Kajian Campuran Media Tanam dalam Polybag Terhadap Hasil

advertisement
Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
Kajian Campuran Media Tanam dalam Polybag Terhadap Hasil
Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) di Pekarangan
Study of Mixed Media Planting in Polybag Against Results
Caisim Mustard Plant (Brassica juncea L.) in Yard
Yuana Juwita*), Suparwoto
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
Jln. Kol. H. Barlian No. 83 Km 6 Palembang 30153
*)
Email: [email protected]
ABSTRACT
The event was held in the group of women farmers in the village Seterio Flower Farmer,
District Banyuasin 3, Banyuasin in May to July 2015. The purpose of this activity
determine the effect of rice husk and sawdust to the growing media in polybag on crop
yields caisim in yard. Caisim seed first planted in plastic trays with soil and manure media
ratio (1: 1) that has been sifted. After the 2-3 leaf pieces were transferred to bumbunan
made of banana leaves with planting medium soil and manure is placed in a nursery village
(Greenhouse). Once the seedlings 2 weeks transferred to polybags sized (25 cm x 25 cm)
with planting medium appropriate treatment that soil + chicken manure + husk and 2) soil
+ chicken manure + sawdust in the ratio (1: 1 : 0.5). Pearl NPK fertilizer provided through
the soil as a fertilizer base by means reconstituted with a dose of 2 tablespoons per 5 liters
of water given 1 week. Method of random sampling plants as much as 5 plants. Data
collected included : plant height, number of leaves, fresh weight and heavy consumption of
mustard plants per polybag. All data were tabulated and statistical dianalisissecara Test - t.
The study showed that the visually that there is a difference though test results - t is not
significantly different. The growth of plant height and number of leaves of mustard plants
caisim the planting medium soil+chicken manure+husk better than planting medium soil +
chicken manure+sawdus, as well as on the parameters wet weight and the weight of
consumption, addition of rice husk showed the average heavier 15 % and 13.3 % compared
to the addition of sawdust.
Key words: caisim, media planting, yard
ABSTRAK
Kegiatan ini dilaksanakan di kelompok wanita tani Bunga Tani di Desa Seterio,
Kecamatan Banyuasin 3, Kabupaten Banyuasin pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015.
Tujuan dari kegiatan ini mengetahui pengaruh penambahan arang sekam dan serbuk
gergaji kayu pada media tanam dalam polybag terhadap hasil tanaman caisim di
pekarangan. Benih caisim disemaikan terlebih dahulu dalam nampan plastik dengan media
tanah dan pupuk kandang perbandingan (1:1) yang telah diayak. Setelah berdaun 2-3 helai
dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang dengan media tanam tanah dan
pupuk kandang diletakkan dalam kebun bibit desa (Greenhouse). Setelah bibit berumur 2
minggu di pindahkan ke polybag yang berukuran (25 cm x 25 cm) dengan media tanam
sesuai perlakuan yaitu tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam dan 2) tanah+pupuk
1
Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
kandang ayam+serbuk gergaji kayu dengan perbandingan (1:1:0,5). Pupuk NPK mutiara
diberikan melalui tanah sebagai pupuk dasar dengan cara dilarutkan dengan takaran 2
sendok makan per 5 liter air diberikan 1 minggu sekali. Metode pengamatan secara
observasi lapang. Setiap perlakuan 20 polybag dimana pada satu polybag ditanam hanya
satu tanaman. Pengamatan dilakukan pada umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam.
Metode pengambilan contoh tanaman secara acak sebanyak 5 tanaman. Data yang
dikumpulkan meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat konsumsi
tanaman sawi per polybag. Semua data ditabulasi dan dianalisis secara statistik dengan
Uji-t. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa secara visual terdapat perbedaan meskipun
hasil Uji-t tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun sawi caisim
pada media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam lebih baik dibandingkan
media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu, begitu juga pada parameter
berat basah dan berat konsumsi, penambahan arang sekam menunjukkan rata-rata lebih
berat 15% dan 13,3% dibandingkan penambahan serbuk gergaji kayu.
Kata kunci : caisim, media tanam, pekarangan
PENDAHULUAN
Pekarangan adalah sebidang tanah yang berada langsung di sekitar rumah yang
diusahakan secara sambilan (Sajogyo, 1994). Upaya optimalisasi pemanfaaatan
pekarangan bertujuan untuk dapat meningkatkan konsumsi pangan dan gizi keluarga,
kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) melalui
pemanfaatan beragam jenis tanaman, ternak dan ikan. Luasan pekarangan tidak membatasi
pemilik untuk ikut mengoptimalisasikan lahan pekarangannya, lahan yang luas sampai
sempit dapat dioptimalkan. Pada lahan sempit contohnya, dapat dilakukan budidaya
tanaman dalam polybag dengan sistem vertikultur. Salah satu tanaman yang biasanya
dibudidayakan oleh KWT dalam polybag yaitu sawi caisim. Saiwi caisim adalah salah
satu jenis sawi yang layak untuk dikembangkan atau diusahakan, menurut Rahman (2008)
kelayakan pengembangan budidaya sawi ditunjukkan adanya kondisi wilayah tropis
Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas sawi, umur panen sawi yang relatif pendek
yakni 40-50 hari setelah tanam serta hasil yang diberikan memberikan keuntungan yang
memadai. Selain itu prospek pemasaran jenis sayuran ini cukup menjanjikan karena sawi
caisim tidak dapat dilepaskan dari berbagai hidangan kuliner, hampir semuanya
menggunakan sawi caisim sebagai bahan bakunya seperti salad, mi jawa, mi ayam dan
lainnya (Rakhawati, et al, 2011). Sawi ini sering ditemukan pada makanan bakso, sehingga
dikenal juga dengan nama sawi bakso (Usman dan Maripul, 2010).
Pemilihan media tanam yang tepat akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan tanaman. Kondisi kesuburan media tanam perlu dikelola agar dapat mampu
optimal menyokong pertumbuhan tanaman sampai panen. Salah satu media tanam yang
sampai saat ini mudah diperoleh yaitu tanah. Peningkatan kesuburan tanah sebagai media
dapat dilakukan dengan menambahkan bahan organik lainnya sebagai campuran baik saat
penyiapan media sebelum penanaman maupun saat berlangsungnya pertumbuhan tanaman.
Penambahan bahan organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah organik yang
tersedia, misalnya arang sekam dan serbuk gergaji. Penambahan arang sekam pada tanah
dapat memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan tanpa arang sekam
(Gustia, 2013). Penggunaan serbuk gergaji sebagai campuran media tanam diharapkan
2
Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
sebagai salah satu upaya agar dapat mengoptimalkan pemanfaatannya. Menurut Lakitan
(1995) serbuk gergaji adalah bahan organik yang sedikit mengandung N, P, K, dan Mg,
dengan kapasitas pengikat air baik sampai sangat baik. Penambahan arang sekam dan
serbuk gergaji kayu selain dapat menambahkan unsur hara juga dapat menjadi pembenah
tanah tetapi tidak sebagai sumber hara utama (Soemeinaboedhy dan Sri, 2007) karena
itulah dalam kajian ini tetap menambahkan sumber hara utama berupa pupuk kandang
ayam pada campuran media tanam.
Kegiatan ini merupakan salah satu sarana pembelajaran melalui demo teknologi
kepada kelompok wanita tani untuk meningkatkan pengetahuan akan manfaat bahan
organik dalam campuran media tanam. Tujuan kajian ini yaitu mengetahui pengaruh
penambahan arang sekam dan serbuk gergaji kayu pada media tanam dalam polybag
terhadap hasil tanaman sawi caisim di pekarangan.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan ini dilaksanakan di kelompok wanita tani Bunga Tani di Desa Seterio,
Kecamatan Banyuasin 3, Kabupaten Banyuasin pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015.
Benih caisim disemaikan terlebih dahulu dalam nampan plastik dengan media tanah dan
pupuk kandang perbandingan (1:1) yang telah diayak. Setelah berdaun 2-3 helai
dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang dengan media tanam tanah dan
pupuk kandang diletakkan dalam kebun bibit desa (Greenhouse). Setelah bibit berumur 2
minggu di pindahkan ke polybag yang berukuran (25 cm x 25 cm) dengan media tanam
sesuai perlakuan yaitu 1) tanah+ pupuk kandang ayam + arang sekam dan 2) tanah+ pupuk
kandang ayam+ serbuk gergaji kayu dengan perbandingan (1:1: 0,5). Pupuk NPK mutiara
diberikan melalui tanah sebagai pupuk dasar dengan cara dilarutkan dengan takaran 2
sendok makan per 5 liter air diberikan 1 minggu sekali. Metode pengamatan secara
observasi lapang. Setiap perlakuan 20 polybag dimana pada satu polybag ditanam hanya
satu tanaman. Pengamatan dilakukan pada umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam.
Metode pengambilan contoh tanaman secara acak sebanyak 5 tanaman. Data yang
dikumpulkan meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat konsumsi
tanaman sawi per polybag. Semua data dibuat dalam tabulasi dan dianalisis secara statistik
dengan Uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Berdasarkan hasil analisis statistik bahwa perlakuan media tanam menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat
konsumsi tanaman sawi caisim pada pengamatan umur 2 minggu (Tabel 1) dan 4 minggu
setelah tanam (Tabel 2).
3
Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi caisim pada polybag
pada umur 2 minggu setelah tanam.
No Media tanam
1
Tanah+pupuk
kandang ayam
ayam+arang sekam
(M1)
2
Tanah+pupuk
kandang ayam ayam+
serbuk gergaji kayu
(M2)
Keterangan: tn = tidak nyata
Tinggi
tanaman (cm)
Nilai beda
Jumlah daun
(helai)
Nilai beda
13,4
M1
-
7,0
M2
-
12,6
0,8 tn
6,4
0,6 tn
Pada Tabel 1, memperlihatkan bahwa perlakuan media tanam tanah+pupuk
kandang ayam+ arang sekam (M1) dan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk
gergaji kayu (M2) memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun
tanaman sawi caisim, walaupun secara visual. Pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah
daun tanaman sawi caisim lebih baik dengan media tanam tanah+pupuk kandang
ayam+arang sekam dibandingkan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk
gergaji kayu, dimana tinggi tanaman mencapai rata-rata 13,4 cm dan jumlah daun rata-rata
7 helai pada umur tanaman 2 minggu setelah tanam. Pada umur 4 minggu setelah tanam
terjadi penambahan tinggi dan jumlah daun tanaman sawi caisim. Pertumbuhan tanaman
yang terbaik juga pada media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam dengan
tinggi tanaman rata-rata 24 cm dan jumlah daun rata-rata 7,6 helai (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi caisim pada polybag
pada umur 4 minggu setelah tanam.
No Media tanam
1
Tanah+pupuk
kandang ayam
ayam+arang sekam
(M1)
2
Tanah+pupuk
kandang ayam ayam+
serbuk gergaji kayu
(M2)
Keterangan: tn = tidak nyata
Tinggi
tanaman (cm)
Nilai beda
Jumlah daun
(helai)
Nilai beda
24,0
M1
-
7,6
M2
-
20,9
3,1 tn
7,4
0,2 tn
Pada umur 4 minggu setelah tanam dilakukan pengamatan berat segar tanaman
dengan mencabut tanaman beserta akarnya lalu ditimbang, ternyata beratnya per tanaman
rata-rata 230 gr pada media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam lebih berat
4
Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
dari media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu (200 gr). Demikian
juga untuk berat konsumsinya rata-rata 170 gr per tanaman lebih berat dibandingkan media
tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu (150 gr) (Tabel 3).
Tabel 3. Rata-rata berat basah dan berat konsumsi tanaman sawi caisim pada polybag pada
umur 4 minggu setelah tanam.
No Media tanam
1
Tanah+pupuk
kandang ayam
ayam+arang sekam
(M1)
2
Tanah+pupuk
kandang ayam ayam+
serbuk gergaji kayu
(M2)
Keterangan: tn = tidak nyata
Berat basah
tanaman
(gr/tanaman)
Nilai beda
Berat
konsumsi
(gr/tanaman)
Nilai beda
230
M1
-
170
M2
-
200
30 tn
150
20 tn
PEMBAHASAN
Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan arang sekam dan serbuk gergaji
memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman caisim pada berbagai parameter
pengamatan. Tanaman sawi menginginkan tanah yang gembur, banyak mengandung
humus (subur), drainasenya baik, dan dengan derajat keasaman berkisar 6-7 untuk
pertumbuhannya (Sunardjono,2011), sementara berdasarkan hasil analisa dengan
penggunaan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) status hara tanah di lokasi kegiatan
sebagai berikut; P tinggi, K tinggi, pH agak masam (5-6), dan C-Organik rendah. Dari hasil
analisa terlihat bahwa yang menjadi pembatas pada tanah yang digunakan yaitu pH yang
masam dan kandungan C-Organik yang rendah. Penambahan pupuk kandang sebagai
sumber utama bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Menurut Nurshanti (2009), pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
Ketersediaan unsur hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh Kapasitas Tukar
Kation (KTK) dan setiap jenis tanah memiliki nilai KTK yang berbeda. Pada tanah yang
memiliki nilai KTK rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik dan
menurut Soemeinaboedhy (2007) arang sekam padi adalah jenis arang yang memiliki nilai
KTK yang besar. Secara kimia arang sekam padi memiliki kandungan seperti kadar air
7,4%, C-Organik 7,51%, N Total 0,49%, P2O5 0,07%, K2O 0,08%, KTK 88,08 cmol/g dan
pH H2O 6,73 (Nurbaity, et all. 2011). Ketersediaan unsur hara P sangat dipengaruhi oleh
pH, pada pH netral unsur P akan tersedia optimum sedangkan di atas atau di bawah nilai
pH netral unsur hara fosfor akan terikat dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Arang
sekam padi mampu melepaskan unsur hara fosfor paling tinggi pada kondisi berbagai pH,
mulai dari pH 4 sampai 9 (Soemeinaboedhy dan Sri, 2007). Selain itu penambahan arang
5
Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
pada media tanam dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, menurut Pohan (2002)
dengan luas permukaan yang besar dan kurang lebih sama dengan koloid tanah arang
memiliki potensi sebagai penyerap dan pelepas unsur hara (pupuk).
Hal ini
memungkinkan pada tanah yang dicampur dengan arang sekam ketersediaan dan
penyerapan unsur hara semakin optimal sehingga pertumbuhan tanaman pada komposisi
media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam memberikan hasil pertumbuhan
yang lebih baik pada tinggi tanaman, dan jumlah daun tanaman sawi per polybag
dibandingkan dengan tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu meski tidak
berbeda nyata.
Penambahan serbuk gergaji pada media dapat mengurangi kepadatan tanah
sehingga aliran drainase dan perakaran mendapat kondisi yang lebih baik, akan tetapi
bahan organik dari serbuk gergaji sulit terdekomposisi. Serbuk gergaji mengandung
selulosa dan lignin yang lebih besar dari komponen kimia lainnya (Martawijaya dan
Baharudin, 2005 dalam Hapsari, 2014) dua komponen kimia ini sulit terdekomposisi
sehingga unsur hara yang terkandung di dalamnya lambat tersedia bagi tanaman.
Penambahan bahan organik dengan serbuk gergaji akan lebih baik apabila dibuat arang
terlebih dahulu karena nilai KTK arang serbuk gergaji dapat lebih tinggi daripada arang
sekam (Soemeinaboedhy dan Sri, 2007). Dengan kandungan C yang tinggi dibandingkan
N (Rasio C/N tinggi) selain berdampak pada ketersediaan unsur hara lambat juga
menyebabkan terjadinya immobilisasi hara, menurut Hanafiah (2007) saat terjadi
immobilisasi tanaman sulit menyerap hara karena selain jumlah unsur tersedia bagi
tanaman lebih sedikit, terjadi pula persaingan penyerapan unsur hara dengan dekomposer.
Dengan demikian unsur tersedia yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi dan
akhirnya menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
Berat basah yang ditimbang adalah berat tanaman saat masih hidup dan ditimbang
langsung sebelum tanaman menjadi layu, sedangkan berat konsumsi adalah berat basah
bagian tanaman yang dikonsumsi dikurangi akar tanaman. Adanya perbedaan pada berat
basah juga dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap air, kondisi akar yang
baik akan mendukung penyerapan air secara optimal (Wahid, 2015). Pada perlakuan
tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam perbaikan sifat tanah terjadi lebih optimal
dibandingkan dengan penambahan serbuk gergaji, hal ini menyebabkan perkembangan
akar menjadi lebih baik. Tidak hanya air, akar yang berkembang dengan baik akan
meningkatkan penyerapan unsur hara yang tersedia dari pupuk kandang. Peningkatan
pertumbuhan (tinggi) tanaman dan banyaknya daun pada akhirnya juga akan meningkatkan
hasil tanaman karena kadar protein dalam tubuh tanaman turut meningkat sebagai hasil
dari proses fotosintesis lewat daun.
.
KESIMPULAN
Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan arang sekam dan serbuk gergaji
memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman caisim pada berbagai parameter
pengamatan. Secara umum terlihat bahwa pada komposisi media tanam tanah+pupuk
kandang ayam+arang sekam memberikan hasil pertumbuhan yang lebih baik pada tinggi
tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat konsumsi tanaman sawi per polybag
dibandingkan dengan tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu meski tidak
berbeda nyata. Pada parameter berat basah dan berat konsumsi, penambahan arang sekam
6
Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
menunjukkan rata-rata lebih berat 15% dan 13,3% dibandingkan penambahan serbuk
gergaji kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Goldsworthy and N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah mada
Universitas Press. Yogyakarta. 874 hlm (edisi terjemahan)
Gustia H. 2013. Pengaruh Penambahan Arang Sekam Pada Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.). E-Journal Widya
Kesehatan dan Lingkungan 2 (1):12-17.
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358
p.
Hapsari, E.W. 2014. Pertumbuhan dan produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostretus) Pada Media Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.) dengan
Penambahan Sekam Padi (Oryza sativa). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Lakitan B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Nurshanti F.D. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil
Tanaman
Sawi
Caisim.
E-Journal
Agronobis
1
(1).
https://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/12-hal-89-98-dora.pdf.
[Diakses 17 September 2017].
Nurbaity A, Ade S, Oviyanti M. 2011. Efektivitas Arang Sekam Sebagai Bahan Pembawa
Pupuk Hayati Mikoriza Arbuskula Pada Produksi Sorgum. Agrinimal 1 (1): 1-6.
Pohan. 2002. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Natrium Kidroksida pada Pembuatan
Karbon Aktif dan Sekam Padi. Balai Pengembangan Khemurgi dan Aneka Industri.
Balai Besar Penelitian dan Pengambangan Industri Hasil Pertanian. Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta.
Rahman. 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22182/5/chapteri.pdf.
[Diakses 8 September 2015].
Rakhawati, P.K, Endah H, Efriyani S. 2011. Analisis Efisiensi Usaha Tani Sawi Caisim
(Brassica juncea L.) Studi Kasus di kelompok Tani Agribisnis “Aspakusa
Makmur” Teras Kabupaten
Boyolali. Agromedia. Vol 29 No. 2 September 2011.
Wahid, S.T, Andi Ilham Latunra, Baharuddin, Andi Masniawati. 2015. Optimalisasi
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L Secara
Hidroponik
dengan
Pemberian
Bahan
Organik
Cair.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6051/ArtikelBiologi.pdf.
[Diakses 17 September 2015].
Sajogyo.1994. Menuju Gizi yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Yogyakarta: Gajah
Mada Press.
Soemeinaboedhy N, R Sri T. 2007. Pemanfaatan Berbagai Macam Arang Sebagai Sumber
Hara P dan K Serta Sebagai Pembenah Tanah. Agroteksos 17 (2).
Sunardjono H. 2011. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.Pe
Usman dan Maripul. 2010. Budidaya Tanaman Sawi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Riau. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian
Pertanian. Liptan. i Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ria
7
Download