PENGKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH

advertisement
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PENGKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT
DI KABUPATEN TRENGGALEK
Kuntoro Boga Andri
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso Km.4, PO Box 188 Malang, 65101, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Kabupaten Trenggalek sebagai daerah potensi baru usaha sapi perah rakyat di
Jawa Timur dalam 5 tahun terakhir ini terus mengembangkan sumberdaya yang
dimiliki. Sumberdaya itu berupa peternakan sapi perah milik rakyat, penyediaan pakan
yang cukup, serta sumberdaya manusia/peternak ulet, disamping kondisi iklim yang
mendukung. Oleh karena itu, perlu lebih dikaji lagi bermacam teknologi dan informasi
yang dapat meningkatkan kegiatan agribisnis susu dan peternakan sapi perah rakyat di
wilayah pengkajian. Tujuan dari pengkajian yang dilakukan selama tahun 2009 ini
adalah untuk menghasilkan rumusan yang dapat memberikan dukungan bagi kebijakan
pengembangan agribisnis susu di Kabupaten Trenggalek. Penggalian informasi
dilakukan melalui survey lapang, diskusi kelompok (FGD), dan studi pustaka melalui
dokumen yang diperoleh dari dinas terkait, pemerintah daerah dan industri serta
koperasi susu. Hasil pengkajian menunjukkan dari keragaan usaha sapi perah rakyat saat
ini, perlu dilakukan beberapa pendekatan untuk meningkatkan agribisnis peternakan
sapi perah, yaitu: peningkatkan produktvitas sapi perah melalui perbaikan menejemen
dan penerapan teknologi peternakan yang baik. Perbaikan harga susu di tingkat petani
dengan meningkatkan kualitas susu atau bersama-sama koperasi mencari partner
pemasaran yang menawarkan harga yang lebih baik. Efisiensi biaya produksi melalui
pengelolaan pakan dan manajemen peternakan secara komunal. Efisiensi ini dapat
dilakukan melalui usaha produksi pakan kelompok, penyediaan kebun hijauan bersama
dan manajemen kandang kelompok. Peningkatkan skala usaha peternakan dengan cara
perbanyakan sapi melalui Inseminasi Buatan, kredit anak sapi, ataupun skema
pembiayaan berupa kredit dengan bunga rendah dan pembayaran yang dilakukan saat
ternak sudah berproduksi. Dengan penerapan beberapa saran diatas diharapkan usaha
peternakan sapi rakyat di lokasi pengkajian dapat berkembang dengan cepat dan
kesejahteraan peternak secara kusus dapat ditingkatkan.
Kata kunci: sapi perah rakyat, koperasi susu, industri pengolahan susu, GKSI,
Trenggalek
PENDAHULUAN
Pengembangan agribisnis sapi perah mempunyai potensi yang sangat tinggi,
karena permintaan akan produk susu dari tahun ke tahun terus meningkat, sejalan
dengan makin meningkatnya tarap hidup masyarakat dan pemahaman pentingnya nilai
gizi susu. Tidak seluruh propinsi di Indonesia memiliki ternak sapi perah. Konsentrasi
tebesar dari populasi ternak sapi perah terdapat di pulau Jawa. Jumlah populasi ternak
dari tahun 2005–2009 mengalami peningkatan dan Propinsi Jawa Timur mempunyai
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
populasi sapi perah yang terbesar dibanding dengan propinsi lainnya, disusul oleh Jawa
Tengah dan Jawa Barat (Tabel 1).
Jawa Timur merupakan salah satu pusat usaha sapi perah rakyat di Indonesia.
Hampir 40% dari pasokan susu nasional berasal dari wilayah propinsi ini dan 60% dari
petani susu di Indonesia ada di propinsi ini. Usaha persusuan di Jawa Timur sudah sejak
lama dikembangkan. Perkembangan populasi ternak sapi perah yang cukup besar di
Jawa Timur karena didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang
agribisnis sapi perah, seperti IPS, Balai Inseminasi Buatan, lingkungan geografis, dan
para peternak yang telah lama bergelut dengan sapi perah. Di samping itu, faktor positif
yang menunjang perkembangan populasi sapi perah di Jawa Timur adalah wilayah ini
merupakan sumber pasar yang potensial untuk produk susu karena jumlah penduduk
yang lebih banyak dibandingkan dengan propinsi lainnya.
Tabel 1. Lokasi dan Populasi Sapi perah di Indonesia Tahun 2005–2009 (ekor)
Lokasi
2005
2006
Tahun
2007
2008
2009
Sumatra
7806
7703
3384
4093
4469
DKI Jakarta
3347
3343
3685
3355
3422
Jabar
92770
97367
103489
111250
114588
Jateng
114116
115158
116260
118424
134821
DIY
8212
7231
5811
5652
5709
Jatim
134043
136497
139277
212322
221944
1057
1697
2161
2481
2041
457577
486994
Luar Jawa dan Sumatra
Jumlah total
361351
369008
374067
Sumber : Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011 (diolah)
Berdasarkan data Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur, tidak semua wilayah
di Jawa Timur memiliki sapi perah. Konsentrasi tebesar dari populasi sapi perah
terdapat di Kabupaten Malang, Pasuruan, Blitar dan Tulungagung. Beberapa daerah
potensial lainnya yang memiliki sapi perah, yaitu Ponorogo, Probolinggo dan daerah
pengembangan baru di Trenggalek (Gambar 1). Sampai dengan awal tahun 90-an,
Kabupaten Trenggalek bukanlah merupakan sentra perkembangan agribisnis persusuan
di Jawa Timur. Adanya sapi perah di Kabupaten Trenggalek baru dimulai pada
pertengahan 1990 an dan saat itu petani sangat sulit untuk diajak untuk
membudidayakan sapi perah walaupun sebenarnya mereka sudah merupakan peternak
sapi tetapi sapi pengemukan. Perkembangan sapi perah di Kabupaten Trenggalek mulai
terlihat pesat setelah 10 tahun diperkenalkan yaitu tahun 2000. Hal ini ddidukung
sumber daya alam berupa iklim yang cocok dan ketersedian hijauan yang sangat
melimpah serta dukungan pemerintah daerah yang terus menerus dalam pengembangan
budidaya sapi perah. Selain itu petani sudah mulai dapat merasakan tambahan
pendapatan dari usaha budidaya sapi perah.
Dukungan dari institusi pemerintah Kabupaten dan Propinsi terhadap
perkembangan sektor ini pun sangat besar, bila dilihat dari banyaknya bantuan dan
dorongan melalui pada program pengembangan sapi rakyat oleh Dinas peternakan dan
pembinaan Koperasi susu yang telah ada melalui Dinas Koperasi dan UKM. Bila
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
antusiasme dari kedua belah pihak yaitu peternak dan pemerintah daerah setempat tetap
dijaga, dapat dipredikisi bahwa daerah ini akan berkembang pesat sebagai sentra
penghasil susu di Jawa Timur Selatan.
Gambar 1. Sentra Sapi Perah dan Produski Susu Sapi Jawa Timur
Tahun 2008
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Timur, 2009
METODE
Tujuan dari pengkajian yang dilakukan selama tahun 2009-2010 ini adalah
untuk menghasilkan rumusan yang dapat memberikan dukungan bagi kebijakan
pengembangan agribisnis sapi perah, khususnya yang banyak dilakukan oleh peternak
kecil di Kabupaten Trenggalek. Penggalian informasi dilakukan melalui survey lapang
dan diskusi kelompok (FGD) dengan pelaku agribisnis susu di Kabupaten Trenggalek
khususnya di wilayah sentra produksi Kecamatan Bendungan. Sedangkan studi pustaka
dilakukan melalui pengumpulan informasi terkait berupa data sekunder, literatur dan
dokumen yang diperoleh dari berbagai sumber termasuk dinas, pemerintah daerah dan
industri serta koperasi susu. Hasil dari penggalian informasi tersebut dipaparkan secara
deskriptif untuk menggambarkan situasi aktual serta menemukan peluang, kendala dan
alternatif kebijakan kedepan dalam rangka pengembangan usaha peternakan sapi perah
rakyat di Trenggalek
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Agribisnis Sapi Perah di Trenggalek
Pada awal tahun 2001 jumlah sapi perah di Kabupaten ini hanya 1149 ekor,
selanjutnya berkembang sampai dengan tahun 2006 dengan peningkatan sekitar 40%
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
menjadi 1578 ekor, dan sejak 2006 peningkatan populasi ternak sapi perah makin pesat
tumbuh empat kali lipat sehingga pada tahun 2010 menjadi 6748 ekor. Kondisi ini
menggambarkan antusias masyarakat peternak dalam mengusahakan agribisnis sapi
perah dan potensi yang menjadikan sebagai sumber mata pencaharian baru yang
prospektif (Gambar 2). Jumlah populasi ternak juga diikuti dengan produksi susu sapi
yang semakin meningkat dari tahun ketahun secara signifikan. Bila pada tahun 2004,
kabupaten ini hanya memproduksi susu sapi sekitar 1 juta liter, maka pada tahun 2010
hasil produksi peternak sapi perah di Kabupaten Trenggalek sudah mencapai hampir 11
juta liter susu. Sentra pengembangan agribisnis sapi perah Kabupaten Trenggalek
berada di Kecamatan Bendungan, dimana dari total sapi perah 6748 ekor pada tahun
2010, 5891 ekor berada di kecamatan Bendungan. Hal ini dikarenakan kesesuaian
daerah tersebut ditinjau dari iklim dan kecukupan air sangat mendukung untuk
berkembangnya usaha sapi perah rakyat (BPS Kabupaten Trenggalek, 2011).
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Sapi Perah dan Produksi Susu Sapi di Kabupaten
Trenggalek
Sumber: BPS Kabupaten Trenggalek, 2011
Perkembangan industri persusuan di Kabupaten Trenggalek tidak terlepas dari
pengaruh industri sapi perah dari kabupaten tetangganya yaitu Kabupaten Tulungagung
yang merupakan daerah nomor 3 penghasil terbesar susu sapi di Jawa Timur setelah
Kabupaten Malang dan Pasuruan. Dengan jejaring distribusi susu yang sudah mapan di
kabupaten Tulungagung tentunya membuka peluang pengembangan industri ini di
Kabupaten Trenggalek. Selain dengan keberadaan industry persusuan yang sudah ada di
kabupaten tetangga juga akan mempermudah peternak sapi perah di Kabupaten
Trenggalek dalam mengakses informasi teknologi, akses pasar, distribus sarana
produksi, dan kemitraan usaha dengan pengusaha agribisnis susu di Kabupaten
Tulungagung.
Karakteristik Peternak Sapi Perah di Trenggalek
Untuk mengetahui kondisi agribisnis di sentra produksi susu Trenggalek
dilakukan studi lapang berupa survey dan wawancara mendalam kepada pelaku
agribisnis sapi perah. Dari 20 pelaku yang diwawancarai secara mendalam disimpulkan
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
bahwa usia peternak bervariasi antara 30 sampai dengan 50 tahun. Ini berarti tidak ada
batasan/barier umur untuk memasuki usaha peternakan sapi perah. Disamping itu
adanya beberapa peternak yang masih berusia 30-an menggambarkan usaha peternakan
sapi perah ini memiliki generasi penerus untuk dimasa yang akan datang. Selain aspek
umur adalah aspek pendidikan, dimana sekitar 70% di lokasi sentra peternakan sapi
perah ini telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Sedangkan sisanya
Sekolah Lanjutan tingkat Pertama (SLTP) Menengah Pertama dan Sekolah menengah
Atas (SLTA).
Pada aspek ukuran rumah tangga, mayoritas keluarga di wilayah ini ini memiliki
sekitar 3-5 anggota di dalam rumah tangga. Mayoritas peternak hanya memiliki sekitar
3-4 sapi per petani. Dari sudut pandang ini dapat disimpulkan bahwasanya usaha
peternakan mereka masih berskala kecil dan dengan dukungan modal yang terbatas.
Alokasi waktu adalah aspek yang sagat penting untuk menganalisa tingkat interaksi
petani dengan usaha yang dilakukannya dan intensitas usaha yang sedang berjalan. Dari
hasil wawancara yang dilakukan selama satu tahun jumlah alokasi waktu yang
digunakan untuk usaha peternakan sapi perah dan pertanian lainnya seperti yang tertera
dalam Gambar 3.
Gambar 3. Alokasi waktu tenaga kerja keluarga dan sumber pendapatan utama selama
satu tahun
Tujuan utama untuk berusaha ternak adalah mendapatkan pendapatan yang lebih
baik dari usahatani konvensional. Informasi mengenai struktur pendapatan rumahtangga
keluarga peternak dan kontribusi dari usaha ternak di lokasi pengkajian disajikan dalam
Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat diperoleh informasi dengan jelas proporsi
pendapatan yang dihasilkan dari sektor non-pertanian, pertanian non-susu dan
peternakan sapi perah. Di lokasi yang dikaji tampak nyata tidak lagi mengandalkan
pendapatan dari sektor tunggal untuk rumah tangga mereka. Bahkan, usaha peternakan
susu telah menjadi usaha penting penting dengan ditunjukan oleh besarnya kontribusi
kegiatan ini terhadap penghasilan total rumahtangga peternak disini.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Karakteristik Rantai Pasok Susu Sapi Perah Rakyat
Sistem agribisnis pada komoditas sapi perah diwilayah ini dibangun berdasarkan
system Vertikal Integrasi, yaitu antar pelaku agribisnis satu sama lain saling tergantung
pada produk susu. Produksi susu hasil peternakan rakyat sebagian besar disalurkan ke
Koperasi/KUD persusuan yang kemudian di pasarkan kepada Industri Pengolah Susu.
Koperasi memberikan pelayanan kepada peternak sebagai anggotanya, berupa
pemasaran hasil produksinya juga melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB,
memberikan fasilitas penyaluran kredit, dan memberikan pelayanan penyuluhan.
Tampak bahwa bisnis persusuan tidak dapat dipisahkan antara subsistem off farm I (pra
produksi=subsistem I), on farm (budidaya=subsistem II) dan off farm II (pasca
produksi=subsistem III dan pemasaran hasil=subsistem IV) serta sub system
pendukungnya, yaitu lembaga keuangan dan lembaga-lembaga Penelitian/penyedian
SDM (Firman, 2008).
Bila kita menelusuri rantai pasok susu dari peternak sampai ke Industri
Pengolahan Susu dapat dilihat pada Gambar 4. Peternak dari berbagai lokasi sekitar,
menyetorkan susunya kepada koperasi yang terdekat dengan wilayahnya melalui tempat
pelayanan susu. Dari pelayanan susu tersebut, kemudian susu dari peternak dibawa ke
koperasi untuk selanjutnya dikirim kepada IPS ataupun dijual langsung ke konsumen.
Berdasarkan gambar tersebut secara umum aliran disitribusi produk susu di mulai dari
peternak. Para peternak dari berbagai lokasi mengantarkan susunya ke titik terdekat
yang telah ditentukan oleh koperasi atau disebut juga Tempat Penampungan Susu
(TPS). Selanjutnya, pada jam yang telah ditentukan, susu-susu dari TPS tersebut
diambil oleh koperasi melalui alat transportasi pengangkut susu untuk ditampung di
koperasi. Selanjutnya pihak koperasi melakukan test dan uji kualitas susu yang
dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liternya.
Susu yang ditampung oleh koperasi selanjutnya didistribusikan ke Industri Pengolahan
Susu (IPS). Pihak IPS memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa
informasi harga ke koperasi. Pihak koperasi sendiri berperan memberikan pelayanan
kepada anggotanya sebagai penyedia input dan sarana produksi, pembinaan terhadap
peternak, pemberian kredit sapi, simpan pinjam, pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Gambar 3. Pola Agribisnis Sapi Perah (Firman, 2007)
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Gambar 4. Rantai Pasok Susu dari Peternak sampai dengan ke Industri Pengolahan Susu
(IPS) (Firman, 2007)
Karakteristik Usaha Ternak Rakyat
Sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh peternakan sapi perah
rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis. Hasil survey lapangan yang dilakukan
menunjukkan skala usaha peternakan sapi perah sekitar 2-3 ekor/unit usaha dan
kemampuan produksi sekitar 10 liter/ekor/hari. Produksi susu ini, sebagian besar
disalurkan ke Koperasi /KUD persusuan, yang kemudian di pasarkan kepada Industri
Pengolahan Susu (IPS). Adapun layanan yang diberikan koperasi kepada peternak
adalah memasarkan hasil produksinya, melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB
dan memfasilitasi penyaluran kredit yang diperlukan anggota.
Sebagai akibat dari meningkatnya volume susu yang diproduksi secara local di
Trenggalek, kendala utama peternak sapi perah adalah untuk mengatasi dengan
bertindak secara kolektif dalam pemasaran produk mereka. Kebutuhan ini untuk
meyakinkan jaminan pasar untuk produk mereka. Hal ini dapat dipenuhi oleh para
peternak sapi perah dengan membangun kelompok kooperatif dan sistem pengumpulan
serta fasilitas pengolahan secara kelompok, yang memerlukan waktu, tempat dan
perhatian khusus agar produk dengan kualitasnya terjaga dan pemasaran terjamin.
Disini akan dilihat seberapa jauh sudah perkembangan agribisnis peternak di wilayah
sentra pengembangan susu Kabupaten Trenggalek.
Pada saat ini secara keseluruhan di Kabupaten Trrenggalek dengan populasi sapi
perah sebanyak sekitar 6000 dan menghasilkan produksi susu segar minimal 20.000
liter perhari, maka akan dihasilkan perputaran uang sekitar senilai 80-90 juta perhari.
Dalam pengamatan yang dilakukan ingin diketahui efek langsung dari berkembangnya
Industri susu sapi perah di Trenggalek terhadap peternak.
Tabel 2. Karakteristik Usaha Sapi Perah Rakyat di Trenggalek
Karakteristik Usaha Ternak Sapi Perah
Kepemilikan Sapi per peternak
Produksi Susu per ekor / hari
Harga susu / liter diterima petani
Produksi susu per tahun / peternak
Pendapatan bruto Peternak per tahun
Biaya produksi sapi per ekor / bulan
Keterangan
3-4 ekor
10-15 liter
3100 rupiah
5000 - 6000 liter
15–19 Juta rupiah
250 ribu rupiah
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Biaya produksi per peternak / tahun
Pendapatan bersih Sapi perah / tahun /peternak
Sumber: Survey Lapangan (RRA)
9 – 12 juta rupiah
6- 7 juta pertahun
Dari hasil survey yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa rata rata peternak
didaerah ini memiliki 3-4 Sapi per petani yang berarti skala usaha ternaknya masih
kecil. Dari ternak tersebut setiap harinya sapi yang produktif menghasilkan 10-15 liter
susu dengan harga jual ke KUD sebesar 3.100 rupiah. Berati dalam satu tahun, rata rata
peternak di daerah ini dapat menghasilkan produksi susu pertahunnya sebesar 50006000 liter susu sapi segar. Setiap harinya petani menjual susu tersebut ke Koprasi susu
setempat, yang berarti mereka menerima uang harian dari usaha peternakannya. Dengan
perhitungan diatas berarti dalam satu tahun peternak akan mendapatkan keuntungan
kotor sekitar 15-19 juta rupiah per tahunnya.
Untuk kebutuhan biaya produksi ternak sapi perah seperti pakan konsentrat,
hijauan pakan ternak, biaya pengobatan dan kebersihan hewan, dikeluarkan biaya
sekitar 250 ribu per ekor sapi. Dengan demikian setiap tahunnya peternak akan
mengeluarkan biaya sebesar 9-12 juta rupiah sebagai biaya produksi untuk pengelolaan
3-4 ekor sapi. Dengan kondisi ini peternak akan mendapatkan keuntungan bersih atau
laba dari hasil produksi ternak susu sapi perahnya sekitar 6-7 juta per tahun atau sekitar
500–600 ribu rupiah per bulan nya.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Seiring dengan berkembangnya usaha sapi perah rakyat di Kabupaten
Trenggalek, berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah pula baik
permasalahan dari sisi peternak, koperasi, maupun dari industri pengolahan susu.
Memperbaiki manajemen peternakan rakyat merupakan problema yang cukup komplek,
tidak hanya merubah sikap peternak tetapi juga bagaimana menyediakan stok bibit yang
baik dan bahan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan.
Permasalahan lain yang dihadapi pada pengembangan sapi perah rakyat di Jawa Timur
adalah di tingkat lembaga koperasi. Sebagai lembaga yang mengelola persusuan dari
peternak dan mendistribusikan kepada IPS serta perwakilan peternak dalam
memperjuangkan aspirasi, koperasi mempunyai peran yang cukup strategis untuk
menopang perkembangan persusuan di Jawa Timur.
Pengembangan usaha sapi perah rakyat di Kabupaten Trenggalek tidak akan
terlepas dari berbagai permasalahan yang menghambat perkembangan persusuan.
Melihat keragaan dan karakteristik dari agribisnis susu sapi perah di lapang maka ada
beberapa saran praktis yang dapat diterapkan untuk meningkatkan usaha peternakan dan
sekaligus meningkatkan pendapatan peternak yaitu:
1. Meningkatkan produktvitas sapi perah mereka menjadi diatas rata-rata yang ada saat
ini. Sebagai informasi tambahan, peternak sapi yang sama di daerah lain di jawa
timur banyak yang bisa menghasilkan produksi sampai 20-25 liter susu per ekor sapi
per hari- nya.
2. Meningkatkan harga susu di tingkat petani dengan meningkatkan kualitas susu atau
bersama-sama koperasi susu mencari partner pemasaran yang menawarkan harga
yang lebih baik. Sebagai informasi bahwa margin yang diterima koperasi sekitar
150-200 rupiah per liter susunya dari mitra pemasaran, sedangkan koperasi juga
membebankan biaya sekitar 100 rupaih per liternya kepada peternak, yang berarti
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
peternak sudah kehilangan margin pemasaran sekitar 250-350 per liter susu -nya. Di
lain pihak petani mendapatkan bantuan pakan dan obat-obatan yang diberikan
dimuka sebagai banuan sarana produksi dari mitra pemasaran. Ketergantungan ini
disatu sisi membantu petani tetapi dilain sisi memberikan posisi tawar harga jual
yang rendah terhadap petani. Kedepan diharapkan usaha suplai saprodi ini dikelola
oleh koperasi sendiri sehingga petani sebagai anggota koperasi lebih memiliki posisi
tawar dihadapan mitra pemasaran.
3. Perlu lebih dipikirkan efisiensi biaya produksi dengan mengelola pakan dan
manajemen peternakan secara bersama. Hal ini bisa dilakukan melalui memperkuat
usaha produksi pakan kelompok, penyediaan kebun hijauan secara bersama dan
membuat kandang komunal dengan peternak yang lokasinya berdekatan. Sehingga
diharapkan efisiensi biaya produksi dapat dicapai dan keuntungan bersih yang
diterima peternakmeningkat.
4. Meningkatkan skala usaha peternakan dengan cara perbanyakan sapi melalui
Inseminasi Buatan, Kredit anak sapi ataupun perlu dipikirkan skema pembiayaan
berupa kredit dengan bunga rendah dan pembayaran yang dilakukan saat ternak
sudah berproduksi.
Dengan penerapan beberapa hal praktis diatas diharapkan usaha peternakan sapi
rakyat di lokasi ini dapat berkembang dengan cepat dan kesejahteraan peternak secara
kusus dan masyarakat secara umum dapat ditingkatkan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Bappeda Trenggalek yang telah membiayai kegiatan
penelitian ini. Juga disampaikan terimakasih kepada Ir. Al. Gamal Pratomo dari BPTP
Jatim yang telah membantu selama pelaksanaan kegiatan survey di lapang.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Trenggalek, 2011. Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2011.
Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Trenggalek.
Dinas Peternakan Jawa Timur, 2009. Peternakan Jawa Timur dalam Angka. Pemerintah
Propinsi Jawa Timur.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011. Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2011. Kementrian Pertanian RI
Firman, Achmad, 2008. Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat. Makalah
disampaikan pada pada acara Focus Group Di scussion: Arah Pengembangan In
dustri Persusuan Jangka Panjang, 18-19 Januari 2008, Hotel Puri Khatulistiwa–
Jatinangor, Sumedang.
Firman, Achmad, 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah: Suatu Telaah Pustaka.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Download