DASAR-DASAR FOTOGRAFI Apakah fotografi itu? • Fotografi berasal dari 2 buah kata dalam bahasa Yunani, yaitu: – Photos, yang berarti: cahaya, dan – Graphos, yang berarti: menulis atau melukis. Dengan kata lain fotografi adalah melukis/menulis dengan cahaya • Jadi, tanpa adanya cahaya kita tidak akan mempunyai foto. Fotografi waktu itu. Bagaimanakah proses terjadinya sebuah foto ? • Foto terjadi karena cahaya yang jatuh pada permukaan media perekam (film atau sensor digital), sehingga terjadi citra di atas media perekam tersebut. • Dengan media perekam, citra yang terjadi disebabkan oleh reaksi kimia, pada media film (proses analog). Sedangkan pada media sensor digital terjadi, pulsa-pulsa elektronik (proses digital). • Elemen terkecil pada film disebut; butir film atau grain, sedangkan pada sensor digital, disebut sebagai: picture element atau pixel. Terjadinya sebuah citra Terjadinya sebuah citra Faktor-faktor apa saja, yang menentukan terjadinya sebuah citra di atas media perekam 1. 2. 3. Jumlah cahaya yang jatuh di atas media perekam. Biasanya disebut kuat cahaya atau iluminasi. Kepekaan media perekamnya yang dinyatakan, yang dinyatakan dalam satuan: ISO (International Standard Organiztion), ASA (American Standard Association), atau DIN (Deutsche Industrie Normal). Kalau jumlah cahaya yang jatuh ke atas media perekam berpadanan dengan kepekaan media perekamnya, kita akan mendapatkan gambar yang baik dari segi exposure/pencahayaan. Dalam artian bahwa di atas media perekam akan kita peroleh gambar yang jelas terang gelap dan warnanya Kurang, lebih dan pas Bagian-bagian dari sebuah kamera. • Pada dasarnya sebuah kamera terdiri atas 3 bagian inti, yaitu: – Badan kamera (camera body), yang merupakan sebuah kotak hitam, di mana bagian-bagian lain dipasangkan). – Lensa kamera (camera lens), sebuah sarana optik untuk membuat citra di atas media perekam jelas untuk dilihat. – Tempat/wadah media perekam (camera back/film holder), untuk menempatkan film atau sensor digital. Jenis-Jenis kamera • Menurut ukuran filmnya: – Kamera 135 (miniature camera): • Kamera pocket sederhana (point and shot camera) • Kamera pocket dengan lensa zoom/vario dan pengatur jarak (auto focus/AF) • Kamera dengan bingkai dan pengukur jarak (range finder camera) • Kamera Reflex Lensa Tunggal (RLT), atau lazimnya disebut SLR camera (Single Lens Reflex) – Kamera format medium 120 (medium format camera): • Kamera yang paling sederhana di awal kelahirannya disebut; Kodak Box Brownie, yang sifatnya mirip dengan kamera pocket 135 yang sederhana. • Range finder camera 120. • SLR 120 dan Twin Lens Reflex (TLR) 120. – Kamera format besar (large format camera) • Biasanya digunakan di studio atau para professional. Jenis-Jenis kamera Jenis-Jenis kamera Jenis-Jenis kamera Jenis-jenis lensa • Lensa mata ikan (fish eye lens), 8mm - 15 mm • Lensa super lebar (super wide angle lens). 12mm – 25 mm • Lensa sudut lebar (wide angle lens). 28 mm – 40 mm • Lensa normal (normal lens) 45mm – 60 mm Lensa tele pendek (short telephoto lens) 70mm – 135 mm • Lensa tela medium (medium tele photo lens) 150mm – 300 mm • Lensa tele untuk pemotretan olah raga dan fauna (Sport & Wildlife lens) 350 – 1200 mm. • Lensa vario/zoom (WA – N – ST),(N – MT), (ST – LT). • Lensa Makro/Close up. • Lensa portrait. • Lensa dgn koreksi perspektif (Pc lens). Bagian-bagian lensa • Dudukan lensa. • Gelang/ selektor diafragma. • Indikator bukaan diafragma. • Indikator film infra merah. • Selektor zoom (vario). • Selektor jarak. • Indikator rentang ketajaman. • Indikator jarak. • Selektor A/F-Manual focus. • Kontak elektronik. • Ulir/dudukan filter/tudung lensa. • Nama lensa. • Index kuat lensa. • Index diameter lensa. • Index panjang fokus. • Selektor makro. Pilihan lensa dan perspektif FILM (media perekam) Pembahasan dalam lingkup Sistim Analog (non digital) 1. Menurut jenis film. • • • • Film negatif warna. Fim diapositif warna. Film negatif hitam-putih (Black & White/Monochrome). Film khusus: • • • • 2. Film negatif monokrom dengan proses warna. Film infra merah. Film tungsten. Film orthochromatis. Kepekaan film Dinyatakan dengan sandi ISO, ASA atau DIN. DX-coding. Dapat dikompensasikan dengan waktu proses (push & pull), maksimal +/- 2 stop. • • • ISO 25 –ISO 125 – butiran halus. – lambat (intensitas cahaya tinggi). ISO 125 – ISO 400 – butiran medium. – cepat. (intensitas cahaya sedang). ISO 400< - butiran agak kasar. – sangat cepat (intensitas cahaya rendah). ISO maksimum yang digunakan adalah ISO 12.800. (dengan film ISO 3200). FILM (media perekam) - lanjutan Pembahasan dalam lingkup Sistim Analog (non digital) 3. Format film • • • • Miniature – 16 mm, untuk kamera Minox. Film 110 & Film 126 /cakram, untuk kamera instant.(X) Film APS (Advance Photo System). Format standar 35 mm (135): • ½ frame (bingkai) – 18 x 24 mm. (72 bingkai) • Full frame (bingkai penuh) - 24 X 36 mm (36 bingkai) • Bujur sangkar (Kamera Robot) - 24 X 24 mm (50 bingkai) • Panorama (Hasselblad Expand) - 24 x 70 mm (12 bingkai) • Format medium 60 mm (120/220) • • Bujur sangkar Persegi panjang • Panorama • Format besar >4 inch x 5 inch • Film lembaran (sheet film). - 60 X 60 mm (12/24 bingkai) - 45 x 60 mm (16/32 bingkai) - 60 X 70 mm (10/20 bingkai) - 60 X 80 mm (9/18bingkai) - 60 x 90 mm (8/16 bingkai) - 60 x 170 mm (4/8 bingkai) Apakah yang dimaksudkan dengan foto yang baik? • Secara teknis ada dua faktor yang perlu diperhatikan: – Jumlah cahaya yang masuk harus berpadanan dengan kepekaan media perekamnya, sehingga jelas gelap terang dan warnanya yang terekam/tertangkap (well exposed). – Ketajaman citranya, sehingga jelas batas-batas antara bendabenda yang terekam/tertangkap (sharpness). • Secara estetis, kita harus memperhatikan peletakan dan keserasian benda-benda yang terekam, serta penyajian akhirnya (composition & presentation). • Hendaknya sebuah foto yang baik mempunyai pesan atau tema yang akan disampaikan kepada para pemirsa (picture content.theme). • Agar supaya foto enak dilihat, penyajian akhirnya haruslah rapi. Beberapa contoh Beberapa contoh Beberapa contoh Beberapa contoh Faktor-faktor teknis sebuah foto (Dasar Pencahayaan) • Setelah kita mengisi film/media perekam dan mengatur kepekaan media perekamnya (menyetel ISO/ASA/DIN), kita mengatur/mengendalikan jumlah cahaya yang masuk dan jatuh ke atas film/sensor, agar berpadanan dengan kepekaannya, melalui kombinasi: – Kecepatan rana (shutter speed), dan – Bukaan diafragma (aperature). • Ada 4 variasi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk, yaitu: – Pilihan Program (dengan sandi P), yaitu, otomatik penuh. – Pilihan Prioritas kecepatan rana (dengan sandi S), yaitu otomatik dengan mematok kecepatan rana yang diinginkan. – Pilihan Prioritas bukaan diafragma (dengan sandi A), yaitu otomatik dengan mematok bukaan diafragma yang diinginkan. – Pilihan Manual (dengan sandi M), yaitu kitalah yang menentukan kecepatan rana dan bukaan diafragmanya. Beda sandinya, sama fungsinya • Pada sistim Nikon – – – – P = Program A = Aperture priority S = Shutter Priority M = Manual • Pada sistim Canon – – – – P = Program Av = Aperture priority Tv = Shutter Priority M = Manual Fungsi program • Telah kita ketahui bahwa: – media perekam kita (film) akan menampakkan hasil yang baik, kalau jumlah cahaya yang jatuh di atasnya, sesuai dengan kepekaan media perekam (film) nya. – Untuk mengatur jumlah cahaya yang jatuh pada media perekam (film), kita mengendalikannya melalui pilihan kombinasi kecepatan rana (S/Tv) dan bukaan diafragma (A/Av). • • Sesungguhnya, kamera2 generasi terakhir, dapat digolongkan sebagai; kamera pintar, karena dapat mengatur secara otomatis kombinasi kecepatan rana dan bukaan diafragma yang dibutuhkan melalui fungsi program. Salah satu patokan yang “dibaca” oleh kamera secara otomatis adalah jenis lensa yang terpasang, karena lensa2 panjang dan berat perlu ditopang oleh kecepatan rana yang tinggi, agar foto yang direkam tidak goyang. Ada juga kamera yang menyediakan pilihan “short cuts”, misalnya untuk membuat portrait, close up dari sekuntum bunga, pemandangan alam pada waktu sunset. Kita tinggal menekan tombol yang diberi sandi sesuai dengan keinginan kita dan kamera secara otomatis akan mengatur kombinasi kecepatan rana dan bukaan diafragmanya. Fungsi speed priority • Telah kita bahas, bahwa kecepatan rana yang tinggi mengurangi resiko goyang, sehingga gambar menjadi kabur. • Sebaliknya, kecepatan rendah dapat memberikan efek-efek gerak yang menarik, seperti panning dan aliran air. Demikian juga dengan rear curtain flash synchro. • Umumnya, kita masih dapat menggengam kamera dengan baik, tanpa goyangan yang berarti, bila kecepatan paling rendah adalah 1/panjang titik api lensa (1/focal length). Fungsi aperature priority • Ada anggapan dan uji coba yang membuktikan bahwa, performa maksimum sebuah lensa didapatkan pada bukaan ke 3 atau ke 4 dari bukaan maksimum (ditunjukkan dengan angka paling kecil). • Akibat dari anggapan tersebut, sering seorang fotografer mematok bukaan diafragmanya pada posisi tersebut dengan harapan memperoleh hasil terbaik dari lensanya. • Anggapan lain menyatakan bahwa bukaan paling kecil (ditunjukkan dengan angka paling besar), adalah posisi diafragma yang memberikan hasil maksimal. Ada kelompok fotografer di Amerika yang menamakan kelompoknya f=64. • Sebetulnya, sifat optik yang paling dalam konteks bukaan diafragma adalah: “rentang tajam” (depth of field/DOF). Dengan memahami sifat optik ini, kita dapat memainkan dimensi foto kita dengan membuat latar belakang dari obyek kita buram (out of focus), atau sebaliknya. Fungsi pilihan manual • Pada pilihan ini, fotografer berada dalam posisi pengendalian penuh atas jumlah cahaya yang masuk di media perekamnya (film). • Biasanya pilihan manual ini dilakukan pada kondisi cahaya yang sulit, misalnya perbedaan antara bagian gelap dan terang terlalu jauh. • Juga banyak digunakan dalam pemotretan dengan banyak sumber cahaya, sehingga harus diadakan kompromi pencahayaan (exposure). Pemotretan sejenis ini dilakuakn para fotografer professional pada pemotretan di studio. Mengukur cahaya, supaya jumlah yang masuk ke media perekam pas • Melalui fungsi P, S dan A, kita memanfaatkan sistim pengukuran cahaya otomatik yang terserta (built in) di dalam kamera. • Pada pilihan M (manual), kita dapat menggunakan; alat pengukur cahaya yang terserta di dalam kamera. Atau alat pengukur cahaya genggam (hand held light meter). • Mengukur cahaya secara manual dengan pengukur cahaya genggam, dilakukan dengan 2 cara: – Mengukur cahaya yang dipantulkan oleh obyek (reflected light metering), atau – Mengukur cahaya yang jatuh pada obyek (incident light metering).