PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KEINTIMAN TERHADAP PASANGAN PADA DEWASA AWAL DENGAN ORANGTUA BERCERAI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Nani Nuritasari NIM : 109114127 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MOTTO The mind is everything. What you think you become. Buddha iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Karya ini kupersembahkan untuk : Mama dan Mami yang tercinta… Kakak Novita yang tersayang … Kedua adikku, Nana dan Navaro, yang lucu dan menggemaskan… Sahabat-sahabat yang luar biasa … Dan teman – teman Psikologi 2010.. You rock!!! v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KEINTIMAN TERHADAP PASANGAN PADA DEWASA AWAL DENGAN ORANGTUA BERCERAI Nani Nuritasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat korelasional yang dilakukan terhadap 51 subjek yang berusia 20 hingga 31 tahun. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment Pearson dan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,936 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Kata kunci : komunikasi interpersonal, keintiman, perceraian, dewasa awal vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI THE RELATIONSHIP BETWEEN INTERPERSONAL COMMUNICATION AND INTIMACY ON EARLY ADULT WITH DIVORCES PARENTAL ISSUE Nani Nuritasari ABSTRACT This empirical study purpose is to measure significantly correlation between interpersonal communication and intimacy on early adult with divorces parental issue. Quantitative research method applied with 51 subjects, consist of 20 until 31 range of ages. The data in this research was analyzed by using the Pearson product moment correlation and was found that the correlation values was 0,936 with a significant value of 0,000 (p < 0,05). This finding means that there is a positive and significant relationship between interpersonal communication and intimacy on early adult with divorces parental issue. Keywords : interpersonal communication, intimacy, divorces parental issue, early adult viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT atas pernyertaan dan tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak pihak. Maka daripada itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan dan dosen pembimbing akademik serta dosen penguji. Terimakasih atas bantuannya dalam kelancaran proses pembuatan skripsi ini. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku kepala progam studi dan dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas kesedian Ibu dalam mendampingi serta membimbing juga mendiskusikan perihal skripsi ini dengan penuh perhatian dan sabar. 3. Ibu Debri Pristinella, M.Si selaku dosen penguji. Terimakasih atas dukungan dan kritikan yang membangun dalam proses pengerjaan skripsi ini. 4. Mama, mami, kakak, dan adik-adikku yang senantiasa memberi doa, dukungan, dan semangat. Terimakasih untuk pengertian dan kepercayaan x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang sangat besar kepada saya dalam memberikan tanggungjawab sepenuhnya selama mengerjakan skripsi ini. 5. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. Terimakasih atas bantuan dan saran yang luar biasa agar saya tetap giat dan pantang menyerah hingga akhir. 6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terimakasih karena telah membimbing dan membagikan ilmunya. 7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, Mas Donny, dan student staff yang senantiasa membantu saya serta memberikan suasana kekeluargaan dengan canda tawanya. 8. Teman – teman Psikologi angkatan 2010 yang luar biasa hebat terutama kelas D. Terimakasih atas peran serta dukungannya. Saya merasa sangat beruntung menjadi bagian dari kalian. Kalian adalah bagian paling luar biasa di masa perkuliahan saya. 9. Sahabat – sahabat terbaikku The RAINBOW yang terkadang alay dan nyebelin. I love u, too. Terimakasih saja mungkin tidak akan cukup jika mengingat apa saja yang telah kalian berikan kepada saya. Saya minta maaf atas segala kekurangan yang saya miliki selama berproses dengan kalian: Sose, Silai, Tyas, Opah, Irma, Geri, Wendy, Abi, dan Yoga. 10. Teman – teman Asrama Putri Kinasih yang cantik dan baik, Mba Ya, CenCen, Xiao-Xiao, Chelly, Vero, Ika, Ike, Tirsa, Lia dan masih banyak lagi terimakasih atas kebersamaannya selama ini. xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. Teman – teman seperjuangan ujian skripsi pada bulan Desember : Kiki, Septian Pace, Septian Twiboy, Kakak suster (Suster Marcel), Hilda, Ka Lezza, dan Nael. Terimakasih atas motivasi dan kebersamaannya. 12. Pan Pan a.k.a Otniel Gerri Dimas Fabian, pria yang sering terlupakan namun selalu siap sedia saat dibutuhkan. Terimakasih atas peranannya yang luar biasa sebagai tempat curahan hati dan penyaluran emosi ketika menghadapi persoalan yang berkaitan dengan skripsi. Terimakasih juga atas dukungan dan penyertaannya dalam menjadi sahabat, kakak, adik, tukang masak, tukang ojek, musuh bebuyutan, dan pasangan yang luar biasa sabar. 13. Teman, sahabat, kerabat, dan orang-orang yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuannya baik langsung mapun tidak langsung sehingga saya dapat mengerjakan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan bagi dari segi metode maupun pelaporan penelitian. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan masukan yang membangun demi perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak dan kiranya Allah SWT memberkati apa telah dikerjakan. Yogyakarta, 12 Januari 2015 Penulis, Nani Nuritasari xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING …….…………… ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii HALAMAN MOTTO …………………………………………………….. iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………. vi ABSTRAK ………………………………………………………………... vii ABSTRACT ………………………………………………………… ……... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………… ix KATA PENGANTAR ……………………………………………………. x DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiii DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xvii DAFTAR LAMPIRAN …………….……………………………………... xviii BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 A. Latar Belakang ………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………. ……... 11 C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 11 D. Manfaat Penelitian …………………………………… ……... 11 1. Manfaat Teoritis ……………………....................……... 11 2. Manfaat Praktis …………………………..…………….. 12 BAB II : TINJAUAN TEORI …………………………………………….. 13 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI A. Keintiman …………………………………..………………... 13 1. Pengertian Keintiman ……………………………………... 13 2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keintiman …………. 14 3. Aspek – Aspek Keintiman ………………………………… 16 4. Manfaat Keintiman ………………………………………... 18 B. Komunikasi Interpersonal ………………………...………….. 20 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal …………………….. 20 2. Aspek – aspek Komunikasi Interpersonal ………………… 21 3. Komponen – Komponen Komunikasi Interpersonal ……… 23 C. Perceraian Orangtua ……………….………………………… 25 1. Perceraian …………………………………………………. 25 2. Dampak Perceraian ……………………………………….. 25 D. Dewasa Awal ………………………………………………… 27 1. Pengertian dan Batasan Usia Dewasa Awal ……………… 27 2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ……………………… 28 E. Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai…………………………………………...… 31 F. Skema Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai ...................................................................... 35 G. Hipotesis …………..………………………………………..... 36 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………………... 37 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI A. Jenis Penelitian ………………………………………………... 37 B. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………………….. 37 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………………... 37 1. Komunikasi Interpersonal ………………………………… 37 2. Keintiman Terhadap Pasangan ………………………….. 38 D. Subjek Penelitian ……………………………………………… 38 E. Metode Pengumpulan Data …………………………………… 39 1. Skala Komunikasi Interpersonal …………………………. 40 2. Skala Keintiman Terhadap Pasangan ……………………. 43 F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data.. 47 1. Validitas …………………………………………………... 47 2. Seleksi Item ……………………………………………….. 48 3. Reliabilitas ………………………………………………… 51 G. Analisis Data ………………………………………………..... 52 1. Uji Normalitas …………………………………………….. 52 2. Uji Linearitas …………………………………………….... 53 3. Uji Hipotesis ………………………………………………. 53 H. Pelaksanaan Uji Coba ………………………………………… 53 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………... 54 A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………….. 54 B. Deskripsi Subjek ……………………………………………... 55 C. Deskripsi Data Penelitian …………………………………….. 57 D. Kategorisasi …………………………………………………... 58 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI E. Analisis Data Penelitian ……………………………………… 60 1. Uji Asumsi ………………………………………………... 60 2. Uji Hipotesis ……………………………………………… 63 F. Pembahasan ………………………………………………….. 64 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 70 A. Kesimpulan ………………………………………………….. 70 B. Saran ………………………………………………………….. 70 1. Bagi Dewasa Awal ………………………………………. 71 2. Bagi Orangtua ……………………………………………. 71 3. Bagi Peneliti Selanjutnya …………………………………. 71 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 72 LAMPIRAN ……………………………………………………………… 77 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal Sebelum Uji Coba …………………………………….……….. 43 Tabel 3.2. Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan Sebelum Uji Coba …………………………………..…..……… 47 Tabel 3.3. Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan Setelah Uji Coba ……………………………..………………… 50 Tabel 3.4. Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal Setelah Uji Coba ………………………………………….. 51 Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin …………… 55 Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ………………………. 55 Tabel 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran ………… 56 Tabel 4.4 Data Penelitian ……………………………………………. 57 Tabel 4.5 Norma Kategorisasi ………………………………………. 58 Tabel 4.6 Kategorisasi Skala Komunikasi Interpersonal ……………. 59 Tabel 4.7 Kategorisasi Skala Keintiman Terhadap Pasangan ………. 60 Tabel 4.8.1 Hasil Uji Normalitas …………………………………….... 61 Tabel 4.8.2 Hasil Uji Linearitas ……………………………………….. 62 Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis ………………………………………... 62 xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman terhadap Pasangan …………………………………………………. 78 Lampiran 2. Hasil Seleksi Item Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman terhadap Pasangan ……………………....…… 91 Lampiran 3. Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman terhadap Pasangan ……………………….…. 97 Lampiran 4. Uji Deskriptif Mean Empirik …………………………… 99 Lampiran 5. Uji Normalitas ………………………………...………… 100 Lampiran 6. Uji Linearitas ……………………………………………. 101 Lampiran 7. Uji Hipotesis …………………………….………………. 102 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus perceraian di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan jumlah kasus perceraian tersebut mencapai angka perceraian tertinggi di Asia-Pasifik. Data Badan Peradilan Agama ( Badilag ) Mahkamah Agung RI tahun 2010 mengungkapkan bahwa selama tahun 2005 hingga 2010 ratarata 1 dari 10 pasangan yang menikah berakhir dengan perceraian. Sedangkan pada tahun 2010, dari dua juta pasangan yang menikah terdapat sekitar 285.184 pasangan yang bercerai. Berdasarkan data tersebut sebanyak 70% penyebab terjadinya perceraian dikarenakan ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan sebagian besar gugatan dilakukan oleh pihak istri (BKKBN Online, 2012). Terlepas dari pihak manapun yang melakukan gugatan cerai, keputusan untuk bercerai bukanlah sesuatu yang mudah. Pada umumnya tidak ada seorangpun yang menginginkan perceraian dalam kehidupan rumah tangganya, namun perceraian kerap kali dianggap sebagai keputusan terbaik dalam menyelesaikan persoalan dalam pernikahan. Jones & Gallois (dalam Rice & Dolgin, 2008) menyatakan bahwa permasalahan dan konflik yang terjadi dalam rumah tangga dapat menghancurkan cinta dan pernikahan yang dinyatakan baik diantara dua individu. Perceraian dipandang sebagai solusi 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 positif untuk menghindari konflik yang destruktif seperti permasalahan, perselisihan, dan pertikaian yang terjadi diantara suami dan istri. Angka perceraian yang tinggi secara tidak langsung menyiratkan banyaknya anak yang menjadi korban perceraian orangtua. Perceraian umumnya dapat diterima oleh orangtua namun tidak demikian pada anak. Orangtua sudah mengalami proses hingga mengambil keputusan bercerai sebagai keputusan yang matang. Sedangkan kebanyakan anak hanya dapat menerima keputusan akhir orangtua tanpa ada bayangan kondisi keluarga berpisah sebelumnya. Hal ini didukung oleh Bintang (2008) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa perceraian orang tua akan membawa pengaruh langsung bagi anak yang tiba-tiba saja harus menerima keputusan yang telah dibuat orangtua tanpa ada bayangan bahwa hidup mereka akan berubah. Dengan demikian perceraian orangtua akan menyisakan pengalaman tidak menyenangkan dan traumatis pada anak. Garrison (2010) dalam penelitiannya menambahkan bahwa terjadinya perceraian dalam pernikahan menimbulkan dampak terhadap suami, istri, dan anak. Dampak perceraian tersebut tidak hanya berlangsung beberapa saat setelah perceraian berakhir, bahkan dapat memberikan dampak jangka panjang serta akan mempengaruhi perkembangan anak hingga masa dewasa. Masa dewasa awal adalah permulaan dari tahap baru dalam kehidupan manusia. Masa ini merupakan tanda bahwa individu sudah dapat mengambil bagian dalam tujuan hidup yang telah dipilih dan menemukan kedudukan dirinya dalam kehidupan (Turner & Helms, 2001). Masa dewasa diawali PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang melibatkan eksperimentasi dan eksplorasi yang disebut sebagai emerging adulthood (Amett dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Masa dewasa awal juga merupakan masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, dan terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya (Santrock, 2002). Seperti pada tahap-tahap kehidupan sebelumnya, individu pada masa dewasa awal juga akan dihadapkan pada sekumpulan tugas perkembangan. Jika tugas tersebut berhasil dijalankan maka akan menimbulkan rasa bahagia dan memicu keberhasilan pada tugas-tugas selanjutnya, namun jika tugas tersebut gagal maka akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya (Havighurst dalam Hurlock, 1980). Hurlock (1980) menambahkan bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal dititikberatkan pada aspek karier dan membina sebuah hubungan sosial yang lebih berarti. Pada aspek karier, individu diharapkan dapat meniti sebuah pekerjaan yang dapat mendukung gaya hidupnya. Sedangkan pada aspek hubungan sosial, individu diharapkan mampu membangun sebuah keintiman dengan lawan jenis agar kelak dapat memilih pasangan hidup dan membangun rumah tangga. Robert J. Sternberg dalam triangular theory of love (teori segitiga cinta) mengartikan cinta sebagai segitiga yang memiliki tiga komponen, yaitu keintiman, gairah, dan komitmen (Sternberg & Barnes, 1988). Keintiman merupakan perasaan dalam suatu hubungan yang meningkatkan kedekatan, keterikatan, dan ketertarikan. Keintiman mendorong individu untuk selalu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Gairah merupakan ekspresi hasrat dan kebutuhan seksual yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik. Komitmen merupakan ketetapan seseorang untuk bertahan bersama sesuatu atau seseorang sampai akhir. Keintiman dan komitmen relatif stabil dalam hubungan dekat, sementara gairah cenderung tidak stabil. Dalam hubungan romantis jangka pendek gairah lebih berperan, sedangkan dalam hubungan romantis jangka panjang keintiman dan komitmen memainkan peranan yang lebih besar. Namun pada individu dewasa awal hambatan yang dominan muncul adalah keintiman, hal ini terjadi karena individu lebih banyak mengalami kesulitan dalam membentuk kedekatan emosional. Penelitian Cherlin, Chase-Lansdale, & McRae (dalam Sager, 2009) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan masalah-masalah emosional yang berhubungan dengan perceraian ketika anak mencapai usia dewasa awal. Dampak perceraian tersebut semakin tampak ketika mulai menjalin keintiman pada masa dewasa awal. Hal tersebut didukung oleh Franklin, dkk (dalam Sager, 2009) yang menyatakan bahwa terlepas dari berapa pun usia anak saat orangtua bercerai, dampak perceraian orangtua akan menonjol pada masa dewasa awal ketika anak mulai membangun hubungan romantis terhadap lawan jenisnya. Santrock (2002) mengemukakan bahwa hubungan pernikahan orangtua akan mempengaruhi individu dalam membentuk hubungan dengan lawan jenis, sehingga individu tidak mampu mengembangkan keintiman yang sesuai. Hurlock (1980) menambahkan bahwa hubungan antar anggota PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pola sikap dan perilaku individu dalam membina hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan keluarga termasuk ayah dan ibu merupakan lingkungan pertama seorang individu melakukan sosialisasi, tak terkecuali individu dengan orangtua bercerai. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nihayah, dkk (2013) menunjukkan bahwa religiusitas dan cinta memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Variabel keintiman, gairah, komitmen, keyakinan, pengalaman, ritual, pengetahuan, konsekuensi, dan usia pernikahan menjelaskan bervariasinya variabel kepuasan pernikahan sebesar 35,4%. Berdasarkan penelitian tersebut variabel yang dominan terhadap kepuasan pernikahan adalah variable keintiman. Penelitian Bruce, Flora, & Stacey (2004) menunjukkan perbedaan tingkat keintiman antara individu dengan orangtua bercerai dengan individu dengan orangtua tidak bercerai. Individu yang berasal dari keluarga utuh memiliki tingkat keintiman yang lebih tinggi dengan pasangannya daripada individu yang berasal dari keluarga bercerai. Hal ini disebabkan individu yang berasal dari keluarga yang bercerai memiliki tingkat ketakutan yang lebih tinggi untuk membangun hubungan intim dengan pasangannya daripada individu yang berasal dari keluarga yang utuh. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa individu dengan orangtua tidak bercerai atau berasal dari keluarga utuh memiliki tingkat keintiman yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan orangtua bercerai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 Keintiman digambarkan oleh Erikson (dalam Santrock, 2002) sebagai penemuan diri sendiri pada diri orang lain. Saat individu membentuk persahabatan yang sehat dan relasi yang akrab dengan orang lain maka keintiman akan dicapai, namun jika tidak maka akan terjadi isolasi. Ketidakmampuan untuk membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain dapat berbahaya bagi kepribadian individu. Hal itu mungkin menyebabkan seseorang menolak, mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap mereka membuat frustasi. Perkembangan sosio-emosional pada dewasa awal mencangkup mengenai bagaimana seseorang mulai mencintai lawan jenisnya dan memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya tersebut, kemudian biasanya akan melanjutkannya pada pernikahan yaitu keinginan untuk berkeluarga (Santrock, 2002). Kondisi ini mungkin akan berbeda jika dialami oleh dewasa awal dengan orangtua bercerai. Hal tersebut disebabkan individu memperhatikan pernikahan orangtua dan perikahan tersebut merupakan indikator bagi individu untuk meniru perilaku orangtua serta mengkaitkannya dengan pernikahannya kelak. Dalam hal ini perceraian orangtua cenderung meningkatkan keturunannya membentuk sifat dan orientasi antar individu yang dapat mengganggu keintiman di masa dewasa. Ramaiah (2003) mengemukakan bahwa pernikahan yang seharusnya menjadi hal yang dinantikan dapat menjadi kecemasan bagi perempuan yang berasal dari keluarga tidak harmonis. Kecemasan akan pernikahan tersebut terjadi karena adanya rasa tidak aman dari keluarga asal, perasaan-perasaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 yang ditekan selama masa anak-anak, dan tidak mendapat teladan mengenai pernikahan yang baik dari orangtua. Penelitian yang dilakukan oleh Heler & Wood (1998) menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda secara signifikan dalam merasakan keintiman dengan pasangannya. Hal ini karena perempuan merasakan tingkat keintiman yang lebih tinggi kepada pasangannya dibandingkan laki-laki. Amato (2012) dalam penelitiannya menambahkan bahwa perceraian yang dialami orangtua cenderung meningkatkan perceraian pada anak-anak mereka. Individu dengan orangtua bercerai cenderung memiliki pandangan yang kompleks terhadap pernikahan. Individu tersebut memperlihatkan kecemasan akan pernikahannya, ragu-ragu memutuskan untuk menikah atau tidak, serta menjadi lebih selektif dalam memilih pasangan. Hal ini dapat terjadi karena individu mengamati pernikahan orangtuanya, dan kondisi pernikahan tersebut dijadikan patokan oleh individu terhadap relasi dengan pasangannya. Berdasarkan uraian yang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perceraian memberikan dampak yang begitu besar terhadap keintiman dewasa awal baik dalam hubungan dengan lawan jenis maupun tahapan yang lebih serius yaitu pernikahan. Keintiman akan didapat jika individu memiliki kedekatan emosional terhadap pasangannya. Kedekatan emosional ini dapat tercapai jika hubungan antar individu terjalin dengan baik dimana individu mampu mengenali kebutuhan pasangan dan saling memahami satu sama lain. Dengan demikian hubungan yang baik dengan pasangan akan memicu kedekatan emosional PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 sehingga dapat meningkatkan keintiman. Hal tersebut kemudian dapat diawali dengan jalinan komunikasi yang baik dan efektif dengan pasangan. Menurut Lazarus ( dalam Prabaningsih, 1999) komunikasi merupakan salah satu hal yang memegang peranan dalam kehidupan manusia. Tingkatan yang paling penting dalam komunikasi adalah komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal yang diartikan sebagai relasi individual dengan orang lain dalam konteks sosialnya. Komunikasi interpersonal dirasa penting untuk dimiliki oleh pasangan dibandingkan bentuk-bentuk komunikasi lainnya karena komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan antara dua individu secara tatap muka yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku lawan komunikasi dengan umpan balik secara langsung. Dalam komunikasi interpersonal terdapat proses transaksi pesan yang bersifat dua arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak semata-mata tertuju pada pesan, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi. Menurut Berger (dalam Little John, 1989) komunikasi interpersonal juga ditandai dengan individu yang saling mengenal, sehingga dapat menimbulkan rasa kedekatan antara kedua pihak. DeVito (1997) menambahkan bahwa komunikasi interpersonal yang baik dan efektif ditandai dengan adanya keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan antara kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal dirasa penting dilakukan terhadap pasangan karena masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Tanpa adanya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 komunikasi interpersonal yang baik dan efektif antara pasangan dapat memicu terjadinya kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan munculnya sejumlah permasalahan bagi kedua belah pihak. Individu yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi akan kesulitan dan merasa cemas ketika harus melakukan komunikasi interpersonal, sehingga tidak mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Masalah kecemasan komunikasi interpersonal telah diteliti oleh Mariani (1991) yang menemukan bahwa 8% dari 189 mahasiswa mengalami kecemasan akan komunikasi interpersonal. Untuk mengatasi kecemasan yang menjadi hambatan dalam komunikasi interpersonal Markman (dalam Kanfer dan Goldstein, 1997) melakukan teknik modifikasi perilaku-kognitif yang menunjukkan bahwa teknik tersebut efektif mengatasi kecemasan komunikasi interpersonal. Penelitian Dewi & Sudhana (2013) mengungkapkan ada hubungan yang kuat antara variabel komunikasi interpersonal dan variabel keharmonisan pernikahan. Hasil analisis data tersebut menunjukkan korelasi anatara kedua variabel dengan nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,649, menunjukkan bahwa adanya hubungan yang searah yaitu bernilai positif. Dimana semakin tinggi skor komunikasi interpersonal maka akan mengakibatkan semakin tinggi pula skor pada keharmonisan pernikahan. Penelitian lain mengenai komunikasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Emmers-Sommers (2004) yang menunjukkan bahwa kualitas komunikasi menjadi indikator yang lebih baik daripada kuantitas komunikasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 untuk sebuah keintiman dalam hubungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas komunikasi dirasa sangat penting dalam menjalankan keintiman dalam sebuah hubungan dengan lawan jenis bahkan hingga jenjang pernikahan. Namun penelitian tersebut tidak secara spesifik dialami oleh dewasa awal dengan orangtua bercerai. Penelitian yang dilakukan oleh Yudistriana, Basuki, & Harsanti (2010) mengungkapkan bahwa terdapat faktor adanya keterbukaan kepada pasangan yang dapat mempengaruhi keintiman pada pria dewasa awal. Keterbukaan sendiri merupakan salah satu aspek penting komunikasi interpersonal. Peneliti tertarik untuk menemukan hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan, khususnya pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Mengingat adanya hambatan mengenai keintiman yang dialami dewasa awal dengan orangtua bercerai karena orangtua tidak memberikan gambaran mengenai hubungan terhadap lawan jenis pada individu. Selain itu minimnya penelitian mengenai komunikasi interpersonal pada dewasa awal yang memiliki hambatan terhadap keintiman menjadi langkah awal bagi peneliti untuk mencari jawaban mengenai hubungan kedua variabel tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi tingkat keintiman pasangan pada dewasa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 awal dengan orangtua bercerai, mengingat adanya hambatan dalam membangun keintiman tersebut?”. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat memperkaya wawasan dan pemahaman mengenai komunikasi interpersonal dan kaitannya dengan keintiman serta dapat memperkaya referensi ilmiah dalam bidang psikologi khususnya psikologi keluarga dan perkembangan. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah serupa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi orangtua, penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan dampak dari perceraian bagi kehidupan anak-anak mereka, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 terutama dalam membina keintiman terhadap lawan jenis pada masa dewasa awal. b. Bagi dewasa awal, khususnya dewasa awal dengan orangtua bercerai, dapat memberikan informasi mengenai keintiman terhadap pasangan dan komunikasi interpersonal serta dapat memanfaatkan informasi tersebut sebagai pertimbangan terhadap segala tindakan yang akan diambil selanjutnya sehingga dapat mencoba menanggulangi masalah yang mungkin tampak mengenai hal tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson dalam Kroger, 2001 (dalam Amalia, 2013) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan saling percaya, terbuka dan saling berbagi dalam suatu hubungan. Menurut Erikson (dalam Marcia, dkk. 1993) individu yang memiliki kemampuan keintiman akan mampu berkomitmen pada pilihan yang telah diambilnya walaupun untuk mempertahankannya membutuhkan pengorbanan dan banyak perundingan. Olforsky (dalam Marcia, dkk., 1993) mendefinisikan kemampuan keintiman sebagai kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang intim atau akrab, yang biasanya terlihat dalam bentuk kedekatan, penghargaan terhadap individualitas, keterbukaan, komunikasi, tanggungjawab, hubungan timbal balik, komitmen dan seksualitas. Seksualitas disini tidak mengacu pada hubungan seks, tetapi lebih kepada kepuasan yang dirasakan individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Levinger (dalam Masters, Johnson, & Kolodny, 1992) mendefinisikan keintiman sebagai sebuah proses dimana dua orang saling memberi perhatian sebebas mungkin dalam pertukaran perasaan, pikiran dan tindakan. Keintiman secara umum ditandai oleh perasaan penerimaan, 13 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 kedekatan, komitmen dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Keintiman menunjukkan bukti bahwa individu terhubung dan dekat dengan orang yang dicintainya. Santrock (2002) mendefinisikan keintiman sebagai perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam hubungan. Melengkapi pernyataaan tersebut Baron & Byrne (2004) juga menyebutkan bahwa keintiman merupakan kedekatan yang didasarkan pada dua orang dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Keintiman merupakan tahap perkembangan psikososial keenam dari delapan tahap yang diajukan oleh Erikson. Pada tahap perkembangan ini, terdapat kutub bipolar yaitu keintiman versus isolation. Keberhasilan pada tahap tugas perkembangan ini adalah terbentuknya orientasi pada keintiman. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian keintiman adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalin hubungan yang dekat atau akrab dengan orang lain dengan menunjukkan perasaan saling percaya, saling berbagi (keterbukaan diri), adanya hubungan timbal balik dan terbentuknya komitmen dalam suatu hubungan. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keintiman Keintiman tidak terjadi begitu saja, akan tetapi terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat terbentuknya keintiman. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 Beberapa faktor yang dapat menghalangi terjalinnya keintiman (Cox, 1984) adalah : a. Pengalaman masa lalu Adanya peristiwa yang bagi sebagian orang merupakan peristiwa traumatis, seperti meninggalnya orang tua, perceraian dan sebagainya. Akibatnya, orang-orang yang demikian dapat menghindar untuk berhubungan secara dekat dengan orang lain untuk mencintai orang lain. Ketakutan ini dapat menghalangi terjalinnya keintiman. b. Kecemasan akan identitas diri Seseorang yang memiliki identitas diri yang belum mantap, belum mengetahui siapa dirinya sebenarnya, mengenai pilihan-pilihan yang akan diambilnya. Hal ini akan menyulitkan seseorang untuk menjalin keintiman dengan orang lain. c. Ketakutan akan terungkapnya kelemahan Ada orang yang menghindar menjalin hubungan dekat dengan orang lain karena merasa takut kelemahan-kelemahan dan kesalahankesalahan mereka akan terungkap. d. Membawa kekesalan atau dendam masa lalu ke masa kini. Mengungkapkan kembali peristiwa di masa lalu yang kurang berkenan, atau harapan-harapan di masa lalu yang tidak tercapai merupakan halhal yang dapat menghalangi terjalinnya keintiman. e. Konflik masa kecil yang tidak terselesaikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 Konflik yang sering menimbulkan perasaan kompetitif, bersaing, iri dan sebagainya sehingga dapat mengganggu terjalinnya keintiman dengan baik. f. Ketakutan akan mengungkapkan perasaan negatif Ada orang yang mengalami ketakutan untuk mengungkapkan perasaan negatif seperti amarah, dendam, permusuhan dan sebagainya karena mereka merasa takut akan ditolak atau memperoleh penilaian yang kurang baik. Dalam hal ini komunikasi interpersonal yang terjalin menjadi tidak efektif. g. Harapan-harapan terhadap peran suami istri Pasangan yang menikah belum tentu memiliki pandangan yang sama tentang peran suami istri sehingga akan menimbulkan konflik yang dapat menghalangi terjalinnya keintiman. h. Pandangan tentang seks Mereka yang sejak kecil mendapatkan penjelasan yang negatif tentang seks, dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap seks ketika mereka telah menikah. Sedangkan dalam pernikahan, seks merupakan hal yang penting karena merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengurangi ketegangan dan menjalin keintiman. 3. Aspek-aspek Keintiman Aspek-aspek keintiman menurut Turner & Helms (2001) antara lain adalah: a. Emosi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 Berkaitan dengan kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi perasaan dengan pasangan. Individu dapat berbagi emosi positif seperti kebahagiaan, suka cita, kegembiraan, dan sebagainya. Adapun emosi negatif yang biasa dibagi yaitu perasaan marah, kesepian, penat, kesedihan, dan sebagainya. b. Psikologis Keintiman psikologis meliputi keinginan untuk berbagi, impian, fantasi, aspirasi, dan rencana untuk masa depan, selain itu juga berbagi rasa takut, perhatian, perasaan ragu-ragu, ketidaknyamanan, masalah, dan konflik kepada pasangan. c. Intelektual Kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi gagasan penting, pikiran, dan kepercayaan dari salah satu pasangan seperti keuangan dan rencana masa depan. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan aspek tersebut adalah adanya timbal balik akan kepercayaan dan rasa hormat. d. Fisik non seksual Keperluan menyampaikan akan kedekatan fisik pada pasangan. Keintiman seksual dapat melalui sentuhan sederhana atau mungkin kontak fisik, seperti pelukan. Keintiman fisik meliputi sentuhan, memegang tangan, memeluk, mencium, bahkan menari dengan pasangan. e. Spiritual PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 Keperluan berbagi dengan seseorang yaitu merasakan kepercayaan, dan pengalaman dengan seorang pasangan yang berhubungan dengan agama, keberadaan rohani, hal-hal yang gaib, nilai-nilai moral, dan hubungan seseorang dengan yang Maha Kuasa. f. Sosial dan rekreasi Berkenaan dengan rekreasi yaitu pentingnya terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan bersama pasangan. g. Temporal Berkenaan dengan waktu atau lamanya individu menghabiskan waktu dengan pasangannya. Baik itu hanya beberapa menit bahkan berjamjam lamanya. 4. Manfaat Keintiman Menurut Cox (1984), manfaat keintiman dalam suatu hubungan antara lain: a. Kepuasan emosional Kepuasan emosional meliputi perasaan, seperti merasa dihargai dan berguna. Kepuasan emosi juga terjadi saat ada proses pemberian dan penerimaan afeksi timbal balik. b. Mengatasi krisis-krisis Ketika individu mengalami krisis, maka ia akan menceritakan krisis tersebut kepada pasangannya, begitu pula sebaliknya. Individu akan berupaya untuk membantu pasangan untuk menghadapi krisis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 yang dialaminya, baik dengan memberikan dukungan, nasehat, dan sebagainya. c. Dukungan agar dapat tumbuh dan berkembang Bila salah satu pihak ingin berubah dalam arah yang positif maka menjalin keintiman merupakan salah satu cara untuk menunjukkan dukungan. d. Belajar mengenali diri sendiri (self knowledge) Pasangan akan lebih mengenali diri masing-masing setelah ada pengungkapan diri. Dengan demikian individu dapat saling mengenali pasangannya serta masalah-masalah yang dihadapi. e. Belajar untuk mendengar aktif Individu dapat belajar mendengarkan secara aktif ketika pasangannya berbicara. Pada saat berbicara, seseorang tidak hanya mendengarkan kata-kata verbal yang diucapkan pasangannya, tetapi juga menangkap bahasa non-verbal pasangan seperti gerakan tubuh dan simbol-simbol lainnya untuk memahami perasaan pasangan. f. Pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan Individu dan pasangannya akan merasakan kegembiraan karena kedekatan yang terjalin. Proses yang terjadi dalam hubungan tersebut akan menghasilkan pengalaman yang menyenangkan dan mengesakan bagi keduanya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 B. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang artinya memberitahukan dan berasal dari bahasa Inggris communication yang artinya proses pertukaran informasi, konsep, ide, gagasan, perasaan, dan lain-lain antara dua orang atau lebih. Komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu (Suranto, 2010). Menurut Devito (2011), komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (Soyomukti, 2010). Gitosudarmo dan Mulyono (dalam Suranto, 2010) memaparkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan nonverbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar-individu di dalam kelompok kecil. Dalam pengertian ini tidak diberikan batasan mengenai kelompok kecil dalam jumlah yang ditentukan. Selanjutnya, Mulyana (2005) menyebutkan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi berarti komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Ia menjelaskan bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 adalah komunikasi yang hanya melibatkan dua orang. Komunikasi demikian menunjukkan pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun nonverbal secara simultan dan spontan (Mulyana, 2005). Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi verbal dan nonverbal antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara langsung (tatap muka) disertai respon yang dapat segera diketahui (instant feedback). 2. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Aspek-aspek komunikasi interpersonal menurut DeVito (2011), antara lain adalah : a. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Tiga aspek tersebut antara lain : 1) Komunikator interpersonal harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Dimana terdapat kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan asalkan patut untuk diungkapkan, seperti pendapat, pikiran, dan gagasan. 2) Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Memperlihatkan keterbukaan dengan bereaksi spontan terhadap orang lain. Memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang mengenai segala sesuatu yang dikatakannya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 3) Perasaan dan pemikiran yang dilontarkan adalah milik pribadi. Mempertanggungjawabkan perasaan dan pemikiran yang diucapkan. Cara terbaik untuk menyatakan tanggungjawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata “saya” (kata ganti orang pertama tunggal). b. Empati Empati merupakan kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. Individu yang memiliki empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. c. Perilaku Suportif Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif jika dalam diri seseorang terdapat perilaku suportif. Individu memperlihatkan sikap tersebut dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisionalisme bukan sangat yakin. Deskriptif dimana lebih banyak meminta informasi atau deskripsi mengenai sesuatu hal. Dalam situasi ini biasanya orang tidak akan merasa dihina atau ditantang, melainkan diberi dukungan. Sedangkan evaluatif cenderung memberi penilaian tertentu. Spontanitas mengacu pada keterbukaan dan terus terang mengenai apa yang dipikirkan dan biasanya akan mendapatkan feedback yang serupa, yaitu terbuka dan terus terang. Sedangkan strategik mengarah pada perasaan yang disembunyikan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 Provisionalisme dimana terdapat kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain. Sedangkan sikap sangat yakin merupakan sikap tertutup dan tidak bisa diganggu gugat. d. Sikap Positif Individu harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. e. Kesetaraan Dalam setiap situasi, barangkali ada ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih kaya, lebih pandai, lebih tampan atau cantik, dan sebagainya. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika memiliki suasana setara. Harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan tidak mengaharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain atau memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain. 3. Komponen - komponen Komunikasi Interpersonal Berikut ini merupakan komponen-komponen yang berperan komunikasi interpersonal (Suranto, 2010): dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 a) Komunikator, yaitu orang yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan. b) Encoding, yaitu tindakan komunikator memformulasikan isi pikiran ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya. c) Pesan, merupakan hasil encoding berupa informasi, gagasan, ide, simbol, atau stimuli yang dapat berupa pesan verbal maupun nonverbal. d) Saluran/Media, yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan yang dapat berupa media cetak, audio, maupun audiovisual. e) Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan, menganalisis, dan menafsirkan pesan tersebut sehingga memahami maknanya. f) Decoding, merupakan proses memberi makna dari pesan yang diterima. g) Umpan Balik, merupakan respon/tanggapan/reaksi yang timbul dari komunikan setelah mendapat pesan. h) Gangguan, merupakan komponen yang mendistorsi (menyebabkan penyimpangan/kekeliruan) pesan. Gangguan dapat bersifat teknis maupun semantis. i) Konteks Komunikasi, konteks dimana komunikasi itu berlangsung yang meliputi konteks ruang, waktu, dan nilai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 C. Perceraian Orangtua 1. Perceraian Perceraian ialah berakhirnya hubungan sepasang suami istri secara sah sebelum kematian salah satu pasangan. Saat suami istri sudah tidak dapat melanjutkan kehidupan pernikahannya, kedua belah pihak bisa meminta pemerintah untuk memisahkan keduanya melalui keputusan yang sah atau legal dari pengadilan agama. Perceraian merupakan alasan terakhir yang diambil pasangan suami istri jika tidak tersedia lagi jalan lain yang lebih bermanfaat dari mempertahankan rumah tangga yang telah dibangun. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2005) cerai atau pisah adalah putus perhubungan sebagai suami dan istri selagi mereka masih hidup. Sedangkan bercerai atau berpisah adalah tidak bercampur atau tidak berhungan atau tidak bersatu. Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa orangtua bercerai merupakan kondisi dimana suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari solusi dalam memecahkan masalah sehingga memutuskan untuk berpisah. 2. Dampak Perceraian Perceraian seringkali berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang terlibat termasuk anak-anak (Tasmin & R. S. Martina, 2002). Perceraian juga dapat menimbulkan stress dan trauma untuk membina hubungan baru dengan lawan jenis. Pada umumnya orangtua yang bercerai akan lebih siap menghadapi perceraian tersebut dibandingkan anak-anak mereka. Hal PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 tersebut karena sebelum bercerai mereka sudah melakaukan proses berpikir dan pertimbangan yang panjang, sehingga sudah ada suatu persiapan baik fisik maupun mental. Namun tidak demikian dengan anak, mereka tiba-tiba saja harus menerima keputusan yang telah dibuat oleh orangtuanya, tanpa ada banyangan dan pemikiran bahwa kehidupan keluarganya akan berubah. Hal-hal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orangtuanya bercerai adalah merasa tidak aman (insecurity), tidak diinginkan atau ditolak oleh orangtuanya, perasaan sedih, kesepian, marah, kehilangan, serta merasa bersalah sebagai penyebab perceraian. Perasaan-perasaan tersebut dapat dimanifestasi dalam bentuk perilaku seperti suka mengamuk, menjadi kasar, dan tindakan agresif lainnya, menjadi pendiam, tidak ceria, tidak suka bergaul, sulit berkonsentrasi dan tidak minat pada tugas sekolah. Perceraian orangtua akan menyisakan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan dan traumatis terhadap anak. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut antara lain kehilangan salah satu figur orangtua dan keluarga harmonis, kehilangan kasih sayang dan perhatian orangtua, menimbulkan tekanan emosional, serta cela sosial. Setelah bertahun-tahun terjadinya perceraian, anak akan mampu beradaptasi dengan baik dan tidak mengalami kesulitan ketika meneruskan kehidupannya ke masa perkembangan selanjutnya. Tetapi bagi anak yang bermasalah dalam beradaptasi maka ia aka membawa hingga dewasa perasaan ditolak, tidak dihargai, dan tidak dicintai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 D. Dewasa Awal 1. Pengertian dan Batasan Usia Dewasa Awal Masa dewasa awal merupakan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Dewasa dalam bahasa Belanda adalah volwassen, vol artinya penuh dan wassen artinya tumbuh, sehingga pengertian volwassen adalah sudah bertumbuh dengan penuh. Menurut Monks & Knoers (1984), pertumubuhan anak berakhir antara kurang lebih usia 16 tahun pada perempuan dan 18 tahun pada laki-laki, tetapi pada umumnya orang tidak terbiasa memandang umur 16 dan 18 tahun sebagai sudah dewasa. Hurlock (1980) berpendapat bahwa masa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai dengan 40 tahun. Memperkuat argumen tersebut, Santrock (2002) juga menetapkan batasan usia dewasa awal adalah usia 18 tahun hingga 40 tahun. Pada usia dewasa, individu sudah dianggap tanggungjawab terhadap perbuatan-perbuatannya. Individu mempunyai tersebut mendapatkan hak-hak tertentu sebagai orang dewasa, misalnya memilih Dewan Perwakilan Rakyat, dapat nikah tanpa wali, dan sebagainya. Tanggungjawab terhadap perbuatannya tadi berarti pula bahwa individu tersebut sudah dapat dikenakan sangsi-sangsi pidana tertentu apabila melanggar hukum yang ada. Ditinjau dari segi ini maka arti kedewasaan disinipun mengandung arti yuridis dan sosiologis (Monks & Knoers, 1984). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal Setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada setiap tahap perkembangannya (Hurlock, 1980). Tugas-tugas perkembangan dewasa awal menurut Dariyo (2003), adalah : a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup Pada masa dewasa awal, individu semakin memiliki kematangan seksual sehingga siap untuk melakukan reproduksi, yaitu kemampuan untuk menghasilkan keturunan. Dengan demikian individu pada masa dewasa awal mulai berusaha untuk mencari pasangan hidup dan membentuk kehidupan rumah tangga. b. Membina kehidupan rumah tangga Individu dewasa awal akan berusaha untuk membuktikan bahwa dirinya sudah mandiri secara ekonomi dan tidak bergantung pada orangtua. Perilaku tersebut merupakan modal awal individu sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga. Individu dewasa awal dituntut untuk dapat membentuk, membina dan mengembangkan kehidupan rumah tangga sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Oleh karena itu, individu pada masa dewasa awal harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup mereka. c. Meniti karier untuk memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga Individu dewasa awal biasanya telah menyelesaikan pendidikannya dan memasuki dunia kerja untuk menerapkan ilmu dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 keahliannya. Mereka berusaha untuk menekuni karier yang sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Masa dewasa awal adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Mereka akan sangat bersemangat dan penuh idealisme. Oleh karenanya, mereka akan berkerja keras dan bersaing dengan teman sebaya untuk mewujudkan prestasi kerja. Individu dewasa awal akan berusaha untuk mencapai prestasi kerja yang terbaik sehingga mampu untuk memberi kehidupan yang makmur dan sejahtera bagi keluarganya. d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab Individu dewasa awal wajib untuk memenuhi seluruh persyaratan yang terdapat di dalam undang-undang. Perkembangan sosio-emosional pada dewasa awal mencangkup mengenai bagaimana seseorang mulai mencintai lawan jenisnya dan memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya tersebut, kemudian biasanya akan melanjutkannya pada pernikahan yaitu keinginan untuk berkeluarga. Seseorang yang memasuki masa dewasa awal mulai menyeleksi secara emosional apa yang akan dibawa dari keluarga asal, apa yang akan ditinggalkan, dan apa yang hendak diciptakan bagi dirinya (Santrock, 2002). Menurut Gunarsa (2002), ketika orang menjadi dewasa, orang tersebut akan memilih pasangan yang merupakan kerinduan universal untuk mencintai dan dicintai, merasa dibutuhkan dan akhirnya sampai ke pernikahan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Hazan & Shaver (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa pada dewasa awal, masing-masing orang mulai menjalin relasi dengan lawan jenisnya dan masing-masing pasangan telah menginternalisasi hubungan dengan orangtua, hubungan yang mungkin hangat dan penuh perasaan atau dingin dan longgar. Pengalaman tersebut terus dibawa dan mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Sebagai contoh, seorang dewasa yang secara aman dekat dengan orangtuanya sebagai seorang anak akan mencari hubungan emosional yang lekat secara aman daripada seorang dewasa yang lekat secara tidak aman. Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencangkup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggungjawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa salah satu tugas perkembangan pada dewasa awal adalah mulai mencintai dan memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya sebagai kerinduan universal untuk mencintai, dicintai, dibutuhkan, serta memilih seseorang teman hidup dan belajar hidup bersama dengan suami/istri membentuk suatu keluarga melalui pernikahan. Masing-masing pasangan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 biasanya menginternalisasi hubungan dengan orangtua dan hal ini akan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain termasuk pasangannya. E. Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai Keintiman menurut Erikson (dalam Kroger, 2001) mengacu pada perasaan saling percaya, terbuka, dan saling berbagi dalam suatu hubungan Keintiman merupakan proses dimana seseorang mengkomunikasikan perasaanperasaan dan informasi yang penting mengenai dirinya kepada orang lain melalui sebuah proses keterbukaan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal menurut Hurlock (1980) adalah membangun keintiman dengan lawan jenis. Keintiman tersebut dibangun agar dapat mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup dan membangun rumah tangga. Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa individu dengan orangtua bercerai memiliki masalah terhadap keintiman dengan lawan jenis. Terlepas dari berapa pun usia anak saat orangtua bercerai, dampak perceraian orangtua akan semakin tampak ketika individu pada masa dewasa awal mulai membangun hubungan romantis terhadap lawan jenisnya (Franklin, dkk dalam Sager, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Bruce, Flora, dan Stacey (2004) menunujukkan bahwa individu yang berasal dari keluarga yang utuh memiliki tingkat keintiman yang lebih tinggi dengan pasangannya daripada individu yang berasal dari keluaraga bercerai. Hal tersebut dapat terjadi karena individu dengan orangtua bercerai memiliki tingkat ketakutan untuk membina hubungan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 intim yang lebih tinggi dibandingkan individu dari keluarga utuh atau orangtua tidak bercerai. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ada perbedaan keintiman pada individu dengan orangtua bercerai dan tidak bercerai. Dimana individu dengan orangtua bercerai tidak dapat mengembangkan keintiman layaknya individu dewasa awal pada umumnya. Dampak perceraian orangtua terhadap dewasa awal pada akhirnya menimbulkan kecemasan, ketakutan, perasaan ragu-ragu untuk menikah atau tidak menikah, selektif dalam memilih pasangan, serta keengganan untuk memiliki hubungan dengan lawan jenis. Hal ini terjadi karena individu dengan orangtua bercerai tidak memiliki gambaran mengenai hubungan dengan lawan jenis, mengingat kondisi orangtua yang tidak hidup bersama. Dampak tersebut akhirnya menghambat dewasa awal untuk menyelesaikan tugas perkembangannya, yakni keintiman. Keintiman individu dengan orangtua bercerai terhadap pasangannya memiliki tingkat yang rendah dibandingkan individu dewasa awal lainnya, oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah membangun komunikasi interpersonal yang efektif terhadap pasangan. Dalam membangun hubungan yang intim terhadap pasangan diperlukan adanya komunikasi interpersonal agar hubungan dapat terbina dengan baik. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan antara dua individu secara tatap muka yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku lawan komunikasi dengan umpan balik secara langsung. Dalam komunikasi interpersonal terdapat proses transaksi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 pesan yang bersifat dua arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak sematamata tertuju pada pesan, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi. Komunikasi interpersonal penting dilakukan terhadap pasangan agar masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Tanpa adanya komunikasi interpersonal yang baik dan efektif antara pasangan dapat memicu terjadinya kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan munculnya sejumlah permasalahan bagi kedua belah pihak. Komunikasi dibutuhkan untuk menumbuhkan dan memelihara cinta, selain itu juga dibutuhkan untuk mengurangi prasangka, menyelesaikan masalah, mengungkapkan keinginan dan harapan sehingga dapat menimbulkan rasa pengertian dan kepuasan pada masing-masing individu (Astuti, 2003). DeVito (1997) menambahkan bahwa komunikasi interpersonal yang baik dan efektif ditandai dengan adanya keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan antara kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal dirasa penting dilakukan terhadap pasangan karena masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Jika komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan baik maka sebuah hubungan yang sudah terjalin akan menjadi renggang bahkan dapat menyebabkan hubungan tersebut berakhir. Individu yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi akan merasa sulit dan merasa cemas ketika harus melakukan komunikasi interpersonal, sehingga tidak mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Melalui PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 komunikasi interpersonal individu yang sedang membangun hubungan berpacaran akan semakin mengenal dan akrab dengan pasangannya, oleh sebab itu tingkat keintiman yang dimiliki akan semakin meningkat. Komunikasi interpersonal ini mengambil peranan penting bagi individu untuk menyampaikan perasaan-perasaan yang dimilikinya, keinginan untuk berbagi harapan maupun gagasan, keterlibatan dalam aktivitas yang berarti bagi bersama, dan menghabiskan waktu bersama pasangan. Dengan demikian keintiman akan meningkat dengan sendirinya. Keintiman yang meningkat kemudian akan meminimalisir perasaan kecemasan, ragu-ragu, dan ketakutan individu dengan orangtua bercerai untuk menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenisnya. Pada akhirnya komunikasi interpersonal yang efektif mampu memberikan pengaruh terhadap keintiman individu yang memiliki orangtua bercerai agar dapat membangun hubungan yang lebih baik dibandingkan apa yang telah dilakukan oleh orangtua mereka. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 F. Skema Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Keintiman terhadap Pasangan pada Dewasa Awal dengan Orangtua Bercerai Perceraian Orangtua Individu tidak memiliki gambaran mengenai hubungan dengan lawan jenis. Individu dewasa awal Tugas perkembangan dewasa awal adalah membangun keintiman dengan lawan jenis Individu mengalami kecemasan, ketakutan, perasaan ragu-ragu untuk menikah atau tidak menikah, selektif dalam memilih pasangan, Komunikasi interpersonal terjalin tidak baik dan efektif Memicu kesalahpahaman dan berbagai permasalahan yang dapat membuat hubungan menjadi renggang hingga berakhir Tingkat Keintiman rendah Adanya penyampaian perasaan, berbagai pengalaman, dan bantuan saat mengahadapi krisis-krisis kepada pasangan Komunikasi interpersonal terjalin baik dan efektif memelihara cinta, mengurangi prasangka, menyelesaikan masalah, menimbulkan rasa pengertian dan kepuasan pada masing-masing individu Tingkat Keintiman meningkat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 G. Hipotesis Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada masa dewasa awal dengan orangtua bercerai. Semakin efektif atau tinggi tingkat komunikasi interpersonal, maka semakin tinggi pula tingkat keintiman pada pasangan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat komunikasi interpersonal, semakin rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2000). B. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian perlu dilakukan untuk membantu penetapan rancangan penelitian. Pada penelitian ini terdapat satu variabel tergantung dan satu variabel bebas, yaitu : 1. Variabel bebas : Komunikasi Interpersonal 2. Variabel tergantung : Keintiman terhadap Pasangan C. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi verbal dan nonverbal antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara langsung (tatap muka) disertai respon yang dapat segera diketahui (instant feedback). 37 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Komunikasi interpersonal diungkap dengan menggunakan 38 skala komunikasi interpersonal dengan aspek keterbukaan, empati, perilaku suportif, sikap positif, dan kesetaraan. Semakin besar skor yang didapat maka komunikasi interpersonal yang terjalin efektif atau tinggi, begitu pula sebaliknya. 2. Keintiman terhadap Pasangan Keintiman adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalin hubungan yang dekat atau akrab dengan orang lain dengan menunjukkan perasaan saling percaya, saling berbagi (keterbukaan diri), adanya hubungan timbal balik dan terbentuknya komitmen dalam suatu hubungan. Keintiman tersebut diungkap dengan menggunakan skala keintiman dengan aspek emosi, psikologis, intelektual, fisik non seksual, spiritual, sosial dan reaksional, serta temporal. Semakin besar skor yang didapat maka tingkat keintiman semakin tinggi, dan begitu pula sebaliknya. D. Subjek Penelitian Peneliti memilih subjek penelitian berdasarkan teknik purpose sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan strata, random, atau daerah, melainkan didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2002). Peneliti memilih subjek penelitian berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu berdasarkan kesesuaian konteks teoritis terhadap hubungan komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 orangtua bercerai.. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dipilih memiliki kriteria sebagai berikut : a. Dewasa awal baik pria maupun wanita dengan rentang usia 18 tahun sampai dengan 40 tahun. Namun peneliti mencari subjek dengan usia minimal 20 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut baik pria ataupun wanita sedang menjalin hubungan serius dengan pasangannya bahkan memiliki keinginan untuk melanjutkannya ke jenjang pernikahan. b. Belum menikah namun memiliki pasangan dan sedang menjalin hubungan berpacaran lebih dari satu tahun, karena hubungan di bawah satu tahun atau hanya beberapa bulan tidak dapat memastikan tingkat keintiman. c. Berasal dari keluarga dengan orangtua bercerai, karena berdasarkan penelitian dewasa awal dengan orangtua bercerai memiliki permasalahan dalam keintiman dan tingkat keintiman tersebut lebih rendah dibandingkan dengan dewasa awal dari keluarga tidak bercerai/utuh. E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan skala. Skala dalam ilmu psikologi biasanya digunakan sebagai alat ukur. Data yang diungkap dalam suatu skala psikologi berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan suatu aspek kepribadian individu (Azwar, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini disusun PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 untuk mengungkapkan hubungan komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Peneliti memilih penggunaan skala sebagai metode penelitian sebagai pertimbangan atas pelaksanaannya yang mudah, praktis, efektif, dan efisien. Skala yang telah disusun kemudian dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum digunakan pada penelitian yang sebenarnya. Data dari hasil uji coba akan dianalisa secara statistik untuk menentukan validitas dan reliabilitas alat ukur. Item-item skala yang telah memenuhi kualifikasi validitas dan reliabilitas inilah yang akan digunakan dalam penelitian, dengan asumsi bahwa alat ukur tersebut dapat secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkap serta ajeg dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan dua jenis skala yaitu skala keintiman terhadap pasangan dan skala komunikasi interpersonal. Kedua skala ini disusun dengan dua jenis item. Item yang searah dengan pernyataan atau favorable dan item yang tidak searah dengan pernyataan atau unfavorable. 1. Skala Komunikasi Interpersonal Skala komunikasi interpersonal memiliki lima aspek, yaitu : a. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Tiga aspek tersebut antara lain : 1) Komunikator interpersonal harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 2) Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. 3) Mempertanggungjawabkan perasaan dan pemikiran yang diucapkan. b. Empati Kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. Individu yang memiliki empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. c. Perilaku Suportif Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif jika dalam diri seseorang terdapat perilaku suportif. Individu memperlihatkan sikap tersebut dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisionalisme bukan sangat yakin. d. Sikap Positif Individu harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. e. Kesetaraan Dalam setiap situasi, barangkali ada ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih kaya, lebih pandai, lebih tampan atau cantik, dan sebagainya. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 interpersonal akan lebih efektif jika memiliki suasana setara. Harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak samasama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan tidak mengaharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain atau memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain. Penyajian skala komunikasi interpersonal memiliki empat alternatif pilihan jawaban dengan item-item favorable dan unfavorable, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sistem penilaian skala komunikasi interpersonal ini menggunakan penskalaan model Likert (Method of Summated Rating) dengan jenjang penilaian satu sampai empat untuk setiap jawaban. Pada pernyataan yang bersifat favorable memiliki skor empat untuk jawaban (SS), skor tiga untuk jawaban (S), skor dua untuk jawaban (TS), dan skor satu untuk jawaban (STS). Sedangkan pada pernyataan yang bersifat unfavorable memiliki skor satu untuk jawaban (SS), skor dua untuk jawaban (S), skor tiga untuk jawaban (TS), dan skor empat untuk jawaban (STS). Empat alternatif pilihan jawaban dalam skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala dengan lima alternatif jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Alternatif pilihan jawaban Netral (N) menimbulkan kecendrungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecendrungan arah jawabannya. Selain itu tujuan dari penyajian empat alternatif pilihan jawaban dengan menghilangkan pilihan netral adalah untuk melihat kecendrungan arah responden menjawab setuju atau tidak setuju. Tabel 3.1. Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal Sebelum Uji Coba ITEM ASPEK JUMLAH PERSENTASE Favorable Unfavorable Keterbukaan 6, 10, 13, 18, 33 20, 26, 30, 36, 43 10 20% Empati 3, 5, 11, 24, 40 8, 14, 23, 37, 49 10 20% Perilaku Suportif 7, 15, 21, 27, 29 17, 34, 44, 45, 48 10 20% Sikap Positif 1, 31, 38, 42, 46 22, 25, 32, 44, 50 10 20% Kesetaraan 2, 4, 19, 28, 35 9, 12, 16, 39, 47 10 20% 25 25 50 100% TOTAL Dalam mengerjakan kedua skala tersebut, subjek diminta untuk memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri subjek. Tidak ada nilai benar atau salah pada setiap jawaban. Subjek diminta mengerjakan seluruh pernyataan tanpa ada yang terlewatkan. 2. Skala Keintiman terhadap Pasangan Skala keintiman terhadap pasangan memiliki tujuh aspek yaitu : PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI a. 44 Emosi Berkaitan dengan kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi perasaan dengan pasangan. Individu dapat berbagi emosi positif seperti kebahagiaan, suka cita, kegembiraan, dan sebagainya. Adapun emosi negatif yang biasa dibagi yaitu perasaan takut, marah, kesepian, penat, kesedihan, dan sebagainya. b. Psikologis Keintiman psikologis meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, memori, sikap, dan emosi. Terdapat keinginan untuk berbagi, impian, fantasi, aspirasi, dan rencana untuk masa depan, selain itu juga berbagi rasa takut, perhatian, perasaan ragu-ragu, ketidaknyamanan, masalah, dan konflik kepada pasangan. c. Intelektual Kebutuhan untuk menyampaikan dan berbagi gagasan penting, pikiran, dan kepercayaan dari salah satu pasangan seperti keuangan dan rencana masa depan. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan aspek tersebut adalah adanya timbal balik akan kepercayaan dan rasa hormat. d. Fisik non seksual Keperluan menyampaikan akan kedekatan fisik pada pasangan. Keintiman seksual dapat melalui sentuhan sederhana atau mungkin kontak fisik, seperti pelukan. Keintiman fisik meliputi sentuhan, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 memegang tangan, memeluk, mencium, bahkan menari dengan pasangan. e. Spiritual Keperluan berbagi dengan seseorang yaitu merasakan kepercayaan, dan pengalaman dengan seorang pasangan yang berhubungan dengan agama, keberadaan rohani, hal-hal yang gaib, nilai-nilai moral, kepercayaan dan hubungan seseorang dengan yang Maha Kuasa. f. Sosial dan rekreasi Berkenaan dengan rekreasi yaitu pentingnya terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan bersama pasangan. g. Temporal Berkenaan dengan waktu atau lamanya individu menghabiskan waktu dengan pasangannya. Baik itu hanya beberapa menit bahkan berjam-jam lamanya. Sebelum menyusun skala keintiman terhadap pasangan, peneliti terlebih dahulu membuat blueprint. Pembuatan blueprint ini bertujuan sebagai acuan pembuatan item-item pernyataan yang akan mewakili berbagai aspek keintiman terhadap pasangan yang akan disusun. Metode yang digunakan dalam skala keintiman terhadap pasangan adalah summated ratings dengan menggunakan skala Likert dengan empat alternatif pilihan jawaban atas item-item favorable dan unfavorable, yaitu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sistem penilaian skala keintiman terhadap pasangan ini menggunakan skala Likert yang memiliki jenjang penilaian satu sampai empat untuk setiap jawaban. Pada pernyataan yang bersifat favorable memiliki skor empat untuk jawaban (SS), skor tiga untuk jawaban (S), skor dua untuk jawaban (TS), dan skor satu untuk jawaban (STS). Sedangkan pada pernyataan yang bersifat unfavorable memiliki skor satu untuk jawaban (SS), skor dua untuk jawaban (S), skor tiga untuk jawaban (TS), dan skor empat untuk jawaban (STS). Kriteria yang digunakan dalam skala ini adalah semakin tinggi skor yang didapat pada setiap item, maka semakin tinggi pula tingkat keintiman subjek terhadap pasangan begitu pula sebaliknya. Empat alternatif pilihan jawaban dalam skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala dengan lima alternatif jawaban yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Alternatif pilihan jawaban Netral (N) menimbulkan kecendrungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecendrungan arah jawabannya. Selain itu tujuan dari penyajian empat alternatif pilihan jawaban dengan menghilangkan pilihan netral adalah untuk melihat kecendrungan arah responden menjawab setuju atau tidak setuju. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 Tabel 3.2. Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan Sebelum Uji Coba ASPEK ITEM JUMLAH PERSENTASE Favorable Unfavorable Emosi 5, 9, 22, 32, 65 15, 27, 30, 38, 48 10 14,28% Psikologis 1, 8, 18, 21, 25 16, 43, 50, 55, 61 10 14,28% Intelektual, 19, 37, 58, 63, 66 3, 12, 47, 68, 70 10 14,28% Fisik Non Seksual 10, 28, 41, 53, 57 7, 17, 34, 62, 64 10 14,28% Spiritual 14, 24, 31, 35, 52 4, 33, 42, 46, 59 10 14,28% Sosial dan Reaksional 6, 11, 36, 44, 56 26, 29, 40, 51, 67 10 14,28% Temporal 2, 13, 39, 45, 49 20, 23, 54, 60, 69 10 14,28% 35 35 70 100% TOTAL F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data 1. Validitas Suatu alat ukur dinyatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu memberikan hasil ukuran yang baik, tepat, dan akurat. Alat ukur yang mampu memberikan hasil yang valid dapat disebut alat ukur yang memiliki validitas yang tinggi. Validitas sendiri memiliki pengertian sejauhmana suatu alat ukur dapat dengan tepat dan cermat dalam mengukur sesuatu yang ingin diukur. Dalam hal ini yang dimaksud PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 dengan sejauh mana alat ukur tersebut mampu melakukan fungsi dan tugasnya sebagai suatu alat ukur (Azwar, 2007). Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang didapatkan dari uji kelayakan alat ukur. Validitas isi ditentukan dengan menguji isi alat ukur dengan rasional atau melalui professional judgment. Professional judgment dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi. Cara ini dilakukan untuk melihat sejauhmana item-item yang ada didalam alat ukur tersebut melingkupi seluruh bagian aspek yang hendak diukur atau sejauh mana isi alat ukur tersebut mengungkap atau mencerminkan kategori-kategori yang akan diukur (Azwar, 2009). 2. Seleksi Item Seleksi item bertujuan untuk melihat item mana yang memiliki skor tinggi dan item mana yang memiliki skor rendah. Seleksi item dapat dilakukan dengan melihat daya diskriminasi setiap item yang ada. Daya diskriminasi item adalah suatu keadaan dimana item mampu membedakan subjek penelitian yang memiliki atau tidak memiliki atribut-atribut yang diukur. Daya diskriminasi dapat diperoleh dengan mengkorelasikan antar skor item dengan skor item total. Korelasi antara skor item dengan skor item total disebut koefisien korelasi item-total (rix) yang diperoleh dengan teknik komputasi product moment dari Pearson. Besar koefisien PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 korelasi item-total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 baik itu positif maupun negatif. Skor yang semakin mendekati angka 1,00 akan memiliki daya diskriminasi yang tinggi dan apabila skor mendekat angka 0 maka item tersebut memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 2009). Pemilihan item berdasarkan korelasi item-total memiliki batasan rix ≥ 0,30. Hal ini berarti semua item yang mencapai koefisien korelasi itemtotal minimal 0,30 maka dapat dikatakan item tersebut memuaskan. Demikian sebaliknya, jika sebuah item memiliki koefisien korelasi itemtotal kurang dari 0,30 maka item tersebut berdaya diskriminasi rendah (Azwar, 2009). Penelitian ini menggunakan nilai rix 0,30 dan taraf signifikasi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa item yang digunakan memiliki skor koefisien korelasi item-total ≥ 0,30 pada taraf signifikasi 0,05. Pengujian ini menggunakan program SPSS 16 for windows. Pada skala keintiman terhadap pasangan, terdapat 70 item dengan 35 item favorable dan 35 item unfavorable. Item-item ini kemudian diseleksi dengan melihat rix-nya. Item yang memiliki nilai rix ≥ 0,30 dikategorikan sebagai item yang baik, sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤ 0,30 dikategorikan sebagai item yang kurang baik sehingga akan digugurkan. Hasil dari pengujian data skala keintiman terhadap pasangan menunjukkan bahwa terdapat 59 item yang memiliki nilai rix ≥ 0,30, sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤ 0,03 adalah item 3, 4, 6, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 11, 14, 24, 52, 54, 59, 62, dan 64. Dalam skala keintiman terhadap pasangan terdapat 11 item yang gugur. Tabel 3.3. Blue Print dan Distribusi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan Setelah Uji Coba ASPEK ITEM JUMLAH Favorable Unfavorable Emosi 5, 9, 22, 32, 65 15, 27, 30, 38, 48 10 Psikologis 1, 8, 18, 21, 25 16, 43, 50, 55, 61 10 Intelektual, 19, 37, 58, 63, 66 3*, 12, 47, 68, 70 9 Fisik Non Seksual 10, 28, 41, 53, 57 7, 17, 34, 62*, 64* 8 14*, 24*, 31, 35, 52* 4*, 33, 42, 46, 59* 5 6*, 11*, 36, 44, 56 26, 29, 40, 51, 67 8 2, 13, 39, 45, 49 20, 23, 54*, 60, 69 9 30 29 59 Spiritual Sosial dan Reaksional Temporal TOTAL *item yang gugur Pada skala komunikasi interpersonal, terdapat 50 item, yaitu 25 item favorable dan 25 item unfavorable. Hasil dari pengujian data skala komunikasi interpersonal menunjukkan bahwa terdapat 44 item yang memiliki nilai rix ≥ 0,30, sedangkan item yang memiliki nilai rix ≤ 0,30 adalah item 12, 13, 20, 25, 26, dan 28. Jadi dalam skala komunikasi interpersonal terdapat 6 item yang gugur. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Tabel 3.4. Blue Print dan Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal Setelah Uji Coba ASPEK ITEM JUMLAH Favorable Unfavorable 6, 10, 13*, 18, 33 20*, 26*, 30, 36, 43 7 Empati 3, 5, 11, 24, 40 8, 14, 23, 37, 49 10 Perilaku Suportif 7, 15, 21, 27, 29 17, 34, 44, 45, 48 10 Sikap Positif 1, 31, 38, 42, 46 22, 25*, 32, 44, 50 9 Kesetaraan 2, 4, 19, 28*, 35 9, 12*, 16, 39, 47 8 23 21 44 Keterbukaan TOTAL *item yang gugur 3. Reliabilitas Reliabilitas menggambarkan konsisitensi dan keterpercayaan hasil pengukuran. Hasil pengukuran tersebut merupakan pengukuran yang dilakukan dengan cermat (Azwar, 2009). Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi merupakan pengukuran yang reliabel, sedangkan pengukuran yang memiliki reliabilitas rendah berarti pengukuran tersebut tidak reliabel atau tidak dapat dipercaya. Pengukuran akan reliabel jika skor koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1,00 (Azwar, 2009). Pada penelitian ini reliabilitas diukur dengan melihat koefisien alpha dari Cronbach. Skala keintiman terhadap pasangan diuji dengan menggunakan teknik Alpha Crinbach dan didapat hasil (r) = 0,956, dan koefisien Alpha Cronbach setelah seleksi item adalah (r) = 0,963. Nilai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 alpha Cronbach setelah seleksi menjadi lebih besar dikarenakan adanya 11 item yang kurang baik dan kemudian digugurkan sehingga meningkatkan nilai koefisien alpha Cronbach tersebut. Skala komunikasi interpersonal terhadap pasangan memperoleh nilai alpha Cronbach (r) = 0,924, dan setelah mengalami seleksi item maka nilai yang diperoleh adalah (r) = 0,961. Nilai alpha Cronbach setelah seleksi menjadi lebih besar dikarenakan adanya 6 item yang kurang baik dan kemudian digugurkan sehingga meningkatkan nilai koefisien alpha Cronbach tersebut. G. Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan bentuk sederhana agar data lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasi. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada kelompok dewasa awal dengan orangtua bercerai. Sebelum menguji hipotesis yang ada, maka peneliti akan melakukan uji asumsi dengan menguji normalitas dan linearitasnya dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. 1. Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk melihat distribusi variabel terhadap suatu sampel. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Test dalam menguji normalitas variabel yang ada. Peneliti akan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 2. Uji Linearitas Uji linearitas ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat hubungan yng terjadiantara dua variabel yang bersangkutan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Compare Means untuk melihat apakah dua variabel bersangkutan tersebut linear atau tidak. Peneliti akan menggunakan Compare Means pada program SPSS for windows versi 16.0. 3. Uji Hipotesis Pengujian dalam hipotesis menggunakan teknik Correlation Product Moment dari Karl Pearson dengan tujuan untuk menguji korelasi antara dua variabel penelitian yang diselidiki dengan asumsi bahwa korelasi itu bersifat linear. H. Pelaksanaan Uji Coba Uji coba skala dilakukan pada tanggal 26 Juni 2014 sampai dengan 20 Agustus 2014 terhadap 45 subjek. Sebagian besar subjek merupakan orang yang dikenal oleh peneliti, dan sisanya merupakan kenalan dari orang yang dikenal peneliti. Uji coba skala yang dilakukan di wilayah Yogyakarta berjumlah 30 buah skala. Sedangkan untuk daerah di luar Yogyakarta peneliti mencoba menggunakan kuesioner online yang berjumlah 15 buah. Kuesioner online tersebut diberikan kepada kenalan peneliti yang berada di luar Yogyakarta sehingga memudahkan proses pengambilan data. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 sampai dengan 2 November 2014. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 orang subjek. Kuesioner tersebut terdiri dari dua jenis skala yaitu Skala Keintiman terhadap Pasangan dan Skala Komunikasi Interpersonal. Sebagian besar subjek yang didapat berasal orang yang dikenal baik oleh peneliti, dan sisanya merupakan kenalan dari orang yang dikenal peneliti. Dari 30 kuesioner yang disebar, sebanyak 9 kuesioner tidak kembali sehingga tersisa 21 kuesioner. 21 buah kuesiner tersebut sesuai dengan harapan peneliti sehingga tidak ada kuesioner yang digugurkan. Peneliti mempersiapkan kuesioner online bagi subjek di luar Yogyakarta untuk mempermudah proses pengambilan data. Kuesioner ini merupakan kuesioner tidak langsung dan di akses secara online melalui googledoc. Sebanyak 45 subjek didapat melalui kuesioner online, namun 15 kuesioner tidak dapat dipergunakan atau dinyatakan gugur. Dari 15 kuesioner yang dinyatakan gugur, sebanyak 9 kuesioner tidak memenuhi kategori usia yang diinginkan yaitu minimal usia 20 tahun. Kemudian 6 kuesioner sisanya dinyatakan gugur karena subjek memiliki hubungan berpacaran dibawah satu tahun. Dengan demikian maka jumlah subjek dari kuesioner online berjumlah 30 orang. Oleh karenanya itu jumlah kuesioner 54 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 yang dijadikan data penelitian adalah sebanyak 51 buah, 21 kuesioner dan 30 kuesioner online. . B. Deskripsi Subjek Subjek penelitian ini adalah individu dewasa awal yang memiliki orangtua bercerai dan sedang menjalani hubungan berpacaran selama satu tahun atau lebih. Jumlah subjek penelitian ini adalah 51 orang. Adapun deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin, dan usia di jelaskan dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki – laki 23 45% Perempuan 28 55% Total 51 100% Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase 20 tahun 6 11,8% 21 tahun 6 11,8% 22 tahun 11 21,6% PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 tahun 5 9,8% 24 tahun 2 3,9% 25 tahun 7 13,7% 26 tahun 4 7,8% 27 tahun 1 2% 28 tahun 0 0% 29 tahun 2 3,9% 30 tahun 4 7,8% 31 tahun 3 5,9 % Total 51 100 % Tabel 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Berpacaran Lama Pacaran Jumlah Persentase < 1 tahun 0 0% 1 tahun – 2 tahun 14 27,4% 3 tahun – 4 tahun 22 43,1% 5 tahun – 6 tahun 9 17,7% > 6 tahun 6 11,8 % Total 51 100% 56 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C. 57 Deskripsi Data Penelitian Dalam dekskripsi data penelitian, peneliti membandingkan mean teoritis dengan mean empiris untuk memperoleh informasi umum mengenai skor subjek pada setiap variabel penelitian. Perhitungan nilai mean teoritis dilakukan secara manual sedangkan perhitungan mean empiris diperoleh menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Karena nilai mean empiris lebih besar dari nilai mean teoritis pada kedua variabel penelitian maka subjek dapat dikatakan memiliki komunikasi interpersonal dan keintiman terhadap pasangan yang tinggi. Berdasarkan perhitungan pada tabel, nilai mean teoritis pada skala komunikasi interpersonal sebesar 110 dan nilai mean empiris sebesar 122,21 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara mean teoritis dan mean empiris pada skala komunikasi interpersonal. Begitu pula halnya dengan skala keintiman terhadap pasangan yang memiliki perbedaan sangat signifikan antara mean teoritis sebesar 147,5 dan mean empiris sebesar 164,84 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,0000. Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian Skala N Sig (p) Teoritis Empiris Min Max Mean SD Min Max Mean SD Komunikasi 44 0,000 44 176 110 22 53 173 122,21 27,87 Keintiman 59 0,000 59 236 147,5 29,5 70 228 164,84 37,35 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI D. 58 Kategorisasi Kategorisasi subjek penelitian bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur, yaitu dari rendah ke tinggi. Kategorisasi dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa skor populasi subjek berdistribusi normal, sehingga dapat membuat skor teoritis yang terdistribusi normal (Azwar, 2012). Pada penelitian ini skor skala komunikasi interpersonal dan skor skala keintiman terhadap pasangan akan dibagi ke dalam lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berikut adalah norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini : Tabel 4.5 Norma Kategorisasi Skor Kategorisasi X ≤ (µ - 1,5σ) Sangat Rendah (µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ) Rendah (µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ) Sedang (µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ) Tinggi X > (µ + 1,5σ) Sangat Tinggi Keterangan : µ : Mean teoritis σ : Standar deviasi teoritis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 Pada tabel deskripsi data penelitian diketahui bahwa skor mean teoritis variabel komunikasi interpersonal sebesar 110 dengan standar deviasi sebesar 22, maka perhitungan norma kategorisasi skor sebagai berikut : Tabel 4.6 Kategorisasi Skala Komunikasi Interpersonal Skala Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Persentase Komunikasi X ≤ 77 Sangat Rendah 3 5, 89 % 77 < X ≤ 99 Rendah 7 13,72% 99 < X ≤ 121 Sedang 9 17,64% 121 < X ≤ 143 Tinggi 22 43,14% X > 143 Sangat Tinggi 10 19,61% 51 100% Total Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa sebanyak 22 subjek atau 43,14 % subjek memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi dan sebanyak 10 subjek atau 19,61% subjek memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang sangat tinggi. Selain itu, diketahui pula pada tabel deskripsi subjek penelitian bahwa skor mean teoritis variabel keintiman terhadap pasangan sebesar 147,5 dengan standar deviasi sebesar 29,5 maka perhitungan norma kategorisasi skor sebagai berikut : PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 Tabel 4.7 Kategorisasi Skala Keintiman Terhadap Pasangan Skala Rentang Skor Kategorisasi Keintiman X ≤ 103,25 Sangat Rendah 3 5,88% 103,25 < X ≤ 132,75 Rendah 6 11,76% 132,75 < X ≤ 162,25 Sedang 13 25,49% 162,25 < X ≤ 191,75 Tinggi 16 31,38% X > 191,75 Sangat Tinggi 13 25,49% 51 100% Total Jumlah Persentase Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa sebanyak 16 subjek atau 31,38 % subjek memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang tinggi dan sebanyak 13 subjek atau 25,49% subjek memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang sangat tinggi. E. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi perlu dilakukan sebelum menganalisis data dengan tujuan untuk melihat apakah daya yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisa menggunakan metode parametik atau non-parametik. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah sampel data berdistribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0. Data dikatakan berdistribusi normal apabila Asymp.sig (p) lebih besar dari 0,05 (Santoso, 2012). Tabel 4.8.1 Hasil Uji Normalitas Variabel Kolmogorov-Smirnov Asymp. Sig. (2- Z Test tailed) Komunikasi 0,990 0,280 Keintiman 0,634 0,816 Berdasarkan tabel diatas, skala keintiman terhadap pasangan memiliki nilai p = 0,816 dan skala komunikasi interpersonal memiliki nilai p = 0,280. Kedua nilai p tersebut lebih besar dari standar (p > 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa skala keintiman terhadap pasangan dan skala komunikasi interpersonal berdistribusi normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel keintiman terhadap pasangan dan variabel komunikasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 interpersonal bersifat linear atau tidak. Uji linearitas ini berpatokan pada tabel test of linearity dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0. Kedua variable dikatakan linear apabila signifikan dari tabel test of linearity lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Tabel 4.8.2 Hasil Uji Linearitas F Sig. Keintiman* Between ( Combined ) 23,929 0,000 Komunikasi Groups Linearity 746,386 0,000 Deviation 2,680 0,022 from Linearity Tabel hasil uji lineraritas menunjukkan bahwa hubungan keintiman terhadap pasangan dengan komunikasi interpersonal memiliki nilai F sebesar 746,386 dengan nilai signifikan sebesar p = 0,000. Hasil ini lebih kecil dari standar signifikan 0,05 (p<0,05) dengan demikian kedua variabel tersebut dapat dikatakan bersifat linear. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan positif antara variabel keintiman terhadap pasangan dengan komunikasi interpersonal. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah Correlation Product Moment Pearson dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0. Peneliti menggunakan metode ini dikarenakan pada uji asumsi kedua variabel berdistribusi normal dan bersifat linear. Oleh karenanya peneliti menggunakan metode statistik parametik. Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Komunikasi Pearson Correlation Komunikasi Keintiman 1 0,936** Sig. (1-tailed) Keintiman 0,000 N 51 51 Pearson Correlation 0,936** 1 Sig. (1-tailed) 0,000 N 51 51 Dari tabel uji korelasi di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi variabel komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan adalah (r) = 0,936 dan nilai signifikansi sebesar (p) = 0,000. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 Hasil tersebut menunjukka bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal dan keintiman terhadap pasangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin positif atau tinggi tingkat komunikasi interpersonal, maka semakin tinggi pula tingkat keintiman terhadap pasangan. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif atau rendah tingkat komunikasi interpersonal maka semakin rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan. F. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis korelasi product moment Pearson dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0. Korelasi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah r = 0,936 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0,000 (p < 0,05 ). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan keintiman terhadap pasangan. Dengan demikian maka semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal maka semakin tinggi pula tingkat keintiman terhadap pasangan, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat komunikasi interpersonal maka semakin rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Emmers-Sommers (2004) yang menunjukkan bahwa kualitas komunikasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 menjadi indikator yang lebih baik daripada kuantitas komunikasi untuk sebuah keintiman dalam hubungan, dalam hal ini kualitas komunikasi yang dimaksud oleh peneliti adalah komunikasi interpersonal. Terlepas dari spesifikasi subjek dengan orangtua bercerai atau tidak, komunikasi interpersonal tetaplah memiliki andil yang penting dalam menjalin keintiman terhadap pasangan. Aspek komunikasi interpersonal menurut DeVito (2011) yang dirasa paling penting dalam mendukung terbentuknya keintiman terhadap pasangan adalah keterbukaan. Dalam keterbukaan terdapat kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan asalkan patut untuk diungkapkan, seperti pendapat, pikiran, dan gagasan. Selain itu keterbukaan bereaksi secara jujur dan spontan terhadap orang lain sehingga mampu memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang mengenai segala sesuatu yang dikatakannya. Keterbukaan ini kemudian mendorong individu untuk semakin membangun keintiman terhadap pasangan. Hazan & Shaver (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa pada dewasa awal, masing-masing orang mulai menjalin relasi dengan lawan jenisnya dan masing-masing pasangan telah menginternalisasi hubungan dengan orangtua, hubungan yang mungkin hangat dan penuh perasaan atau dingin dan longgar. Pengalaman tersebut terus dibawa dan mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain, terutama keintiman pada masa dewasa. Dalam hal ini peneliti tidak menemukan adanya masalah keintiman yang muncul pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Hal ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 dikarenakan berdasarkan hasil penelitian sebanyak 16 subjek atau 31,38 % subjek memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang tinggi dan sebanyak 13 subjek atau 25,49% subjek memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut terdapat 29 dari 51 subjek memiliki tingkat keintiman terhadap pasangan yang tinggi bahkan sangat tinggi. Dengan demikian perceraian yang dialami oleh orangtua tidak sepenuhnya mempengaruhi keintiman yang dijalin oleh individu terhadap pasangannya pada masa dewasa awal. Penelitian ini kemudian mematahkan pendapat Franklin, dkk (dalam Sager, 2009) yang mengatakan bahwa dampak perceraian orangtua akan semakin tampak ketika individu pada masa dewasa awal mulai membangun hubungan romantis terhadap lawan jenisnya. Hal ini disebabkan dari hasil penelitian, peneliti tidak melihat adanya masalah pada keintiman subjek maka tidak semua dewasa awal dengan orangtua bercerai memiliki masalah dalam membangun keintiman terhadap pasangan. Keintiman terhadap pasangan yang dimiliki oleh dewasa awal dengan orangtua bercerai dapat terjadi karena individu berhasil melalui proses adaptasi dan mampu meneruskan setiap tahap perkembangannya. Rini (2002) mengungkapkan bahwa seorang anak yang memiliki orangtua bercerai dan dapat beradaptasi akan hal tersebut mampu menyadari serta mengerti bahwa orangtuanya sudah tidak lagi bersama dan tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orangtua, dapat menerima rasa kehilangan, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 tidak marah pada orangtua, dan tidak menyalahkan diri sendiri, serta menjadi dirinya sendiri lagi sehingga tidak memiliki pandangan negatif mengenai pernikahan dan dapat berhubungan baik dengan lawan jenis. Hal ini berarti tingkat keintiman dewasa awal yang tinggi dapat terjadi karena mereka memiliki adaptasi yang baik sehingga memotivasi diri sendiri untuk menjalin hubungan yang baik dengan lawan jenis. Selain itu faktor lama berpacaran juga menjadi penyebab tingkat keintiman meningkat. Berdasarkan data terdapat 14 orang atau 27,4% berpacaran 1 hingga 2 tahun, 22 orang atau 43,1% yang berpacaran selama 3 hingga 4 tahun , dan sisanya 29,5% berpacaran diatas 4 tahun. Dalam data tersebut tidak ada subjek yang berpacaran dibawah 1 tahun. Salah satu faktor yang dapat menghalangi terjalinnya keintiman menurut Cox (1978) adalah pengalaman masa lalu, yaitu adanya peristiwa yang bagi sebagian orang merupakan peristiwa traumatis, seperti perceraian orang tua. Akibatnya, orang-orang yang demikian dapat menghindar untuk berhubungan secara dekat dengan orang lain untuk mencintai orang lain. Ketakutan ini kemudian dapat menghalangi terjalinnya keintiman. Berdasarkan hasil penelitian, keintiman terhadap pasangan meningkat ketika tingkat komunikasi juga meningkat. Menurut Cox (1978), manfaat keintiman dalam suatu hubungan antara lain, kepuasan emosional, mengatasi krisis-krisis, dukungan agar dapat tumbuh dan berkembang, belajar mengenali diri sendiri, belajar untuk mendengar aktif, serta pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Keintiman individu dengan orangtua bercerai terhadap pasangannya memiliki tingkat yang rendah dibandingkan individu dewasa awal lainnya, oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah membangun komunikasi interpersonal yang efektif terhadap pasangan. DeVito (1997) menambahkan bahwa komunikasi interpersonal yang baik dan efektif ditandai dengan adanya keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan antara kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal dirasa penting dilakukan terhadap pasangan karena masing-masing pasangan dapat mengungkapkan pendapat dan pandangannya secara jelas sehingga pasangan dapat saling memahami. Jika komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan baik maka sebuah hubungan yang sudah terjalin akan menjadi renggang bahkan dapat menyebabkan hubungan tersebut berakhir. Melalui komunikasi interpersonal individu yang sedang membangun hubungan berpacaran akan semakin mengenal dan akrab dengan pasangannya, oleh sebab itu tingkat keintiman yang dimiliki akan semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yakni sebanyak 22 subjek atau 43,14 % subjek memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi dan sebanyak 10 subjek atau 19,61% subjek memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang sangat tinggi. Keintiman yang tinggi kemudian akan meminimalisir perasaan kecemasan, ragu-ragu, dan ketakutan individu dengan orangtua bercerai untuk menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenisnya. Pada akhirnya komunikasi interpersonal yang efektif mampu memberikan pengaruh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 terhadap keintiman individu yang memiliki orangtua bercerai agar dapat membangun hubungan yang lebih baik dibandingkan apa yang telah dilakukan oleh orangtua mereka. Dalam membangun hubungan yang intim terhadap pasangan diperlukan adanya komunikasi interpersonal agar hubungan dapat terbina dengan baik. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan antara dua individu secara tatap muka yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku lawan komunikasi dengan umpan balik secara langsung. Dalam komunikasi interpersonal terdapat proses transaksi pesan yang bersifat dua arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak semata-mata tertuju pada pesan, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian terbukti, yakni terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Hal ini dapat dilihat melalui nilai korelasi (r) = 0,936 dan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p<0,05). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal subjek maka akan semakin tinggi pula keintiman terhadap pasangan yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat komunikasi interpersonal subjek maka akan semakin rendah pula tingkat keintiman terhadap pasangan. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan yang telah didapatkan, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan, oleh sebabnya peneliti menyarankan beberapa hal berikut : 70 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. 71 Bagi Dewasa Awal Dewasa awal baik yang memiliki atau belum memiliki pasangan dapat menemukan sisi positif dari perceraian orangtua mereka sehingga dapat memotivasi diri untuk dapat membina hubungan yang baik dengan pasangannya kelak. Hal ini dapat ditempuh dengan salah satu cara yaitu membangun komunikasi interpersonal yang baik dan efektif. Namun masih banyak cara lain yang dapat ditempuh dan dikembangkan oleh masing-masing pribadi dan sebagai langkah awal dewasa awal dapat memulainya dengan membangun sikap memaafkan, menerima keadaan orangtua, dan mencoba berbagi pendapat dengan orangtua atau individu dengan kondisi serupa. 2. Bagi Orangtua Komunikasi meningkatkan interpersonal keintiman yang terhadap baik dan pasangan. efektif dapat Orangtua dapat membantu anak-anak mereka untuk melatih komunikasi yang baik dan efektif tersebut dilingkungan keluarga sehingga anak mampu mengaplikasikannya keranah lingkungan yang lebih luas. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperhatikan jumlah item yang digunakan sehingga subjek dapat menjawab sesuai dengan keadaan dirinya. Penelitian ini belum terfokus pada subjek dengan jenis kelamin tertentu sehingga kriteria subjek yang lebih spesifik dapat digunakan sebagai penelitian selanjutnya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3. Jakarta : Balai Pustaka Amalia, Gita Meina. ( 2013 ). Virtual Romance : Studi Etnografi Partisipasi Observasi (Participant Observation) tentang Keintiman yang Termediasi dalam Komunikasi Interpersonal melalui New Media diantara Pasangan Homoseksual. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Amato, P.R. (2012). Explaining the Intergenerational Transmission of Divorce. Journal of Marriage and the Family, 58(3), 628-640. Retrieved from ProQuest Education Journals database. Arikunto, Suharsini. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta Astuti, C. D. (2003). Hubungan Kualitas Komunikasi dan Toleransi Stress dalam Penikahan Suksma. Skripsi (tidak diterbitkan). UNNES. Azwar, Saifuddin. (2000). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Baron, R,. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial Jilid I. Jakarta : Erlangga. Bintang, Andreas. (2008). Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Penyesuaian Diri Remaja Awal”. Http://one.indoskripsi.com/judul- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 skripsi/psikologi/dampak-perceraian-orang-tua-terhadap-penyesuaian-diriremaja-awal. (diakses pada 19 Maret 2014). BKKBN Online (2012). Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia-Pasifik. http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967 (diakses pada 19 Maret 2014). Bruce, M,. Flora, R,. & Stacey, C. (2004). Divorce as it Influences the Intimate Relationships of College Students. Huntington College. http://kon.org/urc/bruce.html ( diakses pada 19 Maret 2014). Cox, F. D. (1984). Human Keintiman : Marriage, The Family and It’s Meaning. Minnesota : West Publishing Co. Dariyo, A. (2003).Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (1998). Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi. Ditjen Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. DeVito, J. A. (2011). Komunikasi Antar Manusia (Terjemahan Agus Maulana). Jakarta : Professional Books. Dewi, N.R. & Sudhana, H. (2013). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Pasutri dengan Keharmonisan dalam Pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana Vol. 1, No. 1, 22-31 Emmers-Sommers, T. M. (2004). The effect of communication quality and quantity indicators on keintiman and relational satisfaction. Journal of Social and Personal Relationship, 21, 3, 399-411. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 Garrison, M. (2010). The Decline of Formal Marriage: Inevitable or Reversible? Journal of Family Law Quartely, 41(3), 491-520. Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Yulia, S. D.(2002). Psikologi untuk Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia. Heller, P. E., & Wood, B. (1998). Pocess of keintiman : similarity, understanding, and gender. Journal of Personality and Social Psychology, 52, 511-524. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. Kanfer, F. H. & Goldstein, A. P. ( 1997 ). Helping People Change. New York : Pergamon Press. Little Jhon, S. (1989). Theories of Human Communication, 2nd edition. New York: Harper Collins. Marcia, J. E., Waterman, A. S., Matterson, D. R., Archer, S. L., Olforsky, J. L. (1993). Ego Identity A Handbook for Psychosocial Research. New York : Springer-Verlag, Mariani, K. (1991). Hubungan antara sifat pemantauan Diri dengan Kecemasan dalam Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Psikologi dan Hukum Universiras Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ( tidak diterbitkan) : Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Masters, W. H., Johnson, V. E., dan Kolodny, R. C. (1992). Human Sexuality. Fourth Edition. New York: Harper Collins Publishers. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Monks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R. Psikologi Perkembangan (Pengantar dalam berbagai bagiannnya), Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1996. Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya Nihayah, Z., Adriani, Y., Wahyuni, Z. I. ( 2013 ). Peran Religiusitas dan FaktorFaktor Psikologi Terhadap Kepuasan Pernikahan. http://eprints.uinsby.ac.id/265/1/Buku%202%20Fix_425.pdf Ninawati, Fransisca Iriani. (2005). Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada Dewasa Muda Ditinjau Dari Pola Attachment. Jurnal Psikologi Vol.3 No. 1. Nisfiannoor, M. Dan Yulianti, E. (2005) Perbandingan Perilaku Agresif antara Remaja yang Berasal dari Keluarga Bercerai dengan Keluarga Utuh. Jurnal Psikologi Universitas Tarumanegara. Papalia D, Olds S, dan Freadman R. (2009). Human Development, Perkembangan Manusia, Buku II. Jakarta : Salemba Humanika. Prabaningsih, D. (1999). Hubungan antara Pengendalian Emosi dan Tingkat Asertivitas pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Ramaiah, Savitri. (2003). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Pustaka Populer Obor Jakarta Rice, P.F., Dolgin, K.G. (2008). The Adolescent: Development, Relationship, and Culture (12th ed.). Boston: Pearson Education, Inc. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 Rini, M. (2002). Perceraian dan Kesiapan Mental Anak”. http://www.epsikologi.com/keluarga/dampakskala.htm (diakses pada 19 Maret 2014) Sager, K. (2009). Effect of Parental Divorce on Adult Children’s Romantic Relationship. Journal of Psychology. Vol. 3. Santrock, John W. (2002). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta : Erlangga. Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Soyomukti, N. (2008). Keintiman : Membangun Kebersamaan dalam Pacaran, Pernikahan, dan Merawat Anak dengan Surga Keintiman. Surabaya : Prestasi Pustaka Sternberg, R. J., & Barnes, M. L. (1998). The psychology of love. New Haven & London : Yale University Press Suranto (2010) Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. Tasmin & R. S. Martina. (2002). Perceraian dan Kesiapan Mental Anak. http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/perceraian-dan-kesiapanmental-anak (diakses pada 19 Maret 2014) Turner, J. S. & Helms, D. B. (2001). Life-Span Development. Holt Rinechart and Wintson Inc New York. Yudistriana, Basuki, & Harsanti (2010). Intimasi pada Pria Dewasa Awal yang Berpacaran jarak Jauh Beda Kota. Jurnal Psikologi Volume 3, No.2. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 78 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 1 Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman Terhadap Pasangan Yth. Saudara/i Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan saudara/i untuk menjawab beberapa pernyataan dalam skala penelitian ini.Skala penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan. Informasi atas jawaban yang diberikan akan sangat berguna bagi saya dalam melakukan penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi mencapai program S1 pada bidang Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya menjamin kerahasiaan data yang saudara/i berikan, karena data-data yang ada akan diolah bersama sehingga tidak ada data yang dilihat secara khusus. Dalam skala penelitian ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah.Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kesediaan saudara/iuntuk menjawab semua pernyataan sesuai dengan keadaan diri saudara/i saat ini. Mohon dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada dan tanpa ada jawaban yang terlewatkan. Atas bantuan dan kerjasama saudara/i, saya ucapkan terima kasih. Nani Nuritasari 79 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 Lembar Pesetujuan Partisipan Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk ikut berpartisipasi sebagai responden dalam skala penelitian ini.Saya menyatakan bahwa keikutan saya dalam skala penelitian ini dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun.Saya memperkenankan peneliti untuk menggunakan data-data yang saya berikan untuk digunakan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian. Saya menyadari dan memahami bahwa semua data dan informasi yang saya berikan benar-benar berasal dari diri saya sendiri.Sebagai responden dalam penelitian ini, saya menyetujui untuk mengisi pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam skala penelitian ini. Yogyakarta, 2014 ___________________________ (Tanda Tangan) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 IDENTITAS DIRI Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan* Usia : tahun Sedang dalam hubungan berpacaran : Ya / Tidak* Lama dalam hubungan berpacaran : tahun bulan (*pilih salah satu) Bagian A PETUNJUK PENGISIAN Pada bagian ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai keintiman terhadap pasangan.Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Anda saat ini. Usahakan agar semua pernyataan terjawab, dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu dari empat (4) alternatif jawaban di bawah ini : a. SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut. b. S, jika Anda Setuju dengan pernyataan tersebut. c. TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut. d. STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut. Contoh : No. 1. Pernyataan Saya selalu bertemu dengan pasangan saya SELAMAT MENGERJAKAN SS S X TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 No. 1. Pernyataan Saya menceritakan mengenai diri saya kepada pasangan 2. Walaupun hanya sebentar, saya selalu ingin bertemu dengan pasangan saya 3. Saya mengetahui ketika pasangan saya sedih atau bahagia 4. Saya tidak pernah bergandengan tangan dengan pasangan saya 5. Saya menjalani peran saya sebagai pasangan dengan baik 6. Saya ingin menyampaikan apa pun perasaan saya kepada pasangan sesegera mungkin 7. Saya merasa senang ketika dipeluk oleh pasangan 8. Saya dan pasangan belum memiliki gambaran mengenai masa depan kami berdua 9. Ketika bertemu, saya dan pasangan dapat menghabiskan waktu hingga berjam-jam lamanya 10. Saya sungkan untuk mengungkapkan apa pun perasaan saya kepada pasangan 11. Saya tidak pernah menyampaikan masalah yang saya alami kepada pasangan 12. Pasangan saya melakukan kekerasan fisik kepada saya 13. Saya menyampaikan impian dan aspirasi saya kepada pasangan 14. Saya mengatakan hal-hal mengenai keuangan saya kepada pasangan 15. Saya dan pasangan tidak pernah bersama hingga berjam-jam SS S TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 No. 16. Pernyataan Saya menyampaikan masalah-masalah yang saya alami kepada pasangan 17. Saya selalu menyampaikan perasaan senang / bahagia saya kepada pasangan 18. Saya memilih untuk tidak bertemu dengan pasangan sama sekali jika hanya memiliki sedikit waktu untuk bertemu 19. Saya berusaha agar tujuan saya dan pasangan tercapai 20. Saya lebih akrab dengan teman-teman dibandingkan pasangan saya 21. Saya tidak ingin pasangan saya mengetahui perasaan saya yang sebenarnya 22. Saya dan pasangan saling bergandengan tangan ketika kami jalan bersama 23. Pasangan saya menolak untuk berkumpul bersama teman-teman saya 24. Saya kurang peka terhadap perasaan senang atau sedih pasangan saya 25. Saya mengingatkan pasangan untuk beribadah 26. Saya bebas mengekspresikan perasaan saya kepada pasangan 27. Saya dan pasangan tidak pernah beribadah bersama walaupun sebenernya kami bisa 28. Saya tidak nyaman ketika pasangan tiba-tiba merangkul saya 29. Saya berbagi pengalaman saya mengenai agama kepada pasangan saya SS S TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 No. 30. Pernyataan Saya bisa mengajak pasangan saya untuk bertemu dengan teman-teman saya 31. Saya dan pasangan mulai membayangkan masa depan kami kelak 32. Saya tidak pernah menyampaikan perasaan sedih saya kepada pasangan 33. Saya bersemangat ketika akan bertemu pasangan 34. Saya tidak pernah merencanakan untuk bepergian bersama pasangan 35. Saya berdebar-debar ketika pasangan mencium saya 36. Saya tidak pernah mengingatkan pasangan saya untuk beribadah 37. Saya ragu-ragu akan peran saya sebagai pasangan 38. Saya dan pasangan selalu melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama-sama 39. Saya senang jika pasangan ada bersama saya walaupun kami tidak melakukan aktivitas yang berarti 40. Saya tidak pernah menyampaikan pengalaman saya mengenai agama kepada pasangan 41. Saya dan pasangan tidak pernah membicarakan hubungan kami 42. Saya tidak pernah berbagi perasaan bahagia saya kepada pasangan 43. Saya merasa senang jika hanya jalan berdua dengan pasangan 44. Saya merasa terganggu ketika pasangan mendesak saya agar menceritakan kehidupan saya SS S TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 No. 45. Pernyataan Tidak ada aktivitas yang menarik yang biasa saya lakukan bersama pasangan 46. Saya mendapat perlakuan yang baik dan sopan dari pasangan saya 47. Saya tidak berusaha membantu pasangan saya agar tujuan kami tercapai 48. Saya senang menemani pasangan saya melakukan aktivitas yang disukainya walaupun saya tidak menyukai aktivitas tersebut 49. Saya dan pasangan menjaga kedekatan fisik kami agar tidak melewati batas 50. Saya tidak sungkan untuk mengungkapkan pemikiran atau gagasan saya kepada pasangan 51. Saya merasa tidak nyaman berduaan dengan pasangan 52. Saya sungkan untuk memberitahu pasangan mengenai impian-impian saya 53. Saya mendapat banyak pembelajar akademik maupun non akademik dari pasangan saya 54. Saya selalu menyampaikan perasaan sedih saya kepada pasangan 55. Saya dan pasangan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan kami 56. Saya tidak menemani pasangan ketika ia melakukan aktivitas yang tidak saya minati 57. Saya tidak membicarakan mengenai keuangan saya kepada pasangan 58. Saya merasa bosan bertemu dengan pasangan saya SS S TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 No. Pernyataan 59. Saya tidak pernah mendapat pembelajaran akademik SS S TS STS maupun non akademik dari pasangan saya Periksa kembali jawaban Anda, jangan ada yang terlewati! PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 Bagian B PETUNJUK PENGISIAN Pada bagian ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukan terhadap pasangan.Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Anda saat ini. Usahakan agar semua pernyataan terjawab, dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu dari empat (4) alternatif jawaban di bawah ini : a. SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut. b. S, jika Anda Setuju dengan pernyataan tersebut. c. TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut. d. STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 No. 1. Pernyataan Saya merasa bahwa pasangan saya adalah laki-laki / perempuan yang baik 2. Saya menerima pasangan saya apa adanya 3. Saya memahami harapan-harapan pasangan saya 4. Saya senang dengan kelebihan yang dimiliki pasangan saya 5. Saya memahami semua keinginan pasangan 6. Saya berani untuk mengungkapkan pendapat dan pemikiran saya kepada pasangan 7. Jika memang baik, maka saya akan menerima pendapat pasangan saya 8. Saya kurang peka terhadap perasaan pasangan 9. Hanya sebagian kecil dari diri pasangan yang bisa saya terima 10. Saya bersikap jujur dan terus terang menanggapi pasangan 11. Saya memahami sikap pasangan saya 12. Saya tidak memahami apa yang diinginkan pasangan saya 13. Saya bersikap jujur dan terus terang kepada pasangan agar pasangan juga bersikap jujur dan terus terang kepada saya 14. Saya tidak senang dengan kelebihan yang pasangan saya miliki 15. Saya tidak peduli dengan pendapat pasangan yang berbeda dengan saya SS S TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 No. 16. Pernyataan Saya selalu menceritakan rahasia saya kepada pasangan 17. Saya menerima apa pun kekurangan pasangan saya 18. Saya mendengarkan ketika pasangan saya sedang bicara 19. Saya merasa lebih banyak orang yang lebih baik dari pasangan saya 20. Saya tidak memahami harapan pasangan saya 21. Saya memahami peranan atau posisi pasangan saat ini 22. Saya menerima perbedaan pendapat antara saya dan pasangan 23. Saya bersedia dikritik oleh pasangan 24. Saya tidak berani bersikap jujur ketika menghadapi pasangan 25. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang baik 26. Saya tidak bisa mendorong pasangan untuk berkembang 27. Saya mengetahui masalah apa saja yang sedang dialami pasangan saya 28. Saya sering berbohong dan menutupi sesuatu kepada pasangan walaupun saya berharap pasangan selalu jujur kepada saya 29. Ketika ada masalah, saya dan pasangan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut bersama-sama SS S TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 No. Pernyataan 30. Saya ragu-ragu menceritakan masalah yang penting kepada pasangan saya 31. Saya tidak memahami sikap pasangan saya 32. Saya mampu memotivasi pasangan untuk menjadi lebih baik 33. Hanya salah satu dari saya dan pasangan yang mencari jalan keluar dari masalah yang kami alami 34. Saya memahami perasaan pasangan ketika ada masalah 35. Ketika pasangan saya bicara, saya sering memotong perkataannya 36. Saya membangun interaksi yang efektif kepada pasangan saya 37. Saya tidak pernah mengetahui ketika pasangan saya memiliki masalah 38. Saya dan pasangan memiliki komunikasi yang biasa-biasa saja 39. Saya tidak menerima pendapat pasangan yang berbeda dengan saya apapun alasannya 40. Saya mampu mendorong pasangan untuk lebih berkembang 41. Saya merasa kesulitan untuk menerima kelemahan pasangan 42. Saya tidak senang jika pasangan mengomentari pendapat saya 43. Saya tidak mengerti peranan atau posisi yang dimiliki pasangan saya SS S TS STS PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 No. Pernyataan 44. Saya tidak bisa meyakinkan pasangan untuk SS S TS STS menjadi lebih baik dari sekarang Periksa kembali jawaban Anda, jangan ada yang terlewati! TERIMA KASIH PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 Lampiran 2 Hasil Seleksi Item Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman Terhadap Pasangan 1. Hasil Seleksi Item Skala Komunikasi Interpersonal Item-Total Statistics Corrected Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted Item-1 134.6667 258.955 .668 .960 Item-2 134.7333 258.791 .636 .960 Item-3 134.8000 258.618 .673 .960 Item-4 134.6667 258.227 .714 .960 Item-5 135.1556 254.407 .706 .960 Item-6 134.7111 258.165 .667 .960 Item-7 134.7333 258.836 .633 .960 Item-8 135.2667 260.245 .455 .961 Item-9 134.8889 257.419 .684 .960 Item-10 134.7778 256.040 .662 .960 Item-11 134.8889 258.874 .653 .960 Item-14 135.0000 258.500 .566 .961 Item-15 134.7778 255.677 .724 .960 Item-16 134.7556 259.462 .556 .961 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 Item-17 135.0667 259.609 .557 .961 Item-18 135.4000 255.791 .589 .960 Item-19 134.8889 260.328 .482 .961 Item-21 134.8000 256.027 .767 .960 Item-22 135.4667 260.482 .374 .962 Item-23 134.8889 260.692 .498 .961 Item-24 134.8889 261.328 .555 .961 Item-27 134.9111 258.765 .677 .960 Item-29 134.9556 257.453 .632 .960 Item-30 135.0000 255.636 .716 .960 Item-31 135.2222 258.040 .555 .961 Item-32 134.9778 254.568 .644 .960 Item-33 135.2000 258.164 .562 .961 Item-34 135.2889 257.392 .446 .962 Item-35 134.7333 258.427 .657 .960 Item-36 135.1333 255.073 .597 .960 Item-37 134.9333 261.064 .501 .961 Item-38 134.8444 257.043 .679 .960 Item-39 135.1111 255.510 .652 .960 Item-40 135.0222 262.249 .359 .962 Item-41 135.1556 256.589 .545 .961 Item-42 134.8889 259.283 .628 .960 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 Item-43 134.9556 260.043 .532 .961 Item-44 135.2444 258.643 .464 .961 Item-45 134.9333 255.655 .762 .960 Item-46 134.9333 258.291 .575 .961 Item-47 135.1111 260.601 .465 .961 Item-48 135.0667 254.336 .674 .960 Item-49 135.0000 258.727 .594 .960 Item-50 134.9333 258.745 .638 .960 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 2. Hasil Seleksi Item Skala Keintiman Terhadap Pasangan Item-Total Statistics Corrected Cronbach's Scale Mean if Scale Variance Item-Total Alpha if Item Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted Item-1 182.9778 473.386 .534 .963 Item-2 183.1111 468.328 .648 .962 Item-5 183.1556 474.771 .488 .963 Item-7 183.3111 469.810 .402 .963 Item-8 183.2667 475.245 .450 .963 Item-9 183.4444 467.753 .541 .963 Item-10 182.9556 471.407 .571 .963 Item-12 183.7333 473.836 .316 .964 Item-13 182.9333 467.018 .699 .962 Item-15 183.4889 467.665 .629 .962 Item-16 183.2444 471.234 .529 .963 Item-17 182.8000 473.573 .529 .963 Item-18 183.0444 467.271 .758 .962 Item-19 183.6222 469.013 .551 .963 Item-20 183.1333 467.618 .612 .962 Item-21 183.2444 466.189 .676 .962 Item-22 183.0444 468.362 .666 .962 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 Item-23 183.5333 469.391 .460 .963 Item-25 182.9556 473.589 .569 .963 Item-26 183.4667 471.573 .454 .963 Item-27 183.3333 473.273 .351 .963 Item-28 183.4000 475.018 .306 .964 Item-29 183.2667 473.836 .396 .963 Item-30 183.4444 471.025 .441 .963 Item-31 183.2222 476.949 .358 .963 Item-32 183.1333 468.482 .652 .962 Item-33 183.3778 469.877 .485 .963 Item-34 183.3111 471.037 .540 .963 Item-35 183.5111 473.301 .446 .963 Item-36 183.2000 472.164 .581 .963 Item-37 183.5111 471.437 .407 .963 Item-38 183.4222 468.386 .532 .963 Item-39 182.8889 469.828 .632 .962 Item-40 183.1333 473.982 .395 .963 Item-41 183.2889 469.301 .560 .963 Item-42 183.1111 473.056 .542 .963 Item-43 183.3333 466.136 .604 .962 Item-44 183.0222 471.159 .592 .962 Item-45 183.0444 465.907 .761 .962 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 Item-46 183.2889 471.483 .544 .963 Item-47 183.1556 467.998 .607 .962 Item-48 183.0667 472.745 .447 .963 Item-49 183.0444 470.680 .577 .962 Item-50 183.6000 467.973 .566 .963 Item-51 183.2889 468.119 .634 .962 Item-53 182.9556 474.316 .491 .963 Item-55 183.0667 466.245 .711 .962 Item-56 183.4444 466.298 .673 .962 Item-57 183.3333 472.273 .478 .963 Item-58 183.1333 471.982 .598 .962 Item-60 183.0667 469.427 .677 .962 Item-61 183.2444 468.871 .616 .962 Item-63 183.2000 470.209 .723 .962 Item-65 183.5778 465.749 .619 .962 Item-66 183.1778 468.786 .587 .962 Item-67 183.4667 467.027 .707 .962 Item-68 183.4667 470.209 .477 .963 Item-69 183.0000 464.864 .790 .962 Item-70 183.2000 467.982 .662 .962 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 Lampiran 3 Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal dan Keintiman Terhadap Pasangan 1. Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal Case Processing Summary N Cases Valid % 45 100.0 0 .0 45 100.0 Excludeda Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .961 N of Items 44 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 2. Reliabilitas Skala Keintiman Terhadap Pasangan Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total % 45 100.0 0 .0 45 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics N of Cronbach's Alpha .963 Items 59 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 Lampiran 4 Uji Deskriptif Mean Empirik One-Sample Statistics Std. Error N Mean Std. Deviation Mean Keintiman 51 1.6484E2 37.34829 5.22981 Komunikasi 51 1.2222E2 27.86992 3.90257 One-Sample Test Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2t df tailed) Mean Difference Lower Upper Keintiman 31.520 50 .000 164.84314 154.3388 175.3475 Komunikasi 31.317 50 .000 122.21569 114.3771 130.0542 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 Lampiran 5 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Keintiman Komunikasi N Normal Parametersa 51 51 Mean 164.8431 122.2157 Std. Deviation 37.34829 27.86992 Most Extreme Absolute .089 .139 Differences Positive .052 .072 Negative -.089 -.139 Kolmogorov-Smirnov Z .634 .990 Asymp. Sig. (2-tailed) .816 .280 a. Test distribution is Normal. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 Lampiran 6 Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares Keintiman Between (Combined) * 68517.578 Mean df Square 35 1957.645 Groups Linearity Sig. 23.929 .000 746.386 .000 2.680 .022 61062.67 61062.678 Komunika F 1 8 si Deviation from 7454.901 34 219.262 1227.167 15 81.811 69744.745 50 Linearity Within Groups Total PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 Lampiran 7 Uji Hipotesis Correlations Keintiman Komunikasi Keintiman Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N Komunikasi Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .936** .000 51 51 .936** 1 .000 51 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). 51