BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa, dalam disiplin ilmu komunikasi adalah sebuah alat untuk menyampaikan pesan atau untuk berkomunikasi. Dalam konteks masyarakat modern, merupakan instrument dengan apa berbagai bentuk komunikasi dilangsungkan. (Budiman, 2005:57). Media massa merupakan sebuah bentuk dari adanya komunikasi massa, misalnya melalui surat kabar, majalah, televis, radio, maupun film. Media massa sebagai sarana komunikasi massa yang mulai tumbuh dan berkembang sangat pesat, merupakan salah satu bentuk komunikasi sosial dengan bersifat khusus, yaitu antara komunikator dan komunikan tidak saling mengenal. Komunikan merupakan khalayak yang luas, heterogen dan anonim. Komunikasi merupakan kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dikatakan demikian karena dalam kehidupan manusia, komunikasi menjadi alat yang membantu dalam segala kegiatan yang ada. Begitu cepatnya perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, yang tanpa disadari dapat membawa perubahan sosial yang sangat besar terhadap kehidupan umat manusia. Media massa adalah salah satunya. Media massa seperti internet, film, radio, televisi dan lain-lain telah menjadi kebutuhan dan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Selain menjadi sumber 1 dominan bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif untuk memperoleh gambaran dan citra relitas, media massa juga memberikan segala informasi dan hiburan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Demikian pentingnya media massa bagi masyarakat (McQuail, 1996:3). Dalam pandangan Dennis McQuail (1996:13), film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor dan sajian teknis lainnya. Film sebagai salah satu media massa merupakan media hiburan yang sangat berpengaruh dibandingkan dengan keberadaan radio dan surat kabar. Hal ini dikarenakan kekuatan audio visual dalam film dapat mempengaruhi emosi penonton seperti menangis, tertawa, marah, sedih dan lain-lain. Bersama radio dan televisi, film termasuk kategori media massa periodik. Artinya, kehadirannya tidak secara terus menerus tetapi berpriode dan termasuk media elektronik, yakni media yang dalam penyajiannya sangat tergantung dengan adanya sumber energi listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya unsur kesenian yang lain, film memerlukan proses lama dan mahal dalam proses produksinya. Seni film sangat mengandalkan teknologi, baik sebagai bahan produksi maupun penyajian terhadap penonton. Film merupakan penjelmaan keterpaduan antara berbagai unsur sastra, teater, seni rupa, teknologi, dan sarana publikasi (Baksin, 2003:2). Dalam perkembangannya, film berperan sebagai sarana hiburan yang menawarkan berbagai aspek kejadian dan peristiwa kepada penonton. 2 Karena itu selama menonton film, penonton diletakkan pada pusat segala kejadian dan peristiwa yang seolah-olah penonton ikut merasakan dan menjadi bagian didalamnya. Karena film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal. Bahkan cara kita bicara sangat dipengaruhi oleh metefora film. Dalam sebuah majalah di Amerika News Yorker, 2010 menggunakan metafora ini dalam edisi khusus tentang film: “ skenario pribadi kita terentang dalam urusan flashback, percakapan, dan peran. Kita mendekat, memilah-milah, lalu menghilang” (Vivian, 2008:160). Film sendiri notabennya adalah sebuah sekenario yang dijalankan oleh para pelaku dan pembuat film tersebut, yang memang terkadang para penulis naskah atau skenario mengambil ide-ide tulisannya dari sebuah kehidupan yang benar-benar nyata yang dialaminya sendiri ataupun melihat dari kehidupan orang lain, atau kadang juga hanya sebuah hayalan yang mungkin akan bisa terwujud di suatu saat nanti, sehingga menimbulkan perasaan yang begitu mendalam bagi para penikmatnya, tentu sesuai dengan sudut pandang apa yang akan diangkat dalam sebuah produksi film tersebut. Karena unsur-unsur yang sama dalam kehidupan sebenarnya itulah seakan-akan para penikmat film menganggap bahwa film yang mereka lihat adalah nyata dan dapat dirasakan sesuai dengan keadaan mereka saat itu. Artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (Message) dibaliknya tanpa pernah berlaku sebaliknya (Sobur, 2003:127). 3 Maka dari inilah, sebuah film dapat berpengaruh terhadap prilaku sosial dalam masyarakat dari para penikmatnya, tentunya sesuai dengan pesan apa yang di dapat dari sebuah film yang mereka nikmati. Pesan disini adalah pesan yang disampaikan dari pembuat film (sineas) kepada masyarakat luas. Karena sebuah film, paling tidak memiliki sebuah pesan tertentu dalam pembuatanya, baik pesan tersebut bersifat verbal maupun non verbal sesuai dengan jenis film yang di ciptakan oleh para pembuatnya (sineas). Film juga mempunyai segmen dalam pengambilan dan penyampaian pesan terhadap khalayak yang melihatnya, yakni para pembuat sebuah film sudah memperkirakan pesan apa yang harus di dapat bagi para penonton setelah melihat film tersebut, sesuai dengan keinginan dan kepentingan para sineas dalam memproduksi filmnya, seperti: unsur tentang budaya, sosial, politik, psikologi dan lain sebagainya, yang menarik atau dapat merangsang imajinasi penonton, meskipun terkadang pesan yang diharapkan tidak sesuai atau hanya mendekati sesuai keinginan para sineas film dalam penyampaianya terhadap penonton. Karena dalam salah satu teori Melvin D. Defleur tentang teori perbedaan individu menyatakan, “bahwa manusia sangat bervariasi dalam organisasi psikologinya secara pribadi. Respon individu terhadap pesan yang diterima di ubah oleh tatanan psikologinya. Jadi efek dari pesan media massa itu menjadikan tidak seragam, tetapi menjadi beragam”. Jika film itu di teliti secara mendalam, mengenai pesan apa yang sebenarnya di 4 inginkan para sineas film terhadap khalayak, maka pesan itu akan dapat dipahami baik secara teoritis maupun bukti ilmiahnya. Yang memungkinkan bagi para pelaku dan para penikmat film memilki tujuan dan harapan yang sama atas pesan apa yang sebenarnya di lihat dan dinikmati dalam sebuah film, sehingga dapat merubah sedikitnya pada perilaku atau pada kehidupan sosial yang sangat beragam sesuai dengan yang dikehendaki para sineas film tersebut. Baru-baru ini, kita telah di suguhi salah satu dari sekian banyak film yang telah diproduksi di Indonesia, yang mendapatkan perhatian lebih, baik dari para menikmat film, maupun dari media massa, yakni sebuah film garapan sutradara Deddy Mizwar yang berjudul “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Film yang bertema pendidikan dengan sebuah konsep bergenre komedi yang memiliki unsur-unsur sosial didalamnya memilki nilai seni tinggi tentang pesan sosial yang ada dalam sebuah alur ceritanya, yakni film yang bercerita tentang pemeran utama bernama Muluk seorang lulusan sarjana menejemen, belum juga mendapatkkan pekerjaan selama kurang lebih 2 tahun dan akhirnya bertemu dengan sekelompok anak-anak pencopet, yang kemudian menjadikan sebuah peluang untuk mendapatkan pekerjaan bagi muluk dengan mengatur keuangan mereka serta didasari niat muluk untuk merubah kehidupan anak-anak yang berprofesi sebagai pencopet itu menjadi orang-orang yang yang berpendidikan dan bekerja bukan lagi menjadi pencopet tetapi menjadi penjual asongan yang tentunya lebih baik dari sebelumnya. 5 Disinilah sisi menarik dari film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” untuk diteliti tentang isi pesan sosial yang ada didalamnya, Guna mendapatkan sesuatu yang dapat di buktikan secarah ilmiah dari pesan yang di inginkan oleh para sineasnya. Yang dapat menjurus pada prilaku sosial dan berbagai aspek-aspek sosial lainnya, bagi para khalayak penikmat film tersebut. Karena dalam film ini banyak menceritakan prilaku-prilaku sosial serta sarat akan pesan-pesan sosial yang dilakukan oleh karakter-karakter didalamnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang ingin diungkap peneliti adalah “Seberapa besar prosentase kemunculan pesan sosial dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan di adakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar prosentase kemunculan pesan sosial dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” dengan menggunakan analisis isi. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat teoritis 6 a) Memperluas pengetahuan peneliti dalam hal isi pesan yang terdapat pada sebuah film, khususnya film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. b) Memberikan gambaran tentang teori-teori pesan sosial. c) Memberi sumbangan dan penelitian dalam bidang film, khususnya pada pesan-pesan sosial di dalam sebuah film. 2. Manfaat Praktis a) Dapat di gunakan para insan perfilman untuk mengukur bukti secara ilmiah tentang isi pesan sosial dalam pembuatan sebuah film. b) Bagi kalangan akademis, dapat menambah bidang penelitian terutama dalam bidang perfilman, dalam hal ini tentang pesanpesan sosial dalam sebuah film dan juga dapat dijadikan dasar kebiijaksanaan dalam menindaklanjuti hal tersebut. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa a. Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa mempunyai banyak definisi yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Menurut Josep A Devito, pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan pada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah kominikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual (Marhaeni, 2008:225). Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan, bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dam heterogen. Sedangkan definisi komunikasi massa yang di kemukakan Michael W Gamble dan Teori Kwal Gamble, berpendapat sesuatu yang dapat di definisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup; 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu 8 disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, televisi, film, internet atau gabungan diantara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan-pesan ini bisa didapatkan dan diterimah oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain komukatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organsasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik, dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan 9 dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contoh adalah seorang reporter, editor film, penjaga rublik dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikai lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalm komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar, televisi, film dan lainnya tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed). Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi massa yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audien yang luas dan heterogen.(Nurudin, 2003:6-7). Banyak ragam dan titik tekan yang di kemukakan para ahli komunikasi. Tetapi dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari media of mass communication (media komuniksai massa). Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern yang di sampaikan kepada massa yang luas, anonim dan heterogen. Agar tidak terjadi kerancauan dan perbedaan persepsi tentang massa, ada baiknya kita membedakan arti massa dalam komunikasi massa dengan massa dalam arti umum. Massa dalam arti komunkasi massa lebih 10 merujuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan prilakunya berkaitan dengan media massa. Oleh karena itu, massa dalam komunikasi massa menunjuk pada khalayak, audien, penonton, pemirsa atau pembaca. b. Ruang Lingkup Komunikasi Massa Studi komunikasi itu tak lain adalah human communication (komunikasi manusia). Dengan kata lain dalam studi komunikasi harus selalu melibatkan manusia baik sebagai komunikator maupun komunikan. Dengan demikian pula ketika kita melihat seseorang sedang berkomunikasi dengan binatang di arena sirkus itu bukan termasuk dalam studi komunikasi. Memang benar terjadi proses komunikasi tetapi melibatkan binatang. Dari sini jelas bahwa yang dimaksud dalam studi komunikasi itu melibatkan manusia sebagai subyek dan obyeknya. Itu pula kenapa, bidang studi dalam komunikasi jarang atau bahkan tidak pernah membahas komunikasi dalam dunia binatang. Bahkan bidang-bidang komunikasi kita dewasa ini pun melibatkan manusia sebagai sumber dan penerima pesan. Televisi sebagai sumber institusi juga tak lain dari hasil manusia berfikir dan audiennya juga manusia. “Organisasi” televisi itu tak lain kumpulan orang-orang yang bekerja sama satu sama lain untuk memproduksi siaran. Ada beberapa bentuk atau pola komunikasi yang kita kenal anatara lain, komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal comunicatiaon), komunikasi antar personal (interpersonal comunication), komunikasi 11 kelompok (small group comunication) dan komunikasi massa (mass comunication). Jadi komunikasi massa kedudukannya sejajar dengan pola komunikasi lain. Secara ringkas, komunikasi itu melibatkan komunikator sebagai penyampai pesan dan komunikan sebagai penerimanya. Kemudian dua unsur ini di kembangkan lebih lanjut dengan melibatkan saluran (channel), umpan balik (feedback). Perbedaan unsur-unsur yang ada dalam komunikasi ini sangat tergantung pada pola komunikasi mana yang sedang dibahas. A B C Intrapersonal communication A B C Group communication A B C Interpersonal communication A B C Mass communication (Sumber: Hiebert, Ungurait dan bohn,1985). Dari bagan tersebut terlihat batapa kompleksnya pesan-pesan komunikasi massa yang disebarkan sehingga pesan yang diterima komunikan tidak sebanding dengan apa yang diinginkan komunikatornya. Sementara irisan yang paling besar pada komunikasi dengan diri sendiri. Alasannya, kerena hanya melibatkann satu orang, peluang pesan yang 12 diterima satu orang itu lebih besar. Meskipun, tidak menutup kemungkinan apa yang di kemukakan oleh komunikator (diri sendiri), tidak selamanya bisa dipahami atau terjawab oleh komunikan (diri sendiri) (Nurudin, 2003:15-16). Proses penerimaan pesan itu semakin menyempit sejalan dengan peningkatann jumlah orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Proses komunikasi dengan dua orang punya peluang perbedan persepsi dan tangkapan pesan karena melibatkan orang yang berbeda status, jenjang pendidikan, pengalaman hidup, warisan budaya keluarga dan lain-lain. Dalam komunikasi kelompok semakin mengecil tafsiran pertemuan atau persamaan antara pesan yang disebarkan dan penerimaannya. Sedangkan dalam komunikasi massa, arsiran semakin mengecil karena melibatkan orang yang lebih banyak dan heterogen dalam proses komunikasi. B. Film Sebagai Realitas Sosial Pengertian film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran, melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan 13 atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya (Baksin, 2003:6). Seperti kita ketahui bahwa film merupakan sebuah alat untuk menyampaikan pesan yang efektif dalam mempengaruhi khalayak dengan pesan-pesan yang disampaikan. Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat melalui muatan pesan-pesannya (massage) Alex Sobur (2003:127). Tema-tema yang diangkat didalam film menghasilkan sebuah nilai-nilai yang biasanya didapatkan dalam sebuah pencarian yang panjang tentang pengalaman hidup, realitas sosial, serta daya karya imajinatif dari sang pembuatnya dengan tujuan dalam rangka memasuki ruang kosong khalayak tentang sesuatu yang belum diketahuinya sama sekali sehingga tujuan yang ingin dicapainyapun sangat tergantung pada seberapa antusias khalayak terhadap tema-tema yang diangkat didalam film tersebut. Tema-tema yang diangkat biasanya tidak lepas dari masalah yang memang selama ini telah menjadi sebuah relita didalam kehidupan seperti tema cinta, keluarga, perjalanan hidup serta hal-hal yang memang selama ini menjadi daya kreatif, imajinatif sang pembuat film, seperti film kartun, animasi, dan sebagainya. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda, tanda-tanda ini termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting didalam film adalah gambar dan suara; kata yang diucapkan ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar dan musik film. 14 C. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi adalah suatu kegiatan yang baik sadar ataupun tidak disadari, setiap orang mengetahui dan melakukan kegiatan tersebut. Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk dalam komunikasi. Komunikasi yang proses penyebaran pesan melalui media massa, salah satunya melalui film. Media film bisa menjadi pesan yang akan disampaikan pada khalayak luas sebagai suatu bentuk komunikasi massa. Para teoritikus menyatakan bahwa film dewasa ini merupakan perkembangan produksi film yang dianggap sebagai kerja kolaboratif, yaitu melibatkan sejumlah tenaga kreatif seperti sutradara, penulis skenario, penata kamera, penyunting, penata artistik dan pemeran. Unsurunsur kreatif ini saling mendukung dan mengisi untuk membentuk totalitas film (Sumarno, 1996:107). Film sangat berbeda dengan seni sastra, seni rupa, seni suara, seni musik, dan arsitektur yang muncul sebelumnya. Seni film menganndalkan teknologi, baik sebagai bahan baku produksi maupun dalam hal penyampaian terhadap penontonya. Film merupakan penjelmaan terpadu antara berbagai unsur yakni sastra, teater, seni rupa, dengan teknologi canggih dan modern serta sarana publikasi (Baksin 2003:3). Menurut Baksi, pesan-pesan komunikasi film juga dikelompokkan dalam proses pembuatan dan penyampainnya, yang biasa disebut dengan genre. 15 C.1 Genre Dalam Film a. Definisi genre Istilah genre berasal dari bahasa prancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Kata genre sendiri mengacu pada istilah biologi yakni, genus, sebuah klasifikasi flora dan fauna yang tingkatannya berada di atas spesies dan di bawah family. Genus mengelompokkan beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciriciri tertentu. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter (Himawan, 2008:11). Klasifikasi tersebut yang akhirnya melahirkan genre-genre tertentu. b. Klasifikasi genre Klasifikasi genre yang berada dalam film jumlahnya sangat banyak, mencapai puluhan jenis genre. Tetapi untuk memudahkan dalam memahami maka genre dibagi berdasarkan pengaruh dan sejarah perkembangannya. Genre tersebut dibagi menjadi atas dua kelompok, yakni genre induk primer dan genre induk sekunder (Himawan, 2008:12). a. Genre induk primer Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan sinema era 1900an hingga 1930-an. Bisa kita katakan bahwa setiap film 16 mengandung setidaknya satu unsur genre induk primer namun lazimnya sebuah film adalah kombinasi dari beberapa genre induk sekaligus. Yang termasuk dalam kategori genre induk primer antara lain; genre (1) aksi (yakni film-film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita yang cepat), (2) drama (film-film yang umumnya berhubungan dengan tema, cerita, settting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata), (3) epik sejarah (genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah perjuangan), (4) fantasi (genre fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta, karakter yang tidak nyata, serta yang biasanya berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi), (5) fiksi-ilmiah (yakni yang berhubungan dengan masa depan, perjalanan luar angkasa, percobaan ilmiah, penjelajah waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini), (6) horror (film horor bertujuan untuk memberikan efek rasa takut, kejutan, serta terror yang mendalam bagi penontonnya), (7) komedi (adalah jenis genre film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya), (8) kriminal dan gangster (genre ini berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pembunuhan, dan lain-lain, 17 sering kali film ini mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diambil dari kisah nyata), (9) musikal (genre ini yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari, serta gerak. Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dalam cerita), (10) petualangan (film ini umumnya bercerita tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi kesuatu wilayah asing yang belum pernah tertentu), (11) perang (genre perang mengangkat tema kengerian teror yang timbul oleh aksiaksi perang) serta (12) western (adalah genre orisinil milik amerika. Tema film ini umumnya seputar konflik antar pihak baik dan jahat). b. Genre induk sekunder Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan popular yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer. Genre induk sekunder memiliki ciri-ciri karakter yang lebih khusus dibandingkan denga genre induk primer. Yang termasuk dalam kategori genre induk skunder, antara lain; (1) bencana (yakni film-film yang berhubungan dengan tragedi atau musibah baik skala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak manusia, baik bentuknya bencana alam maupun bencana akibat buatan manusia), (2) biografi (genre biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seseorang tokoh yang berpengaruh dimasa lalu maupun kini, genre ini merupakan pengembangan dari genre drama dan epik sejarah), (3) detektif (inti 18 ceritanya berkisar pada sebuah kasus kriminal pelik yang belum terselesaikan. Sang tokoh biasanya seorang detektif atau polisi yang menulusuri kembali jejak kasus tersebut), (4) melodrama (melodrama umumnya menggunakan cerita yang mampu menggugah emosi penontonnya secar mendalam dengan dukungan unsur “melodi” (ilustrasi musik). Pengembangan dari genre drama), (5) olahraga (mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlet, pelatih, agen maupun ajang kompetisi itu sendiri), (6) perjalanan (genre ini umumnya mengisahkan perjalanan darat jarak jauh dari satu tempat ke tempat lain dengan atau tanpa tujuan tertentu), (7) roman (pengembangan dari genre drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaannya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya), (8) superhero (film superhero adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik dan jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi tokoh-tokoh jahat), (9) supernatural (film-film yang berhubungan dengan mahluk-mahluk ghaib seperti hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca pikiran, masa depan, masa lalu, dan lainnya), (10) spionase (atau agen rahasia, biasanya berlatar pada cerita periode perang dingin atau intrik internasional antar Negara. Tema biasanya berurusan dengan senjata pemusnah masal, seperti nuklir, senjata biologis, teknologi, atau informasi penting yang dapat mengganggu keamanan nasional Negara atau dunia). 19 D. Unsur-Unsur Pembentukan Film Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya terdiri sendiri. Bisa kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan di olah, sementara unsur sinematika adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam sebuah film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentukan film berinteraksi dan (Himawan, 2008:1). Elemen sinematik tersebut juga saling berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara utuh. FILM Unsur Naratif Unsur Sinematik Mise en scene Sinematografi Editing Suara 20 Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan peristiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni, hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif. Unsur senematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Mise-en-scene adalah segalah hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-up, serta akting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan film serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya. Sedangkan suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. Seluruh unsur senematik tersebut saling terkait, mengisi, serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, sebuah film bisa saja tanpa menggunakan unsur suara sama sekali seperti dalam film era bisu, namun hal seperti ini lebih disebabkan oleh keterbatasan teknologi dan bukan akibat penyelesaian sinematik 21 (kesenjangan). Beberapa film juga terbukti telah mampu sangat minim atau bahkan meniadakan teknik editing namun jumlahnya masih sangat terbatas. E. Jenis-Jenis Film Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya yakni, naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki sruktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif (Himawan, dalam bukunya Memahami Film, 2008). Film dokumenter yang memiliki konsep realisme (nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki konsep formalisme (abstrak). Sementara film fiksi berada persis di tengah-tengah dua kutub terrsebut. Dokumenter Fiksi Eksperimental (nyata) (rekaan) (abstrak) a. Film Dokumenter Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau 22 argumen dari seorang sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis, konflik, serta penyelesaian seperti halnya film fiksi. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter juga dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya, tergantung kebutuhan para pembuatnya. Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas yang tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentitas peristiwa yang akan direkam. Umumnya film dokumenter memiliki bentuk sederhana dan jarang sekali menggunakan efek visual. Jenis kamera umumnya ringan (kamera tangan) serta menggunakan lensa zoom, stok film cepat (seneitif cahaya), serta perekam suara portable (mudah dibawah) sehingga memungkinkan untuk pengambilan gambar dengan kru yang minim. Efek suara serta ilustrasi musik juga jarang digunakan. Dalam memberikan informasi pada penontonnya sering menggunakan narator untuk membawakan narasi atau dapat pula menggunakan metode interview (wawancara). Teknik-teknik tersebut juga sering digunakan untuk produksi film fiksi. Namun terdapat perbedaan yang mendasar yakni, para pembuat film fiksi umumnya menggunakan teknik tersebut sebagai pendekatan 23 estetik (gaya), sementara pembuat film dokumenter lebih terfokus untuk mendukung subyeknya (isi atau tema). b. Film Fiksi Film fiksi biasanya terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta mengkonsep mengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Stuktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Dari segi cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola penembangan cerita yang jelas. Di sisi produksinya, film fiksi relatif lebih kompleks ketimbang dengan dua jenis film lainnya, baik masa pra-produksi, produksi, maupun pasca produksi. Film fiksi yang berada ditengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak, sering kali memilki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif maupun sinematik. di sisi lain terkadang film fiksi menggunakan teknik dari gaya dokumenter. Karena tak sedikit pula cerita film fiksi yang diambil dari kejadian nyata, penting, atau peristiwa bersejarah, yang pengambilan produksinya cenderung pada teknik gaya film dokumenter. Sementara di kutub lainnya, film fiksi juga terkadang menggunakan cerita dan latar abstrak dalam produksi filmnya. Latar atau setting abstrak sering kali digunakan untuk mendukung adegan mimpi atau halusinasi. Tetapi, terkadang dalam beberapa kasus film fiksi, hubungan kausalitas cerita dapat sedikit longgar serta membingungkan karena tidak jelasnya hubungan antara 24 satu adegan dengan adegan lainnya dalam pemakaian latar atau setting abstraknya. Namun ada juga film fiksi-abstrak yang berhasil sukses dalam pembuatan produksinya, salah satu contoh film fiksi-abstrak terbaik adalah “the seventh seal” karya sineas Wild Strawberries, yang memakai teknis fiktif-abstrak dalam adegan ksatria bermain catur dengan malaikat pencabut nyawa untuk mengulur waktu kematiannya. c. Film Eksperimental Film eksperimental merupakan film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Para pembuat film eksperimental umumnya bekerja diluar industri film utama (mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perorangan. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif para pembuatnya seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental juga umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang menentang kausalitas, hal ini disebabkan karena mereka mengunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri dalam dalam pembuatan filmnya. Dalam film terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi suatu film, yaitu audio dan visual. Pengertian masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut: a) Shot. adalah gambar atau adegan dengan angle yang sudah ditentukan sebelumnya. 25 b) Audio, meliputi dialog, musik, sound effect. Dialog berisi kata-kata. Kata-kata komunikasi yang paling penting antara orang dengan sesamanya. Menurut Costance Nash Virginia, dialog berfungsi untuk mengemukakan pandapat secara langsung, menjelaskan perihal tokoh atau peran, menggerakkan plot dan membuka fakta. (Hamzah, 1985:116). Sound effect merupakan efek suara yang memberikan warna dan kesan dramatis dalam suatu alur cerita. Misalnya suatu jeritan, suara mobil, suara ledakan, tiupan angin dan sebagainya. c) Visual; meliputi angel, lighting, gesture, kostume, visual effect. Yang dimaksud dengan engel adalah sudut pengambilan gambar oleh kamera dalam sebuah film. Angel kamera dibedakan menurut karakteristik dan gambar yang dihasilkan, yaitu: (1) straight angel, yaitu sudut pengambilan gambar yang normal, biasanya ketinggihan kamera setinggi dada dan sering digunakan pada acara yang gambarnya tetap. Mengesankan situasi yang normal. (2) low angel, yaitu sudut pengambilan gambar dari yang letaknya lebih rendah dari obyek. (3) Hight angel, yaitu sudut pengambilan gambar dari tempat yang lebih tinggi dari obyek. Lighting, merupakan pencahayaan dalam film. 26 Gesture adalah komunikasi tubuh yang mana sebagian besar dilakukan dengan lengan dan gerakan tangan serta sedikit sekali menggunakan kepala. Hayes menyatakan bahwa gesture adalah “semua gerakan tubuh kecuali unsur vokalisasi, jelas maupun tidak jelas untuk mengkomunikasikan suatu maksud baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Kostum adalah tata pakaian dalam film yang mana dalam kostum ini dapat memberikan kesan terhadap para pemain yang berkaitan dengan alur cerita dalam film. Visual effect merupakan efek visual yang mana memberikan kesan dramatis dalam suatu scene, misalnya animasi, ledakan, dan sebagainya. F. Definisi Konseptual a. Pesan Pesan adalah perintah. Nasehat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain (KBBI). Pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator (Effendy, 2005:18). Pesan yakni apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. (Deddy M, 2005:63). 27 Pesan mempunyai tiga komponen; makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat mempresentasikan obyek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya). Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatap muka, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian, film, dan sebagainya. Menurut widjaja (2003:32) pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai arti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengaruh didalam usaha mencoba mengubah sikap dan prilaku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikan akan selalu mengarah pada tujuan akhir komunikasi itu. Penyampaian pesan dapat melalui lisan, tatap muka, langsung atau menggunakan media/saluran. Adapun bentuk-bentuk pesan itu sendiri diantaranya bersifat: a. Informaif Memberikan keterangan-keterangan dan kemudian dapat mengambil kesimpulan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif lebih berhasil dari pada pesan persuasif. b. Persuasif Berisi bujukan, rayuan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan 28 memberikan perubahan sikap tetapi perubahan ini atas kehendak sendiri. c. Koersif Yaitu memaksa dengan menggunakan saksi, bentuk yang terkenal dari penyampaian pesan koersif adalah agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan penekanan batin dan ketakutan diantara sesame kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah, intruksi dan sebagainya. Pesan merupakan unsur komunikasi yang perlu dibahas dalam penelitian ini. Dimana dalam penyampaian pesan merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan komunikasi itu sendiri. Dalam perspektif komunikasi massa film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi film yang memahami hakekat, fungsi dan efeknya. Dalam hal ini film dijadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan yang diharapkan nanti pengaruhnya dalam pembentukan pola pikir, sikap, dan tingkah laku disamping menambah pengetahuan dan memperluas wawasan masyarakat bisa terpenuhi. Sementara menurut Dennis McQuail (1994:14) terdapat tiga tema pesan dalam sejarah perkembangan film yang sangat penting. Tema yang pertama adalah pemanfaatan tema film sebagai alat propaganda. Upaya membaurkan pengembangan pesan dengan hiburan memang sudah lama diterapkan dalam sastra dan drama. Tema yang kedua adalah unsur-unsur ideologi yang terselubung dan tersirat dalam 29 banyak film hiburan umum. Sedangkan tema terakhir adalah pendidikan, dimana film memilki kemampuan mengantar pesan secara unik. Kita semua dapat merasakan bahwa suasana digedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan karena pengamatan yang mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasi) pribadi kita dengan salah satu pemeran film tersebut. Sehingga seolah-olah kitalah yang sedang berperan. Hal ini adalah salah satu contoh kuatnya pesan film yang dapat mempengaruhi kita secara psikologis (Effendy, 2002:192). b. Pemahaman Tentang Pesan Sosial Istilah sosial (social) pada ilmu sosial menunjuk pada obyeknya, yaitu masyarakat. Sedangkan sosialisme adalah suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilihan umum (Soekanto, 2005:14) Etika secara sosial merupakan hal yang menyangkut hubungan manusia, baik secara langsung maupun bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara) sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun kewajiban/tanggung jawab sebagai anggota umat manusia terhadap lingkungan hidup (Suseno, 1997:7). Obyek sosial adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat. Adapun unsur masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah manusia. Dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun menentukan jumlah manusia. 30 Secara teoritis, angka minimumnya adalah dua orang manusia yang hidup bersama. 2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda mati. Oleh karenanya berkumpulnya manusia, akan memunculkan manusia-manusia baru. Sehingga timbullah sistem komunikasi dan peraturanperaturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. 3. Mereka sadar bahwa mereka suatu kesatuan. 4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem hidup bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena itu setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu sama lain (Soekanto, 1987:51) Adapun yang dapat dijadikan dalam kategori pesan sosial adalah sebagai berikut: 1. Keharmonisan Keharmonisan secara etimologi berasal dari “harmoni” yang bermakna keselarasan yang terdapat dalam diri seseorang dan dari keberadaan individu sebagai bagian dari masyarakat. Ciri masyarakat harmonis dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, menunjukkan persamaan atas hak masing-masing individu, akan tetapi pada sisi lain sampai pada batas tertentu, menghilangkan atau mengurangi hak-hak sebagai individu. Ini berarti bahwa untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, 31 individu harus merelakan sebagian kepentingannya, Kedua, adanya tanggung jawab bersama dari peran dan fungsi masingmasing anggota sesuai dengan kemampuannya untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan. Ketiga, adanya keterbukaan untuk menerima keberadaan anggota masyarakat lainnya, baik kekurangan maupun kelebihan. Dalam kehidupannya harus ditandai sikap yang saling menghormati, menghargai, memahami, mengerti dan mengasihi. Keempat, adanya keadilan yang dimaknai upaya memberikan kepada semua yang berhak atas haknya, baik pemilik hak itu sebagai individu atau kelompok, tanpa melebihi atau mengurangi. Kelima, mencerminkan kebebasan yang menunjukkan bahwa kehidupan harus bebas dari tekanan, intimidasi, kediktatora, manipulasi, dan segala bentuk penjajahan (Subardi, 2001:4041). Keharmonisan dapat tercipta jika dilandasi oleh rasa kasih sayang, seperti yang dijelaskan bahwa manusia dalam menjalin hubungan antara yang satu dengan yang lain, terwujud jika saling mengerti dan menghormati. Dengan kata lain manusia hanya berhasil mewujudkan kehidupan bersama secara harmonis dalam suasana yang saling mengasihi dan menyayangi. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keharmonisan adalah yang terdapat pada diri seseorang 32 sebagai individu maupun keberadaan individu yang selaras dengan orang lain sebagai bagian dari anggota masyarakat. 2. Kehormatan Kehormatan kelompok merupakan untuk ukuran menduduki bagi lapisan seorang tertinggi atau dalam masyarakat. Orang yang paling disegani dan dihormati akan mendapatkan tempat yang teratas, mereka biasanya adalah golongan yang pernah berjasa besar bagi kehidupan masyarakat. Dalam kehiduupan sosial, seseorang yang sangat dihormati akan memperoleh kedudukan didalam masyarakat. Kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam artian pergaulannya, prestasinya, hak-hak serta kewajibannnya (Soekanto, 1987:215-216). Sedangkan menurut Nawawi lebih menekankan bahwa kehormatan merupakan hak asasi berupa harkat dan kehormatan individu sebagai pribadi tidak ada jika manusia tidak hidup bermasyarakat. Hak asasi itu justru duperlukan karena manusia hidup bersama yang saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu dengan yang lain. Nawawi menjelaskan bahwa kehormatan mutlak dimiliki oleh individu didalam masyarakat terkait dengan keberadaan dan eksistensi serta partisipasinya yang harus dihormati, dihargai dan diakui. 33 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehormatan adalah ukuran bagi seseorang atau kelompok untuk menduduki lapisan dalam masyarakat berkat jasanya dan merupakan harkat individu sebagai anggota masyarakat. 3. Persahabatan Manusia merindukan persahabatan agar ia memperoleh individu-individu yang mendukungnya, meringankan kesulitankesulitannya serta untuk berbagi suka dan duka. Para sahabat seharusnya saling mengekspresikan ungkapan kasih sayang dan persaudaraan agar hubungan persahabatan mereka semakin kokoh. Jika kecenderungan seperti itu memudar, maka hubungan persahabatan akan melemah (Mahdi, 2003:125). Menurut Mahdi, persahabatan lebih menekankan pada fungsi hubungan antara individu tersebut dan persahabatan akan melemah jika fungsinya ikut memudar. Sedangkan menurut Gandhi (1988), persahabatan memiliki makna yang lebih dalam antar individu untuk saling memberi kebaikan dan mengingatkan dalam kesalahan. Persahabatan yang sejati ialah saling mengenal jiwa, sesuatu yang jarang terdapat di dunia ini. Dan hanya antar watak-watak yang sama dapat menjalin persahabatan dan bertahan lama. Dalam persahabatan orang saling memberi sambutan. Jadi persahabatan adalah hubungan antara satu individu dengan individu lainnya yang merupakan sel-sel pembentukan suatu 34 masyarakat dalam menyatukan berbagai kepentingan, rasa bersatu dan solidaritas untuk mengikat satu dengan yang lain. G. Analisis Isi Kuantitatif Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, obyektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick, 2000:135). Sedangkan menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Prinsip analisis isi berdasarkan definisi tersebut : 1. Prinsip sistematik Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Peneliti tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti. 2. Prinsip objektif Hasil analisis tergantung pada prosedur penelitian bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun penelitiannya berbeda. 35 3. Prinsip kuantitatif Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuansi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif. 4. Prinsip isi yang nyata Yang diteliti dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan peneliti. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak. Dalam hal ini analisis isi yang menjadi obyek penelitian adalah analisis isi pesan dalam sebuah film tentang pesan-pesan sosial yang terdapat didalam film yang akan dijadikan obyek penelitian, dan pendekatannya dengan menggunakan analisis isi pesan kuantitatif yang mengarah pada isi pesan sosial dengan memprosentasekan kemunculan pesan sosial dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Analisis isi kuantitatif memiliki definisi dan prinsip yang mendekati pada operasioanisasi konsep yang akan dijadikan obyek penelitian, maka analisis isi dipakai untuk meneliti penelitian tentang film ini. Meskipun terasa sulit untuk membuat klasifikasi dan mengkategorikan berbagai macam dan perbedaan penelitian yang menggunakan analisis isi, pembatasan tentang tujuan tersebut akan memberi gambaran tentang beberapa cara, sehingga dapat dipilih teknik 36 yang mana dapat diaplikasikan. Lima tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Mengurai isi komunikasi 2. Hipotesis uji atas karakteristik pesan 3. Pembandingan isi media dengan dunia nyata 4. Sebagai kesan kelompok khusus dalam masyarakat 5. Sebagai langkah awal batu studi tentang efek media Secara umum metode analisis isi dilaksanakan dalam tahapan-tahaban sebagai berikut: 1. Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis 2. Menetapkan dan mendefinisikan populasi 3. Menentukan sampel atau populasi 4. Memilih dan menentukan unit analisis 5. Membuat kategori isi yang akan dianalisis 6. Menetapkan sistem penghitungan 7. Melatih petugas koding dan bila perlu melakukan pra studi 8. Peng-kode-an sesuai dengan definisi yang telah ditentukan 9. Menganalisis data yang telah terkumpul 10. Membuat kesimpulan dan membuat indikator Sedangkan jantung dari metode analisis isi adalah sistem kategorisasi yang digunakan untuk mengklasifikasi isi media. Ketepatan dalam kategori ini akan memperjelas gambaran tentang topik penelitian. (R Dominick, 2003:149). 37 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dan Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan pendekatan analisis isi. Alasannya menggunakan analisis isi karena akan memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa atau sumber informasi yang lain secara obyektif dan sistematis. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui seberapa besar prosentase kemunculan pesan sosial dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri ini)”. Stone dalam Klaus Krippendorf (1991) mengemukakan analisis isi adalah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasikan secara sistematik dan obyektif, karakteristik khusus dalam sebuah teks. Selanjutnya meyakini karakteristik inferensi pengkodean unit-unit teks. Analisis isi diartikan sebagai metode untuk menganalisis semua bentuk komunikasi; surat kabar, buku puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, undang-undang, musik, teater dan sebagainya (Rahmat, 2002:89). B. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini yang termasuk didalam ruang lingkup penelitian adalah film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Untuk penelitian 38 ini unit analisis yang digunakan adalah keseluruan scene yang diteliti, yang mana berkaitan dengan bentuk-bentuk penyampaian pesan sosial. Untuk memudahkan penelitian, maka penulis disini juga menetapkan unit analisis, satuan ukur peneliti dan struktur kategorisasi. 1. Unit Analisis Unit analisis penelitian disini adalah scene dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Disini penulis akan meneliti keseluruhan scene yang ada dalam film tersebut yang mengandung pesan-pesan sosial dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” sebagaimana diungkapkan dalam kategorisasi. 2. Satuan Ukur Satuan ukur penelitian disini adalah frekuensi dari penyampaian pesanpesan sosial lewat scene film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” yaitu seberapa banyak pesan-pesan yang disampaikan dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. 3. Struktur Kategori Struktur kategori digunakan untuk memudahkan penelitian analisis data dalam film “Alangkah Lucuny (Negeri Ini)”. Kemudian kategori ini akan dimasukkan dalam coding sheet untuk dianalisis, dengan unit analisis berupa semua scene dalam film. Dalam hal ini kategorisasi untuk film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini) adalah sebagai berikut: 1. Persahabatan, yaitu suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim, yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan. Dengan indikator: 39 a) Tempat berkeluh kesah atau saling mencurahkan masalah, saling memberi nasihat, saran dan anjuran kepada sahabat (curhat). b) Memiliki solidaritas, yaitu sifat satu rasa (senasib), perasaan setia kawan atau senasib sepenanggungan. Saling menolong jika salah satu diantaranya membutuhkan pertolongan. 2. Kehormatan, yaitu tindakan penghargaan dan pernyataan hormat kepada orang atau pihak lain, atas nama baik dan harga diri yang lebih tinggi. Dengan indikator: a) Saling memberi sanjungan yang berisi perkataan untuk menyatakan kebaikan secara berlebihan kepada orang yang sangat di segani. Atau menyebutkan nama marga pada sebuah keluarga terpandang ditengah masyarakat. b) Adanya perbuatan mengabdi serta sikap dan salam penghormatan pada seseorang yang sangat dihormati karena statusnya yang lebih tinggi; seperti anak kepada ayahnya, calon menantu kepada calon mertuanya dan sebagainya, orang yang memiliki status rendah kepada orang yang berstatus tinggi. 3. Keharmonisan, yaitu hal atau keadaan yang mencapai keserasian dan keselarasan dalam hubungan seseorang dan orang lain di masyarakat. Dengan indikator: a) Saling bersimpati pada orang lain (simpati yaitu perasaan terhadap orang lain yang berpatokan pada diri sendiri). Dan saling bertegur sapa dalam kehidupan sehari-hari. 40 b) Kerjasama satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang menguntungkan bersama. Menjaga sopan santun untuk mempertahankan kerukunan masyarakat. Seperti saling membantu, menghormati dan menghargai; seperti kerukukan yang terjaga diantara sesama orang yang pada umumnya mempunyai status sama. Hasil dari kategori ini kemudian dimasukkan ke tabel sebagai berikut: Tabel I Lembar kerja koding Ketegori Unit Persahabatan Kehormatan Keharmonisan analisis Curhat Solidaritas Sanjungan Mengabdi Simpati Kerjasama Durasi Scene Data diolah oleh peneliti Tabel diatas di isi dengan tanda:  : Menyatakan ada unsur pesan sosial - : Menyatakan tidak ada unsur pesan sosial 41 C. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh langsung dengan dokumentasi berupa VCD (Video Compect Disk) film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”, scene yang dianggap memuat penyampaian pesan sosial. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknis analisis distribusi frekuensi. Teknis analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Dalam penerapannya, setiap pesan sosial yang terdapat dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” dimasukkan kedalam kategori yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat distribusi frekuensi untuk mengetahui frekuensi kemunculan dari setiap kategori tema penelitian. Distribusi frekuensi tersebut disajikan dalam table prosentase. E. Uji Reliabilitas dan Validitas Dalam uji reliabilitas kategori, penulis menggunakan sistem koding, dimana penulis dibantu oleh orang lain yang ditunjuk untuk menjadi pembanding atau hakim guna mengukur ketepatan penilaian penulis terhadap bentuk-bentuk pesan sosial dalam scene film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. 42 Sistem ini dirasa penulis paling tepat karena untuk melakukan sebuah analisis dalam scene film, diperlukan pemikiran subyektif, dan untuk menyamakan perspektif subyektif tersebut, diperlukan sebuah pembanding. Dengan hasil pemikiran penulis dibandingkan dengan pemikiran orang lain yang ditunjuk oleh penulis sebagai pembanding atau hakim. Uji ini dikenal dengan uji antar kode. Yang kemudian hasil pengokodingan dibandingkandengan rumus Hosty, yaitu: 2M CR = N1+N2 Keterangan: CR M : Coeficient Reliability : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding (hakim) dan periset N1,N2 :Jumlah peryataan yang diberi kode oleh pengkoding (hakim) dan periset Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reabilitas kategorisasi adalah 0,75. Jika persetujuan antara pengkoding (periset dan hakim) tidak mencapai 0,75, maka kategorisasi operasional mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau keterpercayaan (Rahmat, 2008:238). Penyempurnaan untuk memperkuat relibilitas yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 43 (% observed agreement- % expected agreement) Pi = (1- % expected agreement) Keterangan : Pi : Nilai keterhandalan (validitas) Observed agreement : Jumlah yang disetujui oleh pengkode yaitu C.R Expected agreement :Persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategorisasi, dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran dari proporsi keseluruhan, yaitu proporsi dari jumlah pesan yang dikuadratkan. 44 BAB IV GAMBARAN FILM “ALANGKAH LUCUNYA (NEGERI INI)” A. Data Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Judul : Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Pemain : - Reza rahardian Sutradara - Tio Pakusadewo - Tika Bravani - Jaja Mihardja - Asrul Dahlan - Rina Hassim - Deddy Mizwar - Sakura Ginting - Slamet Raharjo - Moh. Irfan Siagian. : Deddy Mizwar Sutradara pendamping : Aria Kusumadewa Produser Eksekutif : Giselawati Wiranegara Produser : Zairin Zain Penulis Naskah : Musfar yasin Tahun : 2010 (April) Genre : Drama komedi Rumah Produksi : Citra Sinema 45 B. Latar Belakang Produksi Film Beredarnya film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (untuk selanjutnya disebut ALNI) menandai 12 tahun kerjasama duo Deddy Mizwar-Musfar Yasin sebagai sutradara-penulis skenario, yang sekaligus menjadi film ke4 dari kolaborasi mereka setelah Kiamat Sudah Dekat, Ketika, dan Nagabonar Jadi 2. ALNI berpusat pada satu fragmen kehidupan Muluk (Reza Rahadian), seorang sarjana manajemen yang sejak lulus dari kampusnya dua tahun silam masih belum mendapatkan pekerjaan. Satu ketika di sebuah pasar yang padat, Muluk melihat seorang pencopet cilik beraksi. Muluk mengikuti copet itu, dan membekuknya di sebuah tempat. Peristiwa ini mengantarkan Muluk ke komunitas pencopet anak-anak dan remaja yang bekerja untuk bos copet Bang Jarot (Tio Pakusadewo), serta lahirnya sebuah ide unik: penerapan manajemen copet. Dalam kerjasama ini, Muluk menjadi ”konsultan” yang mendapatkan 10 % “management fee” dari penghasilan para copet cilik itu. Sisa pendapatan bersih dikelola Muluk dalam bentuk tabungan dan usaha lain yang lebih halal. Namun alih-alih hanya sebuah kerjasama ekonomi, interaksi Muluk dengan para begundal cilik itu juga berubah menjadi sebuah upaya meretas kondisi illiteracy (buta huruf) yang dialami para copet. Muluk mengajak serta kawan-kawannya seperti Samsul (Asrul Dahlan), seorang sarjana pendidikan yang juga masih menganggur dan lebih suka menghabiskan waktunya di gardu hansip untuk bermain gaple, 46 serta Pipit (Tika Bravani) yang kerjaannya mengikuti kuis-kuis TV untuk dapat hadiah, sebagai guru agama bagi anak-anak itu. Awalnya, proses pendidikan ”indie” ala Muluk dan kawan-kawan berjalan lancar. Para copet cilik itu pun terlihat menikmati interaksi mereka dengan trio pendidik mereka. Tapi ayah Muluk, Pak Makbul (Deddy Mizwar), yang merupakan sahabat Haji Rahmat (Slamet Raharjo)/Abahnya Pipit dan Haji Sarbini (Jaja Miharja)/Calon mertua Muluk, merasa ada sesuatu yang ”kurang beres” dengan profesi ”pengembangan sumber daya manusia” yang dijalani Muluk. Ketiganya memaksa Pipit untuk mengantarkan mereka ke tempat komunitas copet cilik itu. Ending film ini menjadi klimaks yang sangat layak ditonton, karena merupakan potret kontemporer dari kondisi bangsa Indonesia. Gagasan awal ALNI mulai berkelebat di kepala Musfar Yasin sejak 9 tahun silam. Selain menyeimbangkan proporsi kisah sebagai sebuah cerita, yang sesungguhnya serius, karena merupakan mimesis dari kondisi bangsa, takaran unsur pendidikan dan hiburan yang renyah, membuat film ini memiliki pesan moral yang sangat menyentuh bagi setiap warga Indonesia yang masih memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat akar rumput, khususnya anak-anak dan pemuda, yang terpinggirkan dalam sistem pembangunan Indonesia yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. 47 Film ini juga menandai fase baru cara kerja Deddy Mizwar yang lebih mengoptimalkan sutradara pendamping (co-director) yang kali ini dipercayakan kepada Aria Kusumadewa (Sutradara terbaik FFI 2009 – Identitas). C. Sinopsis Film Muluk, seorang sarjana manajemen tak pernah putus asa mencari kerja meski selalu gagal untuk mendapatkannya. Muluk tak pernah bosan masuk kantor/perusahaan untuk melamar dengan semangatnya, meski keluar dengan membawah kekecewaan. Kekecewaan itu menjadi kekesalan si Muluk ketika memergoki seorang anak remaja tanggung yang seenaknya mencopet seorang laki-laki tua. Muluk menyergap pencopet itu sambil mengancam akan melaporkannya kepolisi. Akan tetapi pertemuan dengan pencopet bernama Komet itu, ternyata membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawah Muluk ke markasnya, dan berkenalan dengan bos pencopet yang bernama Jarot. Di sana ternyata berkumpul anak-anak seusia Komet, yang kerjanya hanya mencopet. Mereka terbagi atas tiga kelompok; copet mall, copet pasar, copet angkot. Karena Muluk lulusan sarjana managemen, maka Muluk memutar otak untuk menjadikan peluang tersebut sebagai bentuk pedulinya terhadap nasib pencopet agar mereka tidak menjadi pencopet untuk selamaanya. Muluk menawarkan ilmu menejemen yang dikuasainya untuk 48 mengelola keuangan para pencopet, dan meminta imbalan 10% dari hasil nyopet anak-anak itu. Dengan uang yang dikelolanya, Muluk membuat program untuk mendidik para pencopet agar kelak tidak lagi mencopet. Muluk pun meminta bantuan kepada dua rekannya yang juga memilki nasib yang sama sebagai pengangguran, yaitu Samsul (sarjana pendidikan) yang kerjanya cuma main gaple di pos ronda dan Pipit (juga sarjana/D3) yang kerjanya cuma mengikuti kuis di stasiun TV yang tidak pernah membuahkan hasil. Mereka memberikan pelajaran tentang agama, budi pekerti, dan kewarganegaraan kepada para pencopet dengan imbalan uang hasil 10% dari yang Muluk dapatkan dari para pencopet itu. Ayah Muluk, Pak Makbul senang melihat anaknya sudah mendapatkan pekerjaan. Apalagi, seperti pengakuan Muluk kepadanya, bekerja dibagian SDM (Sumber Daya Manusia) untuk urusan pengentasan kemiskinan. Saking senangnya, Pak Makbul memberitahukan kepada Haji Sarbini, ayah Rahma calon besannya. Demikian juga yang dialami Haji Rahmat, ayah Pipit, senang pula melihat anaknya sudah dapat pekerjaan dan tidak lagi hanya mengharapkan imbalan dari kuis di TV yang tidak jelas. Suatu saat, Pak Makbul, Haji Sarbini dan Haji Rahmat ingin sekali melihat tempat anak-anaknya bekerja dengan memaksa Pipit untuk bisa mengajak mereka ketempat kerjanya bersama Muluk dan Samsul, alangkah terkejutnya ketika mereka mengetahui bahwa anak-anaknya selama ini telah mendapat gaji dari hasil mencopet buka dari hasil kerja di 49 bagian SDM yang diutarakan Muluk pada saat itu. Mereka sangat kecewa, serta sedih dengan apa yang telah dilakukan oleh anak-anaknya selama ini, mereka menangis di mushola tempat mereka berkumpul dengan memohon ampun kepada Tuhan atas kesalahan yang di perbuat oleh anak-anaknya. Akhirnya sejak kejadian itu, Muluk, Pipit dan Samsul memutuskan untuk menghentikan pekerjaan yang sudah dilakukannya tersebut, dengan menyerahkan sepenuhnya kepada para pencopet untuk memilih nasib kehidupan mana yang mereka semua akan jalani, tetap menjadi pencopet seperti dulu atau menjadi pengasong dari modal yang kini sudah ada, untuk merubah kehidupan mereka agar lebih baik dari sebelumnya. Para penncopet pun terbagi menjadi dua bagian yakni, ada yang tetap memilih menjadi pencopet seperti sebelumnya, dan ada juga yang menjadi pengasong sesuai dengan yang diharapkan oleh Muluk, Pipit dan Samsul. D. Profil Pendukung Film 1. Sutradara a) Deddy Mizwar Deddy Mizwar adalah seorang aktor, sutradara, dan produser film. Ia banyak terjun dalam perfilm-an Indonesia baik secara langsung sebagai aktor ataupun tidak langsung sebagai sutradara dan produser. Film-film yang ia garap banyak bernuansa da'wah dengan pesan moral dan agama yang ringan 50 dan menghibur. Deddy Mizwar, lahir di Jakarta, 5 Maret 1955. Ia pertama kali terjun ke dunia film pada 1976, dengan membintangi film Cinta Abadi arahan sutradara Wahyu Sihombing. Aktor senior pemenang 4 piala Citra (untuk film) dan 2 piala Vidya (untuk sinetron) ini sudah berpengalaman membuat sejumlah sinetron bermuatan dakwah dari serial Pengembara, Mat Angin sampai Lorong Waktu. Kecintaan aktor asli Betawi ini pada dunia seni tidak terbantahkan lagi. Buktinya, selepas sekolah, ia sempat berstatus pegawai negeri pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Namun ayah dari 2 anak ini hanya betah 2 tahun saja sebagai pegawai, karena ia lebih gandrung main teater. Ia bergabung di Teater Remaja Jakarta. Selebihnya, jalan hidupnya banyak ia baktikan pada dunia seni, lebih tepatnya seni peran. Darah seni itu rupanya mengalir deras dari ibunya, Ny. Sun'ah yang pernah memimpin sangar seni Betawi. Akhirnya, ia dan ibunya kerap mengadakan kegiatan seni di kampung sekitarnya. Kecintaannya pada dunia teater telah mengubah jalan hidupnya. Beranjak dewasa, sekitar tahun 1973, Deddy mulai aktif di Teater Remaja Jakarta. Dan lewat teater inilah bakat akting Deddy mulai terasah. Deddy pernah terpilih sebagai 51 Aktor Terbaik Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki. Tidak sekedar mengandalkan bakat alam, Deddy kemudian kuliah di LPKJ, tapi cuma dua tahun. Memulai karier di film pada 1976, Deddy bekerja keras dan mencurahkan kemampuan aktingnya, di berbagai film yang dibintangi. Pertama kali main film, dalam Cinta Abadi (1976) yang disutradarai Wahyu Sihombing, dosennya di LPKJ, dia langsung mendapat peran utama. Puncaknya, perannya di film Naga Bonar kian mendekatkannya pada popularitas. Kepiawaiannya berakting membuahkan hasil dengan meraih 4 Piala Citra sekaligus dalam FFI 1986 dan 1987 diantaranya: Aktor Terbaik FFI dalam Arie Hanggara (1986), Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Opera Jakarta (1986), Aktor Terbaik FFI dalam Naga Bonar (1987), dan Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Kuberikan Segalanya (1987). Di awal tahun 90-an, karir Deddy Mizwar mencapai puncak. Melalui kekuatan aktingnya yang mengagumkan, popularitas ada dalam genggamannya. Meski namanya semakin populer, Deddy merasa hampa. Di tengah rasa hampa, pikirannya membawanya kembali pada masa kecilnya. Lahir di Jakarta 5 Maret 1955, ia tumbuh di tengah nuansa religius etnis Betawi. Ia terkenang suasana pengajian di surau yang tenang dan sejuk. Jiwanya ingin kembali mencicipi suasana teduh di masa kecil itu. Pergolakan batinnya akhirnya berakhir setelah ia 52 meyakini bahwa hidup ini semata-mata beribadah kepada Allah. Sejak itu, Deddy belajar agama secara intens. Kini segala hal harus bernilai ibadah bagi Deddy. Termasuk pada bidang yang digelutinya yakni dunia perfilman dan sinetron. Suami dari Giselawati ini kemudian memutuskan untuk terjun langsung memproduksi sinetron dan film bertemakan religius sebagai wujud ibadahnya kepada Allah. Didirikanlah PT Demi Gisela Citra Sinema tahun 1996. Tekadnya sudah bulat kendati pada perkembangan berikutnya banyak rintangan dan hambatan ditemui. Ketika itu sinetron religius Islam masih menjadi barang langka dan kurang bisa diterima pihak stasiun televisi. Kondisi ini tidak menyurutkan langkahnya. Maka dibuatlah sinetron Hikayat Pengembara yang tayang di bulan Ramadhan. Usahanya berbuah hasil. Rating sinetron ini cukup menggembirakan. Setelah itu hampir semua stasiun televisi menayangkan sinetron religius bulan Ramadhan. Hingga akhirnya berbagai produksi lainnya diciptakan dari tangan seorang Deddy wizwar serta dalam setiap kesempatan sering juga merangkap menjadi pemain, produser dan sutradara dalam pembuatan film lainnya. Adapun catatan sinematografi Deddy Mizwar adalah sebagai berikut: Film 53 1) Cinta Abadi (1976) 2) Ach Yang Benerrr... (1979) 3) Bukan Impian Semusim (1982) 4) Sunan Kalijaga (1984) – Raden Mas Sahid/ Sunan Kalijaga 5) Hati yang Perawan (1984) 6) Hatiku Bukan Pualam (1985) 7) Sunan Kalijaga & Syech Siti Jenar (1985) - Sunan Kalijaga 8) Saat-Saat Kau Berbaring Di Dadaku (1985) 9) Menumpas Teroris (1986) 10) Opera Jakarta (1986) 11) Arie Hanggara (1986) 12) Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986) 13) Kuberikan Segalanya (1987) 14) Naga Bonar (1987) - Jenderal Naga Bonar 15) Kerikil-Kerikil Tajam (1987) 16) Cintaku di Rumah Susun (1987) 17) Bilur-Bilur Penyesalan (1987) 18) Ayahku (1987) 19) Irisan-Irisan Hati (1988) 20) Bayi Tabung (1988) 21) Putihnya Duka Kelabunya Bahagia (1989) 22) Jangan Renggut Cintaku (1990) 54 23) Satu Mawar Tiga Duri (1990) 24) Jual Tampang (1990) 25) Gema Kampus 66 (1991) 26) Nada dan Dakwah (1991) - KH. Murad 27) Ketika (2005)* - Tajir Saldono 28) Kiamat Sudah Dekat (2003)* - H. Romli 29) Naga Bonar (Jadi) 2 (2007)* - Nagar Bonar 30) Ketika Cinta Bertasbih (2009) - KH. Luthfi Hakim 31) Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009) - KH. Luthfi Hakim 32) Cinta 2 Hati (2010) 33) Bebek Belur (2010) 34) Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010)* 35) Pengantin Cinta (2010) 36) Fana : The Forbidden Love (2010) - Teuku Uzman Catatan : * juga sebagai sutradara Sinetron 1) Hikayat Pengembara (serial TV setiap sahur pada Bulan Ramadhan) 2) Lorong Waktu 1-6 (H. Husain) 3) Demi Masa 4) Kiamat Sudah Dekat (H. Romli) 55 5) Para Pencari Tuhan seri 1-4 (2007-2010) * - Bang Jack (H. Ahmad Zakaria) Catatan : * juga sebagai sutradara Iklan 1) Yamaha 2) Warta Kota 3) Antangin JRG 4) Promag 5) Air Minum Club 6) Atlas 7) Sozziz Prestasi Juara : 1) Pemeran Pria Terbaik FFI dalam Arie Hanggara (1986) 2) Pemeran Pembantu Pria Terbaik FFI dalam Opera Jakarta (1986) 3) Pemeran Pria Terbaik FFI dalam Naga Bonar (1987) 4) Pemeran Pembantu Pria Terbaik FFI dalam Kuberikan Segalanya (1987) 5) Pemeran Pembantu Pria Piala Terbaik Piala Vidia FSI dalam Vonis Kepagian (1996) 56 6) Pemeran Pria Terbaik dan Sutradara Terbaik sekaligus Sinetron Terbaik FSI dalam Mat Angin (1999) 7) Pemeran Pria Terbaik FFI dalam Naga Bonar Jadi 2 (2007) Nominasi FFI : 1) Bukan Impian Semusim FFI 1982 2) Sunan Kalijaga FFI 1984 3) Saat-saat Kau Berbaring Di dadaku FFI 1985 4) Kerikil-kerikil Tajam FFI 1985 5) Kejarlah Daku Kau Kutangkap FFI 1986 6) Ayahku FFI 1988 7) Putihnya Duka Kelabunya Bahagia FFI 1989 8) Dua Dari Tiga Lelaki FFI 1990 9) Jangan Renggut Cintaku FFI 1990 Penampilan lain 1) Adzan Subuh di SCTV (2010) 2) Adzan Maghrib di SCTV (khusus untuk penayangan SCTV di wilayah Jakarta dan sekitarnya) (2010) 57 2. Pemeran Utama a) Reza Rahardian Reza Rahadian lahir di Jakarta, 5 Maret 1987, Menjadi aktor sudah menjadi cita-cita Reza Rahadian sejak ia masih kecil. Makanya tak heran bila ia lantas aktif berkegiatan teater, pada saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu, anak pertama dari dua bersaudara ini juga rajin mendaftarkan diri di berbagai ajang pemilihan model yang diadakan oleh sejumlah majalah remaja tingkat nasional. Jerih payahnya tidak sia-sia. Reza berhasil menyabet juara Favorit Top Guest majalah Aneka Yess!! Tahun 2004. Kemenangannya tersebut semakin membulatkan tekadnya untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya tersebut. Ia sering mendatangi berbagai casting sinetron serta film. Namun, jalan yang harus ditempuh Reza sangatlah tidak mudah. Reza harus menunggu selama satu tahun sebelum akhirnya mendapat sebuah peran pertamanya di sinetron produksi Rapi Film yang berjudul “Culunnya Pacarku” ditahun 2005. Kesempatan yang datang tersebut dimanfaatkan Reza dengan sebaik-baiknya. Ia berusaha mengerahkan seluruh kemampuan akting yang ia miliki. Terbukti, ia kembali dipercaya pihak Rapi Film untuk bermain dalam sinetron 58 produksi mereka. Sebut saja sinetron Inikah Rasanya, Mutiara Hati, Cinta SMU 2, ABG dan Aku Hamil. Aktor Pengagum Deddy Mizwar ini mengaku senang karena akhirnya cita-cita masa kecil bisa terwujud. Apalagi karena lewat honor yang diperolehnya tersebut, ia dapat menghidupi mama dan adik perempuan semata wayangnya sebagai tulang punggung keluarga. Kini, usaha keras Reza menjadi yang terbaik di dunia hiburan mulai membuahkan hasil. Setidaknya bisa diliat sejumlah judul film dan sinetron yang ia bintangi. Bahkan dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) yang sudah diadakan beberapa kali, nama Reza Rahardian masuk dalam deretan nominasi sebagai aktor dan pemeran pembantu terbaik berkat akingnya dalam berbagai judul film seperti; "Emak Naik Haji” (2009), “Perempuan Berkalung Sorban” (2009). Dan baru bisa mewujudkan menjadi juara FFI di tahun 2010 sebagai aktor pemeran utama terbaik dengan sebuah film berjudul “3 hati, 2 dunia, 1 cinta”. Setelah mengungguli nominasi terbanyak sebagai aktor pemeran utama terbaik dengan judul film lainnya yakni “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Adapun catatan sinematografi Reza Rahardian adalah sebagai berikut: 59 Film 1) Film Horor (2007) 2) Pulau Hantu 2 (2008) 3) Perempuan Berkalung Sorban (2009) 4) Kirun + Adul (2009) 5) Queen Bee (2009) 6) Perjaka Terakhir (2009) 7) Emak Ingin Naik Haji (2009) 8) Hari Untuk Amanda (2010) 9) Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010) 10) 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010) Sinetron 1) Inikah Rasanya 2) Culunnya Pacarku 3) Idola 4) Cinta SMU 2 5) Habibi dan Habibah 6) ABG 7) Isabella (sinetron) 8) Cewek Penakluk 60 Prestasi Juara : 1) Top Guest Aneka yess!! (2004) 2) Pemeran Pria Terbaik FFI dalam 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta (2010) Nominasi FFI: 1) Emak Naik Haji FFI (2009) 2) Perempuan Berkalung Sorban FFI (2009) 3) Alangkah Lucunya (Negeri Ini) FFI (2010) b) Ratu Tika Bravani Wajahnya masih asing di dunia perfilman Indonesia. Film pertamanya adalah film garapan Deddy Mizwar, alangkah lucunya (negeri ini), ia menunjukan kualitas aktingnya di depan para pemain senior seperti reza rahardian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo. Ratu Tika Bravani, yang kelahiran Denpasar, 17 Februari 1990 tersebut berhasil meyakinkan para pendukung film ALNI meskipun film itu adalah kali pertama ia berakting di dunia film. Dengan berperan sebagai Pipit yang merupakan anak dari haji Rachmat (Slamet Raharjo), ia berhasil meyakinkan bahwa meskipun ini 61 film pertamanya namun ia dapat berakting dengan mengaggumkan. Namun kepiawaiannya dalam berakting tidak ia dapat begitu saja, gadis yang akrab disapa Tika itu awalnya menggeluti dunia akting lewat teater. Dan juga pernah menggeluti beladiri Jiujitsu. Meskipun semenjak kuliah ia meninggalkan dunia teater, bakat tersebut nampaknya tidak bisa lepas dari dirinya. Terbukti dengan lolosnya Tika ketika casting untuk berakting dalam film alangkah lucunya (negeri ini). Tidak hanya berkat bakat aktingnya yang mampu membawa dirinya ke dunia film, tapi karena sebelumnya ia pernah ikut Abang None Jakarta Barat (Juara I) dan Abang None Jakarta Pusat (Finalis) (2009). Berangkat dari ajang tersebut, kesempatan untuk berkecimpung di dunia hiburan pun terbuka lebar. Ia tidak menyia-nyiakannya saat ditawari casting untuk film produksi Citra Sinema ini. Adapun catatan sinematografi Ratu Tika Bravani adalah sebagai berikut: Film 1) Alangkah Lucunya (Negeri ini) (2010). 62 c) Asrul Dahlan Aktor yang melejit lewat sinetron Para Pencari Tuhan ini, memulai bakat teaternya karena sering nongkrong di teater Taman Ismail Marzuki yang tidak sengaja di ajak oleh saudaranya. Awalnya Asrul adalah penggila sepak bola, terbukti pria kelahiran Sumatera, 15 Februari 1971 ini pernah menjadi pemain di inti di PSMS junior Medan Sumatera Utara saat duduk di Sekolah Menengah Pertama, tapi sayang baru dua bulan berjalan menjadi pemain sepak bola, dia harus pindah kejakarta untuk mengikuti keinginan orang tuanya. Dari sinilah Asrul pindah ketertarikan dari pemain bola ke dunia seni peran, yang akhirnya memutuskan untuk menimba ilmu seni di Institut Kesenian Jakarta. Terbukti dia dapat mengawali karirnya sebagai pemain figuran dalam sinetron yang di produseri oleh Deddy Mizwar, yang akhirnya membuka jalan untuk Asrul terjun ke barbagai judul film lainnya. Adapun catatan sinematografi Asrul Dahlan adalah sebagai berikut: Film 1) Doa Yang Mengancam (2008) 2) King (2009) 63 3) Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010) 4) Tanah Air Beta (2010) 5) Jakarta Magrib (2011) Sinetron 1) Lorong Waktu 2) Para Pencari Tuhan 1-4 64 BAB V SAJIAN DATA DAN ANALISIS FILM A. Review Data Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Berikut ini penulis menyajikan ulasan per-scene dari film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” disertai review tiap scene. Untuk lebih jelasnya, data penulis disajikan dalam bentuk tabel dengan ulasan yang memudahkan untuk di telaah. Review per-scene film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” Scene Waktu Review Disc 01 “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” Into 00:00 - 00:09 1 00:10 – 01:39 Opening title Perjalanan Muluk memulai aktifitas untuk mencari pekerjaan hingga sampai di sebuh pasar tumpah (sambil mengamati berbagai aktifitas pedagang dan aktifitas orang lainnya) 65 2 01:40 – 03:21 Pengamatan Muluk kepada aktifitas para mencopet yang sedang beraksi diipasar tersebut (hingga bertemunya Muluk dengan pencopet bernama Komet) 3 03:22 – 04:21 Muluk melamar pekerjaan di perusahaan yang sedang bangkrut (dialog tentang menejement dengan pimpinan perusahaan) 4 04:22 – 04:42 Perdebatan 2 sahabat H. Makbul dan H. Sarbini tentang arti penting pendidikan serta Muluk yang masih belum bekerja (di Musholla) 5 04:43 – 05:03 Aktifitas Muluk mencari pekerjaan di PJTKI tapi tetap belum mendapatkan hasil 66 6 05:04 – 05:33 Perdebatan H. Makbul dan H. Sarbini mengenai Muluk (di Musholla) 7 05:34 – 05:50 Perjalanan Muluk menghampiri info lowongan kerja di koran yang ternyata perusahaannya sudah pindah ke Vietnam 8 05:51 – 06:08 Melanjutkan perdebatan di luar Musholla (2 sahabat H. Sarbini&Makbul) 9 06:09 – 07:29 Aktifitas warga yang sedang berebut mendapatkan sembako gratis (serta perdebatan pentingnya pendidikan dari 2 sahabat yang masih berlanjut) 10 07:30 – 08:26 Perjalanan pulang 3 sahabat dari Musholla dan masih diselingi perdebatan 67 ringan mengenai Muluk dan Pendidikan 11 07:27 – 09:03 Perbincangan antara H. Makbul dan Muluk mengenai rencana Muluk untuk berternak cacing 12 09:04 – 10:14 Muluk memintak pendapat kepada H. Rahmat tentang rencananya untuk berternak cacing (Pipit memberikan saran untuk berternak jangkrik) 13 10:15 – 10:51 Kunjungan Muluk kerumah calon mertuanya (H. Sarbini) 14 10:52 – 11:29 Gambaran aktifitas Pipit yang juga pengangguran putri H. Rahmat setiap hari (mengikuti berbagai undian dan kuis yang diadakan oleh berbagai produk di media) 68 15 11:30 – 11:51 Muluk memulai aktifitasnya lagi untuk mencari kerja (bertemu temannya Samsul sarjana pendidikan yang juga pengangguran) 16 11:52 – 13:14 Aktifitas Muluk berusaha mencari kerja & bertemunya Muluk dengan Komet sang pencopet cilik di warung makan 17 13:15 – 14:01 Perbincangan H. Sarbini & H. Makbul tentang tawaran untuk si Muluk agar berdagang dengan anaknya 18 14:02 – 16:07 Berkunjungnya Muluk ke markas para pencopet tinggal bersama komet, dan bertemu dengan bang Jarot (sang pimpinan) untuk melakukan 69 penawaran kerjasama 19 16:08 – 17:27 Aktifitas Pipiit mengikuti acara kuis yang diadakan di televisi tetapi tidak pernah mendapatkan hasil 20 17:28 – 18:41 Penjelasan tawaran kerjasama Muluk untuk mengelolah keuangan para pencopet dengan imbalan 10% dari hasil mencopet (bersama bang Jarot dan seluruh pencopet) 21 18:42 – 19:04 Perbincangan ringan para pencopet mengenai bentuk kerjasama yang ditawarkan Muluk ( gambaran pro & kontra mengenai keputusan bang Jarot untuk menerima kerjasama tersebut) 22 19:05 – 20:48 Perbincangan Muluk dan H. Makbul mengenai 70 Muluk yang telah mendapatkan pekerjaan sebagai staf bagian pengentasan kemiskinan di pengembangan SDM (yang pada intinya Muluk belum berkata jujur tentang kerjasamanya bersama para pencopet) 23 20:49 – 22:06 Niatan H. Makbul untuk memberitahu kepada H. Sarbini sahabatnya tentang berita bahagia, si Muluk telah mendapatkan pekerjaan (batal karena H. Sarbini sedang ada tamu si Jupri calon anggota DPR yang ingin melamar Rahma) 24 22:07 – 26:53 Pengenalan si Muluk dengan para anggota pencopet satu persatu dan pengarahan serta 71 penjelasan proyek kerjasama yang akan dilakukan bersama dengan dia 25 26:54 – 28:27 Aktifitas masing-masing kelompok pencopet di wilayah yang telah ditentukkan (copet mall, pasar, dan angkot) 26 28:28 – 30:59 Penghitungan hasil nyopet hari ini dan setoran hasil nyopet kepada pengelolah keuangan (dari sini Muluk mula tahu bahwa tak seorang pun dari para pencopet ini yang bisa baca tulis) 27 31:00 – 32:07 Aktifitas para pencopet di markas pada malam hari serta pengumuman dari bang Jarot untuk selalu waspada dan hati-hati dengan Muluk agar tidak 72 ditipu 28 32:08 – 33:12 Aktifitas harian para pencopet seperti biasa (copet mall, pasar, dan angkot) serta proses penyetoran uang hasil nyopet hari itu kepada pengelolah keuangan si Muluk 29 33:13 – 33:28 Pak H. Mabrur menyuruh Muluk mengantarkan sedikit kue yang di bawah Muluk sepulang dari tempat kerja kepada H. Sarbini sahabatnya (agar dia bisa membuktikan bahwa pendidikan yang selalu didebatkan mereka berdua sifatnya penting) 30 33:29 – 33:57 Kunjungan Muluk ke rumah calon mertuanya H. Sarbini serta bincangbincang ringan mengenai 73 pekerjaannya saat ini 31 33:58 – 34:29 Aktifitas harian para pencopet dan setoran kepada Muluk 32 34:30 – 35:22 Kunjungan Muluk Ke H. Rahmat sahabat ayahnya untuk bersilaturrohmi (bincang-bincang masalah pekerjaan Muluk) 33 35:23 – 38:27 Aktifitas di markas pencopet serta tawaran dan penjelasan Muluk kepada para pencopet untuk memulai hidup baru mereka yakni menjadi pengasong (tetapi para pencopet masih belum mau mennjadi pengasong) 34 38:28 – 40:47 Muluk menjelaskan niatnya untuk menjadikan sebagian dari para pencopet sebagai 74 pengasong dan memberikan pendidikan kepada mereka disela-sela aktifitas yang dijalani, kepada bos para pencopet itu (bang Jarot) 35 40:48 – 41:32 Muluk menawarkkan pekerjaan kepada sahabatnya Samsul pengangguran sarjana pendidikan untuk ikut bekerjasama dengan proyek yang dijalaninya saat ini 36 41:33 – 46:47 Pengenalan bang Samsul kepada para pencopet untuk menjadi pengajar di kelas bebas untuk mengenal pendidikan bagi para pencopet agar mereka dapat menjadi orang yang lebih baik 75 37 46:48 – 47:31 Kunjungan Muluk ke rumah calon mertua H. Sarbini (ngobrol tentang kapan Muluk akan segera melamar Rahma anaknya) 38 47:32 – 48:03 Protesnya Glan pimpinan copet mall kepada bang Jarot mengenai rencana Muluk untuk mengadakan kelas bebas untuk pendidikan para pencopet tetapi bang Jarot tidak menyetujuinya Scene Waktu Review Disc 02 “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” 39 00:00 – 00:19 Lanjutan dari scene di disc 2 tentang protesnya Glan atas rencana Muluk mengadakan kelas bebas untuk pendidikan pencopet 76 40 00:20 – 01:38 Hari pertama bang Samsul mengajar di kelas bebas untuk pendidikan para pencopet yang mempunyai kendala teentang cara menulis abjad 41 01:39 – 02:01 Curhatnya Samsul kepada Muluk tentang hari pertama mengajar anakanak pencopet yang tidak tahu aturan 42 02:02 – 03:10 Samsul Mengajar hari berikutnya di kelas para pencopet tentang abjad huruf A 43 03:11 – 03:54 Perbincangan Muluk dengan H. Rahmat untuk bisa mengajak Pipit anaknya dapat bekerja dengan Muluk (lokasi Musholla setelah sholat) 77 44 03:55 – 08:56 Perjalanan dan hari pertama Pipit diajak Muluk untuk ikut bekerja dengan dia di markas para pencopet, serta perkenalan Pipit dengan para pencopet sebagai guru agama yang akan mengajar di kelas bebas 45 08:57 – 09:27 Scene perjalan Pipit dan Muluk pulang disertai dialog tentang honor yang didapatkan dari hasil nyopet 46 09:28 – 09:38 Aktifitas hari pertama Pipit masuk kelas bebas yakni mengajar kalimat syahadad kepada para pencopet 47 09:39 – 11:10 Memulai kegiatan mandi agar selalu bersih dan membiasakan para pencopet untuk mandi 78 setiap hari (rangkaian kegiatan pengajaran Pipit tentang ilmu agama mengenai kebersihan) 48 11:11 – 13:13 Berbagai kegiatan belajar mengajar yang diadakan di kelas bebas para pencopet (dari mulai berhitung, mengenal sholat, mengenal gedunggedung DPR dll) 49 13:14 – 16:04 Aktifitas lain dari rangkaian kegiatan belajar mengajar di kelas para pencopet yakni praktikum sholat berjamaah, permainan (out bound), upacara bendera dll. 50 16:05 – 16:57 Rumah H. Sarbini calon mertua Muluk yang kedatangan tamu si Jupri calon anggota DPR yang juga suka dengan Rahma 79 (anak H. Sarbini) 51 16:58 – 17:54 Pipit panik karena abahnya dan H. Makbul (ayah Muluk) mau ikut ke tempat mereka bekerja saat ini yakni markas para pencopet 52 17:55 – 18:58 Samsul dan Muluk mengadakan acara peresmian pengalihan profesi dari pencopet ke profesi pengasong 53 18:59 – 20:03 Perjalanan Pipit dan rombongan ayahnya ketempat markas para pencopet untuk mengetahui aktifitas mereka 54 20:04 – 29:57 Peresmian pemindahan profesi yang dihadiri oleh orang tua Pipit dan Muluk membuat suasana serba 80 salah, dan akhirnya mereka mengetahui bahwa anak-anaknya selama ini bekerja mendapatkan upah dari hasil mencopet yang mereka berinama pemberdayaan SDM 55 29:58 – 30:43 Perjalanan pulang ayah mereka (Muluk & Pipit) sambil membicarakan anak-anak mereka yang mendapatkan upah dari hasil mencopet tersebut 56 30:45 – 34:10 Suasana di rumah Pipit dan Muluk setelah kejadian tadi pagi yakni mengertinya ayah mereka dengan pekerjaan yang dilakukan anak-anaknya (perasaan bersalah membimbing anakanaknya) 81 57 34:11 – 35:43 Muluk dan Pipit sedih atas apa yang telah mereka lakukan terhadap ayahnya saat ini (serta bang Samsul yang terus berkeinginan untuk mengajar di tempat para pencopet karena dia tak mau lagi menjadi pengangguran seperti dulu) 58 35:44 – 36:49 Suasana kesedihan ayah mereka yang ditumpahkan dengan berdoa di musholla tempat ngumpul untuk berdoa bersama(serta kesedihan Muluk & Pipit saat melihat ayah mereka menangis karena perbuatan mereka) 59 36:50 – 38:59 Suasana perdebatan Samsul dan 2 sahabatnya (Muluk & Pipit) untuk 82 terus menjalankan aktifitas sebagai pengajar di kelas pencopet karena Samsul menganggap hidupnya sangat berarti di situ 60 39:00 – 41:34 Kembalinya Muluk, Pipit, dan Samsul ke markas pencopet untuk memutuskan pamit dari kegiatan yang sudah mereka lakukan dan menyerahkan semua keputusan pada para pencopet dan bang jarot sang pimpinan copet untuk terus melanjutkan berbagai aktifitas yang sudah mereka pilih, dengan memberikan semua hasil yang sudah dikelolah mereka selama ini 83 61 41:35 – 43:19 Kemarahan bang jarot kepada para pencopet karena mereka sudah ditinggal oleh Muluk dan tak lagi diajarkan berbagai kegiatan yang bermanfaat selain mencopet, dengan memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih menjadi pengasong atau pencopet selamanya 62 43:20 – 43:32 Setelah Muluk tak lagi bekerja sebagai pengelolah keuangan para pencopet pak H. Makbul ayahnya memberikan saran agar dia belajar les mengendarai mobil untuk menunjang pekerjaan yang akan dia cari setelah ini, karena di yakini skill ini dapat membantu 84 63 43:33 – 44:50 Kembalinya aktifitas yang dijalani oleh Pipit dan bang Samsul seperti semula (yakni ikutan kuis yang diadakan di TV dan bermain gaplek di pos ronda) serta berfikirnya Komet untuk berkeinginan sebagai pengasong 64 44:51 – 45:32 Jupri sebagai calon anggota DPR berkampanye dengan memasang berbagai posternya di sudut-sudut desa 65 45:33 – 46:23 Keputusan komet dan teman-temannya copet pasar sudah diambil yakni menjadi seorang pengasong bukan lagi pencopet, tetapi Gland an yang lain tetap ingin menjadi pencopet 85 66 46:24 – 48:43 Aktifitas Comet sebagai pengasong dan Glan yang dikejar-kejar massa karena ketahuan mencopet 67 48:48 – 51:23 Perdebatan antara Muluk dan Satpol PP yang ingin membelah para pengasong (Komet dan kawankawan) dan akhirnya Muluk yang harus bertanggungjawab karena menyuruh mereka lari 68 51:24 – 55:16 Title closing film Alangkah Lucunya (negeri ini) dengan tulisan penutup pasal 34 ayat (1) UUD 45 dan nama-nama kru Dari review per-scene diatas, kita dapat memahami adegan demi adegan yang terjadi dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”, hal ini dijadikan dasar untuk pembahasan berikutnya. 86 B. Uji Reliabilitas Berikut ini penulis menyajikan keterangan dari ulasan pada tabel hasil dari 2 koder setelah menyaksikan film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” Pn : Peneliti K : Koder (1 dan 2) M : Kesepakatan dua koder CR : Coefisien Reliability N1,N2 : Jumlah item yang dikoding Rumus Holsty untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian 2 koder : 2M CR = N1 + N2 2(335) CR = 408+408 670 CR = = 0,82 816 Untuk selanjutnya, nilai juga disebut OA (Observed Agreement). Berikut untuk hasil uji dengan menggunakan rumus Scoot Pi untuk mendapatkan nilai keterhandalan, maka dipergunakan hitungan sebagai berikut : 87 Struktur kategori F X X2 Persahabatan 112 0,33 0,10 Kehormatan 114 0,34 0,11 Keharmonisan 109 0,32 0,10 Jumlah 335 EO = 0,31 (% Observed Agreement - % Expected Agreement ) Pi = (1- % Expected Agreement) % OA - % EA Pi = 1- % EA 0,82 – 0,31 Pi = 0, 69 0,51 Pi = = 0,73 0, 69 Dengan demikian maka diperoleh nilai keterhandalan untuk pengamatan diatas adalah 0,73 C. Analisis Data Penelitian disini akan menguraikan dan menganalisis kandungan pesan sosial dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” yang telah didokumentasi sehingga dapat diperoleh jawaban atas rumusan masalah tersebut. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi dan unit analisis yang digunakan adalah scene dari film 88 “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Sedangkan untuk satuan ukur peneliti menggunakan teknik frekuensi kemunculan kesepakatan ketegori yang telah dibuat indikator kesepakatannya dalam struktur kategori. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis isi dengan unit analisisnya per-scene. Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini frekuensi kemunculan kesepakatan kategori tema yang telah ditetapkan dalam struktur kategori. Kategori dalam tulisan disini adalah berkaitan dengan pesan sosial, yaitu persahabatan, kehormatan, dan keharmonisan. Analisi dilakukan dengan cara mengelompokkan kandungan pesan sosial pada setiap scene dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” bersama koder. Dengan perincian 68 scene yang mana dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Selanjutnya unit analisis tersebut dikumpulkan dalam lembar kerja (coding sheet) bersama dua koder yang telah ditunjuk. Pengkodingan dilakukan dengan cara menonton keseluruhan film dan kemudian dari film tersebut dimasukan dalam kategori, guna mengetahui kecenderungan tema. Dari 68 scene tersebut dilakukan pengkodingan ke dalam tiga kategori yang dungkap diatas. Dari pengkodingan antar penelliti, koder I dan koder II yang ditentukan, didapatkan CR 0,82 atau 82% dan di presentasikan dalam nilai keterandalan formula scott adalah sebesar 0,73 atau 73%. Berdasarkan hasil uji reabilitas tersebut dapat diketahui kesepakatan para juri. Nilai kesepakatan yang dianggap reliabel menurut 89 laswell, kesepakatan para juri 70% - 80% sudah cukup handal (Ritonga, 2004:87). Maka kategori yang ditentukan yaitu persahabatan, kehormatan, dan keharmonisan sudah memenuhi syarat relibilitas dalam penelitian. Hasil pengkodingan kemudian dimasukkan dalam tabel induk untuk memudahkan melaporkan hasil laporan. Dari tabel induk tersebut, kemudian dibuat tabel frekuensi untuk mengetahui frekuensi kandungan pesan sosial dalam film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Berikut ini disajikan analisis per-scene dari tiap-tiap kategori: a. Kategori Persahabatan Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis isi. Untuk kategori persahabatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini; Kategori Persahabatan Indikator Frekuensi Prosentase (%) Curhat 24 43% Solidaritas 33 57% Total 57 100% (Data diolah peneliti) Dari tabel diatas dapat disimpulkan, bahwa untuk kategori persahabatan indikattor curhat muncul 24 kali atau 44% dari 68 scene, sedangkan indikator solidaritas muncul 33 kali atau 56% dari 68 scene 90 dalam keseluruhan scene yang ada di film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)”. Berikut ini penulis mengulas contoh scene yang dapat dikategorikan terdapat persahabatan. a) Scene 6 : Tentang perbincangan dan berdebatan ringan antara H. sarbini dan H. Makbul mengenai Muluk dan Pendidikan yang dialkukan mereka di dalam musholla tempat mereka berkumpul. b) Scene 9 : Dialog H. Makkbul dan H. Sarbini di luar musholla sambil melihat aktifitas warga. H. Makbul : “si mulukkan bentar lagikan jadi mantunya haji sarbini, ya didoakan donk”. H. Sarbini : ”ya saya doain semoga cepat dapat pekerjaan”. c) Scene 15 : Gambaran rasa solidaritas Muluk yang diberikan kepada Samsul sahabatnya tentang nasib Samsul yang juga lulusan S1 masih pengangguran. d) Scene 35 : Dialog Muluk dengan Samsul mengenai penawaran kerjasama. Muluk : “Sul, sini sul gue punya ada proyek?” Samsul : “Gue lagi main nie?Proyek apa’an se?” Muluk : “Udah ayo…” 91 b. Kategori kehormatan Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis isi. Untuk kategori kehormatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Kategori kehormatan Indikator Frekuensi Prosentase (%) Sanjungan 28 64% Mengabdi 16 36% Total 44 100% (Data diolah peneliti) Dari tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa untuk kategori kehormatan indikator sanjungan muncul 28 kali atau 64% dari 68 scene, sedangkan indikator mengabdi muncul 16 kali atau 36% dari 68 scene dalam keseluruhan scene yang ada di film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)“. Berikut ini penulis mengulas contoh scene-scene yang dapat dikategorikan terdapat kehormatan. a) Scene 11 : Saat Muluk berkunjung kerumah H. Rahman, mengutarakan niatnya untuk berternak cacing, dia berkata dengan sopan terhadap orang yang jadi panutan masyarakat soal agama. 92 Hal ini menunjukkan kalau orang yang statusnya lebih tinggi dihormati oleh orang yang statusnya lebih rendah. b) Scene 22 : Dialog antar H. Makbul (ayah Muluk) dengan Muluk soal pekerjaan yang sudah di dapatkan Muluk H. Makbul : “Kamu sudah dapat Kerja? Terus jabatanmu apa?” Muluk : “Sudah pak di Pengentasan kemiskinan, saya di bagian pengembangan sumberdaya manusia”. c) Scene 43 : Perbincangan Muluk dengan H. Rahmad, untuk mengajak Pipiit anaknya agar bias bekerja dengan dia, Muluk menunjukkan sifat hormat kepada H. Rahmat sebagai sahabat ayahnya sekaligus orang yang disegani. c. Kategori keharmonisan Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis isi. Untuk kategori keharmonisan dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Kategori keharmonisan Indikator Frekuensi Prosentase (%) Simpati 26 52% Kerjasama 24 48% 93 Total 50 100% (Data diolah peneliti) Dari tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa untuk kategori keharmonisan indikator simpati muncul 26 kali atau 52% dari 68 scene, sedangkan indikator kerjasama muncul 24 kali atau 48% dari 68 scene dalam keseluruhan scene yang ada di film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)“. Berikut ini penulis mengulas contoh scene-scene yang dapat dikategorikan terdapat keharmonisan. a) Scene 48 : Gambaran keharmonisan dapat dilihat dari bagaimana Muluk, Samsul dan Pipit berjuang mencari solusi untuk anak-anak pencopet agar tidak lagi menjadi pencopet. Dengan berbagai cara seperti mengajar abjad, out bond, menyisakan uang untuk mulai berani mmengasong dan lain-lain. b) Scene 34 : Dialog Muluk dan Bang Jarot (Pimpinan pencopet) untuk mennjadikan sebagian dari para pencopet mennjadi pengasong. c) Bang Jarot : “Saya terima kasih abang sudah mau mendidik mereka? Apalagi untuk masa depan anak agar lebih jelas, gak papalah pendapatan saya berkurang” 94 d) Scene 26 : Dialog Muluk terhadap para pencopet saat perhitungan hasil nyopet dan Muluk baru tahu bahwa mereka tidak ada yang bisa menulis sama sekali (rasa simpati). Muluk : “Ada yang bisa nulis gak?” Bang jarot : “Mereka tidak ada yang sekolah bang? jadi tidak ada yang bisa nulis”. 95 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat komplek yang ada saat ini dalam penyajiannya kepada khalayak, baik dari cara penyampaian, alur cerita, setting dan latar belakang pembuatannya. Film memiliki ciri khas yang unik dan menarik dalam memanjakan penikamatnya dalam setiap sentuhan yang di bawah oleh setiap adegan yang ada dalam film tersebut, disamping itu film juga mempunyai peran penting dalam mempengaruhi khalayak banyak baik dari segi informasi maupun hal lain yang akan disampaikan kepada khalayak. Film juga mempunyai peranan dalam mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dari berbagai aspek kehidupan masyarakat sesuai dengan bidikan dari sineasnya dalam memproduksi sebuah film, karena tidak jarang sebuah film di ambil dari berbagai kehidupan nyata yang ada di sekitar kita atau bisa juga sebuah kreatifitas khayalan masa depan yang akan terwujud nantinya. Dari sini film yang bertema kehiduan sosial memiliki pengaruh yang sangat besar kepada para penikmat film untuk sebuah pesan yang sebenarnya terkandung di dalam fim tersebut, seperti film yang telah di teliti oleh penulis yakni film berjudul “Alangkkah Lucunya (Negeri Ini)” yang selanjutnya di sebut ALNI yang memiliki pesan-pesan sosial sesuai 96 dengan tujuan dari para pembuatnya dalam hal ini sutradara Deddy Mizwar. Film ALNI telah di teliti oleh peneliti dengan mengambil sebuah rumusan masalah frekuensi kemunculan pesan sosial yang terkandung dalam film tersebut, dan sesuai dengan kategorisasi yang telah di tentukan dan disepakati. Dari hal itu peneliti mengetahui berapa persen isi pesan sosial yang ada dalam film ALNI tersebut yakni sebesar 73 % dari semua scene yang telah di teliti, yang kesemuanya sangat berpengaruh dalam penyampaian kepada khalayak penikmat film serta dalam menentukan dan mencapai tujuan dari segi pembuatan film tersebut. Dari peniltian ini penulis telah membuktikan berapa kandungan isi pesan sosial dalam film ALNI yang telah di teliti bersama dua hakim yang di tunjuk oleh peneliti, serta penulis mendapatkan kajian-kajian yang banyak didapatkan mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan analisis yang dilakukan peneliti yakni berkaitan dengan analisis isi pesan sosial dalam sebuah film selama proses penelitian ini, yang nantinya di harapkan dapat menjadi tolak ukur dalam melanjutkan dan mengembanngkan penelitian-penelitian berikutnya dengan latar sebuah film. Sehingga dari penelitian tentang sebuah film diharapkan film tak hanya menjadi sebuah wahana hiburan semata melainkan menjadi sebuah kajian yang menarik yang dapat dikembangkkan dalam ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu yang lain. Yang tentunya memiliki tujuan positif untuk 97 mengembangkan berbagai aspek kehidupan sosial yang di inginkan bersama. B. Saran Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, dalam hal ini menganalisis kandungan isi pesan sosial dalam film ALNI. Peneliti sadar akan adanya kekurangan maupun kelebihan yang ada didalamnya, maka peneliti berharap penelitian tersebut mendapatkan sebuah kritik dan saran yang membangun dari berbagai aspek yang lebih perkompeten di dalamnya untuk kemajuan penelitian berikutnya. Serta peneliti juga mengharapkan agar penelitian ini dapat terus dikembangkan dan di lanjutkan ke aspek-aspek lainnya yang lebih sempurna dan menjadikan penelitian-penelitian selanjutnya sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian tentang ilmu pengetahuan, baik dari segi film maupun komunikasi massa lainnya. Yang terakhir harapannya penelitian ini dapat berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang bidang ilmu komunikasi di kampus Universitas Yudharta Pasuruan agar lebih bervariasi dalam berbagai sajian dan penelitian mahasiswa. 98 DAFTAR RUJUKAN Askurifai, Baksin. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung : Kataris. Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film; Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta: Yayasan Konfiden. Efendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Fajar, Marhaeni. 2008. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Jakarta: Graha Ilmu. Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nuruddin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: Cespur. Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Jakarta: Homerian Pustaka Rahmat, Jalaludin. 2002. Metodelogi Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Sobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya. 99 Suseno, Magni. 1997. Etika Dasar Masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Pustaka Filsafat Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi; Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media. Widjaja, HAW. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Non Buku http://cheerfulhome.blogdetik.com/alangkah-lucunya-negeri-ini-sinopsis-film/ (diakses, 21 Januari 2011). http://meriam-sijagur.com/index.php/movies/531-alangkah-lucunya-negeri-inireview.html/ (diakses, 07 Februari 2011). http://www.facebook.com/notes/alangkah-lucunya-negeri-ini/behind-alangkahlucunya-negeri-ini/ (diakses, 28 Februari 2011). http://www.gbiografi.com/2010/10/biografi-deddy-mizwar.html (diakses, 25 Februari 2011). http://www.gbiografi.com/2010/10/biografi-reza-rahardian.html (diakses, 25 Februari 2011). http://www.movietei.com/celeb-Ratu-Tika-Bravani (di akses, 28 Februari 2011). http://www.21cineplex.com/star/ratu-tika-bravani,1132.html (di akses, 28 Februari 2011). 100 http://id.wikipedia.org/wiki/Asrul_Dahlan.html (di akses, 28 Februari 2011) 101