meningkatkan penanaman nilai-nilai agama melalui

advertisement
MENINGKATKAN PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA MELALUI
METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A TK KARYA
THAYYIBAH II SALUMBONE
Sapni1
ABSTRAK
Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya
penanaman nilai-nilai agama anak di kelompok A TK KT II Salumbone.
Sehingga rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah
apakah melalui metode bercerita dapat meningkatkan penanaman nilainilai agama anak pada kelompok A TK KT II Salumbone? Penelitian ini
dilaksanakan di TK TK KT II Salumbone, melibatkan 20 orang anak
terdiri atas 17 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan yang
terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus.
Di mana pada setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan di kelas dan
setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui observasi dan
pemberian tugas, selanjutnya diolah secara deskriptif dengan
menggunakan kriteria penilaian dipindahkan ke dalam bentuk kuantitatif,
untuk mengetahui Penanaman nilai-nilai agama anak melalui metode
bercerita pada kelompok A di TK TK KT II Salumbone.
Data yang dikumpulkan sebelum tindakan yaitu aspek nilai-nilai
agama anak yang mampu berdoa dengan kategori SB 5%, B 10%, C
35%, dan K 50%, kemudian anak yang berakhlak dengan kategori SB
5%, B 10%, C 49%, K 45%, dan anak yang mampu bersyukur dengan
kategori SB 10%, B 10%, C 30%, K 50%. Setelah dilakukan tindakan
maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode
bercerita dapat meningkatkan nilai-nila agama anak, terbukti ada
peningkatan nilai-nilai agama anak dari siklus I ke siklus II pada aspek
anak yang mampu berdoa dengan kategori sangat baik dan baik dari 55%
menjadi 80% (25%), pada aspek anak yang berakhlak dengan kategori
sangat baik dan baik dari 60% menjadi 85% (40%), pada aspek anak
yang mampu bersyukur kategori sangat baik dan baik dari 60% menjadi
80% (30%). Secara umum terjadi peningkatan rata-rata 33,33% dari
siklus satu ke siklus dua, walaupun masih ada anak yang belum
meningkat nilai-nilai agamanya tetapi hanya berkisar 6,66% dari masingmasing aspek yang diamati dengan kategori kurang.
Kata Kunci : Nilai-Nilai Agama, Metode Bercerita
1
Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tadulako. No. Stambuk A 451 09 010.
693
PENDAHULUAN
Semua kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan belajar diTaman Kanak-Kanak
bertujuan meningkatkan kemampuan yang dimiliki anak, yang meliputi aspek
pengembangan kognitif, sosial emosional, moral agam maupun ketrampilan lainnya. Dalam
upaya
pengembangan
seluruh
kemampuan
anak
ini,
guru
diharapkan
dapat
menyelenggarakan kegiatan belajar yang membuat anak-anak merasa, senang, tertarik,
nyaman serta mempunyai perhatian terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Dimana
setiap kegiatan belajar yang dilakukan guru hendaknya sesuai dengan tema yang akan
disampaikan kepada anak, disamping itu juga harus sesuai dengan tingkat pekembanganan
kebutuhan serta lingkungan dimana anak tersebut tinggal. Sehingga sesungguhnya proses
pembelajaran di TK, itu dbuat agar anak-anak terlibat atau aktif dalam kegiatan belajar
dengan baik dan benar untuk meningkatkan kemampuannya atau dapat diperoleh hasil
belajar yang maksimal. Oleh karena itu semua proses pembelajaran selalu diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, membangun budi pekerti utamanya dalam kaitannya dengan
perkembangan moral yang dimiliki anak. usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut”.
Pendidikan anak usia dini sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 14 dinyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan akan mampu membentuk sikap dan perilaku
anak, terutama dalam menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan keseharian anak.
Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan yang menyediakan
pendidikan dini bagi anak usia 4 sampai dengan 6 tahun, sampai memasuki pendidikan
dasar. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan
kemampuan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral, dan nilai-nilai agama
sehingga upaya pengembangan anak tercapai secara optimal.
Taman Kanak-kanak yang merupakan lembaga pendidikan yang pertama,
keberadaanya sangat strategis untuk menumbuhkan jiwa keagamaan kepada anak-anak, agar
mereka menjadi orang yang taat, terbiasa, dan peduli terhadap segala aturan agama yang
diajarkan kepadanya. Dimana pendidikan agama sangat penting bagi anak-anak, sejak lahir
dilingkungan keluarga anak-anak sudah harus diperkenalkan dengan nilai-nilai moral agama,
694
sehingga mereka memiliki pemahaman yang benar tentang keharusan mengamalkan nilai-nilai
moral agama dalam kehidupan sehari-hari anak. Pengenalan nilai-nilai moral agama terhadap
anak-anak di TK memiliki tujuan agar mereka kelak menjadi pribadi yang beriman kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, menjadi pribadi yang memiliki karakter berahlak mulia, rajin belajar, mandiri
dan disiplin, sehingga kelak dimasa depan mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang
berahlak, cerdas dan tangguh.
Di TK guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan
mendampingi anak-anak TK serta mengajari mereka tentang nilai-nilai moral agama. Oleh sebab
itu, untuk mencapai tujuan pendidikan agama yang mulia ini, guru di TK harus dapat menerapkan
berbagai metode dan strategi belajar yang dapat membuat anak-anak tertarik untuk mengenal
nilai-nilai moral agama. sehingga seorang guru dituntut harus dapat memperkenalkan nilai-nilai
moral agama kepada anak-anak dengan cara yang lebih mudah mereka pahami dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Anak –anak di TK wajib memperoleh pendidikan dalam bentuk
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan mereka, artinya anak-anak di TK
semestinya dapat memahami dengan mudah nilai-nilai moral agama. Sehingga guru semestinya
dapat menerapkan metode yang tepat untuk memperkenalkan nilai-nilai moral agama yang
mudah difahami dan dilaksanakan oleh anak-anak TK.
Menurut Abi Atheva (2007 ; 69) nilai-nilai agama anak dapat terwujud dalam perilaku
baik sehari-hari, yaitu :
1. Berdoa
2. Mengucap salam dan menjawab salam
3. Bangun Pagi
4. Tekun Belajar
5. Senang bekerja
6. Rajin Menabung
7. Menjaga kesehatan badan
8. Memelihara lingkungan
9. Hidup rukun
10. Saling berbagi
11. Jujur
12. Hemat
13. Disiplin
14. Rendah hati
15. Menyayangi sesama
16. Menyayangi binatang
695
Lebih lanjut Menurut Sholihin (2010 ; 79) bahwa nilai-nilai agama, telah tercermin
dalam sikap dan perilaku Nabi Saw, yaitu :
1. Disiplin
2. Suka menolong
3. Pemaaf
4. Suka memberi
5. Menyambung silaturahmi
Salah satu metode yang tepat yang didasarkan atas kemampuan, perkembangan dan
kebutuhan anak TK adalah melalui metode bercerita. Anak-anak akan mudah memahami dan
melaksanakan nilai-nilai moral agama, jika nilai-nilai moral agama tersebut diperkenalkan
melalui cerita-cerita yang membuat anak terdorong untuk mempraktekkannya dalam kehidupan
keseharian mereka. Melalui metode bercerita dapat mengatasi ketidakmampuan anak dalam
mengatahui konsep-konsep agama, apalagi melaksanakannya. Menurut Salha Umar (2007:49)
menyatakan bahwa metode bercerita adalah cara menyampaikan atau menyajikan materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak. Selanjutnya Menurut
Tadkiroatun Musfiro (2005:65) bahwa metode bercerita adalah salah satu metode
pembelajaran moral yang sesuai untuk anak modeling atau contoh bertindak.
Menurut Depdiknas (2001:18), metode bercerita adalah cara bertutur kata dan
menyampaikan cerita atau memberikan penerangan anak secara lisan. Konsep cerita
diketahui anak sejak dini ketika ibu, bapak, atau nenek, mereka menceritakan sebuah cerita.
Anak sudah dapat memahami elemen struktur cerita, seperti jalan cerita (alur), pelaku cerita
dan tempat erjadinya cerita.anak menguasai konsep cerita tersebut secara berangsur-angsur
dengan cara mendengar cerita yang dibacakan kepadanya. Diusia TK, pembelajaran yang
efektif adalah dengan memberikan cerita-cerita yang menarik anak untuk mempraktekkan nilainilai agama, karena dengan metode bercerita ini anak-anak menjadi dapat memahami nilai-nilai
agama, sehingga dapat tertanam dalam hati mereka.
Di TK KT II Salumbone khususnya kelompok A, anak-anak masih kurang memahami
dan menerapkan nilai-nilai moral agama yang telah diajarkan misalnya membaca Bismillah
sebelum melakukan aktifitas, dan mengucapkan Alhamdulillah ketika telah melakukan sesuatu,
dan memiliki ahlak yang baik. Hal ini dikarenakan masih kurangnya metode bercerita diterapkan
dalam kegiatan belajar di TK. Berdasarkan uraian ini, maka penulis memilih judul
“Meningkatkan penanaman nilai-nilai agama pada anak melalui metode bercerita di TK KT
II Salumbone”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah nilai-nilai
696
agama dapat berhasil ditanamkan pada anak kelompok A melalui metode bercerita di TK
KT II Salumbone?”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai
agama pada anak dikelompok A melalui metode bercerita di TK KT II Salumbone.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penulisan tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
2 siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap yang mengacu pada model Kemmis dan MC Taggar
yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Stephen Kemmis menggambarkan tahaptahap tersebut dalam siklus sebagai berikut:
Keterangan
0
: Pratindakan
1
: Rencana
2
: Pelaksanaan
3
: Observasi
4
: Refleksi
: Rencana
6
: Pelaksanaan
7
: Observasi
8
: Refleksi
a
: Siklus I
b
: Siklus II
5
Gambar Alur Siklus PTK model Kemmis & Mc Taggart (Depdiknas: 2005)
Penelitian ini dilaksanakan di TK KT II Salumbone. dan subjek penelitian adalah anak
kelompok A Jumlah anak 20 orang yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 3 orang
anak perempuan pada tahun pelajaran 2012/2013. Pelaksanan tindakan ini dilaksanakan
dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah
dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan.
Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c).
Observasi, dan d). Refleksi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait
peningkatan interaksi sosial anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar
observasi siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor
penilaian hasil pengamatan. Untuk mempermudah dalam pelaksanakan penelitian ini, maka
dilakukan pengumpulan data. Adapun cara pengumpulan data 2 cara yaitu observasi dan
pemberian tugas.
697
Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif.
Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan
dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau
verifikasi data. Data kuantitatif yang merupakan hasil kegiatan belajar anak yang dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar
(Depdiknas, 2003: 78)
= Sangat Baik
= Baik
= Cukup
= Kurang
Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi
kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan
dianalisis kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus
sebagai berikut (Sudjiono, 1991:40) :
Keterangan :
P = Hasil yang dicapai
f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban
n = Jumlah sampel
100= Angka tetap/pembulatan
HASIL PENELITIAN
1. Pra Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di lapangan
(Kelompok A TK KT II Salumbone). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi kelas sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan memberikan tes
pra tindakan untuk menentukan kelompok belajar anak, serta menyiapkan alat dan
sumber belajar sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Adapun hasil pengamatan
pra tindakan adalah sebagai berikut:
698
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan
Aspek yang Diamati
No
Kategori
A
B
C
Jumlah
%
F
%
F
%
F
%
1.
1
5
1
5
2
10
4
6,66
2.
2
10
2
10
2
10
6
10
3.
7
35
8
40
6
30
21
35
4.
10
50
9
45
10
50
29
48,33
20
100
20
100
20
100
60
100
Jumlah
2. Tindakan Siklus I
Adapun hasil pengamatan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I
Aspek yang Diamati
No
Kategori
A
B
C
Jumlah
%
F
%
F
%
F
%
1.
5
25
5
25
6
30
16
26,67
2.
6
30
7
35
6
30
19
31,67
3.
6
30
4
20
4
20
14
23,33
3
15
4
20
4
20
11
18,33
20
100
20
100
20
100
60
100
Jumlah
699
3. Tindakan Siklus II
Adapun hasil pengamatan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II
Aspek yang Diamati
No
Kategori
A
B
C
Jumlah
%
F
%
F
%
F
%
1.
7
35
8
40
8
40
23
38,33
2.
9
45
9
45
8
40
26
43,33
3.
3
15
2
10
2
10
7
11,67
4.
1
5
1
5
2
10
4
6,67
20
100
20
100
20
100
60
100
Jumlah
PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan mulai dari sebelum tindakan
dilakukan sampai siklus I dan siklus II dapat dibahas sevagai berikut :
1. Data Pra tindakan
Hasil pengamatan yang telah dilakukan mulai dari pra tindakan sebagian anak
menunjukan bahwa nilai-nilai agamanya masih kurang dan belum maksima. Hal itu
terbukti karena 1 anak atau 5% yang dapat berdoa dengan kategori sangat baik, ada 2
anak atau 10% yang dapat berdoa dengan baik, ada 7 anak atau 35% yang dapat berdoa
dengan kategori cukup, dan terdapat 10 anak atau 50% yang dapat berdoa dengan
kategori kurang atau belum menunjukan nilai-nilai agamanya sama sekali. Sementara
pada nilai-nilai agama yang diukur pada anak yang berakhlak baru 1 anak atau 5%
dengan kategori sangat baik, ada 2 anak atau 10% dengan kategori baik, kemudian ada 8
anak atau 40% dengan kategori cukup, dan terdapat 9 anak atau 45% yang kurang
berhasil atau yang belum menunjukan nilai-nilai agamanya dalam berakhlak.
Nilai-nilai agama anak yang diamati berikutnya yaitu bersyukur baru 2 anak atau
10% yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori sangat baik, begitu pula dengan
kategori baik terdapat 2 anak atau 10% yang dapat bersyukur, kemudian terdapat 6 anak
atau 30% yang dapat bersyukur dengan kategori cukup, dan hasil pengamatan nilai-nilai
agama anak dalam bersyukur dengan kategori kurang terdapat 10 anak atau 50% yang
belum menunjukan nilai-nilai agamanya. Dengan demikian pada pra tindakan baru
sekitar 16,66% yang bisa dikategori berhasil sangat baik dan baik, masih ada sekitar
700
83,33% yang belum berhasil, kemungkinan hal itu disebabkan karena anak belum
terbiasa dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan nilai-nilai agama seperti
mampu berdoa, berakhlak dan bersyukur hal ini dilakukan untuk mengukur nilai-nilai
agama anak. D isamping itu kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan nilainilai anak sangat berpengaruh terhadap pengembangan nilai-nilai agama anak.
Selanjutnya kemungkinan penyebab rendahnya nilai-nilai agama anak pada pra
tindakan bisa bersumber dari lingkungan bermain dan juga suasana dalam pembelajaran
yang kurang mengenalkan dan memberi contoh dalam kehidupan anak tetang bagaimana
agam harus menjadi pedoman hidup. Kemungkinan dalam pembelajaran cenderung
hanya kognitif saja yang terus diasah dan dikembangkan tanpa memperhatikan
pengembangan nilai-nilai agama anak. Hal-hal itu yang mendorong peneliti untuk
melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dan pada
penelitian ini terbukti dapat meningkatkan nilai-nilai agama anak.
2. Tindakan Siklus I
Pada siklus 1 yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan
menggunakan metode bercerita pada tema kebutuhanku. Sebelum melakukan penelitian
terlebih dahulu penliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta
kepadanya untuk berkolaborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya kami
bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga
menyiapkan alat-alat sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam
tindakan siklus I. Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan
penutup dengan 3 kemampuan yang akan diamati yaitu : berdoa, berakhlak, dan
bersyukur. Fokus penelitian tindakan ini adalah dengan menggunakan metode bercerita
untuk meningkatkan nilai-nilai agama anak. Dengan menggunakan metode bercerita
yang digunakan dalam pembelajaran tentang tema kebutuhanku yang diharapkan anak
bisa memahami nilai-nilai agama dengan baik.
Penerapan metode bercerita tersebut berdasarkan tabel 4.5 menunjukan adanya
peningkatan meskipun belum maksimal. Ada 5 anak atau 25% yang dapat berdoa dengan
kategori sangat baik, ada 6 anak atau 30% yang dapat berdoa dengan kategori baik, ada 6
anak atau 30% yang dapat berdoa dengan kategori cukup, dan terdapat 3 anak atau 15%
yang dapat berdoa dengan kategori kurang atau belum menunjukan nilai-nilai agamanya
sama sekali. Sementara pada nilai-nilai agama anak yang diukur dalam berakhlak
terdapat 5 anak atau 25% dengan kategori sangat baik, ada 7 anak atau 35% yang dapat
701
berakhlak dengan kategori baik, kemudian ada 4 anak atau 20% yang dapat berakhlak
dengan kategori cukup, dan terdapat 4 anak atau 20% yang kurang berhasil atau yang
belum menunjukan nilai-nilai agamanya dalam berakhlak.
Nilai-nilai agama anak yang diamati berikutnya yaitu bersyukur baru 6 anak atau
30% yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori sangat baik, begitu pula dengan
kategori baik yaitu terdapat 6 anak atau 30% yang dapat bersyukur, kemudian terdapat 4
anak atau 20% yang dapat bersyukur dengan kategori cukup, dan hasil pengamatan
nilai-nilai agama anak dalam bersyukur dengan kategori kurang terdapat 4 anak atau
20% yang belum menunjukan nilai-nilai agamanya. Dengan demikian secara umum
sudah menunjukan peningkatan jika dibandingkan dengan pra tindakan. Dapat dibahas
pada siklus pertama ini sudah menunjukan peningkatan meskipun belum maksimal.
Peningkatan dari beberapa aspek yang diamati seperti berdoa, berakhlak, bersyukur,
rata-rata sudah mengalami peningkatan dari 3 aspek yang diamati tersebut, diperkirakaan
mengalami peningkatan berkisar 10% lebih dari sebelumnya pada pra tindakan.
Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan nilai-nilai agama anak
tersebut dengan menggunakan metode bercerita, dapat menarik minat dan perhatian
anak. Dengan peningkatan minat dan perhatian tersebut diasumsikan menjadi pendorong
meningkatnya nilai-nilai agama anak. Disisi lain, dapat pula dianalisa masih ada
beberapa anak yang belum menunjukan hasil yang maksimal atau belum meningkat
kemampuannya. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang
belum termotivasi atau cara guru dalam bercerita belum menarik minatnya.
Kemungkinan bisa pula disebabkan karena ada guru lain yang ikut dalam kegiatan
belajar anak sehingga sangat mempengaruhi aktifitas anak yang masih malu-malu atau
kurang memiliki keberanian. Kemungkinan lain bersumber dari lingkungan dirumahnya
yang tidak biasa diajak bermain belajar oleh teman atau anggota keluarganya. Maka
peneliti berusaha untuk lebih merefleksi diri agar dapat bercerita sebaik mungkin guna
menarik perhatian dan minat siswa dalam memahami cerita yang disampaikan guru.
Disamping itu guru akan leih memberi motivasi, dorongan serta semangat agar anak
dapat meningkatkan nilai-nilai agamanya. Untuk itu apa yang telah diperbaiki pada
siklus kedua dapat diananlisa sebagai berikut.
3. Tindakan Siklus II
Pada siklus kedua ini dengan dua kali tindakan menunjukan yang sangat signifikan
jika dibandingkan dengan siklus pertama atau pra tindakan. Terdapat 7 anak atau 35%
702
yang dapat berdoa dengan kategori sangat baik, ada 9 anak atau 45% yang dapat berdoa
dengan kategori baik, ada 3 anak atau 15% yang dapat berdoa dengan kategori cukup,
dan terdapat 1 anak atau 5% yang dapat berdoa dengan kategori kurang atau belum
menunjukan nilai-nilai agamanya sama sekali. Sementara pada nilai-nilai agama anak
yang diukur dalam berakhlak terdapat 8 anak atau 40% dengan kategori sangat baik, ada
9 anak atau 45% yang dapat berakhlak dengan kategori baik, kemudian ada 2 anak atau
10% yang dapat berakhlak dengan kategori cukup, dan terdapat 1 anak atau 5% yang
kurang berhasil atau yang belum menunjukan nilai-nilai agamanya dalam berakhlak.
Kemudian nilai-nilai agama anak yang diamati berikutnya yaitu bersyukur, pada
kegiatan ini sudah menunjukan jumlah anak berhasil melebihi tindakan siklus 1 yaitu
terdapat 8 anak atau 40% yang bisa dikatakan berhasil dengan sangat baik, begitu pula
dengan kategori baik yaitu terdapat 8 anak atau 40% yang dapat bersyukur, kemudian
terdapat 2 anak atau 10% yang dapat bersyukur dengan kategori cukup, dan hasil
pengamatan nilai-nilai agama anak dalam bersyukur dengan kategori kurang terdapat 2
anak atau 10% yang belum menunjukan nilai-nilai agamanya. Kalaupun masih ada anak
yang belum berhasil yaitu 1 anak belum dapat berdoa, kemudian ada 1 anak yang belum
menunjukkan akhlak yang baik, dan masih ada 2 anak juga yang belum mampu
menunjukkan rasa syukur. Jika di rata-ratakan ada sekitar 6,66% yang belum berhasil
dari aspek yang diamati.
Dapat dikemukakan anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang masih
sering bermain selama pembelajaran dilaksanakan dan kurang memperhatikan ceritacerita yang disampaikan guru. Hal ini bukan berarti gagal total, namun tetap ada
peningkatan kemampuannya namun belum maksimal. Oleh karena itu peneliti dengan
teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan kesiklus ketiga, karena anak yang
belum berhasil persentasenya sangat kecil. Sehingga penelitian tindakan kelas ini bisa
dikatakan berhasil dengan baik karena telah dapat memperbaiki proses pembelajaran
yang berdampak dengan meningkatnya nilai-nilai agama pada beberapa aspek yang telah
diamati. Olehnya itu pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dapat
meningkatkan nilai-nilai agama anak dalam berdoa, berakhlak, dan bersyukur.
Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang
masuk dalam kategori cukup harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan
baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan pada aktivitas
anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori baik. Di samping perbaikan
yang dilakukan guru, faktor yang menyebabkan meningkatnya nilai-nila agama anak
703
adalah karena anak-anak merasa senang dengan cerita-cerita yang disampaikan guru
sehingga dengan menerapkan metode bercerita dapat meningkatkan nilai-nilai agama
anak di kelompok B TK KT II Salumbone.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa melalui metode bercerita dapat meningkatkan nilai-nilai agama anak di kelompok A
TK KT II Salumbone. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan nilai-nilai
agama anak pada siklus pertama untuk nilai-nilai agama dalam berdoa menjadi 55% sangat
baik dan baik, nilai-nilai agama dalam berakhlak meningkat menjadi 60% kategori sangat
baik dan baik, dan yang nilai-nilai agama yang diamati terakhir yaitu nilai-nilai agama anak
yang dapat bersyukur terdapat 60% dengan kategori baik dan baik, hasil tersebut diperoleh
dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki yaitu sangat baik dan baik.
Pada siklus kedua menunjukan peningkatan nilai-nilai agama anak dalam berdoa
meningkat dari 55% menjadi 80% (25%) kategori sangat baik dan baik, kemudian pada
nilai-nilai agama anak yang berakhlak meningkat dari 60% menjadi 85% (25%) dengan
kategori sangat baik dan baik, sedangkan kemampuan anak dalam bersyukur meningkat dari
60% menjadi 80% (20%) kategori sangat baik dan baik. Jika dirata-ratakan peningkatan dari
siklus I ke siklus II berkisar 23,33%, walaupun masih ada anak yang belum berhasil tetapi
tidak perlu lagi di adakan siklus berikutnya karena sudah menunjukan keberhasilan pada
siklus II secara maksimal.
Adapun saran-saran yang dapat diberikan peneliti yaitu sebagai berikut:
1. Kiranya metode bercerita dapat diterapkan mengingat metode pembelajaran ini dapat
menarik perhatian siswa apalagi jika kisah-kisah menraik yang diceritakan,
menumbuhkan motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga dapat meningkatkan
nilai-nilai agama anak.
2. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat,
sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat
memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik.
3. Kepala Taman Kanak-kanak TK KT II Salombone, agar selalu memberikan kesempatan
bagi para guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam upaya meningkatkan
kemampuannya sebagai guru yang profesional.
4. Para guru agar termotivasi untuk selalu melakukan berbagai aktifitas dalam
meningkatkan profesionalismenya sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran.
704
5. Murid agar selalu aktif dalam kegiatan kelas dan luar kelas serta memanfaatkan fasilitas
yang ada untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya terutama untuk
menjadi anak berkarakter.
6. Para peneliti lain untuk menjadikannya hasil penelitan ini sebagai bahan acuan atau
pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau berbeda baik fokus. Masalah
metode tekhnik pengumpulan data maupun analisanya.
DAFTAR PUSTAKA
Atheva, Abi. (2007). Perilaku Baik Sehari-hari. Semarang: Aneka Ilmu.
Arikunto, Arsini. (1993). Prosedur Penulisan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2001). Metode Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
_________. (2002). Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.
_________. (2002). Konsep Kurikulum Reference Program Diploma II PGTK. Jakarta.
_________. (1995). Petunjuk Kegiatan Penilaian di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.
Falih, Ashadi; Yusuf, Cahyo. (2003). Akhlak Membentuk Pribadi Muslim. Semarang:
Aneka Ilmu.
M. Ja’far. (1982). Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Surabaya: AL Ikhlas.
Mariyana, Rita; Nugraha, Ali; Rachmawati, Yeni. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar.
Jakarta: Prenada Media Group.
Musfiro. (2005). Metode Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Riyanto, Mulan. (1996). Dasar-Dasar Statistik Deskriptif. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudjiono. (1991). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Sudjono, Anas. (2003). Pengantar Statistik Pandidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Thalib, Muhammad. (2001). Seni dan Sikap Islami Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus
Salam.
Umar, Salha. (2007). Metode-metode Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Depdiknas.
705
Download