7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa maupun
siswa dengan siswa, dalam interaksi tersebut tidak hanya guru yang selalu
memberikan ilmu pengetahuan dan siswa hanya duduk diam dan mendengarkan.
Proses pembelajaran pada intinya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan
pengetahuan siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar siswa.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah untuk membangun
pengetahuan siswa itu sendiri. Siswa yang aktif membangun pemahaman atas
persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dan pelajari dalam proses
pembelajaran. Suasana yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah
bagaimana siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam proses
pembelajaran sehingga terbangun pemahaman atas apa yang siswa pelajari,
seperti halnya melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dengan memanfaatkan pengembangan media pembelajaran flash yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa.
Menurut Aunurrahman (2012:119), “Keaktifan belajar ditandai dengan
adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika
dibutuhkan”. Senada dengan pendapat tersebut, Hamdani (2011) mengemukakan
bahwa keaktifan adalah upaya yang muncul dalam berbagai bentuk usaha yang
terdiri dari keterlibatan intelektual dan emosional selama proses belajar
mengajar dalam rangka memeperoleh pengetahuan, serta pengalaman langsung
agar dapat membentuk sikap dan ketrampilan yang sesuai sengan tujuan
pembelajaran. Selanjutnya, Mulyasa (2007) mengkategorikan keaktifan ditinjau
dari dua hal yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani
maupun rohani meliputi keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba
7
8
dan lain-lain, keaktifan akal dan keaktifan ingatan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
keaktifan belajar adalah partisipasi atau keterlibatan siswa dalam melaksanakan
proes belajar mengajar dengan menggunakan akal, pendengaran, penglihatan
dan peraba untuk memfokuskan diri pada materi pelajaran sehingga dapat
membangun pengetahuan dan pemahaman pada diri siswa tersebut.
b. Strategi Meningkatkan Keaktifan Belajar
Stategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah
bagaimana berbagai guru agar dapat menciptakan susana belajar yang membuat
siswa aktif selama proses pembelajaran. Menurut Uno (2012:33) ciri dari proses
pembelajaran yang dapat lebih mengaktifkan siswa adalah sebagai berikut:
1) Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam
membuat kesimpulan
2) Adanya interaksi secara terstruktur dengan siswa
3) Aadanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karya sendiri
4) Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.
Selanjutnya, menurut Gagne dan Brings dalam Martinis (2007:84)
mengungkapkan strategi yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
3) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).
4) Memberi petunjuk siswa cara mempelajarinya.
5) Memunculkan aktifitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
6) Memberi umpan balik (feed back).
7) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan
siswa selalu terpantau dan terukur.
8) Menyimpulkan setiap materi yang akan disampaikan diakhir
pembelajaran.
Berdasarkan uraian strategi-strategi tersebut untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa maka guru harus benar-benar memilih dan merancang secara
matang strategi yang digunakan agar sesuai dengan keadaan dan karakter siswa
9
yang beragam karena aktif tidaknya siswa dalam proses pembelajaran
tergantung pada stategi yang guru gunakan. Siswa diminta untuk terlibat aktif
dalam pembelajaran sehingga dapat mengurangi kebosanan pada diri siswa.
Siswa menjadi lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran dan mengurangi
kesempatan siswa untuk melakukan aktivitas sendiri sehingga siswa akan lebih
mudah memahami materi pembelajaran. Untuk menciptakan keaktifan belajar
siswa, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa strategi yang digunakan
untuk meningkatan keaktifan belajar siswa, meliputi penggunaan media
pembelajaran, pendekatan, dan metode. Hal tersebut disampaikan Nur (2014)
dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa melalui pengembangan
multimedia interaktif dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan keaktifan dan kualitas pembelajaran matematika. Hal serupa juga
dinyatakan dalam penelitian Sutama dkk (2013), bahwa pembelajaran
matematika
dengan pendekatan kontekstual berdasarkan lesson study dapat
meningkatkan komunikasi dalam pembelajaran matematika sehingga keaktifan
dan prestasi belajar siswa meningkat.
c. Indikator Keaktifan Belajar
Indikator yang digunakan untuk mengukur keaktifan belajar siswa dengan
berpedoman pada apa yang diungkapkan oleh Sudjana (2014:61) bahwa
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah.
5) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
7) Melatih dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis,
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
10
Diedrich dalam Sardiman (2011:101) menggolongkan aktivitas belajar
siswa menjadi delapan, yaitu:
1) Visual Aktivities, yang termasuk di dalamnya ini membaca,
mempraktekkan, demontrasi, percobaan.
2) Oral Aktivities, seperti: menyatukan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening Aktivities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
music, pidato.
4) Writing Aktivities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket.
5) Drawing Aktivities, seperti: menggambar, membuat grafis, peta diagram
6) Motor Aktivities, seperti: melakukan aktivitas, membuat konstruksi,
metode, permainan, berkebun, berternak.
7) Mental Aktivities, seperti: memecahkan soal, menganalisa, mengingat,
mengambil keputusan.
8) Emotional Aktivities, seperti: merasa bosan, bergembira, bersemangat,
berani, tenang, gugup.
Dalam penelitian ini, digunakan indikator keaktifan pada aktivitas-aktivitas
yang dilakukan siswa dikelas seperti yang dikemukakan oleh Diedrich
(2011:101), namun pada mata pelajaran akuntansi ini hanya diambil beberapa
indikator keaktifan yang dapat dilihat dan benar-benar dilakukan siswa dalam
mata pelajaran ini, antar lain:
1) Kegiatan Melihat, meliputi: melihat dan memperhatikan penjelasan guru,
membaca, mengamati cara mengerjakan dan mempraktekkannya;
2) Kegiatan Lisan, meliputi: presentasi, menghubungkan suatu tujuan, diskusi
dengan teman, bertanya atau interupsi;
3) Kegiatan Mendengarkan, meliputi: mendengarkan penyajian bahan ajar dan
presentasi teman, diskusi atau mendengarkan percakapan atau perintah;
4) Kegiatan Menulis, meliputi: menulis atau mencatat penjelasan guru,
mencatat tugas diskusi kelompok maupun indivisual, mengerjakan soal atau
tugas.
5) Kegiatan Mental, meliputi: memecahkan soal, menganalisis, dan mengambil
keputusan.
6) Kegiatan Emosional, meliputi : merasa gembira, bersemangat/bosan, berani,
tenang/gugup.
Besarnya keaktifan siswa di dalam kelas dapat diketahui dari berapa
banyaknya jumlah siswa yang aktif di kelas, Mulyasa (2007:105) menyatakan:
“Dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian
11
besar (75%) siswa terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam
proses pembelajaran, di samping menunjukan gairah belajar yang tinggi,
nafsu belajar yang besar, dan tumbuhnya rasa percaya diri”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa siswa dikatakan
aktif di kelas apabila melakukan enam indikator yaitu kegiatan melihat, kegiatan
lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan mental, dan kegaiatan
emosional sebesar masing-masing 75%.
2. Hakikat Prestasi Belajar Akuntansi
a. Pengertian Belajar
Morgan berpendapat bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman (Purwanto,2013:84). Menurut Witherington belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian (Purwanto,2013:84). Selanjutnya, Whittaker menyatakan bahwa
belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman (Purwanto,2013:84). “Belajar secara umum diartikan
sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan
karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang
sejak lahir” (Trianto, 2010:16), sedangkan menurut Slemeto (2010:2) “belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tinggah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
Berdasarkan berbagai pendapat menurut beberapa ahli yang telah diuraikan,
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
seseorang
melalui
latihan
dan
pengalaman
sehingga
perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan atau kecakapan.
menghasilkan
12
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar
sebab dapat mencerminkan sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami
materi pembelajaran yang telah diberikan. Kata “prestasi” berasal dari bahasa
Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi”
yang berarti “hasil usaha”. Tirtonegoro (2006:43) berpendapat bahwa “Prestasi
belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode tertentu”.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mengartikan “Prestasi belajar
adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar”. Sudjana
menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari proses belajar disebut pencapaian
belajar atau prestasi belajar (2014:100).
Berdasarkan pengertian prestasi belajar menurut para ahli yang telah
diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan dalam periode tertentu.
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar
Semua siswa, guru dan orang tua tentu sangat menginginkan bahwa prestasi
belajar siswa tinggi. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor. Purwanto (2013:107) menyatakan bahwa faktorfaktor yang memengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi:
1) Faktor Luar
a)
Lingkungan ; Alam, Sosial
b) Instrumental; Kurikulum/Bahan pelajaran, Guru/Pengajar, Sarana dan
fasilitas, Administrasi/Manajemen.
2) Faktor Dalam
a)
Fisiologi; Kondisi fisik dan Kondisi pnca indera
13
b) Psikologis; Bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif.
Menurut Ahmadi (2004:138) faktor-faktor yang memengaruhi prestasi
belajar dapat digolongkan menjadi:
1) Faktor internal, antara lain:
a)
Faktor jasmaniah (fisiologis), misalnya penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh, dan sebagainya.
b) Faktor psikologis, terdiri dari:
(1) Faktor intelektif yang meliputi:
(a) faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
(b) faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
(2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivaasi, emosi.
c)
Faktor kematangan fisik maupun psikis
2) Faktor eksternal, ialah:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
(1) lingkungan keluarga
(2) lingkungan sekolah
(3) lingkungan masyarakat
(4) lingkungan kelompok
b)
Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c)
Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d)
Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa
dan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Damayanti dkk (2011) yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang memengaruhi prestasi belajar berasal dari faktor
luar instrumental. Oleh karena itu, untuk meniminalisir masalah tersebut
14
berdasarkan hasil penelitian Damayanti dkk (2011) disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning berbasis media flash
dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar (kognitif)
siswa.
d. Pengertian Akuntansi
Akuntansi berasal dari Bahasa Inggris yaitu “to Account” yang artinya
“memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan”. American Accounting
Association (AAA) menyebutkan bahwa:
“akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian (pengkajian), pengukuran,
dan pengkmomunikasian informasi ekonomi untuk membantu para pemakai
informasi ekonomi dalam membuat pendapat-pendapat dan keputusankeputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi
tersebut” (Widodo dan Sumarno,2005:3).
Menurut Jusup (2011:5), definisi akuntansi dirumuskan dari dua sudut
pandang yaitu :
1) Definisi dari sudut pandang pemakai
Akuntansi merupakan suatu disiplin yang menyediakan informasi untuk
melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan suatu
entitas.
2) Definisi dari sudut proses kegiatan
Akuntansi
merupakan
suatu
proses
pencatatan,
penggolongan,
peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu entitas.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan
tugas yang kompleks dan saling berhubungan antar kegiatan satu dengan
kegiatan lain. Akuntansi merupakan ilmu terapan yang dalam perkembangannya
cukup signifikan dengan tujuan utama akuntansi adalah menghasilkan laporan
keuangan dari suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Akuntansi mengkaji mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi dari
transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan dan tanggung jawab dibidang keuangan. Fungsi ilmu
15
akuntansi di SMK adalah memberikan bekal pengetahuan dasar mengenai
akuntansi keuangan dan juga berfungsi mengembangkan keterampilan, sikap
rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan,
pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan perusahaan sehingga
tersusunlah laporan keuangan secara benar menurut prinsip akuntansi.
Berdasarkan fungsi ilmu akuntansi di SMK tersebut, proses pembelajaran
akuntansi merupakan sarana untuk mentransfter materi atau konsep dari
pelajaran akuntansi. Salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran
akuntansi kelas X SMK Wikarya Karanganyar adalah pokok bahasan laporan
keuangan perusahaan jasa dan dagang. Tahap pelaporan keuangan ini membahas
tentang macam-macam laporan keuangan mulai dari laporan laba/rugi, laporan
perubahan modal, neraca dan arus kas.
e. Indikator Prestasi Belajar Akuntansi
Indikator yang digunakan untuk mengukur suatu prestasi belajar siswa
diakui berhasil dengan berpedoman pada apa yang diungkapkan oleh Djamarah
dan Zain (2010: 105) bahwa:
“Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap
berhasil sehingga menghasilkan prestasi belajar yang diinginkan adalah
sebagai berikut: 1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan
mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.2)
perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ Instruksional khusus
telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namum
demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan
pembelajaran yang dihasilkan prestasi belajar adalah daya serap”.
Mulyasa (2007:105) menyatakan bahwa: “Dari segi hasil, proses
pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan kompetensi dan perilaku positif pada siswa seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar (75%)”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa prestasi belajar akuntansi siswa berhasil apabila siswa memiliki
daya serap terhadap materi yang dipelajari secara kognitif yang ditunjukkan
dengan nilai yang mencapai KKM sebesar 75%.
16
3. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Landasan filosofi CTL adalah kontrukstivimisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah, tetapi mencerminkan
ketrampilan yang dapat diterapkan. Siswa akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah (Johnson, 2007:60).
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2009:5) “Pembelajaran kontekstual
adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong
siswa
membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang dimilikinya
dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri”. Johnson (2007:58)
menyatakan bahwa “CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem
pengajaran yang cocok denang otak yang menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari
siswa”.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menuntut guru untuk mengaitkan isi dari materi pelajaran dengan dunia nyata
siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa, sehingga siswa
dapat lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru,
maka secara tidak langsung akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian Ginting (2013) bahwa penerapan
pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 58,17 % dan
meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 19,72%.
Proses pembelajaran dengan pendekatan CTL diharapkan berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan
17
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari
pada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, siswa dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Siswa akan
menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya, dengan
demikian siswa dapat memposisikan dirinyalah yang memerlukan bekal untuk
hidupnya nanti sehingga di dalam pembelajaran siswa memiliki keaktifan dan
prestasi belajar yang tinggi. Hal tersebut dinyatakan dalam penelitian Murtiani
dkk (2013) bahwa pendekatan CTL berbasis lesson study dapat meningkatankan
kualitas belajar fisika sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa meningkat.
b. Komponen Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Sanjaya dalam Sugiyanto (2009:17), pembelajaran berbasis
kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni:
1) Konstruktivisme (Construktivism) adalah proses membangun dan
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.
2) Menemukan (Inkuiri) adalah proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Penerapan asas inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya masalah yang
jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk
menemukan masalah sampai merumusakan kesimpulan.
3) Bertanya (Questioning) adalah bagian inti belajar dan menemukan
pengetahuan. Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa
dapat menemukan jawabnya sendiri.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community), dalam model CTL hasil
belajar tidak dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman,
antar kelompok, sumber lain dan bukan hnya guru.
5) Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
6) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya
dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian
pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapat pemahaman yang
dicapai baik bernilai positif maupun negatif.
7) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
18
c. Keunggulan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Proses pembelajaran saat ini masih banyak yang mengandalkan guru
sebagai satu-satunya sumber informasi sehingga metode ceramah menjadi
pilihan dalam melaksanakan pembelajaran. Akuntansi merupakan mata pelajaran
yang paling sering menggunakan metode ceramah, namun hal ini mengakibatkan
siswa menjadi pasif dan menyebabkan prestasi menjadi rendah. Proses
pembelajaran menjadi kurang menyenangkan, membosankan dan membuat
siswa tidak dapat menikmati pembelajaran tersebut sehingga apa yang dipelajari
tidak dapat dipahami. Metode ceramah yang selama ini menjadi andalan akan
dimodifikasi untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa,
salah satunya dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Menurut Sanjaya (2006: 111) keunggulan pendekatan kontekstual adalah
sebagai berikut:
1) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran.
2) Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kelompok,
kerjasama, diskusi, saling menerima dan memberi.
3) Berkaitan secara riil dengan dunia nyata.
4) Kemampuan berdasarkan pengalaman.
5) Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.
6) Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang
dialaminya.
7) Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan kebutuhan.
8) Pembelajaran kontekstual dapat diukur melalui beberapa cara, misalnya
evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, rekaman,
wawancara, dll.
d. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan CTL
Setiap pendekatan, model, atau teknik pembelajaran memiliki prosedur
pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun dengan
pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL), berikut ini langkah-langkah
penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL),
dalam
pembelajaran yang dikemukakan oleh Trianto (2010: 111), yaitu:
1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
bertanya.
19
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
Ciptakan masyarakat belajar.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) dengan berbagai
cara.
Pendapat tersebut selaras dikemukakan Mulyasa (2013: 111), bahwa
terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL), yakni:
1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
siswa.
2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya
secara khusus (dari umum ke khusus).
3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:
a) menyusun konsep sementara
b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari
orang lain
c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apaapa yang dipelajari.
5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan
pengetahuan yang dipelajari.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
dalam penerapan pendekatan ini berdasarkan tujuh komponen dalam pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL), diawali dengan pengonstruksian
pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari, dan
dikaitkan dengan konteks dunia nyata (kontruksivisme). Mengembangkan
pengetahuan awal siswa dengan bertanya, mengajukan dugaan dalam suatu
masalah dan mendorong siswa untuk memecahkan dan merumusakan
kesimpulan dengan video (inquiry). Komponen bertanya dapat dijumpai pada
kegiatan diskusi, dan hampir seluruh kegiatan proses pembelajaran yang
berlangsung guru bertanya ke siswa maupun siswa bertanya ke guru. Kegiatan
yang melibatkan kerja kelompok dalam diskusi merupakan perwujudan
masyarakat belajar. Adanya model sebagai alat bantu penyampaian materi
dilakukan dengan penjelasan cara memecahan dan menggerjakan soal beserta
20
kesimpulannya. Hasil dari proses ini dipresentasikan melalui diskusi kelas dan
diakhiri dengan refleksi berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan
disertai penilaian nyata oleh guru.
4. Hakikat Media Pembelajaran Flash
a. Pengertian Media Pembelajaran
Pada dasarnya, kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk
jamak dari kata “medium” yang berarti “pengantar atau perantara terjadinya
komunikasi dari pengirim menuju penerima (Daryanto 2013:4)”. Menurut
Sadiman ”media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan” (Musfiqon.2012: 22). Selanjutnya Gagne
menyatakan bahwa “media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar” (Musfiqon.2012:
23). Briggs berpendapat bahwa: “media pembelajaran adalah alat bantu untuk
memberikan
perangsang
bagi
siswa
supaya
proses
belajar
terjadi”
(Musfiqon.2012:23). Anderson mengelompokkan media pembelajaran menjadi
10 jenis yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1. Klasifikasi media
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Golongan Media
Audio
Cetak
Contoh dalam Pembelajaran
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet,
gambar
Audio-Cetak
Kaset audioyang dilengkapi bahan yang
tertulis
Proyeksi visual diam
Overhead
transparansi
(OHT),
film
bingkai,slide
Proyeksi audio visual Film bingkai (slide) bersuara
diam
Visual
gerak film bisu
Audio visual gerak
Film gerak bersuara,video/VCD, televisi
Objek fisik
Benda nyata, model,pesimen
Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, aboran
Komputer
CAI (pembelajaran berbantuan komputer)
(Sumber: Hadi,2003: 21)
21
Pengklasifikasian tersebut akan memudahkan guru dalam mempelajari suatu
media. Guru akan lebih mudah dalam menentukan media yang akan dipakai
dalam proses pembelajaran. Guru dapat memilih salah satu jenis media atau
menggabungkan beberapa jenis media untuk digunakan dalam suatu
pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis alat atau perantara
yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa,
sehingga merangsang siswa untuk belajar dan agar materi yang diajarkan
mudah dipahami.
Dari berbagai jenis media pembelajaran yang telah di uraikan di atas, media
pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media komputer
yaitu software flash. Media macromedia flash dipilih karena media tersebut
dirasa dapat membantu guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran
sehingga guru dapat menyampikan materi pembelajaran secara runtut dan siswa
dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan mudah dengan adanya
menu interaktif. Hal tersebut disampaikan dalam penelitian Yahya dkk (2013)
bahwa dengan media dan penerapan model pembelajaran dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar akuntansi dengan pencapaian kualifikasi sangat
tinggi. Hal serupa juga disampaikan dalam penelitian Bayu dkk (2015) bahwa
produk berupa media pembelajaran berbasis Adobe Flash CS6 dengan
pendekatan CTL (Contextual teaching and learning) untuk peserta didik
memiliki kualitas sangat baik menurut ahli materi, ahli media, dan guru dengan
persentase keidealan berturut-turut 90,2%, 97,2%, dan 89,4%. Sejalan dengan
penelitian tersebut Kusumadewi dkk (2013) juga menyatakan bahwa
pembelajaran dengan model CTL berbantuan macromedia flash 8 dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga prestasi belajar siswa
juga meningkat.
22
b. Pengertian Media Pembelajaran Flash
Dahulu presentasi dilakukan menggunakan transparansi dengan projector,
namun sekarang presentasi bisa dilakukan dengan menggunakan komputer
dengan berbagai macam software, salah satunya melalui software flash ditambah
dengan penggunaan LCD. Menurut Hadi (2003:60) flash adalah software
aplikasi untuk animasi yang digunakan untuk internet yang memiliki
pemrograman actionscript. Asyhar (2011:187) menyatakan bahwa “flash
merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain
animasi yang banyak digunakan saat ini”. Saat membuka situs atau laman
internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar
menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain,
dan masih banyak lagi yang lain. Adapun animasi-animasi objek grafis tersebut
dapat dikerjakan dengan flash. Perkembangan multimedia yang pesat dapat
dilihat dengan makin diperlukannya media pembelajaran, presentasi bisnis,
menampilkan newsletter dalam internet dan menambahkan audio, teks dan lainlain. Menurut penelitian Wahyudi (2012), penggunaan bahan ajar dengan flash
memiliki kategori baik dengan penampilan yang menarik dari segi materi dan
media yang mampu menfasilitasi siswa untuk belajar kapan saja dan dimana
saja.
Flash adalah program grafis yang diproduksi oleh macromedia crop, yaitu
suatu vendor software yang bergerak dibidang animasi web. Macromedia flash
pertama kali diproduksi pada tahun 1996 dan telah diprosuksi dalam beberapa
versi. Versi terakhir dari Macromedia Flash adalah Macromedia Flash 8.
Sekarang Flash telah berpindah vendor menjadi Adobe, bukan hanya nama saja
yang berubah namun ada beberapa perubahan pada actionscrip yang lebih
bervariasi pada Adobe Flash ini. Adobe flash juga telah memproduksi beberapa
versi, dan versi yang terbaru adalah Adobe Flash CS5. Pengembangan media
pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Adobe Flash CS5 sebagai
aplikasinya.
23
Adobe Flash CS5 adalah salah satu aplikasi pembuat animasi yang dikenal
saat ini. Flash tidak hanya menggabungkan elemen multimedia ke dalam
portable movie, tetapi juga dengan actionScript. Tampiran user interface yang
berbeda, fitur panel yang lebih dikembangkan, fungsi dan pilihan palet yang
beragam serta kumpulan tool yang lengkap, sehingga sangat membantu dalam
pembuatan media pembelajaran yang menarik. Menurut Astuti (2006:2)
di
samping digunakan untuk keperluan animasi situs web, flash juga dapat
digunakan
untuk
membuat
game,
presentasi
yang
dapat
dijalankan
menggunakan sistem windows yang mampu menyajikan pesan audiovisual
secara jelas kepada siswa dan materi yang bersifat nyata sehingga dapat
diilustrasikan secara lebih menarik kepada siswa dengan berbagai gambar
animasi yang dapat merangsang minat belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hal tersebut juga disampaikan dalam penelitian Sutopo (2011)
bahwa siswa mengalami peningkatan motivasi dan kemampuan belajar dari
media pembelajaran melalui pemilihan berbagai bahasa pemrograman dalam
flash.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media flash adalah
suatu softwere animasi media pembelajaran untuk membantu guru dalam
menyampaikan pembelajaran agar lebih menarik dan mudah di pahami siswa
dan penerapannya menggunakan komputer dan projector.
Media flash sejalan dengan pertumbuhan pendidikan, yakni dapat memberi
kontribusi pada siswa untuk menumbuhkan semangat dalam bentuk proses
pembelajaran dan dapat memusatkan perhatian serta pemahaman siswa lebih
dalam mengenai materi tersebut dengan cara yang menyenangkan dan lebih
berkesan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikaitkan
dengan kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa dengan menggunakan
Software Flash sangat mendukung kesuksesan sebuah presentasi dalam proses
belajar mengajar sehingga meningkatkan hasil belajar siswa (Putra dkk.2012).
24
c. Kelebihan Media Pembelajaran Flash
Kelebihan media flash diantaranya adalah merupakan program yang bisa
digunakan untuk membuat animasi, game dan perangkat ajar. Media flash
dilengkapi dengan action script (perintah tindakan) sehingga membuat
presentasi atau perangkat ajar menjadi lebih variatif dan tentunya lebih menarik
dibanding dengan program presentasi lainnya. Penggunaan media Flash sebagai
software yang digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis
edutainment, didasarkan pada beberapa kelebihan yang dimilikinya. Ramadianto
(2008:10) menyatakan bahwa media Flash memiliki keunggulan dibanding
program lain yang sejenis, antara lain, misalnya:
1) Seorang pemula yang masih awam terhadap dunia desain dan animasi dapat
mempelajari dan memahami media Flash dengan mudah dengan mudah
tanpa harus dibekali dasar pengetahuan yang tinggi tentang bidang tersebut.
2) Pengguna program media Flash dapat dengan mudah dan bebas dalam
berkreasi membuat animasi dengan gerakan bebas sesuai dengan alur
adegan animasi yang dikehendakinya.
3) Media Flash ini dapat menghasilkan file dengan ukuran kecil. Hal ini
dikarenakan Flash, menggunakan animasi dengan basis vektor, dan juga
ukuran file Flash yang kecil ini dapat digunakan pada halaman web tanpa
membutuhkan waktu loading yang lama untuk membukanya.
4) Bisa bersuara. Dokumen flash juga dapat digabungkan dengan suara
termasuk music dan suara (voice-overs)
5) Resolusi tampilan dokumen flash dapat dijalankan tanpa harus ditentukan
resolusinya. Jadi bias dijalankan dengan beragam resolusi tampilan
6) Media Flash menghasilkan file bertipe (ekstensi). FLA yang bersifat
fleksiibel, karena dapat dikonversikan menjadi file bertipe .swf, .html, .gif,
.jpg, .png, .exe, .mov. Hal ini memungkinkan pengguna program Media
Flash untuk berbagai keperluan yang kita inginkan.
Begitu pula Asyhar (2011:187) menyebutkan bahwa media flash memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Dapat membuat animasi gerak (motion tween), perubahan bentuk (shape
tween) dan perubahan dan transparasi warna (color effect tween).
2) Dapat membuat animasi masking (efek menutupi sebagian objek yang
terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti jalur)
3) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain
4) Dapat membuat animasi logo, anminasi form, presentasi multimedia, game,
kuis interaktif, simulasi/visualisasi.
25
5) Dapat dikonversi dan di-publish ke dalam beberapa tipe seperti *.swf,
*.html, *gif, *.jpg, *.png, *.exe dan *.mov.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan penggunaan media flash tersebut dapat
dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran akuntansi yang lebih menarik dengan
memanfaatkan actionscrip yang ada dalam flash dalam membuat menu interaktif,
sehingga guru dan siswa dapat dengan mudah mengakses menu yang disediakan
hanya dengan sekali tekan/klik. Hal tersebut didukung oleh penelitian Umar dan
Susilowati (2012) yang menyimpulkan bahwa melalui pengembangan multimedia
interaktif flash jumlah presentase siswa yang mecapai ketuntasan belajar dengan
nilai KKM 70 sebanyak 85% dengan kategori sangat baik. Senada dengan
penelitian Umar dan Susilowati, penelitian Arfiyani dkk (2014) juga menyatakan
bahwa penerapan model pembelajaran dilengakapi dengan memanfaatkan
actionscrip flash dapat meningkatkan kreativitas, keaktifan dan prestasi belajar
siswa.
d. Langkah-langakh
Penggunaan
Media
Pembelajaran
Flash
dengan
Pendekatan CTL
Langkah-langkah penggunaan media pembelajaran flash dengan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mata pelajaran akuntansi yang
telah dikembangkan oleh peneliti menjadi media pembelajaran interaktif
menggunakan software Adobe Flash CS5 ini adalah sebagai berikut:
1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam dan berdoa
2) Guru melakukan persiapan media pembelajaran dan memeriksa absensi
siswa
3) Guru membuka media pembelajaran flash sebagai media pembelajaran
4) Guru memberi motivasi agar siswa lebih percaya diri, semangat dan aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran.
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator dilanjutkan menjelaskan materi yang diajarkan dengan
menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) yang ada
26
dalam media Flash sesuai langkah-langkah pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) yang telah disampaikan sebelumnya. Adapun tampilan
media flash adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Tampilan awal Adobe Flash CS5
Gambar 2.2. Tampilan awal materi
Gambar 2.3 Tampilan Menu Interaktif
Konten dalam media pembelajaran akuntansi yang dikuatkan dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), di mana 7 komponenkomponen Contextual Teaching and Learning (CTL) terdapat dalam media flash
tersebut. Tujuh komponen tersebut sebagai berikut:
a) Konstruktivisme dapat dilihat pada semua kegiatan apresiasi sebelum
masuk ke dalam pokok materi dengan fakta-fakta dan pengetahuan
mendasar tentang laporan keuangan.
27
Gambar 2.4 Aspek Konstruktivisme dalam media pembelajaran
b) Menemukan (Inquiri) dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang
ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk menemukan
masalah sampai merumusakan kesimpulan, dapat dijumpai pada tombol
contoh soal dan pembahasannya terdapat siklus inquiry, yaitu
pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan
membuat kesimpulan.
Gambar 2.5 Aspek Inquiri dalam media pembelajaran
c) Bertanya (Questioning) dapat dijumpai pada saat kegiatan diskusi dan
dalam proses pembelajaran berlangsung yaitu dari siswa bertanya ke
siswa maupun siswa bertanya guru.
Gambar 2.6 Aspek bertanya dalam media pembelajaran
28
d) Masyarakat Belajar (Learning Community) dapat dijumpai dalam
kegiatan yang melibatkan kerja kelompok.
Gambar 2.7 Aspek masyarakat belajar dalam media pembelajaran
e) Pemodelan (modeling) dapat dijumpai pada proses demontrasi
menyusun laporan keuangan melalui video.
Gambar 2.8. Aspek Pemodelan dalam media pembelajaran
f) Refleksi pembelajaran ditampilkan pada bagian akhir pembelajaran
Gambar 2.9. Aspek refleksi dalam media pembelajaran
29
g) Penilaian
nyata
mengumpulkan
adalah
informasi
proses
yang
tentang
dilakukan
perkembangan
guru
untuk
belajar
yang
dilakukan siswa berupa penilaian sikap, keaktifan dan pengetahuan.
6) Guru memberikan contoh kasus, cara memecahkannya, dan pengambilan
keputusan semarik mungkin agar siswa lebih tertarik mengikuti proses
pembelajaran dengan bantuan media flash yang telah dikembangkan
tersebut.
7) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah
penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis, untuk meningkatan keaktifan dan
prestasi belajar akuntansi melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dengan pengembangan media pembelajaran media flash di SMK Wikarya Karanganyar
yang optimal maka diperlukan kerangka berpikir yang sesuai dengan landasan teori
yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dalam pembelajaran akuntansi di SMK Wikarya Karanganyar dapat dilihat bahwa siswa
kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran akuntansi sehingga berdampak
terhadap prestasi belajar akuntansi yang rendah ditambah tidak digunakannya modul
atau buku pegangan akuntansi serta kurangnya perhatian guru terhadap pendekatan dan
media pembelajaran yang digunakan. Dari latar belakang siswa yang memiliki daya
tangkap dan kemampuan yang berbeda-beda, prestasi belajar siswa menjadi beragam.
Guru dituntut untuk bisa menyampaikan materi sedemikian rupa sehingga siswa dapat
memahami setiap materi yang disampaikan. Cara penyampaian guru sangat
memengaruhi daya tangkap siswa terhadap isi materi yang dipelajarainya. Untuk itu
biasanya guru menggunakan model, metode, pendekatan atau bahan yang kreatif dan
inovatif yang mampu menarik motivasi siswa untuk aktif belajar.
Pengembangan media pembelajaran dengan media Flash merupakan salah satu
alternatif yang dapat dilakukan guru agar media pembelajaran yang sudah disediakan
30
oleh sekolah, dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru saat pembelajaran
berlangsung. Penggunaan media pembelajaran mempunyai manfaat dalam proses
pembelajaran, seperti penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, sehingga dengan manfaat tersebut guru
diharapkan mengembangkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal ini
dimaksudkan agar penggunaan media pembelajaran tidak menyimpang dari materi,
tujuan, metode, karateristik siswa sehingga pemahaman siswa dengan penggunaan
media pembelajaran dapat lebih mudah dicapai karena pembelajaran akuntansi berjalan
secara lebih menyenangkan, tidak membosankan dan bermakna. Ketertarikan siswa
dalam mengikuti pembelajaran akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
Proses belajar mengajar akuntansi dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) akan membantu guru dalam menyampaikan materi akuntansi sehingga
dapat meningkatkan pemahaman siswa terdahap materi yang dipelajarainya karena
melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dalam menjelaskan
materi guru menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mudah
untuk memahami dan belajar tidak hanya sekedar menghafal. Proses pembelajaran ini
bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, namun siswa akan lebih bisa
menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Siswa dapat
memposisikan dirinyalah yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti sehingga dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar untuk menghasilkan prestasi belajar yang
tinggi.
31
Dari uraian di atas sesuai dengan judul penelitian “Upaya Meningkatan
Keaktifan dan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X melalui Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dengan media Flash di SMK Wikarya Karanganyar
Tahun 2016”, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Hasil Belajar :
1. Keaktifan siswa meningkat
2. Prestasi belajar meningkat
Proses Belajar Mengajar Akuntansi
dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Pengembangan Media Pembelajaran dengan
media Flash
Kondisi awal :
1.
2.
3.
4.
Siswa kurang aktif
Prestasi belajar rendah
tidak digunakanya modul atau buku akuntansi
Kurangnya perhatian guru terhadap pendekatan dan media
pembelajaran yang digunakan
Gambar 2.10. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir, dan hasil penelitian yang relevan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diajukan hipotesis penelitian
bahwa:
1.
Adanya peningkatan keaktifan melalui pendekatan Contextual Teaching And
Learning (CTL) dengan media flash pada siswa kelas X.C SMK Wikarya
Karanganyar tahun 2016.
2.
Adanya peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dengan media flash pada siswa kelas X.C SMK
Wikarya Karanganyar Tahun 2016.
Download