BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1

advertisement
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Problematic Internet Use (PIU)
2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU)
PIU merupakan penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan fungsi-fungsi konten
spesifik dari internet. Penggunaan berlebihan internet itu sendiri yang dapat menghasilkan
kepribadian yang negatif dan konsekuensi professional. PIU pada umumnya terjadi ketika
seorang individu mengembangkan masalah karena komunikasi yang unik terhadap konteks
Internet. Dengan kata lain, seseorang diajak untuk online (dalam jaringan) dan menunjukkan
padanya preferensi akan dunia virtual, bukan tatap muka dan komunikasi interpersonal
kepada seseorang.Penggunaan internet yang berlebihan sebagai peningkatan sumber daya
seseorang dalam perasaan tidak menyenangkan yang berkaitan dengan internet ketika orang
offline (diluar jaringan). Problematic Internet Use (PIU) adalah sindrom multidimensional
yang terdiri dari gejala kognitif, emosional, dan perilaku yang mengakibatkan kesulitan
seseorang dalam mengelola kehidupannya disaat offline (Caplan, Williams & Yee, 2009).
Dari uraian definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Problematic Internet Use (PIU)
merupakan sindrom multidimensional dari tanda-tanda kognitif dan perilaku yang
menghasilkan hal yang negatif yang menciptakan masalah baik psikologis dan sosial dalam
kehidupan seseorang.
2.1.2 Gejala-gejala Problematic Internet Use (PIU)
Gejala yang ditimbulkan oleh Problematic Internet Use (PIU) telah menyebabkan
sebagian orang menjadi bergantung dan tidak bisa lepas dengan Internet dalam kehidupan
sehari-hari, (Caplan, 2002 dalam, Caplan, 2003) mengidentifikasi sejumlah kognitif dan
perilaku gejala PIU, antara lain:
a. Perubahan suasana (menggunakan internet untuk mendukung beberapa perubahan
negatif yang terjadi).
b.
Persepsi sosial tentang manfaat online (manfaat sosial yang dirasakan dari internet).
c. Penggunaan kompulsif (ketidakmampuan untuk mengontrol aktivitas online
seseorang bersama dengan perasaan bersalah tentang kurangnya kontrol).
15
16
d. Penggunaan berlebihan (dianggap yang melebihi normal dan biasa, jumlah
perencanaan waktu online, atau bahkan kehilangan jejak waktu ketika menggunakan
Internet).
e. Penarikan Diri (kesulitan mengendalikan diri untuk online saat jauh dari Internet).
f. Persepsi pengendalian sosial (persepsi kontrol sosial yang lebih besar saat
berinteraksi dengan orang lain secara online dibandingkan tatap muka).
Masing-masing gejala kognitif ini dan perilaku secara signifikan berkorelasi dengan
hasil negatif yang disebabkan dari penggunaan internet seseorang (Caplan 2002 dalam,
Caplan, 2003).
Dikutip dari edufacounseling.com (2013) disebutkan bahwa gejala-gejala pada remaja
yang mempunyai masalah dengan penggunaan internet yang berlebihan, antara lain;
penurunan kinerja pada akademik sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, hobi dan kegiatan
lainnya baik di sekolah maupun diluar sekolah, hal-hal tersebut dikarenakan beberapa faktor,
yaitu:
a.
Kurang istirahat yang cukup karena aktivitas online.
b.
Malas merawat diri.
c.
Mengalami penurunan berat badan.
d.
Cepat naik darah (emosi).
e.
Sensitif.
f.
Gelisah.
g.
Apatis terhadap lingkungan sosial (tidak antusias, tidak tertarik, tidak
simpati).
h.
Suasana hati yang berubah ubah.
2.1.3 Problematic Internet Use (PIU) dan Remaja
Menurut (Andika, 2010) anak yang memasuki usia remaja memiliki kecenderungan
untuk mencoba banyak hal baru, salah satunya online. Penggunaan internet pada remaja pada
umumnya sering dilabelkan sebagai sesuatu yang negatif dan tanpa kontrol dan pengetahuan
dariorang tua.Internet menawarkan segala macam informasi, mulai dari hal-hal positif hingga
17
negatif, seorang anak bisa saja mendapatkan informasi yang tidak benar mengenai seks dan
informasi tersebut dipendam sendiri (Andika, 2010).
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab penggunaan internet yang berlebihan.
Penelitian yang dilakukan pada 1289 siswa SMA di Taiwan menunjukkan hasil yang
menarik, yaitu rasa bosan saat waktu luang dan penggunaan internet dapat meningkatkan
probabilitas penggunaan internet yang berlebihan (Lin, Lin & Wu, 2009). Rasa bosan muncul
saat seseorang merasa harus menjalani rutinitas yang tidak bermakna, saat ia terikat dengan
berbagai aturan atau ketika waktu luang tidak dapat diisi dengan kegiatan yang bermakna
(Iso-Ahola & Weissinger, 1990 dalam Lin, Lin & Wu, 2009).
Menurut Amichai-Hamburger (2013) internet memainkan peran penting yang terus
berkembang didalam kehidupan kita dan dalam kehidupan generasi muda, perkembangan itu
terjadi lebih besar. Sementara orang dewasa harus belajar cara-cara baru untuk membawa
membuat pekerjaannya menjadi lebih mudah, misalnya menggunakan konferensi skype
daripada konferensi call, atau email daripada faks, bagi generasi muda cara itu lebih mudah
dan bagi orang-orang seperti itu, yang lahir dalam dunia yang diselimuti oleh internet, itu
adalah bagian intrinsik dan bawaan hidup mereka, yang sebagian besar hidup untuk online.
Perilaku remaja di internet dan cara-cara di mana kesejahteraan mereka dipengaruhi oleh
interaksi online mereka dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian masing-masing. Menurut
Amichai-Hamburger (2013) banyak orang merasa bahwa internet adalah alat yang sangat
efektif untuk menemukan orang lain dalam situasi yang sebanding, dan anak muda sering
memanggil dunia digital sebagai sarana untuk mendapatkan dukungan.
Disebutkan dalam pula dalam edufacounseling.com (2013) Hubungan pertemanan
didalam internet bisa jadi hanya sebuah ilusi yang rentan, dengan hanya memutuskan koneksi
internet yang ada maka pertemanan itu tak bisa berlangsung selama offline. Remaja dapat
terlibat dalam aktivitas online tertentu dalam berbagai jumlah waktu, dalam rangka
mempertahankan rasa penerimaan dan status sosial, selain itu ada tekanan dari budaya bagi
remaja untuk menggunakan internet secara berlebihan disaat remaja ingin menjadi bagian
dari dunia teknologi yang canggih.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Problematic Internet Use (PIU) dapat
membuat remaja menarik diri dari lingkungan sosialnya dan menciptakan dunianya sendiri,
menciptakan kepribadian yang dipengaruhi interaksi dari online yang menghasilkan
18
konsekuensi negatif pada bidang akademik, profesional, dan sosial. Masyarakat lebih
menyukai interaksi sosial secara online yang menyebabkan ketergantungan pada internet
secara berlebihan, akibatnya dapat menyebabkan penggunaan internet yang kompulsif pada
akhirnya akan berujung pada konsekuensi negatif pada diri pribadi, profesionalitas dalam
pekerjaan, dan sosial (Caplan, 2005 dalam Datta, Shulman, Zheng, Lin, Sun, & Lim, 2011).
2.2 Kesepian
2.2.1 Pengertian Kesepian & Karakteristik Individu yang Mengalami Kesepian
Kesepian diartikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan yang terjadi ketika
hubungan jaringan sosial orang kurang sempurna dalam beberapa hal penting, baik secara
kuantitatif dari kualitatif (Perlman & Peplau,1981 dalam Gierveld & Tilburg, 2006).Definisi
kedua yang telah dipertimbangkan dengan standar yang merupakan target utama dalam
proses evaluasi yang mengarah pada kesepian, ialah kesepian adalah situasi yang terjadi dari
kurangnya kualitas hubungan. Hal ini termasuk situasi ketika jumlah hubungan yang ada
lebih kecil dari yang diinginkan atau diterima, serta situasi dimana keintiman seseorang
untuk belum terealisasi.Dalam kedua definisi tersebut, kesepian dianggap ekspresi perasaan
negatif tentang hubungan yang hilang dan terjadi pada individu dari segala usia (Gierveld,
1987 dalam Gierveld & Tilburg, 2006).
Kesepian adalah salah satu kemungkinan hasil dari evaluasi terhadap situasi di mana
seorang individu memiliki sejumlah hubungan yang kecil. Namun banyak faktor penentu
bekerja sama dalam menerangkan mengapa beberapa orang dengan jumlah kontak sosial
yang kecil menganggap dirinya kesepian sedangkan yang lain merasa baik dan tidak merasa
kesepian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang kesepian yakni tidak
adanya pasangan intim, tidak maksimalnya fungsi keluarga, khususnya ikatan orangtua dan
anak, tidak adanya hubungan kekerabatan dan partisipasi dalam kerja yang sukarela.
2.2.2 Jenis Kesepian
Menurut (Weiss, 1973 dalam Gierveld & Tilburg, 2006) kesepian dapat dibedakan
kesepian dapatdalam dua tipe, yaitu :
19
a. Kesepian Emosional : berasal dari tidak adanya hubungan intim atau ikatan
emosional yang dekat pada pasangan atau sahabat.
b. Kesepian Sosial : berasal dari tidak adanya kelompok yang lebih luas dari hubungan
atau jaringan sosial yang menarik,misalnya teman, kolega, dan orang-orang
dilingkungan sekitar.
Peneliti memilih tipe kesepian Emosional dan Sosial pada hakikatnya manusia
membutuhkan adanya hubungan sosial dengan sahabat, teman dan lingkungan sekitarnya
serta keintiman secara nyata dengan keluarga dan pasangan agar seseorang bisa berbagi
kebahagiaan, keluh-kesah, bercerita permasalahan hidup dan kejadian lainnya agar seseorang
tidak merasa sendiri.
2.2.3 Kesepian dan Remaja
Kesepian merupakan hal umum yang terjadi namun tidak disukai, hal ini terjadi
ketika hubungan seseorang dalam jaringan sosial kurang baik secara kualitas maupun
kuantitas (Perlman & Peplau, 1984 dalam Salimi & Jowkar, 2011). Kesepian dialami oleh
semua kelompok usia, namun paling umum terjadi dikalangan remaja. Masa remaja adalah
masa dimana kesepian merupakan fenomena umum (Salimi & Jowkar, 2011).
Sejumlah remaja merasa kesepian karena mereka memiliki kebutuhan yang kuat akan
keintiman, tetapi mereka belum memiliki keterampilan sosial yang baik atau kematangan
dalam sebuah hubungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Santrock, 2002). Hal inilah
yang menyebabkan munculnya perasaan subjektif karena ketidaknyamanan emosi.
Kurangnya kelekatan dan ketidakpunyaan orang-orang terdekat dari orang-orang
pengguna Facebook dan akhirnya mencari pelampiasan atau pelarian dengan mencurahkan
isi hatinya melalui akun Facebook yang mereka miliki.Kurangnya komunikasi sosial dengan
lingkungan pertemanan juga dapat menyebabkan seseorang merasa sendiri, tidak ada yang
peduli, merasa dirinya tidak berguna dan merasa hidupnya sia-sia.
20
2.3 Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju
kedewasaan (Neufeldt & Guralnik, 1996 dalam Valentini &Nisfianoor, 2006). Remaja adalah
individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanta-tanda seksual
sekundernya saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2003 dalam Valentini &
Nisfianoor, 2006). Wong (2001) mendefinisikan masa remaja ialah merupakan suatu periode
transisi antara kanak-kanak menuju ke masa dewasa yang berupa kematangan fisik, kognitif,
sosial dan emosional. Hal senada disebutkan oleh Santrok (2003) yang mengatakan remaja
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.
Masa remaja merupakan periode perkembangan dari masa kanak-kanak menuju
kedewasaan, yang dimaksud kedewadaan disini ialah kematangan dalam hal fisik, emosi,
sosial, intelektual dan spiritual (Rice, 1999 dalam Valentini & Nisfianoor, 2006).Masa
perkembangan remaja menurut Wong (2004), dibagi menjadi 3 bagian, yaitu ; masa remaja
awal (12–15 tahun)pada masa ini individu mulai lebih dekat dengan teman sebaya, ingin
bebas, dan masa ini ditandai dengan mencari identitas diri, masa remaja tengah (15–18
tahun) timbulnya keinginan untuk kencan,mempunyai rasa cinta yang mendalam,
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, dan berkhayal tentang aktifitas seks, dan
masa remaja akhir (1 –21 tahun) masa ini ditandai oleh pengungkapan identitas diri, lebih
selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan
rasa cinta, mampu berpikir abstrak.
2.3.2 Tugas Perkembangan Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja, masa ini
merupakan bagian kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan
merupakan masa transisi yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat
(Konopka, 1976 dalam Yusuf, 2006). Masa remaja ditandai dengan berkembangnya sikap
dependen orang tua kearah independen, adanya minat seksualitas dan kecenderungan untuk
merenung atau memperlihatkan diri sendiri, berkembangnya nilai-nilai etika dan isu-isu
moral (Salzman & Pikunas, 1976 dalam Yusuf, 2006). Masa remaja ditandai dengan
21
keinginan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman
sebaya, orang dewasa lainnya dan budaya. Pada periode ini, remaja memperoleh kesadaran
yang jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya (Pikunas, 1976 dalam Yusuf,
2006) berpendapat bahwa kematangan remaja belum sempurna jika tidak memiliki kode
moral yang dapat diterima secara universal. Yusuf (2006) mengemukakan tugas-tugas
perkembangan remaja ialah sebagai berikut :
a.
Menerima fisiknya sendiri beserta keragaman kualitasnya.
b.
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai
figure otoritas.
c.
Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan
teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.
d.
Menemukan identitasnya sebagai manusia.
e.
Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
f.
Memperkuat self-control (kemampuan pengendalian diri).
g.
Mampu menenyesuaian diri dan meninggalkan reaksi (sikap / perilaku) yang
kekanak-kanakan.
Kemampuan seorang remaja untuk menemukan sumber-sumber dan cara-cara
memperoleh kebutuhannya, dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya merupakan
syarat kunci untuk tahap perkembangannya.Periode remaja merupakan gerakan yang
berkesinambungan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
2.3.3 Remaja Pengguna Facebook
Facebook merupakan situs jejaring sosial yang paling akrab dan dekat dengan
kehidupan sehari-hari pada remaja. Asandi & Rosyidi (2010) menyatakan remaja lebih suka
berbagi sesuatu hal dengan menggunakan akun Facebook karena bagi mereka dengan
menceritakan diri lewat Facebook akan lebih banyak mendapat perhatian dan dukungan dari
banyak orang. Bagi remaja, cara tersebut menjadi lebih efektif untuk mengungkapkan dirinya
daripada bercerita secara langsung kepada orang-orang tertentu.
Larry Rosen seorang psikolog di Cal State Dominguez Hillsmengungkapkan situs
jejaring sosial seperti Facebook berdampak buruk untuk anak dan remaja.Menurutnya remaja
22
yang sering menggunakan teknologi seperti video game atau internet, akancenderung lebih
sering mengeluhkan nyeri perut, gangguan tidur, kecemasan dan depresi. Mereka juga
dilaporkan sering bolos sekolah (Anna, 2011). Selain itu remaja dan orang dewasa muda
yang sering login ke Facebook menjadi lebih narsis. (Rosen, 2007 dalam Anna, 2011)
mengatakan situs jejaring sosial (Facebook) membuat seseorang lebih narsis karena bisa
mengiklankan dirinya sendiri 24 jam 7 hari seminggu menurut keinginan pribadi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam masa perkembangan remaja
memiliki tugas perkembangan yang harus dilewati guna mengembangkan keterampilan dan
minat sosialnya dalam kehidupan sehari-hari. Adanya dampak negatif yang terjadi karena
Facebook, sebaiknya pihak-pihak yang terlibat dalam perkembangan remaja harus
memberikan bimbingan dan pengertian mengenai penggunaan Facebook yang baik (yang
cukup), agar Facebook tidak menjadi hal yang utama dalam kehidupan mereka.
2.4 Facebook
Pada tanggal 4 Februari 2004, sebuah applikasi dunia maya yang berupa jejaring
sosial bernama Facebook diluncurkan. Mark Zuckerberg merupakan pencipta Facebook,
tujuannya meluncurkan Facebook ialah sebagai media saling mengenal antar mahasiswa
Harvard, media untuk memudahkan para mahasiswa saling mengetahui jatidiri rekan
sekampusnya tanpa harus bertatap muka karena mahasiswa Harvard jumlahnya begitu
banyak. Menurut Jasmine (2009) dewasa ini seiring berjalannya waktu, Facebook merupakan
situs jejaring sosial yang besar di dunia dan merupakan sebuah fenomena tersendiri yang
merambah masyarakat di dunia dalam berbagai kalangan, antara lain Pelajar, Pekerja
Kantoran, Politisi, Institusi dan Perusahaan.
Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial dimana para penggunanya dapat
berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia (Kapang, 2009 dalam Rinjani & Firmanto,
2013).
Sebuah fitur khusus dari Facebook yang dapat mendorong perilaku maladaptif adalah
update status, atau tulisan singkat tentang pikiran pengguna saat ini, kegiatan, atau keadaan
pikiran, para peneliti telah menemukan update status adalah salah satu fitur yang paling
umum digunakan di Facebook (Joinson, 2008 dalam Bryan, Kluwe & Locatelli, 2012).
23
2.5 Kerangka Berfikir
Berikut ini merupakan kerangka berfikir yang peneliti buat untuk melihat keterkaitan
antara penggunaan Facebook dan PIU sehingga pengguna Facebook memiliki kecenderungan
menjadi Kesepian (Kesepian)
Remaja
Pengguna Facebook
Problematic
Internet Use (PIU)
Kesepian
Dalam gambar 2.1 ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: remaja yang situs jejaring
sosial Facebook yang usianya berkisar antara 15-18 tahun. Facebook bagi remaja merupakan
tempat untuk mereka mengekspresikan diri dengan update status, mengupload foto, menulis
catatan, menulis komentar dan berinteraksi dengan banyak orang tanpa harus bertatap muka
didunia nyata, akibatnya remaja menjadi bergantung pada kontak sosial yang diperoleh
secara online melalui dunia maya. Penggunaan Facebook yang berlebihan dapat
menimbulkan Problematic Internet Use (PIU) yang dapat membuat remaja menarik diri dari
lingkungan sosialnya dan menciptakan dunianya sendiri, menghasilkan konsekuensi negatif
pada bidang akademik, profesional, dan sosial, sehingga hal-hal tersebutlah yang membuat
terciptanya kesepian pada pengguna Facebook. Davis (dalam Lee & Stapinski, 2012)
menyatakan saat pengguna tersebut offline akan muncul masalah psikologis yang negatif dan
efek kerja yang buruk bila tidak menggunakan internet
Download