BUKU FOTOGRAFI Penulis: Rangga Aditiawan Editor: Arini_re! Media Service Prakata Bab I Dasar Fotografi Memotret adalah sebuah hal yang (sepertinya) mudah. Apalagi dengan semakin canggihnya teknologi yang ada sekarang ini, ke depan mungkin saja setiap orang akan bisa mendokumentasikan pernikahannya sendiri. Tapi berbarengan dengan majunya teknologi, pengetahuan kita tentang fotografi juga harus semakin baik. Karena fotografi juga engga ituitu aja, walaupun ketika berbicara dasar, sebenarnya dasarnya memang itu-itu aja. A. Fotografi adalah Melukis dengan Cahaya Pengertian yang sederhana, namun kita bisa mendapatkan saripati dari fotografi sebenarnya. Bukan hanya merekam sebuah objek, tapi sebenarnya sang fotografer itu sedang melukis bahkan mengkonstruksi sebuah objek, atau kejadian hingga akhirnya yang melihat nanti mempunyai perspektif baru tentang hal tersebut. Di dalam fotografi memang tidak hanya asal dalam memencet tombol saja. Dalam fotografi ada beberapa hal mendasar yang perlu diketahui oleh para fotografer. Sehingga memudahkan fotografer tersebut untuk berkembang dan memotret dengan baik dan benar. Beberapa hal dasar tersebut adalah : 1. Shutter Speed Secara pengertian, Shutter Speed adalah pengukuran dari berapa lama tombol Shutter dalam kamera yang kita miliki terbuka. Biasanya untuk memudahkan pengukuran dilakukan dengan angka. Seperti 1 Detik, 1/12 Detik, 1/60 Detik, 1/300 Detik, 1/1000 Detik dan seterusnya. Hal ini akan mempengaruhi hasil gambar yang kita ambil. Shutter Speed menjadi sangat berguna fungsinya ketika memotret objek yang bergerak. Seperti Manusia, Mobil, dan sebagainya. Karena semakin cepat gerakan objek tersebut kita membutuhkan nomor Shutter Speed yang tinggi juga untuk membuatnya tegas dan tidak Blur dalam foto. Namun semakin tinggi Shutter Speed yang kita gunakan, maka semakin tinggi juga cahaya yang kita butuhkan dalam memotret objek tersebut. Teknik Fotografi untuk membekukan objek ini disebut Sebagai Freezing. Atau secara sederhana adalah menangkap gerakan dari sebuah objek. Dengan teknik seperti ini, kita bisa melihat apa yanng tidak bisa dilihat oleh mata biasa. Biasanya yang menggunakan teknik seperti ini adalah reporter olahraga. http://blogof.francescomugnai.com/2013/03/the-stunning-art-of-freezing-time-20excellent-examples-of-high-speed-photography/ Seperti yang kita lihat di atas, bagaimana si kucing dan air terlihat “Beku” . Inilah yang disebut dengan teknik Freezing, Hal tersebut hanya bisa dilakukan dengan Shutter Speed yang tinggi, karena kecepatan air dan juga Kucing tersebut bahkan tidak bisa ditangkap secara kasat mata. Bahkan apa yang ada di gambar di atas bisa dibilang adalah contoh dari high speed Photography. Lalu bagaimana jika kita menggunakan shutter speed yang rendah? Apakah hasilnya akan selalu tidak bagus? Sebenarnya tidak. Bahkan bisa jadi lebih bagus dibandingkan ketika menggunakan shutter speed tinggi. Karena tidak ada yang baku dalam fotografi, Dengan menggunakan shutter rendah pada objek bergerak, kita akan memberikan efek yang disebut Motion Blur. Efek ini seperti “ghost effect” yang akan membuat objek yang bergerak tampak kabur . Bahkan dengan metode penggunaan shutter speed yang sangat rendah, kita bisa membuat sebuah foto yang sangat cantik seperti di bawah ini: http://digital-photography-school.com/how-to-shoot-light-trails/ Foto di atas diambil menggunakan teknik yang biasa disebut dengan BulB mode. Yaitu memotret dengan menggunakan shutter speed yang sangat rendah, bahkan bisa dibilang dia membuka Shutter selama lebih dari dua detik. Dengan begitu, maka objek yang bergerak dalam foto ini memang terlihat tidak jelas, namun hasilnya adalah sebuah cahaya yang sangat artistik dan cantik. Jadi jika disimpulkan secara sederhana, fungsi shutter speed adalah memberikan efek pada objek yang bergerak. Ketika kita akan memotret objek yang bergerak, maka kita harus memperhatikan shutter speed dengan seksama. Selain itu, shutter speed juga mempengaruhi pencahyaan dalam fotografi, semakin tinggi shutter speed yang kita butuhkan, maka akan semakin banyak juga cahaya yang diperlukan dalam memotret. List di bawah memperliuhatkan bagaimana biasanya ukuran shutter speed digunakan dalam fotografi. 1/16000 s: Ini adalah kecepatan tercepat yang ada dalam kamera DSLR model APSH atau APS-C. Seperti kamera Canon Eos 1D, Nikon 1 J2 dan D1H. Dengan menggunakan Speed seperti ini, kita bisa memotret Formula One dengan mudah. 1/12000 s: Ini adalah kecepatan tertinggi yang dimiliki oleh kamera 35mm film DSLR camera. Seperti kamera Minolta Maxxum 9xi. Dengan menggunakan kecepatan ini, kita bisa membuat film balapan dengan gambar yang tajam. 1/8000 s: ini adalah Speed tercepat yang dimiliki oleh Full frame DSLR. Ini digunakan untuk memotret benda-benda yang cepat. Sepeti Burung dan Juga pesawat terbang, dalam cuaca yang baik dan juga penataan eksposure yang baik. 1/4000 s: Ini adalah Speed tercepat yang yang tersedia di consumer DLSR. Seperti sony Cyber Shoot DSC-RX1. Ini dapat digunakan untuk memotret objek cepat seperti kendaraan dan juga atlit. 1/2000 s and 1/1000 s: Biasanya digunakan untuk memotret objek yang cepat dalam keadaan lighting yang normal 1/500 s and 1/250 s: Biasanya dengan shutter speed seperti ini, kita bisa memotret pergerakan manusia dalam daily life. 1/250 adalah nomor shutter speed yang paling tinggi juga ketika kita ingin menggunakan teknik panning. 1/125 s: Dengan kecepatan seperti ini dan lebih kecil dari ini, kita tidak akan bisa memotret freezing tanpa menggunakan alat tambahan seperti lampu. Biasanya kecepatan ini digunakan untuk memotret landscape, photography atau panning. 1/60 s: Sangat baik jika digunakan ketika memotret panning. Dan bisa jadi solusi ketika memotret dalam cuaca yang agak mendung. 1/30 s: Bisa digunakan untuk membuat foto panning subjek yang mempunyai kepcepatan lebih rendah dari 48 km/jam. 1/15 s and 1/8 s: This and slower speeds are useful for photographs other than panning shots where motion blur is employed for deliberate effect, or for taking sharp photographs of immobile subjects under bad lighting conditions with a tripodsupported camera.[11] 1/4 s, 1/2 s and 1 s: Also mainly used for motion blur effects and/or low-light photography, but only practical with a tripod-supported camera.[12] B (bulb) (1 minute to several hours): Used with a mechanically fixed camera in astrophotography and for certain special effects.[13] 2. Diafragma Dalam fotografi, Diafragma atau yang biasa juga disebut F-number adalah patokan ukuran dari lubang yang membuat cahaya masuk lewat lensa. F-Number sangat penting, karena ia adalah salah satu yang menentukan kualitas foto, pencahayaan pada foto bahkan ketajaman sebuah objek nantinya. Salah satu hal terpenting yang dipengaruhi oleh F Number adalah depth of field. Ini sangat mempengaruhi ketajaman gambar. Secara sederhana, depth of field adalah area terdekat dan terjauh di dalam foto yang bisa terlihat tegas, ketegasan dalam foto ini sangat dipengaruhi oleh F – Number. Dalam sinematografi, ada dua jenis depth of field. Yang pertama adalah fokus dangkal. Fokus dangkal adalah foto dengan menggunakan F Number yang kecil, sehingga area yang difokuskan pada gambar akan sangat sempit. Ini akan sangat berguna bagi kita yang ingin memotret dengan memfokuskan pada salah satu bagian saja. Seperti dalam foto di bawah ini Dalam foto di atas terlihat ia hanya fokus pada satu objek saja. Background bunga yang lain blur. Ini akan membuat orang yang melihat terfokus pada satu objek dan menghiraukan yang lain. Inilah yang disebut dengan memotret dengan DOF dangkal. Sedangkan ada lagi yang disebut dengan DOF luas. Dengan menggunakan DOF yang luas, kita bisa mendapatkan semua bagian yang ada di foto kita menjadi tegas. Biasanya teknik DOF luas ini digunakan oleh para fotografer alam. Untuk memperlihatkan sebuah landscape indah, atau arsitektur yang ada di sebuah daerah. Dengan menggunakan teknik ini, kita akan memperluas ketegasa dalam foto, hingga seluruh bagian dalam foto terlihat tegas dan membuat audience bisa melihat semuanya. Contohnya seperti gambar di bawah ini. http://www.engsoc.org/~jrobinson/gallery2/main.php?g2_view=core.DownloadItem&g2 _itemId=6799&g2_serialNumber=1 Sebagaimana terlihat dari foto di atas, pemandangan di sungai itu terlihat jelas. Mulai dari bebatuan, pepohonan, hingga matahari yang sudah hampir terbenam. Ini menunjukkan bahwa point of interest dari foto ini adalah seluruh bagian. Bukan hanya satu bagian seperti foto bunga matahari sebelumnya. 3. Lightmeter Secara sederhana, lightmeter adalah alat pengukur cahaya yang masuk. Ia dapat memberikan data yang akurat tentang cahaya masuk ke kamera kita. Apakah itu terlalu gelap, terlalu terang atau bahkan pas. Hal-hal yang menjadi tolak ukur lightmeter dalam menghitung cahaya adalah bukaan diafragma, jumlah shutter speed, metering, dan juga settingan exposure yang digunakan di kamera. Sebenarnya, dalam fotografi terdapat dua jenis lightmeter. Yang pertama adalah lightmeter manual, yang biasa digunakan oleh fotografer pada zaman analog untuk mengukur cahaya. Alatnya terpisah dengan kamera. Ia akan menentukan kira2 cahaya yang ditangkap oleh kamera akan cukup atau tidak. Alat ini masih digunakan hingga saat ini. Biasanya digunakan oleh fotografer yang bekerja di studio, karena ini terkait dengan kekuatan cahaya dari lampu yang ia gunakan pada saat memotret. http://shashinki.com/shop/images/SKN-L758DR.jpg Kedua adalah lighmeter camera. Setiap kamera DSLR saat ini, memiliki lightmeter otormatis di dalamnya. Dengan lightmeter tersebut, kita bisa mengukur apakah settingan dari exposure kita sudah tepat atau belum. Ini sangat membantu, apalagi yang sering menggunakan mode manual. Setiap bentuk lightmeter dalam kamera berbeda. Namun secara umum bentukan lightmeter di kamera tidak jauh seperti gambar di bawah ini: Seperti yang terlihat di atas, bahwa kita bisa mengukur pencahayaan dengan baik lewat lightmeter. Jika dalam pengukuran cahaya alat pengukur condong ke (+) berarti hasil foto kita nanti akan over ekspoure (terlalu terang). Namun jika alat pengukur kita condong ke (-) maka yang kita dapatkan adalah under exposure (hasil foto kita terlalu gelap). Hasil terbaik adalah jika pengukur kita berada di angka 0. Itu artinya cahaya yang kita setting sudah tepat. Perbedaan paling mencolok anatara lightmeter kamera dengan handheld lightmeter adalah cara mereka membaca cahaya. Jika lightmeter handheld membaca cahaya yang datang ke objek, Maka lightmeter camera akan membaca cahaya yang dipantulkan oleh objek ke kamera. Ini membuat lightmeter yang ada di kamera akan kesusahan kalau mengukur objek yang mempunyai background cahaya sangat kuat. Tapi sejauh ini, kamera keluaran terbaru cukup bagus dalam mengukur cahaya. Namun yang perlu diingat tidak selalu cahaya yang tepat ada di angka 0. Karena bisa saja over ekspousre sedikit lebih baik. Atau bahkan foto yang lebih gelap akan memberikan hasil yang lebih dramatis. Semuanya tergantung dari konsep sang fotografer. Namun secara garis besar, dalam mengukur cahaya biasanya kamera memiliki 3 konsep, yaitu centerweighted, partial metering, dan spot metering 4. Memahami Metering Metering adalah hal sederhana yang dapat mempengaruhi hasil foto secara signifikan. Karena opsi ini membaca cahaya yang masuk ke dalam kamera secara berbeda. Contoh sederhananya, adalah foto dengan objek yang sama, pencahayaan yang sama dan angle yang sama hasilnya bisa berbeda jika menggunakan metering yang berbeda. Untuk mengatur metering caranya cukup mudah, setiap kamera mempunyai icon sendiri atau masuk ke menu untuk mengaturnya. Untuk lebih mudah dalam memahami metering coba lihat gambar di bawah ini : Center Weighted Partial Metering Spot Metering Area yang berwarna putih adalah area yang dibaca cahanya oleh kamera kita, sedangkan area yang berwarna hitam cenderung diabaikan. Itu artinya jika kita menggunakan spot metering, maka cahaya yang dibaca oleh kamera cenderung berupa titik kecil. Ini berbanding terbalik jika kita menggunakan center weighted metering, kamera kita akan membaca lebih banyak area lagi. Aturan yang digunakan juga tidak melulu baku di tengah. Pembacaan cahaya yang dilakukan oleh kamera tergantung dari berbagai aspek. Seperti di mana kita menaruh titik fokus dari kamera, atau opsi kita dalam menyusun metering. Bahkan posisi kita dalam memotret (Potrait atau landscape) akan mempengaruhi penghitungan yang dilakukan oleh lightmeter di dalam kamera.. 5. Menggunakan Partial dan Spot Metering Partial dan Spot Metering memberikan fotografer keuntungan untuk mengontrol cahaya lebih daripada metering yang lain. Namun ini juga berarti menggunakan metering ini lebih sulit dan kompleks. Metering ini biasa digunakan jika ada objek di dalam foto yang sangat Anda ingin tonjolkan dibandingkan yang lain. Namun objek tersebut memiliki intensitas cahaya yang berbeda dengan area foto yang lain. Contoh sederhananya, metering ini akan sangat berguna jika memotret subjek backlight. Melakukan pengukuran (metering) pada wajah mereka menggunakan opsi partial atau spot akan memudahkan kita mendapatkan gambar yang cukup jelas di bagian wajah. Ini akan meghindari gambar dengan silhoutte pada bagian wajah yang biasanya didapatkan ketika memotret subjek yang backlight. Spot metering memiliki area yang lebih kecil dari Partial. Jadi metering ini hanya digunakan untuk hal yang detail dan spesifik. Jika Anda ingin menunjukkan satu hal detail dalam foto Anda, Metering ini sangat cocok untuk digunakan. Namun jika Anda ingin memotret Potrait, Nampaknya partial metering lebih cocok. Spot dan partial metering juga sangat cocok untuk memotret cahaya artificial dan ketika ambience dari cahaya yang datang tidak biasa. Ini akan memberikan hasil yang lebih berwarna dan kreatif. Apalagi jika cahaya yang Anda dapatkan berupa pantulan dari langit, atau cahaya dari sela-sela benda. Seperti contohnya gambar di bawah ini: 6. Center Weighted Metering Metering ini sering digunakan sebagai default metering yang ada di kamera. Ini karena metering center weighted adalah metering yang paling mudah digunakan dan memiliki sistem pengukuran cahaya yang paling akurat untuk membuat sebuah foto standar. Namun dengan menggunakan metering ini, hasilnya akan lebih mudah ditebak. Bahkan cenderung flat jika pencahayaan yang Anda gunakan biasa-biasa saja. Namun metering ini akan sangat berguna jika Anda ingin memotret dokumentasi acara. Atau foto liburan. Yang perlu diperhatikan adalah bayangan yang menyentuh kulit objek pada saat Anda memotret. Bayangan ini dapat membuat exposure menjadi tidak akurat. Selain itu, jika menggunakan metering ini hindari backlighting. 7. ISO (International Standar Organisation) Secara sederhana, ISO adalah level sensitifitas yang dimiliki kamera terhadap cahaya. Jika zaman dahulu, ISO ditentukan oleh roll film yang kita beli, namun pada era digital seperti ini, ISO mempunyai setting sendiri di dalam kamera. Semakin kecil nomor ISO dalam kamera Anda, maka sensitiftitas yang dimiliki oleh kamera Anda akan semakin berkurang. Sebaliknya semakin tinggi ISO yang digunakan, maka kamera Anda akan semakin sensitif terhadap cahaya. Kalau begitu, foto dengan ISO yang tinggi selalu lebih baik? Jawabannya tidak. Karena ISO yang tinggi juga memiliki konsekuensi. Karena sensitifitasnya yang tinggi terhadap cahaya, maka hasil foto dari ISO yang tinggi memiliki noise yang tinggi juga. Bagian kamera yang bertugas untuk mengubah sensitifitas ini adalah image sensor. Ini merupakan bagian yang paling mahal dan paling penting dalam kamera digital. Karena sebenarnya ini adalah otak kamera. Dari gambar di atas bisa dilihat perbedaan antara gambar yang diambil dengan ISO rendah, dengan gambar yang diambil degan ISO tinggi. Semakin rendah ISO yang digunakan maka hasil dari foto tersebut semakin jelas. Sedangkan foto yang menggunakan ISO tinggi memiliki grain dan noise lebih tinggi. Setiap kamera memiliki sesuatu yang disebut base ISO. Base ISO ini adalah ISO terendah yang dimiliki kamera. Dalam ISO ini, kualitas kamera menjadi maksimal. Dan gambar yang dihasilkan bebas dari grain. Setiap kamera memiliki Base ISO yang berbeda. Ada yang dimulai dari 100, hingga 200. Namun rata-rata Base ISO yang dimiliki kamera berkisar antara 100-200. Jika Anda menginginkan hasil yang maksimal, maka usahakan selalu memotret dengan ISO yang rendah. Jika bisa usahakan selalu ada di Base ISO. Memang itu bukanlah perkara yang mudah, apalagi jika dalam keadaan cahaya yang gelap. Tingkatan ISO dalam kamera juga varitaif. Namun biasanya tahapannya seperti ini 100, 20, 400, 800, 1600, 3200 dan seterusnya. Kenapa begitu? Karena setiap ISO yang diubah akan meningkatkan sensitifitas kamera Anda terhadap cahaya double. Ini artinya ISO 400 lebih sensitif 4 kali daripada ISO 100, dan ISO 1600 lebih sensitif enam belas kali daripada ISO 100, seperti itulah logika ISO yang dimiliki kamera. Contoh perbandingan ketika memotret dengan ISO yang berbeda: - ISO 100 – 1 detik - ISO 200 – 1/2 detik - ISO 400 – 1/4 detik - ISO 800 – 1/8 detik - ISO 1600 – 1/16 detik White Balance White balance adalah salah satu hal yang penting kita ketahui juga dalam memotret. Karena white balance sangat mempengaruhi hasil foto kita nantinya. Meskipun secara teori ini adalah dasar yang paling rumit untuk diplejari dalam fotografi. Namun jika coba disederhanakan, White balance adalah sebuah proses untuk mengeluarkan warna-warna yang tidak realistis ketika memotret. Sehingga warna putih yang ada pada objek akan benar2 menjadi putih di foto. Tidak berubah menjadi biru, orange atau Kuning. Sebenarnya, mata kita mempunyai sensitifitas yang tinggi. Sehingga akan dengan mudah membedakan warna putih dalam keadaan apapun. Namun sayangnya kamera tidak sebaik itu dalam menganalisa warna. Dalam menganalisa warna dan refleksi yang dikeluarkan oleh cahaya, kamera melakukannya tergantung “color temperature” jadi setiap cahaya yang datang diklasifikasikan menjadi dua bagian. Apakah cahaya tersebut masuk ke dalam cahaya yang “hangat” (warmth) atau dingin (cool). Gambar diagaram color temperature Dari gambar di atas, bisa terlihat bagaimana color temperature bekerja dan menghasilkan warna. Semakin color temperature itu mendekati angka 3000K maka cahaya yang dihasilkan oleh kamera Anda akan semakin mendekati warna orange. Sedangkan jika color temperature Anda mendekati 5000K maka cahaya yang dihasilkan akan semakin berwarna ke kuning-kuningan. Sedangkan di atas 5000K dan mendekati 9000K maka cahaya yang dihasilkan akan semakin berwarna kebiru-biruan. Contoh sederhananya adalah suhu yang dihasilkan oleh lampu ruangan tentunya sangat berbeda dengan suhu yang dihasilkan oleh matahari. Kamera kita mempunyai sensor untuk menangkap ini dan mengkonversinya menjadi sebuah warna. Warna tersebut akan mempengaruhi hasil foto kita. Seperti yang kita lihat di bawah ini. Foto di atas diambil di tempat sama dengan setting white balance yang berbeda. Hasilnya pun berbeda. Ada foto yang terlihat biru, ada jugan foto yang terlihat kuning. Foto terakhir adalah warna yang paling mendekati aslinya. Dari kedua contoh foto di atas, bisa kita simpulkan bahwa melakukan setting pada white balance itu sangatlah penting. Dengan white balance yang salah, maka hasil dari foto juga akan berbeda jauh dengan aslinya. Jika kita ingin lebih simple, ada baiknya selalu menggunakan preset “auto” pada white balance. Meskipun lebih baik menggunakan manual, namun auto masih lebih baik lagi daripada salah preset. Jenis-jenis white balance juga sangat beragam. Setiap kamera memiliki fitur sendiri untuk mengkonversi white balance yang ada pada ruangan ataupun outdoor. Namun secara umum, beberapa preset standar yang ada dalam kamera tersebut adalah: - Auto: preset ini merupakan preset terbaik jika kita ingin menyerahkan semuanya pada kamera. Dengan preset ini, kamera akan secara otomatis menyesuaikan temperature cahaya pada tempat kita memotret. Hasilnya tidak akan sempurna, namun cukup mendekati yang asli. Jika kita ingin memotret secara cepat dan berpindah-pindah tempat yang intensitas cahayanya berbeda, penggunaan preset ini sangat dianjurkan. - Tungsten: Mode ini biasanya disimbolkan dengan icon lampu bohlam. Preset white balance ini akan sangat berguna jika kita memotret indoor di ruangan yang mempunyai lampu dengan kecenderungan mengeluarkan cahaya kuning yang sangat kuat pada objek. Dengan preset ini kita akan sedikit memberikan efek “coling down” pada cahaya tersebut. Jangan gunakan preset ini di ruangan yang memiliki penchayaan dengan lampu neon atau berwarna putih. Karena akan membuat gambar menjadi kebiur-biruan. - Fluorescent: Preset ini kebalikannya tungsten. Settingan fluorescent akan otomatis menurunkan color temperature pada hasil foto. Artinya jika melihat color temperature grafik ia mendekati angka 3000. Preset ini akan sangat berguna jika kita memotret di ruangan yang memiliki sumber pencahayaan dari lampu neon. Karena dengan preset ini foto kita akan terlihat lebih hangat dengan berwarna lebih orange. Dan warna biru yang mendominasi foto dapat dihilangkan. - Daylight/ Sunny: Tidak semua kamera memiliki setting white balance ini. Karena setting ini cenderung sama dengan “normal” white balance setting. Jika ukurannya color temperature, white balance ini mendektai angka 4500-5500 K. - Cloudy: Ketika cuaca mendung, maka keadaan cahaya di sekitar akan menjadi lebih gelap. Ini akan mempangruhi color temperature yang semakin jadi berwarna agak abu-abu dan pucat juga. Preset seperti ini mempunyai kecenderungan untuk memperhangat warna yang ada di dalam foto Anda lebih dariapada daylight mode. Ini akan berguna jika Anda memotret di cuaca yang mendung dan berawan. - Flash: Flash yang dimiliki camera bisa merusak warna yang ada pada gambar anda. Dengan menggunakan preset ini, warna yang kita miliki menjadi lebih hangat. Jangan ragu menggunakan preset ini jika Anda memotret memakai Flash. - Shade: Cahaya yang ada ketika Anda memotret pada tempat yang berbayang biasanya mempunyai karakter yang kurang baik. Bahkan cenderung datar dan membuat foto menjadi “Blushy”. Inilah gunanya menggunakan preset ini, dengan Settingan shade, maka warna aneh ketika motret di tempat yang berbayang akan hilang. Mengatur White Balance Secara Manual Kamera Middle Pro, biasanya memiliki fitur untuk mengatur white balance Secara manual. Mode ini biasanya lebih akurat daripada preset yang disediakan oleh kamera. Karena dengan mode ini kita bisa mengatur sendiri temperature yang akan dihasilkan oleh kamera. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengatur white balance secara manual. Yang pertama kita bisa mengatur temperature sesuai dengan ukuran Kelvin. Cara ini merupakan cara yang paling simple dan mudah ketika ingin mengatur white balance secara manual. Karena cukup dengan menggeser dan mengatur kelvin yang ada pada kamera, maka kita akan mendapatkan temperature yang kita inginkan. Selanjutnya ada cara mengatur white balance melalui preset. Cara ini juga cukup mudah. Yang harus kita siapkan adalah kertas putih. Atur pencahyaannya agar warna yang tampil di kertas putih tidak terdistorsi. Lalu ambil foto kertas putih tersebut. Setelah itu, kita save di preset dan jadikan ia sebagai acuan white balance. Jika kita ingin memotret di tempat yang kira-kira terdistorsi cahayanya, maka yang kita lakukan tinggal melakukan loading preset tersebut. Nantinya temperature foto yang Anda miliki akan mengikuti temperature foto yang barusan kita ambil B. Istilah Fotografi Selanjutnya mari kita membahas beberapa istilah fotografi yang akan memudahkan kita dalam proses mengambil gambar nantinya. Istilah-istilah tersebut adalah: 1. Artificial Light Artificial light merupakan cahaya buatan yang tidak berasal dari sumber cahaya yang alami. Seperti yang kita ketahui ada beberapa sumber cahaya alam yang bisa dijadikan alat untuk mendapatkan pencahyaan, seperti bintang, matahari dan bulan. Artificial light adalah lawan dari itu semua. Ia adalah cahaya yang diciptakan oleh manusia 2. Autoexposure (AE) Sebuah settingan di dalam kamera yang akan mengatur exposure secara otomatis untuk mendapatkan penchayaan yang tepat. 3. Available Light Ini adalah kebalikan dari artificial light. Ini adalah semua pencahayaan yang dilakukan secara natural. Seperti pencahayaan yang didapat dari matahari, bintang dan bulan 4. Background Adalah latar belakang dari sebuah objek. Bagian yang ada di paling belakang dalam dimensi foto. 5. Backlight Sebuah keadaan ketika melakukan pemotretan dengan menghadap cahaya. Ini akan menimbulkan efek obejk akan terlihat gelap dan cenderung seperti silhoutte. Biasanya ini sangat dihindari ketika ingin memotret profil yang menampilkan wajah secara jelas. 6. Blur Sebuah istilah untuk objek yang terlihat kabur atau tidak fokus. Disebabkan oleh jarak fokus atau kurang tepatnya dalam melakukan fokusing pada objek yang akan kita potret 7. Bird Eye View Angle dalam fotografi yang melihat dari sudut pandang burung yang sedang terbang. Ia berada sangat tinggi dari objek yang akan kita foto. Biasanya dilakukan dalam Aerial Photography. 8. Bounce Light Sebuah teknik untuk tidak melepaskan cahaya tambahan langsung pada objek. Namun dengan memantulkannya terlebih dahulu kepada dinding, reflector atau hal –hal lain yang dapat memantulkan cahaya dan membuat cahaya yang datang menjadi lebih halus daripada langsung (direct). 9. Candid Photography Sebuah teknik fotografi yang memakai cara pengambilan gambar secara diam-diam. Ini biasanya dilakukan untuk membuat objek terlihat lebih natural dan tidak dibuat-buat. 10. Contionous Mode Atau biasa disebut burst mode. Ini adalah sebuah fitur dalam kamera yang membuat tombol rana di kamera terus menrus terbuka. Dengan menekan tombol kamera, kamera kita tidak akan berhenti memotret sesusuai dengan kecepatan yang kita setting sebelumnya. Ini biasa dilakukan ketika memotret Olahraga atau momen yang penting/sulit diulang 11. Copyright Hak Cipta sebuah karya fotografi. Atau bisa dibilang salah satu hal penting dalam fotografi. Dimana kita mematenkan foto yang kita buat atas nama kita. 12. Depth Of Field Kedalaman ruang, yang diciptakan oleh penggunaan diafragma dalam kamera. Ruang fokus yang berbeda antara objek satu dengan objek lainnya www.photoargus.com 1. Focus of Interest Bagian dalam foto yang menjadi kekuatan utama dari foto tersebut. Contoh sederhana Anda memotret 100 jeruk dalam frame. 99 berwarna orange, dan ada 1 yang berwarna Hijau. Tentunya mata orang yang melihat foto Anda akan langsung tertuju kepada jeruk yang berbeda hijau. Karena ia adalah bagian paling menarik perhatian dalam foto tersebut. Itulah yang disebut dengan focus of interest. 2. Foreground Ini adalah lawannya dari background. Jadi bagian terdepan dalam dimensi foto yang akan kita ambil. Foreground selalu menjadi bagian paling depan dalam foto Anda. 3. Fixed Lens Lensa yang tidak mempunyai kemampaun untuk melakukan zoom. Jadi untuk mendapatkan gambar yang lebih dekat, kita harus berjalan mendekati objek tersebut. Karena lensa yang kita miliki tidak bisa diputar focal lengthnya. 4. Grain Ini adalah gangguan yang tercipta dalam file digital. Biasanya terjadi ketika area yang kita foto kurang pencahayaannya. Grain bentuknya seperti bintik-bintik hitam yang mengitari sebagian foto. Grain dalam fotografi biasanya akan terlihat jika Anda melakukan zooming pada foto 5. High Dinamic Range Sebuah Teknik memotret dengan menggabungkan beberapa buah foto dan pencahayaan sehingga menampilkan pencahyaan dan kontras yang sama di semua sudut. Salah satu contoh foto dengan menggunakan teknik HDR 6. Hot Shoe Dudukan untuk memasang lampu Flash ke dalam kamera. Biasanya terdapat di atas Body kamera 7. Hyperzoom Lens Istilah lain dari super zoom lens. Ini adalah lensa yang memiliki kemampuan untuk melakukan zooming sangat ekstrim. 8. Image Resolution Besarnya resolusi dari sebuah g. Biasanya diukur dengan ukuran pixels 9. Internal Flash Flash bawaan dari kamera. Biasanya dimiliki oleh setiap kamera pocket dan juga DSLR. 10. Low Angle Sebuah cara memotret yang dilakukan dari bawah objek. Biasanya memberikan efek objek terlihat lebih besar. 11. Light Meter Alat untuk mengukur pencahayaan. Ada dua jenis, yang terdapat di dalam kamera dan luar kamera. Bagian luar biasanya digunakan ketika memotret di studio atau menggunakan lampu dan pencahayaan artificial. 12. Low Light Sebuh kondisi dimana pencahayaan yang ada di dalam ruangan atau tempat tersebut cukup redup atau kurang. 13. Macro Lens Sebuah lensa khusus yang dirancang untuk memotret dengan jarak fokus yang sangat dekat. Biasnaya untuk memotret binatang dan juga objek yang sangat kecil. http://www.bluewaterphotostore.com/sites/default/files/imagecache/product_full/pan asonic-45mm-macro-lens.jpg 14. OverExposure Gambar terlalu terang. 15. Under Exposure Gambar terlalu Gelap. Salah satu contoh gambar yang underexpossure, dikarenakan salah perhitungan dalam perhitungan di lightmeter 16. Photo Essay Sebuah teknik bercerita secara naratif lewat fotografi. Biasanya merangkai beberapa foto menjadi sebuah cerita Pendek. Tema yang diangkat bisa sosial, politik, budaya hingga kultur Pop. 17. Point and Shoot Camera Kamera yang cukup simple, tidak memilik banyak fitur. Hanya tinggal diarahkan lalu dipencet tombolnya saja. 18. Retouching Sebuah proses mengubah foto, baik dari warna hingga pencahyaan. Saat ini biasanya kita melakukan retouching menggunakan software seperti Adobe Photoshop. 19. RAW File Jenis File dengan kualitas, pencahayaan dan juga ketajaman yang sesuai dengan aslinya. File ini tidak melalui proses kompresi sebagaimna file JPEG atau PNG. Karena itu biasanya ia memiliki ukuran yang besar 20. RGB (Red Green Blue) 3 warna dasar dalam fotografi. Dari ketiga warna ini, kita akan menghasilkan warnawarna lain yang muncul dalam foto kita nantinya 21. Rule Of Thirds Sebuah teknik penempataan objek dalam fotografi. Ia membagi sebuah foto menjadi sembilan area. Contoh Rule Of Thirds, beberapa kamera keluaran baru memasukan fitur seperti ini di dalam Previewnya 22. Viewfinder Sebuah alat untuk melihat refleksi objek yang dipantulkan ke dalam kamera. Zaman dahulu, para fotografer menggunakan semuanya secara manual, bahkan Viewfinder. Zaman Manual, semua Viewfinder hanya memperlihatkan refleksi dari objek saja. Ini gunanya untuk memnentukan komposisi, bukan melihat hasil akhir. Namun saat ini, kita bisa mengggunakan Viewfinder digital yang memungkinkan kita melihat secara “Live” bagaimana kira-kira hasil foto kita nantinya, apakah terlalu terang atau terlalu gelap. 23. Komposisi Sebuah teknik untuk menempatkan objek dalam foto. Ini akan sangat mempengaruhi artistik dalam foto Anda. Bab II Peralatan Dasar Perkembangan teknologi fotografi saat ini membuat produsen berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi dalam produk mereka. Dan sayangnya perkembangan fotografi itu bukan hanya pada kamera dan lensa saja. Ada juga beberapa peralatan lain yang bisa mendukung dalam menghasilkan gambar yang lebih baik. Beberapa hal yang ada di bawah ini ada baiknya Anda pertimbangkan untuk dimiliki. A. Lensa Tambahan Jika Anda senang memotret dengan kamera Interchangeable lens, maka ada baiknya Anda tidak hanya memiliki satu lensa saja. Karena setiap lensa itu memiliki efek yang berbeda. Dan terkadang, efek-efek tersebut memberikan detail yang cukup baik pada foto Anda nantinya. Secara umum lensa dibagi menjadi beberapa jenis, di sini saya akan coba menjelaskan beberapa jenis lensa tersebut. B. Wide Lens Dengan lensa jenis ini, kita bisa memotret objek yang lebar. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan atau objek yang besar. Karena dengan menggunakan lensa ini, cakupan foto kita akan cukup luas. Yang termasuk lensa wide adalah lensa yang memiliki amount dari 12mm-35mm. Dengan lensa wide juga asupan cahaya yang masuk bisa lebih banyak. Karena memang ia dirancang untuk mendapatkan kelebaran dari objek. Lensa wide juga menjadi favorit bagi para traveler. Karena dengan menggunakan lensa ini kita bisa memotret apapun dengan simple dan mudah. Apa yang di capture kamera lebih luas daripada lensa-lensa lainnya. Dan ukuran dari lensa ini cenderung lebih kecil daripada lensa zoom. Karena itu akan lebih mudah dibawa kemana saja dan dalam situasi apa saja. Ini menguntungkan bagi para traveler karena tidak perlu menghabiskan ruang yang besar untuk sebuah lensa. Bahkan beberapa lensa wide ekstrem dapat memberikan efek melengkung dan juga distorsi pada objek. Biasanya jika Anda memotret dengan ukuran lensa di bawah 12mm, maka hasil yang Anda dapatkan akan cenderung cembung. Efek ini disebut efek fish eye. Dengan efek ini foto Anda cenderung tidak akan membosankan dan terlihat lebih indah. http://d1vmp8zzttzftq.cloudfront.net C. Zoom Lens Secara pengertian fotografi, lensa zoom bukan hanya lensa yang diperuntukan untuk memotret jarak jauh. Namun lensa yang memiliki varian dan dapat diatur jaraknya pun bisa disebut lensa zoom. Namun untuk mempermudah Anda dalam memilih lensa, mari kita kalsifikasikan lensa zoom di sini sebagai lensa yang memiliki focal length di atas 70mm. Berbeda dengan lensa wide. Lensa ini dirancang untuk memotret objek dari jarak jauh. Apa yang ada di frame kita cenderung sempit. Namun akan lebih padat jika kita memotret sebuah objek. Lensa ini sangat tidak dianjurkan dibawa jika Anda ingin memotret pemandangan atau landscape. Karena Anda pastinya akan kesulitan untuk mendapatkan spot yang nyaman untuk memotret. Lensa ini sangat bagus jika digunakan memotret manusia atau objek lain seperti memotret olahraga. Yang tidak memungkinkan untuk fotografer mendekat. Bahkan beberapa lensa zoom yang extreme bisa memotret dari jarak sangat jauh. Lensa yang dimiliki oleh teropong bintang juga pada dasarnya adalah lensa zoom. Tapi ini lensa zoom yang sangat ekstrim. www.the –digital-picture.com D. Macro Lens Lensa ini adalah lensa yang berfungsi untuk memotret objek dengan jarak sangat dekat. Kelebihan adalah titik fokus yang dia miliki tidak seperti lensa lain. Lensa lain akan kesulitan mendapatkan titik fokus ketika akan memotret jarak dekat. Sedangkan lensa macro malahan akan memiliki fokus yang sangat baik kektika memotret objek yang memiliki jarak sangat dekat. Lensa macro yang bagus, bahkan bisa memotret bulu mata seseorang dengan sangat jelas. Lensa ini juga baik jika dipergunakan untuk memotret benda-benda yang kecil. Dengan lnesa ini kita bisa melihat detail dari benda tersebut. Beberapa lensa macro yang ekstrem bahkan bisa memotret kepala semut dengan sangat jelas. Biasanya lensa macro digunakan untuk memotret produk, flora fauna atau untuk keperluan artistik. Karena dengan lensa ini kita bisa melihat apa yang mata kita sendiri tidak bisa lihat. www.funlava.com E. Fixed Lens Lensa ini adalah lensa yang hanya memiliki satu focal lenght. Dalam artian, untuk melakukan zoom in atau zoom out. Kita tidak bisa memutar lensa ini. Putaran lensa hanya berguna untuk focusing saja. Untuk mengetahui apakah lensa fixed atau bukan sebenarnya kuncinya mudah, kita perlu melihat melihat nomor focal lenghtnya saja. Ketika hanya memiliki satu focal length, berarti itu adalah lensa fixed. Kelebihan lensa ini dengan lensa yang lain adalah gambar yang dimiliki lensa fixed lebih tajam. www.digitalcameraworld.com F. Tilt shift lens Lensa yang jarang sekali digunakan oleh banyak orang. Karena memang untuk mengoperasikannya agak sulit dibandingkan lensa-lensa lain. Tidak seperti lensa lain, lensa ini dapat digerakan ke kiri dan ke kanan. Jadi tidak hanya memutar ring zoomnya, kita juga bisa memutar bagian depan lensa kita ke kiri dan ke kanan. Lensa ini akan memberikan efek Blurring dan juga ketajaman yang luar biasa pada salah satu bagian di dalam frame. Contoh Lensa Tilt Shift Seperti yang terlihat di atas, lensa ini mempunyai sebuah “kunci” yang jika diputar, kita dapat menggerakan lensa ini ke arah lain. Lensa ini memang agak susah dicari di pasaran. Bahkan tidak semua toko menyediakannya. Biasanya jika kita ingin membeli lensa ini, kita harus memesan ke toko tersebut. Harganya pun cukup mahal. Namun hasilnya memang sangat bagus. Memberikan efek yang sulit dilakukan dengan software sekalipun. Lensa ini biasa digunakan untuk eksperimental. Namun belakangan ini dunia modeling dan juga fashion menggunakan lensa ini. Terutama untuk fotografi yang cenderung konseptual. G. Tripod atau Monopod Ini adalah salah satu peralatan penting yang harus dimiliki oleh fotografer. Memang sekilas akan terlihat ribet jika kita memotret menggunakan benda ini. Karena harus banyak penyesuaian dan susah untuk fleksibel. Namun fungsi dari tripod atau monopod adalah mereduksi getaran yang dihasilkan oleh tangan fotografer. Bayangkan jika Anda ingin memotret dengan teknik Bulb yang mengharuskan Anda untuk menahan kamera Anda selama 1 Menit. Mana mungkin ini dilakukan dengan tangan kosong? Inilah fungsi tripod. Selain itu, dengan tripod juga memungkinkan kita untuk menghasilkan teknik lain seperti HDR atau multiple exposure. Perbedaan antara tripod dan monopod hanyalah pada daya yang mereka miliki dalam menahan Getaran. Tentunya tripod jauh lebih stabil dalam mereduksi getaran ke kamera yang kita miliki. Memang untuk memotret yang lebih lama, atau di medan yang lebih sulit (curam, tidak rata, dan sebagainya) dianjurkan untuk memakai tripod agar hasilnya lebih maksimal. Karena Monopod tidak baik digunakan dalam medan yang sulit. Selain itu, tripod juga baik digunakan ketika memotret memakai self timer atau remote. Ini akan menjaga kamera kita tetap stabil dan tidak mudah terjatuh oleh angin yang besar. Tapi bukan berarti monopod tidak memiliki kelebihan. Monopod sendiri memiliki kelebihan dalam akselerasi dan juga kemudahan. Monopod lebih praktis dan mudah digunakan daripada tripod. Ini cocok jika Anda ingin memotret di tempat yang mengharuskan Anda memotret dengan mobilitas tinggi, namun menghindari shutter lag. Biasanya Monopod digunakan oleh para wartawan olahraga. Karena ia dapat dengan cepat berpindah, namun bisa mereduksi getaran dengan cukup baik. http://ecx.images-amazon.com/images/I/610pv%2BtDFwL._SL1300_.jpg Dari Gambar di atas bisa terlihat perbedaan fisik antara monopod dan juga tripod. Perbedaan mendasar adalah tripod memiliki tiga kaki sebagai tumpuan. Sedangkan Monopod hanya memiliki satu kaki saja. Secara harga, tripod lebih mahal daripada monopod. Tripod juga ada beberapa jenis dan perbedaan kekuatan. Ada tripod untuk kamera foto dan Video. Biasanya Tripod yang diperuntukan untuk kamera video mempunyai handling yang lebih fleksibel daripada tripod untuk video. Ini karena sifatnya tidak statis, ia harus bisa bergerak ke kiri-kanan dan atas-bawah secara mudah. Selain itu, biasanya tripod untuk video lebih kuat untuk menahan beban. Masalah beban ini juga harus diperhatikan dalam membeli tripod. Beberapa tripod yang murah hanya bisa menahan beban sedikit. Biasanya setiap tripod memiliki berat maksimal yang bisa ia tahan. Coba cari tahu berapa maksimal berat dari tripod Anda sebelum Anda memutuskan untuk membelinya. H. External Flash + Triger Meskipun kamera Anda memiliki internal flash, namun tidak ada salahnya Anda menyisihkan uang untuk membeli alat ini. Alat ini akan sangat membantu Anda dalam menghasilkan artifical light yang berbeda dan beragam. Karena ada beberapa teknik pencahayaan yang hanya bisa dilakukan oleh external flash. Ada banyak sekali yang bisa Anda lakukan dengan external flash. Bahkan bisa dibilang penggunaan internal flash adalah solusi terakhir jika memang tidak ada cahaya sama sekali. Karena hasilnya pasti akan terlihat sangat tidak bagus dan tidak natural. Kenapa bisa begitu? Yang pertama, karena internal flash memiliki sumber cahaya yang sangat kecil. (Dalam artian ukuran dari lampu) ini akan menghasilkan bayangan yang sangat keras dalam ke dalam objek yang Anda foto. http://www.lightingrumours.com/wp-content/uploads/2013/06/yongnuo-yn622nb.jpg Selain itu jika keadaan memang gelap, hasil dari foto menggunakan Internal Flash biasanya akan membuat objek terlalu terang dan background akan hilang. Ini membuat hasil foto Anda tidak memiliki tekstur yang baik dan menjadi sangat tidak enak untuk dilihat. Ini karena internal flash mengarah langsung kepada objek yang Anda Foto. Ia tidak memiliki filter dan pengaturan kekuatan cahaya pun tidak sebanyak external flash. Hal terpenting yang dimilki oeh external flash adalah kita bisa mengatur darimana datangnya arah cahaya. Ini membuat kita memungkinkan dalam mengatur shadow dan juga highlights yang ada dalam foto kita nantinya. Karena hampir semua external flash bisa diputar 180 derajat dengan pengaturan angle yang baik, kita bisa mendapatkan cahaya yang lebih natural, meskipun kita menembakan flash langsung pada objek dan tidak dipantulkan. Hal lain yang membuat external flash menjadi favorit bagi para fotografer adalah dengan external flash kita bisa melakukan teknik bouncing. Yang disebut dengan teknik bouncing adalah sebuah teknik sederhana untuk memantulkan cahaya pada objek di sekitar objek utama sehingga cahaya tidak langsung menimpa objek utama. Contohnya adalah ketika kita memotret seseorang di ruangan yang cukup gelap. Kita tidak langsung mengarahkan flash external kita pada orang tersebut. Flash external tersebut kita arahkan pada langit-langit sehingga cahaya yang dikeluarkan akan memantul lewat langit-langit sebelum mengenai objek. Agar lebih jelasnya bisa dilihat di Gambar Bawah ini http://neilvn.com/tangents/images/flash/diagram/flash-bounce-diagram-2.jpg Dari gambar di atas terlihat bagaimana cahaya memantul terlebih dahulu sebelum mengenai objek. Dengan menggunakan teknik seperti ini, maka hasil dari foto kita akan terlihat lebih natural. Cahaya yang mengenai objek utama juga tidak akan terlalu keras karena ia tidak secara langsung ditembakkan pada objek utama. Bahkan jika Anda melakukannya dengan benar, bisa menghilangkan bayangan dalam foto Anda sehingga seperti Anda memotret tidak menggunakan flash sama sekali. Selain itu, keuntungan yang terakhir dengan menggunakan flash external adalah kita bisa menggunakan filter dan juga diffuser. Ini akan memberikan efek cahaya yang lain lagi. Namun tentunya pasti lebih lembut daripada menggunakan internal flash. Banyak jenis flash yang beredar di pasaran saat ini. Beberapa versi terbaru bahkan memiliki fitur yang sangat banyak dan cenderung agak rumit. Jika Anda ingin belajar terlebih dahulu, saya sarankan untuk membeli flash lama. Karena flash model lama banyak yang kompatibel dengan kamera jenis terbaru sekalipun. Ini karena ia lebih mudah dimengerti dan lebih mudah untuk dipelajari. Equipment pelengkap dalam flash adalah triger. Dengan menggunakan triger kita tidak harus menaruh flash di dalam kamera. Kita bisa menggunakan flash secara terpisah. Ia bisa berfungsi layaknya lampu yang biasa dipakai di studio. Triger adalah sebuah alat yang fungsinya sebagai transmitter. Ia akan menghubungkan kamera Anda dengan flash yang Anda miliki secara wireless. Dengan begitu, jika Anda memencet tombol shutter maka secara otomatis flash yang Anda miliki akan menyala. Ini memungkinkan Anda untuk memotret dari jarak jauh, namun menaruh flash di jarak dekat. Bahkan beberapa triger flash memungkinkan anda memotret dari jarak 100 meter dan masih bisa bekerja dengan baik. Kelebihan lain dari menggunakan triger adalah mempermudah pekerjaan foto Anda. Apalagi jika Anda memotret potrait atau model di outdoor dengan mobilitas yang tinggi. Jika menggunakan lampu tentunya Anda akan sangat repot. Namun dengan menggunakan triger, tentunya akan mempermudah pekerjaan Anda. I. Reflector Tidak ketinggalan sebuah alat sederhana yang bisa mengubah banyak hal. Meskipun tidak mengeluarkan cahaya, alat ini penting juga dalam membantu pencahayaan kita pada saat memotret. Harga alat ini cukup murah, namun bisa dipakai di indoor maupun outdoor. Bahkan ia juga memiliki dua fungsi. Yang pertama dalah memantulkan cahaya. Yang kedua adalah meredam cahaya. Reflektor sendiri terdiri dari beberapa warna. Yang bisa kita ubah dengan membuka dan melakukan bolak-balik pada kain pembungkus yang ada. Setiap warna kain dan material yang berbeda akan menghasilkan efek yang berbeda pula. Reflektor sendiri biasanya memiliki bahan dengan 3 warna yang berbeda. Yaitu perak, eEmas dan putih. Jadi dengan membeli alat ini, Anda bisa mendapatkan 3 efek warna sekaligus. Ketika menggunakan reflektor sebagai alat pemantul cahaya, kita bisa menggunakannya dengan mencari kemana jatuhnya cahaya utama, sebagai contoh matahari. Lalu kita pantulkan cahaya tersebut ke objek yang kita inginkan. Hal ini juga bisa dilakukan pada lampu atau flash. Yang perlu diingat setiap warna yang Anda gunakan akan memberikan efek yang berbeda nantinya pada foto Anda. Selain sebagai alat untuk memantulkan cahaya, reflektor juga bisa digunakan untuk alat peredam cahaya. Ini bisa digunakan jika cahaya yang datang terlalu terang ke objek. Atau Anda ingin menghilangkan bayangan yang terlalu keras pada objek. Jika Anda menggunakan lampu, reflektor juga bisa berfungsi sebagai difusser dari lampu tersebut. ww.dpreview.com J. Hand Grip Biasa juga disebut sebagai body tambahan dalam kamera. Karena bentuknya seperti body kamera yang ditempel di bagian bawah. Hand grip juga memiliki pegangan tersendiri, jadi memungkinkan kita untuk memegang dengan baik ketika kamera sedang berada dalam posisi horizontal maupun vertikal. Fungsi utamanya adalah sebagai pemberat, dan juga alat untuk membuat kamera Anda semakin stabil. Apalagi jika kamera Anda adalah kamera dengan body yang kecil dan cenderung ringan. Maka sangat disarankan untuk menggunakan hand grip sebagai alat bantu dalam memotret. Karena dengan menggunakan alat bantu ini kita bisa meminimalisir shutter lag yang ditimbulkan oleh tangan kita yang terlalu keras memencet tombo, shutter. Dengan menggunakan handgrip kita memiliki dua tombol shutter. Pertama adalah yang berada di kamera, kedua adalah yang berada di handgrip. Ini juga memudahkan sang fotografer ketika memotret dalam posisi vertikal. Namun yang perlu diingat adalah handgrip juga memerlukan baterai. Jadi ketika kita menggunakannya baterai kamera kita tidak terapakai. Seperti halnya equipment fotografi lain, harga dari handgrip juga bermacam-macam. Bahkan berat dari handgrip pun bermacam-macam. Bertanya berbeda, karena bahan yang mereka pakai pun berbeda. Handgrip yang bagus akan memiliki berat yang cukup untuk membuat kamera stabil. Bahannya pun hampir sama dengan body kamera, sedangkan yang kurang bagus bersifat kebalikannya. www.dpreview.com K. Remote Fitur ini akan sangat berguna jika kita memotret dari jarak jauh, atau bisa digunakan ketika memotret candid. Dengan menggunakan Remote, kita bisa memotret tanpa harus menekan tombol shutter pada kamera. Biasanya ini digunakan untuk memotret hal-hal yang berbahaya. Beberapa wartawan flora dan fauna menggunakan remote untuk memotret bintang liar di dalam hutana atau untuk menangkap objek yang sulit dilakukan secara dekat. Jenis remote kamera berbeda. Ada beberapa yang bisa digunakan dengan jarak yang cukup jauh, ada juga yang hanya bisa digunakan secara dekat. Bahkan beberapa remote kamera tercanggih dapat disambungkan dengan device lain seperti laptop atau tab untuk mengatur pencahayaan, ISO sampai white balance yang ada di dalam kamera tersebut. Ini akan sangat menguntungkan fotografer, apalagi fotogrfaer outdoor. Karena cahaya yang berada di outdoor biasanya berubah-ubah. Selain itu, bagi yang menyukai stop motion, remote akan sangat berguna. Dengan menggunakan remote, kita bisa mengatur interval dari kamera itu untuk memotret. Kita bisa menentukan berapa lama kamera tersebut akan memotret. Apakah selama 20 detik sekali, satu menit sekali, atau 5 menit sekali. Ini akan membuat kita dengan mudah menghasilkan stop motion tanpa harus memencet tombol rana terus menerus. Kendala yang didapat dalam menghasilkan stop motion adalah gambar yang tidak konstan dan bergerak. Frame yang tidak konsisten ini biasanya disebabkan karena tangan kita ketika memencet tombol rana menghasilkan getaran. Nah getaran inilah yang biasanya menggeser kamera kita sepersekian inci. Meskipun sedikit, namun ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil foto kita nanti yang tidak terlihat halus. Namun dengan menggunakan remote dan tripod, hal ini dapat dihindari. Kita hanya tinggal melakukan setting sederhana terhadap intervalometer dari kamera tersebut. Sehingga akhirnya nanti kamera memotret sendiri. Selain interval, kita juga bisa melakukan setting terhadap berapa foto yang ingin kita ambil. Sebenarnya ada beberapa apps juga yang bisa dimaksimalkan oleh kita jika ingin menghasilkan stop motion dengan baik. Ada beberapa free apps yang memungkinkan kita untuk menyetting intervalmeter dalam kamera, sehingga dapat memotret terus menerus tanpa harus memencet tombol shutter. Namun semua apps tersebut, hasilnya tidak semaksimal ketika menggunakan remote. L. Lens Filter Filter adalah aksesoris yang mempunyai dua fungsi. Pertama dapat melindungi lensa Anda, yang kedua dia mempunyai efek pada gambar Anda. Filter adalah aksesoris tambahan yang ditaruh di depan lensa. Sifatnya bisa dibuka copot sesuai dengan keinginan kita. Terbentuk dari plastik atau kaca, filter secara umum terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah filter yang memberikan efek pada foto, dan juga filter yang mengubah warna foto. Dalam digital fotografi, filter berkembang dengan sangat pesat. Dulu sebelum fotografi menjadi digital, filter adalah hal favorit bagi para fotografer. Karena filter bisa menjadi pilihan sederhana dan termurah untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif. Daripada susah payah untuk mengubah hasil di kamar gelap, maka filter adalah solusi yang paling praktis. www.google.com Dalam fotografi sendiri, filter memiliki banyak jenis dan model. Namun kita bisa mengkerucutkannya lagi sesuai fungsinya. Secara umum filter dalam fotografi adalah sebagai berikut: - Filter Ultra Violet Filter ini adalah filter yang paling sering digunakan oleh para fotografer, karena ia tidak memiliki efek yang terlalu signifikan pada hasil dari foto. Fungsi utamanya adalah mengurangi sinar yng berlebihan dari ultra violet. Karena tidak seperti mata, sinar ultra violet sensitif terhadap kamera. Filter ini juga memiliki fungsi lain, yaitu melindungi lensa dari debu dan juga kecacatan pada lensa. Ini menghindari lensa mendapatkan kontak fisik langsung terhadap apa yang ada di depannya. Dengan ini, lensa Anda akan tahan lebih lama. Beberapa lensa juga membutuhkan Filter ini untuk melakukan penyegelan terhadap cuaca. Jadi lensa bagian depan akan terlindungi dari embun dan juga dengan filter ini, akan lebih mudah untuk menahan temperatur dengan baik. - Color Conversion Sesuai dengan namanya, filter ini adalah filter yang dapat mengkonversi warna. Fungsinya adalah mengatur white balance agar lebih sempurna lagi. Filter ini terdiri dari berbagai macam warna. Seperti orange, biru dan kuning. Pada zaman analog, filter ini sangat popular. Karena akan mempermudah kita untuk menghasilkan white balance yang tepat. Selain itu, dengan filter ini kita dapat menghasilkan warna yang tidak terduga. Namun sekarang seiring dengan berkembangnya teknologi dan software editing foto, filter ini ditinggalkan karena orang lebih memilih membeli software daripada filter. - Contrast Enhancement Filter ini berfungsi untuk menimbulkan kontras pada foto. Filter ini akan sangat baik untuk memotret di outdoor dan di tempat yang memiliki kontras tinggi. Seperti landscape pemandangan dan juga awan. Dalam memotret pemandangan, terkadang kita akan kesulitan untuk memotret dengan keadaan kontras yang tinggi antara langit dan tanah. Selain itu, filter ini biasanya digunakan dalam fotografi hitam putih. Karena dengan filter ini, kontras warna akan lebih mudah keluar. Namun saat ini, penggunaan filter ini juga sudah berkurang. Karena para fotografer lebih banyak menggunakan software. - Polarizer Filter Filter ini tidak memiliki efek untuk mewarnai. Ia lebih mereduksi cahaya dan menyaring cahaya lewat sebuah arah partikular, dan mengurangi refleksi dari barang-barang seperti cermin dan logam, dan ia juga dapat membuat warna langit menjadi lebih gelap. Filter ini juga berfungsi untuk memotret benda atau objek yang berada di balik kaca. Dengan menggunakan filter ini, kita bisa menghilangkan refleksi yang ditimbulkan oleh kaca. Jadi seperti memotret tanpa ada kaca di depan kita, caranya adalah memutar-mutar filter, seperti mencari fokusing. - Diffusion Filter Sering disebut sebagai filter untuk membuat objek terlihat lebih soft. Dengan filter ini, kita dapat menghasilkan gambar yang lembut dan juga menghasilkan sebuah hasil yang cenderung “dreamy”. Jadi gambar seperti berbayang namun terlihat sangat lembut. Filter ini biasanya digunakan untuk memotret Potrait. Namun dengan menggunakan filter ini, kontras yang dihasilkan oleh foto kita akan berkurang. M. Camera Bag dan Drybox Selanjutnya ada tas kamera. Mungkin Hal ini terlihat sangat sederhana, namun pada kenyataannya tas kamera sangat mempengaruhi kekuatan kamera kita nantinya. Dengan ini kita dapat meminimalisir gesekan yang terjadi antara kamera dan lensa. Bahkan beberapa tas kamera yang bagus tahan air hujan dan juga dapat menjaga kelembaban yang ada dengan sangat baik. Semakin banyak peralatan yang Anda bawa, semakin anda membutuhkan tas kamera. tas biasa tidak menjamin kemanan dari lensa dan juga barang-barang yang Anda bwa. Tas kamera memiliki bahan khusus yang dapat menghindarkan lensa dan kamera anda dari kelecetan. Selain tas kamera, ada tempat penyimpanan yang bernama drybox. Ini bisa digunakan ketika Anda ingin menyimpan peralatan fotografi Anda di rumah. Drybox juga dirancang untuk menaruh barang Anda cukup lama tanpa menimbulkan masalah seperti jamur dan lembab. Karena dalam drybox kita bisa mengatur suhu dan temperatur di dalamnya. Dan ia kedap dari udara yang ada di luar. Alat ini juga baik dibawa jika Anda memotret di tempat yang ekstrim cuacanya. Seperti bersalju atau sangat lembab. Bentuknya kotak seperti kulkas. Perbedannya dengan drybox kita bisa mengatur suhu yang ada di dalamnya. Saat ini drybox bentuknya makin simple mulai dari bentuknya yang kecil dan mudah dibawa. Tidak seperti dulu yang bentuknya memang lemari dan susah untuk dibawa kemana-mana. Contoh drybox kecil/portable http://i01.i.aliimg.com/img/pb/517/664/462/462664517_839.jpg N. Cleaning Equipment Salah satu hal yang paling sederhana, namun sering dilupakan. Ini adalah hal yang sangat penting dalam fotografi, karena dengan ini kita bisa mencegah kamera kita terkena kerusakan yang parah. Cleaning equipment ini realtif murah, dan kita bisa membeli satu paket yang isinya beragam. Biasanya dengan membeli cleaning equipemnt kita mendapatkan penyemprot kamera, cairan pembersih, dan juga lap kamera. Jika kita memiliki equipment ini, maka kita bisa membersihkan lensa dan juga body kamera sendiri. Salah satu caranya pun cukup mudah, tisu lensa dan kain lap biasanya digunakan untuk bagian depan kamera. Tisu lensa bisa digunakan untuk membersihkan kaca loensa yang bisanya terkena minyak atau jamur kecil. Sedangkan blower, bisa digunakan untuk membersihkan bagian dalam kamera. Berikut cara membersihkan bagian dalam kamera lewat cleaning kit. Usahakan lakukan di dalam ruangan yang bersih. Pastikan tidak ada banyak debu ketika Anda melakukan pembersihan bagian dalam kamera. Karena, salah-salah nanti malah kamera Anda akan terkena asupan debu dari ruangan. Copot lensa yang ada pada kamera Anda. Biarkan kamera Anda terbuka terlebih dahulu. Setelah itu ambil cleaning kit dan blower. Selanjutnya, setting kamera Anda pada mode bulb. Posisikan kamera Anda menghadap ke bawah, lalu tekan shutter. Ini akan membuat kaca di dalam kamera anda terbuka, terus tekan shutter tersebut, lalu ambil blower, dan semprotkan ke arah kamera Anda seperti gambar di bawah ini. www. Wikihow.com Setelah itu balikan lagi kamera Anda menghadapke atas, lalu bersihkan dengan lap atau alat pembersih lain yang ada di cleaning kit. Anda bisa memakai semprotan pemersih untuk memastikan bahwa dalam kamera Anda tidak ada noda minyak atau noda dari debu yang kecil, namun jangan lupa untuk mengeringkannya dengan baik. Dan untuk memastikan kamera Anda tidak apa-apa, jangan lakukan penyemprotan ketika kamera Anda dalam posisi “on”. Bab III Elemen Fotografi Fotografi tidak hanya berisi hal-hal teknis, karena ia adalah bagian kecil dari sebuah kesenian. Dalam fotografi juga terdapat beberapa unsur yang tidak baku. Dan dunia fotografi modern, menjadikan hal-hal ini lebih penting daripada teknis. Dunia fotografi Modern lebih mendahulukan konsep, karena hal-hal yang sifatnya teknis sudah banyak diurus oleh teknolgi. Dalam Bab ini, kita akan membahas beberapa unsur yang menjadikan foto itu baik atau tidak selain dari teknis. Elemen ini akan sulit untuk diaplikasikan secara langsung. Ini membutuhkan latihan dan juga terus menerus mengasahnya lewat praktik yang rutin. Unsurunsur apa saja yang mempengaruhi hasil foto kita menjadi lebih baik? A. Camera Angle Hal yang paling utama yang menjadikan sebuah foto baik atau tidak. Terkadang fokus ke hal yang teknis akan melupakan kita dalam menentukan angle memotret. Padahal fotografi juga adalah masalah sudut pandang. Bagaimana kita ingin memberikan sebuah gambar yang baik jika sudut pandang dalam memandang peristiwa tersebut tidak baik juga. Angle fotografi sangat beragam dan setiap angle bisa jadi menyiratkan berbagai macam hal berbeda pada satu objek. Seperti contoh, kita memotret seseorang dengan angle yang berbeda. Satu dengan high angle shoot, satu lagi dengan low angle shoot. Secara visual, low angle akan memberikan efek lebih gagah dan epik dibandingkan dengan kita memotret secara high angle. Beberapa angle dasar dalam fotografi adalah sebagai berikut: - Eyelevel view : adalah angle dimana fotografer mengambil sudut pandang sesuai dengan pandangan mata manusia. - Low Angle : Teknik memotret dengan mengambil sudut pandang dari bawah. Jadi kamera disimpan di bawah, seakan-akan memberikan efek bahwa kita melihat objek dalam foto tersebut dari bawah. - High Angle : Kebalikan dari low angle. Angle ini memungkinkan kita memotret dari atas. Jadi kita seperti melihat sesuatu dari atas. Contoh memotret tanaman dengan high angle - Bird eye view : Sebenarnya ini hampir sama dengan high angle. Namun perbedaanya adalah dengan view seperti ini, kamera itu seperti mata burung. Jadi kita melihat objek dari jarak yang cukup jauh di atas. - Worm eye view : Atau bisa disebut dengan extreme low angle. Di sini kita mengibaratkan kamera kita adalah mata cacing. Jadi jika ingin memotret dengan angle seperti ini, kamera disimpan serendah mungkin, bahkan mungkin bisa hanya disimpan di tanah. B. Tekstur Tekstur juga menjadi hal yang sangat penting dalam photography. Meskipun tekstur adalah salah satu elemen visual yang sangat identik dengan “Sentuhan”, namun bukan berarti fotografi tidak bisa mengcapture hal tersebut. Dalam elemen visual design, tekstur adalah satu dari sekian banyak hal yang bisa menjadi pembeda. Dan tekstur di sini bukan tekstur dari foto Anda. Tapi bagaimana Anda menangkap tekstur yang ada di dalam objek Anda. Bagaimana memperlihatkan tekstur dalam sebuah objek memang agak sulit. Diperlukan pencahayaan yang sangat pas. Karena dalam fotografi, tekstur tidak akan muncul jiika gambar yang kita ambil terlalu terang. Semakin terang gambar, maka tekstur yang dimiliki oleh objek itu semakin hilang. Jadi usahakan jangan terlalu over eksposure jika Anda ingin memunculkan tekstur dalam foto Anda nantinya. Waktu terbaik untuk memunculkna tekstur dalam fotografi adalah Siang hari dan adanya matahari. Karena dengan kombinasi yang baik dari cahaya matahari dan shadow, maka akan menghasilkan gambar yang baik pula. Beberapa foto yang menonjolkan tekstur juga diambil dari jarak yang relatif dekat. Karena dengan memperpendek jarak, maka tekstur dari sebuah objek akan lebih terlihat. Seperti yang terlihat di atas, bagaimana sebuah foto terlihat teksturnya lebih baik jika difoto dari jarak yang lebih dekat. Foto dengan tekstur menonjol juga akan sangat baik jika diaplikasikan di foto makanan atau foto produk. Karena akan membuat orang yang melihatnya lebih penasaran dan juga memberikan kesan bahwa itu adalah sesuatu yang hidup. Sebuah tips sederhana jika Anda ingin memotret dan memunculkan tekstur adalah gunakan pembanding. Kita bisa membuat kontras sederhana dengan membandingkan objek yang mempunyai tekstur lembut dengan tekstur kasar dan variatif. Ini akan lebih membuat tekstur yang Anda inginkan keluar. Dan tektur juga tidak hanya pada benda mati saja. Manusia pun mempunyai tekstur yang ia bisa perlihatkan di kulitnya. C. Warna Warna dalam fotografi bisa menyiratkan banyak hal. Selain menjadi penunjang artistik dari foto itu sendiri, warna juga bisa menjadi simbol yang berbicara. Sebagai contoh, bagaimana warna menjadi sebuah simbol adalah pada bendera kita. Bagaimana warna merah dan putih tidak hanya berdiri sebagai warna untuk identitas dan keperluan artistik. Namun bagaimana warna tersebut menjadi sebuah simbol bagi keberanian dan juga kesucian dari bangsa kita. Hal tersebut juga berlaku dalam fotografi. Bagaimana tidak semua foto lebih baik diberikan sentuhan banyak warna, ada juga foto yang sangat baik ditampilkan dengan hanya hitam putih. Hitam putih sendiri akan memberikan efek dramatis pada foto kita nantinya. Foto ini adalah sebuah contoh sederhana, dimana untuk mendapatkan foto yang bagus, tidak harus colorful http://121clicks.com/ Fotografi memang tidak seperti melukis yang memungkinkan kita untuk mewarnai sesuai dengan keinginan. Namun bukannya dalam fotografi kita tidak bisa bermain warna. Menentukan gelap dan terang dari langit ketika kita memotret pemandangan juga dalah sebuah upaya untuk membuat warna dalam foto. Atau ketika kita memotret cahaya lampu yang ada di kota pada malam hari, itu juga merupakan salah satu cara mewarnai dalam fotografi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Warna dalam foto sangat ditentukan oleh white balance. Karena itu kenapa white balance juga menjadi sangat penting. Selain itu, settingan picture style yang ada di kamera juga sangat mempengaruhi warna. Sebenarnya kita bisa mengutak-atik settingan warna hingga menghasilkan karakter warna yang sesuai keinginan. Caranya sangat mudah, kita tingal masuk ke menu kamera dan cari picture style, lalu masuk ke dalamnya dan ubah karakter warna yang Anda inginkan sesuai dengan keinginan D. Mengenal RGB dalam fotografi RGB sendiri adalah sistem warna yang populer dalam fotografi. Jadi untuk membuat warna apapun dalam foto Anda, hanya dibutuhkan tiga warna dasar, yaitu red, green, dan blue. Kamera Anda akan menangkap apa yang ia lihat, sehingga ia akan menafsirkannya sendiri dengan mencapur ketiga warna tersebut. Berbeda dengan printing dan juga desain yang memungkinkan kita menggunakan 4 warna, fotografi hanya mengenal 3 warna dasar. Pertama kali digunakan, RGB sendiri pada tahun 1861, oleh seorang ahli matematika dan juga ilmuwan yang bernama J.C Maxwell. Ia mencoba mencampurkan ketiga warna ini dalam fotografi untuk menghasilkan foto yang berwarna. E. Komposisi Secara sederhana, dalam fotografi komposisi adalah bagaimana kita menentukan letak objek dalam frame. Sebagai contoh kita memotret sebuah apel. Kita pasti akan berpikir, bagaimana kita akan menyajikan apel ini secara fotografis? Apakah ia akan ditaruh di kanan, kiri, atau tengah? Apakah ini akan difoto secara horizontal atau vertikal? Di sanalah kita mencoba untuk mencari komposisi yang tepat agar apel itu enak dipandang secara fotografis. Elemen yang ada dalam komposisi tidak hanya melulu meletakan objek dalam frame saja. Namun ini juga terkait beeberapa hal seperti; ukuran objek, yaitu bagaimana kita akan menampilkan objek ini. Apakah hanya setengah, atau kita akan mencoba untuk menampilkan objek ini secara utuh. Salah satu teknik enempatan objek utama, tidak harus selalu di tengah, ini yang disebut dengan komposisi Selain ukuran, jika ada banyak objek dalam foto kita, kita pastinya akan mencoba untuk mencari balancing antara objek satu dengan yang lainnya. Jika kita ingin menunjukkan salah satu objek. Pastinya kita akan berpikir bagaimana objek ini akan menjadi point of interest dalam foto ini, dan membuat objek yang lain menjadi backgorund. Caranya bisa dengan menaruh objek utama di tengah, membuat proporsi objek utama terlihat lebih besar daripada objek yang lain dan sebagainya. Komposisi merupakan salah satu elemen penting yang harus terus menerus dipelajari ketika Anda memutuskan untuk belajar fotografi. Karena banyak foto yang baik berawal dari komposisi yang baik pula. Yang perlu diingat dalam fotografi adalah seluruh benda dan objek yang ada di frame Anda merupakan bagian dari kisah yang ingin Anda ceritakan. Ketika Anda memotret objek manusia, ada beberapa komposisi dasar yang mungkin bisa dipelajari sebagai acuan - Headroom : Headroom adalah space yang ada di atas kepala objek. Ketika kita memotret sebuah potrait, kita akan selalu menyisakan objek tersebut space di atas kepalanya. (keuali memang konsep fotonya extreme close up). Ketika kita menyisakan space untuk itu, haruslah pas. Jangan terlalu banyak menyisakan ruang kosong di atas kepala subjek. Karena itu akan membuat foto menjadi aneh. - Noseroom :Ini dieperuntukan ketika kita memotret seseorang dari samping. Selalu sediakan ruang bagi hidungnya. Jangan memotongnya dan memberikan space terlalu kecil, karena itu akan terlihat aneh. Jika Anda ingin memotong, potonglah bagian belakang kepalanya. Namun biarkan bagian dari mata hingga hidungnya terlihat Contoh headroom dan noseroom yang baik dan kurang baik F. Garis Meskipun bentuknya bukan seperti garis yang dilakukan ketika menggambar, namun fotografi juga sebenarnya membuat garis. Garis tersebut terbentuk dari berbagai macam hal. Cara kita menempatkan objek hingga pengulangan dari objek yang menyerupai sebagai garis. Dengan membuat garis, akan lebih mudah orang-orang menikmati foto Anda. Bahkan garis imajiner ini cenderung membuat orang yang melihatnya mempunyai imajinasi tersendiri. Garis yang ada di frame Anda akan membuat sebuah persepsi terhadap orang yang melihatnya. Di mana visual tersebut akan menggiring mata dan juga otak untuk mengumpulkan informasi tersebut dan menyimpukannya menjadi sebuah garis yang akan dilihat terlebih dahulu dalam foto. Sebagai contoh adalah foto di atas. Bagaimana pagar-pagar kayu yang ada di dalam foto tersebut kita persepsikan sebagai sebuah garis. Dan garis-garis tersebut adalah bagian yang kita lihat pertama (menarik) di dalam foto tersebut. Padahal dalam foto tersebut objek utama nya adalah orang yang sedang berjalan ada di dekat pohon. Garis imajiner yang dibuat pagar tersebut akhirnya menggiring kita pada orang tersebut. Garis juga dapat menimbulkan sebuah perspektif yang lebih baik lagi. Garis vertikal, horizontal bahkan diagonal akan memberikan efek yang berbeda dalam foto nantinya. Jika foto tadi masih terlihat agak datar secara perpektif, maka coba tengok foto di bawah ini: Foto ini menjadi lebih baik secara dimensi karena mengambil garis secara diagonal. Di sini terlihat bagaimana pohon-pohon yang ada di kiri foto membentuk sebuah garus imajiner diagonal, bahkan kuda pun seakan menjadi sebuah garis diagonal. Dengan begitu, kita bisa melihat seluruh bagian dengan sangat baik. Bagaimana kuda tersebut menarik pedati dan dikemudikan oleh seseorang, mungkin jika kita menggunakan garis imajiner secara horizontal atau vertikal ke dalaman dan juga dimensi dari foto ini tidak akan terlihat. Kesimpulannya, selain sebagai alat pembantu untuk menggiring persepsi orang dalam fotografi, garis imajiner juga bisa menjadi sebuah cara untuk membuat foto menjadi lebih artistik dan mempunyai dimensi. G. Space (Ruang) Dalam fotografi, Anda tidak perlu menghabiskan semua tempat untuk objek. Terkadang ruang kosong dalam fotografi juga bisa jadi sangat berarti. Bahkan beberapa fotografer beranggapan bahwa sekecil apapun ruang kosong di dalam frame Anda tetaplah bagian dari foto Anda. Jika Anda tidak menginginkanya, maka jangan masukkan dalam frame. Dalam fotografi sendiri space bisa mempunyai dua makna. Pertama adalah bagian dari fotografi yang mengelilingi subjek, baik itu langit kosong berwarna cerah, Air atau bahkan background kain yang tidak memiliki elemen visual apapun. Kedua, ia bisa diartikan untuk menjelaskan bagaimana foreground dan background Anda menjadi satu kesataun yang menciptakan “ruang” sehingga terlihat lebih dalam. Pertama-tama mari kita bicara tentang positif dan negatif space. Ada mitos yang mengatakan bahwa area kosong yang berada di sebelah subjek Anda bisa jadi membosankan. Ini sebenarnya tidak benar, bahkan sebenarnya dengan komposisi yang benar, maka area kosong bisa jadi menarik perhatian. Ia bisa jadi menciptakan berbagai macam emosi pada orang yang melihatnya. Ini sangat tergantung pada setting dari ruang kosong tersebut. Selain itu, dengan membuat ruang kosong, maka objek Anda akan lebih menarik. Salah satu tips sederhana untuk memberikan space pada foto, adalah ketika objek tidak melihat kamera. Ia melihat ke arah lain. Jika Anda memotret dengan frame penuh dengan objek, maka foto akan terlihat sedikit aneh, namun jika kita memberikan sedikit ruang kosong, maka foto akan memberikan kesan yang menarik bagi yang melihatnya seperti gambar di bawah ini, bagaimana ada ruang kosong yang dapat memberikan kesan lebih pada foto daripada foto yang full cropped. Selain itu, dalam istilah fotografi kita juga mengenal apa yang disebut dengan active space dan dead space. Sebagai contoh, kita memotret objek yang bergerak, maka ketika dia melompat atau berjalan ia selalu menuju ruang yang ada di depannya dan meninggalkan ruang yang dia tempati sebelumnya. Active space adalah ruang yang ia tuju, misalnya kita memotret orang yang melompat ke depan, kita membiarkan ruang kosong yang dituju oleh orang tersebut masuk ke dalam frame, itu yang disebut dengan active space. Sedangkan dead space adalah kebalikannya. Kita membiarkan ruang kosong yang ditinggalkan orang tersebut melompat tersebut masuk ke dalam frame. Agar lebih mengerti mari kita lihat foto yang saya ambil di bawah ini. salah satu contoh foto dengan active space Dalam foto di atas bisa dilihat bagaimana burung tersebut menuju ke arah ruang kosong yang berada di depannya, dan saya membiarkan ruang kosong tersebut masuk ke dalam frame. Dan ruang kosong itulah yang disebut active sapce. Jika saya membiarkan burung tersebut berada di depan, dan membiarkan ruang kosong yang ditinggalnya masuk ke dalam frame, maka itu adalah dead sapce. H. Bentuk Bentuk adalah salah satu elemen dasar juga dalam fotografi. Salah satu kehebatan fotografer adalah memvisualkan bentuk dengan baik. Bahkan fotografer pun sebenarnya bisa memanipulasi bentuk dengan bantuan cahaya. Bagaimana seorang fotografer membuat foto dari wajah objek lebih terlihat kurus dengan memainkan cahaya di sekitaran pipinya dan lehernya. Fotografer yang memiliki mata bagus, dapat menyajikan visual dari sebuah bentuk dari cara yang lebih unik daripada orang lain. Sebagai contohnya, mari lihat gambar di bawah ini. Gambar di bawah ini diambil oleh seorang fotografer bernama kim hopf. Sepintas foto ini terlihat sangat abstrak, namun jika kita lihat dengan seksama, foto ini adalah foto gedung yang difoto dengan baik oleh fotografer tersebut. Dengan backgrouud langit yang baik. Kita tahu bahwasanya ini adalah foto gedung yang diambil dari bawah oleh sang fotografer tersebut. Di sini fotografer tersebut menyajikan sebuah sudut pandang unik terhadap gedung itu sendiri tanpa menghilangkan esensinya. Dia menampilkan bentuk gedung yang unik, juga dari sudut pandang yang unik pula. Untuk perbandingannya mari kita lihat doto tersebut dari depan. Tentunya ada perbedaan yang signifikan ketika kita melihat bentuk gedung tersebut dari depan, dan dari bawah. Ketika kita melihatnya dari bawah, kita melihat sesuatu yang lebih dramatis dan juga unik. Mungkin tidak semua orang yang bekerja di gedung ini pun pernah menikmati sensasi melihat gedung ini dari bawah. Itulah kenapa menyajikan sebuah bentuk menjadi sangat penting bagi fotografer. Berbicara bentuk dalam fotografi, kita hanya bisa menyajikan bentuk secara dua dimensi. Dan ada lagi elemen lain yaitu form, yang terkait bagaimana menyajikan foto secara tiga dimensi. Karena itulah, jika berbicara tentang bentuk dalam fotografi, kita tidak berbicara mengenai bagaimana memberi “isi” dalam sebuah objek, melainkan bagaimana kita menyajikan bentuk tersebut dari sudut pandang yang unik. I. Positif Shape dan Negatif Shape Secara umum bentuk dalam fotografi dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah positive shape. Salah satu hal termudah untuk mengcapture ini. Karena ini merupakan bentuk asli dari benda apapun yang kita lihat. Jika kita melihat mobil di jalan dan memotretnya sebagai mobil, bagaiamana pun sudutnya itu tetap menjadi positive shape. Sederhananya positive shape adalah segala bentuk dan sudut dari objek yang tidak menimbulkan makna lain. Mobil tetaplah mobil, burung tetgaplah burung. Sedangkan negative shape adalah kebalikan dari positive shape. Ini memang agak sulit untuk diwujudkan dalam fotografi, karena butuh kepekaan visual yang tinggi juga moment yang pas. Seperti contohnya gambar di bawah ini: http://www.digital-photo-secrets.com/images/black-swans-in-love.jpg Dari foto di atas kita bisa melihat bagaimana kepala dari kedua angsa tersebut membentuk hati, inilah yang disebut negative shape. Di mana bentuk yang disajikan oleh fotografer di luar bentuk aslinya. Ini akan memberikan sudut pandang yang lebih menarik lagi daripada memotret hanya mengandalkna positive shape. Namun yang diperlukan latihan berkali-kali dan juga kepekaan yang terus diasah untuk menghasilkan gambar seperti di atas. J. Form Form adalah perkembangan dari bentuk. Jika bentuk (shape) hanya memperlihatkan sesuatu secara dua dimensi, sedangkan form adalah sebuah elemen fotografis yang memperlihatkan objek seakan-akan seperti 3 dimensi. Dalam fotografi memperlihatkan objek seakan-akan memiliki ruang sulit, ini diperlukan angle dan pencahayaan yang tepat. Karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika Anda ingin memperlihatkan form dari sebuha foto. 1. Angle Angle merupakan salah satu hal terpenting dalam memperlihatkan ruang yang dimiliki oleh suatu objek atau Benda. Sebenarnya ada tips sederhana untuk memotret ketika Anda ingin memunculkan form dari sebuah objek. Agar orang-orang tahu bagaimana bentuk dari objek, usahakan jangan memotret terlalu depan. Berikan sedikit perspektif dengan memotret agak ke samping. Seperti contoh di bawah ini. Dalam foto ini kita bisa melihat bagaimana bentuk dari rumah secara keseluruhan. Bagaimana kaca yang ada di samping, lalu bagaimana bentuk gentengnya, dan lain sebagainya. Jika kita memotret rumah ini dari depan, kita hanya akan melihat pintunya saja. Kita akan kehilangan bentuk-bentuk lain seperti kaca yang berwarna kuning dan juga pattern dari genteng. Dengan memotret agak menyamping kita bisa memberikan kesan bahwa rumah ini mempunyai bentuk 3 Dimensi. 2. Cahaya Ini pun merupakan elemen penting dalam membentuk sebuah form yang baik. Karena dengan cahaya, kita bisa menimbulkan kedalaman dari sebuah foto. Sebagai sebuah pencahayaan yang flat, hanya akan membuat foto terlihat seperti 2 dimensi. Ini alasan kenapa memilih pencahayaan yang tepat itu seperti memilih angle yang tepat. Untuk mendapatkan pencahayaan yang memberikan dimensi pada objek memang sangat sulit. Apalagi jika kita memotret di outdoor dan tanpa alat bantu cahaya. Cuaca yang mendung, dan kurang baik akan membuat foto tidak berdimensi sama sekali, jadi ada baiknya Anda memotret dalam keadaan cahaya yang baik. Cahaya terbaik yang diberikan matahari adalah pada saat golden hour. Yaitu pada saat siang hari dan sore hari yang cerah, lalu bagaimana sebuah foto yang tidak memiliki dimensi? Coba lihat foto di bawah ini. Secara komposisi memang foto ini cukup baik, namun foto ini bisa dibilang tidak memiliki form. Ini dikarenakan semua hal dalam framenya terlihat hanya seperti 2 dimensi. Cahaya yang datang sangat rata. Ini dikarenkan pemotretan dilakukan pada saat mendung, lalu angle yang diambil pun direct forntal, jadi kita tidak bisa perspektif lain dari objek-objek yang ada dalam foto tersebut. Foto ini tidak memiliki dimensi, kita tidak bisa melihat bagaimana bentuk dan dimensi dari kincir angin, daun, dan juga rumput yang ada di dalam frame ini. Ketika Anda memotret dalam pencahayaan yang kurang baik, usahakan mengakalinya dengan angle yang tepat agar menciptakan kesan tiga dimensi dalam foto Anda. 3. Depht (Kedalaman) Kedalaman dalam fotografi merupakan sebuah hal yang sangat penting. Akan memberikan kesan bahwa objek yang Anda foto memiliki volume. Cara untuk memberikan kedalaman dalam foto sangat sederhana, salah satunya adalah dengan mengatur pemisahan antara foreground dan background. Startlearningphotography.com Seperti yang dilihat di atas, bagaimana sebuah foto yang memiliki kedalaman akan lebih enak dilihat. Dalam foto ini, sang fotografer memisahkan antara foreground dan juga background dengan sangat baik. Ia pun sengaja menupuk bola secara sejajar. Agar bentuk dari bola tersebut bisa dilihat dengan jelas dan memiliki volume. Selain angle yang tepat, foto ini juga memiliki penggulangan pattern yang tepat. Bab IV Lighting Seperti yang dibahas pada awal buku ini, bahwa pencahayaan adalah hal terpenting dalam fotografi. Maka dari itu, saya membuat bab khusus tentang hal tersebut. Pencahayaan bisa merupakan hal yang paling sederhana, hingga hal yang paling rumit dalam fotografi. Namun sedikit perbedaan dalam mengatur atau menempatkan cahaya, akan memberikan perbedaan yang cukup signifikan pada foto Anda. A. Beberapa Sumber Cahaya Utama dalam Fotografi Secara garis besar, cahaya dalam fotografi dibagai menjadi dua bagian, yaitu natural light dan artificial light. Natural light adalah segala suatu sumber cahaya yang berasal dari alam. Sedangkan artificial light adalah cahaya yang dibuat oleh manusia. Namun sebenarnya dari dua hal ini, kita bisa menjabarkannya lagi menjadi beberapa hal, di antaranya: - Cahaya matahari : Ini adalah sumber cahaya yang terbaik. Karena meskipun berasal dari hanya satu sumber (matahari). Namun ia bisa menimbulkan efek yang berbeda. Jika kita memotret pagi hari dengan siang hari, efek warna yang ditimbulkan akan sangat berbeda. - Continous artificial light : Ini adalah pencahyaan buatan. Tidak seperti flash yang hanya mengeluarkan cahaya sepersekian detik, karakter cahaya seperti ini dimiliki oleh lampu neon atau bohlam. Ia memberikan penerangan secara terus menerus. Biasanya karakter cahaya seperti ini digunakan dalam film - Flash light : Alat khusus fotografi. Sebuah alat yang memberikan kilatan cahaya sepersekian detik untuk menerangi objek yang realtif gelap. Flash sendiri terdiri dari flash internal (yang menyatu langsung dengan kamera) dan eksternal flash (yang terpisah dari kamera) - Spesial lighting : Ini lighting yang berbeda dengan ketiga jenis di atas. Biasanya dia dijadikan penerangan tambahan dan juga untuk keperluan artistik. Seperti cahaya dari kembang api, cahaya yang ditimbulkan oleh api, listrik dan lain sebagainya. B. Teknik Pencahayaan dalam Potrait Perkemabnagn dunia potrait fotografi memang sangat pesat. Banyak sekali teknik baru dan juga eksperimen yang dilakukan oleh fotografer untuk menghasilkan sebuah foto yang berbeda. Namun secara sudut pandang fotografi klasik, ada beberapa teknik yang bisa Anda terapkan ketika memotret potrait. Teknik ini bisa diterapkan di outdoor maupun indoor. Jika Anda memotret di luar, maka matahari bisa menjadi ganti lampu studio Anda. 1. Split Lighting Dalam teknik ini, sang fotografer memisah wajah menjadi dua bagian. Satu bagian adalah area yang lebih terang (karena terkena cahaya secara direct langsung) bagian yang lain adalah bagian yang lebih gelap (shadow). Biasanya teknik ini digunakan untuk memotret musisi dan juga selebritis. Karena ini akan memberikan efek dramatis pad objek yang Anda foto. Kebanyakan juga digunakan untuk memotret objek laki-laki, karena akan menimbulkan maskulinitas dan juga kekuatan karakter. Namun bisa juga dicoba dengan objek perempuan, malah tentunya akan memberikan efek yang berbeda. Cara menciptakan pencahayaan seperti ini adalah dengan menaruh sumber cahaya di 90 derajat objek. Bahkan ada kemungkinan juga Sumber cahaya berada sedikit di belakang kepala objek. Ini akan membuat hanya sebagian saja bagian muka yang terkena cahaya. Beberpa fotografer jga menggunakan lebih dari satu lampu untuk memotret dengan teknik mari li seperti ini. Namun untuk lebih jelasnya lagi mari lihat ilustrasi di bawah ini : http://i.stack.imgur.com/wREqs.jpg Dari gambar di atas, terlihat bagaimana caranya menempatkan lampu ketika menggunakan teknik pencahayaan split lighting. Dengan menempatkan lampu di samping objek, maka hanya satu bagian saja yang terkena cahaya lampu. Namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal, saya sarankan untuk sedikit memberikan cahaya tambahan di depan objek. 2. Loop Lighting Loop lighting merupakan teknik pencahayaan samping. Hasilnya, ia akan memberikan sebuah shadow kecil pada hidung dan sedikit di bagian leher. Untuk menciptakan teknik pencahyaan seperti ini, Anda harus menaruh lampu sedikit di atas eye level dari objek. Dan untuk kemiringannya, bisa antara 30-45 derajat. Ini tergantung dari bentuk dari wajah objek. Dengan sering menggunakan teknik ini, kita akan semakin paham dari karakter wajah objek. Blog.lindsayadlerphotoraphy.com Dari foto di atas, dapat dilihat bagaimana penempatan cahaya yang dibutuhkan ketika kita akan menggunakan loop lighting. Lampu ditaruh agak sedikit di atas objek, dan hasilnya ada sedikit shadow di bagian kiri objek. Ketinggian dan juga sudut dari lampu akan mempengaruhi hasil dari foto Anda nantinya. Lalu usahakan sumber cahaya tidak terlalu besar, karena akan semakin keras cahaya yang dihasilkan nantinya. Teknik ini adalah teknik fotografi yang sering dipakai oleh banyak fotografer. 3. Rembrandt Lighting Nama rembrandt sendiri diambil dari seorang pelukis. Kenapa dinamakan sama, karena teknik pencahayaan seperti ini merupakan teknik yang sering dia lakukan dalam melukis. Sebenarnya, teknik pencahyaan rembrandt hampir sama dengn loop lighting, tapi dia menghasilkan efek yang lebih dramatis lagi. Ini seperti split lighting yang memberikan kesan lebih gelap pada foto yang Anda ambil. Untuk menghasilkan foto dengan konsep seperti ini, objek harus sedikit agak menyamping dari sumber cahaya yang didapat. Sumber cahaya pun harus berada di atas kepala mereka, sehingga shadow dari hidung bisa jatuh ke pundak objek. Jika Anda tidak memiliki lampu, teknik ini bisa diapalikasikan dengan window lighting. Jadi kita memotret objek lewat cahaya yang tembus dari jendela, seperti gambar di bawah ini. 4. Butterfly Lighting Nama butterfly lighting sendiri diambil dari shadow yang muncul seperti kupu-kupu di bawah hidung objek. Sumber utama dari pencahayaan (main light) biasanya diletakan tepat di depan objek, dengan sudut agak menunduk ke bawah. Dengan teknik ini, maka fotografer biasanya memotret di bawah lampu. Dengan seperti ini, sang fotografer harus berhati-hati agar cahaya dari lampu tidak terkena belakang punggung fotografer. Teknik ini sangat populer di kalangan fotografer majalah fashion. Apalagi untuk foto pin up majalah, biasanya fotografer menggunakan teknik ini, Karena hasil yang didapat akan membuat wajah model menjadi terlihat bulat daripada aslinya. Selain itu, dengan teknik butterfly lighting, bagian leher dari model tidak akan terkena cahaya. Ini akan memberikan kesan dimensi yang kuat pada wajah objek. Salah satu tips sederhana ketika memotret ini adalah taruh reflektor di bawah dagu model. Lebih reflektor Anda maka hasil yang didapatkan akan semakin baik. Bahkan beberapa fotografer menyuruh modelnya sendiri untuk memegang reflektor. Fungsi reflektor di bawah adalah untuk memantulkan cahaya dari lampu ke daerah dagu Anda. Ini akan membuat hasilnya lebih lembut dan mengurangi cahaya yang sangat kuat di daerah dagu model Anda. 5. Short Lighting Ini merupakan teknik pencahayaan tambahan. Biasanya digunakan unt menambah dimensi yang ada pada foto Anda. Short lighting memiliki keungulan untuk membuat wajah terlihat berdimensi dan lebih kurus daripada aslinya. Selain itu, teknik ini memilik efek dramatis pada objek, dikarenakan cahaya yang mengenai wajah akan menimbulkan kontras yang cukup tinggi. Penggunaan short lighting juga biasanya dikombinasikan dengan teknik lain. Karena ada dasarnya, short lighting adalah sebuah bentuk fill in pada potrait. Namun beberapa fotografer potrait mencoba untuk menggunakan teknik ini secara terpisah. Hasilnya, Anda akan mendapatkan sebuah foto yang cukup dramatis, karena sumber cahaya yang diberikan oleh short lighting relatif lebih kecil daripada pencahayaan teknik lain. Bagi para street fotografer, ini adalah efek yang sangat diminati. Berbeda dengan teknik pencahayayaan yang lain, yang memegang kunci di sini adalah angle kamera. Angle kamera yang Anda gunakan tidak bisa sejajar dengan objek, dengan menggunakan teknik ini, objek akan terlihat sedikit menoleh kepada kamera. Dengan begitu, maka bagian wajah yang terkena cahaya akan sedikit, seperti sebuah efek cahaya datang dari samping belakang. 6. Broad Lighting Teknik pencahayaan ini adalah kebalikan dari short lighting. Dengan menggunakan teknik seperti ini, maka cahaya yang datang pada wajah akan semakin lebar. Jika dalam short lighting cahaya yang mengenai wajah lebih sedikit, maka dalam borad lighting cahaya yang mengenai wajah cukup luas. Ini akan menimbulkan sedikit shadow pada wajah Anda, dan sisanya adalah bagian yang terkena terangnya cahaya. Efek yang ditimbulkan pun hampir sama dengan short lightting, ia akan membuat objek terlihat lebih kurus. Namun berbeda dengan short lighting, teknik ini kurang memiliki pencahayaan yang dramatis karena Anda akan menemukan banyak bagian yang lebih terang dalam wajah objek. Broad lighting cocok untuk dipakai dalam memotret fashion. Selain itu, biasanya broad lighting ini dikombinasikan dengan high key untuk mendapatkan hasil yang sangat baik. Fakta Tentang Ppencahayaan 1. Fakta Tentang Lebar dan sSempitnya Sumber Cahaya Semakin besar sumber cahaya, maka semakin lembut cahaya yang didapatkan. Sebaliknya semakin kecil sumber cahaya berasal, maka semakin keras juga cahaya tersebut mendarat di objek. Cahaya yang lebar akan menghasilkan foto yang mempunyai kontras kurang dan juga menimbulkan sedikit bayangan. Selain itu, sumber cahaya yang besar juga akan mengurangi tekstur pada objek. Sedangkan sumber cahaya yang kecil adalah sebaliknya. Ia akan memberikan kontras tinggi dan juga memberikan bayangan pada objek. Ini dikarenakan dengan sumber cahaya yang kecil, cahaya hanya akan menembak dari satu sisi saja. Dan ini akan membuat objek kita akan lebih mudah berbayang daripada sumber cahaya yang besar. Beberapa hot light, mempunyai sumber cahaya yang sangat kecil. Ini juga kenapa kita memotret objek yang diterangi oleh senter, maka bayangannya akan sangat terasa. Ini akan berbeda dibandingkan ketika kita memotret menggunakan lampu khusus fotografi atau bahkan dengan cahaya matahari. Tips : Agar foto Anda menjadi lembut ketika memotret dalam ruangan, maka posisikan objek yang ingin Anda foto di dekat jendela yang besar. Maka dengan ini cahaya yang masuk jendela akan sangat lebar dan ini tidak mengharuskan Anda menggunakan softbox untuk mendapatkan cahaya yang sangat lembut. 2. Semakin Jauh Sumber Cahaya, Maka Cahaya yang Didapat akan Semakin Lembut Ini terjadi karena semakin jauh sumber cahaya tersebut diletakan, maka akan semakin lebar pula cahaya yang mengenai objek. Sebagai contoh mari kita lihat matahari. Jika dibandingkan dengan bumi, matahari memiliki diameter lebih besar 109 kali. Namun cahaya yang masuk ke bumi menjadi lembut. Bayangkan jika matahri dekat, pasti cahaya yang datang ke bumi pun menjadi lebih keras dan sangat terang. Coba perhatikan kedua gambar di atas. Kedua gambar di atas terlihat seurpa namun tak sama. Gambar sebelah kiri menggunakan sumber cahaya yang cukup dekat, sedangkan gambar sebelah kanan menggunakan cahaya yang cukup jauh. Terlihat gambar sebelah kiri mempunyai cahaya yang lebih keras, sedangkan gambar di kanan mempunyai cahaya yang cukup lembut Tips : Ketika memotret orang di dalam ruangan, Pindahkan lampu lebih dekat dengan objek, sehingga Objek yang Anda foto akan diberikan pencahayaan yang lebih baik dan mempunyai dimensi yang sangat baik. 3. Dengan Melakukan Difussion, Anda akan Menyebarkan Cahaya Lebih Baik Ini adalah salah satu trik untuk membuat cahaya terlihat lebih lembut ketika mengenai objek. Jika Anda memiliki sumber cahaya yang keras, ada baiknya melakukan difussion. Contoh sederhana adalah ketika awan menghalangi matahari, maka awan akan berfungsi sebagai difusser cahaya matahari. Ini akan menimbulkan cahaya yang lebih lembut kepada objek yang di bawahnya, ini adalah softbox natural. Tips : jika Anda tidak memiliki softbox atau reflektor, ada beberapa objek yang bisa dijadikan alat untuk difusse cahaya. Bahan seperti plastik bening atau kain putih dapat digunakan sebagai difusser dadakan, ini akan meredakan sumber cahaya yang keras. Caranya mudah, tempatkan di depan cahaya artifisial Anda. Atau jika Anda berada di bawah sinar matahari, maka bisa gunakan tenda yang berwarna putih untuk melunakan cahaya. 4. Directional Light akan Mengurangi Tekstur Jika Anda memotret dengan sumber cahaya frontal, itu akan mengurangi tekstur yang ada pada objek. Sedangkan untuk menegaskannya, lighting dari atas, bawah atau bahkan samping akan lebih baik. Itu lah alasan mengapa para fotografer banyak menggunakan lampu dari kiri dan kanan jika ingin menampilkan tekstur objek. Contoh sederhana, adalah ketika Anda memotret memakai pop up flash. Cobalah memotret wajah dengan pop up, maka tekstur yang dimiliki oleh objek Anda akan menghilang. Semakin besar cahayanya juga terksturnya akan semakin hilang, karena dengan cahaya frontal maka kita akan sulit untuk mendapatkan dimensi. Maka dari itu, jika Anda ingin memunculkan tekstur pada objek hindarilah menggunakan pencahayaan yang cukup frontal. Ada baiknya Anda mencari angle yang tepat terlebih dahulu, setelah itu letakan sumber cahaya tambahan di samping. Dan jangan sampai cahaya samping tersebut jauh lebih keras daripada cahaya frontal. Karena ini tidak akan menampilkan tekstur secara sempurna juga. 5. Bayangan akan Memberikan Volume Tidak semua foto yang berbayang itu jelek, bahkan sebenarnya dengan memberikan bayangan pada objek, Anda bisa memberikan kedalaman dan juga menyiratkan bagaimana sebenarnya bentuk tiga dimensi dari objek tersebut. Lagi-lagi, untuk masalah bayangan. Lebih baik Anda memberikan lighting dari samping, atas dan bawah objek. Karena dengan lighting seperti ini, objek Anda akan terasa lebih dalam dan juga bervolume daripada ketika menggunakan lighting yang ditembakkan dari depan. Sekali lagi, fotografi adalah sebuah karya yang mengharuskan kita berpikir tiga dimensi. Meskipun hasilnya tidak bisa menjadi 3 dimensi, namun setidaknya kita harus bisa memikirkan kedalaman ruang dan juga bagaimana memberikan volume dari objek tersebut Tips: Untuk mendapatkan efek bayangan yang baik. Coba untuk memposisikan cahaya agak tinggi daripada objek di atas dan juga sedikit di samping subjek. Lalu sedikit tundukan lampu tersebut hingga arah cahanya mengenai subjek Anda. Tapi harus berhatihati. Karena jika Anda menundukan lampu terlalu banyak, maka bayangan dari hidung akan mengenai bagian bibir bawah, ini akan membuat gambar terlihat rancu. 6. Cahaya Juga Memiliki Warna Di bab sebelumnya, kita membahas tentang color temperature. Nah itulah alasan kenapa cahaya sebenarnya memiliki warna. Untuk contoh sederhananya, mari lihat perbedaan warna yang terjadi dari sore hari dengan siang hari. Warna yang ditimbulkan oleh matahari pagi dan sore hari cenderung memiliki warna yang hangat. Sedangankan pada saat siang hari, cahaya yang ditimbulkan akan cenderung kebiru-biruan. Istilah dalam Lighting Lighting sendiri memiliki beberapa istilah untuk memudahkan para fotografer atau assistant dalam melakukan setting pada gambar. Beberapa istilah tersebut mungkin sering kita dengar, namun untuk lebih jelasnya saya akan mencoba memberikan beberapa penjelasan sederhana tentang istilah tersebut semoga bermanfaat. Soft light sebuah cahaya dari sumber yang besar. Ini menimbulkan cahaya yang halus pada objek. Selain itu, dengan menggunakan teknik pencahayaan seperti ini, maka bayangan yang ada pada objek akan semakin menipis. Soft light yang paling baik adalah ketika kita memotret dengan pencahayaan matahari pagi. Ambient light ini adalah cahaya yang muncul begitu saja pada lokasi pemotretan. Sifatnya bukan cahaya utama, melainkan cahaya pendukung. Contoh sederhanaya adalah ketika Anda memotret di ruang tengah yang memiliki jendela. Jendela tersebut dimasuki oleh sinar matahari yang memberikan pencahayaan pada barang-barang Anda. Cahaya inilah yang disebut ambient light. Practicals ini adalah properti yang dapat mengeluarkan cahaya. Sifatnya bukan lampu khusus untuk fotografi, seperti lampu meja, lampu lantai dan sebagainya. Ketika Anda memotret dengan aksen seperti ini, ada baiknya lampu tersbeut memiliki dimmer yang memungkinkan kita untuk mengatur cahaya. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi overlaping antara satu cahaya dan yang lainnya High key lighting yang sangat terang dan membuat sedikit bayangan karena menggunakan banyak fill lights. High key saat ini sedang populer di era high definition. Karena dengan menggunakan teknik ini, objek akan terlihat sangat terang dan sangat sophisticated. Biasanya teknik pencahayaan ini dilakukan dalam pemotretan fashion, atau produk untuk kecantikan. Low Key, ini adalah kebalikan dari high key. Dengan teknik pencahyaan seperti ini, kita hanya sedikti menggunakan fill in, atau bahkan sama sekali tidak menggunakannya. Jadi cbjek akan terlihat sedikti gelap dan shadowy. Bounce Light Sebuah teknik untuk menciptakan cahaya yang lebih halus dengan memantulkan cahaya pada objek yang neutral. Seperti tembok, plastik, dan lain-lain. Motivated lighting sebuah teknik pencahayaan yang mereplika kondisi cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya di area tertentu. Contohnya sperti gambar yang ada di bawah ini http://media.tumblr.com/tumblr_m41yspwKcw1qivkxn.png Dalam gambar tersebut terlihat bagaimana cahaya yang keluar dari jendela divisualisasikan juga dengan baik. Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana cahaya tersebut masuk dan menerangi tembok yang ada. Namun cahaya tersebut jelas adalah cahaya buatan yang memang dibuat sedemikian rupa agar menyerupai cahaya yang asli. Biasanya istilah ini memang banyak digunakan dalam film, namun dasar dari itu semua dalah ilmu fotografis. Key light sumber pencahayaann utama yang mendominasi dalam foto Anda. Biasanya juga disebut sebagai main light. Fill light, ia adalah pencahayaan tambahan yang diberikan untuk bagian dari objek Anda yang tidak terkena key light. Fill light sifatnya tidak wajib, karena ini tergantung dari equipment dan juga konsep fotografis Anda nantinya. Backlight cahaya yang mengenai objek dari belakang. Jika cahayanya cukup kuat akan menimbulkan silhouette pada objek. Ini diakrenakan cahaya yang didapat dari belakang bisa jadi lebih terang dari cahaya yang didapat oleh objek dari depan. Namun dengan teknik yang benar, backlight bisa menjadi pencahayaan tambahan pada rambut dan juga bahu dari objek. Sidelight, adalah cahaya yang datang dari sisi objek. Ini bisa memberikan kesan dramtais dan juga dimensi lebih pada objek yang akan Anda foto. Topper, ini adalah cahaya yang datang dari bawah objek Anda. Hard light, cahaya yang didapatkan dari sumber cahaya yang kecil, bisa jadi matahari atau lampu yang mempunyai sumber penerangan direct dan sempit. Efeknya pencahayaan yang didapat akan lebih kasar. Available light, cahaya yang otomatis tersedia pada saat Anda memotret. Atau biasa disebut dengan pencahayaan secara alami Lighting dalam Photoshop Software photoshop tidak hanya bisa digunakan untuk mengkoreksi warna. Namun ia juga bisa digunakan untuk bermain dan juga mengkoreksi cahaya. Sebenarnya untuk mengkoreksi cahaya yang lebih variatif lagi kita bisa menggunakan sebuah software yang disebut dengan Adobe Photoshop Lightroom. Software ini merupakan software bagi advance untuk mengedit. Di dalamnya ada banyak sekali preset yang memungkinkan kita untuk menghasilkan cahaya yang unik dengan hanya sekali klik. Selain itu, kita bisa mengedit warna dan cahaya dengan sangat mudah. Ini bisa Anda coba sendiri dengan menginstal program ini di komputer. Namun untuk saat ini, saya akan memberikan sedikit penjelasan tentang bagaimana memainkan lighting di Adobe Photoshop. 1. Mengoreksi Cahaya Sederhana Lewat Adobe Photoshop Saat ini, hampir semua fotografer tidak pernah mempublish langsung fotonya. Ia selalu masuk dulu ke dalam software editing, baik itu hanya untuk dikoreksi atau memberikan efek. Kali ini saya akna memberikan tips sederhana untuk mengedit pencahyaan yanga ada pada foto Anda, jika dirasa terlalu terang atau terlalu gelap. Namun kembali lagi, Photohsop hanya bisa mengkoreksi, ia tidak bisa menyulap sebuah foto yang benar-benar gelap jadi mempunyai gambar. Karena itu hal pertama adalah memastikan bahwa foto Anda tidak terlalu parah dalam segi eksposure. Seperti yang terlihat pada foto di atas, foto tersebut terlihat sedikit gelap. Ini disebabkan settingan exposure yang tidak tepat. Di sini saya akan mencoba untuk memperbaiki hal ini lewat Photoshop. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuka gambar ini di Photoshop, kemudian masuk ke Image Adjustment Levels. Selanjutnya akan keluar Dialog Box. Dialog Box inilah yang memungkinkan Anda untuk memanipulasi semua hal yang berhubungan dengan cahaya dari objek tersebut. Dalam Dialog Box tersebut ada tiga hal yang harus kita ketahui yaitu shadow, highlight, dan midetones. Ketiga hal ini adalah bagian yang berbeda. Shadow adalah bagian yang gelap dalam foto tersebut. Sedangkan Midtones adalah bagian yang dirasa mempunyai exposure “normal” sedangkan highlights adalah bagian yang paling terang dari foto tersebut. Seperti yang terlihat dalam gambar di bawah, di sini Anda bisa menarik 3 slider yang ada. Untuk membuat gambar lebih terang, Anda harus menarik slider yang berwarna putih ke arah kiri. Dan sebaliknya, jika Anda ingin membuat gambar menjadi lebih gelap, maka tarik slider yang berwarna hitam ke arah kanan. Untuk membuat gambar ini normal, saya akan mencoba memasukkan angka seperti ini pada dialog box level. Seperti yang Anda lihat, di sini saya memasukkan angka 255 untuk highlights dan 198 untuk midetonesnya. Ini berarti, yang saya ubah hanya bagian highlights dan midtonesnya saja. Karena bagian shadownya sudah sangat mendominasi seluruh bagian yang ada di dalam foto ini. Untuk lebih menaikkan kontras dan juga warna, Anda bisa menaikkan sendiri di curves. Namun, jika tujuannya hanya untuk membenarkan pencahayaan saja, hal seperti ini sudah cukup. Before After 2. Memberikan Efek Cahaya Lewat Photoshop Selain bisa mengubah cahaya, Photoshop juga bisa memberikan efek cahaya pada fotonya. Efek cahaya yang dimiliki oleh Photoshop sendiri ada berbagai macam. Di sini saya akan memberikan beberapa cara untuk memberikan efek cahaya pada foto Anda. - Memberikan Lens Flare Pada Foto Teknik ini merupakan salah satu teknik untuk memberikan efek cahaya tambahan pada foto. Lens flare sendiri ada di fitur Render. Dengan fitur ini, kita bisa memberikan berbagai macam efek cahaya pada foto kita nantinya. Pertama-tama mari buka dulu foto apa yang ingin Anda edit. Agar lebih baik, saya sarankan foto Anda memiliki sedikit “ruang kosong” yang dapat diberi efek, seperti dalam foto di bawah ini Dalam foto di atas, kita bisa melihat ada sedikit ruang kosong di sisi kanan atas foto. Ruang kosong ini berupa langit cerah. Dengan efek ini, saya akan mencoba untuk memberikan cahaya tambahan berupa flare di uung kanan. Jadi sperti ada cahaya matahari yang merangsek masuk. Selanjutnya mari masuk ke Filter -> Render Lens Flare. Kenapa saya menaruh cahya matahari tersebut di ujung kanan, karena sumber cahya matahari datang dari ujung kanan foto ini. Selanjutnya akan muncul berbagai macam pilihan untuk cahaya. Seperti 50-300mm prime, 35 mm prime, 105 prime. Untuk foto ini, saya akan mencoba memberikan efek 105 mm prime. Karena dengan efek ini cahaya yang dikeluarkan akan mendekati aslinya. Jadi tidak akan terlalu terlihat seperti buatan. Namun Anda jangan terpaku pada pilihan saya, karena setiap foto memiliki warna yang berbeda, maka ada baiknya Anda mencoba untuk memilihnya sesuai dengan karakteristik dari foto Anda. Anda juga bisa meletakkan sumber cahaya yang ada di foto ini dimanapun di dekat frame anda. Untuk foto ini saya akan menaikan brightnessnya hingga 163%. Ini akan memberikan pencahyaan yang cukup baik di sisi ujung dari langit. Sekarang Anda sudah memiliki cahaya tambahan yang dapat mempercantik foto Anda. Tips ketika menggunakan efek ini adalah jangan memberikan cahaya terlalu banyak karena dapat merusak tekstur foto Anda. Usahakan juga untuk memberikan cahaya di ruang kosong yang cukup besar, jadi Anda leluasa untuk mengatur intensitas dari cahaya yang diberikan oleh efek ini. Before After Bab V Indoor Photography Sebenarnya, indoor photography bukanlah merupakan genre dari photography. Ia hanyalah sesi pemotretan yang dilakukan di dalam ruangan. Jadi indoor photography itu bisa apapun. Bisa jurnalisme, bisa produk, bisa arsitekutr, dan lain sebagainya. Namun pasti ada perbedaan ketika kita memotret produk di dalam ruangan dan di luar ruangan. Bagi Anda yang senang dengan available light, kemungkinan indoor photography akan menjadi suatu hal yang cukup menantang. Karena di sini kita akan banyak mengandalkan cahaya buatan. Tidak banyak ruangan yang memiliki cahaya memadai maka dari itu, kali ini saya akan mencoba memberikan contoh indoor photography, bagaimana cara menempatkan objek dan juga bermain dengan cahaya yang ada di dalam ruangan. 1. Menggunakan Teknik Bouncing Light Ini adalah tenik yang paling sederhana dalam memotret indoor. Kelebihannya, dengan menggunakan teknik ini, kita bisa memotret dengan mobilitas yang tinggi. Dengan teknik ini, Anda juga bisa memberikan cahaya yang soft pada objek. Dibahas pada bab sebelumnya, bahwa pada saat memotret dengan cahaya flash, akan ada dua tipe jenis cahaya yang dihasilkan. Yang pertama adalah hard light, yang kedua adalah soft light. Dengan bouncing lighting ini, kita akan mendapatkan cahaya yang sangat lembut. Teknik ini sangat baik jika digunakan dalam memotret event yang ada di dalam ruangan. Jika ruangan itu memiliki langit-langit yang tidak terlalu tinggi, maka saya sarankan Anda menggunakan teknik ini, jika Anda ingin memotret dengan teknik ini, ada satu peralatan yang diperlukan, yaitu external flash. Pastikan baterai flash external Anda terisi dengan baik sebelum memotret. Bagaimana perbandingan foto yang diambil dengan menggunakan teknik bouncing dan tidak, mari kita lihat perbandingan dari kedua foto ini. F stop 4,5 shutter speed 90, metering spot Foto ini diambil dengan menggunakan teknik direct flash. Jadi flash external yang kita miliki ditembakan langsung kepada objek. Bisa terlihat di sini bagaimana tekstur dan juga bagian dalam frame yang berwarna putih habis terkena flash. Ini sangat mengganggu pada mata yang kita miliki. Karena diambil dari jarak yang cukup dekat, maka cahaya yang dikeluarkan dari flash sangat keras mengenai objek. Untuk mengedit foto ini pun akan sangat sulit, karena selain teksturnya habis, foto ini sangat over eksposure. Sekarang bandingkan dengan foto yang diambil menggunakan teknik bouncing. F stop 4,5 shutter speed 90, metering spot Dengan menggunakan teknik bouncing, terlihat foto yang diambil menjadi lebih soft. Cahaya yang datang pada objek pun tidak terlalu keras. Karena cahaya yang datang pada objek tidak datang langsung. Ia memantul dulu pada langit-langit gedung. Hanya dikarenakan teknik memantula cahaya. Meskpun kedua foto dilakukan dengan settingan yang sama, namun hasilnya jauh berbeda. Untuk lebih jelasnya lagi, mari lihat keterangan foto di bawah ini. Dari gambar di atas bisa dilihat, bagaimana cahaya yang keluar dari flash kamera menantul ke langit-langit dan jadi menyebar. Ia menjadi lebih lebar, dan dapat menerangi banyak bagian pada objek. Yang harus diperhatikan ketika memotret dengan teknik ini adalah bagaimana kita membentuk sudut pada flash. Karena kemiringan flash external akan sangat mempengaruhi jatuhnya cahaya pada objek. 2. Still Life Photography Part 1 Kali ini saya akan mencoba memberikan sebuah contoh tentang memotret still life yang sederhana. Still life sendiri adalah sebuah genre photography yang memotret sebuah benda mati, dan membuatnya tampak hidup. Dalam genre ini, biasanya semua dari hal pencahayann hingga aksen yang ada dalam sebuh frame “dibuat” oleh fotografer. Dalam foto ini saya hanya menggunakan satu lampu. Lampu yang saya gunakan adalah lampu yang memiliki karakter cahaya hot light. Hot light sendiri adalah sebuah lampu yang sifatnya continous, tidak seperti flash yang hanya memancarkan cahaya hanya sekali. Lampu yang sifatnya hot light memberikan cahaya terus menrus seperti bohlam. Keuntungan memotret dengan seperti ini, adalah kita bisa melihat preview dengan benar. Karena dilakukan dengan pencahayaan yang sangat sederhana, saya mencoba untuk memberikan lagi aksen dalam foto ini. Aksen pertama adalah air. Air dimaksudkan agar daun yang difoto terlihat segar. Selain itu, ia juga bisa memantulkan cahaya sehingga membuat foto menjadi lebih hidup lagi. Yang kedua, background yang saya gunakan adalah kain putih, dengan warna putih objek kita akan menjadi lebih menonjol. F stop- 3.2, shutter speed 40, ISO 400 Dengan menggunakan shuter speed yang kecil, saya mencoba memberikan kedalaman dalam foto. Terlihat bagaimana bagian depan dan belakang foto blur. Ini dikarenakan efek dari pemakaian bukaan diafragma yang kecil. Foto ini hanya fokus pada bagian tengah (gelas) yang menjadi point of interest. Selain itu, kita bisa melihat bagaimana refleksi cahaya di pinggiran gelas membuat air menjadi lebih berdimensi. Refleksi cahaya ini diakibatkan oleh lampu yang ditaruh di atasnya. Dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu keras dan juga jarak yang tepat, maka refleksi lampu yang datang pada air jadi tidak terlalu keras. Memang butuh sedikit editing lagi utuk membuatnya rapih. Idealnya, refleksi cahaya tersebut hanya ada di pinggiran gelas saja. Namun untuk foto still life sederhana dengan hanya menggunakan satu buah lampu, hasil seperti ini sudah cukup karena tidak terlalu mengganggu objek utama yang akan kita foto. Untuk lebih jelasnya lagi, tentang bagiamana menempatkan kamera, objek, dan juga menempatkan lampu yang ada, mari lihat sketsa di bawah ini . Dari sketsa di atas, bisa terlihat bagaimna sebenarnya letak lampu berada di atas kamera. Bahkan ia cenderung lebih top lagi. Inilah alasan kenapa cahaya yang jatuh ke objek lebih rata daripada jika menyamping. Karena Lampu LED memiliki dimmer, yaitu tombol yang bisa mengatur intensitas cahaya, maka ini sangat mengenakan bagi fotografer dalam membuat cahaya buatan yang akan mengenai objek. Sebenarnya foto still life tidak harus melulu menggunakan hot light. Biasanya hot light hanya dijadikan aksen untuk menambah cahaya dan membuat foto menjadi lebih artistik. Pencahayaan utama biasanya menggunakan strobe atau flash light. Namun ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan hot light. Beberapa keuntungan itu antara lain: - Dengan menggunakan hot light, kita bisa memperkirakan arah jatuhnya cahaya dengan lebih jelas. Dengan ini, kita bisa memutar dan memindahkan lampu dengan mudah untuk mencapai titik yang diinginkan. - Dengan menggunakan hot light, kita bisa melihat preview secara “real”. Atau bisa dibilang apa yang kita lihat di preview (jika kamera kita memiliki fitur LCD preview) tidak akan jauh dengan foto kita nantinya. - Hot light juga sangat mudah digunakan, tidak ada settingan yang membingungkan seperti flash, kita tidak membutuhkan lightmeter tambahan untuk memastikan pencahyaan kita tepat. Namun bukan berarti ketika kita memotret dengan hot light semuanya menjadi Aman. Dengan menggunakan hot light, intensitas cahaya yang keras dapat membuat benda menjadi meleleh. Ini tidak akan cocok jika kita memotret benda yang mudah meleleh seperti es krim. Atau bahkan jika kita memotret model, model akan cepat berkeringat. Lampu dengan karakter seperti ini memang bukan di design untuk fotografi, lampu seperti ini banyak digunakan oleh para film maker. 3. Memotret Produk Selanjutnya saya akan memberikan contoh sebuah foto produk. Foto yang saya ambil ini adalah sebuah es krim. Tentunya ketika kita memotret makanan, memang diperlukan beberapa hal. Yang pertama adalah kecepatan. Apalagi makanan yang bisa meleleh seperti es krim, karena jika es krim yang kita foto meleleh, maka ia tidak akan menarik lagi untuk dilihat. Berbeda dengan benda mati lain yang bisa tahan lama. Selain itu, ketika kita memotret produk, kita harus fokus pada kekuatannya. Karena itu diperlukan divisi khusus yang bisa mengatur agar bentuk dari makanan itu enak dilihat. Karena dalam produk, yang terpenting adalah bagaiamana kita membuat orang yang melihatnya tertarik untuk membeli produk tersebut. F number 13, shuter speed 100, ISO 100 Foto di atas diambil di atas table top. Sebuah alat yang bentuknya seperti meja, ini biasa digunakan untuk memotret produk. Karena dengan alat ini, cahaya yang datang dari flash tidak akan terlalu keras jika mengenai table top. Dan ia juga tidak terbuat dari material yang dapat memantulkan cahaya. Dengan begitu, foto kita akan aman dari refleksi, dan juga cahaya yang datang akan cenderung menyebar ketika mengenai table top. Table top bentuknya seperti meja berwarna putih, Anda dapat menemukanya di toko-toko peralatan fotografi, namun sebenarnya Anda bisa mengakalinyan dengan menggunakan akrilik, asalkan bentuk yang dimiliki benar. Dia memiliki sisi melengkung di bagian belakang, untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah. Dengan menggunakan meja ini, kita bisa memotret produk dengan lebih baik. Anda bisa membuatnya sendiri dengan menggunakan media akriliki atau fiber di rumah. Untuk objek yang kecil, Anda bisa menggunakan fiber. Namun untuk objek yang aga besar, saya sarankan menggunakan akrilik yang tidak terlalu tebal. Kembali ke teknik pencahayaan. Foto di atas, memakai tiga lampu yang berfungsi untuk menerangi bagian bawah (memunculkan tekstur di bawah dan juga gradasi pada background) lalu feel in light dan main light di kiri dan kanan. Settingan lampu untuk foto di atas akan saya ilustrasikan pada sketsa di bawah ini Seperti yang terlihat pada sketsa di atas, lampu ditaruh di 3 titik. Lampu 1 menjadi lampu utama, karena intensitas cahayanya yang paling besar. Sedangkan lampu 2 menjadi feel in light dikarenakan intensitas cahayanya yang lebih kecil. Dalam foto ini, saya menyeting kedua lampu tersebut tidak terlalu jauh intensitas cahayanya. Ini disebabkan saya tidak ingin memperlihatkan gap shadow yang terlalu besar antara bagian kanan dan kiri. Dalam foto produk seperti ini, posisi lampu juga sangat menentukan. Karena jika jatuhnya cahaya salah, maka hasilnya akan berbeda. Untuk foto seperti ini, pencahyaan yang paling aman adalah pencahayaan dari atas. Karena ia memberikan hasil yang cukup merata. Karena itu usahakan main light selalu berada di atas objek Anda. Itupun saya lakukan dalam foto ini. Lmapu yang ada di bawah diarahkan ke atas, ia berfungsi sebagai pelengkap dan juga akan meberikan tekstur yang cukup baik pada bagian bawah objek. Semua lampu yang saya pakai dalam ini sifatnya cold light. Ia hanya akan menyala jika kita memencet shutter kamera kita yang terpasang dari triger, sebenarnya untuk lampu bawah bisa kita ganti dengan hot light, namun karena saya memotret produk es krim maka saya memutuskan untuk memakai cold light. Minimnya shadow yang ada di dalam foto ini juga disebabkan oleh penempatan lampu yang lebih tinggi dari objek (toplight). Namun yang perlu diperhatikan ketika memotret ini adalah efek embun yang ada pada gelas. Dalam foto ini kita bisa melihat di bagian atas gelas terdapat seperti embun yang menghalangi sedikit pemandangan kita untuk melihat bagian dalam gelas ini. Ini disebabkan efek es yang mengeluarkan embun. Ada baiknya sebelum memotret Anda mengelap bagian ini terlebih dahulu, karena itu akan memperkuat foto Anda. Kelebihan dari pencahayaan 3 titik ini juga kita mendapatkan dimensi yang cukup kuat pada foto. Ini dikarenakan banyak cahaya yang mengenai sisi objek. Ini membuat objek terlihat lebih 3 dimensi. Walaupun memang agak sulit untuk melakukan setting dengan lampu seperti ini. Ada tips sederhana jika Anda memotret lebih dari satu lampu, pertamatama kunci main lightnya terlebih dahulu. Setelah itu Anda bisa menentukan berapa intensitas dari feel in yang akan kita berikan nantinya. 4. Indoor Potrait Selanjutnya saya akan mencoba untuk memperlihatkan, bagaimana pencahayan sederhana bisa memberikan perbedaan yang cukup signifikan pada sebuah objek. Jika biasanya sebuah potrait menggunakan cahaya dari depan, saat ini saya akan mencoba untuk memotret dengan menggunakan cahaya dari arah yang berbeda. Shuttter speed 50, F number 4,5, ISO 1600 Foto di atas menggunakan cahaya dari atas objek. Dalam foto ini, saya sama sekali tidak menggunakan cahaya dari depan. Lampu yang saya gunakan pun adalah lampu spot. Karakter cahaya yang dihasilkan lampu spot akan sangat berbeda dengan lampu lainnya. Karena dengan lampu spot, maka cahaya akan lebih terfokus dan tidak menyebar seperti menggunakan lampu yang lain. Lampu spot yang digunakan dalam foto ini adalah hot light. Karena hasil terbaik untuk mendapatkan karakter cahaya seperti di atas hanya bisa dilakukan oleh lampu spot yang berkarakter hot light. Lampu spot juga ditaruh agak tinggi dari objek, karena cahaya yang dikeluarkan tidak terlalu lebar, maka lampu itu harus ditaruh tinggi untuk bisa menerangi objek. Lampu ini biasa digunakan dalam pertunjukkan teater. Seperti yang dilihat pada gambar di atas, lampu ditaruh tepat di atas objek. Untuk menghasilkan cahaya yang menerangi wajah objek, sang model sengaja menengadah ke atas, ini akan menerangi seluruh wajahnya. Namun dikarenakan tangan objek yang diangkat ke atas, maka sebagian cahaya dari lampu terhalang oleh tangannya, dan menjadi bayangan di lehernya dan juga di pipinya. Karakter yang dihasilkan oleh cahaya seperti membuat foto menjadi lebih dramatis. Ditambah gerakan dan mimik objek yang berkarakter, membuat foto ini menjadi kuat. Ini adalah dua elemen penting yang harus diperhatikan ketika kita memotret potrait. Contoh sederhan ini bisa anda kembangkan lagi, selalu mencoba untuk berpikir di luar kebiasaan akan menjadikan foto Anda lebih daripada yang lain nantinya. 5. Memotret Profile Kali ini saya akan mencoba untuk memberian sedikit penjelasan tentang bagaimana membuat studio kecil-kecilan yang dapat digunakan untuk memotret profile. Yang Anda butuhkan hanyalah dua buah lampu strobist, satu buah flash, dan kain berwarna putih. Dengan 3 peralatan sederhana tersebut kita bisa membuat sebuah studio sederhana di rumah. Pertama-tama kita buat dulu backgroundnya. Cara membuat background cukup sederhana, hanya bentangkan kain putih yang Anda miliki hingga menutupi area yang ada di belakang objek, sehingga ketika memotret hanya terlihat kain putih saja. Usahakan kain putih tersebut kuat dan lurus. Karena itu, ada baiknya Anda menggantungnya seperti jemuran, atau Anda bisa menggunakan tiang sebagai penyangga. F number 7.1/ shutte speed 40/ ISO 200 Seperti yang Anda lihat. Foto di atas diambil menggunakan background putih. Keuntungan menggunakan background putih, adalah ia akan sangat dengan mudah untuk dihilangkan dan diganti warnanya. Karena dalam foto ini, objek tidak ada yang mempunyai warna putih. Berbeda jika objek Anda memakai baju warna putih, mungkin Anda harus mengganti background dengan warna merah atau biru. Agar foto Anda lebih mudah untuk diganti backgroundnya. Dalam foto ini, saya menggunakan 3 sumber pencahayaan. Pertama adalah flash yang dibouncing. Flash yang dibouncing ini berfungsi untuk mendapatkan pencahayaan yang rata pada kedua objek. Atau bisa dibilang flash merupakan cahaya utama yang saya gunakan dalam memortet. Selanjutnya, kedua lampu digunakan sebagai pencahayaan tambahan untuk menciptakan dimensi di kedua prajurit. Bisa dilihat bagaimana pada sisi kiri dan kanan wajah kedua prajurit terdapat hard light yang cukup terang. Ini memang difungsikan untuk membuat aksen wajah lebih terlihat. Selain itu dengan hard light akan menimbulkan persepsi bahwa orang tersbeut memiliki karakter yang tegas. Seperti yang terlihat pada sketsa di atas, lampu nomor 1 saya biarkan memiliki pencahayaan yang lebih tinggi daripada lampu nomor 2, karena ini akan menimbulkan sebuah pencahyaaan yang cukup kuat dalam foto ini. Selain itu, dengan seperti ini akan memberikan dimensi dalam foto ini. Bagaimana kekuatan lampu nomor 1 yang lebih kuat, dalam foto ini bisa terlihat dari bagian bahu model laki-laki. Bahunya tertimpa cahaya yang sangat terang. Coba bandingkan dengan bahhu model perempuan yang terkesan datar. Di sini cahaya yang dikeluarkan oleh lampu 2 hanya sebagai aksen penerang saja. Selain jarak yang agak cukup jauh, kekuatan lampu juga mempengaruhi bagaimana pencahayaan yang terjadi dalam foto ini. Penempatan lampu pun saya taruh sedikit di atas subjek, ini agar cahaya yang datang dari atas ke bawah, dan itu akan meminimalisir bayangan yang ada. Tips Memotret Indoor Berikut saya akan mencoba melampirkan beberapa hal yang mungkin berguna untuk Anda yang akan memotret indoor. Tips ini sangat mudah diaplikasikan bahkan oleh para pemula sekalipun. 1. Jika Anda Menggunakan Flash, Jangan Gunakan Shutter Speed yang Tinggi Shutter speed yang tinggi, dapat menciptakan gain dalam foto Anda nantinya. Bahkan jika shutter speed Anda di atas 200, maka cahaya yang datang dari flash Anda akan seperti patah. Ini disebabkan oleh kamera Anda menangkap cahaya yang Anda keluarkan secara cepat, sehingga cahaya tersebut masuk ke dalam kamera. Jadi, salah satu cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah dengan menggunakan shutter speed priority. Dengan ini kita mengunci shutter speed kita, dan membiarkan kamera kita menganalisa berapa bukaan diafragma yang cocok, dengan ini kita tidak membuat shutter speed yang kita miliki berada di atas 200. Ukuran shutter speed yang paling aman adalah antara 60-200. Dengan ukuran shutter speed di range itu, kita tidak akan merusak cahaya yang datang dari lampu, ataupun tidak akan mendapatkan objek yang blur karena gerakan. 2. Jika ada Daylight dalam Ruangan Selalu Gunakan Cahaya Tersebut Daylight memiliki kekuatan yang cukup baik untuk menerangi objek. Karena itu jika ada Penerangan dari cahaya matahari yang bsia digunakan, Anda bisa menggunakan ini sebagai cahaya utama. Penerangan cahaya matahari masuk ke ruangan biasanya lewat media seperti jendela dan juga pintu. Mengapa cahaya matahari sangat dianjurkan sebagai cahaya utama? Karena dengan cahaya matahari yang jatuh ke objek, ia akan terlihat lebih realistis. Selain itu, cahaya matahari juga lebih lembut daripada cahaya yang digunakan oleh lampu. Dan tentunya kita lebih mudah dalam memperkirakan besar dan juga jatuh cahayanya. Dengan begitu kita tinggal menjadikan lampu sebagai cahaya tambahan (feel in light) 3. Gunakan Reflektor Reflektor sangat berfungsi dengan baik jika Anda memotret di indoor. Ia bisa memantulkan cahaya matahari dan juga meredam cahaya lain yang tidak diingkan oleh Anda. Harga reflektor sangat murah, bahkan lebih murah daripada harga lensa standar yang Anda miliki. Namun ini berfungsi sangat banyak. a. Jangan takut untuk menggunakan tripod Memang indoor photography sangat identik dengan shutter speed yang rendah. Karena itu jangan ragu menggunakan tripod ketika memotret. Karena ini akan memudahkan Anda dalam menghindari shaking yang dihasilkan oleh kamera dan juga getaran ketika memencet tombol shutter. b. Tentukan mana main light dan feel in light Main light dan feel in light adalah suatu hal yang sangat krusial dalam memotret indoor, jadi ini harus ditentukan oleh fotografer. Sumber cahaya mana yang akan kita jadikan main light, mana cahaya yang akan kita jadikan feel in light. Ini terkait dengan bayangan dari wajah dan juga jatuhnya cahaya nanti ke objek. Banyak yang tidak menentukan darimana main light dan juga feel in light dalam fotonya, sehingga hasil dari foto yang diambil acak-acakan. Seperti yang dibahas sebelumnya, main light adalah sumber cahaya utama yang dijadikan patokan fotografer untuk memotret, feel in light adalah cahaya yang menjadi aksen dalam setiap foto dan besarnya tidak boleh melebihi main light. Ada beberapa contoh foto bagaimana feel in light tidak melebihi mian light, dan menjadikan foto itu menjadi lebih artistik. Westofthemoon.com Dari gambar di atas terlihat gaiamana kombinasi antara main light dan feel in light yang cukup baik. Si fotografer tidak mencoba mengalahkan main light (acahaya dari jendela) sehingga tekstur dari teralis jendela masih bisa terlihat terpantulkan ke dalam buah. Pencahayaan yang ia lakukan hanya memberikan sedikit aksen agar tekstur dan bentuk dari buah-buahan makin terlihat c. Perhatikan ISO yang Anda Pakai Memang lebih baik memotret menggunakan ISO yang serendah mungkin. Namun jika Anda berada dalam keadaan indoor, kemungkinan hal seperti itu sulit untuk dicapai. Karena pencahayaan yang kurang ada kalanya kita harus mengorbankan ISO kita. Terkadang kita memakai ISO yang tertinggi yang kita punya dalam kamera demi menciptakan foto yang terang. Seperti misalnya menggunakan hingga 6400. Itu memang tidak salah, namun seperti yang dibahas sebelumnya, bahwa ISO yang tinggi akan menciptakan grain yang tinggi pula pada foto kita nantinya. Tentunya hal ini akan mempengaruhi hasil Anda nanti, apalagi jika yang Anda ambil adalah beauty shoot, seperti produk dan juga model. Grain bukanlah hal yang bisa ditolerir. Agak tricky memang, namun ada kalanya Anda harus memperbesar lampu yang ada daripada memperbesar ISO. Perbesar gain flash Anda, atau bisa dengan menggunakan relfektor untuk memantulkan cahaya di area yang gelap. Memang agak lebih rumit memperbesar sumber cahaya daripada memperbesa ISO, namun saya sarankan lebih baik Anda memperbesar sumber cahaya. Bab VII Outdoor Photography Berbeda dengan bab indoor photography, yang banyak menggunakan artificial light sebagai bahan cahaya utama, maka dalam bab ini. Kita akan memfokuskan cahaya utama pada natural light, karena kekuatan dari outdoor photography adalah cahaya yang dikeluarkan oleh matahari. Mau bagaimanapun ia adalah sumber cahaya yang paling sempurna dan juga sangat baik jika terkena objek. Penggunaan lampu artifical hanya diperuntukan sebagai penambah aksen saja pada foto nantinya. A. Freezing Seperti namanya, freezing merupakan sebuah teknik untuk menghentikan gerak objek. Teknik ini merupakan salah satu teknik dasar yang termudah dalam fotografi. Salah satu kunci dari teknik ini adalah dengan mensetting kamera dengan memakai shutter yang tinggi. Dengan begitu, maka secara otomatis objek akan dibekukan. Tekik ini, sering diaplikasikan dalam memotret olahraga. Karena gerakan dalam olahraga sangat dinamis, detail dari sang atlet kadang luput dari kasat mata. Dalam menggunakan teknik ini, ada satu hal yang tidak kalah pentingnya dengan melakukan setting pada shutter speed, yaitu adalah memanfaatkan momemntum. Untuk menghasilkan foto yang baik, sang fotografer harus bisa membaca momen yang tepat, ini dilakukan dengan membaca gerakan objek. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Auto F -16 , ISO 200, shutter speed 200, white balance Salah satu tips sederhana ketika memotret dengan teknik ini adalah kita harus membaca gerakan objek. Kemana objek itu akan mengarah dan bagaimana gerakannya. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan momen yang tepat. Sebuah momen yang jarang kita lihat secara kasat mata. Dengan begitu, foto kita akan terlihat lebih baik. Selain itu, tips lain ketika memotret freezing, adalah carilah objek yang geraknya cepat. Orang yang bergerak cepat, biasanya mempunyai pergerakan yang lebih menarik daripada objek yang bergerak secara perlahan. Coba bandingkan, foto orang yang sedang berlari dan berjalan. Pasti nanti keduanya memiliki hasil yang sangat berbeda. Foto ini diambil menjelang siang hari, ketika matahari berada di atas objek dengan kemiringan skitar 90 derajat. Jadi cahaya yang menimpa objek tidak terlalu keras, kita bisa melihat bagaimana shadow yang tercipta oleh cahaya matahari di kakinya. Untuk lebih jelasnya saya akan melampirkan sketsa pengambilan gambar dari foto tersebut. Dari foto di atas bisa dilihat bagaimana jatuhnya matahari yang menyamping membuat foto ini lebih berdimensi. Cahaya yang kuat datang dari kanan objek. Cahaya di pantai biasanya sangat kuat sekali. Ini dikarenakan cahaya matahari jatuh langsung (tidak ada diffuser). Dan juga ada air yang merefelksikan cahaya yang dikeluarkan oleh matahari. B. Motion Blur Tidak semua gambar yang blur itu jelek, karena ada juga teknik fotografi yang membiarkan beberapa bagian dalam foto blur, ini hanya untuk keperluan artistik. Bagian foto yang blur tersebut, biasanya adalah sebuah objek yang bergerak. Jadi dalam satu frame, hampir semua objek diam dan freeze. Namun ada satu objek yang tidak jelas atau kabur. Jika Anda pernah melihat hal seperti itu, maka foto tersebut menggunakan teknik motion blur. shutter speed “1” / F number 4.2 / ISO 400 Seperti yang terlihat di atas, bagaimana dalam satu frame, hanya bagian tengah (orang) yang berjalan saja yang terlihat kabur. Sedangkan seluruh objek dalam frame tersebut berada dalam keadaan freeze. Untuk mengaplikasikan teknik ini, kita memerlukan tirpod. Apalagi jika foto Anda dilakukan pada malam hari seperti foto di atas. Karena kita akan memakai shutter speed yang rendah dalm memotret ini. Karena itu dibutuhkan tripod untuk menahan getaran yang ditimbulkan oleh tangan. Untuk menghasilkan gambar dengan efek seperti ini, kita harus menggunakan shutter speed yang rendah. Kecepatan shutter speed yang kita gunakan tergantung dengan kecepatan dari objek yang ingin kita buat blur. Sebagai contoh, kita ingin memotret objek yang berjalan terlihat blur. Maka shutter speed yang kita gunakan harus di bawah 15. Karena rata-rata kecepatan orang berjalan tidak di bawah tu. Berbeda ceritanya jika kita ingin memotret objek yang cepat. Seperti kendaraan (sepeda. motor atau mobil). Kecepatan akan sangat berpengaruh terhadap hasilnya nanti. Jika memotret mobil yang cepat, (misalnya berjalan di jalan tol) maka kita cukup menggunakan shutter speed di bawah 60. Maka mobil tersebut akan terlihat blur. C. Panning Technique Ini adalah sebuah teknik fotografi standar yang biasa digunakan untuk memotret objek bergerak. Panning akan memberikan efek tegas pada objek yang difoto, dan membuat Background terlihat blur. Foto ini diambil dengan menggunakan shutter speed yang tidak terlalu cepat, karena jika shutter speed yang digunakan cepat maka foto yang kita ambil akan menjadi freezing. Seperti yang terlihat di foto di atas, bagaimana objek utama dari foto di atas (pemaen skate board) terlihat fokus. Sedangkan objek yang lain terlihat blur. Cara mengambil foto dengan teknik seperti ini sebenarnya cukup mudah, hal pertama yang harus dilakukan adalah mensetting shutter speed di nomer yang tidak terlalu tinggi (antara 40-60). Lalu kita kunci fokus dari kamera terhadap objek utama. Selanjutnya ketika memotret, gerakan kamera kita mengikuti objek utama. Dari sini lah kenapa teknik ini disebut panning. Karena yang membedakan dengan teknik fotografi yang lain, teknik ini mengharuskan kita bergerak mengikuti arah objek utama. Dengan begitu, kita akan menghasilkan gambar yang fokus pada objek utama, namun memiliki background yang blur. Teknik ini akan memberikan kesan cepat pada objek utama yang kita foto. Karena backgorund yang tidak kelihatan akan membuat kesan kecepatan yang tinggi, sehingga kasat mata tidak bisa melihat objek tersebut. Karena itu banyak teknik ini diaplikasikan ketika kita memotret segala sesuatu yang sifatnya balapan. Seperti balapan motor, sepeda, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat sketsa di bawah ini, di sini akan terlihat bagaiamana kamera digerakan Dari sketsa di atas bisa dilihat bagaiamana arah kamera mengikuti arah gerakan Objek. Gerakan dari kamera kitalah yang membuat objek kita menjadi tegas, karena ia menangkap gerakan objek, sedangkan backgorund yang statis menjadi blur. Tips Ketika memotret menggunakan teknik ini, ada baiknya kita tidak menggunakan tripod. Karena tripod akan membatasi gerakan tangan kita. Memang ada beberapa tripod khusus video yang dilengkapi tungkai untuk melakukan moving, namun tetap saja hand held menjadi pilihan utama dalam membuat foto dengan teknik ini. Untuk latihan, kita tidak perlu menggunakan objek yang sulit terlebih dahulu. Kita bisa menggunakan teman sebagai model. Kita bisa menyuruh dia berlari melewati jalan yang telah kita tentukan dengan itu kita akan lebih mudah mengulanginya lagi jika ada kesalahan teknik atau kesulitan dalam pengambilan gambar. Selain itu perhatikan jarak antara objek dan juga kamera Anda. Jarak yang teralu dekat bisa membuat Anda kesulitan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Terlalu jauh juga akan membuat kita kesulitan dalam membuat background menjadi kabur. Intinya adalah bagaimana kita mengukur jarak antara kamera, objek, dan juga background D. Long Exposure Photography Long exposure photography, adalah sebuah teknik fotografi yang membuka tombol shutter selama mungkin. Dengan teknik ini, cahaya akan masuk dengan waktu yang lama ke dalam kamera. Teknik ini biasanya digunakan pada malam hari, karena pada malam hari, cahaya yang kita dapatkan sedikit. Hanya ada beberapa dari lampu jalanan. Teknik ini bisa digunakan untuk memotret cahaya yang dikeluarkan dari objek yang bergerak, atau cahaya yang dikeluarkan dari objek yang diam. Ketika dilakukan pada objek yang bergerak, maka cahaya akan membuat garis sendiri. Ia seperti membuat garis-garis tersendiri. Berbeda dengan ketika mengaplikasikan teknik ini pada objek yang diam. Efeknya akan membuat pendar yang dikeluarkan oleh cahaya tersebut semakin terlihat di dalam foto Anda. Contohnya adalah seperti foto yang saya ambil di bawah ini: F 16, shutter speed “10” sec, ISO 1000 Foto di atas mencoba untuk merekam gambar pada malam hari dengan pencahayaan yang keluar dari benda statis. Bisa terlihat dalam foto ini, bagaimana cahaya berwarna tungsten yang keluar dari belakang jembatan terlihat pendar. Cahaya tersebut terlihat meyebar, hal ini tidak bisa ditangkap jika kita memotret dengan teknik biasa. Semakin besar rana terbuka, maka semakin besar juga kemungkinan dari kamera untuk merekam pendar dari cahaya yang keluar dari lampu. Selain itu, bisa terlihat bagaimana lampu-lampu yang berada di sebelah kanan foto menciptakan efek bintang. Ini disebabkan oleh pemakaian diafragma yang besar. Semakin besar diafrgama yang kita pakai, maka kita akan semakin bisa menangkap “bentuk” dari cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah sumber cahaya. Dan sebaliknya, jika kita memotret dengan diafragma yang kecil pada saat mengaplikasikan teknik ini, maka hasil dari cahaya diperlihatkan oleh lampu tidak akan memilik bentuk (hanya bulat seperti lampu). Lalu kita bisa melihat refleksi cahaya yang ada di dalam foto ini. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, air adalah salah satu media yang dapat merefleksikan cahaya. Ada salah satu kelebihan ketika kita memortret dengan merefleksikan cahaya pada air seperti gambar berikut. Salah satu kelebihannya adalah tekstur air yang tidak dapat ditebak. Tekstur air memang unik, ia selalu memiliki gelombang di atasnya, bisa beriak atau hanya mengalir dengan tenang. Dalam foto ini, air mengalir dengan tenang, sehingga menimbulkan tekstur yang unik pada cahaya. Jika Anda mencoba untuk mengaplikasikan teknik ini, maka ada baiknya Anda juga melihat sekitar. Karena mungkin saja ada beberpa objek yang bisa membuat foto Anda lebih menarik. Apalagi dengan teknik long eksposure, kita memiliki banyak kemungkinan untuk menciptakan visual, karena waktu pembukaan shutternya yang cukup lama. Bisa dilihat dari sketsa di atas, bagaimana sebenarnya sumber cahaya dari foto tersebut berasal dari dua hal. Yang pertama adalah bulan, yang kedua adalah lampu yang dipancarkan dari gedung. Sebenarnya dalam foto ini juga cahaya bulan tidak terlalu membantu untuk menerangi. Ia hanya memperlihatkan sedikit tekstur awan di ujung kanan. Namun untuk keseluruhan, cahaya utama dari foto ini adalah cahaya dari gedung-gedung dan juga lampu jalan. Untuk menciptakan foto dengan teknik seperti ini, jika memungkinkan hindari menggunakan mode bulb. Jika masih memungkinkan, lebih baik Anda memotret dengan settingan shutter yang sudah ada. Seperti “5 Second, “10 second, dan seterusnya. Ini dikarenakan mode bulb mengharuskan Anda untuk menahan tombol shutter Anda. Ini berpotensi menimbulkan guncangan yang membuat hasil Anda tidak maksimal. Meskipun menggunakan tripod hal itu tetap bisa terjadi. E. Deep Of Field Techinique Salah satu ilmu dasar dalam fotografi, namun ini sangat membantu untuk menciptakan kesan gambar memiliki dimensi. Jika disederhanakan, teknik ini adalah teknik untuk memisah antara satu objek dengan objek lainnya dengan ketegasan gambar yang berbeda. Teknik ini banyak digunakan dalam memotret potrait. Sebenarnya teknik ini ada dua jenis. Pertama adalah deep of field sempit, yang kedua adalah deep of field lebar. deep of filed sempit, akan menghasilkan perbedaan antara kedua objek yang memiliki jarak yang berbeda. Sedangkan deep of field yang luas tidak akan memberikan perbedaan dan ketajaman yang berarti antara subjek dan foreground dan background. shutter spped 200, F number 6,3 / ISO - 400 Dari foto di atas terlihat bagaimana background terlihat blur. Ini disebabkan oleh penggunaan teknik deep of filed sempit dalam foto ini. Dengan teknik ini, maka audience akan lebih fokus pada objek utama yang dalam foto ini adalah kedua burung tersebut. Untuk mengaplikasikan teknik ini, kita tinggal melakukan setting pada diafragma. Diafragma kita ubah menjadi nomor yang kecil, itu artinya di bawah 7. Semakin kecil nomor diafragma maka semakin blur juga background yang dihasilkan. Dalam mengaplikasikan teknik ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh fotografer, karena dalam teknik deep of field tidak hanya nomor diafragma saja yang mempengaruhi hasil. Beberapa hal tersebut adalah: - Jarak. Jarak antara kamera Anda dengan objek akan menjadi satu hal yang menentukan hasil. Coba Anda memotret 2 objek yang berbeda dan jadikan satu objek menjadi foreground dengan menaruhnya sedekat mungkin dengan kamera. Maka objek tersebut akan blur secara otomatis. Tanpa harus menggunakan diafragma yang kecil. - Lensa. Lensa akan sangat mempegaruhi juga ketajaman dan kedalaman dari sebuh gambar. Seperti dari foto yang ada di atas, saya menggunakan lensa tele 70-300 mm untuk mengambil gambar tersebut. Objek tersebut akan terlihat lebih blur jika kita menggunakan lensa yang zoom. Karena semakin tinggi focal lenght yang kita gunakan (dalam foto ini saya menggunakan focal length 300 mm) maka akan semakin memperkuat efek dari teknik deep of filed ini. Dari sketsa pengambilan gambar di atas, bisa dilihat bagaimana posisi matahari yang membelakangi objek dan berada di atas objek. Namun di sini kita tidak menemukan backlight. Ini dikarenakan dedaunan yang menjadi background dari objek tersebut mereduksi cahaya matahari sehinngga tidak menimbulkan backlight pada objek. Dan juga objek terlihat lebih teduh. C. HDR (High Dynamic Range) Sebenarnya, teknik ini bisa diaplikasikan di indoor maupun outdoor. Namun saya mencoba untuk memasukan teknik foto ini di dalam bab outodoor, karena perbedaannya akan sangat terlihat jika kita memotret di outdoor. Lalu apa sebenarnya HDR photogrphy? Sederhananya HDR fototgrafi adalah sebuah teknik fotografi yang menciptakan tone, kontras, dan juga pencahyaan yang tinggi dalam sebuah foto. Semua bagian dalam foto menjadi tajam. Foreground dan backgorund memiliki cahaya yang hampir sama. HDR fotografi ini sangat baik jika diaplikasikan dalam foto yang memiliki penchayaan yang berbeda di dua tempat. Misalnya Anda memotret pemandangan dan juga landscape, karena biasanya langit yang bagus dan juga objek di bawahnya yang sama-sama memiliki pencahyaan sempurna akan sangat sulit jika difoto hanya dengan menggunakan teknik biasa. Untuk menciptakan HDR fotografi, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Dan hal-hal ini dilakukan dengan benar. Karena dalam HDR fotografi, kita akan menggabungkan lebih dari satu foto untuk mendapatkan hasil yang sempurna. 1. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah tripod. Karena di sini kita akan menggabungkan beberapa foto menjadi satu. Maka kita diharuskan untuk memotret spersis dan seorisinil mungkin. Gerakan sedikit saja akan menghasilkan hasil yang beda pula. 2. Jangan lupa untuk mensetting format image menjadi RAW. Ini akan memudahkan editor mengombinasikan setiap foto yang ada di dalamnya. Dan yang paling penting dengan format gambar RAW, hasil akhir gambar akan maksimal. Selain itu, dianjurkan untuk memakai mode apperture priority dalam setiap gambar. Ini akan memudahkan kita untuk menentukan deep of field dari foto. 3. Lebih baik kita gunakan manual fokus. Karena dengan menggunakan manual fockus, maka ini akan mempermudah kita mensetting fokus pada foto pertama dan seterusnya. Misalnya pada foto pertama, lakukan fokus pada bagian depan objek, lalu pada foto kedua lakukan fokus pada bagian belakang objek. Ini akan menghasilkan foto Anda yang mempunyai infinite focus, yaitu fokus yang merata di setiap bagian dari frame Anda. 4. Kamera DSLR mempunyai settingan bracketed. Settingan ini akan membantu kita dalam menghasilkan foto HDR. Dengan memotret menggnakan fitur ini, kita akan mendapatkan beberapa foto dengan exposure yang berbeda. Biasanya ada 3 jenis exposure. Yaitu exposure normal, exposure lebih gelap, dan exposure lebih terang. 5. Gunakan ISO yang rendah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ISO yang rendah akan membuat foto Anda terhindar dari noise dan juga grain. Semakin tinggi ISO yang Anda gunakan, maka foto Anda akan memiliki grain yang tinggi. 6. Jika Anda tidak memakai bracketing mode, maka Anda bisa menggunakan remote atau alat bantu lainnya. Ini agar foto Anda tidak terguncang atau shaking. 1. Menciptakan Gambar High Dinamic Range Untuk menciptakan gambar HDR, kita tidak bisa jika tidak menggunakan software. Karena software di sini berfungsi untuk menggabungkan foto-foto yang kita ambil menjadi satu bagian. Ada beberapa software untuk menggabungkan foto-foto menjadi HDR. Namun kali ini, saya akan menggunakan Adobe Photoshop. a. Pilih foto yang akan Anda edit lewat mini bridge Salah satu cara termudah untuk memilih foto di Photoshop adalah lewat Mini Bridge. Fitur ini memungkinkan kita untuk memilih foto tanpa haru melakukan minimize pada Photoshop kita. Cara untuk memunculkan Mini Bridge adalah dengan memilih Windows Extension Mini Bridge. Setelah kita mengklik button Mini Bridge, maka akan terlihat sebuh dialog box yang mucnul di bawah workspace yang kita gunakan. Coba cari tombol yang bertuliskan : “launch Bridge”. Klik tombol itu, dan kita akan bisa memilih foto kita. Tampilannya seperti Windows eksplorer, Namun dia hanya akan menampilkan file yang bentuknya gamabr saja. Ini akan memudahkan kita untuk memiliha foto-foto apa saja yang akab dimasukan oleh kita nantina. Kali ini, saya akan mencoba menggunakan 2 foto saja. Namun ada lebih baiknya Anda menggunakan lebih dari 2 foto. Makin banyak foto yang kita gunakan, maka semakin baik pula foto yang dihasilkan nantinya. Jika Anda sudah selesai memilih foto Anda, tekan CTRL atau SHIT hingga Anda bisa menyeleksi lebih dari 1 foto. Lalu klik kanan hingga muncul opsi lalu pilih Photoshop dan pilih lagi fitur “Merge to HDR PRO”. b. Gunakan Fitur HDR Pro HDR pro adalah fitur yang ada dalam photoshop untuk mengkonversi berapa foto menjadi satu. Fitur ini sangat mudah digunakan. Kita bisa mengedit foto dengan mudah lewat beberapa fitur yang disediakan. Seperti beberapa slider yang memungkinkan kita untuk melakukan editing terhadap ketajaman gambar, warna, saturasi, pencahayaan, dan lain-lain. Slider ini berfungsi bagi Anda yang lebih menyukai editing hasil sendiri daripada preset. Jika Anda ingin lebih simpel, Anda bisa menggunakan preset yang telah disediakan. Preset ini akan memberikan secara langsung efek HDR yang berbeda pada foto kita. Ada yang menghancurkan sturasinya, ada yang membuat kontrasnya jadi sangat tinggi. Ada pula yang menghilangkan warna. Agar lebih mudah, di sini saya akan menggunakan preset yang ada di dalamnya. Dalam kasus ini saya akan menggunakan preset photrealistic high contrast. Dengan menggunakan fitur seperti itu, maka hasil yang didapatkan dalam foto kita akan memiliki kontras tinggi di seluruh bagian foto. c. Tambahkan fitur sharpening jika perlu Fitur sharpening memnag tidak diwajibkan dalam memotret HDR, namun jika Anda merasa foto yang akan Anda ambil menjadi kurang tajam, maka disarankan untuk menambahkan ini lewat filter. Adobe Photoshop sendiri menyediakan banyak sekali fitur sharpening yang ada. Namun untuk kali ini, saya akan menunggu nakan Sharpening lewat fitur High pass. Atau yang biasa disebut dengan high pass sharpening. Fitur ini merupakan fitur untuk mempertajam foto yang baik. Cara pertama untuk mengaplikasikan efek ini adalah dengan menduplikasi layer Anda. Selanjutnya tekan CTRL+J pada keyboard, lalu ubah nama layer duplikasi Anda menjadi sharpen. Ini akan memudahkan kita untuk melakukan editing. Selanjutnya, kita akan memberikan Filter High Pass pada foto ini. Caranya adalah dengan Masuk ke Filter Other dan pilih High Pass. Dengan foto seperti ini, saya akan mencoba memberikan “20 Pixels” untuk radiusnya. Jika sudah klik ok, jika benar layer Anda akan terlihat berwarna abu-abu. Jangan takut, ubah blendingnya ke overlay dan Anda akan mendapatkan foto Anda jauh lebih tajam daripada sebelumnya. Foto yang telah diberi efek high pass, menjadi lebih tajam daripada sebelumnya Tips Memotret Outdoor Seperti layaknya memotret dalam keadaan indoor, ada beberapa hal tertantu juga yang harus diperhatikan oleh fotografer yang senang memotret di tempat terbuka. Perbedaan utama dengan memotret di ruangan tertutup, kita harus lebih sabar lagi karena banyak hal yang di luar kendali bila kita memotret di luar ruangan. 1. Sabarlah dalam menunggu cahaya yang tepat Salah satu halangan dalam memotret outdoor, adalah kita tidak menyetel sendiri berapa cahaya yang dibutuhkan. Kita tidak bisa meminta matahari untuk mengurangi cahayanya, yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu atau mencari sudut yang tepat. Memang menunggu adalah pekerjaan yang menyebalkan. Lalu bagaimana jika setelah kita menunggu, hasilnya malah sangat di luar dugaan? Ada banyak sekali cerita pada fotografer professional menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari hanya untuk mendapatkan gambar yang baik. Ini adalah kisah nyata, bahkan pada zaman film dulu fotografer akan rela menunggu demi mendapatkan hasil yang bagus. Daripada menghabiskan film yang mereka punya, tapi hasilya tidak maksimal, lebih baik menunggu cahaya yang tepat hingga foto yang dihasilkan akan lebih maksimal lagi. 2. Selalu bawa tripod Banyak orang yang mengeluhkan tripod malah membuat ribet jika dibawa. Jika Anda membawa banyak lensa dalam kamera, maka tentunya bukanlah sebuah alasan jika Anda tidak membawa tripod kemanapun Anda pergi. Jangan berpikir bahwa ketika memotret di luar ruangan Anda akan selalu mendapatkan pencahayaan yang baik, jadi tidak perlu membawa tripod, hal tersebut adalah paradigma yang salah. Tripod tidak hanya digunakan dalam kondisi pencahayaan kurang saja, tirpod juga dibutuhkan jika kita ingin bereksperimen terhadap hasil kita nanti. Seperti contoh adalah gambar di bawah ini. Withsundayphotogaphy.com.au Foto di atas diambil di luar ruangan yang memiliki cahaya memadai untuk menghasilkan gambar tanpa menggunakan tripod. Namun apakah tangan Anda kuat dari getaran ketika ingin menghasilkan gambar seperti ini? Karena gambar di atas hanya bisa dihasilkan dengan shutter speed yang rendah. Seperti yang terlihat, bagaimana air yang ada di sungai tersebut terlihat seperti kapas, Teknik ini hanya bisa didapat dengan menggunakan shutter speed yang rendah, misalnya di bawah 10 atau bahkan hingga memakai mode bulb. Dengan menggunakan tangan kosong Anda akan kesulitan untuk menghasilkan gambar seperti ini. Namun dengan tripod, tampaknya itu bukan masalah besar. Karena itu, selalu bawa tripod kemanapun Anda pergi ketika memotret. 3. Jangan lupa perhatikan background Terkadang kita lupa untuk memperhatikan background pada saat mengambil gambar. Ini seharusnya tidak terjadi, karena bisa jadi, gambar bagus Anda kalah oleh background yang buruk. Ketika memotret outdoor, banyak sekali distorsi visual yang membuat kita bingung terhadap detail, yang terkadang detail tersebut sering kita lupakan. Dalam outdoor photography, background merupakan hal yang sama pentingnya dengan foreground. Bayangkan jika Anda memotret sebuah objek dengan emosi yang sempurna, lalu pencahayaan yang sempurna namn tiba2 di belakang objek tersbeut ada objek yang tidak diinginkan masuk ke dalam foto anda. Tentunya akan sangat kesal bukan. Untuk menghindari hal ini terjadi, Anda harus memperhatikan background dengan baik. Usahakan sebelum memotret lihat terlebih dahulu apa yang ada di belakang objek Anda. Apakah itu membuat objek Anda terlihat bagus atau tidak. Jika tidak, cari angle yang lain. Atau jika objek itu mengganggu, Anda bisa minta permisi sebentar kepada objek yang tidak diinginkan tersebut. Hal yang harus diingat, jangan sampai background Anda menjadi lebih menarik daripada objek utama. Kecuali memang konsep Anda ingin lebih mengedepankan background daripada objek utama. Usahakan background tidak memiliki visual yang lebih menarik daripada objek utama Anda, jika ternyata background lebih menarik, coba usahakan objek Anda membaur dengan background atau posisikan background Anda sebagai foreground. 4. Hati-hati dengan bayangan dan juga backlight Bayangan adalah musuh Anda ketika memotret di luar. Terkadang bayangan membuat foto yang kita ambil menjadi jelek dan tidak jelas. Apalagi ketika mengharuskan Anda untuk memotret di tempat yang memiliki intensitas cahaya yang berbeda, terkadang ini akan menimbulkan kontras yang tinggi. Tentunya Anda akan kesulitan mengatur hal tersebut. Salah satu tips sederhana ketika menghadapi hal seperti ini adalah cobalah menjadikan background Anda menjadi sangat blur. Tempatkan objek utama di daerah yang memiliki shadow lebih banyak, dan biarkan tempat yang memiliki intensitas cahaya tinggi menjadi background foto Anda. Memang ini agak sulit dan pastinya akan menimbulkan backlight yang luar biasa, namun jika Anda bisa mengatur komposisi dengan baik, maka backlight yang terjadi dalam foto Anda bisa menjadi sesuatu yang artistik. Backlight bukanlah musuh utama Anda dalam memotret. Selalu posisikan backlight menjadi satu pencahayaan yang menambah kedalaman dan juga kekuatan dari foto Anda, seperti pada foto di bawah ini. Bab VII Kesimpulan Fotografi tidak pernah berhenti bereksperimen dan menciptakan hal baru. Karena sejatinya fotografi itu menyangkut eksistensi manusia itu sendiri. Jikalau ia berhenti untuk mengembangkan dirinya, itu artinya manusia telah kehilangan semangat untuk melihat kembali dirinya dalam bentuk yang lain. Ya, bisa dibilang fotografi adalah sebuah cermin. Yang memungkinkan untuk melihat seusatu yang hanya bisa dilihat orang lain setiap harinya. Mungkin saja, fotografi saat ini sangat dimudahkan oleh teknologi, sehingga mungkin Anda akan berpikiran bahwa 20-30 tahun ke depan tidak lagi dibutuhkan jasa fotografer professional untuk mendokumentasikan pernikahan anak Anda. Siapapun bisa melakukannya dengan baik, lewat kamera yang juga baik. Sebenarnya perkembangan teknologi di dunia fotografi memiliki efek yang sangat positif di dunia fotografi itu sendiri. Semakin banyaknya equipment yang membuat hasil foto kita semakin bagus. Dan juga aplikasi-aplikasi yang berdampak pada kemudahan kita dalam mengedit foto. Bahkan beberapa aplikasi handphone saja sudah memiliki filter yang luar biasa dan berdampak luar biasa. Contoh sederhana, bagaimana beberapa orang menginginkan agar bisa menciptakan efek instagram lewat photoshop. Tentunya ini adalah hal yang unik, mengingat instagaram adalah aplikasi, sedangkan photoshop adalah sebuah software editing yang biasa digunakan untuk pro. Jika kita jabarkan di sini, perkembangan teknologi fotografi pun tidak kalah pesat. Bagaimana di media awal 2010 baru menjadi trend orang merekam video lewat DSLR, sekarang sudah bisa diaplikasikan setiap orang ingin membeli kamera foto yang bisa sekalian video. Belum lagi bagaiaman kamera-kamera seperti gopro, Samsung Smat Camera, dan lain sebagainya mengubah kebiasaan masyarakat dalam memandang fotografi. Namun dibalik cepatnya perubahan terhadap teknologi, ada beberapa hal yang tidak pernah berubah. Sebagaimana canggihnya, mudahnya, dan uniknya teknologi yang muncul. Fotografi tetaplah sebuah teknik untuk mengambar lewat cahaya. Ia adalah sebuah ilmu yang mengedepankan rasa dan kreatifitas dari sang fotografer, bukan mengedepankan teknologi itu sendiri. Fotografi yang baik bukanlah sebuah foto yang diambil dengan lensa yang mahal, kamera terbaru, serta diolah dengan software yang paling baik. Fotografi yang baik adalah hasil dari seorang yang bisa menggunakan imajinasinya demi memvisualkan objek lewat alat perekam cahaya yang ia punya. Sesederhana apapun itu. Untuk lebih mudahnya lagi saya akan membagi beberapa tips yang saya dengar dan juga baca dari berbagai buku. Apa saja yang biasa dilakukan oleh para fotografer untuk menghasilkan karya yang baik. Mari kita mulai. 1. Sering lihat dan analisa foto orang Terdengar klise, tapi ini memang benar. Karena semakin banyak referensi visaul yang kita lihat, maka akan membuat kita makin mudah untuk menerapkan tersebut ke dalam kepala kita. Jika Anda melihat foto orang yang bagus, maka pelajarilah bagaimana ia mengambil foto tersebut. Apakah digunakan dengan teknik deep of filed yang sempit, lalu bagaimana pencahyaan yang dia lakukan untuk menghasilkan foto tersebut. Jika Anda bisa menganalisa dengan baik, maka jangan sungkan untuk mengaplikasikannya. Bukan untuk meniru sebuah karya, namun ini untuk belajar Anda sendiri. Jadi Anda tahu bagaimana teknik yang diterapkan orang lain dalam memotret. Saat ini dengan mudah kita bisa menemukan banyak sekali foto bagus di internet. Ini harusnya bisa kita manfaatkan dengan baik sebagai wadah untuk pembelajaran. Jika Anda merasa masih sulit untuk menganalisa foto orang secara langsung, ada juga beberapa website yang memungkinkan kita untuk membaca artikel tentang fotografi dan juga beberapa tips dalam memotret. Atau lebih baik lagi jika Anda mencoba datang ke pameran fotografi. Dengan datang ke pameran, maka Anda bisa mendengarkan artist talk, atau bisa berbicara langsung dengan fotografer yang berpameran di sana. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan pengalaman yang lebih daripada melihat karya seseorang lewat websitenya. Biasanya dalam pameran fotografi, perbincangan lebih terbuka. Seain itu, Anda juga bisa mendapatkan kenalan jika berkunjung ke pameranpameran seperti ini. Karena terkadang apa yang ada di pameran lebih mengejutkan daripada apa yang terlihat di website. 2. Belajar sedikit dasar seni rupa Apa hubungan antara fotografi dan seni rupa? Seni rupa adalah dasar dari semua ilmu visual. Baik design, video, dan juga fotografi. Dengan mempelajari dasar seni rupa, kita akan lebih paham dalam hal-hal yang sifatnya non teknis. Karena di sini kita akan belajar memakai rasa dan juga kreatifitas kita dalam memotret. Seperti elemen fotografi yang saya paparkan sebelumnya, warna, bentuk, dan lainsebagainya, adalah pelajaran dasar dalam seni rupa. Lewat pelajaran itu, kita bisa mengetahui bagaimana sebenarnya memperlihatkan “bentuk” sebuah benda. Lalu warna apa yang bisa merepesentasikan kemarahan seseorang,? Apa sebenarnya garis, dan hal lainnya? Banyak fotografer kawakan yang merasa harus belajar seni rupa pada akhirnya. Karena terkadang, mereka butuh untuk belajar lebih dalam lagi hal-hal yang di luar teknis. Belajar seni rupa juga akan membantu kita untuk membuat sketsa karya. Ini akan sangat berguna apalagi jika Anda senang emmotret produk dan studio. designfreebies.org Jika kita menjelaskan tata letak beberapa benda lewat komunikasi verbal, maka akan sangat sulit untuk dimengerti oleh sang model. Contohnya kita ingin memotret sebuah foto fashion yang mengharuskan si model untuk berpose tertentu. Tentunya ini akan sangat sulit jika dijelaskan dengan omongan, namun jika kita memberikan sketsa pose pada sang model, ini akan membuat model lebih paham. Inilah fungsi sketsa dalam fotografi. Selain itu, dengan belajar menggambar, Anda bisa tahu bagaimana sebuah garis yang presisi, bentuk dari suatu, dan juga prespektif. Ini yang akan sulit dipelajari dari fotografi, butuh waktu lama untuk mengerti semuanya jika kita hanya memotret. Namun jika dibarengi dengan menggambar, maka Anda akan mengerti lebih cepat. Tidak perlu Anda menjadi hebat dengan membuat drawing yang super rumit dan lain sebagainya. Anda hanya membutuhkan kemampuan untuk menggambar secara sederhana, sehingga orang yang melihatnya mengerti bentuk dan apa yang Anda gambar. 3. Diskusikan foto anda dengan teman dan ikut seminar atau workshop Terkadang kita jarang untuk mendiskusikannya dengan teman. Bagaimana kekurangan dan kelebihan foto kita. Padahal ini akan sangat baik untuk membuka ruang dan juga mendapatkan ilmu baru tentang fotografi. Apalagi jika Anda melakukan conceptual photography, ini akan sangat penting untuk berbicara dalam tataran ide terlebih dahulu, setelah itu masalah teknis yang nantinya akan berhubungan dengan eksekusi foto Anda. Teman Anda tentunya akan mempunyai sudut pandang lain terhadap karya foto Anda. Ini tentunya akan menjadi masukkan bagus untuk Anda ke depannya. Memperkaya sudut pandang dalam fotografi adalah penting, jangan takut untuk dikritik, karena dengan melakukan kesalahan maka Anda telah belajar sesuatu. Ada baiknya juga Anda melakukan diskusi dengan orang yang lebih paham di dalam dunia fotografi daripada Anda. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan lebih banyak masukkan yang berguna dan tentunya akan menambah wawasan dan dalam fotografi. Biasanya orang yang lebih mengerti ini dijadikan mentor Anda dalam memotret, jadi dia bisa melihat sebenarnya kemampuan Anda sampai mana, dia juga bisa melihat bagaimana kelebihan dan kekurangan Anda dalam fotografi nantinya. Bedah foto ini sangat penting, jika Anda memiliki komunitas, acara seperti ini bisa dilakukan lebih sering lagi. Jika dilakuakn secara rutin, maka Anda akan cepat belajar dan paham tentang fotografi. Mengikuti seminar dan juga workshop adalah salah satu hal penting lainnya dalam dunia fotografi. Selalu luangkan waktu Anda untuk mengikuti workshop atau peseminar, atau diskusi tentang fotografi minimal satu bulan sekali. Ini akan memperkaya sudut pandang Anda terhadap fotografi. Di seminar atau workshop, Anda bisa menadapatkan ilmu baru, dan juga jaringan yang baru. 4. Ikut Komunitas Tidak ada seseorang yang maju sendiri. Apalagi di dunia seperti ini, jangan harap Anda bisa melakukan semuanya sendiri. Jangan hanya karena anda memiliki akses internet yang tebatas, Anda hanya belajar lewat internet saja. Jangan lupa, kita juga harus banyak berinteraksi dengan orang lain di dunia ini, agar kita bisa memperluas jaringan kita. Kelebihan dari mengikuti komunitas adalah jaringan. Kita bisa bertukar jaringan dengan teman lain di komunitas kita, baik itu jaringan fotografer, jaringan pekerjaan, atau bahkan jaringan peralatan dan juga ilmu. Banyak komunitas fotografi di Indonesia, ada yang bentuknya online ataupun offline. Namun saya sarankan Anda mengikuti yang punya sistem bertemu langsung (tidak hanya membahas lewat online) karena pertemuan ini akan sangat berguna bagi Anda untuk bertukar ilmu secara langsung. Banyak komunitas yang memiliki basecamp tetap. Bahkan yang establshed memiliki studio sendiri dan juga peralatan sendiri. Beberapa di antara komunitas ini memiliki program dan juga pameran rutin. Ada juga yang sifatnya banyak berkutat di dunia online, tidak memiliki basecamp tetap dan hanya sesekali melakukan gathering. Ini tergantung kebutuhan dan juga waktu Anda ingin mengikuti yang mana. Setiap komunitas memiliki karakter dan kelebihan masing-masing. Bahkan kebanyakan komunitas fotografi di Indonesia sekarang lebih spesifik. Ada komunitas khusus bagi penyuka foto model, ada juga komunitas yang khusus untuk stret photographer, namun ada juga komunitas yang berbicara dan bergerak di fotografi secara umumnya. Dengan begini, tentunya Anda lebih dimudahkan dalam memilih komunitas mana yang ingin Anda ikuti. Kelebihan lain dalam komunitas adalah setiap orang yang datang biasanya memiliki background yang berbeda. Dengan backgorund yang berbeda, maka setiap orang akan memiliki pengalaman dan juga pengetahuan yang berbeda. Ini akan memudahkan kita untuk mencampur dan juga memberikan warna terhadap fotografi kita nantinya. Bayangkan jika Anda seorang fotografer jurnalistik tapi dengan latar belakang foto fesyen, tentunya Anda akan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh fotografar lain bukan. 5. Kenali kamera anda Jika Anda mengenali kamera Anda, maka Aanda bisa memaksimalkan segala fitur yang ada di dalamnya. Anda bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kamera itu sendiri, jadi hasil yang Anda ambil pasti selalu maksimal. Tahu kapan kamera Anda mulai menciptakan grain, tahu hingga berapa ISO limit dari kamera Anda, tahu karakter warna dan hal-hal detail lainnya. Lalu bagaiamana caranya untuk mengenal kamera Anda? Untuk mengenal kamera Anda adalah dengan mencoba segala macam fitur yang ada di dalamnya. Jangan anggap kamera dengan merek yang sama pasti fiturnya itu-itu saja. Bahkan canon 60D dan 70D saja yang serinya berdekatan mempunyai banyak fitur yang berbeda. Apalagi seri yang berbeda. Keuntungan dari mengetahui kelebihan dan kekurangan kamera Anda adalah kita bisa menyeseuaikan situasi dan kondisi tempat pemotretan dan juga objek dengan kamera kita. Apakah ini membutuhkan alat tambahan atau tidak. Bayangkan jika kamera Anda sangat lemah di low light dan Anda harus memotret di keadaan yang cukup rendah intensitas cahayanya. Jika Anda tidak mengetahui ini, dan tidak membawa alat tambahan maka sudah bisa dipastikan foto Anda akan under semuanya. Selain mengenal kamera, kita juga harus mengenal karakter dari lensa. Apa efek yang ditimbulkan oleh lensa ini. Bagaimana jika kita ingin mendapatkan gambar yang lebih tajam, lensa mana yang harus kita pakai. Contoh sederhana, biasanya lensa fixed memiliki ketajaman gambar yang lebih daripada lensa standar lainnya. Hal-hal sederhana inilah yang perlu Anda ketahui. Pada bab sebelumnya, telah dibahas bagaimana sebanarnya setiap lensa memiliki karakter yang berbeda. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh lensa tersebut. Dengan mengetahuinya secara mendetail, maka ini akan memberikan efek yang cukup baik pada kita dalam memotret nantinya. 6. Sering memotret Memang terdengar klise, tapi apa artinya jika Anda mengetahui semua teori di dunia fotografi tanpa mempraktikannya? Kecuali jika Anda hanya ingin menjadi guru saja, itu akan menjadi sia2. Ada baiknya Anda mengaplikasikan setiap pengetahuan baru yang Anda tahu bersama teman-teman. Karena ini akan sangat baik untuk perkembangan Anda dalam memotret. Selain itu dengan mengaplikasikannya sesering mungkin, Anda akan semakin berpengalaman dalam menghadapi situasi apapun. Jika Anda seorang stret photographer, tentunya Anda akan sangat berpengalaman dalam melakukan lobying terhadap orang yang akan Anda foto di jalanan. Juga jika Anda sering memotret model, pastinya Anda akan hapal bagaimana mengarahkan model dan mengeluarkan potensinya. Hal-hal seperti itulah yang tidak bisa dipelajari terus menerus secara teori. Jika Anda ditanya bagaimana caranya memotret Freezing, mungkin Anda bisa menjelaskannya dari segi teori dan juga fotografi. Namun bagaimana jika Anda ditanya caranya untuk menghasilkan foto potrait yang emosional? Tentunya itu adalah hal yang tidak bisa dijelaskan secara teknis. Dibutuhkan jam terbang yang cukup tinggi untuk bisa mengaplikasikan hal tersebut pada objek. Dalam fotografi ada beberapa hal dengan sifat seperti itu. Hal-hal yang tidak bisa dijelaskan secara teknis, hal-hal yang hanya bisa dijelaskan oleh orang yang sering memotret. Semakin sering Anda memotret, Anda akan paham terhadap hal-hal ini. Selain itu, ini juga akan bisa merangsang kepekaan kita terhadap suatu objek atau persitiwa. Angle yang kita dapatkan tidak akan datar, semakin sering kita memotret, maka kita akan mendapatkan sesuatu yang lain. Melihat suatu peristiwa dan juga subjek dari sudut pandang yang lain. Begitulah sedikti banyaknya tentang tips bagaimana agar kita bisa menjadi fotografer yang baik, jika dilihat dari sifat non teknis. Semoga hal-hal di atas bisa membantu Anda dalam mengembangkan diri Anda, sehingga nantinya Anda akan bisa memotret lebih baik lagi. Hal yang perlu diingat, semua ulasan dalam buku ini akan menjadi sia-sia jika tidak dipraktikan. Ada baiknya setelah selesai membaca buku ini, Anda mencoba untuk mengaplikasikan semua teknik yang ada di dalamnya. Setelah itu coba diskusikan dengan teman ataupun mentor Anda. Apakah yang saya lakukan sudah benar? Kalau belum teruslah mencoba, karena kesalahan adalah awal bagus untuk menjadi benar. Sebab jika belum ada kesalahan itu berarti belum kita belum mencoba. Salam. Daftar Pustaka Profil Penulis Sinopsis