Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9 Kajian Campuran Media Tanam dalam Polybag Terhadap Hasil Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.) di Pekarangan Study of Mixed Media Planting in Polybag Against Results Caisim Mustard Plant (Brassica juncea L.) in Yard Yuana Juwita*), Suparwoto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jln. Kol. H. Barlian No. 83 Km 6 Palembang 30153 *) Email: [email protected] ABSTRACT The event was held in the group of women farmers in the village Seterio Flower Farmer, District Banyuasin 3, Banyuasin in May to July 2015. The purpose of this activity determine the effect of rice husk and sawdust to the growing media in polybag on crop yields caisim in yard. Caisim seed first planted in plastic trays with soil and manure media ratio (1: 1) that has been sifted. After the 2-3 leaf pieces were transferred to bumbunan made of banana leaves with planting medium soil and manure is placed in a nursery village (Greenhouse). Once the seedlings 2 weeks transferred to polybags sized (25 cm x 25 cm) with planting medium appropriate treatment that soil + chicken manure + husk and 2) soil + chicken manure + sawdust in the ratio (1: 1 : 0.5). Pearl NPK fertilizer provided through the soil as a fertilizer base by means reconstituted with a dose of 2 tablespoons per 5 liters of water given 1 week. Method of random sampling plants as much as 5 plants. Data collected included : plant height, number of leaves, fresh weight and heavy consumption of mustard plants per polybag. All data were tabulated and statistical dianalisissecara Test - t. The study showed that the visually that there is a difference though test results - t is not significantly different. The growth of plant height and number of leaves of mustard plants caisim the planting medium soil+chicken manure+husk better than planting medium soil + chicken manure+sawdus, as well as on the parameters wet weight and the weight of consumption, addition of rice husk showed the average heavier 15 % and 13.3 % compared to the addition of sawdust. Key words: caisim, media planting, yard ABSTRAK Kegiatan ini dilaksanakan di kelompok wanita tani Bunga Tani di Desa Seterio, Kecamatan Banyuasin 3, Kabupaten Banyuasin pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015. Tujuan dari kegiatan ini mengetahui pengaruh penambahan arang sekam dan serbuk gergaji kayu pada media tanam dalam polybag terhadap hasil tanaman caisim di pekarangan. Benih caisim disemaikan terlebih dahulu dalam nampan plastik dengan media tanah dan pupuk kandang perbandingan (1:1) yang telah diayak. Setelah berdaun 2-3 helai dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang dengan media tanam tanah dan pupuk kandang diletakkan dalam kebun bibit desa (Greenhouse). Setelah bibit berumur 2 minggu di pindahkan ke polybag yang berukuran (25 cm x 25 cm) dengan media tanam sesuai perlakuan yaitu tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam dan 2) tanah+pupuk 1 Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9 kandang ayam+serbuk gergaji kayu dengan perbandingan (1:1:0,5). Pupuk NPK mutiara diberikan melalui tanah sebagai pupuk dasar dengan cara dilarutkan dengan takaran 2 sendok makan per 5 liter air diberikan 1 minggu sekali. Metode pengamatan secara observasi lapang. Setiap perlakuan 20 polybag dimana pada satu polybag ditanam hanya satu tanaman. Pengamatan dilakukan pada umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Metode pengambilan contoh tanaman secara acak sebanyak 5 tanaman. Data yang dikumpulkan meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat konsumsi tanaman sawi per polybag. Semua data ditabulasi dan dianalisis secara statistik dengan Uji-t. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa secara visual terdapat perbedaan meskipun hasil Uji-t tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun sawi caisim pada media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam lebih baik dibandingkan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu, begitu juga pada parameter berat basah dan berat konsumsi, penambahan arang sekam menunjukkan rata-rata lebih berat 15% dan 13,3% dibandingkan penambahan serbuk gergaji kayu. Kata kunci : caisim, media tanam, pekarangan PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang berada langsung di sekitar rumah yang diusahakan secara sambilan (Sajogyo, 1994). Upaya optimalisasi pemanfaaatan pekarangan bertujuan untuk dapat meningkatkan konsumsi pangan dan gizi keluarga, kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) melalui pemanfaatan beragam jenis tanaman, ternak dan ikan. Luasan pekarangan tidak membatasi pemilik untuk ikut mengoptimalisasikan lahan pekarangannya, lahan yang luas sampai sempit dapat dioptimalkan. Pada lahan sempit contohnya, dapat dilakukan budidaya tanaman dalam polybag dengan sistem vertikultur. Salah satu tanaman yang biasanya dibudidayakan oleh KWT dalam polybag yaitu sawi caisim. Saiwi caisim adalah salah satu jenis sawi yang layak untuk dikembangkan atau diusahakan, menurut Rahman (2008) kelayakan pengembangan budidaya sawi ditunjukkan adanya kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas sawi, umur panen sawi yang relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam serta hasil yang diberikan memberikan keuntungan yang memadai. Selain itu prospek pemasaran jenis sayuran ini cukup menjanjikan karena sawi caisim tidak dapat dilepaskan dari berbagai hidangan kuliner, hampir semuanya menggunakan sawi caisim sebagai bahan bakunya seperti salad, mi jawa, mi ayam dan lainnya (Rakhawati, et al, 2011). Sawi ini sering ditemukan pada makanan bakso, sehingga dikenal juga dengan nama sawi bakso (Usman dan Maripul, 2010). Pemilihan media tanam yang tepat akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi kesuburan media tanam perlu dikelola agar dapat mampu optimal menyokong pertumbuhan tanaman sampai panen. Salah satu media tanam yang sampai saat ini mudah diperoleh yaitu tanah. Peningkatan kesuburan tanah sebagai media dapat dilakukan dengan menambahkan bahan organik lainnya sebagai campuran baik saat penyiapan media sebelum penanaman maupun saat berlangsungnya pertumbuhan tanaman. Penambahan bahan organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah organik yang tersedia, misalnya arang sekam dan serbuk gergaji. Penambahan arang sekam pada tanah dapat memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan tanpa arang sekam (Gustia, 2013). Penggunaan serbuk gergaji sebagai campuran media tanam diharapkan 2 Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9 sebagai salah satu upaya agar dapat mengoptimalkan pemanfaatannya. Menurut Lakitan (1995) serbuk gergaji adalah bahan organik yang sedikit mengandung N, P, K, dan Mg, dengan kapasitas pengikat air baik sampai sangat baik. Penambahan arang sekam dan serbuk gergaji kayu selain dapat menambahkan unsur hara juga dapat menjadi pembenah tanah tetapi tidak sebagai sumber hara utama (Soemeinaboedhy dan Sri, 2007) karena itulah dalam kajian ini tetap menambahkan sumber hara utama berupa pupuk kandang ayam pada campuran media tanam. Kegiatan ini merupakan salah satu sarana pembelajaran melalui demo teknologi kepada kelompok wanita tani untuk meningkatkan pengetahuan akan manfaat bahan organik dalam campuran media tanam. Tujuan kajian ini yaitu mengetahui pengaruh penambahan arang sekam dan serbuk gergaji kayu pada media tanam dalam polybag terhadap hasil tanaman sawi caisim di pekarangan. BAHAN DAN METODE Kegiatan ini dilaksanakan di kelompok wanita tani Bunga Tani di Desa Seterio, Kecamatan Banyuasin 3, Kabupaten Banyuasin pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015. Benih caisim disemaikan terlebih dahulu dalam nampan plastik dengan media tanah dan pupuk kandang perbandingan (1:1) yang telah diayak. Setelah berdaun 2-3 helai dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang dengan media tanam tanah dan pupuk kandang diletakkan dalam kebun bibit desa (Greenhouse). Setelah bibit berumur 2 minggu di pindahkan ke polybag yang berukuran (25 cm x 25 cm) dengan media tanam sesuai perlakuan yaitu 1) tanah+ pupuk kandang ayam + arang sekam dan 2) tanah+ pupuk kandang ayam+ serbuk gergaji kayu dengan perbandingan (1:1: 0,5). Pupuk NPK mutiara diberikan melalui tanah sebagai pupuk dasar dengan cara dilarutkan dengan takaran 2 sendok makan per 5 liter air diberikan 1 minggu sekali. Metode pengamatan secara observasi lapang. Setiap perlakuan 20 polybag dimana pada satu polybag ditanam hanya satu tanaman. Pengamatan dilakukan pada umur 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam. Metode pengambilan contoh tanaman secara acak sebanyak 5 tanaman. Data yang dikumpulkan meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat konsumsi tanaman sawi per polybag. Semua data dibuat dalam tabulasi dan dianalisis secara statistik dengan Uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Berdasarkan hasil analisis statistik bahwa perlakuan media tanam menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat konsumsi tanaman sawi caisim pada pengamatan umur 2 minggu (Tabel 1) dan 4 minggu setelah tanam (Tabel 2). 3 Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9 Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi caisim pada polybag pada umur 2 minggu setelah tanam. No Media tanam 1 Tanah+pupuk kandang ayam ayam+arang sekam (M1) 2 Tanah+pupuk kandang ayam ayam+ serbuk gergaji kayu (M2) Keterangan: tn = tidak nyata Tinggi tanaman (cm) Nilai beda Jumlah daun (helai) Nilai beda 13,4 M1 - 7,0 M2 - 12,6 0,8 tn 6,4 0,6 tn Pada Tabel 1, memperlihatkan bahwa perlakuan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+ arang sekam (M1) dan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu (M2) memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman sawi caisim, walaupun secara visual. Pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi caisim lebih baik dengan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam dibandingkan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu, dimana tinggi tanaman mencapai rata-rata 13,4 cm dan jumlah daun rata-rata 7 helai pada umur tanaman 2 minggu setelah tanam. Pada umur 4 minggu setelah tanam terjadi penambahan tinggi dan jumlah daun tanaman sawi caisim. Pertumbuhan tanaman yang terbaik juga pada media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam dengan tinggi tanaman rata-rata 24 cm dan jumlah daun rata-rata 7,6 helai (Tabel 2). Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman sawi caisim pada polybag pada umur 4 minggu setelah tanam. No Media tanam 1 Tanah+pupuk kandang ayam ayam+arang sekam (M1) 2 Tanah+pupuk kandang ayam ayam+ serbuk gergaji kayu (M2) Keterangan: tn = tidak nyata Tinggi tanaman (cm) Nilai beda Jumlah daun (helai) Nilai beda 24,0 M1 - 7,6 M2 - 20,9 3,1 tn 7,4 0,2 tn Pada umur 4 minggu setelah tanam dilakukan pengamatan berat segar tanaman dengan mencabut tanaman beserta akarnya lalu ditimbang, ternyata beratnya per tanaman rata-rata 230 gr pada media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam lebih berat 4 Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9 dari media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu (200 gr). Demikian juga untuk berat konsumsinya rata-rata 170 gr per tanaman lebih berat dibandingkan media tanam tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu (150 gr) (Tabel 3). Tabel 3. Rata-rata berat basah dan berat konsumsi tanaman sawi caisim pada polybag pada umur 4 minggu setelah tanam. No Media tanam 1 Tanah+pupuk kandang ayam ayam+arang sekam (M1) 2 Tanah+pupuk kandang ayam ayam+ serbuk gergaji kayu (M2) Keterangan: tn = tidak nyata Berat basah tanaman (gr/tanaman) Nilai beda Berat konsumsi (gr/tanaman) Nilai beda 230 M1 - 170 M2 - 200 30 tn 150 20 tn PEMBAHASAN Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan arang sekam dan serbuk gergaji memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman caisim pada berbagai parameter pengamatan. Tanaman sawi menginginkan tanah yang gembur, banyak mengandung humus (subur), drainasenya baik, dan dengan derajat keasaman berkisar 6-7 untuk pertumbuhannya (Sunardjono,2011), sementara berdasarkan hasil analisa dengan penggunaan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) status hara tanah di lokasi kegiatan sebagai berikut; P tinggi, K tinggi, pH agak masam (5-6), dan C-Organik rendah. Dari hasil analisa terlihat bahwa yang menjadi pembatas pada tanah yang digunakan yaitu pH yang masam dan kandungan C-Organik yang rendah. Penambahan pupuk kandang sebagai sumber utama bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Menurut Nurshanti (2009), pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Ketersediaan unsur hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan setiap jenis tanah memiliki nilai KTK yang berbeda. Pada tanah yang memiliki nilai KTK rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik dan menurut Soemeinaboedhy (2007) arang sekam padi adalah jenis arang yang memiliki nilai KTK yang besar. Secara kimia arang sekam padi memiliki kandungan seperti kadar air 7,4%, C-Organik 7,51%, N Total 0,49%, P2O5 0,07%, K2O 0,08%, KTK 88,08 cmol/g dan pH H2O 6,73 (Nurbaity, et all. 2011). Ketersediaan unsur hara P sangat dipengaruhi oleh pH, pada pH netral unsur P akan tersedia optimum sedangkan di atas atau di bawah nilai pH netral unsur hara fosfor akan terikat dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Arang sekam padi mampu melepaskan unsur hara fosfor paling tinggi pada kondisi berbagai pH, mulai dari pH 4 sampai 9 (Soemeinaboedhy dan Sri, 2007). Selain itu penambahan arang 5 Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9 pada media tanam dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, menurut Pohan (2002) dengan luas permukaan yang besar dan kurang lebih sama dengan koloid tanah arang memiliki potensi sebagai penyerap dan pelepas unsur hara (pupuk). Hal ini memungkinkan pada tanah yang dicampur dengan arang sekam ketersediaan dan penyerapan unsur hara semakin optimal sehingga pertumbuhan tanaman pada komposisi media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam memberikan hasil pertumbuhan yang lebih baik pada tinggi tanaman, dan jumlah daun tanaman sawi per polybag dibandingkan dengan tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu meski tidak berbeda nyata. Penambahan serbuk gergaji pada media dapat mengurangi kepadatan tanah sehingga aliran drainase dan perakaran mendapat kondisi yang lebih baik, akan tetapi bahan organik dari serbuk gergaji sulit terdekomposisi. Serbuk gergaji mengandung selulosa dan lignin yang lebih besar dari komponen kimia lainnya (Martawijaya dan Baharudin, 2005 dalam Hapsari, 2014) dua komponen kimia ini sulit terdekomposisi sehingga unsur hara yang terkandung di dalamnya lambat tersedia bagi tanaman. Penambahan bahan organik dengan serbuk gergaji akan lebih baik apabila dibuat arang terlebih dahulu karena nilai KTK arang serbuk gergaji dapat lebih tinggi daripada arang sekam (Soemeinaboedhy dan Sri, 2007). Dengan kandungan C yang tinggi dibandingkan N (Rasio C/N tinggi) selain berdampak pada ketersediaan unsur hara lambat juga menyebabkan terjadinya immobilisasi hara, menurut Hanafiah (2007) saat terjadi immobilisasi tanaman sulit menyerap hara karena selain jumlah unsur tersedia bagi tanaman lebih sedikit, terjadi pula persaingan penyerapan unsur hara dengan dekomposer. Dengan demikian unsur tersedia yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi dan akhirnya menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Berat basah yang ditimbang adalah berat tanaman saat masih hidup dan ditimbang langsung sebelum tanaman menjadi layu, sedangkan berat konsumsi adalah berat basah bagian tanaman yang dikonsumsi dikurangi akar tanaman. Adanya perbedaan pada berat basah juga dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap air, kondisi akar yang baik akan mendukung penyerapan air secara optimal (Wahid, 2015). Pada perlakuan tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam perbaikan sifat tanah terjadi lebih optimal dibandingkan dengan penambahan serbuk gergaji, hal ini menyebabkan perkembangan akar menjadi lebih baik. Tidak hanya air, akar yang berkembang dengan baik akan meningkatkan penyerapan unsur hara yang tersedia dari pupuk kandang. Peningkatan pertumbuhan (tinggi) tanaman dan banyaknya daun pada akhirnya juga akan meningkatkan hasil tanaman karena kadar protein dalam tubuh tanaman turut meningkat sebagai hasil dari proses fotosintesis lewat daun. . KESIMPULAN Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan arang sekam dan serbuk gergaji memberikan pengaruh terhadap hasil tanaman caisim pada berbagai parameter pengamatan. Secara umum terlihat bahwa pada komposisi media tanam tanah+pupuk kandang ayam+arang sekam memberikan hasil pertumbuhan yang lebih baik pada tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat konsumsi tanaman sawi per polybag dibandingkan dengan tanah+pupuk kandang ayam+serbuk gergaji kayu meski tidak berbeda nyata. Pada parameter berat basah dan berat konsumsi, penambahan arang sekam 6 Proseding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN 979-587-580-9 menunjukkan rata-rata lebih berat 15% dan 13,3% dibandingkan penambahan serbuk gergaji kayu. DAFTAR PUSTAKA Goldsworthy and N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah mada Universitas Press. Yogyakarta. 874 hlm (edisi terjemahan) Gustia H. 2013. Pengaruh Penambahan Arang Sekam Pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.). E-Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan 2 (1):12-17. Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 p. Hapsari, E.W. 2014. Pertumbuhan dan produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostretus) Pada Media Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.) dengan Penambahan Sekam Padi (Oryza sativa). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Lakitan B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Nurshanti F.D. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Caisim. E-Journal Agronobis 1 (1). https://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/12-hal-89-98-dora.pdf. [Diakses 17 September 2017]. Nurbaity A, Ade S, Oviyanti M. 2011. Efektivitas Arang Sekam Sebagai Bahan Pembawa Pupuk Hayati Mikoriza Arbuskula Pada Produksi Sorgum. Agrinimal 1 (1): 1-6. Pohan. 2002. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Natrium Kidroksida pada Pembuatan Karbon Aktif dan Sekam Padi. Balai Pengembangan Khemurgi dan Aneka Industri. Balai Besar Penelitian dan Pengambangan Industri Hasil Pertanian. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta. Rahman. 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22182/5/chapteri.pdf. [Diakses 8 September 2015]. Rakhawati, P.K, Endah H, Efriyani S. 2011. Analisis Efisiensi Usaha Tani Sawi Caisim (Brassica juncea L.) Studi Kasus di kelompok Tani Agribisnis “Aspakusa Makmur” Teras Kabupaten Boyolali. Agromedia. Vol 29 No. 2 September 2011. Wahid, S.T, Andi Ilham Latunra, Baharuddin, Andi Masniawati. 2015. Optimalisasi Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau Brassica juncea L Secara Hidroponik dengan Pemberian Bahan Organik Cair. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6051/ArtikelBiologi.pdf. [Diakses 17 September 2015]. Sajogyo.1994. Menuju Gizi yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Soemeinaboedhy N, R Sri T. 2007. Pemanfaatan Berbagai Macam Arang Sebagai Sumber Hara P dan K Serta Sebagai Pembenah Tanah. Agroteksos 17 (2). Sunardjono H. 2011. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.Pe Usman dan Maripul. 2010. Budidaya Tanaman Sawi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. Liptan. i Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ria 7