BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dijaman yang modern ini banyak sekali wanita karier, 60% pekerja wanita dan jumlah ini diperkirakan akan mencapai 67% pada peningkatan tenaga kerja dekade mendatang (Rix, 2007). Saat ini masa emansipasi wanita dan peran wanita bergeser dari tradisional menjadi modern, peran tradisional yaitu untuk melahirkan anak (reproduksi) dan mengurus rumah tangga, saat ini wanita memiliki peran sosial dimana dapat berkarier dalam bidang kesehatan, ekonomi, sosial maupun politik, dengan didukung tingkat pendidikan yang tinggi, secara tradisional peran wanita dibatasi dan ditempatkan diposisi pasif yaitu wanita hanya pendukung karier suami. Peran wanita yang terbatas hanya peran reproduksi dan peran rumah tangga membuat wanita identik dengan pengabdian kepada suami dan anak sementara wanita modern dituntut untuk berpendidikan tinggi, berperan aktif dan kritis ialah yang disebut dengan wanita karier (Health Woman, 2008). Wanita karier yang melakukan aktivitas diluar kodratnya sebagai wanita ibu rumah tangga, diluar rumah wanita karier menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang lebih dari pada waktu mereka di rumah dan banyak wanita karier yang melakukan penyapihan lebih dini dengan alasan karena ketidaktahuan dan kurangnya minat untuk menyusui bayinya, agar lebih mudah beraktivitas, mencukupi kebutuhan ekonominya, kurangnya waktu di rumah, dan yang lebih gampang bisa menggunakan susu formula untuk pengganti ASI dan menganggap susu formula sama baiknya dengan ASI (Health Woman, 2008). Keberhasilan atau kegagalan pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi penggunan ASI antara lain perubahan sosial budaya (Ibu bekerja, meniru teman), faktor biologis (takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita), faktor fisik ibu (Ibu sakit), dan jarak kelahiran karena kegagalan kontrasepsi. (Soetjiningsih, 2007). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun (Sulistyawati, 2009). Agama islam menganjurkan untuk menyempurnakan penyusuan sampai umur 2 tahun dalam QS: Al-Baqarah ayat 233 wanita dianjurkan untuk memberikan ASI dua tahun penuh, jika dia bermaksud untuk menyempurnakan secara penuh, ” Para ibu menyusukan anak-anak mereka dua tahun sempurna, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan” (Nirwana, 2008). Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. Kolostrum, atau susu pertama mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Karena didalam ASI mengandung gizi diantaranya, protein, lemak, vitamin, zat besi, zat anti infeksi, laktoferin (Sulistyawati, 2009). ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan kognitifnya. Perkembangan otak paling pesat terjadi pada usia 0 - 2 atau 3 tahun, dimana volume otak akan mencapai 80%. Karenanya, pemberian ASI sangat dibutuhkan pada usia 0 – 2 atau 3 tahun (Sulistyawati, 2009). Saat menginjak tahun kedua, kemampuan bayi berkembang, seperti merangkak atau belajar berjalan dan memasukkan segala sesuatu ke mulutnya. Akibatnya, bayi akan mudah mengalami infeksi penyakit. Disarankan ibu tetap menyusui bayi hingga usia 2 tahun untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya terhadap serangan virus dan bakteri penyebab penyakit.(Sulistyawati, 2009). Badan organisasi dunia melalui WHO dan UNICEF juga sangat mendukung pemberian ASI sampai umur 2 tahun. Berdasakan latar belakang peneliti tertarik untuk mencari kejelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan, sebagian besar pekerjaan didaerah Petanahan PNS, Pegawai swasta, dan Pedagang, sehingga kemungkinan waktu bersama anak dirumah berkurang dan waktu penyapihan cenderung lebih dini. Dari hasil pendahuluan pada bulan april 2012 salah satu faktor yang mempengaruhi ibu melakukan penyapihan anaknya adalah ibu yang bekerja, di Desa Petanahan terdiri dari 14 RT dan 3 RW merupakan bagian dari Desa yang berada di Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Di Desa Petanahan terdapat 5 Posyandu yang tersebar di 5 lingkungan, jumlah Bidan desa yang ada 1 orang dan jumlah kader 26 orang, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di lokasi diperoleh data bahwa terdapat 224 balita di desa tersebut, jumlah ibu yang masih menyusui 90 orang, jumlah ibu yang sudah menyapih 134orang, yang terdiri dari jumlah wanita karier yang menyapih 37 orang dan ibu rumah tangga 97 orang. Pemberiaan ASI lebih pendek sering terjadi di desa Petanahan dikarenakan ibu yang sudah malas menyusui dan terutama ibu yang bekerja. Menurut kader Posyandu desa Petanahan didapatkan data 40% ibu yang masih memberikan ASI atau yang sedang menyusui, 60% ibu yang sudah menyapih yang diantaranya ada 37 wanita karier yang sudah melakukan penyapihan, dari data tersebut penulis belum mengetahui umur yang mereka butuhkan untuk menyapih anaknya danfaktor-faktor apa saja yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihanpada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui faktor pengaruh pekerjaan terhadap wanita karier yang melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. b. Untuk mengetahui faktor pengaruh pengetahuan terhadap wanita karier yang melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. c. Untuk mengetahui faktor pengaruh jarak kelahiran terhadap wanita karier yang melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. d. Untuk mengetahui faktorpengaruh kondisi fisik ibu terhadap wanita karier yang melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. e. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. D. Manfaat 1. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan masukan bagi masyarakat khususnya wanita karier yang sedang menyusui di Desa Petanahan dalam meningkatkan program penyapihan anak sampai umur 2 tahun. 2. Bagi Puskesmas (petugas kesehatan) Penelitian ini dapat digunakan sebagai perhitungan dalam menangani kasus penyapihan. Puskesmas ikut memotivasi dan memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita karier dan keluarga untuk dapat mengerti tentang pentingnya melakukan penyapihan sampai umur 2 tahun, khususnya di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. 3. Bagi Wanita karier Diharapkan dapat menjadi informasi dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi wanita kerier khususnya yang menyusui mengenai pemberian ASI sampai dengan umur 2 tahun di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. 4. Bagi penulis Merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam mempersiapkan pengumpulan , mengelola, menganalisa, dan menginformasikan data temuan. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan penulis tentang pentingnya melakukan penyapihan sampai umur dari 2 tahun. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai informasi dan acuan untuk melaksanakan penelitian- penelitian selanjutnya, khususnya yang menyangkut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan. E. Keaslian Penelitian Sejauh ini, penulis belum menemukan atau membaca penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun. Adapun penelitian yang terkait yaitu: 1. Penelitian oleh Agus (1994) “ Hubungan antara Umur Penyapihan Dengan Kejadian Diare pada anak 6-24 bulan di Puskesmas Ngombol dan Puskesmas Purwodadi “. Jenis penelitian ini eksplanatory menggunakan metode case control. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak umur 6-24 bulan yang disapih anak kurang dari 12 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2 kali lebih besar dibanding dengan anak yang disapih umur lebih dari atau sama dengan 12 bulan (QR=2,26 P=0,01). Perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu populasi dalam penelitian ini adalah wanita karier yang memiliki anak yang sudah disapih di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. Penelitian ini bersifat deskripif analitik, dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan pada anak.Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Petanahan. 2. Penelitian oleh Eka Nurhidayati Harumningtyas(2011) “ faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan pada anak usia 0-2 tahun di Desa Pabean kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo “.Desain dalam penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasinya adalah semua ibu yang melakukan penyapihan pada anak usia 0-2 tahun di Desa Pabean Sedati Sidoarjo, sebesar 35 orang. Sampelnya diambil secara total sampling sebesar 35 responden. Variabel pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang memepengaruhi penyapihan pada anak usia 0-2 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (88,6%) ibu melakukan penyapihan pada usia anak <6 bulan. Faktor terbesar dalam melakukan penyapihan sebagian besar (68,5%) terdapat pada faktor ibu. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi penyapihan pada anak usia 02 tahun adalah dari faktor ibu, dan usia penyapihan terbanyak pada anak usia 0-2 tahun adalah pada usia <6 bulan. Perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu populasi dalam penelitian ini adalah wanita karier yang memiliki anak yang sudah disapih di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. Penelitian ini bersifat deskripif analitik, dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan pada anak.Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Petanahan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Wanita Karier a. Pengertian wanita karier Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 wanita adalah (orang) perempuan (lebih halus), kaum-kaum putri, sedangkan perempuan adalah sebagai lawan laki-laki, kata wanita berasal dari bahasa sansekerta artinya “yang diinginkan,”yang dipuji”. Sedangkan secara etimologis, kata perempuan berasal dari “empu” suatu gelar kehormatan yang berarti tuan juga berarti orang yang ahli. wanita karier adalah wanita yang memperoleh atau mengalami perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan, dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 Karier adalah kemajuan dalam kehidupan perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Karier (karya,kerja,amal)menunjuk pada sesuatu yang dilakukan adalah seluruh anggota tubuh, fisik maupun psikis, jadi tidak statis tetapi dinamis, dan bergerak menuju kemajuan. Karier dalam arti umum adalah pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju, dan wanita karier menerima gaji atau penghargaan lain, untuk dinikmati oleh dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat asalkan pekerjaan tersebut mendatangkan kemajuan.Hanya yang kurang tepat, semua wanita yang bekerja di kantor, lebih-lebih sebagai pegawai negri yang cenderung disebut wanita karier. Sebenarnya bekerja apa saja asal mendatangkan kemajuan dalam kehidupan yaitu disebut karier. Keuntungan yang dinikmati wanita karier yang berkembang ,pada umumnya keuntungan yang didapat adalah: 1). Bertambahnya sumber financial. 2). Meluasnya network jaringan hubungan. 3). Tersediannya kesempatan untuk menyalurkan bakat dan hobi. 4). Terbukanya kesempatan untuk mewujudkan citra diri yang positif(Aida Vitalaya, 2005). 2. Alasan wanita Indonesia bekerja Keadaan perekonomian rumah tangga sering kali mengharuskan wanita ikut mencari nafkah di luar rumah.Wanita yang bekerja menyebabkan adanya perubahan baik dalam kehidupan keluarganya maupun kehidupan pribadi wanita tersebut.Secara ekonomi pasangan suami istri yang bekerja, atau biasanya disebut dengan istilah two workers family,menyebabkan peningkatan kesejahteraan hidup keluarga. Wanita yang bekerja di luar rumah mengemban peran ganda, peran sebagai ibu rumah tangga dan peran sebagai pekerja (karyawan, pengusaha, atau professional) ( Aida Vitalaya, 2005). 3. Tuntutan wanita karier dalam rumah tangga. Wanita dituntut untuk bertanggung jawab lebih besar dalam kegiatan rumah tangga dibanding laki-laki.Adanya anggapan tradisional yang menuntut wanita harus sempurna dalam semua peran (bahkan tuntutan ini sering kali tidak berasal dari suami, melainkan keluarga besar, kerabat dan lingkungan tempat tinggal), misalnya kurang berhasilnya pendidikan anak atau anak yang kurang sehat, yang disalahkan adalah ibunya bukan bapaknya.Wanita bekerja sering kali merasa bersalah karena waktu untuk memperhatikan keluarga, terutama perkembangan anak pasti sedikit banyak berkurang, terbagi dengan waktu bekerja.Sebagai wanita berperan ganda, tentu saja memiliki keinginan untuk menjalani kedua peran sebaik-baiknya. Tetapi menjalani sebaik-baiknya tidak berarti harus menjadi sempurna( Sudrajat, 2006). 4. Air Susu Ibu (ASI) a. Pengertian ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua buah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Soetjhiningsih, 2007 ).Air Susu Ibu makanan utama untuk bayi. Menyusui memberi banyak keuntungan: nutrisi, imunologi dan psikologis. b. Komposisi Gizi dalam ASI 1). Protein Dibandingkan dengan komposisi mamalia lain, protein ASI paling rendah, berkisar 1,3 g/ml pada bulan pertama dengan rata-rata 1,15 g/100ml. ASI mengandung whey protein dan casein. Casein adalah protein yang sukar dicerna dan Whey protein adalah protein yang membantu menyebabkan isi pencernaan bayi bisa menjadi lebih lembut atau mudah dicerna oleh usus bayi.Rasio whey-casein yang tinggi pada ASI membantu pencernaan bayi dengan pembentukan hasil akhir pencernaan bayi yang lebih lembut dan mengurangi waktu pengosongan gaster bayi. Rasio casein: whey pada ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi dan susu formula adalah 20:80 dan 18:82. Di sini tampak bahwa casein dalam ASI hanya separuh dari susu sapi(Sulistyawati, 2009). 2). Lemak Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat pada sistem pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI.Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, docosahexaenoic acid (DHA) dan Aracnoid acid(AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak trisemester 1 kehamilan sampai 1 tahun usia anak, yang merupakan asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok Omega-3 yang dapat diubah menjadi DHA dan Omega-6 yang dapat diubah menjadi AA. Kelebihan ASI dapat terjadi karena ASI selain mengandung n-3 dan n-6 juga mengandung DHA dan AA. Konsentrasi lemak meningkat dari 2.0 g/100ml pada kolostrum menjadi sekitar 4-4,5 g/100ml pada 14 hari setelah persalinan. Dalam ASI asam lemak terdiri dari 42% asam lemak jenuh dan 57% asam lemak tak jenuh, termasuk DHA dan AA yang sangat dibutuhakn untuk perkembangan otak bayi dan anak kecil(sulistyawati, 2009). 3). Vitamin a). Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya dalam kolostrum dan menurun pada ASI bias.ASI adalah sumber vitamin A yang baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU /dl. Vitamin yang larut dalam lemak lainnya adalah vitamin D,E dan K. Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI. b). Vitamin yuang larut dalam air vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (Pirodoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu namun untuk ibu dengan status gizi normal tidak perlu diberi suplemen (Sulistyawati,2009). 4). Zat besi Maskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), numun bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan 10% dari susu formula (Sulistyawati,2009). 5). Zat anti infeksi ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti penyakit saluran pernafasan atas, diare, dan penyakit saluran pencernaan.ASI sering disebut juga “darah putih” yang mengandung enzim, imunoglobin, dan leukosit.Leukosit terdiri atas fagosit 90% dan limfosit 10%, yang meskipun sedikit tetap dapat memberikan efek protektif yang signifikan terhadap bayi. Immunoglobin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon oleh adanya immunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi antibodi) (Sulistyawati,2009). 6). Laktoferin Laktoferin banyak dalam ASI 91-6mg/ml, tapi tidak terdapat dalam susu sapi, laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi dari pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang dibutuhkan organisme patogenik, seperti Eshercia Coli (E.Coli) dan Candida Albikans (Sulistyawati,2009). 7). Faktor bifidus Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi (Lactobacillus Biffidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen (seperti Shigella, Salmonela, E.Coli) yang ditandai dengan ph rendah (5-6) bersifat asam dari tinja bayi (Sulistyawati,2009). 8). Lisozim Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, anti inflamasi dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari pada sapi. Lisozim dapat melawan serangan E.Coli dan Salmonela serta lebih unik dibanding antibodi lain karena jika yang lain menurun maka kadar lisozim akan meningkat di ASI setelah bayi berumur diatas 6 bulan sampai saat bayi sudah mulai diberikan makanan pendamping ASI, oleh karena itu, kemungkinan terkena infeksi semakin tinggi (Sulistyawati,2009). 9). Taurin Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu susu formula bayi kebanyakan berusaha menambah taurin di dalam formulanya (Sulistyawati,2009). c. Manfaat Pemberian ASI 1). Bagi bayi Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. Kolostrum atau susu pertama mengandung antibodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi bayi untuk segera minum ASI dalam jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam.ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi.ASI mudah dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa bahan makanan lain merupakan cara terbaik untuk memberi makanan bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama. Pemberian ASI pada umumnya harus disarankan selama 1 tahun pertama kehidupan anak sampai berumur 2 tahun (Sulistyawati,2009). 2). Bagi Ibu Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang dikeluarkannya hormon oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim).(Sulistyawati,2009). a). Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat badannya dari berat badan yang bertambah selama kehamilan (Sulistyawati,2009). b). Ibu yang menyusui yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan menenkan hormon FSH dan ovulasi).(Sulistyawati,2009). c). Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada buah hatinya (Sulistyawati,2009). 3). Bagi semua orang a). ASI selalu bersih dan bebas hama yang tidak dapat menyebabkan infeksi (Sulistyawati,2009). b). Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus (Sulistyawati,2009). c). ASI selalu tersedia dan gratis (Sulistyawati,2009). d). Bila ibu memberikan ASI kepada bayinya sewaktu-waktu ketika bayinya meminta (on demand)maka kecil kemungkinannya bagi ibu untuk hamil dalam (Sulistyawati,2009). 6 bulan pertama sesudah melahirkan e). Ibu yang menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan memperoleh perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan hamil. (Sulistyawati,2009). 5. Penyapihan a. Pengertian Penyapihan Pengertian penyapihan yang dikemukakan para ahli diantaranya menurut anna fitria,2007.Menyapih adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur angsur atau sekaligus. Merry E.Beck,2000.Mengatakan menyapih dapat berarti penghentian pemberian ASI menjadi makanan campuran yang biasanya dilakukan pada waktu bayi berusia 1 tahun dan 2 tahun.World Health Organization (WHO) merekomendasikan penyapihan dilakukan setelah bayi berusia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mempunyai pondasi kuat bagi perkembangan selanjutnya. Penyapihan anak 2 tahun dilakukan demi perkembangan maupun psikologis anaknya,seperti: 1). Mengembangkan pengenalan aneka ragam rasa dan teksturmakanan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan intelektualitasnya karena daya ingatnya akan menyimpan informasi mengenai berbagai rasa dan tekstur makanan. 2). Memperbanyak latihan mengunyah makanan padat agar gigidanrahangnya berkembang optimal 3). Anak dilatih untuk mandiri karena tidak bergantung pada ASI setiap kali anak lapar atau haus. Pada saat penyapihan yang terpenting adalah pemberian ASI masih terus diberikan yang dapat diteruskan sampai umur anak 2 tahun, selain anak diuntungkan oleh pemberian susu terbaiknya, sekaligus sebagai salah satu cara ikut keluarga berencana, karena selama masih tetap menyusui bayi, sel telur tidak mudah terbentuk (Samsudin, 2000). b. Prinsip Penyapihan 1). Gantikan diri ibu dengan orang lain, bukan dengan benda. Peran ayah dalam proses penyapihan ini akan sangat membantu. 2). Sapilah secara perlahan dan bertahappelepasan kedekatan emosional yang terbentuk dariproses menyusui secara mendadak akan mengakibatkan stress berlebihan bagi si kecil. 3). Umumnya padausia 18 bulan-2 tahun, anak memiliki dorongan menyusui yang sangat kuat. Hal ini disebabkan pada umur tersebut, anak semakin bersemangat untuk menjelajahi dunia yang baru dikenalnya.Tapi anak masih membutuhkan sesuatu yang membuat bayi merasa nyaman yaitu menyusui ibunya. 4). Katakana “tidak” bila perlu dengan cara kreatif yang membuat anak tidak merasa ditolak. 5). Kembangkan alternatif kreatif untuk penyapihan. Untuk menghindari anak menyusui sebelum tidur, ciptakan rutinitas baru sebelum tidur, seperti cerita sebelum tidur, dll. c. Cara penyapihan Metode paling baik untuk menyapih bayi adalah dengan proses perlahanlahan. Menghentikan proses menyusui secara tiba-tiba bisa menjadi traumatis untuk bayi. Beberapa metode untuk melakukan penyapihan bayi antara lain: 1). Mengurangi frekuensi menyusui Gantikan ASI dengan susu formula untuk bayi, mengurangi frekwensi menyusui perlahan-lahan memberikan bayi waktu untuk beradaptasi terhadap hilangnya waktu menyusui. Suplai ASI juga akan berkurang secara bertahap, sehingga payudara ibu tidak membengkak. 2). Perpendek durasi menyusui Pengganti waktu menyusui yang terpotong, berikan cemilan sehat untuk bayi seperti susu formula atau buah-buahan. 3). Tunda atau alihkan perhatian Metode ini hanya bisa dilakukan pada balita yang sudah bisa berkomunikasi dan menangkap maksud ibu. Apabila bayi meminta untuk menyusu, tunda keinginannya dengan cara mengalihkan perhatiannya. d. Waktu penyapihan Tidak ada batasan kapan seharusnya bayi dihentikan menyusu atau disapih, akan tetapi tidak berarti bayi harus disusukan ibunya selama mungkin. Dalam surat Albaqarah ayat 223 disebutkan bahwa “ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu yang ingin menyempurnakan penyusuan (Nirwana,2011). Anjuran menyusui selama 2 tahun itu bukanlah semata-mata karena ASI merupakan sumber gizi bagi bayi, ASI juga mengandung aneka zat protektif yang melindungi bayi dari berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri atau lainnya, akan tetapi semakin banyak anak yang diberi ASI semakin berbedalah anak tersebut. Perkembangan psikologis dan kognitifnya juga berbeda jika dibanding dengan bayi yang memperoleh dari susu formula. Disamping itu pemberian ASI akan memperkokoh hubungan batin antara ibu dan anak.Bayi yang berada dalam dekapan ibu, bukan saja hanya merasakan kehangatan kulit yang lembut, tetapi juga kehangatan rangkulan dan suara detak jantung ibu (Nirwana, 2011). Kasih sayang yang dicurahkan kepada bayi diawal kehidupan bertujuan untuk memberinya perasaan hangat, aman dan nyaman.Bayi yang masih sangat kecil mengkomunikasikan kasih sayangnya dengan menangis, tertawa, melakukan kontak mata, dan dengan bersuara. Orang tua akan mendorong terjadinya komunikasi melalui kata-kata, pelukan, menirukan suara bayidan pemberian ASI. Sudah menjadi keharusan bagi seorang ibu untuk memberikan ASI, karena ini adalah bukti cinta kasih ibu terhadap anaknya (Nirwana,2011). 6. Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan kurang dari 2 tahun. a. Pekerjaan Pekerjaan adalah segala aktivitas sehari-hari yang dilakukan sehingga menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Faktor ekonomi sering memaksa ibu untuk mencari nafkah di luar rumah dan bayi ditinggalkan dengan anggota keluarga lain di rumah, ASI terpaksa diganti susu formula lebih awal(Moehji, 2005). Seringkali alasan pekerjaan (PNS, pegawai swasta, pedagang, petani dan lain-lain), membuat seorang ibu merasa kesulitan untuk memberikan ASI, banyak diantaranya karena ketidaktahuan dan kurangnya minat untuk menyusui bayinya.Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya, untuk mencegah penurunan produksi ASI dan penyapihan yang terlalu dini (Soetjiningsih,2007). b. Pengetahuan tentang ASI Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2002).Salah satu faktor keengganan ibu menyusui bayinya yaitu karena kurangnya informasi tentang manfaat dan keunggulan ASI, kurang pengetahuan ibu tentang upaya mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI selama periode menyusui(Widjaja,2004).Pengetahuan tentang manfaat ASI sangat penting bagi seorang ibu, ibu yang tahu tentang manfaat ASI secara menyeluruh diharapakan mempunyai motivasi yang kuat dalam menyusui sampai waktu penyapihan yaitu lebih dari 2 tahun (widjaja,2004). c. Jarak Kelahiran Jarak kelahiran adalah jarak antara anak terakhir dengan anak sebelumnya.Idealnya jarak kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya adalah 24-60 bulan, dengan memberikan jarak yang cukup pada kehamilan berikutnya dapat menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Psikologi keluarga menjadi lebihsehat dan jarak kelahiran 2 tahun atau lebih paling ideal untuk kecerdasan anak (kasey Bucles, 2011). Pengaturan jarak kehamilan dalam program KB sering hanya dilihat sebagai upaya membatasi jumlah anak, dalam hubungnnya dengan kemampuan menyediakan makanan yang bermutu dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (Moehji,2005).Jarak kelahiran yang begitu dekat memungkinkan berhentinya menyusui pada bayi.Seringkali anak tidak mau menyusu dengan sendirinya kalau ibu hamil hal ini karena adanya perubahan hormonal pada ibu hamil yang menyebabkan menurunnya produksi ASI dan putting susulebih lunak. Penyapihan juga bisa datang dari ibunya, karena adanya perasaan yang kurang nyaman, mual atau muntah, kelelahan pada ibunya (Soetjhiningsih,2007). d. Kondisi fisik ibu Kondisi fisik ibu yang tidak bisa menyusui anaknya dikarenakan ibu sakit (seperti jantung, DM, TBC aktif, Hepatitis, HIV aids, kanker payudara dll), ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, dan kondisi fisik ibu lainnya yaitu, keadaan payudara ibu mempunyai peran yang mementukan keberhasilan atau kegagalan menyusui (Soetjhiningsih,2007). 1). Puting susu datar atau terbenam. 2). Payudara bengkak. Biasanya pada hari ke-3 atau ke-4 setelah melahirkan, payudara terasa membengkak dan disertai rasa nyeri.Hal ini terjadi karena ASI yang dihasilkan lebih banyak daripada yang dihisap (Sulistyawati,2009). 3). Puting lecet Biasanya hal ini disebabkan karena posisi menyusui atau cara menghisap yang salah (Sulistyawati,2009). 4). Peradangan payudara Biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan, tanda-tandanya adalah: - Kulit payudara tampak lebih merah - Payudara mengeras - Payudara nyeri dan benjol-benjol (Sulistyawati,2009). 5). Kelainan anatomis pada putting susu (inverted fiat nipple). Kesulitan dapat timbul ketika ibu berada dalam kondisi tidak sehat atau merasa nyeri.Pemberian ASI merupakan kontra indikasi pada ibu yang menderita penyakit tuberkolosis aktif, diabetes tidak stabil yang tergantung pada insulin, penyakit terminal atau berat, ketergantungan obat dan kelainan psikiatrik tertentu (farrer,2001).Keadaan paling sering yang dialami ibu adalah terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu menyusui bayinya.Luka-luka diputing sering menyebabkan rasa nyeri.Dalam keadaan ini memang bayi sebaiknya tidak menyusui (Moehji, 2005). e. Kondisi fisik bayi Anak yang lahir sebelum waktunya (premature) atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah mungkin masih terlalu lemah apabila harus menghisap ASI dari buah dada ibunya. Pada waktu anak sakit juga akan terjadi kesukaran karena anak menolak untuk menyusu. Berbagai macam cacat bibir juga dapat menimbulkan kesukaran bayi untuk menyusui (Moehji, 2005). f. Status ekonomi keluarga Ibu yang bekerja sebagian besar bukan karena mereka ingin bekerja, tetapi untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga.Perasaan bersalah meninggalkan anak yang diasuh oleh oranglain tetaplah ada.Namun, ibu juga tidak dapat menutup mata dengan kenyataan bahwa biaya hidup zaman sekarang sangatlah tinggi.Ini kenyataan yang sering dihadapi oleh para ibu sebagai pengelola keuangan dalam keluarga.Ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan anak mereka. (Ninik handayani, 2010). g. Iklan susu formula Iklan susu formula banyak sekali dijaman sekarang ini, dengan berbagai iklan yang menarik, sehingga ibu banyak yang memilih dan tertarik dengan susu formula untuk pengganti ASI padahal ASI lebih unggul manfaatnya dibanding dengan susu formula. Keunggulan Air Susu Ibu (ASI) dibandingkan dengan Susu Formula: 1. Kandungan gizi seimbang pada ASI, membantu tumbuh kembang anak 2. ASI juga mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai macam penyakit. 3. ASI sangat terjamin kebersihannya dan sangat aman dikonsumsi bagi sang buah hati 4. Kebanyakkan anak yang diberikan ASI eksklusif, mempunyai IQ dan kemampuan intelektual yang tinggi. Di berbagai penelitian ditemukan bahwa ASI mencegah 40% resiko asma pada anak. ASI juga memperkuat struktur tulang bayi menjadai lebih kuat dan seimbang. ASI juga memperkuat enzim gigi anak, dan mencegah gigi berlubang. 5. Bayi yang mengkonsumsi susu formula tidak pada waktunya, lebih cenderung akan terserang demam, bronkhitis, pneumonia dan gangguan pernafasan lainnya, lalu juga bayi akan mengalami sakit diare. Hal ini karena susu formula mengandung phosphate yang tinggi yang juga bisa mengakibatkan bayi menderita kejang, swan, dan ayan. Di berbagai macam survey yang telah dilakukan oleh banyak peneliti, susu formula juga mengakibatkan bayi calon dewasa kelak terkena penyakit diabetes. Susu formula juga dikatakan oleh banyak peneliti sebagai salah satu penyebab anak menderita keterlambatan dalam berbicara, kesulitan belajar pada bayi, dan membuat anak menderita autis. 6. Asam amino pada ASI membantu perkembangan otak sedangkan Asam amino pada susu formula (susu sapi) hanya membantu pertumbuhan otot dan jaringannya. (Amanda Tasya, 2011). B. KERANGKA TEORI Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan anak: Pekerjaan (PNS, pegawai swasta, pedagang, dan lainlain). Pengetahuan tentang ASI (mengetahui dan tidak mengetahui tentang pentingnya ASI) Jarak kelahiran (<2th, ≥2th). Kondisi fisik ibu {sehat, sakit (putting susu datar atau terbenam, peradangan payudara, kelainan anatomis pada putting susu dan juga penyakit tertentu) }. Kondisi fisik bayi Status ekonomi. keluarga. Iklan susu formula Penyapihan pada anak Gambar 2.1 kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karier melakukan penyapihan pada anak. (Moehji,2005, Soetjiningsih,2007, Sulistyawati,2009). C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN Berdasarkan kerangka teori diatas dapat dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel bebas Pekerjaan Variable terikat Pengetahuan tentang ASI Penyapihanpada anak Jarak kelahiran Kondisi fisik ibu Keterangan: = Diteliti --------------- = Tidak diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesis Penelitian Faktor pengganggu: Kondisi fisik bayi Status ekonomi keluarga Iklan susu formula Ha: Ada pengaruh antara pekerjaan dengan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. Ha: Ada pengaruh antara pengatahuan dengan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. Ha: Ada pengaruh antara jarak kelahiran dengan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. Ha: Ada pengaruh antara kondisi fisik ibu dengan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Data cross sectional adalah data yang menunjukan titik waktu tertentu atau pengambilannya dilakukan dalam waktu bersamaan (Riwidikdo, 2007). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita karier yang melakukan penyapihan pada anak di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan.Populasi dalam penelitian ini sebanyak 37 responden. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan non probability samplingsampling jenuh (total sampling). Dalam hal ini peneliti mengambil semua populasi.Besar sampel dalam penelitian ini adalah 100% dari jumlah populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dari penelitian ini adalah keseluruhan obyek yang diteliti atau yang dianggap mewakili seluruh populasi dengan kriteria: a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang diteliti. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah: a). Semua Wanita karier yang bersedia menjadi responden b). Wanita karier yang Bertempat tinggal di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan c).Wanita karier yang mempunyai anak yang sudah disapih d). Dapat membaca dan menulis b. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1). Wanita karier yang tidak ada pada saat peengambilan data. C. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Petanahan Kecamatan Petanahan. Waktu penelitian bulan Oktober 2012. D. Variable Penelitian Variable Penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2011). Dalam penelitian ini ada dua variable yaitu variable bebas atau variabel independent dan variabel terikat atau variabel dependent. 1). Variabel bebas (independent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).(Sugiyono, 2011). Varabel bebas dalam penelitian ini adalah wanita karier yang melakukan penyapihan, meliputi: pekerjaan, pengetahuan tentang ASI, jarak kelehiran, kondisi fisik ibu. 2). Variabel terikat (dependent). Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyapihan anak. E. Definisi operasional Tabel 3.1: Definisi Operasional wanita karier melakukan penyapihan kurang dari 2 tahun di desa Petanahan kecamatan Petanahan No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala 1. Pekerjaan Pekerjaan adalah Pengukuran segala pekerjaan dalam aktivitas penelitian ini sehari-hari diukur yang a. PNS Nomin b. Pegaw al ai swasta ibu menggunakan lakukan kuesioner sehingga dari c. Pedag terdiri ang soal d. Dan menghasilkan pertanyaan tertutup, lain- pendapatan dengan alternative lain untuk jawaban memenuhi choice. 1 multiple kebutuhan sehari-hari. 2. Pengetahu Pengetahuan an ASI Pengukuran Hasil ukur Ordinal tentang ASI pengetahuan dalam diperoleh adalah hasil penelitian tahu atau diukur sejauh ibu minimal mana menggunakan 0 dan mengerti kuesioner sebanyak maksimal tentang dan ini nilai ASI 13 soal dengan 13, yang alternative jawaban Nilai berhubungan multiple choice, kemudian dengan ASI. bila jawaban benar dikategorik diberi skor 1. bila an: salah skor 0. Baik: 10-13 Cukup:5-9 Kurang:0-4 Baik bila nilai responden > dari 75% Cukup bila nilai responden 60-75% Kurang bilai nilai responden < 60% (Arikunto, 2002). 3. Jarak lahir Jarak kelahiran Jarak kelahiran adalah jarak diukur antara anak kuesioner sebanyak terakhir dengan 1 1. < 2 Nomin dengan soal bersifat anak tertutup, dengan sebelumnya alternative jawaban multiple tahun al 2. ≥ 2 tahun choice, bila jawaban benar diberi skor 1. bila salah skor 0. 4. Kondisi Kondisi fisik ibu fisik Kuesioner dengan 0. tidak adalah menggunakan skala sehat yang Ordinal keadaan fisik Guttman 1. sehat ibu yang terdiri dari 10 soal Hasil ukur mempengaruhi pertanyaan tertutup, diperoleh penyusuan dengan alternative nilai pada bayi jawaban multiple minimal sehingga choice, bila dan dilakukan jawaban penyapihan. diberi skor 1. bila 10, benar maksimal 0 salah skor 0. Nilai kemudian dikategorik an: Baik: 7-10 Cukup: 4-6 Kurang: 0-3 Baik bila nilai responden > dari 75% Cukup bila nilai responden 60%- 75% kurang bila nilai responden <60% (Arikunto, 2002). 5. Melakuk Melakukan Pengukuran an penyapihan menggunakan penyapih adalah an tindakan yang 1 soal dengan suatu kuosioner sebanyak >2 Nomin tahu al n <2 dilakukan oleh alternative jawaban tahu ibu n untuk multiple choice, menyapih bila jawaban benar anaknya. diberi skor 1. bila salah skor 0. F. Tekhnik pengumpulan data 1. Data Primer Menurut Saryono (2008), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer yang ingin diketahui adalah wanita karier yang melakukan penyapihan dengan menggunakan angket atau kuesioner yang dibagikan kepada responden. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitanya (Saryono, 2008). Data sekunder yang diambil untuk mengetahui wanita karier melakukan penyapihan dengan menggunakan lembar observasi menggunakan sekala guttman dengan alternative jawaban ya atau tidak berdasarkan catatan kader Posyandu desa Petanahan. 2. Instrumen penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan tertutup dan dijawab langsung oleh reponden tanpa diwakilkan kepada orang lain. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu adanya uji validitas dan uji reabilitas. Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan, meliputi: 1. Data umum: nama ibu, dan anak, umur ibu dan anak, alamat, pendidikan. 2. Data khusus: a). pekerjaan sebanyak 1 soal b). pengetahuan tentang ASI sebanyak 13 soal c). jarak kelahiran 1 soal d). kondisi fisik ibu sebanyak 10 soal e). melakukan penyapihan Table 3.1 Kisi-kisi instrument penelitian No. 1. Parameter Pertanyaan No soal Identitas No responden, nama ibu, A: 1,2,3,4,5,6,7 responden nama bayi, umur ibu, umur bayi, alamat, pendidikan ibu 2. Pekerjaan Jenis pekerjaan B: 1 3. 4. Pengetahuan Manfaat ASI, Kandungan C: 1,2,3,4,5,6,7,8, tentang ASI ASI, penyapihan ASI. Jarak kelahiran Jarak antara anak terakhir D: 1 9,10,11,12,13 dengan anak sebelumnya 5. Kondisi fisik Ibu Alasan ibu menyapih E:1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 karena keadaan fisik ibu. 6. Melakukan Umur anak saat disapih F: 1 penyapihan 7. Wanita Karier Apakah ibu sebagai G: 1 wanita karier Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Menghitung prosentase jawaban skor tertinggi dengan rumus: Skor : nilai yang diperoleh x 100 Skor maksimal Menentukan kedudukan prosentase jawaban dengan kategori menurut Arikunto (2006) dengan kriteria : a. 76-100% : baik b. 60-75% : cukup c. < 60 : kurang B. Pengolahan dan Tekhnik analisa data 1. Pengolahan data a. Editing Yaitu memeriksa data yang terkumpul tentang kelengkapan isian, sehingga bila ternyata ada yang belum lengkap bias diulang keresponden yang bersangkutan. b. Coding Yaitu pemberian kode-kode tertentu pada masing-masing jawaban menurut macamnya untuk memudahkan dalam tahap pengolahan data yaitu dengan cara memberikan kode angka. c. Entering Memasukan data yang telah diedit dan dikoding dengan menggunan fasilitas komputer. d. Tabulating Yaitu mengelompokkan data ke dalam tabel yang dibuat sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ( A.Hidayat, 2008). 2. Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan komputer dan manual, analisa data meliputi: a). Analisa univariat Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengunakan uji univariat deskriptif yaitu disajikan dengan mendiskripsikan semua variabel sebagai bahan informasi dengan mengunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui penyapihan pada anak di desa Petanahan kecamatan Petanahan. 1). Menghitung atau mengecek kembali jumlah angket yang terkumpul. 2). Memeriksa kelengkapan jawaban responden. 3). Memberi skor pada item soal/ instrumen yaitu memberi skor pada item soal jawaban apabila jawaban benar dinilai 1 sedangkan jawaban salah dinilai 0. 4). Untuk menentukan skor pada variabel dengan jumlah 10 soal, skor yang akan digunakan sebagai berikut : a) 76-100% baik b) 60-75% cukup c) <60% kurang b). Analisa bivariat Dilakukan uji statistik pada variabel yang saling berhubungan, statistik korelasi yang digunakan adalah korelasi chi square korelasi chi square digunakan untuk data diskrit nominal dan ordinal. Rumus: x2 f o f h 2 fh Keterangan: χ² :chi square fo : frekuensi yang diperoleh dari hasil pengamatan sampel. Fh: frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai penceminan dan frekuensi yang diharapkan dari populasi. Untuk melihat seberapa besar hubungan dengan memakai rumus koefisiensi kontingensi Rumus: C= X² x² + N Keterangan: C :Koefisiensi kontingensi N : Jumlaah populasi χ² :Chi square (Arikunto, 2006). Dari hasil perhitungan didapatkan, jika p>0,05 berarti Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara salah satu faktor yang mempengaruhi melakukan penyapihan pada anak dan menolak Ha, sedangkan jika p< 0,05 berarti Ho ditolak yang artinya ada hubungan. c). Analisa multivariate Analisis yang dilakukan terhadap 2 atau lebih dari dua variabel, biasanya hubungan antara satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor diantara variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel terikat yaitu melakukan penyapihan pada anak di desa Petanahan kecamatan Petanahan. Analisis ini menggunakan regresi logistic, digunakan pada data yang dependennya berbentuk katagorik yang dikotom F(z)= 1 1+e -z F(z) merupakan probabilitas kejadian, nilai berkisar 0 dan 1 berapapun nilai Z kisaran pada regresi logistic ini berarti cocok/ sesuai digunakan untuk model hubungan yang variabel dependen nya dikotom. C. Uji validitas dan uji reliabilitas Sebuah penelitian uji validitas dan reabilitas instrument digunakan dengan tujuan untuk meyakinkan instrumen atau kuesioner yang disusun adalah benar-benar baik dalam mengukur dan menghasilkan data yang valid (Riwidikdo, 2007). 1. Uji validitas Validitas adalah sejumlah cermat suatu tes melakukan fungsi ukurannya atau dapat didefinisikan sebagai ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument mampu mengukur apa yang diukur (Riwdikdo, 2007). Uji validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Momen (Notoatmodjo, 2005) yaitu: N ( ∑ XY ) – ( ∑X∑Y ) R= √ { N∑X²- (∑X)² } { N∑Y²- (∑Y)² } Keterangan: X: sebagai data-data dari variabel bebas (independen) Y: sebagai data-data dari variabel terikat (dependen) R: koefisiensi korelasi N: jumlah skor Uji validitas diujikan kepada 20 responden wanita karier yang melakukan penyapihan pada anak di desa Grogol Penatus Kecamatan Petanahan.Uji tersebut diberikan dengan menggunakan kuesioner sebanyak pertanyaan pada variabel bebas dan variabel terikat setelah data terkumpul, data tersebut dilakukan pengujian validitas untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut valid untuk dilakukan penelitian atau tidak. 2. Uji Reliabilitas Relibialitas merupakan instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.Reliable menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas instrumen melakukan penyapihan pada anak dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu: Keterangan: r 1 = koefisiensi reabilitas instrument k = banyak item pertanyaan Si= simpangan baku Sx = simpangan baku dari keseluruhan system. Koefisiensi reabilitas dapat dikategorikan dalam tiga kreteria yaitu: rendah apabila nilai a diantara 0,40 samapi 0,75 dan tinggi apabila a> 0,75. D. Mekanisme penelitian Mekanisme penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Membuat proposal untuk rencana penelitian b. Melakukan perijinan untuk melaksakan penelitian 2. Tahap penatalaksanaan a. Melakukan pengumpulan data primer dengan memberikan kuesioner kepada responden b. Melakukan pengolahan data dan analisa data secara manual. 3. Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian adalah penyusunana skripsi dan dilanjutkan seminar hasil penelitian. E. Etika penelitian Dalam melakukan penelitian ini, masalah etika keperawatan merupakan masalah yang sangat penting mengingat keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka peneliti menjamin hak asasi responden. Dalam penelitian ini etika dalam penelitian keperawatan meliputi: 1. Informed Consent Tujuannya agar repsonden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.Jika subyek bersedia menjadi responden, maka harus menandatanagni lembar persetujuan menjadi responden. Jika subyek menolak menjadi responden maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. 2. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan member nama responden kepada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalahmasalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (A. Hidayat, 2008).