plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN
KEINTIMAN TERHADAP PASANGAN PADA DEWASA AWAL
DENGAN ORANGTUA BERCERAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Nani Nuritasari
NIM : 109114127
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
The mind is everything.
What you think you become.
Buddha
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Karya ini kupersembahkan untuk :
Mama dan Mami yang tercinta…
Kakak Novita yang tersayang …
Kedua adikku, Nana dan Navaro, yang lucu dan menggemaskan…
Sahabat-sahabat yang luar biasa …
Dan teman – teman Psikologi 2010.. You rock!!!
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN
KEINTIMAN TERHADAP PASANGAN PADA DEWASA AWAL
DENGAN ORANGTUA BERCERAI
Nani Nuritasari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara
komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal
dengan orangtua bercerai. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat
korelasional yang dilakukan terhadap 51 subjek yang berusia 20 hingga 31 tahun.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan korelasi product
moment Pearson dan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,936 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap
pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai.
Kata kunci
: komunikasi interpersonal, keintiman, perceraian, dewasa awal
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
THE RELATIONSHIP BETWEEN INTERPERSONAL COMMUNICATION
AND INTIMACY ON EARLY ADULT WITH DIVORCES PARENTAL ISSUE
Nani Nuritasari
ABSTRACT
This empirical study purpose is to measure significantly correlation
between interpersonal communication and intimacy on early adult with divorces
parental issue. Quantitative research method applied with 51 subjects, consist of
20 until 31 range of ages. The data in this research was analyzed by using the
Pearson product moment correlation and was found that the correlation values
was 0,936 with a significant value of 0,000 (p < 0,05). This finding means that
there is a positive and significant relationship between interpersonal
communication and intimacy on early adult with divorces parental issue.
Keywords : interpersonal communication, intimacy, divorces parental issue, early
adult
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas pernyertaan dan tuntunanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Hubungan antara
Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa
Awal dengan Orangtua Bercerai”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak
pihak. Maka daripada itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan dan dosen pembimbing
akademik serta dosen penguji. Terimakasih atas bantuannya dalam
kelancaran proses pembuatan skripsi ini.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku kepala progam studi dan dosen
pembimbing skripsi. Terimakasih atas kesedian Ibu dalam mendampingi
serta membimbing juga mendiskusikan perihal skripsi ini dengan penuh
perhatian dan sabar.
3. Ibu Debri Pristinella, M.Si selaku dosen penguji. Terimakasih atas
dukungan dan kritikan yang membangun dalam proses pengerjaan skripsi
ini.
4. Mama, mami, kakak, dan adik-adikku yang senantiasa memberi doa,
dukungan, dan semangat. Terimakasih untuk pengertian dan kepercayaan
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
yang sangat besar kepada saya dalam memberikan tanggungjawab
sepenuhnya selama mengerjakan skripsi ini.
5. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. Terimakasih atas bantuan dan saran yang luar
biasa agar saya tetap giat dan pantang menyerah hingga akhir.
6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terimakasih karena telah membimbing dan membagikan ilmunya.
7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi,
Mas Muji, Mas Donny, dan student staff yang senantiasa membantu saya
serta memberikan suasana kekeluargaan dengan canda tawanya.
8. Teman – teman Psikologi angkatan 2010 yang luar biasa hebat terutama
kelas D. Terimakasih atas peran serta dukungannya. Saya merasa sangat
beruntung menjadi bagian dari kalian. Kalian adalah bagian paling luar
biasa di masa perkuliahan saya.
9. Sahabat – sahabat terbaikku The RAINBOW yang terkadang alay dan
nyebelin. I love u, too. Terimakasih saja mungkin tidak akan cukup jika
mengingat apa saja yang telah kalian berikan kepada saya. Saya minta
maaf atas segala kekurangan yang saya miliki selama berproses dengan
kalian: Sose, Silai, Tyas, Opah, Irma, Geri, Wendy, Abi, dan Yoga.
10. Teman – teman Asrama Putri Kinasih yang cantik dan baik, Mba Ya, CenCen, Xiao-Xiao, Chelly, Vero, Ika, Ike, Tirsa, Lia dan masih banyak lagi
terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11. Teman – teman seperjuangan ujian skripsi pada bulan Desember : Kiki,
Septian Pace, Septian Twiboy, Kakak suster (Suster Marcel), Hilda, Ka
Lezza, dan Nael. Terimakasih atas motivasi dan kebersamaannya.
12. Pan Pan a.k.a Otniel Gerri Dimas Fabian, pria yang sering terlupakan
namun selalu siap sedia saat dibutuhkan. Terimakasih atas peranannya
yang luar biasa sebagai tempat curahan hati dan penyaluran emosi ketika
menghadapi persoalan yang berkaitan dengan skripsi. Terimakasih juga
atas dukungan dan penyertaannya dalam menjadi sahabat, kakak, adik,
tukang masak, tukang ojek, musuh bebuyutan, dan pasangan yang luar
biasa sabar.
13. Teman, sahabat, kerabat, dan orang-orang yang tidak sempat saya
sebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuannya baik langsung mapun
tidak langsung sehingga saya dapat mengerjakan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
bagi dari segi metode maupun pelaporan penelitian. Oleh karena itu, penulis
menerima segala kritik dan masukan yang membangun demi perbaikan penelitian
selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak dan kiranya
Allah SWT memberkati apa telah dikerjakan.
Yogyakarta, 12 Januari 2015
Penulis,
Nani Nuritasari
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING …….…………… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO …………………………………………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………. vi
ABSTRAK ………………………………………………………………... vii
ABSTRACT ………………………………………………………… ……... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………… ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………….……………………………………... xviii
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………. ……... 11
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 11
D. Manfaat Penelitian …………………………………… ……... 11
1. Manfaat Teoritis ……………………....................……...
11
2. Manfaat Praktis …………………………..……………..
12
BAB II : TINJAUAN TEORI …………………………………………….. 13
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Keintiman …………………………………..………………... 13
1. Pengertian Keintiman ……………………………………... 13
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keintiman …………. 14
3. Aspek – Aspek Keintiman ………………………………… 16
4. Manfaat Keintiman ………………………………………... 18
B. Komunikasi Interpersonal ………………………...………….. 20
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal …………………….. 20
2. Aspek – aspek Komunikasi Interpersonal ………………… 21
3. Komponen – Komponen Komunikasi Interpersonal ……… 23
C. Perceraian Orangtua ……………….………………………… 25
1. Perceraian …………………………………………………. 25
2. Dampak Perceraian ……………………………………….. 25
D. Dewasa Awal ………………………………………………… 27
1. Pengertian dan Batasan Usia Dewasa Awal ……………… 27
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ……………………… 28
E. Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan
Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan
Orangtua Bercerai…………………………………………...… 31
F. Skema Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan
Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan
Orangtua Bercerai ...................................................................... 35
G. Hipotesis …………..………………………………………..... 36
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………………... 37
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Jenis Penelitian ………………………………………………... 37
B. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………………….. 37
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………………... 37
1. Komunikasi Interpersonal ………………………………… 37
2. Keintiman Terhadap Pasangan ………………………….. 38
D. Subjek Penelitian ……………………………………………… 38
E. Metode Pengumpulan Data …………………………………… 39
1. Skala Komunikasi Interpersonal …………………………. 40
2. Skala Keintiman Terhadap Pasangan ……………………. 43
F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data.. 47
1. Validitas …………………………………………………... 47
2. Seleksi Item ……………………………………………….. 48
3. Reliabilitas ………………………………………………… 51
G. Analisis Data ………………………………………………..... 52
1. Uji Normalitas …………………………………………….. 52
2. Uji Linearitas …………………………………………….... 53
3. Uji Hipotesis ………………………………………………. 53
H. Pelaksanaan Uji Coba ………………………………………… 53
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………... 54
A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………….. 54
B. Deskripsi Subjek ……………………………………………... 55
C. Deskripsi Data Penelitian …………………………………….. 57
D. Kategorisasi …………………………………………………... 58
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
E. Analisis Data Penelitian ……………………………………… 60
1. Uji Asumsi ………………………………………………... 60
2. Uji Hipotesis ……………………………………………… 63
F. Pembahasan ………………………………………………….. 64
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 70
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 70
B. Saran ………………………………………………………….. 70
1. Bagi Dewasa Awal ………………………………………. 71
2. Bagi Orangtua ……………………………………………. 71
3. Bagi Peneliti Selanjutnya …………………………………. 71
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 72
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 77
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal
Sebelum Uji Coba …………………………………….……….. 43
Tabel 3.2.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan
Sebelum Uji Coba …………………………………..…..……… 47
Tabel 3.3.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan
Setelah Uji Coba ……………………………..………………… 50
Tabel 3.4.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal
Setelah Uji Coba ………………………………………….. 51
Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin …………… 55
Tabel 4.2
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ………………………. 55
Tabel 4.3
Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran ………… 56
Tabel 4.4
Data Penelitian ……………………………………………. 57
Tabel 4.5
Norma Kategorisasi ………………………………………. 58
Tabel 4.6
Kategorisasi Skala Komunikasi Interpersonal ……………. 59
Tabel 4.7
Kategorisasi Skala Keintiman Terhadap Pasangan ………. 60
Tabel 4.8.1
Hasil Uji Normalitas …………………………………….... 61
Tabel 4.8.2
Hasil Uji Linearitas ……………………………………….. 62
Tabel 4.9
Hasil Uji Hipotesis ………………………………………... 62
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman terhadap
Pasangan …………………………………………………. 78
Lampiran 2.
Hasil Seleksi Item Skala Komunikasi Interpersonal dan
Keintiman terhadap Pasangan ……………………....…… 91
Lampiran 3.
Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal dan
Keintiman terhadap Pasangan ……………………….….
97
Lampiran 4.
Uji Deskriptif Mean Empirik ……………………………
99
Lampiran 5.
Uji Normalitas ………………………………...…………
100
Lampiran 6.
Uji Linearitas ……………………………………………. 101
Lampiran 7.
Uji Hipotesis …………………………….………………. 102
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus perceraian di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Bahkan jumlah kasus perceraian tersebut mencapai angka perceraian tertinggi
di Asia-Pasifik. Data Badan Peradilan Agama ( Badilag ) Mahkamah Agung
RI tahun 2010 mengungkapkan bahwa selama tahun 2005 hingga 2010 ratarata 1 dari 10 pasangan yang menikah berakhir dengan perceraian. Sedangkan
pada tahun 2010, dari dua juta pasangan yang menikah terdapat sekitar
285.184 pasangan yang bercerai. Berdasarkan data tersebut sebanyak 70%
penyebab terjadinya perceraian
dikarenakan
ketidakharmonisan dalam
rumah tangga dan sebagian besar gugatan dilakukan oleh pihak istri (BKKBN
Online, 2012).
Terlepas dari pihak manapun yang melakukan gugatan cerai, keputusan
untuk bercerai bukanlah sesuatu yang mudah. Pada umumnya tidak ada
seorangpun yang menginginkan perceraian dalam kehidupan rumah
tangganya, namun perceraian kerap kali dianggap sebagai keputusan terbaik
dalam menyelesaikan persoalan dalam pernikahan. Jones & Gallois (dalam
Rice & Dolgin, 2008) menyatakan bahwa permasalahan dan konflik yang
terjadi dalam rumah tangga dapat menghancurkan cinta dan pernikahan yang
dinyatakan baik diantara dua individu. Perceraian dipandang sebagai solusi
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
positif untuk menghindari konflik yang destruktif seperti permasalahan,
perselisihan, dan pertikaian yang terjadi diantara suami dan istri.
Angka perceraian yang tinggi secara tidak langsung menyiratkan
banyaknya anak yang menjadi korban perceraian orangtua. Perceraian
umumnya dapat diterima oleh orangtua namun tidak demikian pada anak.
Orangtua sudah mengalami proses hingga mengambil keputusan bercerai
sebagai keputusan yang matang. Sedangkan kebanyakan anak hanya dapat
menerima keputusan akhir orangtua tanpa ada bayangan kondisi keluarga
berpisah sebelumnya. Hal ini didukung oleh Bintang (2008) yang dalam
penelitiannya menyatakan bahwa perceraian orang tua akan membawa
pengaruh langsung bagi anak yang tiba-tiba saja harus menerima keputusan
yang telah dibuat orangtua tanpa ada bayangan bahwa hidup mereka akan
berubah. Dengan demikian perceraian orangtua akan menyisakan pengalaman
tidak menyenangkan dan traumatis pada anak. Garrison (2010) dalam
penelitiannya menambahkan bahwa terjadinya perceraian dalam pernikahan
menimbulkan dampak terhadap suami, istri, dan anak. Dampak perceraian
tersebut tidak hanya berlangsung beberapa saat setelah perceraian berakhir,
bahkan dapat memberikan dampak jangka panjang serta akan mempengaruhi
perkembangan anak hingga masa dewasa.
Masa dewasa awal adalah permulaan dari tahap baru dalam kehidupan
manusia. Masa ini merupakan tanda bahwa individu sudah dapat mengambil
bagian dalam tujuan hidup yang telah dipilih dan menemukan kedudukan
dirinya dalam kehidupan (Turner & Helms, 2001). Masa dewasa diawali
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang melibatkan
eksperimentasi dan eksplorasi yang disebut sebagai emerging adulthood
(Amett dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Masa dewasa awal juga
merupakan masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis,
dan terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya (Santrock, 2002).
Seperti pada tahap-tahap kehidupan sebelumnya, individu pada masa
dewasa awal juga akan dihadapkan pada sekumpulan tugas perkembangan.
Jika tugas tersebut berhasil dijalankan maka akan menimbulkan rasa bahagia
dan memicu keberhasilan pada tugas-tugas selanjutnya, namun jika tugas
tersebut gagal maka akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan
dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya (Havighurst dalam Hurlock,
1980). Hurlock (1980) menambahkan bahwa tugas-tugas perkembangan pada
masa dewasa awal dititikberatkan pada aspek karier dan membina sebuah
hubungan sosial yang lebih berarti. Pada aspek karier, individu diharapkan
dapat meniti sebuah pekerjaan yang dapat mendukung gaya hidupnya.
Sedangkan pada aspek hubungan sosial, individu diharapkan mampu
membangun sebuah keintiman dengan lawan jenis agar kelak dapat memilih
pasangan hidup dan membangun rumah tangga.
Robert J. Sternberg dalam triangular theory of love (teori segitiga cinta)
mengartikan cinta sebagai segitiga yang memiliki tiga komponen, yaitu
keintiman, gairah, dan komitmen (Sternberg & Barnes, 1988). Keintiman
merupakan perasaan dalam suatu hubungan yang meningkatkan kedekatan,
keterikatan, dan ketertarikan. Keintiman mendorong individu untuk selalu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Gairah
merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan seksual yang menyebabkan
seseorang merasa ingin dekat secara fisik. Komitmen merupakan ketetapan
seseorang untuk bertahan bersama sesuatu atau seseorang sampai akhir.
Keintiman dan komitmen relatif stabil dalam hubungan dekat,
sementara gairah cenderung tidak stabil. Dalam hubungan romantis jangka
pendek gairah lebih berperan, sedangkan dalam hubungan romantis jangka
panjang keintiman dan komitmen memainkan peranan yang lebih besar.
Namun pada individu dewasa awal hambatan yang dominan muncul adalah
keintiman, hal ini terjadi karena individu lebih banyak mengalami kesulitan
dalam membentuk kedekatan emosional. Penelitian Cherlin, Chase-Lansdale,
& McRae (dalam Sager, 2009) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
masalah-masalah emosional yang berhubungan dengan perceraian ketika anak
mencapai usia dewasa awal. Dampak perceraian tersebut semakin tampak
ketika mulai menjalin keintiman pada masa dewasa awal. Hal tersebut
didukung oleh Franklin, dkk (dalam Sager, 2009) yang menyatakan bahwa
terlepas dari berapa pun usia anak saat orangtua bercerai, dampak perceraian
orangtua akan menonjol pada masa dewasa awal ketika anak mulai
membangun hubungan romantis terhadap lawan jenisnya.
Santrock (2002) mengemukakan bahwa hubungan pernikahan orangtua
akan mempengaruhi individu dalam membentuk hubungan dengan lawan
jenis, sehingga individu tidak mampu mengembangkan keintiman yang
sesuai. Hurlock (1980) menambahkan bahwa hubungan antar anggota
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pola sikap
dan perilaku individu dalam membina hubungan dengan orang lain. Hal ini
disebabkan keluarga termasuk ayah dan ibu merupakan lingkungan pertama
seorang individu melakukan sosialisasi, tak terkecuali individu dengan
orangtua bercerai. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nihayah, dkk (2013)
menunjukkan bahwa religiusitas dan cinta memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Variabel keintiman, gairah,
komitmen, keyakinan, pengalaman, ritual, pengetahuan, konsekuensi, dan
usia pernikahan menjelaskan bervariasinya variabel kepuasan pernikahan
sebesar 35,4%. Berdasarkan penelitian tersebut variabel yang dominan
terhadap kepuasan pernikahan adalah variable keintiman.
Penelitian Bruce, Flora, & Stacey (2004) menunjukkan perbedaan
tingkat keintiman antara individu dengan orangtua bercerai dengan individu
dengan orangtua tidak bercerai. Individu yang berasal dari keluarga utuh
memiliki tingkat keintiman yang lebih tinggi dengan pasangannya daripada
individu yang berasal dari keluarga bercerai. Hal ini disebabkan individu
yang berasal dari keluarga yang bercerai memiliki tingkat ketakutan yang
lebih tinggi untuk membangun hubungan intim dengan pasangannya daripada
individu yang berasal dari keluarga yang utuh. Berdasarkan penelitian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa individu dengan orangtua tidak
bercerai atau berasal dari keluarga utuh memiliki tingkat keintiman yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan orangtua bercerai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
Keintiman digambarkan oleh Erikson (dalam Santrock, 2002) sebagai
penemuan diri sendiri pada diri orang lain. Saat individu membentuk
persahabatan yang sehat dan relasi yang akrab dengan orang lain maka
keintiman akan dicapai, namun jika tidak maka akan terjadi isolasi.
Ketidakmampuan untuk membangun hubungan yang bermakna dengan orang
lain dapat berbahaya bagi kepribadian individu. Hal itu mungkin
menyebabkan seseorang menolak, mengabaikan, atau menyerang orang-orang
yang dianggap mereka membuat frustasi. Perkembangan sosio-emosional
pada dewasa awal mencangkup mengenai bagaimana seseorang mulai
mencintai lawan jenisnya dan memiliki hubungan dekat dengan lawan
jenisnya tersebut, kemudian biasanya akan melanjutkannya pada pernikahan
yaitu keinginan untuk berkeluarga (Santrock, 2002). Kondisi ini mungkin
akan berbeda jika dialami oleh dewasa awal dengan orangtua bercerai. Hal
tersebut disebabkan individu memperhatikan pernikahan orangtua dan
perikahan tersebut merupakan indikator bagi individu untuk meniru perilaku
orangtua serta mengkaitkannya dengan pernikahannya kelak. Dalam hal ini
perceraian orangtua cenderung meningkatkan keturunannya membentuk sifat
dan orientasi antar individu yang dapat mengganggu keintiman di masa
dewasa.
Ramaiah (2003) mengemukakan bahwa pernikahan yang seharusnya
menjadi hal yang dinantikan dapat menjadi kecemasan bagi perempuan yang
berasal dari keluarga tidak harmonis. Kecemasan akan pernikahan tersebut
terjadi karena adanya rasa tidak aman dari keluarga asal, perasaan-perasaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
yang ditekan selama masa anak-anak, dan tidak mendapat teladan mengenai
pernikahan yang baik dari orangtua. Penelitian yang dilakukan oleh Heler &
Wood (1998) menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda secara
signifikan dalam merasakan keintiman dengan pasangannya. Hal ini karena
perempuan merasakan tingkat keintiman yang lebih tinggi kepada
pasangannya dibandingkan laki-laki.
Amato (2012) dalam penelitiannya menambahkan bahwa perceraian
yang dialami orangtua cenderung meningkatkan perceraian pada anak-anak
mereka. Individu dengan orangtua bercerai cenderung memiliki pandangan
yang kompleks terhadap pernikahan. Individu tersebut memperlihatkan
kecemasan akan pernikahannya, ragu-ragu memutuskan untuk menikah atau
tidak, serta menjadi lebih selektif dalam memilih pasangan. Hal ini dapat
terjadi karena individu mengamati pernikahan orangtuanya, dan kondisi
pernikahan tersebut dijadikan patokan oleh individu terhadap relasi dengan
pasangannya. Berdasarkan uraian yang diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa perceraian memberikan dampak yang begitu besar terhadap keintiman
dewasa awal baik dalam hubungan dengan lawan jenis maupun tahapan yang
lebih serius yaitu pernikahan.
Keintiman akan didapat jika individu memiliki kedekatan emosional
terhadap pasangannya. Kedekatan emosional ini dapat tercapai jika hubungan
antar individu terjalin dengan baik dimana individu mampu mengenali
kebutuhan pasangan dan saling memahami satu sama lain. Dengan demikian
hubungan yang baik dengan pasangan akan memicu kedekatan emosional
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
sehingga dapat meningkatkan keintiman. Hal tersebut kemudian dapat
diawali dengan jalinan komunikasi yang baik dan efektif dengan pasangan.
Menurut Lazarus ( dalam Prabaningsih, 1999) komunikasi merupakan salah
satu hal yang memegang peranan dalam kehidupan manusia. Tingkatan yang
paling penting dalam komunikasi adalah komunikasi antar pribadi atau
komunikasi interpersonal yang diartikan sebagai relasi individual dengan
orang lain dalam konteks sosialnya.
Komunikasi interpersonal dirasa penting untuk dimiliki oleh pasangan
dibandingkan
bentuk-bentuk
komunikasi
lainnya
karena
komunikasi
interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan antara
dua individu secara tatap muka yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap
dan tingkah laku lawan komunikasi dengan umpan balik secara langsung.
Dalam komunikasi interpersonal terdapat proses transaksi pesan yang bersifat
dua arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak semata-mata tertuju pada
pesan, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi. Menurut Berger
(dalam Little John, 1989) komunikasi interpersonal juga ditandai dengan
individu yang saling mengenal, sehingga dapat menimbulkan rasa kedekatan
antara kedua pihak. DeVito (1997) menambahkan bahwa komunikasi
interpersonal yang baik dan efektif ditandai dengan adanya keterbukaan,
empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan antara kedua belah pihak.
Komunikasi interpersonal dirasa penting dilakukan terhadap pasangan karena
masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya
secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Tanpa adanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
komunikasi interpersonal yang baik dan efektif antara pasangan dapat
memicu terjadinya kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan munculnya
sejumlah permasalahan bagi kedua belah pihak. Individu yang mengalami
hambatan dalam berkomunikasi akan kesulitan dan merasa cemas ketika
harus
melakukan
komunikasi
interpersonal,
sehingga
tidak
mampu
mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Masalah
kecemasan komunikasi interpersonal telah diteliti oleh Mariani (1991) yang
menemukan bahwa 8% dari 189 mahasiswa mengalami kecemasan akan
komunikasi interpersonal. Untuk mengatasi kecemasan yang menjadi
hambatan dalam komunikasi interpersonal Markman (dalam Kanfer dan
Goldstein, 1997) melakukan teknik modifikasi perilaku-kognitif yang
menunjukkan bahwa teknik tersebut efektif mengatasi kecemasan komunikasi
interpersonal.
Penelitian Dewi & Sudhana (2013) mengungkapkan ada hubungan
yang
kuat
antara
variabel
komunikasi
interpersonal
dan
variabel
keharmonisan pernikahan. Hasil analisis data tersebut menunjukkan korelasi
anatara kedua variabel dengan nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh
sebesar 0,649, menunjukkan bahwa adanya hubungan yang searah yaitu
bernilai positif. Dimana semakin tinggi skor komunikasi interpersonal maka
akan mengakibatkan semakin tinggi pula skor pada keharmonisan
pernikahan. Penelitian lain mengenai komunikasi adalah penelitian yang
dilakukan oleh Emmers-Sommers (2004) yang menunjukkan bahwa kualitas
komunikasi menjadi indikator yang lebih baik daripada kuantitas komunikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
untuk sebuah keintiman dalam hubungan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kualitas komunikasi dirasa sangat penting dalam
menjalankan keintiman dalam sebuah hubungan dengan lawan jenis bahkan
hingga jenjang pernikahan. Namun penelitian tersebut tidak secara spesifik
dialami oleh dewasa awal dengan orangtua bercerai. Penelitian yang
dilakukan oleh Yudistriana, Basuki, & Harsanti (2010) mengungkapkan
bahwa terdapat faktor adanya keterbukaan kepada pasangan yang dapat
mempengaruhi keintiman pada pria dewasa awal. Keterbukaan sendiri
merupakan salah satu aspek penting komunikasi interpersonal.
Peneliti tertarik untuk menemukan hubungan antara komunikasi
interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan, khususnya pada dewasa
awal dengan orangtua bercerai. Mengingat adanya hambatan mengenai
keintiman yang dialami dewasa awal dengan orangtua bercerai karena
orangtua tidak memberikan gambaran mengenai hubungan terhadap lawan
jenis pada individu. Selain itu minimnya penelitian mengenai komunikasi
interpersonal pada dewasa awal yang memiliki hambatan terhadap keintiman
menjadi langkah awal bagi peneliti untuk mencari jawaban mengenai
hubungan kedua variabel tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah komunikasi
interpersonal dapat mempengaruhi tingkat keintiman pasangan pada dewasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
awal dengan orangtua bercerai, mengingat adanya hambatan dalam
membangun keintiman tersebut?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara
komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa
awal dengan orangtua bercerai.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang dapat memperkaya wawasan dan pemahaman mengenai
komunikasi interpersonal dan kaitannya dengan keintiman serta dapat
memperkaya referensi ilmiah dalam bidang psikologi khususnya
psikologi keluarga dan perkembangan. Selain itu penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
dengan masalah serupa.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi orangtua, penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan
dampak dari perceraian bagi kehidupan anak-anak mereka,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
terutama dalam membina keintiman terhadap lawan jenis pada
masa dewasa awal.
b.
Bagi dewasa awal, khususnya dewasa awal dengan orangtua
bercerai, dapat memberikan informasi mengenai keintiman
terhadap pasangan dan komunikasi interpersonal serta dapat
memanfaatkan informasi tersebut sebagai pertimbangan terhadap
segala tindakan yang akan diambil selanjutnya sehingga dapat
mencoba menanggulangi masalah yang mungkin tampak mengenai
hal tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keintiman
1. Pengertian Keintiman
Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam.
Erikson dalam Kroger, 2001 (dalam Amalia, 2013) mendefinisikan
keintiman mengacu pada perasaan saling percaya, terbuka dan saling
berbagi dalam suatu hubungan. Menurut Erikson (dalam Marcia, dkk.
1993) individu yang memiliki kemampuan keintiman akan mampu
berkomitmen pada pilihan yang telah diambilnya walaupun untuk
mempertahankannya membutuhkan pengorbanan dan banyak perundingan.
Olforsky (dalam Marcia, dkk., 1993) mendefinisikan kemampuan
keintiman sebagai kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan
hubungan yang intim atau akrab, yang biasanya terlihat dalam bentuk
kedekatan, penghargaan terhadap individualitas, keterbukaan, komunikasi,
tanggungjawab, hubungan timbal balik, komitmen dan seksualitas.
Seksualitas disini tidak mengacu pada hubungan seks, tetapi lebih kepada
kepuasan yang dirasakan individu dalam berinteraksi dengan orang lain.
Levinger (dalam Masters, Johnson, & Kolodny, 1992) mendefinisikan
keintiman sebagai sebuah proses dimana dua orang saling memberi
perhatian sebebas mungkin dalam pertukaran perasaan, pikiran dan
tindakan. Keintiman secara umum ditandai oleh perasaan penerimaan,
13
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
kedekatan, komitmen dan kepercayaan antara kedua belah pihak.
Keintiman menunjukkan bukti bahwa individu terhubung dan dekat dengan
orang yang dicintainya.
Santrock
(2002)
mendefinisikan
keintiman
sebagai
perasaan
emosional tentang kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam hubungan.
Melengkapi pernyataaan tersebut Baron & Byrne (2004) juga menyebutkan
bahwa keintiman merupakan kedekatan yang didasarkan pada dua orang
dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Keintiman
merupakan tahap perkembangan psikososial keenam dari delapan tahap
yang diajukan oleh Erikson. Pada tahap perkembangan ini, terdapat kutub
bipolar yaitu keintiman versus isolation. Keberhasilan pada tahap tugas
perkembangan ini adalah terbentuknya orientasi pada keintiman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian keintiman adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menjalin hubungan yang dekat atau akrab dengan orang
lain dengan menunjukkan perasaan saling percaya, saling berbagi
(keterbukaan diri), adanya hubungan timbal balik dan terbentuknya
komitmen dalam suatu hubungan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keintiman
Keintiman tidak terjadi begitu saja, akan tetapi terdapat faktor-faktor
yang dapat mendukung dan menghambat terbentuknya keintiman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Beberapa faktor yang dapat menghalangi terjalinnya keintiman (Cox, 1984)
adalah :
a. Pengalaman masa lalu
Adanya peristiwa yang bagi sebagian orang merupakan peristiwa
traumatis, seperti meninggalnya orang tua, perceraian dan sebagainya.
Akibatnya, orang-orang yang demikian dapat menghindar untuk
berhubungan secara dekat dengan orang lain untuk mencintai orang
lain. Ketakutan ini dapat menghalangi terjalinnya keintiman.
b. Kecemasan akan identitas diri
Seseorang yang memiliki identitas diri yang belum mantap, belum
mengetahui siapa dirinya sebenarnya, mengenai pilihan-pilihan yang
akan diambilnya. Hal ini akan menyulitkan seseorang untuk menjalin
keintiman dengan orang lain.
c. Ketakutan akan terungkapnya kelemahan
Ada orang yang menghindar menjalin hubungan dekat dengan orang
lain karena merasa takut kelemahan-kelemahan dan kesalahankesalahan mereka akan terungkap.
d. Membawa kekesalan atau dendam masa lalu ke masa kini.
Mengungkapkan kembali peristiwa di masa lalu yang kurang berkenan,
atau harapan-harapan di masa lalu yang tidak tercapai merupakan halhal yang dapat menghalangi terjalinnya keintiman.
e. Konflik masa kecil yang tidak terselesaikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Konflik yang sering menimbulkan perasaan kompetitif, bersaing, iri dan
sebagainya sehingga dapat mengganggu terjalinnya keintiman dengan
baik.
f. Ketakutan akan mengungkapkan perasaan negatif
Ada orang yang mengalami ketakutan untuk mengungkapkan perasaan
negatif seperti amarah, dendam, permusuhan dan sebagainya karena
mereka merasa takut akan ditolak atau memperoleh penilaian yang
kurang baik. Dalam hal ini komunikasi interpersonal yang terjalin
menjadi tidak efektif.
g. Harapan-harapan terhadap peran suami istri
Pasangan yang menikah belum tentu memiliki pandangan yang sama
tentang peran suami istri sehingga akan menimbulkan konflik yang
dapat menghalangi terjalinnya keintiman.
h. Pandangan tentang seks
Mereka yang sejak kecil mendapatkan penjelasan yang negatif tentang
seks, dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap seks ketika
mereka telah menikah. Sedangkan dalam pernikahan, seks merupakan
hal yang penting karena merupakan salah satu cara yang tepat untuk
mengurangi ketegangan dan menjalin keintiman.
3. Aspek-aspek Keintiman
Aspek-aspek keintiman menurut Turner & Helms (2001) antara lain adalah:
a. Emosi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Berkaitan dengan kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi
perasaan dengan pasangan. Individu dapat berbagi emosi positif seperti
kebahagiaan, suka cita, kegembiraan, dan sebagainya. Adapun emosi
negatif yang biasa dibagi yaitu perasaan marah, kesepian, penat,
kesedihan, dan sebagainya.
b. Psikologis
Keintiman psikologis meliputi keinginan untuk berbagi, impian, fantasi,
aspirasi, dan rencana untuk masa depan, selain itu juga berbagi rasa
takut, perhatian, perasaan ragu-ragu, ketidaknyamanan, masalah, dan
konflik kepada pasangan.
c. Intelektual
Kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi gagasan penting, pikiran,
dan kepercayaan dari salah satu pasangan seperti keuangan dan rencana
masa depan. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan aspek
tersebut adalah adanya timbal balik akan kepercayaan dan rasa hormat.
d. Fisik non seksual
Keperluan menyampaikan akan kedekatan fisik pada pasangan.
Keintiman seksual dapat melalui sentuhan sederhana atau mungkin
kontak fisik, seperti pelukan. Keintiman fisik meliputi sentuhan,
memegang tangan, memeluk, mencium, bahkan menari dengan
pasangan.
e. Spiritual
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
Keperluan berbagi dengan seseorang yaitu merasakan kepercayaan, dan
pengalaman dengan seorang pasangan yang berhubungan dengan
agama, keberadaan rohani, hal-hal yang gaib, nilai-nilai moral, dan
hubungan seseorang dengan yang Maha Kuasa.
f. Sosial dan rekreasi
Berkenaan dengan rekreasi yaitu pentingnya terlibat dalam aktivitas
yang menyenangkan bersama pasangan.
g. Temporal
Berkenaan dengan waktu atau lamanya individu menghabiskan waktu
dengan pasangannya. Baik itu hanya beberapa menit bahkan berjamjam lamanya.
4. Manfaat Keintiman
Menurut Cox (1984), manfaat keintiman dalam suatu hubungan antara lain:
a. Kepuasan emosional
Kepuasan emosional meliputi perasaan, seperti merasa dihargai
dan berguna. Kepuasan emosi juga terjadi saat ada proses pemberian
dan penerimaan afeksi timbal balik.
b. Mengatasi krisis-krisis
Ketika individu mengalami krisis, maka ia akan menceritakan
krisis tersebut kepada pasangannya, begitu pula sebaliknya. Individu
akan berupaya untuk membantu pasangan untuk menghadapi krisis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
yang dialaminya, baik dengan memberikan dukungan, nasehat, dan
sebagainya.
c. Dukungan agar dapat tumbuh dan berkembang
Bila salah satu pihak ingin berubah dalam arah yang positif maka
menjalin keintiman merupakan salah satu cara untuk menunjukkan
dukungan.
d. Belajar mengenali diri sendiri (self knowledge)
Pasangan akan lebih mengenali diri masing-masing setelah ada
pengungkapan diri. Dengan demikian individu dapat saling mengenali
pasangannya serta masalah-masalah yang dihadapi.
e. Belajar untuk mendengar aktif
Individu
dapat
belajar
mendengarkan
secara
aktif
ketika
pasangannya berbicara. Pada saat berbicara, seseorang tidak hanya
mendengarkan kata-kata verbal yang diucapkan pasangannya, tetapi
juga menangkap bahasa non-verbal pasangan seperti gerakan tubuh dan
simbol-simbol lainnya untuk memahami perasaan pasangan.
f. Pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan
Individu dan pasangannya akan merasakan kegembiraan karena
kedekatan yang terjalin. Proses yang terjadi dalam hubungan tersebut
akan menghasilkan pengalaman yang menyenangkan dan mengesakan
bagi keduanya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
B. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang artinya
memberitahukan dan berasal dari bahasa Inggris communication yang
artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan, dan
lain-lain antara dua orang atau lebih. Komunikasi adalah proses pengiriman
pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari komunikator kepada
komunikan dengan tujuan tertentu (Suranto, 2010).
Menurut Devito (2011), komunikasi interpersonal didefinisikan
sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang
atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika (Soyomukti, 2010). Gitosudarmo dan
Mulyono (dalam Suranto, 2010) memaparkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi
orang ke orang, dua arah, verbal dan nonverbal, serta saling berbagi
informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar-individu
di dalam kelompok kecil. Dalam pengertian ini tidak diberikan batasan
mengenai kelompok kecil dalam jumlah yang ditentukan.
Selanjutnya,
Mulyana
(2005) menyebutkan bahwa komunikasi
interpersonal atau komunikasi antarpribadi berarti komunikasi antara
orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal. Ia menjelaskan bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
adalah komunikasi yang hanya melibatkan dua orang. Komunikasi
demikian menunjukkan pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam
jarak yang dekat dan mereka saling mengirim dan menerima pesan baik
verbal ataupun nonverbal secara simultan dan spontan (Mulyana, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi verbal dan nonverbal
antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara langsung (tatap muka)
disertai respon yang dapat segera diketahui (instant feedback).
2. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal
Aspek-aspek komunikasi interpersonal menurut DeVito (2011), antara lain
adalah :
a. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Tiga aspek tersebut antara lain :
1) Komunikator interpersonal harus terbuka kepada orang yang diajak
berinteraksi. Dimana terdapat kesediaan untuk membuka diri dan
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan asalkan
patut untuk diungkapkan, seperti pendapat, pikiran, dan gagasan.
2) Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Memperlihatkan keterbukaan dengan
bereaksi spontan terhadap orang lain. Memberikan tanggapan
terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang mengenai segala
sesuatu yang dikatakannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
3) Perasaan dan pemikiran yang dilontarkan adalah milik pribadi.
Mempertanggungjawabkan
perasaan
dan
pemikiran
yang
diucapkan. Cara terbaik untuk menyatakan tanggungjawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata “saya” (kata ganti
orang pertama tunggal).
b. Empati
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya
pada peranan atau posisi orang lain. Individu yang memiliki empati
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang sehingga lebih mampu menyesuaikan komunikasinya.
c. Perilaku Suportif
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif jika dalam diri
seseorang terdapat perilaku suportif. Individu memperlihatkan sikap
tersebut dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan
strategik, dan provisionalisme bukan sangat yakin. Deskriptif dimana
lebih banyak meminta informasi atau deskripsi mengenai sesuatu hal.
Dalam situasi ini biasanya orang tidak akan merasa dihina atau
ditantang, melainkan diberi dukungan. Sedangkan evaluatif cenderung
memberi penilaian tertentu. Spontanitas mengacu pada keterbukaan dan
terus terang mengenai apa yang dipikirkan dan biasanya akan
mendapatkan feedback yang serupa, yaitu terbuka dan terus terang.
Sedangkan strategik mengarah pada perasaan yang disembunyikan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Provisionalisme dimana terdapat kemauan untuk mendengar pandangan
yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain. Sedangkan
sikap sangat yakin merupakan sikap tertutup dan tidak bisa diganggu
gugat.
d. Sikap Positif
Individu harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong
orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi
komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan
Dalam setiap situasi, barangkali ada ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih kaya, lebih pandai, lebih tampan atau cantik, dan
sebagainya. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal
akan lebih efektif jika memiliki suasana setara. Harus ada pengakuan
secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan. Kesetaraan tidak mengaharuskan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain atau
memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.
3. Komponen - komponen Komunikasi Interpersonal
Berikut ini merupakan komponen-komponen yang berperan
komunikasi interpersonal (Suranto, 2010):
dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
a) Komunikator, yaitu orang yang menciptakan, memformulasikan, dan
menyampaikan pesan.
b) Encoding, yaitu tindakan komunikator memformulasikan isi pikiran ke
dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator
merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.
c) Pesan, merupakan hasil encoding berupa informasi, gagasan, ide,
simbol, atau stimuli yang dapat berupa pesan verbal maupun nonverbal.
d) Saluran/Media, yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada komunikan yang dapat berupa media
cetak, audio, maupun audiovisual.
e) Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan, menganalisis, dan
menafsirkan pesan tersebut sehingga memahami maknanya.
f) Decoding, merupakan proses memberi makna dari pesan yang diterima.
g) Umpan Balik, merupakan respon/tanggapan/reaksi yang timbul dari
komunikan setelah mendapat pesan.
h) Gangguan, merupakan komponen yang mendistorsi (menyebabkan
penyimpangan/kekeliruan) pesan. Gangguan dapat bersifat teknis
maupun semantis.
i) Konteks Komunikasi, konteks dimana komunikasi itu berlangsung yang
meliputi konteks ruang, waktu, dan nilai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
C. Perceraian Orangtua
1. Perceraian
Perceraian ialah berakhirnya hubungan sepasang suami istri secara sah
sebelum kematian salah satu pasangan. Saat suami istri sudah tidak dapat
melanjutkan kehidupan pernikahannya, kedua belah pihak bisa meminta
pemerintah untuk memisahkan keduanya melalui keputusan yang sah atau
legal dari pengadilan agama. Perceraian merupakan alasan terakhir yang
diambil pasangan suami istri jika tidak tersedia lagi jalan lain yang lebih
bermanfaat dari mempertahankan rumah tangga yang telah dibangun.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2005) cerai atau pisah
adalah putus perhubungan sebagai suami dan istri selagi mereka masih
hidup. Sedangkan bercerai atau berpisah adalah tidak bercampur atau tidak
berhungan atau tidak bersatu. Berdasarkan data di atas maka dapat
disimpulkan bahwa orangtua bercerai merupakan kondisi dimana suami
dan istri sudah tidak mampu lagi mencari solusi dalam memecahkan
masalah sehingga memutuskan untuk berpisah.
2. Dampak Perceraian
Perceraian seringkali berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang
terlibat termasuk anak-anak (Tasmin & R. S. Martina, 2002). Perceraian
juga dapat menimbulkan stress dan trauma untuk membina hubungan baru
dengan lawan jenis. Pada umumnya orangtua yang bercerai akan lebih siap
menghadapi perceraian tersebut dibandingkan anak-anak mereka. Hal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
tersebut karena sebelum bercerai mereka sudah melakaukan proses berpikir
dan pertimbangan yang panjang, sehingga sudah ada suatu persiapan baik
fisik maupun mental. Namun tidak demikian dengan anak, mereka tiba-tiba
saja harus menerima keputusan yang telah dibuat oleh orangtuanya, tanpa
ada banyangan dan pemikiran bahwa kehidupan keluarganya akan berubah.
Hal-hal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orangtuanya
bercerai adalah merasa tidak aman (insecurity), tidak diinginkan atau
ditolak oleh orangtuanya, perasaan sedih, kesepian, marah, kehilangan,
serta merasa bersalah sebagai penyebab perceraian. Perasaan-perasaan
tersebut dapat dimanifestasi dalam bentuk perilaku seperti suka mengamuk,
menjadi kasar, dan tindakan agresif lainnya, menjadi pendiam, tidak ceria,
tidak suka bergaul, sulit berkonsentrasi dan tidak minat pada tugas sekolah.
Perceraian orangtua akan menyisakan pengalaman-pengalaman yang
tidak menyenangkan dan traumatis terhadap anak. Pengalaman yang tidak
menyenangkan tersebut antara lain kehilangan salah satu figur orangtua dan
keluarga harmonis, kehilangan kasih sayang dan perhatian orangtua,
menimbulkan tekanan emosional, serta cela sosial. Setelah bertahun-tahun
terjadinya perceraian, anak akan mampu beradaptasi dengan baik dan tidak
mengalami
kesulitan
ketika
meneruskan
kehidupannya
ke
masa
perkembangan selanjutnya. Tetapi bagi anak yang bermasalah dalam
beradaptasi maka ia aka membawa hingga dewasa perasaan ditolak, tidak
dihargai, dan tidak dicintai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
D. Dewasa Awal
1. Pengertian dan Batasan Usia Dewasa Awal
Masa dewasa awal merupakan masa transisi dari masa remaja menuju
masa dewasa. Dewasa dalam bahasa Belanda adalah volwassen, vol artinya
penuh dan wassen artinya tumbuh, sehingga pengertian volwassen adalah
sudah bertumbuh dengan penuh. Menurut Monks & Knoers (1984),
pertumubuhan anak berakhir antara kurang lebih usia 16 tahun pada
perempuan dan 18 tahun pada laki-laki, tetapi pada umumnya orang tidak
terbiasa memandang umur 16 dan 18 tahun sebagai sudah dewasa. Hurlock
(1980) berpendapat bahwa masa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun
sampai dengan 40 tahun. Memperkuat argumen tersebut, Santrock (2002)
juga menetapkan batasan usia dewasa awal adalah usia 18 tahun hingga 40
tahun.
Pada
usia
dewasa,
individu
sudah
dianggap
tanggungjawab terhadap perbuatan-perbuatannya. Individu
mempunyai
tersebut
mendapatkan hak-hak tertentu sebagai orang dewasa, misalnya memilih
Dewan Perwakilan Rakyat, dapat nikah tanpa wali, dan sebagainya.
Tanggungjawab terhadap perbuatannya tadi berarti pula bahwa individu
tersebut sudah dapat dikenakan sangsi-sangsi pidana tertentu apabila
melanggar hukum yang ada. Ditinjau dari segi ini maka arti kedewasaan
disinipun mengandung arti yuridis dan sosiologis (Monks & Knoers, 1984).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus
dipenuhi pada setiap tahap perkembangannya (Hurlock, 1980). Tugas-tugas
perkembangan dewasa awal menurut Dariyo (2003), adalah :
a.
Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Pada masa dewasa awal, individu semakin memiliki kematangan
seksual sehingga siap untuk melakukan reproduksi, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan keturunan. Dengan demikian individu pada masa
dewasa awal mulai berusaha untuk mencari pasangan hidup dan
membentuk kehidupan rumah tangga.
b.
Membina kehidupan rumah tangga
Individu dewasa awal akan berusaha untuk membuktikan bahwa
dirinya sudah mandiri secara ekonomi dan tidak bergantung pada
orangtua. Perilaku tersebut merupakan modal awal individu sebagai
persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga. Individu dewasa
awal dituntut untuk dapat membentuk, membina dan mengembangkan
kehidupan rumah tangga sebaik-baiknya agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup. Oleh karena itu, individu pada masa dewasa awal
harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan
hidup mereka.
c.
Meniti karier untuk memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Individu
dewasa
awal
biasanya
telah
menyelesaikan
pendidikannya dan memasuki dunia kerja untuk menerapkan ilmu dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
keahliannya. Mereka berusaha untuk menekuni karier yang sesuai
dengan minat dan bakat yang mereka miliki, serta memberi jaminan
masa depan keuangan yang baik. Masa dewasa awal adalah masa
untuk mencapai puncak prestasi. Mereka akan sangat bersemangat dan
penuh idealisme. Oleh karenanya, mereka akan berkerja keras dan
bersaing dengan teman sebaya untuk mewujudkan prestasi kerja.
Individu dewasa awal akan berusaha untuk mencapai prestasi kerja
yang terbaik sehingga mampu untuk memberi kehidupan yang
makmur dan sejahtera bagi keluarganya.
d.
Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Individu
dewasa
awal
wajib
untuk
memenuhi
seluruh
persyaratan yang terdapat di dalam undang-undang.
Perkembangan sosio-emosional pada dewasa awal mencangkup
mengenai bagaimana seseorang mulai mencintai lawan jenisnya dan
memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya tersebut, kemudian
biasanya akan melanjutkannya pada pernikahan yaitu keinginan untuk
berkeluarga. Seseorang yang memasuki masa dewasa awal mulai
menyeleksi secara emosional apa yang akan dibawa dari keluarga asal, apa
yang akan ditinggalkan, dan apa yang hendak diciptakan bagi dirinya
(Santrock, 2002). Menurut Gunarsa (2002), ketika orang menjadi dewasa,
orang tersebut akan memilih pasangan yang merupakan kerinduan
universal untuk mencintai dan dicintai, merasa dibutuhkan dan akhirnya
sampai ke pernikahan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Hazan & Shaver (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa pada
dewasa awal, masing-masing orang mulai menjalin relasi dengan lawan
jenisnya dan masing-masing pasangan telah menginternalisasi hubungan
dengan orangtua, hubungan yang mungkin hangat dan penuh perasaan atau
dingin dan longgar. Pengalaman tersebut terus dibawa dan mempengaruhi
hubungan seseorang dengan orang lain. Sebagai contoh, seorang dewasa
yang secara aman dekat dengan orangtuanya sebagai seorang anak akan
mencari hubungan emosional yang lekat secara aman daripada seorang
dewasa yang lekat secara tidak aman.
Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa tugas-tugas perkembangan
masa dewasa awal dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan
mencangkup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup,
belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga,
membesarkan
anak,
mengelola
sebuah
rumah
tangga,
menerima
tanggungjawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu
kelompok sosial yang cocok.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa salah satu tugas perkembangan pada dewasa awal adalah mulai
mencintai dan memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya sebagai
kerinduan universal untuk mencintai, dicintai, dibutuhkan, serta memilih
seseorang teman hidup dan belajar hidup bersama dengan suami/istri
membentuk suatu keluarga melalui pernikahan. Masing-masing pasangan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
biasanya menginternalisasi hubungan dengan orangtua dan hal ini akan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain termasuk pasangannya.
E. Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman
terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai
Keintiman menurut Erikson (dalam Kroger, 2001) mengacu pada
perasaan saling percaya, terbuka, dan saling berbagi dalam suatu hubungan
Keintiman merupakan proses dimana seseorang mengkomunikasikan perasaanperasaan dan informasi yang penting mengenai dirinya kepada orang lain
melalui sebuah proses keterbukaan. Salah satu tugas perkembangan dewasa
awal menurut Hurlock (1980) adalah membangun keintiman dengan lawan
jenis. Keintiman tersebut dibangun agar dapat mempersiapkan diri untuk
memilih pasangan hidup dan membangun rumah tangga. Namun beberapa
penelitian menyatakan bahwa individu dengan orangtua bercerai memiliki
masalah terhadap keintiman dengan lawan jenis. Terlepas dari berapa pun usia
anak saat orangtua bercerai, dampak perceraian orangtua akan semakin tampak
ketika individu pada masa dewasa awal mulai membangun hubungan romantis
terhadap lawan jenisnya (Franklin, dkk dalam Sager, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Bruce, Flora, dan Stacey (2004)
menunujukkan bahwa individu yang berasal dari keluarga yang utuh memiliki
tingkat keintiman yang lebih tinggi dengan pasangannya daripada individu
yang berasal dari keluaraga bercerai. Hal tersebut dapat terjadi karena individu
dengan orangtua bercerai memiliki tingkat ketakutan untuk membina hubungan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
intim yang lebih tinggi dibandingkan individu dari keluarga utuh atau orangtua
tidak bercerai. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ada
perbedaan keintiman pada individu dengan orangtua bercerai dan tidak
bercerai.
Dimana
individu
dengan
orangtua
bercerai
tidak
dapat
mengembangkan keintiman layaknya individu dewasa awal pada umumnya.
Dampak perceraian orangtua terhadap dewasa awal pada akhirnya
menimbulkan kecemasan, ketakutan, perasaan ragu-ragu untuk menikah atau
tidak menikah, selektif dalam memilih pasangan, serta keengganan untuk
memiliki hubungan dengan lawan jenis. Hal ini terjadi karena individu dengan
orangtua bercerai tidak memiliki gambaran mengenai hubungan dengan lawan
jenis, mengingat kondisi orangtua yang tidak hidup bersama. Dampak tersebut
akhirnya
menghambat
dewasa
awal
untuk
menyelesaikan
tugas
perkembangannya, yakni keintiman. Keintiman individu dengan orangtua
bercerai terhadap pasangannya memiliki tingkat yang rendah dibandingkan
individu dewasa awal lainnya, oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan untuk
mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah membangun komunikasi
interpersonal yang efektif terhadap pasangan.
Dalam membangun hubungan yang intim terhadap pasangan diperlukan
adanya komunikasi interpersonal agar hubungan dapat terbina dengan baik.
Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang biasanya
dilakukan antara dua individu secara tatap muka yang bertujuan untuk
mempengaruhi sikap dan tingkah laku lawan komunikasi dengan umpan balik
secara langsung. Dalam komunikasi interpersonal terdapat proses transaksi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
pesan yang bersifat dua arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak sematamata tertuju pada pesan, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi.
Komunikasi interpersonal penting dilakukan terhadap pasangan agar
masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya
secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Tanpa adanya
komunikasi interpersonal yang baik dan efektif antara pasangan dapat memicu
terjadinya kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan munculnya sejumlah
permasalahan bagi kedua belah pihak. Komunikasi dibutuhkan untuk
menumbuhkan dan memelihara cinta, selain itu juga dibutuhkan untuk
mengurangi prasangka, menyelesaikan masalah, mengungkapkan keinginan
dan harapan sehingga dapat menimbulkan rasa pengertian dan kepuasan pada
masing-masing individu (Astuti, 2003).
DeVito (1997) menambahkan bahwa komunikasi interpersonal yang baik
dan efektif ditandai dengan adanya keterbukaan, empati, dukungan, sikap
positif, dan kesamaan antara kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal
dirasa penting dilakukan terhadap pasangan karena masing-masing pasangan
dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya secara jelas sehingga
pasangan dapat saling memahami. Jika komunikasi interpersonal tidak berjalan
dengan baik maka sebuah hubungan yang sudah terjalin akan menjadi
renggang bahkan dapat menyebabkan hubungan tersebut berakhir. Individu
yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi akan merasa sulit dan merasa
cemas ketika harus melakukan komunikasi interpersonal, sehingga tidak
mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Melalui
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
komunikasi interpersonal individu yang sedang membangun hubungan
berpacaran akan semakin mengenal dan akrab dengan pasangannya, oleh sebab
itu tingkat keintiman yang dimiliki akan semakin meningkat. Komunikasi
interpersonal
ini
mengambil
peranan
penting
bagi
individu
untuk
menyampaikan perasaan-perasaan yang dimilikinya, keinginan untuk berbagi
harapan maupun gagasan, keterlibatan dalam aktivitas yang berarti bagi
bersama, dan menghabiskan waktu bersama pasangan. Dengan demikian
keintiman akan meningkat dengan sendirinya. Keintiman yang meningkat
kemudian akan meminimalisir perasaan kecemasan, ragu-ragu, dan ketakutan
individu dengan orangtua bercerai untuk menjalin hubungan yang serius
dengan lawan jenisnya. Pada akhirnya komunikasi interpersonal yang efektif
mampu memberikan pengaruh terhadap keintiman individu yang memiliki
orangtua bercerai agar dapat membangun hubungan yang lebih baik
dibandingkan apa yang telah dilakukan oleh orangtua mereka.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
F. Skema Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap
Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai
Perceraian
Orangtua
Individu tidak memiliki
gambaran mengenai hubungan
dengan lawan jenis.
Individu dewasa
awal
Tugas perkembangan
dewasa awal adalah
membangun keintiman
dengan lawan jenis
Individu mengalami
kecemasan, ketakutan,
perasaan ragu-ragu untuk
menikah atau tidak menikah,
selektif dalam memilih
pasangan,
Komunikasi interpersonal
terjalin tidak baik dan efektif
Memicu kesalahpahaman dan
berbagai permasalahan yang
dapat membuat hubungan
menjadi renggang hingga
berakhir
Tingkat Keintiman
rendah
Adanya penyampaian
perasaan, berbagai
pengalaman, dan bantuan saat
mengahadapi krisis-krisis
kepada pasangan
Komunikasi interpersonal
terjalin baik dan efektif
memelihara cinta, mengurangi
prasangka, menyelesaikan
masalah, menimbulkan rasa
pengertian dan kepuasan pada
masing-masing individu
Tingkat Keintiman
meningkat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
G. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara
komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada masa
dewasa awal dengan orangtua bercerai. Semakin efektif atau tinggi tingkat
komunikasi interpersonal, maka semakin tinggi pula tingkat keintiman pada
pasangan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat komunikasi interpersonal,
semakin rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis
penelitian
ini
menggunakan
metode
kuantitatif
bersifat
korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh
mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih
variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2000).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian perlu dilakukan untuk membantu
penetapan rancangan penelitian. Pada penelitian ini terdapat satu variabel
tergantung dan satu variabel bebas, yaitu :
1. Variabel bebas
: Komunikasi Interpersonal
2. Variabel tergantung
: Keintiman terhadap Pasangan
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi verbal dan nonverbal
antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara langsung (tatap
muka) disertai respon yang dapat segera diketahui (instant feedback).
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Komunikasi
interpersonal
diungkap
dengan
menggunakan
38
skala
komunikasi interpersonal dengan aspek keterbukaan, empati, perilaku
suportif, sikap positif, dan kesetaraan. Semakin besar skor yang didapat
maka komunikasi interpersonal yang terjalin efektif atau tinggi, begitu
pula sebaliknya.
2. Keintiman terhadap Pasangan
Keintiman adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalin hubungan yang dekat atau akrab dengan orang lain dengan
menunjukkan perasaan saling percaya, saling berbagi (keterbukaan diri),
adanya hubungan timbal balik dan terbentuknya komitmen dalam suatu
hubungan. Keintiman tersebut diungkap dengan menggunakan skala
keintiman dengan aspek emosi, psikologis, intelektual, fisik non seksual,
spiritual, sosial dan reaksional, serta temporal. Semakin besar skor yang
didapat maka tingkat keintiman semakin tinggi, dan begitu pula
sebaliknya.
D. Subjek Penelitian
Peneliti memilih subjek penelitian berdasarkan teknik purpose sampling
yaitu pengambilan sampel didasarkan strata, random, atau daerah, melainkan
didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2002). Peneliti memilih
subjek penelitian berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya
yaitu berdasarkan kesesuaian konteks teoritis terhadap hubungan komunikasi
interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
orangtua bercerai.. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dipilih
memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Dewasa awal baik pria maupun wanita dengan rentang usia 18 tahun
sampai dengan 40 tahun. Namun peneliti mencari subjek dengan usia
minimal 20 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut baik
pria ataupun wanita sedang menjalin hubungan serius dengan
pasangannya bahkan memiliki keinginan untuk melanjutkannya ke
jenjang pernikahan.
b. Belum menikah namun memiliki pasangan dan sedang menjalin
hubungan berpacaran lebih dari satu tahun, karena hubungan di bawah
satu tahun atau hanya beberapa bulan tidak dapat memastikan tingkat
keintiman.
c. Berasal dari keluarga dengan orangtua bercerai, karena berdasarkan
penelitian dewasa awal dengan orangtua bercerai memiliki permasalahan
dalam keintiman dan tingkat
keintiman tersebut
lebih rendah
dibandingkan dengan dewasa awal dari keluarga tidak bercerai/utuh.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah
menggunakan skala. Skala dalam ilmu psikologi biasanya digunakan sebagai
alat ukur. Data yang diungkap dalam suatu skala psikologi berupa konstruk
atau konsep psikologis yang menggambarkan suatu aspek kepribadian
individu (Azwar, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
untuk mengungkapkan hubungan komunikasi interpersonal dengan keintiman
terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Peneliti
memilih penggunaan skala sebagai metode penelitian sebagai pertimbangan
atas pelaksanaannya yang mudah, praktis, efektif, dan efisien.
Skala yang telah disusun kemudian dilakukan uji coba terlebih dahulu
sebelum digunakan pada penelitian yang sebenarnya. Data dari hasil uji coba
akan dianalisa secara statistik untuk menentukan validitas dan reliabilitas alat
ukur. Item-item skala yang telah memenuhi kualifikasi validitas dan
reliabilitas inilah yang akan digunakan dalam penelitian, dengan asumsi
bahwa alat ukur tersebut dapat secara tepat mengungkapkan apa yang ingin
diungkap serta ajeg dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan dua jenis skala yaitu skala keintiman
terhadap pasangan dan skala komunikasi interpersonal. Kedua skala ini
disusun dengan dua jenis item. Item yang searah dengan pernyataan atau
favorable dan item yang tidak searah dengan pernyataan atau unfavorable.
1. Skala Komunikasi Interpersonal
Skala komunikasi interpersonal memiliki lima aspek, yaitu :
a.
Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Tiga aspek tersebut antara lain :
1) Komunikator interpersonal harus terbuka kepada orang yang
diajak berinteraksi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
2) Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang.
3) Mempertanggungjawabkan perasaan dan pemikiran yang
diucapkan.
b.
Empati
Kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan
atau posisi orang lain. Individu yang memiliki empati mampu
memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang sehingga lebih mampu menyesuaikan komunikasinya.
c.
Perilaku Suportif
Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif jika dalam diri
seseorang terdapat perilaku suportif. Individu memperlihatkan
sikap tersebut dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan
bukan strategik, dan provisionalisme bukan sangat yakin.
d.
Sikap Positif
Individu harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan
situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
e.
Kesetaraan
Dalam setiap situasi, barangkali ada ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih kaya, lebih pandai, lebih tampan atau cantik, dan
sebagainya.
Terlepas
dari
ketidaksetaraan
ini,
komunikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
interpersonal akan lebih efektif jika memiliki suasana setara. Harus
ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak samasama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan
tidak mengaharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja
semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti
kita menerima pihak lain atau memberikan penghargaan positif tak
bersyarat kepada orang lain.
Penyajian skala komunikasi interpersonal memiliki empat alternatif
pilihan jawaban dengan item-item favorable dan unfavorable, yaitu
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Sistem penilaian skala komunikasi interpersonal ini
menggunakan penskalaan model Likert (Method of Summated Rating)
dengan jenjang penilaian satu sampai empat untuk setiap jawaban. Pada
pernyataan yang bersifat favorable memiliki skor empat untuk jawaban
(SS), skor tiga untuk jawaban (S), skor dua untuk jawaban (TS), dan skor
satu untuk jawaban (STS). Sedangkan pada pernyataan yang bersifat
unfavorable memiliki skor satu untuk jawaban (SS), skor dua untuk
jawaban (S), skor tiga untuk jawaban (TS), dan skor empat untuk
jawaban (STS).
Empat alternatif pilihan jawaban dalam skala Likert dimaksudkan
untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala dengan lima
alternatif jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Alternatif pilihan jawaban
Netral (N) menimbulkan kecendrungan menjawab ketengah (central
tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecendrungan
arah jawabannya. Selain itu tujuan dari penyajian empat alternatif pilihan
jawaban dengan menghilangkan pilihan netral adalah untuk melihat
kecendrungan arah responden menjawab setuju atau tidak setuju.
Tabel 3.1.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal
Sebelum Uji Coba
ITEM
ASPEK
JUMLAH PERSENTASE
Favorable
Unfavorable
Keterbukaan
6, 10, 13, 18, 33
20, 26, 30, 36, 43
10
20%
Empati
3, 5, 11, 24, 40
8, 14, 23, 37, 49
10
20%
Perilaku Suportif
7, 15, 21, 27, 29
17, 34, 44, 45, 48
10
20%
Sikap Positif
1, 31, 38, 42, 46
22, 25, 32, 44, 50
10
20%
Kesetaraan
2, 4, 19, 28, 35
9, 12, 16, 39, 47
10
20%
25
25
50
100%
TOTAL
Dalam mengerjakan kedua skala tersebut, subjek diminta untuk
memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri subjek. Tidak ada nilai
benar atau salah pada setiap jawaban. Subjek diminta mengerjakan
seluruh pernyataan tanpa ada yang terlewatkan.
2. Skala Keintiman terhadap Pasangan
Skala keintiman terhadap pasangan memiliki tujuh aspek yaitu :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a.
44
Emosi
Berkaitan dengan kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi
perasaan dengan pasangan. Individu dapat berbagi emosi positif
seperti kebahagiaan, suka cita, kegembiraan, dan sebagainya.
Adapun emosi negatif yang biasa dibagi yaitu perasaan takut, marah,
kesepian, penat, kesedihan, dan sebagainya.
b.
Psikologis
Keintiman psikologis meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran,
kepribadian, memori, sikap, dan emosi. Terdapat keinginan untuk
berbagi, impian, fantasi, aspirasi, dan rencana untuk masa depan,
selain itu juga berbagi rasa takut, perhatian, perasaan ragu-ragu,
ketidaknyamanan, masalah, dan konflik kepada pasangan.
c.
Intelektual
Kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi gagasan penting,
pikiran, dan kepercayaan dari salah satu pasangan seperti keuangan
dan rencana masa depan. Hal yang sangat penting dalam
mengembangkan aspek tersebut adalah adanya timbal balik akan
kepercayaan dan rasa hormat.
d.
Fisik non seksual
Keperluan menyampaikan akan kedekatan fisik pada pasangan.
Keintiman seksual dapat melalui sentuhan sederhana atau mungkin
kontak fisik, seperti pelukan. Keintiman fisik meliputi sentuhan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
memegang tangan, memeluk, mencium, bahkan menari dengan
pasangan.
e.
Spiritual
Keperluan berbagi dengan seseorang yaitu merasakan kepercayaan,
dan pengalaman dengan seorang pasangan yang berhubungan
dengan agama, keberadaan rohani, hal-hal yang gaib, nilai-nilai
moral, kepercayaan dan hubungan seseorang dengan yang Maha
Kuasa.
f.
Sosial dan rekreasi
Berkenaan dengan rekreasi yaitu pentingnya terlibat dalam aktivitas
yang menyenangkan bersama pasangan.
g.
Temporal
Berkenaan dengan waktu atau lamanya individu menghabiskan
waktu dengan pasangannya. Baik itu hanya beberapa menit bahkan
berjam-jam lamanya.
Sebelum menyusun skala keintiman terhadap pasangan, peneliti
terlebih dahulu membuat blueprint. Pembuatan blueprint ini bertujuan
sebagai acuan pembuatan item-item pernyataan yang akan mewakili
berbagai aspek keintiman terhadap pasangan yang akan disusun. Metode
yang digunakan dalam skala keintiman terhadap pasangan adalah
summated ratings dengan menggunakan skala Likert dengan empat
alternatif pilihan jawaban atas item-item favorable dan unfavorable, yaitu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS).
Sistem
penilaian
skala
keintiman
terhadap
pasangan
ini
menggunakan skala Likert yang memiliki jenjang penilaian satu sampai
empat untuk setiap jawaban. Pada pernyataan yang bersifat favorable
memiliki skor empat untuk jawaban (SS), skor tiga untuk jawaban (S),
skor dua untuk jawaban (TS), dan skor satu untuk jawaban (STS).
Sedangkan pada pernyataan yang bersifat unfavorable memiliki skor satu
untuk jawaban (SS), skor dua untuk jawaban (S), skor tiga untuk jawaban
(TS), dan skor empat untuk jawaban (STS). Kriteria yang digunakan
dalam skala ini adalah semakin tinggi skor yang didapat pada setiap item,
maka semakin tinggi pula tingkat keintiman subjek terhadap pasangan
begitu pula sebaliknya.
Empat alternatif pilihan jawaban dalam skala Likert dimaksudkan
untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala dengan lima
alternatif jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Alternatif pilihan jawaban
Netral (N) menimbulkan kecendrungan menjawab ketengah (central
tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecendrungan
arah jawabannya. Selain itu tujuan dari penyajian empat alternatif pilihan
jawaban dengan menghilangkan pilihan netral adalah untuk melihat
kecendrungan arah responden menjawab setuju atau tidak setuju.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
Tabel 3.2.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan
Sebelum Uji Coba
ASPEK
ITEM
JUMLAH
PERSENTASE
Favorable
Unfavorable
Emosi
5, 9, 22, 32, 65
15, 27, 30, 38, 48
10
14,28%
Psikologis
1, 8, 18, 21, 25
16, 43, 50, 55, 61
10
14,28%
Intelektual,
19, 37, 58, 63, 66
3, 12, 47, 68, 70
10
14,28%
Fisik Non Seksual
10, 28, 41, 53, 57
7, 17, 34, 62, 64
10
14,28%
Spiritual
14, 24, 31, 35, 52
4, 33, 42, 46, 59
10
14,28%
Sosial dan Reaksional
6, 11, 36, 44, 56
26, 29, 40, 51, 67
10
14,28%
Temporal
2, 13, 39, 45, 49
20, 23, 54, 60, 69
10
14,28%
35
35
70
100%
TOTAL
F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
1. Validitas
Suatu alat ukur dinyatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu
memberikan hasil ukuran yang baik, tepat, dan akurat. Alat ukur yang
mampu memberikan hasil yang valid dapat disebut alat ukur yang
memiliki validitas yang tinggi. Validitas sendiri memiliki pengertian
sejauhmana suatu alat ukur dapat dengan tepat dan cermat dalam
mengukur sesuatu yang ingin diukur. Dalam hal ini yang dimaksud
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
dengan sejauh mana alat ukur tersebut mampu melakukan fungsi dan
tugasnya sebagai suatu alat ukur (Azwar, 2007).
Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang didapatkan dari uji kelayakan alat
ukur. Validitas isi ditentukan dengan menguji isi alat ukur dengan
rasional atau melalui professional judgment. Professional judgment
dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi. Cara ini dilakukan
untuk melihat sejauhmana item-item yang ada didalam alat ukur tersebut
melingkupi seluruh bagian aspek yang hendak diukur atau sejauh mana
isi alat ukur tersebut mengungkap atau mencerminkan kategori-kategori
yang akan diukur (Azwar, 2009).
2. Seleksi Item
Seleksi item bertujuan untuk melihat item mana yang memiliki
skor tinggi dan item mana yang memiliki skor rendah. Seleksi item dapat
dilakukan dengan melihat daya diskriminasi setiap item yang ada. Daya
diskriminasi
item
adalah
suatu
keadaan
dimana
item
mampu
membedakan subjek penelitian yang memiliki atau tidak memiliki
atribut-atribut yang diukur.
Daya diskriminasi dapat diperoleh dengan mengkorelasikan antar
skor item dengan skor item total. Korelasi antara skor item dengan skor
item total disebut koefisien korelasi item-total (rix) yang diperoleh
dengan teknik komputasi product moment dari Pearson. Besar koefisien
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
korelasi item-total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 baik itu positif
maupun negatif. Skor yang semakin mendekati angka 1,00 akan memiliki
daya diskriminasi yang tinggi dan apabila skor mendekat angka 0 maka
item tersebut memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 2009).
Pemilihan item berdasarkan korelasi item-total memiliki batasan rix
≥ 0,30. Hal ini berarti semua item yang mencapai koefisien korelasi itemtotal minimal 0,30 maka dapat dikatakan item tersebut memuaskan.
Demikian sebaliknya, jika sebuah item memiliki koefisien korelasi itemtotal kurang dari 0,30 maka item tersebut berdaya diskriminasi rendah
(Azwar, 2009).
Penelitian ini menggunakan nilai rix 0,30 dan taraf signifikasi 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa item yang digunakan memiliki skor
koefisien korelasi item-total ≥ 0,30 pada taraf signifikasi 0,05. Pengujian
ini menggunakan program SPSS 16 for windows.
Pada skala keintiman terhadap pasangan, terdapat 70 item dengan
35 item favorable dan 35 item unfavorable. Item-item ini kemudian
diseleksi dengan melihat rix-nya. Item yang memiliki nilai rix ≥ 0,30
dikategorikan sebagai item yang baik, sedangkan item yang memiliki
nilai rix ≤ 0,30 dikategorikan sebagai item yang kurang baik sehingga
akan digugurkan. Hasil dari pengujian data skala keintiman terhadap
pasangan menunjukkan bahwa terdapat 59 item yang memiliki nilai rix ≥
0,30, sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤ 0,03 adalah item 3, 4, 6,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
11, 14, 24, 52, 54, 59, 62, dan 64. Dalam skala keintiman terhadap
pasangan terdapat 11 item yang gugur.
Tabel 3.3.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan
Setelah Uji Coba
ASPEK
ITEM
JUMLAH
Favorable
Unfavorable
Emosi
5, 9, 22, 32, 65
15, 27, 30, 38, 48
10
Psikologis
1, 8, 18, 21, 25
16, 43, 50, 55, 61
10
Intelektual,
19, 37, 58, 63, 66
3*, 12, 47, 68, 70
9
Fisik Non Seksual
10, 28, 41, 53, 57
7, 17, 34, 62*, 64*
8
14*, 24*, 31, 35, 52*
4*, 33, 42, 46, 59*
5
6*, 11*, 36, 44, 56
26, 29, 40, 51, 67
8
2, 13, 39, 45, 49
20, 23, 54*, 60, 69
9
30
29
59
Spiritual
Sosial dan Reaksional
Temporal
TOTAL
*item yang gugur
Pada skala komunikasi interpersonal, terdapat 50 item, yaitu 25
item favorable dan 25 item unfavorable. Hasil dari pengujian data skala
komunikasi interpersonal menunjukkan bahwa terdapat 44 item yang
memiliki nilai rix ≥ 0,30, sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤ 0,30
adalah item 12, 13, 20, 25, 26, dan 28. Jadi dalam skala komunikasi
interpersonal terdapat 6 item yang gugur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Tabel 3.4.
Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal
Setelah Uji Coba
ASPEK
ITEM
JUMLAH
Favorable
Unfavorable
6, 10, 13*, 18, 33
20*, 26*, 30, 36, 43
7
Empati
3, 5, 11, 24, 40
8, 14, 23, 37, 49
10
Perilaku Suportif
7, 15, 21, 27, 29
17, 34, 44, 45, 48
10
Sikap Positif
1, 31, 38, 42, 46
22, 25*, 32, 44, 50
9
Kesetaraan
2, 4, 19, 28*, 35
9, 12*, 16, 39, 47
8
23
21
44
Keterbukaan
TOTAL
*item yang gugur
3. Reliabilitas
Reliabilitas menggambarkan konsisitensi dan keterpercayaan hasil
pengukuran. Hasil pengukuran tersebut merupakan pengukuran yang
dilakukan dengan cermat (Azwar, 2009). Pengukuran yang memiliki
reliabilitas yang tinggi merupakan pengukuran yang reliabel, sedangkan
pengukuran yang memiliki reliabilitas rendah berarti pengukuran tersebut
tidak reliabel atau tidak dapat dipercaya. Pengukuran akan reliabel jika skor
koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1,00 (Azwar, 2009).
Pada penelitian ini reliabilitas diukur dengan melihat koefisien alpha
dari Cronbach. Skala keintiman terhadap pasangan diuji dengan
menggunakan teknik Alpha Crinbach dan didapat hasil (r) = 0,956, dan
koefisien Alpha Cronbach setelah seleksi item adalah (r) = 0,963. Nilai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
alpha Cronbach setelah seleksi menjadi lebih besar dikarenakan adanya 11
item yang kurang baik dan kemudian digugurkan sehingga meningkatkan
nilai koefisien alpha Cronbach tersebut.
Skala komunikasi interpersonal terhadap pasangan memperoleh nilai
alpha Cronbach (r) = 0,924, dan setelah mengalami seleksi item maka nilai
yang diperoleh adalah (r) = 0,961. Nilai alpha Cronbach setelah seleksi
menjadi lebih besar dikarenakan adanya 6 item yang kurang baik dan
kemudian digugurkan sehingga meningkatkan nilai koefisien alpha
Cronbach tersebut.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan bentuk sederhana agar data
lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasi. Pada penelitian ini peneliti ingin
mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada kelompok dewasa
awal dengan orangtua bercerai. Sebelum menguji hipotesis yang ada, maka
peneliti akan melakukan uji asumsi dengan menguji normalitas dan
linearitasnya dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk melihat distribusi variabel terhadap
suatu sampel. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov Test dalam menguji normalitas variabel yang ada.
Peneliti akan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
2. Uji Linearitas
Uji linearitas ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat hubungan
yng terjadiantara dua variabel yang bersangkutan. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik Compare Means untuk melihat apakah dua
variabel
bersangkutan
tersebut
linear
atau
tidak.
Peneliti
akan
menggunakan Compare Means pada program SPSS for windows versi
16.0.
3. Uji Hipotesis
Pengujian dalam hipotesis menggunakan teknik Correlation Product
Moment dari Karl Pearson dengan tujuan untuk menguji korelasi antara
dua variabel penelitian yang diselidiki dengan asumsi bahwa korelasi itu
bersifat linear.
H. Pelaksanaan Uji Coba
Uji coba skala dilakukan pada tanggal 26 Juni 2014 sampai dengan 20
Agustus 2014 terhadap 45 subjek. Sebagian besar subjek merupakan orang
yang dikenal oleh peneliti, dan sisanya merupakan kenalan dari orang yang
dikenal peneliti. Uji coba skala yang dilakukan di wilayah Yogyakarta
berjumlah 30 buah skala. Sedangkan untuk daerah di luar Yogyakarta peneliti
mencoba menggunakan kuesioner online yang berjumlah 15 buah. Kuesioner
online tersebut diberikan kepada kenalan peneliti yang berada di luar
Yogyakarta sehingga memudahkan proses pengambilan data.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 sampai
dengan 2 November 2014. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada 30 orang subjek. Kuesioner tersebut terdiri dari dua jenis
skala yaitu Skala Keintiman terhadap Pasangan dan Skala Komunikasi
Interpersonal. Sebagian besar subjek yang didapat berasal orang yang
dikenal baik oleh peneliti, dan sisanya merupakan kenalan dari orang yang
dikenal peneliti. Dari 30 kuesioner yang disebar, sebanyak 9 kuesioner tidak
kembali sehingga tersisa 21 kuesioner. 21 buah kuesiner tersebut sesuai
dengan harapan peneliti sehingga tidak ada kuesioner yang digugurkan.
Peneliti mempersiapkan kuesioner online bagi subjek di luar
Yogyakarta untuk mempermudah proses pengambilan data. Kuesioner ini
merupakan kuesioner tidak langsung dan di akses secara online melalui
googledoc. Sebanyak 45 subjek didapat melalui kuesioner online, namun 15
kuesioner tidak dapat dipergunakan atau dinyatakan gugur. Dari 15
kuesioner yang dinyatakan gugur, sebanyak 9 kuesioner tidak memenuhi
kategori usia yang diinginkan yaitu minimal usia 20 tahun. Kemudian 6
kuesioner sisanya dinyatakan gugur karena subjek memiliki hubungan
berpacaran dibawah satu tahun. Dengan demikian maka jumlah subjek dari
kuesioner online berjumlah 30 orang. Oleh karenanya itu jumlah kuesioner
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
yang dijadikan data penelitian adalah sebanyak 51 buah, 21 kuesioner dan
30 kuesioner online.
.
B.
Deskripsi Subjek
Subjek penelitian ini adalah individu dewasa awal yang memiliki
orangtua bercerai dan sedang menjalani hubungan berpacaran selama satu
tahun atau lebih. Jumlah subjek penelitian ini adalah 51 orang. Adapun
deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin, dan usia di jelaskan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki – laki
23
45%
Perempuan
28
55%
Total
51
100%
Tabel 4.2
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah
Persentase
20 tahun
6
11,8%
21 tahun
6
11,8%
22 tahun
11
21,6%
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23 tahun
5
9,8%
24 tahun
2
3,9%
25 tahun
7
13,7%
26 tahun
4
7,8%
27 tahun
1
2%
28 tahun
0
0%
29 tahun
2
3,9%
30 tahun
4
7,8%
31 tahun
3
5,9 %
Total
51
100 %
Tabel 4.3
Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran
Lama Pacaran
Jumlah
Persentase
< 1 tahun
0
0%
1 tahun – 2 tahun
14
27,4%
3 tahun – 4 tahun
22
43,1%
5 tahun – 6 tahun
9
17,7%
> 6 tahun
6
11,8 %
Total
51
100%
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C.
57
Deskripsi Data Penelitian
Dalam dekskripsi data penelitian, peneliti membandingkan mean
teoritis dengan mean empiris untuk memperoleh informasi umum mengenai
skor subjek pada setiap variabel penelitian. Perhitungan nilai mean teoritis
dilakukan secara manual sedangkan perhitungan mean empiris diperoleh
menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Karena nilai mean
empiris lebih besar dari nilai mean teoritis pada kedua variabel penelitian
maka subjek dapat dikatakan memiliki komunikasi interpersonal dan
keintiman terhadap pasangan yang tinggi. Berdasarkan perhitungan pada
tabel, nilai mean teoritis pada skala komunikasi interpersonal sebesar 110
dan nilai mean empiris sebesar 122,21 dengan nilai signifikansi (p) sebesar
0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara mean
teoritis dan mean empiris pada skala komunikasi interpersonal. Begitu pula
halnya dengan skala keintiman terhadap pasangan yang memiliki perbedaan
sangat signifikan antara mean teoritis sebesar 147,5 dan mean empiris
sebesar 164,84 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,0000.
Tabel 4.4
Deskripsi Data Penelitian
Skala
N
Sig (p)
Teoritis
Empiris
Min
Max
Mean
SD
Min
Max
Mean
SD
Komunikasi
44
0,000
44
176
110
22
53
173
122,21
27,87
Keintiman
59
0,000
59
236
147,5
29,5
70
228
164,84
37,35
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
D.
58
Kategorisasi
Kategorisasi subjek penelitian bertujuan untuk menempatkan individu
ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu
kontinum berdasarkan atribut yang diukur, yaitu dari rendah ke tinggi.
Kategorisasi dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa skor populasi
subjek berdistribusi normal, sehingga dapat membuat skor teoritis yang
terdistribusi normal (Azwar, 2012). Pada penelitian ini skor skala
komunikasi interpersonal dan skor skala keintiman terhadap pasangan akan
dibagi ke dalam lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi,
dan sangat tinggi. Berikut adalah norma kategorisasi yang digunakan dalam
penelitian ini :
Tabel 4.5
Norma Kategorisasi
Skor
Kategorisasi
X ≤ (µ - 1,5σ)
Sangat Rendah
(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ)
Rendah
(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ)
Sedang
(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ)
Tinggi
X > (µ + 1,5σ)
Sangat Tinggi
Keterangan :
µ : Mean teoritis
σ : Standar deviasi teoritis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
Pada tabel deskripsi data penelitian diketahui bahwa skor mean
teoritis variabel komunikasi interpersonal sebesar 110 dengan standar
deviasi sebesar 22, maka perhitungan norma kategorisasi skor sebagai
berikut :
Tabel 4.6
Kategorisasi Skala Komunikasi Interpersonal
Skala
Rentang Skor
Kategorisasi
Jumlah
Persentase
Komunikasi
X ≤ 77
Sangat Rendah
3
5, 89 %
77 < X ≤ 99
Rendah
7
13,72%
99 < X ≤ 121
Sedang
9
17,64%
121 < X ≤ 143
Tinggi
22
43,14%
X > 143
Sangat Tinggi
10
19,61%
51
100%
Total
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa sebanyak 22
subjek atau 43,14 % subjek memiliki tingkat komunikasi interpersonal
yang tinggi dan sebanyak 10 subjek atau 19,61% subjek memiliki tingkat
komunikasi interpersonal yang sangat tinggi. Selain itu, diketahui pula
pada tabel deskripsi subjek penelitian bahwa skor mean teoritis variabel
keintiman terhadap pasangan sebesar 147,5 dengan standar deviasi
sebesar 29,5 maka perhitungan norma kategorisasi skor sebagai berikut :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Tabel 4.7
Kategorisasi Skala Keintiman Terhadap Pasangan
Skala
Rentang Skor
Kategorisasi
Keintiman
X ≤ 103,25
Sangat Rendah
3
5,88%
103,25 < X ≤ 132,75
Rendah
6
11,76%
132,75 < X ≤ 162,25
Sedang
13
25,49%
162,25 < X ≤ 191,75
Tinggi
16
31,38%
X > 191,75
Sangat Tinggi
13
25,49%
51
100%
Total
Jumlah Persentase
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa sebanyak 16
subjek atau 31,38 % subjek memiliki tingkat keintiman terhadap
pasangan yang tinggi dan sebanyak 13 subjek atau 25,49% subjek
memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang sangat tinggi.
E.
Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
Uji asumsi perlu dilakukan sebelum menganalisis data dengan
tujuan untuk melihat apakah daya yang diperoleh memenuhi syarat
untuk dianalisa menggunakan metode parametik atau non-parametik.
Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
linearitas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah sampel
data berdistribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan
adalah Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan SPSS for
windows versi 16.0. Data dikatakan berdistribusi normal apabila
Asymp.sig (p) lebih besar dari 0,05 (Santoso, 2012).
Tabel 4.8.1
Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kolmogorov-Smirnov
Asymp. Sig. (2-
Z Test
tailed)
Komunikasi
0,990
0,280
Keintiman
0,634
0,816
Berdasarkan
tabel
diatas,
skala
keintiman
terhadap
pasangan memiliki nilai p = 0,816 dan skala komunikasi
interpersonal memiliki nilai p = 0,280. Kedua nilai p tersebut lebih
besar dari standar (p > 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa skala
keintiman terhadap pasangan dan skala komunikasi interpersonal
berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
keintiman
terhadap
pasangan
dan
variabel
komunikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
interpersonal bersifat linear atau tidak. Uji linearitas ini berpatokan
pada tabel test of linearity dengan menggunakan SPSS for windows
versi 16.0. Kedua variable dikatakan linear apabila signifikan dari
tabel test of linearity lebih kecil dari 0,05 (p<0,05).
Tabel 4.8.2
Hasil Uji Linearitas
F
Sig.
Keintiman*
Between
( Combined )
23,929
0,000
Komunikasi
Groups
Linearity
746,386
0,000
Deviation
2,680
0,022
from
Linearity
Tabel hasil uji lineraritas menunjukkan bahwa hubungan
keintiman terhadap pasangan dengan komunikasi interpersonal
memiliki nilai F sebesar 746,386 dengan nilai signifikan sebesar p
= 0,000. Hasil ini lebih kecil dari standar signifikan 0,05 (p<0,05)
dengan demikian kedua variabel tersebut dapat dikatakan bersifat
linear.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan positif
antara variabel keintiman terhadap pasangan dengan komunikasi
interpersonal. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis ini
adalah Correlation Product Moment Pearson dengan menggunakan
SPSS for windows versi 16.0. Peneliti menggunakan metode ini
dikarenakan pada uji asumsi kedua variabel berdistribusi normal dan
bersifat linear. Oleh karenanya peneliti menggunakan metode statistik
parametik.
Tabel 4.9
Hasil Uji Hipotesis
Komunikasi
Pearson Correlation
Komunikasi
Keintiman
1
0,936**
Sig. (1-tailed)
Keintiman
0,000
N
51
51
Pearson Correlation
0,936**
1
Sig. (1-tailed)
0,000
N
51
51
Dari tabel uji korelasi di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien
korelasi variabel komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap
pasangan adalah (r) = 0,936 dan nilai signifikansi sebesar (p) = 0,000.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
Hasil tersebut menunjukka bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara komunikasi interpersonal dan keintiman terhadap
pasangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin positif
atau tinggi tingkat komunikasi interpersonal, maka semakin tinggi
pula tingkat keintiman terhadap pasangan. Begitu pula sebaliknya,
semakin negatif atau rendah tingkat komunikasi interpersonal maka
semakin rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan.
F.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan komunikasi
interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal
dengan orangtua bercerai. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
analisis korelasi product moment Pearson dengan menggunakan SPSS for
windows versi 16.0. Korelasi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah r
= 0,936 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0,000 (p < 0,05 ). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan keintiman terhadap pasangan.
Dengan demikian maka semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal
maka semakin tinggi pula tingkat keintiman terhadap pasangan, begitu pula
sebaliknya semakin rendah tingkat komunikasi interpersonal maka semakin
rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Emmers-Sommers (2004) yang menunjukkan bahwa kualitas komunikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
menjadi indikator yang lebih baik daripada kuantitas komunikasi untuk
sebuah keintiman dalam hubungan, dalam hal ini kualitas komunikasi yang
dimaksud oleh peneliti adalah komunikasi interpersonal. Terlepas dari
spesifikasi subjek dengan orangtua bercerai atau tidak, komunikasi
interpersonal tetaplah memiliki andil yang penting dalam menjalin
keintiman terhadap pasangan. Aspek komunikasi interpersonal menurut
DeVito (2011) yang dirasa paling penting dalam mendukung terbentuknya
keintiman terhadap pasangan adalah keterbukaan. Dalam keterbukaan
terdapat kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan asalkan patut untuk diungkapkan, seperti pendapat,
pikiran, dan gagasan. Selain itu keterbukaan bereaksi secara jujur dan
spontan terhadap orang lain sehingga mampu memberikan tanggapan
terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang mengenai segala sesuatu
yang dikatakannya. Keterbukaan ini kemudian mendorong individu untuk
semakin membangun keintiman terhadap pasangan.
Hazan & Shaver (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa pada
dewasa awal, masing-masing orang mulai menjalin relasi dengan lawan
jenisnya dan masing-masing pasangan telah menginternalisasi hubungan
dengan orangtua, hubungan yang mungkin hangat dan penuh perasaan atau
dingin dan longgar. Pengalaman tersebut terus dibawa dan mempengaruhi
hubungan seseorang dengan orang lain, terutama keintiman pada masa
dewasa. Dalam hal ini peneliti tidak menemukan adanya masalah keintiman
yang muncul pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Hal ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
dikarenakan berdasarkan hasil penelitian sebanyak 16 subjek atau 31,38 %
subjek memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang tinggi dan
sebanyak 13 subjek atau 25,49% subjek memiliki tingkat keintiman
terhadap pasangan yang sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat 29 dari 51 subjek
memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang tinggi bahkan sangat
tinggi. Dengan demikian perceraian yang dialami oleh orangtua tidak
sepenuhnya mempengaruhi keintiman yang dijalin oleh individu terhadap
pasangannya pada masa dewasa awal. Penelitian ini kemudian mematahkan
pendapat Franklin, dkk (dalam Sager, 2009) yang mengatakan bahwa
dampak perceraian orangtua akan semakin tampak ketika individu pada
masa dewasa awal mulai membangun hubungan romantis terhadap lawan
jenisnya. Hal ini disebabkan dari hasil penelitian, peneliti tidak melihat
adanya masalah pada keintiman subjek maka tidak semua dewasa awal
dengan orangtua bercerai memiliki masalah dalam membangun keintiman
terhadap pasangan.
Keintiman terhadap pasangan yang dimiliki oleh dewasa awal dengan
orangtua bercerai dapat terjadi karena individu berhasil melalui proses
adaptasi dan mampu meneruskan setiap tahap perkembangannya. Rini
(2002) mengungkapkan bahwa seorang anak yang memiliki orangtua
bercerai dan dapat beradaptasi akan hal tersebut mampu menyadari serta
mengerti bahwa orangtuanya sudah tidak lagi bersama dan tidak lagi
berfantasi akan persatuan kedua orangtua, dapat menerima rasa kehilangan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
tidak marah pada orangtua, dan tidak menyalahkan diri sendiri, serta
menjadi dirinya sendiri lagi sehingga tidak memiliki pandangan negatif
mengenai pernikahan dan dapat berhubungan baik dengan lawan jenis. Hal
ini berarti tingkat keintiman dewasa awal yang tinggi dapat terjadi karena
mereka memiliki adaptasi yang baik sehingga memotivasi diri sendiri untuk
menjalin hubungan yang baik dengan lawan jenis. Selain itu faktor lama
berpacaran
juga
menjadi
penyebab
tingkat
keintiman
meningkat.
Berdasarkan data terdapat 14 orang atau 27,4% berpacaran 1 hingga 2
tahun, 22 orang atau 43,1% yang berpacaran selama 3 hingga 4 tahun , dan
sisanya 29,5% berpacaran diatas 4 tahun. Dalam data tersebut tidak ada
subjek yang berpacaran dibawah 1 tahun.
Salah satu faktor yang dapat menghalangi terjalinnya keintiman
menurut Cox (1978) adalah pengalaman masa lalu, yaitu adanya peristiwa
yang bagi sebagian orang merupakan peristiwa traumatis, seperti perceraian
orang tua. Akibatnya, orang-orang yang demikian dapat menghindar untuk
berhubungan secara dekat dengan orang lain untuk mencintai orang lain.
Ketakutan ini kemudian dapat menghalangi terjalinnya keintiman.
Berdasarkan hasil penelitian, keintiman terhadap pasangan meningkat ketika
tingkat komunikasi juga meningkat. Menurut Cox (1978), manfaat
keintiman dalam suatu hubungan antara lain, kepuasan emosional,
mengatasi krisis-krisis, dukungan agar dapat tumbuh dan berkembang,
belajar mengenali diri sendiri, belajar untuk mendengar aktif, serta
pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Keintiman individu dengan orangtua bercerai terhadap pasangannya
memiliki tingkat yang rendah dibandingkan individu dewasa awal lainnya,
oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan untuk mengatasi hal tersebut,
salah satunya adalah membangun komunikasi interpersonal yang efektif
terhadap pasangan. DeVito (1997) menambahkan bahwa komunikasi
interpersonal yang baik dan efektif ditandai dengan adanya keterbukaan,
empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan antara kedua belah pihak.
Komunikasi interpersonal dirasa penting dilakukan terhadap pasangan
karena masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan
pandangannya secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Jika
komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan baik maka sebuah hubungan
yang sudah terjalin akan menjadi renggang bahkan dapat menyebabkan
hubungan tersebut berakhir. Melalui komunikasi interpersonal individu
yang sedang membangun hubungan berpacaran akan semakin mengenal dan
akrab dengan pasangannya, oleh sebab itu tingkat keintiman yang dimiliki
akan semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yakni
sebanyak 22 subjek atau 43,14 % subjek memiliki tingkat komunikasi
interpersonal yang tinggi dan sebanyak 10 subjek atau 19,61% subjek
memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang sangat tinggi.
Keintiman yang tinggi kemudian akan meminimalisir perasaan
kecemasan, ragu-ragu, dan ketakutan individu dengan orangtua bercerai
untuk menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenisnya. Pada akhirnya
komunikasi interpersonal yang efektif mampu memberikan pengaruh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
terhadap keintiman individu yang memiliki orangtua bercerai agar dapat
membangun hubungan yang lebih baik dibandingkan apa yang telah
dilakukan oleh orangtua mereka. Dalam membangun hubungan yang intim
terhadap pasangan diperlukan adanya komunikasi interpersonal agar
hubungan dapat terbina dengan baik. Komunikasi interpersonal merupakan
bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan antara dua individu secara tatap
muka yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku lawan
komunikasi dengan umpan balik secara langsung. Dalam komunikasi
interpersonal terdapat proses transaksi pesan yang bersifat dua arah, dan
perhatian masing-masing pihak tidak semata-mata tertuju pada pesan,
melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hipotesis
penelitian
terbukti,
yakni
terdapat
hubungan
antara
komunikasi
interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal
dengan orangtua bercerai. Hal ini dapat dilihat melalui nilai korelasi (r) =
0,936 dan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p<0,05). Berdasarkan penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada
dewasa awal dengan orangtua bercerai. Hal ini berarti semakin tinggi
tingkat komunikasi interpersonal subjek maka akan semakin tinggi pula
keintiman terhadap pasangan yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah tingkat komunikasi interpersonal subjek maka akan
semakin rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan.
B.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan yang telah
didapatkan, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini memiliki
keterbatasan, oleh sebabnya peneliti menyarankan beberapa hal berikut :
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.
71
Bagi Dewasa Awal
Dewasa awal baik yang memiliki atau belum memiliki pasangan
dapat menemukan sisi positif dari perceraian orangtua mereka
sehingga dapat memotivasi diri untuk dapat membina hubungan yang
baik dengan pasangannya kelak. Hal ini dapat ditempuh dengan salah
satu cara yaitu membangun komunikasi interpersonal yang baik dan
efektif. Namun masih banyak cara lain yang dapat ditempuh dan
dikembangkan oleh masing-masing pribadi dan sebagai langkah awal
dewasa
awal
dapat
memulainya
dengan
membangun
sikap
memaafkan, menerima keadaan orangtua, dan mencoba berbagi
pendapat dengan orangtua atau individu dengan kondisi serupa.
2.
Bagi Orangtua
Komunikasi
meningkatkan
interpersonal
keintiman
yang
terhadap
baik
dan
pasangan.
efektif
dapat
Orangtua
dapat
membantu anak-anak mereka untuk melatih komunikasi yang baik dan
efektif tersebut dilingkungan keluarga sehingga anak mampu
mengaplikasikannya keranah lingkungan yang lebih luas.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperhatikan jumlah
item yang digunakan sehingga subjek dapat menjawab sesuai dengan
keadaan dirinya. Penelitian ini belum terfokus pada subjek dengan
jenis kelamin tertentu sehingga kriteria subjek yang lebih spesifik
dapat digunakan sebagai penelitian selanjutnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3. Jakarta :
Balai Pustaka
Amalia, Gita Meina. ( 2013 ). Virtual Romance : Studi Etnografi Partisipasi
Observasi (Participant Observation) tentang Keintiman yang Termediasi
dalam Komunikasi Interpersonal melalui New Media diantara Pasangan
Homoseksual. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Amato, P.R. (2012). Explaining the Intergenerational Transmission of Divorce.
Journal of Marriage and the Family, 58(3), 628-640. Retrieved from
ProQuest Education Journals database.
Arikunto, Suharsini. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rhineka Cipta
Astuti, C. D. (2003). Hubungan Kualitas Komunikasi dan Toleransi Stress dalam
Penikahan Suksma. Skripsi (tidak diterbitkan). UNNES.
Azwar, Saifuddin. (2000). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Baron, R,. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Bintang, Andreas. (2008). Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Penyesuaian
Diri
Remaja
Awal”.
Http://one.indoskripsi.com/judul-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
skripsi/psikologi/dampak-perceraian-orang-tua-terhadap-penyesuaian-diriremaja-awal. (diakses pada 19 Maret 2014).
BKKBN Online (2012). Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia-Pasifik.
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967 (diakses pada 19
Maret 2014).
Bruce, M,. Flora, R,. & Stacey, C. (2004). Divorce as it Influences the Intimate
Relationships
of
College
Students.
Huntington
College.
http://kon.org/urc/bruce.html ( diakses pada 19 Maret 2014).
Cox, F. D. (1984). Human Keintiman : Marriage, The Family and It’s Meaning.
Minnesota : West Publishing Co.
Dariyo, A. (2003).Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (1998). Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi. Ditjen
Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat.
DeVito, J. A. (2011). Komunikasi Antar Manusia (Terjemahan Agus Maulana).
Jakarta : Professional Books.
Dewi, N.R. & Sudhana, H. (2013). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal
Pasutri dengan Keharmonisan dalam Pernikahan. Jurnal Psikologi
Udayana Vol. 1, No. 1, 22-31
Emmers-Sommers, T. M. (2004). The effect of communication quality and
quantity indicators on keintiman and relational satisfaction. Journal of
Social and Personal Relationship, 21, 3, 399-411.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
Garrison, M. (2010). The Decline of Formal Marriage: Inevitable or Reversible?
Journal of Family Law Quartely, 41(3), 491-520.
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Yulia, S. D.(2002). Psikologi untuk Keluarga. Jakarta :
Gunung Mulia.
Heller, P. E., & Wood, B. (1998). Pocess of keintiman : similarity, understanding,
and gender. Journal of Personality and Social Psychology, 52, 511-524.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kanfer, F. H. & Goldstein, A. P. ( 1997 ). Helping People Change. New York :
Pergamon Press.
Little Jhon, S. (1989). Theories of Human Communication, 2nd edition. New
York: Harper Collins.
Marcia, J. E., Waterman, A. S., Matterson, D. R., Archer, S. L., Olforsky, J. L.
(1993). Ego Identity A Handbook for Psychosocial Research. New York :
Springer-Verlag,
Mariani, K. (1991). Hubungan antara sifat pemantauan Diri dengan Kecemasan
dalam Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Psikologi dan Hukum
Universiras Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ( tidak diterbitkan) :
Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Masters, W. H., Johnson, V. E., dan Kolodny, R. C. (1992). Human Sexuality.
Fourth Edition. New York: Harper Collins Publishers.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Monks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R. Psikologi Perkembangan
(Pengantar dalam berbagai bagiannnya), Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1996.
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Nihayah, Z., Adriani, Y., Wahyuni, Z. I. ( 2013 ). Peran Religiusitas dan FaktorFaktor
Psikologi
Terhadap
Kepuasan
Pernikahan.
http://eprints.uinsby.ac.id/265/1/Buku%202%20Fix_425.pdf
Ninawati, Fransisca Iriani. (2005). Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada
Dewasa Muda Ditinjau Dari Pola Attachment. Jurnal Psikologi Vol.3 No. 1.
Nisfiannoor, M. Dan Yulianti, E. (2005) Perbandingan Perilaku Agresif antara
Remaja yang Berasal dari Keluarga Bercerai dengan Keluarga Utuh.
Jurnal Psikologi Universitas Tarumanegara.
Papalia D, Olds S, dan Freadman R. (2009). Human Development, Perkembangan
Manusia, Buku II. Jakarta : Salemba Humanika.
Prabaningsih, D. (1999). Hubungan antara Pengendalian Emosi dan Tingkat
Asertivitas pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas
Psikologi UMS.
Ramaiah, Savitri. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.
Pustaka Populer Obor Jakarta
Rice, P.F., Dolgin, K.G. (2008). The Adolescent: Development, Relationship, and
Culture (12th ed.). Boston: Pearson Education, Inc.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
Rini, M. (2002). Perceraian dan Kesiapan Mental Anak”. http://www.epsikologi.com/keluarga/dampakskala.htm (diakses pada 19 Maret 2014)
Sager, K. (2009). Effect of Parental Divorce on Adult Children’s Romantic
Relationship. Journal of Psychology. Vol. 3.
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).
Jakarta : Erlangga.
Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Soyomukti, N. (2008). Keintiman : Membangun Kebersamaan dalam Pacaran,
Pernikahan, dan Merawat Anak dengan Surga Keintiman. Surabaya :
Prestasi Pustaka
Sternberg, R. J., & Barnes, M. L. (1998). The psychology of love. New Haven &
London : Yale University Press
Suranto (2010) Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Tasmin & R. S. Martina. (2002). Perceraian dan Kesiapan Mental Anak.
http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/perceraian-dan-kesiapanmental-anak (diakses pada 19 Maret 2014)
Turner, J. S. & Helms, D. B. (2001). Life-Span Development. Holt Rinechart and
Wintson Inc New York.
Yudistriana, Basuki, & Harsanti (2010). Intimasi pada Pria Dewasa Awal yang
Berpacaran jarak Jauh Beda Kota. Jurnal Psikologi Volume 3, No.2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1
Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman Terhadap Pasangan
Yth. Saudara/i
Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan saudara/i untuk menjawab
beberapa pernyataan dalam skala penelitian ini.Skala penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman
terhadap pasangan. Informasi atas jawaban yang diberikan akan sangat berguna
bagi saya dalam melakukan penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi mencapai program S1 pada bidang Psikologi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Saya menjamin kerahasiaan data yang saudara/i berikan, karena data-data
yang ada akan diolah bersama sehingga tidak ada data yang dilihat secara khusus.
Dalam skala penelitian ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah.Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kesediaan saudara/iuntuk menjawab semua
pernyataan sesuai dengan keadaan diri saudara/i saat ini. Mohon dikerjakan sesuai
dengan petunjuk yang ada dan tanpa ada jawaban yang terlewatkan. Atas bantuan
dan kerjasama saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Nani Nuritasari
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
Lembar Pesetujuan Partisipan
Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk ikut berpartisipasi
sebagai responden dalam skala penelitian ini.Saya menyatakan bahwa keikutan
saya dalam skala penelitian ini dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.Saya memperkenankan peneliti untuk menggunakan data-data
yang saya berikan untuk digunakan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian.
Saya menyadari dan memahami bahwa semua data dan informasi yang
saya berikan benar-benar berasal dari diri saya sendiri.Sebagai responden dalam
penelitian ini, saya menyetujui untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang
diajukan dalam skala penelitian ini.
Yogyakarta,
2014
___________________________
(Tanda Tangan)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
IDENTITAS DIRI
Jenis kelamin
: Laki-laki / Perempuan*
Usia
:
tahun
Sedang dalam hubungan berpacaran : Ya / Tidak*
Lama dalam hubungan berpacaran
:
tahun
bulan
(*pilih salah satu)
Bagian A
PETUNJUK PENGISIAN
Pada bagian ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai keintiman
terhadap pasangan.Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Anda saat
ini. Usahakan agar semua pernyataan terjawab, dengan memberi tanda silang (X)
pada salah satu dari empat (4) alternatif jawaban di bawah ini :
a. SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut.
b. S, jika Anda Setuju dengan pernyataan tersebut.
c. TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
d. STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
Contoh :
No.
1.
Pernyataan
Saya selalu bertemu dengan pasangan saya
SELAMAT MENGERJAKAN
SS
S
X
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
No.
1.
Pernyataan
Saya menceritakan mengenai diri saya kepada
pasangan
2.
Walaupun hanya sebentar, saya selalu ingin bertemu
dengan pasangan saya
3.
Saya mengetahui ketika pasangan saya sedih atau
bahagia
4.
Saya tidak pernah bergandengan tangan dengan
pasangan saya
5.
Saya menjalani peran saya sebagai pasangan dengan
baik
6.
Saya ingin menyampaikan apa pun perasaan saya
kepada pasangan sesegera mungkin
7.
Saya merasa senang ketika dipeluk oleh pasangan
8.
Saya dan pasangan belum memiliki gambaran
mengenai masa depan kami berdua
9.
Ketika bertemu, saya dan pasangan dapat
menghabiskan waktu hingga berjam-jam lamanya
10.
Saya sungkan untuk mengungkapkan apa pun
perasaan saya kepada pasangan
11.
Saya tidak pernah menyampaikan masalah yang saya
alami kepada pasangan
12.
Pasangan saya melakukan kekerasan fisik kepada
saya
13.
Saya menyampaikan impian dan aspirasi saya kepada
pasangan
14.
Saya mengatakan hal-hal mengenai keuangan saya
kepada pasangan
15.
Saya dan pasangan tidak pernah bersama hingga
berjam-jam
SS
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
No.
16.
Pernyataan
Saya menyampaikan masalah-masalah yang saya
alami kepada pasangan
17.
Saya selalu menyampaikan perasaan senang /
bahagia saya kepada pasangan
18.
Saya memilih untuk tidak bertemu dengan pasangan
sama sekali jika hanya memiliki sedikit waktu untuk
bertemu
19.
Saya berusaha agar tujuan saya dan pasangan
tercapai
20.
Saya lebih akrab dengan teman-teman dibandingkan
pasangan saya
21.
Saya tidak ingin pasangan saya mengetahui perasaan
saya yang sebenarnya
22.
Saya dan pasangan saling bergandengan tangan
ketika kami jalan bersama
23.
Pasangan saya menolak untuk berkumpul bersama
teman-teman saya
24.
Saya kurang peka terhadap perasaan senang atau
sedih pasangan saya
25.
Saya mengingatkan pasangan untuk beribadah
26.
Saya bebas mengekspresikan perasaan saya kepada
pasangan
27.
Saya dan pasangan tidak pernah beribadah bersama
walaupun sebenernya kami bisa
28.
Saya tidak nyaman ketika pasangan tiba-tiba
merangkul saya
29.
Saya berbagi pengalaman saya mengenai agama
kepada pasangan saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
No.
30.
Pernyataan
Saya bisa mengajak pasangan saya untuk bertemu
dengan teman-teman saya
31.
Saya dan pasangan mulai membayangkan masa
depan kami kelak
32.
Saya tidak pernah menyampaikan perasaan sedih
saya kepada pasangan
33.
Saya bersemangat ketika akan bertemu pasangan
34.
Saya tidak pernah merencanakan untuk bepergian
bersama pasangan
35.
Saya berdebar-debar ketika pasangan mencium saya
36.
Saya tidak pernah mengingatkan pasangan saya
untuk beribadah
37.
Saya ragu-ragu akan peran saya sebagai pasangan
38.
Saya dan pasangan selalu melakukan aktivitas yang
menyenangkan bersama-sama
39.
Saya senang jika pasangan ada bersama saya
walaupun kami tidak melakukan aktivitas yang
berarti
40.
Saya tidak pernah menyampaikan pengalaman saya
mengenai agama kepada pasangan
41.
Saya dan pasangan tidak pernah membicarakan
hubungan kami
42.
Saya tidak pernah berbagi perasaan bahagia saya
kepada pasangan
43.
Saya merasa senang jika hanya jalan berdua dengan
pasangan
44.
Saya merasa terganggu ketika pasangan mendesak
saya agar menceritakan kehidupan saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
No.
45.
Pernyataan
Tidak ada aktivitas yang menarik yang biasa saya
lakukan bersama pasangan
46.
Saya mendapat perlakuan yang baik dan sopan dari
pasangan saya
47.
Saya tidak berusaha membantu pasangan saya agar
tujuan kami tercapai
48.
Saya senang menemani pasangan saya melakukan
aktivitas yang disukainya walaupun saya tidak
menyukai aktivitas tersebut
49.
Saya dan pasangan menjaga kedekatan fisik kami
agar tidak melewati batas
50.
Saya tidak sungkan untuk mengungkapkan
pemikiran atau gagasan saya kepada pasangan
51.
Saya merasa tidak nyaman berduaan dengan
pasangan
52.
Saya sungkan untuk memberitahu pasangan
mengenai impian-impian saya
53.
Saya mendapat banyak pembelajar akademik
maupun non akademik dari pasangan saya
54.
Saya selalu menyampaikan perasaan sedih saya
kepada pasangan
55.
Saya dan pasangan mendiskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan kami
56.
Saya tidak menemani pasangan ketika ia melakukan
aktivitas yang tidak saya minati
57.
Saya tidak membicarakan mengenai keuangan saya
kepada pasangan
58.
Saya merasa bosan bertemu dengan pasangan saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
No.
Pernyataan
59.
Saya tidak pernah mendapat pembelajaran akademik
SS
S
TS
STS
maupun non akademik dari pasangan saya
Periksa kembali jawaban Anda, jangan ada yang terlewati!
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
Bagian B
PETUNJUK PENGISIAN
Pada bagian ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai komunikasi
interpersonal yang dilakukan terhadap pasangan.Pilihlah jawaban yang paling
sesuai dengan kondisi Anda saat ini. Usahakan agar semua pernyataan terjawab,
dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu dari empat (4) alternatif jawaban
di bawah ini :
a. SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut.
b. S, jika Anda Setuju dengan pernyataan tersebut.
c. TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
d. STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
No.
1.
Pernyataan
Saya merasa bahwa pasangan saya adalah
laki-laki / perempuan yang baik
2.
Saya menerima pasangan saya apa adanya
3.
Saya memahami harapan-harapan pasangan
saya
4.
Saya senang dengan kelebihan yang dimiliki
pasangan saya
5.
Saya memahami semua keinginan pasangan
6.
Saya berani untuk mengungkapkan
pendapat dan pemikiran saya kepada
pasangan
7.
Jika memang baik, maka saya akan
menerima pendapat pasangan saya
8.
Saya kurang peka terhadap perasaan
pasangan
9.
Hanya sebagian kecil dari diri pasangan
yang bisa saya terima
10.
Saya bersikap jujur dan terus terang
menanggapi pasangan
11.
Saya memahami sikap pasangan saya
12.
Saya tidak memahami apa yang diinginkan
pasangan saya
13.
Saya bersikap jujur dan terus terang kepada
pasangan agar pasangan juga bersikap jujur
dan terus terang kepada saya
14.
Saya tidak senang dengan kelebihan yang
pasangan saya miliki
15.
Saya tidak peduli dengan pendapat
pasangan yang berbeda dengan saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
No.
16.
Pernyataan
Saya selalu menceritakan rahasia saya
kepada pasangan
17.
Saya menerima apa pun kekurangan
pasangan saya
18.
Saya mendengarkan ketika pasangan saya
sedang bicara
19.
Saya merasa lebih banyak orang yang lebih
baik dari pasangan saya
20.
Saya tidak memahami harapan pasangan
saya
21.
Saya memahami peranan atau posisi
pasangan saat ini
22.
Saya menerima perbedaan pendapat antara
saya dan pasangan
23.
Saya bersedia dikritik oleh pasangan
24.
Saya tidak berani bersikap jujur ketika
menghadapi pasangan
25.
Saya merasa bahwa saya adalah orang yang
baik
26.
Saya tidak bisa mendorong pasangan untuk
berkembang
27.
Saya mengetahui masalah apa saja yang
sedang dialami pasangan saya
28.
Saya sering berbohong dan menutupi
sesuatu kepada pasangan walaupun saya
berharap pasangan selalu jujur kepada saya
29.
Ketika ada masalah, saya dan pasangan
mencari solusi untuk menyelesaikan
masalah tersebut bersama-sama
SS
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
No.
Pernyataan
30.
Saya ragu-ragu menceritakan masalah yang
penting kepada pasangan saya
31.
Saya tidak memahami sikap pasangan saya
32.
Saya mampu memotivasi pasangan untuk
menjadi lebih baik
33.
Hanya salah satu dari saya dan pasangan
yang mencari jalan keluar dari masalah yang
kami alami
34.
Saya memahami perasaan pasangan ketika
ada masalah
35.
Ketika pasangan saya bicara, saya sering
memotong perkataannya
36.
Saya membangun interaksi yang efektif
kepada pasangan saya
37.
Saya tidak pernah mengetahui ketika
pasangan saya memiliki masalah
38.
Saya dan pasangan memiliki komunikasi
yang biasa-biasa saja
39.
Saya tidak menerima pendapat pasangan
yang berbeda dengan saya apapun alasannya
40.
Saya mampu mendorong pasangan untuk
lebih berkembang
41.
Saya merasa kesulitan untuk menerima
kelemahan pasangan
42.
Saya tidak senang jika pasangan
mengomentari pendapat saya
43.
Saya tidak mengerti peranan atau posisi
yang dimiliki pasangan saya
SS
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
No.
Pernyataan
44.
Saya tidak bisa meyakinkan pasangan untuk
SS
S
TS
STS
menjadi lebih baik dari sekarang
Periksa kembali jawaban Anda, jangan ada yang terlewati!
TERIMA KASIH
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
Lampiran 2
Hasil Seleksi Item Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman Terhadap
Pasangan
1.
Hasil Seleksi Item Skala Komunikasi Interpersonal
Item-Total Statistics
Corrected
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
Item-1
134.6667
258.955
.668
.960
Item-2
134.7333
258.791
.636
.960
Item-3
134.8000
258.618
.673
.960
Item-4
134.6667
258.227
.714
.960
Item-5
135.1556
254.407
.706
.960
Item-6
134.7111
258.165
.667
.960
Item-7
134.7333
258.836
.633
.960
Item-8
135.2667
260.245
.455
.961
Item-9
134.8889
257.419
.684
.960
Item-10
134.7778
256.040
.662
.960
Item-11
134.8889
258.874
.653
.960
Item-14
135.0000
258.500
.566
.961
Item-15
134.7778
255.677
.724
.960
Item-16
134.7556
259.462
.556
.961
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
Item-17
135.0667
259.609
.557
.961
Item-18
135.4000
255.791
.589
.960
Item-19
134.8889
260.328
.482
.961
Item-21
134.8000
256.027
.767
.960
Item-22
135.4667
260.482
.374
.962
Item-23
134.8889
260.692
.498
.961
Item-24
134.8889
261.328
.555
.961
Item-27
134.9111
258.765
.677
.960
Item-29
134.9556
257.453
.632
.960
Item-30
135.0000
255.636
.716
.960
Item-31
135.2222
258.040
.555
.961
Item-32
134.9778
254.568
.644
.960
Item-33
135.2000
258.164
.562
.961
Item-34
135.2889
257.392
.446
.962
Item-35
134.7333
258.427
.657
.960
Item-36
135.1333
255.073
.597
.960
Item-37
134.9333
261.064
.501
.961
Item-38
134.8444
257.043
.679
.960
Item-39
135.1111
255.510
.652
.960
Item-40
135.0222
262.249
.359
.962
Item-41
135.1556
256.589
.545
.961
Item-42
134.8889
259.283
.628
.960
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
Item-43
134.9556
260.043
.532
.961
Item-44
135.2444
258.643
.464
.961
Item-45
134.9333
255.655
.762
.960
Item-46
134.9333
258.291
.575
.961
Item-47
135.1111
260.601
.465
.961
Item-48
135.0667
254.336
.674
.960
Item-49
135.0000
258.727
.594
.960
Item-50
134.9333
258.745
.638
.960
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
2.
Hasil Seleksi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan
Item-Total Statistics
Corrected
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
Item-1
182.9778
473.386
.534
.963
Item-2
183.1111
468.328
.648
.962
Item-5
183.1556
474.771
.488
.963
Item-7
183.3111
469.810
.402
.963
Item-8
183.2667
475.245
.450
.963
Item-9
183.4444
467.753
.541
.963
Item-10
182.9556
471.407
.571
.963
Item-12
183.7333
473.836
.316
.964
Item-13
182.9333
467.018
.699
.962
Item-15
183.4889
467.665
.629
.962
Item-16
183.2444
471.234
.529
.963
Item-17
182.8000
473.573
.529
.963
Item-18
183.0444
467.271
.758
.962
Item-19
183.6222
469.013
.551
.963
Item-20
183.1333
467.618
.612
.962
Item-21
183.2444
466.189
.676
.962
Item-22
183.0444
468.362
.666
.962
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
Item-23
183.5333
469.391
.460
.963
Item-25
182.9556
473.589
.569
.963
Item-26
183.4667
471.573
.454
.963
Item-27
183.3333
473.273
.351
.963
Item-28
183.4000
475.018
.306
.964
Item-29
183.2667
473.836
.396
.963
Item-30
183.4444
471.025
.441
.963
Item-31
183.2222
476.949
.358
.963
Item-32
183.1333
468.482
.652
.962
Item-33
183.3778
469.877
.485
.963
Item-34
183.3111
471.037
.540
.963
Item-35
183.5111
473.301
.446
.963
Item-36
183.2000
472.164
.581
.963
Item-37
183.5111
471.437
.407
.963
Item-38
183.4222
468.386
.532
.963
Item-39
182.8889
469.828
.632
.962
Item-40
183.1333
473.982
.395
.963
Item-41
183.2889
469.301
.560
.963
Item-42
183.1111
473.056
.542
.963
Item-43
183.3333
466.136
.604
.962
Item-44
183.0222
471.159
.592
.962
Item-45
183.0444
465.907
.761
.962
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
Item-46
183.2889
471.483
.544
.963
Item-47
183.1556
467.998
.607
.962
Item-48
183.0667
472.745
.447
.963
Item-49
183.0444
470.680
.577
.962
Item-50
183.6000
467.973
.566
.963
Item-51
183.2889
468.119
.634
.962
Item-53
182.9556
474.316
.491
.963
Item-55
183.0667
466.245
.711
.962
Item-56
183.4444
466.298
.673
.962
Item-57
183.3333
472.273
.478
.963
Item-58
183.1333
471.982
.598
.962
Item-60
183.0667
469.427
.677
.962
Item-61
183.2444
468.871
.616
.962
Item-63
183.2000
470.209
.723
.962
Item-65
183.5778
465.749
.619
.962
Item-66
183.1778
468.786
.587
.962
Item-67
183.4667
467.027
.707
.962
Item-68
183.4667
470.209
.477
.963
Item-69
183.0000
464.864
.790
.962
Item-70
183.2000
467.982
.662
.962
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
Lampiran 3
Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman Terhadap
Pasangan
1.
Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
%
45
100.0
0
.0
45
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
.961
N of Items
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
2.
Reliabilitas Skala Keintiman Terhadap Pasangan
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excludeda
Total
%
45
100.0
0
.0
45
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
N of
Cronbach's Alpha
.963
Items
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
Lampiran 4
Uji Deskriptif Mean Empirik
One-Sample Statistics
Std. Error
N
Mean
Std. Deviation
Mean
Keintiman
51 1.6484E2
37.34829
5.22981
Komunikasi
51 1.2222E2
27.86992
3.90257
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval
of the Difference
Sig. (2t
df
tailed)
Mean Difference
Lower
Upper
Keintiman
31.520
50
.000
164.84314
154.3388
175.3475
Komunikasi
31.317
50
.000
122.21569
114.3771
130.0542
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
Lampiran 5
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Keintiman Komunikasi
N
Normal Parametersa
51
51
Mean
164.8431
122.2157
Std. Deviation
37.34829
27.86992
Most Extreme
Absolute
.089
.139
Differences
Positive
.052
.072
Negative
-.089
-.139
Kolmogorov-Smirnov Z
.634
.990
Asymp. Sig. (2-tailed)
.816
.280
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
Lampiran 6
Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
Keintiman Between (Combined)
*
68517.578
Mean
df
Square
35 1957.645
Groups Linearity
Sig.
23.929
.000
746.386
.000
2.680
.022
61062.67
61062.678
Komunika
F
1
8
si
Deviation from
7454.901
34
219.262
1227.167
15
81.811
69744.745
50
Linearity
Within Groups
Total
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
Lampiran 7
Uji Hipotesis
Correlations
Keintiman Komunikasi
Keintiman
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
Komunikasi Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.936**
.000
51
51
.936**
1
.000
51
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
51
Download