BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sejak televisi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Sejak televisi mulai diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 60-an,
televisi telah menjadi penghuni tetap di berbagai rumah dan menjadi pusat
kegiatan keluarga pada waktu senggang. Keadaan ini bertambah semarak dengan
hadirnya televisi swasta maka masyarakat di Indonesia mempunyai beragam
pilihan untuk memperoleh berbagai informasi tentang pendidikan, budaya dan
beragam hiburan lainnya. Berbagai bentuk program dan siaran yang ditayangkan
berbagai stasiun TV untuk khalayak seperti berita, drama, film, iklan, sinetron,
hiburan, olah raga, dan berbagai jenis permainan lainnya. Terdapat juga program
khusus untuk anak-anak, remaja, kaum wanita, dan program untuk tontonan
semua lapisan masyarakat. Di samping itu, TV juga merupakan salah satu media
komunikasi digunakan oleh berbagai pihak untuk menyampaikan pesan ataupun
informasi tertentu.
Komunikasi adalah suatu peristiwa sosial yang didalamnya terjadi
hubungan timbal balik antar individu, atau kalau menurut Hoetasoehoet bisa
terjadi antara satu komunikator dengan satu komunikan, satu komunikan dengan
banyak komunikan, satu komunikator dengan massa komunikan dan sebagainya
(dalam Darwanto, 2007 : 15). Melalui televisi pesan komunikasi disampaikan
kepada komunikan yang tersebar di seantero penjuru dunia. Paket program siaran
Universitas Sumatera Utara
inilah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi dan
selanjutnya disebarluaskan ke segenap pelosok melalui jaringan satelit
komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar di darat.
Akhirnya isi pesan dapat didengar dan dilihat oleh khalayak melalui
pesawat penerima di rumah-rumah. Agar isi pesan dapat dengan mudah diterima
oleh khalayak, penyajiannya harus komunikatif. Artinya siaran dapat diterima
secara indrawi (received) dan secara rohani (accepted) pada satu kali penyiaran.
Dengan demikian, pesan komunikasinya harus juga dapat dipahami maknanya dan
tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikan sasaran komunikasi (Effendy,
2005 : 28).
Televisi menjadi suatu fenomena besar di abad ini, hal ini harus diakui
bahwa perannya sangat besar dalam membentuk pola pikir, pengembangan
wawasan dan pendapat umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai produkproduk industri tertentu, disebabkan program siaran yang disajikan semakin lama
semakin menarik, meskipun memerlukan biaya yang tinggi, sehingga tidak
mengherankan kalau khalayak penonton, betah duduk berlama-lama di depan
pesawat penerimanya.
Televisi tampaknya sulit menghindar dari takdirnya sebagai paradoks.
Yakni di satu sisi, masyarakat menuntut perannya sebagai media penyelaras
tatanan sosial berupa nilai (values), norma (norm) serta aturan (social order). Di
sisi lain, televisi harus tampil sebagai media hiburan (entertainment) yang
dikendalikan kepentingan industri pemasaran (kapitalisme pasar). Kenyataannya
dua ekspektasi social tersebut sangat sulit dipertemukan dalam muatan pesan di
layar kaca. Kecuali audience berusaha kreatif menciptakan pola pemaknaan
Universitas Sumatera Utara
melalui cara pandang, selektivitas perhatian, maupun diskusi argumentatif dalam
komunitasnya. Tanpa peran aktif audience, tidak mungkin mempertemukan air
dengan minyak. Sudah sering kita dengar keberatan masyarakat tentang bahaya
siaran televisi pada anak-anak yang diduga memberikan dorongan agresivitas,
memberikan pola peniruan terhadap tingkah laku yang menyimpang, komunikasi
yang asosial maupun cara berpikir yang tidak rasional.
Hal tersebut diatas menimbulkan pertanyaan bagi kita, kalau rata-rata
setiap individu menonton siaran televisi selama 4-5 jam sehari, dapat kita
bayangkan berapa besar pengaruh kotak ajaib ini merasuk ke dalam pribadipribadi sehingga cepat atau lambat akan membentuk sikap, perilaku dan cara
berpikir khalayak penonton.
Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam
penyampaian pesan, dibandingkan media massa lainnya, karena pesan yang
disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, sangat cepat
dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. Indonesia sebagai bangsa yang
berkembang di mana setiap individu yang ingin mengetahui informasi yang saat
ini terjadi akan lebih mudah mendapatkannya dari media khususnya televisi.
Langkah yang sangat bijak yang telah dilakukan oleh penyelenggara siaran
televisi adalah sebelum materi tayangan itu disajikan, diawali dengan
pemberitahuan bahwa cerita itu merupakan cerita fiksi atau khayalan belaka.
Disinilah penonton terutama anak-anak diminta untuk mengambil intisarinya.
Disini diperlukan pula peran orang tua dan yang lebih dewasa untuk memberikan
penjelasan kepada anak-anak secara tepat, tetapi bijaksana.
Universitas Sumatera Utara
Dalam buku Darwanto (2007 : 121) menjelaskan menonton televisi
banyak didominasi oleh anak-anak dari sinilah menonton televisi dapat menjadi
suatu kegiatan pasif yang mematikan apabila orang tua tidak mengarahkan apaapa yang boleh dilihat oleh anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak
itu untuk menonton secara kritis serta belajar dari apa-apa yang mereka tonton.
Agaknya tayangan televisi terbukti cukup efektif dalam membentuk dan
mempengaruhi perilaku anak-anak lantaran media ini sekarang telah berfungsi
sebagai rujukan dan wahana peniruan (what they see is what they do). Anak-anak
sebagai salah satu konsumen media secara sadar atau tidak telah dicekoki budaya
baru yang dikontruksi oleh pasar (market ideology).
Untuk membantu anak agar dapat memanfaatkan tayangan televisi secara
positif agaknya sangat membutuhkan peran optimal orang tua, terutama dalam
mendampingi dan mengontrolnya. Orang tua harus sabar mendampingi anakanaknya saat menonton televisi. Hal ini perlu dilakukan orang tua agar anak tidak
terpolusi oleh limbah budaya massa yang terus mengalir lewat teknologi
komunikasi yang hanya mempertontonkan hiburan sampah seperti hiburan opera
sabun maupun sinetron akhir-akhir ini.
Orang tua perlu menanamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar.
Orang tua tidak perlu melarang anaknya menonton televisi. Yang justru mendapat
perhatian serius adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul
bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan anaknya, agar anak tersebut dapat
terangsang untuk berpikir kreatif.
Hal tersebut sangat perlu dilakukan karena mengingat kondisi psikologis
anak yang belum matang, akan sulit bagi mereka untuk membedakan mana yang
Universitas Sumatera Utara
positif dan mana yang negatif. Orang tua perlu senantiasa mendampingi dan
membimbingnya. Bentuk kehati-hatian dari para orang tua semenjak didni sangat
diperlukan untuk menangkal efek samping (side effect) yang kemungkinan timbul
jika anak-anak dibebaskan menonton berbagai tayangan televisi sekehendaknya.
Salah satu acara di stasiun televisi swasta yang sangat diminati dan
menjadi perhatian publik adalah acara “Idola Cilik”. Acara ini merupakan suatu
event pencarian bakat khusus anak-anak melalui perlombaan bernyanyi. Dimana
dalam ajang perlombaan ini akan ditentukan siapa sang idola cilik Indonesia, yang
sekaligus akan mendapatkan hadiah utama berupa beasiswa pendidikan sebesar
Rp.50 juta. Selain itu juga akan dibuatkan album rekaman serta album karaoke
Idola Cilik dari perusahaan rekaman Musica Record.
Acara terbaru ini cukup spektakuler dan mampu menarik perhatian dan
simpati masyarakat banyak. Dengan adanya event ini membuka peluang bagi anak
sejak
usia dini untuk
ikut
berkompetisi
dan
mendapat
ruang
untuk
mengekspresikan kemampuan dan bakatnya. Kondisi ini juga mendapat respon
yang sangat tinggi dari mayoritas anak-anak Indonesia. Menurut pengamatan awal
dari penulis, rata-rata pada setiap rumah di kompleks tempat tinggal penulis, para
anak-anak selalu menyediakan waktu untuk menyaksikan acara idola cilik
tersebut.
Suatu hal yang menarik lainnya sebagai efek dari hadirnya ajang pencarian
bakat ini adalah maraknya keberadaan lembaga-lembaga pemandu bakat dan
minat anak yang menawarkan jasa untuk membantu mendidik dan mengasah
minat anak agar lebih siap dan mampu bersaing dalam berbagai ajang perlombaan
seputar bakat dan minat. Seperti adanya acara Idola Cilik I dan II di stasiun RCTI,
Universitas Sumatera Utara
AFI Junior di INDOSIAR, Dai Cilik di LATIVI, Dai Kondang di INDOSIAR,
yang sukses membuat lembaga-lembaga pengembangan minat dan bakat anak
banyak didirikan seperti jamur dimusim hujan. Walaupun tampaknya seperti ikutikutan membuat program acara seperti itu, namun mampu meningkatkan rating
stasiun televisi tersebut.
Penelitian ini ditujukan untuk anak-anak yang berusia antara 10-12 tahun.
Hal ini dikarenakan ajang pencarian bakat di televisi RCTI mensyaratkan anakanak pada usia tersebut. Pada usia tersebut anak-anak masih meniru apa yang
mereka tonton sehingga peneliti ingin tahu sejauhmana program acara Idola Cilik
(baik Idola Cilik I dan II) berpengaruh terhadap perilaku anak.
Berdasarkan kondisi tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
untuk mengetahui bagaimana peranan televisi dalam hal ini, acara Idola Cilik
tersebut berpengaruh terhadap perilaku anak.
I.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
pengaruh acara Idola Cilik di RCTI Terhadap Perilaku Anak di Kelurahan Padang
Bulan?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya pengembangan masalah dan kekaburan
dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu melakukan pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalah yang penulis kemukakan adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Penelitian dilakukan terhadap anak-anak yang berusia 10-12 tahun yang tahu
tentang acara Idola Cilik di RCTI.
2. Penelitian ini bersifat korelasional yaitu bersifat menjelaskan pengaruh acara
televisi khususnya program Idola Cilik terhadap perilaku anak.
3. Lokasi penelitian adalah keluarga yang memiliki anak berusia sekitar 10-12
tahun di Kelurahan Padang Bulan.
4. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei – September 2009.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk program acara idola cilik di RCTI.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam memandu minat dan
bakat anak.
3. Untuk mengetahui pengaruh acara televisi terhadap perilaku anak.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini bagi penulis adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian komunikasi FISIP USU.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi praktisi dunia media massa, dalam memilih tema dan kriteria tayangan
yang cocok bagi konsumsi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis
mengenai peranan media massa dalam masyarakat.
I.5. Kerangka Teori
Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk
mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai
dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangkaian asumsi, konsep, konstruk,
definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1995 : 37).
Adapun teori-teori yang dianggap relevan yaitu : teori komunikasi,
komunikasi massa, televisi, teori S-O-R, Perilaku Anak.
I.5.1. Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal
dari kata Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2005 : 9).
Menurut Barelson dan Steiner (dalam Purba dkk, 2006 : 32-33),
komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan
seterusnya, melalui simbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Salah satu
tujuan komunikasi adalah merubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok
orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, yakni agar isi pesan yang
disampaikan dapat dipahami, diyakini serta pada tahap selanjutnya komunikan
mau melaksanakan isi pesan yang disampaikan.
Proses komunikasinya sendiri oleh Hovland diartikan :
Universitas Sumatera Utara
“the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli
(usually verbal symbol) to modify the behavior of other individuals
(communities)”. Artinya suatu proses dimana seseorang menyampaikan lambanglambang dalam bentuk kata-kata, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
orang lain” (Darwanto, 2007 : 15).
Kutipan
diatas
menunjukkan
bahwa
komunikasi
tidak
sekadar
penyampaian pesan atau informasi, agar orang lain mengerti atau mendapatkan
kesamaan pengertian, melainkan yang lebih penting dari hal itu adalah agar orang
lain dapat diharapkan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan pola pikirnya.
Dalam hal tersebut diatas Drs. Jalaluddin Rakmat dalam bukunya Psikologi
Komunikasi, mengulas interaksi antara individu-individu, menyatakan :
“bila individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah : 1. proses
belajar mengajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif (aspek berpikir dan
aspek merasa) 2. Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang
komunikasi dan 3. Mekanisme penyesuaian diri seperti soal sosialisasi, permainan
peranan, identifikasi, proyeksi, agregasi, dan sebagainya” (Rakhmat , 2004 : 12).
Wilbur Schramm (dalam Wahyudi, 1986 : 30) memberikan definisi
tentang komunikasi sebagai berikut :
“….bila kita melakukan komunikasi, kita mencoba membangun persamaan
dengan seseorang. Kita mencoba tukar menukarkan informasi, idea, atau sikap,
intisari (the essence) dari komunikasi adalah terutama dalam mengartikan pesan,
sehingga antara penerima dan pengirim dapat mengartikan yang sama terhadap
pesan itu”.
Universitas Sumatera Utara
Nampaknya pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan mudah
dipahami, tetapi di dalam pelaksanaannya sangat sulit dilaksanakan, terlebih lagi
bila yang terlibat komunikasi memiliki referensi yang berbeda, atau di dalam
komunikasi yang berjalan satu arah (misalnya media massa), maka usaha
membentuk persamaan ini akan mengalami banyak hambatan, dalam arti pesan
yang disampaikan itu akan mengalami erosi atau penyimpangan arti sehingga apa
yang dimaksud oleh pengirim (komunikator)
diartikan lain oleh penerima
(komunikan). Itulah sebabnya komunikasi dapat berjalan dengan baik tetapi dapat
pula berjalan dengan banyak hambatan.
I.5.2. Komunikasi Massa
Istilah komunikasi massa merupakan sebuah istilah yang diadopsi dari
bahasa Inggris yaitu mass communication. Istilah tersebut merupakan kependekan
dari mass media communication (komunikasi media massa) yang berarti
komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass
mediated.
Effendy (2005 : 50) mendefinisikan komunikasi massa sebagai penyebaran
pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak,
sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Dengan demikian,
maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa
sifatnya “satu arah” (one way traffic).
Ada juga beberapa ahli yang mendefinisikan komunikasi massa (Ardianto,
2004 : 3-6) yaitu :
1. Bittner mengatakan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah bagian besar orang
Universitas Sumatera Utara
(mass communication is messages communicated through a mass medium to a
large number of people).
2. Gebner (1967) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (mass
communication is the tehnologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in
industrial societies).
3. Meletzke mengartikan komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi
yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran
teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
4. Severin & Tankard Jr. dalam bukunya Communication Theories : Origins,
Methods, And Uses In The Mass Media mengatakan bahwa komunikasi massa
adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah
keterampilan dalam pengertian bahwa meliputi teknik-teknik fundamental
tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi,
mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah
seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti
menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis
untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah
kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip
tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat
dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih
baik.
Sedangkan menurut Rakhmat (dalam Darwanto, 2007 : 30) mengatakan
bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media
cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat.
I.5.3. Teori S-O-R
Teori
S-O-R
(Stimulus-Organisme-Respon)
beranggapan
bahwa
organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi
efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga
Universitas Sumatera Utara
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi komunikan.
Artinya dalam model ini terdapat tiga unsur penting yaitu :
a. Pesan (stimulus), pesan yang dimaksud disini adalah informasi yang
diberikan melalui program acara idola cilik di RCTI.
b. Komunikan (Organisme), yang menjadi sasaran penelitian ini yaitu anakanak berusia 10-12 tahun dalam perubahan perilaku setelah menonoton
program acara Idola Cilik di RCTI.
c. Efek atau respon yaitu efek yang dihasilkan setelah menonton televisi
yang diwujudkan dalam tindakan atau perilaku anak.
Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan,
sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa
yang pernah ia alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga
variabel yang harus diperhatikan, yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1
Skema S-O-R
Organisme :
Perhatian
Stimulus
Pengertian
Penerimaan
Universitas Sumatera Utara
Respon
Sumber Effendy, 1993 : 47
Dari gambar di samping dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan
kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi
jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan
kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul
pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.
I.5.4. Televisi
I.5.4.1) Sejarah dan Perkembangan Televisi
Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh
para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James
Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890.
Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode
pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai
pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jefkins. Pada tahun
1928 General Electric Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi
secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layer
televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada tanggal 1
September 1940.
Perkembangan media massa elektronika radio dan televisi seiring dengan
perkembangan karya teknologi elektronika. Dengan ditunjang adanya “revolusi
Universitas Sumatera Utara
satelit” menyebabkan kecepatan (rapidity) dan keserempakan (simultaneousness)
relative tidak ada masalah lagi. Hubungan antar wilayah, antar negara, antar
benua, bahkan antar satelitpun sudah tidak menjadi suatu masalah lagi.
Alat yang banyak dipergunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa,
karena melalui bahasa orang dapat mentransmisikan gagasan, ide, pendapat baik
yang konkret maupun yang abstrak dan tidak terikat waktu untuk masa sekarang
saja.
Program siaran merupakan hasil kerja kelompok siaran yang didukung
oleh unsur teknik dan tata usaha. Jadi, bukan merupakan hasil kerja perorangan.
Pesan yang terkandung dalam program siaran, melalui suatu proses yang cukup
panjang dan memerlukan pembiayaan yang cukup besar agar dapat sampai kepada
khalayak penonton.
Proses komunikasinya dengan menggunakan medium televisi dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Gambar 2
Proses Komunikasi Televisi
Massa
Penyelenggara
siaran
STASIUN TV
Sumber informasi
Pesan diproduksi
STUDIO TV
Komunikan
Isi Pesan
TUJUAN
Isi Pesan
Komunikan
Dipancarkan
Massa
Sumber : Darwanto, 2007 : 54
Universitas Sumatera Utara
Bertindak sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber informasi
adalah pihak penyelenggara siaran. Perlu diingat kembali bahwa komunikator
disini merupakan komunikator yang melembaga dan bersifat kolektif. Artinya
mereka bertindak bukan atas nama pribadi, melainkan atas nama lembaganya dan
terdiri atas para kerabat kerja dari stasiun yang bersangkutan, serta para artis
pendukungnya. Ide yang merupakan inti dari pesan yang akan disampaikan
kepada khalayak, dituangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan
format program siaran yang akan dibuat. Selanjutnya diproduksi hingga jadi suatu
paket program siaran.
Paket program siaran inilah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun
penyiaran televisi dan selanjutnya disebarluaskan ke segenap pelosok melalui
jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar di darat.
Akhirnya isi pesan dapat didengar dan dilihat oleh khalayak melalui
pesawat penerima di rumah-rumah.
“Agar isi pesan dapat dengan mudah diterima oleh khalayak, penyajiannya
harus komunikatif. Artinya siaran dapat diterima secara indrawi (received) dan
secara rokhani (accepted) pada satu kali penyiaran. Dengan demikian, pesan
komunikasinya harus juga dapat dipahami maknanya dan tidak bertentangan
dengan kebudayaan komunikan sasaran komunikasi (Effendy,2005 : 28).
I.5.4.2) Fungsi Televisi
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya seperti surat
kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, televisi berfungsi melayani
masyarakat akan informasi. Fungsi mendidik, fungsi kedua dari televisi ialah
Universitas Sumatera Utara
mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), televisi memuat
gambar dan tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak bertambah
pengetahuannya. Fungsi menghibur, hal-hal yang bersifat hiburan sering disiarkan
di televisi untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot. Isi televisi yang
bersifat hiburan bisa berbentuk reality show, gossip, sinetron dan yang lainnya.
Fungsi mempengaruhi, Fungsi yang keempat ini, yakni fungsi mempengaruhi,
yang menyebabkan televisi memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat (Ardianto, 2004 : 128)
I.5.4.3) Kelebihan dan Kelemahan Televisi
Kelebihan televisi yaitu :
a. Televisi memungkinkan demonstrasi produk atau jasa.
b. Televisi gampang beradaptasi, memungkinkan adanya kombinasi suara,
warna dan gerakan.
c. Sulit bagi pemirsa untuk mengalihkan pandangan dari sebuah komersil.
Walaupun begitu, ada beberapa kelemahan televisi, yaitu:
a. Biaya absolut untuk memproduksi dan menayangkan komersil telah
menjadi demikian tinggi.
b. Dengan penemuan remote control, banyak waktu pemirsa yang digunakan
untuk berpindah dari satu stasiun ke stasiun lainnya.
c. Meningkatnya penggunaan pengumuman-pengumuman promosi oleh
jaringan untuk merangsang pemirsa melihat program-program yang gencar
dipromosikan dan meningkatnya komersil pendek, 10 hingga 30 detik,
telah menciptakan kepadatan iklan (Lee & Johnson, 2004 : 267-268).
I.5.4.5) Televisi Sebagai Media Hiburan dan Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Televisi dalam bahasa inggris adalah television diartikan dengan melihat
jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/televisi set.
Menurut definisi diatas televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang dapat menampilkan gambar untuk dipertunjukkan kepada khalayak
melalui tempat yang berbeda sehingga khalayak dapat melihat secara serempak
ataupun bersamaan.
Menurut pendapat DR. Jack Lyle, Director of Communication Institute The
West Center, menyatakan sebagai berikut bahwa televisi untuk kita sebagai
“jendela dunia”, apa yang kita lihat melalui jendela ini, sangat membantu dalam
mengembangkan daya kreasi kita. (Darwanto, 2007 : 118). Disinilah televisi
memegang peranan penting disini untuk menyiarkan informasinya.
Jelas sekali dari penjelasan diatas, bahwa televisi mampu memberikan
apresiasi kepada khalayak penonton. Sebagai media audio visual penyajian
acaranya lebih menekankan kepada bahasa visual, meskipun tidak berarti
mengabaikan masalah auditif, walaupun yang bersifat auditif itu hanya sebagai
kelengkapan penjelasan, bagi hal-hal yang belum atau tidak nampak pada gambar.
Hal ini berarti audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang
baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat
memberikan “pengalaman semu” atau Simulated Experience (Morissan, 2008 :
24).
Simulated experience ini misalnya :
1.Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
2.Berjumpa dengan seseorang yag sebelumnya belum pernah dijumpai.
3.Datang ke suatu tempat yang belum pernah dijumpai.
Dengan hal-hal seperti tersebut diatas, menyebabkan anak perasaannya
terlibat ke dalam pengalaman aktual.
I.5.4.6)
Peran Orang Tua Terhadap Pembentukan Minat, Bakat dan
Perilaku Anak
Anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaannya. Apabila anak dibimbing
dan diajarkan tentang kebaikan, maka ia akan tumbuh menjadi orang yang
berakhlak baik dan menjadi orang yang berguna bagi siapa saja yang ada di
dekatnya. Namun sebaliknya, jika anak tumbuh tanpa ada orang yang
membimbing pada kebaikan, tidak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang
layak, maka ia besar kemungkinan akan tumbuh menjadi orang yang berakhlak
buruk dan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu merupakan peranan orang tua dalam mengajarkan dan
membimbing anak tentang apa saja yang termasuk perilaku baik dan mana saja
yang buruk. Dengan demikian, anak akan memahami dan dapat membedakan
antara yang baik dan buruk. Sehingga ia tidak akan tertarik melakukan tindakan
buruk seperti mencuri, melakukan tindakan kriminal yang dapat merugikan
dirinya dan juga lingkungannya. Salah satu tindakan baik orang tua ialah
mendorong (memotivasi) bakat yang positif seperti dalam ajang pencarian bakat
Idola Cilik di televisi.
Menurut Wijaya (2002 : 45), secara teori minat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Minat tidak bawa sejak lahir.
2. Dapat diubah-ubah (situasional dan temporal).
3. Tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan
stimulus maupun objek.
4. Objek itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal tersebut.
Fishbein (dalam Ali, 2004 : 141) mendefinisikan sikap adalah predisposisi
emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek.
Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan memenuhi
perilaku. Sikap tidak identik dengan respons dalam bentuk perilaku, tidak dapat
diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang
dapat diamati. Secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk katakata atau tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek,
baik berupa orang, peristiwa atau situasi.
Sementara itu Chaplin dalam Dictionary of Psychology menyamakan
sikap dengan pendirian. Lebih lanjut ia mendefinisikan sikap sebagai predisposisi
atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk
bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek,
lembaga, atau persoalan tertentu. Dilihat dari sudut pandang yang agak berbeda,
sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi terhadap orang, lembaga, atau
peristiwa, baik secara positif maupun negatif. Sikap itu secara khas mencakup
suatu kecenderungan untuk melakukan klasifikasi dan kategorisasi. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika seorang remaja menyenangi suatu kelompok musik
tertentu, F4 dari Taiwan atau Sheila On 7 misalnya, mereka cenderung akan
Universitas Sumatera Utara
bereaksi secara menguntungkan terhadap kelompok musik tersebut tanpa
memandang karakteristik khas mereka selaku individu.
Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Menurut Rakhmat (2004
: 37) komponen tersebut dibagi 3 yaitu :
a. Komponen Kognitif
Merupakan aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia.
b. Komponen Afektif
Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis.
c. Komponen Konatif (Behavioral)
Merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan
bertindak.
I.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini, selanjutnya
disusun suatu kerangka konsep yang di dalamnya terdapat : variabel-variabel dan
indikator yang tujuannyamenjelaskan masalah penelitian (Nawawi, 1995 : 43).
Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel bebas (x) atau independent variabel adalah sejumlah gejala atau
faktor yang ada, yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Program Acara Idola Cilik di RCTI.
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel terikat (y) atau dependent variabel adalah sejumlah atau faktor yang
ada atau muncul yang dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Anak.
3. Variabel Antara/Penyela
Variabel penyela ini berada di antara variabel bebas dan variabel tergantung
dalam suatu hubungan sebab-akibat (Bungin, 2005 : 64). Karakteristik dalam
penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kelas dan pekerjaan orang tua.
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka
konsep maka dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
Gambar 3
Model Teoritis
Variabel Bebas (x)
Program Acara Idola
Cilik di RCTI
±
Variabel Terikat (y)
Perilaku anak
Variabel Antara (z)
Karakteristik
Responden
Keterangan :
X
= variabel bebas
Y
= variabel terikat
Universitas Sumatera Utara
Z
= variabel antara
±
= kuat lemahnya hubungan
I.8. Variabel Operasional
Berdasarkan konsep yang telah disusun, maka dibuatlah operasional
variabel untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasionalisasi
variabel ini. Jadi, operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Variabel Operasional
Variabel Teoritis
Variabel Operasional
Variabel Bebas (x)
-
Materi acara
Program Acara Idola Cilik di RCTI
-
Isi acara
-
Durasi acara
-
Peserta dalam acara
-
Unsur-unsur dalam acara
a. Kompetisi
b. Bakat
c. Kreatifitas
d. Mental
e. Kualitas suara
-
Juri
a.Kritik (comment)
b.Short Service Message (SMS)
Variabel Terikat (y)
-
Perhatian
Perilaku Anak
-
Pengertian
-
Penerimaan
-
Respon
-
Usia
Karakteristik Responden
Universitas Sumatera Utara
-
Jenis Kelamin
-
Kelas
-
Pekerjaan Orang tua
I.9. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu
peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 :
46). Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai variabel yang akan diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Variabel Bebas yaitu program acara Idola Cilik di RCTI, terdiri dari :
a. Materi acara yaitu bagian-bagian dari suatu acara berlangsung.
b. Isi acara yaitu kegiatan pokok acara tersebut berlangsung.
c. Durasi menonton yaitu lamanya penonton menonton suatu acara.
d. Peserta yaitu individu yang mengikuti acara Idola Cilik tersebut.
e. Unsur-unsur dalam acara seperti :
- Kompetisi yaitu persaingan yang terjadi diantara peserta.
- Bakat yaitu talenta yang dimiliki oleh peserta.
- Kreatifitas yaitu ide-ide kreatif yang timbul sebagai bagian dari
pertunjukkan.
- Mental yaitu keberanian tampil di depan umum.
- Kualitas suara yaitu persaingan dalam kualitas suara.
f. Peserta yaitu anak-anak yang berkompetisi dalam acara Idola Cilik.
g. Juri yaitu orang yang menjadi komentator dari show yang berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
- Kritik (comment) yaitu kritik yang ditujukan kepada peserta melalui hasil
pertunjukan berupa menyanyi.
- SMS yaitu dukungan terhadap para Idola Cilik yang diidolakan/disukai.
2. Variabel Terikat yaitu perilaku anak, terdiri dari :
a. Perhatian yaitu perhatian anak terhadap acara Idola Cilik di RCTI tersebut.
b. Pengertian yaitu bagaimana anak mengerti tentang acara Idola Cilik tersebut
dan untuk apa.
c. Penerimaan yaitu bagaimana anak menerima acara Idola Cilik sebagai satu
kesatuan pengembangan bakat dan hiburan.
d. Respon yaitu efek yang dihasilkan setelah menonton televisi yang
diwujudkan dalam tindakan.
3. Variabel Antara yaitu karakteristik responden, terdiri dari :
a. Usia adalah tingkatan umur responden.
b. Jenis kelamin penggolongan seks pada responden yakni laki-laki dan
perempuan.
c. Kelas yaitu tingkatan sekolah responden.
d. Pekerjaan Orang Tua yaitu jabatan yang dimiliki oleh orang tua anak
tersebut.
I.10. Hipotesa
Hipotesa merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel (Suwardi, 1998 : 13).
Hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hypo” yang artinya “dibawah” dan
“thesa” yang artinya “kebenaran” (Arikunto, 2006 : 71).
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis
merupakan
suatu
pernyataan
yang
masih
harus diuji
kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang
dikumpulkan.
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho
: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh acara Idola Cilik di RCTI
terhadap perilaku anak.
Ha
: Terdapat hubungan antara pengaruh acara Idola Cilik di RCTI terhadap
perilaku anak.
Universitas Sumatera Utara
Download