HOSEA KAM GPIB JEMAAT “IMMANUEL” DEPOK PDT. ALEX LETLORA Pendahuluan Bagian terakhir dari kitab kenabian ialah 12 kitab kecil. Jika dikumpulkan bersama ke-12 kitab itu belum setebal kitab Yesaya. Oleh karena ‘kecilnya’ kitab-kitab tersebut maka ke12 kitab nabi tersebut disebut sebagai kitab ‘nabi-nabi kecil’. Sebutan nabi kecil bukan karena bermakna yang kecil tetapi sebaliknya juga memiliki pesan yang besar seperti yang disampaikan nabi Hosea dan Amos. Keduabelas kitab yang tergolong dalam "Nabi-nabi Kecil" dalam Kitab Suci Ibrani dan Kristen Barat adalah sbb.: o Hosea Nahum o Yoël Habakuk o Amos Zefanya o Obaja Hagai o Yunus Zakharia o Mikha Maleakhi Dalam kitab ke-12 nabi, para nabi ditempatkan pada urutan tertentu. Maksunya agar pengurutan nabi disesuaikan dengan waktu kegiatan setiap nabi. Misalnya kitab Hosea dan Amos yang terpisah oleh Yoel dapat dibahas bersama sebab keduanya melayani di waktu, tempat dan pemerintahan yang sama. Kitab Hosea Kitab Hosea kemungkinan besar bukanlah kitab favorit mayoritas orang-orang Kristen. Tidak banyak yang diketahui dari kitab ini. Hanya ada tiga bagian yang mungkin cukup dikenal dari kitab ini. Yang paling menonjol tentu saja adalah kontroversi seputar perkawinan Hosea dengan seorang pelacur (1:2). Bagian lain adalah 6:7 (“Tetapi mereka itu telah melangkahi perjanjian di Adam, di sana mereka telah berkhianat terhadap Aku”), yang di dalam tradisi Reformed biasanya diyakini sebagai salah satu petunjuk untuk keberdosaan semua manusia di dalam Adam sebagai kepala perjanjian. Bagian terakhir yang cukup akrab bagi orang- orang Kristen adalah 6:6 (“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran”), karena bagian ini pernah dikutip oleh Yesus sebanyak dua kali (Mat 9:13; 12:7) dan mirip dengan ucapan TUHAN dalam kisah Samuel menegur Saul (1 Sam 15:22). Apakah keunikan Kitab Hosea dibandingkan kitab-kitab yang lain? Yang pertama, kitab ini merupakan tulisan dari seorang nabi yang melayani di daerah utara (negara Israel). Ini merupakan fenomena yang cukup menarik karena Hosea kemungkinan besar adalah satu- satunya nabi Allah yang diutus untuk melayani bangsa Israel. Keunikan ini bahkan dijadikan dasar oleh sebagian teolog untuk menduga bahwa Kitab Hosea dipenuhi oleh modifikasi dari pihak bangsa Yehuda untuk menunjukkan superioritas bangsa Yehuda atas bangsa Israel. Yang kedua, Kitab Hosea memuat pesan simbolis yang sangat kontroversial melalui perkawinannya dengan seorang pelacur (1:2; 3:1). Pesan simbolis sendiri sebenarnya bukan sesuatu yang baru dalam pelayanan para nabi. Yesaya pernah diperintahkan TUHAN untuk telanjang dan berjalan tanpa kasut selama 3 tahun (20:1-6), begitu pula Yeremia yang menyembunyikan ikat pinggang di Sungai Efrat sehingga lapuk (13:1-11) atau dilarang untuk menikah (16:2). Tindakan simbolis yang dilakukan Hosea menjadi terlihat begitu menyolok dan menjadi pusat perdebatan karena kontroversi yang ditimbulkan. Nama “Hosea” (atau “Hoshea”) merupakan nama yang cukup umum. Paling sedikit ada 4 orang berbeda yang bernama “Hosea”: Yosua (Bil 13:8, 16), Raja Hosea (2Raj 17:1, 3, 4, 6), Hosea ayah Azarya (1Taw 27:20), dan Nabi Hosea (Hos 1:1). Nama ini mengandung akar kata Ibrani yāsha’ yang berarti “menyelamatkan”. Walaupun kata “Yahweh” tidak terlihat secara eksplisit dalam nama ini (bdk. nama “Yosua” yang terdiri dari kata “Yah” = “Yahweh” dan yasha’ = “menyelamatkan”), namun nama ini secara tersirat mengarah ke sana. Hosea melayani pada saat kerajaan utara akan dihukum oleh Tuhan (1:4). Dari sisi waktu ia sangat dekat dengan Amos (1:1; bdk. Am 1:1). Lebih tepatnya, Hosea melayani pada zaman Raja Yerobeam II (793-753 SM, bdk. 2Raj 14:23-29). Pada masa itu Kerajaan Israel berada pada puncak kekuasaan. Keadaan ini sangat berbeda dengan dua periode sebelumnya. Pada zaman Yoahas keadaan Israel sangat mengenaskan (2Raj 13:7). Keadaan baru berubah ketika Yoas berhasil merebut kembali beberapa daerah yang dulu dikuasai oeh Asyur (2Raj 13:25). Yerobeam II tinggal mewarisi situasi yang sangat kondusif ini. Keadaan ekonomi tampaknya juga sedang berada di masa keemasan, seperti terlihat dari jumlah rumah mewah yang didirikan (Hos 8:14a). Durasi pemerintahan Yerobeam pun tergolong sangat lama (41 tahun, 2Raj 14:23), sehingga semakin meneguhkan kesan bahwa keadaan bangsa Israel waktu itu benar-benar mapan. Keadaan yang mapan ini tidak disertai dengan kemapanan d bidang spiritual. Ketika rasa aman begitu kuat maka yang terjadi adalah rapuhnya ketergantungan kepada Allah. Situasi politik-militer di atas berbanding terbalik dengan keadaan rohani mereka. Yerobeam II bukan hanya berbuat dosa, namun ia bahkan membuat orang Israel berdosa pula (2Raj 14:24). Kekayaan rakyat sebagian diraih melalui ketidakjujuran (12:8). Kehancuran moral dan sosial terjadi di mana-mana (4:2, 18; 6:8-9; 7:1). Penyembahan berhala berlangsung di mana-mana (2:8; 11:2; 13:1), bahkan praktek ini kemungkinan diwarnai dengan pelacuran bakti (4:1019). Mereka menolak para nabi Allah (9:7). Kemerosotan dalam ibadah nampak dari pemahaman bahwa semakin meriah sebuah ibadah semakin Allah berkenan maka umat Israel menyamakan ibadah kepada Allah seperti ibadah kepada dewa/i. Maka yang terjadi sebenarnya adalah ibadah dan tata susila sangat berbeda. Apa yang dinubuatkan Hosea (1:4; 13:9; 14:1) digenapi beberapa dekade sesudahnya. Pasca kepemimpinan Yerobeam II Kerajaan Israel terus mengalami krisis kepemimpinan akibat berbagai kudeta. Dinasti Yehu benar-benar berakhir dengan kematian Zakaria (2Raj 15:10- 12). Beberapa raja hanya sempat memerintah selama beberapa bulan sebelum akhirnya dibunuh oleh penerusnya (2Raj 15:8-12, 13-15, 17-22; 25-26, 27-29). Keruntuhan total benar-benar terjadi ketika Raja Asyur menyerang Samaria dan menawan semua penduduknya (2Raj 17:1-6). Suara nabi Hosea bertolak dari pengalaman pribadinya yakni mencintai dan mengawini pelacur bernama Gomer ( Hos. 1 : 1 – 3). Perkawinan Hosea dan Gomer menjadi lambang dari hubungan Allah dan Umat. Kesucian hubungan yang dibangun berdasarkan janji telah dikhianati oleh Gomer / Umat. Pernikahan Hosea jelas mengungkapkan ide tentang penghukuman (nama anak-anak Hosea) dan keselamatan (penebusan Gomer oleh Hosea). Walter C. Kaiser, Jr., dalam bukunya Hard Sayings of the Old Testament. Dia menerima perkawinan Hosea secara hurufiah, tetapi ia menerangkan beberapa poin berikut ini: (1) pada waktu menikah, Gomer bukanlah seorang perempuan sundal; (2) Hosea mula-mula tidak mengetahui bahwa isterinya akan menjadi perempuan sundal; (3) setelah Gomer menjadi pelacur, Hosea masih mau menebus dia kembali dan menjadikannya seorang isteri. Kata Ibrani yang dipakai bukan zonah (bentuk intensif), seolah-olah yang ditekankan adalah tindakannya, tetapi bentuk jamak abstrak zenunim yang lebih merujuk pada kualitas pribadi (dalam arti Gomer memang memiliki kecenderungan pada persundalan, tetapi ia bukanlah pelacur”). Hal ini memperlihatkan bahwa soal pengkhianatan bukan saja soal pelacur tetapi lebih memperlihatkan hasrat untuk berkhianat. Dalam konteks yang demikian Gomer adalah gambaran umum tentang hasrat untuk berkhianat terhadap Allah yang dilakukan oleh umat. Pertanyaan penting adalah : apakah pengaruh keberhasilan dapat menenggalamkan seseorang pada pengkhiatan ? Walau bangsa Israel begitu mudah melupakan kebaikan Tuhan, tapi Dia tetap mengasihi mereka. Kasih Tuhan kepada bangsa Israel, dilukiskan seperti kasih nabi Hosea pada istrinya, Gomer. Di awal pernikahan mereka, Gomer adalah seorang istri yang baik, dan dari pernikahan mereka lahirlah 3 anak: Yizreel, Lo Ruhama dan Lo Ami. Walau nabi Hosea amat mengasihi istrinya, Gomer tidak puas. Akhirnya dia meninggalkan Hosea, dan hidup dengan laki-laki lain; dan selanjutnya Gomer berpindah dari lelaki yang satu ke lelaki lainnya; demikian seterusnya. Alkitab menggambarkan Gomer ini sebagai seorang pelacur rendahan. Kasus pernikahan Hosea dan Gomer memberikan masukan-masukan berharga bagi anak-anak Tuhan sebagai berikut. Dalam dunia Perjanjian Lama, Tuhan sering mengutus hamba-hamba-Nya, khususnya para nabi, melakukan sesuatu perkara yang melambangkan kasih, kuasa, dan murka Allah kepada umat manusia, khususnya kepada umat Israel. Misalnya, pernikahan Hosea merupakan simbol dari kasih-Nya yang ajaib kepada umat Israel yang membelakangi-Nya. Pekerjaan tukang periuk melambangkan kuasa Tuhan atas umat Israel dan atas semua bangsa (Yeremia 18: 1-17). Buli-buli yang pecah melambangkan murka Tuhan terhadap kerajaan Yehuda yang murtad (Yeremia 19). Walaupun tidak berfungsi sebagai tindakan simbolis, Tuhan juga masih memakai anak-anakNya untuk memperagakan kasih dan kuasa-Nya melalui kesaksian hidup mereka. Sama seperti Hosea yang merelakan dirinya dipakai Tuhan demi kebaikan banyak orang, demikian juga anak-anakNya pada zaman ini. Tuhan sedang dan terus menanti anak-anak-Nya agar sungguh-sungguh bersedia dipakai Tuhan demi pemberitaan Injil kepada semua makhluk walaupun harus mengalami berbagai penderitaan. Pembagian Pasal Pasal 1-3 (Hos 1:1--3:5) menerangkan pernikahan Hosea kepada Gomer. Nama ketiga anak mereka adalah tandatanda nubuat bagi Israel: Yizreel ("Allah menceraiberaikan"), Lo-Ruhama ("Tidak dikasihi") dan Lo-Ami ("Bukan umat-Ku"). Kasih Hosea yang tekun kepada istrinya yang pezina melambangkan ketabahan kasih Allah kepada Israel. Pasal 4-14 (Hos 4:1--14:10) berisi serangkaian nubuat oleh Hosea yang menyamakan ketidaksetiaan Israel dengan ketidaksetiaan istrinya. Perbuatan Gomer yang meninggalkan Hosea untuk kekasih lainnya (pasal 1; Hos 1:1-22) melambangkan Israel yang meninggalkan Allah (pasal 4-7; Hos 4:1--7:16). Gomer direndahkan (pasal 2; Hos 2:1-22) untuk melambangkan rasa malu dan hukuman atas Israel (pasal 810Hos 8:1--10:15). Perbuatan Hosea yang menebus Gomer dari pasar budak (pasal 3; Hos 3:1-5) melambangkan keinginan dan rencana Allah untuk memulihkan Israel di masa depan (pasal 11-14; Hos 11:1--14:10). Kitab ini menekankan bahwa karena Israel telah menolak kasih Allah dan panggilan-Nya untuk bertobat, maka hukuman tidak bisa ditunda lagi. Kasih Allah tidak bersyarat, kekal dan mengubahkan. Allah cukup mengasihi kita untuk mendisiplinkan kita atas dosa kita. Allah membenci perzinaham jasmani maupun rohani. Sama sekali tidak ada sesuatu hal pun yang dapat kita lakukan dengan memisahkan kita dari belas kasihan dan kasih Allah. Kepedulian Allah atas hidup kita secara keseluruhan termasuk keberhasilan pernikahan kita. Kasih yang bertepuk sebelah tangan dalam hidup pribadi kita mungkin dapat membantu kita mengerti lebih baik akan rasa sakit hati yang dialami Allah ketika manusia menolak kasih-Nya. TUJUAN Kitab ini ditulis untuk membawa bangsa Israel kembali kepada TUHAN. Mereka sudah meninggalkan perjanjian dengan cara melanggar Taurat dan berzinah secara rohani dengan dewa-dewa kafir. Cara TUHAN membawa mereka kembali ditunjukkan sejak awal melalui perkawinan Hosea. Nama-nama anak Hosea menunjukkan peringatan terhadap hukuman TUHAN. Ia akan menghukum mereka, tidak akan menyayangi mereka, dan tidak menganggap mereka sebagai umat-Nya. Tindakan Hosea menebus Gomer menyatakan kasih Allah yang besar yang siap menerima kembali umatNya sekalipun mereka sudah berzinah dan meninggalkan Dia. Sebagaimana dilaporkan Hosea, ada tiga anak yang dilahirkan Gomer. - Anak pertama bernama Yizreel, jelas sebagai anak dari Hosea (1:3). - Anak kedua bernama Lo-Ruhama, artinya tidak disayangi. - Anak ketiga bernama Lo-Ami yang, artinya bukan umat-Ku (Hos. 2:3). Telah disebutkan bahwa pernikahan Hosea serta nama anak-anaknya itu memiliki arti simbolis, yang melambangkan kasih Allah terhadap umat Israel yang murtad. Namun, karena perlambangan tersebut merupakan sebuah adegan peragaan hidup yang nyata, bukan hanya sekadar kata-kata simbolis, makna dari peragaan itu secara keseluruhan, selain berlaku secara simbolis, juga berlaku bagi oknum yang memperagakan. Jadi, pemulihan yang dijanjikan Tuhan bagi umat Israel berlaku juga bagi keluarga Hosea. Kalau pada mulanya kedua anak itu tidak disayangi (Lo-Ruhama) dan bukan umat Allah (Lo-Ami) karena mereka merupakan anak-anak sundal (Hosea 1:2; 2:3), pada akhimya Lo-Ruhama akan menjadi Ruhama dan Lo-Ami akan menjadi Ami (Hosea 1:12; 2:22). Itu terjadi tentu karena anugerah-Nya, yang mengaruniakan pertobatan kepada kedua anak itu. Kasih Allah selalu memperbarui kehidupan umat maka penerimaan kasih Allah adalah penerimaan pada pembaruan itu sendiri. teologi kitab hosea Dosa Pandangan Hosea mengenai dosa tidak jauh berbeda dengan pandangan Amos. Hosea memandang bahwa dosa akan menyebabkan Israel akan jatuh ke dalam pembuangan. Hal ini terkait dengan makna dari nama-nama anak hosea yaitu ''Yisreel'' yang menunjuk pada hukuman atas Israel, ''LoRuhama'' yang berarti Allah tidak mengasihani, dan ''Lo-Ami'' yang berarti sebuah penyangkalan terhadap Israel sebagai umat Allah. Dalam Hosea 4:11 digambarkan bahwa dosa adalah sesuatu yang mengacaukan, menyesatkan, dan mencemarkan segala sesuatu yang disentuhnya. Anugerah Pandangan mengenai anugrah dibagi ke dalam tiga hal. Bagian pertama merupakan anugrah pada waktu lampu di mana Allah telah mengambil prakarsa memanggil Israel yang terdapat dalam Hosea 11:1. Bagian kedua merupakan anugrah masa kini yang merupakan pengharapan dari bangsa Israel. Anugrah dalam hal ini berfungsi sebagai suatu cara Allah untuk mengembalikan Israel kepada Allah. Bagian ketiga adalah anugrah pada masa mendatang di mana anugrah dipahami sebagai suatu harapan bahwa Israel akan kembali kepada Allah. Pertobatan Dalam Hosea 6:1 merupakan pasal yang dapat dilihat sebagai suatu pertobatan. Pasal ini pertama-tama dapat dilihat sebagai pertobatan sejati. Pertobatan bagi nabi Hosea merupakan hal yang sukar. Hosea melihat bahwa pertobatan haruslah secara rasional dan diucapkan serta dilakukan dengan jelas. Pengetahuan Akan Allah Menurut Hosea, pengetahuan memimpin manusia untuk berbuat sesuatu. Baginya, kurangnya pengetahuan akan Allah mempunyai akibat yang bermacam-macam, salah satunya adalah kejahatan seperti sumpah palsu, berdusta, dan sebagainya. Hosea mempunyai keyakinan bahwa apabila bangsa Israel dibimbing untuk mempunyai pengetahuan yang sungguh akan Allah maka kelakuan dari bangsa Israel akan berubah. mari perhatikan Refleksi Apa yang saudara pahami tentang Hosea? siapakah kita dalam kisah Hosea? Apakah pengkhianatan merupakan gejala umum ? Bagaimana mengatasinya ? Apakah yang dipahami dari kasih setia Allah yang tidak berkesudahan? TUHAN YESUS MEMBERKATI.