APLIKASI Pseudomonas UNTUK MENEKAN

advertisement
APLIKASI Pseudomonas UNTUK MENEKAN PERTUMBUHAN
BAKTERI PATOGEN DI DALAM PENCERNAAN JUVENIL
IKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal)
DAN PENGURAIAN BAHAN ORGANIK
Muhammad Sungging Pradana, Hari Suprapto, Rochiman Sasmita
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo – Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451
ABSTRAK
Penggunaan antibiotik seringkali tidak efektif dan dalam kurun waktu yang lama dapat
menimbulkan residu. Penggunaan probiotik yang bekerja melalui mekanisme tertentu untuk
melawan patogen, dipandang sebagai langkah alternatif. Probiotik memanfaatkan sifat antagonis
dari suatu mikroorganisme terhadap mikroorganisme lain dengan menghasilkan senyawa tunggal
atau beberapa senyawa, salah satunya Pseudomonas. Bakteri ini memproduksi beberapa enzim
yaitu protease, amilase, dan lipase sehingga memiliki potensi untuk dapat diaplikasikan dalam
budidaya ikan bandeng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi
Pseudomonas sp. dalam menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam pencernaan ikan
bandeng (Chanos chanos Forskal) dan mengetahui kerja Pseudomonas sp. dalam menguraikan
bahan organik dari sisa pakan dan metabolisme di air pemeliharaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang di identifikasi adalah Pseudomonas
sp., dan setelah di aplikasikan pada ikan bandeng dan air pemeliharaan dapat menurunkan
jumlah bakteri patogen yaitu Vibrio alginolyticus. Selain itu juga dapat menguraikan bahan
organik yang ada di air pemeliharaan. Berdasarkan pengukuran kualitas air pada air
pemeliharaan yang diberi Pseudomonas sp. masih layak dan baik untuk mendukung kehidupan
ikan bandeng selama penelitian, yaitu suhu air 28-31 oC, salinitas 31-32, pH 8-9, amonia 0,034
mg/l, dan oksigen terlarut 3,17 mg/l.
KATA KUNCI : Pseudomonas sp., Chanos chanos Forskal, bakteri patogen, bahan organik.
APPLICATION OF Pseudomonas FOR SUPPRESSING THE GROWTH OF
PATHOGENIC BACTERIA IN THE DIGESTIVE TRACT
JUVENILE OF MILKFISH (Chanos chanos Forskal) AND
DECHIPERING THE ORGANIC MATERIAL
Muhammad Sungging Pradana, Hari Suprapto, Rochiman Sasmita
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo – Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451
ABSTRACT
The used of antibiotics are often ineffective and in a long period may cause residue. The
use of probiotic working through a certain mechanism against pathogen, viewed as alternative
measures. Antagonistic properties of the probiotics utilizes a microorganism against other
microorganism by produce single or multiple compounds, one of which Pseudomonas. This
bacteria produces enzymes which are protease, amylase, and lipase so that it has the potential to
be applied in the milkfish aquaculture. The purpose of this study is to know the iffluence of
application of Pseudomonas sp. in suppressing the growh of pathogenic bacteria in the digestive
tract milkfish (Chanos chanos Forskal) and know the workings of Pseudomonas sp. in
deciphering the organic material from the rest of the weft and metabolism in the maintenance.
The results showed that bacteria in the identification is Pseudomonas sp., and after the
apply them on milkfish and water maintenance could reduce the number of pathogenic bacterium
that Vibrio alginolyticus. Besides that also to decipher organic materials that is in the water
maintenance given Pseudomonas sp. Based on the measurement of water quality in water
preservation with Pseudomonas sp. still decent and good to support life milkfish during study,
i.e. water temperature 28-31 oC, salinity 31-32, pH 8-9, ammonia 0.034 mg/l, and dissolved
oxygen 3.17 mg/l.
KEYWORDS : Pseudomonas sp.,Chanos chanos Forskal, pathogenic bacteria, organic
material.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) merupakan salah satu komoditas
yang memiliki keunggulan komparatif dan
strategis dibandingkan komoditas perikanan
lainnya dan merupakan spesies yang
diinginkan untuk akuakultur
karena
beberapa alasan (Requintina et. al., 2006).
Upaya
untuk
memenuhi
kebutuhan
konsumen, maka budidaya ikan bandeng
dilakukan secara intensif. Namun akibat dari
kegiatan budidaya intensif tersebut adalah
penurunan daya dukung lingkungan
budidaya yang dapat memicu timbulnya
penyakit pada ikan yang secara umum dapat
menyebabkan
kekerdilan,
periode
pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi
pakan, tingkat padat tebar yang rendah
(Handajani, 2005).
Untuk mengatasi masalah tersebut
digunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik
seringkali tidak efektif dan dalam kurun
waktu yang lama dapat menimbulkan residu.
Penggunaan probiotik yang bekerja melalui
mekanisme tertentu untuk melawan patogen,
dipandang sebagai langkah alternatif.
Probiotik tersebut memanfaatkan sifat
antagonis dari suatu mikroorganisme
terhadap mikroorganisme lain dengan
menghasilkan
antibiotik,
bakteriosin,
siderofor, lisozim, protease, H2O2, atau asam
organik sehingga pH pada media tumbuh
tersebut berubah (Isnansetyo, 2005). Suatu
bakteri antagonis dapat menghasilkan
senyawa tunggal atau beberapa senyawa
tersebut. Salah satunya dari genus
Pseudomonas.
Bakteri
genus
ini
memproduksi beberapa enzim seperti
potease, amilase, dan lipase. Selain itu
bakteri
Pseudomonas
juga
dapat
menguraikan protein, karbohidrat dan
senyawa organik lain menjadi CO2, gas
amoniak, dan senyawa- senyawa lain yang
lebih sederhana (Hardhianto, 2010).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh aplikasi
Pseudomonas
sp.
dalam
menekan
pertumbuhan bakteri patogen di dalam
pencernaan ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) dan mengetahui kerja Pseudomonas
sp. dalam menguraikan bahan organik dari
sisa pakan dan metabolisme di air
pemeliharaan.
MATERI DAN METODE
Ikan yang Digunakan
Ikan yang digunakan yaitu ikan
bandeng (Chanos chanos Forskal) yang
diperoleh dari Balai Lamongan dengan
ukuran 5- 6 cm. Ikan dimasukan ke dalam
akuarium masing- masing sebanyak 6 ekor.
Air tambak yang diambil dari tambak yang
berada di Pantai Utara Jawa Timur. Bakteri
Vibrio yang digunakan yaitu Vibrio
alginolyticus dalam bentuk isolat yang
diperoleh dari Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara,
Jawa Tengah.
Sterilisasi Peralatan
Peralatan yang terbuat dari kaca
tahan panas harus ditutup dengan kapas dan
kasa, kemudian peralatan tersebut dibungkus
dengan aluminium foil. Setelah peralatan
terbungkus,
disterilisasi
menggunakan
autoclave. Sterilisasi dengan autoclave
berjalan selama kurang lebih 15 menit pada
suhu 121oC dan tekanan 1 kg/cm2
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Langkah-langkah isolasi adalah
mengambil air tambak sebanyak 50 ml
menggunakan pipet dan dimasukkan ke
tabung erlemeyer 50 ml kemudian di isolasi
pada media umum TSA (Tripticase Soya
Agar) dengan cara diratakan pada
permukaan media umum TSA dan
diinkubasi pada suhu 26-30º C selama 24
jam. Sesudah inkubasi pada suhu 26-30º C
selama 24 jam, akan terbentuk koloni-koloni
yang berbeda dan masing-masing koloni
tersebut diambil untuk diinokulasikan pada
media TSA dengan tujuan mendapatkan
koloni murni dan diinkubasi pada suhu 2630º C selama 24 jam. Bakteri yang sudah
didapatkan kemudian diidentifikasi untuk
mengetahui spesies bakteri tersebut. Metode
yang digunakan dalam identifikasi bakteri
adalah metode konvensional. Dalam metode
konvensional, pengujian bisa terdiri dari
tahap-tahap
pengkayaan,
pengkayaan
selektif dan uji lengkap (biokimiawi)
(Siagian, 2002).
Pembuatan Suspensi Vibrio alginolyticus
Pembuatan
suspensi
dilakukan dengan cara melakukan
bakteri
pengenceran
bertingkat
hingga
6
diperoleh suspensi bakteri 10 CFU/ml.
Pengenceran bertingkat dilakukan dengan
cara menyiapkan enam buah tabung reaksi,
tabung pertama diisi dengan NaCl fisiologis
sebanyak 10 ml, sedangkan tabung reaksi
kedua sampai keenam diisi dengan NaCl
fisiologis sebanyak 9 ml. Kemudian koloni
bakteri pada media (NA ditambah NaCl 2%)
diambil menggunakan ose, kemudian
dicampur dengan 10 ml NaCl fisiologis dan
dihomogenkan dengan cara divortex.
Kemudian tabung pertama disetarakan
tingkat kekeruhannya dengan standar Mc
Farland No.1.
Persiapan
Akuarium
Pemeliharaan
dan
Media
Akuarium
disterilkan
dengan
mencuci akuarium terlebih dahulu dengan
menggunakan deterjen dan dilanjutkan
dengan pemberian disinfektan klorin dengan
dosis 1 ppm dan dikeringkan di bawah sinar
matahari. Air dimasukkan ke dalam
akuarium sebanyak 15 liter dan diaerasi
selama 24 jam.
Penghitungan Jumlah Bakteri pada Air
dan Ikan Bandeng
Penghitungan dilakukan dengan
melakukan pengenceran terlebih dahulu
hingga mendapatkan larutan dengan
pengenceran 10-4.
Hasil dari tiap
pengenceran ditanam di media TCBS Agar.
Jumlah koloni dihitung sesudah inkubasi
selama 24 jam pada suhu ruang dengan
menggunakan metode penentuan Angka
Lempeng Total (ALT) atau Total Plate
Count (TPC).
Pengukuran Bahan Organik
Pengukuran
kandungan
bahan
organik dalam air pemeliharaan dilakukan
dengan menggunakan metode Titrimetri.
Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi
kimia seperti: aA + tT → hasil, dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi
dengan (t) molekul pereaksi T.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Uji Identifikasi Bakteri
Pseudomonas
Jenis Pengujian
Pewarnaan Gram
- Bentuk Bakteri
- Warna/ Gram
Uji Biokimia
- TSI Agar
- Gas
- H2S
- Katalase
- Oksidase
- O/F
Fermentasi Karbohidrat
- Glukosa
- Laktosa
- Sukrosa
- Maltosa
- Manitol
Uji Biokimia Lain
- Nitrate Reduction
- Gelatin
- Motility
- Indol
- Simmons Citrate
- Malonate
- Christensen’s Urease
- Methyl Red (MR)
- Voges Proskauer
- Lysine
Decarboxylase
- Ornithin
Decarboxylase
- Mac Conkey Agar
- Aesculin Hydrolysis
Hasil
Batang
- (Negatif)
k/a
+
+
O (Oksidatif)
+
+
+
+
+
+
+
+
G (Grow)
-
Berdasarkan pengamatan ciri- ciri
tersebut, setelah dibandingkan dengan ciriciri bakteri yang diuraikan oleh Cowan and
Steel’s (1974), menunjukkan bahwa bakteri
tersebut Pseudomonas sp. Perhitungan
koloni bakteri pada usus ikan dan air
pemeliharaan
menggunakan
metode
penentuan Angka Lempeng Total (ALT)
atau Total Plate Count (TPC). Hasil
penghitungan ALT / TPC jumlah koloni
bakteri pada usus ikan dan air pemeliharaan
dapat dilihat pada tabel 2.
dan air pemeliharaan. Hal ini dapat terjadi
karena adanya kompetisi nutrisi dan tempat
perlekatan di dinding intestinum (Irianto,
2003) serta menekan mikroorganisme
patogen (biokontrol) (Gatesoupe, 1999).
Adanya aktifitas kompetisi dan penekanan
mikroorganisme
patogen
dikarenakan
bakteri Pseudomonas memiliki sifat
antagonis terhadap bakteri patogen di dalam
pencernaan ikan maupun di perairan dengan
menghasilkan enzim protease (Gusminarni,
2009), amylase (Poliana dan MacCabe,
2007), dan lipase (Suhartono, 1989).
Tabel 2. Hasil Penghitungan ALT/ TPC
Keterangan
Jumlah Bakteri
Usus Ikan
(tanpa
6,75 x 105 CFU/g
Pseudomonas)
Usus Ikan
(ditambahkan
1,88 x 104 CFU/g
Pseudomonas)
Air Pemeliharaan
(tanpa
Pseudomonas)
Air Pemeliharaan
(ditambahkan
Pseudomonas)
4,26 x 105
CFU/ml
1,54 x 104
CFU/ml
Hasil penelitian didapatkan angka
6,75 x 105 CFU/g pada usus ikan yang tidak
ditambahkan Pseudomonas dan 4,26 x 105
CFU/ml pada air pemeliharaan yang tidak
ditambahkan Pseudomonas, sedangkan pada
usus ikan dan air yang ditambahkan
Pseudomonas yaitu 1,88 x 104 CFU/g dan
1,54 x 104 CFU/ml. Ini menunjukkan bahwa
ada pengurangan jumlah bakteri patogen
(Vibrio alginolyticus) pada pencernaan ikan
Kandungan bahan organik diukur
antara air pemeliharaan yang ditambahkan
Pseudomonas dan yang tidak ditambahkan.
Hasil penelitian dari bahan organik di air
pemeliharaan didapatkan hasil 123,652 mg/l
pada air pemeliharaan yang ditambahkan
Pseudomonas, sedangkan yang tidak
ditambahkan yaitu 143,636 mg/l. Adanya
kandungan bahan organik yang tinggi
disebabkan dari sisa pakan yang tidak habis
dikonsumsi oleh ikan budidaya (Effendi,
2003). Dari hasil penelitian menunjukkan
adanya penurunan kadar bahan organik
walaupun tidak terlalu banyak. Hal ini
dipengaruhi oleh kualitas bakteri dan
banyaknya bahan organik yang terkandung
di dalam perairan (Hardhianto, 2010). Selain
penurunan bahan organik, kadar ammonia
dalam air pemeliharaan juga mengalami
penurunan dari 0,093 mg/l menjadi 0,034
mg/l. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardhianto (2010) kandungan ammonia
dalam suatu perairan tidak lebih dari 1 mg/l.
Kadar ammonia dalam perairan alami
biasanya kurang dari 0,1 mg/l.
Oksigen terlarut dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernafasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan- bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik
(Hardhianto, 2010). Kandungan DO atau
oksigen terlarut pada air pemeliharaan yang
ditambahkan Pseudomonas yaitu 3,17 mg/l
dan yang tidak ditambahkan 2,75 mg/l. Ini
menunjukkan bahwa air yang ditambahkan
bakteri Pseudomonas memiliki kadar
oksigen terlarut yang lebih tinggi daripada
yang tidak ditambahkan. Kadar oksigen
yang tinggi diperlukan oleh ikan dengan
konsentrasi yang diperlukan berkisar antara
3 mg/l- 7 mg/l (Atmomarsono dan Victor,
2004). Untuk nilai kualitas air yang lain
dapat dilihat pada tabel 3.
Aplikasi
Pseudomonas
pada
pencernaan ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) dapat menekan pertumbuhan
bakteri patogen di dalam usus ikan dari 6,75
x 105 CFU/g menjadi 1,88 x 104 CFU/g serta
menurunkan kandungan bahan organik pada
air pemeliharaan dari 143,636 mg/l menjadi
123,652 mg/l.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T., Erna R., dan M. Jamil R. Y.
2000 Budi Daya Bandeng Secara
Intensif. Penebar Swadaya. Depok.
96 hal.
Tabel 3. Kisaran Kualitas Air Pemeliharaan
Parameter
Suhu
Salinitas
pH
Kisaran
28-31 0C
31-32 ppt
8-9
Suhu selama penelitian berkisar
antara 28- 31 0C. Nilai optimum suhu untuk
budidaya bandeng 26- 32° C (Ahmad dkk,
2000). Dengan demikian kisaran suhu pada
pemeliharaan
ikan
bandeng
masih
memenuhi persyaratan. Nilai pH selama
peneltian berkisar antara 8- 9. Nilai pH
untuk pemeliharaan ikan bandeng adalah 78,5 (Atmomarsono dan Victor, 2004). Batas
ambang bawah pH 7,5 dan batas atas 9,0.
Air laut biasanya bersifat alkalis dengan pH
lebih dari 7 karena banyak mengandung
garam yang bersifat alkalis (Ahmad, dkk.
2000).
Salinitas air pemeliharaan didapatkan
angka 31- 32 ppt. Menurut SNI : 01- 6150 –
1999 Produksi Benih Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forskal) kelas benih, salinitas untuk
budidaya ikan bandeng sekitar 5-35 ppt
dengan kisaran optimal 30- 34 ppt
(Atmomarsono dan Victor, 2004). Dengan
demikian salinitas pada pemeliharaan ikan
bandeng masih memenuhi persyaratan.
Atmomarsono, M. and V.P.H. Nikijulluw.
2004. Guide to Invest on Fisheries in
Indonesia. Milkfish. Directorate of
Capital and Investment System.
Directorate General of Capacity
Building and Marketing. Ministry of
Marine Affair and Fisheries. 35 pp.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: bagi
pengelola sumberdaya dan
lingkungan perairan. Kanisius.
Yogyakarta. 258 hal.
Gatesaupe, F.J. 1999. The Use of Probiotics
in Aquaculture. Aquaculture. 180:
147- 165.
Gusminarni. 2009. Aktivitas Penghambatan
Bakteri Asal Saluran Pencernaan
Ayam Broiler Terhadap Escherichia
coli dan Salmonella spp pada
Berbagai Media, Aerasi, pH dan
Suhu. Tesis. Program Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal
6-10.
Handajani, H & Samsundari, S. 2005.
Parasit dan Penyakit Ikan. UMM
Press, Muhammadiyah Malang.
Hardhianto, M. D. 2010. Efektifitas Bakteri
Pseudomonas sebagai Pengurai
Bahan
Organik
(Protein,
Karbohidrat, Lemak) pada Air
Limbah Pembenihan Ikan Lele
Dumbo
(Clarias
sp.)
Sistem
Resirkulasi
Tertutup.
Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga. Surabaya.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur.
Cetakan I. Penerbit Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 125
hal.
Isnansetyo, A. 2005. Bakteri Antagonis
sebagai
Probiotik
untuk
Pengendalian
Hayati
pada
Akuakultur. Jurnal Perikanan (J.
Fish. Sci.) 7: 1- 10.
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995.
Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton Pakan Alami untuk
Pembenihan
Organisme
Laut.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal
60- 63.
Mulyana, D. Y. 2011. Kaya Raya dari
Budidaya Ikan dengan Probiotik.
Berlian Media. Jakarta.
Poliana J. dan MacCabe A. P. 2007.
Industrial Enzymes : Structure,
Function,
and
Applications.
Dordrecht, Springer. ISBN. Hal 24.
Siagian, A. 2002. Keracunan Pangan oleh
Mikroba.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera
Utara.
SNI : 01- 6150 – 1999. Produksi Benih Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forskal)
kelas benih.
Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan
Bioteknologi. PAU Bioteknologi IPB.
Bogor.
Download