BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya Timur dan Barat adalah dua budaya yang ada di dunia. Keberadaanya dalam masyarakat dapat menciptakan sebuah karya sastra. Timur dan Barat merupakan dua budaya yang berbeda. Timur mengacu pada Asia, sedangkan Barat lebih mengacu pada negara-negara yang berada di Benua Eropa dan Amerika.1 Budaya Barat lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mayoritas penduduk berkulit putih. Selanjutnya penyebutan budaya Bali digunakan sebagai wakil dari budaya Timur karena Bali (Indonesia) bagian dari Asia (Timur), kemudian budaya Eropa digunakan untuk mewakili budaya Barat. Salah satu karya sastra yang kuat unsur budaya Bali di dalamnya adalah novel Liak Ngakak karya Putra Mada. Novel Liak Ngakak, karya Putra Mada terbit tahun 1978, terdiri atas 155 halaman, diterbitkan oleh Selecta Group. Putra Mada adalah seorang pelaut kelahiran Sanglah, Denpasar. Setelah lulus SMA, Putra Mada memasuki Akademi Angkatan Laut (AAL) yang merupakan sekolah pendidikan TNI Angkatan Laut di Krembangan, Surabaya, Jawa Timur, tamat pada 1968. Karya-karya Putra Mada berupa cerita-cerita misteri, roman, dan salah satunya adalah novel Liak Ngakak yang pernah dimuat cerita bersambung dalam majalah Stop. Novel Liak Ngakak adalah novel pertamanya. 1 https://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_Barat 1 2 Novel Liak Ngakak mengisahkan seorang wanita Australia, Catherine Dean yang datang ke Bali untuk mempelajari ilmu liak. Sebelumnya, ia menuntut ilmu selama dua tahun di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Cathie nama panggilan dari Catherine Dean memutuskan untuk mempelajari ilmu hitam karena keinginannya untuk menulis dan menerbitkan sebuah buku yang akan mengungkapkan rahasia ilmu hitam di Bali kepada dunia. Selama di Bali, Cathie bertemu dengan seorang pemuda Bali bernama Pusaka Mahendra yang kemudian mengantarkan Cathie kepada seorang Guru Liak sakti. Akhirnya, Cathie akhirnya berguru kepada seorang penganut ilmu hitam di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Pada 1981 novel ini ditransformasikan ke dalam film yang disutradari oleh Tjut Djalil. Judul internasional film ini adalah Mystics in Bali dan juga dikenal dengan judul Balinese Mystic di Australia. Film ini populer di Bali, tidak hanya diputar di bioskop, tetapi juga di banjar-banjar. Adegan dalam film memiliki perbedaan dengan novel. Misalnya, dalam novel, Guru Liak diceritakan terbunuh di tangan Pusaka Mahendra dengan bekal keris dari kakeknya. Di dalam film, Guru Liak dibunuh oleh kakek Pusaka Mahendra sebagai penekun ilmu putih.2 Pada hakikatnya ilmu liak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut dengan liak, yang ada adalah “LIYA, AK” yang berarti lima aksara (memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu). Kekuatan aksara ini disebut panca gni aksara, siapapun manusia yang mempelajari kerohanian 2 https://www.sigilahoror.com/2010/12/24/review-mystic-in-bali-1981/ 3 jenis apapun apabila mencapai puncaknya pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Pada prinsipnya ilmu liak tidak mempelajari cara menyakiti seseorang. Ilmu liak mempelajari sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut. Seseorang yang mempelajari ilmu liak bisa ke luar dari tubuhnya melalui ngelekas atau ngerogo sukmo. Kata ngelekas artinya kontraksi batin agar roh atau badan halus bisa ke luar pada malam hari khususnya, dibatasi oleh ruang dan waktu.3 Alasan novel Liak Ngakak menjadi objek penelitian, yaitu pertama novel Liak Ngakak mengandung unsur-unsur budaya Bali di dalamnya. Alasan kedua pemilihan novel ini sebagai objek kajian karena novel Liak Ngakak menggambarkan proses interaksi sosial budaya Timur dan Barat yang membaur jadi satu. Pertemuan dua budaya yang berbeda tersebut menghasilkan kontak sosial sehingga terjadi suatu interaksi sosial budaya Timur dan Barat. Berdasarkan perbedaan budaya, Timur dan Barat memiliki ciri khas masing-masing. Budaya Timur bersifat spiritual berbanding terbalik dengan Barat yang bersifat rasional. Penelitian terhadap novel Liak Ngakak dilakukan dengan menganalisis struktur novel serta interaksi sosial Timur-Barat yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Hal ini penting, karena masalah mengenai interaksi sosial yang tercermin pada novel Liak Ngakak merupakan permasalahan yang terjadi pada masyarakat dan memiliki budaya yang berbeda. Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan tersebut disebabkan oleh: (a) karya sastra dihasilkan oleh 3 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Leak 4 pengarang; (b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat; (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada di masyarakat; dan d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna, 2009: 60). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat dua masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah struktur novel Liak Ngakak yang meliputi: penokohan, alur, dan latar? 2) Bagaimanakah interaksi sosial, budaya Timur-Barat novel Liak Ngakak ditinjau dari sosiologi sastra? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian mengenai interaksi sosial budaya Timur-Barat dalam novel Liak Ngakak karya Putra Mada: kajian sosiologi sastra ini memiliki tujuan tertentu. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya novel. 2) Memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mendalami aspek sosiologi sastra. 5 3) Memberi sumbangan dalam mengembangkan ilmu Sastra Indonesia. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara umum penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui struktur novel Liak Ngakak, meliputi: unsur penokohan, alur, dan latar. 2) Untuk mengetahui interaksi sosial budaya Timur-Barat novel Liak Ngakak ditinjau dari sosiologi sastra. 1.4 Penelitian Sebelumnya 6 Berdasarkan data yang didapat, novel Liak Ngakak belum pernah dibicarakan dalam bentuk skripsi kajian sosiologi sastra maupun kajian lainnya di lingkungan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Novel Liak Ngakak hanya pernah dibicarakan dalam bentuk resensi yang dimuat di jurnal budaya sebagai berikut. Putra (April 2011) dalam Jurnal Kajian Bali, dengan pembahasan yang berjudul “Politik Identitas dalam Teks Sastrawan Bali”, membahas cerita yang mengisahkan persahabatan atau percintaan antara orang Bali dengan orang Barat. Pada kajian tersebut, Putra memaparkan 14 karya sastra yang melukiskan hubungan Bali dengan “Bulè” tahun 1969--2007. Dalam pembahasan, Putra memaparkan hubungan Bali dengan “Bulè” dalam sebuah karya sastra di Bali, termasuk novel Liak Ngakak karya Putra Mada. Dalam jurnal tersebut, Putra membahas resensi keseluruhan novel, pendapatnya mengenai novel tersebut dalam kisah holiday romance pada novel Liak Ngakak dari cinta, magic, hingga berujung kematian. Putra juga memaparkan mengenai ketertarikannya terhadap novel ini. Ketertarikan Putra terhadap novel karya Putra Mada ini dikarenakan tokoh yang dilukiskan hendak belajar ilmu liak adalah orang Barat (Cathie), kisah cinta yang bersifat temporer (sementara), serta struktur dalam novel ini bersifat naratif yang membuat cerita mengalir, memikat, dan mendalam. Ada beberapa review dalam bentuk blog yang membicarakan mengenai film yang diadaptasi dari novel Liak Ngakak. Adapun beberapa review tersebut, antara lain: 7 Mondo Macabro (2007), salah satu perusahaan distributor film dari Britania Raya dalam review mengenai film Mystic in Bali mengatakan bahwa film ini merupakan genre horror terkenal di Indonesia. Visualisasi film ini sedikit aneh, namun tidak menghilangkan unsur horror dari film. Penonton disuguhi adeganadegan aneh dan mengejutkan yang merujuk ke legenda-legenda Indonesia, antara lain Cathie dan guru liak yang berubah menjadi babi, ular, dan Cathie yang mencoba untuk mencabut tusuk gigi dari lehernya.4 Sigilahoror (2010) dalam blog memaparkan sinopsis film Mystic in Bali yang merupakan film karya sutradara H. Tjut Djalil merupakan film yang diadaptasi dari novel Liak Ngakak. Film ini diminati pada saat itu, sampai terkenal di luar negeri. Terkenalnya film yang aslinya memakai bahasa Indonesia ini membuatnya mengalami alih bahasa menjadi bahasa Inggris.5 The Ghost Zone (2014) dalam blog memaparkan mengenai mitologi Bali yang dalam hal ini adalah ilmu liak. Blog ini juga memaparkan sejarah liak, tingkatan ilmu liak, cara menghadapi liak dan review mengenai film Mystic in Bali. Film ini dinilai dapat menjatuhkan nama Bali sebagai kota wisata, sehingga pernah dilarang beredar. Film ini pernah diedarkan dalam bentuk video dan beredar secara luas di masyarakat. Film ini pun diedarkan di luar negeri dalam bentuk video VHS, dan menjadi film yang digemari oleh penggemar film horor di seluruh dunia.6 4 https://www.mondo-digital.com/mystics.html https://www.sigilahoror.com/2010/12/24/review-mystic-in-bali-1981/ 6 https://theghost-hunting.blogspot.com/2014/05/mitologi-bali-leak.html 5 8 1.5 Landasan Teori 1.5.1 Teori Struktural Pendekatan struktural sangat penting bagi sebuah analisis karya sastra. Sebuah karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan makna. Pendekatan struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin, keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2015:106). Analisis struktural dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur fiksi yang bersangkutan. Mulamula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarunsur karya sastra. Penelitian ini membahas unsur alur, penokohan, dan latar yang memiliki hubungan erat antarunsur pembangunan suatu karya, dalam hal ini novel. Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yang lain hubungan antara unsur dengan totalitasnya (Ratna, 2009:91). Antara penokohan dan plot memiliki hubungan yang 9 saling mempengaruhi. Plot menjadi sarana untuk memahami kehidupan tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro 2005:165). Penokohan dapat dilukiskan oleh tokoh utama, sekunder, dan komplementer atau pelengkap (Sukada, 1987:86). Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005:165). Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah hubungan fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian, alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Plot dibangun dari unsur-unsur cerita yang lebih kecil, disebut insiden (Wellek dan Warren, 1990:285). Latar memberikan pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting, untuk memberikan kesan realistis pada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah benar terjadi (Nurgiyantoro, 2005:217). Latar dibedakan menjadi latar sosial dan latar fisik. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa yang melatari peristiwa. Latar fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bangunan dan daerah (Sudjiman, 1992:48). Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi 10 (Nurgiyantoro, 2005:230). Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah ruang lingkup yang cukup kompleks dapat berupa kebiasaan, cara berpikir, dan bersikap lain-lain tergolong latar spiritual (Nurgiyantoro, 2005:234). 1.5.2 Teori Sosiologi Sastra Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karya sastra dihasilkan oleh pengarang. Kedua, pengarang merupakan anggota masyarakat. Ketiga, pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat. Keempat, hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna, 2009:60). Di antara genre karya sastra, yaitu: puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Novel menampilkan unsur-unsur cerita yang lengkap, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan, serta bahasa novel yang cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang umum digunakan dalam masyarakat. Liak Ngakak merupakan salah satu contoh prosa yang parameternya menyajikan informasi umum tentang kebudayaan Bali khususnya ilmu liak dengan baik, meskipun kandungannya tidak selengkap catatan historis tentang ilmu liak Bali. Damono (1979:10) lebih lanjut menjelaskan bahwa pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan adalah menaruh perhatian pada aspek dokumenter 11 sastra. Landasannya adalah bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Maksud dari cermin zamannya ialah karya sastra merupakan cermin berbagai segi struktural sosial, hubungan kekeluargaan, dan pertentangan kelas. Dalam hal ini, sosiologi sastra menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh dalam khayalan dan situasi ciptaan pengarang dengan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya. Dalam penelitian ini digunakan teori Damono, yakni karya sastra dilihat sebagai cermin proses sosial ekonomis yang merupakan cermin berbagai segi struktural sosial, hubungan kekeluargaan, dan hubungan antarbudaya. Dengan membaca karya sastra, pembaca di suatu tempat kemungkinan mendapat informasi tentang keadaan masyarakat di tempat lainnya. Misalnya, ketika membaca Liak Ngakak, pembaca mendapat gambaran tentang hubungan dua budaya yang berbeda, walaupun tidak secara keseluruhan. Wellek dan Warren (1990:111) mengklasifikasikan pendekatan dalam sosiologi sastra, meliputi: 1) sosiologi sastra mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya; 2) sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri; dan 3) sosiologi pembaca yang berkaitan dengan masalah pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi yang kedua dari Wellek dan Warren, yaitu sosiologi karya sastra. Dalam klasifikasi sosiologi karya sastra ini dibahas mengenai masalah-masalah sosial dan dalam kaitannya dengan isi yang tersirat dalam 12 karya sastra. Jadi, dalam sosiologi sastra yang menjadi pokok bahasan adalah karya sastra itu sendiri. 1.5.3 Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak ada kesadaran pribadi masing-masing, proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga perlu mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Herimanto dan Winarno (2010:52) interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Hubungan yang terjadi antarwarga masyarakat berlangsung sepanjang waktu. Rentang waktu yang panjang serta banyaknya warga yang terlibat dalam hubungan 13 antarwarga melahirkan berbagai bentuk interaksi sosial. Kehidupan sosial selalu diwarnai dua kecenderungan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi manusia berinteraksi untuk saling bekerjasama, menghargai, menghormati, hidup rukun, dan bergotong royong. Di sisi lain, manusia berinteraksi dalam bentuk pertikaian, peperangan, tidak adanya rasa saling memiliki, dan lain-lain. Dengan demikian, interaksi sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses disosiatif). Menurut Gillin dan Giliin (dalam Soekanto 2006:308), bentuk-bentuk interaksi sosial ada dua, yaitu: asosiatif dan disosiatif. Proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk: kooperasi, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompokkelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Akulturasi merupakan suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. 14 Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk: kompetisi, kontravensi, dan konflik. Kompetisi atau persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan disertai ancaman dan kekerasan. 15 1.6 Metode dan Teknik Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan (penelitian) guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara, strategi, untuk memahami realitas, langkahlangkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2009:34). Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini melalui tiga tahapan. 1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam tahapan pengumpulan data adalah metode studi kepustakaan dengan teknik lanjutan berupa teknik catat atau tulis. Sumber tertulis dapat terdiri atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong, 2002:113). Data utama dalam analisis ini adalah novel Liak Ngakak, dan sebagai objek dibaca secara intensif dan berulang-ulang, kemudian dicatat data yang penting. Data sebagai penunjang analisis diperoleh dari buku-buku teori yang menunjang penelitian ini. 1.6.2 Metode dan Teknik Pengolahan Data 16 Dalam tahapan ini metode yang digunakan adalah metode formal dan metode deskriptif analisis. Metode formal adalah metode yang digunakan dalam analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsurunsur karya sastra (Ratna, 2009:49). Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode deskriptif tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2009:53). Dalam teknik pengolahan data dianalisis dengan menggunakan teknik simak dan catat. Teknik simak dan catat merupakan lanjutan dari teknik membaca sebagai pengembangan terhadap pemahaman yang didapatkan dari proses membaca. 1.6.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Pengolahan Data Pada tahapan ini digunakan metode deskripsi, yakni dengan mendeskripsikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Kemudian, disusun ke dalam format penelitian berupa skripsi dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Penyajian hasil pengolahan data menggunakan sistematika sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang merupakan pengembangan rancangan penelitian yang dilaksanakan. Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian sebelumnya, landasan teori, serta metode dan teknik analisis data. Bab II berisi analisis struktural novel Liak Ngakak. Analisis struktural terdiri atas penokohan, alur, dan latar. Bab III berisi analisis interaksi sosial budaya Timur- 17 Barat novel Liak Ngakak ditinjau dari aspek sosiologi sastra.Bab IV merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.