
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011) h. 5
22
http://academia.edu/komunikasiantarpribadi diakses pada tanggal 20 Agustus 2016
36
mengenai pendekatan-pendekatan yang lebih efektif guna memperoleh
respon yang diinginkan. Miller dan Steinberg (1975) membaginya dalam
lima strategi diantaranya:23
1. Strategi Wortel Terurai
Strategi wortel terurai atau dangling carrot strategies berupa
pemberian imbalan yang oleh komunikator diberikan kepada pihak lain.
Strategi wortel terurai ini berasumsikan bahwa kominikator dapat
meningkatkan probabilitas untuk memperoleh respons yang diinginkan
apabila komunikator memberikan kepada seseorang imbalan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengubah tingkat, arah, dan
subtansi
mengenai
perilaku-perilaku
dan
memperkuat
reinforce
perubahan-perubahan ini apabila hal itu diinginkan. Dua prosedur dasar
bagi implementasi strategi wortel terurai adalah dengan menciptakan
rangkaian-rangkaian stimulus-response-reward
dan menghasilkan
pengembangkan strategi wortel pada orang lain. Diluar pemahaman
tujuan-tujuan dan prosedur-prosedur ini, strategi wortel yang efektif
harus memiliki beberapa kemampuan berkomunikasi.
2. Strategi Pedang Tergantung
Strategi pedang tergantung didasarkan pada asumsi bahwa
komunikator akan mengulang perilaku yang menyebabkan diberinya
imbalan. Komunikator yang hendak mengurangi probabilitas respons
23
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group , 2011) h. 75
37
yang tidak diinginkan akan berlindung pada strategi pedang tergantung.
Strategi
ini
merupakan
hukuman.
Seorang
komunikator
bisa
menghukum pihak lainnya supaya orang itu mengurangi atau membatasi
perilaku-perilaku yang tidak disukai oleh yang memberi hukuman.24
Strategi pedang ini mirip dangan strategi wortel, karena efektivitas
kedua strategi itu bergantung kepada apakah responden merasakan
adanya keuntungan atau manfaat pribadi dengan memberikan respons
yang diinginkan pengendal. Taktik utama dari pengendali strategi
pedang adalah memicu strategi-strategi komplementer dari responden.
3. Strategi Katalisator
Strategi kendali katalisator terjadi dimana seorang komunikator
mencoba memancing respons yang dia inginkan, tetapi sebaliknya bukan
memberikan imbalan atau ancaman hukuman, komunikator sekedar
mengingatkan kepada yang bersangkutan akan suatu tindakan yang
agaknya bisa diterima dan diinginkan oleh yang bersangkutan. Metode
ini bergantung kepada keefektifan menjadi individu berperilaku dengan
cara berinisiatif diri tanpa memberikan imbalan atau hukuman baginya.
Komunikator harus membekali dengan pesan atau informasi yang
membangkitkan semangat untuk memicu proses ini, tetapi individu
sebagaian besar bertindak atas kemauan sendiri.25
24
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group , 2011) h. 79
25
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group , 2011) h. 90
38
Perbedaan yang utama antara teknik-teknik katalisator dengan
strategi kendali komunikasi lainnya terletak pada ketidak menonjolnya
kendali. Pada strategi wortel dan pedang, pengendali menekankan
perannya sendiri di dalam proses. Sedangkan strategi katalisator
pengendali berusaha mendapatkan respons yang diinginkan dengan
menekankan pada si pendengar.
4. Strategi Kembar Siam
Strategi kembar siam bukan untuk menciptakan hubungan yang
diinginkan melainkan merupakan hasil dari semacam hubungan yang
sudah terbentuk. Strategi ini hanya dapat diimplementasikan setelah
hubungan terbentuk. Terdapat dua syarat hubungan yang menyebabkan
berkembangnya strategi kembar siam: Pertama, adanya tingkat
ketergantungan yang tinggi antara para komunikator. Kedua, tidak
seorang pun dari keduanya lebih berkuasa terhadap yang lain. Bahkan
apabila kedua orang itu memiliki ketergantungan, salah satu masih bisa
mendominasi hubungan dengan menggunakan strategi wortel atau
pedang. Strategi kembar siam muncul apabila kedua komunikator
memiliki jumlah kendali kurang lebih sama.26
5. Strategi Dunia Khayal
Strategi dunia khayal mengandalkan pada ilusi dan khayalan pada
perasaan-perasaan
26
yang
ditimbulkan
sendiri
mengenai
kendali.
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group 2011), h. 94
39
Khayalan-khayalan ini dapat memberikan semacam ketenangan dari
perasaan cemas, tetapi memiliki dasar realitas yang tidak seberapa dan
tidak cukup untuk menggantikan kendali sebenarnya. Orang-orang
seperti ini hidup sebagai penghayal total dari kenyataan. Mereka seri ng
mengabiskan waktu untuk sekedar mengkhayal. Taktik yang digunakan
oleh pengguna strategi dunia khayal yaitu mengabaikan respons-respons
yang tidak diinginkan. Taktik lainya adalah mengubah respons yang
tidak diinginkan dengan memberikan penafsiran yang positif.27
E. Pengertian Karakter Dan Unsur-Unsurnya
1. Pengertian Karakter
Dilihat dari asal katanya, “karakter” merupakan sebuah konsep yang
berasal dari kata Yunani “charassein”, yang berarti mengukir sehingga
terbentuk sebuah pola. Memiliki suatu karakter yang baik, tidak dapat
diturunkan begitu ia dilahirkan, tetapi memerlukan proses panjang melalui
pengasuhan dan pendidikan. Dalam bahasa Arab karakter dikenal dengan
istilah “akhlaq”, yang merupakan jama‟ dari kata “khuluqun” yang secara
linguistik diartikan dengan budi pekeri, perangai, tingkah laku atau tabiat,
tatakrama, sopan santun, adab dan tindakan (Saebani dan Hamid,
2010:13). Ibn Miskawai (W. 421H/1030 M) sebagai pakar akhlaq
terkemuka menyatkaan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
27
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group , 2011) h. 100
40
pemikiran dan pertimbangan.28 Sedangkan karakter menurut Simon
Philips yang dikutib oleh Fathul Mu‟in dalam bukunya Pendidikan
Karakter adalah kumpulan tata nilai menuju suatu sistem, yang melandasi
pemikiran, sikap, dan prilaku yang ditampilan.29
2. Unsur-Unsur Karakter
Ada beberapa unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis
yang mempengaruhi unsur-unsur terbentuknya karakter pada manusia.
Unsur-unsur ini kadang juga menunjukan bagaimana karakter seseorang
tersebut antara lain, sikap, emosi, kepercayaan dan kebiasaan.
1. Sikap
Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian dari
karakternya bahkan diangap sebagai cerminan karakter seseorang
tersebut. Tentu tidak selamanya benar, tetapi dalam hal tertentu
sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada di hadapanya, biasanya
menunjukan bagaimana karakternya.
2. Emosi
Kata emosi berasal dari kata emovere dalam bahasa latin yang
berarti berarti luar dan movere artinya bergerak. Emosi adalah
bumbu kehidupan sebab tanpa emosi kehidupan manusia akan
28
Sri Wahyuni Tanshzil, Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada Lingkungan Pondok
Pesantren Dalam Membangun Kemandirian Dan Disiplin Santri.. Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol.
13 No. 2 Oktober 2012 .h.5
29
Fathul Mu‟in , Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik, ( Jogjakarta : ArRuzz Media,2011) h.160
41
terasa hambar. Manusia selalu hidup dengan berfikir dan merasa,
oleh karena itu emosi merupakan salah satu bagian dari karakter.
3. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari
faktor sosio-psikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau
salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi
sangatlah penting untuk membangun watak dan karakter manusia.
4. Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan
adalah
komponen
konotatif
dari
factor
sosiopsikologis. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang
menetap, berlangsung secara otomatis, tidak direncanakan. Ia
merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang
lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi berkali-kali. Setiap
orang mempunyai kebiasaan yang berbeda dalam menangapi
stimulus tertentu. Kebiasaan memberikan pola perilaku yang dapat
diramalkan. Sementara kemauan merupakan kondisi yang sangat
mencerminkan karakter seseorang ,jadi kebiasaan dan kemauan
adalah bagian dari unsur-unsur karakter.
5. Konsepsi Diri
Hal penting lainya yang berkaitan dengan pembangunan
karakter adalah konsepsi diri. Konsepsi diri penting karena
biasanya tidak semua orang acuh pada dirinya. Orang yang sukses
42
biasanya adalah orang yang sadar bagaimana membentuk watak
dan karakternya.30
F. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu
pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal
sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin
berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa
termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan
pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang
atau meunasah, sedangkan di Minangkabau disebut surau.31
Sedangkan istilah pesantren secara etimologis berarti pe-santrian yang
berarti tempat santri, Pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan
yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan
menyebarkan ilmu agama Islam. Pesantren berarti tempat para santri.32
Poerwadarminta mengartikan pesantren sebagai asrama dan tempat muridmurid belajar mengaji.33 Louis Ma'lûf mendefinisikan kata pondok
sebagai "khôn" yaitu "setiap tempat singgah besar yang disediakan untuk
30
Fathul Mu”in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media,2011) h. 168-179
31
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina,
1997), hal.5
32
Zamakhsyari Dhafier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982 ), h. 18.
33
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h.
764.
43
menginap para turis dan orang-orang yang berekreasi."34 Pondok juga
bermakna "rumah sementara waktu seperti yang didirikan di ladang, di
hutan dan sebagainya."35
Imam Zarkasyi mendefinisikan pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan agama islam yang wajib mengunakan sistem asrama atau
pondok, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat
kegiatan yang menjiwainya karena semua kegiatan tersentral didalamnya,
serta pengajaran agama islam yang diikuti santri sebagai kegiatan
utamanya. Menurut Manfred Ziemek, biasanya pesantren didirikan oleh
para pemrakarsa kelompok belajar, yang mengadakan perhitungan dan
memperkirakan kemungkinan kehidupan bersama bagi para santri dan
ustad. Maka berdirilah sebuah pondok, tempat untuk hidup bersama bagi
masyarakat belajar. Dengan kata "pondok" orang membayangkan "gubuk"
atau "saung bambu", suatu lambang yang baik tentang kesederhanaan
sebagai dasar perkiraan kelompok. Di sini guru dan murid tiap hari
bertemu dan berkumpul dalam waktu yang lama bersama-sama
menempuh kehidupan di pondok. Lebih lanjut Ziemek menilai pesantren
sebagai lembaga "wiraswasta" dalam sektor pendidikan keagamaan,
karena ciricirinya yang dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi para
pendiri dan pimpinanannya dan cenderung mengikuti suatu pola tertentu.
34
Louis Ma'lûf, Kamus Munjid, ( Beirut: Dâr al-Mishria ), 1986, h. 597.
Muzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama,( Semarang: Toha Putra), h.
104.
35
44
2. Tujuan Pondok Pesantren
Masing-masing pondok pesantren memiliki tujuan pendidikan yang
berbeda, sering kali sesuai dengan falsafah dan karakter pendirinya.
Sekalipun begitu setiap pondok pesantren mengemban misi yang sama
yakni dalam rangka mengembangkan dakwah Islam, selain itu di
karenakan pondok pesantren berada dalam lingkungan Indonesia, setiap
pondok pesantren juga berkewajiban untuk mengembangkan cita-cita dan
tujuan kehidupan berbangsa sebagaimana tertuang dalam falsafah negara;
Pancasila dan UUD 1945. Menurut Manfred Ziemek yang dikutib oleh
Mujamil Qamar dalam bukunya pesantren dari trasformasi metodologi
menuju demokratisasi institusi tujuan pesantren adalah membentuk
kepribadian
memantapkan
akhlak
dan
melengkapinya
dengan
pengetahuan.
Menurut Mastuhu yang dikutib oleh M, Dian Nafi dkk tujuan utama
pendidikan pesantren adalah mencapai hikmah atau wisdom
(kebijaksanaan) berdasarkan pokok ajaran islam yaitu memahami dan
meningkatkan tentang arti kehidupan serta merealisasikan semua
peranperan dan tangung jawab sosial.
Secara
umum
tujuan
pendidikan
pondok
pesantren
adalah
membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi Muballigh Islam
dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
45
Sedangkan
secara
khusus
tujuan
pondok
pesantren
adalah
mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang „alim dalam ilmu
agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkan
dalam masyarakat sebagaimana yang telah dikembangkan dalam pondok
pesantren Modern.
Tujuan pendidikan pondok pesantren di atas senada dengan tujuan
pondok pesantren yang di paparkan oleh M. Arifin yang dikutip oleh
Hasbullah dalam bukunya ”Kapita Selekta Pendidikan” (Khusus dan
Umum) Bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
berusaha menciptakan kader-kader Muballigh yang diharapkan dapat
meneruskan misinya dalam hal dakwah Islam disamping itu juga di
harapkan bahwa mereka yang berstudi di pesantren menguasai betul
ilmuilmu ke-Islaman yang diajarkan oleh para kyai.
Adapun tujuan pendidikan pondok pesantren, tidak boleh lepas dari
tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No.2 tahun 1989
adalah untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”
46
3. Definisi Santri
Santri adalah murid yang tinggal atau belajar di Pesantren. Seorang
ulama bisa disebut sebagai kyai jika mempunyai pesantren dan santri yang
tinggal di pondok tersebut. Eksistensi dari seorang kyai juga berkaitan
dengan adanya santri di pesantren. Kata „santri‟ dalam kamus besar bahasa
Indonesia, adalah orang yang mendalami agama Islam atau orang yang
beribadah dengan sungguh-sungguh.36
Santri adalah sebuah siswa dari pondok Pesantren. Pada umumnya
santri terbagi ke dalam dua kategori. Pertama, santri mukim, yaitu muridmurid yang berasal dari daerah yang jauh dari pesantren dan menetap di
pesantern. Tradisi bagi santri yang telah lebih lama atau lebih senior,
biasanya memikul tanggung jawab santri junior tentang kitab menengah
dan dasar, tentunya telah ditunjuk oleh pihak pengurus bahkan kiyai yang
bersangkutan. Kedua santri kalong, yaitu para santri yang berasal dari desa
sekitar pesantren. Mereka tidak menetap di pesantern mereka berada di
pesantren hanya bila ada tugas pesantern atau kegiatan pesantren saja.
Apabila sebuah pondok pesantren memilik santri mukim lebih banyak,
maka pesantren tersebut dikategorikan pesantren besar.37
36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai
Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 783
37
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1986) h. 51
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN QOTRUN NADA
A. Sejarah Singkat
Qotrun Nada, sekilas memang masih asing untuk nama sebuah
lembaga keagamaan atau pondok pesantren karena memang terkesan unik dan
aneh akan tetapi ini adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi bahwa
Qotrun Nada adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang terletak di daerah
Kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan Cipayung Kota Depok Jawa Barat.
Meskipun terletak di daerah yang agak terdalam dan berada persis di tepi
sungai namun tidak meruntuhkan niat para santri untuk menuntut ilmu disini,
dengan keyakinan yang kuat itulah yang membuat ratusan santri berkumpul
dalam sebuah wadah yang selalu dinantikan hasilnya. Meskipun mereka
terdiri dari keberanekaragaman daerah, adat dan budaya seperti dari daerah
Jawa, Sunda, Betawi bahkan ada juga yang berasal dari Aceh dan Jambi,
namun mereka semua dengan teguh memegang prinsip “Bhineeka Tunggal
Ika” sampai mereka akhirnya bersatu dalam kesatuan yang kokoh bak sebuah
bangunan yang mana antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan.
Pondok Pesantren Qotrun Nada terletak di kelurahan Cipayung Jaya
Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Menurut letaknya kelurahan
Cipayung Jaya dibatasi oleh daerah-daerah sebagai berikut : Sebelah Selatan
berbatasan dengan desa Pabuaran. Sebelah Utara berbatasan dengan desa
47
48
Cipayung. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Pasir Putih. Sebelah Timur
berbatasan dengan desa Bojong Pondok Terong. Adapun jarak Pondok
Pesantren Qotrun Nada dengan Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor + 18
KM, jarak dengan Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat + 120 Km.,
jarak dengan pusat kota Depok + 3 Km. Sedangkan jarak dengan Ibukota
Negara + 16 Km.
Awalnya Qotrun Nada hanyalah sebuah Majlis Ta’lim kecil yang hanya
digunakan oleh masyarakat Cipayung untuk kegiatan mengajarkan Al Qur’an
namun tanpa disangka lambat laun akhirnya Majlis Taklim ini semakin diminati
oleh masyarakat Cipayung dan sekitarnya, sampai akhirnya atas dorongan dan
keyakinan yang kuat maka pada tahun 1995 mulailah diadakan penerapan
pendidikan islam yang dikembangkan melalui pengajian kitab pada luar jam
sekolah atau pada bahasa masyarakat cipayung adalah santri kalong. Santri
kalong adalah santri yang pada saat itu mengikuti kegiatan pengajian kitab salafi
pada waktu-waktu tertentu dan setelah selesai pengajian santri pulang kerumah
masing-masing.
Dikarenakan peminat santri kalong semakin banyak dan permintaan dari
para wali santri agar pengajian yang selama ini diadakan agar lebih
dimaksimalkan lagi, maka pada saat itulah para santri diwajibkan untuk
bermukim di majlis ta’lim khusus putra bermukim di sebelah kediaman kyai
sedangkan khusus putri bermukim di kediaman orang tua sang kyai, yaitu al-
49
walid H. Marzuki karena pada waktu itu belum tersedia tempat yang memadai
untuk dijadikan tempat bemukim bagi para santri.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan
tahun berganti tahun. Perkembangan Ponpes Qotrun Nada tidak lepas dari
dukungan para masyarakat maka tepat pada tanggal 09 September 1996
dimulailah pelaksanaan peletakan batu pertama di atas tanah seluas 15000 M dan
sejak itu pula majlis ta’lim tersebut dinamai oleh salah seorang kyai yang
merupakan guru dari sang pimpinan yang bernama KH. Ahmad Zaini dengan
nama “Qotrun Nada” yang memiliki arti Tetesan Embun Pagi, Dengan nama
Qotrun Nada-lah kami selalu berharap bahwa nantinya santri kami akan menjadi
generasi penerus yang memiliki pemikiran kreatif, inovatif, serta Positif dan
dengan landasan yang berdasarkan atas Al Qur’an dan Hadits, seperti halnya
tetesan embun yang senantiasa Allah turunkan dari langit yang membawa
pencerahan untuk alam di sekelilingnya.
Akhirnya tepat pada tahun 1997 dimulai secara resmi penerimaan santri
baru dengan jumlah santri yang pada saat itu berjumlah 52 orang itu pun belum
semuanya bermukim dikarenakan masih banyaknya kekurangan di sana sini,
walaupun terkesan begitu miris namun inilah yang dapat kami sampaikan sangat
apa adanya, tanpa mengurangi atupun menambahkan dan alhamdulillah seiring
dengan berjalannya waktu, Pondok Pesantren Qotrun Nada terus berkembang
hingga detik ini atas do’a para kaum muslimin sekalian dan hingga saat ini pula
kami telah memiliki sekitar 1200 santri dan seluruhnya bermukim dipondok.
50
Program pendidikan yang dikembangkan oleh pendiri Pondok Pesantren
Qotrun Nada (The Family Fathors) yang terdiri dari : KH. Drs. Burhanuddin
Marzuki, Ust. Syamwari, Ust. Achyanuddin Syakier. Secara perlahan-lahan dan
dengan penuh kesabaran diiringi dengan dedikasi yang tinggi Beliau telah
berhasil mengembangkan Pondok Pesantren Qotrun Nada menjadi suatu
lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki kaderisasi seorang yang berjiwa
keagamaan. Program yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Qotrun Nada
adalah program terpadu yaitu panduan belajar selama enam tahun yang meliputi
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Namun Pondok
Pesantren Qotrun Nada ini juga membuka program pendidikan yang agak
singkat meliputi program Takhassus/Intensif yang setingkat dengan Aliyah yaitu
hanya tiga tahun bagi para lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau SLTP yang
ingin melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Qotrun Nada ini.
Pondok Pesantren Qotrun Nada sangat terkenal dengan kedisiplinannya,
mulai dari disiplin waktu sampai dengan disiplin akan peraturan yang telah
ditetapkan. Dan Qotrun Nada sendiri terdiri dari berbagai macam organisasi,
baik organisasi dalam lingkup yang besar (Majlis Guru) maupun yang masih
dalam lingkup yang masih kecil/ISQN (Ikatan Santri Qotrun Nada) yang mana
seluruh organisasi-organisasi tersebut saling bekerja sama dalam melaksanakan
kewajibannya demi terwujudnya sebuah kedisiplinan yang senantiasa dijaga oleh
para santrinya. KH Burhanudin di dalam ungkapannya tidak menghendaki santri
menjadi seorang muslim yang semata-mata hanya mengejar kenikmatan akhirat
51
atau sebaliknya, hanya menikmati kenikmatan dunia saja. Dia menghendaki agar
seorang muslim itu seimbang hidupnya dalam mengejar kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat.
Ungkapan beliau yang didasarkan atas wahyu Allah tersebut lebih lanjut
dijabarkan bahwa untuk menjalani hidup ini, manusia yang diciptakan untuk
menjadi khalifah dibumi harus dapat menciptakan, membina dan menjalani tiga
derajat hubungan secara harmonis. Yaitu hablun minallah (hubungan dengan
Allah) hablun minannaas (hubungan dengan manusia) dan hablun minal’alam
(hubungan dengan alam).
Upaya pengembangan pondok pesantren tidak cukup jika hanya dari
banyaknya prestasi saja, tapi juga jasa dari pengasuh dan pimpinan yang
senantiasa selalu mensyiarkan tentang Pondok Pesantren kehadapan publik
sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat tentang apa itu sebuah pondok
pesantren dan bagaimana cara memilih pondok pesantren yang benar sehingga
tidak menimbulkan kesalahan nantinya.selain itu juga ada kegiatan akhir tahun
yang dilaksanakan oleh para calon alumni setelah mereka mengikuti Ujian Akhir
(UN) yaitu kegiatan pembelajaran atau yang biasa kami sebut dengan PPM
(Praktek Pengabdian Masyarakat) hasil dari kegiatan tersebutlah yang sedikit
banyaknya mampu mengambil perhatian masyarakat yang menjadi tuan rumah
dari kegiatan tersebut dan Alhamdulillah semuanya yang dilakukan oleh para
santri kami semuanya dapat mereka terima dan dipandang dengan pandangan
yang baik.
52
B. Profil Pondok Pesantren Qotrun Nada
a) Nama
: Pondok Pesantren Qotrun Nada
b) Nomor Statistik Madrasah
: 510032760035
c) Akreditasi Madrasah
:B
d) Alamat Lengkap Madrasah
: Jl. Pon-Pes Qotrun Nada No. 1
1) RT
: 02/03
2) Kelurahan
: Cipayung Jaya
3) Kecamatan
: Cipayung
4) Kota
: Depok
5) Provinsi
: Jawa Barat
e) NPWP
: 21.087.764.3-412.001
f) Nama Pimpinan
: Drs. H. Burhanuddin Marzuki
g) No Telp. Hp
: 021-7764063
h) Nama Yayasan
: Qotrun Nada
i) Alamat Yayasan
: Jl. Pon-Pes Qotrun Nada No. 1
1) RT
: 02/03
2) Kelurahan
: Cipayung Jaya
3) Kecamatan
: Cipayung
4) Kota
: Depok
5) Provinsi
: Jawa Barat
6)
Telp Yayasan
j) No. Akte Pendirian Yayasan
: 021-7764063
: 01/1 Oktober2001
53
Kepemilikan Tanah
:
1) Status Tanah
: Yayasan
2) Luas Tanah
: 15000 M2
k) Status Bangunan
: Yayasan
l)
: 10000 M2
Luas Bangunan
m) Panca Jiwa Pondok Pesantren Qotrun Nada
a. Keikhlasan
Jiwa ini berarti melakukan segala perbuatan tanpa pamrih atau tanpa
mengharapkan imbalan sesuatu dari manusia. Segala pekerjaan
dilakukan semata-mata dengan niat ibadah, Lillah. Ustadz ikhlas
dalam mendidik, santri ikhlas dididik, orang tua ikhlas menitipkan
anaknya di pesantren. Faktor keikhlasanlah yang menjdi salah satu
wasilah ilmu mudah untuk disampaiakan.
b. Kesederhanaan
Kehidupan didalam Pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan.
Sederhana tidak berarti pasif tidak juga miskin. Kesederhanaan itu
berarti sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran. Kesederhanaan
mengandung nilainilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan
penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
c. Kemandirian
Mandiri atau kesanggupan menolong diri sendiri tidak saja dalam arti
bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala
54
kepentingannya sendiri, secara tidak langsung Qotrun Nada melatih
para santri untuk lebih mandiri sehingga tidak selalu menyandarkan
hidupnya kepada bantuan dari orang lain.
d. Ukhuwah Islamiyah
Kehidupan di Pondok diliputi suasana persaudaraan yang akrab, segala
suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan sebagai
sesama muslim.
e. Kebebasan
Bebas di dalam berfikir dan berbuat selama semua itu tidak menyalahi
koridor kesopanan dan keagamaan. Yakni bebas dalam menentukan
masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari
berbagai pengaruh negatif dari luar. Kebebasan ini tidak boleh
disalahgunakan menjadi terlalu bebas sehingga kehilangan arah dan
tujuan atau prinsip.
n) Motto Pondok Pesantren Qotrun Nada
a. Berakhlakul Karimah
b. Berbadan Sehat
c. Berpengetahuan Luas
d. Berpikiran Bebas
o) Visi Pondok Pesantren Qotrun Nada
Melestarikan nilai-nilai klasik yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih
baik.
55
p) Misi Pondok Pesantren Qotrun Nada
a. Mencipatakan Generasi Yang Berakhlakul Karimah
b. Berilmu Amaliyah, Beramal Ilmiyah
c. Mampu Menjalankan Perintah & Menjauhi Larangan Allah SWT
56
C. STRUKTUR ORGANISASI
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Qotrun Nada
57
D. Tugas Dan Fungsi Organisasi
1. Qotrun Nada dan Kurikulumnya
a. Perpaduaan antara kurikulum dari kementrian agama (MTs dan MA
sesuai dengan Sisdiknak dengan kurikulum pondok modern dan
pesantren Salafiyah yang diselaraskan dengan satu kesatuan utuh menjadi
kurikulum Pondok Pesantren Qotrun Nada (KPPQN)
b. Meteri pelajaran yang terdapat dikurikulum MTs dan MA dalam Sisdiknas
c. Materi pembelajaran yang terdapat di Pondok Modern terutama
penguasaan dua bahasa asing (Arab dan Inggris)
d. Meteri pengkajian Kitab-Kitab Kuning
yang biasa dikaji di beberapa
pesantren Salafiyah
2. Qotrun Nada dan Metode Pembelajarann
a. Klasikal yang terpisah antara santri laki-laki dan perempuan
b. Klasikal pararel dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 dan kelas tak khusus 1
sampai dengan tak khusus 3 (untuk santri lulusan MTs ataupun SMP)
c. Bandongan, Sorogan, diskusi, teori dan praktek pembacaan kitab klasik
d. Pendamping proses Bimbingan dan Konseling
3.
Qotrun Nada dan Personil Yang terlibat didalamnya
Dalam mengelola jalannya seluruh kegiatan pesantren, adminstrasi dan proses
pendidikan dan pengajaran kami didukung oleh tenaga-tenaga yang terdiri dari
sarjana S1 maupu S2 dari PTN, PTS dalam negri maupun luar negeri seperti
Universitas Madinah, Al-Azhar Cairo, Universitas Malaya, Alumnus Pondok Modern
58
dan Salafiyah. Disamping itu pula didukung penuh oleh tenaga Alumni “Qotrun
Nada” baik yang telah menyelesaikan sarjananya atau yang sedang berstatus
mahasiswa pada tingkat pelaksanaan teknis kegiatan, adminstrasi, dan penunjang
KBM.
4. Qotrun Nada dan tupoksi struktur organisasinya.
a. Pengasuh, menentukan kebijakan umum,langkah strategis dan pengambil
keputusan yang dikoordinasikan dengan direktur, serta menyusun
rencanainduk pengembangan PP Qotrun Nada.
b. Direktur, melaksanakan kebijakan khusus dan keputusan yang telah
dikoordinasikan dengan pengasuh menyusun rencana strategis serta
menjadi rujukan untuk konsultasi bagi seluruh perangkat organisasi
dibawahnya.
c. Kepala sekolah menentukan kebijakan yang berkaitan dengan KBM
selama jam sekolah serta mengadakan kordinasi dengan lembaga
pemerintah.
d. Sekretaris dan staf administrasi, menyusun agenda pendidikan yang
berkaitan dengan kegiatan khusus PPQN dan menjadi penanggung jawab
ketertiban administrasi.
e. Bendahara dan Staf keuangan, menyusun rencana anggaran dan
pendapatan PPQN, dan menjadi penanggung jawab sirkulasi keuangan
dan adiminstrasinya.
59
f. Wali kelas, menyusun kegiatan KBM,penanggung jawab bimbingan dan
murid terkait dan penanggung jawab administrasi kelas.
g. Pembina Bahasa, menyusun program pengembangan kemampuan bahasa
arab dan inggris santri, penanggung jawab lab.bahasa.
h. Pembina ISQN, menyusun agenda kegiatan ISQN, penanggungjawab
pengasuhan dan perizinan santri.
i. Pembina Pramuka, menyusun agenda kegiatan kepramukaan dan
penanggung jawab kegiatan dan administrasinya.
j. Koordinator
komputer,
menyusun
KBM
komputer
berserta
pengadministrasiannya, menyusun rencana pengembangan pengajaran
computer dan penanggungjawab laboratorium komputer.
k. Kordinator tahsin tahfidz, Menyusun program pendidikan dan pengajaran
baca tulis Al Qur’an, penanggungjawab kegiatan pendalaman kemampuan
membaca Al Qur an serta penghapalan AlQur’an santri.
l. Kordinator Sarana dan prasarana, penanggung jawab penyediaan
dan
pemeliharaan sarana pesantren, penanggung jawab kebutuhan asrama dan
dapur umum.
m. Kordinator Kutubutturats, menyusun KBM khusus pengajian kitab klasik
dan pengadministrasian kegiatannya, menyusun metodologi pengajaran
kitab klasik dan bertanggungjawab pada rencana pengembangan kegiatan
pengajian kitab klasik.
60
5. Qotrun Nada dan Kegiatan Santrinya
Dalam melaksanakan kegiatan keseharian santri di Qotrun Nada diatur
dengan alokasi waktu berdasarkan bentuk kegiatanya. Kegiatan tersebut
dibagi menjadi:
Kegiatan harian
Pukul 03.30 – 04.30
: Bangun pagi, shalat tahajud dan pembacaan
Wiridul Latif
Pukul 04.30 – 05.00
: Shalat Subuh berjamaah dan pembacaan
Ratibul At-Thas
Pukul 05.00 – 06.00
: Pengkajian kitab kuning sesuai dengan
kelasnya
Pukul 06.00 – 07.00
: Mandi dan Sarapan Pagi
Pukul 07.00 – 07.20
: Latiahan percakapan Bahasa Arab/Inggris
(Muhadatsah)
Pukul 07.20 – 12.20
: Belajar dikelas
Pukul 12.20 – 13.30
: Shalat
Dzuhur
berjamaah
pembacaan
Asmaul Husna
Pukul 13.30 – 15.00
: Makan siang dan istirahat
Pukul 15.00 – 16.00
: Shalat Ashar berjamaah dan pembacaan
Wirdul latif
Pukul 16.00 – 17.00
: Pengkajian Kitab kuning sesuai dengan
kelasnya
61
Pukul 17.00 – 18.00
: Mandi Makan Sore Dan Persiapan Shalat
Magrib
Pukul 18.00 – 18.30
: Shalat Magrib berjamaah dan pembacaan
Ratibul Hadad
Pukul 18.30 – 19.30
: Kegiatan Tahsin dan Tahfidz Qur’an
Pukul 19.30 – 20.00
: Shalat Isya berjamaah dan pembacaan
Surat Al-Waqi’ah
Pukul 20.00 – 21.00
: Tahsin/Tahfidz Qur’an, pengajian Kitab
Kuning, Amtsilaty
Pukul 21.00 – 22.00
: Mudzakarah / belajar malam
Pukul 22.00 – 22.15
: Pengulangan Muhadatsah
Pukul 22.15 – 03.30
: Istirahat/Tidur malam
Kegiatan Mingguan
Setiap hari Rabu pagi
: Kegiatan olahraga untuk santri putra dan
pengajian umum untuk santri putri
Setiap hari Jum’at Pagi
: Kegiatan olahraga untuk santri putri dan
pengajian umum untuk santri putra
Setiap malam Jum’at
: Pembacaan Dzikir, Tahlil, Ratib dan
Maulid
Setiap sabtu siang
: Kegiatan ke-Pramukaan
Setiap malam minggu
: Latihan Muhadloroh 3 bahasa
62
Setiap minggu pagi
: Kegiatan olahraga seluruh Santri
Setiap minggu siang
: Kegiatan ekstra Kurikuler Santri
Kegiatan Bulanan
Setiap minggu pertama
:
Pengajian bulanan dan waktu kunjungan
Santri
Setiap tanggal 17 pagi
:
Upacara Bendera
Waktu Terprogram
:
Kegiatan Organisasi Santri
6. Qotrun Nada dan Program Khasnya
Program khas yang ada pada Qotrun Nada adalah:
1. Praktek Mengajar (Amaliyah Tadris) Khusus santri
tingkat akhir
2. Praktek pengabdian masyarakat (PPM) khusus santri
tingkat akhir
3. Program pemberdayaan alumni dalam manajemen PP
Qotrun Nada
4. Program beasiswa kuliah bagi alumni berprestasi
5. Program cepat penguasaan Kitab Kuning metode
Amtsilaty
6. Program Pengalaman Organisasi santri
63
7. Penempatan alumni dalam masa pengabdianya pada
tenaga teknis dan penunjang di beberapa pesantren
lain.
8. Dan lain sebagainya yang terumuskan dalam rencana
strategis pengembangan Qotrun Nada.
7. Qotrun Nada dan alumninya
Alumni bagi qotrun nada adalah asset yang tidak ternilai.Melalui
merekalah siklus perkembangan qotrun nada terus berputar. Lewat mereka
jualah eksistensi qotrun nada dikenal masyarakat luas.Iklan berjalan lewat
jaringan kegiatan alumni baik individu dan kelompok menjadikan qotrun nada
menyebar kedaerah dimana alumninya berkiprah.perjuangan mereka selama 6
tahun masa pendidikan di Qotrun Nada adalah bekal yang berharga dalam
mengarungi perjalanan hidup mereka.
Menurut data yang telah dihimpun oleh manajemen, alumni qotrun nada
berjumlah :
1. Angkatan pertama tahun 2003 berjumlah
: 19 orang
2. Angkatan kedua tahun 2004 berjumlah
: 22 orang
3. Angkatan ketiga tahun 2005 berjumlah
: 25 orang
4. Angkatan keempat tahun 2006 berjumlah
: 39 orang
5. Angkatan kelima tahun 2007 berjumlah
: 50 orang
6. Angkatan keenam tahun 2008 berjumlah
: 99 orang
64
7. Angkatan ketujuh tahun 2009 berjumlah
: 66 orang
8. Angkatan kedelapan tahun 2010 berjumlah
: 110 orang
9. Angkatan kesembilan tahun 2011 berjumlah
: 90 orang
10. Angkatan kesepuluh tahun 2012 berjumlah
: 118 orang
11. Angkatan kesebelas tahun 2013 berjumlah
: 131 orang
12. Angkatan keduabelas tahun 2014 berjumlah
: 155 orang
13. Angkatan ketigabelas tahun 2015 berjumlah
: 162 orang
14. Angkatan keempatbelas tahun 2016 berjumlah : 161 orang
Kelanjutan pendidikan para alumni tersebar dibeberapa perguruan tinggi
negeri dan swasta serta pondok pesantren lanjutan. Sedangkan profesi yang digelauti
alumni pasca pendidikannya antara lain, pegawai negeri ,pegawai swasta, wiraswasta,
pengabdian dimasyarakat dengan mengajar dibeberapa lembaga pendidikan dan
majelis taklim.
Namun demikian ada beberapa alumni yang diminta mengabdi di
almamaternya sambil meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi. Alumni inilah
yang kemudian diikutsertakan dalam program pemberdayaan di manajemen PP
Qotrun Nada.
Alumni Qotrun Nada tergabung dalam organisasi alumni yang diberi nama
IKQNADA (Ikatan Keluarga Besar Qotrun Nada) yang selalu mengupayakan
perkembanagn dan pemberdayaan alumni dengan terus berkoordinasi dengan
almamaternya.
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pendekatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan ustadz Luthfi Hidayat
dan ustadz Ahmad Tobari dalam membentuk karakter santri di Ponpes Qotrun Nada
ada tiga pendekatan dan strategi komunikasi antarpribadi dengan menggunakan
strategi wortel teruntai dan pedang tergantung.
A. Pendekatan
Komunikasi
Antarpribadi
Ustadz
dan
Santri
dalam
Pembentukan Karakter di Ponpes Qotrun Nada.
Pendekatan komunikasi antarpribadi ustadz Luthfi dalam pembentukan
karakter santri berkonsultasi memberikan nasihat, komunikasi antarpribadi ustad
dengan santri di luar aktivitas kelas suasana begitu cair, kadang-kadang bercanda
disitulah kedekatan ustad dengan santri terjalin konsisten. Ustadz juga memberikan
figur, keteladanan, kedisiplinan
1. Pendekatan Analisis Kultural
Manusia memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifat
dan potensinya. Pendidikan perilaku lewat keteladana adalah pendidikan
dengan cara memberikan contoh-contoh kongkrit bagi para santri. Dalam
pesantren, pemberian contoh keteladanan sangat ditekankan. Pimpinan
dan ustadz harus senantiasa memberikan uswah yang baik bagi para santri,
dalam ibadah-ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain,
karena nilai mereka ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa yang
65
66
disampaikan. Semakin konsekuen seorang pimpinan atau ustadz menjaga
tingkah lakunya, semakin didengar ajarannya.1
Harus lebih menanamkan rasa cinta suatu saat akan saying kepada
pelajaran tersebut terutama karakter dari ustadz haris terjalin komunikasi
yang baik sebab santri itu selalu butuh bimbingan itu yang harus menjadi
acuan, dalam hal ini santri memang masih dalam tahap pembentukan
karakter santri yang masih labil kadang-kadang bisa perilakunya masih
belum menemukan bentuk karakter yang diinginkan. Karena ada beberapa
faktor yang membuat santri masih terpikat dengan kehidupan diluar
pondok, seperti masih ada yang membawa handphone, santri yang malas,
santri yang tidak betah , santri pura-pura sakit dan lain-lain.2
Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiaasaan adalah mendidik
dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap norma-norma kemudian
membiasakan santri untuk melakukannya. Dalam pendidikan di pesantren
cara ini biasanya akan diterapkan pada ibadah-ibadah amaliyah, seperti
shalat berjamaah, kesopanan pada pimpinan dan ustadz. Pergaulan dengan
sesama santri dan sejenisnya. Sedemikian, sehingga tidak asing di
pesantren dijumpai, bagaimana santri sangat hormat pada ustadz dan
santri-santri seniornya dan begitu santunnya pada santri junior, mereka
memang dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.
2
Wawancara ustadz Luthfi Hidayat di Ponpes Qotrun Nada 10 Agustus 2016
67
Latihan dan pembiasaan ini pada akhirnya akan menjadi akhlak yang
terpatri dalam diri dan menjadi yang tidak terpisahkan.
kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga kelangsungan kegiatan
pendidikan. Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sangsi.
Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa apa yang
dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.
Ustadz luthfi dengan kedisiplinan santri misalnya harus bertindak
sesuai aturan belajar yang sungguh-sungguh, dan fokus dengan pemberian
materi oleh ustadz luthfi di kelas.
2. Pendekatan Analisis Sosiologis
Santri selalu hormat dengan ustadz kalau ada ustadz yang datang santri
selalu salim tangan, sebelum belajar santri menanyakan kabar ustadz dan
setelah belajar santri juga tidak lupa selalu cium tangan ustadz.
3. Pendekatan Analisis Psikologis
Nasehat harus mengandung tiga unsur, yakni : a). Uraian tentang
kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang, dalam hal
ini santri, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah maupun
kerajinan dalam beramal; b). Motivasi dalam melakukan kebaikan; c).
Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya
larangan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.3
Kemandirian tingkah-laku adalah kemampuan santri untuk mengambil
dan melaksanakan keputusan secara bebas. Proses pengambilan dan
68
pelaksanaan keputusan santri yang biasa berlangsung di pesantren dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu keputusan yang bersifat penting dan
keputusan yang bersifat harian. Pada tulisan ini, keputusan yang dimaksud
adalah keputusan yang bersifat rutinitas harian.
Terkait dengan kebiasan santri yang bersifat rutinitas menunjukkan
kecenderungan santri lebih mampu dan berani dalam mengambil dan
melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya perencanaan aktivitas
rutin, dan sebagainya. Hal ini tidak lepas dari kehidupan mereka yang
tidak tinggal bersama orangtua mereka dan tuntutan pesantren yang
menginginkan santri-santri dapat hidup dengan berdikari. 4
Santri dapat melakukan sharing kehidupan dengan teman-teman santri
lainnya yang mayoritas seusia (sebaya) yang pada dasarnya memiliki
kecenderungan yang sama. Apabila kemandirian tingkah-laku dikaitkan
dengan rutinitas santri, maka kemungkinan santri memiliki tingkat
kemandirian yang tinggi.
Bentuk komunikasi antarpribadi ustadz Luthfi Hidayat belajar di kelas
begitu tenang santri mendengarkan pemaparan materi yang dilakukan
secara intens baik dalam bentuk komunikasi nonverbal, seperti
memberikan contoh positif yang dilakukan oleh ustadznya sendiri,
maupun
komunikasi
verbal
dengan
selalu
memberikan
nasehat,
memotivasi, memberikan arahan dan masukan agar santri tersebut dapat
4
Wawancara ustadz Luthfi Hidayat di Ponpes Qotrun Nada 25 Agustus 2016
69
merubah tidak hanya pola pikir mereka tetapi dapat mengimplementasikan
dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.5
Maka dari itu disinilah peran komunikasi antarpersonal pembina
kepada santrinya dengan melakukan binaan secara intens dan berlangsung
secara terusmenerus. Dengan melakukan hal ini, tentu ada hasil yang di
timbulkan oleh tiaptiap santri yang ada, dengan karakter yang
berbedabeda entah itu merubah santri menjadi lebih baik lagi atau
sebaliknya.
Pendekatan komunikasi ustadz
Tobari dengan santri memberikan
masukan-masukan dengan nasihat dan motivasi setelah itu santri akan
akan membentuk karakter dengan sendirinya. “saya ini pendidik berarti
dari mulai pakaian, cara bicara bagaimana santri melihat dirinya sendiri,
metode tidak melulu materi, kalau tidak ada pendekatan menjadi sia-sia”.
Bentuk komunikasi antarpribadi ustadz Ahmad Tobari dengan santri
dalam kajian kitab Jawahirul Kalamiyah. Ustadz menjelaskan kitab yang
dikaji dan santri mendengarkan, apabila santri ada kekeliruan maka ustadz
akan mengoreksi . bentuk komunikasi antarpribadi pada kajian kitab ini
ustadz melakukan tatap muka dan respon dari komunikator lain yaitu
bersifat langsung. Ustadz dan santri menjadi komunikator dalam kitab ini
ustadz membacakan kitab dan sedangkan santri mengkaji dari kitab
tersebut.6
5
6
Observasi di kelas 1 Aliyah Ponpes Qotrun Nada tanggal 10 Agustus 2016
Observasi di kelas 2 Aliyah Ponpes Qotrun Nada tanggal 25 Agustus 2016
70
1. Pendekatan Analisi Kultural
Tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan
konteks teologis. Manusia sebagai makhluk individual artinya
manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya (jasmani
dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya
(sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap
dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia mentiliki
kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia
terhadap dirinya juga muncul sebagai akibat keyakinannya
terhadap suatu nilai.
Tanggung jawab santri di pondok pesantren qotrun nada
dengan cara melakukan hal ya ng sederhana seperti mencuci
pakaian, bangun sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan
dan tanggung jawab semua kegiatan yang ada di pondok
pesantren.
Nilai Akhlak Islami
a. Mengetahui pondasi tauhid
b. Mempunyai kesadaran dan menjalankan perintah Allah
c. Menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah
d. Mengetahui kedudukan Rasulullah
e. Mencintai Rasulullah
71
f. Terbiasa menghafal Al-Qur’an
2. Pendekatan Analisis Sosiologis
Figur pendidik yang teladan
seperti ustadz membuat santri
memilki figur yang bisa menjadikan mereka panutan dajarkan dari
nol buta agama, bagaimana hidup jauh dari keluarga, bagaimana
cara yang benar belajar agama semenjak masuk di pondok
pesantren selalu ingat pesan dari ustadz untuk mengingat Allah
dan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah SWT.7
B. Strategi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri di Pondok
Pesantren Qotrun Nada
1. Strategi Wortel Terurai
Strategi wortel penerapan strategi kendali komunikasi antarpribadi
yang dilakukan ustadz diberikan kepada santri. Strategi wortel terurai
ini diasumsikan bahwa ustadz dapat meningkatkan probabilitas untuk
memperoleh respon yang diinginkan apabila ustadz memberikan
kepada seseorang (komunikan) imbalan.
Seperti saat santri mulai bosan suasana belajar mulai kurang kondusif
ustadz Ahmad Tobari langsung memberikan stimulasi agar santri
mulai
semangat
kembali
dengan memberikan rekreatif
yang
menyegarkan suasana. Bahkan jika waktu memungkinkan ustadz juga
memutar film dengan tema perjuangan. Kemudian ustadz memberikan
7
Wawancara santri Yudhistira di Ponpes Qotrun Nada 10 Agustus 2016
72
motivasi dan nasehat supaya para santri diingatkan belajarnya agar
ditingkatkan lagi. Analisis penulis dari hasil observasi yang terjadi di
kelas saat pelajaran berlangsung, strategi wortel terurai yang
digunakan oleh ustadz untuk memperoleh respons yang diinginkan
dari santrinya.8
2. Strategi Pedang Tergantung
Strategi pedang tergantung penerapan strategi kendali komunikasi
antarpribadi yang diberikan ustadz memberikan hukuman supaya
santri tersebut mengurangi/membatasi
perilaku oleh si pemberi
hukuman.
Strategi pedang tergantung diterapkan saat santri mulai malas atau
bosan saat waktu jam pelajaran mendekati selesai sehingga ustadz
Luthfi memberikan hukuman menulis surat yassin atau menghafal
surat di Al-Qur’an dan santri pun pasti berpikir lagi untuk melakukan
perbuatan tersebut. Strategi pedang tergantung merupakan sebuah
strategi yang memberikan hukuman supaya orang itu mengurangi atau
membatasi perilaku-perilaku yang tidak disukai oleh pemberi
hukuman.
8
Wawancara pribadi dengan ustadz Ahmad Tobari tanggal 25 Agustus 2016 di Ponpes Qotrun Nada
73
Analisis Strategi Komunikasi Antarpribadi di Pondok Pesantren
Qotrun Nada
No
Strategi Komunikasi Antarpribadi
1.
Strategi Wortel
Kalimat
Yang berprestasi akan
dimasukan kedalam
majalah santri
berprestasi.
2.
Strategi Pedang Tergantung
Yang tidak disiplin
dalam kegiatan belajar
akan disanksi baca surat
yassin dan
membersihkan halaman.
3.
Strategi Katalisator
Yang
melakukan
pelanggaran berat akan
di
tanyai
oleh
kyai/pimpinan.
4.
Fisik
Disuruh membersihkan
halaman
pesantren.
pondok
74
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembentukan Karakter
Santri di Pondok Pesantren Qotrun Nada
Dalam proses menjalankan membentuk karakter di Pondok Pesantren
Qotrun Nada tentu ustadz mengalami berbagai hambatan atau kesulitan
dan tantangan. Disamping itu ada pula beberapa hal yang mempermudah
pengurus untuk memberikan pelajaran bagi para santrinya di Pondok
Pesantren Qotrun Nada ini. Setelah penulis melakukan pengamatan
dilapangan.
Ada Beberapa hal yang menjadi hambatan pengasuh dalam menjalankan
kedisiplinan shalat dhuha di Pondok Pesantren Qotrun Nada di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pendukung utama yang menunjang pada Komunikasi Antarpribadi
diantaranya adalah:
a. Bahasa
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan kedua ustadz kepada
santri dengan menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa
Indonesia dikarenakan santri memang selalu berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia.
b. Keaktifan Santri
Santri yang aktif menjalani proses pendidikan baik di lingkup
pesantren. Mereka juga saling menyemangati untuk tidak hanya
berdiam diri, namun mempelajari seni muhadoroh setiap malam
minggu dan mengajarkan khutbah/ceramah sebagai bekal untuk
75
mempunyai nantinya ketika lulus. Selain itu, ada juga santri yang
sudah menjadi anggota ikatan/alumni. Itu merupakan keaktifan
para santri yang bisa menjadi motivasi untuk santri lainnya
khususnya mereka yang berada di jenjang tingkat pendidikan di
bawahnya.
c. Komunikator
Komunikator di sini dalam hal ustadz sebagai komunikator yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup tinggi sebagai
contoh kepada santri karena ustadz di Pondok Pesantren Qotrun
Nada ini semuanya alumni dari pondok pesantren juga, ustadz
memberikan keahliannya maupun kemampuan serta pengalaman
yang luas dalam penyampaian materi, selain itu juga ustadz yang
membentuk karakter santri merupakan pendukung dalam proses
komunikasi antarpribadi.
d. Keterbukaan ustadz
Ustadz selalu berusaha untuk selalu membuka diri terhadap
pemasalahan yang dihadapi santri di pondok pesantren. Dan juga
adanya instruksi ustadz kepada santri agar melakuka konsultasi
masalah pribadi maupun masalah akademik kepada pihak ustadz
apabila santri mengalami kesulitan dalam hal apapun, karena
76
ustadz memahami psikologis yang tentunya membutuhkan
bimbingan, nasehat, motivasi dari ustadz.9
2. Penghambat Pembentukan Karakter Santri
Dalam proses pembentuka karakter santri, banyak terjadi kendala yang
dihadapai oleh para ustadz maupun para santri tersebut. Beberapa
faktor penghambatnya diantaranya adalah:
a) Keluarga Santri
Santri yang memiliki keluarga kurang harmonis karena dari
latar keluarga yang kurang baik dan santri memiliki watak
yang keras
b) Perilaku Santri
Faktor prilaku santri disini yaitu bawaan santri dari luar
lingkungan pondok pesantren yang akhirnya mempengaruhi
dan membawa dampak negatif di lingkungan pondok
pesantren, karena ketika ustadz melakukan proses komunikasi
dengan santri, namun perilku santri yang tidak mau
mendengarkan
instruksi
ustadz
dapat
menyebabkan
komunikasi menjadi terhambat. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara yang informan katakan bahwa faktor yang menjadi
penghambat
9
dalam
berkomunikasi
dengan
santri
yaitu
Wawancara Pribadi dengan santri Ahmad Syafi’i tanggal 8 Agustus 2016 di Ponpes Qotrun Nada.
77
kepribadian maupun perilaku santri yang masuk di pondok
pesantren berbeda-beda atau bermacam karakternya.10
c) Kurangnya kepercayaan diri santri untuk berdialog kepada
ustadz karena masih adanya rasa canggung pada santri apabila
berhadapan dengan ustadz. Haal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan informan katakan, bahwa santri masih
merasa canggung dan kurang kepercayaan berkomunikasi
ustadz dalam hal ini memiliki ketegasan jika santri melakuka
kesalahan.
D. Pembentukan Karakater Santri
Di pondok pesantren ini setiap harinya santri di tuntut untuk disiplin
waktu dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah di buat oleh pihak
pondok pesantren. Kedisiplinan ini agar santri dapat menjadi pribadi yang
menghargai waktu dan bertanggung jawab. Apabila santri melanggar
peraturan yang di buat oleh pondok pesantren maka ada sangsi tersendiri
terhadap pelanggaran apa yang santri perbuat. Misalnya tidak shalat
berjamaah atau pulang tanpa izin, maka akan di sanksi dengan hafalan juz
amma atau kitab-kitab yang lainnya. Dari peraturan-peraturan yang sering
dilanggar oleh santrinya, maka dengan sendirinya santri tersebut akan
melaksanakan tugasnya sebagai santri tanpa melihat peraturan-peraturan
yang dibuat oleh pondok pesantren tersebut. Selain peraturan-peraturan
yang membentuk karakternya ada juga pembelajaran kitab akhlakul banat
10
Wawancara pribadi dengan ustadz Luthfi Hidayat tanggal 25 Agustus 2015 di Ponpes Qotrun Nada
78
dan akhlakul banin. Akhlakul banat yaitu kitab yang menjelaskan
bagaimana menjadi laki-laki yang baik dan akhlakul banin yaitu kitab
yang menjelaskan bagaimana jadi perempuan yang baik. Selain peraturan
dan kitab-kitab, di pesantren ini juga ada pembiasaan diri, yaitu santri di
biasakan untuk melakukan semua pekerjaannya sendiri. Dari mencuci
baju, menyetrika, dan bersih-bersih bagian halaman pesantren. Maksud
pembiasaan ini agar semua santrinya menjadi mandiri, dan tidak
bergantung kepada orang lain.
79
E. Tabel komunikasi Antar Pribadi Ustadz dan Santri
Tabel 1. komunikasi antarpribadi ustadz dan santri
Komunikasi antarpribadi ustadz dan santri Pondok Pesantren Qotrun Nada
antarpribadi ustadzantarpribadi u
Komunikasi Antarpribadi
Penyampaian Pesan
Kegiatan Formal
(di dalam kelas)
Kegiatan Nonformal
(di luar kelas)
- Pembelajaran khutbah/ceramah
- Pengajian
- Percakapan Bahasa Arab dan
Inggris
- Belajar bersama
Belajar mengajar di kelas
Efektivitas komunikasi antarpribadi ustadz
dan santri
- Kemampuan komunikasi
- Keterbukaan
- Kepercayaan diri
- Keteladanan
- Belajar Kitab
(Percakapan)
- Belajar bersama
Hiwar
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan temuan hasil penelitian yang dilakukan oleh
penulis mengenai komunikasi antarpribadi ustadz dan santri.
1. Pendekatan komunikasi yang dilakukan seorang ustadz kepada santri agar
materi yang disampikan dapat diterima dan diserap oleh para santri adalah
dengan cara harus mengetahui karakter dan memahami psikologis dari
setiap murid yang diajarkan. Sesuai dari teori Miller dan Stainberg proses
pembentukan karakter yang dilakukan antara ustadz dengan murid di
Pondok Pesantren Qotrun Nada menerapkan komunikasi antarpribadi
melalui pendekatan secara psikologis. Degan memahami dan mengerti
keadaan psikologis dari setiap santrinya, seorang ustadz dapat lkebih
mudah membuat hubungan dengan santri menjadi lebih akrab dan cair
sehingga dengan begitu, sehingga dengan begitu, memberikan metode
pembentukan karakter kepada santri dapat terealisasikan dan efektif sekali
serta kedekatan tersebut dapat menimbulkan semangat dan motivasi.
2. Strategi kendali komunikasi yang digunakan di saat waktu sedang belajar
suasana kelas sudah mulai kurang kondusif dan santri mulai bosan, ustadz
Ahmad Tobari langsung mengalihkan perhatian kepada santri dengan
menonton film dengan tema-tema perjuangan dan para santri sangat
80
81
senang dengan adanya pemutaran film tersebut. Kemudian ustadz
memberikan motivasi dan nasehat supaya para santri diingatkan
belajarnya agar ditingkatkan lagi. Analisis penulis dari hasil observasi
yang terjadi di kelas saat pelajaran berlangsung, strategi wortel terurai
yang digunakan oleh ustadz untuk memperoleh respons yang diinginkan
dari santrinya.
3. Terdapat faktor Pendukung yang dimilki oleh Pondok Pesantren dalam
membentuk karakteri santri adalah : a) Bahasa, bahasa merupakan
penyambung komunikasi, maka ustadz pun juga menerapkan bahasa yang
mudah dimengerti oleh santri.; b) Keaktifan Santri, santri yang aktif
menjalani proses pendidikan baik di lingkup pesantren. Mereka juga
saling menyemangati untuk tidak hanya berdiam diri, namun mempelajari
seni muhadoroh setiap malam minggu dan mengajarkan khutbah/ceramah
sebagai bekal untuk mempunyai nantinya ketika lulus. Selain itu, ada juga
santri yang sudah menjadi anggota ikatan/alumni. Itu merupakan keaktifan
para santri yang bisa menjadi motivasi untuk santri lainnya khususnya
mereka yang berada di jenjang tingkat pendidikan di bawahnya.; c)
Komunikator, komunikator di sini dalam hal ustadz sebagai komunikator
yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup tinggi sebagai
contoh kepada santri karena ustadz di Pondok Pesantren Qotrun Nada ini
semuanya alumni dari pondok pesantren juga, ustadz memberikan
keahliannya maupun kemampuan serta pengalaman yang luas dalam
82
penyampaian materi, selain itu juga ustadz yang membentuk karakter
santri merupakan pendukung dalam proses komunikasi antarpribadi.; d) 4.
Keterbukaan ustadz, ustadz selalu berusaha untuk selalu membuka diri
terhadap pemasalahan yang dihadapi santri di pondok pesantren. Dan juga
adanya instruksi ustadz kepada santri agar melakuka konsultasi masalah
pribadi maupun masalah akademik kepada pihak ustadz apabila santri
mengalami kesulitan dalam hal apapun, karena ustadz memahami
psikologis yang tentunya membutuhkan bimbingan, nasehat, motivasi dari
ustadz.
4. Faktor yang menjadi penghambat dalam proses pembentukan karakterpara
santri di lingkungan Pondok Pesantren Qotrun Nada adalah: a) Keluarga
Santri, santri yang memiliki keluarga kurang harmonis karena dari latar
keluarga yang kurang baik dan santri memiliki watak yang keras.; b)
Faktor prilaku santri disini yaitu bawaan santri dari luar lingkungan
pondok pesantren yang akhirnya mempengaruhi dan membawa dampak
negatif di lingkungan pondok pesantren, karena ketika ustadz melakukan
proses komunikasi dengan santri, namun perilku santri yang tidak mau
mendengarkan instruksi ustadz dapat menyebabkan komunikasi menjadi
terhambat. Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang informan katakan
bahwa faktor yang menjadi penghambat dalam berkomunikasi dengan
santri yaitu kepribadian maupun perilaku santri yang masuk di pondok
pesantren berbeda-beda atau bermacam karakternya.; c)
Kurangnya
83
kepercayaan diri santri untuk berdialog kepada ustadz karena masih
adanya rasa canggung pada santri apabila berhadapan dengan ustadz. Haal
ini berdasarkan hasil wawancara dengan informan katakan, bahwa santri
masih merasa canggung dan kurang kepercayaan berkomunikasi ustadz
dalam hal ini memiliki ketegasan jika santri melakuka kesalahan.
B. Saran
Dalam hal ini penulis merasa perlu memberikan saran untuk terus
meningkatkan pembentukan karakter santri di Pondok Pesantern Qotrun Nada
agar menjadi lebih baik ke depannya.
1. Mengenai keaktifan santri yang positif di lingkungan Pondok Pesantren.
Mereka mampu mengikuti seluruh kegiatan akademik maupun ekstra
kurikuler lainnya. Untuk itu, ada baiknya di Pondok Pesantern Qotrun
Nada lebih di programkan kembal imengenai kegiatan-kegiatan yang
menunjang skill dan bakat mereka.
2. Meningkatkan lagi kepercayaan diri santri untuk berkomunikasi dengan
ustadz kalau ada masalah dalam diri para santri.
3. hubungan antara ustadz dan santri harus lebih di intensifkan guna
menunjang pembentukan karakter santri di lingkungan pondok pesantren
jangan sampai kendor agar semua permsalahan bisa di solusikan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aw, Suranto. Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta: PT. Graha Ilmu, 2011).
Aw, Suranto. Komunikasi Sosial dan Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).
Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu ).
Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004).
Budyatna, Muhammad. Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group , 2011).
Bungin, Burhgan. Metodologi Penelitian Kualitatif; Aktualisasi Metodoiligis ke Arah
Ragam Varian kontemporer (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004).
Dhafier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982 ).
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995).
Effendy, Uchjana Onong. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007).
Hidayat, Dasrun. Komunikasi Antarpribadi Dan Medianya (Yogyakarta: PT. Graha Ilmu
2012).
Louis, Ma’luf Kamus Munjid, ( Beirut: Dâr al-Mishria ).
M. Hardjana, Agus. Komunikasi Interpersonal & Interpersonal, (Yogyakarta:Kansius,
2003).
Madjid, Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren, ( Jakarta : Paramadina, 1997 ).
84
85
Mulyana, Dedy Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2008).
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 ).
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
2007).
Mu’in , Fathul. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik, ( Jogjakarta : ArRuzz Media,2011).
Muzayin, Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama,( Semarang: Toha Putra).
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982).
Rakhmat, Jalaludin Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998).
Santoso, Edi dan Setiansah, Mite. Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010)
Susanto, Astrid S. Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1974).
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2001).
Tanshzil, Sri Wahyuni. Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada Lingkungan Pondok
Pesantren Dalam Membangun Kemandirian Dan Disiplin Santri.. Jurnal
Penelitian Pendidikan | Vol. 13 No. 2 Oktober 2012.
Uchjana, Effendy Onong, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000).
Widjaja, H.A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Ineka Cipta, 2000).
86
Website
http://academia.edu/komunikasiantarpribadi diakses pada tanggal 20 Agustus 2016
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Ustadz Luthfi Hidayat
Lahir : Garut, 26 November 1990
1. Sudah berapa lama ustadz mengajar di Ponpes Qotrun Nada?
Saya mengajar di sini dari tahun 2012
2. Bagaimana cara ustadz berkomunikasi dengan santri yang bermasalah?
Untuk saya mengatasai santri yang bermasalah itu kan di dalam pesantren
terlebih di ponpes qotrun nada itu ada bagian bimbingan konseling di situ ada
tugas ustadz bimbingan konseling sebagai langkah awal mengenai santri yang
bermasalah pertama kita panggil kemudian kita tanyakan apakah ada faktor
masalah di dalam atau mungkin faktor dari luar kalau untuk masalah yang di
dalam biasanya santri masalah yang di dalam itu biasanya tidak betah
dikarenakan ada gesekan keapada temannya terkadang yang kedua memang
santri tersebut btidak betah dipaksakan orang tuannya untuk masuk pesantren
akhirnya santri itu berontak jadi banyak yang mengalami hal-hal seperti itu
terlebih di pesantren qotrun nada untuk faktor dari luar terkadang ada orang
tuannya broke home di satu sisi yang mengurusi ayahnya di satu sisi ibunya
saja jadi ada factor yang membuat anak itu tidak menjadi semangat dalam
belajar karena ada faktor terhadap orang tuannya.
3. Bagaimana ustadz berkomunikasi dengan santri supaya santri bersedia
menceritakan keluhannya?
Untuk masalah itu kita seminggu sekali ada forum untuk santri saling
memberikan Tanya jawab atau memberikan kritik dan saran antara ustadz
dengan santri maupun sebaliknya jadi di situ ada komunikasi yang mendalam
ketika santri dihadapkan terhadap wali kelasnya di situlah ada masalahmasalah santri yang kurang berkenan nanti kita berikan solusinya makanya
ditiap-tiap kelas terlebih di sini itu ada yang memegang yang pertama itu wali
kelas dan kedua asisten kedua orang tersebut sangat aktif dan berperan
tehadap anak buahnya kalau selama seminggu tersebut santri ada yang
mengalami masalah dan sebagainya itu yang menangani wali kelasnya.
4. Apakah ketika memberi bimbingan belajar kepada santri ustadz memberi rasa
humor?
Untuk masalah belajar kalau ndalam sebuah metodologi pendidikan saya
belajar seorang santri bisa focus dalam belajar itu duapuluh menit pertama dan
bahakan ada seorang ahli dalam bidang pendidikan bahwa lebih focus ada juga
di dalam empatpuluh menit nsah sedangkan kami yang mengajar di sini itu
hampir mengajar di jam formal 1 jam dua puluh menit jadi bisa kebayang oleh
anda bagaimana mumetnya jika anda menjadi seorang pelajar yang belajar di
qotrun nada itu pasti mengalami masa-masa yang sulit nah di situlah peran
humor seorang ustadz terlebih kita mengkisahkan atau memberikan satu buah
kisah-kisah sejarah yang ada agar santri-santri tidak merasa bosan dan jenuh
jadi di pelajaran awal dua puluh sampai empat puluh menit kita menjelaskan
pelajaran yang ada kita memberikan pelajaran untuk pengembangan santri lalu
di akhir-akhir ada Tanya jawab dan kita di situ diselipkan cerita dan humor.
5. Bagaimana komunikasi ustadz ketika ada santri yang tidak senang terhadap
nasehat ustadz?
Lagi-lagi kita dihadapkan dengan seorang santri yang kurang senang trhadap
ustadznya ini agak berat memangnya buat kami selaku tenaga pendidik yang
tinggal di sini selama 24 jam jika ada masalah santri yang memang tidak
menyukai dari gurunya jadi kalau ada seorang santri biasanya factor internal
yang segera diselesaikan terlebih kita berbicara empat mata denga santri
tersebut yang pertama adalah yang pernah saya lakukan terhadap santri
tersebut ketika saya panggil santri tersebut dengan saya kemudian saya
berbicara dengannya saya ceritakan satu per satu tahapnya ada apa sebetulnya
anak itu bukan tidak suka kepada ustadznya melainkan terkadang santri
tersebut tidak suka dengan pelajarannya kalau ustadz mengajar tidak ada
masalah tapi terkadang di pelajarannya terlebih yang hampir saya sudah cek
dan saya sudah keliling kemanapun itu rata-rata santri di bidang tersebut ada
yang kurang suka pelajaran kalau guru di sini jarang sehingga kalau dari
pesantren lebih mengedepankan moral dan akhlak jadi kalau ada santri yang
tidak suka kepada ustadz santri lebih condong diam dan menghargai ustadz.
6. Bagaimana cara ustadz mengetahui kondisi individu santri?
Kalau untuk masalah individu santri itu kan yang ruang lingkupnya luas
berasal dari daerah manapun kita kumpul bersama tidak mungkin setiap santri
tidak memiliki masalah pasti santri memiliki masalah lalu bagaimana kalau
ada santri yang memiliki faktor individu nah lagi-lagi kita dihadapkan dengan
hal-hal yang seperti ini pertama saya akan mendatangi ke santri tersebut
setelah saya datang ke santri tersebut kita berikan asumsi yang baik terhadap
santri misalnya contoh “kamu kenapa nak?” atau ada bahasa kita menanya
kepada dia “nak kamu orang mana?” “kamu tinggal di mana?” kalau santri itu
bilang “saya dari Kediri ustadz” coba nak kalau memang kamu tidak betah di
pesantren kalau kamu sampai kabur dari pesantren coba kamu pikirkan baikbaik kamu tinggal jauh dari orang tua kamu di sisni didik agar menjadi anak
yang baik ka,u di didik supaya menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang
berguna untuk agama nusa dan bangsa kalau andai kamu tidak betah terlebih
ada fsaktor bersama teman itu sudah biasa kita beri asumsi yang baik tapi saya
tidak pernah dijengukin ustadz contoh dijenguk itu bukan berarti orang tua
tidak saying kepada kamu orang tua menitipkan kamu di pesantren itu sudah
sayang banget ke kamu kita selalu berikan nasehat selalu berikan pemahamanpemahaman yang baik agar anak tergugah motivasinya dan berubah menjadi
anak yang semangat.
7. Setelah memberikan bimbingan dan nasehat apakah perilaku santri berubah?
Menurut data yang saya survey untuk kategori santri sekarang memang tidak
langsung berubah yang kedua setelah saya survey juga melalui nasehat atau
melalui metode kita menyampaikan terhadap anak memberikan hal positif
kepada anak memang banyak yang masih belum maksimal saya katakana
kalau dari 100 persen itu kami baru bekerja sampai 50 persen lalu kemana 50
persennya lagi 50 persennya lagi adalah ketika kita bertindak sebagai ustadz
atau sebagai tenaga pendidik terlebih di dalam pesantren ini kita mau tidak
mau harus melihat sejauh mana santri berbuat atau sudah bisakah seorang
santri tersebut membuat santri itu jadi lebih baik contoh ketika seorang ustadz
mengajarkan membuang sampah pada tempatnya bukan berarti kita tidak
berhasil coba kita ambil kesimpulan mungkin dari ustadz yang lain belum
memberikan contoh kepada santrinnya tentang melihat samtri-santri yang
sedang kumpul banyak di depannya ada sampah mereka tidak sadar lalu
seorang ustadz mengambil sampah dan membuangnya ke tempat sampah itu
adalah satu buah bukti bahwa biar bagaimanapun contoh itu akan suatu saat
jadikan satu buah cerita teladan untuk seorang santri terlebih di dunia
pesantren.
8. Apakah ustadz perlu sering melakukan interaksi dengan santri?
Memang harus ya setiap harinya di sini itu pasti selalu konfirmasi selalu
berinteraksi engan santri sebab apa karena dengan berinteraksi santri tersebut
dari perlahan-lahan dari mulai pertama masuk sampai betah itu karena factor
interaksi karena tinggal di pesantren itu kalau kita tidak berinteraksi maaf
kalau kita kurang gaul ibaratnya susah untuk bergaul dengan orang lain karena
apa kalau di pesantren itu mau tidak mau harus diharapkan dengan orang
banyak lalu untuk apa kalau kita diam saja nah fungsinya kita berinteraksi itu
biar mengetahui sejauh mana perkembangan santri bagaimana mengetahui
pembelajaran santri agar mengetahui karakter santri-santri yang mungkin
masih kurang mengetahui terlebih dibidang akhlak.
9. Apa yang menjadi hambatan ketika berkomunikasi dengan santri?
Yang menjadi hambatan kalau kami selaku ustadz di pesantren hambatan
ketika interaksi dengan seorang santri pertama santri terkadang tidak mau
terbuka sebab apa karena ketika kita berbicara face to face dan kita ajak jalan
santri tersebut kemana yang dia mau santri itu masih belum terbuka terkadang
memang anak itu dipaksakan oleh orang tuannya santri itu tidak terima jadi
seakan-akan merasa terkurung di peasantren padahal niat orang tua
bagaimanapun pasti ingin menjadikan anaknya sebagai anak yang baik yang
mengerti di dunia agama yang suatu saat bisa mengangkat derajat orang
tuannya.
10. Apa yang menjadi kemudahan ketika berkomunikasi dengan santri?
Kemudahan buat kami adalah salah satu misi dari pesantren itu jadi kita
melestarikan nilai-nilai lama dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik
jadi kalau kita ambil dari visi dan motto kita salah satu sebagai tenaga
pendidik di sini itu peran penting sekali kalau berinteraksi dengan santri sebab
apa seorang santri itu biar bagaimanapun mereka ingin di tegor oleh ustadznya
bayangkan seperti kita sedamg jalan ketemu dengan seorang ustadz di panggil
nama kita sudah sangat senang sekali kita sebagai seorang murid begitu pula
dengan seorang santri tidak jauh pasti seorang santri senag sekali di tegur oleh
ustadznya di situlah peran aktif seorang ustadz.
Nama : Ustadzah Halimatussadiah
Lahir : Bogor, 26 Oktober 1995
1. Sudah berapa lama anda mengajar di Ponpes Qotrun Nada?
Saya mengajar di sini dari tahun 2013
2. Bagaimana anda berkomunikasi dengan santri yang bermasalah?
Kita ajak dulu bicara panggil santri yang bermasalah cuma kalau santri
sekarang beda sama santri dulu jadi tidak bisa kita langsung tunjukin
masalahnya dulu tapi coba cari latar belakang dahulu terus kita anggap dia
teman kebetulan saya sendiri di sini tim bimbingan konseling jadi tidak
bisa menghadapi santri itu dengan kita terlalu otoriter jadi kalau saya
sendiri menganggap santri ini seperti teman sendiri jadi ketika dia sudah
merasa nyaman apapun yang santri permasalahkan bisa terbuka.
3. Bagaimana anda berkomunikasi dengan santri supaya santri bersedia
menceritakan keluhannya?
Kalau santri merasa sudah nyaman dia akan menceritakan masalahnya
sendiri.
4. Apakah ketika memberi bimbingan kepada santri anda juga memberi rasa
humor?
Ya itu pasti contohnya santri lagi salah coba kita arahkan dahulu jangan
langsung menjudge dia salah coba dipuji dulu misalkan dia terlalu
pemberani sampai tidak mengambil keputusan yang kurang tepat bahwa
kita mengarahkan ada tindakan yang lebih baik lagi.
5. Bagaimana komunikasi anda ketika ada santri yang tidak senang dengan
nasehat anda?
Karena setiap orang itu berbeda cara jadi sebenarnya kalau kita jadi guru
professional itu harus tahu bagaimana keadaan santri ada orang yang
senang ketika salah di nasehatin tapi ada orang juga tidak senang ketika di
nasehatin cuma coba perlahan kita teliti dulu tapi sebenarnya kalau di
santri putri dia bisa terbuka karena hatinya lunak tapi dengan berbagai cara
nasehatinnya sebenarnya bisa dan suka untuk di nasehatin tapi beda
carannya.
6. Bagaimana anda mengetahui kondisi individu santri?
Kita bisa tahu dari identitas awal dia masuk misalkan dia lahir dari orang
tua yang eperti apa latar belakang seperti apa terus bisa jadi dia punya
permasalahan di sini kurang semangat belajar karena ada factor dari dalam
dan dari luar kalau dari faktor di dalam bisa jadi dia punya penyakit jadi
yang memgakibatkan belajar santri jadi menurun atau masalah-masalah
dari luar bia jadi dia termasuk keluarga yang broken home atau beberapa
faktor yang lain yang mengakibatkan santri kurang semangat belajar di
sini.
7. Setelah memberikan bimbingan dan nasehat apakah perilaku santri
berubah?
Itu relative ada yang berubah ada yang prosesnya lama atau bahkan
sebenarnya kalau saya sendiri merasakan selama ini tidak ada yang tidak
berubah cuma waktunnya saja yang langsung ada yang tidak langsung
Cuma saya ingat ketika dosen saya pun mengajarkan ketika merubah
orang jangan merubah perilakunya dahulu tapi merubah mindsetnya dulu.
8. Apakah perlu sering melakukan interaksi dengan santri?
Kalau itu memang sudah hobi saya berinteraksi dengan santri karena
semakin kita banyak mengetahui keadaan orang semakin tahu kualitas diri
kita.
9. Apa yang menjadi hambatan ketika berkomunikasi dengan santri?
Kalau di sini bisa jadi waktunya karena terlalu padat juga terus padat
dengan jadwal pelajaran yang lain tahun ini sempat di bimbingan
konseling saya sendiri masuk ke dalam kelas karena di BK itu kan satu
ustadz melayani seratus lima puluh orang sedangkan di sini hanya satu
ustadz melayani semua santri jadi hambatannya di waktu ketika
menghadapi satu santri tidak cukup dengan satu setengah jam.
10. Apa yang menjadi kemudahan ketika berkomunikasi dengan santri?
Saya jadi dapat banyak pelajaran ketika berkomunikasi dengan santri jadi
itu yang membuat saya suka berkomunikasi dengan santri mendapatkan
banyak pengalaman ternyata menjadi seorang ustadzah itu harus tahu dulu
keadaan santrinya.
Nama : Ustadz Anshori Mufi
Lahir : Bogor, 10 Januari 1989
1. Sudah berapa lama ustadz mengajar di ponpes qotrun nada?
Saya mengajar di sini sejak tahun 2015
2. Bagaimana cara ustadz berkomunikasi dengan santri yang bermasalah?
Saya
berkomunikasi
dengan
santri
yang
bermasalah
dengan
pendekatan pertama lewat wali kelas menyampaikan masalahnya ke
bagian bimbingan konseling nanti di BK masalahnya itu di
kembangkan kemudian di kasih tahu apa masalahnya setelah itu
ditanya santri benar atau tidak sampai masalahnya bisa didelesaikan.
3. Bagaimana ustadz berkomunikasi dengan santri supaya santri bersedia
menceritakan keluhannya?
Kita awalnya harus dekat dahulu karena kalau dari awal tidak dekat dia
tidak mau terbuka kita dekati pelan-pelan dia akan sedikit-dikit terbuka
akhirmya dia akan cerita.
4. Apakah ketika memberi bimbingan belajar kepada santri ustadz
memberi rasa humor?
Untuk itu memang perlu supaya santri tidak bosan biasanya kalau
santri dibilangin tapi engga ada ketawannya kayak masuk kanan keluar
kuping kiri engga masuk gitu dimarah-marahin karena dia sudah
tegang takut akhirnya engga di jalanin ketika ada humornya oh dia jadi
tahu.
5. Bagaimana komunikasi ustadz ketika ada santri yang tidak senang
dengan nasehat ustadz?
Untuk santri yang tidak senang ya, jadi kita lihat dulu santri kenapa
tidak menjalankan nasehat awal mulanya kenapa mungkin karena dia
memang pertama ada masalah atau dia dia tidak mau di atur.
6. Bagaimana cara ustadz mengetahui kondisi individu santri?
Untuk itu jadi setiap kita punya catatan biodata santri misalnya di satu
kelas 35 anak punya biodata satu-satu dari namanya, orang tuannya,
alamatnya, latar belakangnya jadi setiap wali kelas ada biodata santri.
7. Apakah ustadz sering melakukan interaksi dengan santri?
Kalau kita melakukan interasksi dengan santri setiap hari karena kita
kan di pondok gitu misalkan sholat berjamaah kita selalu kontrol terus
kalau kita mau masuk kelas selalu di kontrol ketika santri sakit kita
juga selalu kontrol.
8. Setelah memberikan bibingan dan nasehat apakah perilaku santri
berubah?
Kalau untuk itu perubahan kan engga drastis ya untuk perubahan kita
lihat perlahan-lahan Alhamdullilah selama ini berubah perlahan-lahan
walaupun engga signifikan, awal-awal santri sering kabur sedikitsedikit dia tinggalin.
9. Apa yang menjadi hambatan ketika berkomunikasi dengan santri?
Hambatannya yaitu biasanya santri tidak trebuka karena memang
santrinya pendiam susah biat cerita, yang kedua santrinya memang
engga mau diajak ngobrol misalnya santrinya sudah ditanya kenapa
engga betah, kenapa melanggar masih diam juga itu hamabatan kita
bagaimana cara kita putar otak supaya santri mau cerita nyapein sama
wali kelasnya .
10. Apa yang menjadi kemudahan ketika berkomunikasi dengan santri?
Kemudahannya berkomunikasi dengan santri karena kita sering
bertemu ya ini memuahkan kita buat komunikasi di sini wali kelas itu
setiap maghrib selalu komunikasi dengan santrinya jadi setiap belajar
mau maghrib wali kelas selalu komunikasi pengontrolan santrinya,
yang sakit siapa, yang pulang siapa terus belajarnya bagaimana jadi
komunikasinya dari situ agarwali kelas lebih dekat dengan santri dan
sebaliknya.
Download