BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keaktifan Belajar a. Pengertian Keaktifan Belajar Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, dalam interaksi tersebut tidak hanya guru yang selalu memberikan ilmu pengetahuan dan siswa hanya duduk diam dan mendengarkan. Proses pembelajaran pada intinya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan pengetahuan siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah untuk membangun pengetahuan siswa itu sendiri. Siswa yang aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dan pelajari dalam proses pembelajaran. Suasana yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga terbangun pemahaman atas apa yang siswa pelajari, seperti halnya melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan memanfaatkan pengembangan media pembelajaran flash yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Menurut Aunurrahman (2012:119), “Keaktifan belajar ditandai dengan adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan”. Senada dengan pendapat tersebut, Hamdani (2011) mengemukakan bahwa keaktifan adalah upaya yang muncul dalam berbagai bentuk usaha yang terdiri dari keterlibatan intelektual dan emosional selama proses belajar mengajar dalam rangka memeperoleh pengetahuan, serta pengalaman langsung agar dapat membentuk sikap dan ketrampilan yang sesuai sengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Mulyasa (2007) mengkategorikan keaktifan ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba 7 8 dan lain-lain, keaktifan akal dan keaktifan ingatan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah partisipasi atau keterlibatan siswa dalam melaksanakan proes belajar mengajar dengan menggunakan akal, pendengaran, penglihatan dan peraba untuk memfokuskan diri pada materi pelajaran sehingga dapat membangun pengetahuan dan pemahaman pada diri siswa tersebut. b. Strategi Meningkatkan Keaktifan Belajar Stategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah bagaimana berbagai guru agar dapat menciptakan susana belajar yang membuat siswa aktif selama proses pembelajaran. Menurut Uno (2012:33) ciri dari proses pembelajaran yang dapat lebih mengaktifkan siswa adalah sebagai berikut: 1) Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan 2) Adanya interaksi secara terstruktur dengan siswa 3) Aadanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karya sendiri 4) Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal. Selanjutnya, menurut Gagne dan Brings dalam Martinis (2007:84) mengungkapkan strategi yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa). 3) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari). 4) Memberi petunjuk siswa cara mempelajarinya. 5) Memunculkan aktifitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran 6) Memberi umpan balik (feed back). 7) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur. 8) Menyimpulkan setiap materi yang akan disampaikan diakhir pembelajaran. Berdasarkan uraian strategi-strategi tersebut untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa maka guru harus benar-benar memilih dan merancang secara matang strategi yang digunakan agar sesuai dengan keadaan dan karakter siswa 9 yang beragam karena aktif tidaknya siswa dalam proses pembelajaran tergantung pada stategi yang guru gunakan. Siswa diminta untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengurangi kebosanan pada diri siswa. Siswa menjadi lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran dan mengurangi kesempatan siswa untuk melakukan aktivitas sendiri sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pembelajaran. Untuk menciptakan keaktifan belajar siswa, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa strategi yang digunakan untuk meningkatan keaktifan belajar siswa, meliputi penggunaan media pembelajaran, pendekatan, dan metode. Hal tersebut disampaikan Nur (2014) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa melalui pengembangan multimedia interaktif dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan kualitas pembelajaran matematika. Hal serupa juga dinyatakan dalam penelitian Sutama dkk (2013), bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berdasarkan lesson study dapat meningkatkan komunikasi dalam pembelajaran matematika sehingga keaktifan dan prestasi belajar siswa meningkat. c. Indikator Keaktifan Belajar Indikator yang digunakan untuk mengukur keaktifan belajar siswa dengan berpedoman pada apa yang diungkapkan oleh Sudjana (2014:61) bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah. 3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. 5) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. 7) Melatih dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, 8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. 10 Diedrich dalam Sardiman (2011:101) menggolongkan aktivitas belajar siswa menjadi delapan, yaitu: 1) Visual Aktivities, yang termasuk di dalamnya ini membaca, mempraktekkan, demontrasi, percobaan. 2) Oral Aktivities, seperti: menyatukan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. 3) Listening Aktivities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato. 4) Writing Aktivities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket. 5) Drawing Aktivities, seperti: menggambar, membuat grafis, peta diagram 6) Motor Aktivities, seperti: melakukan aktivitas, membuat konstruksi, metode, permainan, berkebun, berternak. 7) Mental Aktivities, seperti: memecahkan soal, menganalisa, mengingat, mengambil keputusan. 8) Emotional Aktivities, seperti: merasa bosan, bergembira, bersemangat, berani, tenang, gugup. Dalam penelitian ini, digunakan indikator keaktifan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa dikelas seperti yang dikemukakan oleh Diedrich (2011:101), namun pada mata pelajaran akuntansi ini hanya diambil beberapa indikator keaktifan yang dapat dilihat dan benar-benar dilakukan siswa dalam mata pelajaran ini, antar lain: 1) Kegiatan Melihat, meliputi: melihat dan memperhatikan penjelasan guru, membaca, mengamati cara mengerjakan dan mempraktekkannya; 2) Kegiatan Lisan, meliputi: presentasi, menghubungkan suatu tujuan, diskusi dengan teman, bertanya atau interupsi; 3) Kegiatan Mendengarkan, meliputi: mendengarkan penyajian bahan ajar dan presentasi teman, diskusi atau mendengarkan percakapan atau perintah; 4) Kegiatan Menulis, meliputi: menulis atau mencatat penjelasan guru, mencatat tugas diskusi kelompok maupun indivisual, mengerjakan soal atau tugas. 5) Kegiatan Mental, meliputi: memecahkan soal, menganalisis, dan mengambil keputusan. 6) Kegiatan Emosional, meliputi : merasa gembira, bersemangat/bosan, berani, tenang/gugup. Besarnya keaktifan siswa di dalam kelas dapat diketahui dari berapa banyaknya jumlah siswa yang aktif di kelas, Mulyasa (2007:105) menyatakan: “Dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian 11 besar (75%) siswa terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, di samping menunjukan gairah belajar yang tinggi, nafsu belajar yang besar, dan tumbuhnya rasa percaya diri” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa siswa dikatakan aktif di kelas apabila melakukan enam indikator yaitu kegiatan melihat, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan mental, dan kegaiatan emosional sebesar masing-masing 75%. 2. Hakikat Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Belajar Morgan berpendapat bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Purwanto,2013:84). Menurut Witherington belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (Purwanto,2013:84). Selanjutnya, Whittaker menyatakan bahwa belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Purwanto,2013:84). “Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir” (Trianto, 2010:16), sedangkan menurut Slemeto (2010:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tinggah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Berdasarkan berbagai pendapat menurut beberapa ahli yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang melalui latihan dan pengalaman sehingga perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. menghasilkan 12 b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar sebab dapat mencerminkan sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang telah diberikan. Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Tirtonegoro (2006:43) berpendapat bahwa “Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode tertentu”. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mengartikan “Prestasi belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar”. Sudjana menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari proses belajar disebut pencapaian belajar atau prestasi belajar (2014:100). Berdasarkan pengertian prestasi belajar menurut para ahli yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dalam periode tertentu. c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar Semua siswa, guru dan orang tua tentu sangat menginginkan bahwa prestasi belajar siswa tinggi. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Purwanto (2013:107) menyatakan bahwa faktorfaktor yang memengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi: 1) Faktor Luar a) Lingkungan ; Alam, Sosial b) Instrumental; Kurikulum/Bahan pelajaran, Guru/Pengajar, Sarana dan fasilitas, Administrasi/Manajemen. 2) Faktor Dalam a) Fisiologi; Kondisi fisik dan Kondisi pnca indera 13 b) Psikologis; Bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif. Menurut Ahmadi (2004:138) faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi: 1) Faktor internal, antara lain: a) Faktor jasmaniah (fisiologis), misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. b) Faktor psikologis, terdiri dari: (1) Faktor intelektif yang meliputi: (a) faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat (b) faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki (2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivaasi, emosi. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis 2) Faktor eksternal, ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas: (1) lingkungan keluarga (2) lingkungan sekolah (3) lingkungan masyarakat (4) lingkungan kelompok b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa dan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian Damayanti dkk (2011) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi prestasi belajar berasal dari faktor luar instrumental. Oleh karena itu, untuk meniminalisir masalah tersebut 14 berdasarkan hasil penelitian Damayanti dkk (2011) disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning berbasis media flash dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar (kognitif) siswa. d. Pengertian Akuntansi Akuntansi berasal dari Bahasa Inggris yaitu “to Account” yang artinya “memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan”. American Accounting Association (AAA) menyebutkan bahwa: “akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian (pengkajian), pengukuran, dan pengkmomunikasian informasi ekonomi untuk membantu para pemakai informasi ekonomi dalam membuat pendapat-pendapat dan keputusankeputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut” (Widodo dan Sumarno,2005:3). Menurut Jusup (2011:5), definisi akuntansi dirumuskan dari dua sudut pandang yaitu : 1) Definisi dari sudut pandang pemakai Akuntansi merupakan suatu disiplin yang menyediakan informasi untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan suatu entitas. 2) Definisi dari sudut proses kegiatan Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu entitas. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan saling berhubungan antar kegiatan satu dengan kegiatan lain. Akuntansi merupakan ilmu terapan yang dalam perkembangannya cukup signifikan dengan tujuan utama akuntansi adalah menghasilkan laporan keuangan dari suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Akuntansi mengkaji mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi dari transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan tanggung jawab dibidang keuangan. Fungsi ilmu 15 akuntansi di SMK adalah memberikan bekal pengetahuan dasar mengenai akuntansi keuangan dan juga berfungsi mengembangkan keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan perusahaan sehingga tersusunlah laporan keuangan secara benar menurut prinsip akuntansi. Berdasarkan fungsi ilmu akuntansi di SMK tersebut, proses pembelajaran akuntansi merupakan sarana untuk mentransfter materi atau konsep dari pelajaran akuntansi. Salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran akuntansi kelas X SMK Wikarya Karanganyar adalah pokok bahasan laporan keuangan perusahaan jasa dan dagang. Tahap pelaporan keuangan ini membahas tentang macam-macam laporan keuangan mulai dari laporan laba/rugi, laporan perubahan modal, neraca dan arus kas. e. Indikator Prestasi Belajar Akuntansi Indikator yang digunakan untuk mengukur suatu prestasi belajar siswa diakui berhasil dengan berpedoman pada apa yang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2010: 105) bahwa: “Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil sehingga menghasilkan prestasi belajar yang diinginkan adalah sebagai berikut: 1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.2) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ Instruksional khusus telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namum demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran yang dihasilkan prestasi belajar adalah daya serap”. Mulyasa (2007:105) menyatakan bahwa: “Dari segi hasil, proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan kompetensi dan perilaku positif pada siswa seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar (75%)”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar akuntansi siswa berhasil apabila siswa memiliki daya serap terhadap materi yang dipelajari secara kognitif yang ditunjukkan dengan nilai yang mencapai KKM sebesar 75%. 16 3. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Landasan filosofi CTL adalah kontrukstivimisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. Siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah (Johnson, 2007:60). Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2009:5) “Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri”. Johnson (2007:58) menyatakan bahwa “CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok denang otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa”. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut guru untuk mengaitkan isi dari materi pelajaran dengan dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, maka secara tidak langsung akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh penelitian Ginting (2013) bahwa penerapan pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 58,17 % dan meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 19,72%. Proses pembelajaran dengan pendekatan CTL diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan 17 transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari pada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, siswa dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Siswa akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya, dengan demikian siswa dapat memposisikan dirinyalah yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti sehingga di dalam pembelajaran siswa memiliki keaktifan dan prestasi belajar yang tinggi. Hal tersebut dinyatakan dalam penelitian Murtiani dkk (2013) bahwa pendekatan CTL berbasis lesson study dapat meningkatankan kualitas belajar fisika sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa meningkat. b. Komponen Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Sanjaya dalam Sugiyanto (2009:17), pembelajaran berbasis kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni: 1) Konstruktivisme (Construktivism) adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. 2) Menemukan (Inkuiri) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Penerapan asas inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai merumusakan kesimpulan. 3) Bertanya (Questioning) adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan. Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabnya sendiri. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community), dalam model CTL hasil belajar tidak dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hnya guru. 5) Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. 6) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapat pemahaman yang dicapai baik bernilai positif maupun negatif. 7) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. 18 c. Keunggulan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Proses pembelajaran saat ini masih banyak yang mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber informasi sehingga metode ceramah menjadi pilihan dalam melaksanakan pembelajaran. Akuntansi merupakan mata pelajaran yang paling sering menggunakan metode ceramah, namun hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan menyebabkan prestasi menjadi rendah. Proses pembelajaran menjadi kurang menyenangkan, membosankan dan membuat siswa tidak dapat menikmati pembelajaran tersebut sehingga apa yang dipelajari tidak dapat dipahami. Metode ceramah yang selama ini menjadi andalan akan dimodifikasi untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, salah satunya dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Sanjaya (2006: 111) keunggulan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut: 1) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. 2) Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kelompok, kerjasama, diskusi, saling menerima dan memberi. 3) Berkaitan secara riil dengan dunia nyata. 4) Kemampuan berdasarkan pengalaman. 5) Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran sendiri. 6) Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya. 7) Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan kebutuhan. 8) Pembelajaran kontekstual dapat diukur melalui beberapa cara, misalnya evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, rekaman, wawancara, dll. d. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan CTL Setiap pendekatan, model, atau teknik pembelajaran memiliki prosedur pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL), berikut ini langkah-langkah penerapan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL), dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Trianto (2010: 111), yaitu: 1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan bertanya. 19 2) 3) 4) 5) 6) 7) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Ciptakan masyarakat belajar. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) dengan berbagai cara. Pendapat tersebut selaras dikemukakan Mulyasa (2013: 111), bahwa terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), yakni: 1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. 2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). 3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: a) menyusun konsep sementara b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain c) merevisi dan mengembangkan konsep. 4) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apaapa yang dipelajari. 5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penerapan pendekatan ini berdasarkan tujuh komponen dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), diawali dengan pengonstruksian pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari, dan dikaitkan dengan konteks dunia nyata (kontruksivisme). Mengembangkan pengetahuan awal siswa dengan bertanya, mengajukan dugaan dalam suatu masalah dan mendorong siswa untuk memecahkan dan merumusakan kesimpulan dengan video (inquiry). Komponen bertanya dapat dijumpai pada kegiatan diskusi, dan hampir seluruh kegiatan proses pembelajaran yang berlangsung guru bertanya ke siswa maupun siswa bertanya ke guru. Kegiatan yang melibatkan kerja kelompok dalam diskusi merupakan perwujudan masyarakat belajar. Adanya model sebagai alat bantu penyampaian materi dilakukan dengan penjelasan cara memecahan dan menggerjakan soal beserta 20 kesimpulannya. Hasil dari proses ini dipresentasikan melalui diskusi kelas dan diakhiri dengan refleksi berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan disertai penilaian nyata oleh guru. 4. Hakikat Media Pembelajaran Flash a. Pengertian Media Pembelajaran Pada dasarnya, kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “pengantar atau perantara terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Daryanto 2013:4)”. Menurut Sadiman ”media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan” (Musfiqon.2012: 22). Selanjutnya Gagne menyatakan bahwa “media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar” (Musfiqon.2012: 23). Briggs berpendapat bahwa: “media pembelajaran adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya proses belajar terjadi” (Musfiqon.2012:23). Anderson mengelompokkan media pembelajaran menjadi 10 jenis yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1. Klasifikasi media No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Golongan Media Audio Cetak Contoh dalam Pembelajaran Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar Audio-Cetak Kaset audioyang dilengkapi bahan yang tertulis Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT), film bingkai,slide Proyeksi audio visual Film bingkai (slide) bersuara diam Visual gerak film bisu Audio visual gerak Film gerak bersuara,video/VCD, televisi Objek fisik Benda nyata, model,pesimen Manusia dan lingkungan Guru, pustakawan, aboran Komputer CAI (pembelajaran berbantuan komputer) (Sumber: Hadi,2003: 21) 21 Pengklasifikasian tersebut akan memudahkan guru dalam mempelajari suatu media. Guru akan lebih mudah dalam menentukan media yang akan dipakai dalam proses pembelajaran. Guru dapat memilih salah satu jenis media atau menggabungkan beberapa jenis media untuk digunakan dalam suatu pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis alat atau perantara yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, sehingga merangsang siswa untuk belajar dan agar materi yang diajarkan mudah dipahami. Dari berbagai jenis media pembelajaran yang telah di uraikan di atas, media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media komputer yaitu software flash. Media macromedia flash dipilih karena media tersebut dirasa dapat membantu guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran sehingga guru dapat menyampikan materi pembelajaran secara runtut dan siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan mudah dengan adanya menu interaktif. Hal tersebut disampaikan dalam penelitian Yahya dkk (2013) bahwa dengan media dan penerapan model pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar akuntansi dengan pencapaian kualifikasi sangat tinggi. Hal serupa juga disampaikan dalam penelitian Bayu dkk (2015) bahwa produk berupa media pembelajaran berbasis Adobe Flash CS6 dengan pendekatan CTL (Contextual teaching and learning) untuk peserta didik memiliki kualitas sangat baik menurut ahli materi, ahli media, dan guru dengan persentase keidealan berturut-turut 90,2%, 97,2%, dan 89,4%. Sejalan dengan penelitian tersebut Kusumadewi dkk (2013) juga menyatakan bahwa pembelajaran dengan model CTL berbantuan macromedia flash 8 dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat. 22 b. Pengertian Media Pembelajaran Flash Dahulu presentasi dilakukan menggunakan transparansi dengan projector, namun sekarang presentasi bisa dilakukan dengan menggunakan komputer dengan berbagai macam software, salah satunya melalui software flash ditambah dengan penggunaan LCD. Menurut Hadi (2003:60) flash adalah software aplikasi untuk animasi yang digunakan untuk internet yang memiliki pemrograman actionscript. Asyhar (2011:187) menyatakan bahwa “flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini”. Saat membuka situs atau laman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain. Adapun animasi-animasi objek grafis tersebut dapat dikerjakan dengan flash. Perkembangan multimedia yang pesat dapat dilihat dengan makin diperlukannya media pembelajaran, presentasi bisnis, menampilkan newsletter dalam internet dan menambahkan audio, teks dan lainlain. Menurut penelitian Wahyudi (2012), penggunaan bahan ajar dengan flash memiliki kategori baik dengan penampilan yang menarik dari segi materi dan media yang mampu menfasilitasi siswa untuk belajar kapan saja dan dimana saja. Flash adalah program grafis yang diproduksi oleh macromedia crop, yaitu suatu vendor software yang bergerak dibidang animasi web. Macromedia flash pertama kali diproduksi pada tahun 1996 dan telah diprosuksi dalam beberapa versi. Versi terakhir dari Macromedia Flash adalah Macromedia Flash 8. Sekarang Flash telah berpindah vendor menjadi Adobe, bukan hanya nama saja yang berubah namun ada beberapa perubahan pada actionscrip yang lebih bervariasi pada Adobe Flash ini. Adobe flash juga telah memproduksi beberapa versi, dan versi yang terbaru adalah Adobe Flash CS5. Pengembangan media pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Adobe Flash CS5 sebagai aplikasinya. 23 Adobe Flash CS5 adalah salah satu aplikasi pembuat animasi yang dikenal saat ini. Flash tidak hanya menggabungkan elemen multimedia ke dalam portable movie, tetapi juga dengan actionScript. Tampiran user interface yang berbeda, fitur panel yang lebih dikembangkan, fungsi dan pilihan palet yang beragam serta kumpulan tool yang lengkap, sehingga sangat membantu dalam pembuatan media pembelajaran yang menarik. Menurut Astuti (2006:2) di samping digunakan untuk keperluan animasi situs web, flash juga dapat digunakan untuk membuat game, presentasi yang dapat dijalankan menggunakan sistem windows yang mampu menyajikan pesan audiovisual secara jelas kepada siswa dan materi yang bersifat nyata sehingga dapat diilustrasikan secara lebih menarik kepada siswa dengan berbagai gambar animasi yang dapat merangsang minat belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut juga disampaikan dalam penelitian Sutopo (2011) bahwa siswa mengalami peningkatan motivasi dan kemampuan belajar dari media pembelajaran melalui pemilihan berbagai bahasa pemrograman dalam flash. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media flash adalah suatu softwere animasi media pembelajaran untuk membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran agar lebih menarik dan mudah di pahami siswa dan penerapannya menggunakan komputer dan projector. Media flash sejalan dengan pertumbuhan pendidikan, yakni dapat memberi kontribusi pada siswa untuk menumbuhkan semangat dalam bentuk proses pembelajaran dan dapat memusatkan perhatian serta pemahaman siswa lebih dalam mengenai materi tersebut dengan cara yang menyenangkan dan lebih berkesan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikaitkan dengan kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa dengan menggunakan Software Flash sangat mendukung kesuksesan sebuah presentasi dalam proses belajar mengajar sehingga meningkatkan hasil belajar siswa (Putra dkk.2012). 24 c. Kelebihan Media Pembelajaran Flash Kelebihan media flash diantaranya adalah merupakan program yang bisa digunakan untuk membuat animasi, game dan perangkat ajar. Media flash dilengkapi dengan action script (perintah tindakan) sehingga membuat presentasi atau perangkat ajar menjadi lebih variatif dan tentunya lebih menarik dibanding dengan program presentasi lainnya. Penggunaan media Flash sebagai software yang digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis edutainment, didasarkan pada beberapa kelebihan yang dimilikinya. Ramadianto (2008:10) menyatakan bahwa media Flash memiliki keunggulan dibanding program lain yang sejenis, antara lain, misalnya: 1) Seorang pemula yang masih awam terhadap dunia desain dan animasi dapat mempelajari dan memahami media Flash dengan mudah dengan mudah tanpa harus dibekali dasar pengetahuan yang tinggi tentang bidang tersebut. 2) Pengguna program media Flash dapat dengan mudah dan bebas dalam berkreasi membuat animasi dengan gerakan bebas sesuai dengan alur adegan animasi yang dikehendakinya. 3) Media Flash ini dapat menghasilkan file dengan ukuran kecil. Hal ini dikarenakan Flash, menggunakan animasi dengan basis vektor, dan juga ukuran file Flash yang kecil ini dapat digunakan pada halaman web tanpa membutuhkan waktu loading yang lama untuk membukanya. 4) Bisa bersuara. Dokumen flash juga dapat digabungkan dengan suara termasuk music dan suara (voice-overs) 5) Resolusi tampilan dokumen flash dapat dijalankan tanpa harus ditentukan resolusinya. Jadi bias dijalankan dengan beragam resolusi tampilan 6) Media Flash menghasilkan file bertipe (ekstensi). FLA yang bersifat fleksiibel, karena dapat dikonversikan menjadi file bertipe .swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov. Hal ini memungkinkan pengguna program Media Flash untuk berbagai keperluan yang kita inginkan. Begitu pula Asyhar (2011:187) menyebutkan bahwa media flash memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Dapat membuat animasi gerak (motion tween), perubahan bentuk (shape tween) dan perubahan dan transparasi warna (color effect tween). 2) Dapat membuat animasi masking (efek menutupi sebagian objek yang terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti jalur) 3) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain 4) Dapat membuat animasi logo, anminasi form, presentasi multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi. 25 5) Dapat dikonversi dan di-publish ke dalam beberapa tipe seperti *.swf, *.html, *gif, *.jpg, *.png, *.exe dan *.mov. Berdasarkan kelebihan-kelebihan penggunaan media flash tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran akuntansi yang lebih menarik dengan memanfaatkan actionscrip yang ada dalam flash dalam membuat menu interaktif, sehingga guru dan siswa dapat dengan mudah mengakses menu yang disediakan hanya dengan sekali tekan/klik. Hal tersebut didukung oleh penelitian Umar dan Susilowati (2012) yang menyimpulkan bahwa melalui pengembangan multimedia interaktif flash jumlah presentase siswa yang mecapai ketuntasan belajar dengan nilai KKM 70 sebanyak 85% dengan kategori sangat baik. Senada dengan penelitian Umar dan Susilowati, penelitian Arfiyani dkk (2014) juga menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran dilengakapi dengan memanfaatkan actionscrip flash dapat meningkatkan kreativitas, keaktifan dan prestasi belajar siswa. d. Langkah-langakh Penggunaan Media Pembelajaran Flash dengan Pendekatan CTL Langkah-langkah penggunaan media pembelajaran flash dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mata pelajaran akuntansi yang telah dikembangkan oleh peneliti menjadi media pembelajaran interaktif menggunakan software Adobe Flash CS5 ini adalah sebagai berikut: 1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam dan berdoa 2) Guru melakukan persiapan media pembelajaran dan memeriksa absensi siswa 3) Guru membuka media pembelajaran flash sebagai media pembelajaran 4) Guru memberi motivasi agar siswa lebih percaya diri, semangat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. 5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dilanjutkan menjelaskan materi yang diajarkan dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) yang ada 26 dalam media Flash sesuai langkah-langkah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang telah disampaikan sebelumnya. Adapun tampilan media flash adalah sebagai berikut: Gambar 2.1. Tampilan awal Adobe Flash CS5 Gambar 2.2. Tampilan awal materi Gambar 2.3 Tampilan Menu Interaktif Konten dalam media pembelajaran akuntansi yang dikuatkan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), di mana 7 komponenkomponen Contextual Teaching and Learning (CTL) terdapat dalam media flash tersebut. Tujuh komponen tersebut sebagai berikut: a) Konstruktivisme dapat dilihat pada semua kegiatan apresiasi sebelum masuk ke dalam pokok materi dengan fakta-fakta dan pengetahuan mendasar tentang laporan keuangan. 27 Gambar 2.4 Aspek Konstruktivisme dalam media pembelajaran b) Menemukan (Inquiri) dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai merumusakan kesimpulan, dapat dijumpai pada tombol contoh soal dan pembahasannya terdapat siklus inquiry, yaitu pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan membuat kesimpulan. Gambar 2.5 Aspek Inquiri dalam media pembelajaran c) Bertanya (Questioning) dapat dijumpai pada saat kegiatan diskusi dan dalam proses pembelajaran berlangsung yaitu dari siswa bertanya ke siswa maupun siswa bertanya guru. Gambar 2.6 Aspek bertanya dalam media pembelajaran 28 d) Masyarakat Belajar (Learning Community) dapat dijumpai dalam kegiatan yang melibatkan kerja kelompok. Gambar 2.7 Aspek masyarakat belajar dalam media pembelajaran e) Pemodelan (modeling) dapat dijumpai pada proses demontrasi menyusun laporan keuangan melalui video. Gambar 2.8. Aspek Pemodelan dalam media pembelajaran f) Refleksi pembelajaran ditampilkan pada bagian akhir pembelajaran Gambar 2.9. Aspek refleksi dalam media pembelajaran 29 g) Penilaian nyata mengumpulkan adalah informasi proses yang tentang dilakukan perkembangan guru untuk belajar yang dilakukan siswa berupa penilaian sikap, keaktifan dan pengetahuan. 6) Guru memberikan contoh kasus, cara memecahkannya, dan pengambilan keputusan semarik mungkin agar siswa lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran dengan bantuan media flash yang telah dikembangkan tersebut. 7) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa. B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis, untuk meningkatan keaktifan dan prestasi belajar akuntansi melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan pengembangan media pembelajaran media flash di SMK Wikarya Karanganyar yang optimal maka diperlukan kerangka berpikir yang sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dalam pembelajaran akuntansi di SMK Wikarya Karanganyar dapat dilihat bahwa siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran akuntansi sehingga berdampak terhadap prestasi belajar akuntansi yang rendah ditambah tidak digunakannya modul atau buku pegangan akuntansi serta kurangnya perhatian guru terhadap pendekatan dan media pembelajaran yang digunakan. Dari latar belakang siswa yang memiliki daya tangkap dan kemampuan yang berbeda-beda, prestasi belajar siswa menjadi beragam. Guru dituntut untuk bisa menyampaikan materi sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami setiap materi yang disampaikan. Cara penyampaian guru sangat memengaruhi daya tangkap siswa terhadap isi materi yang dipelajarainya. Untuk itu biasanya guru menggunakan model, metode, pendekatan atau bahan yang kreatif dan inovatif yang mampu menarik motivasi siswa untuk aktif belajar. Pengembangan media pembelajaran dengan media Flash merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru agar media pembelajaran yang sudah disediakan 30 oleh sekolah, dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru saat pembelajaran berlangsung. Penggunaan media pembelajaran mempunyai manfaat dalam proses pembelajaran, seperti penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, sehingga dengan manfaat tersebut guru diharapkan mengembangkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan media pembelajaran tidak menyimpang dari materi, tujuan, metode, karateristik siswa sehingga pemahaman siswa dengan penggunaan media pembelajaran dapat lebih mudah dicapai karena pembelajaran akuntansi berjalan secara lebih menyenangkan, tidak membosankan dan bermakna. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Proses belajar mengajar akuntansi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) akan membantu guru dalam menyampaikan materi akuntansi sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terdahap materi yang dipelajarainya karena melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dalam menjelaskan materi guru menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mudah untuk memahami dan belajar tidak hanya sekedar menghafal. Proses pembelajaran ini bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, namun siswa akan lebih bisa menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Siswa dapat memposisikan dirinyalah yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar untuk menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. 31 Dari uraian di atas sesuai dengan judul penelitian “Upaya Meningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media Flash di SMK Wikarya Karanganyar Tahun 2016”, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Hasil Belajar : 1. Keaktifan siswa meningkat 2. Prestasi belajar meningkat Proses Belajar Mengajar Akuntansi dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pengembangan Media Pembelajaran dengan media Flash Kondisi awal : 1. 2. 3. 4. Siswa kurang aktif Prestasi belajar rendah tidak digunakanya modul atau buku akuntansi Kurangnya perhatian guru terhadap pendekatan dan media pembelajaran yang digunakan Gambar 2.10. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir, dan hasil penelitian yang relevan seperti yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diajukan hipotesis penelitian bahwa: 1. Adanya peningkatan keaktifan melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan media flash pada siswa kelas X.C SMK Wikarya Karanganyar tahun 2016. 2. Adanya peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media flash pada siswa kelas X.C SMK Wikarya Karanganyar Tahun 2016.