PENGUJIAN HIPOTESIS PASAR EFISIEN

advertisement
PENGUJIAN HIPOTESIS PASAR EFISIEN BENTUK LEMAH
PASAR MODAL DI INDONESIA
PERIODE 2009-2010
(Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ 45)
Oleh :
Nasruldin
NIM: 207081000195
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
: Nasruldin
: 207081000195
: Manajemen
: Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal Di
Indonesia Periode 2009-2010
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus
dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada
Fakultas Ekonomi Dan Bsnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2011
1. Herni Ali HT, SE. MM
NIDN : 0422125902
2. M. Arif Mufraini, LC, M.Si
NIP.19770122 200312 1 001
3. Indo Yama Nasarrudin, SE, MAB
NIP . 19741127 200112 1 002
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP . 19570617 198503 1 002
5. Titi Dewi Warninda. SE. M,Si
NIP. 19731221 200501 2 002
(____________________)
Ketua
(____________________)
Sekretaris
(____________________)
Penguji Ahli
(____________________)
Pembimbing I
(____________________)
Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa
: Nasruldin
NIM
: 207081000195
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata
memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka
saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta , 7 juni 2011
Nasruldin
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nasruldin
Tempat, Tanggal Lahir
: Bekasi, 12 April 1988
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Kp.Utan Rt : 03 Rw : 08 No : 20
Kec : Cibitung - Kab : Bekasi
No telp
: 0856 1760 574
Pendidikan Formal
-
SDN Wanasari 11
SLTPN 1 Cikarang Barat
SMAN 2 Tambun Selatan
Pengalaman Organisasi
-
Wakil Divisi Kemahasiswaan Dan Komunikasi Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa
Program Non Reguler Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Periode 2010-2011.
Seminar
-
Entrepreneur And Inspiring Story Seminar “Memulai Bisnis Sejak Dini”
Launching Buku Dan Seminar Nasional “Kekuatan Lembaga Keuangan Syariah Dalam
Menghadapi Krisis Financial Global”
Seminar Nasional “Prospek Dan Pengembangan SDM Asuransi Syariah Pasca Krisis
Ekonomi Global”
Public Speaking Seminar “Speak Like A Steak” By Novery Dwi R
ii
ABSTRACT
All perpetrator capital market, ability to obtain get the relevant information,
quickly, precise, and needed absolute accurate. This matter because of each every
decision in investment very relate to the information, a weak form efficiency capital
market to have the past values which cannot use the past for predicted of price now so
that investor cannot use the past information to get abnormal return. a weak form
efficiency showing that the present price of stocks fully reflects the past information.
This study makes use of daily stock prices gathered form 44 large scale capital
companies classified in index of LQ 45 during the periods of 2009-2010.
To examine a weak form efficiency capital market hypotheses two models. Run
test and serial correlation, Run test is used for examining the randomness of change in
stock prices, where as serial correlation test is utilized for examining the independence of
the prices change between the periods, I,e. the periods of the present day and the day
before.
The finding of this study suggest that in the periods of 2009-2010, Indonesian
stock Exchange has been categorized as a weak form efficiency capital market.
Keyword : Index Of LQ 45, Weak Form Efficiency, Run Test And Serial Correlation Test
iii
ABSTRAK
Bagi para pelaku pasar modal, kemampuan untuk memperoleh informasi yang
relevan, cepat, tepat dan akurat mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan setiap keputusan
dalam investasi sangat berkaitan dengan informasi. Pasar modal dalam bentuk lemah
memiliki nilai-nilai masa lalu yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga
sekarang sehingga investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan abnormal return. Efisiensi pasar modal bentuk lemah menunjukkan bahwa
harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi masa lalu.
Penelitian ini menggunakan data harga saham harian, dari 44 perusahaan yang
termasuk dalam Indeks LQ 45 selama periode pengamatan 2009-2010.
Untuk menguji hipotesis efisiensi pasar modal bentuk lemah ada dua model. Run
test dan korelasi seri, run test digunakan untuk menguji kerandoman perubahan harga
saham. Sedangkan uji korelasi seri adalah untuk menguji korelasi antara perubahan harga
saham saat ini dengan perubahan harga sebelumnya.
Hasil dari penelitian ini adalah pada periode 2009-2010 Bursa efek Indonesia
efisien dalam bentuk lemah.
Kata kunci : Indeks LQ 45, Pasar Efisien Bentuk Lemah, Run Test Dan Uji Korelasi Seri.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengujian
Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal Di Indonesia Periode 2009-2010”.
Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna
mencapai gelar sarjana ekonomi jenjang pendidikan strata satu program studi manajemen
keuangan pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak
dapat menyelesaikan karya ini tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan pengarahan
yang tak terhingga dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada :
1. Keluarga saya, Ibu yang tak pernah berhenti melimpahkan perhatian dan
mencurahkan kasih sayang yang tak dapat dibalas dengan apapun. Bapak yang
banyak memberi dukungan, perhatian dan materi, tapi semoga karya kecil ini dapat
sedikit membahagiakanmu Bapak dan Ibu.
2. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah dan selaku pembimbing I, yang selalu memberi arahan dan
bimbingan untuk setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE. M.Si selaku pembimbing II, atas bimbingan,arahan
petunjuk, kebaikan serta kemurahan hati beliau, yang sangat membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah atas semua curahan ilmu bantuan dan pelayanannya.
5. Kakak, dan Keponakan tersayang, atas setiap dukungan, masukan, perhatian, kasih
sayang, semangat, dll
6. Temen-temen yang slalu ada saat liburan dirumah, Asep, Agunk, Manto, Model,
Windy, Dkk
v
7. Sahabat-sahabatku tercinta, Ade Riana, Ade Wirda, Atin, Nuyuy, Reyhan, Rury,
Kurnia, Deni, Dan Semua Anggota DPR Club. Yang sudah memotivasi dan slalu
menghibur. Dan semua mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis angkatan 2007.
8. Teman-teman Kost’an, Kak Aziz, Muchtar, Fikri, Ofik, Ozi, Arif, Muslih, Aufar,
yang sudah memberikan kenangan-kenangan bersama dalam satu atap. Thankz All.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sekalian.
Jakarta, 7 Juni 2011
Penulis
Nasruldin
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ……………………………….…….….....…...….. i
Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………..…………… ii
Abstract …………………………………………………………….........…………….. iii
Abstrak ………………………………………………………...…………..……….….. iv
Kata Pengantar ……………………………………………..………..…………...……. v
Daftar Isi ……………………………………………………..…………..…...….…… vii
Daftar Tabel ………………………………………………………………………........ ix
Daftar Gambar ………………………………………………..…..………..…….…...... x
Daftar Lampiran ……………………………………………………………..……...... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………..……………………………….………. 10
C. Tujuan Penelitian ………………...…………………………………….……… 10
D. Mamfaat Penelitian …………………..………….…………………….………. 11
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pasar Modal …..………………………………………..………...………..…... 12
B. Investasi ……………………………………………………………….….….... 15
C. Indeks Saham …….………………………………………………..……….…. 20
D. Pasar Efisien …………………………………………………….…..…….…… 38
E. Definisi Efisiensi Pasar ……………………………………………….…..……. 44
F. Efisiensi pasar secara informasi ………………………………………...……… 52
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah…………………………………..…………. 53
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat ..………………………..…………. 54
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat …………...……………………….…………. 56
G. Random Walk ………………………..…………...………….….....……….…. 58
H. Penelitian Sebelumnya ………………..…………………….……………...…. 63
I.
Kerangka Pemikiran ……………………..…………………..……………….. 65
J. Hipotesis Penelitian …………………….…………………...……………….. 66
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………….……..……….….. 68
B. Metode Penentuan Sample …………………………………………….…..… 68
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………………………..… 69
D. Metode Analisis Data .……………………………………………….....……. 69
1. Return Saham …………………………………….……………..……… 69
2. Run Test …………………………………………………...…………… 69
3. Uji Korelasi Seri ……………………………………………………….. 71
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………..……………….. 73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Singkat Objek Penelitian …………………………..……… 74
B. Analisis dan Pembahasan …………………………………………….……..... 74
1. Run Test ……………………………………………..………..…..……. 74
2. Uji Korelasi Seri ………………………………………………………. 80
3. Interpretasi ………………………………………………………………85
BAB V Kesimpulan dan Implikasi
A. Kesimpulan ……………………………………………………..….………… 86
B. Implikasi ……………………………..………………………….…………… 86
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..……. 88
viii
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Hal
2.1
Studi Terdahulu …………………………………………………………… 63
4.2
Tabel Sample Yang Digunakan …………………………………………… 74
4.3
Tabel Run Test ……………………………………………………………. 76
4.4
Tabel Uji Korelasi Seri ……………………………………………………. 80
ix
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Hal
2.1
Gambar Hubungan Pasar Efisien Berdasarkan Informasi ………………… 57
2.2
Kerangka Pemikiran ………………………………………………………. 65
x
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Hal
1
Hasil Output SPSS Run Test ……………………………………………… 91
2
Hasil Output Korelasi Seri ………………………………………………… 113
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi yang tidak dapat
dipisahkan dari berbagai macam unsur yang berada disekitarnya. Semakin
pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian maka semakin sensitif
dan banyak faktor yang ikut mempengaruhi pasar modal. Isu seputar
masalah ekonomi, sosial, politik, lingkungan maupun hak azasi manusia
tentu tidak dapat dipisahkan begitu saja dari pasar modal. Meskipun isu
masalah sosial dan politik tidak mempunyai kaitan langsung terhadap
aktifitas pasar modal, namun sering kali isu tersebut justru mampu
mengguncangkan bursa dunia.
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan
obligasi kepada investor yang tertarik kepada perusahaan tersebut. Untuk
menarik penjual dan pembeli berpartisipasi, pasar modal harus bersikap
liquid dan efisien. Suatu pasar modal bisa dikatakan liquid jika pembeli
dapat membeli dan penjual dapat menjual surat berharga dengan cepat
secara formal. Pasar modal yang efisien diartikan sebagai pasar yang hargaharga sekuritasnya secara cepat bereaksi dan secara penuh mencerminkan
secara penuh informasi yang tersedia. Semakin cepat informasi baru
tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.
Pasar modal bagi investor merupakan alternatif investasi yang
memberikan return yang optimal. Untuk itu seorang investor membutuhkan
informasi yang dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Informasi mengenai perkembangan harga saham dan volume perdagangan
maupun informasi lain menjadi pedoman dalam mengambil keputusan.
Ketersediaan informasi yang lengkap menyebabkan investor akan mudah
menentukan keputusan. Banyak informasi yang diberikan oleh perusahaan,
baik laporan keuangan maupun pengumuman lain seperti pengumuman
dividen, right issue, stock split, maupun informasi lainnya. Umumnya
perusahaan emiten menggunakan pembayaran dividen sebagai sinyal kepada
pelaku pasar. Dengan meningkatkan nilai dividen yang dibayar, perusahaan
emiten mencoba memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek
yang baik di masa depan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Kamis
30 Desember 2010 ditutup menguat tipis 4,295 poin (0,12%) ke level
3.703,512. Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Anny Ratnawati
secara resmi menutup perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG
BEI mencatat kinerja terbaik dengan perubahan indeks dari level 2.534,36
(penutupan tanggal 31 Desember 2009) menjadi 3.073,51 atau mengalami
perkembangan 46,13%
Berikut adalah rekapitulasi dari kinerja IHSG, kinerja bursa terbaik
dan terburuk di Asia Pasifik, nilai kapitalisasi pasar, nilai kapitalisasi
saham BUMN, transaksi obligasi dan reksadana untuk tahun 2010:
Kinerja saham sepanjang tahun 2010, IHSG menguat hampir
1.200 poin. Pada pembukaan awal tahun, 4 Januari 2010, IHSG ditutup
pada level 2.575,41. IHSG terakhir menyentuh rekor tinggi pada
perdagangan 9 Desember 2010, sementara titik terendah pada 8 Februari
2010
di
level
2.475,572,
turun
43,404
poin
(1,72%).
Bursa Terbaik di Asia Pasifik, peringkat pertama Indonesia
(IHSG BEI): IHSG ditutup menguat tipis 4,295 poin (0,12%) ke level
3.703,512, dengan kenaikan 46,13%. kedua, Thailand (Bangkok SET):
Bangkok SET ditutup pada posisi 1.034,59 pada 29 Desember 2010,
dengan kenaikan 40,85%. Ketiga, Filipina (Phillipine SE): Phillipine SE
ditutup pada level 4.119,31 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan
37,56%. Keempat, Korea (Korea Composite): Korea Composite ditutup
pada posisi 2.043,49 pada 29 Desember 2010, dengan kenaikan 21,44%.
Kelima, Malaysia (Bursa Malaysia KLCI) : KLCI ditutup 1.524,34 pada
29 Desember 2010, dengan kenaikan 19,77%. Keenam, India (Sensex 30):
Sensex 30 ditutup 20.256,03 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan
15,98%. Ketujuh, Singapura (Straits Times) : Straits Times ditutup pada
level 3.207,91 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 10,71%.
Kedelapan, Taiwan (Taiwan SE/TAIEX) : SE/TAIEX ditutup pada level
8.866,35 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 8,28%. Kesembilan,
Hongkong (Hangseng) : Hangseng ditutup di level 22.969,30 di 29
Desember 2010, dengan kenaikan 5.02%. Kesepuluh, China (Shenzen
Composite) : Shenzen ditutup pad alevel 1.255,66 di 29 Desember 2010 ,
dengan kenaikan 4,52%.
Bursa Terburuk di Asia Pasifik. Pertama, Jepang (Nikkei 225):
Nikkei 225 mencatatkan indeks saham per 29 Desember 2010 di level
10.344,54 atau minus 1,91 %. Kedua, Australia (S&P)/ASX200):
S&P/ASX200 ditutup pada level 4.755,20 di 29 Desember 2010 yang
tumbuh minus 1,96 %. Ketiga, China (Shanghai Composite): Shanghai
Composite ditutup pada level 2.751,53 di 29 Desember 2010 yang
mengalami pertumbuhan minus 16,04 %. Financeindonesia org,
Pasar
modal
di
Indonesia
merupakan
suatu
wahana
untuk
menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat. Hal ini berarti di
dalam pasar modal terdapat dua pihak yang berkepentingan, yaitu emiten
dan pemodal. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana dapat
memperoleh alternatif dana eksternal jangka panjang. Sedangkan pemodal
sebagai pihak yang berkelebihan dana dan dapat melakukan alternatif pada
financial assets. Jadi pasar modal memiliki fungsi ekonomi sekaligus fungsi
keuangan (Husnan: 1994, 4).
Fungsi ekonomi pasar modal tercermin dalam penyediaan dana dari
pihak lender (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak
yang membutuhkan dana). Masing - masing pihak baik pemodal maupun
emiten mempunyai kepentingan yang saling menguntungkan. Pemodal
mengharapkan adanya imbalan investasi atas dana yang diinvestasikan,
sedangkan emiten memperoleh manfaat dari pemodal untuk suatu investasi
atau perluasan usaha tanpa harus menunggu ketersediaan dana dari
operasional perusahaan. Sedangkan fungsi keuangan yang dilakukan pasar
modal adalah dalam menyediakan dana yang dilakukan oleh pemodal untuk
digunakan emiten.
Para pemodal dapat memberikan dana kepada emiten tanpa harus
terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang dibutuhkan oleh
borrower. Adanya fungsi - fungsi tersebut, maka pasar modal memiliki daya
tarik bagi para investor untuk menanamkan dananya dan bagi perusahaan
yang memerlukan dana. Bagi pihak yang memerlukan dana, pasar modal
dapat digunakan sebagai alternatif pembiayaan selain bank. Adapun bagi
pemodal, pasar modal ini digunakan sebagai alternatif penanaman dana
mereka selain diinvestasikan di aktiva riil maupun di bank. Sebelum
memutuskan untuk membeli atau menjual saham, para pemodal sangat
memerlukan informasi, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan. Apabila para pemodal tidak memiliki keyakinan tentang
kebenaran informasi, akan sulit bagi pemodal untuk berminat menanamkan
modalnya dipasar modal. Hal ini dapat dimengerti, karena dalam pasar
modal yang diperdagangkan bukan hanya barang yang bersifat fisik, tetapi
bersifat abstrak.
Dalam pasar modal efisien, harga yang terjadi adalah harga "wajar"
tidak terjadi underprice maupun overprice dan tidak seorang pemodalpun
yang dapat memperoleh abnormal return. Apabila pasar modal efisien,
maka kondisi ini akan menguntungkan berbagai pihak (Bawazer dan
Rahman, 1991), yaitu: pertama, Emiten akan lebih mudah membuat
keputusan produksi dan investasi, karena tidak biasanya ukuran - ukuran
yang dipakai. Kedua, Para pemodal dapat bebas memilih berbagai
penawaran sekuritas yang menjanjikan hasil optimal.
Sebaliknya apabila pasar modal tidak efisien, maka kondisi seperti ini
akan menyulitkan dan merugikan berbagai pihak (Bawazer dan Rahman,
1991), yaitu: Pertama, Emiten akan kesulitan dalam mengukur kekayaan
pemegang saham yang maksimal, karena harga saham tidak mencerminkan
nilai yang sebenarnya dilakukan atau apa yang terjadi pada operasi
perusahaan. Kedua, Para pemodal tentu banyak dirugikan karena kondisi
tidak efisien, segala manipulasi bisa dilakukan untuk dapat menaikkan harga
saham. Ketiga, Mendorong pemodal untuk mengurangi investasi mereka di
pasar modal, karena mereka akan mengalami kesulitan dalam mendeteksi
return, resiko dan likuiditas.
Pelaku pasar yang canggih tidak akan mudah di bodohi (fooled) oleh
emiten dan pelaku pasar yang canggih akan menganalisa sinyal peningkatan
nilai dividen lebih lanjut untuk menentukan apakah benar sinyal tersebut
merupakan sinyal yang valid dan dapat dipercaya sebelum mengambil
keputusan. Dengan demikian apabila investor dalam mengolah informasi
dan mengambil keputusan sudah tepat dan benar maka pasar sudah bisa
dikatakan efisien bentuk setengah kuat secara keputusan.
Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga
macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi masa
sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut
ini (Jogiyanto: 2000, 18) yaitu Pertama, Efisiensi pasar bentuk lemah (weak
form efficiency), Kedua, Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong
form efficiency) Ketiga, Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form efficiency).
Hubungan ketiga pasar efisien ini berupa tingkatan kumulatif, yaitu
bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk
setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Efisiensi pasar secara
keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut
versi Fama yang didasarkan pada informasi yang di distribusikan.
Penelitian
yang
dilakukan
Suad
Husnan,
pengujian
empiris
menggunakan data 24 saham dan IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan
uji statistik run test, dan koefisien autokorelasi. Penelitian menunjukkan
bahwa pasar modal indonesia sudah termasuk efisiensi dalam bentuk lemah.
Penelitian Hari Sunarto, periode juni 1995 hingga juli 1997
menggunakan sample harga saham IHSG penutupan harian dengan uji
statistic run test, dan koefisien autokorelasi. Penelitiannya menyatakan bahwa
periode juni 1995 hingga juli 1997 pada Bursa Efek Jakarta mengikuti pola
acak (random), dan pengamatannya pun membuktikan bahwa Bursa Efek
Jakarta sudah efisien dan termasuk kedalam efisien dalam bentuk lemah.
Penelitian Novita Santi Astuti periode 1999 dengan menggunakan
sample 11 indeks yang ada yaitu IHSG, LQ 45, dan Sembilan sektor industri,
dengan uji statistik Run Test dan uji Kolmogorov Smirnov dan disimpulkan
bahwa hampir seluruhnya indeks saham yang diperdagangkan Bursa Efek
Jakarta efisien dalam bentuk lemah, kecuali indeks saham infrastruktur yang
belum efisien dalam bentuk lemah.
Penelitian Moudy Hermawan dan Heru Subiyantoro (2006), dengan
menggunakan sample JSX composite index pada periode 2002-2004 dan
menggunakan
uji
statistik
Run
Test,
uji
Kolmogorov
Smirnov,
Autocorrelation Test, ARCH dan GARCH. Penelitiannya menyatakan bahwa
return
saham
tidak
berdistribusi normal pada tingkat keyakinan 1%,
Pengujian terhadap return harga saham secara parametrik maupun non
parametrik membuktikan bahwa terdapat penolakan terhadap EMH bentuk
lemah minimal dalam bentuk random walk, namun beberapa peneliti bahwa
penolakan terhadap random walk belum tentu mencerminkan penolakan
EMH bentuk lemah secara seutuhnya, karena ada faktor yang belum
diperhitungkan dalam model random walk seperti biaya transaksi yang
hakikatnya pasti mempengaruhi return saham.
Penelitian sekitar tahun 2008 (Retno: 2009) dengan sample indeks LQ
45 dan uji statistik yang digunakan adalah Uji Kolmogorov Smirnov, Mann
U-whitneyy test, ARCH dan GARCH menyatakan bahwa pasar modal
Indonesia belum efisien dalam bentuk lemah. Apakah kondisi pasar modal
Indonesia sekitar tahun 2009 sampai tahun 2010 akan efisien dalam bentuk
lemah? Efisien tidaknya suatu pasar juga akan memberikan implikasi kepada
investor dalam melakukan strategi investasinya. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut tidak cukup dengan acuan secara kualitatif, namun perlu dilakukan
dengan pembuktikan secara kuantitatif. Hal itulah yang menarik perhatian
peneliti untuk melakukan analisis terhadap harga saham di pasar modal
Indonesia guna mengetahui apakah pasar modal Indonesia telah efisien?,
sehingga mendorong untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi
dengan judul “Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal
Di Indonesia Periode 2009-2010”
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaannya
adalah pada data, data yang digunakan adalah harga saham harian yang
terdiri dari saham perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 dan terus
tetap ada di tahun 2009-2010. Uji statistik yang digunakan adalah Run Test
dan Uji Korelasi Seri.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang
diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode
2009-2010) mengikuti pola random walk?
2. Bagaimanakah hubungan antar perubahan harga saham harian di BEI
pada periode 2009-2010?
3. Apakah pasar modal Indonesia dikategorikan sebagai efisiensi pasar
bentuk lemah (Weak Form Efficiency)?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui harga saham di Indonesia bergerak secara historis
(Periode 2009-2010) mengikuti pola random walk.
2. Untuk mengetahui hubungan antar perubahan harga saham harian di
BEI pada periode 2009-2010.
3. Untuk mengetahui pasar modal Indonesia dikategorikan sebagai
efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi dapat memberikan alternatif metode pengujian
efisiensi pasar bentuk lemah dan menjadi bahan kajian untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Regulator pasar modal, dapat dijadikan bahan evaluasi pasar
modal di Indonesia dan menjadi pertimbangan untuk tujuan
pengembangan pasar modal dimasa yang akan datang.
3. Memberi gambaran kepada investor seberapa efisien pasar modal
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Pasar Modal
Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian
pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek.
Menurut Sunariyah (2004), pasar modal secara umum adalah suatu
sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasiobligasi, dan sejenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para
perantara pedagang efek.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 3), pasar modal adalah pasar
untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan
swasta.
Menurut Dahlan (1995), pasar modal adalah pasar konkret atau
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang
memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas.
Pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa,
saham preferen dan obligasi yang diperdagangkan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal
Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar
modal antara lain adalah: (Husnan; 2001, 8-9)
a. Supply Sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia
menerbitkan sekuritas di pasar modal.
b. Demand akan sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat
yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan
membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Calon pembeli sekuritas
berasal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun lembagalembaga keuangan.
c. Kondisi politik dan ekonomi
Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan
sekuritas.
Kondisi
politik
yang
stabil
akan
ikut
membantu
pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan
demand akan sekuritas.
d. Masalah hukum dan peraturan
Pembelian sekuritas mengandalkan diri pada informasi yang
disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.
Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar
dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.
2. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal menjalankan dan mempunyai dua fungsi yaitu
fungsi ekonomi dan keuangan. Suad Husnan (2001:4), dalam
melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas
untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana
kepada pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan
kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan
memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi
peminjam tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka
melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil
operasi perusahaan. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh
intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya
bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang.
Husnan (2001:4), fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan
dana yang diperlukan oleh para peminjam (borrowers) dan para lenders
menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva
riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
B. Investasi
1. Pengertian Investasi
Menurut Tandellin (2001), investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan
memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:47), proses investasi
menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam
sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi
tersebut dan kapan investasi tersebut dilakukan.
Menurut Abdul Halim (2005:4-6), investasi pada hakikatnya
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan mendatang. Umumnya investasi dibedakan
menjadi dua, yaitu: investasi pada asset-aset financial (financial asset) dan
investasi pada aset-aset real (real asset). Investasi pada asset-aset financial
dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial
paper, surat berharga dipasar uang, dan lainnya. Investasi juga dapat
dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan
lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset real dapat berbentuk pembelian
asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan
perkebunan dan lain-lain.
2. Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang
investor membuat keputusan pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan
kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan Tujuan Investasi
Ada tiga hal yang perlu diperlukan dalam tahap ini, yaitu:
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return),
tingkat resiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang
akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka investor
menginginkan pengembalian yang maksimal dengan resiko
tertentu. Umumnya hubungan antara risiko (risk) dan tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) bersifat
linier, artinya semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi
pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
b. Melakukan Analisis
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu
efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah
untuk mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), apakah
harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua
pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
1) Pendekatan Fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi
yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator
bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi
sektor industri dimana perusahaan tersebut berada dan
perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan
prospek harga sahamnya dimasa mendatang harus dikaitkan
dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.
Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara
umum,
selanjutnya
ke
sektor
industrinya,
akhirnya
dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang
diterbitkannya.
2) Pendekatan Teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga
saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan
harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para
analisis para analis memperkirakan pergeseran penawaran
(supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek,
serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko
dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari
penawaran dan permintaan. Namun demikian, analisis ini
lebih mudah dan cepat dibanding analisis fundamental,
karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa
saham. Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis
fundamental tidak berguna, namun mereka menganggap
bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak
mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena
itu, analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa
harga saham tergantung pada penawaran dan permintaan
saham itu sendiri. Data finansial historis yang tergambar
pada diagram dipelajari untuk mendapatkan suatu pola
yang
berarti,
dan
pola
tersebut
digunakan
untuk
memprediksi harga di masa mendatang, serta untuk
memperkirakan pergerakan individual saham maupun
pergerakan indeks pasar (market index).
c. Membentuk Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan indentifikasi terhadap efek-efek
mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan
diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang dipilih
dalam rangka pembentukan portofolio adalah efek-efek yang
mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan
berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko.
d. Mengevaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio
yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang
diharapkan maupun terhadap risiko yang ditanggung. Sebagai tolak
ukur digunakan dua cara, pertama, pengukuran (measurement)
adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar asset yang telah
ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menilai
tingkat pengembalian. Kedua, perbandingan (comparison) yaitu
penilaian berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan
tingkat resiko yang sama
e. Merevisi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi
(perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio
tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah
dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya tingkat
pengembaliannya lebih rendah dari yang disyaratkan. Revisi
tersebut dapat dilakukan secara total, yaitu dilakukan likuidasi atas
portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru. Atau
dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proporsi
atau komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek
yang membentuk portofolio tersebut. (Abdul halim, 2005:4-6)
C. Indeks Saham
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan
pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang
tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus
1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu
itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini (Desember 2009) jumlah
emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 398 emiten.
Seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar, IHSG mengalami
periode naik dan turun. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level
tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level
2.830,263.
2. Indeks Sektoral
Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua emiten
yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut
klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA
(Jakarta Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah:
a. Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)
1) Sektor 1 : Pertanian
2) Sektor 2 : Pertambangan
b. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur)
3) Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia
4) Sektor 4 : Aneka Industri
5) Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi
c. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-manufaktur)
6) Sektor 6 : Properti dan Real Estate
7) Sektor 7 : Transportasi dan Infrastruktur
8) Sektor 8 : Keuangan
9) Sektor 9 : Perdagangan, Jasa dan Investasi
Selain sembilan sektor tersebut di atas, BEI juga menghitung
Indeks Industri Manufaktur (Industri Pengolahan) yang merupakan
gabungan dari emiten-emiten yang terklasifikasikan dalam sektor 3, sektor
4 dan sektor 5. Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996
dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan
hari dasar tanggal 28 Desember 1995.
3. Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (LiQuid)
tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian
atas
likuiditas,
seleksi
atas
emiten-emiten
tersebut
juga
mempertimbangkan kapitalisasi pasar.
a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks LQ45
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama
likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan
perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas,
maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan
frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Sehingga
kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45
adalah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.
2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi
transaksi.
3. Jumlah hari perdagangan di pasar regular.
4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar
tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek
pertumbuhan perusahaan tersebut.
b. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja
emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga
bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham
tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali,
yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.
c. Komisi Penasehat
Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga
dapat meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para
ahli dari Bapepam-LK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal
yang independen.
d. Hari Dasar Indeks LQ45
Indeks LQ45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Untuk
mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang
digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100.
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama
dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan
indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic
Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham
yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal
syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya,
pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak
Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan
tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut
dilakukan oleh Bapepam - LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah
Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam - LK Nomor II.K.1
tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
a. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah
Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,
terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan
syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat
dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index.
Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan
Bapepam - LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis
kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah
Islam adalah:
1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
2) Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi,
jual beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.
3)
Memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan
dan
atau
menyediakan :
(a) Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi),
(b) Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau
(c) Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
4) Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan
kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah:
1) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas.
2) Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu
3) Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:
(a) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%).
(b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari
10%.
b. Kriteria Pemilihan Saham Jakarta Islamic Index
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan
Jakarta Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut:
1) Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES)
yang dikeluarkan oleh Bapepam - LK.
2) Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan
urutan kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.
3) Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas
yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.
c. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham
Jakarta Islamic Index akan direview setiap 6 bulan, yaitu setiap
bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh
Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah.
Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus
menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
d. Hari Dasar Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. Akan
tetapi untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar
yang digunakan adalah tanggal 2 Januari 1995, dengan nilai indeks sebesar
100.
5. Indeks Kompas 100
Pada perayaan HUT PT Bursa Efek Jakarta ke-15 tanggal 13 Juli 2007
dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke 30, BEJ meluncurkan
indeks Kompas 100. Indeks ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pada
investor, pengelola portofolio serta fund manager sehingga dapat digunakan
sebagai acuan dalam menciptakan kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang
berbasis saham. Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam penghitungan
indeks Kompas 100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar
dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.
a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks Kompas 100
Kriteria pemilihan saham adalah dengan mempertimbangkan faktorfaktor sebagai berikut:
1) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.
2) Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi
transaksi.
3) Jumlah hari perdagangan di pasar regular.
4) Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
5) Sebagai
saringan
terakhir,
BEI
juga
mengevaluasi
dan
mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dan pola perdagangan.
6) BEI memiliki tanggung jawab penuh dalam pelaksanaan pemilihan sahamsaham yang masuk dalam daftar indeks ini, dimana semua keputusan akan
diambil dengan mempertimbangkan kepentingan investor maupun
stakeholders lainnya.
b. Hari Dasar dan Evaluasi Indeks
Untuk mendapatkan data historikal yang lebih lengkap, BEI
menggunakan hari dasar penghitungan indeks pada tanggal 2 Januari 2002
dengan nilai indeks pada saat itu sebesar 100. Sedangkan pergantian
saham dan evaluasi akan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan
Februari dan Agustus.
6. Indeks BISNIS -27
PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan harian Bisnis
Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks
BISNIS-27. Sebagai pihak yang independen, harian Bisnis Indonesia dapat
mengelola indeks ini secara lebih independen dan fleksibel, dimana
pemilihan konstituen indeks berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria
seleksi secara fundamental, historical data transaksi (teknikal) dan
akuntabilitas. Indeks ini diharapkan dapat menjadi salah satu indikator
bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks BISNIS-27
Indeks BISNIS-27 terdiri dari 27 saham yang dipilih berdasarkan
kriteria fundamental, likuiditas transaksi dan akuntabilitas. Kriteria
pemilihan saham tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kriteria Fundamental
Kriteria fundamental yang dipertimbangkan dalam pemilihan
saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks BISNIS-27 adalah
Laba Usaha, Laba Bersih, Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE) dan DER. Khusus untuk emiten di sektor Perbankan, akan
dipertimbangkan juga faktor LDR dan CAR.
2) Kriteria Teknikal atau Likuiditas Transaksi
Kriteria teknikal yang dipertimbangkan dalam pemilihan sahamsaham yang masuk dalam perhitungan indeks BISNIS-27 adalah nilai,
volume dan frekuensi transaksi serta jumlah hari transaksi dan kapitalisasi
pasar.
3) Akuntabilitas dan Tata Kelola Perusahaan
Untuk meningkatkan kualitas pemilihan saham-saham yang masuk
dalam indeks BISNIS- 27, dibentuk suatu komite indeks yang anggotanya
terdiri dari para pakar di bidang pasar modal maupun dari akademisi.
Anggota komite indeks tersebut memberikan opini dari sisi akuntabilitas,
tata kelola perusahaan yang baik maupun kinerja saham.
b. Evaluasi dan Penggantian Saham
Bursa Efek Indonesia dan harian Bisnis Indonesia secara rutin akan
memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks.
Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks BISNIS-27
dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan November.
c. Hari Dasar
Indeks BISNIS-27 diluncurkan pada tanggal 27 Januari 2009, akan
tetapi untuk mendapatkan data historikal, hari dasar yang digunakan untuk
perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2004 dengan nilai indeks
adalah 100.
7. INDEKS PEFINDO 25
PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan lembaga rating
PEFINDO, meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks
PEFINDO 25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman
investasi bagi pemodal yaitu dengan membuat suatu benchmark indeks baru
yang secara khusus membuat kinerja saham emiten kecil dan menengah
(Small Medium Enterprises / SME) melalui kriteria dan metodologi yang
konsisten.
a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks PEFINDO 25
Indeks PEFINDO 25 terdiri dari 25 saham yang dipilih berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
1) Seleksi Awal
Seleksi awal dilakukan untuk memilih saham yang berpotensi menjadi
anggota indeks, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
(a) Total Aset
Total aset mempresentasikan size dari emiten SME, yaitu emitenemiten yang memiliki total aset di bawah Rp1 triliun berdasarkan laporan
keuangan tahunan auditan.
(b) Tingkat pengembalian atas modal (Return on Equity / ROE)
ROE emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah emiten yang
memiliki ROE sama atau lebih besar dari rata-rata ROE emiten di Bursa Efek
Indonesia.
(c) Opini akuntan publik atas laporan keuangan Auditan adalah Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
(d) Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah sekurang-kurangnya 6
bulan.
(e) Pemeringkatan
Dari seleksi awal tersebut diperoleh daftar nama emiten yang
berpotensi masuk dalam anggota indek PEFINDO 25. Selanjutnya untuk
memilih 25 saham yang terbaik, dilakukan pemeringkatan lebih lanjut dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki oleh
publik (free float).
b. Hari Dasar dan Evaluasi
Indeks PEFINDO 25 diluncurkan pada tanggal 18 Mei 2009. Untuk
mendapatkan data historikal yang lebih lengkap Indeks PEFINDO 25
menggunakan hari dasar tanggal 29 Desember 2005 dengan nilai awal indeks
adalah 100. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks
PEFINDO 25 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Februari dan
Agustus.
8. INDEKS SRI-KEHATI
PT
Bursa
Efek
Indonesia
bekerja
sama
dengan
Yayasan
Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI), meluncurkan indeks
harga saham yang diberi nama Indeks SRI-KEHATI. SRI adalah kependekan
dari Sustainable and Responsible Investment. Indeks ini dimaksudkan untuk
memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan
membuat suatu benchmark indeks baru yang secara khusus memuat emiten
yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong usaha-usaha
berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial dan
tata kelola perusahaan yang baik.
a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks SRI-KEHATI
Indeks SRI-KEHATI terdiri dari 25 saham yang dipilih berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
1. Seleksi Awal
Seleksi awal dilakukan untuk memilih saham yang berpotensi menjadi
anggota indeks, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
(a) Total Aset
Total aset yang mempresentasikan ukuran dari Emiten SRI, yakni
emiten-emiten yang memiliki total aset di atas Rp1 triliun berdasarkan laporan
keuangan auditan tahunan.
(b) Price Earning Ration (PER)
PER emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah yang memiliki
PER positif.
(c ) Free Float Ratio.
Free float atau kepemilikan saham publik harus lebih besar dari 10%
Fundamental.
Dari seleksi awal tersebut diperoleh daftar nama emiten yang
berpotensi masuk dalam anggota indeks SRI-KEHATI. Selanjutnya untuk
memilih 25 saham yang terbaik, dilakukan pemeringkatan lebih lanjut dengan
mempertimbangkan aspek fundamental yaitu dengan mempertimbangkan 6
faktor utama sebagai berikut:
1. Environmental
2. Community
3. Corporate Governance
4. Human Rights
5. Business Behaviour
6. Labour Practices & Decent Work
Dalam menentukan dan memilihan saham-saham yang masuk dalam
kriteria fundamental, Yayasan KEHATI menjalin kerja sama dengan
independent data provider yaitu OWW-Consulting.
b. Evaluasi dan Penggantian Saham
Bursa Efek Indonesia dan Yayasan KEHATI secara rutin akan
memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks. Review
dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks SRI-KEHATI
dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan November.
c. Hari Dasar
Indeks SRI-KEHATI diluncurkan pada tanggal 8 Juni 2009, akan
tetapi untuk mendapatkan data historikal, hari dasar yang digunakan untuk
perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2006 dengan nilai indeks
adalah 100.
9. Indeks Papan Utama Dan Papan Pengembangan
Emiten-emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dibagi atas 2
papan pencatatan yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan dimana
penempatan dari emiten dan calon emiten yang disetujui pencatatannya
didasarkan
pada
persyaratan
pencatatan
pada
masing-masing papan
pencatatan. Papan Utama ditujukan untuk emiten yang mempunyai ukuran
(size) besar dan mempunyai track record yang baik. Sementara Papan
Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat
memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang
mempunyai prospektif bagus namum belum menghasilkan keuntungan dan
merupakan sarana bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan.
a. Kriteria Pencatatan di Papan Utama
Calon emiten akan dicatatkan di Papan Utama apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan.
2) Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan
kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama
minimal 36 bulan berturut-turut.
3) Laporan keuangan telah diaudit 3 tahun buku terakhir, dengan ketentuan
laporan keuangan auditan 2 tahun buku terakhir dan laporan keuangan
auditan intern terakhir (jika ada) memperoleh pecatatan Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
4) Berdasarkan laporan keuangan auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud
Bersih (Net Tangible Asset) minimal Rp100 miliar.
5) Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan
Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran
Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi
Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5
hari bursa sebelum permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 100 juta
saham atau 35% dari modal disetor (mana yang lebih kecil).
6) Jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000 (seribu) pemegang saham
yang memiliki rekening Efek di anggota Bursa Efek dengan ketentuan:
(a) Bagi calon perusahaan tercatat yang melakukan penawaran umum,
maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham
setelah penawaran umum perdana.
(b) Bagi calon perusahaan tercatat yang berasal dari perusahaan publik,
maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang
saham
terakhir
selambat-lambatnya
1
(satu)
bulan
sebelum
mengajukan permohonan pencatatan.
(c) Bagi calon perusahaan tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka
jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata
per bulan selama 6 (enam) bulan terakhir.
b. Kriteria Pencatatan di Papan Pengembangan
Calon emiten akan dicatatkan di Papan Pengembangan apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan saham
2) Sampai dengan diajukan permohonan pencatatan, telah melakukan
kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama
minimal 12 bulan berturut-turut.
3) Laporan keuangan auditan tahun buku terakhir yang mencakup minimal
12 bulan dan laporan keuangan auditan intern terakhir (jika ada)
memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
4) Memiliki Aktiva Berwujud Bersih (net tangible asset) minimal Rp5 miliar.
5) Jika calon emiten mengalami rugi usaha atau belum membukukan
keuntungan atau beroperasi kurang dari 2 tahun, wajib:
(a) Selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-2 sejak tercatat sudah
memperoleh laba usaha dan laba bersih berasarkan proyeksi keuangan
yang akan diumumkan di Bursa.
(b) Khusus bagi calon emiten yang bergerak dalam bidang yang sesuai
dengan sifatnya usahanya memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai titik impas (seperti: infrastruktur, perkebunan tanaman
keras, konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) atau Hutan Tanaman
Industri (HTI) atau bidang usaha lain yang berkaitan dengan
pelayanan umum, maka berdasarkan proyeksi keuangan calon
perusahaan tercatat tersebut selambat-lambatnya pada akhir tahun
buku ke-6 sejak tercatat sudah memperoleh laba usaha dan laba
bersih.
6) Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan
Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran
Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi
Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5
(lima) hari bursa sebelum permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 50
juta saham atau 35% dari modal disetor (mana yang lebih kecil).
7) Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 (lima ratus) pemegang saham
yang memilik rekening efek di Anggota Bursa Efek, dengan ketentuan:
(a) Bagi calon perusahaan tercatat yang melakukan penawaran umum,
maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham
setelah penawaran umum perdana.
(b) Bagi calon perusahaan tercatat yang berasal dari perusahaan publik,
maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang
saham terakhir selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum
mengajukan permohonan pencatatan.
(c) Bagi calon perusahaan tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain,
maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan
rata-rata per bulan selama 6 (enam) bulan terakhir.
(d) Khusus calon emiten yang ingin melakukan IPO, perjanjian
penjaminan emisinya harus menggunakan prinsip kesanggupan
penuh (full commitment) Per Desember 2009, dari 398 emiten yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia, 177 emiten masuk dalam Papan
Utama sedangkan sisanya sebanyak 221 emiten masuk dalam Papan
Pengembangan.
Indeks
Papan
Utama
dan
Indeks
Papan
Pengembangan adalah indeks harga saham yang diharapkan dapat
menggambarkan pergerakan indeks di masing-masing papan
tersebut. Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks
adalah seluruh saham yang tercatat di masing-masing papan
(kecuali beberapa saham yang berdasarkan pertimbangan tertentu
tidak masuk dalam perhitungan seluruh indeks yang ada). Indeks
Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan diluncurkan pada
tanggal 8 April 2002, dengan menggunakan nilai dasar tanggal 28
Desember 2001 dengan nilai indeks 100. Pada saat itu, jumlah
emiten yang tercatat di Papan Utama adalah 34 emiten dan di Papan
Pengembangan adalah 287 emiten serta porsi kapitalisasi pasar
untuk masing-masing papan adalah 62% dan 38%. (www.idx.co.id)
D. Pasar Efisien
Pasar efisien terbagi menjadi tiga macam yaitu, pasar efisien secara
informasi (informationally efficient market), pasar efisien secara
operasional (operationally efficient market), pasar efisien secara keputusan
(decitionally efficient market), pasar efisien secara informasi didasarkan
pada ketersediaan informasi yang ada, pasar efisien secara
operasional
didasarkan pada operasi pasar yang likuid, dan pasar efisien secara
keputusan didasarkan pada kepintaran pasar dalam mengambil keputusan.
(Jogiyanto: 2005, 1)
1. Efisiensi pasar secara informasi
Dipasar yang kompetitif, harga ekuilibrium suatu aktiva
ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan permintaan agregat. Harga
keseimbangan ini mencerminkan konsensus bersama antara semua
partisipan pasar tenntang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan
informasi yang tersedia. Jika suatu informasi baru yang relevan masuk
ke pasar yang berhubungan dengan suatu aktiva, informasi ini akan
digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari
aktiva yang bersangkutan. Akibatnya adalah kemungkinan pergeseran
ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan tetap
bertahan sampai suatu informasi baru lainnya merubahnya kembali ke
harga ekuilibrium yang baru.
Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk
mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting.
Jika pasar bereaksi cepat dan akurat untuk mencapai harga
keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang
tersedia, kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien. Dengan
demikian ada hubungan antara teori pasar modal yang menjelaskan
tentang keadaan ekuilibrium dan konsep pasar efisien yang mencoba
menjelaskan bagaimana pasar secara informasi, yaitu bagaimana pasar
bereaksi terhadap informasi yang tersedia.
2. Efisiensi pasar secara operasional
Pasar efisien secara informasi didasarkan pada ketersediaan
informasi untuk semua pelaku pasar supaya terjadi perdagangan yang
adil. Pasar efisien secara operasional jika operasi pasar dapat
dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang tidak mahal. Kondisi
pasar seperti ini disebut pasar yang likuid, sehingga Efisiensi pasar
secara operasional juga disebut sebagai pasar yang beroperasi secara
likuid.
3. Efisiensi pasar secara keputusan
Efisiensi pasar secara informasi hanya menggunakan informasi
untuk menentukan efisiensi dari suatu pasar. Pasar dikatakan efisien
jika informasi sudah menyebar secara merata dan cepat, sehingga
harga sekuritas dengan cepat mencerminkan informasinya. Jogiyanto
Hartono (2001) menjelaskan bahwa informasi saja tidak cukup untuk
membuat pasar menjadi efisien. Pasar efisien memerlukan vaiabel
kedua yaitu kepintaran pasar. Pasar yang pintar dapat mengambil
keputusan dengan benar dan sebaliknya, pasar yang tidak pintar akan
mengambil keputusan secara tidak benar. Walaupun informasi sudah
menyebar dengan cepat dan setiap orang mendapatkannya, tetapi jika
pemegang informasi tidak pintar dan tidak dapat mengambil
keputusan dengan benar, pasar yang bodoh ini akan disebut tidak
efisien. Investor yang bodoh dapat ditipu oleh mereka yang lebih
pintar dan konsep pasar yang adilpun tidak terjadi. Konsep pasar
efisien adalah pasar dimana pelakunya bertransaksi dengan adil (Fair
game). Secara adil berarti tidak ada pihak yang dirugikan secara tidak
normal. Pasar yang efisien seperti ini hanya dapat terjadi jika
informasi sudah menyebar secara penuh dan cepat serta pasarnya
pintar dan dapat mengambil keputusan yang benar. (Jogiyanto: 2005,
5)
Pasar-pasar dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa berikut ini:
a. Investor adalah penerima harga (price taken), yang berarti bahwa
sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi
harga dari suatu sekuritas. Harga suatu sekuritas ditentukan oleh
banyak investor yang menentukan demand dan supply, hal seperti ini
dapat terjadi jika pelaku-pelaku pasar terdiri dari sejumlah besar
institusi dan individu rasional yang mampu mengartikan dan
menginterpretasikan informasi dengan baik untuk menganalisis,
menilai dan melakukan transaksi penjualan dan pembelian sekuritas
bersangkutan.
b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat
yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut
murah. Umumnya pelaku pasar menerima informasi lewat radio,
Koran, atau media massa lainnya, sehingga informasi tersebut dapat
diterima pada saat yang bersamaan. Untuk pasar yang efisien, harga
informasi tersebut juga relatif sangat murah bagi publik. Umumnya
pelaku pasar dapat memperoleh informasi tersebut melalui surat
kabar atau majalah bisnis dengan hanya membeli surat kabar atau
majalah tersebut. Bahkan informasi tersebut dapat diperoleh secara
cuma-cuma oleh pelaku pasar dengan mendengarkan radio atau
menonton televisi.
c. Informasi
dihasilkan
secara
acak
(random)
dan
tiap-tiap
pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya.
Informasi dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor
tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan
informasi yang baru.
d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan
cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya
mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan
yang baru. Kondisi ini dapat terjadi jika pelaku pasar merupakan
individu-individu
yang canggih
(sophisticated) yang mampu
memahami dan menginterpretasikan informasi dengan cepat dan
baik.
Sebaliknya, jika kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi,
kemungkinan pasar tidak efisien dapat terjadi. Dengan demikian,
pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut ini
terjadi:
1) Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi
harga dari sekuritas.
2) Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak
seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap
suatu informasi yang sama. Kondisi ini terjadi jika informasi tidak
merata sehingga ada sebagian pelaku pasar yang menerima informasi
tepat pada waktunya, sebagian lagi terlambat mendapatkan informasi,
dan sisanya mungkin tidak menerima informasi sama sekali.
Kemungkinan lain dari kondisi ini adalah pemilik informasi memang
tidak berniat untuk menyebarkan informasinya untuk kepentingan
mereka sendiri. Kondisi seperti ini, yaitu sebagian pelaku pasar
mmpunyai informasi sedangkan sebagian lain tidak mempunyainya,
disebut informasi yang tidak simetris. Mereka yang mempunyai akses
privat terhadap informasi dan menggunakannya informasi privat ini
disebut insider trading yang merupakan kegiatan yang melanggar
hukum karena merugikan pelaku pasar lainnya yang tidak
mendapatkan informasi tersebut. Insider trader biasanya adalah
orang-orang yang mempunyai akses privat ke sistem informasi,
seperti misalnya manajer-manajer didalam perusahaan emiten yang
lebih tahu persis tentang informasi perusahaannya dibandingkan
orang lain diluar perusahaan.
3) Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh
sebagian pelaku-pelaku pasar.
4) Investor adalah individual-individual yang lugu dan tidak canggih.
Untuk pasar yang tidak efisien, masih banyak investor yang bereaksi
terhadap informasi secara lugu. Karena mereka mempunyai
kemampuan
yang
terbatas
dalam
mengartikan
dan
menginterpretasikan informasi yang mereka terima. Karena mereka
tidak canggih, maka mereka sering kali melakukan keputusan yang
salah sehingga sekuritas bersangkutan dinilai secara tidak tepat.
Sering kali pasar tampaknya tersesat oleh informasi yang harus
diinterpretasikan (misalnya informasi tentang perubahan prosedur
akutansi). Briloff (1972) menunjukkan bahwa dalam sejumlah kasus
laporan-laporan akutansi dapat menyesatkan pasar, sehingga hargaharga sahamnya dinilai secara tidak tepat dalam jangka waktu
tertentu. (Jogiyanto: 2005, 6-7)
E. Definisi Efisiensi Pasar
Secara umum, efisiensi pasar (market efficiency) didefinisikan
oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas
dengan informasi. Secara detail, efisiensi pasar dapat didefinisikan
dalam beberapa macam definisi, yaitu
1. Definisi pasar didasarkan pada nilai intrinsik sekuritas,
2. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada akurasi dari harga
sekuritas (Fama,1970),
3. Definisi
efisiensi
pasar
didasarkan
pada
distribusi
dan
informasinya (Beaver,1989) dan
4. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik (Jones,
1995)
1. Efisiensi Pasar Berdasarkan Nilai Intrinsik Sekuritas
Konsep awal dari efsiensi pasar yang berhubungan dengan
informasi laporan keuangan berasal dari praktek analisis sekuritas yang
mencoba menemukan sekuritas-sekuritas dengan harga yang kurang
benar (mispriced). Sekuritas sekuritas yang dihargai kurang benar
(mispriced) merupakan sekuritas-sekuritas yang harganya menyimpang
dari nilai intrinsiknya atau nilai fundamentalnya
Untuk konteks seperti ini, maka efisiensi pasar (market efficiency)
diukur dari seberapa jauh harga-harga sekuntas menyimpang dari nilai
intrisiknya (Beaver, 1989) . Dengan demikian suatu pasar yang efisien
menurut konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai
sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-nilai intinsiknya.
Perkembangan konsep efisiensi pasar selanjutnya tampaknya tidak
berpegang pada konsep nilai instrinsik. Konsep efisiensi pasar lebih
menjurus ke aspek akurasi return yang diharapkan oleh investor,
ketersediaan informasi, dan kecepatan pasar menyerap informasi
tersebut.
2. Efisiensi Pasar Berdasarkan Akurasi Ekspektasi Harga
Fama (1970) mendefinisikan efisiensi pasar sebagai berikut "Suatu
pasar
sekuritas
dikatakan
efisien
jika
harga-harga
sekuritas
"mencerminkan secara penuh" informasi yang tersedia (a security market
is efficient if security price “full reflect" the information available).
Definisi fama ini menekankan dua aspek, yaitu “full reflect” dan
“information available”. “full reflect” menunjukkan bahwa harga
sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang ada. Menurut versi
fama, pasar dikatakan efisien jika dengan menggunakan informasi yang
ada “information available”, investor-investor secara akurat dapat
mengekspektsi harga dari sekuritas bersangkutan.
Definisi efisiensi pasar ini menimbulkan banyak perdebatan,
Beaver (1989) menyatakan bahwa definisi ini tidak jelas, tidak
operasional, dan sirkular. Misalnya terdapat informasi baru yang masuk
ke pasar dan menjadi tersedia untuk semua pelaku pasar dan kemudian
terlihat bahwa harga sekuritas yang berhubungan dengan informasi ini
berubah. Karena informasi yang dibutuhkan tersedia (information
available) dan harga yang berubah secara penuh mencerminkan informasi
ini. Maka secara definisi dapat dikatakan bahwa pasar efisien. Inilah yang
disebut sirkular oleh Beaver, yaitu harga tersebut tentu saja berubah karena
informasi tersedia. Tetapi apakah keadaan seperti ini dapat disebut pasar
efisien? Definisi ini tidak menunjukkan seberapa cepat dan tepat
perubahan harga tersebut diakibatkan oleh informasi yang tersedia
“information available”. Definisi Fama (1970) hanya menunjukkan
bahwa perubahan harga saja sudah cukup untuk mengatakan pasar sudah
efisien.
Dyckman dan Morse (1986) menyatakan bahwa istilah “full
reflect” tidak jelas. Harga sekuritas tersebut berubah karena adanya
perubahan kepercayaan (belief) investor akibat adannya informasi baru.
Proses
penyebaran
(disseminating)
informasi
untuk
membentuk
kepercayaan baru terhadap harga sekuritas akan menentukan tingkat
efisiensi pasar. Proses distribusi informasi ini menunjukkan seberapa
merata penyebaran informasi ini pada setiap orang.
Permasalahan lain dari definisi efisensi pasar ini menyangkut
akurasi
ekspektasi
investor-investor
terhadap
harga
sekuritas.
Permasalahan yang timbul adalah tentang ekspektasi siapa yang akan
dipakai? Apakah ekspektasi investor tertentu atau semua investor? Kalau
ekspektasi semua investor yang digunakan, apakah setiap investor
mempunyai ekspektasi yang sama?
Fama sendiri menyadari bahwa definisinya sulit dibuktikan secara
empiris karena dibutuhkan suatu benchmark yang menunjukkan akurasi
ekspektasi harga semua investor. Fama mencoba memformalkan
definisinya suatu fungsi harga-harga dimasa mendatang yang tergantung
pada seperangkat informasi yang tersedia pada periode sekarang. Fungsi
harga-harga di benchmark. Fungsi ini kemudian dibandingkan dengan
fungsi harga-harga dimasa datang yang terjadi karena informasi yang
benar-benar digunakan oleh pasar. Perbedaan harga dari kedua fungsi
tersebut dianggap sebagai pasar yang tidak efisien. Fama mengemukakan
dibutuhkannya suatu model ekuilibrium untuk menentukkan fungsi hargaharga dimasa datang akibat informasi sekarang. Dengan demikian, hasil uji
empiris ini menjadi uji gabungan (joint test) antara model ekuilibrium
yang digunakan (misalnya CAPM) dan efisiensi pasar. Tanpa adanya
model ekuilibrium ini, hipotesis pasar efisien tidak dapat diuji.
3. Efisiensi pasar berdasarkan Distribusi informasi
Beaver (1989) memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan
pada distribusi informasi sebagai berikut. "Pasar dikatakan efisien
terhadap suatu sistem informasi jika dan hanya jika harga-harga sekuritas
bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut".
“The market is efficient with respect to some specified information
system, if and only if security prices act as if everyone observes the
information system).
Definisi secara implisit mengatakan bahwa jika setiap orang mengamati
suatu sistem informasi, maka setiap orang dianggap mendapatkan
informasi yang sama, Beaver beragumentasi bahwa jika harga-harga
sekuritas mempunyai property seperti yang didefinisikannya, maka hargaharga tersebut dikatan fully reflect informasi yang tersedia. Definisi
Beaver ini mempunyai arti bahwa pasar dikatan efisien terhadap
seperangkat informasi yang spesifik (dihasilkan dari suatu system
informasi) jika harga yang terjadi setelah informasi diterima oleh pelaku
pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan
seperangkat informasi tersebut. Harga yang terjadi dipasar yang efisien ini
disebut “full information price”.
Sesuatu yang menarik dari definisi ini adalah bahwa jika semua orang
sudah mendapatkan informasi yang sama, maka secara definisi dikatakan
bahwa pasar adalah efisien. Dengan dapat dikatakan bahwa efisiensi pasar
bentuk lemah (semua informasi masa lalu yang tersedia) dan bentuk
setengah kuat (informasi yang baru dipublikasikan) selalu terjadi, karena
informasi tersebut dianggap telah didistribusikan dan tersedia untuk
publik. Tetapi Beaver beragumentasi lagi bahwa walaupun informasi
secara publik tersedia, pemerolehan informasi tersebut membutuhkan
biaya. Karena itu, informasi yang disebarkan mungkin hanya diterima oleh
sebagian dari investor dan pasar yang tidak efisien, menurut definisi
Beaver itu dapat saja terjadi.
Definisi Beaver ini juga masih menimbulkan masalah dalam hal
pengujian pasar yang efisien tersebut. Pengujian pasar yang efisien masih
membutuhkan suatu ukuran pembanding (benchmark). Benchmark yang
digunakan adalah return normal yang seharusnya diperoleh pelaku pasar.
Return dari informasi kemudian dibandingkan dengan return normal
menurut benchmark. Jika hasilnya tidak menyimpang berarti pasar sudah
efisien dan sebaliknya, apabila hasilnya menyimpang berarti pasar tidak
efisien. Dengan demikian definisi Beaver ini juga membutuhkan sebuah
model untuk menghitung return normal benchmark tersebut. Model
CAPM atau model pasar berdasarkan model indeks tunggal dapat
digunakan untuk menghitung return normal tersebut. Return normal
menurut benchmark kemudian dibandingkan degan return sesungguhnya
hasil dari distribusi informasi yang diterima oleh investor. Selisih antara
return normal dan return sesungguhnya ini merupakan return yang tidak
normal (abnormal return) atau disebut return yang berkelebihan
(excessive return). Dengan demikian, untuk pasar yang efisien menurut
Beaver ini, investor tidak akan menikmati abnormal return atau excessive
return.
4. Efisiensi Pasar Didasarkan Pada Proses Dinamik
Definisi efisiensi pasar sebelumnya merupakan definisi yang
didasarkan pada lingkungan pasar efisien yang statis. Contohnya adalah
definisi efisiensi pasar menurut Beaver yang mendasarkan pada distribusi
informasi yang dimiliki oleh investor. Menurut definisi Beaver ini, pasar
adlah efisien jika harga sekuritas terjadi jika setiap orang mempunyai
yang sama (full information prices). Definisi efisiensi pasar yang statis ini
tidak mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan
kecepatan proses distribusinya.
Informasi yang tidak simetris atau informasi asimetrik (asymmetric
information) adalah informasi privat yang hanya dimiliki oleh investorinvestor yang mendapat informasi (informed investors). Informasi
asimetrik dapat terjadi dipasar modal atau pasar lainnya. Contoh terkenal
informasi asimetrik adalah yang terjadi dipasar mobil bekas. Pemilik
mobil bekas lebih mengetahui kondisi mobilnya dibandingkan calon
pembeli. Pemilik mobil bekas ini mungkin menjual “lemon” dan
mengakunya sebagai “orange”. Sebaliknya pembeli mobil, yang
menyadari mempunyai informasi yang kurang dibandingkan yang
dimiliki oleh penjual, tidak dapat membedakan antara lemon (mobil yang
jelek) dan orange (mobil yang baik), sehingga akan menawar mobil
tersebut dengan harga yang rendah. Akibatnya, penjual yang benar-benar
menawarkan mobil yang bagus akan dirugikan, karena mobilnya dinilai
terlalu rendah oleh calon pembeli. Dari ilustrasi ini terlihat bahwa
informasi asimetrik dapat merugikan pasar modal yang menawarkan
sekuritas-sekuritas yang berkualitas. Alasan ini pula yang membuat
emiten
yang
menawarkan
sekuritas
berkualitas
secara
sukarela
mengungkapkan semua informasi yang mereka miliki sehubungan dengan
sekuritas tersebut untuk megurangi informasi asimetrik.
Definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada proses dinamik
mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan
menjelaskan
bagaimana
harga-harga
akan
menyesuaikan
karena
informasi tidak simetris tersebut. Definisi yang mendasarkan pada proses
yang dinamik ini menekankan pada kecepatan penyebaran informasi ini
dilakukan secara cepat sehingga informasi menjadi simetris, yaitu setiap
orang memiliki informasi ini.
Awal dari literatur efisiensi pasar mengasumsikan bahwa kecepatan
penyesuaian (speed of adjustment) harga sekuritas karena penyebaran
informasi yang ada terjadi dengan seketika. Konsep terbaru dari efisiensi
pasar tidak mengharuskan kecepatan penyesuaian harus terjadi dengan
seketika, tetapi terjadi dengan cepat (quickly) setelah informasi
disebarkan dan tersedia bagi semua orang. Jones (1995) memberikan
definisi pasar efisien yang memasukkan unsur kecepatan penyesuaian
sebagai berikut:
“Suatu pasar yang efisien adalah pasar yang harga-harga sekuritasnya
secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia
terhadap aktiva tersebut. (An efficient market is one in which the price
of all securities quickly and fully reflect all available information about
the assets). (Jogiyanto: 2005, 8-13)
F. Efisiensi Pasar Secara Informasi
Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau tidak hanya dari ketersediaan
informasi, tetapi juga dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan
keputusan berdasarkan analisis informasi (informationally efficient
market). Sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku
pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia
disebut pasar efisien secara keputusan (decisionally efficient market).
Kunci utama untuk mengukur pasar efisien secara informasi adalah
hubungan antara harga sekuritas dan informasi. Pertanyaannya adalah
informasi mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien:
apakah informasi yang lama? Informasi yang dipublikasikan? Atau semua
semua informasi, termasuk informasi privat? Fama (1970) menyajikan tiga
bentuk utama efisiensi pasar berdasarkan tiga bentuk informasi, yaitu
informasi yang lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan
informasi privat.
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah (weak form) jika harga
sekuritas mencerminkan secara penuh (fully replect) informasi masa
lalu. Informasi masa lalu ini merupakan yang sudah terjadi.
Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori
langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa
lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara
bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk
memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar efisien bentuk
lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak normal. Pengujian efisiensi pasar
bentuk lemah menurut Fama (1970) yaitu seberapa kuat informasi masa
lalu dapat memprediksi return masa depan, pada artikel selanjutnya Fama
(1991) mengusulkan pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah
diganti menjadi pengujian-pengujian terhadap pendugaan return (tests for
return predictability).
2.
Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat
Pasar dikatakan efisien setengah kuat (semistrong form) jika
harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang dipublikasikan (all publicly available information)
termasuk informasi yang berada dalam laporan-laporan keuangan
perusahaan emiten. Pada pasar efisien dalam bentuk setengah kuat
tidak ada investor atau grup investor yang dapat menggunakan
informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak
normal dalam jangka waktu yang lama.
Informasi yang dipublikasikan dapat berbentuk sebagai berikut :
a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi
harga
sekuritas
perusahaan
yang
mempublikasikan
informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini
merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh
perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan
peristiwa yang terjadi diperusahaan emiten (corporate
event). Contoh informasi yang dipublikasikan ini adalah
pengumuman laba, pengumuman pembagian dividen,
pengumuman pengembangan produk baru, pengumuman
merger dan akuisisi, pengumuman perubahan metode
akutansi, pengumuman pergantian pemimpin perusahaan
dan sebagainya.
b. Informasi yang dipublikasikan mempengaruhi harga-harga
sekuritas perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat
berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang
hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaanperusahaan yang terkena regulasi tersebut. Contohnya adalah
regulasi untuk meningkatkan kebutuhan cadangan yang harus
dipenuhi oleh semua bank. Informasi ini akan mempengaruhi
secara langsung harga sekuritas tidak hanya sebuah bank tetapi
juga mungkin semua emiten dalam industri perbankan.
c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga
sekuritas semua perusahaan yang terdaftar dipasar saham.
Informasi ini berupa peraturan pemerintah atau peraturan
regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten.
Contohnya adalah peraturan akutansi untuk mencantumkan
laporan aliran kas yang harus dilakukan oleh semua perusahaan.
Regulasi ini akan berdampak pada harga sekuritas tidak hanya
sebuah perusahaan atau perusahaan-perusahaan di satu industri,
tetapi juga mungkin pada semua perusahaan.
Fama (1970) Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat
(semistrong form test) yaitu seberapa cepat harga sekuritas
merefleksikan informasi yang dipublikasikan. Namun pada
artikel selanjutnya Fama (1991) mengubah pengujian-pengujian
efisiensi pasar bentuk setengah kuat diubah menjadi studi-studi
peristiwa (event studies).
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat (strong form)
jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect)
semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Jika
pasar efisien dalam bentuk ini, tidak ada individual investor atau
grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak
normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
Fama (1970) Pengujian-pengujian bentuk kuat (strong form
test) yaitu apakah investor mempunyai informasi privat yang
tidak terefleksi pada harga sekuritas. Namun pada artikel
selanjutnya
Fama
(1991)
mengubah
pengujian-pengujian
efisiensi pasar kuat diubah menjadi pengujian-pengujian
terhadap informasi privat (test for private information).
Tujuan Fama (1970) membedakan tiga bentuk pasar efisien
ini adalah untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap
efisiensi pasar. Ketiga bentuk pasar efisien ini saling berhubungan.
Hubungan ketiga pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif,
yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat
dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat,
seperti pada gambar dibawah ini:
Pasar Efisien Bentuk Kuat
Pasar Efisien Bentuk Setengah Kuat
Pasar
PasarEfisien
EfisienBentuk
Bentuk
Lemah
Lemah
Gambar. 2.1
Hubungan Ketiga Pasar Efisien
Tingkatan kumulatif ini mempunyai implikasi bahwa pasar
efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk
lemah. Pasar efisien bentuk kuat adalah juga pasar efisien bentuk
setengah kuat dan pasar efisien bentuh lemah. Implikasi ini tidak
berlaku sebaliknya, yaitu pasar efisien bentuk lemah tidak harus
berarti pasar efisien bentuk setengah kuat. (Jogiyanto: 2005, 1823)
G. Random Walk
Secara umum, keefisienan pasar dapat dibagi dalam dua keadaan yaitu:
1. Keefisienan penyaluran, apabila modal disalurkan kepada sektor yang
paling membutuhkan.
2. Keefisienan pengendalian, apabila modal dipindahkan dengan biaya
yang minimum atau tanpa biaya langsung.
Pasar juga dikatakan efisien apabila semua informasi yang relevan
digambarkan secara menyeluruh dalam harga saham tanpa lag waktu, yang
dikenal sebagai keefisienan dari segi penyerapan informasi. Karena itu,
harga saham adalah pada harga yang sebenarnya dan tidak terjadi pada
keadaaan harga terendah atau harga tertinggi dipasar, namun demikian,
keadaan tersebut akan terjadi berdasarkan ciri-ciri berikut:
1. Harga saham menanggapi atas informasi baru dengan cepat dan tepat.
Tidak ada jarak antara jangka waktu informasi diterima dengan
tanggapan
harga.
Sistem
melakukan
proses
informasi
dan
penyampaiannya adalah efisien dan mengambil waktu yang singkat
saja.
2. Informasi baru yang ada adalah secara random, maka harga juga
berubah secara random, harga saham pada waktu Pt tidak ada
hubungannya dengan harga pada waktu Pt-1. Singkatnya harga saham
hari ini tidak ada hubungannya dengan harga saham sebelumnya.
3. Sembarang strategi perdagangan yang digunakan tidak akan berhasil
dipasar.
4. Para investor yang mempunyai informasi orang dalam (insider
information) tidak dapat memperoleh keuntungan melebihi keuntungan
pasar.
a. Model random walk didasarkan atas asumsi-asumsi berikut :
1)
Pasar sempurna terjadi apabila terdapat banyak pembeli dan
penjual, serta terdapat kemudahan masuk dan keluar. Kontrol
pihak penguasa terhadap manipulasi harga juga adalah baik dan
ketat.
2)
Informasi disebarkan secara luas dan free-flow. Tidak ada
learning lag dan tidak ada biaya yang dikenakan untuk
memperoleh informasi.
3)
Pergerakan harga saham baik meningkat atau menurun
secara bebas, tidak ada individu yang dapat mengontrol
pergerakan harga.
4)
Para analisis fundamental adalah banyak. Mereka dapat
mempengaru
harga
melalui
laporan
akutansi
yang
mengisyaratkan apakah harga akan naik atau turun melalui
informasi yang ada. Tidak dinafikan bahwa kadang kala mereka
tidak mempunyai pandangan yang sama tentang nilai instrinsik
saham itu.
Asumsi-asumsi tersebut dapat dirumuskan dalam dua asumsi utama
yaitu: pengharapan adalah rasional dan pasar saham adalah efisien.
Berdasarkan asumsi pasar adalah efisien sempurna dalam menyalurkan
modal, maka pasar akan berada dalam keseimbangan berkelanjutan, yaitu
setiap informasi baru akan menyebabkan nilai instrinsik dan harga saham
berubah ke arah tahap yang baru itu. Sebenarnya, kecepatan proses
penyesuaian harga melalui informasi baru adalah ukuran betapa efisiennya
suatu pasar saham itu.
b. Model Random Walk
Pada dasarnya terdapat tiga teori tentang pergerakan harga saham,
yaitu teori fundamental, teknikal dan model random walk. Tujuan utama
ketiga pendekatan tersebut adalah untuk menganalisis dan menyesuaikan
informasi yang obyektif dan subyektif agar suatu keputusan untuk
membeli, menjual atau memegang saham dapat dilakukan.
Analisis fundamental menilai saham dari segi nilai instrinsiknya
berdasarkan informasi tentang keadaan ekonomi, industri dan informasi
akutansi serta keuangan perusahaaan seperti output, kegiatan harian,
permintaan terhadap pengeluaran, pendapatan dividen dan manajemen.
Setelah memperoleh nilai instrinsik saham, perbandingan dilakukan dengan
harga saham dipasar apakah bertambah (overvalued) atau berkurang
(undervalued). Jika nilai berkurang saham itu akan dibeli, dan sebaliknya
jika nilai bertambah saham akan dijual.
Pendekatan teknikal menganalisis harga saham dengan melihat harga
dan jumlah perdagangan yang lalu. Kedua elemen yang lalu ini dapat
digunakan untuk memperkirakan pergerakan harga waktu yang akan datang.
Dalam analisis teknikal terdapat bermacam-macam jenis, diantaranya yang
subjektif seperti contrary opinion theories. Dalam pendekatan teknikal
informasi lain dianggap tidak penting kecuali informasi harga dan jumlah
perdagangan yang lalu.
Model random walk mengemukakan persoalan yaitu: apakah harga
saham atau tingkat keuntungan yang lalu dapat membantu untuk
meramalkan harga-harga saham atau tingkat keuntungan pada waktu yang
akan datang. Model ini menegaskan dua hipotesis utama yaitu perubahanperubahan harga adalah bebas antara satu jangka watu dengan jangka waktu
yang lain, dan perubahan harga adalah mengikuti beberapa distribusi
probabilitas tertentu.
Intinya dalam model ini bahwa pergerakan harga adalah bergerak
secara random walk (acak). Karena itu, walaupun para investor memperoleh
informasi melalui orang dalam (insider information), ia masih tidak dapat
digunakan untuk memperkirakan pergerakan harga saham pada waktu yang
akan datang dengan tepat. Karena segala informasi yang terkandung dalam
harga saham itu sebaiknya diketahui umum, teori ini berdasarkan pada pasar
yang efisien yaitu: informasi saat ini mudah didapatkan. Rintangan dalam
aliran informasi dan kegiatan-kegiatan disinformations, yang bertujuan
kekeliruan atau memberikan gambaran kabur kepada para investor tentang
pasar, tidak ada sama sekali.
Ditinjau dari faktor ketidakpastian dan interpretasi yang berbeda
dengan informasi yang sampai, maka harga tidak semestinya sama dengan
nilai intrinsik saham tersebut. Keadaan seperti ini menyebabkan adanya
perbedaan antara harga pasar dengan nilai saham sebenarnya. Singkatnya,
reaksi pembeli dan penjual itu akan menyebabkan harga bergerak secara
random disekitar nilai saham sebenarnya.
Model random walk mulai hebat dibicarakan pada tahun 1960-an
dan
seterusnya
bermacam-mcam
studi
empirikal
dilakukan
untuk
membuktikannya. Namun demikian, masih terdapat kontroversi dari hasil
temuan studi tentang model ini sejak 1960-an hingga kini. Antara yang
mendukung dan menentang penggunaan model random walk untuk
menganalisis pergerakan harga. (Rodoni: 2005, 28-31)
H.
Penelitian Terdahulu
Tabel.2.1. Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Tahun
Sampel
Uji Statistik
Kesimpulan
Penelitian
1
Suad Husnan
1990
24
saham
dipilih
secara acak
ï‚· Run test
Bahwa pasar modal
ï‚· Koefesien
Indonesia
sudah
termasuk
efisiensi
otokorelasi
dan IHSG
dalam bentuk lemah
di BEJ
2
Hari Sunarto
1995-1997
Harga
ï‚· Run test
Hasil
saham
ï‚· Koefesien
mengatakan
IHSG
3
otokorelasi
pengmatan
bahwa
BEJ sudah termasuk
penutupan
kedalam
efisien
harian
bentuk lemah
Novita Santi 1999
11 indeks
ï‚· Run test
Astuti
yang ada
ï‚· Uji kolmogorov yang ada yaitu IHSG,
yaitu
smirnov
Bahwa
11 indeks
LQ 45 dan sembilan
IHSG, LQ
sektor industri Bursa
45 dan
Efek
sembilan
efisien dalam bentuk
sektor
lemah, kecuali indeks
industri
saham
Jakarta
telah
infrastruktur
yang belum efisien
dalam bentuk lemah.
4
Agung
prihantoro
DMB
1998-1999
Saham-
ï‚· Run test
Bahwa pasar modal
saham
ï‚· Korelasi seri
Indonesia telah efisien
perusahaan
dalam bentuk lemah
dalam
indeks LQ
45
4
Ahmad
Rodoni
1999-2001
Indeks-
ï‚· Run test
indeks
ï‚· Uji Kolmogorov masih tidak efisien
saham
smirnov
Pasar saham di BEJ
walaupun
dalam
pada
9
bentuk
sektor
5
keefisienan
pasar bentuk lemah
JSX
ï‚·
Run test
Adanya
Hermawan
composite
ï‚·
Kolmogorov
tehadap EMH bentuk
dan
index
smirnov
lemah
Moudy
2002-2004
Heru
ï‚·
Subiyantoro
penolakan
Autocorrelation
test
ï‚·
ARCH
dan
GARCH
6
Retno
2008
Kumala Dewi
Indeks LQ-
ï‚·
45
ï‚·
Kolmogorov
Bahwa pasar modal
smirnov
Indonesia
U- dapat
Mann
whitneyy test
ï‚·
ARCH
GARCH
I. Kerangka Pemikiran
Pasar Modal
Tingkat Efisiensi
belum
dikatakan
sebagai pasar yang
dan efisien dalam bentuk
lemah.
Gambar 2.2
J. Hipotesis Penelitian
Kerangka Pemikiran
1. Uji Run (Run Test)
Uji Run disebut juga uji sampel rangkaian tunggal, digunakan untuk
memeriksa keacakan, pada prinsipnya ingin mengetahui apakah suatu
rangkaian kejadian, hal atau simbol merupakan hasil proses yang acak
(random).
Hipotesis :
H0 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 2009-2010)
tidak mengikuti pola random walk.
H1 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 2009-2010)
mengikuti pola random walk.
Pengujian efisiensi pasar modal bentuk lemah berkaitan dengan
perilaku perubahan harga saham yang terjadi. Pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui independensi dan keacakan pola perubahan harga saham
(random walk). Model random walk ini mengasumsikan bahwa return
saham yang berurutan adalah independen satu sama lain dan terdistribusi
secara normal (normal distribution). Apabila harga saham berubah
mengikuti pola random walk (berpola acak), maka perubahan harga saham
yang terjadi saat ini tidak dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan
harga saham masa yang akan datang.
2. Uji Korelasi Seri
Rumusan korelasi seri
H0 : Tidak ada korelasi perubahan harga saham harian dengan
perubahan harga saham hari sebelumnya.
H1 : Ada korelasi perubahan harga saham harian dengan perubahan
harga saham hari sebelumnya.
Hipotesis ini diuji dengan uji korelasi seri. Uji korelasi seri
menunjukkan indikator tentang hubungan variasi perubahan harga
saham hari t dengan hari sebelumnya (t-1)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dengan menggunakan harga saham harian dari perusahaanperusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ 45, dan terus tetap ada pada
periode 2009-2010.
B. Metode Penentuan Sample
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling adalah
teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu dimana
penentuan sample tergantung dari kepentingan penelitian.
Berdasarkan data perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ 45
yakni sebanyak 45 perusahaan yang liquid, maka penulis menarik
sample sebanyak 44 perusahaan dengan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. Objek penelitian ini adalah data yang terdiri dari saham yang
masuk dalam LQ 45 dan terus tetap ada di tahun 2009-2010
pada pasar modal,
2. Penelitian ini tidak meneliti hubungan sebab akibat dari
beberapa variabel. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal
return saham yang kemudian dianalisa menggunakan teknik
statistik dan ekonometrika yang ada,
3. Data harga saham yang digunakan adalah harga saham harian
pada periode 2009 - 2010.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan didapatkan dengan cara mendownload dari situs
www.yahoofinance.com, www.duniainvestasi.com, dan langsung dari situs
pasar saham yang ada diinternet, dalam melakukan pengujian, peneliti
mengolah data menggunakan Software Statistic SPSS Vol 16, Dan
Miscrosoft Office Excel 2007.
D. Metode Analisis Data
a) Return Saham
Menghitung return realisasi dengan rumus :
Keterangan :
Rit = Return sesungguhnya pada saham i periode t
Pt
= Harga pembukaan saham i pada periode t
Pt-1 = Harga penutupan saham i pada saat t-1
b) Run Test
Metode yang digunakan untuk mengetahui apakah pergerakan
harga saham bergerak secara random atau tidak dengan
menggunakan wald-wolfowitz runs test. Sebagai alat analisis
metode tersebut digunakan untuk menguji perbedaaan dua
kelompok sampel yang paling independen. Oleh karna itu
banyaknya sample pada masing-masing kelompok tidak harus
selalu sama. Perbedaan dari dua kelompok sample tersebut dapat
terjadi sembarang hal, misalnya terhadap mean, variabilitas,
kemencengan dan sebagainya. (Rodoni : 2005,42)
Dalam run test menggunakan uji Z,dengan langkah yang
digunakan oleh Herman Legowo (1998), sebagai berikut :
1) Bandingkan perubahan harga saham harian dengan harga
saham harian sebelumnya.
2) Tentukan posisi perubahannya (naik, turun, tetap)
3) Hitung jumlah masing-masing tanda setiap saham
4) Hitung runtun sesungguhnya ( R ) periode yang diobservasi
5) Hitung expected run, untuk seluruh tanda dengan rumus :
Keterangan :
M = total jumlah run yang diharapkan
N = total jumlah perubahan harga
Ni = jumlah perubahan harga untuk tiap tanda
6) Hitung deviasi standar dengan rumus :
7) Menghitung Z, karna perubahan harga mengikuti atau
menyesuaikan dengan distribusi normal (random walk)
dengan rumus :
Dimana : R adalah jumlah runtun sesungguhnya
adalah koreksi kontinum (+
jika R
m dan -
>m)
8) Menentukan α dan mengevaluasihasil pengolahan data
berdasarkan nilai Z yang didapat.
9) Melakukan randomness test, jika besar prob value lebih besar
dari α, maka sample probabilitas tinggi, (Wonnacot,1985)
c) Uji Korelasi Seri
Uji korelasi seri digunakan untuk mengetahui kuatlemahnya hubungan antara harga saham periode t dengan
periode sebelumnya. Harga saham periode t = y dan harga
saham sebelumnya = x.
Untuk menguji ada tidaknya korelasi harga saham periode
t dengan periode sebelumnya digunakana uji t dengan langkah
seperti yang dilakukan Herman Legowo, sebagai berikut :
1. Menghitung X dan Y dengan rumus :
=
dan =
2. Menghitung
3. Menghitung besar koefisien korelasi seri ( r ) dengan
rumus:
rt=
4. Menentukan α
5. Menghitung nilai Z, dengan rumus :
6. Menghitung nilai peluang (prob value).
7. Uji independen besarnya nilai peluang dua sisi dengan α.
Jika besar prob value lebih besar dari α, maka hipotesis
tidak ada korelasi diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel utama dalam penelitian ini adalah return dari 30 perusahaan
yang tercantum dalam Indeks LQ-45 selama periode 2009 – 2010 yaitu
selisih antara harga saham hari ini dengan harga saham kemarin.
Menghitung return dengan rumus :
Keterangan :
Rit = Return sesungguhnya pada saham i periode t
Pt
= Harga pembukaan saham i pada periode t
Pt-1 = Harga penutupan saham i pada saat t-1.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Sekilas Gambaran Singkat Objek Penelitian
Sample yang dipilih adalah perusahaan yang terus menerus selama
periode pengamatan tahun 2009-2010 yang termasuk dalam LQ 45.
Sehingga diperoleh 44 (empat puluh empat) sample yang layak. 44 emiten
yang dijadikan sample penelitian itu adalah sebagai berikut :
Table 4.2 Kode dan Nama perusahaan Sample
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Kode
AALI
ADRO
ANTM
ASII
BBCA
BBNI
BBRI
BDMN
BISI
BLTA
BMRI
BNBR
BRPT
BTEL
BUMI
DEWA
ELSA
ELTY
ENRG
GGRM
INCO
INDF
INDY
INKP
Nama Perusahaan
Astra Agro Lestari Tbk
Adaro Energy Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Astra International Tbk
Bank Central Asia Tbk
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Bank Danamon Indonesia Tbk
BISI International Tbk
Baltia Air Lines Inc. Tbk
Bank Mandiri (Persero) Tbk
Bakrie & Brothers Tbk
Barito Pacific Tbk
Bakrie Telecom Tbk
Bumi Resources Tbk
Darma Henwa Tbk
Elnusa Tbk
Bakrieland Development Tbk
Energi Mega Persada Tbk
Gudang Garam Tbk
International Nickel Indonesia Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
Indika Energy Tbk
Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
INTP
ITMG
ISAT
JSMR
KLBF
LPKR
LSIP
MEDC
MIRA
PGAS
PTBA
SGRO
SMCB
SMGR
TINS
TLKM
TRUB
UNSP
UNTR
UNVR
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
Indo Tambang Raya Megah Tbk
Indosat Tbk
Jasa Marga (Persero) Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatra Indonesia Tbk
Medco Energi International Tbk
Mitra International Resources Tbk
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Tambang Batubara Bukit AsamTbk
Sampoerna Agro Tbk
Holcim Indonesia Tbk
Semen Gresik (Persero) Tbk
Timah (Persero) Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
B. Hasil dan Analisa
1. Uji Run Test
Rumusan Run Test :
H0 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 20092010) tidak mengikuti pola random walk.
H1 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 20092010) mengikuti pola random walk .
Pengujian Run Test ini menggunakan program Ms.excel 2007 dan
SPSS Vol 16, dihitung return sahamnya masing-masing untuk
memperoleh nilai Z dan prob value masing-masing sampel.
Tabel 4.3 Hasil Run Test
No
Kode
Nama Perusahaan
1 AALI
Astra Agro Lestari Tbk
2 ADRO
Adaro Energy Tbk
3 ANTM Aneka Tambang
(Persero) Tbk
4 ASII
Astra International Tbk
5 BBCA Bank Central Asia Tbk
6 BBNI
Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk
7 BBRI
Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk
8 BDMN Bank Danamon
Indonesia Tbk
9 BISI
BISI International Tbk
10 BLTA
11 BMRI
12 BNBR
13 BRPT
14 BTEL
15
16
17
18
BUMI
DEWA
ELSA
ELTY
Baltia Air Lines Inc.
Tbk
Bank Mandiri
(Persero) Tbk
Bakrie & Brothers Tbk
Barito Pacific Tbk
Bakrie Telecom Tbk
Bumi Resources Tbk
Darma Henwa Tbk
Elnusa Tbk
Bakrieland
Development Tbk
2009
2010
Z
-0.193
PV
0.847
Z
-0.832
PV
0.405
0.24
0.81
-1.065
0.287
1.721
0.085
1.236
0.216
0.196
-0.135
0.401
0.845
0.893
0.688
-1.6
-0.08
-1.993
0.11
0.936
0.046
0.632
0.528
-2.636
0.008
0.196
0.845
0.123
0.902
-0.968
0.333
-0.448
0.654
-1.479
0.139
-0.359
0.72
-0.523
0.601
-0.237
0.812
-2.948
0.965
-1.874
0.003
0.335
0.061
-0.601
0.937
0.559
0.548
0.349
0.576
0.104
2.425
0.429
1.279
0.917
0.015
0.668
0.201
1.045
1.23
0.134
0.579
0.296
0.219
0.893
0.563
19 ENRG
Energi Mega Persada
Tbk
20 GGRM Gudang Garam Tbk
21 INCO International Nickel
Indonesia Tbk
22 INDF
Indofood Sukses
Makmur Tbk
23 INDY Indika Energy Tbk
1.442
0.149
-1.086
0.277
-0.002
0.877
0.999
0.381
-0.871
0.729
0.384
0.466
0.234
0.815
0.039
0.969
0.622
0.534
-0.665
0.506
2.208
0.027
-0.819
0.413
-1.393
0.164
-0.94
0.347
-0.452
0.652
-0.19
0.85
1.771
0.574
0.076
0.566
-0.167
-1.23
0.868
0.219
1.13
0.258
0.416
0.678
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatra
Indonesia Tbk
Medco Energi
International Tbk
Mitra International
Resources Tbk
-0.151
-0.804
0.88
0.422
-0.278
-1.599
0.781
0.11
1.098
0.272
1.231
0.218
-1.426
0.154
-0.248
0.804
34 PGAS
Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk
0.765
0.444
-0.265
0.791
35 PTBA
Tambang Batubara
Bukit Asam Tbk
Sampoerna Agro Tbk
Holcim Indonesia Tbk
Semen Gresik
(Persero) Tbk
Timah (Persero) Tbk
Telekomunikasi
Indonesia Tbk
Truba Alam
Manunggal
Engineering Tbk
-0.134
0.893
-1.082
0.279
1.745
1.641
-0.242
0.081
0.101
0.809
0.911
0.762
0.028
0.362
0.446
0.978
1.67
-0.367
0.095
0.714
0.72
-0.161
0.471
0.872
-3.878
0.000
0.704
0.481
24 INKP
25 INTP
26 ITMG
27 ISAT
28 JSMR
29 KLBF
30 LPKR
31 LSIP
32 MEDC
33 MIRA
36 SGRO
37 SMCB
38 SMGR
39 TINS
40 TLKM
41 TRUB
Indah Kiat Pulp and
Paper Tbk.
Indocement Tunggal
Prakasa Tbk
Indo Tambang Raya
Megah Tbk
Indosat Tbk
Jasa Marga (Persero)
Tbk
Kalbe Farma Tbk
42 UNSP
43 UNTR
44 UNVR
Rata-rata
Bakrie Sumatra
Plantations Tbk
United Tractors Tbk
2.128
0.033
-2.123
0.034
0.231
0.817
-0.299
0.765
Unilever Indonesia
Tbk
0.445
0.656
0.737
0.461
0.23182
0.45013 -0.22168 0.50840
Tabel 4.3 menunjukkan hasil Run Test mengenai uji random walk
dari 44 perusahaan yang termasuk dalam LQ 45 untuk jangka waktu 2009
- 2010 .
Run test dilakukan dengan membandingkan besar prob value tiap
saham dan rata-rata prob value dengan nilai α (α=5% atau 0.05). Jika PV
(prob value) > α, maka menunjukkan bahwa pola harga saham bersifat
acak (random walk).
Pada tahun 2009, jika dilihat hasil secara individu pada tabel Run
Test hanya ada 5 (lima) saham (11.4%) yang mendukung H0 diterima yaitu
saham Bakrie & Brothers Tbk dengan nilai prob value (0.003) < α (0.05),
Darma Henwa Tbk dengan nilai prob value 0.015 < α (0.05), Indah Kiat
Pulp and Paper Tbk. dengan nilai prob value 0.027 < α (0.05), Truba Alam
Manunggal Engineering Tbk dengan nilai prob value (0.000) < α (0.05)
dan Bakrie Sumatra Plantations Tbk dengan nilai prob value 0.033 < α
(0.05). Namun saham yang mendukung H0 ditolak sebesar 88.6 %. Hasil
ini menunjukkan bahwa secara individu perubahan harga saham periode
2009 bersifat acak (random walk) di Bursa Efek Indonesia. Dengan kata
lain Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah pada periode 2009.
Hasil secara keseluruhan (rata-rata) tahun 2009, pada tabel diatas
adalah nilai rata-rata prob value 0.45013 > α (0.05). Dengan kata lain H0
ditolak sehingga hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga saham
secara keseluruhan periode 2009 di Bursa Efek Indonesia bersifat acak.
Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah pada
periode 2009.
Pada tahun 2010, jika dilihat secara individu maka ada 3 (tiga)
saham (6.8 %) yang mendukung H0 diterima, yaitu saham Bank Negara
Indonesia Tbk dengan nilai prob value (0.046) < α (0.05), Bank Rakyat
Indonesia Tbk dengan nilai prob value (0.008) < α (0.05), dan saham
Bakrie Sumatra Plantations Tbk dengan nilai prob value (0.034) < α
(0.05). Sedangkan saham yang mendukung H0 ditolak sebesar 93.2%.
Sehingga hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga saham secara
keseluruhan periode 2010 di Bursa Efek Indonesia bersifat acak (random
walk). Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah
pada periode 2010.
Hasil secara keseluruhan (rata-rata) pada tabel diatas adalah nilai
rata-rata prob value (0.50840) > α (0.05). Dengan kata lain H0 ditolak
sehingga hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga saham secara
keseluruhan periode 2010 di Bursa Efek Indonesia bersifat acak (random
walk). Hal itu menunjukkan bahwa Bursa Efek Indonesia efisien dalam
bentuk lemah pada periode 2010. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Hari Sunarto (1995-1997) dan Novita Santi Astuti (1999) yang
menyatakan bahwa pasar modal Indonesia sudah termasuk pasar efisien
dalam bentuk lemah.
2. Uji Korelasi Seri
Rumusan korelasi seri
H0 : Tidak ada korelasi perubahan harga saham harian dengan
perubahan harga saham hari sebelumnya.
H1 : Ada korelasi perubahan harga saham harian dengan perubahan
harga saham hari sebelumnya.
Hipotesis ini diuji dengan uji korelasi seri. Uji korelasi seri
menunjukkan indikator tentang hubungan variasi perubahan harga
saham hari t dengan hari sebelumnya (t-1)
Pengujian hipotesis dilakukan sesuai dengan prosedur yang
tertera pada Bab III yaitu dengan menguji ada tidaknya korelasi
antar perubahan harga saham. Dengan menggunakan program
excel dan SPSS Vol.16, maka diperoleh nilai t dan prob value dari
masing-masing sample.
Table 4.4 Uji Korelasi Seri
No
Kode
Nama
Perusahaan
2009
t
2010
PV
t
PV
1
AALI
2
ADRO
3
ANTM
4
ASII
5
BBCA
6
BBNI
7
BBRI
8
BDMN
9
BISI
10
BLTA
11
BMRI
12
BNBR
13
BRPT
14
BTEL
15
BUMI
16
DEWA
17
18
ELSA
ELTY
19
ENRG
Astra Agro
Lestari Tbk
Adaro Energy
Tbk
Aneka Tambang
(Persero) Tbk
Astra
International Tbk
Bank Central
Asia Tbk
Bank Negara
Indonesia
(Persero) Tbk
Bank Rakyat
Indonesia
(Persero) Tbk
Bank Danamon
Indonesia Tbk
BISI
International Tbk
Baltia Air Lines
Inc. Tbk
Bank Mandiri
(Persero) Tbk
Bakrie &
Brothers Tbk
Barito Pacific
Tbk
Bakrie Telecom
Tbk
Bumi Resources
Tbk
Darma Henwa
Tbk
Elnusa Tbk
Bakrieland
Development
Tbk
Energi Mega
Persada Tbk
0.84
0.402
-0.348
0.728
0.856
0.393
0.67
0.503
0.347
0.729
-0.02
0.984
0.419
0.675
0.705
0.482
0.873
0.384
0.613
0.541
-0.973
0.332
1.559
0.12
0.967
0.334
1.308
0.192
-0.571
0.569
0.117
0.907
-0.529
0.597
-0.684
0.494
-0.118
0.906
-1.719
0.087
0.756
0.45
1.441
0.151
1.077
0.282
0.445
0.657
-0.559
0.577
-0.304
0.761
-0.277
0.782
3.573
0
0.683
0.495
0.335
0.738
-0.171
0.864
-0.393
0.695
-0.211
0.554
0.833
0.58
0.847
-0.368
0.398
0.713
-0.707
0.481
-0.843
0.400
20
GGRM
21
INCO
22
INDF
23
INDY
24
INKP
25
INTP
26
ITMG
27
28
ISAT
JSMR
29
30
KLBF
LPKR
31
LSIP
32
MEDC
33
MIRA
34
PGAS
35
PTBA
36
SGRO
37
SMCB
38
SMGR
Gudang Garam
Tbk
International
Nickel Indonesia
Tbk
Indofood Sukses
Makmur Tbk
Indika Energy
Tbk
Indah Kiat Pulp
and Paper Tbk.
Indocement
Tunggal Prakasa
Tbk
Indo Tambang
raya Megah Tbk
Indosat Tbk
Jasa Marga
(Persero) Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci
Tbk
PP London
Sumatra
Indonesia Tbk
Medco Energi
International Tbk
Mitra
International
Resources Tbk
Perusahaan Gas
Negara (Persero)
Tbk
Tambang
Batubara Bukit
Asam Tbk
Sampoerna Agro
Tbk
Holcim
Indonesia Tbk
Semen Gresik
(Persero) Tbk
-0.302
0.763
1.312
0.191
1.4
0.163
0.679
0.498
0.85
0.396
0.778
0.437
1.000
0.318
3.012
0.003
-0.046
0.964
1.235
0.218
-0.573
0.567
0.63
0.529
-0.06
0.952
0.729
0.467
0.436
0.293
0.664
0.769
0.522
1.944
0.602
0.053
0.698
0.484
0.486
0.629
2.96
2.795
0.003
0.006
-1.849
0.066
1.171
0.243
-0.093
0.926
-0.186
0.852
-0.862
0.39
1.949
0.053
-0.393
0.695
0.765
0.445
-0.267
0.79
0.057
0.954
-0.472
0.637
0.788
0.432
0.312
0.755
1.418
0.158
-0.5
0.618
0.562
0.575
39
TINS
40
TLKM
41
TRUB
42
UNSP
43
UNTR
44
Timah (Persero)
Tbk
Telekomunikasi
Indonesia Tbk
Truba Alam
Manunggal
Engineering Tbk
Bakrie Sumatra
Plantations Tbk
United Tractors
Tbk
UNVR
Unilever
Indonesia Tbk
Rata-rata
2.28
0.023
1.715
0.088
1.374
0.171
-1.329
0.185
-0.497
0.619
-1.24
0.216
0.454
0.65
0.129
0.898
-0.145
0.885
0.702
0.484
-0.475
0.635
0.419
0.676
0.14325 0.57263 0.69204 0.42765
Uji korelasi seri dilakukan dengan membandingkan besar
prob value tiap saham dan rata-rata prob value dengan nilai α
(α=5% atau 0.05). jika PV (prob value) > α, maka menunjukkan
bahwa tidak ada korelasi perubahan harga saham harian dengan
perubahan harga saham harian sebelumnya di Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2009 dan 2010.
Pada tahun 2009, jika dilihat secara individu hanya ada 1
(satu) saham (2.3 %) yang mendukung H0 ditolak yaitu saham
Timah (Persero) Tbk dengan nilai prob value (0.023) < α (0.05).
Tetapi saham yang mendukung H0 diterima lebih besar (97.7 %),
hasil ini menunjukkan bahwa secara individu tidak ada korelasi
perubahan harga saham harian pada tahun 2009. Dengan kata lain
Bursa Efek Indonesia efisien bentuk lemah pada periode 2009.
Hasil secara keseluruhan (rata-rata) pada tahun 2009
adalah nilai rata-rata prob value (0.57263) > α (0.05). Dengan kata
lain H0 diterima dan hasil analisis ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan tidak ada korelasi perubahan harga saham harian pada
tahun 2009. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien bentuk
lemah pada periode 2009.
Pada tahun 2010, jika dilihat secara individu hanya ada 4
(empat) saham (9.1%) yang mendukung H0 ditolak yaitu saham
Bakrie Telecom Tbk dengan nilai prob value (0.000) < α (0.05),
Indika Energy Tbk dengan nilai prob value (0.003) < α (0.05),
Lippo Karawaci Tbk dengan nilai prob value (0.006) < α (0.05),
dan Kalbe Farma Tbk dengan nilai prob value (0.003) < α (0.05).
Tetapi saham yang mendukung H0 diterima lebih besar (90.9 %).
Hasil ini menunjukkan bahwa secara individu tidak ada korelasi
perubahan harga saham harian pada tahun 2010 di Bursa Efek
Indonesia. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien bentuk
lemah pada periode 2010.
Hasil secara keseluruhan (rata-rata) pada tahun 2010
adalah nilai rata-rata prob value (0.42765) > α (0.05). Dengan kata
lain H0 diterima dan hasil ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan tidak ada korelasi perubahan harga saham harian di
Bursa Efek Indonesia. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia
efisien bentuk lemah pada periode 2010. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Hari Sunarto (1995-1997) dan Novita Santi
Astuti (1999) yang menyatakan bahwa pasar modal Indonesia
sudah termasuk pasar efisien dalam bentuk lemah.
C. Interpretasi
Dibandingkan dengan hasil studi sebelumnya, tampaknya terjadi
peningkatan efisiensi dalam Bursa Efek Indonesia. Menjadi semakin sulit
bagi para investor untuk memperoleh abnormal return dengan
mengandalkan pada informasi historis (Suad Husnan, 1990). Investor
tidak menggunakan pola perubahan harga saham di masa lalu sebagai
acuan untuk melakukan transaksi di masa sekarang dan yang akan datang.
Sebab harga saham bersifat acak (random walk), investorpun akan
mengalami kesulitan untuk memperkirakan perubahan harga saham di
masa mendatang.
Peningkatan efisiensi tersebut mungkin disebabkan karena makin
banyaknya investor dan pialang yang aktif di Bursa Efek Indonesia,
demkian pula dengan jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Nilai
volume perdagangan dan jumlah saham yang menjadi indikatorhal
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Pengujian Run Test
Berdasarkan pada pengujian dengan alat uji run test, maka
terbukti bahwa perubahan antar harga saham harian pada tahun 2009
dan tahun 2010 bersifat acak. Dengan kata lain perubahan antar harga
saham harian pada periode 2009 dan tahun 2010 mengikuti pola
random walk.
2. Kesimpulan Pengujian Korelasi Seri
Berdasarkan pada pengujian dengan alat uji tes korelasi
seri, maka terbukti bahwa tidak ada korelasi (hubungan) antar
harga saham harian pada periode 2009 dan 2010. Hasil pengujian
uji korelasi seri ini memperkuat pengujian dengan run test.
Sehingga berdasarkan hasil kedua pengujian tersebut, Bursa Efek
Indonesia efisien bentuk lemah pada periode 2010.
B. Implikasi
Dengan terpenuhinya persyaratan efisiensi bentuk lemah, maka
hal ini berarti analisis teknikal dengan mempergunakan data historis
dipertanyakan nilai ekonomisnya. Peningkatan efisiensi informasi
memerlukan penyebaran informasi yang benar, akurat, dan cepat.
Kualitas informasi keuangan yang diungkapkan dipasar modal harus
semakin meningkat. Peningkatan kualitas tersebut akan semakin
membantu pembentukkan harga saham yang wajar. Sulit bagi para
analis saham untuk menentukkan kelayakan sebuah harga saham jika
informasi harga saham tidak lengkap dan tidak benar.
Implikasi dari penelitian ini bahwa pasar yang efisien
memerlukan informasi yang tepat, akurat dan cepat. Dan juga
memerlukan tingkat likuiditas yang tinggi, yang dinyatakan dalam
jumlah transaksi perdagangan yang cukup tinggi. suku bunga transaksi
perdagangan oleh banyak investor akan menyebabkan penyesuaian
harga yang lebih cepat yang berarti pasar yang lebih efisien.
Implikasi dari penelitian ini :
1. Bagi Lingkungan Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan
bagi
penelitian
selanjutnya
dibidang manajemen keuangan,
khususnya dengan memperhatikan perubahan harga saham Indeks
LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat sebagai salah satu
referensi dan penyedia informasi bagi investor sehingga dalam
melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia dapat menjadi
pertimbangan sebelum melakukan investasi di pasar modal.
DAFTAR PUSTAKA
Solichin, Anwar. “Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik
Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pembiayaan Di BEI
Tahun 2007-2008.” Jurnal Universitas Gunadharma, 2009.
Astuti, Santi, Novita. “Analisa Efisiensi Pasar Modal Bentuk Lemah Pada
Bursa Efek Jakarta”, Tesis Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, 2008.
Bawazer, Said, A dan Herman, N, Rahman. “Dividen Perusahaan Dan
Efisiensi Dipasar Modal Jakarta”, Jurnal Usahawan. No.8 tahun
XX:10-15, Jakarta,1991.
Dahlan, Siamat. 1999, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi 2, Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999.
Danupranata, Gita dan Afianingsih Nur, “Pengujian Efisiensi Pasar
Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan Akibat Pengumuman
Dividen Meningkat Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Dan
Manajemen, 2003.
Dewi, Kumala, Retno, “Pengujian Efisiensi Pasar Modal melalui
Evaluasi Pergerakan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta.”, Skripsi
S1 Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Fabozzi, Frank J , “Manajemen Investasi”,Jakarta : Salemba Empat, 1999.
Halim, Abdul, Analisis Investasi. Jakarta, Salemba Empat, 2005
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta, 2010.
Hermawan, Moudy, dan Subiyantoro, Heru. ” Pengujian Hipotesis Pasar
Efisien Bentuk Lemah Pada Pasar Modal Di Indonesia : Sebuah
Catatan Empiris.” Vol. 4, No. 1, April 2006, Jurnal Keuangan
Publik, 2006.
Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisa Sekuritas Di
Pasar Modal. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN, 2001.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti. Dasar Manajemen Keuangan Edisi 1,
Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. 1994.
Hartono, Jogiyanto. Pasar Efisien Secara Keputusan, PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005
Keown, Et Al. Basic Financial Management, 8th Ed, New Jersey:
Prentice Hall International, Inc, 1999.
Legowo, Herman dan Mas’ud Machfoedz,”Efisiensi Pasar Modal:
Perbandingan Pada Dua Periode yang Berbeda Dalam Pasar
Modal Indonesia.” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Vol: 13, No: 2. 78 –
79, 1998.
Nachrowi. “Pendekatan Popular Dan Praktis Ekonometrika Untuk
Analisis Ekonomi Dan Keuangan“. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Ekonomi, Depok, 2006.
Nasarudin, M. Irsan. “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia” Kencana,
Jakarta, 2008.
Nugroho, Agung, Buwono. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistic
Penelitian Dengan SPSS” Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2005.
Prihantoro DMB, Agung, “Pengujian Efisiensi Pasar Modal Indonesia
Bentuk Lemah Di BEI Periode 1998-1999, Tesis Studi Magster
Manajemen, Universitas Diponegoro, 2001.
Rodoni, Ahmad, “Analisis Teknikal Dan Fundamental Pada Pasar
Modal”, Center For Social Economics Studies (CSES) Press, 2005.
Rodoni, Ahmad, “Analisis Random Walk di Bursa Efek Jakarta” Jurnal
Etikonomi Vol 2 No.2 Agustus 2003, 204-215.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan Spss Statistik Parametrik”, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2000.
Sawidji, Widoatmodjo. Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal, Jakarta :
Yayasan Mpu Ajar Artha, 2000.
Sujianto, Eko, Agus. Aplikasi Statistik SPSS 16.0. PT Prestasi Pustaka
Publisher. Jakarta. 2009.
Tambotoh, Carter, Jimmy, Johan. “Pengujian Efisiensi Bentuk Lemah
Pasar Modal Pada Bursa Efek Jakarta tahun 1995-1998”. Vol VII
No.2 September 2001: 151-164, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2006.
Tandelilin, Eduardus. Analisis Dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE, 2001.
www. Cafe-Ekonomi.Blogspot.Com
www. Finance.org
www. Idx.co.id
Lampiran 1 : Output SPSS Hasil Run Test
Astra Agro Lestari Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
120
122
Cases >= Test Value
121
123
Total Cases
241
245
Number of Runs
120
117
-.193
-.832
.847
.405
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Adaro Energy Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
111
94
Cases >= Test Value
146
151
Total Cases
257
245
Number of Runs
129
109
Z
.240
-1.065
Asymp. Sig. (2tailed)
.810
.287
a. Median
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
111
94
Cases >= Test Value
130
151
Total Cases
241
245
Number of Runs
134
126
1.721
1.236
.085
.216
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Astra International Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
105
122
Cases >= Test Value
136
123
Total Cases
241
245
Number of Runs
121
111
Z
.196
-1.600
Asymp. Sig. (2tailed)
.845
.110
a. Median
Bank Central Asia Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
100
98
Cases >= Test Value
141
147
Total Cases
241
245
Number of Runs
117
118
-.135
-.080
.893
.936
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
103
97
Cases >= Test Value
138
147
Total Cases
241
244
Number of Runs
122
103
Z
.401
-1.993
Asymp. Sig. (2tailed)
.688
.046
a. Median
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Runs Test
retutn2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
104
108
Cases >= Test Value
157
153
Total Cases
261
261
Number of Runs
131
107
Z
.632
-2.636
Asymp. Sig. (2tailed)
.528
.008
a. Median
Bank Danamon Indonesia Tbk.
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
105
115
Cases >= Test Value
136
130
Total Cases
241
245
Number of Runs
121
124
Z
.196
.123
Asymp. Sig. (2tailed)
.845
.902
a. Median
BISI International Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
120
122
Cases >= Test Value
121
123
Total Cases
241
245
Number of Runs
114
120
-.968
-.448
.333
.654
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Baltia Air Lines Inc. Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
36
44
Cases >= Test Value
216
208
Total Cases
252
252
57
72
-1.479
-.359
.139
.720
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Bank Mandiri (Persero) Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
113
96
Cases >= Test Value
128
149
Total Cases
241
245
Number of Runs
117
116
-.523
-.237
.601
.812
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Bakrie & Brothers Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
89
89
Cases >= Test Value
152
156
Total Cases
241
245
92
110
-2.948
-.601
.003
.548
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Barito Pacific Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
110
108
Cases >= Test Value
131
137
Total Cases
241
245
Number of Runs
128
129
Z
.965
.937
Asymp. Sig. (2tailed)
.335
.349
a. Median
Bakrie Telecom Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
104
82
Cases >= Test Value
137
163
Total Cases
241
245
Number of Runs
105
114
-1.874
.559
.061
.576
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Bumi Resources Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
108
102
Cases >= Test Value
133
143
Total Cases
241
245
Number of Runs
121
128
Z
.104
1.045
Asymp. Sig. (2tailed)
.917
.296
a. Median
Darma Henwa Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
102
119
Cases >= Test Value
139
126
Total Cases
241
245
Number of Runs
137
133
2.425
1.230
.015
.219
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Elnusa Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
97
99
Cases >= Test Value
160
146
Total Cases
257
245
Number of Runs
125
120
Z
.429
.134
Asymp. Sig. (2tailed)
.668
.893
a. Median
Bakrieland Development Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
108
121
Cases >= Test Value
133
124
Total Cases
241
245
Number of Runs
130
128
1.279
.579
.201
.563
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Energi Mega Persada Tbk (ENRG.JK)
Runs Test
Return2009
a
Return2010
Test Value
.00
.00
Cases < Test Value
116
121
Cases >= Test Value
124
124
Total Cases
240
245
Number of Runs
132
115
1.442
-1.086
.149
0.277
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
Gudang Garam Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
100
113
Cases >= Test Value
141
132
Total Cases
241
245
Number of Runs
118
116
-.002
-.871
.999
.384
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
International Nickel Indonesia Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
111
109
Cases >= Test Value
146
132
Total Cases
257
241
Number of Runs
134
126
Z
.877
.729
Asymp. Sig. (2tailed)
.381
.466
a. Median
Indofood Sukses Makmur Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
108
104
Cases >= Test Value
133
141
Total Cases
241
245
Number of Runs
122
121
Z
.234
.039
Asymp. Sig. (2tailed)
.815
.969
a. Median
Indika Energy Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
102
88
Cases >= Test Value
138
157
Total Cases
240
245
Number of Runs
123
109
Z
.622
-.665
Asymp. Sig. (2tailed)
.534
.506
a. Median
Indah Kiat Pulp and Paper Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
101
106
Cases >= Test Value
140
139
Total Cases
241
245
Number of Runs
135
115
2.208
-.819
.027
.413
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
93
118
Cases >= Test Value
148
127
Total Cases
241
245
Number of Runs
105
116
-1.393
-.940
.164
.347
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Indo Tambang Raya Megah Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
120
121
Cases >= Test Value
121
124
Total Cases
241
245
Number of Runs
118
122
-.452
-.190
.652
.850
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Indosat Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
105
106
Cases >= Test Value
136
139
Total Cases
241
245
Number of Runs
133
120
1.771
-.167
.076
.868
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Jasa Marga (Persero) Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
110
97
Cases >= Test Value
131
148
Total Cases
241
245
Number of Runs
125
109
Z
.574
-1.230
Asymp. Sig. (2tailed)
.566
.219
a. Median
Kalbe Farma Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
94
82
Cases >= Test Value
147
163
Total Cases
241
245
Number of Runs
124
113
1.130
.416
.258
.678
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Lippo Karawaci Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
72
59
Cases >= Test Value
169
186
Total Cases
241
245
Number of Runs
101
89
-.151
-.278
.880
.781
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
PP London Sumatra Indonesia Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
107
102
Cases >= Test Value
154
159
Total Cases
261
261
Number of Runs
121
113
-.804
-1.599
.422
.110
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Medco Energi International Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
120
107
Cases >= Test Value
121
138
Total Cases
241
245
Number of Runs
130
131
1.098
1.231
.272
.218
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Mitra International Resources Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
87
65
Cases >= Test Value
154
180
Total Cases
241
245
Number of Runs
102
95
-1.426
-.248
.154
.804
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Perusahaan Gas Negara Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
100
99
Cases >= Test Value
157
146
Total Cases
257
245
Number of Runs
129
117
Z
.765
-.265
Asymp. Sig. (2tailed)
.444
.791
a. Median
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
113
120
Cases >= Test Value
128
125
Total Cases
241
245
Number of Runs
120
115
-.134
-1.082
.893
.279
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Sampoerna Agro Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
110
97
Cases >= Test Value
131
148
Total Cases
241
245
Number of Runs
134
125
1.745
.911
.081
.362
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Holcim Indonesia Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
109
93
Cases >= Test Value
132
152
Total Cases
241
245
Number of Runs
133
122
1.641
.762
.101
.446
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Semen Gresik (Persero) Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
88
108
Cases >= Test Value
153
137
Total Cases
241
245
Number of Runs
111
122
-.242
.028
.809
.978
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Timah (Persero) Tbk.
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
108
98
Cases >= Test Value
133
147
Total Cases
241
245
Number of Runs
133
124
1.670
.720
.095
.471
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
104
117
Cases >= Test Value
153
128
Total Cases
257
245
Number of Runs
122
122
-.367
-.161
.714
.872
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
Runs Test
Return2009 Return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
106
85
Cases >= Test Value
135
160
Total Cases
241
245
Number of Runs
136
97
2.128
-2.123
.033
.034
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
98
122
Cases >= Test Value
142
123
Total Cases
240
245
88
129
-3.878
.704
.000
.481
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a. Median
United Tractors Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Valuea
.00
.00
Cases < Test Value
104
118
Cases >= Test Value
137
127
Total Cases
241
245
Number of Runs
121
121
Z
.231
-.299
Asymp. Sig. (2tailed)
.817
.765
a. Median
Unilever Indonesia Tbk
Runs Test
return2009 return2010
Test Value
a
.00
.00
Cases < Test Value
99
117
Cases >= Test Value
142
128
Total Cases
241
245
Number of Runs
121
129
Z
.445
.737
Asymp. Sig. (2tailed)
.656
.461
a. Median
Lampiran 2 : Output SPSS Hasil Uji Korelasi Seri
Adaro Energy Tbk.
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
.035
.041
.055
Sig.
.670
.503
.856
.393
a. Dependent Variable: Return2010
Aneka Tambang (Persero) Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Coefficients
Std. Error
-2.706E-5
.001
.013
.038
Return2009
t
Beta
.022
Sig.
-.020
.984
.347
.729
a. Dependent Variable: Return2010
Astra Agro Lestari Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.000
.001
Return2009
.042
.050
Coefficients
t
Beta
.054
Sig.
-.348
.728
.840
.402
a. Dependent Variable: Return2010
1
Astra International Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
.018
.042
.027
Sig.
.705
.482
.419
.675
a. Dependent Variable: Return2010
Bakrie & Brothers Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.002
Return2009
.048
.044
.070
Sig.
.445
.657
1.077
.282
a. Dependent Variable: Return2010
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.000
.002
Return2009
.023
.050
Coefficients
t
Beta
.029
Sig.
.129
.898
.454
.650
a. Dependent Variable: Return2010
2
Bakrie Telecom Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.005
.002
Return2009
-.009
.031
Sig.
3.573
.000
-.277
.782
-.018
a. Dependent Variable: Return2010
Bakrieland Development Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.000
.002
Return2009
.024
.043
.036
Sig.
-.368
.713
.554
.580
a. Dependent Variable: Return2010
Baltia Air Lines Inc.
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
-.010
.006
Return2009
-.005
.041
Coefficients
t
Beta
-.007
Sig.
-1.719
.087
-.118
.906
a. Dependent Variable: Return2010
3
Bank Central Asia Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
.054
.062
.056
Sig.
.613
.541
.873
.384
a. Dependent Variable: Return2010
Bank Danamon Indonesia Tbk.
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.000
.001
Return2009
-.027
.047
-.037
Sig.
.117
.907
-.571
.569
a. Dependent Variable: Return2010
Bank Mandiri (Persero) Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.002
.001
Return2009
.037
.049
Coefficients
t
Beta
.049
Sig.
1.441
.151
.756
.450
a. Dependent Variable: Return2010
4
Bank Negara Indonesia (Persero)
a
Coefficients
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.002
.002
Return2009
-.055
.057
Sig.
1.559
.120
-.973
.332
-.063
a. Dependent Variable: Return2010
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
a
Coefficients
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.002
.001
Return2009
.041
.043
Sig.
1.308
.192
.967
.334
.060
a. Dependent Variable: Return2010
Barito Pacific Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.000
.001
Return2009
-.016
.029
Coefficients
t
Beta
-.036
Sig.
-.304
.761
-.559
.577
a. Dependent Variable: Return2010
5
BISI International Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
-.001
.002
Return2009
-.031
.060
-.034
Sig.
-.684
.494
-.529
.597
a. Dependent Variable: Return2010
Bumi Resources Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.002
Return2009
.028
.042
.044
Sig.
.335
.738
.683
.495
a. Dependent Variable: Return2010
Darma Henwa Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.000
.002
Return2009
-.007
.039
Coefficients
t
Beta
-.011
Sig.
-.393
.695
-.171
.864
a. Dependent Variable: Return2010
6
Elnusa Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.002
.002
Return2009
-.014
.068
-.014
Sig.
.847
.398
-.211
.833
a. Dependent Variable: Return2010
Energi Mega Persada Tbk.
a
Coefficients
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
t
Beta
(Constant)
-.003
.003
Return2009
-.032
.045
-.046
Sig.
-.843
.400
-.707
.481
a. Dependent Variable: Return2010
Gudang Garam Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.002
.002
Return2009
-.015
.049
Coefficients
t
Beta
-.020
Sig.
1.312
.191
-.302
.763
a. Dependent Variable: Return2010
7
Holcim Indonesia Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.002
.001
Return2009
.012
.040
Sig.
1.418
.158
.312
.755
.020
a. Dependent Variable: Return2010
Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.002
.002
Return2009
-.002
.054
Sig.
1.235
.218
-.046
.964
-.003
a. Dependent Variable: Return2010
Indo Tambang raya Megah Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.002
.040
Coefficients
t
Beta
-.004
Sig.
.729
.467
-.060
.952
a. Dependent Variable: Return2010
8
Indofood Sukses Makmur Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
.037
.043
.055
Sig.
.778
.437
.850
.396
a. Dependent Variable: Return2010
Indosat Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.002
Return2009
.029
.067
.028
Sig.
.522
.602
.436
.664
a. Dependent Variable: Return2010
Indika Energy Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.005
.002
Return2009
.043
.043
Coefficients
t
Beta
.065
Sig.
3.012
.003
1.000
.318
a. Dependent Variable: Return2010
9
International Nickel Indonesia Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
.051
.036
.090
Sig.
.679
.498
1.400
.163
a. Dependent Variable: Return2010
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
a
Coefficients
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.024
.042
-.037
Sig.
.630
.529
-.573
.567
a. Dependent Variable: Return2010
Jasa Marga (Persero) Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.002
.001
Return2009
.019
.064
Coefficients
t
Beta
.019
Sig.
1.944
.053
.293
.769
a. Dependent Variable: Return2010
10
Kalbe Farma Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.004
.001
Return2009
.032
.046
Sig.
2.960
.003
.698
.486
.045
a. Dependent Variable: Return2010
Lippo Karawaci Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.004
.002
Return2009
.045
.093
Sig.
2.795
.006
.484
.629
.031
a. Dependent Variable: Return2010
Medco Energi International Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.000
.002
Return2009
-.004
.047
Coefficients
t
Beta
-.006
Sig.
-.186
.852
-.093
.926
a. Dependent Variable: Return2010
11
Mitra International Resources Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.004
.002
Return2009
-.050
.058
Sig.
1.949
.053
-.862
.390
-.056
a. Dependent Variable: Return2010
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.018
.045
-.025
Sig.
.765
.445
-.393
.695
a. Dependent Variable: Return2010
PP London Sumatra Indonesia Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.070
.038
Coefficients
t
Beta
-.114
Sig.
1.171
.243
-1.849
.066
a. Dependent Variable: Return2010
12
Sampoerna Agro Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.022
.047
-.031
Sig.
.788
.432
-.472
.637
a. Dependent Variable: Return2010
Semen Gresik (Persero) Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.026
.052
-.032
Sig.
.562
.575
-.500
.618
a. Dependent Variable: Return2010
Tambang Batubara Bukit AsamTbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Return2009
Std. Error
7.162E-5
.001
-.012
.047
Coefficients
t
Beta
-.017
Sig.
.057
.954
-.267
.790
a. Dependent Variable: Return2010
13
Telekomunikasi Indonesia Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
-.001
.001
Return2009
.072
.053
.088
Sig.
-1.329
.185
1.374
.171
a. Dependent Variable: Return2010
Timah (Persero) Tbk.
a
Coefficients
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.003
.002
Return2009
.108
.047
.146
Sig.
1.715
.088
2.280
.023
a. Dependent Variable: Return2010
Truba Alam Manunggal Engineerin Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
-.003
.002
Return2009
-.021
.043
Coefficients
t
Beta
-.032
Sig.
-1.240
.216
-.497
.619
a. Dependent Variable: Return2010
14
Unilever Indonesia Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
t
Beta
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.030
.064
-.031
Sig.
.419
.676
-.475
.635
a. Dependent Variable: Return2010
United Tractors Tbk
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.001
.001
Return2009
-.006
.043
Coefficients
t
Beta
-.009
Sig.
.702
.484
-.145
.885
a. Dependent Variable: Return2010
15
Download