BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang di lakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad. R, 2004). Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara (Achmad. R, 2004). Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyar km3 air: 97,5% adalah air laut, 1.75% berbentuk es dan 0,73% berada di dataran sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya, hanya 0,001% berbentuk uap di udara. Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi, penguapan, pengendapan dan pengaliran keluar. Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah (Sosrodarsono, 2003). 2.2 Pencemaran Air Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan makhluk hidup di dunia ini, dari hewan yang berspesies terendah sampai yang tertinggi, juga manusia dan tanaman. Apabila air sudah tercemar ion-ion yang berbahaya akan mengakibatkan hal-hal yang buruk bagi kehidupan (Darmono, 1995). Secara umum, pencemar air dapat dikategorikan sebagai berikut: • BahanPencemar Bahan pencemar yang paling sering menyebabkan gangguan kesehatan manusia adalah mikroorganisme patogen. Sumber utama mikroorganisme patogen berasaldariproses pembuanganyang dikeluarkanmanusia dan hewan yang tidak dikelola dengan baik. • Zat-zat pengikat Oksigen Jumlah oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dalam air merupakan indikator yang baik untuk menentukan kualitas air dan kehidupan di dalam air. Air dengan kandungan oksigen diatas 6ppm dapat mendukung kehidupan ikan dan kehidupan air lainnya. Air dengan kandungan oksigen lebih kecil dari 2 ppm hanya mendukung kehidupan cacing, bakteri, jamur dan mikroorganisme pengurai. • Sedimen Sedimen meliputi tanah dan pasir yang umumnya masuk ke badan air akibat erosi atau banjir. Sedimen dapat mengakibatkan pendangkalan badan air (misalnya sungai). Selain itu, keberadaan sedimen di dalam air mengakibatkan terjadinya peningkatan kekeruhan air (Sunu, 2001). • Unsur hara Unsur hara, khususnya nitrat dan posfat dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas primer perairan. Peningkatan produktivitas primer perairan. Peningkatan produktivitas primer perairan sebagai akibat pengayaan air dengan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. • Pencemar anorganik Banyak pencemar anorganik, seperti ion, garam, asam dan basa dapat masuk ke badan air melalui proses alam ataupun sebagai akibat aktivitas manusia. Beberapa jenis logam seperti merkuri, timbal, kadmium dan nikel dengan konsentrasi yang kecil sudah membahayakan makhluk hidup. • Zat kimia organik Ribuan zat kimia organik digunakan di dalam industri kimia untuk membuat pestisida, plastik, produk farmasi, pigmen dan produk lain yang kita gunakan setiap hari. Kontaminasi air permukaan dan air tanah dengan zat kimia organik dapat mengancam kesehatan manusia. • Energi Panas Kenaikan atau penurunan temperatur air dari kondisi normal dapat memperburuk kualitas air dan kehidupan didalamnya. Temperatur air biasanya lebih satbil dari temperatur udara, sehingga makhluk hidup air cenderung tidak mudah beradaptasi dengan perubahan temperatur yang tiba-tiba. • Zat radioaktif Pembuangan sisa zat radioaktif ke lingkungan air secara langsung tidak diperbolehkan. Namun, mengingat aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah begitu banyak maka tidak tertutup kemungkinan bahwa zat radioaktif ikut terbawa ke lingkungan air (Mulia, 2005). 2.2.1 Indikator Pencemar Air Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air yang dipakai sebagi air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2004). Beberapa jenis industri sangat membutuhkan air dalam jumlah yang besar dan berkelanjutan. Oleh sebab itu diperlukan perencanaan yang matang untuk mendapatkan pasokan air yang cukup dengan memperhatikan kelestarian daya dukung lingkungan serta tidak melakukan kegiatan yang berakibat pada pencemaran air. Hal tersebut dapat dihindari dengan perencanaan yang matang dengan pelaksanaan yang konsisten seperti : • Tidak membuang air limbah industri secara langsung ke lingkungan umum. • Memiliki sarana instalasi pengolah air limbah (IPAL) yang sesuai dengan kebutuhan. • Diupayakan berlokasi tidak berada di hulu sungai, agar konservasi di daerah hulu sungai dapat melestarikan daya dukung lingkungan. • Perencanaan tata letak pabrik yang sesuai agar resapan air ke tanah lebih maksimal seperti kolam penampungan air. • Melakukan daur ulang penggunaan air dari hasil yang telah diolah semaksimal mungkin (Sunu, 2001). Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang kembali ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran air lingkungan (Wardhana, 2004). Pembuangan air limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran air. Limbah (baik berupa padatan maupun cairan) yang masuk ke air lingkungan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air dan ini berarti suatu pencemaran (Wardhana, 2004). Pada dasarnya polutan air dapat dibedakan menjadi dua yaitu limbah degradable dan non degradable. Limbah degradable yaitu limbah yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti limbah domestik. Sedangkan limbah non degradable adalah limbah yang tidak dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, seperti limbah radiologi dan senyawa organik (Sunu, 2001). Perencanaan kawasan-kawasan industri harus dilengkapi dengan pusatpusat pengolahan air, sehingga tidak melakukan eksploitasi air tanah untuk kebutuhan industri. Disinilah, pemerintah harus berperan untuk menyediakan air bersih sebagai wujud tanggung jawabnya tutut serta melindungi lingkungan agar lestari (Sunu, 2001). Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui: 1. Adanya perubahan suhu air. 2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. 3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. 4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. 5. Adanya mikroorganisme. 6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wardhana, 2004) 2.2.2 Dampak Pencemaran Air Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi umat manusia. Apabila air telah tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu. Ini merupakan bencana besar. Hampir semua makhluk hidup di muka bumi ini memerlukan air, dari mikroorganisme sampai dengan mamalia. Tanpa air tidakadakehidupan di muka bumi ini. Jumlah air di muka bumi ini cukup banyak. Sekitar 71% dari luas permukaan bumi ini terdiri atas air. Enam puluh persen tubuh manusia pun terdiri atas air (Wardhana, 2004). Berdasarkan cara pengamatannya, pengamatan komponen pencemaran air lingkungan dapat digolongkan menjadi: 1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu air, perubahan rasa dan warna air. 2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH. 3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan berdasarkan mikroorganisme yang ada di dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen (Wardhana, 2004). 2.2.3 Sumber Pencemaran Air Beberapa sumber pencemaran air yaitu: 1. Domestik (Rumah tangga) Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur. 2. Industri Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengelolaan limbah cair yang digunakan dalam industri tersebut. Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Fisik Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air. b. Kimia Bahan pencemar yang berbahaya: Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timah hitam (Pb), Pestisida dan jenis logam berat lainnya. c. Mikrobiologi Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. Misalnya yang berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong dan tempat pemerahan susu sapi. d. Radioaktif Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air. 3. Pertanian dan Perkebunan Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa: a. Zat kimia Misalnya: berasal dari penggunaan pupuk, Pestisida seperti (DDT, Dieldrin dan lain-lain) b. Mikrobiologi Misalnya: virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang di lokasi perkebunan. c. Zat Radioaktif Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman (Mukono, 2006). 2.3 Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 pada pasal 8 ayat 1 menerangkan klasifikasi air sebagai berikut: Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas: a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2.4 Kualitas Air Kualitas air ditentukan berdasarkan atas maksud dan tujuan pemanfaatannya, misalnya : a. Air steril (bebas kuman) Berasal dari penyulingan, dimanfaatkan dalam pengobatan. b. Air minum Air minum haruslah: - Tidak berwarna. - Tidak berbau. - Tidak berasa. - Harus jernih. - Harus netral dengan kemasaman pH 7. - Tidak mengandung zat-zat organik. - Tidak mengandung zat-zat mineral yang membahayakan manusia. - Tidak mengandung kuman-kuman penyakit, dan sebagainya. (Rismunandar, 1993). 2.4.1 Parameter Uji Kualitas Air Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut. Beberapa parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu : a. Nilai Keasaman (pH) dan alkalinitas Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6 hingga 8. Air limbah atau air yang tercemar memiliki pH yang sangat asam atau pH cenderung basa tergantung dari jenis limbah dan komponen pencemarnya. b. BOD / COD BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup di dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan pencemar didalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut. COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan uji yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (misalnya kalium dikhromat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. c. Suhu Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut di dalam air , meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut tidak juga kembali pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian ikan dan hewan lainnya. d. Warna, rasa dan bau Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati. e. Jumlah padatan Padatan yang dapat tercemari air , berdasarkan ukuran partikel dan sifatsifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terendap (sedimen), padatan tersuspensi dan padatan yang terlarut. Padatan yang mengendap terdiri dari partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan tersebut terbentuk biasanya merupakan akibat erosi. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi berukuran lebih kecil dan lebih ringan daripada padatan terendap. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air seperti gula dan garam mineral hasil buangan industri kimia. f. Kehadiran mikroba pencemar Air merupakan habitat berjenis-jenis mikrobadan bakteri. Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai kualitas perairan. g. Kandungan minyak dan lemak Meskipun minyak mengandung senyawa volatil yang mudah menguap, namun masih ada sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke pantai atau tanah di sekeliling sungai. Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi sinar matahari kedalam air. Selain itu lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air. h. Kandungan bahan radioaktif Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri peleburan dan pengolahan logam seringkali ditemukan bahan-bahan radio aktif seperti uranium, thorium-230 dan radium-226. Komponen-komponen tersebut dapat terlarut dalam air hujan dan masuk ke sumber-sumber air yang ada. Komponen radioaktif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara. Semua radio aktif menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan gangguan pada fungsi syaraf, gangguan dalam pembelahan sel yang menyebabkan kanker serta gangguan dalam pembentukan sel-sel darah yang menyebabkan anemia. i. Kandungan logam berat Logan berat (heavy metals) atau logam toksik (toxic metals) adalah terminologi yang umumnya digunakan untuk menjelaskan sekelompok elemen-elemen logam yang kebanyakan tergolong berbahaya bila masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Logam berat yang terdapat baik di lingkungan maupun didalam tubuh manusia dalam konsentrasi yang sangat rendah disebut juga trace metals. Trace metals seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), dan merkuri (Hg) mempunyai berat jenis sedikitnya 5 kali lebih besar daripada air. Logam-logam berat yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan yang tercemar limbah industri adalah merkuri atau air merkuri (Hg), nikel (Ni), kromium (Cr), kadmium (Cd), arsen (As) dan timbal (Pb). Logam-logam tersebut dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Selanjutnya, menurut sifat toksisitasnya unsur-unsur dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan, yaitu: - Unsur-unsur yang tidak bersifat toksik, yaitu : Na, K, Mg, Ca, H, O, N, C, P, Fe, Cl, Br, F, Li, Rb, Sr, Al, dan Si. - Sangat toksik dan mudah dijumpai, yaitu : Be, Co, Ni, Cu, Zn, Sn, Cr, Te, Pd, As, Cd, Pt, Au, Ti, Pb, Jb, dan Bi. - Sangat toksik tetapi tidak larut dan sukar dijumpai, yaitu: Ti, Ht, Zr, W, Nb, Ta, Re, Ga, La, Os, Rh, Ir, Ru dan Br (Nugroho, 2006). Logam berat sebagai salah satu sumber pencemar anorganik yang masuk kedalam perairan tersebut dapat berasal dari: - pelapukan batuan yang mengandung logam berat pencemaran ini bersifat alamiah. - industri yang memproses biji tambang. - pabrik - pabrik dan industri yang mempergunakan logam berat didalam prosess produksinnya. - pencucian logam dari sampah baik sampah organik maupun anorganik. - logam berat yang berasal dari ekskreta manusia dan hewan karena tidak sengaja mengkonsusmsi sumber makanan yang terkontaminasi oleh logam berat (Nugroho, 2006). 2.5 Kromium Kromium merupakan ion dengan berat atom 51,996 g/mol, bewarna abuabu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair 1.857°C dan titik didih 2.672°C, bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet),(Widowowati, 2008). Kromium adalah bahan kimia yang bersifat persisten, biokumulatif dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai di dalam lingkungan, sulit diuraikan dan akhirnya diakumulasi dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia secara berurutan, mulai dari tingkat toksisitas terendah yakni, Cr(0), Cr(III), Cr(VI). Cr(VI) pada umumnya 1000 kali lipat lebih toksik dibandingkan Cr(III). Kromium Cr(III) bersifat kurang toksksik dibandingkan Cr(VI). Tidak bersifat iritatif, serta tidak korosif (Widowati,W 2008). Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran pernapasan kumulatif pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi unsur ini dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang ditetapkan kemungkinan dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem pencernaan dan sistem pernapasan (Palar, 2008). Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service, maupun WHO European, maupun WHO Internasional. (Sutrisno, 2004). 2.6 Seng Seng adalah komponen alam yang terdapat di kerak bumi. Seng adalah memiliki karakteristik cukup reaktif, bewarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang.Seng bereaksi dengan asam, basa dan senyawa non logam. Seng memiliki nomor atom 30 dan memiliki titik lebur 419,73°C (Widowati, 2008). Seng sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi. Meskipun seng merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat toksik. Konsumsi zn berlebih mampu mengakibatkan defisiensi mineral. Toksisitas seng bisa bersifat akut dan kronis. Intake zn 150-450 mg/hari mengakibatkan penurunan kadar Cu, perubahan fungsi Fe, pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar high density lipoprotein (HDL) kolestrol (Widowati, 2008). 2.7 Metode Spektrofotometri Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari,2010). Jika absorbansi di plot terhadap konsentrasi, maka diperoleh garis lurus. Grafik ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi kontaminan dalam suatu larutan yang diperoleh dari sampel gas dan uap. Perubahan intensitas warna sebanding dengan konsentrasi. Salah satu aplikasi dari metode ini adalah analisis laboratorium untuk menetukan konsentrasi nitrogen dioksida diudara menggunakan reagen Saltzman (Lestari, 2010). Suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memeiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan (Rohman, 2009). Spektrofotometer UV- Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UVVis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV- Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004). Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm (Rohman, 2009). 2.7.1. Instrumentasi Spektrofotometri Sebuahspektrofotometeradalahsuatuinstrumenuntukmengukurtransnitansat auabsorbanssuatusampelsebagaifungsipanjanggelombang, pengukuranterhadapsederetansampelpadasuatupanjanggelombangtunggaldapat pula dilakukan (Day and Underwood, 1998) Gambar 2.1 InstrumentasiAlatSpektrofotometri Keterangangambar: Sumber Sumbertenagaradiasi yang stabil, system yang terdiriataslensa-lensa, cermin, dancelah-celah.Sumbertenagaradiasiterdiridaribenda yang tereksitasihinggaketingkattenaga yang tinggiolehsumberlistrikbertegangantinggiataupemanasanlistrik. Monokromator Monokromatoradalahserangkaianalat optic yang menguraikanradiasipolikromatikmenjadijalur-jalur yang efektif/panjanggelombanggelombangtunggalnyadanmemisahkanpanjamggelombanggelombangtersebutmenjadijalur-jalur yang sangatsempit. Tempatcuplikan Cuplikanpadadaerahterlihat /tampakbiasanyaberupalarutan yang ditempatkandalamselataukuvet.Untukdaerahterlihatdigunakangelasbiasaatauquart z.Sel yang digunakanuntukcuplikanberupalarutanmempunyaipanjanglintasantertentudari 1 hingga 10cm. Detektor Setiapdatektormempunyaitenagafoton yang mengenainyadanmengubahtenagatersebutuntukdapatdiukursecarakuantitatifseperti sebagaiaruslistrikatauperubahanpanas.Kebanyakandetektormenghasilkansinyallist rik yang dapatmengaktifkan meter ataupencatat (readout).