BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha kecil

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu bagian penting dalam
perekonomian suatu Negara, khususnya Negara berkembang. Industri kecil dan
menengah memiliki peranan yang vital dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. Bentuk kontribusi yang diberikan dengan keberadaaan Usaha Kecil dan
Menengah dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang ada, jumlah produksi,
tingkat penyerapan tenaga kerja serta kontribusi terhadap Pendapatan Domestik
Bruto.
Setidaknya terdapat tiga alasan utama untuk menumbuhkembangkan
industri kecil dan rumah tangga (IKRT). Pertama IKRT menyerap banyak tenaga
kerja dan juga intensif dalam menggunakan sumberdaya lokal. Kedua IKRT
memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas. Ketiga, adanya urgensi di
mana struktur ekonomi lebih didominasi oleh usaha skala menengah dan kecil
yang beroperasi dalam iklim yang sangat kompetitif, hambatan masuk rendah,
margin keuntungan rendah, dan tingkat drop-out tinggi (Mudrajad Kuncoro,
2003).
Selama masa krisis ekonomi hingga kini, keberadaan industri kecil
mampu sebagai faktor penggerak utama ekonomi Indonesia. Dalam masa krisis
moneter juga terlihat bahwa industri kecil memiliki daya tahan (resistance) yang
1
lebih tinggi relatif terhadap industri berskala besar dalam hal menghadapi
guncangan ekonomi yang ditandai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah, pergerakan
suku bunga perbankan yang tinggi, serta tingginya inflasi domestik. Hal tersebut
tidak lepas dari karakter pokok yang dimiliki industri kecil. Karakter pokok inilah
yang menjadi argumen lebih resistennya industri kecil daripada usaha besar.
Adapun karakter pokok tersebut di antaranya adalah (Abdurahman dalam Sri
Lestari Rahayu, 2008) :
1. Industri kecil relatif lebih mengandalkan sumber permodalan
sendiri dibanding usaha skala besar yang lebih mengandalkan pada
sumber permodalan perbankan baik dari dalam negeri maupun luar
negeri,
2. Industri kecil relatif lebih banyak menggunakan sumber daya lokal
(local resources based) dibanding dengan usaha besar yang
mempunyai kandungan impor (import content) tinggi.
3. Industri kecil mempunyai orientasi ekspor cukup tinggi, bahkan
akan memperoleh berkah tersendiri (blessing in disguise) karena
depresiasi nilai tukar rupiah yang cukup tajam selama krisis
moneter berlangsung.
Kemampuan industri kecil yang tinggi untuk menyerap tenaga kerja
memang sangat baik untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf
hidup pekerjanya. Tetapi kelebihan tersebut dapat sekaligus menjadi kelemahan
industri kecil. Menurut teori ekonomi, penambahan input yang terus menerus
semakin lama akan berdampak pada menurunnya tingkat produktifitas input
2
tersebut (The Law of Diminishing Return), termasuk juga tenaga kerja. Jika hal
tersebut terjadi maka kegiatan produksi menjadi tidak efisien, dan tentu saja akan
bertolak belakang dengan prinsip ekonomi yang menekankan efisiensi (Utomo,
2008)
Dari berbagai macam kendala yang dihadapi oleh industri kecil, masalah
keterbatasan modal menjadi permasalahan utama dan yang paling sering terjadi.
Bagi industri kecil modal merupakan salah satu faktor penting untuk
meningkatkan produksi dan juga pengembangan usaha. Meskipun berbagai
pilihan sumber pembiayaan permodalan relatif luas tersedia sejalan dengan
maraknya perkembangan pasar keuangan dan pasar modal dewasa ini, akan tetapi
daya jangkau (aksesibilitas) UKM terhadap sumber pembiayaan konvensional
khususnya perbankan masih relatif rendah (Sri Lestari Rahayu, 2005).
Tabel 1.1
Jumlah unit UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008-2013
Tahun
2008
2009
2010
Jumlah unit usaha
152.340
164.847
182.232
2011
2012
2013
201.975
203.995
204.979
Sumber: Data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 204.979 unit usaha pada tahun 2013.
3
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah unit UMKM terus meningkat dari
tahun 2008 – 2013. Peningkatan jumlah unit UMKM terbesar terjadi pada tahun
2010, dimana jumlah UMKM meningkat sebesar 19.743 unit usaha. Disamping
peranannya dalam perekonomian, melihat peningkatan unit usaha dari tahun ke
tahun menunjukkan bahwa sektor UMKM sangat potensial untuk dikembangkan
lebih lanjut.
Pengembangaan industri kecil juga didukung dengan manfaat sosial yang
diberikan industri kecil bagi perekonomian. Manfaat pertama adalah industri kecil
dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah.
Kedua, industri kecil turut berperan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan
domestik. Manfaat yang terakhir adalah industri kecil mempunyai kedudukan
komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena menghasilkan produk
yang relatif murah dan sederhana yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri
besar dan sedang (Irsan Azhary Saleh dalam Didik Sulistyono, 2003).
Pengembangan ekonomi desa secara umum dan khususnya UKM antara
lain terhambat karena usaha mikro kurang difasilitasi dengan akses terhadap
permodalan, informasi, pasar, teknologi dan faktor-faktor penunjang bisnis
lainnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dalam bentuk affirmative action
atau tindakan keberpihakan dari pemerintah daerah untuk mengembangkan UKM
dan perekonomian desa. Terutama untuk sektor-sektor industri yang memiliki
potensi besar seperti industri makanan dan minuman yang banyak dijalankan oleh
UKM di berbagai daerah (www.presidenri.go.id).
4
Industri kecil dan menengah mencakup beberapa jenis industri. Industri
tersebut adalah industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan
bahan bangunan, industri logam dan elektronika, dan industri kerajinan. Pada
tahun 2015, jumlah sentra di Kabupaten Bantul mencapai 75 sentra dengan
penyerapan tenaga kerja sebesar 14.765 pekerja dan nilai investasi mencapai
Rp25.817.185.000. Industri pangan mendominasi jumlah sentra di Kabupaten
Bantul walaupun tenaga kerja lebih banyak diserap oleh industri kerajinan.
Rinciannya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.2
Rekapitulasi Daftar Sentra IKM Kabupaten Bantul Tahun 2015
No.
Cabang industri
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Nilai investasi
Sentra
unit
tenaga
(ribuan rupiah)
usaha
kerja
1
Pangan
25
1.241
3.236
9.622.274
2
Sandang dan kulit
9
637
1.823
2.997.121
3
Kimia dan bangunan
22
1.454
4.285
5.990.865
4
Logam dan elektronika
4
162
286
469.674
5
Kerajinan
15
1879
5.135
6.737.251
Jumlah
75
5373
14.765
25.817.185
Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM. Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Salah satu sentra industri pangan yang terdapat di Kabupaten Bantul
adalah Industri Tahu di Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan. Sentra Industri
tahu di Ngestiharjo ini merupakan salah satu pemasok kebutuhan tahu di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian
5
Perdagangan Koperasi dan UKM. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sentra
Industri tahu Ngestiharjo memiliki 57 unit usaha dengan jumlah penyerapan
tenaga kerja sebesar 254 tenaga kerja. Nilai investasi dari sentra industri tahu
Ngestiharjo pada tahun 2015 mencapai 443.043.000 Rupiah.
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis
tertarik untuk melihat lebih jauh apakah faktor-faktor produksi tahu, seperti tenaga
kerja dan modal memiliki pengaruh terhadap produksi tahu di sentra industri tahu
Ngestiharjo,
Kecamatan
Kasihan,
Kabupaten
Bantul,
Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Oleh karena itu, penulis menulis skripsi dengan judul Pengaruh
Tenaga Kerja dan Modal Terhadap Tingkat Produksi Industri Kecil dan Rumah
Tangga Tahu (Studi Kasus di Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta).
1.2 Rumusan Masalah
Industri kecil dan rumah tangga memiliki peran penting dalam
perekonomian baik dalam bentuk
penyerapan tenaga kerja maupun
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto. Salah satu karakter dari usaha
kecil yaitu penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Penggunaan tenaga kerja
menjadi salah satu hal yang harus dicermati agar dapat berproduksi secara
efisien.
Selain itu, industri kecil tidak terlepas dari masalah industri kecil pada
umumnya, yaitu keterbatasan modal. Keterbatasan modal terjadi karena daya
jangkau terhadap sumber pembiayaan konvensional masih terbatas sehingga
6
pembiayaan industri kecil terbatas pada sumber modal pribadi. Kondisi
perolehan modal yang terbatas menjadi faktor penghambat berkembangnya
industri kecil.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan, maka ruang lingkup penelitian di batasi
sebagai berikut:
1. Industri tahu yang menjadi objek penelitian adalah industri tahu yang
berproduksi di dalam Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan objek ini dikarenakan
Desa Ngestiharjo merupakan salah satu penghasil tahu dengan tingkat
produksi dan unit usaha yang relatif besar.
2. Industri kecil yang diteliti mencakup juga industri rumah tangga. Kriteria
yang digunakan adalah kriteria dari BPS, dimana industri rumah tangga
adalah industri yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang, dan industri kecil
adalah industri yang memiliki tenaga kerja 5-19 orang.
3. Variabel- variabel yang digunakan adalah jumlah produksi, jumlah tenaga
kerja, jumlah modal usaha, dan modal peralatan. Dimana:

Jumlah produksi adalah banyaknya jumlah tahu yang diproduksi
dalam satu minggu, yang dihitung dalam satuan potong.

Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
produksi tahu, yang dihitung dalam satuan jam kerja.
7

Modal usaha adalah biaya produksi (bahan baku) yang digunakan
untuk menghasilkan output, yang dihitung dalam satuan uang.

Modal peralatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan
alat pokok produksi, tidak termasuk tanah dan bangunan yang
dihitung dalam satuan uang.
1.4 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana tenaga kerja berpengaruh terhadap tingkat tingkat produksi
tahu di Desa Ngestiharjo?
2. Bagaimana modal usaha berpengaruh terhadap tingkat tingkat produksi
tahu di Desa Ngestiharjo?
3. Bagaimana modal peralatan berpengaruh terhadap tingkat tingkat produksi
tahu di Desa Ngestiharjo?
4. Bagaimana tenaga kerja, modal usaha dan modal peralatan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat tingkat produksi tahu di Desa
Ngestiharjo?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana tenaga kerja berpengaruh terhadap
tingkat tingkat produksi tahu di Desa Ngestiharjo.
2. Untuk mengetahui bagaimana modal usaha berpengaruh terhadap
tingkat tingkat produksi tahu di Desa Ngestiharjo.
8
3. Untuk mengetahui bagaimana modal peralatan berpengaruh terhadap
tingkat tingkat produksi tahu di Desa Ngestiharjo.
4. Untuk mengetahui bagaimana tenaga kerja, modal usaha dan modal
peralatan secara bersama - sama berpengaruh terhadap tingkat tingkat
produksi tahu di Desa Ngestiharjo
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu tambahan ilmu yang
berguna. Selain itu penelitian ini merupakan prasyarat untuk
memperoleh gelar sarjana S1 Jurusan Ilmu Ekonomi pada Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
2. Bagi industri kecil di Yogyakarta, khususnya industri tahu hasil
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan strategi agar proses produksi dapat berjalan
lebih efisien.
3. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan industri kecil dan
rumah tangga.
4. Bagi para peneliti lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan tambahan dan masukan bagi peneliti-peneliti
9
berikutnya terutama yang mengangkat masalah analisis produksi
pada industri kecil dan rumah tangga.
1.7 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor produksi tenaga kerja berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap tingkat produksi tahu di Desa Ngestiharjo.
2.
Faktor produksi modal usaha berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap tingkat produksi tahu di Desa Ngestiharjo.
3. Faktor produksi modal peralatan berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap tingkat produksi tahu di Desa Ngestiharjo.
4. Tenaga kerja, modal usaha dan modal peralatan bersama-sama
berpengaruh secara positif terhadap tingkat produksi tahu di Desa
Ngestiharjo.
1.8 Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab:
1. BAB I merupakan pendahuluan yang menjabarkan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, hipotesis
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian.
2. BAB II merupakan landasan teori yang meliputi definisi–definisi,
konsep - konsep dari semua teori yang berkaitan dengan penelitian dan
10
tinjauan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
terkait dengan penelitian ini.
3. BAB III membahas mengenai metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini berikut uji statistik maupun uji asumsi klasik. Selain itu
pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum usaha produksi tahu di
Ngestiharjo
4. BAB IV akan membahas mengenai pembahasan dari hasil analisis
yang telah dilakukan.
5. BAB V akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran yang diharapkan berguna untuk penelian selanjutnya.
11
Download