HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI SEKSUAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA AKHIR YANG INDEKOS Agitia Kurniati Asrila, Nila Anggreiny, Sartana Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas e-mail: [email protected] Abstract: The relationship between pattern of sexual communication with late adolescent’s pre marriage sexual behavior. There are 100 respondents in this research. Incidental sampling techniques were used to select the sample. Data collection utilized the communication pattern of sexuality scale and the pre marriage sexual behavior scale. Data was analyzed using Spearman Rank correlation. The results of the correlation analysis show that there is a negative significant relationship between sex expressive and pre marriage sexual behavior with a correlation coefficient of -0.195 (p < 0.05) and a positive significant relationship between sex obsessive and pre marriage sexual behavior with a correlation coefficient of 0.314 (p < 0.05). On the other side, this research shows that there is no relationship between sex repressive and sex avoidance with pre marriage sexual behavior. Keywords: Sexual behavior, communication pattern, live in the boarding house, pre marriage, late adolescent. Abstrak: Hubungan antara pola komunikasi seksual dengan perilaku seksual pranikah pada remaja akhir. Ada 100 responden yang terlibat dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik incidental sampling. Data dikumpulkan dengan Skala Pola Komunikasi Seksual dan Skala Perilaku Seksual Pranikah. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis korelasi Spearman Rank. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pola komunikasi sex expressive dengan perilaku seksual pranikah dengan koefisien korelasi sebesar -0,195 (p < 0,005). Sebaliknya, hubungan antara pola komunikasi sex obsessive dengan perilaku seksual pranikah positif dengan koefisien korelasi 0,314 (p < 0,05). Di sisi lain, penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pola komunikasi sex repressive dan pola komunikasi sex avoidance dengan perilaku seksual pranikah. Kata kunci: Perilaku seksual, pola komunikasi, indekos, pranikah, remaja akhir. 104 105 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 104-113 PENDAHULUAN Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam sekarang ini, perilaku seksual pranikah pada kehidupan individu. Hall (1904, dalam remaja sudah sampai pada tahap yang Santrock 2007) menyatakan masa remaja mengkhawatirkan. Banyaknya remaja yang sebagai periode sturm and drang. Istilah melakukan seks pranikah tersebut terlihat tersebut ia gunakan untuk menggambarkan dari hasil survei yang dilakukan oleh ketidakstabilan atau ketegangan emosi yang Komnas Perlindungan Anak (KPA) pusat mereka alami, sebagai akibat perubahan- terhadap 4.500 remaja dari 33 provinsi di perubahan fisik serta bekerjanya kelenjar- Indonesia pada bulan Januari-Juni 2008. kelenjar pada masa tersebut. Menurut Berdasarkan survei tersebut diketahui bahwa Santrock tersebut dari 4.500 remaja yang menjadi responden menyebabkan remaja menjadi cenderung penelitian ditemukan bahwa sebagian besar sulit responden (2007) mengontrol penting Menurut Sudibyo (BKKBN, 2014), kondisi dirinya dan mudah pernah melakukan aktivitas terpengaruh oleh situasi lingkungan serta seksual pranikah. Hanya sekitar 6,3% terlibat beragam jenis perilaku menyimpang. responden yang tidak pernah melakukan Pada masa remaja, secara biologis, aktivitas seksual ciuman, petting, dan sex organ-organ seksual individu juga sudah oral. Selain itu, penelitian mencapai tahap kematangan. Oleh karena menunjukkan bahwa lebih dari setengah itu, dalam diri mereka mulai muncul adanya remaja SMP dan SMU diketahui tidak dorongan seksual serta ketertarikan dengan perawan dan perjaka lagi (Jakarta Islamic lawan jenis. Sebagai akibat dari keterbatasan Center, 2012). kemampuan remaja untuk mengendalikan Secara khusus, ini perilaku juga seksual diri, munculnya dorongan seksual tersebut pranikah pada remaja tersebut lebih sering dapat mendorong mereka untuk terlibat pada dilakukan oleh kelompok remaja akhir. aktivitas seksual pranikah. Perilaku seksual Remaja akhir adalah salah satu fase di dalam pranikah adalah perilaku yang didasari oleh periode masa remaja rentang usia antara 18- hasrat seksual dengan sesama jenis atau 24 tahun (Andriati, 2009). Menurut Santrock lawan jenis yang dilakukan sebelum adanya (2007) kecenderungan ikatan pernikahan resmi menurut hukum karena pada masa remaja akhir dalam diri maupun agama (Salisa, 2010). Perilaku individu tumbuh minat untuk melakukan tersebut bentuknya dapat berupa perilaku eksperimen berciuman, bersentuhan, bercumbu, atau dalam hal seksualitas. Mereka juga memiliki bersenggama (Reiss dalam Suliso, 2014). minat untuk berpacaran yang lebih menonjol dan demikian terjadi eksplorasi, khususnya Asrila, Hubungan Pola Komunikasi Seksual…| 106 daripada mereka remaja awal. Oleh karena itu, cenderung lebih rentan baik bagi remaja sendiri, keluarga, maupun untuk lingkungan sekitar. Ia dapat menyebabkan mengekspresikan dorongan seksual dengan remaja mengalami hamil pranikah, yang hubungan lawan jenisnya dalam berbagai kemudian bentuk perilaku seksual. bersangkutan melakukan pernikahan dini menyebabkan remaja Fenomena perilaku seksual pranikah atau putus sekolah. Hamil pranikah juga pada remaja akhir tersebut terlihat pada hasil dapat mendorong mereka melakukan aborsi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia yang berbahaya bagi hidup remaja. Selain 2012 itu, melahirkan diusia muda juga memiliki (SDKI12) reproduksi mengenai pada remaja. kesehatan Survei yang resiko yang sangat berbahaya. melibatkan 8.419 remaja perempuan dan Perilaku seks bebas pada remaja 10.980 laki-laki menemukan bahwa 2,7% tersebut diduga juga turut memfasilitasi remaja melakukan penularan HIV/AIDS. Setidaknya hal itu hubungan seksual pranikah. Sementara itu, terlihat dari meningkatnya kasus HIV/AIDS remaja akhir dengan usia antara 20-24 tahun di Sumatera Barat dalam kurun waktu tiga yang pernah melakukan hubungan seksual tahun terakhir. Pada tahun 2012 ada 814 pranikah jumlahnya mencapai 9,9% (Jurnas, kasus, tahun 2013 meningkat menjadi 1.875 2014). kasus, dan tahun 2014 meningkat menjadi usia 15-19 pernah Fenomena remaja akhir yang terlibat perilaku seksual pranikah tersebut 2.088 kasus. Di antara berbagai wilayah di Sumatera Barat, Kota Padang merupakan tampaknya juga menggejala di kota Padang. wilayah Hal itu terlihat pada data kasus perilaku HIV/AIDS paling tinggi (Covesia, 2014; seksual pranikah yang diperoleh peneliti dari Haluan Padang, 2014). laporan Satuan Polisi Pamong Praja dengan dengan jumlah kasus Selain faktor perkembangan dan usia (SatpolPP) kota Padang. Sepanjang tahun sebagaimana 2014 ada 201 kasus perilaku seksual yang perilaku seksual remaja juga dipengaruhi dilakukan oleh remaja akhir dengan usia 18- oleh beberapa faktor yang lain. Salah 24 tahun. Kasus yang dilakukan oleh mereka satunya adalah pola komunikasi mengenai yang berusia 24 tahun sebanyak 88 kasus. seksual yang dikembangkan orang tua ketika Sementara jumlah kasus perilaku seksual berinteraksi pranikah yang dilakukan oleh remaja di komunikasi orang tua dan anak mengenai bawah usia 18 tahun hanya 11 kasus. masalah seksual adalah beberapa cara yang Perilaku seksual pranikah pada remaja tersebut memiliki dampak serius, dilakukan dijelaskan dengan orang tua pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, remaja. Pola dalam merespon yang dirasakan 107 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 104-113 mengenai seksualitas, dan mendiskusikan mengenai seksualitas dapat membuat remaja hal-hal yang berkaitan dengan konsep tubuh memiliki sikap yang semakin permisif (Ehrenberg, 1988, dalam Tennyson, 2000). dalam pergaulan bebas dengan lawan jenis. Menurut Sarwono (2013), adanya Adanya sikap remaja permisif sebut menjadi penilaian pada pembicaraan yang tabu atau faktor resiko yang mendukung mereka untuk terlarang melakukan perilaku seksual pranikah. di keluarga serta kurangnya informasi mengenai seks menjadi faktor penyebab terjadinya perilaku Pernyataan Sarwono dan dua hasil seksual penelitian tersebut menunjukkan belum pranikah pada remaja akhir. Karena pada finalnya penjelasan mengenai hubungan hakekatnya, informasi mengenai seks serta antara terbukanya komunikasi merupakan sesuatu seksual yang terapkan orang tua terhadap yang penting untuk dilakukan orang tua perilaku seksual remaja. Dalam arti, apakah selama masa remaja. komunikasi tersebut dapat memfasilitasi Namun hasil kajian peneliti terhadap dua penelitian lain menemukan adanya temuan berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan Sarwono justru mengenai menghambat masalah anak untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Terkait hal itu, Ehrenberg dan Hasil Ehrenberg (dalam Masters et al, 1994) penelitian Liana (2007) menunjukkan bahwa menyatakan ada pola komunikasi mengenai komunikasi orang tua dan anak tentang masalah seksual yang digunakan orang tua seksualitas hubungan terhadap remaja. Pertama, pola komunikasi terhadap perilaku seksual remaja. Bahwa sex repressive, yakni orang tua memberi ketika sering penjelasan kepada anak bahwa seks adalah membicarakan masalah seksual, justru dapat sesuatu yang kotor. Kedua, pola komunikasi memicu dan meningkatkan rasa ingin tahu sex avoidant, dimana orang tua merasa malu remaja perihal seksualitas. Keinginan tahu untuk memberi penjelasan kepada anak tersebut selanjutnya justru dapat mendorong mengenai seks. Ketiga, pola komunikasi sex remaja menjadi lebih aktif melakukan usaha obsessive, orang tua menunjukkan sikap dan untuk memenuhi keingintahuannya, yang aktivitas yang berkaitan dengan seks secara salah satunya dengan melakukan perilaku terbuka. Selanjutnya, pola komunikasi sex seksual pranikah. expressive, tidak orang tua tersebut. atau komunikasi memiliki dan anak Penelitian lain yang dilakukan oleh Prihartini, Nuryoto, dan Aviatin (2002) juga menununjukan bahwa semakin efektif komunikasi yang diberikan oleh keluarga yaitu orang tua mengintegrasikan seks ke dalam kehidupan keluarga yang seimbang. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja adalah Asrila, Hubungan Pola Komunikasi Seksual…| 108 kondisi lingkungan, salah satunya adalah sosial yang mendesak tempat tinggal remaja. Hal ini sesuai dengan menyesuaikan pernyataan Barker (1968, dalam Iskandar, seperti yang mereka inginkan. diri mereka dengan untuk berrperilaku 2012) bahwa, terdapatpengaruh lingkungan Berdasarkan paparan tersebut terlihat terhadap perilaku individu. Pengaturan tata bahwa penelitian mengenai hubungan antara letak dari lingkungan di sekitar individu, pola komunikasi masalah seksual dengan maupun perilaku seksual pranikah remaja akhir yang kondisi sosial menentukan bagaimana individu tersebut bereaksi. Hal itu terjadi karena dalam indekos penting untuk dilakukan. berinteraksi, terdapat pengaruh secara timbal balik antara METODE individu, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik.Sesuai dengan asumsi tersebut, Pendekatan penelitian merupakan penelitian kuantitatif desain bebas dalam berdasarkan kajian yang dilakukan, peneliti korelasional. melihat bahwa remaja akhir yang indekos penelitian ini juga lebih rentan untuk melakukan seks seksual, sementara variabel tergantungnya pranikah. adalah perilaku seksual pranikah. Teknik Ada menyebabkan beberapa tempat faktor kos yang mendukung Variabel dengan adalah pola komunikasi pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental technique sampling. remaja untuk melakukan perilaku seksual Jumlah responden yang terlibat dalam pranikah. Salah satunya adalah karena penelitian ini adalah 100 orang. lemahnya pengawasan sosial pada remaja di variabel tempat dikumpulkan kos. Hal itu sejalan dengan pola komunikasi dengan Skala Data seksual Pola pernyataan Santrock (2007) yang dapat Komunikasi Masalah Seksual yang tersusun meadi faktor terjadinya aktivitas seksual dari 41 aitem pernyataan. Skala ini disusun remaja adalah kurangnya pengawasan orang sendiri oleh peneliti berdasarkan teori pola tua dan rendahnya pengawasan lingkungan. komunikasi masalah seksual yang Sementara menurut Andriati (2009) dikemukakan oleh Ehrenberg dan Ehrenberg salah satu faktor yang mempengaruhi seks (Masters, et al, 1994). Hasil uji coba skala pranikah remaja yang indekos adalah teman ini menunjukkan bahwa reliabilitas untuk sebaya. Remaja mempunyai kecenderungan pola komunikasi sex repressive sebesar untuk mengadopsi informasi, khususnya 0,796, untuk pola komunikasi sex avoidance mengenai perihal seksual, yang disampaikan sebesar 0,763, untuk pola komunikasi sex oleh teman-temannya. Selain itu, teman expressive sebesar 0,886, dan untuk pola sebaya juga sering menjadi sumber tekanan komunikasi sex obsessive sebesar 0,850. 109 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 104-113 Sementara itu, untuk Skala Perilaku Seksual Pranikah diadaptasi yang hipotesis yang kedua, mengenai hubungan dikembangkan oleh Suliso (2014) yang antara pola komunikasi sex avoidance disusun berdasarkan Teori Perilaku Seksual dengan perilaku seksual remaja. Hasil uji Pranikah yang dikemukakan Reiss (dalam korelasi hipotesis kedua menunjukkan nilai Suliso, 2014). Skala ini tersusun dari 25 signifikansi sebesar 0,772 (P>0,05) sehingga aitem pernyataan dengan nilai reliabilitas hipotesa penelitian juga ditolak. Hal ini juga sebesar yang berarti bahwa semakin tinggi atau semakin dilakukan adalah korelasi Spearman Rank rendah intensitas pola komunikasi sex karena data penelitian ini tidak terdistribusi avoidance yang dilakukan orang tua kepada normal, sehingga data penelitian harus remaja, tidak berkaitan dengan perilaku dianalisis menggunakan kaidah statistik seksual pranikah remaja bersangkutan. 0,940. dari Analisis skala Hal yang sama juga terjadi pada uji korelasi nonparametrik. Pembahasan Hasil penelitian tersebut berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pernyataan Sarwono (2013) bahwa Hasil Hasil penelitian ini penulis paparkan dengan menunjukkan hubungan dari adanya larangan atau pembicaraan yang tabu dan kurangnya informasi tentang seks masing-masing pola komunikasi seksual menjadi dengan perilaku seksual pranikah remaja. terjadinya perilaku seksual pranikah pada Hasil uji korelasi antara pola komunikasi sex remaja. Sementara hasil penelitian ini repressive dan perilaku seksual remaja menunjukkan menunjukkannilai signifikansi sebesar 0,244 membicarakan permasalahan seksual yang (P> 0,05) sehingga hipotesa penelitian untuk menjadi ciri pola komunikasi sex repressive hubungan dua variabel ini ditolak. Hal ini dan kurangnya informasi tentang seks, yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat tidak berhubungan. informasi seks dari orang tua, seperti pada diartikan bahwa Temuan ini semakin tinggi dapat atau pola faktor yang bahwa diakibatkan komunikasi menyebabkan karena sex larangan minimnya avoidance tidak semakin rendah intensitas pola komunikasi berkaitan dengan perilaku seksual pranikah sex repressive yang dilakukan orang tua pada remaja. pada anak tidak berkaitan dengan perilaku Berbeda dengan hasil penelitian seksual pranikah yang dilakukan remaja yang telah dijelaskan di atas, hasil uji bersangkutan. korelasi pada hipotesis ketiga membuktikan adanya hubungan antara pola komunikasi Asrila, Hubungan Pola Komunikasi Seksual…| 110 yang dilakukan orang tua dengan perilaku komunikasi seksual yang baik dicirikan seksual pranikah pada remaja. Hasil uji dengan korelasi ini komunikasi yang memungkinkan terjadinya membuktikan terdapat hubungan negatif diskusi, sharing, dan pemecahan masalah antara pola komunikasi sex expressive yang secara bersama. Hal tersebut merupakan ciri dilakukan orang tua dengan perilaku seksual yang tergambar dari pola komunikasi sex pranikah pada remaja. Artinya, semakin expressive. Dalam pola komunikasi sex tinggi sex expressive orang tua mengintegrasikan seks tua ke pada hipotesis intensitas expressive yang pola ketiga komunikasi dilakukan orang orang dalam tua yang kehidupan melakukan keluarga secara bersama remaja, maka perilaku seksual seimbang, serta membangun diskusi yang pranikah mereka akan semakin rendah. bersifat intelektual Begitu juga sebaliknya. seksual. Selain Temuan tersebut sesuai dengan mendiskusikan mengenai itu, orang masalah masalah tua seksual juga secara pernyataan Ehrenberg dan Ehrenberg (dalam terbuka dengan anak, namun tetap dalam Tennyson, 2000), bahwa remaja cenderung batasan topik yang disesuaikan dengan usia menginternalisasikan nilai-nilai seks yang anak diperoleh dari orang tua. Pemahaman dikemukakan oleh Laily dan Matulessy terhadap nilai-nilai seksual diperoleh anak (2004), dari informasi yang diberikan oleh orang expressive merupakan cara penyampaian tua. Sehingga cara yang dilakukan orang tua komunikasi dalam memberikan informasi mengenai mendiskusikan masalah seksual bersama masalah seksual juga berpengaruh terhadap anak. tersebut. nilai-nilai yang diterima oleh anak. Apabila cara pemberian pesan tepat, Sehingga, bahwa yang pola seperti komunikasi paling ideal yang sex dalam Selain itu, hasil uji korelasi pada maka hipotesis yang keempat juga membuktikan pemahaman yang diterima juga tepat, begitu adanya hubungan antara pola komunikasi juga sebaliknya. yang dilakukan orang tua dengan perilaku Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat dari Mertia, pranikah pada anak. Pola dan komunikasi yang dinyatakan berhubungan Yuliadi(2011), bahwa melalui komunikasi adalah pola komunikasi sex obsessive, yang baik, orang tua dapat memberikan dengan arah hubungan positif. Artinya, pemahaman mengenai masalah seksual dan semakin tinggi intensitas pola komunikasi mengajarkan yang sex obsessive yang dilakukan orang tua dan bertanggung jawab pada remaja. Lebih anak, maka akan semakin tinggi pula perilaku Hidayat seksual seksual lanjut, Mertia, et al (2011) menjelaskan 111 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 104-113 perilaku seksual yang dilakukan oleh anak perilaku seksual pranikah remaja akhir tersebut. Begitu pula sebaliknya. indekos, dengan nilai koefisien korelasi Hubungan positif pola sebesar -0,195 dan termasuk pada kategori komunikasi sex obsessive yang dilakukan hubungan yang sangat rendah. Selanjutnya, orang tua dengan perilaku seksual pranikah hubungan antara pola komunikasi sex pada anak sesuai dengan pernyataan dari obsessive dengan perilaku seksual pranikah Garliah yang remaja akhir indekos, dengan nilai koefisien menjelaskan bahwa informasi yang kurang korelasi sebesar 0,314 dan termasuk pada tepat kategori hubungan yang rendah. dan akan pada Kirana (2008), cenderung diinterpretasikan dengan kurang tepat pula bagi anak. Dilihat dari kategori hubungan antara Sehingga sikap yang bebas dan aktivitas pola komunikasi sex expressive dengan seks secara terbuka yang menjadi ciri pada perilaku pola justru komunikasi sex obsessivedengan perilaku membuat anak menginterpretasikan perilaku seksual pranikah, dapat diartikan bahwa seksual pranikah menjadi hal yang wajar pola komunikasi sex expressive dan pola untuk dilakukan. komunikasi sex obsessivebelum memiliki komunikasi sex obsessive Selain itu, Ehrenberg dan Ehrenberg seksual pranikah hubungan yang kuat dengan perilaku seksual (dalam Tennyson, 2000) juga menjelaskan pranikah. Walaupun bahwa hubungan yang remaja menggunakan dengan pola keluarga yang komunikasi sex danpola demikian, dinyatakan hasil signifikan membuat hubungan antara kedua variabel obsessive merasa terdorong untuk meniru tersebut dengan perilaku sikap bebas terhadap masalah seks. Dalam pranikahtidak dapat diabaikan. seksual arti, orang tua tidak tidak memberikan batasan pada remaja dalam pergaulan dengan lawan jenis dan menunjukkan aktivitas seks mengakibatkan terbuka terjadinya sehingga pengalaman seksual dini bagi anak tersebut. Berdasarkan paparan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: hasil uji 1. Tidak terdapat hubungan antara pola hipotesis penelitian yang diajukan, terdapat komunikasi dua perilaku seksual pranikah remaja akhir hipotesis penelitian yang ditolak. Sementara itu, dua hipotesis penelitian yang dinyatakan diterima, adalah hubungan antara pola komunikasi sex expressive dengan sex repressive dengan indekos. 2. Tidak terdapat hubungan antara pola komunikasi sex avoidance dengan Asrila, Hubungan Pola Komunikasi Seksual…| 112 perilaku seksual pranikah remaja akhir terdistribusi secara normal dan adanya indekos. hipotesa penelitian yang ditolak maka perlu 3. Terdapat hubungan negatif antara pola ada perhatian terkait penentuan jumlah komunikasi sex expressive yang dilakukan sampel, oleh orang tua dan anak dengan perilaku range skala yang digunakan. seksual pranikah remaja akhir indekos. 4. Terdapat hubungan positif antara pola perhatian terhadap panjangnya Secara praktis peneliti berharap orang tua dapat menggunakan pola komunikasi komunikasi sex obsessive yang dilakukan seks ekpresif oleh orang tua dan anak dengan perilaku mengenai masalah seksual dengan remaja, seksual pranikah remaja akhir indekos. misalnya lewat ketika diskusi berkomunikasi yang bersifat intelektual dengan remaja. Di sisi lain, Saran Adapun saran penulis terkait temuan penelitian ini adalah peneliti pola komunikasi seksual obsesif, yaitu selanjutnya dapat melakukan penelitian mengkomunikasikan isu seksual dengan dengan untuk menunjukkan sikap, pembicaraan maupun pola aktivitas seksual yang terlalu terbuka di pendekatan mendalami agar diharapkan orang tua dapat menghindari kualitatif keterkaitan antara komunikasi seksual dan seksual pranikah. Sementara terkait data yang depan anak. tidak DAFTAR RUJUKAN Andriati, N. (2009). Gambaran perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan yang tidak diawasi ibu kost tentang hubungan seksual pranikah di Padang Bulan Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Garliah, L., Kirana, W. (2008). Perbedaan perilaku seksual pada remaja ditinjau dari pola komunikasi antara orang tua dan anak mengenai masalah seksual. JurnalPsikologia, 4(1), 2026 Badan Haluan Padang. (2014). Seks bebas di Sumbar marak.http://www. harianhaluan.com/index.php/berita/h aluan-padang/31563-seks-bebas-disumbar-marak. Diakses8 Desember 2014 Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Ini pemicu maraknya seks bebas di kalangan remaja. www.bkkbn.co.id. diakses 3 Juni 2015 Covesia. (2014). Selama 2014, penderita HIV/AIDS di Sumbar 2.088 Kasus. http://www.covesia.com /berita/2199/selama-2014-penderitahiv-aids-di-sumbar-2-088kasus.html. Diakses 3 Maret 2015 Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga Iskandar, Z. (2012). Psikologi lingkungan. Bandung: PT. Refika Aditama 113 | Jurnal RAP UNP, Vol. 6, No. 2, November 2015, hlm. 104-113 Jakarta Islamic Center. (2012). Berantas pornografi dengan QLP. http://islamic-center.or.id/berantaspornografi-dengan-qlp/ . Diakses 3 Maret 2015 Jurnas. (2014). Hubungan seksual pranikah remaja meningkat. http://m.jurnas.com/news/137555/Hu bungan-Seksual-Pranikah-RemajaMeningkat-2014/1/SosialBudaya/Kesehatan/. Diakses 3 Maret 2015 Laily, N., Matulessy, A. (2004). Pola komunikasi masalah seksual antara orang tua dan anak. Anima, Indonesian Psychological Journal, 19(2), 194-205 Liana, D. (2007). Perilaku seksual remaja ditinjau dari komunikasi orang tua dan anak tentang seksualitas. skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata Masters, V.H., Johnson, V.E., & Kolodny, R.C. (1992). Human sexuality. New York: Harper Collins Publishers Mertia, E.N., Hidayat, T., & Yuliadi, I. (2011). Hubungan antara pengetahuan seksualitas dan kualitas komunikasi orang tua dan anak dengan perilaku seks bebas pada remaja siswa-siswi MAN Gondangrejo Karangyar. Wacana Jurnal Psikologi, 3(6), 109-136 Prihartini, T., Nuryoto, S., Aviatin, T. (2002). Hubungan antara komunikasi efektif tentang seksualitas dalam keluarga dengan sikap remaja awal terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis. Jurnal Psikologi, No. 2, 124-139 Salisa, A. (2010). Perilaku seks pranikah di kalangan remaja.skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Santrock, J.W. (2007). Remaja. Erlangga: Jakarta Sarwono, S.W. (2013). Psikologi remaja (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Suliso, D.H. (2014). Perbedaan perilaku seksual pranikah pada remaja berdasarkan jenis kelamin.skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma Tennyson, S.M. (2000). Mother-daughter communication about sex and sexuality. USA: University of Wisconsin-Stout