LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENGARUHNYA

advertisement
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP
SELF-ESTEEM SISWA
Meiske Puluhulawa, Moh. Rizki Djibran, Mohamad Rizal Pautina
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Tujuan artikel ini yaitu mengkaji pengaruh layanan bimbingan
kelompok terhadap self-esteem siswa. Self-esteem merupakan
penilaian yang dilakukan oleh siswa kepada dirinya dan orang
lain secara positif maupun negatif. Siswa perlu mengembangkan
self-esteemnya agar mereka dapat mengembangkan nilai-nilai
positif yang ada dalam diri sendiri seperti: percaya diri,
kemandirian, bertanggung jawab, keberanian dan mencintai diri.
Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan
kelompok yang dilakukan antara pemimpin kelompok
(konselor) dengan anggota kelompok (konseli/peserta didik)
yang memanfaatkan dinamika kelompok. Layanan bimbingan
kelompok dapat memberikan pengaruh terhadap self-esteem
siswa, karena dalam pelaksanaannya siswa sebagai anggota
kelompok mempunyai kesempatan untuk melatih diri dalam
mengemukakan pendapat, saling menghargai dan menciptakan
dinamika kelompok yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk
mengembangkan self-esteemnya.
Kata kunci: self-esteem; layanan bimbingan kelompok; siswa
Self-esteem merupakan salah satu karakter yang sangat dibutuhkan oleh siswa. Karena
dengan memiliki self-esteem yang baik, siswa akan lebih percaya diri dan mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Maslow
(Baihaqi, 2008) self-esteem merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
individu. Individu yang telah memenuhi kebutuhan self-esteem akan lebih mudah untuk
memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Dewasa ini, gejala self-esteem rendah sudah tampak dalam perilaku keseharian
siswa. Sikap suka menyalahkan diri sendiri dan orang lain, tidak mau menerima
kekurangan diri sendiri, kurang menghargai orang lain, kurang percaya diri, serta
terjerumus dalam perilaku merusak diri sendiri seperti merokok, minum minuman
keras, tawuran, penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan serta seks bebas. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Rosenberg (Srisayekti, Setiady dan Sanitioso, 2015) Mereka
301
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
yang memiliki self-esteem rendah diduga memiliki kecenderungan menjadi rentan
terhadap depresi, penggunaan narkoba, dan dekat dengan kekerasan.
Selain itu, hasil penelitian Hidayati (2016) menyatakan bahwa self-esteem
memiliki hubungan yang signifikan dengan kenakalan remaja. Semakin tinggi selfesteem remaja maka semakin rendah kenakalan yang dilakukan remaja, sebaliknya
semakin rendah self-esteem maka semakin tinggi kenakalan yang dilakukan remaja.
Dengan mencermati kondisi tersebut maka, penyelenggaraan layanan bimbingan
dan konseling dipandang sebagai suatu upaya yang tepat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut sebab layanan bimbingan konseling memiliki fungsi dan peran
untuk membantu siswa dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Layanan bimbingan kelompok
merupakan salah satu layanan bimbingan konseling yang dianggap tepat untuk
membantu siswa mengembangkan self-esteemnya. Melalui layanan bimbingan
kelompok siswa akan mendapatkan pembinaan dan informasi yang positif untuk
mengembangkan self-esteemnya. Pembahasan berikut ini menguraikan tentang
pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap self-esteem siswa.
PEMBAHASAN
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan
dalam suasana kelompok. Menurut Nurihsan (2006) “bimbingan kelompok merupakan
bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok”. Sedangkan
menurut Yusuf (2006) bimbingan kelompok yaitu pemberian bantuan kepada siswa
melalui situasi kelompok. Masalah yang dibahas dalam bimbingan kelompok adalah
masalah yang dialami bersama dan tidak rahasia, baik menyangkut masalah pribadi,
sosial, belajar, maupun karir.
Gazda (Prayitno dan Amti, 2004) mengemukakan bahwa “bimbingan kelompok
di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu
mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat”. Sedangkan menurut Mu’awanah
dan Hidayah (2009) “bimbingan kelompok merupakan sebuah kegiatan bimbingan yang
302
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
dikelola secara klasikal dengan memanfaatkan satuan/grup yang dibentuk untuk
keperluan administrasi dan peningkatan interaksi siswa dari berbagai tingkatan kelas”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah suatu
kegiatan kelompok yang dilakukan antara pemimpin kelompok (konselor) dengan
anggota kelompok (konseli/peserta didik) yang memanfaatkan dinamika kelompok
yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran,
dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang
bermanfaat agar dapat membantu individu sebagai anggota kelompok mencapai
perkembangan dalam hal pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Suatu proses layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus dilalui
sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran. Menurut Prayitno (1995) bahwa
“Tahap-tahap bimbingan kelompok ada empat tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap
peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran”.
Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap
memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya
para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun
harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun
seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga
masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa
bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan
diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses
pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas
kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui
permasalahan yang terjadi pada mereka.
303
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Tahap Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada
kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota
kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan
kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya
para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya,
yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya
kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan
selamat.
Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang
menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu
mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus
dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang
sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan
penguatan serta penuh empati. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat
terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota
kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam
dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam
pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah
pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh
kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya
mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai
secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok
itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan
kegiatan. Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan
kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah
304
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari dalam
suasana kelompok, pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Pengertian Self-esteem
Self-esteem merupakan keseluruhan cara yang digunakan untuk mengevaluasi
diri, dimana self-esteem merupakan perbandingan antara ideal-self dengan real-self
(Santrock, 2012). Purwanto (2010) mengemukakan bahwa self-esteem ialah perasaan
yang dialami individu ketika menilai tinggi rendahnya diri sendiri terhadap orang lain di
dalam pergaulan sehari-hari. Selanjutnya Deaux, Dane, dan Wrightsman (Sarwono dan
Meinarno, 2009) menyatakan bahwa self esteem adalah penilaian atau evaluasi secara
positif atau negatif terhadap diri.
Senada dengan hal tersebut, Harper (Dariuzky, 2004) menyatakan bahwa Selfesteem adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap, interaksi, penghargaan dan
penerimaan orang lain terhadap individu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
maka dapat disimpulkan bahwa self-esteem adalah penilaian yang dilakukan oleh siswa
kepada dirinya dan orang lain secara positif maupun negatif.
Perlunya Siswa Memiliki Self-esteem
Self-esteem merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi keberhasilan
seseorang. Dengan adanya self-esteem, seseorang dapat memahami dan menerima
kekurang dan kelebihan dirinya, yang kemudian dapat memaksimalkan kelebihannya
untuk mencapai keberhasilan. Self-esteem juga dapat mengoptimalkan kepribadian dan
usaha seseorang. Hal yang paling penting ialah self-esteem menggerakkan kemampuan
untuk mencapai tujuan hidup dan merespon secara positif terhadap rintangan yang akan
dialami. Apabila seseorang memiliki self-esteem positif, secara tidak langsung akan
membuat seseorang dengan mudah menjalin hubungan interpersonal yang baik.
Kesimpulannya, individu dengan self-esteem tinggi adalah mereka yang
cenderung ke arah kesuksesan. Mereka juga bersedia menghadapi kemungkinan
masalah yang muncul secara positif dan senantiasa berkeyakinan serta mudah
mendapatkan kepercayaan orang lain. Ciri umum individu yang mempunyai self-esteem
tinggi adalah: (1) layak untuk hidup, (2) yakin dengan diri sendiri, (3) menghormati diri,
305
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
(4) senantiasa berusaha memajukan diri, (4) merasa harmoni dan damai dalam diri
sendiri, (5) memiliki hubungan interpersonal yang baik, (6) bertanggungjawab, (7) sabar
menghadapi kekecewaan, (8) ramah, (9) tegas, (10) berani menerima resiko, (11)
penyayang dan mudah disayangi, (12) memiliki tingkah laku yang terarah. (Yahaya,
Boon, Ramli, Latif, Yahya, dan Abdul, 2004).
Oleh karena itu, self-esteem sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu
utamanya para siswa. Siswa yang memiliki self-esteem yang baik akan memiliki kontrol
emosi yang lebih baik karena mereka merasakan penerimaan yang cukup atas dirinya.
Seperti yang diungkapkan oleh Coopersmith (Burns, 1993) bahwa murid-murid dengan
perasaan self-esteem tinggi memperlihatkan diri mereka aktif dan berhasil baik dalam
kehidupan bermasyarakat maupun dalam bidang akademis. Mereka senang untuk
mengekspresikan pendapat-pendapat di dalam diskusi dan tidak puas jika hanya
mendengarkan saja. Mereka tidak mengalami kecemasan ataupun masalah-masalah
psikosomatik yang membuat mereka mengalami kesulitan. Selain itu, mereka lebih
percaya diri dan menganggap diri mereka berarti, penting dan patut dihargai, mampu
mempengaruhi orang lain dengan ide-ide yang kreatif, lebih optimis, suka akan tugastugas baru dan menantang, dan mengharapkan keberhasilan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2016) yaitu tentang pengaruh self esteem siswa
terhadap prestasi akademik. Siswa yang memiliki self-esteem yang tinggi cenderung
memiliki prestasi akademik yang tinggi pula.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa self-esteem perlu untuk dimiliki oleh
setiap siswa. Karena Siswa dengan self-esteem yang baik akan bisa menempatkan
dirinya dengan mudah dalam berbagai situasi karena merasa aman secara emosi. Siswa
dapat mengeluarkan pendapat dengan sangat mudah namun tetap respek pada orang lain
dan bebas dari rasa takut terhadap pandangan orang lain sehingga siswa akan
termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Layanan Bimbingan Kelompok dan Pengaruhnya Terhadap Self-esteem Siswa
Self-esteem adalah sesuatu yang tidak ternilai. Dengan adanya self-esteem
seseorang akan menerima dirinya apa adanya, percaya diri, puas dengan karakter dan
kemampuan diri sehingga individu dapat mengembangkan sikap dan perilakunya dalam
306
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungannya. Hal ini senada dengan
pendapat Campbell (2002), yaitu self-esteem merupakan perasaan individu terhadap
dirinya sendiri, termasuk rasa hormat dan percaya diri. Untuk memiliki penghargaan
pada diri sendiri yang tinggi, seseorang harus merasa percaya diri, dapat dicintai,
berkompeten dalam lingkungannya, dan mampu berperan serta dalam berbagai kegiatan
yang berarti bagi orang lain.
Menurut Suryabrata (2010) Perasaan self-esteem pada setiap individu dibedakan
menjadi dua macam, yaitu self-esteem positif (perasaan puas, senang, gembira, dan
bangga ketika mendapatkan penghargaan dari orang lain) dan self-esteem negatif
(Perasaan kecewa, tak senang, tak berdaya, dan rendah diri). Setiap individu pernah
mengalami perasaan rendah diri. Rendah diri merupakan salah satu gejala self-esteem
negatif dan dapat mengakibatkan rendahnya self-esteem seseorang. Untuk itu, individu
harus mengembangkan perasaan self-esteem positif karena dengan self-esteem positif
individu akan merasa senang, bahagia dan percaya diri sehingga dapat meningkatkan
self-esteemnya dan terhindar dari perasaan rendah diri.
Berkaitan dengan upaya meningkatkan self-esteem, menurut Campbell (2002)
ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan self-esteem
siswa salah satunya adalah melalui proses-proses kelompok baik besar maupun kecil
sehingga bentuk kerja kelompok yang dianggap efektif dalam membahas masalah
rendahnya self-esteem siswa yaitu melalui bimbingan kelompok.
Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang mengandung unsur
psikopedagogis yang memanfaatkan dinamika kelompok, dengan jumlah anggota
kelompok yang dibatasi 10 – 15 orang, sehingga memungkinkan pemimpin kelompok
dapat melakukan pendekatan personal, serta dilakukan secara berkesinambungan yang
berisi pemberian informasi tentang cara mengembangkan self-esteem siswa secara lebih
mendalam. Hal ini senada dengan pendapat Romlah (Natawidjaja, 2009) yang
menyatakan bahwa kegiatan bimbingan kelompok berupa penyampaian yang tepat
mengenai masalah pendidikan, pekerjaan, pemahaman pribadi, penyesuaian diri, dan
masalah hubungan antar pribadi. Informasi tersebut diberikan terutama dengan tujuan
untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri individu dan pemahaman
terhadap orang lain.
307
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Kegiatan bimbingan kelompok juga dapat membuat anggotanya lebih
menghargai pendapat orang lain, dan lebih berani mengemukakan pendapatnya secara
bertanggungjawab. Apa yang disampaikan dalam bimbingan kelompok diharapkan
lebih mengena mengingat bentuk komunikasi yang dijalani bersifat multi arah.
Bimbingan kelompok dalam hal ini bertujuan untuk membahas topik-topik mengenai
cara mengembangkan self-esteem siswa. Melalui dinamika kelompok yang intensif,
pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,
wawasan, sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Selain
itu, bimbingan kelompok juga bertujuan untuk membantu individu menemukan dirinya
sendiri, mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat untuk memberikan kontribusi
pada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya terutama masalah yang
berkaitan dengan self-esteem, karena dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, siswa
sebagai anggota kelompok akan membahas secara bersama-sama topik-topik masalah
mengenai cara mengembangkan self-esteem dan menciptakan dinamika kelompok.
Setiap anggota kelompok akan mempunyai kesempatan yang sama untuk melatih diri
dalam mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain, membahas
masalah yang dialaminya secara tuntas, saling bertukar informasi, dan dapat
memecahkan masalah secara bersama-sama sehingga dapat mengembangkan selfesteemnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok
berpengaruh terhadap self-esteem siswa, karena dalam pelaksanaannya siswa sebagai
anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk melatih diri dalam mengemukakan
pendapat, saling menghargai dan menciptakan dinamika kelompok yang dapat dijadikan
sebagai tempat untuk mengembangkan self-esteemnya.
PENUTUP
Layanan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan
antara pemimpin kelompok (konselor) dengan anggota kelompok (konseli/peserta didik)
yang memanfaatkan dinamika kelompok. Tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok
308
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
terdiri atas 4 tahap yaitu tahap pembukaan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap
pengakhiran.
Self-esteem adalah penilaian yang dilakukan oleh siswa kepada dirinya dan
orang lain secara positif maupun negatif. Self-esteem perlu untuk dimiliki oleh setiap
siswa. Karena Siswa dengan self-esteem yang baik akan bisa menempatkan dirinya
dengan mudah dalam berbagai situasi karena merasa aman secara emosi. Siswa dapat
mengeluarkan pendapat dengan sangat mudah namun tetap respek pada orang lain dan
bebas dari rasa takut terhadap pandangan orang lain sehingga siswa akan termotivasi
untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat untuk memberikan kontribusi
pada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya terutama masalah yang
berkaitan dengan self-esteem, karena dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, siswa
sebagai anggota kelompok akan membahas secara bersama-sama topik-topik masalah
mengenai cara mengembangkan self-esteem dan menciptakan dinamika kelompok.
Setiap anggota kelompok akan mempunyai kesempatan yang sama untuk melatih diri
dalam mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain, membahas
masalah yang dialaminya secara tuntas, saling bertukar informasi, dan dapat
memecahkan masalah secara bersama-sama sehingga dapat mengembangkan selfesteemnya.
DAFTAR RUJUKAN
Baihaqi, M. (2008). Psikologi Pertumbuhan. Bandung: Rosdakarya.
Burns. (1993). Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Alih
Bahasa: Eddy. Jakarta: Penerbit Arcan.
Campbell. (2002). Multiple Intelegences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan.
Depok: Inisiasi Press.
Dariuszky, D. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung : CV. Pionir Jaya.
Hidayati, N. W. (2016). Hubungan Harga Diri dan Konformitas Teman Sebaya Dengan
Kenakalan Remaja. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia. Vol. 1, No. 2.
Hlm. 31 – 36.
Michener, H. A., DeLamater, J.D., & Myers, D. J. (2004). Social Psychology (5th ed.).
Belmont, CA: Wadsworth.
309
PROCEEDING SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI LABORATORIUM DAN
JURNAL ILMIAH DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BIMBINGAN DAN KONSELING
BERBASIS KKNI, 4 – 6 Agustus 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Mu’awanah, E. dan Hidayah, R. (2009). Bimbingan Konseling Islami Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Prayitno dan Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purwanto, N. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Natawidjaja, R. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung:
Rizqi Press.
Nurihsan, A. J. (2006). Bimbingan dan konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Refika Aditama.
Santrock, J. W. (2012). Life-span Development. 13 th Edition. University of Texas,
Dallas : Mc Graw-Hill.
Sarwono & Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humantika.
Srisayekti, W., Setiady, D. A. dan Sanitioso, R. B. (2015). Harga-diri (Self-esteem)
Terancam dan Perilaku Menghindar. Jurnal Psikologi. Vol. 42, No. 2. Hlm.
141 – 156.
Wibowo, S. B. (2016). Benarkah Self-esteem Mempengaruhi Prestasi Akademik?. Jurnal
Humanitas. Vol. 13, No. 1. Hlm. 72-83.
Yunus, S. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA).
Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Yahaya, A, Boon, Y, Ramli, J, Latif, J. S, Yahya, F dan Abdul, A. H. (2004). Psikologi
Sosial. Malaysia: Universiti Teknologi Malaysia Skudai Johor Darul Ta’zim.
310
Download