SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

advertisement
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
BERAS DI KOTA KENDARI
Oleh
FIRDHAN FARAMA
Stb. B1 A1 09 095
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2016
i
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
BERAS DI KOTA KENDARI
Oleh
FIRDHAN FARAMA
Stb. B1A109095
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2016
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
BERAS DI KOTA KENDARI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh
FIRDHAN FARAMA
Stb. B1 A1 09 095
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2016
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
FIRDHAN FARAMA (B1 A1 09 095). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Beras di Kota Kendari. Dibimbing oleh TAJUDDIN dan NUR ASIZAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan beras di Kota Kendari. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder (time series) dari tahun 1999-2014 dengan sumber data BPS Kota
Kendari. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi
linear berganda. Dengan mengguanakan alat bantu Microsoft Exel 2007 dan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) Versi 16.
Hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,997 yang
berarti sebesar 99,7% permintaan beras di Kota Kendari dapat dijelaskan oleh variabel
dalam model yakni harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah penduduk
sedangkan sisanya 0,3%. Berdasarkan uji simultan (uji F ), secara bersama variabel
harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap
permintaan beras di Kota Kendari. Berdasarkan uji Parsial (uji t), variabel harga beras,
harga sagu, harga ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota
Kendari, sedangkan variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan
beras di Kota Kendari.
Kata Kunci : Permintaan Beras, Harga
vii
ABSTRACT
FIRDHAN FARAMA (B1 A1 09 095). Factors Affecting Demand Rice in Kendari.
Supervised by TAJUDDIN and NUR ASIZAH.
This study aims to determine the factors that affect demand for rice in Kendari.
The data used in this research is secondary data (time series) from the year 1999 to 2014
with data sources BPS Kendari. Methods of data analysis used in this research is
multiple linear regression analysis. By using tools Exel Microsoft 2007 and SPSS
(Statistical Product and Service Solution) version 16.
The results of this study showed the coefficient of determination (R2) of 0.997
which means for 99.7% of demand for rice in Kendari can be explained by the variables
in the model that is the price of rice, the price of corn, the price of cassava and
population while the remaining 0.3%. Based on simultaneous test (F test), collectively
the variable price of rice, the price of corn, the price of cassava and population affect the
demand for rice in Kendari. Based on the partial test (t test), the variable price of rice,
the price of corn, cassava prices did not significantly affect demand for rice in Kendari,
while variable number of people significantly affected the demand for rice in Kendari..
Keywords: Demand of Rice, Price
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Kota Kendari”
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (Sl) pada Jurusan
Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
Penulis menyadari adanya berbagai hambatan dan rintangan yang dihadapi
selama skripsi ini, namun berkat doa dari orang tua dan bantuan dari berbagai pihak,
skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Bapak Tajuddin, SE.,M.Si dan Ibu Nur Asizah, SE.,M.Si selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan,
nasehat, meluangkan waktunya dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
semoga ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA melimpahkan rahmat-nya kepada bapak
dan ibu beserta keluarga tercintam Amin.
Pada kesempatan ini pula, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah tulus dan
ikhlas memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan kepada penulis, khususnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, MS selaku Rektor Universitas Halu Oleo
Kendari.
ix
2. Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Halu Oleo.
3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas
Halu Oleo.
4. Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE, MP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi
Universitas Halu Oleo.
5. Bapak Dr. Muh. Rafiy, SE., M.Si, Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE, MP, dan
Bapak Dr. Supriady Rusli, SE., M.Si, Selaku penguji.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi
Universitas Halu Oleo yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu yang
telah berjasa mengajar dan mendidik penulis dari awal pendidikan hingga akhir
penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Staf Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo,
terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
8. Kedua orang tua saya tercinta dan tersayang, Ayah sayaArdi dan Ibusaya Rahmatia
terima
kasih
atas
Fitrawan,SHyang
doa
yang
senantiasa
selalu
diberikan
menginspirasi,
untuk
mengarahkan,
saya.BuatKakakku
mendukung
dan
mencurahkan perhatian dalam keberhasilan penulis.
9. Sahabat seperjuanganku Muhammad Fredrik,SE, Srikandi Hasbula, SE dan Tahir
serta trimakasih yang sebesar-besarnya buat teman-temanku Muh Irfan, Muh Erwin
Skilly, Muh Arif Retak dan seluruh pemain basket lantai dua Universitas Halu Oleo.
10. Terima kasih kepada pak Anwar atas segala motivasi dan dukungannya.
x
Atas segala bantuan , bimbingan, motivasi, dukungan dan pengorbanan yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, untuk itu penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih, semoga ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA membalas
dengan pahala yang berlipat ganda, Amin.
Kendari, Juni 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………….……………… i
HALAMAN SAMPUL DALAM………………………..……………………………. ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA ………………………………..… iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………………. iv
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI SKRIPSI ………………………………...… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………. vi
ABSTRAK …………………………………………………………………………… vii
ABSTRACK ………………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…….. xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………........... xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….... xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang…………………………………………………………....
Rumusan Masalah…………………………………………………..........
Tujuan Penelitian………………………………………….……….…….
Manfaat Penelitian………………………………………...…….…….....
Ruang Lingkup……………………………………………………..……
1
4
4
4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritik………………………………………...………........... 6
2.1.1 Konsep Harga…...…………………....………..…………............ 6
2.1.2 Pengertian Beras…………….………………………………….. 10
2.1.3 Konsep Permintaan………..……………………………………. 12
2.1.4 Faktor-Faktor yang Memprengaruhi Permintaan………...……... 16
2.1.5 Elastisitas………………………………………………..………. 21
2.2 Kajian Empirik…....…………………………………………….……... 22
2.3 Kerangka Pemikiran ………....………………………………….…..… 24
2.4 Hipotesis……………………………………………………….………. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………..….... 26
3.2 Rancangan Penelitian………………………………………………….. 26
3.3 Jenis dan Sumber data………………….………………...……..…….. 26
xii
3.4 Metode Analisis Data…………...…………………………………….. 26
3.4.1Uji Statistik………………………………………….….……....... 27
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel……………………………. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar Umum Wilayah Penelitian………………………...…………… 30
4.1.1 Letak dan Luas Wilayah……………………………….……..... 30
4.1.2 Keadaan Iklim Tanah dan Topografi………………………….... 31
4.1.3 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk………………….….. 32
4.1.4 Pertanian Kota Kendari……………………………………….…. 33
4.2 Hasil Penelitian……..……………………………………………….….. 35
4.3 Permintaani Beras di Kota Kendari……………………………….…… 36
4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Kendari………………….…. 36
4.5 Perkembangan Produksi Beras di Kota Kendari……………………...... 37
4.6 Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu dan Harga Ubi Kayu
pada Tahun 1999-2014……………………………...………………..... 39
4.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Beras
di Kota Kendari………………………………………………………… 40
4.7.1 Uji Statistik……………………………………………..…….….. 40
4.7.2 Uji Hipotesis……………………………………………..…….… 44
4.8 Pembahasan……..………………………………………………………. 48
4.8.1 Harga Beras………………………………………………………...48
4.8.2 Harga Sagu……………………………………………………….. 48
4.8.3 Harga Ubi Kayu …………………………………………………. 49
4.8.4 Jumlah Penduduk ………………………………………………….49
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………….……………………………... 52
5.2 Saran………………………………………………………………….…. 52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………......... 53
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1. Luas Panen, Produksi Padi, dan Produksi Beras di Kota Kendari
Tahun 2009-2014…………………………………………………………….... 3
Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan Tahun 2014……………... 31
Penduduk Kota Kendari menurut Kecamatan Tahun 2013 – 2014….............. 32
Persentase Jenis Penggunaan Lahan di Kota Kendari……………………….. 34
Luas Panen, Produksi dam Hasil Perhektar Tanaman Bahan Makanan
di KotaKendari Tahun 2014……………………………………………………… 35
6. Permintaan Beras Masyarakat Kota Kendari…….………………………....... 36
7. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Kendari,
Tahun 1999 – 2014…………………………………………………………… 37
8. Perkembangan Produksi Beras, 1999 – 2014……………………………….. . 38
9. Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, Harga Ubi Kayu,
Tahun 1999 – 2014…………………………………………………………... 39
10. Nilai Parameter Analisis Regresi Linear Berganda Harga Beras,
Harga SaguHarga Ubi Kayu dan Jumlah Penduduk terhadap
Permintaan Beras di Kota Kendari…………………………………………... 41
11. Hasil Uji F-statistik………………………………………………………….. 45
12. Hasil Koefisien Determinasi (R2)…………………..……………………… . 46
13. Hasil Uji t…………………………………………………………………… 46
2.
3.
4.
5.
xiv
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
Penentuan Harga Keseimbangan……………...…………………………..…..
Kurva Permintaan…………………………………….……………….…..…..
Keranga Pikir………………………...……………………………..…..…….
Peta Kota Kendari………………………………………………………….....
Kepadatan Penduduk Kota Kendari menurut kecamatan/kota…………….....
xv
7
15
25
30
33
DAFTAR LAMPIRAN
1. Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, Harga Ubi Kayu
2.
3.
4.
5.
6.
dan Jumlah Penduduk, Tahun 1999 – 2014…………………………………... 56
Hasil Output Regresi Linear……………………………………………….…. 57
Uji F-statistik…………………………………………………………………. 57
Uji Koefisien Determinasi…………………………………………………..... 57
Tabel T…………………………………………………………………...….... 58
Tabel F................................................................................................................ 59
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara agraris yang sebagian besar masyarakat
hidup dari hasil produksi pertanian atau sekitar 70.00% masyarakat sebagai petani.
Salah satu tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pertanian yang
senantiasa diarahkan pada peningkatan kesejahateraan petani, sehingga sektor pertanian
mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Hasil
pembangunan dibidang pertanian merupakan wujud nyata yang memberikan sumbangan
yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup penduduk karena : 1) merupakan sumber
produksi bahan pangan yang diperlukan masyarakat pada umumnya, 2) merupakan
sumber produksi bahan baku untuk keperluan industri, 3) penghasil devisa Negara.
Ketiga aspek ini merupakan sumbangan sektor pertanian terhadap pembangunan secara
menyeluruh dan sebagian penunjang sektor-sektor lainnya. (Anonim, 1996)
Peranan sektor pertanian yang tangguh seperti yang diharapkan dalam proses
pembangunan sedikitnya mencakup empat aspek : Pertama, kemampuannya dalam
menyediakan pangan bagi rakyat. Kedua memberikan kesempatan kerja bagi
masyarakat. Ketiga, menghemat dan menghimpun devisa dan yang keempat, sebagai
dasar yang memberikan dukungan terhadap sektor yang lain (Laksono, 2002).
Menurut Fajar (2010) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia, menyebutkan bahwa persediaan beras di
tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat daerah,
sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena jika musim
1
kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim penghujan. Faktor
lain yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia menjelaskan bahwa harga beras
memiliki keunikan dalam proses penentuannya sehingga perlu kehati-hatian dalam
menentukan harganya. Keunikan tersebut antara lain beras sebagai makanan pokok
masyarakat Indonesia, untuk meningkatkan kesejahteraan petani perlu adanya kenaikan
harga beras, namun jika harga beras tinggi penduduk miskin akan meningkat. Keunikan
yang lain meskipun pemerintah telah menaikkan harga dasar penjualan padi tetap saja
petani akan miskin. Selanjutnya penelitian ini menyebutkan bahwa persediaan beras di
tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat daerah,
sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena jika musim
kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim penghujan. Namun
faktor yang paling berpengaruh terhadap harga beras adalah kebijakan impor beras oleh
pemerintah.
Kota Kendari salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yang membutuhkan
persediaan bahan pangan terutama beras, dengan jumlah yang besar. Jumlah penduduk
Kota Kendari tahun 2009 sebesar260.867 jiwa dan terus meningkat hingga pada tahun
2014 sebesar314.216jiwa. Sebagian hasil pertanian Kota Kendari di datangkan dari luar
Kota Kendari terutama dari Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe.
Setiap tahun permintaan akan konsumsi beras terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk. Hal ini karena beras merupakan makanan pokok yang penting
bagi sebagian besar penduduk di Indonesia.Beras yang memiliki sumber kalori yang
tinggi terutama kabohidrat yang memberikan sumber energi bagi tubuh manusia.
2
Tabel 1 Luas Panen, Permintaan Beras, Produksi Beras dan Harga Beras di Kota
Kendari Tahun 2009–2014.
Tahun
LuasPanen
Padi
Permintaan Beras
Harga Beras
(Ha)
(Ton)
(Ton)
(Rp/kg)
2009
426
1.756
51.416,89
5.873
2010
537
2.321
57.491,90
6.541
2011
846
3.431
59.598,31
6.639
2012
782
3.179
61.771,93
8.104
2013
897
3.491
63.959,94
8.061
2014
1.555
7.113
66.203,72
8.461
Sumber :Pengeluaran Konsumsi, BPS Kota Kendari 2014
Berdasarkan Tabel 1menunjukan bahwa pada Tahun 2009-2014 luas panen padi
di Kota Kendari cenderung berfluktuatif.Hal ini dikarenakan cuaca yang berubah-ubah
khususnya di Kota Kendari.
Produksi padi, produksi beras dan harga beras Tahun 2009-2014 mengalami
kenaikan. Peningkatan produksi beras terjadi karena penggunaan input yang tepat sesuai
dengan anjuran dan peran dari penyuluh pertanian. Perbedaan peningkatan karena
proses dari padi menjadi beras mengakibatkan beras sebagian terbuang. Peningkatan
produksi tersebut tidak mampu menekan harga beras yang terus naik akibat peningkatan
jumlah penduduk yang terus bertambah di setiap tahunnya, sehingga permintaan terus
meningkat.
Ketersediaan akan kebutuhan beras bagi daerah perkotaan lebih tinggi. Kota
Kendari yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, yang terus berkembang
pesat pembangunannya.Pembangunan yang pesat pada sektor jasa, perhotelan, dan
pertokoan, sedangkan perkembangan pada sektor pertanian dan perkebunan dalam
menyediakan kebutuhan pangan lebih difokuskan pada daerah pedesaan.Hal ini
3
dikarenakan daerah pedesaan memiliki lahan yang cukup luas dalam menyediakan
tanaman seperti padi yang menghasilkan beras.
Bagi seorang produsen, dalam hal permintaan suatu barang tentunya
memperhatikanakan beberapa hal antaranya faktor harga, berapa banyak produksi
pangan tersebut, sampai sejauh mana bahan pangan tersebut dapat tersedia dan
penyebaran sampai ke tangan konsumen. Hal-hal tersebut menjadi penting dan saling
berkaitan karena juga menyangkut berkelanjutan ketersediaan pangan (Assauri, 1990).
Selain dari faktor-faktor permintaan beras yang di jelaskan sebelumnya, adanya
faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan beras itu sendiri di Kota Kendari
antaranya harga beras itu sendiri, barang subtitusi dan barang komplementer, dan juga
faktor produksi itu sendiri. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk
melakukan penelitian di Kota Kendari.Maksud dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kota Kendari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan beras di Kota Kendari
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kota
Kendari.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun arah atau
kebijakan yang bersifat operasional pada program pembangunan sektor
pertanian yang lebih baik.
4
2. Bahan informasi bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi padafaktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras yaitu
: harga beras, harga sagu, harga ubi kayu, dan jumlah penduduk priode Tahun 1999
-2014.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritik
2.1.1KonsepHarga
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya
(Swastha, 2010)
Harga adalah apa yang harus di berikan oleh konsumen (pembeli) untuk
mendapatkan suatu produk (Lamb et.al. 2001)
Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting dan berhubungan dengan prilaku
petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga (Mubyarto,
1994). Dalam arti yang paling sempit, harga (price) adalah jumlah uang yang akan di
bebankan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah dari seluruh
nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk
atau jasa tersebut (Kotler dan Armstrong, 1999).
Harga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang
maupun jangka pendek.Dalam jangka panjang harga-harga itu hendaknya member
optimis untuk alokasi sumber daya dan kepuasan konsumen.Dalam jangka pendek,
harga-harga itu harus memudahkan perdagangan dan arus peredaran yang tepat
waktunya (Kustiah, dkk, 1986).
Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dari barang tersebut.Oleh karena itu, untuk menganalisis
mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang di perjual belikan maka perlu
6
dilakukan analisis permintaan dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat
dipasar. Keadaan suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan
penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para
pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang
diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilimbrium dalam suatu
pasar. Keadaan ekuilimbrium tersebut dapat ditunjukan sebagai berikut : (Sukirno,
2005).
Grafik di atas menggambarkan terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat dari
perpotongan antara kurva permintaaan dan penawaran. Apabila harga berada di atas
harga keseimbangan maka jumlah barang ditawarkan lebih besar dari pada jumlah yang
diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga terpaksa harga diturunkan.
Sebaliknya kalau harga berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang
ditawarkan lebih sedikit dari pada jumlah barang yang diminta sehingga pembeli saling
berebut, persediaan barang segera menipis dan harga naik lagi (Mubyanto, 1989).
7
Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan
kurva penawaran.Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat petani dan
konsumen disamping harga pedagang pembentukan harga yang muruni terjadi pada
tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang
agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang
baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu. Harga eceran dan harga pada
tingkat petani tinggal memperhitungkan dari harga pedagang besar yaitu dengan
menambah dan mengurangi dengan apa yang disebut margin pemasaran (Mubyarto,
1989).
Menurut Winardi (1981) harga jual tidak dapat disamakan dengan harga
pokok.Jika harga jual adalah nilai barang dan jasa untuk dijual atau dipertukarkan
dengan sejumlah uang kepada konsumen, maka harga pokok adalah jumlah dari
pengorbanan-pengorbanan yang dinyatakan berupa uang (atau jumlah biaya-biaya) yang
perlu guna mencapai, mempertahankan atau menjual benda-benda ekonomi.
Kartasapoetra (1992) menyatakan bahwa ada tiga subyek yang menentukan dalam
pembentukan harga suatu produk pertanian di pasaran yaitu (1) produsen dengan biaya
produksi yang telah dikeluarkan sehingga produk itu terwujud dan siap untuk di
pasarkan, (2) konsumen dengan daya beli dan dasar-dasar yang kuat kebutuhan serta
kesukaannya, (3) pemerintah dengan peraturan dan ketentuan harga sebagai pengendali
tata pasaran. Sedangkan menurut Husein (1999), terdapat empat dasar dalam
menetapakan harga yaitu (1) berdasarkan biaya, (2) berdasarkan analisa pulang pokok,
(3) berdasarkan persepsi pembeli, dan (4) berdasarkan persaingan.
Winardi (1981) bahwa tujuan penetuan harga pokok dalam suatu usaha adalah :
8
1.
Penilaian produk yang telah selesai diproduksi
2.
Untuk menggantikan harga yang dapat dicapai dan harga penjualan
3.
Sebagai control mengenai prinsip ekonomi dilaksanakan dalam suatu usaha.
Dengan demikian tujuan pokok perhitungan harga adalah untuk mencapai suatu dasar
bagi harga permintaan di pasar agar tidak mengalami kerugian.
Kadariah (1994) harga adalah tingkat kemampuan suatu barang untuk ditukar
dengan barang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa suatu barang mempunyai harga
karena barang itu berguna dan langka, artinya jumlah yang tersedia kurang
dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan dan jika salah satu barang dari syarat
yang dipenuhi maka barang tersebut tidak mempunyai harga.Harga merupakan nilai dari
suatu barang atau jasa yang diperdagangkan.Harga dapat terjadi bila kekuatan tarik
menarik antara produsen dan konsumen bertemu dipasar.
Mubyarto (1989) menjelaskan bahwa salah satu gejala ekonomi yang paling
penting berhubungan dengan prilaku petani baik sebagai produsen maupun konsumen
adalah harga atau nilai tukar dari barang dan jasa.Selanjutnya Stanton (1988)
mengemukakan bahwa harga adalah alat ukur yang dinyatakan dalam bentuk uang
dimana seorang pembeli atau konsumen dapat memperoleh suatu barang dan jasa
setelah bersedia melepaskan sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan.
Secara konseptual pasar merupakan kelembagaan yang otonom. Dalam bentuk
yang ideal, maka mekanisme pasar di yakini akan mampu mengatasi persoalanpersoalan ekonomi dengan pengawasan politik dan sosial yang minimal dari pemerintah
dan komunitas. Pasar tak lagi bermakna sebagai tempat atau lokasi belaka, namun sudah
meluas sebagai bagain penentu aspek moral kehidupan kolektif di tingkat desa hingga
9
nasional.Dalam kehidupan sektor pertanian, dimana mereka seakan-akan membangun
dunia sendiri, misal timbulnya pedagang kaki tangan dan pedagang komisioner
(Syahyuti, 2004).
Nitisemeto (1981) mengemukakan bahwa salah satu untuk bersaing adalah
harga.Penentuan harga dilakukan dengan memperhatikan beberapa factor seperti harga
pokok, politik harga serta penawaran dan permintaan.Harga adalah nilai suatu barang
atau jasa dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia untuk melepaskan barang dan jasa yang dimilikinya adalah jumlah
uang yang dinyatakan dengan nilai tukar satuan benda tertentu.
Dapat pula dilihat bahwa besarnya nilai tukar yang dibayarkan untuk memperoleh
suatu barang banyak di tentukan persetujuan antara penjual dan pembeli. Dengan kata
lain tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Suatu barang
mempunyai harga karena barang itu berguna dan jumlahnya terbatas sehingga disebut
sebagai barang ekonomis.Harga merupakan persoalan yang penting karena bukan hanya
menyangkut penjual, melainkan jugadipengaruhi oleh pembeli yaitu buying decision
dari pembeli.Dalam menetapkan harga juga harus mengetahui bagaimana reaksi
konsumen terhadap harga tertentu, karena harga sering dijadikan indicator bagi
konsumen (Assauri, 1990).
2.1.2 PengertianBeras
Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan,
2004)
10
Menurut Sediaoetama (1999) beras merupakan makanan pokok bagi sebagian
terbesar rakyat Indonesia.Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya
(sekamnya) yang menjadi dasar dedak kasar. Dedak halus berasal dari lapisan-lapisan
permukaan biji beras, misalnya lapisan aleuron, lembaga dan beberapa sel biji yang
terlepas waktu proses penggilingan. Bila dedak kasar tidak dikonsumsi oleh manusia
maka dedak halus masih dapat dijadikan bahan makanan untuk dikonsumsi. Dedak
kasar biasanya masih dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar atau digunakan sebagai
campuran pakan ternak dan ungas atau ikan.
Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Indonesia.beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia
yang sangat penting karena lebih dari 90% masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras.
Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai
makanan pokok karena hampir seluruh produk Indonesia membutuhkan beras sebagai
bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur
pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah
penduduk Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat
bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan permintaan beras mengalami
peningkatan sepanjang tahun.Masyarakat papua yang sebelumnya adalah pengkonsumsi
sagu sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan konsumsi nasi dalam
keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Maluku, Sulawesi Utara, Madura
dan sebagainya.
Beras adalah makanan pokok berpati yang banyak di konsumsi oleh punduduk
Indonesia.Lebuh dari 50 persen jumlah kalori dan hamper 50 persen jumlah konsumsi
11
protein berasal dari beras. Dengarn meningkatnya pendapatan dapat diperkirakan bahwa
peranan beras sebagai sumber energy bagi tubuh manusia dimasa mendatang akan
semakin besar, oleh karena itu sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas
pada kebijakan pangan yang mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk
mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata orang Indonesia
akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, jika hal ini terjadi
akan menimbulkan pengaruh yang tidak stabil pada harga-harga serta dapat
menimbulkan reaksi politik dan sosial yang tidak dikehendaki yang cenderung
menghambat kegiatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Mears, 1982).
2.1.3 KonsepPermintaan
Permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada
berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal
lain tetap sama (ceteris paribus) (Gilarso, 2003).
Pengertian permintaan sering disalah artikan oleh pelaku-pelaku ekonomi,
sehingga sering menyimpang dari pengertian sebenarnya sesuai dengan ilmu
ekonomi.Dalam pengertian sehari-hari permintaan sering diartikan sebagai jumlah
barang yang dibutuhkan (absolut).Pengertian ini bisa muncul karena adanya pernyataan
bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan barang atau jasa untuk
kelangsungan hidupnya. Akan tetapi menurut ekonomi mikro dalam perspektif islam
yang di tulis oleh Muhammad (2004), permintaan adalah banyaknya jumlah barang
yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu, pada tingkat
pendapatan tertentu dalam priode tertentu.
12
Menurut Miller dan Mainers (1994) kaidah permintaan dapat dinyatakan dalam
cara yang paling sederhana, yaitu pada harga lebih tinggi sedikit barang yang akan
diminta ketimbang pada harga rendah, asalkan hal-hal lain sama. Jika dilihat dengan
cara lain bahwa pada harga renda, lebih banyak barang yang akan diminta ketimbang
pada harga tinggi, asakjab hal-hal lain sama. Jadi, kaida permintaan menyatakan bahwa
kuantitas yang diminta untuk suatu barang berhubungan terbalik dengan harga barang
tersebut, asalkan hal-hal lain sama pada setiap tingkat harga. Harga bukanlah satusatunya hal yang mempengaruhi berapa jumlah barang yang ingin dibeli orang. Ada
beberapa hal lain yang mempengaruhi jumlah yang dibeli. Pengaruh “non-harga” yang
penting adalah pendapatan. Jika ketika harga suatu barang berubah, pendapatan juga
berubah, kita tidak akan tahu apakan perubahan kuantitas yang dijual belikan dalam
pasar itu akibat perubahan harga ataukah akibat perubahan pendapatan, jika pendapatan
konstan, disamping parameter non-harga lainny, dan hanya harga yang berubah, dengan
yakin kita akan mengethui bahwa perubahan harga telah menyebabkan perubahan
kuantitas yang diminta.
Permintaan atas suatu barang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu permintaan yang
dilakukan oleh seseorang/individu tertentu, dan permintaan yang dilakukan oleh semua
orang didalam pasar.Oleh karenanya didalam analisis perlu dibedakan diantara kurva
permintaan perseorangan dan kurva permintaan pasar.Untuk memperoleh kurva
permintaan pasar haruslah kurva permintaan berbagai individu dalam pasar
dijumlahkan.Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas sesuatu barang
ditentukan oleh banyak faktor. Diantaranya faktor-faktor tersebut yang terpenting
adalah harga barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata
13
masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, citarasa masyarakat, jumlah
penduduk dan ramalan keadaan dimasa yang akan mendatang (Sukirno, 1998).
Berbagai faktor penentu permintaan tersebut sangat sukar untuk dianalisis secara
sekaligus. Menurut Lipsey et al, (1995) kita tidak dapat memahami pengaruh setiap
variabel secara terpisah jika kita ingin mengetahui apa yang terjadi manakala segalanya
berubah pada waktu yang sesuai. Maka dari itu, kita hanya mempelajari pengaruh
variabel-variabel tersebut satu demi satu pada saat tertentu.Untuk maksud ini, kita
mempertahankan semua variabel konstan kecuali satu variabel yang kita pelajari
pengaruhnya.Kemudian, kita biarkan satu variabel ini berubah dan mempelajari
bagaimana pengaruhnya terhadap kuantitas yang diminta. Dengan cara yang sama, kita
dapat mempelajari semua variabel yang lainnya dengan demikian kita dapat memahami
tingkat kepentingan masing-masing variabel. Sekali pekerjaan ini dilakukan, kita dapat
menyatukan
kembali
pengaruh
variabel-variabel
secara
sendiri-sendiri
untuk
mengetahui apa yang terjadi dalam prakteknya. Mempertahankan konstan semua
variabel yang ada pengaruhnya seringkali diungkapkan dengan istilah latin, Ceteris
paribus.
Winardi dalam Rahim (2007) mendefinisikan permintaan adalah jumlah barang
yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga
berlaku pada saat itu.
Menurut Sukirno (2005) kurva permintaan adalah kurva yang menggambarkan
hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.Kurva
permintaan pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah.Hal ini karena
adanya hubungan terbalik antara harga dengan jumlah yang diminta.
14
Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang
ditunjukan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain,
pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami
perubahan maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan
atau ke kiri.
Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang
ditunjukan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain,
pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami
perubahan maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan
atau ke kiri.
Menurut Samuelson (2003) hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta
adalah berbanding terbalik (negative).Jika harga naik, kuantitas yang diminta turun,
hubungan yang demikian disebut. “Hukum Permintaan”. Kuantitas yang diminta
15
cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan oleh dua alasan : Pertama adalah
efek subtitusi, apabila harga sebuah barang naik, pembeli akan menggantinya dengan
barang serupa lainnya dengan harga yang lebih murah. Kedua adalah efek pendapatan,
apabila harga naik dan pendapatan tetap maka permintaan turun.
2.1.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Soekartawi (2002), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan suatu barang meliputi: harga barang yang bersangkutan, harga barang
subtitusi atau komplementernya, selera, jumlah penduduk, tingkat pendapatan,
elastisitas barang. Selanjutnya Daniel (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah jumlah permintaan terhadap suatu barang meliputi: harga, harga
barang lain, selera, jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan selera.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, Kelana (1996)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga, selera dan
preferensi (taste and preference), harga dari barang lain yang berhubungan, perubahan
ekspentasi/pemikiran relative dimasa yang akan dating, perubahan pendapatan, dan
perubahan jumlah konsumen (change in the number of consumer).
Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, jelas bahwa permintaan itu
dipengaruhi oleh factor harga, tingkat pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan harga
barang pengganti (subtitusi).Sehubungan dengan hal tersebut, kaitannya dengan variabel
yang diamati dalam penelitian ini, maka faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
dapat diuraikan sebagai berikut:
16
a. Harga Barang itu Sendiri
Pengaruh berbagai faktor terhadap permintaan atas suatu barang sulit untuk
dilakukan secara sekaligus, oleh sebab itu dalam membicarakan mengenai teori
permintaan, ahli ekonomi membuat analisis yang lebih sederhana.Didalam analisis
tersebut dianggap bahwa permintaan atas suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga
barang itu sendiri.Oleh sebab itu dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah
berkaitan diantara permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut.Didalam
analisis tersebut dimisalkan faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris
paribus.Tetapi dengan pemisalan tersebut bukan berarti factor-faktor lain diabaikan
(Sukirno, 1994).
Hubungan antara harga dan jumlah permintaan merupakan hubungan yang
terbalik, sehingga dalam kurva permintaan akan mempunyai kemiringan negative.
Hubungan terbalik ini berarti bila harga suatu barang naik turun, maka permintaannya
akan meliputi harga barang lain. Hubungan ini dikenal dengan Hukum Permintaan
(Salvantore, 1998).Sifat hubungan seperti ini disebabkan oleh kenaikan harga yang
menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai
pengganti. Sebaliknya, apabila harga turun dan jumlah permintaan tersebut seperti
terlihat pada gambar 2 (Wijaya, 1991).
b. Harga Barang Lain
Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh terhadap
permintaa barang lain. Keadaan ini terjadi jika kedua barang tersebut mempunyai
hubungan yang saling menggatikan (subtitusi) dan saling melengkapi (complementer).
Bila dia tidak berhubungan (neutral/independent), maka tidak akanada saling
17
berpengaruh. Yang dimaksud dengan barang yang saling menggantikan adalah sifat dua
barang yang jika salah satunya meningkat, kuantitas barang lainnya yang diminta akan
meningkat, misalnya kopi dengan teh atau boleh juga susu, atau tempe dengan tahu, dan
sebagainya. Gejalanya, bila harga kopi naik biasanya permintaan teh akan naik. Begitu
juga dengan tempe, bila harga tempe naik maka permintaan tahu meningkat (Daniel,
2002).
Soekartawi (1993), juga menyatakan bahwa apakah dengan berubahnya harga
suatu barang akan mempengaruhi harga barang lain tergantung apakah barang tersebut
mempunyai hubungan yang saling menggantikan, saling melengkapi (complementer)
atau tidak saling mempengaruhi atau netral saja (independent). Perubahan harga yang
sama dapat terjadi karena harga komoditi subtitusi naik. Umpamanya barang A dan B
adalah subtitusi, karena harga B naik, maka barang A menjadi relative lebih murah.
Kenaikan dalam harga subtitusi suatu komoditi menyebabkan pergeseran kurva
permintaan untuk membeli komoditi ke kanan, pada setiap harga akan dibeli jumlah
yang lebih banyak.
c. Jumlah Penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk makin besar pula barang yang dikonsumsi dan
semakin banyak permintaan.Dalam banyak kejadian, penambahan jumlah penduduk
mengartikan adanya perubahan struktur umur.Dengan demikian, bertambahnya jumlah
penduduk adalah tidak proposional dengan pertambahan jumlah barang yang
dikonsumsi.Hal ini disebabkan karena konsumsi anak belasan tahun atau anak dibawah
umur 9 tahun. Yang pasti logikanya, bila jumlah penduduk bertambah maka tentu saja
permintaan akan suatu barang akan bertambah pula (Daniel, 2002).
18
Bila volume pembelian oleh masing-masing konsumen sama maka kenaikan
jumlah konsumen dipasar yang diakibatkan oleh perbaikan transportasi dan komunikasi
atau karena pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan yang
menggeser kurvanya ke kanan. Penurunan jumlah atau banyaknya konsumen akan
menyebabkan hal sebaliknya, yaitu berupa penurunan permintaan (Wijaya, 1991)
d. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan biasanya dijadikan criteria atau indicator dalam mengukur
tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga atau masyarakat.Makin tinggi pendapatan
menunjukan bahwa kesejahteraan yang semakin baik.Pendapatan ini merupakan faktor
yang sangat penting didalam menentukan corak permintaan ke atas berbagai jenis
barang.Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan permintaan atas berbagai jenis
barang.
e. Selera atau Kebiasaan
Selera atau kebisaan juga dapat mempengaruhi suatu barang. Selera konsumen
yang bermacam-macam terhadap suatu barang akan menimbulkan munculnya barangbarang lain di pasar melalui spesialisais produk, yang mengakibatkan bentuk pangsa
pasar tersendiri (Monopolitik) bagi selera-selera tertentu sehingga semakin tinggi selera
suatu konsumen, akan mengakibatkan naiknya permintaan barang tersebut.
f. Perkiraan Harga di Masa yang akan datang
Apabila terdapat perkiraan harga suatu barang akan naik dimasa yang akan
datang, akan mendorong para konsumen untuk membeli sebanyak-banyaknya barang
pada saat yang sekarang. Sehingga permintaan dalam jangka pendek akan meninggkat(
Mandala dan Prathama, 2002)
19
Menurut Sukirno (1994) berdasarkan terhadap perubahan tingkat pendapatan
berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan kedalam empat golongan yaitu barang
inferior, barang esensial, barang normal dan barang mewah.Namun Miller dan Meiners
(2000) membedakan jenis barang tersebut menjadi dua, yaitu barang normal dan barang
inferior.
a. Barang normal. Suatu barang dikatakan barang normal apabila ia mengalami
kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. Ada dua
pendapatan meningkat, yaitu: 1) pertambahan pendapatan akan menambah daya beli
atau kemampuan untuk membeli suatu barang, dan 2) pertambahan pendapatan
memungkinkan para pembeli menukar konsumsi mereka dari barang yang kurang
baik mutunya ke barang-barang yang lebih baik.
b. Barang Inferior. Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orangorang yang berpendapatan rendah. Kalau pendapatan bertambah tinggi, permintaan
terhadap barang-barang yang tergolong sebagai barang inferior akan menurun. Pada
pembeli yang mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluaran untuk
membeli barang inferior dan menggantikannya dengan barang-barang yang lebih
baik mutunya. Efek pendapatan yang negatif dari barang-barang inferior yang lebih
besar dari pada baiknya jumlah barang yang diminta dapat menimbulkan apa yang
disebut dengan barang gifjen. Barang gifjen yaitu barang uang permintaannya justru
bertambah saat harganya meninggkat dan sebaliknya apabila harganya turun maka
permintaannya akan menurun (Rahardja, 1985).
20
Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa secara umum permintaan suatu
barang atau jasa dipengaruhi oleh banyak factor, dimana factor tersebut merupakan
barometer yang menentukan besar kecilnya jumlah permintaan oleh konsumen.
2.1.5 Elastisitas
Menurut Sukirno (2005), elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan
drajat kepekaan atau respon dari jumlah barang yang diminta atau ditawarkan akibat
perubahan faktor yang mempengaruhinya.
Elastisitas Permintaan adalah suatu alat atau konsep yang digunakan untuk
mengukur drajat kepekaan atau respon perubahan jumlah atau kualitas barang yang
dibeli sebagai akibat perunahan faktor yang mempengaruhi. Maka dikenal tiga
elastisitas permintaan, yaitu: “Elastsitas Harga Permintaan, Elastisitas Silang dan
Elastisitas Pendapatan”.
1. Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan atau respon jumlah akibat
perubahan harga barang atau dengan kata lain merupakan perbandingan dari pada
pprestasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan presentase perubahan dengan
harga dipasar, sesuai hukum permintaan, apabila harga naik maka jumlah barang yang
diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah barang yang
diminta mengalami kenaikan.
Faktor yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan:
a. Tersedia atau tidaknya barang pengganti dipasar
b. Jumlah pengguna atau tingkat kebutuhan dari barang tersebut
c. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
21
d. Priode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga
atau priode waktu penggunaan barang tersebut
e. Kemampuan relative anggaran untuk mengimpor barang
2. Elastisitas Silang
Koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan permintaan
terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan
elastisitas permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang.
3. Elastisitas Pendapatan
Koerfisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap
sesuatu barang sebagai akibat dari pada perubahan pendapatan pembelian dinamakan
elastisitas pendapatan.
2.2 Kajian Empirik
Selanjutnya Baso Asdar (2011) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penawaran Beras Lokal di Kota Kendari” dimana hasil penelitian menunjukan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran beras lokal adalah luas panen, harga beras
local, harga jagung, harga ubi kayu, dan harga sagu dapat dijelaskan variasi penawaran
beras local sebesar 84,6%, secara simultan luas panen, harga beras lokal, harga jagung,
harga ubi kayu dan harga sagu secara berasama-sama mempengaruhi penawaran beras
lokal di Kota Kendari.
Irianti (2007) melakukan penelitian tentang permintaan sayur kacang panjang
dengan menggunakan model Coob Douglas. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga
sayur kacang panjang dan tanggungan keluarga berpengaruh terhadap permintaan sayur
kacang panjang oleh konsumen rumah tangga.Sedangkan harga sayur bayam, harga
22
sayur kangkung, dan pendapatan konsumen tidak berpengaruh terhadap permintaan
sayur kacang panjang oleh konsumen rumah tangga.
Fajarnia (2008) melakukan penelitian tentang analisis permintaan bawang merah
pada rumah makan di Kota Bau-Bau, dengan menggunakan regresi non linear berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi permintaan bawang merah pada rumah
makan di Kota Bau-Bau secara simultan dipengaruhi oleh faktor harga bawang merah,
pendapatan rumah makan dan jumlah pelanggan dimana secara statistic faktor-faktor
tersebut masing-masing berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
Secara sendiri-sendiri (parsial), variabel harga bawang merah tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan bawang merah, sedangkan pendapatan dan jumlah pelanggan
berpengaruh nyata terhadap bawang merah pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
Tria rosana dewi (2009) melakukan penelitian tentang analisis permintaan cabai
merah.Hasil penelitian menunjukan permintaan cabe merah yang relative berfluktuatif
dapat disebabkan oleh factor ekonomi dan faktor sosial. Dimana faktor ekonomi yang
mempengaruhi adalah harga (harga cabai merah itu sendiri dan harga barang lain yang
dapat jadi pengganti dan penggenapnya) dan pendapatan. Sedangkan factor sosial yang
mempengaruhi permintaan adalah jumlah penduduk.
Hendrik Mulyo W (2011) melakukan penelitian tentang permintaan beras di
Kabupaten Klaten. Hasil penelitiannya menunjukan selain 4 variabel lain jumlah
penduduk juga mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten. Dengan
signifikasi 0,03 dibawah standar koefisien 0,05 yg menjelaskan jumlah penduduk
mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten. Hal ini menunjukan jika jumlah
23
penduduk naik maka jumlah beras yang akan ikut diminta akan ikut mengalami
peingkatan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui suatu permintaan beras di Kota Kendari, penelitian ini
memfokuskan pada perincian terhadap faktor- faktor yang mendukung terjadinya
pengaruh permintaan beras.Melihat dan memahami secara logis dan mengetahui faktorfaktornya berdasarkan teori yang ada, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan beras antaranya harga beras itu sendiri, harga barang-barang subtitusi
(barang pengganti) dan jumlah penduduk.Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut,
diperlukan suatu analisis statistik agar mendapat suatu kesimpulan yang signifikan dan
akurat.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi
linear berganda. Penggunaan analisis ini, diperlukan variabel X dan Y dimana variabel
X merupakan variabel bebas yaitu harga beras, harga Sagu, harga ubi, jumlah penduduk,
sedangkan Y adalah variabel terikat nilai permintaan beras itu sendiri yaitu permintaan
beras dalam satu priode dalam tiap tahunnya. Jika diketahui variabel X tersebut
berengaruh ataupun tidak berpengaruh terhadap variabel Y, maka dapat dijelaskan dan
diterangkan sebagai suatu kesimpulan. Agar lebih jelas alur pikir penelitian dapat dilihat
pada gambar 3 berikut
24
Permintaan Beras di
Kota Kendari
Faktor-faktor Permintaan Beras
Harga Beras
Faktor Barang Lain
Faktor Jumlah Penduduk
Barang Subtitusi
HargaSagu
Harga Ubi
Kayu
Analisis Regresi Linear Berganda
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Beras di Kota Kendari
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakann sebelumnya maka hipotesis
penelitian ini harga beras, jumlah penduduk, harga sagu, dan harga ubi kayu
berpengaruh terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari pada bulan Januari – Februari 2016.
Penentuan Kota Kendari sebagai tempat penelitian beradasarkan pertimbangan bahwa
(1) beras merupakan kebutuhan akan pangan yang penting dikonsumsi oleh penduduk di
Kota Kendari. (2) beras yang ditawarkan ke daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan
di pedesaan.
3.2 Rancangan Penelitian
Menggambarkan analisis kuantitatif yang dilihat adalah variabel harga beras,
harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah penduduk.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data sekunder (Time
Series) yang dirangkum dalam kurun waktu tahun 1999-2014. Sumber data diperoleh
dari instansi-instansi yang memiliki dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian
ini seperti BPS Kota Kendari, Dinas Pertanian Kota Kendari, Dinas Ketahanan Pangan
Kota Kendari, dan Badan Urusan Logistik (BULOG) Kota Kendari, Pedagang beras di
pasar.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Hubungan
antara permintaan beras dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan
alat analisis regresi linear berganda. Secara sistematis model yang digunakan adalah
sebagai berikut:
26
Ln = Ln bo + 𝑏1 ln 𝑋1 + 𝑏2 ln 𝑋2 + 𝑏3 ln 𝑋3 + 𝑏4 ln 𝑋4 + 𝑒
Keterangan :
Ln
= Jumlah Permintaan Beras (Rp/Ton)
bo
= Konstanta
X1
= Harga beras tahun t (Rp/kg)
X2
= JumlahPenduduk tahun t (jiwa)
X3
= Harga sagu tahun t (Rp/kg)
X4
= Harga ubi kayu tahun t (Rp/kg)
b1 -b4 = Koefisien regresi
e
= error
3.4.1 Uji Statistik
Model dapat dikatakan baik jika hasil regresi yang telah didapat kemudian diuji
melalui ekonometrika dan uji statistic.Uji ekonometrika diantaranya uji autokorelasi, uji
multikoniletas dan uji heteroskedastisitas.Uji statistic digunakan pada model penduga
melalui Uji F, sedangkan parameter-parameter regresi dapat diuji melalui Uji t, serta uji
keoefisien determinasi.
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini merupakan uji keragaman yang digunakan untuk melihat sejauhmana
variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikatnya didalam model. Koefisien
determinasi mengukur persentase atau proporsi total variasi dalam variabel terikat yang
dijelaskan dalam model regresi. Sifat dasar dari R2 adalah besarannya yang selalu
positif berkisar antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1 ).
27
b. Uji F
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan
valid.Model tersebut dikatakan valid apabila F hitung > F tabel dan sebaliknya apabila F
hitung < F tabel maka model tersebut tidak valid. Untuk lebih mudahnya, dapat dengan
melihat probabilitas dan membandingkannya dengan taraf kesalahan ( α ) yaitu 5% atau
0,05. Jika probabilitasnya < taraf kesalahan, maka dapat dikatakan bahwa model regresi
yang digunakan valid.
c. Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.Apabila t hitung > t tabel maka
dapat dikatakan signifikan, yaitu terdapat pengaruh antara variabel bebas yang diteliti
dengan variabel terikat.Sebaliknya, jika t hitung < t tabel, maka dapat dikatakan tidak
signifikan.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah pengumpuland data, memperjelas ruag lingkup dan
menghindari adanya penafsiran yang keliru pada skripsi ini. Maka penulis memberikan
definisi operasional sebagai berikut ini :
1. Permintaan beras adalah jumlah beras yang dibeli oleh masyarakat di Kota Kendari.
2. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kota Kendari per
tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.
3. Harga beras adalah harga rata-rata beras setiap tahunnya yang berlaku di Kota
Kendari, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.
28
4. Harga sagu adalah harga rata-rata sagu setiap tahunnya yang berlaku di Kota
Kendari, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.
5. Harga ubi adalah harga rata-rata ubi setiap tahunnya yang berlaku di Kota Kendari,
dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
4.1.1 Letak dan Luas Wilayah
Kota Kendari dan sekaligus juga sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Tenggara
secara geografis terletak pada 30 54’40’ - 40 3’05’ Lintang Selatan (LS) dan
membentang dari barat ke tibur diantara 1220 26’23’ - 1220 39’14’ Bujung Timur.
Sepintas tentang letak wilayah Kota Kendari sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatan dengan Kecamatan Soropia
- Sebelah Timur berbatasan dengan laut Kendari
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto
Sumber : BPS Kota Kendari, 2014
Gambar 4. Peta Kota Kendari
Luas wilayah yang dimiliki Kota Kendari 267,37Km2 atau 0,70 persen dataran
Kota Kendari. Luas menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.
30
Tabel 2. Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan, Tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Kecamatan
Luas (πΎπ‘š2 ) Persentase (%)
Mandonga
Baruga
Puatu
Kadia
Wua-Wua
Poasia
Abeli
Kambu
Kendari
Kendari Barat
20,77
48.00
39,72
6,71
11,16
37,74
43,85
24,63
15,68
19,11
7,77
17,95
14,86
2,51
4,17
14,12
16,40
9,21
5,86
7,15
Total
295,89
100.00
Sumber : Kantor BPS, Kota Kendari 2014
Tabel 2 terlihat bahwa kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah
Kecamatan Baruga dengan luas 48.00 π‘˜π‘š2 atausekitar 16,77% sedangkan luas wilayah
yang paling sempit adalah kecamatan Kadia dengan luas 6,71 π‘˜π‘š2 atau sekitar 2,51%
dari luas wilayah Kota Kendari.
4.1.2 Keadaan Iklim Tanah dan Topografi
Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari Tahun 2014
terjadi 172 lh dengan curah curah hujan 2.263,6 mm. Suhu udara dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan
dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing
tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan
daerah bersuhu Tropis.
Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Meteriologi dan Geofisika Maritim
Kendari, selama Tahun 2014 suhu udara maksimum 31,80 C dan minimum 23,40 C.
31
Tekanan udara rata-rata 1.010,5 milibar dengan kelembapan 82%, kecepetan angin di
Kota Kendari selama Tahun 2014 mencapai 5,60 knot.
4.1.3 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk di Kota Kendari pada Tahun 2013 sebesar 324.505 jiwa dan pada
Tahun 2014 sebesar 335.859 jiwa ini berdasarkan hasil pencatatan terakhir melalui
proyeksi survei penduduk antar sensus. Laju pertmbuhan Kota Kendari selama kurun
waktu Tahun 2013 – 2014 sebesar 3.51 persen pertahun.
Tabel 3.Penduduk Kota Kendari menurut Kecamatan Tahun 2013 – 2014.
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laju Perumbuhan
2013
2014
Penduduk (%)
1. Mandonga
40.471
41.891
3.51
2. Baruga
21.675
22.437
3.52
3. Puatu
31.054
32.134
3.51
4. Kadia
43.920
45.460
3.51
5. Wua-Wua
27.314
28.272
3.51
6. Poasia
27.692
28.932
3.51
7. Abeli
25.108
25.991
3.52
8. Kambu
9. Kendari
10. Kendari Barat
Total
30.368
28.601
48.042
31.433
29.605
49.725
3.51
3.51
3.50
324.505
335.889
3.51
Sumber : BPS, Kota Kendari 2014
Berdasarkan data penduduk menurut kecamatan selama Tahun 2013-2014 pada
Tabel 3, jumlah penduduk yang paling besar yaitu pada kecamatan Kendari Barat yang
merupakan wilayah dengan penduduk yang jumlahnya paling besar di Kota Kendari
yaitu dengan jumlah sebesar 49.725 jiwa.
Kota Kendari dengan luas wilayah 267.37 Ha (267,37km2 ) merupakan wilayah
yang paling padat penduduknya di beberapa kecamatan yang ada di Kota Kendari yaitu
1256 jiwa/km2 . Hal ini bisa disebabkan karena Kota Kendari merupakan Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara dimana semua kegiatan dan instansi tinggkat provinsi di
32
pusatkan di kota ini sehingga harus menampung penduduk dengan jumlah yang cukup
besar yaitu sebesar 335.889 jiwa. Untuk kepadatan dari masing-masing kecamatan di
Kota Kendari dapat dilihat pada Gambar 5.
Mandonga, 12.47
kendari
barat,
14.8
Kendari, 8.31
Baruga, 6.67
Puatu, 9.56
Kambu, 9.35
Kadia,
13.53
Abeli, 7.73
Poasia, 8.61 Wua-wua, 8.41
Gambar 5. Kepadatan Penduduk Kota Kendari menurut kecamatan/kota
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa kecamatan Mandonga, Kendari Barat dan Kadia
merupakan Kecamatan yang mempunyai penduduk yang cukup padat dimana
Mandonga kepadatan penduduknya sebesar 12,47%, Kecamatan Kendari Barat sebesar
14,80% dan Kecamatan Kadia sebesar 13,53%.
4.1.4 Pertanian Kota Kendari
Pertanian dalam arti luas terdiri dari 5 sub sektor, yaitu tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan (Soekartawi, 2002). Berbicara
tentang pertanian, tidak bisa lepas dari penggunaan tanah sebagai prasarana dalam
pertanian atau lahan pertanian.Penggunaan tanah di Kota Kendari dapat dilihat pada
Tabel 4.
33
Tabel 4.Persentase Jenis Penggunaan Lahan di Kota Kendari.
No
Penggunaan Lahan
1 Lahan Sawah
a. Sawah Irigasi
b. Sawah Non-irigsi
c. Tegal/Kebun
d. Ladang/Huma
2. Lainnya (perkebunan, hutan rakyat,
Kolam/tebat/empang, dll)
3. Lahan Bukan Pertanian (pemukiman,
Perkantoran, jalan, dll)
Luas(Ha)
1.319
1.037
282
5.110
1.247
13.522
45.69
Total
29.602
100.00
7.083
(%)
4.45
3.50
0.95
17.26
4.21
23.94
Sumber : BPS, Kota Kendari 2014
Penggunaan tanah di Kota Kendari yang ditunjukan pada Tabel 4, dapat diketahui
bahwa lebih dari 45.69% luas tanah di Kota Kendari merupakan tanah lahan bukan
pertanian yaitu seluas 13.522 Ha. Sedangkan 26.16% lainnya juga masih dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian.Untuk penggunaan diluar pertanian yaitu sebesar 28.15% dari
luas tanah di Kota Kendari.
Hasil pertanian di Kota Kendari untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari masingmasing sub sektor pertanian, yaitu:
ο‚· Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang diusahakan di Kota Kendari terdiri dari lima jenis yang
utama yaitu padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Dapat dilihat pada
Tabel 5.
34
Tabel 5.Luas Panen, Produksi dam Hasil Perhektar Tanaman Bahan Makanan di Kota
Kendari Tahun 2014
No
Tanaman
Luas Panen
Produksi Hasil/Hektar
Pangan
ha ton (Produktivitas ton/ha)
1. Padi Sawah
1.555
7.111
4,57
2. Jagung
474
1.395
2,94
3. Kacang Tanah
103
64
0,62
4. Ubi Kayu
266
5.017
18,86
5. Ubi Jalar
99
907
9,16
Sumber : BPS Kota Kendari 2014
Luas panen untuk tanaman pangan paling besar didominasi oleh padi sawah
sebesar 1555ha, dan begitu pula dengan produksi masih ungul tanaman pangan padi
sawah sebesar 7111 ton.Tanaman yang paling rendah luas panennya adalah ubi jalar
sebesar 99 ha, dan tanaman yang paling rendah produksinya adalah kacang tanah
sebesar 64 ton. Sedangkan produktivitas tertinggi yaitu tanaman ubi kayu sebesar 18,86
ton/ha.
4.2 Hasil Penelitian
Komoditi beras yang dimaksud disini adalah beras yang diproduksi dalam Kota
Kendari seperti di Kecamatan Mandonga Kelurahan Labibia dan Kecamatan Baruga di
Kelurahan Muhalo. Varietas beras seperti Ciliwung, Kepala Spesial, dan beras Dolog.
kecilnya beras yang ditawarkan kepada penduduk dalam Kota Kendari sangat
tergantung dari beberapa aspek antara lain harga barang itu sendiri, harga barang
pengganti (barang subtitusi), dan jumlah penduduk.
35
4.3 Permintaan Beras di Kota Kendari
Perkembangan permintaan beras di Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Permintaan Beras Masyarakat Kota Kendari
No
Tahun
Permintaan Beras
(ton)
1.
1999
34.106,18
2.
2000
39.513,43
3.
2001
40.206,82
4.
2002
41.761,75
5.
2003
43.402,6
6.
2004
43.924,33
7.
2005
54.452,62
8.
2006
48.207,9
9.
2007
49.566,12
10. 2008
50.109,92
11. 2009
51.416,89
12. 2010
57.491,9
13. 2011
59.598,31
14. 2012
61.771,93
15. 2013
63.959,94
16. 2014
66.203,72
Perkembangan
(%)
0,15
0,01
0,03
0,03
0,01
0,23
-0,11
0,02
0,01
0,02
0,11
0,03
0,03
0,03
0,03
Sumber :Pengeluaran Konsumsi, BPS Kota Kendari 2014
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwapermintaan beras paling banyak terdapat pada
Tahun 2014 sebesar 66203,72 ton, dan konsumsi paling sedikit terdapat pada Tahun
1999 sebesar 34106,18 ton. Perkembangan permintaan beras tertinggi di Kota Kendari
terjadi pada Tahun 2000 sebanyak 15%, sedang perkembangan terendah terjadi pada
Tahun 2006, hal ini terkonfirmasi bahwa ditahun yang bersamaan terjadi penurunan
jumlah pendudukdi Kota Kendari yang menyebabkan permintaan akan beras juga
berkurang.
4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Kendari
Penduduk adalah anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara, dan
himpunan kuantitas, yang bertempat tinggal disuatu tempat dalam batas wilayah Negara
36
pada waktu tertentu (Jonny, 2005).Data mengenai perkembangan jumlah penduduk
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Kendari, Tahun 1999 – 2014
No Tahun
Jumlah Penduduk
Perkembangan
(jiwa)
(%)
1.
1999
173.040
2.
2000
200.747
15,83
3.
2001
203.992
1,75
4.
2002
211.881
3,87
5.
2003
220.306
3,93
6.
2004
222.853
1,20
7.
2005
276.269
23,97
8.
2006
244.856
-11,47
9.
2007
251.477
2,82
10. 2008
254.236
1,10
11. 2009
260.867
2,61
12. 2010
291.689
11,82
13. 2011
302.376
3,66
14. 2012
313.404
3,65
15. 2013
324.505
3,54
16. 2014
335.889
3,51
Sumber : BPS Kota Kendari 2014
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terjadi pada
Tahun 2014 yakni sebesar 335889 jiwa.Dan jumlah penduduk terkecil terjadi pada
tahun 1999 yakni sebanyak 173040 jiwa. Dilihat dalam segi perkembangan,
perkembangan jumlah penduduk terbesar terjadi pada Tahun 2005 yakni 23,97%.
4.5 Perkembangan Produksi Beras di Kota Kendari
Pangan beras mempunyai peran yang sangat strategi dalam pemantapan
ketahangan pangan. Ketersediaan beras diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan
pangan beras.
Produksi beras Kota Kendari merupakan hasil dari olahan petani yang melakukan
usaha pengkombinasian faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti luas tanah, modal
tenaga kerja dan keahlian.Cahyono (2001) mengemukakan bahwa jumlah produksi
37
beras berbeda-beda tergantung dari besarnya tingkat konversi dari produksi padi yang
dihasilkan, angka konversi beragam tergantung pada berbagai faktor seperti varietas,
musim, jenis penggilingan dan perlakuan pasca panen. Produksi beras kota kendari
didapat dengan mengkonversi produksi padi, persentase konversi dilakukan memakai
patokan yang dikeluarkan Dinas Pertanian Kota Kendari.
Produksi beras Kota Kendari dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, hal ini
disebabkan berfluktuasinya produksi padi (gabah kering giling) pada setiap
Tahunnya.Perkembangan produksi beras dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan Produksi Beras, 1999 – 2014.
No Tahun
Produksi Padi(Ton)
Produksi Beras(Ton)
1.
1999
304
191
2.
2000
270
170
3.
2001
696
438
4.
2002
206
129
5.
2003
307
193
6.
2004
533
335
7.
2005
621
391
8.
2006
881
555
9.
2007
1.131
712
10. 2008
1.694
1,067
11. 2009
1.756
1,101
12. 2010
2.321
1,456
13. 2011
3.431
2,152
14. 2012
3.179
1,994
15. 2013
3.491
2,190
16. 2014
7.113
4.462
Perkembangan(%)
–
-10,99
157,65
-70,55
49,61
73,58
16,72
41,94
28,29
49,86
3,19
31,24
47,80
-7,34
9,83
103,74
Sumber : BPS Kota Kendari 2014
Tabel 8.menggambarkan produksi beras di Kota Kendari pada priode Tahun
1999 – 2014 mengalami fluktuasi seiring dengan berfluktuasinya produksi padi Kota
Kendari. Dalam kurun waktu 16 Tahun dari Tahun 1999 – 2014, produksi beras
tertinggi terdapat pada Tahun 2014 sebesar 4,,462 ton. Sedangkan produksi beras
terendah terdapat pada Tahun 2002 yakni sebesar 129 ton.
38
4.6 Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, dan Harga Ubi Tahun 1999 – 2014.
Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan bahan
pangan.Secara umum, harga di Indonesia sangat mudah berfluktuasi tergantung kondisi
pasar.Kondisi harga beras di Kota Kendari dalam 16 Tahun terakhir mengalami
fluktuasi, tetapi secara umum menunjukan trend peningkatan.Data mengenai harga
beras dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, Harga Ubi Kayu, Tahun 1999 –
2014
No
Tahun
Harga Beras
Harga Sagu
Harga Ubi Kayu
(Rp/kg)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
(Rp/kg)
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
(Rp/kg)
2.544
2.131
2.463
2.756
2.779
2.563
3.400
4.036
4.737
5.004
5.873
6.541
6.693
8.219
8.248
8.348
905
1.182
1.344
1.387
1.372
1.449
1.457
1.532
2.727
2.840
3.492
4.000
3.689
3.461
4.657
4.762
615
735
897
1.052
1.258
1.504
1.799
2.151
2.573
3.098
3.402
3.628
3.573
3.426
3.720
4.383
Sumber :Statistik Harga Konsumen, BPS Kota Kendari 2014
Tabel 9 terlihat bahwa harga beras tertinggi pada tahun 2014 yakni Rp 8.348,
sedangkan harga terendah terdapat pada Tahun 2000 yakni Rp.2131. Perkembangan
harga beras di Kota Kendari mengalami peningkatan tiap tahunnya. Harga beras ratarata naik 8,93% tiap tahunnya.
39
Kota Kendari ada beberapa bahan pangan alternatif non beras yang dikonsumsi
seperti, sagu dan ubi kayu. Proses penyajiannya pun beragam, seperti sagu di buat
dalam bentuk sinonggi dan ubi kayu di olah menjadi kasuami.
Tabel 9 terlihat harga sagu dan ubi kayu dalam Tahun 1999 – 2014 mengalami
trend peningkatan.Akan tetapi jika membandingkan dengan harga beras kedua pangan
tersebut masih dibawah harga beras. Harga sagu tertinggi pada Tahun 2014 yakni Rp
4762 sedangkang harga sagu terendah terdapat pada Tahun 1999 takni 904, denga ratarata laju peningkatan sebesar tiap Tahun. Sedangkan harga ubi kayu tertinggi terdapat
pada Tahun 2014 yakni 4383, harga terendah terdapat pada tahun 1999 yakni 615. Ratarata laju peningkatan harga ubi kayu sebesar 12,47% tiap tahunnya.
4.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Kota Kendari
4.7.1. Uji Statistik
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan beras di Kota Kendari. Pengolahan data dengan
menggunakan perangkat lunak (software) komputer program Microsoft Excel dan
Statistic Package for Soscial Scienes (SPSS) versi 22. Pengujian parameter dilakukan
pada tingkat taraf nyata 5% hasil dari analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada
Tabel 10.
40
Tabel 10. Nilai Parameter Analisis Regresi Linear Berganda Harga Beras, Harga Sagu,
Harga Ubi Kayu dan Jumlah Penduduk terhadap Permintaan Beras di Kota
Kendari.
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficient
Model
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1. (Constant)
2.108
0.228
9.326
0.000
Harga Beras
-0.024
0.027
-0.060
-0.908
0.383
Harga Sagu
0.004
0.028
0.011
0.142
0.890
Harga Ubi Kayu
0.005
0.032
0.013
0.155
0.880
Jumlah Penduduk
1.045
0.054
1.031
19.275
0.000
Sumber : Lampiran 2
Output di atas dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Ln = a + b1X1 + b2X2 + b 3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
a = konstanta
e = Error
Ln = Permintaan Beras
b1,b2,b3,b4 = koefisien determinasi
Ln = 2,108 - 0,024 + 0,004 + 0,005 + 1,045 + e
Nilai konstanta = 2.108 Jika tidak terjadi perubahan pada hargaberas, harga sagu, harga
ubi kayu, jumlah penduduk maka permintaan beras di Kota Kendari meningkat sebesar
2.108
Nilai b1 (harga beras) = -0,024 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen
harga beras maka permintaan beras akan turun sebesar -0,024
Nilai b2 (harga sagu) = 0,004 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen
harga sagu maka permintaan sagu akan naik sebesar 0,004
41
Nilai b3 (harga ubi kyu) = 0,005 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen
harga ubi kayu maka permintaan ubi kayu akan naik sebesar 0,005
Nilai b4 (jumlah penduduk) = 1,045 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1
persen jumlah penduduk maka permintaan beras akan naik sebesar 1,045
Uji koefisien :
a. Harga beras
Hipotesis:
H0 : harga beras tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
H1 : harga beras berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak
Thitung < Ttabel maka H0 diterima
atau
signifikansi < α maka H0 ditolak
signifikansi > α maka H0 diterima
Kesimpulan:
Berdasarkan Tabel 10 koefisien diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan
untuk variabel harga beras sebesar 0,383. Nilai signifikan lebih besar dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,383 > 0,05, maka H0 diterima. Atau variable harga beras
memiliki nilai thitung
=
-0,908 < ttabel = 1,796 yang artinya harga beras tidak
mempengaruhi permintaan beras.
b. Harga Sagu
Hipotesis:
H0 : harga sagu tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
H1 : harga sagu berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
42
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak
atau
signifikansi < α maka H0 ditolak
signifikansi > α maka H0 diterima
Thitung < Ttabel maka H0 diterima
Kesimpulan:
Berdasarkan Tabel 10 koefisien diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan
untuk variabel harga sagu sebesar 0,890. Nilai signifikan lebih besar dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,890 > 0,05, maka H0 diterima. Atau variable harga sagu
memiliki nilai thitung
=
0,142 < ttabel = 1,796 yang artinya harga sagu tidak
mempengaruhi permintaan beras.
c. Harga ubi kayu
Hipotesis:
H0 : harga ubi kayu tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
H1 : harga ubi kayu berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak
Thitung < Ttabel maka H0 diterima
atau
signifikansi < α maka H0 ditolak
signifikansi > α maka H0 diterima
Kesimpulan:
Berdasarkan Tabel 10 koefisien diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan
untuk variabel harga ubi kayu sebesar 0,880. Nilai signifikan lebih besar dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,880 > 0,05, maka H0 diterima. Atau variable harga ubi
kayu memiliki nilai thitung = 0,155 < ttabel = 1,796 yang artinya harga ubi kayu tidak
mempengaruhi permintaan beras.
43
d. Jumlah penduduk
Hipotesis:
H0 : jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
H1 : jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak
Thitung < Ttabel maka H0 diterima
atau
signifikansi < α maka H0 ditolak
signifikansi > α maka H0 diterima
Kesimpulan:
Berdasarkan Tabel 10 koefisien diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan
untuk variabel jumlah penduduk sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak. Atau variable jumlah
penduduk memiliki nilai thitung = 19,275 > ttabel = 1,796 yang artinya jumlah penduduk
mempengaruhi permintaan beras.
Berdasarkan uji koefisien di atas dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang
signifikan terhadap terhadap variabel permintaan beras yaitu variabel jumlah penduduk
4.7.2. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji statistic F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.Hasil uji F dapat di lihat pada Tabel 11.
44
Tabel 11. Hasil Uji F-statistik
F
Sig.
867.475
0.000
Sumber : Lampiran 3
Hipotesis:
H0 :Harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah penduduk tidak berpengaruh
signifikan terhadap permintaan beras
H1 :Harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah pendudukberpengaruh
signifikan terhadap permintaan beras
Statistik uji :
Fhitung >Ftabel maka H0 ditolakatausignifikansi < α maka H0 ditolak
Fhitung <Ftabel maka H0 diterima
signifikansi > α maka H0 diterima
Berdasarkan Tabel 11 menunjukan hasil analisis, di peroleh tingkat signifikansi
0,000 lebih kecil dari α = 0,05, atau Fhitung sebesar 867.475 lebih besar dari Ftabel
sebesar 3.36 .hal ini berarti seluruh variabel bebas (X) yang dimasukkan ke dalam
model secara bersama-sama akan menunjukan pengaruh nyata terhadap permintaan
berasdi Kota kendari atau variabel tak bebas (Y).
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji ketepatan model.Nilai
koefisien determinasi pada hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 12.
45
Tabel 12. Uji Koefisien Determinasi
R
R Square
0.998a
0.997
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 12. Maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,997 yang berarti bahwa 99,7 persen keragaman variabel tak bebas (Y) dapat
dijelaskan atau dapat diterangkan oleh keragaman variabel bebas (X) dan sisanya
sebanyak 0,03 persen dijelaskan oleh variabel lain tidak termasuk dalam model
Hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (R) permintaan beras sebesar
0,998 dengan tanda positif dan mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa antara
variabel tak bebas (Y) mempunyai hubungan erat dengan seluruh variabel bebas (X).
c. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Uji statistic t digunakan untuk menguji hipotesis
Tabel 13.uji t
Model
1
t
Sig.
(Constant)
9.236
.000
Harga_Beras
-.908
0.383
Harga_Sagu
.142
0.890
Harga_Ubi_Kayu
.155
0.880
19.275
0.000
Jumlah_Penduduk
Sumber : lampiran 2
46
1. Harga Beras
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga
beras (X1) lebih besar dari α (0,383 > 0,05). Hal ini berarti harga beras tidak
berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
2. Harga Sagu
Berdasarkan uji statistic pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga
sagu (X2) lebih besar dari α (0,890 > 0,05). Hal ini berarti harga sagu tidak berpengaruh
nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
3. Harga Ubi Kayu
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% nilai signifikansi harga
ubi kayu (X3) lebih besar dari α (0,880 > 0,05). Hal ini berarti harga ubi kayu tidak
berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
4. Jumlah Penduduk
Berdasarkan uji statitik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi jumlah
penduduk (X4) lebih kecil dari α ( 0,000< 0,05). Hal ini berarti jumlah penduduk
berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
Berdasarkan penjelasan uji t maka harga beras, harga sagu dan harga ubi kayu
tidak berpengaruh nyata.Oleh karena itu uji hipotesis dengan uji t maka hipotesis H0
ditolak sedangkan hipotesis H1 sebagai hipotesis alternative diterima.
47
4.8 Pembahasan
4.8.1 Harga Beras
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga
beras (X1) lebih besar dari α (0,383 > 0,05). Hal ini berarti harga beras tidak
berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Kota Kendari. Hal ini
disebabkan beras lebih banyak dikonsumsi dari pada bahan makanan lain. Dengan
demikian naik ataupun turunnya harga beras tidak akan mempengaruhi permintaan
beras pada masyarakat di Kota Kendari.
4.8.2 Harga Sagu
Berdasarkan uji statistik kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga sagu (X2)
lebih besar dari α (0,890 > 0,05). Hal ini berarti harga sagu tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
Dengan nilai jual sagu yang rendah, petani enggan mengusahakannya karena tidak
mendatangkan keuntungan. Selain itu, sagu merupakan bahan olahan yang tidak di
budidayakan. Selain itu, sagu merupakan bahan olahan yang tidak di budidayakan
seperti halnya tanaman padi.Sagu sangat identik dengan bahan makanan pokok kedua
setelah beras. Sagu dalam bentuk olahan sinonggi menjadi makanan andalan masyarakat
Kota Kendari khususnya suku tolaki. Oleh karena itu sagu selain memiliki nilai
ekonomi juga memiliki nilai budaya karena menjadi makanan turun temurun dari suku
tolaki. Dengan demikian maka naik ataupun turunnya harga sagu tidak akan
mempengaruhi permintaan sagu.
48
4.8.3 Harga Ubi Kayu
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% nilai signifikansi harga
ubi kayu (X3) lebih besar dari α (0,880 > 0,05). Hal ini berarti harga ubi kayu tidak
berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari.
Harga jual ubi kayu yang lumayan rendah, petani enggan mengusahakan atau
memproduksinya karena tidak member keuntungan.Sagu juga biasanya menjadi bahan
olahan berupa kasuami. Dengan demikian makan naik ataupun turunnya harga ubi kayu
tidak akan mempengaruhi permintaan ubi kayu.
4.8.4 Jumlah Penduduk
Berdasarkan uji statitik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi jumlah
penduduk (X4) lebih kecil dari α ( 0,000< 0,05). Hal ini berarti jumlah penduduk
berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari. Nilai koefisien regresi
variabel jumlah penduduk sebesar 1.031, maka dapat diinterpretasikan bahwa apabila
jumlah penduduk meningkat 1% maka permintaan beras akan meningkat sebesar
1,031% dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap (ceteris paribus).
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, diperoleh nilai koefisiens regresi
yang menunjukan pengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari adalah
jumlah penduduk, ini menunjukan bahwa jika jumlah penduduk meningkat maka
permintaan beras di Kota Kendari bertambah.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa faktor-faktor
permintaan suatu barang meliputi : harga barang itu sendiri, harga barang lain, selera,
tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.seperti yg dikatakan Soekartawi (2002),
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang meliputi: harga
49
barang yang bersangkutan, harga barang subtitusi atau komplementernya, selera, jumlah
penduduk, tingkat pendapatan, elastisitas barang. Selanjutnya Daniel (2002)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah jumlah permintaan
terhadap suatu barang meliputi: harga, harga barang lain, selera, jumlah penduduk,
tingkat pendapatan dan selera.
Hasil penelitian Hendrik Mulyo (2011) bahwa jumlah penduduk mempengaruhi
permintaan beras, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan juga akan
meningkat khususnya kebutuhan akan pangan untuk pertumbuhan dan memenuhi gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang saya teliti,
yaitu jumlah penduduk mempengaruhi permintaan beras.
Selain itu dalam menentukan harga dibutuhkanPeran pemerintah dalam
menentukan harga sekaligus melindugi produsen dari kerugian dan konsumen dari harga
terjangkau, melalui 2 cara yaitu :
1. Penetapan Harga Minimum (floor price)
Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah
bertujian untuk melindungi produsen terutama untuk produk dasar pertanian.Misalnya
harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah.Hal ini dilakukan suaya
tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan harga terlalu murah dan dijual
kembali dengan harga mahal) yang membeli produk tersebut diluar harga yang telah
ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut tidak ada yang membeli , maka
pemerinta akan membelinya melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian
didistribusikan ke pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini sering
50
mendorongnya pasar gelap, yaitu pasar yang pembentukan harganya diluar harga
minimum.
2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price)
Penetapan harga maksimum atau harga eceran tertinggi yang dilakukan
pemerintah bertujuan untuk melindungi konsumen.Kebijiakan ini dilakukan oleh
pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu tinggi diluar batas daya beli masyarakat
(konsumen).Penjual tidak diperbolehkan menetapkan harga diatas harga maksimum
tersebut. Contoh penetapan harga maksimum di Indonesia antara lain harga obat-obatan
diapotek, harga BBM, dan tariff angkutan atau transportasi seperti bus kota, tariff kereta
api dan tariff taksi per kilometer. Seperti halnya penetapan harga minimum, penetapan
harga maksimum juga mendorong terjadinya pasar gelap.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan beras di Kota Kendari, maka dapat disimpukan sebagai berikut :
1. Secara parsial jumlah penduduk berpengaruh nyata, sedangkan harga beras, harga
sagu dan harga ubi kayu tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan beras
di Kota Kendari.
2. Hasil dari uji koefisien determinasi diperoleh nilai koefisien korelasi (R)
permintaan beras sebesar 0,998 dengan tanda positif dan mendekati 1, maka dapat
diartikan bahwa antara variabel tak bebas (Y) mempunyai hubungan erat dengan
seluruh variabel bebas (X).
3. Secara simultan harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah penduduk
secara bersama-sama mempengaruhi permintaan beras di Kota Kendari.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk mempunyai pengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota
Kendari.
Oleh
karena
itu
pemerintah
harus
membantu
dalam
bentuk
menyeimbangkan konsumsi masyarakat dengan stok beras yang ada di Kota
Kendari baik itu didatangkan dari luar kota ataupun di eksport dari luar negeri.
2. Perlu diadakan penelitian mengenai penawaran beras ataupun keseimbangan dari
permintaan dan penawaran beras di Kota Kendari sebgai bahan perbandingan.
52
DAFTAR PUSTAKA
Astawan. 2004. Kandungan Gizi Aneka Bahan Makanan. Jakarta : Gramedia.
Assauri, S. 1990. Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi. Rajawali perss.
Jakarta.
Assauri, S. 2005. Matematika Emonomi. PT. Raja Papyrus.Surabaya-Jawa Timur.
Anonim. 1996. Anjuran Teknologi Prodksi Padi Sawah. Dinas Pertanian Propinsi Dati I
Jawa Tengah. Semarang.
Baudrillard J.P. 2011. Masyarakat Konsumsi. Bantul, Kreasi Wacana
Baso, A. 2011.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Beras Lokal di Kota
Kendari.Kendari.Universitas Halu Oleo.Kendari.
Biro Pusat Statistik, 1990. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia PerProvinsi.BPS-RI. Jakarta
BPS. 2014. Kota Kendari dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.Kendari.
BPS. 2014. Statistik Harga Konsumen. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.Kendari.
BPS. 2014. Pengeluaran Konsumsi. Badan Pusat Statistik Kota Kendari.Kendari.
Cahyono, S.A. 2001. Analisis Penawaran dan Permintaan Beras di Provinsi Lampung
dan Kaitannya dengan Pasar Beras Domestik dan Internasional.Tesis magister
Sain, program pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Diulio, A. Eugene, 1993. Teori Makro Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Erawati, 2002.Analisis Permintaan dan Penawaran Komoditas Beras di Kota
Kendari.Kendari.Universitas Halu Oleo. Kendari. Skripsi
Fajar.2010 .Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia.
Surakarta: Universitas Muhamadiyah.
Fajarnia.2008. Analisis Permintaan Bawang Merah pada Rumah Makan di Kota BauBau Sulawesi Tenggara.Skripsi Universitas Haluoleo. Kendari
Gilarso. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta.Kanisius.
Hendrik Mulyo M. 2011.Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten.Skrisi
Universitas Sebelas Maret
Irianti, P. 2007. Permintaan Sayur Kacang Panjang di Kecamatan Konda Kabupaten
Konawe Selatan.Skripsi Universitas Haluoleo. Kendari
53
Jonny, Purba.2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Kadariah. 1994. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kartasapoetra.A.G. 1992.Manajemen Pertanian (Agribisnis). PT. Bina Aksara. Jakarta.
Kelana, S. 1996. Teori Ekonomi Mikro. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kotler dan Amstrong.1999. TeoriEkonomi Makro Intermediate.Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kustiah. 1986. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.
Lamb et.al. 2001. Pemasaran. Buku 1 dan 2. Penerjemah David Octarevia. Jakarta :
Penerbit Salemba Empat
Laksono.2002. Pembangunan Pertanian. Gramedia. Jakarta.
Lipsey et al. 1995.Pengantar Ilmu Ekonomi. Bina Rupa Askara. Jakarta.
Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, 2002, Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta:
LPFE-UI
Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makor Ekonomi. Edisi Keempat. Alih Bahasa : Imam
Nurmawam. Jakarta : Erlangga
Mears,LA. 1982. Era Baru Perberasan Indonesia. Terjemahan. Penerbit Gajah Mada
University Press
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cet Pertama. LP3ES.. Jakarta.
Muhammad. 2004.Ekonomi Mikro dalam Prespektif Islam.BPFE.Yogyakarta.
Miller, R.L dan R.E. Meiners. 1994. Teori Ekonomi Intermediate. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
------------------------- .2000. Teori Ekonomi Intermediate. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Nopirin. 1997. Ekonomi Moneter I. Universitas Terbuka : Jakarta
Nitisemeto, Alex. S. 1981. Marketing.Ghalia Indonesia. Jakarta.
Putong, Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Kedua. Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rahardja, P. 1985. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi Universias Indonesia.
Jakarta.
Rahim, A. 2007.Pengantar Ekonomi dan Kasus Ekonomika Pertanian. Panebar
Swadaya. Jakarta.
54
Rosyidi. S. 1987. Penurunan Pelajaran Ekonomi dan Koperasi.Ganeca Exact.
Bandung.
Samuelson..2003.IlmuMikroekonomi.
Jakarta
Edukasi.PT.Rajagrafindo Persada : Jakarta
:
PT.
Global
Media
Salvantore, O. 1998.Teori Ekonomi Mikro. Terjemahan Rudy Sitompul. Erlangga.
Jakarta
Samueleus, Paul S. Dan Nordhaus William D. 1996. Makro Ekonomi. Edisi ke17.Cetakan ketiga. Jakarta. Erlangga
Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu Gizi (untuk Mahasiswa dan Profesi jilid II). Dian
Rakyat. Jakarta.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
--------------- 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi.Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Sudarsono. 1991. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : LP3ES.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatid dan R&d. Alfabeta Bandung.
Sadono, Sukirno. 1994. Ekonomi Mikro. LP3ES. Universitas Indonesia. Jakarta.
---------- 1998. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
---------- 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar edisi ketiga.
Suprihatin. 1984. Ekonomi dan Koperasi. Bandung: Ganesha. Exact
Swastha. 2010. Manajemen Penjualan. Yogyakarta : Penerbit BPFE.
Wijaya, F. 1991. Pengantar Ekonomika Mikro. Edisi Kedua. BPFE.
Winardi. 1981. Teori Ekonomi Mikro, Aspek-aspek Pengusaha. Bandung Mandar Maju.
55
Lampiran 1.Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, Harga Ubi Kayu dan Jumlah
Penduduk, Tahun 1999 – 2014
No
Tahun
Harga Beras
(Rp/kg)
Harga Sagu
(Rp/kg)
1
1999
2544
2
2000
2131
3
2001
2463
4
2002
2756
5
2003
2779
6
2004
2563
7
2005
3400
8
2006
4036
9
2007
4737
10 2008
5004
11 2009
5873
12 2010
6451
13 2011
6693
14 2012
8219
15 2013
8248
16 2014
8348
Sumber : BPS Kota Kendari, 2014
665
1291
1362
1468
1516
1368
1651
2347
2685
3034
3492
4000
3689
3461
4657
4762
56
Harga Ubi
Kayu
(Rp/kg)
905
1182
1344
1378
1372
1449
1457
1532
2727
2840
3402
3628
3573
3426
3720
4383
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
173040
200474
203992
211881
220206
222853
276269
244586
251477
254236
260867
291689
302376
313404
324505
335889
Lampiran 2.Output Regresi Linear.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
2.108
.228
Harga_Beras
-.024
.027
Harga_Sagu
.004
Harga_Ubi_Kayu
Jumlah_Penduduk
Beta
t
Sig.
9.236
.000
-.060
-.908
.383
.028
.011
.142
.890
.005
.032
.013
.155
.880
1.045
.054
1.031
19.275
.000
a. Dependent Variable: Konsumsi
Lampiran 3.Uji F-statistik
ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.108
4
.027
Residual
.000
11
.000
Total
.109
15
F
Sig.
867.475
a. Dependent Variable: Konsumsi
b. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk, Harga_Ubi_Kayu, Harga_Beras, Harga_Sagu
Lampiran 4.Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.998a
.997
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.996
a. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk, Harga_Ubi_Kayu,
Harga_Beras, Harga_Sagu
b. Dependent Variable: Konsumsi
57
.00559
.000b
Lampiran 5.Tabel T
58
Lampiran 6. Tabel F
59
Download