PENGUJIAN HIPOTESIS PASAR EFISIEN BENTUK LEMAH PASAR MODAL DI INDONESIA PERIODE 2009-2010 (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ 45) Oleh : Nasruldin NIM: 207081000195 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. 2. 3. 4. Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : Nasruldin : 207081000195 : Manajemen : Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal Di Indonesia Periode 2009-2010 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Dan Bsnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 Juni 2011 1. Herni Ali HT, SE. MM NIDN : 0422125902 2. M. Arif Mufraini, LC, M.Si NIP.19770122 200312 1 001 3. Indo Yama Nasarrudin, SE, MAB NIP . 19741127 200112 1 002 4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP . 19570617 198503 1 002 5. Titi Dewi Warninda. SE. M,Si NIP. 19731221 200501 2 002 (____________________) Ketua (____________________) Sekretaris (____________________) Penguji Ahli (____________________) Pembimbing I (____________________) Pembimbing II LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Mahasiswa : Nasruldin NIM : 207081000195 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini, saya : 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta , 7 juni 2011 Nasruldin i DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nasruldin Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 12 April 1988 Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Warga Negara : Indonesia Status : Belum Menikah Alamat : Kp.Utan Rt : 03 Rw : 08 No : 20 Kec : Cibitung - Kab : Bekasi No telp : 0856 1760 574 Pendidikan Formal - SDN Wanasari 11 SLTPN 1 Cikarang Barat SMAN 2 Tambun Selatan Pengalaman Organisasi - Wakil Divisi Kemahasiswaan Dan Komunikasi Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Program Non Reguler Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Periode 2010-2011. Seminar - Entrepreneur And Inspiring Story Seminar “Memulai Bisnis Sejak Dini” Launching Buku Dan Seminar Nasional “Kekuatan Lembaga Keuangan Syariah Dalam Menghadapi Krisis Financial Global” Seminar Nasional “Prospek Dan Pengembangan SDM Asuransi Syariah Pasca Krisis Ekonomi Global” Public Speaking Seminar “Speak Like A Steak” By Novery Dwi R ii ABSTRACT All perpetrator capital market, ability to obtain get the relevant information, quickly, precise, and needed absolute accurate. This matter because of each every decision in investment very relate to the information, a weak form efficiency capital market to have the past values which cannot use the past for predicted of price now so that investor cannot use the past information to get abnormal return. a weak form efficiency showing that the present price of stocks fully reflects the past information. This study makes use of daily stock prices gathered form 44 large scale capital companies classified in index of LQ 45 during the periods of 2009-2010. To examine a weak form efficiency capital market hypotheses two models. Run test and serial correlation, Run test is used for examining the randomness of change in stock prices, where as serial correlation test is utilized for examining the independence of the prices change between the periods, I,e. the periods of the present day and the day before. The finding of this study suggest that in the periods of 2009-2010, Indonesian stock Exchange has been categorized as a weak form efficiency capital market. Keyword : Index Of LQ 45, Weak Form Efficiency, Run Test And Serial Correlation Test iii ABSTRAK Bagi para pelaku pasar modal, kemampuan untuk memperoleh informasi yang relevan, cepat, tepat dan akurat mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan setiap keputusan dalam investasi sangat berkaitan dengan informasi. Pasar modal dalam bentuk lemah memiliki nilai-nilai masa lalu yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang sehingga investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return. Efisiensi pasar modal bentuk lemah menunjukkan bahwa harga saham mencerminkan sepenuhnya informasi masa lalu. Penelitian ini menggunakan data harga saham harian, dari 44 perusahaan yang termasuk dalam Indeks LQ 45 selama periode pengamatan 2009-2010. Untuk menguji hipotesis efisiensi pasar modal bentuk lemah ada dua model. Run test dan korelasi seri, run test digunakan untuk menguji kerandoman perubahan harga saham. Sedangkan uji korelasi seri adalah untuk menguji korelasi antara perubahan harga saham saat ini dengan perubahan harga sebelumnya. Hasil dari penelitian ini adalah pada periode 2009-2010 Bursa efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah. Kata kunci : Indeks LQ 45, Pasar Efisien Bentuk Lemah, Run Test Dan Uji Korelasi Seri. iv KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr,wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal Di Indonesia Periode 2009-2010”. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi jenjang pendidikan strata satu program studi manajemen keuangan pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan pengarahan yang tak terhingga dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Keluarga saya, Ibu yang tak pernah berhenti melimpahkan perhatian dan mencurahkan kasih sayang yang tak dapat dibalas dengan apapun. Bapak yang banyak memberi dukungan, perhatian dan materi, tapi semoga karya kecil ini dapat sedikit membahagiakanmu Bapak dan Ibu. 2. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah dan selaku pembimbing I, yang selalu memberi arahan dan bimbingan untuk setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE. M.Si selaku pembimbing II, atas bimbingan,arahan petunjuk, kebaikan serta kemurahan hati beliau, yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah atas semua curahan ilmu bantuan dan pelayanannya. 5. Kakak, dan Keponakan tersayang, atas setiap dukungan, masukan, perhatian, kasih sayang, semangat, dll 6. Temen-temen yang slalu ada saat liburan dirumah, Asep, Agunk, Manto, Model, Windy, Dkk v 7. Sahabat-sahabatku tercinta, Ade Riana, Ade Wirda, Atin, Nuyuy, Reyhan, Rury, Kurnia, Deni, Dan Semua Anggota DPR Club. Yang sudah memotivasi dan slalu menghibur. Dan semua mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis angkatan 2007. 8. Teman-teman Kost’an, Kak Aziz, Muchtar, Fikri, Ofik, Ozi, Arif, Muslih, Aufar, yang sudah memberikan kenangan-kenangan bersama dalam satu atap. Thankz All. Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian. Jakarta, 7 Juni 2011 Penulis Nasruldin vi DAFTAR ISI Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ……………………………….…….….....…...….. i Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………..…………… ii Abstract …………………………………………………………….........…………….. iii Abstrak ………………………………………………………...…………..……….….. iv Kata Pengantar ……………………………………………..………..…………...……. v Daftar Isi ……………………………………………………..…………..…...….…… vii Daftar Tabel ………………………………………………………………………........ ix Daftar Gambar ………………………………………………..…..………..…….…...... x Daftar Lampiran ……………………………………………………………..……...... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1 B. Perumusan Masalah …………………..……………………………….………. 10 C. Tujuan Penelitian ………………...…………………………………….……… 10 D. Mamfaat Penelitian …………………..………….…………………….………. 11 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Pasar Modal …..………………………………………..………...………..…... 12 B. Investasi ……………………………………………………………….….….... 15 C. Indeks Saham …….………………………………………………..……….…. 20 D. Pasar Efisien …………………………………………………….…..…….…… 38 E. Definisi Efisiensi Pasar ……………………………………………….…..……. 44 F. Efisiensi pasar secara informasi ………………………………………...……… 52 1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah…………………………………..…………. 53 2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat ..………………………..…………. 54 3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat …………...……………………….…………. 56 G. Random Walk ………………………..…………...………….….....……….…. 58 H. Penelitian Sebelumnya ………………..…………………….……………...…. 63 I. Kerangka Pemikiran ……………………..…………………..……………….. 65 J. Hipotesis Penelitian …………………….…………………...……………….. 66 vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………….……..……….….. 68 B. Metode Penentuan Sample …………………………………………….…..… 68 C. Metode Pengumpulan Data ………………………………………………..… 69 D. Metode Analisis Data .……………………………………………….....……. 69 1. Return Saham …………………………………….……………..……… 69 2. Run Test …………………………………………………...…………… 69 3. Uji Korelasi Seri ……………………………………………………….. 71 E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………..……………….. 73 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Singkat Objek Penelitian …………………………..……… 74 B. Analisis dan Pembahasan …………………………………………….……..... 74 1. Run Test ……………………………………………..………..…..……. 74 2. Uji Korelasi Seri ………………………………………………………. 80 3. Interpretasi ………………………………………………………………85 BAB V Kesimpulan dan Implikasi A. Kesimpulan ……………………………………………………..….………… 86 B. Implikasi ……………………………..………………………….…………… 86 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..……. 88 viii DAFTAR TABEL No Keterangan Hal 2.1 Studi Terdahulu …………………………………………………………… 63 4.2 Tabel Sample Yang Digunakan …………………………………………… 74 4.3 Tabel Run Test ……………………………………………………………. 76 4.4 Tabel Uji Korelasi Seri ……………………………………………………. 80 ix DAFTAR GAMBAR No Keterangan Hal 2.1 Gambar Hubungan Pasar Efisien Berdasarkan Informasi ………………… 57 2.2 Kerangka Pemikiran ………………………………………………………. 65 x DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan Hal 1 Hasil Output SPSS Run Test ……………………………………………… 91 2 Hasil Output Korelasi Seri ………………………………………………… 113 xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam unsur yang berada disekitarnya. Semakin pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian maka semakin sensitif dan banyak faktor yang ikut mempengaruhi pasar modal. Isu seputar masalah ekonomi, sosial, politik, lingkungan maupun hak azasi manusia tentu tidak dapat dipisahkan begitu saja dari pasar modal. Meskipun isu masalah sosial dan politik tidak mempunyai kaitan langsung terhadap aktifitas pasar modal, namun sering kali isu tersebut justru mampu mengguncangkan bursa dunia. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi kepada investor yang tertarik kepada perusahaan tersebut. Untuk menarik penjual dan pembeli berpartisipasi, pasar modal harus bersikap liquid dan efisien. Suatu pasar modal bisa dikatakan liquid jika pembeli dapat membeli dan penjual dapat menjual surat berharga dengan cepat secara formal. Pasar modal yang efisien diartikan sebagai pasar yang hargaharga sekuritasnya secara cepat bereaksi dan secara penuh mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Pasar modal bagi investor merupakan alternatif investasi yang memberikan return yang optimal. Untuk itu seorang investor membutuhkan informasi yang dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Informasi mengenai perkembangan harga saham dan volume perdagangan maupun informasi lain menjadi pedoman dalam mengambil keputusan. Ketersediaan informasi yang lengkap menyebabkan investor akan mudah menentukan keputusan. Banyak informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik laporan keuangan maupun pengumuman lain seperti pengumuman dividen, right issue, stock split, maupun informasi lainnya. Umumnya perusahaan emiten menggunakan pembayaran dividen sebagai sinyal kepada pelaku pasar. Dengan meningkatkan nilai dividen yang dibayar, perusahaan emiten mencoba memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa depan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari Kamis 30 Desember 2010 ditutup menguat tipis 4,295 poin (0,12%) ke level 3.703,512. Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Anny Ratnawati secara resmi menutup perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG BEI mencatat kinerja terbaik dengan perubahan indeks dari level 2.534,36 (penutupan tanggal 31 Desember 2009) menjadi 3.073,51 atau mengalami perkembangan 46,13% Berikut adalah rekapitulasi dari kinerja IHSG, kinerja bursa terbaik dan terburuk di Asia Pasifik, nilai kapitalisasi pasar, nilai kapitalisasi saham BUMN, transaksi obligasi dan reksadana untuk tahun 2010: Kinerja saham sepanjang tahun 2010, IHSG menguat hampir 1.200 poin. Pada pembukaan awal tahun, 4 Januari 2010, IHSG ditutup pada level 2.575,41. IHSG terakhir menyentuh rekor tinggi pada perdagangan 9 Desember 2010, sementara titik terendah pada 8 Februari 2010 di level 2.475,572, turun 43,404 poin (1,72%). Bursa Terbaik di Asia Pasifik, peringkat pertama Indonesia (IHSG BEI): IHSG ditutup menguat tipis 4,295 poin (0,12%) ke level 3.703,512, dengan kenaikan 46,13%. kedua, Thailand (Bangkok SET): Bangkok SET ditutup pada posisi 1.034,59 pada 29 Desember 2010, dengan kenaikan 40,85%. Ketiga, Filipina (Phillipine SE): Phillipine SE ditutup pada level 4.119,31 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 37,56%. Keempat, Korea (Korea Composite): Korea Composite ditutup pada posisi 2.043,49 pada 29 Desember 2010, dengan kenaikan 21,44%. Kelima, Malaysia (Bursa Malaysia KLCI) : KLCI ditutup 1.524,34 pada 29 Desember 2010, dengan kenaikan 19,77%. Keenam, India (Sensex 30): Sensex 30 ditutup 20.256,03 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 15,98%. Ketujuh, Singapura (Straits Times) : Straits Times ditutup pada level 3.207,91 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 10,71%. Kedelapan, Taiwan (Taiwan SE/TAIEX) : SE/TAIEX ditutup pada level 8.866,35 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 8,28%. Kesembilan, Hongkong (Hangseng) : Hangseng ditutup di level 22.969,30 di 29 Desember 2010, dengan kenaikan 5.02%. Kesepuluh, China (Shenzen Composite) : Shenzen ditutup pad alevel 1.255,66 di 29 Desember 2010 , dengan kenaikan 4,52%. Bursa Terburuk di Asia Pasifik. Pertama, Jepang (Nikkei 225): Nikkei 225 mencatatkan indeks saham per 29 Desember 2010 di level 10.344,54 atau minus 1,91 %. Kedua, Australia (S&P)/ASX200): S&P/ASX200 ditutup pada level 4.755,20 di 29 Desember 2010 yang tumbuh minus 1,96 %. Ketiga, China (Shanghai Composite): Shanghai Composite ditutup pada level 2.751,53 di 29 Desember 2010 yang mengalami pertumbuhan minus 16,04 %. Financeindonesia org, Pasar modal di Indonesia merupakan suatu wahana untuk menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat. Hal ini berarti di dalam pasar modal terdapat dua pihak yang berkepentingan, yaitu emiten dan pemodal. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana dapat memperoleh alternatif dana eksternal jangka panjang. Sedangkan pemodal sebagai pihak yang berkelebihan dana dan dapat melakukan alternatif pada financial assets. Jadi pasar modal memiliki fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan (Husnan: 1994, 4). Fungsi ekonomi pasar modal tercermin dalam penyediaan dana dari pihak lender (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang membutuhkan dana). Masing - masing pihak baik pemodal maupun emiten mempunyai kepentingan yang saling menguntungkan. Pemodal mengharapkan adanya imbalan investasi atas dana yang diinvestasikan, sedangkan emiten memperoleh manfaat dari pemodal untuk suatu investasi atau perluasan usaha tanpa harus menunggu ketersediaan dana dari operasional perusahaan. Sedangkan fungsi keuangan yang dilakukan pasar modal adalah dalam menyediakan dana yang dilakukan oleh pemodal untuk digunakan emiten. Para pemodal dapat memberikan dana kepada emiten tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang dibutuhkan oleh borrower. Adanya fungsi - fungsi tersebut, maka pasar modal memiliki daya tarik bagi para investor untuk menanamkan dananya dan bagi perusahaan yang memerlukan dana. Bagi pihak yang memerlukan dana, pasar modal dapat digunakan sebagai alternatif pembiayaan selain bank. Adapun bagi pemodal, pasar modal ini digunakan sebagai alternatif penanaman dana mereka selain diinvestasikan di aktiva riil maupun di bank. Sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham, para pemodal sangat memerlukan informasi, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Apabila para pemodal tidak memiliki keyakinan tentang kebenaran informasi, akan sulit bagi pemodal untuk berminat menanamkan modalnya dipasar modal. Hal ini dapat dimengerti, karena dalam pasar modal yang diperdagangkan bukan hanya barang yang bersifat fisik, tetapi bersifat abstrak. Dalam pasar modal efisien, harga yang terjadi adalah harga "wajar" tidak terjadi underprice maupun overprice dan tidak seorang pemodalpun yang dapat memperoleh abnormal return. Apabila pasar modal efisien, maka kondisi ini akan menguntungkan berbagai pihak (Bawazer dan Rahman, 1991), yaitu: pertama, Emiten akan lebih mudah membuat keputusan produksi dan investasi, karena tidak biasanya ukuran - ukuran yang dipakai. Kedua, Para pemodal dapat bebas memilih berbagai penawaran sekuritas yang menjanjikan hasil optimal. Sebaliknya apabila pasar modal tidak efisien, maka kondisi seperti ini akan menyulitkan dan merugikan berbagai pihak (Bawazer dan Rahman, 1991), yaitu: Pertama, Emiten akan kesulitan dalam mengukur kekayaan pemegang saham yang maksimal, karena harga saham tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya dilakukan atau apa yang terjadi pada operasi perusahaan. Kedua, Para pemodal tentu banyak dirugikan karena kondisi tidak efisien, segala manipulasi bisa dilakukan untuk dapat menaikkan harga saham. Ketiga, Mendorong pemodal untuk mengurangi investasi mereka di pasar modal, karena mereka akan mengalami kesulitan dalam mendeteksi return, resiko dan likuiditas. Pelaku pasar yang canggih tidak akan mudah di bodohi (fooled) oleh emiten dan pelaku pasar yang canggih akan menganalisa sinyal peningkatan nilai dividen lebih lanjut untuk menentukan apakah benar sinyal tersebut merupakan sinyal yang valid dan dapat dipercaya sebelum mengambil keputusan. Dengan demikian apabila investor dalam mengolah informasi dan mengambil keputusan sudah tepat dan benar maka pasar sudah bisa dikatakan efisien bentuk setengah kuat secara keputusan. Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi masa sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut ini (Jogiyanto: 2000, 18) yaitu Pertama, Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency), Kedua, Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form efficiency) Ketiga, Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form efficiency). Hubungan ketiga pasar efisien ini berupa tingkatan kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat. Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi yang di distribusikan. Penelitian yang dilakukan Suad Husnan, pengujian empiris menggunakan data 24 saham dan IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dengan uji statistik run test, dan koefisien autokorelasi. Penelitian menunjukkan bahwa pasar modal indonesia sudah termasuk efisiensi dalam bentuk lemah. Penelitian Hari Sunarto, periode juni 1995 hingga juli 1997 menggunakan sample harga saham IHSG penutupan harian dengan uji statistic run test, dan koefisien autokorelasi. Penelitiannya menyatakan bahwa periode juni 1995 hingga juli 1997 pada Bursa Efek Jakarta mengikuti pola acak (random), dan pengamatannya pun membuktikan bahwa Bursa Efek Jakarta sudah efisien dan termasuk kedalam efisien dalam bentuk lemah. Penelitian Novita Santi Astuti periode 1999 dengan menggunakan sample 11 indeks yang ada yaitu IHSG, LQ 45, dan Sembilan sektor industri, dengan uji statistik Run Test dan uji Kolmogorov Smirnov dan disimpulkan bahwa hampir seluruhnya indeks saham yang diperdagangkan Bursa Efek Jakarta efisien dalam bentuk lemah, kecuali indeks saham infrastruktur yang belum efisien dalam bentuk lemah. Penelitian Moudy Hermawan dan Heru Subiyantoro (2006), dengan menggunakan sample JSX composite index pada periode 2002-2004 dan menggunakan uji statistik Run Test, uji Kolmogorov Smirnov, Autocorrelation Test, ARCH dan GARCH. Penelitiannya menyatakan bahwa return saham tidak berdistribusi normal pada tingkat keyakinan 1%, Pengujian terhadap return harga saham secara parametrik maupun non parametrik membuktikan bahwa terdapat penolakan terhadap EMH bentuk lemah minimal dalam bentuk random walk, namun beberapa peneliti bahwa penolakan terhadap random walk belum tentu mencerminkan penolakan EMH bentuk lemah secara seutuhnya, karena ada faktor yang belum diperhitungkan dalam model random walk seperti biaya transaksi yang hakikatnya pasti mempengaruhi return saham. Penelitian sekitar tahun 2008 (Retno: 2009) dengan sample indeks LQ 45 dan uji statistik yang digunakan adalah Uji Kolmogorov Smirnov, Mann U-whitneyy test, ARCH dan GARCH menyatakan bahwa pasar modal Indonesia belum efisien dalam bentuk lemah. Apakah kondisi pasar modal Indonesia sekitar tahun 2009 sampai tahun 2010 akan efisien dalam bentuk lemah? Efisien tidaknya suatu pasar juga akan memberikan implikasi kepada investor dalam melakukan strategi investasinya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak cukup dengan acuan secara kualitatif, namun perlu dilakukan dengan pembuktikan secara kuantitatif. Hal itulah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan analisis terhadap harga saham di pasar modal Indonesia guna mengetahui apakah pasar modal Indonesia telah efisien?, sehingga mendorong untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi dengan judul “Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pasar Modal Di Indonesia Periode 2009-2010” Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaannya adalah pada data, data yang digunakan adalah harga saham harian yang terdiri dari saham perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 dan terus tetap ada di tahun 2009-2010. Uji statistik yang digunakan adalah Run Test dan Uji Korelasi Seri. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 2009-2010) mengikuti pola random walk? 2. Bagaimanakah hubungan antar perubahan harga saham harian di BEI pada periode 2009-2010? 3. Apakah pasar modal Indonesia dikategorikan sebagai efisiensi pasar bentuk lemah (Weak Form Efficiency)? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 2009-2010) mengikuti pola random walk. 2. Untuk mengetahui hubungan antar perubahan harga saham harian di BEI pada periode 2009-2010. 3. Untuk mengetahui pasar modal Indonesia dikategorikan sebagai efisiensi pasar bentuk lemah (weak form efficiency). D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademisi dapat memberikan alternatif metode pengujian efisiensi pasar bentuk lemah dan menjadi bahan kajian untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Regulator pasar modal, dapat dijadikan bahan evaluasi pasar modal di Indonesia dan menjadi pertimbangan untuk tujuan pengembangan pasar modal dimasa yang akan datang. 3. Memberi gambaran kepada investor seberapa efisien pasar modal Indonesia. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Pengertian Pasar Modal Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Menurut Sunariyah (2004), pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasiobligasi, dan sejenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 3), pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Dahlan (1995), pasar modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas. Pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi yang diperdagangkan. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain adalah: (Husnan; 2001, 8-9) a. Supply Sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. b. Demand akan sekuritas Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Calon pembeli sekuritas berasal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun lembagalembaga keuangan. c. Kondisi politik dan ekonomi Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. d. Masalah hukum dan peraturan Pembelian sekuritas mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. 2. Fungsi Pasar Modal Pasar modal menjalankan dan mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan keuangan. Suad Husnan (2001:4), dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi peminjam tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang. Husnan (2001:4), fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para peminjam (borrowers) dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. B. Investasi 1. Pengertian Investasi Menurut Tandellin (2001), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:47), proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan investasi tersebut dilakukan. Menurut Abdul Halim (2005:4-6), investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada asset-aset financial (financial asset) dan investasi pada aset-aset real (real asset). Investasi pada asset-aset financial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga dipasar uang, dan lainnya. Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset real dapat berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lain-lain. 2. Proses Investasi Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan pada efek-efek yang dapat dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut: a. Menentukan Tujuan Investasi Ada tiga hal yang perlu diperlukan dalam tahap ini, yaitu: tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat resiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka investor menginginkan pengembalian yang maksimal dengan resiko tertentu. Umumnya hubungan antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) bersifat linier, artinya semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan. b. Melakukan Analisis Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: 1) Pendekatan Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya dimasa mendatang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang diterbitkannya. 2) Pendekatan Teknikal Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analisis para analis memperkirakan pergeseran penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan. Namun demikian, analisis ini lebih mudah dan cepat dibanding analisis fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa saham. Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis fundamental tidak berguna, namun mereka menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu, analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham tergantung pada penawaran dan permintaan saham itu sendiri. Data finansial historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk mendapatkan suatu pola yang berarti, dan pola tersebut digunakan untuk memprediksi harga di masa mendatang, serta untuk memperkirakan pergerakan individual saham maupun pergerakan indeks pasar (market index). c. Membentuk Portofolio Dalam tahap ini dilakukan indentifikasi terhadap efek-efek mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang dipilih dalam rangka pembentukan portofolio adalah efek-efek yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko. d. Mengevaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun terhadap risiko yang ditanggung. Sebagai tolak ukur digunakan dua cara, pertama, pengukuran (measurement) adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar asset yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menilai tingkat pengembalian. Kedua, perbandingan (comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan tingkat resiko yang sama e. Merevisi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi (perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya tingkat pengembaliannya lebih rendah dari yang disyaratkan. Revisi tersebut dapat dilakukan secara total, yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru. Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proporsi atau komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek yang membentuk portofolio tersebut. (Abdul halim, 2005:4-6) C. Indeks Saham 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini (Desember 2009) jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 398 emiten. Seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar, IHSG mengalami periode naik dan turun. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level 2.830,263. 2. Indeks Sektoral Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah: a. Sektor-sektor Primer (Ekstraktif) 1) Sektor 1 : Pertanian 2) Sektor 2 : Pertambangan b. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur) 3) Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia 4) Sektor 4 : Aneka Industri 5) Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi c. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-manufaktur) 6) Sektor 6 : Properti dan Real Estate 7) Sektor 7 : Transportasi dan Infrastruktur 8) Sektor 8 : Keuangan 9) Sektor 9 : Perdagangan, Jasa dan Investasi Selain sembilan sektor tersebut di atas, BEI juga menghitung Indeks Industri Manufaktur (Industri Pengolahan) yang merupakan gabungan dari emiten-emiten yang terklasifikasikan dalam sektor 3, sektor 4 dan sektor 5. Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995. 3. Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks LQ45 Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Sehingga kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. 2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi. 3. Jumlah hari perdagangan di pasar regular. 4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu. 5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut. b. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. c. Komisi Penasehat Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam-LK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang independen. d. Hari Dasar Indeks LQ45 Indeks LQ45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100. 4. Jakarta Islamic Index (JII) Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam - LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam - LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. a. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam - LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah: 1) Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2) Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli resiko yang mengandung gharar dan maysir. 3) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan : (a) Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi), (b) Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau (c) Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 4) Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI. Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah: 1) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas. 2) Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu 3) Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut: (a) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%). (b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%. b. Kriteria Pemilihan Saham Jakarta Islamic Index Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut: 1) Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam - LK. 2) Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir. 3) Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama 1 tahun terakhir. c. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham Jakarta Islamic Index akan direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. d. Hari Dasar Jakarta Islamic Index Jakarta Islamic Index diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. Akan tetapi untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 2 Januari 1995, dengan nilai indeks sebesar 100. 5. Indeks Kompas 100 Pada perayaan HUT PT Bursa Efek Jakarta ke-15 tanggal 13 Juli 2007 dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke 30, BEJ meluncurkan indeks Kompas 100. Indeks ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pada investor, pengelola portofolio serta fund manager sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menciptakan kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham. Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam penghitungan indeks Kompas 100 ini mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks Kompas 100 Kriteria pemilihan saham adalah dengan mempertimbangkan faktorfaktor sebagai berikut: 1) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. 2) Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi. 3) Jumlah hari perdagangan di pasar regular. 4) Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu. 5) Sebagai saringan terakhir, BEI juga mengevaluasi dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dan pola perdagangan. 6) BEI memiliki tanggung jawab penuh dalam pelaksanaan pemilihan sahamsaham yang masuk dalam daftar indeks ini, dimana semua keputusan akan diambil dengan mempertimbangkan kepentingan investor maupun stakeholders lainnya. b. Hari Dasar dan Evaluasi Indeks Untuk mendapatkan data historikal yang lebih lengkap, BEI menggunakan hari dasar penghitungan indeks pada tanggal 2 Januari 2002 dengan nilai indeks pada saat itu sebesar 100. Sedangkan pergantian saham dan evaluasi akan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan Februari dan Agustus. 6. Indeks BISNIS -27 PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Sebagai pihak yang independen, harian Bisnis Indonesia dapat mengelola indeks ini secara lebih independen dan fleksibel, dimana pemilihan konstituen indeks berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria seleksi secara fundamental, historical data transaksi (teknikal) dan akuntabilitas. Indeks ini diharapkan dapat menjadi salah satu indikator bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks BISNIS-27 Indeks BISNIS-27 terdiri dari 27 saham yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, likuiditas transaksi dan akuntabilitas. Kriteria pemilihan saham tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kriteria Fundamental Kriteria fundamental yang dipertimbangkan dalam pemilihan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks BISNIS-27 adalah Laba Usaha, Laba Bersih, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan DER. Khusus untuk emiten di sektor Perbankan, akan dipertimbangkan juga faktor LDR dan CAR. 2) Kriteria Teknikal atau Likuiditas Transaksi Kriteria teknikal yang dipertimbangkan dalam pemilihan sahamsaham yang masuk dalam perhitungan indeks BISNIS-27 adalah nilai, volume dan frekuensi transaksi serta jumlah hari transaksi dan kapitalisasi pasar. 3) Akuntabilitas dan Tata Kelola Perusahaan Untuk meningkatkan kualitas pemilihan saham-saham yang masuk dalam indeks BISNIS- 27, dibentuk suatu komite indeks yang anggotanya terdiri dari para pakar di bidang pasar modal maupun dari akademisi. Anggota komite indeks tersebut memberikan opini dari sisi akuntabilitas, tata kelola perusahaan yang baik maupun kinerja saham. b. Evaluasi dan Penggantian Saham Bursa Efek Indonesia dan harian Bisnis Indonesia secara rutin akan memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks BISNIS-27 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan November. c. Hari Dasar Indeks BISNIS-27 diluncurkan pada tanggal 27 Januari 2009, akan tetapi untuk mendapatkan data historikal, hari dasar yang digunakan untuk perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2004 dengan nilai indeks adalah 100. 7. INDEKS PEFINDO 25 PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan lembaga rating PEFINDO, meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO 25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan membuat suatu benchmark indeks baru yang secara khusus membuat kinerja saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME) melalui kriteria dan metodologi yang konsisten. a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks PEFINDO 25 Indeks PEFINDO 25 terdiri dari 25 saham yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) Seleksi Awal Seleksi awal dilakukan untuk memilih saham yang berpotensi menjadi anggota indeks, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut: (a) Total Aset Total aset mempresentasikan size dari emiten SME, yaitu emitenemiten yang memiliki total aset di bawah Rp1 triliun berdasarkan laporan keuangan tahunan auditan. (b) Tingkat pengembalian atas modal (Return on Equity / ROE) ROE emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah emiten yang memiliki ROE sama atau lebih besar dari rata-rata ROE emiten di Bursa Efek Indonesia. (c) Opini akuntan publik atas laporan keuangan Auditan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) (d) Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah sekurang-kurangnya 6 bulan. (e) Pemeringkatan Dari seleksi awal tersebut diperoleh daftar nama emiten yang berpotensi masuk dalam anggota indek PEFINDO 25. Selanjutnya untuk memilih 25 saham yang terbaik, dilakukan pemeringkatan lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki oleh publik (free float). b. Hari Dasar dan Evaluasi Indeks PEFINDO 25 diluncurkan pada tanggal 18 Mei 2009. Untuk mendapatkan data historikal yang lebih lengkap Indeks PEFINDO 25 menggunakan hari dasar tanggal 29 Desember 2005 dengan nilai awal indeks adalah 100. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks PEFINDO 25 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus. 8. INDEKS SRI-KEHATI PT Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI), meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks SRI-KEHATI. SRI adalah kependekan dari Sustainable and Responsible Investment. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan membuat suatu benchmark indeks baru yang secara khusus memuat emiten yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. a. Kriteria Pemilihan Saham Indeks SRI-KEHATI Indeks SRI-KEHATI terdiri dari 25 saham yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Seleksi Awal Seleksi awal dilakukan untuk memilih saham yang berpotensi menjadi anggota indeks, yaitu dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut: (a) Total Aset Total aset yang mempresentasikan ukuran dari Emiten SRI, yakni emiten-emiten yang memiliki total aset di atas Rp1 triliun berdasarkan laporan keuangan auditan tahunan. (b) Price Earning Ration (PER) PER emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah yang memiliki PER positif. (c ) Free Float Ratio. Free float atau kepemilikan saham publik harus lebih besar dari 10% Fundamental. Dari seleksi awal tersebut diperoleh daftar nama emiten yang berpotensi masuk dalam anggota indeks SRI-KEHATI. Selanjutnya untuk memilih 25 saham yang terbaik, dilakukan pemeringkatan lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek fundamental yaitu dengan mempertimbangkan 6 faktor utama sebagai berikut: 1. Environmental 2. Community 3. Corporate Governance 4. Human Rights 5. Business Behaviour 6. Labour Practices & Decent Work Dalam menentukan dan memilihan saham-saham yang masuk dalam kriteria fundamental, Yayasan KEHATI menjalin kerja sama dengan independent data provider yaitu OWW-Consulting. b. Evaluasi dan Penggantian Saham Bursa Efek Indonesia dan Yayasan KEHATI secara rutin akan memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks SRI-KEHATI dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan November. c. Hari Dasar Indeks SRI-KEHATI diluncurkan pada tanggal 8 Juni 2009, akan tetapi untuk mendapatkan data historikal, hari dasar yang digunakan untuk perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2006 dengan nilai indeks adalah 100. 9. Indeks Papan Utama Dan Papan Pengembangan Emiten-emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dibagi atas 2 papan pencatatan yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan dimana penempatan dari emiten dan calon emiten yang disetujui pencatatannya didasarkan pada persyaratan pencatatan pada masing-masing papan pencatatan. Papan Utama ditujukan untuk emiten yang mempunyai ukuran (size) besar dan mempunyai track record yang baik. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang mempunyai prospektif bagus namum belum menghasilkan keuntungan dan merupakan sarana bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan. a. Kriteria Pencatatan di Papan Utama Calon emiten akan dicatatkan di Papan Utama apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan. 2) Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama minimal 36 bulan berturut-turut. 3) Laporan keuangan telah diaudit 3 tahun buku terakhir, dengan ketentuan laporan keuangan auditan 2 tahun buku terakhir dan laporan keuangan auditan intern terakhir (jika ada) memperoleh pecatatan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). 4) Berdasarkan laporan keuangan auditan terakhir memiliki Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) minimal Rp100 miliar. 5) Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5 hari bursa sebelum permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 100 juta saham atau 35% dari modal disetor (mana yang lebih kecil). 6) Jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000 (seribu) pemegang saham yang memiliki rekening Efek di anggota Bursa Efek dengan ketentuan: (a) Bagi calon perusahaan tercatat yang melakukan penawaran umum, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran umum perdana. (b) Bagi calon perusahaan tercatat yang berasal dari perusahaan publik, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum mengajukan permohonan pencatatan. (c) Bagi calon perusahaan tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama 6 (enam) bulan terakhir. b. Kriteria Pencatatan di Papan Pengembangan Calon emiten akan dicatatkan di Papan Pengembangan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan saham 2) Sampai dengan diajukan permohonan pencatatan, telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama minimal 12 bulan berturut-turut. 3) Laporan keuangan auditan tahun buku terakhir yang mencakup minimal 12 bulan dan laporan keuangan auditan intern terakhir (jika ada) memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). 4) Memiliki Aktiva Berwujud Bersih (net tangible asset) minimal Rp5 miliar. 5) Jika calon emiten mengalami rugi usaha atau belum membukukan keuntungan atau beroperasi kurang dari 2 tahun, wajib: (a) Selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-2 sejak tercatat sudah memperoleh laba usaha dan laba bersih berasarkan proyeksi keuangan yang akan diumumkan di Bursa. (b) Khusus bagi calon emiten yang bergerak dalam bidang yang sesuai dengan sifatnya usahanya memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai titik impas (seperti: infrastruktur, perkebunan tanaman keras, konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) atau Hutan Tanaman Industri (HTI) atau bidang usaha lain yang berkaitan dengan pelayanan umum, maka berdasarkan proyeksi keuangan calon perusahaan tercatat tersebut selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-6 sejak tercatat sudah memperoleh laba usaha dan laba bersih. 6) Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) setelah Penawaran Umum atau perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam periode 5 (lima) hari bursa sebelum permohonan pencatatan, sekurang-kurangnya 50 juta saham atau 35% dari modal disetor (mana yang lebih kecil). 7) Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 (lima ratus) pemegang saham yang memilik rekening efek di Anggota Bursa Efek, dengan ketentuan: (a) Bagi calon perusahaan tercatat yang melakukan penawaran umum, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran umum perdana. (b) Bagi calon perusahaan tercatat yang berasal dari perusahaan publik, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum mengajukan permohonan pencatatan. (c) Bagi calon perusahaan tercatat yang tercatat di Bursa Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama 6 (enam) bulan terakhir. (d) Khusus calon emiten yang ingin melakukan IPO, perjanjian penjaminan emisinya harus menggunakan prinsip kesanggupan penuh (full commitment) Per Desember 2009, dari 398 emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, 177 emiten masuk dalam Papan Utama sedangkan sisanya sebanyak 221 emiten masuk dalam Papan Pengembangan. Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan adalah indeks harga saham yang diharapkan dapat menggambarkan pergerakan indeks di masing-masing papan tersebut. Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks adalah seluruh saham yang tercatat di masing-masing papan (kecuali beberapa saham yang berdasarkan pertimbangan tertentu tidak masuk dalam perhitungan seluruh indeks yang ada). Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan diluncurkan pada tanggal 8 April 2002, dengan menggunakan nilai dasar tanggal 28 Desember 2001 dengan nilai indeks 100. Pada saat itu, jumlah emiten yang tercatat di Papan Utama adalah 34 emiten dan di Papan Pengembangan adalah 287 emiten serta porsi kapitalisasi pasar untuk masing-masing papan adalah 62% dan 38%. (www.idx.co.id) D. Pasar Efisien Pasar efisien terbagi menjadi tiga macam yaitu, pasar efisien secara informasi (informationally efficient market), pasar efisien secara operasional (operationally efficient market), pasar efisien secara keputusan (decitionally efficient market), pasar efisien secara informasi didasarkan pada ketersediaan informasi yang ada, pasar efisien secara operasional didasarkan pada operasi pasar yang likuid, dan pasar efisien secara keputusan didasarkan pada kepintaran pasar dalam mengambil keputusan. (Jogiyanto: 2005, 1) 1. Efisiensi pasar secara informasi Dipasar yang kompetitif, harga ekuilibrium suatu aktiva ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan permintaan agregat. Harga keseimbangan ini mencerminkan konsensus bersama antara semua partisipan pasar tenntang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Jika suatu informasi baru yang relevan masuk ke pasar yang berhubungan dengan suatu aktiva, informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai dari aktiva yang bersangkutan. Akibatnya adalah kemungkinan pergeseran ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan tetap bertahan sampai suatu informasi baru lainnya merubahnya kembali ke harga ekuilibrium yang baru. Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien. Dengan demikian ada hubungan antara teori pasar modal yang menjelaskan tentang keadaan ekuilibrium dan konsep pasar efisien yang mencoba menjelaskan bagaimana pasar secara informasi, yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang tersedia. 2. Efisiensi pasar secara operasional Pasar efisien secara informasi didasarkan pada ketersediaan informasi untuk semua pelaku pasar supaya terjadi perdagangan yang adil. Pasar efisien secara operasional jika operasi pasar dapat dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang tidak mahal. Kondisi pasar seperti ini disebut pasar yang likuid, sehingga Efisiensi pasar secara operasional juga disebut sebagai pasar yang beroperasi secara likuid. 3. Efisiensi pasar secara keputusan Efisiensi pasar secara informasi hanya menggunakan informasi untuk menentukan efisiensi dari suatu pasar. Pasar dikatakan efisien jika informasi sudah menyebar secara merata dan cepat, sehingga harga sekuritas dengan cepat mencerminkan informasinya. Jogiyanto Hartono (2001) menjelaskan bahwa informasi saja tidak cukup untuk membuat pasar menjadi efisien. Pasar efisien memerlukan vaiabel kedua yaitu kepintaran pasar. Pasar yang pintar dapat mengambil keputusan dengan benar dan sebaliknya, pasar yang tidak pintar akan mengambil keputusan secara tidak benar. Walaupun informasi sudah menyebar dengan cepat dan setiap orang mendapatkannya, tetapi jika pemegang informasi tidak pintar dan tidak dapat mengambil keputusan dengan benar, pasar yang bodoh ini akan disebut tidak efisien. Investor yang bodoh dapat ditipu oleh mereka yang lebih pintar dan konsep pasar yang adilpun tidak terjadi. Konsep pasar efisien adalah pasar dimana pelakunya bertransaksi dengan adil (Fair game). Secara adil berarti tidak ada pihak yang dirugikan secara tidak normal. Pasar yang efisien seperti ini hanya dapat terjadi jika informasi sudah menyebar secara penuh dan cepat serta pasarnya pintar dan dapat mengambil keputusan yang benar. (Jogiyanto: 2005, 5) Pasar-pasar dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa berikut ini: a. Investor adalah penerima harga (price taken), yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. Harga suatu sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand dan supply, hal seperti ini dapat terjadi jika pelaku-pelaku pasar terdiri dari sejumlah besar institusi dan individu rasional yang mampu mengartikan dan menginterpretasikan informasi dengan baik untuk menganalisis, menilai dan melakukan transaksi penjualan dan pembelian sekuritas bersangkutan. b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. Umumnya pelaku pasar menerima informasi lewat radio, Koran, atau media massa lainnya, sehingga informasi tersebut dapat diterima pada saat yang bersamaan. Untuk pasar yang efisien, harga informasi tersebut juga relatif sangat murah bagi publik. Umumnya pelaku pasar dapat memperoleh informasi tersebut melalui surat kabar atau majalah bisnis dengan hanya membeli surat kabar atau majalah tersebut. Bahkan informasi tersebut dapat diperoleh secara cuma-cuma oleh pelaku pasar dengan mendengarkan radio atau menonton televisi. c. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru. d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru. Kondisi ini dapat terjadi jika pelaku pasar merupakan individu-individu yang canggih (sophisticated) yang mampu memahami dan menginterpretasikan informasi dengan cepat dan baik. Sebaliknya, jika kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi, kemungkinan pasar tidak efisien dapat terjadi. Dengan demikian, pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut ini terjadi: 1) Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas. 2) Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama. Kondisi ini terjadi jika informasi tidak merata sehingga ada sebagian pelaku pasar yang menerima informasi tepat pada waktunya, sebagian lagi terlambat mendapatkan informasi, dan sisanya mungkin tidak menerima informasi sama sekali. Kemungkinan lain dari kondisi ini adalah pemilik informasi memang tidak berniat untuk menyebarkan informasinya untuk kepentingan mereka sendiri. Kondisi seperti ini, yaitu sebagian pelaku pasar mmpunyai informasi sedangkan sebagian lain tidak mempunyainya, disebut informasi yang tidak simetris. Mereka yang mempunyai akses privat terhadap informasi dan menggunakannya informasi privat ini disebut insider trading yang merupakan kegiatan yang melanggar hukum karena merugikan pelaku pasar lainnya yang tidak mendapatkan informasi tersebut. Insider trader biasanya adalah orang-orang yang mempunyai akses privat ke sistem informasi, seperti misalnya manajer-manajer didalam perusahaan emiten yang lebih tahu persis tentang informasi perusahaannya dibandingkan orang lain diluar perusahaan. 3) Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian pelaku-pelaku pasar. 4) Investor adalah individual-individual yang lugu dan tidak canggih. Untuk pasar yang tidak efisien, masih banyak investor yang bereaksi terhadap informasi secara lugu. Karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang mereka terima. Karena mereka tidak canggih, maka mereka sering kali melakukan keputusan yang salah sehingga sekuritas bersangkutan dinilai secara tidak tepat. Sering kali pasar tampaknya tersesat oleh informasi yang harus diinterpretasikan (misalnya informasi tentang perubahan prosedur akutansi). Briloff (1972) menunjukkan bahwa dalam sejumlah kasus laporan-laporan akutansi dapat menyesatkan pasar, sehingga hargaharga sahamnya dinilai secara tidak tepat dalam jangka waktu tertentu. (Jogiyanto: 2005, 6-7) E. Definisi Efisiensi Pasar Secara umum, efisiensi pasar (market efficiency) didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Secara detail, efisiensi pasar dapat didefinisikan dalam beberapa macam definisi, yaitu 1. Definisi pasar didasarkan pada nilai intrinsik sekuritas, 2. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada akurasi dari harga sekuritas (Fama,1970), 3. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada distribusi dan informasinya (Beaver,1989) dan 4. Definisi efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik (Jones, 1995) 1. Efisiensi Pasar Berdasarkan Nilai Intrinsik Sekuritas Konsep awal dari efsiensi pasar yang berhubungan dengan informasi laporan keuangan berasal dari praktek analisis sekuritas yang mencoba menemukan sekuritas-sekuritas dengan harga yang kurang benar (mispriced). Sekuritas sekuritas yang dihargai kurang benar (mispriced) merupakan sekuritas-sekuritas yang harganya menyimpang dari nilai intrinsiknya atau nilai fundamentalnya Untuk konteks seperti ini, maka efisiensi pasar (market efficiency) diukur dari seberapa jauh harga-harga sekuntas menyimpang dari nilai intrisiknya (Beaver, 1989) . Dengan demikian suatu pasar yang efisien menurut konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-nilai intinsiknya. Perkembangan konsep efisiensi pasar selanjutnya tampaknya tidak berpegang pada konsep nilai instrinsik. Konsep efisiensi pasar lebih menjurus ke aspek akurasi return yang diharapkan oleh investor, ketersediaan informasi, dan kecepatan pasar menyerap informasi tersebut. 2. Efisiensi Pasar Berdasarkan Akurasi Ekspektasi Harga Fama (1970) mendefinisikan efisiensi pasar sebagai berikut "Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas "mencerminkan secara penuh" informasi yang tersedia (a security market is efficient if security price “full reflect" the information available). Definisi fama ini menekankan dua aspek, yaitu “full reflect” dan “information available”. “full reflect” menunjukkan bahwa harga sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang ada. Menurut versi fama, pasar dikatakan efisien jika dengan menggunakan informasi yang ada “information available”, investor-investor secara akurat dapat mengekspektsi harga dari sekuritas bersangkutan. Definisi efisiensi pasar ini menimbulkan banyak perdebatan, Beaver (1989) menyatakan bahwa definisi ini tidak jelas, tidak operasional, dan sirkular. Misalnya terdapat informasi baru yang masuk ke pasar dan menjadi tersedia untuk semua pelaku pasar dan kemudian terlihat bahwa harga sekuritas yang berhubungan dengan informasi ini berubah. Karena informasi yang dibutuhkan tersedia (information available) dan harga yang berubah secara penuh mencerminkan informasi ini. Maka secara definisi dapat dikatakan bahwa pasar efisien. Inilah yang disebut sirkular oleh Beaver, yaitu harga tersebut tentu saja berubah karena informasi tersedia. Tetapi apakah keadaan seperti ini dapat disebut pasar efisien? Definisi ini tidak menunjukkan seberapa cepat dan tepat perubahan harga tersebut diakibatkan oleh informasi yang tersedia “information available”. Definisi Fama (1970) hanya menunjukkan bahwa perubahan harga saja sudah cukup untuk mengatakan pasar sudah efisien. Dyckman dan Morse (1986) menyatakan bahwa istilah “full reflect” tidak jelas. Harga sekuritas tersebut berubah karena adanya perubahan kepercayaan (belief) investor akibat adannya informasi baru. Proses penyebaran (disseminating) informasi untuk membentuk kepercayaan baru terhadap harga sekuritas akan menentukan tingkat efisiensi pasar. Proses distribusi informasi ini menunjukkan seberapa merata penyebaran informasi ini pada setiap orang. Permasalahan lain dari definisi efisensi pasar ini menyangkut akurasi ekspektasi investor-investor terhadap harga sekuritas. Permasalahan yang timbul adalah tentang ekspektasi siapa yang akan dipakai? Apakah ekspektasi investor tertentu atau semua investor? Kalau ekspektasi semua investor yang digunakan, apakah setiap investor mempunyai ekspektasi yang sama? Fama sendiri menyadari bahwa definisinya sulit dibuktikan secara empiris karena dibutuhkan suatu benchmark yang menunjukkan akurasi ekspektasi harga semua investor. Fama mencoba memformalkan definisinya suatu fungsi harga-harga dimasa mendatang yang tergantung pada seperangkat informasi yang tersedia pada periode sekarang. Fungsi harga-harga di benchmark. Fungsi ini kemudian dibandingkan dengan fungsi harga-harga dimasa datang yang terjadi karena informasi yang benar-benar digunakan oleh pasar. Perbedaan harga dari kedua fungsi tersebut dianggap sebagai pasar yang tidak efisien. Fama mengemukakan dibutuhkannya suatu model ekuilibrium untuk menentukkan fungsi hargaharga dimasa datang akibat informasi sekarang. Dengan demikian, hasil uji empiris ini menjadi uji gabungan (joint test) antara model ekuilibrium yang digunakan (misalnya CAPM) dan efisiensi pasar. Tanpa adanya model ekuilibrium ini, hipotesis pasar efisien tidak dapat diuji. 3. Efisiensi pasar berdasarkan Distribusi informasi Beaver (1989) memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada distribusi informasi sebagai berikut. "Pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi jika dan hanya jika harga-harga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut". “The market is efficient with respect to some specified information system, if and only if security prices act as if everyone observes the information system). Definisi secara implisit mengatakan bahwa jika setiap orang mengamati suatu sistem informasi, maka setiap orang dianggap mendapatkan informasi yang sama, Beaver beragumentasi bahwa jika harga-harga sekuritas mempunyai property seperti yang didefinisikannya, maka hargaharga tersebut dikatan fully reflect informasi yang tersedia. Definisi Beaver ini mempunyai arti bahwa pasar dikatan efisien terhadap seperangkat informasi yang spesifik (dihasilkan dari suatu system informasi) jika harga yang terjadi setelah informasi diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan seperangkat informasi tersebut. Harga yang terjadi dipasar yang efisien ini disebut “full information price”. Sesuatu yang menarik dari definisi ini adalah bahwa jika semua orang sudah mendapatkan informasi yang sama, maka secara definisi dikatakan bahwa pasar adalah efisien. Dengan dapat dikatakan bahwa efisiensi pasar bentuk lemah (semua informasi masa lalu yang tersedia) dan bentuk setengah kuat (informasi yang baru dipublikasikan) selalu terjadi, karena informasi tersebut dianggap telah didistribusikan dan tersedia untuk publik. Tetapi Beaver beragumentasi lagi bahwa walaupun informasi secara publik tersedia, pemerolehan informasi tersebut membutuhkan biaya. Karena itu, informasi yang disebarkan mungkin hanya diterima oleh sebagian dari investor dan pasar yang tidak efisien, menurut definisi Beaver itu dapat saja terjadi. Definisi Beaver ini juga masih menimbulkan masalah dalam hal pengujian pasar yang efisien tersebut. Pengujian pasar yang efisien masih membutuhkan suatu ukuran pembanding (benchmark). Benchmark yang digunakan adalah return normal yang seharusnya diperoleh pelaku pasar. Return dari informasi kemudian dibandingkan dengan return normal menurut benchmark. Jika hasilnya tidak menyimpang berarti pasar sudah efisien dan sebaliknya, apabila hasilnya menyimpang berarti pasar tidak efisien. Dengan demikian definisi Beaver ini juga membutuhkan sebuah model untuk menghitung return normal benchmark tersebut. Model CAPM atau model pasar berdasarkan model indeks tunggal dapat digunakan untuk menghitung return normal tersebut. Return normal menurut benchmark kemudian dibandingkan degan return sesungguhnya hasil dari distribusi informasi yang diterima oleh investor. Selisih antara return normal dan return sesungguhnya ini merupakan return yang tidak normal (abnormal return) atau disebut return yang berkelebihan (excessive return). Dengan demikian, untuk pasar yang efisien menurut Beaver ini, investor tidak akan menikmati abnormal return atau excessive return. 4. Efisiensi Pasar Didasarkan Pada Proses Dinamik Definisi efisiensi pasar sebelumnya merupakan definisi yang didasarkan pada lingkungan pasar efisien yang statis. Contohnya adalah definisi efisiensi pasar menurut Beaver yang mendasarkan pada distribusi informasi yang dimiliki oleh investor. Menurut definisi Beaver ini, pasar adlah efisien jika harga sekuritas terjadi jika setiap orang mempunyai yang sama (full information prices). Definisi efisiensi pasar yang statis ini tidak mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan kecepatan proses distribusinya. Informasi yang tidak simetris atau informasi asimetrik (asymmetric information) adalah informasi privat yang hanya dimiliki oleh investorinvestor yang mendapat informasi (informed investors). Informasi asimetrik dapat terjadi dipasar modal atau pasar lainnya. Contoh terkenal informasi asimetrik adalah yang terjadi dipasar mobil bekas. Pemilik mobil bekas lebih mengetahui kondisi mobilnya dibandingkan calon pembeli. Pemilik mobil bekas ini mungkin menjual “lemon” dan mengakunya sebagai “orange”. Sebaliknya pembeli mobil, yang menyadari mempunyai informasi yang kurang dibandingkan yang dimiliki oleh penjual, tidak dapat membedakan antara lemon (mobil yang jelek) dan orange (mobil yang baik), sehingga akan menawar mobil tersebut dengan harga yang rendah. Akibatnya, penjual yang benar-benar menawarkan mobil yang bagus akan dirugikan, karena mobilnya dinilai terlalu rendah oleh calon pembeli. Dari ilustrasi ini terlihat bahwa informasi asimetrik dapat merugikan pasar modal yang menawarkan sekuritas-sekuritas yang berkualitas. Alasan ini pula yang membuat emiten yang menawarkan sekuritas berkualitas secara sukarela mengungkapkan semua informasi yang mereka miliki sehubungan dengan sekuritas tersebut untuk megurangi informasi asimetrik. Definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada proses dinamik mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harga akan menyesuaikan karena informasi tidak simetris tersebut. Definisi yang mendasarkan pada proses yang dinamik ini menekankan pada kecepatan penyebaran informasi ini dilakukan secara cepat sehingga informasi menjadi simetris, yaitu setiap orang memiliki informasi ini. Awal dari literatur efisiensi pasar mengasumsikan bahwa kecepatan penyesuaian (speed of adjustment) harga sekuritas karena penyebaran informasi yang ada terjadi dengan seketika. Konsep terbaru dari efisiensi pasar tidak mengharuskan kecepatan penyesuaian harus terjadi dengan seketika, tetapi terjadi dengan cepat (quickly) setelah informasi disebarkan dan tersedia bagi semua orang. Jones (1995) memberikan definisi pasar efisien yang memasukkan unsur kecepatan penyesuaian sebagai berikut: “Suatu pasar yang efisien adalah pasar yang harga-harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia terhadap aktiva tersebut. (An efficient market is one in which the price of all securities quickly and fully reflect all available information about the assets). (Jogiyanto: 2005, 8-13) F. Efisiensi Pasar Secara Informasi Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi (informationally efficient market). Sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut pasar efisien secara keputusan (decisionally efficient market). Kunci utama untuk mengukur pasar efisien secara informasi adalah hubungan antara harga sekuritas dan informasi. Pertanyaannya adalah informasi mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien: apakah informasi yang lama? Informasi yang dipublikasikan? Atau semua semua informasi, termasuk informasi privat? Fama (1970) menyajikan tiga bentuk utama efisiensi pasar berdasarkan tiga bentuk informasi, yaitu informasi yang lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat. 1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah (weak form) jika harga sekuritas mencerminkan secara penuh (fully replect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. Pengujian efisiensi pasar bentuk lemah menurut Fama (1970) yaitu seberapa kuat informasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan, pada artikel selanjutnya Fama (1991) mengusulkan pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah diganti menjadi pengujian-pengujian terhadap pendugaan return (tests for return predictability). 2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Pasar dikatakan efisien setengah kuat (semistrong form) jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada dalam laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Pada pasar efisien dalam bentuk setengah kuat tidak ada investor atau grup investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. Informasi yang dipublikasikan dapat berbentuk sebagai berikut : a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan peristiwa yang terjadi diperusahaan emiten (corporate event). Contoh informasi yang dipublikasikan ini adalah pengumuman laba, pengumuman pembagian dividen, pengumuman pengembangan produk baru, pengumuman merger dan akuisisi, pengumuman perubahan metode akutansi, pengumuman pergantian pemimpin perusahaan dan sebagainya. b. Informasi yang dipublikasikan mempengaruhi harga-harga sekuritas perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaanperusahaan yang terkena regulasi tersebut. Contohnya adalah regulasi untuk meningkatkan kebutuhan cadangan yang harus dipenuhi oleh semua bank. Informasi ini akan mempengaruhi secara langsung harga sekuritas tidak hanya sebuah bank tetapi juga mungkin semua emiten dalam industri perbankan. c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar dipasar saham. Informasi ini berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Contohnya adalah peraturan akutansi untuk mencantumkan laporan aliran kas yang harus dilakukan oleh semua perusahaan. Regulasi ini akan berdampak pada harga sekuritas tidak hanya sebuah perusahaan atau perusahaan-perusahaan di satu industri, tetapi juga mungkin pada semua perusahaan. Fama (1970) Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat (semistrong form test) yaitu seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang dipublikasikan. Namun pada artikel selanjutnya Fama (1991) mengubah pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat diubah menjadi studi-studi peristiwa (event studies). 3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat (strong form) jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. Fama (1970) Pengujian-pengujian bentuk kuat (strong form test) yaitu apakah investor mempunyai informasi privat yang tidak terefleksi pada harga sekuritas. Namun pada artikel selanjutnya Fama (1991) mengubah pengujian-pengujian efisiensi pasar kuat diubah menjadi pengujian-pengujian terhadap informasi privat (test for private information). Tujuan Fama (1970) membedakan tiga bentuk pasar efisien ini adalah untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar. Ketiga bentuk pasar efisien ini saling berhubungan. Hubungan ketiga pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat, seperti pada gambar dibawah ini: Pasar Efisien Bentuk Kuat Pasar Efisien Bentuk Setengah Kuat Pasar PasarEfisien EfisienBentuk Bentuk Lemah Lemah Gambar. 2.1 Hubungan Ketiga Pasar Efisien Tingkatan kumulatif ini mempunyai implikasi bahwa pasar efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk kuat adalah juga pasar efisien bentuk setengah kuat dan pasar efisien bentuh lemah. Implikasi ini tidak berlaku sebaliknya, yaitu pasar efisien bentuk lemah tidak harus berarti pasar efisien bentuk setengah kuat. (Jogiyanto: 2005, 1823) G. Random Walk Secara umum, keefisienan pasar dapat dibagi dalam dua keadaan yaitu: 1. Keefisienan penyaluran, apabila modal disalurkan kepada sektor yang paling membutuhkan. 2. Keefisienan pengendalian, apabila modal dipindahkan dengan biaya yang minimum atau tanpa biaya langsung. Pasar juga dikatakan efisien apabila semua informasi yang relevan digambarkan secara menyeluruh dalam harga saham tanpa lag waktu, yang dikenal sebagai keefisienan dari segi penyerapan informasi. Karena itu, harga saham adalah pada harga yang sebenarnya dan tidak terjadi pada keadaaan harga terendah atau harga tertinggi dipasar, namun demikian, keadaan tersebut akan terjadi berdasarkan ciri-ciri berikut: 1. Harga saham menanggapi atas informasi baru dengan cepat dan tepat. Tidak ada jarak antara jangka waktu informasi diterima dengan tanggapan harga. Sistem melakukan proses informasi dan penyampaiannya adalah efisien dan mengambil waktu yang singkat saja. 2. Informasi baru yang ada adalah secara random, maka harga juga berubah secara random, harga saham pada waktu Pt tidak ada hubungannya dengan harga pada waktu Pt-1. Singkatnya harga saham hari ini tidak ada hubungannya dengan harga saham sebelumnya. 3. Sembarang strategi perdagangan yang digunakan tidak akan berhasil dipasar. 4. Para investor yang mempunyai informasi orang dalam (insider information) tidak dapat memperoleh keuntungan melebihi keuntungan pasar. a. Model random walk didasarkan atas asumsi-asumsi berikut : 1) Pasar sempurna terjadi apabila terdapat banyak pembeli dan penjual, serta terdapat kemudahan masuk dan keluar. Kontrol pihak penguasa terhadap manipulasi harga juga adalah baik dan ketat. 2) Informasi disebarkan secara luas dan free-flow. Tidak ada learning lag dan tidak ada biaya yang dikenakan untuk memperoleh informasi. 3) Pergerakan harga saham baik meningkat atau menurun secara bebas, tidak ada individu yang dapat mengontrol pergerakan harga. 4) Para analisis fundamental adalah banyak. Mereka dapat mempengaru harga melalui laporan akutansi yang mengisyaratkan apakah harga akan naik atau turun melalui informasi yang ada. Tidak dinafikan bahwa kadang kala mereka tidak mempunyai pandangan yang sama tentang nilai instrinsik saham itu. Asumsi-asumsi tersebut dapat dirumuskan dalam dua asumsi utama yaitu: pengharapan adalah rasional dan pasar saham adalah efisien. Berdasarkan asumsi pasar adalah efisien sempurna dalam menyalurkan modal, maka pasar akan berada dalam keseimbangan berkelanjutan, yaitu setiap informasi baru akan menyebabkan nilai instrinsik dan harga saham berubah ke arah tahap yang baru itu. Sebenarnya, kecepatan proses penyesuaian harga melalui informasi baru adalah ukuran betapa efisiennya suatu pasar saham itu. b. Model Random Walk Pada dasarnya terdapat tiga teori tentang pergerakan harga saham, yaitu teori fundamental, teknikal dan model random walk. Tujuan utama ketiga pendekatan tersebut adalah untuk menganalisis dan menyesuaikan informasi yang obyektif dan subyektif agar suatu keputusan untuk membeli, menjual atau memegang saham dapat dilakukan. Analisis fundamental menilai saham dari segi nilai instrinsiknya berdasarkan informasi tentang keadaan ekonomi, industri dan informasi akutansi serta keuangan perusahaaan seperti output, kegiatan harian, permintaan terhadap pengeluaran, pendapatan dividen dan manajemen. Setelah memperoleh nilai instrinsik saham, perbandingan dilakukan dengan harga saham dipasar apakah bertambah (overvalued) atau berkurang (undervalued). Jika nilai berkurang saham itu akan dibeli, dan sebaliknya jika nilai bertambah saham akan dijual. Pendekatan teknikal menganalisis harga saham dengan melihat harga dan jumlah perdagangan yang lalu. Kedua elemen yang lalu ini dapat digunakan untuk memperkirakan pergerakan harga waktu yang akan datang. Dalam analisis teknikal terdapat bermacam-macam jenis, diantaranya yang subjektif seperti contrary opinion theories. Dalam pendekatan teknikal informasi lain dianggap tidak penting kecuali informasi harga dan jumlah perdagangan yang lalu. Model random walk mengemukakan persoalan yaitu: apakah harga saham atau tingkat keuntungan yang lalu dapat membantu untuk meramalkan harga-harga saham atau tingkat keuntungan pada waktu yang akan datang. Model ini menegaskan dua hipotesis utama yaitu perubahanperubahan harga adalah bebas antara satu jangka watu dengan jangka waktu yang lain, dan perubahan harga adalah mengikuti beberapa distribusi probabilitas tertentu. Intinya dalam model ini bahwa pergerakan harga adalah bergerak secara random walk (acak). Karena itu, walaupun para investor memperoleh informasi melalui orang dalam (insider information), ia masih tidak dapat digunakan untuk memperkirakan pergerakan harga saham pada waktu yang akan datang dengan tepat. Karena segala informasi yang terkandung dalam harga saham itu sebaiknya diketahui umum, teori ini berdasarkan pada pasar yang efisien yaitu: informasi saat ini mudah didapatkan. Rintangan dalam aliran informasi dan kegiatan-kegiatan disinformations, yang bertujuan kekeliruan atau memberikan gambaran kabur kepada para investor tentang pasar, tidak ada sama sekali. Ditinjau dari faktor ketidakpastian dan interpretasi yang berbeda dengan informasi yang sampai, maka harga tidak semestinya sama dengan nilai intrinsik saham tersebut. Keadaan seperti ini menyebabkan adanya perbedaan antara harga pasar dengan nilai saham sebenarnya. Singkatnya, reaksi pembeli dan penjual itu akan menyebabkan harga bergerak secara random disekitar nilai saham sebenarnya. Model random walk mulai hebat dibicarakan pada tahun 1960-an dan seterusnya bermacam-mcam studi empirikal dilakukan untuk membuktikannya. Namun demikian, masih terdapat kontroversi dari hasil temuan studi tentang model ini sejak 1960-an hingga kini. Antara yang mendukung dan menentang penggunaan model random walk untuk menganalisis pergerakan harga. (Rodoni: 2005, 28-31) H. Penelitian Terdahulu Tabel.2.1. Penelitian Terdahulu No Peneliti Tahun Sampel Uji Statistik Kesimpulan Penelitian 1 Suad Husnan 1990 24 saham dipilih secara acak ï‚· Run test Bahwa pasar modal ï‚· Koefesien Indonesia sudah termasuk efisiensi otokorelasi dan IHSG dalam bentuk lemah di BEJ 2 Hari Sunarto 1995-1997 Harga ï‚· Run test Hasil saham ï‚· Koefesien mengatakan IHSG 3 otokorelasi pengmatan bahwa BEJ sudah termasuk penutupan kedalam efisien harian bentuk lemah Novita Santi 1999 11 indeks ï‚· Run test Astuti yang ada ï‚· Uji kolmogorov yang ada yaitu IHSG, yaitu smirnov Bahwa 11 indeks LQ 45 dan sembilan IHSG, LQ sektor industri Bursa 45 dan Efek sembilan efisien dalam bentuk sektor lemah, kecuali indeks industri saham Jakarta telah infrastruktur yang belum efisien dalam bentuk lemah. 4 Agung prihantoro DMB 1998-1999 Saham- ï‚· Run test Bahwa pasar modal saham ï‚· Korelasi seri Indonesia telah efisien perusahaan dalam bentuk lemah dalam indeks LQ 45 4 Ahmad Rodoni 1999-2001 Indeks- ï‚· Run test indeks ï‚· Uji Kolmogorov masih tidak efisien saham smirnov Pasar saham di BEJ walaupun dalam pada 9 bentuk sektor 5 keefisienan pasar bentuk lemah JSX ï‚· Run test Adanya Hermawan composite ï‚· Kolmogorov tehadap EMH bentuk dan index smirnov lemah Moudy 2002-2004 Heru ï‚· Subiyantoro penolakan Autocorrelation test ï‚· ARCH dan GARCH 6 Retno 2008 Kumala Dewi Indeks LQ- ï‚· 45 ï‚· Kolmogorov Bahwa pasar modal smirnov Indonesia U- dapat Mann whitneyy test ï‚· ARCH GARCH I. Kerangka Pemikiran Pasar Modal Tingkat Efisiensi belum dikatakan sebagai pasar yang dan efisien dalam bentuk lemah. Gambar 2.2 J. Hipotesis Penelitian Kerangka Pemikiran 1. Uji Run (Run Test) Uji Run disebut juga uji sampel rangkaian tunggal, digunakan untuk memeriksa keacakan, pada prinsipnya ingin mengetahui apakah suatu rangkaian kejadian, hal atau simbol merupakan hasil proses yang acak (random). Hipotesis : H0 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 2009-2010) tidak mengikuti pola random walk. H1 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 2009-2010) mengikuti pola random walk. Pengujian efisiensi pasar modal bentuk lemah berkaitan dengan perilaku perubahan harga saham yang terjadi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui independensi dan keacakan pola perubahan harga saham (random walk). Model random walk ini mengasumsikan bahwa return saham yang berurutan adalah independen satu sama lain dan terdistribusi secara normal (normal distribution). Apabila harga saham berubah mengikuti pola random walk (berpola acak), maka perubahan harga saham yang terjadi saat ini tidak dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan harga saham masa yang akan datang. 2. Uji Korelasi Seri Rumusan korelasi seri H0 : Tidak ada korelasi perubahan harga saham harian dengan perubahan harga saham hari sebelumnya. H1 : Ada korelasi perubahan harga saham harian dengan perubahan harga saham hari sebelumnya. Hipotesis ini diuji dengan uji korelasi seri. Uji korelasi seri menunjukkan indikator tentang hubungan variasi perubahan harga saham hari t dengan hari sebelumnya (t-1) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan harga saham harian dari perusahaanperusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ 45, dan terus tetap ada pada periode 2009-2010. B. Metode Penentuan Sample Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling adalah teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu dimana penentuan sample tergantung dari kepentingan penelitian. Berdasarkan data perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ 45 yakni sebanyak 45 perusahaan yang liquid, maka penulis menarik sample sebanyak 44 perusahaan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Objek penelitian ini adalah data yang terdiri dari saham yang masuk dalam LQ 45 dan terus tetap ada di tahun 2009-2010 pada pasar modal, 2. Penelitian ini tidak meneliti hubungan sebab akibat dari beberapa variabel. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal return saham yang kemudian dianalisa menggunakan teknik statistik dan ekonometrika yang ada, 3. Data harga saham yang digunakan adalah harga saham harian pada periode 2009 - 2010. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan didapatkan dengan cara mendownload dari situs www.yahoofinance.com, www.duniainvestasi.com, dan langsung dari situs pasar saham yang ada diinternet, dalam melakukan pengujian, peneliti mengolah data menggunakan Software Statistic SPSS Vol 16, Dan Miscrosoft Office Excel 2007. D. Metode Analisis Data a) Return Saham Menghitung return realisasi dengan rumus : Keterangan : Rit = Return sesungguhnya pada saham i periode t Pt = Harga pembukaan saham i pada periode t Pt-1 = Harga penutupan saham i pada saat t-1 b) Run Test Metode yang digunakan untuk mengetahui apakah pergerakan harga saham bergerak secara random atau tidak dengan menggunakan wald-wolfowitz runs test. Sebagai alat analisis metode tersebut digunakan untuk menguji perbedaaan dua kelompok sampel yang paling independen. Oleh karna itu banyaknya sample pada masing-masing kelompok tidak harus selalu sama. Perbedaan dari dua kelompok sample tersebut dapat terjadi sembarang hal, misalnya terhadap mean, variabilitas, kemencengan dan sebagainya. (Rodoni : 2005,42) Dalam run test menggunakan uji Z,dengan langkah yang digunakan oleh Herman Legowo (1998), sebagai berikut : 1) Bandingkan perubahan harga saham harian dengan harga saham harian sebelumnya. 2) Tentukan posisi perubahannya (naik, turun, tetap) 3) Hitung jumlah masing-masing tanda setiap saham 4) Hitung runtun sesungguhnya ( R ) periode yang diobservasi 5) Hitung expected run, untuk seluruh tanda dengan rumus : Keterangan : M = total jumlah run yang diharapkan N = total jumlah perubahan harga Ni = jumlah perubahan harga untuk tiap tanda 6) Hitung deviasi standar dengan rumus : 7) Menghitung Z, karna perubahan harga mengikuti atau menyesuaikan dengan distribusi normal (random walk) dengan rumus : Dimana : R adalah jumlah runtun sesungguhnya adalah koreksi kontinum (+ jika R m dan - >m) 8) Menentukan α dan mengevaluasihasil pengolahan data berdasarkan nilai Z yang didapat. 9) Melakukan randomness test, jika besar prob value lebih besar dari α, maka sample probabilitas tinggi, (Wonnacot,1985) c) Uji Korelasi Seri Uji korelasi seri digunakan untuk mengetahui kuatlemahnya hubungan antara harga saham periode t dengan periode sebelumnya. Harga saham periode t = y dan harga saham sebelumnya = x. Untuk menguji ada tidaknya korelasi harga saham periode t dengan periode sebelumnya digunakana uji t dengan langkah seperti yang dilakukan Herman Legowo, sebagai berikut : 1. Menghitung X dan Y dengan rumus : = dan = 2. Menghitung 3. Menghitung besar koefisien korelasi seri ( r ) dengan rumus: rt= 4. Menentukan α 5. Menghitung nilai Z, dengan rumus : 6. Menghitung nilai peluang (prob value). 7. Uji independen besarnya nilai peluang dua sisi dengan α. Jika besar prob value lebih besar dari α, maka hipotesis tidak ada korelasi diterima. E. Operasional Variabel Penelitian Variabel utama dalam penelitian ini adalah return dari 30 perusahaan yang tercantum dalam Indeks LQ-45 selama periode 2009 – 2010 yaitu selisih antara harga saham hari ini dengan harga saham kemarin. Menghitung return dengan rumus : Keterangan : Rit = Return sesungguhnya pada saham i periode t Pt = Harga pembukaan saham i pada periode t Pt-1 = Harga penutupan saham i pada saat t-1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Sekilas Gambaran Singkat Objek Penelitian Sample yang dipilih adalah perusahaan yang terus menerus selama periode pengamatan tahun 2009-2010 yang termasuk dalam LQ 45. Sehingga diperoleh 44 (empat puluh empat) sample yang layak. 44 emiten yang dijadikan sample penelitian itu adalah sebagai berikut : Table 4.2 Kode dan Nama perusahaan Sample No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kode AALI ADRO ANTM ASII BBCA BBNI BBRI BDMN BISI BLTA BMRI BNBR BRPT BTEL BUMI DEWA ELSA ELTY ENRG GGRM INCO INDF INDY INKP Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adaro Energy Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Astra International Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk BISI International Tbk Baltia Air Lines Inc. Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bakrie & Brothers Tbk Barito Pacific Tbk Bakrie Telecom Tbk Bumi Resources Tbk Darma Henwa Tbk Elnusa Tbk Bakrieland Development Tbk Energi Mega Persada Tbk Gudang Garam Tbk International Nickel Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indika Energy Tbk Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 INTP ITMG ISAT JSMR KLBF LPKR LSIP MEDC MIRA PGAS PTBA SGRO SMCB SMGR TINS TLKM TRUB UNSP UNTR UNVR Indocement Tunggal Prakasa Tbk Indo Tambang Raya Megah Tbk Indosat Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatra Indonesia Tbk Medco Energi International Tbk Mitra International Resources Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Tambang Batubara Bukit AsamTbk Sampoerna Agro Tbk Holcim Indonesia Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Timah (Persero) Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Truba Alam Manunggal Engineering Tbk Bakrie Sumatra Plantations Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk B. Hasil dan Analisa 1. Uji Run Test Rumusan Run Test : H0 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 20092010) tidak mengikuti pola random walk. H1 : Harga saham di Indonesia bergerak secara historis (Periode 20092010) mengikuti pola random walk . Pengujian Run Test ini menggunakan program Ms.excel 2007 dan SPSS Vol 16, dihitung return sahamnya masing-masing untuk memperoleh nilai Z dan prob value masing-masing sampel. Tabel 4.3 Hasil Run Test No Kode Nama Perusahaan 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 2 ADRO Adaro Energy Tbk 3 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 4 ASII Astra International Tbk 5 BBCA Bank Central Asia Tbk 6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 8 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 9 BISI BISI International Tbk 10 BLTA 11 BMRI 12 BNBR 13 BRPT 14 BTEL 15 16 17 18 BUMI DEWA ELSA ELTY Baltia Air Lines Inc. Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bakrie & Brothers Tbk Barito Pacific Tbk Bakrie Telecom Tbk Bumi Resources Tbk Darma Henwa Tbk Elnusa Tbk Bakrieland Development Tbk 2009 2010 Z -0.193 PV 0.847 Z -0.832 PV 0.405 0.24 0.81 -1.065 0.287 1.721 0.085 1.236 0.216 0.196 -0.135 0.401 0.845 0.893 0.688 -1.6 -0.08 -1.993 0.11 0.936 0.046 0.632 0.528 -2.636 0.008 0.196 0.845 0.123 0.902 -0.968 0.333 -0.448 0.654 -1.479 0.139 -0.359 0.72 -0.523 0.601 -0.237 0.812 -2.948 0.965 -1.874 0.003 0.335 0.061 -0.601 0.937 0.559 0.548 0.349 0.576 0.104 2.425 0.429 1.279 0.917 0.015 0.668 0.201 1.045 1.23 0.134 0.579 0.296 0.219 0.893 0.563 19 ENRG Energi Mega Persada Tbk 20 GGRM Gudang Garam Tbk 21 INCO International Nickel Indonesia Tbk 22 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 23 INDY Indika Energy Tbk 1.442 0.149 -1.086 0.277 -0.002 0.877 0.999 0.381 -0.871 0.729 0.384 0.466 0.234 0.815 0.039 0.969 0.622 0.534 -0.665 0.506 2.208 0.027 -0.819 0.413 -1.393 0.164 -0.94 0.347 -0.452 0.652 -0.19 0.85 1.771 0.574 0.076 0.566 -0.167 -1.23 0.868 0.219 1.13 0.258 0.416 0.678 Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatra Indonesia Tbk Medco Energi International Tbk Mitra International Resources Tbk -0.151 -0.804 0.88 0.422 -0.278 -1.599 0.781 0.11 1.098 0.272 1.231 0.218 -1.426 0.154 -0.248 0.804 34 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 0.765 0.444 -0.265 0.791 35 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Sampoerna Agro Tbk Holcim Indonesia Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Timah (Persero) Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Truba Alam Manunggal Engineering Tbk -0.134 0.893 -1.082 0.279 1.745 1.641 -0.242 0.081 0.101 0.809 0.911 0.762 0.028 0.362 0.446 0.978 1.67 -0.367 0.095 0.714 0.72 -0.161 0.471 0.872 -3.878 0.000 0.704 0.481 24 INKP 25 INTP 26 ITMG 27 ISAT 28 JSMR 29 KLBF 30 LPKR 31 LSIP 32 MEDC 33 MIRA 36 SGRO 37 SMCB 38 SMGR 39 TINS 40 TLKM 41 TRUB Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Indo Tambang Raya Megah Tbk Indosat Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Kalbe Farma Tbk 42 UNSP 43 UNTR 44 UNVR Rata-rata Bakrie Sumatra Plantations Tbk United Tractors Tbk 2.128 0.033 -2.123 0.034 0.231 0.817 -0.299 0.765 Unilever Indonesia Tbk 0.445 0.656 0.737 0.461 0.23182 0.45013 -0.22168 0.50840 Tabel 4.3 menunjukkan hasil Run Test mengenai uji random walk dari 44 perusahaan yang termasuk dalam LQ 45 untuk jangka waktu 2009 - 2010 . Run test dilakukan dengan membandingkan besar prob value tiap saham dan rata-rata prob value dengan nilai α (α=5% atau 0.05). Jika PV (prob value) > α, maka menunjukkan bahwa pola harga saham bersifat acak (random walk). Pada tahun 2009, jika dilihat hasil secara individu pada tabel Run Test hanya ada 5 (lima) saham (11.4%) yang mendukung H0 diterima yaitu saham Bakrie & Brothers Tbk dengan nilai prob value (0.003) < α (0.05), Darma Henwa Tbk dengan nilai prob value 0.015 < α (0.05), Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. dengan nilai prob value 0.027 < α (0.05), Truba Alam Manunggal Engineering Tbk dengan nilai prob value (0.000) < α (0.05) dan Bakrie Sumatra Plantations Tbk dengan nilai prob value 0.033 < α (0.05). Namun saham yang mendukung H0 ditolak sebesar 88.6 %. Hasil ini menunjukkan bahwa secara individu perubahan harga saham periode 2009 bersifat acak (random walk) di Bursa Efek Indonesia. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah pada periode 2009. Hasil secara keseluruhan (rata-rata) tahun 2009, pada tabel diatas adalah nilai rata-rata prob value 0.45013 > α (0.05). Dengan kata lain H0 ditolak sehingga hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga saham secara keseluruhan periode 2009 di Bursa Efek Indonesia bersifat acak. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah pada periode 2009. Pada tahun 2010, jika dilihat secara individu maka ada 3 (tiga) saham (6.8 %) yang mendukung H0 diterima, yaitu saham Bank Negara Indonesia Tbk dengan nilai prob value (0.046) < α (0.05), Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan nilai prob value (0.008) < α (0.05), dan saham Bakrie Sumatra Plantations Tbk dengan nilai prob value (0.034) < α (0.05). Sedangkan saham yang mendukung H0 ditolak sebesar 93.2%. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga saham secara keseluruhan periode 2010 di Bursa Efek Indonesia bersifat acak (random walk). Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah pada periode 2010. Hasil secara keseluruhan (rata-rata) pada tabel diatas adalah nilai rata-rata prob value (0.50840) > α (0.05). Dengan kata lain H0 ditolak sehingga hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga saham secara keseluruhan periode 2010 di Bursa Efek Indonesia bersifat acak (random walk). Hal itu menunjukkan bahwa Bursa Efek Indonesia efisien dalam bentuk lemah pada periode 2010. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hari Sunarto (1995-1997) dan Novita Santi Astuti (1999) yang menyatakan bahwa pasar modal Indonesia sudah termasuk pasar efisien dalam bentuk lemah. 2. Uji Korelasi Seri Rumusan korelasi seri H0 : Tidak ada korelasi perubahan harga saham harian dengan perubahan harga saham hari sebelumnya. H1 : Ada korelasi perubahan harga saham harian dengan perubahan harga saham hari sebelumnya. Hipotesis ini diuji dengan uji korelasi seri. Uji korelasi seri menunjukkan indikator tentang hubungan variasi perubahan harga saham hari t dengan hari sebelumnya (t-1) Pengujian hipotesis dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertera pada Bab III yaitu dengan menguji ada tidaknya korelasi antar perubahan harga saham. Dengan menggunakan program excel dan SPSS Vol.16, maka diperoleh nilai t dan prob value dari masing-masing sample. Table 4.4 Uji Korelasi Seri No Kode Nama Perusahaan 2009 t 2010 PV t PV 1 AALI 2 ADRO 3 ANTM 4 ASII 5 BBCA 6 BBNI 7 BBRI 8 BDMN 9 BISI 10 BLTA 11 BMRI 12 BNBR 13 BRPT 14 BTEL 15 BUMI 16 DEWA 17 18 ELSA ELTY 19 ENRG Astra Agro Lestari Tbk Adaro Energy Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Astra International Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk BISI International Tbk Baltia Air Lines Inc. Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bakrie & Brothers Tbk Barito Pacific Tbk Bakrie Telecom Tbk Bumi Resources Tbk Darma Henwa Tbk Elnusa Tbk Bakrieland Development Tbk Energi Mega Persada Tbk 0.84 0.402 -0.348 0.728 0.856 0.393 0.67 0.503 0.347 0.729 -0.02 0.984 0.419 0.675 0.705 0.482 0.873 0.384 0.613 0.541 -0.973 0.332 1.559 0.12 0.967 0.334 1.308 0.192 -0.571 0.569 0.117 0.907 -0.529 0.597 -0.684 0.494 -0.118 0.906 -1.719 0.087 0.756 0.45 1.441 0.151 1.077 0.282 0.445 0.657 -0.559 0.577 -0.304 0.761 -0.277 0.782 3.573 0 0.683 0.495 0.335 0.738 -0.171 0.864 -0.393 0.695 -0.211 0.554 0.833 0.58 0.847 -0.368 0.398 0.713 -0.707 0.481 -0.843 0.400 20 GGRM 21 INCO 22 INDF 23 INDY 24 INKP 25 INTP 26 ITMG 27 28 ISAT JSMR 29 30 KLBF LPKR 31 LSIP 32 MEDC 33 MIRA 34 PGAS 35 PTBA 36 SGRO 37 SMCB 38 SMGR Gudang Garam Tbk International Nickel Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indika Energy Tbk Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Indo Tambang raya Megah Tbk Indosat Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatra Indonesia Tbk Medco Energi International Tbk Mitra International Resources Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Sampoerna Agro Tbk Holcim Indonesia Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk -0.302 0.763 1.312 0.191 1.4 0.163 0.679 0.498 0.85 0.396 0.778 0.437 1.000 0.318 3.012 0.003 -0.046 0.964 1.235 0.218 -0.573 0.567 0.63 0.529 -0.06 0.952 0.729 0.467 0.436 0.293 0.664 0.769 0.522 1.944 0.602 0.053 0.698 0.484 0.486 0.629 2.96 2.795 0.003 0.006 -1.849 0.066 1.171 0.243 -0.093 0.926 -0.186 0.852 -0.862 0.39 1.949 0.053 -0.393 0.695 0.765 0.445 -0.267 0.79 0.057 0.954 -0.472 0.637 0.788 0.432 0.312 0.755 1.418 0.158 -0.5 0.618 0.562 0.575 39 TINS 40 TLKM 41 TRUB 42 UNSP 43 UNTR 44 Timah (Persero) Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Truba Alam Manunggal Engineering Tbk Bakrie Sumatra Plantations Tbk United Tractors Tbk UNVR Unilever Indonesia Tbk Rata-rata 2.28 0.023 1.715 0.088 1.374 0.171 -1.329 0.185 -0.497 0.619 -1.24 0.216 0.454 0.65 0.129 0.898 -0.145 0.885 0.702 0.484 -0.475 0.635 0.419 0.676 0.14325 0.57263 0.69204 0.42765 Uji korelasi seri dilakukan dengan membandingkan besar prob value tiap saham dan rata-rata prob value dengan nilai α (α=5% atau 0.05). jika PV (prob value) > α, maka menunjukkan bahwa tidak ada korelasi perubahan harga saham harian dengan perubahan harga saham harian sebelumnya di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009, jika dilihat secara individu hanya ada 1 (satu) saham (2.3 %) yang mendukung H0 ditolak yaitu saham Timah (Persero) Tbk dengan nilai prob value (0.023) < α (0.05). Tetapi saham yang mendukung H0 diterima lebih besar (97.7 %), hasil ini menunjukkan bahwa secara individu tidak ada korelasi perubahan harga saham harian pada tahun 2009. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien bentuk lemah pada periode 2009. Hasil secara keseluruhan (rata-rata) pada tahun 2009 adalah nilai rata-rata prob value (0.57263) > α (0.05). Dengan kata lain H0 diterima dan hasil analisis ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak ada korelasi perubahan harga saham harian pada tahun 2009. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien bentuk lemah pada periode 2009. Pada tahun 2010, jika dilihat secara individu hanya ada 4 (empat) saham (9.1%) yang mendukung H0 ditolak yaitu saham Bakrie Telecom Tbk dengan nilai prob value (0.000) < α (0.05), Indika Energy Tbk dengan nilai prob value (0.003) < α (0.05), Lippo Karawaci Tbk dengan nilai prob value (0.006) < α (0.05), dan Kalbe Farma Tbk dengan nilai prob value (0.003) < α (0.05). Tetapi saham yang mendukung H0 diterima lebih besar (90.9 %). Hasil ini menunjukkan bahwa secara individu tidak ada korelasi perubahan harga saham harian pada tahun 2010 di Bursa Efek Indonesia. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien bentuk lemah pada periode 2010. Hasil secara keseluruhan (rata-rata) pada tahun 2010 adalah nilai rata-rata prob value (0.42765) > α (0.05). Dengan kata lain H0 diterima dan hasil ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak ada korelasi perubahan harga saham harian di Bursa Efek Indonesia. Dengan kata lain Bursa Efek Indonesia efisien bentuk lemah pada periode 2010. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hari Sunarto (1995-1997) dan Novita Santi Astuti (1999) yang menyatakan bahwa pasar modal Indonesia sudah termasuk pasar efisien dalam bentuk lemah. C. Interpretasi Dibandingkan dengan hasil studi sebelumnya, tampaknya terjadi peningkatan efisiensi dalam Bursa Efek Indonesia. Menjadi semakin sulit bagi para investor untuk memperoleh abnormal return dengan mengandalkan pada informasi historis (Suad Husnan, 1990). Investor tidak menggunakan pola perubahan harga saham di masa lalu sebagai acuan untuk melakukan transaksi di masa sekarang dan yang akan datang. Sebab harga saham bersifat acak (random walk), investorpun akan mengalami kesulitan untuk memperkirakan perubahan harga saham di masa mendatang. Peningkatan efisiensi tersebut mungkin disebabkan karena makin banyaknya investor dan pialang yang aktif di Bursa Efek Indonesia, demkian pula dengan jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Nilai volume perdagangan dan jumlah saham yang menjadi indikatorhal tersebut. BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Pengujian Run Test Berdasarkan pada pengujian dengan alat uji run test, maka terbukti bahwa perubahan antar harga saham harian pada tahun 2009 dan tahun 2010 bersifat acak. Dengan kata lain perubahan antar harga saham harian pada periode 2009 dan tahun 2010 mengikuti pola random walk. 2. Kesimpulan Pengujian Korelasi Seri Berdasarkan pada pengujian dengan alat uji tes korelasi seri, maka terbukti bahwa tidak ada korelasi (hubungan) antar harga saham harian pada periode 2009 dan 2010. Hasil pengujian uji korelasi seri ini memperkuat pengujian dengan run test. Sehingga berdasarkan hasil kedua pengujian tersebut, Bursa Efek Indonesia efisien bentuk lemah pada periode 2010. B. Implikasi Dengan terpenuhinya persyaratan efisiensi bentuk lemah, maka hal ini berarti analisis teknikal dengan mempergunakan data historis dipertanyakan nilai ekonomisnya. Peningkatan efisiensi informasi memerlukan penyebaran informasi yang benar, akurat, dan cepat. Kualitas informasi keuangan yang diungkapkan dipasar modal harus semakin meningkat. Peningkatan kualitas tersebut akan semakin membantu pembentukkan harga saham yang wajar. Sulit bagi para analis saham untuk menentukkan kelayakan sebuah harga saham jika informasi harga saham tidak lengkap dan tidak benar. Implikasi dari penelitian ini bahwa pasar yang efisien memerlukan informasi yang tepat, akurat dan cepat. Dan juga memerlukan tingkat likuiditas yang tinggi, yang dinyatakan dalam jumlah transaksi perdagangan yang cukup tinggi. suku bunga transaksi perdagangan oleh banyak investor akan menyebabkan penyesuaian harga yang lebih cepat yang berarti pasar yang lebih efisien. Implikasi dari penelitian ini : 1. Bagi Lingkungan Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya dibidang manajemen keuangan, khususnya dengan memperhatikan perubahan harga saham Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat sebagai salah satu referensi dan penyedia informasi bagi investor sehingga dalam melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia dapat menjadi pertimbangan sebelum melakukan investasi di pasar modal. DAFTAR PUSTAKA Solichin, Anwar. “Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pembiayaan Di BEI Tahun 2007-2008.” Jurnal Universitas Gunadharma, 2009. Astuti, Santi, Novita. “Analisa Efisiensi Pasar Modal Bentuk Lemah Pada Bursa Efek Jakarta”, Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2008. Bawazer, Said, A dan Herman, N, Rahman. “Dividen Perusahaan Dan Efisiensi Dipasar Modal Jakarta”, Jurnal Usahawan. No.8 tahun XX:10-15, Jakarta,1991. Dahlan, Siamat. 1999, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi 2, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999. Danupranata, Gita dan Afianingsih Nur, “Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan Akibat Pengumuman Dividen Meningkat Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 2003. Dewi, Kumala, Retno, “Pengujian Efisiensi Pasar Modal melalui Evaluasi Pergerakan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta.”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Fabozzi, Frank J , “Manajemen Investasi”,Jakarta : Salemba Empat, 1999. Halim, Abdul, Analisis Investasi. Jakarta, Salemba Empat, 2005 Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta, 2010. Hermawan, Moudy, dan Subiyantoro, Heru. ” Pengujian Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah Pada Pasar Modal Di Indonesia : Sebuah Catatan Empiris.” Vol. 4, No. 1, April 2006, Jurnal Keuangan Publik, 2006. Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisa Sekuritas Di Pasar Modal. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN, 2001. Husnan, Suad dan Pudjiastuti. Dasar Manajemen Keuangan Edisi 1, Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. 1994. Hartono, Jogiyanto. Pasar Efisien Secara Keputusan, PT Gramedia Pustaka Utama, 2005 Keown, Et Al. Basic Financial Management, 8th Ed, New Jersey: Prentice Hall International, Inc, 1999. Legowo, Herman dan Mas’ud Machfoedz,”Efisiensi Pasar Modal: Perbandingan Pada Dua Periode yang Berbeda Dalam Pasar Modal Indonesia.” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Vol: 13, No: 2. 78 – 79, 1998. Nachrowi. “Pendekatan Popular Dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan“. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi, Depok, 2006. Nasarudin, M. Irsan. “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia” Kencana, Jakarta, 2008. Nugroho, Agung, Buwono. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian Dengan SPSS” Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2005. Prihantoro DMB, Agung, “Pengujian Efisiensi Pasar Modal Indonesia Bentuk Lemah Di BEI Periode 1998-1999, Tesis Studi Magster Manajemen, Universitas Diponegoro, 2001. Rodoni, Ahmad, “Analisis Teknikal Dan Fundamental Pada Pasar Modal”, Center For Social Economics Studies (CSES) Press, 2005. Rodoni, Ahmad, “Analisis Random Walk di Bursa Efek Jakarta” Jurnal Etikonomi Vol 2 No.2 Agustus 2003, 204-215. Santoso, Singgih, “Buku Latihan Spss Statistik Parametrik”, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000. Sawidji, Widoatmodjo. Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal, Jakarta : Yayasan Mpu Ajar Artha, 2000. Sujianto, Eko, Agus. Aplikasi Statistik SPSS 16.0. PT Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. 2009. Tambotoh, Carter, Jimmy, Johan. “Pengujian Efisiensi Bentuk Lemah Pasar Modal Pada Bursa Efek Jakarta tahun 1995-1998”. Vol VII No.2 September 2001: 151-164, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2006. Tandelilin, Eduardus. Analisis Dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2001. www. Cafe-Ekonomi.Blogspot.Com www. Finance.org www. Idx.co.id Lampiran 1 : Output SPSS Hasil Run Test Astra Agro Lestari Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 120 122 Cases >= Test Value 121 123 Total Cases 241 245 Number of Runs 120 117 -.193 -.832 .847 .405 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Adaro Energy Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 111 94 Cases >= Test Value 146 151 Total Cases 257 245 Number of Runs 129 109 Z .240 -1.065 Asymp. Sig. (2tailed) .810 .287 a. Median Aneka Tambang (Persero) Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 111 94 Cases >= Test Value 130 151 Total Cases 241 245 Number of Runs 134 126 1.721 1.236 .085 .216 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Astra International Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 105 122 Cases >= Test Value 136 123 Total Cases 241 245 Number of Runs 121 111 Z .196 -1.600 Asymp. Sig. (2tailed) .845 .110 a. Median Bank Central Asia Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 100 98 Cases >= Test Value 141 147 Total Cases 241 245 Number of Runs 117 118 -.135 -.080 .893 .936 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 103 97 Cases >= Test Value 138 147 Total Cases 241 244 Number of Runs 122 103 Z .401 -1.993 Asymp. Sig. (2tailed) .688 .046 a. Median Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Runs Test retutn2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 104 108 Cases >= Test Value 157 153 Total Cases 261 261 Number of Runs 131 107 Z .632 -2.636 Asymp. Sig. (2tailed) .528 .008 a. Median Bank Danamon Indonesia Tbk. Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 105 115 Cases >= Test Value 136 130 Total Cases 241 245 Number of Runs 121 124 Z .196 .123 Asymp. Sig. (2tailed) .845 .902 a. Median BISI International Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 120 122 Cases >= Test Value 121 123 Total Cases 241 245 Number of Runs 114 120 -.968 -.448 .333 .654 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Baltia Air Lines Inc. Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 36 44 Cases >= Test Value 216 208 Total Cases 252 252 57 72 -1.479 -.359 .139 .720 Number of Runs Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Bank Mandiri (Persero) Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 113 96 Cases >= Test Value 128 149 Total Cases 241 245 Number of Runs 117 116 -.523 -.237 .601 .812 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Bakrie & Brothers Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 89 89 Cases >= Test Value 152 156 Total Cases 241 245 92 110 -2.948 -.601 .003 .548 Number of Runs Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Barito Pacific Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 110 108 Cases >= Test Value 131 137 Total Cases 241 245 Number of Runs 128 129 Z .965 .937 Asymp. Sig. (2tailed) .335 .349 a. Median Bakrie Telecom Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 104 82 Cases >= Test Value 137 163 Total Cases 241 245 Number of Runs 105 114 -1.874 .559 .061 .576 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Bumi Resources Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 108 102 Cases >= Test Value 133 143 Total Cases 241 245 Number of Runs 121 128 Z .104 1.045 Asymp. Sig. (2tailed) .917 .296 a. Median Darma Henwa Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 102 119 Cases >= Test Value 139 126 Total Cases 241 245 Number of Runs 137 133 2.425 1.230 .015 .219 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Elnusa Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 97 99 Cases >= Test Value 160 146 Total Cases 257 245 Number of Runs 125 120 Z .429 .134 Asymp. Sig. (2tailed) .668 .893 a. Median Bakrieland Development Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 108 121 Cases >= Test Value 133 124 Total Cases 241 245 Number of Runs 130 128 1.279 .579 .201 .563 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Energi Mega Persada Tbk (ENRG.JK) Runs Test Return2009 a Return2010 Test Value .00 .00 Cases < Test Value 116 121 Cases >= Test Value 124 124 Total Cases 240 245 Number of Runs 132 115 1.442 -1.086 .149 0.277 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Gudang Garam Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 100 113 Cases >= Test Value 141 132 Total Cases 241 245 Number of Runs 118 116 -.002 -.871 .999 .384 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median International Nickel Indonesia Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 111 109 Cases >= Test Value 146 132 Total Cases 257 241 Number of Runs 134 126 Z .877 .729 Asymp. Sig. (2tailed) .381 .466 a. Median Indofood Sukses Makmur Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 108 104 Cases >= Test Value 133 141 Total Cases 241 245 Number of Runs 122 121 Z .234 .039 Asymp. Sig. (2tailed) .815 .969 a. Median Indika Energy Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 102 88 Cases >= Test Value 138 157 Total Cases 240 245 Number of Runs 123 109 Z .622 -.665 Asymp. Sig. (2tailed) .534 .506 a. Median Indah Kiat Pulp and Paper Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 101 106 Cases >= Test Value 140 139 Total Cases 241 245 Number of Runs 135 115 2.208 -.819 .027 .413 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Indocement Tunggal Prakasa Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 93 118 Cases >= Test Value 148 127 Total Cases 241 245 Number of Runs 105 116 -1.393 -.940 .164 .347 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Indo Tambang Raya Megah Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 120 121 Cases >= Test Value 121 124 Total Cases 241 245 Number of Runs 118 122 -.452 -.190 .652 .850 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Indosat Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 105 106 Cases >= Test Value 136 139 Total Cases 241 245 Number of Runs 133 120 1.771 -.167 .076 .868 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Jasa Marga (Persero) Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 110 97 Cases >= Test Value 131 148 Total Cases 241 245 Number of Runs 125 109 Z .574 -1.230 Asymp. Sig. (2tailed) .566 .219 a. Median Kalbe Farma Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 94 82 Cases >= Test Value 147 163 Total Cases 241 245 Number of Runs 124 113 1.130 .416 .258 .678 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Lippo Karawaci Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 72 59 Cases >= Test Value 169 186 Total Cases 241 245 Number of Runs 101 89 -.151 -.278 .880 .781 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median PP London Sumatra Indonesia Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 107 102 Cases >= Test Value 154 159 Total Cases 261 261 Number of Runs 121 113 -.804 -1.599 .422 .110 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Medco Energi International Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 120 107 Cases >= Test Value 121 138 Total Cases 241 245 Number of Runs 130 131 1.098 1.231 .272 .218 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Mitra International Resources Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 87 65 Cases >= Test Value 154 180 Total Cases 241 245 Number of Runs 102 95 -1.426 -.248 .154 .804 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Perusahaan Gas Negara Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 100 99 Cases >= Test Value 157 146 Total Cases 257 245 Number of Runs 129 117 Z .765 -.265 Asymp. Sig. (2tailed) .444 .791 a. Median Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 113 120 Cases >= Test Value 128 125 Total Cases 241 245 Number of Runs 120 115 -.134 -1.082 .893 .279 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Sampoerna Agro Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 110 97 Cases >= Test Value 131 148 Total Cases 241 245 Number of Runs 134 125 1.745 .911 .081 .362 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Holcim Indonesia Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 109 93 Cases >= Test Value 132 152 Total Cases 241 245 Number of Runs 133 122 1.641 .762 .101 .446 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Semen Gresik (Persero) Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 88 108 Cases >= Test Value 153 137 Total Cases 241 245 Number of Runs 111 122 -.242 .028 .809 .978 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Timah (Persero) Tbk. Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 108 98 Cases >= Test Value 133 147 Total Cases 241 245 Number of Runs 133 124 1.670 .720 .095 .471 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Telekomunikasi Indonesia Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 104 117 Cases >= Test Value 153 128 Total Cases 257 245 Number of Runs 122 122 -.367 -.161 .714 .872 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Bakrie Sumatra Plantations Tbk Runs Test Return2009 Return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 106 85 Cases >= Test Value 135 160 Total Cases 241 245 Number of Runs 136 97 2.128 -2.123 .033 .034 Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median Truba Alam Manunggal Engineering Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 98 122 Cases >= Test Value 142 123 Total Cases 240 245 88 129 -3.878 .704 .000 .481 Number of Runs Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Median United Tractors Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Valuea .00 .00 Cases < Test Value 104 118 Cases >= Test Value 137 127 Total Cases 241 245 Number of Runs 121 121 Z .231 -.299 Asymp. Sig. (2tailed) .817 .765 a. Median Unilever Indonesia Tbk Runs Test return2009 return2010 Test Value a .00 .00 Cases < Test Value 99 117 Cases >= Test Value 142 128 Total Cases 241 245 Number of Runs 121 129 Z .445 .737 Asymp. Sig. (2tailed) .656 .461 a. Median Lampiran 2 : Output SPSS Hasil Uji Korelasi Seri Adaro Energy Tbk. a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 .035 .041 .055 Sig. .670 .503 .856 .393 a. Dependent Variable: Return2010 Aneka Tambang (Persero) Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Coefficients Std. Error -2.706E-5 .001 .013 .038 Return2009 t Beta .022 Sig. -.020 .984 .347 .729 a. Dependent Variable: Return2010 Astra Agro Lestari Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .000 .001 Return2009 .042 .050 Coefficients t Beta .054 Sig. -.348 .728 .840 .402 a. Dependent Variable: Return2010 1 Astra International Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 .018 .042 .027 Sig. .705 .482 .419 .675 a. Dependent Variable: Return2010 Bakrie & Brothers Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .002 Return2009 .048 .044 .070 Sig. .445 .657 1.077 .282 a. Dependent Variable: Return2010 Bakrie Sumatra Plantations Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .000 .002 Return2009 .023 .050 Coefficients t Beta .029 Sig. .129 .898 .454 .650 a. Dependent Variable: Return2010 2 Bakrie Telecom Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .005 .002 Return2009 -.009 .031 Sig. 3.573 .000 -.277 .782 -.018 a. Dependent Variable: Return2010 Bakrieland Development Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .000 .002 Return2009 .024 .043 .036 Sig. -.368 .713 .554 .580 a. Dependent Variable: Return2010 Baltia Air Lines Inc. a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) -.010 .006 Return2009 -.005 .041 Coefficients t Beta -.007 Sig. -1.719 .087 -.118 .906 a. Dependent Variable: Return2010 3 Bank Central Asia Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 .054 .062 .056 Sig. .613 .541 .873 .384 a. Dependent Variable: Return2010 Bank Danamon Indonesia Tbk. a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .000 .001 Return2009 -.027 .047 -.037 Sig. .117 .907 -.571 .569 a. Dependent Variable: Return2010 Bank Mandiri (Persero) Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .002 .001 Return2009 .037 .049 Coefficients t Beta .049 Sig. 1.441 .151 .756 .450 a. Dependent Variable: Return2010 4 Bank Negara Indonesia (Persero) a Coefficients Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error t Beta (Constant) .002 .002 Return2009 -.055 .057 Sig. 1.559 .120 -.973 .332 -.063 a. Dependent Variable: Return2010 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk a Coefficients Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error t Beta (Constant) .002 .001 Return2009 .041 .043 Sig. 1.308 .192 .967 .334 .060 a. Dependent Variable: Return2010 Barito Pacific Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .000 .001 Return2009 -.016 .029 Coefficients t Beta -.036 Sig. -.304 .761 -.559 .577 a. Dependent Variable: Return2010 5 BISI International Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) -.001 .002 Return2009 -.031 .060 -.034 Sig. -.684 .494 -.529 .597 a. Dependent Variable: Return2010 Bumi Resources Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .002 Return2009 .028 .042 .044 Sig. .335 .738 .683 .495 a. Dependent Variable: Return2010 Darma Henwa Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .000 .002 Return2009 -.007 .039 Coefficients t Beta -.011 Sig. -.393 .695 -.171 .864 a. Dependent Variable: Return2010 6 Elnusa Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .002 .002 Return2009 -.014 .068 -.014 Sig. .847 .398 -.211 .833 a. Dependent Variable: Return2010 Energi Mega Persada Tbk. a Coefficients Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error t Beta (Constant) -.003 .003 Return2009 -.032 .045 -.046 Sig. -.843 .400 -.707 .481 a. Dependent Variable: Return2010 Gudang Garam Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .002 .002 Return2009 -.015 .049 Coefficients t Beta -.020 Sig. 1.312 .191 -.302 .763 a. Dependent Variable: Return2010 7 Holcim Indonesia Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .002 .001 Return2009 .012 .040 Sig. 1.418 .158 .312 .755 .020 a. Dependent Variable: Return2010 Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .002 .002 Return2009 -.002 .054 Sig. 1.235 .218 -.046 .964 -.003 a. Dependent Variable: Return2010 Indo Tambang raya Megah Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .001 .001 Return2009 -.002 .040 Coefficients t Beta -.004 Sig. .729 .467 -.060 .952 a. Dependent Variable: Return2010 8 Indofood Sukses Makmur Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 .037 .043 .055 Sig. .778 .437 .850 .396 a. Dependent Variable: Return2010 Indosat Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .002 Return2009 .029 .067 .028 Sig. .522 .602 .436 .664 a. Dependent Variable: Return2010 Indika Energy Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .005 .002 Return2009 .043 .043 Coefficients t Beta .065 Sig. 3.012 .003 1.000 .318 a. Dependent Variable: Return2010 9 International Nickel Indonesia Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 .051 .036 .090 Sig. .679 .498 1.400 .163 a. Dependent Variable: Return2010 Indocement Tunggal Prakasa Tbk a Coefficients Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 -.024 .042 -.037 Sig. .630 .529 -.573 .567 a. Dependent Variable: Return2010 Jasa Marga (Persero) Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .002 .001 Return2009 .019 .064 Coefficients t Beta .019 Sig. 1.944 .053 .293 .769 a. Dependent Variable: Return2010 10 Kalbe Farma Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .004 .001 Return2009 .032 .046 Sig. 2.960 .003 .698 .486 .045 a. Dependent Variable: Return2010 Lippo Karawaci Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .004 .002 Return2009 .045 .093 Sig. 2.795 .006 .484 .629 .031 a. Dependent Variable: Return2010 Medco Energi International Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .000 .002 Return2009 -.004 .047 Coefficients t Beta -.006 Sig. -.186 .852 -.093 .926 a. Dependent Variable: Return2010 11 Mitra International Resources Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .004 .002 Return2009 -.050 .058 Sig. 1.949 .053 -.862 .390 -.056 a. Dependent Variable: Return2010 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 -.018 .045 -.025 Sig. .765 .445 -.393 .695 a. Dependent Variable: Return2010 PP London Sumatra Indonesia Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .001 .001 Return2009 -.070 .038 Coefficients t Beta -.114 Sig. 1.171 .243 -1.849 .066 a. Dependent Variable: Return2010 12 Sampoerna Agro Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 -.022 .047 -.031 Sig. .788 .432 -.472 .637 a. Dependent Variable: Return2010 Semen Gresik (Persero) Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 -.026 .052 -.032 Sig. .562 .575 -.500 .618 a. Dependent Variable: Return2010 Tambang Batubara Bukit AsamTbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Return2009 Std. Error 7.162E-5 .001 -.012 .047 Coefficients t Beta -.017 Sig. .057 .954 -.267 .790 a. Dependent Variable: Return2010 13 Telekomunikasi Indonesia Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) -.001 .001 Return2009 .072 .053 .088 Sig. -1.329 .185 1.374 .171 a. Dependent Variable: Return2010 Timah (Persero) Tbk. a Coefficients Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error t Beta (Constant) .003 .002 Return2009 .108 .047 .146 Sig. 1.715 .088 2.280 .023 a. Dependent Variable: Return2010 Truba Alam Manunggal Engineerin Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) -.003 .002 Return2009 -.021 .043 Coefficients t Beta -.032 Sig. -1.240 .216 -.497 .619 a. Dependent Variable: Return2010 14 Unilever Indonesia Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Coefficients Std. Error t Beta (Constant) .001 .001 Return2009 -.030 .064 -.031 Sig. .419 .676 -.475 .635 a. Dependent Variable: Return2010 United Tractors Tbk a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .001 .001 Return2009 -.006 .043 Coefficients t Beta -.009 Sig. .702 .484 -.145 .885 a. Dependent Variable: Return2010 15