ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: RAISA SORAYA NIM. 1112016200038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 i ii iii ABSTRAK Raisa Soraya (NIM 1112016200038). Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kualitas Pedagogical Content Knowledge (PCK) khususnya kompetensi pedagogik guru yang masih rendah dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru kimia dilihat dari aspek jenis kelamin dan masa kerja. Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Sampel penelitian berjumlah 40 guru kimia dari 40 SMA/MA sederajat daerah Jakarta dan Banten yang diambil secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang dikembangkan dari 5 aspek dan 10 indikator PCK. Data dihitung menggunakan SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) guru kimia sudah menguasai semua aspek pada indikator PCK dengan nilai rata-rata sebesar 63%, (2) guru kimia perempuan memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dibandingkan guru laki–laki dengan nilai rata-rata sebesar (128,03>122,09), (3) guru kimia masa kerja ≥16 tahun memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dibandingkan guru masa kerja <15 tahun dengan nilai rata-rata sebesar (128,26>125,28). Penelitian ini berguna untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran guru sehingga kinerja dalam mengajar dapat ditingkatkan. Kata kunci: kompetensi pedagogik, guru kimia, jenis kelamin, masa kerja. iv ABSTRACT Raisa Soraya (NIM 1112016200038). The Analysis of Chemistry Teacher’s Pedagogic Competence. Skripsi. Chemistry Education Department. Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training. Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta. This research caused by low quality of teacher’s pedagogical content knowledge especially the pedagogic competence which seen from Uji Kompetensi Guru (UKG) results in 2015. The aim of this research is to analyze teacher’s pedagogic competence in terms of gender and teaching experience aspect. The method used a correlational method. The sample collected by purposive sampling from 40 chemistry teachers in 40 senior high school at Jakarta and Banten. Data collection techniques used a questionnaire which developed from five aspects and ten PCK indicators. Data were calculated using SPSS 22. The findings showed that (1) chemistry teachers have mastered all aspects of the PCK indicator with an average value of 63%, (2) female chemistry teachers have a higher pedagogic competence than male chemistry teachers with an average value of (128,03>122,09), (3) chemistry teachers with teaching experience of more than equal to 16 years have a higher pedagogic competence than chemistry teachers with teaching experience of less than 15 years with an average value of (128,26>125,28). This research is useful to know the implementation of learning by the teacher so the performance in teaching can be improved. Keyword: pedagogic competence, chemistry teacher, gender, teaching experience. v KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang senantiasa menuntun kita menuju jalan yang diridhoi oleh-Nya. Atas segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, serta bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi yang telah memberikan banyak pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis. 4. Bapak Buchori Muslim, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 5. Ibu Salamah Agung, Ph.D. Selaku validator terjemahan dan dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan arahan, dorongan, masukan, motivasi serta dukungan yang sangat besar kepada penulis dalam melaksanakan berbagai kegiatan intra dan ekstra kampus baik akademik maupun non akademik. 6. Ibu Luki Yunita, M.Pd. Selaku validator I yang telah memberikan arahan serta masukan kepada penulis. vi 7. Ibu Nanda Saridewi, M.Si. Selaku validator II yang telah memberikan arahan serta masukan kepada penulis. 8. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di 40 SMA/MA sederajat di daerah Jakarta dan Banten yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian. 9. Guru-guru kimia di 40 SMA/MA sederajat di daerah Jakarta dan Banten yang telah mendukung dan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini. 10. Dosen-dosen Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan, motivasi, serta mengajarkan banyak hal untuk penulis. 11. Ayahanda (Alm. Muharrom), Ibunda (Iah Hayati, S.Ag) Kakak tercinta (Riska dan Mas Rhiza), Adik (Nabil) dan keponakan (Ayaz) yang selalu memberikan doa dan dukungan demi kelancaran penelitian dan penyelesaian skripsi. 12. Teman seperjuangan saat mencari data Huda Rahmawati, teman yang selalu ada saat suka dan duka Nca, Ummu, Eka, Arum, Melinda, Uwi, Yanto, Dewi, Aini, Citra, Dita, Putri, Itoh. 13. Teman-teman kosan ka Huda, ka Fatim, ka Tuti, ka Linda, dan Ila yang selalu mendukung dan memotivasi penulis. 14. Teman-teman Pendidikan Kimia kelas A dan B angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah kalian berikan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para peneliti lain di dunia pendidikan. Jakarta, 12 April 2017 Raisa Soraya NIM. 1112016200038 vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... ii SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................................ iii ABSTRAK ................................................................................................................ iv ABSTRACT ............................................................................................................... v KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4 C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5 D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ............................ 7 A. Kajian Teori ......................................................................................... 7 1. Pedagogical Content Knowledge (PCK) ........................................ 7 a. Pengertian ................................................................................... 7 b. Aspek PCK ................................................................................. 8 c. Implikasi PCK Bagi Pendidikan Guru ..................................... 13 2. Guru .............................................................................................. 17 a. Pengertian ................................................................................. 17 b. Syarat-Syarat Menjadi Guru .................................................... 18 c. Tentang Pendidikan Guru ........................................................ 18 d. Kriteria Profesional .................................................................. 19 viii e. Kompetensi Guru ..................................................................... 19 1. Kompetensi Pedagogik ........................................................ 20 A. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 23 B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 24 C. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 27 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 27 B. Metode Penelitian .............................................................................. 27 C. Alur Penelitian ................................................................................... 28 D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 28 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 29 F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 29 G. Validitas Instrumen ........................................................................... 30 H. Teknik Analisis Data ......................................................................... 31 1.Uji Prasyarat ................................................................................... 32 a. Uji Normalitas ........................................................................... 32 b. Uji Homogenitas ....................................................................... 33 2. Uji Hipotesis .................................................................................. 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 36 A. Hasil Penelitian .................................................................................. 36 1. Data Hasil Penelitian .................................................................... 36 a. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia ............................................................. 36 b. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia .............................................................................. 37 2. Analisis Data ................................................................................. 37 a. Uji Normalitas .......................................................................... 38 b. Uji Homogenitas ...................................................................... 39 c. Pengujian Hipotesis .................................................................. 40 B. Pembahasan ....................................................................................... 41 ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 58 A. Kesimpulan ........................................................................................ 58 B. Saran ................................................................................................. 58 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 66 x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Aspek dan Indikator PCK Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) ....13 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen PCK Guru Kimia ............................30 Tabel 3.2 Skor Jawaban Skala Likert ..................................................................31 Tabel 3.3 Interpretasi Skor .................................................................................32 Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi ..................................................35 Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Kompetensi Pedagogik Jenis Kelamin Guru Kimia ..................................................................................................36 Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Kompetensi Pedagogik Masa Kerja Guru Kimia ..................................................................................................37 Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Kompetensi Pedagogik Untuk Jenis Kelamin Guru Kimia ........................................................................................38 Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Kompetensi Pedagogik Untuk Masa Kerja Guru Kimia .........................................................................................38 Tabel 4.5 Uji Homogenitas Variabel Jenis Kelamin Kompetensi Pedagogik Guru Kimia .........................................................................................39 Tabel 4.6 Uji Homogenitas Variabel Masa Kerja Kompetensi Pedagogik Guru Kimia .........................................................................................40 Tabel 4.7 Uji Korelasi Jenis Kelamin dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia ..................................................................................................40 Tabel 4.8 Uji Korelasi Masa Kerja dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia ..................................................................................................41 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Aspek PCK Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) ............................ 10 Gambar 2.2 Model Pentagon Untuk Pembelajaran .................................................. 11 Gambar 2.3 Modifikasi Taksonomi PCK ................................................................ 15 Gambar 2.4 Taksonomi Untuk Berbagai Tingkat PCK ........................................... 16 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir ..................................................................... 27 Gambar 3.1 Model Hubungn Kausal ........................................................................ 27 Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian ........................................................................... 28 Gambar 4.1 Grafik Persentase Kompetensi Pedagogik Pada Jenis Kelamin Guru Kimia .................................................................................................... 42 Gambar 4.2 Grafik Persentase Kompetensi Pedagogik Pada Masa Kerja Guru Kimia .................................................................................................... 43 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Angket Kompetensi Pedagogik Guru Kimia .................... 67 Lampiran 2 Data Responden ................................................................................. 75 Lampiran 3 Hasil Persentase Keseluruhan Angket Guru Kimia ........................... 76 Lampiran 4 Hasil Persentase Angket Guru Kimia Laki-Laki ............................... 77 Lampiran 5 Hasil Persentase Angket Guru Kimia Perempuan ............................. 78 Lampiran 6 Hasil Persentase Angket Guru Kimia Masa Kerja <15 Tahun .......... 79 Lampiran 7 Hasil Persentase Angket Guru Kimia Masa Kerja ≥16 Tahun .......... 80 Lampiran 8 Angket Guru AO ............................................................................... 81 Lampiran 9 RPP Guru AO .................................................................................... 87 Lampiran 10 Angket Guru Z ................................................................................. 104 Lampiran 11 RPP Guru Z ..................................................................................... 110 Lampiran 12 Angket Guru Q ................................................................................. 114 Lampiran 13 RPP Guru Q ...................................................................................... 120 Lampiran 14 Angket Guru H ................................................................................. 129 Lampiran 15 RPP Guru H ...................................................................................... 136 Lampiran 16 Hasil Deskriptif Jenis Kelamin Guru Kimia ................................... 148 Lampiran 17 Hasil Deskriptif Masa Kerja Guru Kimia ......................................... 149 Lampiran 18 Uji Normalitas ................................................................................. 150 Lampiran 19 Uji Homogenitas .............................................................................. 151 Lampiran 20 Uji Hipotesis .................................................................................... 152 Lampiran 21 Tabel Distribusi Normal Kolmogorov Smirnov ............................... 153 Lampiran 22 Tabel Frekuensi Homogenitas ......................................................... 154 Lampiran 23 Tabel Korelasi Pearson .................................................................... 157 Lampiran 24 Lembar Uji Referensi ...................................................................... 159 Lampiran 25 Lembar Uji Validitas ....................................................................... 178 Lampiran 26 Surat Bimbingan Skripsi................................................................... 180 Lampiran 27 Bukti Penelitian ............................................................................... 182 xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, setiap diadakan perbaikan kualitas pendidikan seperti perubahan kurikulum selalu melibatkan dan bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi guru dalam dunia pendidikan. Dikarenakan sangat pentingnya posisi guru dalam dunia pendidikan, maka pekerjaan guru memerlukan keahlian yang khusus atau profesional, artinya pekerjaan guru tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian khusus. Menurut Departemen Agama (2005, hlm. 65) guru dikatakan profesional jika menguasai semua tentang pendidikan, pengajaran, ilmu-ilmu lainnya dan telah mendapatkan pendidikan guru serta memiliki keahlian khusus yang dapat menunjang profesinya. Menjadi seorang guru profesional harus memiliki beberapa kualifikasi sesuai dengan UUD No. 14 Tahun 2005 Pasal 8 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh dari jenjang pendidikan guru sehingga tingkat profesionalitas guru didasarkan pada kualifikasi akademik, seperti yang dikatakan Hamalik (2006, hlm. 26) bahwa tingkat profesionalitas didasarkan pada kemampuan khusus, pengalaman mengajar, latar belakang pendidikan, ijazah dan gelar yang dimiliki. Dari pernyataan Hamalik (2016) tersebut diketahui bahwa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sangat berperan penting dalam pembentukan dan peningkatan kualifikasi akademik guru profesional. Namun kenyataan di lapangan, masih dijumpai guru yang berasal dari non LPTK dan guru mengajar tidak sesuai dengan bidang studi 1 2 yang diampunya. Hal ini menjadi masalah yang serius bagi dunia pendidikan karena kekurangmampuan guru non LPTK dalam mengelola proses belajar mengajar, (Syah, 2014, hlm. 223). Hamalik (2006, hlm. 48) menegaskan bahwa seharusnya guru mengajar berdasarkan bidang studi yang ditempuhnya di LPTK serta menguasai teori dan praktek untuk bidang studinya tersebut. Guru profesional juga harus memiliki empat kompetensi dasar seperti yang dijelaskan oleh PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa guru profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dari keempat kompetensi dasar tersebut, kompetensi pedagogik dan profesional disebut dengan pedagogical content knowledge (PCK). Menurut Shulman (1987), PCK adalah gabungan dari ilmu pedagogik dan konten materi, yaitu tentang cara menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang digunakan guru agar siswa lebih tertarik terhadap pelajaran dan memudahkan siswa dalam memahami materi. Berdasarkan pengertian tersebut, PCK erat kaitannya dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Penelitian ini hanya menggunakan kompetensi pedagogik guru karena kompetensi pedagogik merupakan bagian yang sangat penting dan paling kuat pengaruhnya dalam mengembangkan proses pembelajaran agar menjadi efektif dan kondusif sehingga dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian J.Ngo (2012) bahwa prestasi siswa akan meningkat jika kompetensi pedagogik guru baik. Menurut Rahman (2013) dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa dari 72 guru kelas IX SMPN di Kota Ternate hanya diperoleh 21 guru memiliki kompetensi pedagogik dengan kategori baik dan 30 guru memiliki kompetensi pedagogik dengan kategori sedang. Berdasarkan penelitian Rahman (2013) guru harus mengoptimalkan perannya sebagai perencana, pengorganisir, dan penilai pembelajaran serta mempunyai motivasi yang tinggi pada setiap pengajarannya. Kompetensi pedagogik guru dapat diketahui dari aspek-aspek PCK yang dikembangkan oleh para ilmuwan seperti Shulman (1987), Park dan 3 Oliver (2007), Magnusson, Krajcik & Borko (1999), dan lain-lain. Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan lima aspek yang digagas oleh Magnusson, Krajcik & Borko (1999). Digunakan aspek tersebut karena banyak digunakan dalam penelitian pada bidang pengetahuan lainnya. Lima aspek tersebut adalah orientasi terhadap pengajaran kimia, pengetahuan tentang kurikulum, pengetahuan tentang pemahaman siswa terhadap materi kimia, pengetahuan tentang penilaian, dan pengetahuan tentang strategi pembelajaran. PCK masing-masing guru dapat diketahui dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang diselenggarakan setiap tahun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menguji kompetensi guru profesional. Nilai standar kompetensi minimum (SKM) yang ditargetkan secara nasional yaitu rata-rata sebesar 55. Terdapat tujuh provinsi yang lulus di atas SKM, yaitu DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13), Bangka Belitung (55,13), dan Jawa Barat (55,06), (Maulipaksi, 2016). Dari data hasil UKG diketahui bahwa nilai UKG provinsi DKI Jakarta hanya berbeda 3,44 poin dari nilai SKM, kemudian provinsi Banten berada di bawah nilai SKM. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis kompetensi pedagogik guru kimia pada daerah Jakarta dan Banten. Van Driel & Vos (1998) mengatakan bahwa PCK untuk masing-masing guru tidak sama, perbedaan ini didasarkan pada strategi pembelajaran yang digunakan guru berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan hasil UKG guru yang masih rendah dan berbeda-beda pada setiap provinsi. Oleh karena itu, penulis tertarik menganalis penyebab hasil UKG yang masih rendah dilihat dari aspek jenis kelamin dan masa kerja. Pada aspek jenis kelamin, penulis berasumsi bahwa guru kimia perempuan memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Sills (1991) bahwa guru perempuan lebih produktif dibandingkan guru laki–laki yang diketahui dari perolehan skor angket produktifitas guru, yaitu (7,9 > 3,6). Produktifitas kerja guru perempuan lebih besar karena dilihat dari motivasi dan hubunganya dengan siswa, seperti yang dijelaskan oleh Akbari & Tajik (2012) bahwa guru perempuan memiliki 4 kesadaran yang lebih besar dalam memotivasi, mengutamakan kebutuhan dan kepentingan siswa dalam belajar serta memiliki hubungan guru dan siswa yang dekat, hal ini diketahui dari data frekuensi pemikiran moral guru, yaitu (34 > 11). Dari keunggulan jenis kelamin guru perempuan tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi pedagogik guru kimia. PCK guru kimia juga bisa diketahui dari masa kerja atau pengalaman mengajar. Semakin lama pengalaman guru dalam mengajar maka pengetahuan guru semakin bertambah sehingga kompetensi pedagogik guru semakin baik. Hal ini sesuai dengan Lankford (2010) bahwa komponen PCK terintegrasi oleh pengalaman mengajar seorang guru. Kemudian Lee (2010) menjelaskan bahwa guru dengan pengalaman mengajar >10 tahun memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dibandingkan guru dengan masa kerja <10 tahun, yang diketahui dari nilai rata-rata data peneltian yaitu (69,42 > 65,31). Dari keunggulan pengalaman masa kerja guru, maka penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia. Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Dunia pendidikan dihadapi masalah yang serius karena masih dijumpai guru mengajar tidak sesuai dengan bidang studi yang diampunya dan berasal dari non LPTK. 2. Hasil Uji Kompetensi Guru masih rendah. 3. Guru perempuan lebih produktif dibandingkan guru laki-laki diketahui dari perolehan skor angket produktifitas guru. 5 4. Semakin lama pengalaman mengajar maka kompetensi pedagogik guru semakin baik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang luas dan terbatasnya ruang lingkup pembahasan, maka penulis berupaya menjelaskan masalah yang dibahas hanya terfokus pada: 1. Penelitian menggunakan 5 aspek dan 10 indikator pedagogical content knowledge yang dikembangkan oleh Magnusson, Krajcik & Borko (1999). 2. Berdasarkan pengertian PCK, kompetensi guru yang dianalisis adalah kompetensi pedagogik. 3. Daerah SMA/MA yang digunakan adalah Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang dengan jumlah responden sebanyak 40 guru kimia. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka didapat beberapa rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi pedagogik guru kimia? 2. Apakah terdapat hubungan antara masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi pedagogik guru kimia. 2. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia. 6 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi semua kalangan, terutama untuk: 1. Siswa, dapat memahami konsep kimia dengan baik, karena guru mengaplikasikan pedagogical content knowledge ke dalam pembelajaran. 2. Guru, pengetahuan guru bertambah mengenai pedagogical content knowledge sehingga kompetensi pedagogik dapat dikembangkan menjadi lebih baik melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG). 3. Peneliti lain, menjadi bahan referensi untuk menganalisis variabel penelitian lainnya seperti pendidikan terakhir, bidang ilmu, sertifikasi, daerah dan jenis sekolah. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pedagogical Content Knowledge (PCK) a. Pengertian Pedagogical content knowledge atau disingkat menjadi PCK (Major, 2015; Shulman, 1986; Loughran, Berry & Mulhall, 2012) adalah gabungan dari kedua ilmu pengetahuan, yaitu materi pelajaran dan ilmu pedagogik secara umum. Shulman (1986) menambahkan bahwa PCK adalah cara mengajarkan materi sehingga dapat dipahami oleh siswa. Selanjutnya dalam Loughran, Berry & Mulhall (2012) menjelaskan bahwa PCK adalah ilmu yang sangat penting karena PCK dapat mendefinisikan keahlian dan menggambarkan cara mengajar dengan lebih baik. Guru dengan latar belakang pendidikan yang sama dapat memiliki PCK yang sama, jika guru mengajarkan materi sesuai dengan konteks dan kurikulum. PCK dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran profesional keguruan. Menurut Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) PCK adalah domain pengetahuan yang unik bagi guru seperti pengetahuan dalam mengajar dan pengetahuan tentang materi pelajaran. Selanjutnya, Van Driel & Vos (1998) juga menjelaskan PCK merupakan transformasi materi pelajaran yang digunakan secara efektif dan efisien dalam komunikasi antara guru dengan siswa selama proses pembelajaran. Kemudian menurut Veal (1999) PCK adalah kemampuan guru untuk menerjemahkan materi pelajaran dengan menggunakan strategi, metode pembelajaran, dan penilaian terhadap pemahaman kontekstual, budaya, dan keterbatasan sosial dalam lingkungan belajar. Loughran, Berry & Mulhall (2012) mendefinisikan beberapa isu penting dalam PCK, yaitu: (1) PCK adalah gagasan yang diciptakan oleh akademisi untuk menggambarkan aspek pengetahuan profesional dan 7 8 keahlian yang dikembangkan oleh guru, (2) PCK mengacu kepada pengetahuan guru dalam mengembangkan cara mengajar sehingga pemahaman siswa dapat meningkat, (3) PCK guru tidak sama dalam konten materi yang berbeda. Menurut Van Driel & Vos (1998) perbedaan PCK guru dikarenakan penggunaan representasi dan strategi pembelajaran yang berbeda selama pembelajaran di kelas, (4) PCK dapat menambah profesionalitas guru. Major (2015, hlm. 26-27) menjelaskan kembali bahwa PCK merupakan kombinasi tunggal antara ilmu konten dan ilmu pedagogik yang dikombinasikan dengan pemahaman guru tentang cara menyampaikan materi sehingga jika pengetahuan guru tentang pedagogik kurang, maka pembelajaran yang baik tidak akan terwujud. Saeli, Jochems & Zwaneveld (2011) menambahkann penjelasan Major (2015) bahwa guru dengan PCK yang baik adalah guru yang mengajarkan hal bermanfaat dari ilmu. Berdasarkan pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa PCK adalah gabungan dari dua ilmu (pedagogik dan konten materi) yang berpengaruh terhadap pembelajaran di kelas. PCK identik dengan kompetensi guru profesional yaitu; kompetensi pedagogik dan profesional sehingga guru yang menerapkan ilmu pedagogik dan profesional secara bersamaan maka ia memiliki PCK yang baik. b. Aspek PCK Aspek PCK diposisikan di antara disiplin ilmu pengetahuan dan ilmu pedagogik sehingga dapat digunakan untuk mewakili tingkat pengetahuan yang berbeda, (Veal, 1999). Komponen PCK yang harus dimiliki oleh guru menurut Shulman (1987) yaitu: a. Pengetahuan tentang konten materi b. Pengetahuan tentang ilmu pedagogik secara umum c. Pengetahuan tentang kurikulum d. Pedagogical Content Knowledge (PCK) 9 e. Pengetahuan terhadap siswa dan karakteristiknya f. Pengetahuan tentang pendidikan g. Pengetahuan tujuan pendidikan, penilaian, sejarah dan filosofi pendidikan Kemudian Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) mengelompokkan PCK menjadi 5 aspek yaitu: a. Orientasi terhadap pembelajaran kimia, terdiri dari pengetahuan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Orientasi merupakan instruksi dan semua elemen pembelajaran seperti kurikulum, siswa dan penilaian, (Magnusson). b. Pengetahuan tentang kurikulum, terdiri dari pengetahuan tentang tujuan dan sasaran kurikulum serta pengetahuan tentang program spesifik kurikulum. c. Pengetahuan tentang pemahaman siswa terhadap materi kimia, terdiri dari pengetahuan tentang syarat-syarat dalam pembelajaran dan tentang kesulitan siswa. d. Pengetahuan tentang penilaian, terdiri dari pengetahuan tentang dimensi penilaian pembelajaran kimia dan tentang metode penilaian. e. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, terdiri dari pengetahuan strategi pembelajaran materi kimia dan topik kimia. Kelima aspek Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) dapat dilihat pada gambar 2.1: 10 PCK Termasuk Orientasi terhadap pengajaran kimia Termasuk Termasuk Pengetahuan tentang kurikulum Pengetahuan tentang tujuan kurikulum Pengetahuan tentang penilaian Pengetahuan tentang program spesifikasi kurikulum Pengetahuan Tentang Dimensi Penilaian Pembelajaran Kimia Termasuk Termasuk Pengetahuan tentang strategi pembelajaran Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk materi kimia Pengetahuan tentang pemahaman siswa terhadap materi kimia Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk topik kimia Representasi Pengetahuan tentang metode penilaian Pengetahuan tentang syaratsyarat dalam pembelajaran kimia Pengetahuan tentang kesulitan siswa Kegiatan Gambar 2.1 Aspek PCK Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) 11 Kemudian aspek PCK dikembangkan kembali oleh Park dan Oliver (2007) dengan cara menggabungkan komponen PCK dari para ahli seperti Grossman dan Magnusson ke dalam bentuk pentagonal dengan PCK terletak di posisi tengah untuk mengindikasikan pengembangan potensial dari lima komponen PCK yang digagasnya. Berikut gambar aspek PCK dalam bentuk pentagonal menurut Park & Oliver (2007) dan disusun kembali oleh Imadudin, Hidayah & Astuti (2014) dalam versi Bahasa Indonesia dan diberikan tambahan kode pada setiap aspek mempengaruhi Pengetahuan mengenai pemahaman siswa untuk mengajarkan kimia (K2) Orientasi terhadap pembelajaran kimia mempengaruhi Terintegrasi Refleks PCK Refleks Terintegrasi mempengaruhi Pengetahuan mengenai kurikulum kimia (K4) Pengetahuan mengenai strategi pembelajaran untuk mengajarkan kimia (K3) mempengaruhi mempengaruhi mempengaruhi Pengetahuan mengenai assesmen pembelajaran kimia (K5) Efisiensi Guru Gambar 2.2. Model Pentagon PCK untuk pembelajaran kimia 12 Berdasarkan model pentagon pada diagram di atas Imadudin (2014) menjelaskan bahwa K1 merupakan anggapan atau kepercayaan guru mengenai tujuan pengajaran kimia yang berbeda pada setiap level kelas. Komponen K1 mencakup orientasi terhadap proses pembelajaran, ketegasan akademik, perubahan perilaku dan kemampuan berpikir, serta kegiatan yang menuntut siswa lebih aktif. Komponen K2 menggambarkan pengetahuan guru mengenai materi yang dianggap sulit dan dipahami siswa. Komponen K2 termasuk miskonsepsi siswa, kesulitan belajar, perbedaan motivasi, gaya belajar, minat dan faktor kebutuhan siswa. Komponen K3 meliputi pengetahuan guru mengenai materi kimia pada kurikulum yang berlaku baik secara vertikal maupun horizontal. Struktur vertikal berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah seperti pelakasanaan pembelajaran, alokasi waktu yang digunakan, dan pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi. Adapun struktur horizontal berkaitan dengan bentuk penyusunan bahan ajar yang diberikan kepada siswa. Komponen K4 merupakan pengetahuan guru dalam memilih strategi pembelajaran,dan menginterpretasikan materi ajar kimia. Strategi pembelajaran dibedakan menjadi strategi umum yaitu pendekatan umum yang digunakan dalam mengajarkan kimia, serta strategi khusus yaitu strategi yang diterapkan dalam mengajarkan topik kimia. Selanjutnya, komponen K5 merupakan pengetahuan terhadap penilaian yaitu pengetahuan tentang dimensi pembelajaran kimia dan metode-metode penilaian. Berdasarkan beberapa aspek yang telah dijabarkan para ahli, maka aspek PCK yang digunakan adalah 5 aspek dan 10 indikator yang digagas oleh Magnusson, Krajcik dan Borko (1999): 13 Tabel 2.1 Aspek dan Indikator PCK Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) Indikator Aspek 1. Orientasi terhadap pengajaran kimia 1. 2. 2. Pengetahuan tentang kurikulum 3. 4. 3. Pengetahuan tentang pemahaman siswa terhadap materi kimia 5. 6. 4. Pengetahuan tentang penilaian 7. 8. 5. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran Orientasi secara khusus (process, didactic, activity driven, project based science, inquiry, guided inquiry) bagi guru dalam pembelajaran kimia Tipikal Karakteristik dari orientasi process, didactic, conceptual change, discovery, guided inquiry untuk menjadikan kelas kondusif Pengetahuan tentang tujuan kurikulum Pengetahuan tentang program spesifikasi kurikulum Pengetahuan tentang syaratsyarat dalam pembelajaran kimia Pengetahuan tentang kesulitan siswa Pengetahuan tentang dimensi penilaian pembelajaran kimia Pengetahuan tentang metode penilaian 9. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk materi kimia 10. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk topik kimia c. Implikasi PCK Bagi Pendidikan Guru Menurut Veal (1999) bahwa taksonomi PCK menyediakan skema kategorisasi yang relatif luas untuk pengembangan pendidikan guru. PCK sebagai kategori epistemologis juga menjadi dasar pengetahuan persiapan guru untuk menghasilkan kebutuhan konseptual. Taksonomi PCK dapat digunakan untuk menerapkan metode 14 pembelajaran yang unik di kelas, juga dapat dikembangkan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi program spesifikasi yang berbeda dari setiap mata pelajaran pada guru dan program pendidikan guru. Taksonomi PCK digunakan sebagai dasar penelitian masa depan untuk mengembangkan dan mempersiapkan guru profesional. Banyak guru memiliki konten materi dengan baik, tetapi belum mengetahui cara mengubah dan menerjemahkan konten materi tersebut menjadi strategi pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Baik secara langsung ataupun tidak, program pendidikan guru mendapatkan keuntungan dari penelitian PCK, salah satunya adalah mengidentifikasi dan mengklasifikasikan PCK yang digunakan untuk mengajar di kelas, sehingga calon guru dan guru dapat lebih mudah mengidentifikasi pengembangan siswa. Berdasarkan penjelasan Veal (1999) implikasi PCK dapat digunakan bagi program pendidikan guru dalam membentuk calon guru profesional pada setiap kompetensi khususnya kompetensi pedagogik dan profesional, juga berguna bagi guru dalam mengajarkan materi agar dapat menerjemahkan pelajaran menggunakan strategi, metode dan model pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih tertarik terhadap pelajaran serta meningkatkan pemahaman dan prestasi siswa. Modifikasi dan taksonomi tingkat PCK menurut Veal (1999) dapat dilihat pada gambar 2.3 dan 2.4: 15 Pengetahuan Konten Pengetahuan Tentang Siswa Penilaian Kurikulum m Konteks Pedagogik PCK Lingkungan Ilmu Pengetahuan Sosiokulturalisme e Manajemen Kelas Gambar 2.3 Modifikasi Taksonomi PCK KontenKnowledge Attributes Berdasarkan gambar 2.3 di atas menjelaskan bahwa keterampilan mengajar dan pengetahuan terhadap materi yang dimiliki guru dapat dikembangkan dengan menggunakan strategi PCK pada penilaian, manajemen kelas, kurikulum, lingkungan, ilmu pengetahuan, ilmu pedagogik dan peran masyarakat pada pembentukan pengetahuan siswa (sosiokulturalisme). 16 Ilmu Pedagogik Kurang spesifik dari PCK secara umum termasuk Sejarah Matematika IPA B. Inggris Kesenian mempunyai Domain PCK tertentu termasuk Geologi Kimia Fisika mempunyai Spesifik Topik PCK Gambar 2.4 Taksonomi Untuk Berbagai Tingkat PCK Biologi 17 Berdasarkan gambar 2.4 di atas dapat diketahui bahwa tingkatan pertama pada taksonomi PCK adalah pengetahuan PCK secara umum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa guru yang ahli dan berpengalaman pasti memiliki pemahaman terhadap ilmu pedagogik yang kurang spesifik dari PCK secara umum. Hal ini dikarenakan pengetahuan guru pada materi dan strategi pembelajaran yang digunakan sama pada setiap bidang ilmu. Pengetahuan PCK secara umum disebut juga subjek spesifik materi, dimana subjek diartikan dengan materi pada setiap bidang ilmu. Contoh, subjek spesifik materi pada bidang IPA adalah kimia, biologi dan fisika. Oleh karena itu, penggunaan PCK pada penelitian pendidikan lebih difokuskan pada subjek spesifik materi. 2. Guru a. Pengertian Menurut Apandi (2015, hlm. 3) guru adalah manusia biasa yang diposisikan istimewa dan menjadi ujung tombak serta memiliki peran yang penting pada bidang pendidikan, sosial dan kebudayaan. Guru merupakan agen perubahan (agent of change) yaitu mampu mewarnai lingkungan masyarakat, dan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Guru menjadi sosok yang ditiru dan menjadi contoh teladan bagi siswa. Guru memiliki tugas kemanusiaan dan tugas profesional. Tugas kemanusian yaitu berkaitan dengan tugas guru dalam mendidik, karena hakikat dari pendidikan adalah untuk “memanusiakan” manusia, sedangkan tugas profesional yaitu yang berkaitan dengan perannya sebagai anggota masyarakat seperti menjadi pelopor, penggerak, motivator, dan dinamisator pembangunan di lingkungannya. Menurut Syah (2014, hlm. 222) guru ialah pendidik profesional yang harus memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan juga menjadi faktor penentu kesuksesan pada setiap usaha pendidikan. Pada prinsipnya, tugas mengajar guru berarti merubah perilaku siswa menjadi lebih baik. Mulyasa (2013, hlm. 5) menambahkan bahwa guru 18 merupakan komponen utama dalam pendidikan yang harus mendapat perhatian pertama ketika berbicara masalah pendidikan dan ketika diselenggarakan acara formal di sekolah. Guru adalah komponen penentu dalam proses belajar mengajar dan komponen paling berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar siswa sehingga perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula. Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli, pengertian guru adalah seseorang yang tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik siswanya untuk mendapatkan prestasi yang gemilang dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Syarat-syarat menjadi guru Departemen Agama (2005, hlm. 66) mengatakan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu harus menjadi warga negara yang baik, berjiwa pancasila, berbadan sehat, pengalaman, memiliki bakat, keahlian, mental yang sehat dan kepribadian yang baik serta pengetahuan yang luas. c. Tentang Pendidikan guru Menurut Departemen Agama (2005, hlm. 70) bahwa lembaga pendidikan yang ditempuh calon guru selama 3 dan 5 tahun memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan guru profesional sehingga calon guru memiliki kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan tugas jabatan guru. Lembaga pendidikan memegang pekerjaan yang berat sebab lembaga pendiidikan tidak hanya bertujuan mendidik tetapi juga memberikan kemampuan, keahlian profesional yang meliputi pendidikan umum dan pendidikan keguruan sehingga calon guru dapat melaksanakan pendidikan kepada siswa dengan baik. 19 d. Kriteria Profesional Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria fungsional sebagai berikut, (Hamalik, 2002, hlm. 37-38): 1. Fisik, seperti sehat jasmani dan rohani serta tidak memiliki cacat tubuh yang dapat menimbulkan rasa kasihan dari siswa. 2. Mental/Kepribadian, seperti berkepribadian/berjiwa pancasila, mencintai bangsa, berkasih sayang kepada siswa, berbudi pekerti yang luhur, berjiwa kreatif, memiliki sense of humor, mampu menumbuhkan sikap demokrasi, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya, mampu mengembangkan kecerdasan siswa, bersifat terbuka, peka, dan inovatif serta mencintai profesinya. 3. Keilmiahan/Pengetahuan, seperti memahami ilmu pendidikan, dapat menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik, memahami, menguasai, mencintai ilmu bidang studi yang diampunya, memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang studi lainnya, gemar membaca buku-buku ilmiah, dan dapat memecahkan persoalan secara sistematis serta memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar. d. Keterampilan, seperti berperan sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, menyusun bahan pelajaran, menyusun garis besar program pengajaran (GBPP), melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan, merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan serta mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. e. Kompetensi Guru Mulyasa (2013, hlm. 26) menjelaskan bahwa kompetensi merupakan kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spriritual guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap siswa, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan 20 profesionalisme. Hamalik (2002, hlm. 38) menambahkan bahwa lembaga pendidikan (LPTK) memegang peranan yang penting dalam meningkatkan kompetensi guru selain bakat dan pengalaman mengajar. Setelah mengetahui pengertian kompetensi, maka seorang guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Pada penelitian ini hanya dijelaskan teori kompetensi pedagogik. 1. Kompetensi Pedagogik Menurut PP No.74 tahun 2008 Pasal 3 bahwa kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan pengelolaan pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan siswa untuk menggali berbagai potensi yang dimilikinya. a. Kemampuan Mengelola Pembelajaran Mulyasa (2013, hlm. 77) menjelaskan bahwa kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Perencanaan berkaitan dengan penetapan tujuan pembelajaran dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pelaksanaan berkaitan dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengendalian berkaitan dengan evaluasi kinerja sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tidak. b. Pemahaman Terhadap Siswa Terdapat tiga hal yang harus dipahami guru terhadap siswa, yaitu: 21 a) Tingkat Kecerdasan Musfah (2011, hlm. 32-33) menjelaskan bahwa guru harus dapat merancang pembelajaran yang mencakup seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotor sehingga guru harus memiliki pengalaman dan mampu mentransformasikan pengalamannya itu kepada siswa dengan cara yang variatif. Selain itu, guru juga harus memahami bahwa setiap siswa memiliki pengetahuan yang unik. b) Kreativitas Mulyasa (2013, hlm. 86) mengatakan bahwa guru diharapkan dapat menciptakan kondisi kelas yang konduktif sehingga siswa dapat mengembangkan kreativitas melalui dengan kerja kelompok, penugasan dan proyek. c) Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif Menurut Mulyasa (2013, hlm. 99) bahwa guru diharapkan dapat mengidentifikasi dan memahami perbedaan individu dengan cara menyesuaikan, memperdalam, dan memperluas kebutuhan siswa sehingga proses pembelajaran berjalan efektif. c. Perancangan Pembelajaran Mulyasa (2013, hlm. 100-102) mengatakan bahwa perancangan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. a) Identifikasi Kebutuhan Identifikasi kebutuhan bertujuan untuk melibatkan dan memotivasi siswa agar siswa memiliki rasa keinginan atau kebutuhan belajar yang kuat. b) Identifikasi Kompetensi Sebelum pembelajaran guru harus mengidentifikasi materi, penetapan metode dan media pembelajaran serta penilaian agar sesuai dengan tujuan kompetensi. 22 c) Penyusunan Program Pembelajaran Penyusunan program pembelajaran atau disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah produk program pembelajaran jangka pendek yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. d. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis Menurut Mulyasa (2013, hlm. 101) bahwa tugas utama guru adalah mengkondisikan lingkungan kelas agar dapat menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi siswa. Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui pretest, proses, dan posttest. e. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran Barnawi & Arifin (2012, hlm. 135) menjelaskan bahwa guru dapat merancang, mengembangkan dan memanfaatkan teknologi pembelajaran sebagai sumber belajar sehingga dapat memudahkan dan memfasilitasi siswa sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya ketika belajar. f. Evaluasi Hasil Belajar Mulyasa (2013, hlm. 107) mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar dapat dilakukan melalui penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan, benchmarking, serta penilaian program sehingga perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi siswa dapat diketahui. g. Pengembangan Siswa Barnawi & Arifin (2012, hlm. 137) menjelaskan bahwa pengembangan siswa merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat, dan minat yang disesuaikan dengan kondisi sekolah. 23 B. Penelitian Yang Relevan Penelitian relevan terkait dengan pedagogical content knowledge guru kimia adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti, Raharjo & Widodo (2012) dengan judul “kompetensi profesional, pedagogik guru IPA, persepsi siswa tentang proses pembelajaran, dan kontribusinya terhadap hasil belajar IPA di SMP/MTS Kota Banjarbaru”. Penelitian ini merupakan penelitian kausal dengan sampel guru yang mengajar kelas IX di SMP/MTS Kota Banjarbaru dan sampel siswa diambil dengan teknik cluster sampling serta teknik pengumpulan data diperoleh melalui angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik guru IPA berada pada kategori rendah, persepsi siswa tentang proses pembelajaran berada pada kategori sedang. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2016) dengan judul “analisis kompetensi pedagogik guru kimia dan hubungannya dengan hasil belajar kimia siswa SMA di Kota Padangsidimpuan”. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan sampel penelitian berjumlah 19 orang guru kimia yang mengajar di kelas XI IPA SMA dan 60 siswa yang berasal dari 2 sekolah yang telah belajar materi kesetimbangan kimia. Instrumen yang digunakan adalah angket, obeservasi dan tes hasil belajar. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) kompetensi pedagogik guru kimia dalam mempersiapkan mengajar sangat kompeten (83,04%), sedangkan dalam meningkatkan pemahaman materi ajar kategori cukup kompeten (59,93%), proses belajar mengajar cukup kompeten (68,81%), pemanfaatan sumber belajar, metode dan media pembelajaran kategori cukup kompeten (55,38%), evaluasi hasil belajar kategori cukup kompeten (50,19%), dan pemanfaatan sarana dan prasarana kategori kurang kompeten (38,49%); (2) tidak ada hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa SMA Padangsidimpuan. 24 3. Penelitian yang dilakukan oleh Konig & Pflanzl (2016) dengan judul “Is Teacher Knowledge Associatd with Performance? On the Relationship Between Teacher’s General Pedagogical Knowledge and Instructional Quality”. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan angket dan sampel berjumlah 246 guru SMK di Austria. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dengan persepsi siswa terhadap pengelolaan kelas, metode pembelajaran. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Deanna Lankford (2010) dengan judul “Examining The Pedagogical Content Knowledge And Practice Of Experienced Secondary Biology Teachers For Teaching Diffusion and Osmosis” yang disusun sebagai disertasi untuk mendapatkan gelar doctor philosophy di University of Missouri. Penelitian ini menggunakan 5 aspek Magnussonn, Krajcik & Borko (1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada; (1) orientasi pembelajaran, guru menggunakan keyakinannya dalam mengajar untuk memilih strategi yang sesuai; (2) pada pengetahuan tentang kurikulum, guru menggunakan representasi untuk membuat siswa paham terhadap materi; (3) pengetahuan tentang pemahaman siswa terhadap materi, guru mengidentifikasi kesulitan belajar siswa sebelum pembelajaran; (4) pengetahuan tentang penilaian, dengan menggunakan penilaian formatif guru dapat mengetahui kesulitan dan pemahaman konsep siswa, (5) pengetahuan tentang strategi pembelajaran, dengan menggunakan model pembelajaran seperti 5E, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran. C. Kerangka Berpikir Penulis berasumsi bahwa guru profesional pasti memiliki pedagogical content knowledge yang baik. Asumsi penulis diperkuat oleh pernyataan Saeli, Jochems & Zwaneveld (2011) bahwa guru dengan PCK yang baik adalah guru yang dapat mentransfer ilmu dari suatu mata pelajaran ke hal yang bermanfaat 25 bagi siswa. Alur pemikiran penelitian dituangkan pada kerangka berpikir seperti berikut: Guru Profesional 4 kompetensi dasar Kompetensi Pedagogik Kompetensi Profesional Kompetensi Sosial Kompetensi Kepribadian merupakan Pedagogical Knowledge Orientasi Terhadap Pengajaran Kimia Termasuk Bagian Dari Pengetahuan Tentang Kurikulum Pedagogical Content Knowledge Memiliki 5 Aspek Pengetahuan Tentang Pemahaman Siswa Terhadap Materi Kimia Pengetahuan Tentang Penilaian Pengetahuan Strategi Pembelajaran Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir Berdasarkan gambar 2.5 diketahui bahwa guru merupakan salah satu unsur yang paling utama dalam dunia pendidikan. Guru merupakan wayang dalam kegiatan belajar mengajar, guru juga yang merumuskan tujuan pembelajaran untuk dicapai anak didiknya. Menjadi seorang guru harus mempunyai kualifikasi akademik sesuai dengan UU RI No.14 Tahun 2005 26 tentang Guru dan Dosen, mengajar sesuai ijazah (kompetensi yang dimiliki), mempunyai kompetensi pedagogik yang utuh (baik) dan penguatan akademik lainnya. Artinya, guru harus menempuh pendidikan guru untuk memiliki kompetensi pedagogik yang utuh (baik). Guru juga disebut profesional jika memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Pada penelitian ini, penulis memfokuskan pada kompetensi pedagogik saja karena pembelajaran menjadi lebih efektif dan kondusif jika guru dapat merencanakan dan mengelola kelas dengan baik. Kompetensi pedagogik berarti cara pengajaran dan pengelolaan guru di kelas. Menurut Shulman (1986) kompetensi pedagogik termasuk ke dalam pedagogical content knowledge (PCK). Aspek pedagogical content knowledge yang digunakan adalah indikator yang digagas oleh Magnusson, Krajcik, dan Borko (1999) sehingga dapat diperoleh hasil analisis kompetensi pedagogik guru dilihat dari aspek jenis kelamin dan masa kerja. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di 40 SMA/MA sederajat yang berada di Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 22 Oktober 2016 sampai 9 Desember 2016. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Suryani & Hendrayadi (hlm. 119, 2015) bahwa “metode korelasional dapat mencari hubungan atau pengaruh satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia, sehingga jenis korelasi yang digunakan adalah hubungan kausal karena variabel X (variabel bebas) dapat mempengaruhi variabel Y (variabel terikat). Berikut gambar 3.1 model hubungan kausal: Y X Gambar 3.1 Model Hubungan Kausal Keterangan: X: Variabel jenis kelamin dan masa kerja Y: Kompetensi pedagogik 27 28 C. Alur Penelitian Untuk memberikan pengetahuan mengenai alur penelitian ini, penulis memberikan gambaran alur penelitian yaitu sebagai berikut: Melakukan studi literatur Mengidentifikasi pertanyaan atau hipotesis dalam penelitian Mengidentifikasi populasi dan sampel yang akan diteliti Tahap Perencanaan Menentukan jenis metode penelitian dan pengumpulan data yang digunakan Membuat dan menguji validasi instrumen penelitian Memperbanyak instrumen untuk digunakan pada penelitian Tahap Pelaksanaan Memberikan instrumen penelitian dan meminta RPP kepada guru kimia pada tiap sekolah Mengolah data hasil penelitian Tahap Penyelesaian n Menganalisis data untuk menjawab hipotesis penelitian Menarik kesimpulan GGGambar 3.2 Bagan Alur Penelitian D. Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2010, hlm. 173-174) populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian” dan sampel adalah “sebagian dari populasi atau dapat juga dikatakan sebagai wakil dari populasi”. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru kimia di SMA/MA sederajat yang berada di daerah Jakarta dan Banten. 29 Sedangkan, Sampel penelitian adalah 40 guru kimia yang berasal dari 40 SMA/MA. Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling. Menurut Arikunto (2010, hlm. 183) teknik purposive sampling dilakukan dengan berbagai pertimbangan seperti keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Sugiyono (2011, hlm. 225) menjelaskan bahwa sumber pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah guru kimia dan sumber sekundernya adalah RPP guru kimia. Namun pada sumber sekunder, tidak semua guru memberikan RPP sehingga RPP yang diperoleh berjumlah 26 buah dari 40 guru kimia. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket dan dokumentasi. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan bentuk pengisian berupa check list, artinya responden memberikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan pernyataan. Angket diberikan kepada 40 guru kimia untuk memperoleh informasi terkait kompetensi pedagogik. Sedangkan, data dokumentasi diperoleh dari RPP guru kimia yang digunakan untuk memverifikasi jawaban guru pada angket. F. Instrumen Penilaian Instrumen penelitian menggunakan angket yang berisi butir-butir pernyataan tertutup yang diberikan kepada responden untuk memperoleh informasi terkait kompetensi pedagogik guru kimia. Penentuan skor pada instrumen digunakan skala Likert karena skala Likert tidak hanya digunakan untuk mengukur sikap tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi, minat, motivasi, kegiatan dan pelaksanaan program, (Sukmadinata, 2013, hlm. 242). Adapun kisi-kisi penyusunan instrumen kompetensi pedagogik guru kimia adalah sebagai berikut: 30 Tabel 3.1 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru Kimia Aspek Orientasi terhadap pengajaran kimia Indikator Orientasi secara khusus (process, didactic, activity driven, project based science, inquiry, guided inquiry) bagi guru dalam pembelajaran kimia Tipikal Karakteristik dari orientasi process, didactic, conceptual change, discovery, guided inquiry untuk menjadikan kelas kondusif Pengetahuan Pengetahuan tentang tentang tujuan kurikulum kurikulum Pengetahuan tentang program spesifikasi kurikulum Pengetahuan Pengetahuan tentang tentang syarat-syarat dalam pemahaman pembelajaran kimia siswa terhadap Pengetahuan tentang materi kimia kesulitan siswa Pengetahuan Pengetahuan tentang tentang dimensi penilaian penilaian pembelajaran kimia Pengetahuan tentang metode penilaian Pengetahuan Pengetahuan tentang tentang strategi pembelajaran strategi untuk materi kimia pembelajaran Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk topik kimia Total Pernyataan Item Pernyataan Jumlah Item 1, 2, 3, 4, 5, 6 6 7, 8*, 9, 10, 11 5 12, 13, 14, 15 4 16, 17, 18, 19 4 20, 21, 22 3 23, 24, 25, 26 4 27, 28, 29, 30 4 31, 32, 33, 34 4 35, 36, 37 3 38, 39, 40 3 40 *Pernyataan negatif G. Validitas Insrumen Menurut Sofyan, Feronika & Milama (2006, hlm. 105) bahwa “validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni 31 sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Pengujian validitas pada penelitian ini adalah dengan validitas isi oleh para ahli. Menurut Arifin (2013, hlm. 249) validitas isi dilakukan dengan “mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur”, sehingga validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen melalui pendapat ahli tentang instrumen yang telah disusun. H. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data-data tersebut. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun langkah-langkah pengolahan data angket adalah sebagai berikut: 1. Mengubah jawaban angket ke bentuk skor 2. Jawaban yang diperoleh dari angket berupa pernyataan positif dan negatif data skala likert dirubah menjadi, (Widoyoko, 2014, hlm. 126): Tabel 3.2 Skor Jawaban Skala Likert No 1 2 3 4 Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Skor Skor 4 3 2 1 1 2 3 4 Skala Likert Selalu Sering Jarang Tidak Pernah 3. Menghitung skor total angket untuk setiap butir pernyataan 4. Menentukan nilai persentase setiap butir pernyataan kompetensi pedagogik, dengan rumus sebagai berikut: NP = Keterangan: NP = Nilai persentase R = Skor mentah yang diperoleh guru SM = Skor maksimum ideal X 100% 32 (Purwanto, 2010, hlm. 102) 5. Mengkonversi skor yang didapat ke dalam bentuk persentase dan mengkategorikan kompetensi pedagogik seperti pada tabel 3.4 (Riduwan, 2010, hlm. 89): Tabel 3.3 Interpretasi Skor Interval Nilai (%) 81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20 Interpretasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Data angket kompetensi pedagogik selanjutnya dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan jika prasyarat analisis telah terpenuhi. Data angket dihitung menggunakan IBM SPSS Statistics 22. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Kadir (2015, hlm. 144) menjelaskan bahwa uji normalitas digunakan untuk uji pendahuluan yang menjadi syarat dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas menentukan jenis uji statistika yang digunakan. Jika data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametrik, dan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan statistik non parametrik. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Menurut Riadi (2016, hlm. 121) bahwa uji normalitas Kolmogorov Smirnov merupakan koreksi dari uji normallitas Liliefors. Berikut langkah-langkah uji normalitas Kormogorov Smirnov: 1) Klik Analyze, Nonparametric Tests, dan Legacy Dialogs, lalu Klik 1Sample K-S. 2) Klik variabel X, pindahkan ke Test Variable List lalu Normal dan Ok. 3) Tentukan nilai Dtabel dengan rumus: Dt pada tingkat kepercayaan dan jumlah sampel (n), jika n > 30 maka gunakan rumus: Dt = √ 33 4) Menarik kesimpulan dari output uji normalitas Kormogorov Smirnov. Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut: Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak, Ha diterima Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima, Ha ditolak Jika Dhitung < Dtabel maka H0 diterima, Ha ditolak Jika Dhitung > Dtabel maka H0 ditolak, Ha diterima b. Uji Homogenitas Menurut Kadir (2015, hlm. 143) pengertian homogenitas lebih didasarkan pada homogenitas konseptual dibandingkan dengan homogenitas secara empiris melalui pengujian dengan data sampel. Riadi (2016, hlm. 137) mengatakan bahwa uji homogenitas Levene lebih umum digunakan untuk menguji homogenitas data. Berikut langkah-langkah uji homogenitas Levene, (Kadir, 2015, hlm. 167): 1) Masukkan data pada Data View, kolom 1 skor kompetensi pedagogik guru kimia dan kolom 2 varians jenis kelamin dengan pemberian kode 1 yaitu laki-laki dan 2 yaitu perempuan. 2) Klik Analyze, General Linear Model dan klik Univariate. 3) Pindahkan “kompetensi pedagogik” ke dalam Dependent Variable dan “Jenis Kelamin” ke fixed factor (s), kemudian klik options. 4) Selanjutnya masukkan data “kompetensi pedagogik” ke Display Means for, pilih Homogenity Test kemudian klik continue lalu Ok. 5) Tentukan nilai Ftabel dengan cara: Ftabel (α ; k-1; n-k). Keterangan: k = jumlah varians, (Riadi, 2016, hlm. 137-139) 6) Menarik kesimpulan dari output uji homogenitas Levene. Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut Jika sig < α (0,05) maka H0 ditolak, Ha diterima Jika sig > α (0,05) maka H0 diterima, Ha ditolak Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, Ha ditolak Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, Ha diterima 34 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji korelasi untuk mengetahui hubungan pada variabel X dan Y. Hal ini dijelaskan oleh Sujarweni & Endrayanto (2012, hlm. 59) bahwa uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Data pada penelitian ini termasuk ke dalam skala interval dan nominal sehingga korelasi yang digunakan adalah korelasi point biserial. Berikut langkah-langkah uji korelasi point biserial: 1) Buka editor IBM SPSS 22. Sorot New dan klik data. 2) Klik Variable View. Pada Name, ketikkan “Kompetensi Pedagogik” (sebagai variabel Y). Pada baris kedua, ketikkan “Jenis Kelamin” (sebagai variabel X) 3) Klik Analyze. Sorot Scale, klik Reliabity Analysis. 4) Pindahkan variabel X dan Y ke kotak Items, kemudian klik Statistics dan klik Correlations. Klik Continue dan Ok. 5) Melihat kriteria pengujian: Jika signifikansi > α (0,05) maka H0 diterima Jika signifikansi < α (0,05) maka H0 ditolak 6) Membuat kesimpulan Jika signifikansi > α (0,05), maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia. Jika signifikansi < α (0,05), maka terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia. 7) Menentukan interpretasi dari nilai korelasi. Untuk menentukan interpretasi dari nilai korelasi dapat menggunakan table interpretasi dari nilai r menurut Usman & Akbar (2008, hlm. 201) sebagai berikut: 35 Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi r 0 0,01 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 – 0,99 1 Interpretasi Tidak Berkorelasi Sangat Rendah Rendah Agak Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian diambil dari 40 guru kimia di SMA/MA sederajat daerah Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang dengan variabel penelitian; jenis kelamin, pendidikan terakhir, bidang ilmu, masa kerja, sertifikasi, daerah dan jenis sekolah. Penelitian ini lebih memfokuskan pada variabel jenis kelamin dan masa kerja guru kimia. Digunakan variabel tersebut karena untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru kimia dilihat dari aspek jenis kelamin dan masa kerja dengan menggunakan instrumen angket tertutup yang disusun berdasarkan 5 aspek dan 10 indikator PCK serta menggunakan RPP guru kimia sebagai data sekunder penelitian. A. Hasil Penelitian 1. Data Hasil Penelitian a. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia Berdasarkan data responden, diperoleh jumlah guru kimia lakilaki sebanyak 11 orang, dan guru kimia perempuan sebanyak 29 orang. Dengan demikian, hasil kompetensi pedagogik guru kimia berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Kompetensi Pedagogik Jenis Kelamin Guru Kimia Data Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Standar Deviasi Varians Laki-Laki 96 143 122,09 15,437 238,291 Perempuan 100 153 128,03 12,908 166,606 Pada tabel 4.1 terlihat bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi jenis kelamin laki-laki dan perempuan berbeda sehingga nilai rata-rata 36 37 kompetensi pedagogik jenis kelamin guru pun berbeda. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, dapat diketahui bahwa guru perempuan memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik daripada guru laki-laki. b. Hubungan antara Masa Kerja Dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia Masa kerja atau lama mengajar guru dihitung dari awal mengajar di sekolah. Masa kerja guru dibagi menjadi dua bagian, yaitu <15 tahun sebanyak 25 guru kimia dan ≥16 tahun sebanyak 15 guru kimia. Pembagian masa kerja didasarkan pada usia produktivitas guru yang dijelaskan pada penelitian Sills (1991). Hasil kompetensi pedagogik masa kerja guru kimia dapat dilihat pada tabel 4.2: Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Kompetensi Pedagogik Masa Kerja Guru Kimia Data <15 tahun ≥16 tahun Nilai Terendah 95 106 Nilai Tertinggi 153 143 Rata-rata 125,28 128,27 Standar Deviasi 15,353 10,653 Varians 235,710 113,495 Pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi masa kerja <15 tahun dan ≥16 tahun relatif berbeda sehingga nilai ratarata kompetensi pedagogik kedua masa kerja guru berbeda. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, dapat diketahui bahwa guru masa kerja ≥16 tahun memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik daripada guru masa kerja <15 tahun. 2. Analisis Data Sebelum menganalisis uji korelasi untuk melihat adanya hubungan antara jenis kelamin, masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia, maka dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 38 a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan menggunakan SPSS 22 untuk mengetahui data jenis kelamin dan masa kerja guru kimia berdistribusi normal atau tidak. Adapun kriterian penerimaan bahwa data berdisribusi normal, yakni jika Dhitung<Dtabel. Hasil uji normalitas data kompetensi pedagogik untuk jenis kelamin dan masa kerja guru kimia dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4: Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Kompetensi Pedagogik Untuk Jenis Kelamin Guru Kimia Kolmogorov-Smirnova Data Laki-Laki Perempuan Dhitung Df Sig. Dhitung Df Sig. 11 .149 .127 29 .200 Kompetensi Pedagogik .218 0,05 0,05 α 0,410 0,24 Dtabel Kesimpulan Sig>α dan Dhitung <Dtabel Kedua jenis kelamin guru kimia berdistribusi normal Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. kompetensi pedagogik guru kimia laki-laki sebesar 0,149 dan nilai Sig. guru kimia perempuan sebesar 0,200. Nilai signifikansi lebih besar dari α (0,05) sehingga H0 diterima. Begitupula nilai Dhitung guru kimia laki-laki sebesar 0,218 dengan Dtabel adalah 0,410 dan nilai Dhitung guru kimia perempuan sebesar 0,127 dengan Dtabel adalah 0,24. Nilai Dhitung <Dtabel maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa guru kimia laki-laki dan perempuan berdistribusi normal. Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Kompetensi Pedagogik Untuk Masa Kerja Guru Kimia Kolmogorov-Smirnova Data <15 tahun ≥16 tahun Dhitung Df Sig. Dhitung df Sig. 25 .200 .216 15 .059 Kompetensi Pedagogik .125 0,05 0,05 α 0,27 0,338 Dtabel 39 Data Kesimpulan Kolmogorov-Smirnova <15 tahun ≥16 tahun Dhitung Df Sig. Dhitung df Sig. Sig>α dan Dhitung <Dtabel Kedua masa kerja guru kimia berdistribusi normal Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. kompetensi pedagogik guru kimia dengan masa kerja <15 tahun sebesar 0,200 dan nilai Sig. guru kimia dengan masa kerja ≥16 tahun sebesar 0,059. Nilai signifikansi kedua masa kerja lebih besar dari α (0,05) sehingga H0 diterima. Begitupula nilai Dhitung guru kimia dengan masa kerja <15 tahun sebesar 0,125 dengan Dtabel adalah 0,27 dan nilai Dhitung guru kimia dengan masa kerja ≥16 tahun sebesar 0,216 dengan Dtabel adalah 0,338. Nilai Dhitung<Dtabel maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa guru masa kerja <15 tahun dan ≥16 tahun berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan uji Levene Statistics (Test Homogenity of Varians) melalui program SPSS 22 untuk mengetahui data PCK jenis kelamin dan masa kerja guru kimia memiliki varians yang sama atau tidak. Adapun kriterian penerimaan bahwa data memiliki varians yang sama atau homogen, yakni jika Fhitung<Ftabel. Hasil uji homogenitas data kompetensi pedagogik jenis kelamin dan masa kerja guru kimia dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6: Tabel 4.5 Uji Homogenitas Variabel Jenis Kelamin Kompetensi Pedagogik Guru Kimia Fhitung df1 df2 Sig. 1.303 1 38 .261 0,05 α 4,10 Ftabel Sig>α dan Fhitung <Ftabel Kesimpulan Kedua jenis kelamin guru kimia memiliki varians yang sama (Homogen). 40 Berdasarkan tabel 4.5 nilai Sig>α , yaitu (0,261>0,05) sehingga H0 diterima dan nilai Fhitung sebesar 1,303 dan Ftabel adalah 4,10, maka Fhitung<Ftabel (1,303<4,10), sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki varians yang sama atau homogen. Tabel 4.6 Uji Homogenitas Variabel Masa Kerja Kompetensi Pedagogik Guru Kimia Fhitung df1 df2 Sig. 3.593 1 38 .066 0,05 α 4,10 Ftabel Sig>α dan Fhitung <Ftabel Kesimpulan Kedua masa kerja guru kimia memiliki varians yang sama (Homogen). Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,066 dan taraf signifikan adalah 0,05 maka H0 diterima. Begitu pula nilai Fhitung adalah sebesar 3,593 dan Ftabel sebesar 4,10, maka Fhitung<Ftabel (3,593<4,10). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki varians yang sama atau homogen. c. Pengujian Hipotesis Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Uji korelasi point biserial menggunakan SPSS 22. Adapun kriteria penerimaan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia, yakni jika Sig<α. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8: Tabel 4.7 Uji Korelasi Jenis Kelamin Dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia rhitung Df Sig. .196 39 .000 0,05 α Kesimpulan Sig<α Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi pedagogik guru kimia Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah sebesar 0,000 dan taraf signifikan adalah 0,05 (sig<α), maka H0 41 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat rendah dengan kompetensi pedagogik guru kimia karena terletak di rentang antara 0,01-0,20. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh yang sangat rendah terhadap kompetensi pedagogik guru kimia. Tabel 4.8 Uji Korelasi Masa Kerja Dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia rhitung Df Sig. .107 39 .000 0,05 α Kesimpulan Sig<α Terdapat hubungan antara masa kerja dengan kompetensi pedagogik guru kimia Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai signifikan yang diperoleh adalah sebesar 0,000 dan taraf signifikan adalah 0,05 (sig<α) maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kerja memiliki hubungan yang sangat rendah dengan kompetensi pedagogik guru kimia karena terletak di rentang antara 0,01-0,20. Hal ini mengindikasikan bahwa masa kerja memiliki pengaruh yang sangat rendah terhadap kompetensi pedagogik guru kimia. B. Pembahasan Pembahasan dikaitkan dengan RPP guru yang ditinjau berdasarkan kurikulum, penyusunan RPP, indikator, pendekatan, metode dan model pembelajaran yang diterapkan, serta penilaian. RPP yang diberikan guru diketahui 33 buah RPP menggunakan Kurikulum 2013 dan 7 buah menggunakan KTSP. Walau demikian, analisis RPP tidak terhambat pada perbedaan kurikulum karena aspek perbedaan kedua kurikulum tersebut terletak pada standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian, (Kemendikbud, 2014). Data persentase hubungan antara jenis kelamin dan masa kerja guru kimia dengan kompetensi pedagogik dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2: 42 77,29% 73,48% 83,62% 82,57% 79,74% 77,84% J I Indikator PCK H 78,87% G 69,31% 79,74% 79,54% 84,48% 83,33% 83,18% 74,43% 86,85% F E D C 84,09% 70% 63,18% B 80,17% 79,54% A 0 20 40 60 80 100 Persentase kompetensi pedagogik Perempuan Laki-Laki Gambar 4.1 Grafik Persentase Kompetensi Pedagogik Pada Jenis Kelamin Guru Kimia Keterangan: A. Orientasi secara khusus (process, didactic, activity driven, project based science, inquiry, guided inquiry) bagi guru dalam pembelajaran kimia B. Tipikal karakteristik dari orientasi process, didactic, conceptual change, discovery, guided inquiry untuk menjadikan kelas kondusif C. Pengetahuan tentang tujuan kurikulum D. Pengetahuan tentang program spesifikasi kurikulum E. Pengetahuan tentang syarat-syarat dalam pembelajaran kimia F. Pengetahuan tentang kesulitan siswa G. Pengetahuan tentang dimensi penilaian pembelajaran kimia H. Pengetahuan tentang metode penilaian I. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk materi kimia J. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk topik kimia Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa persentase kompetensi pedagogik guru perempuan lebih tinggi dibandingkan guru laki-laki. Hal tersebut juga diketahui dari nilai rata-rata guru perempuan lebih besar dari guru laki-laki, yaitu (128,03>122,09), maka dapat disimpulkan bahwa guru perempuan memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dari guru laki-laki. 43 76% 76% J I H Indikator PCK G F E D C 67% 68% B 84% 83% 79% 79% 77% 76% 81% 79% 86% 83% 83% 79% 89% 84% 82% 79% A 0 20 40 60 Persentase kompetensi pedagogik ≥16 Tahun 80 100 <15 Tahun Gambar 4.2 Grafik Persentase Kompetensi Pedagogik Pada Masa Kerja Guru Kimia Keterangan: A. Orientasi secara khusus (process, didactic, activity driven, project based science, inquiry, guided inquiry) bagi guru dalam pembelajaran kimia B. Tipikal karakteristik dari orientasi process, didactic, conceptual change, discovery, guided inquiry untuk menjadikan kelas kondusif C. Pengetahuan tentang tujuan kurikulum D. Pengetahuan tentang program spesifikasi kurikulum E. Pengetahuan tentang syarat-syarat dalam pembelajaran kimia F. Pengetahuan tentang kesulitan siswa G. Pengetahuan tentang dimensi penilaian pembelajaran kimia H. Pengetahuan tentang metode penilaian I. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk materi kimia J. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk topik kimia Berdasarkan perolehan persentase di atas, terdapat 2 indikator dengan persentase sama dan 1 indikator dengan persentase berbeda. Walau demikian, berdasarkan rata-rata persentase diketahui bahwa guru masa kerja ≥16 tahun lebih baik dibandingkan guru masa kerja <15 tahun, yaitu (128,27>125,28), maka dapat disimpulkan bahwa guru dengan masa kerja ≥16 tahun memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dari guru dengan masa kerja <15 tahun. Selanjutnya, kompetensi pedagogik guru kimia dianalisis dan dibahas satu persatu pada setiap indikator kompetensi pedagogik. 44 Pada indikator A, orientasi secara khusus (process, didactic, activity driven, project based science, inquiry, guided inquiry) bagi guru dalam pembelajaran kimia. Menurut Lankford (2010) membuat peraturan kelas bersama dengan siswa, mengidentifikasi dan menginformasikan tujuan pembelajaran termasuk ke dalam orientasi pembelajaran. Berdasarkan gambar 4.1 perolehan presentase guru perempuan lebih unggul dibandingkan dengan guru laki-laki, (80,17%>79,54%) dan pada gambar 4.2 terlihat bahwa masa kerja ≥16 tahun lebih unggul dibandingkan dengan masa kerja <15 tahun, (82%>79%). Guru perempuan lebih baik dalam orientasi pembelajaran karena guru perempuan memiliki kesadaran yang lebih besar dalam memotivasi siswa, mengutamakan kebutuhan dan kepentingan siswa dalam belajar, (Akbari & Tajik, 2012). Guru F perempuan dengan lama mengajar 21-25 tahun, ia mengkondisikan kelas dengan memberikan apersepsi pertanyaan “apa yang terjadi pada uap di permukaan air yang sedang mendidih?”, menginformasikan tujuan pembelajaran, lalu menyampaikan cakupan materi pembelajaran. Guru F memberikan pertanyaan High Order Thinking Skils (HOTS ) yang berkaitan dengan materi faktor kesetimbangan kimia yaitu faktor suhu. Dari pertanyaan HOTS tersebut, siswa dapat menghubungkan dan mengkonstruk pengetahuannya sehingga proses pembelajaran menjadi efektif. Seperti yang dikatakan oleh Rozenszajn & Yarden (2014) dalam penelitiannya, bahwa guru dengan masa kerja 17 tahun menggunakan orientasi inquiry dengan memberikan pertanyaan HOTS yang terarah sehingga siswa lebih mudah untuk mengkonstruk pengetahuan. Pertanyaan HOTS sangat efektif saat pembelajaran karena dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru, (Barak & Dori, 2009). Guru H laki-laki dengan lama mengajar <15 tahun. Pada kegiatan pendahuluan, guru H mengkondisikan kelas, menginformasikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dengan mengajukan pertanyaan mengenai konfigurasi elektron gas mulia, mengarahkan siswa untuk duduk dengan kelompok masing-masing. Motivasi yang digunakan guru H tidak sesuai 45 karena ia menanyakan cara penentuan konfigurasi elektron sebelum siswa mempelajari materi tersebut. Berdasarkan analisis tersebut, Guru H tidak menggunakan orientasi pembelajaran seperti guru F. Ibrahim & Nana (2010, hlm. 27) menjelaskan bahwa pemberian motivasi dapat mendorong siswa untuk mencapai suatu tujuan. Pemberian motivasi sebaiknya dikaitkan dalam konteks kehidupan sehari-hari dengan menggunakan media pembelajaran seperti gambar, video, atau contoh yang nyata. Hal ini ditegaskan oleh Ibrahim & Nana (2010) bahwa cara membangkitkan motivasi guru antara lain: menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa, memberikan sasaran antara seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk sukses. Pada indikator B, tipikal karakteristik dari orientasi process, didactic, conceptual change, discovery, guided inquiry untuk menjadikan kelas kondusif, seperti pada gambar 4.1 bahwa guru perempuan lebih unggul dibandingkan guru laki-laki, (70%>63,18%) dan pada gambar 4.2 diperoleh bahwa guru dengan masa kerja <15 tahun lebih besar dari masa kerja ≥16 tahun, yaitu (68%>67%). Hal ini mengindikasikan bahwa guru perempuan dengan masa kerja <15 tahun memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dibandingkan guru laki-laki dengan masa kerja ≥16 tahun. Menurut Van Driel, Bulte & Verloop (2005) bahwa guru berpengalaman sulit dirubah orientasi dan cara mengajarnya karena ia sudah terbiasa mengimplikasikan kurikulum yang sebelumnya. Penjelasan Van Driel, Bulte & Verloop (2005) sesuai dengan penelitian bahwa guru masa kerja ≥16 tahun memiliki PCK yang rendah dibandingkan guru masa kerja <15 tahun. Hal ini diketahui dari data penelitian bahwa 7 guru dengan masa kerja ≥16 tahun tidak memberikan RPP dikarenakan beberapa hal seperti belum membuat RPP dan lain sebagainya. Guru AN laki-laki dengan pengalaman kerja 5-10 tahun, dalam orientasi pembelajarannya ia menyampaikan manfaat reaksi-reaksi dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi yang digunakan sesuai dengan Rozenszajn & 46 Yarden (2014) bahwa guru dengan pengalaman kerja 12 tahun menggunakan orientasi discovery, yaitu menghubungkan materi dengan pengalaman kehidupan sehari-hari. Tipikal karakteristik dari orientasi discovery yang digunakan oleh guru AN sesuai dengan penjelasan Magnusson, Krajcik dan Borko (1999) bahwa tipikal karakteristik orientasi discovery, yaitu guru mengarahkan siswa untuk mengeksplorasi alam dan lingkungan sekitar sehingga siswa mampu untuk membangun dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Rozenszajn & Yarden (2013) bahwa masing-masing guru memiliki orientasi pembelajaran yang unik dan berbeda-beda berdasarkan pengetahuan dasar yang dimilliki guru. Penjelasan Rozenszajn & Yarden sesuai dengan pembahasan indikator A dan indikator B bahwa orientasi pembelajaran yang digunakan oleh guru berbeda-beda hal ini dikarenakan setiap guru memiliki pengetahuan dan teknik pembelajaran yang berdeda. Pada indikator C, pengetahuan tentang tujuan kurikulum, seperti pada gambar 4.2 diperoleh guru masa kerja <15 tahun sama dengan ≥16 tahun, (89%>84%). Hal ini mengindikasikan bahwa lamanya pengalaman mengajar mempengaruhi kompetensi pedagogik guru. Instrumen angket pada indikator C membahas perihal penyusunan RPP. Dari data responden diperoleh bahwa guru A dengan masa kerja ≥16 tahun membuat RPP sedangkan guru M dengan masa kerja <15 tahun tidak membuat RPP. Berdasarkan keterangan yang diberikan, guru P tidak membuat RPP karena berasal dari S1 kimia murni, sehinngga ia kurang memahami cara pembuatan RPP. Hal ini sesuai dengan penelitian Hollinz, Luna & Lopez (2014) bahwa semakin lama masa kerja seorang guru jika diiringi dengan bimbingan dan persiapan mengajar yang baik maka pengetahuan, pemahaman dan kinerjanya akan meningkat. Pernyataan Hollinz, Luna & Lopez (2014) mengindikasikan bahwa dengan pengalaman mengajar yang cukup maka sering pula pelatihan guru yang diikuti sehingga perencanaan mengajar (RPP) guru A semakin baik. Data penelitian guru M tidak sesuai dengan penelitian Sills (1991) yang seharusnya produktif di masa kerjanya yaitu <5 tahun. Ketidaksesuaian 47 produktivitas masa kerja guru P dipengaruhi oleh bidang ilmu pendidikan. Menurut Hamalik (2009, hlm. 53) bahwa salah satu agen pembentuk guru profesional adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berperan penting dalam mempersiapkan guru profesional yang ahli dalam bidang-bidang studi tertentu dan ilmu keguruan. Guru P berlatar belakang non pendidikan sehingga ia kurang menguasai bidang kompetensi guru profesional. Jika seorang guru tidak membuat RPP maka yang mengalami dampak utama adalah siswa karena tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak terstruktur sehingga proses pembelajaran menjadi tidak terarah dan tidak efektif. Hal ini dijelaskan oleh Pringle, Dawson & Ritzhaupt (2015) bahwa jika guru hanya menyampaikan materi tanpa mempersiapkan RPP maka dampaknya adalah saat menjelang ujian masih banyak materi yang belum diajarkan sehingga siswa harus mengejar ketinggalan materi tersebut dengan waktu yang singkat. Pada indikator C berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa guru perempuan memperoleh persentase lebih besar dari guru laki-laki, (86,85%>84,09%). Guru AO perempuan dengan masa kerja 21-25 tahun, dalam penyusunan RPP guru AO membuat RPP sesuai dengan kurikulum 13, memperhatikan hakikat ilmu kimia sebagai sikap, proses, dan produk, menggunakan model discovery learning dengan langkah pembelajaran pada kegiatan inti sesuai dengan tahapan–tahapan model discovery learning menurut Kemendikbud (2013) yaitu menciptakan stimulus, menyiapkan pernyataan masalah, mengumpulkan data/mencoba, mengolah data, memverifikasi data dan menarik kesimpulan. Sedangkan guru G laki – laki dengan masa kerja 21– 25 tahun, ia membuat RPP sesuai dengan kurikulum KTSP, namun pada kegiatan inti tidak dipisahkan antara kegiatan eksplorasi, elaborasi dan kolaborasi. Menurut Lankford (2010) guru seharusnya merancang RPP disesuaikan dengan keadaan kelas. Berdasarkan pernyataan Lankford (2010) keadaan kelas dapat diartikan dengan kurikulum yang digunakan di sekolah, maka guru G seharusnya menyusun RPP sesuai dengan kurikulum yang ada 48 karena menurut Craft & Bland (2004) bahwa tujuan kurikulum tidak akan tercapai tanpa peran guru yang mendesain perencanaan pembelajaran di kelas. Penjelasan Craft & Bland (2004) juga ditegaskan oleh Nurdin dan Usman (2002, hlm. 74) bahwa kurikulum tidak akan berarti jika belum teraktualisasikan menjadi kurikulum yang aktual, melalui peran guru kurikulum dapat dijabarkan, dikembangkan, diperluas, seshingga dapat ditransformasikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Dari perbedaan penyusunan dapat disimpulkan bahwa guru AO lebih baik dalam pengetahuan tentang kurikulum dibandingkan dengan guru G. Hal ini sejalan dengan Sills (1991) dalam penelitiannya bahwa guru laki–laki kurang produktif dibandingkan dengan guru perempuan. Menurut Akbari & Tajik (2012) guru perempuan lebih produktif dibandingkan guru laki–laki karena guru perempuan lebih bertanggung jawab terhadap pemahaman siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa guru perempuan lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran. Menurut Murphi, Delli & Edwards (2004) guru yang baik adalah guru yang perhatian, tidak membosankan, sabar, sopan dan pembelajarannya terorganisasi. Dari penjelasan Murphi, Delli & Edwards (2004) disimpulkan bahwa guru perempuan lebih baik dibandingkan guru lakilaki karena pembelajarannya terorganisasi atau terstruktur. Pada indikator D, pengetahuan tentang program spesifikasi kurikulum, seperti pada gambar 4.1 perolehan persentase guru perempuan lebih besar dari guru laki-laki, yaitu (83,18%>74,43%) dan perolehan persentase pada gambar 4.2 diketahui guru dengan masa kerja ≥16 tahun lebih besar dari guru dengan masa kerja <15 tahun, (83%>79%). Menurut Zulfiani, Feronika & Suartini (2009, hlm. 46) bahwa implementasi hakikat pembelajaran sains diwujudkan dalam pembelajaran yang disusun melalui kurikulum yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar. Hal ini mengindikasikan bahwa program spesifikasi kurikulum merupakan hakikat pembelajaran kimia yang direalisasikan guru melalui RPP. 49 Analisis indikator D dapat dilihat dari pernyataan no 16 yaitu guru menyusun indikator sesuai dengan kompetensi dasar mendapatkan persentase sebesar 80%. Guru AN laki–laki dengan masa kerja 10–15 tahun, ia tidak menyesuaikan indikator dengan kompetensi dasar yang harus dicapai, yaitu: (4.5) mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi. (4.6) merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan kepolaran senyawa. Indikator RPP guru AN tidak mencapai tujuan yang ingin dicapai pada kompetensi dasar. Indikator yang digunakan hanya mencapai ranah (C1) yaitu menjelaskan ikatan ion, kovalen, dan logam, kemudian tidak terdapat indikator untuk mencapai KD 4.6. Hal ini sesuai dengan penelitian Akerson, dkk (2015) bahwa rata-rata guru menggunakan ranah pengetahuan yang standar dan tidak menggunakan ranah pengetahuan yang spesifik dalam membuat RPP. Penggunaan ranah pengetahuan yang standar atau kognitif yang rendah pada indikator pembelajaran dikarenakan pengetahuan, sifat, dan prilaku siswa yang berbeda-beda sehingga guru menggenaralisasikan perbedaan tersebut menjadi kemampuan pengetahuan yang sama, (Klausmeier & Goodwin, 1966). Guru AO perempuan dengan masa kerja 21-25 tahun, indikator yang ia buat sesuai dengan kompetensi dasar, yaitu menganalisis data percobaan untuk membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit. Pada RPP guru AO lebih mengembangkan keterampilan dasar siswa saat praktikum dan menghubungkan materi dengan konteks yang nyata, seperti penggunaan garam di jalan bersalju yang berkaitan dengan penurunan titik beku. RPP guru AO sangat baik seperti yang dikatakan Shuhua, Kulm dan Wu (2004) bahwa dengan mengembangkan keterampilan dasar siswa akan mampu memecahkan masalah dengan efisien dan percaya diri. Melo, Canada dan Mellado (2015) menambahkan bahwa guru harus melibatkan siswa dalam konteks nyata dan sederhana dalam pembelajaran. Berdasarkan RPP guru AO dengan masa kerja 50 ≥16 tahun dapat diketahui bahwa semakin lama pengalaman mengajar seorang guru maka perencanaan pembelajarannya akan semakin baik pula. Hal ini sesuai dengan Lankford (2010) bahwa perencanaan pengajaran guru dipengaruhi oleh pengalaman mengajar guru. Analisis indikator D juga dapat diketahui dari pernyataan nomor 19, yaitu guru membuat RPP dengan dikembangkan dari buku pegangan guru dan buku paket siswa, hasil persentase diperoleh sebesar 67% dengan interpretasi data baik. Menurut Melo, Canada dan Mellado (2015) menjelaskan bahwa guru menggunakan buku teks untuk menunjang pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan nomor 19 yang menyatakan bahwa guru selalu menggunakan buku guru dan buku siswa dalam pembelajaran. Pada indikator E, pengetahuan tentang syarat-syarat dalam pembelajaran kimia, pada gambar 4.1 diperoleh persentase guru perempuan lebih besar dibandingkan guru laki–laki, (84,48%>83,33%), sedangkan pada gambar 4.2 diperoleh persentase guru dengan masa kerja ≥16 tahun lebih besar dibandingkan guru masa kerja <15 tahun, yaitu (86%>83%). Syarat–syarat pembelajaran kimia dapat diartikan dengan komponen–komponen pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010, hlm. 59) bahwa terdapat lima komponen yang dapat mempegaruhi keberhasilan proses pembelajaran yaitu tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi. Kelima komponen tersebut, dikordinasikan oleh guru selaku fasilitator pembelajaran. Penjelasan Sanjaya (2010) mengindikasikan bahwa guru harus meningkatkan kinerja dan kualitas mengajar guna keberhasilan proses mengajar. Dengan mengikuti berbagai program pelatihan kependidikan kualitas dan profesionalitas guru akan meningkat. Hal ini sejalan dengan Walsh & Gamage (2003) bahwa pengembangan profesi guru menjadi hal yang utama dan sangat penting bagi profesionalitas guru dan keefektifan sekolah. Murphi, Delli & Edwards (2004) menegaskan kembali bahwa pengalaman pribadi, pengalaman dengan sekolah dan pengalaman pembelajaran formal di perkuliahan sangat berpengaruh dalam membentuk kemampuan guru. Pengalaman mengajar berbanding lurus dengan banyaknya 51 pelatihan yang diikuti guru sehingga kinerja dan kompetensi pedagogik guru masa kerja ≥16 tahun menjadi semakin baik, seperti yang dijelaskan oleh Firdaus (2014) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan dan pengalaman mengajar terhadap profesionalitas guru. Pada aspek jenis kelamin, guru perempuan memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dibandingkan guru laki–laki karena profesi guru lebih didominasi oleh perempuan terbukti dari data penelitian yang diperoleh bahwa sampel guru perempuan lebih banyak dibandingkan sampel guru lakilaki. Hal ini sesuai dengan penelitian Al-Weher (2004) bahwa perempuan mempunyai persentase yang lebih besar di fakultas pendidikan dibandingkan persentase jumlah laki–laki, yaitu (82%>70%) karena menurut Tirri (2014) perempuan lebih tertarik untuk menjadi guru. Pada indikator F, pengetahuan tentang kesulitan siswa, pada gambar 4.1 diperoleh persentase guru perempuan lebih besar dibandingkan guru laki– laki, (79,74%>78,97%), sedangakan pada gambar 4.2 diperoleh persentase guru dengan masa kerja ≥16 tahun lebih besar dibandingkan guru masa kerja <15 tahun, yaitu (81%>79%). Menurut Shuhua, Kulm dan Wu (2004) memperhatikan pengetahuan siswa merupakan komponen utama kompetensi pedagogik guru. Hasil penelitian J.Ngo (2012) menjelaskan bahwa guru yang dapat mengidentifikasi kesulitan siswa dalam pembelajaran, maka prestasi siswa akan meningkat pula seiring dengan tingginya kompetensi pedagogik. Sehingga J.Ngo (2012) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogik guru dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan perolehan persentase guru perempuan lebih baik dalam mengidentifikasi kesulitan siswa dibandingkan guru laki–laki. Dalam mengidentifikasi kesulitan siswa, Guru AO menggunakan media pembelajaran dengan memberikan gambar/foto yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi penurunan titik beku dan kenaikan titik didih. Cara yang dilakukan guru AO dapat memudahkan siswa dalam mengidentifikasi permasalahan materi. Menurut Shuhua, Kulm dan Wu (2004) bahwa penggunaan media pembelajaran yang konkret dapat membantu siswa dalam 52 memvisualisasikan dan menggali konsep serta menghubungkan materi dengan kehidupan. Pada langkah generalization (menarik kesimpulan) dalam model discovery learning, guru AO memberikan pertanyaan dan tugas pekerjaan rumah untuk mengevaluasi pemahaman siswa agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep. Hal ini sejalan dengan Shuhua, Kulm dan Wu (2009) bahwa guru harus mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahpahaman konsep siswa dengan memberikan pertanyaan dan tugas. Dengan menggunakan model discovery learning, pembelajaran menjadi terarah sehingga siswa dapat membentuk pemahaman konsep dengan pengalamannya sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Shuhua, Kulm dan Wu (2004) bahwa belajar prosedural dapat memperkuat pemahaman siswa dalam memecahkan masalah. Lain halnya dengan guru I laki–laki dengan masa kerja 5–10 tahun, ia memberikan kosa kata baru seperti laju rekasi dan orde reaksi, kemudian mengarahkan siswa untuk mencari informasi atau literatur mengenai kosa kata tersebut sehingga ketika pembelajaran siswa sudah memahami arti kosa kata tersebut. Dengan pemberian kosa kata, maka guru dapat mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Seperti yang dijelaskan oleh Lankford (2010) bahwa guru dapat mengidentifikasi kesulitan siswa dengan memberikan kosa kata yang unik dari materi. Selain pemberian kosa kata, identifikasi kesulitan belajar siswa menurut Djamarah, S. B (2011, hlm. 247) dapat diketahui dari observasi, interview, dokumentasi dan tes diagnostik. Dengan cara mengatasinya melalui pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis (mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kesulitan belajar), prognosis (keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis dilakukan dengan kegiatan penyusunan program), treatment (pemberian bantuan kepada siswa setelah disusun program pada tahap prognosis), dan evaluasi (mengetahui hasil treatment berhasil atau tidak), (hlm. 250 - 254). Pada indikator G, pengetahuan tentang dimensi penilaian pembelajaran kimia, pada gambar 4.1 diperoleh persentase guru perempuan lebih besar dibandingkan guru laki–laki, (78,87%>69,88%), dan pada gambar 53 4.2 diperoleh persentase guru dengan masa kerja ≥16 tahun lebih besar dibandingkan guru masa kerja <15 tahun, yaitu (77%>76%). Dimensi penilaian pembelajaran kimia menurut Magnusson, Krajcik & Borko (1999) adalah pengetahuan guru tentang cara mengevaluasi siswa sesuai dengan materi. Guru AJ laki-laki dengan masa kerja <15 tahun, ia mengevaluasi pengetahuan siswa di akhir pembelajaran saja dengan memberikan tugas kognitif kepada siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Melo, Canada dan Mellado (2015) bahwa guru dengan masa kerja <15 tahun hanya mengevaluasi siswa di akhir pembelajaran saja dan tidak mengevaluasi siswa pada setiap akhir pembahasan sub topik. Hal ini menandakan bahwa guru dengan masa kerja <15 tahun kurang berpengalaman dalam mengevaluasi pembelajaran. Menurut Morse & Wingo (1962) bahwa guru dengan lama pengalaman mengajar yang cukup harus melibatkan siswa di setiap proses pebelajaran karena McDonald (1967, hlm. 622) menjelaskan bahwa mengevalusi siswa harus dilakukan selama proses belajar mengajar. Selajutnya, guru AO mengevaluasi siswa di setiap sub pembahasan dan dari gerak–gerik siswa ketika belajar. Hal ini sesuai dengan Lankford (2010) bahwa paham atau tidaknya siswa terhadap pelajaran dapat dilihat dari ekspresi muka, bahasa atau gerak-gerik tubuh (body language). Dimensi penilaian pembelajaran kimia juga dapat dilakukan melalui self assessment. Pada penelitian ini, guru AO juga menggunakan evaluasi self assessment. Menurut Klausmeier & Goodwin (1966, hlm. 654) self assessment adalah instrumen penilaian yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang minat, sikap, nilai–nilai, masalah dan kepribadian siswa. Seperti yang dikatakan Lankford (2010) bahwa guru dapat mengevaluasi siswa melalui self assessment. Pada indikator H, pengetahuan tentang metode penilaian, pada gambar 4.1 diperoleh persentase guru perempuan lebih besar dibandingkan guru laki–laki, (79,74%>77,84%) dan pada gambar 4.2 diperoleh persentase guru masa kerja <15 tahun memperoleh persentase yang sama besar dengan masa kerja ≥16 tahun, (79%=79%). Menurut Melo, Canada dan Mellado 54 (2015) bahwa umumnya guru lebih sering menggunakan penilaian summatif dibandingkan penilaian formatif. Guru diharapkan mampu untuk menerapkan metode penilaian yang efektif ketika mengukur pemahaman, mendorong refleksi serta menginformasikan tujuan pembelajaran selanjutnya kepada siswa. Berdasarkan data penelitian diperoleh bahwa setiap guru selalu menginformasikan tujuan pembelajaran selanjutnya di akhir pembelajaran, dan setiap guru selalu menggunakan penilaian summatif untuk mengukur hasil belajar siswa pada setiap semester, penilaian formatif atau ulangan harian tidak selalu digunakan oleh beberapa guru dikarenakan kurangnya alokasi waktu untuk mengadakan ulangan harian. Hal ini dijelaskan oleh Pringle, Dawson & Ritzhaupt (2015) bahwa guru hanya menyampaikan materi tanpa mempersiapkan RPP sehingga pada saat menjelang ujian masih banyak materi yang belum diajarkan. Guru AO menggunakan catatan hasil praktikum siswa sebagai penilaian formatif, menggunakan instrumen penilaian yang lengkap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Metode penilaian guru AO sesuai dengan Lankford (2010) bahwa guru perempuan menggunakan catatan hasil praktikum siswa sebagai penilaian formatif. Kemudian, guru I laki–laki, ia tidak membuat instrumen penilaian dalam RPP, susunan RPP hanya mencapai langkah sumber belajar. Perbedaan jenis kelamin guru perempuan yang lebih baik dibandingkan guru laki–laki menurut Al-Weher (2010) dikarenakan guru perempuan lebih termotivasi untuk mengajar karena mengajar merupakan pilihan pekerjaan terbaik, sehingga membuatnya lebih serius dalam menemukan ide yang baru dan lebih tertarik dalam menggali pengetahuan siswa. Pada indikator I, pengetahuan strategi pembelajaran untuk materi kimia, pada gambar 4.1 diperoleh persentase guru perempuan lebih besar dibandingkan guru laki–laki, yaitu (83,62%>82,57%) dan pada gambar 4.2 diperoleh persentase guru dengan masa kerja ≥16 tahun lebih besar dibandingkan guru masa kerja <15 tahun, yaitu (84%>83%). Menurut Lankford (2010) bahwa kegiatan belajar mengajar efektif jika guru menggunakan strategi pembelajaran. Selanjutnya menurut Postholm (2010) 55 siswa akan merasa bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran jika guru menggunakan strategi pembelajaran yang sama untuk semua materi. Guru AO menggunakan model discovery learning dan langkahlangkah pembelajaran yang sesuai dengan model discovery learning. Guru AJ laki–laki dengan masa kerja <5 tahun, ia hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab pada materi teori asam basa. Hal ini sesuai dengan Akerson, dan kawan-kawan (2015) bahwa guru tidak menekankan spesifikasi ilmu pada pembelajaran. Melo, Canada dan Mellado (2015) juga menegaskan bahwa guru dengan masa kerja <15 tahun sering menggunakan model pembelajaran tradisional dikarenakan terbatasnya alokasi waktu yang tersedia. Jika ditinjau, sebaiknya guru AJ lebih terampil dalam menggunakan strategi pembelajaran karena menurut Sills (1991) usia 26 tahun adalah masa produktif seorang guru. Menurut Murphi, Delli & Edwards (2004) bahwa pengalaman pribadi atau pengalaman mengajar memberikan efek positif terhadap profesionalitas guru. Penjelasan Murphi, Delli & Edwards (2004) dapat diindikasikan bahwa guru dengan masa kerja <15 tahun belum memiliki pengalaman mengajar yang cukup sehingga kompetensi pedagogik yang dimiliki belum baik. Pada indikator J, pengetahuan strategi pembelajaran untuk topik kimia, pada gambar 4.1 diperoleh persentase guru perempuan lebih besar dibandingkan guru laki–laki, (77,29%>73,48%), sedangakan pada gambar 4.2 diperoleh persentase guru masa kerja <15 tahun memperoleh persentase yang sama besar dengan masa kerja ≥16 tahun, (76%=76%). Pada pernyataan nomor 40 yaitu menganalogikan materi kimia agar siswa dapat memahami materi dengan mudah diperoleh persentase sebesar 74% dengan interpretasi data baik. Guru D perempuan dengan masa kerja 10-15 tahun, ia menganalogikan materi termokimia pada topik reaksi eksoterm dan endoterm dengan memberikan gambar segelas minuman panas dan minuman dingin dari gambar tersebut guru menanyakan kenapa tangan terasa panas jika menyentuh gelas yang berisi minuman panas (reaksi eksoterm) dan kenapa tangan terasa dingin jika menyentuh gelas yang berisi minuman dingin (reaksi endoterm). 56 Kemudian guru G laki–laki dengan masa kerja 21–25 tahun, ia juga menganalogikan materi larutan elektrolit dan non elektrolit dengan proses penyepuhan logam, analogi yang digunakan dengan memberikan pertanyaan cara melapisi cincin besi dengan perak. Menurut Lankford, (2010) bahwa guru implementasi analogi, animasi dan diagram dapat membantu siswa dalam mengkonstruk pemahaman. Pernyataan Lankford (2010) sesuai dengan guru D dan guru G yang sama–sama menggunakan analogi dalam pembelajaran. Indikator pengetahuan strategi pembelajaran untuk topik kimia dapat dianalisis dari metode pembelajaran yang digunakan. Menurut Murphi, Delli & Edwards (2004) bahwa pengajaran yang baik dan berkualitas adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa atau student center learning, karena siswa lebih aktif dalam membentuk pengetahuannya. Guru masa kerja <15 tahun dan ≥16 tahun selalu menggunakan metode demonstraasi atau praktikum untuk membangun konsep siswa. Melo, Canada dan Mellado (2015) juga menambahkan bahwa kegiatan belajar mengajar yang paling efektif adalah praktikum di laboraturium, pemberian tugas, dan penjelasan dari guru. Lankford (2010) juga menegaskan bahwa melalui metode demonstrasi dan praktikum guru dapat mengarahkan siswa untuk merumuskan dan menguji hipotesis. Selain memberikan analogi pembelajaran, penggunaan metode demonstrasi, praktikum, model pembelajaran PBL juga banyak digunakan dalam pembelajaran. Guru Q perempuan dengan masa kerja <5 tahun, ia menggunakan model problem based learning (PBL) dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model PBL yaitu: orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, (Trianto, 2010, hlm. 98). Pembelajaran guru Q lebih efektif karena menurut Algasham (2012) bahwa dengan menggunakan model PBL siswa menjadi lebih aktif. Sedangkan guru AJ laki–laki dengan masa kerja <5 tahun, ia tidak menggunakan model pembelajaran, ia hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi pada materi 57 teori asam basa. Dari perbedaan guru AJ dan guru Q dapat diindikasikan bahwa guru perempuan lebih baik dibandingkan guru laki–laki. Hal ini ditegaskan oleh Pourshafie & Harvey (2013) pada penelitiannya bahwa pembelajaran di kelas guru perempuan menjadi lebih efektif dengan menggunakan model PBL. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin guru kimia memiliki hubungan yang sangat rendah dengan kompetensi pedagogik. Dengan guru perempuan memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dibandingkan guru laki–laki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sills (1991) bahwa guru laki–laki kurang produktif dibandingkan dengan guru perempuan. Tang, Wong & Chang (2013) menjelaskan bahwa guru perempuan lebih percaya diri dalam mengajar dan memberi arahan kepada siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih kondusif. Masa kerja guru kimia memiliki hubungan yang sangat rendah dengan kompetensi pedagogik. Hal ini sejalan dengan Konig & Pflanzl (2016) bahwa terdapat hubungan antara kompetensi pedagogik dengan persepsi siswa tentang pengelolaan kelas, metode pembelajaran. Putman (2012) juga menjelaskan bahwa guru berpengalaman memiliki keefektifan mengajar pada setiap domain pengetahuan dan memiliki keterampilan pengelolaan kelas. Penjelasan (Putman, 2012) mengindikasikan bahwa guru dengan pengalaman mengajar lebih dari ≥16 tahun maka cara mengajarnya akan semakin baik. Carter (1990) menambahkan bahwa guru berpengalaman memiki pengetahuan terhadap materi, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas yang lebih baik. Hudson (2013) juga menjelaskan bahwa guru berpengalaman lebih baik karena mereka dapat berbagi pengalaman dan pengetahuannya dalam mengajar. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dan masa kerja guru kimia memiliki hubungan yang sangat rendah dengan kompetensi pedagogik. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis kelamin dan masa kerja memiliki pengaruh yang sangat rendah terhadap kompetensi pedagogik guru kimia. B. Saran Sebagai bahan tindak lanjut dari hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut yaitu: 1. Bagi peneliti selanjutnya; pertama, diharapkan untuk menganalisis dan mengkaji variabel penelitian lainnya, yaitu pendidikan terakhir, bidang ilmu, sertifikasi, daerah dan jenis sekolah. Kedua, untuk menambah variabel data responden, seperti usia, nilai UKG, dan banyaknya pelatihan yang diikuti guru. Ketiga, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengobservasi guru saat mengajar di kelas, wawancara terstruktur. 2. Bagi pendidik, harus menguasai keempat kompetensi dasar guru profesional, terutama pada kompetensi pedagogik dan profesional guru agar dapat menguasai pengelolaan bahan ajar dan menguasai pedalaman materi pada materi pelajaran tertentu sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran. 58 59 DAFTAR PUSTAKA Akbari, R., & Tajik , L. (2012). Second-Language Teachers’ Moral Knowledge Base: a Comparison Between Experienced And Less Experienced, Male and Female Practitioners. Journal of Moral Education, 41(1), 39-59. Akerson, V. L., dkk (2015). Exploring The Use of Lesson Study To Develop Elementary Preservice Teacher’s Pedagogical Content Knowledge for Teaching Nature of Science. Journal of Science and Math Education. Algasham, A. A. (2012). Effect of Students’ Learning Styles On Classroom Performance In Problem Based Learning. Journal of Medical Teacher, 34, S14-S19. Apandi, Idris. (2015). Guru Kalbu. Penguatan Soft Skill Untuk Mewujudkan Guru Profesional dan Berkarakter.Bandung: CV. Smile’s Indonesia Institut. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Arifin, Zainal. (2013). Evaluasi pembelajaran prinsip, teknik, prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Barak, M., & Dori, Y. J, (2009). Question-posssing capability as an Enhacing Higher Order Thinking Skills Among Inservice Teacher Via Embedded Assessment. Journal of Science Teacher Education, 20, 459-474. Barnawi & Arifin, M. (2012). Etika & Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Carter, K. (1990). Teacher’s Knowledge and Learning to Teach. Dalam W. R. Houston (Ed.). Handbook of Research on Teacher Education. New York: Mac Millan Craft, H,. & Bland, P. D. (2004). Ensuring Lessons Teach The Curriculum With a Lesson Plan Resource. Journal of Educational Strategies, 78 (2). 88-94. Departemen Agama. (2005). Wawasan tugas guru dan tenaga kependidikan. Jakarta: Departemen Agama RI Press. 60 Djamarah, S. B (2011). Psikologi belajar edisi revisi 2011. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Firdaus, Daniatul. (2014). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Mengajar Terhadap Profesionalitas Guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kediri 2. Jurnal Kependidikan. 2(2), 159-182. Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan guru berdasarkan pendekatan kompetensi. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Hollins, E. R., Luna , C., & Lopez, S. (2014). Learning To Teach Teachers. Journal of Teaching Education, 2 (1). 99-124. Hudson, P. (2013). Strategies for Mentoring Pedagogical Knowledge. Journal of Teachers and Teaching: Theory and Practice, 19(4), 363-381. Ibrahim, R., & Nana S. S. (2010). Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Imaduddin, M., Hidayah, F. F., & Astuti, A. P. (2014). Guru kimia menggunakan komponen model pentagon. Prosiding Mathematics and Sciences, 225238. ISBN: 978-602-0960-00-5. Diakses dari http://www.prosiding.unprigrimg.ac.id, 24 Desember 2015. J.Ngo, Federick. (2011). The Distribution of Pedagogical Content Knowledge in Cambodia: Gaps and Thresholds in Math Achievement. Journal Education Research Policy Practice, 12, 81-100. Kadir. (2015). Statistika Terapan. Konsep, Contoh dan Analisis Data Dengan Program SPSS/Lisreal dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Kemendikbud. (2014). Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I, Implementasi Kurikulum 2013. Diakses dari http://www.kemdikbud.go.id, 5 Januari 2017. Kemendikbud. (2013). Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Diakses dari http://www.docs.google.com, 28 Maret 2017. Klaumeier, H. J., & Goodwin, W. (1966). Learning and Human Abilities. Educational Psychology. Second Edition. Harper & Row Publishers: Newyork. 61 Konig, J. & Pflanzl, B. (2016). Is Teacher Knowledge Associatd with Performance? On the Relationshhip Between Teacher’s General Pedagogical Knowledge and Instructional Quality. European Journal of Teacher Education, 1-18. Lankford, Deanna. (2010). Examining The Pedagogical Content Knowledge and Practice of Experienced Secondary Biology Teachers for Teaching Diffusion and Osmosis. (Dissertation, University of Missouri, Collumbia). Lee, Joohi. (2010). Exploring Kindergarten Teacher’s Pedagogical Content Knowledge of Mathematics. International Journal of Electrical and Computer, 42, (27-41). Loughran, J., Berry, A., & Mulhall, P. (2012). Understanding and Developing Science Teachers’s Pedagogical Content Knowledge 2nd Edition. Professional Learning Volume 2. Australia: Sense Publishers Magnusson, Shirley. The Gisml Project. Diakses dari http://www.umich.edu, 28 Maret 2017. Magnusson, S., Krajacik, J., & Borko, H. (1999). Nature, Sources, and Development of PCK for Science Teaching (hlm. 95-120). dalam J. Gess-Newsome & N.G. Lederman (eds.) PCK and Science Education, 95-132. Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Muhidin & Abdurahman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia. Major, C. H. (2015). Teaching online: A guide to theory, research and practice. America: Johns Hopkins University Press. Maulipaksi, D. (2016). 7 Provinsi Raih Nilai Terbaik Uji Kompetensi Guru 2015. Diakses dari http://www.kemdikbud.go.id, 20 Desember 2016. McDonald, F. J. (1967). Educational Psychology Second Edition. Company Publishing: Californnia. Melo, L. V., Canada, F. & Mellado, V. (2015). Initial Characterization of Colombian High School Physics Teacchers Pedagogical Content 62 Knowledge on Electric Fields. Journal of Research Science Education, 124. Morse, W. C., & Wingo, G. M. (1962). Psychology and Teaching. Third Edition. Scott, Foresman, and Company: Atlanta. Mulyasa, E. (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Murphy, P. K., Delli, L. M., & Edwards, M .N. (2004). The Good Teacher And Good Teaching: Comparing Belilefs of Second-Grade Students, Preservice Teachers, and Inservice Teachers. Journal of Experimental Education, 72(2), 69-92. Musfah, Jejen. (2012). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Group. Nurdin, S., & Usman, B. (2002). Guru Profesionoal & Implementasi Kurikulum. Ciputat Press: Jakarta. Park, S., & Olliver, S. J. (2007). Revisiting the Conceptualisation of Pedagogical Content Knowledge (PCK): PCK as a Conceptual Tool to Understand Teachers as Professionals. Journal of Mathematics and Science Education, 38, 261-284. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Postholm, M. B. (2010). Self-Regulated Pupils In Teaching: Teacher’s Experienced. Journal Of Teachers And Teaching: Theory And Practice, 16(4), 491-505. Pourshafie, T., & Harvey, R. M. (2013). Facilitating Problem Based Learning in Teacher Education: Getting The Challenge Right. Journal of Education for Teaching. 39(2), 169-180. Pringle, R. M., Dawson, K., & Ritzhaupt, A. D. (2015). Integrating Science and Technology: Using Technological Pedagogical Content Knowledge as a 63 Framework To Study The Practices of Science Teachers. Journal of Science Education Technology, 24: 648-662. Pujiastuti, E., Raharjo, T. J., & Widodo, T. (2012). Kompetensi Profesional, Pedagogik Guru IPA, Persepsi Siswa Tentang Proses Pembelajaran, dan Kontribusinya Terhadap Hasil Belajar IPA di SMP/MTS Kota Banjarbaru. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology, 1(1), 22-29. Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Putman, S. M. (2012). Investigating Teacher Efficacy: Comparing Preservice and Inservice Teachers with Different Level of Experience. Journal of Action in Teacher Education, 34, 26-40. Riadi, Edi. (2016). Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta: ANDI. Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rozenzajn, R., & Yarden, A. (2014). Expansion of Biology Teacher’s Pedagogical Content Knowledge (PCK) During a Long-Term Professional Development Program. Journal of Research Science Education, 44, 189-213. Saeli, M., Perrenet, J., Jochems, W. M. G., Zwaneveld, B. (2011). Teaching programming in secondary school: a pedagogical content knowledge perspective. Journal of Informatics in Education, 10(1), 73–88. Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Pernada Media Group: Jakarta. Shuhua, Kulm, G., & Wu, Z. (2004). The Pedagogical Content Knowledge of Middle School, Mathematics Teachers in China and The US. Journal of Mathematics Teacher Education, 7, 145-172. Shulman, L. S. (1986). Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching. American Educational Researcher Association, 5(2), 4-14. 64 ---------. (1987). Knowledge and Teaching: Foundations of The New Reform. Harvard Educational Review, 57(1), 1-21. Sills, T. M. (1991). An analysis of Middles School Teacher Self-Perceptions of Productivity When Working With a Risk Student. Journal Information, 15 (1), 45 -54. Singarimbun dan Effendi. (1995). Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT Pusaka LP3ES Indonesia. Siregar, R. A. (2016). Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia dan Hubungannya dengan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA di Kota Padangsidimpuan. Artikel. Sofyan, A., Feronika, T., & Milama, B. (2006). Evaluasi Pembelajarn IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualiatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sujarweni & Endrayanto. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryani & Hendrayadi (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group. Susilawati & Widhy, P. H. (2015). Analisis PCK guru IPA SMP kelas VIII dalam implementasi kurikulum 2013. Jurnal pendidikan matematika dan sains tahun III, (1), 72-78. Syah, Muhibbin. (2014). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tirri, Kirsi. (2014). The Last 40 Years in Finish Teacher Education. Journal of Education for Teaching, 40(5), 600-609. 65 Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep, Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Usman, H., & Akbar, P. S. (2008). Pengantar Statistika. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara. Van Driel, J. H., Verloop, N., & Vos, W. D. (1998). Developing Science Teachers’ Pedagogical Content Knowledge. Journal of Research in Science Teaching, 35(6), 673–695. Van Driel, J. H., Bulte, A. M., & Verloop, N. (2005). The Conceptions Of Chemistry Teachers About Teaching and Learning In The Context Of a Curriculum Innovation. International Journal of Science Education, 27(3): 303-322. Van Driel, J. H., & Berry, A. (2010). Pedagogical Content Knowledge, 656-661. Veal, W. R., & James G. MaKinster. (1999). Pedagogical Content Knowledge Taxonomies. Electronic Journal of Science Education, 3(4), 3-11. Walsh, F., & Gamage, D. (2003). The Significance of Professional Development and Practice: Towards a Better Public Education System. Journal of Teacher Development, 7(3), 363-383. Al-Weher, Mahmoud. (2004). The Effect of Training Course Based On Constructivism On Student Teacher’s Perceptions of The Teaching/Learning Process. Asia-Pasific Journal of Teacher Education, 32(2), 169-185. Widoyoko, E. P. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zulfiani, S., Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN Jakarta PRESS. 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN 67 Lampiran 1. Instrumen Angket PCK Guru Kimia 68 INSTRUMEN PENELITIAN ANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE GURU KIMIA Kata Pengantar Dengan hormat, Dalam melaksanakan penelitian ini, saya memohon Bapak/Ibu guru untuk memberikan informasi tentang Pedagogical Content Knowledge dengan sebenarbenarnya. Caranya dengan memberikan check list () pada kolom jawaban. Atas kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. Penulis IDENTITAS RESPONDEN Jenis Kelamin :L/P* Pendidikan Terakhir : SLTA / S1 / S2* Bidang Ilmu : Pendidikan Kimia Kimia Murni Teknik Kimia Masa Kerja : < 5 tahun 5 – 10 tahun 10 – 15 tahun 16 – 20 tahun 21 – 25 tahun > 25 tahun Sertifikasi : Sudah Sertifikasi / Belum Sertifikasi * Jenis Sekolah : 1. SMA MA 2. Negeri Swasta Catatan : * coret yang tidak perlu Bubuhkan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai: 69 No Pernyataan Jawaban 1. Saya mengarahkan siswa dalam mengembangkan Selalu keterampilan proses science. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 2. Saya memberikan contoh ilmiah materi kimia Selalu kepada siswa. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 3. Saya melibatkan siswa secara aktif dengan memberi Selalu kan pengalaman Sering kegiatan “HandsOn” (kegiatan yang dirancang untuk melibatkan siswa dalam meng Kadang-kadang gali informasi, bertanya, beraktivitas, menemukan, Tidak Pernah menganalisis, dan membuat kesimpulan). 4. Saya mengarahkan siswa untuk menemukan dan Selalu mencari solusi permasalahan pada materi koloid. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 5. Saya menggunakan model pembelajaran aktif pada Selalu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 6. Saya membagi siswa menjadi beberapa kelompok Selalu agar siswa bertanggung jawab atas tugasnya. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 7. Dalam proses KBM, saya melibatkan siswa untuk Selalu mengembangkan Sering kemampuan berpikir yang terintegrasi dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Kadang-kadang Tidak Pernah 70 8. Saya memberikan informasi secara umum melalui Selalu ceramah Sering dan pertanyaan untuk memastikan pemahaman siswa tentang pengetahuan kimia. Kadang-kadang Tidak Pernah 9. Saya mengarahkan siswa berdiskusi dan debat yang Selalu diperlukan untuk membangun pengetahuan. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 10. 11. 12. Saya mengarahkan siswa dalam mengeksplorasi Selalu alam Sering sesuai dengan minatnya masing-masing sehingga siswa dapat menemukan jawaban terhadap Kadang-kadang keadaan alam. Tidak Pernah Saya membimbing siswa dalam mendefinisikan, Selalu menyelidiki, menentukan pola masalah, menguji Sering hipotesa, mengevaluasi kegunaan validitas data, dan Kadang-kadang kelengkapan kesimpulan. Tidak Pernah Saya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Selalu (RPP) sesuai kurikulum yang ada. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 13. Saya mengembangkan sikap ilmiah siswa pada Selalu setiap kegiatan belajar mengajar (KBM). Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 14. Saya mengajar dengan memperhatikan hakikat ilmu Selalu kimia sebagai sikap, proses, dan produk. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 15. Saya merumuskan proses pembelajaran dalam RPP Selalu melalui proses mengamati, menanya, mencoba, Sering menalar, dan mengkomunikasikan. Kadang-kadang 71 Tidak Pernah 16. Saya menyusun indikator hasil belajar yang sesuai Selalu dengan kompetensi dasar (KD). Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 17. Saya mengembangkan kecakapan hidup (life skill) Selalu siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan Sering sehari-hari. Kadang-kadang Tidak Pernah 18. KD 1, KD 2, KD 3 dan KD 4 dilaksanakan terpadu Selalu dalam Sering setiap pembelajaran, baik melalui pembelajaran langsung atau tidak langsung. Kadang-kadang Tidak Pernah 19. Saya membuat RPP yang dikembangkan Selalu berdasarkan buku pegangan guru dan buku paket Sering siswa. Kadang-kadang Tidak Pernah 20. Saya mengidentifikasi KD pada setiap materi atau Selalu konsep yang akan diajarkan. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 21. Sebelum pembelajaran saya memprediksi materi Selalu kimia yang dianggap sulit oleh siswa. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 22. Saya menggunakan strategi konstruktivisme untuk Selalu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 23. Saya melaksanakan pembelajaran dengan Selalu menggunakan berbagai sumber belajar dan media Sering 72 pembelajaran. Kadang-kadang Tidak Pernah 24. Saya menggunakan pendekatan problem solving Selalu sehingga siswa dapat memecahkan masalah pada Sering topik laju reaksi, termokimia, redoks, hidrokarbon, Kadang-kadang asam basa, sifat koligatif larutan, koloid, larutan Tidak Pernah elektrolit dan non elektrolit dengan mudah. 25. Saya menggunakan kegiatan praktikum dan diskusi Selalu agar tidak terjadi miskonsepsi. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 26. Saya menghubungkan materi kimia yang satu Selalu dengan yang lainnya. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 27. Saya menggunakan aspek konten, proses, dan Selalu konteks literasi kimia untuk menilai hasil belajar Sering siswa. Kadang-kadang Tidak Pernah 28. Saya menggunakan sistem Penilaian Acuan Norma Selalu (PAN) untuk ketuntasan belajar siswa. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 29. Saya melakukan penilaian KD 1 dan KD 2 dengan Selalu menggunakan non tes, KD 3 dan KD 4 dengan Sering menggunakan tes. Kadang-kadang Tidak Pernah 30. Saya menyusun pembelajaran indikator/KD. yang alat (instrumen) beragam sesuai evaluasi Selalu dengan Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 73 31. Saya menggunakan penilaian formatif untuk mengukur kemampuan siswa setelah KBM. Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 32. Saya menggunakan penilaian summatif sebagai Selalu bahan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa Sering pada setiap semester. Kadang-kadang Tidak Pernah 33. Saya memberikan tes remedial agar siswa dapat Selalu mencapai materi pelajaran yang belum dikuasai. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 34. Saya menggunakan strategi Predict-Observed- Selalu Explain (POE) saat menilai pemahaman siswa pada Sering materi tertentu. Kadang-kadang Tidak Pernah 35. Saya mengembangkan materi pembelajaran sesuai Selalu dengan indikator pembelajaran. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 36. 37. Saya dengan Selalu pendekatan deduktif, artinya mengajarkan teori Sering (umum) terlebih dahulu baru disertai dengan contoh- Kadang-kadang contoh khusus. Tidak Pernah Saya melaksanakan menggunakan pembelajaran strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan KD. Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 38. Saya menggunakan model learning cycle, inquiry, Selalu discovery learning, project based learning, problem Sering based learning ketika mengajarkan topik kimia Kadang-kadang 74 39. tertentu. Tidak Pernah Saya menggunakan High Order Thinking Skils Selalu (HOTS) dalam pengajaran dan soal ujian. Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 40. Saya menganalogikan materi kimia agar siswa dapat Selalu memahami dengan mudah, seperti faktor luas Sering permukaan Kadang-kadang yang mempengaruhi laju reaksi dianalogikan dengan serpihan kayu terbakar lebih cepat daripada balok kayu, materi termokimia dianalogikan dengan proses fotosintesis, dan pada materi kimia yang lainnya. Tidak Pernah Lampiran 2. Data Responden 75 Lampiran 3. Hasil Persentase Keseluruhan Angket Guru Kimia 76 Lampiran 4. Hasil Persentase Angket Guru Kimia Laki-Laki 77 Lampiran 5. Hasil Persentase Angket Guru Kimia Perempuan 78 Lampiran 6. Hasil Persentase Angket Guru Kimia Masa Kerja <15 Tahun 79 Lampiran 7. Hasil Persentase Angket Guru Kimia Masa Kerja ≥16 Tahun 80 81 Lampiran 8. Angket Guru AO 82 83 84 85 86 87 Lampiran 9. RPP Guru AO RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : :Kimia : XII / Ganjil : Sifat Koligatif Larutan : 4 Minggu x 4Jam pelajaran @ 45 Menit A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar Indikator 3.1. Menganalisis fenomena sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis) 3.1.1. Menyimpulkan penyebab sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis ) 3.1.2. Menghubungkannya konsentrasi (molalitas/fraksi mol) dengan sifat koligatif larutan) 3.1.3. Berlatih menyelesaikan perhitungan kimia terkait sifat koligatif larutan 3.1.4. Mengamati video atau gambar penggunaan garam untuk mencairkan salju. 3.1.5. Menyimak penjelasan tentang sifat koligatif larutan dengan menggunakan diagram P-T 3.1.6. Menganalisis dan menyimpulan penyebab sifat koligatif larutan 3.2.1. Menyimpulkan perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. 3.2.2. Menemukan formula untuk menghitung sifat koligatif larutan elektrolit. (melibatkan faktor Van Hoff) 3.2.3. Berlatih menghitung sifat koligatif larutan elektrolit menggunakan formula yang sudah ditemukan™ 3.2.4. Menganalisis diagram pT untuk menafsirkan penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, 3.2. Membedakan sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit 88 Kompetensi Dasar 4.1. Menyajikan hasil penelusuran informasi tentang kegunaan prinsip sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari 4.2. Menganalisis data percobaan untuk menentukan derajat pengionan Indikator dan kenaikan titik didih larutan. 3.2.5. Mengamati penurunan titik beku suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan. 3.2.6. Menghitung penurunan titik beku larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan data percobaan. 3.2.7. Mengamati kenaikan titik didih suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan. 3.2.8. Menghitung kenaikan titik didih larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan data percobaan. 3.2.9. Menjelaskan pengertian osmosis dan tekanan osmotic serta terapannya. 3.2.10. Menghitung tekanan osmotik larutan nonelektrolit 3.2.11. Menganalisis perbedaaan sifat koligatif larutan nonelektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit. 3.2.12. Merancang dan melakukan percobaan sifat koligatif larutan, misalnya penurunan titik beku larutan nonelektrolit dan larutan elektrolit serta melaporkan hasil percobaan. 3.2.13. elektrolit berdasarkan data percobaan. 4.1.1. Mengkomunikasikan hasil analisis terkait sifat koligatif larutan dengan cara lisan/tertulis, menggunakan tata bahasa yang benar 4.1.2. Menyelesaikan perhitungan kimia terkait sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit 4.2.1. Menganalisis data percobaan untuk membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit. 4.2.2. Memaparkan terapan sifat koligatif dalam kehidupan sehari-hari misalnya membuat es krim, memasak, dan mencegah pembekuan air radiator C. Materi pembelajaran Materi Pokok Sifat Koligatif Larutan Diagram P-T Penurunan tekanan uap jenuh Kenaikan titik didih Penurunan titik beku Osmosis dan tekanan osmosis Sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit D. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Ke-1 Indikator : 89 3.1.1. Menyimpulkan penyebab sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis ) 3.1.2. Menghubungkannya konsentrasi (molalitas/fraksi mol) dengan sifat koligatif larutan) 3.1.3. Berlatih menyelesaikan perhitungan kimia terkait sifat koligatif larutan 4.1.1 Mengkomunikasikan hasil analisis terkait sifat koligatif larutan dengan cara lisan/tertulis, menggunakan tata bahasa yang benar 1. Pertemuan Ke-1 ( 4 x 45 menit ) Waktu Kegiatan Pendahuluan 15 Guru : menit Orientasi Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran. Apersepsi Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, yaitu : Materi Pelajaran kelas XI Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya. Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan. Motivasi Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Apabila materitema// projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung Mengajukan pertanyaan. Pemberian Acuan Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu. Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung Pembagian kelompok belajar Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Kegiatan Inti Sintak Model Pembelajaran Stimulation (stimullasi/ pemberian rangsangan) Kegiatan Pembelajaran Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topikmateri Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik dengan cara : Melihat (tanpa atau dengan alat) Menayangkan gambar/foto tentang materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik “Apa yang kalian pikirkan tentang foto/gambar tersebut?” Mengamati 150 menit 90 1. Pertemuan Ke-1 ( 4 x 45 menit ) lembar kerja materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik pemberian contoh-contoh materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb Membaca (dilakukan di rumah sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung), dari berbagai sumber tentang fenomena terkait sifat koligatif (memasak air dengan dan tanpa garam; memasak dalam panci dengan dan tanpa tutup; penggunaan garam di jalan bersalju, penggunaan garam dalam pembuatan es puter, dll) membaca materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan dengan lingkungan Mendengar dari berbagai sumber tentang fenomena terkait sifat koligatif (memasak air dengan dan tanpa garam; memasak dalam panci dengan dan tanpa tutup; penggunaan garam di jalan bersalju, penggunaan garam dalam pembuatan es puter, dll) pemberian materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik oleh guru Menyimak, penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi pelajaran mengenai materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik, untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah) Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya : Mengajukan pertanyaan tentang materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Misalnya : Apa yang dimaksud dengan Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik? Waktu 91 1. Pertemuan Ke-1 ( 4 x 45 menit ) Terdiri dari apakah Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik tersebut? Seperti apakah Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik tersebut? Bagaimana Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik itu bekerja? Apa fungsi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik? Bagaimanakah Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik itu berperan dalam kehidupan sehari-haridan karir masa depan peserta didik? Mengapa memasak tanpa garam lebih cepat mendidih? Mengapa penggunaan garam membuat es puter tetap dingin? Mengapa digunakan garam untuk mencairkan salju? Data collection (pengumpulan data) Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan: Menggunakan alat dan bahan (ekxperiment), merancang percobaan, dan melakukan percobaan penurunan titik beku Mengamati obyek/kejadian, mengamati percobaan penurunan titik beku yang berlangsung mengamati dengan seksama materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang yang sedang dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya Membaca sumber lain selain buku teks, membaca langkah-langkah kerja percobaan, dan melakukan percobaan penurunan titik beku mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang sedang dipelajari Aktivitas melakukanpercobaan, dan melakukan percobaan penurunan titik beku sesuai dengan petunjuk dan langkah-langkah kerja Menganalisis dari berbagai sumber terkait materi sifat koligatif larutan lainnya (kenaikan titik didih, penurunan tekanan uap, dan tekanan osmosis). menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum Waktu 92 1. Pertemuan Ke-1 ( 4 x 45 menit ) dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang sedang dipelajari Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan percobaan, dan melakukan percobaan penurunan titik beku yang telah disusun dalam daftar pertanyaan kepada guru mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang tekah disusun dalam daftar pertanyaan kepada guru Mendiskusikan Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam buku paket mengenai materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik konsentrasi (fraksi mol dan molalitas) dan berlatih menghitungnya. Menghitung konsentrasi suatu larutan (kemolalan, kemolaran, dan fraksi mol) dan menghubungkannya dengan sifat koligatif larutan Menjelaskan penurunan tekanan uap pelarut akibat adanya partikel zat terlarut melalui diskusi kelas. Menghitung penurunan tekanan uap pelarut berdasarkan data percobaan. Mengumpulkan informasi mencatat semua informasi tentangpercobaan, dan melakukan percobaan penurunan titik beku yang telah di peroleh pada buku catatan dengan tulisan yang rapid an menggunakan bahasa Indoensia yang baik dan benar mencatat semua informasi tentang materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang telah diperoleh pada buku catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar Mempresentasikan ulang Peserta didik mengkomunikasikan secara lan atau mempresentasikan hasilpercobaan, dan melakukan percobaan penurunan titik beku sesuai dengan pemahamannya Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik sesuai dengan pemahamannya Saling tukar informasi tentang materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Waktu 93 1. Pertemuan Ke-1 ( 4 x 45 menit ) Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Data processing (pengolahan Data) Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil pengamatan dengan cara : Berdiskusi tentang data dari materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang sudah dikumpulkan / terangkum dalam kegiatan sebelumnya. Mengolah informasi dari materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja. Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik Verification (pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui kegiatan : Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi : Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik, antara lain dengan : Menyimpulkan penyebab sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis ) Menghubungkannya konsentrasi (molalitas/fraksi mol) dengan sifat koligatif larutan) Berlatih menyelesaikan perhitungan kimia terkait sifat koligatif larutan Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Waktu 94 1. Pertemuan Ke-1 ( 4 x 45 menit ) Generalizatio Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan (menarik Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Diagram P kesimpulan) T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang mteri : Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik dan ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan Bertanya atas presentasi tentang materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya. Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang ……Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik Menjawab pertanyaan tentang Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan. Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang akan selesai dipelajari Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Diagram P T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Catatan : Selama pembelajaran Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan) Kegiatan Penutup Peserta didik : Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang baru Waktu 15 menit 95 1. Pertemuan Ke-1 ( 4 x 45 menit ) dilakukan. Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik yang baru diselesaikan. Mengagendakan projek yang harus mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah. Guru : Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik. Peserta didik yang selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian projek pada materi pelajaran Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Diagram P - T, Tekanan Uap, Penurunan Titik Beku, Kenaikan Titik Didih, Osmosis, dan Tekanan Osmotik kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik Waktu E. Teknik Penilaian 1. Pengetahuan a. Tertulis Pilihan Ganda b. Tertulis Uraian c. Tes Lisan / Observasi terhadap Diskusi Tanya Jawab dan Percakapan d. Penugasan 2. Keterampilan a. Penilaian Unjuk Kerja b. Penilaian Proyek c. Penilaian Produk d. Penilaian Portofolio F. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar Media/Alat: Worksheet atau lembar kerja (siswa) Lembar penilaian Penggaris, spidol, papan tulis Laptop & infocus Audio: kaset dan CD. Audio-cetak: kaset atau CD audio yang dilengkapi dengan teks. Proyeksi visual diam: OUT dan film bingkai. Proyeksi audio visual: film dan bingkai (slide) bersuara. Audio visual gerak: VCD, DVD, dan W. Visual gerak: film bisu. Objek fisik: Benda nyata, model, dan spesimen. Komputer. Cetak: buku, modul, brosur, leaflet, dan gambar. Bahan : Untuk melaksanakan pembelajaran pada tiap pertemuan, guru menggunakan media pembelajaran berupa presentasi yang di.kemas dalam program powerpoint atau macromedia flash. Selain itu, digunakan laptop, LCD, dan layar untuk menyajikan presentasi materi. Jika tidak terbiasa menggunakan fasilitas komputer, guru dapat 96 meminta peserta didik untuk membaca materi dari berbagai referensi yang dapat diperoleh di perpustakaan sekolah Sumber Belajar : Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Kimia Kelas XII Kemendikbud, tahun 2013 Pengalaman peserta didik dan guru Manusia dalam lingkungan: guru, pustakawan, laboran, dan penutur nativ. e-dukasi.net Jakarta,18 Juli 2016 Mengetahui Kepala SMA Guru Mata Pelajaran …………………………………… NIP. Guru AO NIP. Catatan Kepala Sekolah .............................................................................................................................................................. ........... .............................................................................................................................................................. ........... .............................................................................................................................................................. ........... ............................................................................................................................... ............................... ........... 97 LAMPIRAN - LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN INSTRUMEN PENILAIAN MATERI PERTEMUAN KE-1 kemolaran, kemolalan, dan fraksi mol Sifat yang tidak bergantung pada jenis zat, tetapi bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut disebut sifat koligatif. Satuan yang digunakan untuk mempelajari sifat koligatif larutan adalah kemolaran, kemolalan, dan fraksi mol Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Penurunan tekanan uap termasuk sifat koligatif larutan. Tekanan uap larutan dipengaruhi fraksi mol zat terlarut. MATERI PERTEMUAN KE-2 Diagram P-T untuk menafsirkan penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih larutan menentukan titik beku dan titik didih larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam kerja kelompok di laboratorium MATERI PERTEMUAN KE-3 Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan titik beku dan kenaikan titik didih berdasarkan percobaan, pengaruh zat terlarut terhadap penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan, menghitung ΔTf dan ΔTb larutan, dan menentukan massa dan massa molekul relatif zat terlarut berdasarkan penurunan titik beku atau kenaikan titik didih larutan MATERI PERTEMUAN KE-4 Pengertian osmosis dan tekanan osmotic, hubungan tekanan osmotik dengan kemolaran, penggunaan tekanan osmotik dan peristiwa osmotik dalam kehidupan sehari-hari, perbandingan sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit, pengaruh faktor van’t Hoff terhadap sifat koligatif larutan, dan perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit berdasarkan data 98 INSTRUMEN PENILAIAN PERTEMUAN KE-1 Pengetahuan - Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda o Pemahaman tentang fraksi mol, kemolalan, diagram PT, tekanan uap, titik beku, titik didih, tekanan osmosis o Menyelesaikan perhitungan kimia terkait sifat koligatif larutan o Menghitung sifat koligatif larutan elektrolit menggunakan formula yang sudah ditemukan LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN TERTULIS (Bentuk Uraian) Soal Tes Uraian 1. . 2. . 3. . 4. . 5. . Kunci Jawaban Soal Uraian dan Pedoman Penskoran Alternatif Penyelesaian jawaban 1 2 3 4 5 Skor Jumlah Nilai = Penilaian Pengetahuan - Tes Tulis Uraian Topik : …………………. Indikator : ………………….. Soal : …………………. a. …………………. b. …………………. Jawaban : a. ………………… b. ………………… Pedoman Penskoran No a. b. Sk r maksimal Jawaban Skor 2 2 2 2 2 10 99 LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN -TERTULIS (Pilihan Ganda) Pilih Satu Jawaban yang paling tepat ! 1. a. b. c. d. e. dst. Kunci Jawaban Piliahan Ganda dan Pedoman Penskoran Alternatif Penyelesaian Jawaban 1 2 3 4 .... 20 Skor Jumlah 1 1 1 1 1 1 20 Nilai = Penilaian Pengetahuan - Tes Tulis Pilihan Ganda Topik : …………………. Indikator : ………………….. Soal : …………………. Jawaban : a. ………………… b. ………………… c. ………………… d. ………………… e. ………………… LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN (ANALISIS)- TES TERTULIS SK N PILIHAN GANDA ESSAY OR N A O M 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 0 0 0 0 P A E 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 G 1 2 - Penugasan o Merancang percobaan titik beku larutan o Membuat diagram P-T N I L A I 100 LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN PENILAIAN PENUGASAN Penilaian Pengetahuan - Penugasan Mengidentifikasi ……………………. Tugas : Menyusun laporan hasil percobaan tentang cara kerja ……………………. secara tertulis dengan berbagai media. Indikator : membuat laporan hasil percobaan cara kerja ……………………. Langkah Tugas : 1. Lakukan observasi ke pasar atau tempat lainnya untuk mendapatkan informasi mengenai ……………………. 2. Datalah yang kamu dapatkan dalam bentuk tabel yang berisi ……………………., …………………….. 3. Diskusikan hasil observasi yang kamu lakukan beersama teman-temanmu untuk menjawab pertanyaan berikut: a. Jenis …………………….apa yang paling banyak kamu temukan dipasaran? b. Bagaimana yang terjadi? c. Keuntungan apa yang diperoleh dalam kehidupan? 4. Tuliskan hasil kegiatannmu dalam bentuk laporan dan dikumpulkan serta dipresentasikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya Rubrik Penilaian No. 1 2 3 4 5 Kriteria 9 8 Kelompok 7 6 5 4 3 2 1 Kesesuaian dengan konsep dan prinsip bidang studi Ketepatan memilih bahan Kreativitas Ketepatan waktu pengumpulan tugas Kerapihan hasil Jumlah skor Keterangan: 100 = sangat baik, kurang baik NilaiPerolehan = 75 = baik, 50 = cukup baik, 25 = 101 Keterampilan - Penilaian Portofolio o Laporan hasil percobaan LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN PENILAIAN PORTOFOLIO Tugas ........................................................................................................................................ ............ ........................................................................................................................................ ............ ........................................................................................................................................ ............ ........................................................................................................................................ ............ Rubrik Penilaian Nama siswa Kelas …………………. …………………. No Kategori Skor 1 1. Apakah portofolio lengkap dan sesuai dengan rencana? 2 2. Apakah lembar isian dan lembar kuesioner yang dibuat sesuai? 3 3. Apakah terdapat uraian tentang prosedur pengukuran/pengamatan yang dilakukan? 4 Apakah isian hasil pengukuran/pengamatan dilakukan secara benar? 5. Apakah data dan fakta yang disajikan akurat? 6. Apakah interpretasi dan kesimpulan yang dibuat logis? 7. Apakah tulisan dan diagram disajikan secara menarik? 8. Apakah bahasa yang digunakan untuk menginterpretasikan lugas, sederhana, runtut dan sesuai dengan kaidah EYD? Jumlah Kriteria: 100 = sangat baik, 80 = baik, 60 = cukup, 40 = kurang, dan 20 = sangat kurang : : ilai erolehan kor erolehan Mata Pelajaran Penilaian Keterampilan – Produk : …………… Nama Produk : …………… Alokasi Waktu : …………… No 1 2 3 Alasan Aspek Tahap Perencanaan Bahan Tahap Proses Pembuatan : a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan) Tahap Akhir (Hasil Produk) Nama Peserta Didik …………… Kelas …………… : : Skor (0 – 100) 102 a. Bentuk fisik b. Inovasi Total Skor Penilaian Keterampilan - Portofolio ………………………….. ………………………….. ………………………….. 2015/2016 Pelaporan merancang /perakitan alat praktikum dan Penyusunan laporan praktikum Tujuan : Peserta didik dapat merancang/merakit alat dan menyusun laporan praktikum bidang studi sebagai tulisan ilmiah Ruang lingkup : Karya portofolio yang dikumpulkan adalah laporan seluruh hasil rancangan/rakitan alat dan laporan praktikum bidang studi semester 1 Mata Pelajaran Kelas/Semester Peminatan Tahun Ajaran Judul portofolio : : : : : Uraian tugas portofolio 1. Buatlah laporan kegiatan merancang/merakit alat, laporan praktikum bidang studi sebagai tulisan ilmiah 2. Setiap laporan dikumpulkan selambat-lambatnya seminggu setelah peserta didik melaksanakan tugas Penilaian Portofolio Penyusunan Laporan Perancangan Percobaan dan Laporan Praktik Mata Pelajaran : ………………… Alokasi Waktu : 1 Semester Sampel yang dikumpulkan : Laporan Nama Peserta didik : ………………… Kelas : ………………… Aspek yang dinilai N o 1 2 3 4 No 1 2 Indikator …. Menyusun laporan perancanga n percobaan Menyusun laporan praktikum …. Period e Kebenara n Konsep Kelengkapa n gagasan Sistematik a Tata Bahas a Catata n/ Nilai …. …. Rubrik Penilaian portofolio Laporan Praktikum Komponen Skor Kebenaran Konsep Skor 25 jika seluruh konsep bidang studi pada laporan benar Skor 15 jika sebagian konsep bidang studi pada laporan benar Skor 5 jika semua konsep bidang studi pada laporan salah Kelengkapan Skor 25 jika kelengkapan gagasan sesuai konsep gagasan Skor 15 jika kelengkapan gagasan kurang sesuai konsep Skor 5 jika kelengkapan gagasan tidak sesuai konsep 103 3 Sistematika 4 Tatabahasa Skor 25 jika sistematika laporan sesuai aturan yang disepakati Skor 15 jika sistematika laporan kuang sesuai aturan yang disepakati Skor 5 jika sistematika laporan tidak sesuai aturan yang disepakati Skor 25 jika tatabahasa laporan sesuai aturan Skor 15 jika tatabahasa laporan kuang sesuai aturan Skor 5 jika tatabahasa laporan tidak sesuai aturan Keterangan: Skor maksimal = jumlah komponen yang dinilai x 25 = 4 x 25 = 100 Nilai portofolio = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖= x4 Penilaian Keterampilan – Tertulis (menulis karangan, menulis laporan dan menulis surat.) Penilaian Keterampilan – Tertulis (menulis karangan, menulis laporan dan menulis surat.) JUDUL ……………………………………………………………………………………………………… ……… ……………………………………………………………………………………………………… ……… ……………………………………………………………………………………………………… ……… ……………………………………………………………………………………………………… ……… ……………………………………………………………………………………………………… ……… 104 Lampiran 10. Angket Guru Z 105 106 107 108 109 110 Lampiran 11. RPP Guru Z RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SISTEM KOLOID Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XI IPA / 2 Standar Kompetensi : 5. Kompetensi dasar Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta peneapannya dalam kehidupan sehari-hari. : 5.1. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 5.2. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. I. Indikator: 1. Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan penyaringan) 2. Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi. 3. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (effek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi, koagulasi) 4. Menjelaskan koloid liofob dan liofil 5. Mendeskripsikan peranan koloid di industri kosmetik, makanan, dan farmasi. 6. Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan. II. Tujuan: Siswa dapat, 1. Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan penyaringan) 2. Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi. 3. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (effek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi, koagulasi) 4. Menjelaskan koloid liofob dan liofil 5. Mendeskripsikan peranan koloid di industri kosmetik, makanan, dan farmasi. 6. Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan. 111 III. Materi Ajar : o Kelarutan dan hasilkali kelarutan. o Pengaruh ion senamapada kelarutan. o Reaksi pengendapan. IV. Metode pendekatan: o o o o V. Penyampaian informasi Percobaan/Demonstrasi Diskusi Penugasan Alokasi Waktu 6 Jam pelajaran VI. Skenario Pembelajaran Pertemuan Pertama: (2 jam pelajaran) Kegiatan awal (5 menit) o Salam pembuka o Memeriksa kehadiran siswa. o Memeriksa pekerjaan rumah siswa. Kegiatan Inti (80 menit) o Melakukan percobaan/demonstrasi dan diskusi kelas untuk menjelaskan klasifikasi sistem koloid sesuai dengan LKS 10.1. Kegiatan Akhir (5 menit) o Menyimpulkan sistem koloid dan penggolongannya. o Menugaskan siswa untuk mempelajari LKS 10.2. o Salam penutup. Pertemuan Kedua: (2 jam pelajaran) Kegiatan awal (5 menit) o Salam pembuka o Memeriksa kehadiran siswa. o Memeriksa pekerjaan rumah siswa. 112 Kegiatan Inti (80 menit) o Melakukan diskusi kelas untuk membahas sifat-sifat koloiod sesuai dengan LKS 10.2. Kegiatan Akhir (5 menit) o Menyimpulkan sifat-sifat koloid. o Menugaskan siswa untuk mempelajari LKS 10.3. o Salam penutup. Pertemuan Ketiga: (2 jam pelajaran) Kegiatan awal (5 menit) o Salam pembuka o Memeriksa kehadiran siswa. o Memeriksa pekerjaan rumah siswa. Kegiatan Inti (80 menit) o Melakukan percobaan dan diskusi kelas untuk mempelajari pembuatan koloid sesuai dengan LKS 10.3. Kegiatan Akhir (5 menit) o Menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal Bab 10 dari buku paket dan soal uji kompetensi dari LKS. o Mengingatkan siswa untuk ulangan pada pertemuan berikutnya. o Salam penutup. Pertemuan Keempat: (2 jam pelajaran) Kegiatan awal (5 menit) o Salam pembuka o Memeriksa kehadiran siswa. o Memeriksa pekerjaan rumah siswa. Kegiatan Inti (80 menit) (2) Membahas pekerjaan rumah siswa (soal-soal bab 10 dan soal uji kompetensi), khususnya yang dianggap sukar (20 menit) (3) Ulangan blok bab 10 (45 menit). (4) Membahas soal ulangan (10 menit) 113 Kegiatan Akhir (5 menit) (5) Mengingatkan siswa untuk remedial. (6) Salam penutup. VI. Alat / Bahan / Sumber Belajar : Buku Kimia; LKS, multimedia. VII. Penilaian: A. PPK : KIM2220MP dan KIM2223MP B. Praktik : KIM2221MP dan KIM2224MP Tangerang Selatan, 13 Juni 2016 Guru Mapel Kimia Guru Z Jejen Maelani,S.Pd NIP. 19650701988111002 114 Lampiran 12. Angket Guru Q 115 116 117 118 119 Lampiran 13. RPP Guru Q RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Identitas Sekolah : SMA / MA Mata Pelajaran : Kimia Kelas /Semester :X/1 Materi Pembelajaran : Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan Ke- : 1 (satu) A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong-royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atau berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban 120 terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 1.1.Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. Indikator : 2.1.Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. Indikator : 2.2.Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam. Indikator: 2.3.Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan. 121 Indikator : 3.5. Memahami sifat larutan non elektrolit dan larutan elektrolit Indikator : Membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya dari wacana dan percobaan. 4.6.Merancang, melakukan dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Indikator : - Melakukan percobaan untuk mengetahui daya hantar listrik dengan menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar. - Menyimpulkan hasil percobaan - Membuat laporan dari percobaan yang dilakukan. - Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan percobaan. 122 C. Deskripsi Materi Pembelajaran D. Model Pembelajaran Problem based learning E. Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama (2JP) Tahapan PBL Kegiatan awal Kegiatan Guru Mengucapkan Salam Menginstruksikan ketua Kegiatan Siswa Menjawab salam kelas Berdoa bersama Alokasi Waktu 10 menit sebelum 123 Mengorientasi masalah untuk memimpin doa bersama. memulai pelajaran. Mengecek kehadiran siswa Memperhatikan guru suatu Memperhatikan penjelasan guru nonelektrolit. Menerima LKS Membagikan LKS kepada Membaca masasalah yang disajikan di LKS kemudian mulai menganalisisnya. Bertanya mengenai wacana yang tidak difahami atau menjawab pertanyaan guru. Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tujuan dengan menjelaskan pembelajaran serta kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran larutan elektrolit dan siswa Mengorientasi masalah yang ada pada (wacana) di LKS Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai masalah pada (wacana) LKS atau guru 124 memberikan pertanyaan terkait wacana. Kegiatan Inti Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Menginstruksikan siswa untuk Duduk kelompoknya Secara berkelompok siswa mulai menganalisis masalah yang terdapat dalam wacana dan menjawab pertanyaan di LKS Mulai menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Melakukan percobaan secara berkelompok sesuai panduan langkah kerja dalam LKS duduk berdasarkan kelompok. Memberikan tiap arahan kelompok kepada untuk menganalisis masalah yang ada dalam menjawab wacana dengan pertanyaan pada LKS Membimbing siswa untuk menyiapkan alat dan bahan dan membuat langkah kerja untuk percobaan Membimbing pengelaman individual atau kelompok Menginstruksikan siswa untuk melakukan sesuai 80 menit eksperimen/ percobaan dengan teliti sesuai langkah-langkah pada LKS. 125 Membantu dan mengerahkan Melakukan dngan teliti. Menngajukan pertanyaan apabila ada yang tidak dimengerti. Mengisi dan melengkapi LKS sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Mempresentasikan percobaan siswa dalam percobaan Memberikan kesempatan kepada siswa apabila ingin percobaan mengajukan pertanyaan. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Menginstruksikan siswa untuk mengisi dan melengkapi LKS sesuai dengan pengamatan selama percobaan. Menginstruksikan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil hasil percobaan Kegiatan akhir Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Melakukan refleksi bersama terhadap kegiatan yang telah Melakukan bersama. refleksi 10 menit dilakukan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Bertanya jika masih ada yang belum dimengerti 126 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan atas pembelajaran Memberikan kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan yang telah dilakukan Menugaskan membuat siswa untuk laporan terkait yang telah percobaan Mencatat tugas diberikan guru. yang dilakukan Menutup pembelajaran dengan Berdoa selesai pelajaran Mengucapkan salam berdoa bersama Mengucapkan salam F. Instrumen penilaian - Lembar Observasi Kerja(terlampir) - Lembar Observasi Sikap (terlampir) - Lembar penilaian laporan percobaan G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Alat a. Alat uji elektrolit b. Gelas kimia 127 2. Bahan a. Larutan garam b. Larutan cuka c. Larutan gula 3. Sumber belajar a. Buku kimia kelas X b. Lembar kerja siswa c. Internet Mengetahui, Pamulang, November 2015 Kepala MA Guru Mata Pelajaran Kimia Guru Q 128 129 Lampiran 14. Angket Guru H 130 131 132 133 134 135 136 Lampiran 15. RPP Guru H 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 Lampiran 16. Hasil Deskriptif Berdasarkan Jenis Kelamin Guru Kimia Descriptives Kompetensi pedagogik Jenis Kelamin Laki-Laki Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Perempuan Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Statistic 122.09 Lower Bound Upper Bound 111.72 132.46 122.38 129.00 238.291 15.437 96 143 47 27 -.556 -1.001 128.03 Lower Bound Upper Bound Std. Error 4.654 .661 1.279 2.397 123.12 132.94 128.17 128.00 166.606 12.908 100 153 53 16 -.264 .236 .434 .845 149 Lampiran 17. Hasil Deskriptif Berdasarkan Masa Kerja Guru Kimia Descriptives Kompetensi pedagogik Masa Kerja <15 Mean 95% Confidence Interval for Mean ≥16 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Statistic 125.28 Lower Bound Upper Bound 118.94 131.62 125.38 128.00 235.710 15.353 96 153 57 22 -.244 -.615 128.27 Lower Bound Upper Bound Std. Error 3.071 .464 .902 2.751 122.37 134.17 128.69 129.00 113.495 10.653 106 143 37 10 -.725 .315 .580 1.121 150 Lampiran 18. Uji Normalitas 1. Uji Normalitas Jenis Kelamin Guru Kimia Perempuan Laki-laki Test of Normality Kolomogorov-Smirnova Statistic df Sig. .127 29 .200* .218 11 .149 * This is lower bound of the true of significance a. Lilliefors Significance Correction 2. Uji Normalitas Masa Kerja Guru Kimia Test of Normality Kolomogorov-Smirnova Statistic df Sig. Masa Kerja ≥16 Tahun .216 15 .059 Masa Kerja <15 Tahun .125 25 .200* * This is lower bound of the true of significance a. Lilliefors Significance Correction 151 Lampiran 19. Uji Homogenitas 1. Uji Homogenitas Jenis Kelamin dengan PCK Guru Kimia Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: PCK F df df2 Sig. 1.303 1 38 .261 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + JK 2. Uji Homogenitas Masa Kerja dengan PCK Guru Kimia Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: PCK F df df2 Sig. 3.593 1 38 .066 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. b. Design: Intercept + Masa Kerja 152 Lampiran 20. Uji Hipotesis 1. Uji Korelasi Jenis Kelamin dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia Inter-Item Correlation Matrix Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik 1.000 JK .196 Between People Within Between People Items Residual Total Total Grand Mean = 64.06 2. ANOVA Sum of df Mean Square Squares 3716.187 39 95.287 310877.113 1 310877.113 3621.387 314498.500 318214.688 39 40 79 92.856 7862.463 4028.034 JK .196 1.000 F 3347.945 Sig .000 Uji Korelasi Masa Kerja dengan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia Inter-Item Correlation Matrix Masa Kerja Kompetensi Pedagogik Masa Kerja 1.000 .107 Kompetensi Pedagogik .107 1.000 Between People Within Between People Items Residual Total Total Grand Mean = 63.89 ANOVA Sum of df Mean Square Squares 3697.487 39 94.807 312625.013 1 312625.013 3641.487 316266.500 319963.988 39 40 79 93.371 7906.603 4050.177 F 3348.185 Sig .000 153 Lampiran 21. Tabel Distribusi Normal Kolmogorov Smirnov Sumber: Riadi, 2016, hlm. 422 154 Lampiran 22. Tabel Frekuensi Homogenitas 155 156 Sumber: Riadi, 2016, hlm. 423-425. 157 Lampiran 23. Tabel Korelasi Pearson 158 159 Lampiran 24. Uji Referensi 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 Lampiran 25. Lembar Uji Validitas 178 179 180 Lampiran 26. Surat Bimbingan Skripsi 181 182 Lampiran 27. Bukti Penelitian 183 184 185 186 187 188 189