Effects of Maternal Education, Psychosocial Stress, Nutritional

advertisement
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(4): 324-334
https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.04.04
Effects of Maternal Education, Psychosocial Stress,
Nutritional Status at Pregnancy, and Family Income,
on Birthweight in Nganjuk, East Java
Dhewi Nurahmawati1,2), Harsono Salimo3), Yulia Lanti Retno Dewi4)
1)Academy
of Midwivery PGRI, Kediri, East Java
Program in Public Health, Sebelas Maret University
3)Department of Pediatrics, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta
4)Department of Nutrition, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
2)Masters
ABSTRACT
Background: Low birthweight (LBW) is one of the primary causes of infant mortality. It shares
27% of infant mortality rate (IMR). The Indonesian Demographic and Health Survey in 2007
reported that the IMR was 34 deaths per 1,000 live births. As much as 30.3% of this rate was
accounted by LBW. As such LBW is an important global public health issue. Countries arround the
world have committed to overcome this problem. This study aimed to investigate the effects of
maternal education, psychosocial stress, nutritional status at pregnancy, and family income, on
birthweight.
Subjects and Method: This was an observational analytic study with case control design. The
study was conducted in Ngetos community health center, Nganjuk, East Java, from May to June,
2017. A total sample of 120 were selected for this study by fixed disease sampling, compresing 40
infants with low birthweight and 80 infants with normal birthweight. The dependent variable was
birthweight. The independent variables were maternal education, psychosocial stress, nutritional
status at pregnancy (middle-upper arm circumference, MUAC), maternal anemia, and family
income. MUAC was measured by MUAC measuring tape. Hemoglobin concetration was measured
by Sahli meter. Psychosocial stress was measured by Holmes and Rahe stress scale. The other
variables were measured by a set of questionnaire. Path analysis was used for data analysis.
Results: MUAC ≥23.5 cm (b= -0.80, SE= 0.57; p=0.064), hemoglobin concetration ≥11 g/dL (b= 120.16, SE= 45.14, p=0.008), and low psychosocial stress (b= -0.80, SE= 0.57, p=0.164) directly
and negatively affected low birthweight. Maternal education ≥Senior High School (b= 1.28, SE =
0.056, p= 0.022), psychosocial stress (b= -0.001, SE<0.001, p=0.097), and family income (b=
0.97, SE= 0.46, p=0.036) positively affected MUAC. MUAC ≥23.5 cm positively affected
hemoglobin concentration ≥11 g/dL (b= 0.19, SE = 20.84, p<0.001).
Conclusion: MUAC, hemoglobin concetration, and low psychosocial stress directly and negatively
affect low birthweight.
Keywords: low birthweight, MUAC, maternal anemia, psychosocial stress, family income
Correspondence:
Dhewi Nurahmawati. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Jl. Ir. Sutami
36 A, Surakarta 57126, Central Java. Email: [email protected]. Mobile: +62813330787826.
LATAR BELAKANG
Kematian ibu dan bayi di Indonesia yang
masih tinggi merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di negara berkembang termasuk di Indonesia. Angka
Kematian Bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan
324
negara lain di kawasan negara-negara
Assosiation East Asian Nation (ASEAN),
(Negi, et al, 2010). Indonesia sebagai
negara berkembang, masih memiliki Angka
Kematian Bayi (AKB) yang tinggi. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKB menunjukkan angka sebesar 34 per 1000
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Nurahmawati et al./ Effects of Maternal Education, Psychosocial Stress
kelahiran hidup dan menurun pada tahun
2012 yaitu sebesar 32 kematian per 1000
kelahiran hidup dan mayoritas kematian
bayi terjadi pada neonatus (Depkes RI,
2013). Hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015 menunjukkan AKB sebesar
22.23 per 1,000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1,000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2016).
Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB, serta
kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
Tingginya AKB di suatu wilayah menunjukkan status kesehatan di wilayah tersebut
rendah (Depkes RI, 2013). Penyebab yang
mempengaruhi berat bayi saat lahir dapat
berupa faktor maternal, faktor lingkungan,
dan faktor janin. Faktor yang berasal dari
maternal adalah usia ibu pada waktu hamil
terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua
(≥35 tahun), jarak kehamilan terlalu pendek (< 1 tahun), riwayat BBLR sebelumnya,
mengerjakan pekerjaan fisik beberpa jam
tanpa istirahat, sangat miskin, kenaikan
berat badan saat hamil atau kurang gizi, ibu
perokok atau pengguna obat terlarang atau
alkohol, ibu hamil dengan anemia, preeklamsi atau hipertensi, infeksi selama kehamilan, kehamilan ganda dan bayi dengan
cacat bawaan (Depkes, 2008).
Menurut Simanjuntak NA (2009)
dalam Rini (2012) Kadar Hemoglobin (Hb)
ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang
akan dilahirkan. Ibu hamil yang anemia
bukan hanya membahayakan jiwa ibu
tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan serta membahayakan jiwa
janin. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan BBLR (Rini, 2012).
Ibu yang bersikeras hamil dengan status
e-ISSN: 2549-0257 (online)
gizi buruk, berisiko melahirkan bayi BBLR
2-3 kali dan kemungkinan bayi mati sebesar 1.5 kali lebih besar dibanding ibu dengan status gizi baik (Soetjiningsih, 2013).
Anemia merupakan masalah kesehatan utama yang menimpa pada ibu hamil di
negara berkembang, misalnya Indonesia.
Faktor dasar penyebab anemia gravidrum
antara lain pendapatan rendah, pengetahuan rendah, pendidikan rendah dan stres
psikososial serta adanya faktor sosial budaya (Istiarti, 2000). Pendidikan rendah merupakan salah satu faktor yang mendasari
penyebab gizi kurang. Pendidikan rendah
akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak.
Hal ini akan menyebabkan rendahnya
penghasilan seseorang yang akan berakibat
pula terhadap rendahnya seseorang mengkonsumsi makanan baik secara kualitas
maupun kuantitasnya (Supariasa, 2016).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, di Indonesia
terdapat 37.1% ibu hamil yang mengalami
anemia dengan proporsi yang hampir sama
antara di kawasan perkotaan sebesar 36.4%
dan di pedesaan sebesar 37.8% (Kemenkes
RI, 2014). Angka kejadian anemia di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009 sebesar
4.88% dan di kota besar sebesar 12.65%.
Kabupaten Nganjuk trend kejadian
BBLR yang meningkat selama 1 tahun terakhir yaitu pada tahun 2015 terutama kecamatan Ngetos dan Sawahan dengan angka
BBLR tertinggi pertama di Kabupaten
Nganjuk dan tercatat sebanyak 56 kasus,
selain itu pada tahun 2015 Kecamatan
Ngetos dan Sawahan menempati urutan
pertama pada tahun 2015 sebesar 61
(Dinkes Nganjuk, 2015).
Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 menunjukkan angka prevalensi BBLR
meningkat dengan dipengaruhi status gizi
ibu hamil dan anemia gravidarum (Depkes
RI, 2013).Tujuan penelitian ini adalah un325
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(4): 324-334
https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.04.04
tuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, stress psikososial, status gizi, dan anemia gravidarum terhadap kejadian BBLR di Kabupaten
Nganjuk.
SUBJEK DAN METODE
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional. Desain penelitian yang
digunakan adalah case control. Penelitian
ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas
Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten
Nganjuk, Jawa Timur. Dilaksanakan pada
bulan Mei sampai dengan Juni 2017.
2. Populasi dan Sampel
Populasi sasaran dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang telah melahirkan
bayi BBLR di wilayah kerja Puskemas
Ngetos Kabupaten Nganjuk. Jumlah
sampel sebesar 120 adalah ibu yang telah
melahirkan bayi dipilih menggunakan
tehnik fixed disease sampling. Besar
sampel dalam penelitian ini terdiri dari 40
kelompok kasus dan 80 kelompok kontrol.
Kelompok kasus dalam penelitian ini
adalah ibu yang telah melahirkan bayi
Berat badan lahir rendah (<2,500 gram)
sedangkan yang menjadi kelompok kontrol
yaitu ibu yang telah melahirkan bayi Berat
Badan Lahir Normal (≥2500 gram).
Sampel kasus memiliki kriteria inklusi antara lain yaitu Ibu hamil dengan anemia gravidarum yang telah melahirkan
bayi Berat Badan Lahir Rendah (<2500
gram), umur bayi 0-12 bulan dan memiliki
buka KIA. Sampel kontrol memiliki kriteria
inklusi yaitu ibu yang telah melahirkan bayi
berat badan lahir normal (≥2,500 gram).
umur bayi lebih dari 12 bulan, dan
sedangkan kriteria eksklusinya yaitu Ibu
yang telah melahirkan bayi Berat Badan
Lahir Normal (≥4,000 gram). Umur bayi
lebih dari 12 bulan dan ibu menolak untuk
mengikuti penelitian.
326
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakanfixed
disease sampling yaitu skema pencuplikan
berdasarkan status penyakit yang diteliti,
sedangkan status paparan subjek bervariasi
mengikuti status penyakit. Sampel yang
digunakan sebesar 120 subjek yang terdiri
dari 40 subjek kasus dan 80 subjek kontrol.
4. Variabel Penelitian
Terdapat enam variabel dalam penelitian
ini yang terdiri dari variabel dependen,
intermediate, dan independen. Variabel dependen adalah BBLR. Variabel independen
meliputi tingkat pendidikan, pendapatan
keluarga, stress psikososial. Variabel intermediate meliputi status gizi dan anemia
gravidarum.
5. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal
terakhir yang telah ditempuh oleh ibu bayi;
pendapatan keluarga adalah pendapatan
yang dijadikan sumber perekonomian keluarga selama 1 bulan; stress psikososial
adalah stres selama 12 bulan terakhir yang
dipicu oleh peristiwa kehidupan (life
event); status gizi adalah status gizi ibu saat
masa kehamilan. Anemia gravidarum adalah kadar HB ibu saat masa kehamilan dibawah batas normal.
Definisi berat bayi lahir rendah
adalah penilaian berat badan dengan melakukan penimbangan yang diukur dalam
satuan gram dan dilakukan 1 jam pertama
setelah persalinan pada bayi dari subjek
penelitian serta dicantumkan dalam buku
KIA.
6. Instrumen Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan merupakan
data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan meliputi tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, stress psikososial ibu, status gizi ibu saat hami, kadar
HB dan berat badan bayi saat lahir.
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Nurahmawati et al./ Effects of Maternal Education, Psychosocial Stress
7. Analisa Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu analisis jalur (path analysis) Amos
22. Analisis jalur merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen baik yang mempengaruhi
secara langsung maupun tidak langsung
(Murti, 2013). Besarnya pengaruh variabel
eksogen terhadap variabel endogen dapat
dilihat dari nilai koefisien jalur, semakin
besar koefisien jalur maka akan semakin
besar pula pengaruh yang diberikan dari
variabel itu.
HASIL
Tabel 1 menunjukkan karakteristik subyek
penelitian bahwasebagian besar subjek
penelitian ibu berada pada usia reproduksi
yaitu berusia 26-35 tahun sebanyak 75
subjek penelitian (62,5%) dan terdapat 2
orang reponden (1,7%) berada pada usia
resiko tinggi saat kehamilan. Bayi subjek
penelitian sebagian besar berusia 0-6 bulan
yaitu 71 bayi (59,2%) dan paling banyak
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 75
bayi (54,2).
Distribusi frekuensi variabel penelitian secara univariat menjelaskan tentang
gambaran umum masing-masing variabel
yang diteliti meliputi tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, stress psikosisial pada ibu saat hamil, status gizi ibu saat hamil,
anemia gravidarum, dan berat badan bayi
saat lahir. Tabel 2 menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan subjek penelitian ibu
sebagian besar berada pada kategori
pendidikan rendah (SD) yaitu sebanyak 58
subjek penelitian (48.3%). Pendapatan
keluarga subjek penelitian sebagian besar
dibawah UMK Kabupaten Nganjuk yaitu
sebanyak 72 subjek penelitian (60%) dan
sisanya diatas UMK yaitu 48 subjek
penelitian (40%).
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Sebagian besar subjek penelitian saat
hamil mengalami masalah psikososial atau
stress psikososial yaitu 75 subjek penelitian
(62.5%). Status gizi (LILA) 108 (90%)
subjek penelitian dalam keadaan baik. Kadar HB sebanyak 60 subjek penelitian
(50%) normal atau tidak anemia gravidarum seimbang. Berat badan bayi saat lahir
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu 80
subjek penelitian (66.7%) lahir dengan BB
normal sebagai kelompok kontrol dan 40
subjek penelitian (33.3%) lahir dengan berat badan lahir rendah sebagai kelompok
kasus.
Tabel 3 merupakan analisis bivariat
pengaruh variabel independen dengan kejadian BBLR (variabel dependen) di desa
Ngetos Kabupaten Nganjuk. Variabel independen terdiri pendidikan ibu, pendapatan
keluarga, stress psikososial, status gizi, dan
anemia gravidarum.
Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan tinggi (r= 0.06, p<0.529), pendapatan keluarga tinggi (r= 0.04, p=
0.696), stress psikososial (r=-0.04, p=
0.692), status gizi baik (LILA) (r= 0.06,
p=0.523), anemia gravidarum (kadar HB)
(r<0.01, p=1.000) memiliki pengaruh terhadap berat badan lahir rendah dan secara
statistik signifikan.
Gambar 1 menunjukkan model struktural setelah dilakukan estimasi menggunakan IBM SPSS AMOS 22, sehingga didapatkan nilai seperti pada gambar tersebut.
Indikator yang menunjukan kesesuaian
model analisis jalur yaitu seperti pada
Tabel 4 juga menunjukan adanya goodness
of fit measure (pengukuran kecocokan
model) bahwa didapatkan hasil fit index
(indeks kecocokan) CMIN sebesar 5.264
dengan nilai p = 0.385 > 0.05; GFI = 0.986
> 0.90; NFI = 0.939 > 0.90; CFI = 0.996>
0.90; RMSEA = 0.21 < 0.80 yang berarti
model empirik tersebut memenuhi kriteria
327
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(4): 324-334
https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.04.04
yang ditentukan dan dinyatakan sesuai
dengan data empirik.
Tabel 1. Karakteristik gambaran umum subjek penelitian
Karakteristik Subjek
Umur Ibu
Kriteria
18 - 25 Tahun
Usia anak
26 - 35 Tahun
≥ 35 Tahun
0 - 6 bulan
7 - 12 bulan
Laki-laki
Perempuan
Jenis Kelamin Anak
Frekuensi
43
(%)
35.8
75
2
71
49
75
55
62.5
1.7
59.2
40.8
54.2
46.8
Tabel2. Karakteristik Variabel Penelitian
Karakteristik Subjek
Pendidikan Ibu
Frekuensi
58
(%)
48.3
SD
SMP
SMA
D3
S1
< UMK
37
18
6
1
72
30.8
15
5
8
60
Pendapatan Keluarga
≥ UMK
48
40
Tidak stress
45
37.5
Stress
75
62.5
Baik (≥23.5 cm)
108
90
Kurang (<23.5 cm)
12
10
Anemia Gravidarum
Anemia (<11 g/dL)
60
50
60
50
Berat Badan Lahir
Tidak Anemia (≥11 g/dL)
Normal
BBLR
80
40
66.7
33.3
Stress Psikososial
Status Gizi (LILA)
Kriteria
Tabel 3. Analisis bivariat pengaruh tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, stress
psikososial, status gizi pada ibu hamil dengan anemia gravidarum terhadap kejadian berat
badan lahir rendah di kabupaten Nganjuk
Variabel Independen
r
p
Tingkat Pendidikan
0.06
0.529
Pendapatan Keluarga
0.04
0.696
Stres Psikososial
-0.04
0.692
Status Gizi (LILA)
0.06
0.523
Anemia Gravidarum (Kadar HB)
0.00
1.000
328
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Nurahmawati et al./ Effects of Maternal Education, Psychosocial Stress
Gambar 1. Model struktural analisis jalur
Tabel 4 Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) tentang Pengaruh Tingkat Pendidikan,
Pendapatan Keluarga, Stress Psikososial, Status Gizi, Anemia Gravidarum terhadap Kejadian
BBLR di Kab. Nganjuk
Variabel
Variabel Dependen
b*
SE
p
β**
independen
Direct Effect
Stres Psikososial
Rendah
LILA ≥23.5 cm
Kadar Hb ≥11 g/dL
Berat Badan Lahir Rendah
Berat Badan Lahir Rendah
Berat Badan Lahir Rendah
Indirect Effect
LILA ≥23.5 cm
LILA ≥23.5 cm
<--<--<---
LILA ≥23.5 cm
Kadar Hb ≥11 g/dL
Model Fit
CMIN
GFI
NFI
CFI
RMSEA
<--<---
Pendidikan ≥SMA
Stres Psikososial
Rendah
Pendapatan Tinggi
LILA ≥23.5 cm
= 5.26
= 0.99
= 0.94
= 0.99
= 0.21
p = 0.385 (≥0.05)
≥ 0.90
≥0.90
≥0.90
<0.08
<--<---
Melalui Tabel 4 dapat diketahui bahwa setiap peningkatan satu unit stress
psikososial akan menurunkan berat badan
e-ISSN: 2549-0257 (online)
-0.80
-38.55
-120.16
0.57
20.84
45.14
0.164
0.064
0.008
-0.12
-0.17
-0.25
1.28
0.56
0.022
0.21
<0.001
0.46
20.84
0.097
0.036
<0.001
-0.14
0.19
0.42
-0.04
0.97
0.19
lahir bayi sebesar -0.80 unit (b =-0.80, SE
= 0.57, p = 0.164). Setiap peningkatan satu
329
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(4): 324-334
https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.04.04
unit LILA ≥23.5 cm akan menurunkan berat
badan lahir rendah bayi sebesar -38.55 unit
(b =-38.55, SE =20.84, p =0.064). Setiap
peningkatan satu unit kadar hemoglobin
≥11 g/dL akan menurunkan berat badan
lahir rendah bayi sebesar -120.16 unit (b=
-120.16, SE = 45.14, p = 0.008).
Berdasarkan pengaruh tidak langsung
dari variabel independen dan dependen.
Setiap peningkatan satu unit tingkat
pendidikan akan meningkatkan status gizi
ibu hamil sebesar 1.28 unit (b=1.28, SE=
0.056, p=0.022). Setiap peningkatan satu
unit stress psikososial akan menurunkan
status gizi ibu hamil sebesar -0.04 unit (b=0.04, SE=0.00, p=0.097). Setiap peningkatan satu unit pendapatan keluarga akan
meningkatkan status gizi ibu hamil sebesar
0.97 unit (b=0.97, SE=0.46, p=0.036).
Setiap peningkatan satu unit status gizi
pada ibu hamil akan meningkatkan kadar
hemoglobin ibu hamil sebesar 0.19 unit (b=
0.19, SE = 20.84, p =<0.001).
PEMBAHASAN
1. Pengaruh Tingkat Pendidikan pada
Ibu Hamil terhadap Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah
Terdapat hubungan positif antara tingkat
pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dan
secara statistik signifikan. Pendidikan
adalah proses perubahan perilaku menuju
kedewasaan dan penyempurnaan hidup.
Wanita yang mempunyai tingkat pendidikan rendah akan mempunyai risiko
yang lebih tinggi melahirkan bayi dengan
BBLR. Hal tersebut berkaitan dengan
kemampuan menyesuaikan diri terhadap
pemenuhan
kebutuhan
perawatan
kehamilan.
Pendidikan yang terbatas dapat menyebabkan keterbatasan akses terhadap
pelayanan kesehatan serta ada kaitannya
dengan status sosial ekonomi serta akan
berpengaruh terhadap asupan gizi ibu yang
berdampak pada kualitas status gizi ibu
330
saat hamil. Apabila pola konsumsinya
sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh
akan tercukupi sehingga kemungkinan
besar bisa terhindar dari masalah anemia.
Sebaliknya, pendidikan rendah merupakan
salah satu faktor yang mendasari penyebab
gizi kurang.
Ida (2000) dalam penelitiannya menjelaskan 67.5% ibu yang anemia berpendidikan
rendah
Penelitian ini menunjukkan adanya
pengaruh secara tidak langsung tingkat
pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR
dengan adanya pengarug faktor status gizi
dan kadar HB ibu saat hamil. Salmariantity
(2012) menunjukkan hubungan pendidikan
ibu hamil dengan kejadian anemia yaitu
penelitian oleh Ariadi (1995) menyebutkan
bahwa ibu hamil berpendidikan rendah
sebanyak 94,2% menderita anemia. Pada
masyarakat yang berpendidikan rendah
biasanya lebih banyak kepercayaan dan
tahayul dalam makanan dan biasanya lebih
sulit untuk dirubah (Supariasa, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh
Silvestrin et al., (2013) mengemukakan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan berat badan lahir
tetapi tidak signifikan. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Linsellet al (2015) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang
tidak signifikan antara tingkat pendidikan
ibu dengan berat badan lahir setelah mempertimbangkan paritas.
2. Pengaruh pendapatan keluarga
pada Ibu Hamil terhadap Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh antara pendapatan keluarga dengan kejadian BBLR secara tidak langsung
yang dipengaruhi olehfaktor status gizi dan
Kadar HB atau anemia gravidarum pada
ibu saat hamil. Secara global terdapat
pengaruh peningkatan penghasilan tere-ISSN: 2549-0257 (online)
Nurahmawati et al./ Effects of Maternal Education, Psychosocial Stress
hadap perbaikan kesehatan dan kondisi
keluarga yang membangun interaksi
dengan status gizi. Penghasilan dan gizi
memiliki hubungan keterkaitan yang menguntungkan. Penghasilan merupakan faktor penting terhadap kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi (Mohd S.et al,
2015), semakin tinggi tingkat pendapatan
maka semakin tinggi tingkat konsumsi
keluarga (Curatman, 2010).
Pendapatan keluarga berperan dalam
kejadian BBLR didukung beberapa penelitian antara lain penelitian yang dilakukan
olehRahman, et al, (2016), status ekonomi
rendah memiliki peluang mengalami
anemia 2,6 kali lebih besar dibandingkan
ibu dengan status ekonomi cukup. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Syafiq
(2008) menunjukkan adanya hubungan
positif antara status sosial ekonomi ibu
hamil dengan kadar serum feritin darahnya. Fitriyani (2002) dalam Salmariantity
(2012) menjelaskan terdapat 70% ibu hamil
dengan anemia ditingkat ekonomi keluarga
rendah dan terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat ekonomi keluarga
ibu dengan kejadian anemia gravidarum.
Pendapatan keluarga dapat mempengaruhi menurunkan kejadian BBLR, hal
ini dikarenakan dalam keluarga yang
berpendapatan tinggi menjamin asupan
kalori dan nutrisi penting lainnya bagi ibu
hamil, sehingga risiko melahirkan bayi
dengan BB <2,500 menurun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh positif dan signfikan antara
pendapatan keluarga ibu secara tidak langsung terhadap kejadian BBLR dengan adanya variabel antara yaitu status gizi dan
kadar HB ibu saat hamil (anemia gravidarum) sehingga hasil penelitian yang telah
dianalisis mendukung hipotesis penelitian.
3. Pengaruh stress psikososial pada
Ibu Hamil terhadap Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh antara stres psikososial ibu dengan kejadian BBLR. Selama masa kehamilan sebaiknya ibu mendapat ketenangan
jiwa yang berasal dari dukungan lingkungan keluarganya, sehingga ibu terhindar dari stres. Pertumbuhan janin,
pertumbuhan plasenta dan transport zatzat gizi ke janin dapat dipengaruhi oleh
keadaan stres pada ibu selama kehamilan
melalui efek buruk yang menimpa ibu
(Soetjiningsih
dan
Ranuh,
2013;
Supariasaet al., 2016). Stres psikososial
biasa terjadi dan pada level tinggi berhubungan dengan ibu yang dapat memberikan
kontribusi buruk terhadap produk kehamilan yang berupa cacat bawaan dan kelainan
kejiwaan (Woods et al., 2010; Supariasa et
al., 2016).
Beberapa penelitian yang berkaitan
dengan stres psikologis dan penyakit yang
mendukung
antara
lain
penelitian
Schneiderman et al., (2008) menjelaskan
bahwa pemicu stres kronis pada ibu hamil
yang tidak diiringi dengan kemampuan
manajemen stres yang baik dikaitkan
dengan kelahiran bayi dengan berat badan
rendah, hal ini disebabkan menurunnya
aliran darah ke rahim yang dapat secara
signifikan memengaruhi tumbuh kembang
janin. Menurut Dozier et al, (2012) pada
kelahiran prematur terjadi peningkatkan
produksi hormon pelepas kortikotropin
(CRH) oleh plasenta, hormon inilah yang
bertugas mengatur durasi kehamilan,
apabila kadar meningkat akan mempercepat durasi kehamilan, sehingga bayi
berisiko lahir prematur dan BBLR.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh positif dan mendekati signifikan
positif antara stress psikososial ibu secara
langsung dan tidak langsung terhadap kejadian BBLR yang dipengaruhi faktor lain yaitu status gizi dan kadar HB ibu saat hamil
(anemia gravidarum).
331
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(4): 324-334
https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.04.04
4. Pengaruh status gizi pada Ibu
Hamil terhadap Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh secara tidak langsung antara
status gizi ibu saat hamil yang di lihat dari
LILA saat hamil dengan kejadian BBLR
dengan adanya faktor lain yaitu kadar HB
ibu saat hamil (anemia gravidarum) dengan
hasil signifikan. Dimana pengaruh hubungan secara tidak langsung tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut: pertama, pengaruh hubungan yang bernilai positif antara
LILA ibu saat hamil dengan berat bayi
lahir. Kedua, pengaruh hubungan yang
bernilai positif antara LILA ibu saat hamil
dengan kadar HB atau anemia gravidarum
terhadap berat badan bayi yaitu kejadian
BBLR. Penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi ibu
saat hamil dengan BBLR secara statistic
signifikan dan bernilai positif. Pengaruh
hubungan yang bernilai positif antara LILA
ibu saat hamil dengan kadar HB atau
anemia gravidarum terhadap BBLR secara
statistik signifikan dan bernilai positif.
Menurut Barker, kekurangan gizi
pada janin yang terjadi pada masa
kehamilan akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada janin. Ibu hamil dengan
malnutrisi/kekurangan protein akan berlanjut ke generasi berikutnya. Pertumbuhan janin yang tidak normal akan menyebabkan komplikasi yang serius seperti
lahir mati, angka kesakitan yang tinggi dan
gangguan perinatal yang berlanjut sampai
dengan masa dewasa (Bourkedan Barker,
1992; Wells JC, 2016).
Keadaan bayi pada 1000 hari pertama
kehidupan yang mengalami masalah,
seperti petumbuhan janin yang tidak
normal, kurangnya asupan gizi pada saat
hamil, maka akan berdampak terjadinya
penyakit kronis pada masa dewasa (Pem
332
D,2015). Penyakit kronis tersebut diantaranya jantung koroner, stroke, diabetes dan
hipertensi. Berat lahir bayi merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan
kela-ngsungan hidup anak. Ukuran Lingkar
Lengan Atas dapat menjadi faktor penentu
berat lahir dan kejadian BBLR (Thomas R,
et al).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kualitas seorang anak sangat tergantung
dari status gizi ibu sebelum dan selama
kehamilan. Keadaan status gizi ibu dapat
dilihat dari ukuran LILA dan kadar HB ibu
saat hamil atau kejadian anemia gravidarum. Jika ibu hamil mempunyai ukuran
lingkar lengan atas yang normal (≥23.5 cm)
maka ibu tidak akan melahirkan bayi
dengan kondisi BBLR. Bayi yang lahir
dengan berat badan normal atau tidak
BBLR tidak akan mengalami ma-salah
pertumbuhan di masa yang akan datang.
5. Pengaruh status gizi pada Ibu
Hamil terhadap Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh secara langsung antara anemia
gravidarum saat ibu hamil dengan kejadian
BBLR dengan hasil secara statistik signifikan dan bernilai positif. Pengaruh hubungan secara langsung tersebut dapat dijelaskan bahwa anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun
nifas dan masa selanjutnya. Pengaruh
anemia gravidarum pada kehamilan diantaranya terjadi risiko pada masa antenatal
yaitu berat badan lahir bayi kurang atau
BBLR, plasenta previa, eklamsia, ketuban
pecah dini, anemia pada masa intranatal
dapat terjadi tenaga untuk mengedan
lemah, perdarahan intranatal, shock, dan
masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus: premature, APGAR skor rendah,
dan gawat janin (Mansjoer et al., 2008).
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Nurahmawati et al./ Effects of Maternal Education, Psychosocial Stress
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya penurunan Hb yang diakibatkan karena selama
hamil volume darah 50 % meningkat dari 4
ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit
yang menyebabkan penurunan konsentrasi
Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini
akan lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. (Smitht et al., 2010).
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur
dan berat badan bayi lahir yang rendah,
yaitu sebesar 38.85%, merupakan penyebab kematian bayi. Hal ini menunjukkan
bahwa 66.82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan.
Penelitian yang dilakukan oleh
Simanjuntak (2009) di kabupaten Labuan
Batu oleh meneliti hubungan anemia pada
ibu hamil dengan kejadian BBLR didapatkan 86 (53%) anemia dari 162 kasus dan
yang melahirkan bayi dengan BBLR 36%.
Hasil penelitian Solomon (2007) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan anemia,
empat kali lebih berisiko melahirkan bayi
premature dan 1.9 kali berisiko melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR) dari pada
ibu hamil yang tidak anemia.
REFERENCE
Adriani M, Wirjatmadi B (2013). Pengantar
Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Bourke CD, Berkley JA, Prendergast AJ
(2016). Immune Dysfunction as a
Cause and Consequence of Malnutrition. Trends in Immunology,
37(6): 386-398.
Curatman A (2010). Teori Ekonomi Makro.
Yogyakarta: Swagati Press
Depkes RI (2008). Modul (Buku Acuan)
Manajeman Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR) untuk Bidan di Desa. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
_____ (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Tahun 2013. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
_____ (2008). Modul (Buku Acuan)
Manajeman Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR) untuk Bidan di Desa. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dinkes Nganjuk (2015). Profil Kesehatan
Kabupaten Nganjuk tahun 2015.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dozier AM, Nelson A, Brownell E (2012).
The Relationship between Life Stress
and Breastfeeding Outcomes among
Low Income Mothers. Advances in
Preventive Medicine. Hindawi Publishing Corporation.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2014). Infodatin Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(2016). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Linsell L, Malouf R, Morris J, Kurinczuk JJ,
Marlow N (2015). Prognostic Factors
for Poor Cognitive Development in
Children Born Very Preterm or With
Very Low Birth WeightA Systematic
Review. JAMA Pediatr 169(12):11621172.
Mansjoer A (2008), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Acsulapius.
Mohd SZ, Lin KG, Sariman S, Lee HS, Siew
CY, Mohd BN, Mohamad M (2015). The
relationship between household income
and dietary intakes of 1-10 year old
urban Malaysian. Nutrition Research
and Practice, 9(3): 278–287.
Murti B (2013). Desain dan ukuran sampel
untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Negi KS, Kandpal SD, Kukreti M (2010).
Epidemiological Factors Affecting
Low Birth Weight. Jk Science; 1 - 10.
Pem D (2015). Factors Affecting Early
Childhood Growth and Development
Golden 1000 Days. Jornal of advanced
practices in nursing 1 (1) 1-7.
Rahman MS, Howlader T, Masud MS,
Rahman ML (2016). Association of
333
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(4): 324-334
https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.02.04.04
Low-Birth Weight with Malnutrition in
Children under Five Years in
Bangladesh: Do Mother’s Education,
Socio-Economic Status, and Birth
Interval Matter? Plos One, 11(6).
Rini SS, Trisna IW (2012). Faktor–Faktor
Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah di Wilayah Kerja Unit Pelayanan Terpadu Kesmas Gianyar II.
Bali: Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Salmariantity (2012). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Anemia pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012.
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat; Universitas Indonesia. Depok.
Schneiderman N, Ironson G, Siegel SD
(2008). Stres And Health: Psychological, Behavioral, and Biological
Determinants. Annu Rev Clin
Psychol. 1: 1–19.
Simanjuntak NA (2009). Hubungan
Anemia Pada Ibu Hamil dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
334
(BBLR) di Badan Pengelola Rumah
Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat
Kabupaten Labuhan Batu Tahun
2008 [SKRIPSI]. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara.
Smith RJ, evid Chelnow, Chief, D evid
Chelnow (2010). Managemet The
Third Stage of Labor, Medscape
reference, Available from http://emedicine.medscape.com/article/275304overview.
Soetjiningsih, Ranuh G (2013). Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGC
Solomon NW (2007). Malnutrition and
infection: an update. British Journal
of Nutrition, 98: S5–S10.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I (2016).
Penilaian Status Gizi Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Syafiq (2008). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. FKM, Universitas Indonesia.
Depok: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Woods SM, Melville JL, Guo Y, MSN4, Fan
MY, Gavin A (2010). Psychosocial
Stres during Pregnancy. Am J Obstet
Gynecol, 202(1): 61.e1–61.e7.
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Download