APBN-P 2012: Upaya Menjaga Ketahanan Fiskal

advertisement
VOLUME VII | NO. 56 / APRIL 2012
APBN-P 2012:
Upaya Menjaga
Ketahanan Fiskal
ISSN 1907-6320
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
APBN-P 2012 sebagai Fiscal Buffer
1
Menteri Keuangan bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Menteri
Koordinator Perekonomian, dan Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN),
mengadakan konfrensi pers terkait APBN-P 2012 di Graha Sawala, Gedung Menko Perekonomian,
Jakarta, pada Senin (2/4).
2
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
dari lapangan banteng
Membahas Postur
APBN-P 2012
P
erkembangan berbagai faktor eksternal seperti pertumbuhan
ekonomi global dan harga minyak mentah di pasar
internasional menyebabkan beberapa indikator ekonomi
makro, terutama harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude
Price/ ICP) dan nilai tukar rupiah berbeda cukup signifikan dari
asumsi yang digunakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) 2012. Faktor-faktor di atas diperkirakan memberikan
tekanan yang sangat berat kepada APBN 2012.
Perkembangan berbagai asumsi dasar ekonomi makro itu
kemudian ditambah langkah-langkah kebijakan pengurangan
subsidi dan pemanfaatan Sisa Anggaran Lebih (SAL) menjadi
latar belakang utama pemerintah mengajukan Rancangan APBN
Perubahan Tahun 2012 lebih cepat dari jadwal regular, yang
biasanya dilakukan setelah penyampaian laporan pelaksanaan
APBN hingga semester I.
Dalam rapat paripurna DPR yang membahas APBN-P 2012 pada
tanggal 30 Maret lalu, telah disepakati sejumlah asumsi ekonomi
makro baru. Diantaranya adalah angka pertumbuhan ekonomi
yang direvisi menjadi 6,5 persen, tingkat inflasi 6,8 persen,
dan defisit anggaran melebar menjadi 2,23 persen. Mengenai
meningkatnya defisit anggaran ini, pemerintah berupaya untuk
menutupinya dengan sumber-sumber pembiayaan yang berisiko
rendah dan mengarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan
infrastruktur yang lebih produktif, misalnya Sisa Anggaran Lebih
(SAL) dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Anda bisa
membaca bahasan lengkap mengenai postur APBN-P 2012 ini
pada rubrik Liputan Utama.
Pada edisi ini, kami juga menyajikan wawancara dengan Direktur
Jenderal Pengelolaan Utang. Di tengah perlambatan pertumbuhan
ekonomi di Amerika Serikat serta krisis utang yang terjadi pada
sejumlah negara di zona Eropa, Indonesia baru-baru ini justru
berhasil memperoleh dua penghargaan berturut-turut dari Majalah
FinanceAsia, yakni “Best Sovereign Bond Republic of Indonesia USD2,5
billion 10-year bond” dan “Borrower of the year 2011.”
Penghargaan dari majalah keuangan yang berbasis di Hongkong
ini berarti penting dalam menciptakan lower cost/yield, news class
of investor dan bigger demand terhadap pengelolaan global bonds
di Indonesia.
Beberapa sajian kami yang lain diantaranya adalah profil Staf
Khusus Menteri Keuangan Bidang IT Bobby Achirul Awal Nazief,
reportase mengenai upaya-upaya penghematan anggaran yang
dilakukan di lingkungan Kementerian Keuangan, liputan daerah
yang kali ini mengangkat profil Kantor Pelayanan Utama Bea dan
Cukai Tipe B Batam, dan cerita mantan nahkoda Bea dan Cukai
dari Pangkalan Sarana Operasi Tanjung Balai Karimun pada rubrik
Inspirasi.
Semoga menu kami kali ini cukup “bergizi” bagi Anda.
Selamat membaca!
Redaksi
Tim Redaksi Media Keuangan mengucapkan turut berduka
cita dan berbelasungkawa atas wafatnya Wakil Menteri
ESDM Widjajono Partowidagdo.
Diterbitkan oleh: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Pelindung: Menkeu RI Agus D. W. Martowardojo. Ketua Pengarah: Sekjen Kemenkeu Kiagus Ahmad
Badaruddin. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Kabiro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Yudi Pramadi. Pemimpin Redaksi: Herry Siswanto.
Redaktur Pelaksana: Yeti Wulandari. Dewan Redaksi: Supriyatno, Sasi Atiningsih, Agung Ardhianto, Fery Gunawan, Makmun Syadullah. Tim Redaksi: Rahmat
Widiana, Rizwan Pribhakti, Zachrony, Bikner L. Tobing, Nico Aditia, Bagus Wijaya, Langgeng Wahyu P, Iin Kurniati, Dwinanda Ardhi, Arfindo Briyan S. Sekretariat: Eva
Lisbeth, Hesti Sulistiowati, Indri Maria, Lili Marini T., Sularno, Nicho Pratama. Desain Grafis dan Layout: Wardah Adina, Dewi Rusmayanti.
Alamat Redaksi: Gedung Djuanda (Gedung E) Lantai 12, Jl. Dr. Wahidin No. 1, Jakarta Telp : (021) 3849605, 3449230 pst. 6328. e-mail: mediakeuangan@depkeu.
go.id website: http://www.depkeu.go.id
Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi. Bagi
tulisan atau artikel yang dimuat akan mendapatkan imbalan sepantasnya.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
3
daftar isi
LAPORAN UTAMA
6
10
12
14 Pembahasan APBN-P
Dilakukan Lebih Cepat
APBN-P 2012 sebagai Fiscal
Buffer
Menyoroti Kebijakan dalam
APBN-P 2012
Laurens Bahang Dama: Pemerintah Perlu Ajukan
APBN-P Kedua
Kemenkeu Pantau Proses
Akuisisi Danamon
REPORTASE
24
26
Langkah Strategis Kemenkeu
dalam Penghematan
Anggaran
KPU BC Batam: Tak Ingin
Berhenti Pada Status Kantor
Percontohan
WAWANCARA
INFO KEBIJAKAN
16
29
Indonesia Berturut-turut
Raih Dua Penghargaan
Internasional
PROFIL
18
Akademisi, Staf Khusus
Menteri, Sekaligus Pecinta
Komputer
33
RIVIU
22
35
23
APBN-P 2012 sebagai Kartu
Pengaman Perekonomian
Nasional
ARTIKEL
LINTAS PERISTIWA
22
4
23
Kantor Pelayanan Pajak
Khusus Pertambangan dan
Migas
Penandatanganan MoU
Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
KPPBC A3 Banda Aceh
Gagalkan Penyelundupan
Sabu-Sabu Senilai 458 Juta
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
36
ENGLISH CORNER
37
RENUNGAN
38
Riviu Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 37/
PMK.02/2012 Tentang Standar
Biaya Tahun Anggaran 2013
Daftar Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Selama
Bulan Maret 2012
Pemimpin Adil, Rakyat Taat
RESENSI
39
39
39
Mengapa Perusahaan Minyak
Dibenci?
Garis Batas
Reducing Petroleum
Consumption From
Transportation
INPIRASI
40
Mewaspadai Dampak
Penundaan Kenaikan Harga
BBM
Fiscal Sustainability in the
Revised State Budget of 2012
Semangat Petugas Patroli
Laut yang Tak Pernah Surut
CELENGAN
42
Sudah Lama Tidak Pakai BBM
Bersubsidi
43
BUNG PISKAL
Sambutan
Menteri Keuangan
P
uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga sampai dengan saat ini kita
diberikan nikmat sehat untuk dapat terus berkarya demi
negara kita tercinta.
Pembaca Media Keuangan yang budiman, pemerintah
beberapa waktu yang lalu mengajukan APBN perubahan
untuk tahun 2012. Hal ini dilakukan karena sejak ditetapkannya
Undang-Undang No. 22 Tahun 2011 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2012 (UU APBN 2012),
terdapat berbagai perkembangan pada perekonomian global
dan domestik yang menyebabkan kondisi ekonomi tidak sesuai
dengan asumsi makro yang digunakan dalam APBN 2012. Selain
itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai
dampak krisis global dan beban subsidi energi yang meningkat
tajam akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia menjadi
faktor penting yang memengaruhi perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah memandang perlu untuk
merespons dengan kebijakan-kebijakan yang bersifat counter
cyclical dan pengendalian subsidi energi, utamanya dituangkan
dalam APBN-P 2012.
Seperti kita ketahui, dalam pembahasan APBN-P 2012 pada
rapat paripurna DPR yang dilaksanakan beberapa waktu lalu,
DPR melakukan voting atas 2 opsi terkait dengan harga BBM
bersubsidi. Kedua opsi tersebut pada intinya menjadi ramburambu bagi pemerintah untuk dapat atau tidaknya menaikan
harga BBM bersubsidi. Dalam rapat paripurna tersebut,
DPR secara demokratis telah memilih salah satu opsi yang
dituangkan dalam pasal 7 ayat (6a) APBN-P 2012.
Pasal 7 ayat (6a) APBN-P 2012 pada dasarnya merupakan
katup pengaman bagi APBN dan memberikan fleksibilitas bagi
pemerintah untuk melakukan penyesuaian apabila deviasi
harga minyak mentah Indonesia (ICP) mencapai treshold (15
persen). Namun demikian, dengan ditetapkannya pasal 7 ayat
(6a) dalam APBN-P 2012, bukan berarti tidak terdapat risikorisiko yang harus dihadapi.
Pasalnya, dengan tidak adanya kenaikan harga BBM bersubsidi
berarti harus ada upaya-upaya untuk menjaga agar belanja
subsidi BBM tidak melewati pagu yang telah ditetapkan dalam
APBN-P 2012. Upaya tersebut penting, mengingat subsidi
BBM yang disepakati dalam APBN-P 2012 tidak akan cukup
sampai dengan akhir tahun jika pola konsumsi tidak dihemat.
Oleh karena itu, salah satu langkah yang dapat dilakukan
...mengingat subsidi BBM yang disepakati dalam
APBN-P 2012 tidak akan cukup sampai dengan
akhir tahun jika pola konsumsi tidak dihemat.
Oleh karena itu, salah satu langkah yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan cara menghemat konsumsi BBM bersubidi.
Agus D. W. Martowardojo
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara menghemat
konsumsi BBM bersubsidi.
Kita harus berupaya agar penghematan dapat dilakukan pada
setiap sektor pemerintahan, khususnya Kementerian Keuangan.
Hemat dan tidak boros dalam menggunakan sumber daya yang
ada. Hemat di sini bukan berarti kita menghemat kualitas output
pekerjaan, tapi penggunaan sumber daya yang optimal dan
menghasilkan output yang maksimal. Jangan sampai dengan
alasan berhemat kita menjadi kontraproduktif dengan tujuan
organisasi. Salah satu langkah penghematan adalah dengan
melakukan efisiensi dalam melakukan perjalanan dinas dan
penggunaan kendaraan dinas. Hal tersebut dilakukan dengan
cara mengurangi frekuensi perjalanan yang tidak perlu dan
kami yakin fungsi koordinasi masih dapat dilaksanakan dengan
baik.
Kita semua tahu bahwa BBM merupakan energi yang tidak
dapat diperbaharui. Terlebih saat ini Indonesia adalah negara
nett importir minyak, maka seyogyanya dalam mengkonsumsi
energi khususnya BBM bersubsidi dapat dilakukan dengan
bijak. Kita sebagai benteng terakhir keuangan negara sudah
sepatutnya memberikan contoh bagi masyarakat. Memberikan
contoh dengan cara berhemat, karena di tengah keterbatasan
sumber daya, khususnya APBN dalam menanggung besarnya
subsidi BBM, hemat bukan lagi pilihan tapi sudah menjadi
keharusan. Oleh karena itu, mulai saat ini mari kita berkomitmen
untuk menjaga dan memberikan teladan yang baik bagi
masyarakat dengan cara berhemat dan tetap produktif dalam
berkarya.
Akhirnya, marilah kita berdoa ke hadirat Tuhan yang Maha
Kuasa, semoga kita diberikan kemampuan untuk dapat terus
berkarya dan berhemat dalam menggunakan anugerah yang
diberikan-Nya.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
5
laporan utama
6
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Pembahasan APBN-P
Dilakukan Lebih Cepat
Teks:
Dwinanda Ardhi
Foto:
Langgeng W. P
Pemerintah dan DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan(RUU APBN-P) tahun 2012 disahkan menjadi UU APBN-P pada tanggal 31 Maret 2012
lalu. Pembahasan RUU APBN-P tahun ini dilakukan lebih cepat dari jadwal tahun-tahun sebelumnya.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) I, Anny Ratnawati, berbicara banyak kepada Media Keuangan
mengenai proses pembahasan RUU ini dan postur anggaran APBN-P 2012.
P
engajuan RUU APBN-P biasanya
dilakukan setelah penyampaian
laporan pelaksanaan APBN hingga
semester I, seperti yang dipersyaratkan
dalam pasal 27 ayat (3) UU No.17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara, pasal
156 dan pasal 161 UU No.27 tahun 2009
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3),
dan pasal 42 ayat (1) dan pasal 43 UU No.22
tahun 2011 tentang APBN 2012. Namun,
demikian, terdapat empat faktor yang
menjadi alasan pemerintah mengajukan
RUU APBN-P lebih awal dari jadwal
regular. Perkembangan berbagai asumsi
dasar ekonomi makro yang berubah dari
perkiraan semula dan berdampak cukup
signifikan terhadap APBN 2012 menjadi
faktor pertama. Perubahan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
No.
Asumsi Dasar
Ekonomi Makro
4
5
Pertumbuhan
Ekonomi
Inflasi
Suku Bunga SPN
3 Bulan
ICP
Nilai Tukar
6
Lifting
1
2
3
langkah transformasi fiskal dan efisiensi
belanja. “Antara lain melakukan kebijakan
pengendalian subsidi BBM dan subsidi
listrik, pemotongan anggaran belanja
kementerian/lembaga, penambahan
anggaran belanja modal untuk
pembangunan infrastruktur, serta
penyediaan anggaran kompensasi
perubahan besaran subsidi,” kata Anny. Dari
sisi pembiayaan juga terjadi penambahan
penerbitan Surat Berharga Negara (SBN)
terkait dengan pelonggaran defisit APBN
dari 1,53 persen terhadap PDB menjadi 2,23
persen terhadap PDB.
Adanya pergeseran anggaran antar
unit organisasi, antar kegiatan, dan/
atau antar jenis belanja masuk dalam
pertimbangan percepatan pengajuan RUU
APBN 2012
Prognosis
Keterangan
6,7%
6,5%
Penurunan 0,2%
5,3%
7,0%
Deviasi 32%
6,0%
5,0%
Deviasi 16,7%
US$90/Barel
Rp8.800,00/US$
950 ribu barel/
hari
US$105/Barel
Rp9.000,00/US$
Deviasi 16,7%
Deviasi 2,3%
930 ribu barel/hari
Deviasi 2,1%
Wamenkeu I menyebutkan perubahan
pokok-pokok kebijakan fiskal sebagai faktor
kedua. Di sisi pendapatan, Anny—sapaan
akrab Anny Ratnawati—mengungkapkan
bahwa terdapat perubahan kebijakan
terkait dengan upaya pencapaian target
penerimaan perpajakan dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Sementara
di sisi belanja, perlu dilakukan langkah-
APBN-P selanjutnya. Anny menjelaskan
bahwa dalam APBN-P 2012, pemerintah
melakukan realokasi dari anggaran lain-lain
ke Bagian Anggaran (BA) Kementerian/
Lembaga yang sebelumnya belum
mempunyai BA, seperti pada Bawaslu, LPP
TVRI, dan LPP RRI. Anny menambahkan
bahwa hal ini sesuai dengan catatan BPK
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
“BPK menyarankan agar mengalokasikan
anggaran kepada K/L atau BA sesuai
dengan tupoksinya, sehingga realisasi
anggaran mencerminkan kinerja K/L
tersebut serta agar lebih transparan dan
akuntabel,” ungkap Anny. Selain itu, BPK
juga menyarankan agar pos belanja
yang dialokasikan berulang dan dapat
direncanakan dialokasikan melalui belanja
K/L, bukan BA 999.08.
Pemanfaatan Sisa Anggaran Lebih (SAL)
untuk pembiayaan pelonggaran defisit
fiskal dan stimulasi ekonomi melalui
tambahan belanja infrastruktur menjadi
salah satu agenda pemerintah pada
APBN-P 2012. Anny memaparkan bahwa
fokus kebijakan fiskal pada tahun berjalan
dan tahun-tahun mendatang adalah
tetap memberikan stimulasi fiskal untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi, inklusif, dan berkualitas
seraya menjaga kesinambungan fiskal
melalui langkah-langkah konsolidasi fiskal.
“Oleh karena itu, defisit fiskal harus dijaga
agar tetap dalam level yang aman, dan
tidak berpotensi melanggar UndangUndang,” tutur Anny. Tujuan itu bisa
ditempuh dengan optimalisasi pendapatan
negara, baik penerimaan perpajakan
maupun PNBP, serta penghematan dan
peningkatan efisiensi dan efektivitas alokasi
belanja negara. Hal itu akan ditempuh
dengan mengurangi subsidi yang tidak
tepat sasaran dan mengarahkan alokasi
anggaran untuk kegiatan-kegiatan yang
lebih produktif dan memberikan dampak
multiplikasi yang besar bagi perekonomian.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
7
Konsumsi masyarakat dan kinerja
investasi masih mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia
Anny Ratnawati
Perubahan asumsi makro
Dari rapat paripurna DPR, terdapat
beberapa perubahan asumsi-asumsi dasar
ekonomi makro yang disepakati, antara lain
adalah pertumbuhan ekonomi 6,5 persen,
inflasi 6,8 persen, nilai tukar Rp9.000 per
dolar Amerika, tingkat bunga SPN 3 bulan
6 persen, harga minyak mentah Indonesia
USD105 per barel, dan lifting minyak 930
ribu barel per hari. Penentuan angka-angka
asumsi dasar ekonomi makro ini antara
lain dipengaruhi kondisi perekonomian
global yang diperkirakan masih mengalami
perlambatan sebagai akibat dari krisis
utang dan fiskal di Eropa dan Amerika
Serikat.
Seperti dipaparkan Anny, pertumbuhan
ekonomi dunia diperkirakan melambat
dari 4 persen menjadi 3,3 persen pada
tahun 2012. Bahkan kawasan Eropa
diperkirakan mengalami kontraksi di
tahun 2012. Di sisi lain, pertumbuhan
volume perdagangan dunia pun diprediksi
mengalami penurunan menjadi 3,8
persen pada tahun 2012 dari sebelumnya
sebesar 6,9 persen pada tahun 2011.
Perekonomian domestik diperkirakan
terpengaruh imbas pelemahan ekonomi
global di atas, terutama pada kinerja
ekspor yang diprediksi menurun. Namun
demikian, kata Anny, ”Konsumsi masyarakat
dan kinerja investasi masih mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi
Indonesia.” Meskipun menurunkan target
pertumbuhan ekonomi APBN 2012 dari
6,7 persen menjadi 6,5 persen, pemerintah
tetap berupaya mendorong pertumbuhan
ekonomi di atas 6,5 persen antara lain
melalui berbagai stimulus infrastruktur
pemerintah.
Faktor kedua yang mendasari perubahan
asumsi ekonomi makro adalah
kecenderungan naiknya harga minyak
mentah di pasar dunia yang sangat tinggi
(jauh di atas asumsi harga minyak yang
digunakan dalam penyusunan APBN).
Perkembangan harga rata-rata minyak
mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/
8
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
ICP) Januari sampai dengan Maret 2012
menunjukkan rata-rata sebesar USD122
per barel atau mengalami deviasi sebesar
35,5 persen dari asumsi harga minyak
yang ditetapkan dalam APBN 2012 sebesar
USD90 per barel. Sementara itu, harga
minyak internasional pada tahun 2012
menunjukkan tren meningkat sejalan
dengan kondisi geopolitik di Timur Tengah
yang sedang memanas. “Krisis di Timur
Tengah selain memicu ketegangan politik
juga turut mendorong tersendatnya
pasokan minyak mentah dunia, sehingga
berdampak pada peningkatan ICP,” tutur
Anny. Berdasarkan kondisi tersebut maka
asumsi harga minyak mentah Indonesia
APBN 2012 perlu disesuaikan, yaitu dari
USD90 per barel menjadi USD105 per barel,
atau naik USD15 per barel (16,7 persen).
Pergerakan laju inflasi juga menjadi latar
belakang perubahan asumsi ekonomi
makro. Sepanjang tahun 2010 sampai
dengan awal tahun 2012, pergerakan
laju inflasi dikontribusi oleh harga bahan
makanan seperti beras, minyak goreng,
bumbu-bumbuan, serta komoditas safe
haven seperti emas perhiasan. Komoditas
bahan makanan tersebut sangat rentan
naik jika terjadi kenaikan harga minyak, baik
dari sisi produksinya maupun distribusinya,
sehingga kenaikan harga minyak global
secara tidak langsung juga diprediksi akan
mendorong peningkatan indeks harga
untuk sektor bahan makanan tersebut.
Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi
pada APBN 2012 sebesar 5,3 persen direvisi
naik menjadi 6,8 persen pada APBN-P 2012.
Anny juga menjelaskan bahwa
kecenderungan melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS sebagai akibat
dari ketidakpastian penyelesaian krisis
global menjadi faktor penentu perubahan
asumsi dasar ekonomi makro berikutnya.
Meningkatnya impor, terutama minyak,
juga memberikan tekanan terhadap nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat. Hingga Maret 2012, nilai tukar
rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,84
persen atau berada pada kisaran Rp9.000/
USD. “Terkait dengan perkembangan
tersebut, pemerintah perlu merevisi asumsi
nilai tukar rupiah APBN 2012, yaitu dari
Rp8.800/USD menjadi Rp9.000/USD,” ujar
Anny.
Berikutnya, terkait dengan SPN, sampai
dengan 3 bulan pertama tahun 2012,
lelang SPN 3 bulan sudah dilaksanakan
sebanyak enam kali. Rata-rata suku
bunga selama enam kali lelang tersebut
adalah sebesar 2,6 persen. Suku bunga
SPN 3 bulan dalam tahun 2012, menurut
Anny, ”Diperkirakan masih cukup rendah
mengingat masih tingginya sentimen
positif investor terhadap fundamental
perekonomian Indonesia yang ditandai
peringkat investment grade.” Dampak
sentimen positif tersebut juga mendorong
tingginya permintaan SPN 3 bulan
sehingga menghasilkan suku bunga
rendah. Berdasarkan perkembangan
tersebut, tingkat suku bunga SPN 3 bulan
dalam APBN-P 2012 perlu disesuaikan dari
6,0 persen menjadi 5,0 persen.
Sementara terkait pencapaian target
lifting pada tahun 2011 yang mencapai
rata-rata 898 ribu barel per hari, Anny
menyampaikan kekhawatiran bahwa
lifting minyak mentah dalam APBN tahun
2012 sebesar 950 ribu barel per hari
berisiko tidak tercapai sehingga dengan
demikian terdapat risiko tidak tercapainya
penerimaan dari sektor migas. Upaya
meningkatkan produksi minyak masih
menghadapi kendala seperti penurunan
produksi alamiah dari sumur-sumur minyak
yang sudah tua dan masih rendahnya
kegiatan investasi bidang perminyakan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
pemerintah menurunkan target lifting
minyak menjadi 930 ribu barel per hari.
Pertumbuhan ekonomi
Tekanan krisis global diperkirakan
akan berdampak pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh
karena itu, tanpa pengambilan kebijakan
apapun, pertumbuhan ekonomi tahun
2012 diperkirakan akan terkoreksi
menjadi 6,2 - 6,4 persen. Untuk merespon
perlambatan pertumbuhan ekonomi,
pemerintah menempuh langkah-langkah
kebijakan countercyclical melalui stimulus
fiskal dengan memanfaatkan SAL tahuntahun sebelumnya. “Dana tersebut akan
dipakai untuk membiayai belanja modal
bagi pembangunan infrastruktur dan
program kompensasi untuk menjaga daya
beli,” tandas Anny.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar 6,5 persen pada tahun 2012
terutama diperkirakan akan didorong
oleh pertumbuhan sektor konsumsi dan
investasi. Sejumlah langkah strategis
yang difokuskan pemerintah adalah
mengoptimalkan peran untuk mendukung
pembangunan infrastruktur, baik dalam
regulasi maupun pendanaan pada APBN-P
2012, meningkatkan penyerapan dan
kualitas belanja pemerintah, menjaga
stabilitas ekonomi makro sekaligus
iklim investasi Indonesia agar daya beli
masyarakat dapat terjaga dan ditingkatkan.
“Dengan pemberian stimulus fiskal untuk
mendukung pembangunan infrastruktur
sebesar Rp24 triliun, diperkirakan dapat
memberikan kontribusi bagi peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,21
persen,” terang Anny.
Defisit anggaran
Besaran defisit anggaran yang disepakati
dalam APBN-P 2012 adalah sebesar 2,23
persen terhadap PDB. Angka ini meningkat
dari asumsi pada APBN 2012 sebesar
1,53 persen. Pelebaran defisit tidak dapat
dihindarkan, terutama berkaitan dengan
perkembangan berbagai faktor eksternal,
khususnya perkembangan harga minyak
mentah dunia dan harga ICP. Hal itu telah
menyebabkan tekanan terhadap APBN
2012 akibat membengkaknya beban
subsidi energi yang sangat besar serta
kebijakan pemerintah untuk menjaga
pertumbuhan ekonomi minimal 6,5 persen
melalui belanja infrastruktur yang dibiayai
dari pemanfaatan SAL.
Kebijakan fiskal yang lebih ekspansif
melalui pelebaran defisit anggaran
menjadi 2,23 persen PDB dilakukan dengan
tetap mempertimbangkan terjaganya
defisit anggaran pada level yang aman
(kurang dari 3 persen PDB) agar tidak
berpotensi melanggar Undang-Undang.
Anny menegaskan bahwa pelebaran
defisit harus tetap diletakkan dalam
kerangka menjaga kesinambungan
fiskal melalui pengendalian defisit dan
kebijakan countercyclical. Sumber-sumber
pembiayaan untuk menutup penambahan
defisit harus diupayakan bersumber
dari pembiayaan yang berisiko rendah
antara lain SAL dan penerbitan SBN. Anny
memberikan catatan, ”Pemanfaatan SAL
diarahkan untuk kegiatan yang produktif
yang diharapkan dapat menstimulasi
perekonomian.”
Dalam rangka pengendalian defisit APBN-P
2012 sebesar Rp190,1 triliun atau 2,23
persen terhadap PDB tersebut, pemerintah
melakukan serangkaian upaya optimalisasi
penerimaan negara dan efisiensi belanja
negara. Pemerintah mengupayakan agar
semua sumber-sumber penerimaan
negara terealisasi secara optimal melalui
penerimaan pajak dan Pendapatan Negara
Bukan pajak (PNBP).
Sementara untuk mendukung efisiensi
belanja negara, pemerintah melakukan
serangkaian langkah-langkah kebijakan
strategis peningkatan efisiensi dan
penghematan belanja negara, antara lain
berupa pemotongan anggaran belanja K/L,
dengan mengungkapkan bahwa realisasi
defisit anggaran selalu lebih rendah
bila dibandingkan dengan target defisit
anggaran yang ditetapkan dalam APBN/
APBN-P. Menurut dia, hal ini disebabkan
oleh dua faktor. Pertama, realisasi
pendapatan negara dan hibah yang lebih
besar dari target yang ditetapkan sebagai
dampak dari langkah-langkah optimalisasi
sumber-sumber pendapatan negara dan
perkembangan ekonomi makro yang
mendorong peningkatan sumber-sumber
pendapatan negara. Kedua, realisasi
belanja negara yang lebih rendah bila
dibandingkan pagu anggaran, terutama
akibat lebih rendahnya penyerapan
anggaran oleh K/L yang dibiayai dari
pinjaman luar negeri dan efisiensi belanja,
khususnya belanja operasional atau
noninvestasi.
Meskipun dari pengalaman historis realisasi
defisit anggaran selalu lebih rendah, Anny
menekankan bahwa pemerintah akan
tetap melaksanakan serangkaian langkah
kebijakan guna menjaga defisit APBN
agar dapat terkontrol. “Antara lain melalui
perencanaan kas (Cash Flow Planning)
dengan selalu melakukan monitoring
Dengan pemberian stimulus fiskal untuk mendukung pembangunan infrastruktur
sebesar Rp24 triliun, diperkirakan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,21persen.
perubahan besaran subsidi, perubahan
parameter dan besaran subsidi nonenergi,
realokasi belanja dari BA 999.08 ke BA K/L,
perubahan sumber pendanaan (PNBP/BLU,
PHLN), serta reward and punishment.
Masih dalam kerangka di atas, sesuai
amanat pasal 7 ayat (6a) UU APBN-P 2012,
pemerintah juga diberikan kewenangan
untuk melakukan penyesuaian harga BBM
bersubsidi apabila realisasi harga rata-rata
minyak mentah Indonesia selama enam
bulan terakhir mengalami kenaikan atau
penurunan lebih dari 15 persen dari harga
ICP yang diasumsikan dalam APBN-P 2012
sebesar 105 US$/barel.
dan evaluasi atas penerimaan negara,
belanja negara, pembiayaan anggaran,
dan defisit APBN. Selain itu memantau
kondisi perekonomian global dan
domestik melalui early warning system
dan Crisis Management Protocol (CMP)
kebijakan fiskal,” kata Anny. Melalui kegiatan
pemantauan tersebut, maka akan dapat
diketahui apakah perekonomian nasional
dan APBN dalam kondisi alert, pre crisis, atau
pun crisis. “Selanjutnya, pemerintah dapat
menentukan respon kebijakan pencegahan
dan penanganan krisis guna dibahas lebih
lanjut dengan DPR,” pungkas Anny.
Realisasi lebih rendah
Berdasarkan data realisasi APBN tahun
2005–2011, Anny memberikan angin segar
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
9
APBN-P 2012 sebagai
Fiscal Buffer
Teks:
Iin Kurniati
Foto:
Kapal Brotojoyo, Dok. PCI.
Percepatan pengajuan perubahan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) tahun 2012 utamanya dilatarbelakangi
oleh instabilitas harga minyak mentah dunia. Pengendalian subsidi
dengan syarat-syarat tertentu menjadi opsi yang disetujui DPR dan
Pemerintah demi menjaga ketahanan fiskal dan perekonomian
dalam negeri. Kesepakatan dalam rapat paripurna DPR terkait
dengan tambahan pasal 7 ayat (6a) berdampak terhadap
peningkatan belanja subsidi pada APBN-P 2012 yang diperkirakan
menimbulkan tambahan defisit anggaran sebesar Rp66,1 triliun.
Lalu bagaimana upaya pemerintah menyikapi hal tersebut? Berikut
ulasan perbincangan Media Keuangan dengan Wakil Menteri
Keuangan I, Anny Ratnawati, beberapa waktu lalu.
Pemerintah berencana menutup defisit
anggaran dengan membiayainya dari sumber
pembiayaan utang dan nonutang. Apa saja
upaya pemerintah terkait hal tersebut?
Peningkatan besaran defisit anggaran dari
Rp124 miliar atau 1,5 persen terhadap PDB
menjadi sebesar Rp190 ,1 miliar atau 2,23
persen terhadap PDB memberikan implikasi
pada peningkatan kebutuhan pembiayaan.
Peningkatan pembiayaan anggaran dalam
RAPBN-P 2012 sebesar Rp66,08 miliar
direncanakan akan dibiayai dari sumber
pembiayaan nonutang sebesar Rp43,49 miliar
dan sumber pembiayaan utang sebesar
Rp22,59 miliar.
Apabila dalam APBN 2012 pembiayaan
nonutang sebesar negatif Rp9,54 miliar dan
pembiayaan utang sebesar Rp133,56 miliar,
maka dalam APBN-P 2012 pembiayaan
nonutang sebesar Rp33,94 miliar dan
pembiayaan utang sebesar Rp156,16 miliar.
Pembiayaan nonutang tersebut bersumber
dari perbankan dalam negeri sebesar Rp60,56
miliar dan nonperbankan dalam negeri sebesar
negatif Rp26,62 miliar. Sedangkan pembiayaan
utang terdiri dari pembiayaan luar negeri (neto)
sebesar negatif Rp4,42 miliar, Surat Berharga
Negara (neto) sebesar Rp159,59 miliar, dan
10
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp991,2
miliar.
Beberapa kebijakan pembiayaan dalam
rangka untuk menutup defisit anggaran yaitu
mencari sumber-sumber pembiayaan dengan
cost of borrowing murah dan berisiko rendah,
menurunkan debt ratio, serta mengarahkan
pemanfaatan utang untuk kegiatan yang
produktif dan mempunyai nilai tambah bagi
perekonomian. Adapun untuk tambahan
defisit dalam APBN-P 2012 dipenuhi dari SAL
dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
Namun terjadinya penundaan penyesuaian
harga BBM, berpotensi meningkatkan beban
subsidi BBM yang diperkirakan berkisar Rp5
triliun hingga Rp6 triliun per bulan. Maka
yang dapat dijadikan bantalan (buffer) yakni
memanfaatkan potensi efisiensi belanja
Kementerian/Lembaga (K/L), pemanfaatan
dana program kompensasi yang belum
digulirkan, dan menggunakan dana cadangan
risiko fiskal.
Dalam APBN-P 2012, pendapatan negara dan
hibah diperkirakan mencapai Rp1358,2 triiun
atau mengalami kenaikan 3,6 persen dari
target APBN tahun 2012. Langkah-langkah
apa yang akan dilakukan pemerintah untuk
mencapai target penerimaan perpajakan?
Di bidang perpajakan, pemerintah akan
melakukan upaya-upaya yang meliputi
pembenahan sistem dan regulasi Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), penyempurnaan
beberapa kebijakan terkait Pajak Penghasilan
(PPh) yang disesuaikan dengan perkembangan
usaha, pemanfaatan data yang maksimal
untuk optimalisasi penggalian potensi pajak
melalui pengoperasian Kantor Pengolahan
Data Eksternal (KPDE), perbaikan administrasi
piutang pajak melalui kegiatan otomasi sistem
administrasi piutang pajak dan penerapan
strategi penagihan melalui publikasi dan
penyanderaan.
Pemerintah juga berupaya meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak (WP) terutama WP
bendahara Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) melalui peningkatan
pengawasan bendahara APBD, perluasan
tax base melalui penyempurnaan strategi
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN),
peningkatan efektifitas fungsi pemeriksaan
dan penyidikan, serta operasionalisasi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pertambangan dan Migas
sejak 1 April 2012.
Di bidang kepabeanan dan cukai, pemerintah
menjaga terpenuhinya kebutuhan belanja
barang nonoperasional dan belanja modal
dalam rangka pencapaian output/outcome
dari kegiatan maupun program prioritas
nasional, mengoptimalkan pagu belanja barang
nonoperasional nonprioritas dan belanja
pegawai transito sebagai sumber pemenuhan
pemotongan pagu K/L, dan khusus bagi
K/L yang telah menerima tunjangan kinerja
dalam rangka reformasi birokrasi, pemotongan
honorarium kegiatan atau tim bersifat wajib.
Tindak lanjut dari kebijakan ini yaitu setelah
UU APBN-P tahun 2012 ditetapkan, maka
secepatnya dilakukan penetapan revisi DIPA
dari masing-masing K/L yang mengalami
pemotongan anggaran. Hal ini dimaksudkan
agar K/L segera memperoleh kepastian besaran
jumlah belanja yang dipotong sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan anggaran.
Bagaimana harapan Ibu terkait realisasi
APBN-P 2012 mendatang?
akan melakukan kebijakan pengenaan tarif bea
keluar yang bersifat progresif, kenaikan tarif cukai
hasil tembakau, serta pelaksanaan program
pemberantasan cukai ilegal dan peningkatan
pengawasan di daerah perbatasan terutama
pada jalur rawan penyelundupan.
Selain itu, pemerintah juga akan melakukan
kebijakan peningkatan akurasi pemeriksaan
fisik, klasifikasi, nilai pabean, optimalisasi
pemanfataan sarana operasi atau sarana patroli
darat dan laut khususnya di daerah perbatasan,
peningkatan fungsi pengawasan terhadap
barang kena cukai melalui pengembangan risk
management, implementasi kenaikan tarif cukai,
dan mengusulkan barang kena cukai baru
bersama dengan Badan Kebijakan Fiskal.
Lalu bagaimana upaya pemerintah
memenuhi target PNBP?
Di bidang PNBP, pemerintah mengoptimalkan
penerimaan minyak dan gas (migas) dengan
meningkatkan lifting, melakukan upaya-upaya
untuk menemukan cadangan migas baru,
mengupayakan rasio cost recovery terhadap
gross revenue yang semakin menurun, serta
melakukan renegosiasi kontrak gas.
Upaya lain yang juga dilakukan untuk
meningkatkan target PNBP adalah dengan
optimalisasi penerimaan laba Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) tanpa mengganggu cash
flow BUMN serta optimalisasi PNBP K/L dan
pendapatan Badan Layanan Umum, dengan
melakukan peninjauan ulang tarif PNBP.
Salah satu pokok kebijakan fiskal yang
disepakati adalah penghematan belanja
Pemerintah Pusat seperti pemotongan
anggaran belanja K/L sebesar Rp18,9 triliun.
Bagaimana tindak lanjut kebijakan ini?
Kebijakan pemotongan anggaran belanja K/L
dilakukan sesuai Undang-Undang (UU) No.17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
UU No.33 Tahun 2003 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah yang membatasi defisit
APBN dan APBD maksimal 3 persen dari PDB.
Adapun pokok-pokok kebijakan pemotongan
anggaran belanja K/L, antara lain menjaga agar
pemotongan pagu K/L tetap dapat menjamin
pencapaian sasaran-sasaran prioritas nasional,
pengenaan prinsip sharing the participation,
besaran pemotongan belanja masing-masing
K/L didasarkan atas kinerja daya serap anggaran
selama tiga tahun terakhir, tidak mengurangi
biaya tetap berupa belanja pegawai dan belanja
barang operasional penyelenggaraan kantor,
Output/outcome dalam pelaksanaan APBN-P
2012 diharapkan dapat tercapai secara efisien.
Ini berarti target pendapatan, realisasi belanja,
dan pembiayaan tercapai secara optimal,
pelaksanaannya tidak menimbulkan beban
anggaran tambahan di tahun depan. Jadi secara
governance terjaga dan dapat memberikan
kontribusi bagi penguatan pondasi dan
ketahanan perekonomian di masa depan.
Sehingga kredibilitas APBN terjaga dan
pada gilirannya akan mempunyai impact
positif bagi iklim investasi dan terwujudnya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan inklusif. Melalui APBN-P 2012, pemerintah
telah mempunyai katup pengaman yang
memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk
melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi
terkait peningkatan ICP yang signifikan
sehingga defisit APBN tetap dapat dijaga dalam
batas aman.
Selain itu, APBN-P 2012 diharapkan dapat
menjadi bantalan (fiscal buffer) sekaligus alat
contercyclical yang efektif untuk mengatisipasi
dampak krisis global 2012 sehingga peran
APBN sebagai jangkar perekonomian tetap
mempunyai nilai strategis dalam menstimulus
perekonomian dan menjaga pertumbuhan
ekonomi pada level yang cukup tinggi.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
11
Menyoroti
Kebijakan dalam
APBN-P 2012
Teks: Iin Kurniati Foto: Dok. Pribadi
“Dari sisi ekonomi pembatasan subsidi dengan
tujuan supaya target defisit tidak melampaui,
sah-sah saja. Hanya kalau kita lihat bahwa pada
kondisi kenyataan memang tampaknya BBM itu
sebagai bahan energi yang pokok dan tidak ada
substitusinya maka ini akan menjadi sangat elastis.”
Demikian diungkapkan Rina Indiastuti, Guru Besar
Fakultas Ekonomi, Universitas Padjajaran, Bandung
kepada Media Keuangan, Rabu (11/4).
M
enurut Rina – sapaan akrabnya, terkait keinginan
pemerintah yang ingin menyesuaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebesar Rp1500 per liter atau membatasi
jumlah subsidi hingga Rp2000 perliter sebenarnya tidak masalah.
Namun dikatakan elastis ketika pembatasan subsidi menyebabkan
harga BBM dan harga bahan pokok lainnya juga mengalami
kenaikan. Hal ini karena BBM merupakan sumber energi yang tak
dapat diperbarui.
“Jadi menurut saya alasan dari sisi masyarakat (mengapa) berat
menyikapi pembatasan subsidi karena masalah BBM sebagai
komoditas pokok, energi pokok yang tidak ada substitusinya. Coba
kalau ada substitusinya, misalnya ada public transportation atau ada
(energi alternatif ) gas yang dicanangkan, mungkin pembatasan
subsisdi menjadi biasa saja buat kita. Tapi kalau dari soal sisi
mekanisme pengaturan supaya defisit tidak terlampau itu sah-sah
saja,” ungkap Rina.
Efek snow ball
Rina meyakini bahwa saat ini, pembatasan subsidi BBM bila
dilihat secara konsep untuk pengendalian defisit tidak masalah,
tapi bila dilihat dari keadaan masyarakat, dikhawatirkan dapat
menimbulkan efek snow ball. Misalnya, dengan pembatasan
subsidi maka konsekuensinya adalah harga BBM naik, inflasi naik,
daya beli turun, dan masalah-masalah lain timbul. Dalam hal ini,
Rina lebih menyoroti sejumlah permasalahan dalam APBN-P
2012 seperti masalah regulasi jumlah kendaraan, konsumsi BBM,
penggunaan BBM jenis lain, hingga masalah lifting minyak.
Pertama, berdasarkan data penjualan kendaraan roda dua dan
kendaraan roda empat yang meningkat setiap tahunnya, persoalan
12
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
ini merupakan dilematis tersendiri bagi pemerintah. Di satu sisi,
meningkatkan konsumsi domestik, namun di sisi lain konsumsi
BBM bersubsidi makin tidak terkendali. Rina menambahkan bahwa
tidak hanya ketepatan penggunaan BBM bersubsidi yang harus
diperhatikan oleh pemerintah tetapi juga masalah konsumsi
penggunaannya.
Kedua, terkait pilihan penggunaan BBM jenis lain, Rina menaruh
harapan besar agar semakin banyak masyarakat menengah ke
atas yang beralih menggunakan pertamax. Meskipun begitu,
Rina menyarankan agar pemerintah membuat barrier pada BBM
bersubsidi. “Jadi manakala dua komoditas yang sama, lalu kita tidak
ada barrier untuk akses itu, tentunya saya akan pilih yang murah.
Kecuali ada barrier, misalnya dibuat regulasi agar SPBU melayani
BBM bersubsidi hanya untuk angkutan umum,” jelas Rina.
Ketiga, terkait target lifting minyak yang diturunkan dalam APBN-P
2012, menurut Rina hal tersebut masih masuk akal, sebab semakin
lama cadangan minyak berkurang dan mesin yang digunakan
juga semakin tua. Dampaknya terhadap perekonomian Indonesia
adalah masalah supply dalam negeri, kecuali bila impor yang
memang dapat mengakibatkan penambahan defisit.
Bila melihat perkembangan kebijakan minyak dan gas, Rina
memandang pemerintah perlu mengadakan kajian tentang
Tapi
yang penting poin dari semua itu
adalah Kementerian Keuangan bekerja keras
sebab kunci jurusnya ada di lingkungan
dia
(pengelola
keuangan)
sendiri.
Rina Indiastuti
persaingan ketat dalam penjualan surat
berharga, pemerintah disarankan untuk
memberi rate premium. Tetapi, sejauh
mana rate tersebut tidak akan membebani
ketahanan fiskal jangka panjang masih
perlu dipertanyakan.
pengolahan minyak dan seberapa banyak
cadangan minyak di Indonesia yang masih
belum tereksploitasi. Sehingga dengan
mempercepat kajian mengenai migas,
dapat memperbesar potensi lifting minyak
pada tahun berikutnya.
Langkah strategis
Akibat pembatalan pembatasan subsidi
BBM, anggaran subsidi BBM semakin tinggi
dan peluang terjadinya pembengkakan
defisit dapat lebih besar. Selain dapat
menyalahi undang-undang yang
membatasi besaran defisit anggaran tidak
lebih dari 3 persen, dimungkinkan pula
terjadinya inflasi pada perekonomian
nasional. “Selain ketahanan fiskalnya
menjadi terganggu, kalau defisit lebih besar
dari targetnya bisa memicu inflasi,” lanjut
Rina.
Maka dari itu, Rina menuturkan pentingnya
mencari pembiayaan untuk menutup
defisit, misalnya dengan utang dalam
negeri. Pada kondisi saat ini, dimana terjadi
Namun demikian, Rina optimis bahwa
seberapapun besar jumlah defisit
anggaran, pemerintah telah menyiapkan
berbagai jurus untuk mengatasi potensi
membengkaknya defisit. “Tapi yang
penting poin, dari semua itu adalah
Kementerian Keuangan bekerja keras
sebab kunci jurusnya ada di lingkungan dia
(pengelola keuangan) sendiri,” tutur Rina.
Misalnya meningkatkan pelayanan pajak
sebagai kunci penerimaan negara serta
efisiensi sebagai kunci mencegah defisit
anggaran.
Selain itu, langkah strategis yang harus
ditempuh pemerintah agar postur APBN-P
2012 tidak goyah adalah melakukan
penghematan untuk belanja pegawai. Bagi
Rina, bukan hanya terkait permasalahan
gaji pegawai, tetapi juga meminimalisir
kegiatan yang kurang efektif dan efisien,
misalnya honor kegiatan sampai terkait
perjalanan dinas. Sehingga apabila
government spending tersebut lebih efisien,
ekonomi nasional akan tumbuh baik.
Pengaruh penambahan pasal 7 ayat
6a
Lebih jauh terkait subsidi BBM, Rina menilai
penambahan pasal 7 ayat (6a) pada
APBN-P 2012 menimbulkan ketidakpastian
fiskal dalam perekonomian, “Masa harus
menunggu dulu harganya naik, tapi kalau
sudah deal saya tidak bisa comment apaapa, ”ujar Rina. Ketidakpastian fiskal ini bagi
golongan kecil justru tidak terpengaruh,
sebab pemerintah telah menyiapkan
sejumlah kompensasi bagi masyarakat
yang tidak mampu.
Rina menjelaskan bahwa ketidakpastian
ini sebetulnya dapat menimbulkan efek
pada masyarakat golongan menengah
ke atas, khususnya pengusaha. Sebagai
contoh, mereka telah menyusun
rencana bisnis dengan perhitungan
seberapa besar penggunaan energi yang
dibutuhkan dalam produksinya, tetapi akan
menimbulkan permasalahan lain apabila
ketidakpastian ini berlanjut dan harga
minyak dunia meningkat.
Akibatnya, para pengusaha harus
menambah cost atau biaya yang
menyebabkan produktifitasnya terganggu.
Sehingga dikhawatirkan asumsi
pertumbuhan ekonomi tidak akan sampai
6,5 persen karena supply (penawaran) dan
demand (permintaan) yang menurun.
“Harapan saya untuk delapan bulan hingga
akhir tahun, (harga) minyak dunia tidak
lebih tinggi lagi karena kuncinya kita sangat
tergantung pada harga minyak dunia.
Harga minyak dunia naik, pasal 7 jalan,
(maka) harga BBM bersubsidi premium
naik,” jelas Rina.
Harapan
Ketika ditanya harapan, Rina menginginkan
agar perekonomian Indonesia ke depan
dapat tumbuh secara berkualitas,
khususnya dari sisi belanja APBN untuk
infrastruktur. “Infrastruktur ini tidak hanya
untuk publik tetapi bagi penguatan sektor
industri bisnis dimana mereka (para pelaku
industri) juga berperan sebagai kontributor
pajak sekaligus sebagai pemberi lapangan
kerja. Jadi otomatis ekonomi kita menjadi
kuat sekaligus secara fiskalnya, ”pungkas
Rina.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
13
Laurens
Bahang
Dama:
Pemerintah
Perlu Ajukan
APBN-P
Kedua
Teks dan Foto:Arfindo Briyan
Keputusan Rapat Paripurna
antara DPR RI dengan
pemerintah menampung
berbagai aspirasi masyarakat.
Dalam waktu dekat, harga
jual eceran BBM bersubsidi
tidak mengalami kenaikan.
Namun jika rata-rata harga
minyak dunia terus melonjak,
pemerintah telah memiliki
katup pengaman untuk
menyelamatkan APBN.
14
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
P
erhatian publik dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja NegaraPerubahan (APBN-P) 2012 memang
tidak lepas dari disetujuinya ‘opsi II’ dalam
Rapat Paripurna DPR RI dengan pemerintah
yaitu pasal 7 ayat (6a) dalam UndangUndang APBN-P 2012. Pasal tersebut
berbunyi, “Dalam hal harga rata-rata minyak
mentah Indonesia (Indonesian Crude
Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan
mengalami kenaikan atau penurunan lebih
dari 15% (lima belas persen) dari harga ICP
yang diasumsikan dalam APBN Perubahan
Tahun Anggaran 2012, pemerintah
berwenang untuk melakukan penyesuaian
harga BBM bersubsidi dan kebijakan
pendukungnya.”
Laurens Bahang Dama, Anggota DPR
Komisi XI, meyakini dukungan masyarakat
dalam keputusan Paripurna ini sangat
minim. Dalam kondisi demikian, Laurens
menilai langkah yang dapat dilakukan oleh
pemerintah adalah dengan memberikan
sosialisasi yang lebih serius kepada
masyarakat mengenai alasan perubahan
APBN, khususnya terkait pengurangan
subsidi BBM. Menurutnya, terjadi benturan
antara pemerintah dengan masyarakat.
“Sekarang kalau berbicara dari sisi rakyat,
kalau bisa jangan naik (harga eceran) BBM.
Tapi kan pemerintah sudah menyampaikan
bahwa keuangan negara tidak cukup untuk
kita menutupi subsidi uang negara kan
begitu,” katanya.
Salah satu Anggota Badan Anggaran DPR
ini memaklumi kegelisahan masyarakat
yang tidak menginginkan terjadinya
kenaikan harga barang-barang. Laurens
melanjutkan, “Masyarakat pasti ingin tidak
ada kenaikan, (harga) barang-barang.
Tidak naik (harga) BBM, karena masyarakat
sekarang menganggap apa-apa ini naik
(harga), (harga) barang naik karena BBM
naik. Mereka tidak berbicara mengurangi
subsidi, sehingga memang ini suatu
hal yang sangat sulit buat pemerintah
sekarang ini.” Perbedaan persepsi inilah
yang menurut Laurens harus diperbaiki.
Laurens mengatakan, pemerintah
sebaiknya terus menyampaikan kepada
masyarakat bahwa dana pengurangan
subsidi BBM ini akan dialihkan untuk
program-program lain yang lebih
tepat sasaran. “Pemerintah mengambil
kebijakan dalam rangka bagaimana supaya
mengatasi (masalah) perekonomian
nasional yang berimplikasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat,”
alasan inilah yang menurutnya harus
terus disuarakan oleh pemerintah kepada
masyarakat.
ekstensifikasi dan intensifikasi. “Bagaimana
kita meningkatkan penerimaan negara
yang 76 persen dari pajak. Tapi itu akan
berimplikasi pada pengusaha, akan terbiritbirit nanti,” katanya. Untuk menghindarinya,
Laurens menghimbau agar pemerintah
terus meningkatkan penerimaan pajak dari
Wajib Pajak (WP) perorangan, tidak hanya
fokus kepada WP badan.
Langkah strategis pemerintah
Lebih lanjut, Lauren menyarankan
pemerintah untuk secepatnya mengajukan
APBN perubahan dua. “Kalau lihat tren
harga minyak, kemudian segala macam ini
kan, pemerintah harus melakukan usulan
perubahan yang ke dua,” tegas Laurens.
Perubahan APBN-P untuk yang kedua
kalinya dalam satu tahun pernah dialami
Indonesia pada tahun 2005. Hal tersebut
dilakukan sebagai bentuk penyelamatan
perekonomian Indonesia di tengah krisis
global yang terjadi.
Setidaknya ada empat alasan mengapa
perlu adanya perubahan APBN 2012.
Pertama krisis global yang mengakibatkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi. Krisis
global itu kemudian juga mengakibatkan
ketidakpastian dan memicu depresiasi nilai
mata uang rupiah. Alasan ketiga adalah
krisis geopolitik yang mengakibatkan
peningkatan harga Indonesian Crude Price
(ICP). Terakhir adalah adanya potensi tidak
tercapainya lifting minyak di Indonesia.
Dengan alasan tersebut, pemerintah
akhirnya mengajukan percepatan
perubahan APBN 2012.
Dengan keputusan penundaan
pengurangan subsidi BBM oleh
pemerintah, Laurens mengakui bahwa
saat ini pemerintah sedang berapa pada
posisi yang sulit. “Otomatis beban subsidi
itu ke masyarakat, ke rakyat, pengguna.
Ini berdampak pada kenaikan defisit. Kita
punya defisit akan lebih besar dari apa yang
sudah disepakati APBNP itu 2,23 persen,”
paparnya.
Apa yang bisa dilakukan pemerintah?
Menurut Laurens pemerintah harus terus
melakukan penghematan. “Konsumsi
BBMnya kan meningkat. Dengan harga
bahan bakar sekarang misalnya (harga)
pertamax sudah Rp10.000 lebih, orang
yang biasanya pakai pertamax sekarang
bisa pindah ke premium bersubsidi.
Otomatis ini volume (pemakaian BBM
subsidi) akan meningkat. Sementara kita
(DPR dan pemerintah) sudah menyetujui
budget untuk BBM bersubsidi 40 juta
kiloliter, tapi dengan konsumsinya
bertambah, pasti jebol itu 40 juta kiloliter.
Belum selisih harga,” terang Laurens.
Di sisi perpajakan, Laurens melanjutkan,
pemerintah harus melaksanakan
Harapan
Di masa perekonomian Indonesia
yang sedang berkembang ini, Laurens
mengharapkan perkembangan yang
kontinu pada perekonomian Indonesia ini.
“Lebih maju, baik dari sisi pertumbuhan
ekonomi, dari investasi yang terus
meningkat. Kemudian pembenahan
infrastruktur kita khususnya bidang energi
kita,” katanya. Lebih lanjut, Laurens berharap
pembangunan infrastruktur juga dapat
memberi sumbangsih kepada kemajuan
usaha mikro, kecil, dan menengah, yang
nantinya juga akan berkontribusi bagi
perekonomian secara nasional.
Terkait dengan pelaksanaan APBNPerubahan, Laurens mengimbau
pemerintah agar melakukan efisiensi
anggaran. Selain itu, Laurens melanjutkan,
pemerintah perlu mencari strategi
agar investor diberi kemudahan. Serta
pengoptimalan di beberapa bidang lain
seperti perpajakan dan migas. “Bagaimana
supaya Pertamina melakukan genjotan
supaya lifting minyak kita naik. Semakin
tinggi harga minyak kalau lifting naik kan
bisa tertutupi. Selama ini malah lifting turun
otomatis impor kita naik. Begitu impor
kita naik ini berat beban pada subsidi kita,”
pungkas Laurens.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
15
wawancara
Indonesia Berturut-turut Raih
Dua Penghargaan Internasional
Teks: Iin Kurniati Foto: Bagus Wijaya
Di tengah perlambatan ekonomi di Amerika Serikat serta krisis utang yang terjadi pada sejumlah
negara di zona Eropa, Indonesia justru berhasil memperoleh dua penghargaan berturut-turut dari
majalah FinanceAsia. Dua penghargaan tersebut yakni penghargaan “Best Sovereign Bond Republic
of Indonesia USD2,5 billion 10-year bond” dan “Borrower of the year 2011”. Penghargaan dari majalah
keuangan yang berbasis di Hongkong ini berarti penting dalam menciptakan lower cost/ yield, news
class of investor dan bigger demand terhadap pengelolaan global bonds di Indonesia. Untuk mengetahui
lebih jauh mengenai prestasi ini, Media Keuangan berkesempatan berbincang dengan Rahmat
Waluyanto, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang di tengah-tengah kesibukannya, Jumat lalu (13/4), di
Jakarta. Berikut petikan wawancaranya.
Majalah FinanceAsia merupakan media yang mengulas isu-isu
mengenai dunia keuangan dan pasar modal di Asia serta diakui
sebagai sumber informasi terdepan terkait perkembangan
ekonomi Asia. Sejauh mana kedua penghargaan tersebut
akan menarik para investor global untuk memilih global bonds
Indonesia dibanding produk serupa yang diterbitkan oleh
negara-negara Asia lain dan apa kelebihan produk kita?
Pada dasarnya, alternatif investasi yang tersedia bagi investor
saat ini relatif terbatas. Hal ini karena Eurozone masih berisiko, US
masih memerlukan monetary easing policy untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, sementara Jepang masih berkutat dengan
deflasi dan low growth. Dengan demikian, emerging market yang
umumnya memiliki kondisi perekonomian, fiskal, dan moneter
yang lebih baik menjadi tujuan investasi bagi investor.
16
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Dari sisi kelebihan produk, global bonds pemerintah Indonesia
memiliki tingkat imbal hasil yang masih cukup menarik,
dengan ketahanan ekonomi yang kuat serta adanya ekspektasi
membaiknya harga global bonds pemerintah Indonesia di pasar
sekunder.
Kedua penghargaan tersebut diberikan kepada Indonesia atas
prestasinya dalam menerbitkan global bonds pada bulan Mei
2011 dan global sukuk pada bulan November 2011. Investor
dari negara mana saja yang dominan membeli global bonds dan
global sukuk Indonesia?
Saat itu investor yang dominan membeli global bonds pemerintah
Indonesia berasal dari Amerika Serikat, Singapura, dan Hongkong.
Sedangkan investor yang dominan membeli global sukuk Indonesia
berasal dari negara-negara Timur Tengah.
Upaya-upaya apa saja yang dilakukan
DJPU selama ini dalam menggaet
investor?
Dalam menarik investor, Ditjen Pengelolaan
Utang selama ini melakukan komunikasi
aktif dengan pelaku pasar seperti investor
conference call, non-deal roadshow, hingga
investor meeting dan sebagainya. DJPU juga
terus mengembangkan instrumen agar
dapat menjangkau investor lebih luas, serta
menjaga kepercayaan investor dengan
melakukan pengelolaan utang secara
transparan dan akuntabel. Tak ketinggalan,
DJPU juga melakukan pemilihan Joint
Lead Managers (JLM) yang memiliki
basis investor yang kuat, terutama untuk
penerbitan Sukuk Global yang memiliki
basis Islamic Investor.
Penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
selama ini memang sudah menjadi salah
satu instrumen pembiayaan dalam APBN
maupun APBN Perubahan. Untuk tahun
2012 ini, jenis SUN dan/atau SBSN apa
saja yang sudah diterbitkan?
SUN yang sudah diterbitkan tahun 2012
ini adalah Obligasi Negara Fixed Rate (FR),
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan
Global Bonds. Sedangkan SUKUK yang telah
diterbitkan tahun ini meliputi Islamic Fixed
Rate (IFR), Project Base Sukuk (PBS), Sukuk
Dana Haji Indonesia (SDHI), dan Sukuk Ritel
(SR).
Apa saja tantangan dan kendala yang
dihadapi DJPU sepanjang tahun 2011
dalam menerbitkan global bonds maupun
global sukuk?
Secara umum, tantangan dan kendala
dalam penerbitan global bonds tahun
2011 yakni terbatasnya likuiditas di pasar
global karena krisis Eropa dan perlambatan
ekonomi di Amerika Serikat, Jepang, dan
negara maju lainnya serta terdapatnya
sentimen dan kondisi pasar keuangan
global yang sangat fluktuatif. Maka dari itu,
DJPU berupaya menerbitkan instrumen
yang dapat mengakomodir permintaan
pasar namun tetap memperhatikan biaya
utang serta melakukan komunikasi aktif
dengan pelaku pasar guna meyakinkan
pelaku pasar terhadap ketahanan ekonomi
Indonesia.
Sedangkan dari sisi global sukuk, kondisi
pasar keuangan global yang fluktuatif,
krisis finansial yang semakin memburuk di
Eropa, diikuti krisis politik di kawasan Eropa
dan perlambatan perekonomian dunia
terutama di advanced country menjadi
tantangan dan kendala tersendiri yang
dihadapi sepanjang tahun 2011.
Hal ini memberikan implikasi pada minat
investor untuk berinvestasi pada asetaset di luar safe-haven menjadi terbatas
karena cenderung menghindari instrumen
investasi yang memiliki risiko default lebih
tinggi, sehingga potensi permintaan
terhadap global sukuk dikhawatirkan lebih
rendah. Selain itu, investor cenderung
meminta imbalan yang lebih tinggi pada
instrumen investasi di luar safe-haven
sebagai ‘kompensasi’ besarnya risiko yang
dihadapi, sehingga biaya penerbitan global
sukuk dikhawatirkan menjadi lebih tinggi.
Saat penerbitan global sukuk pada tahun
2011, Indonesia belum memperoleh
peringkat investment grade dari Moody’s,
S&P, dan Fitch sehingga berdampak pada
berkurangnya potensi permintaan terhadap
global sukuk. Hal ini terjadi karena beberapa
institusi multinasional mensyaratkan
portofolio investasinya dalam instrumen
berpredikat investment grade serta adanya
kemungkinan meningkatnya cost of fund
penerbitan global sukuk akibat investor
menghendaki tingkat imbalan yang cukup
tinggi.
Upaya apa yang telah dilakukan DJPU
untuk mengatasi kendala dan tantangan
tersebut?
Untuk mengatasi kendala dan tantangan
tersebut, DJPU melakukan beberapa
tindakan. Pertama, menggali informasi dan
data mengenai kondisi pasar keuangan
global secara lebih intensif untuk melihat
perkembangan terkini terhadap pasar
keuangan global serta prospek pasar
keuangan global di masa depan. DJPU
juga menjalin komunikasi aktif dengan
para analisis dalam dan luar negeri untuk
mendapatkan masukan mengenai kondisi
terkini dan outlook pasar keuangan global.
Upaya ini dilakukan untuk menentukan
waktu penerbitan global sukuk yang tepat
sesuai kebutuhan pemerintah dan kondisi
pasar.
Kedua, DJPU mengadakan non-deal
roadshow secara efektif ke beberapa
negara yang dipilih secara cermat sesuai
dengan target investor yang dituju.
Dalam roadshow ini DJPU secara aktif
‘mempromosikan’ global sukuk yang akan
diterbitkan kepada para calon investor
melalui penyajian data-data aktual yang
menunjukkan performance fundamental
ekonomi Indonesia yang baik.
Ketiga, DJPU berupaya melaksanakan
strategi penerbitan dengan cara masuk
ke pasar pada saat kondisi pasar paling
kondusif, sehingga dapat mencapai target
cost of fund yang efisien dan menjaring
investor sesuai dengan target.
Sebagai penutup, bagaimana harapan
Bapak terhadap hasil penjualan SUN dan/
atau SBSN yang diterbitkan pemerintah
Indonesia?
Kami berharap penjualan SUN dan/
atau SBSN mampu diserap pasar dengan
baik sehingga dapat memenuhi target
pembiayaan defisit APBN. Mengingat
Indonesia telah memperoleh status
investment grade, kami juga berharap
adanya penurunan tingkat yield dan kupon
SUN dan/atau SBSN sehingga mampu
menekan biaya utang pemerintah.
Melalui penjualan ini diharapkan pula
dapat mendorong pertumbuhan dan
pengembangan pasar keuangan syariah
dalam dan luar negeri. Dengan SBSN,
pemerintah berharap pasar keuangan
syariah, khususnya di dalam negeri dapat
semakin berkembang seiring semakin
banyaknya alternatif instrumen investasi.
SBSN juga diharapkan dapat menjadi
benchmark di pasar keuangan syariah
bagi perusahaan-perusahaan yang ingin
menerbitkan instrumen investasi berbasis
syariah.
Selain itu, penjualan ini diharapkan dapat
memperkuat pasar modal Indonesia
dengan mendorong transformasi dari
savings-oriented society menjadi investmentoriented society, serta dapat berkontribusi
dalam akselerasi pendalaman pasar
keuangan. Sehingga investasi di pasar
modal menjadi lebih menarik dikarenakan
likuiditas yang memadai, produk yang
lebih terdiversifikasi, dan lebih terhubung
dengan sektor riil.
Terakhir, kami berharap dapat berkontribusi
dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
melalui penurunan yield yang dapat
menurunkan cost of borrowing swasta,
sehingga swasta dapat lebih banyak
menerbitkan bonds untuk ekspansinya.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
17
profil
Akademisi, Staf Khusus Menteri,
Sekaligus Pecinta Ilmu Komputer
Teks: Dwinanda Ardhi
Foto: Langgeng Wahyu P.
Bobby Achirul Awal Nazief menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Information
Technology (IT) sejak tahun 2008. Kepercayaan yang diberikan oleh Mantan Menteri Keuangan
(Menkeu), Sri Mulyani, untuk menduduki posisi ini “diperpanjang” oleh Menkeu Agus DW Martowardojo.
Pria yang akrab disapa Bobby ini banyak terlibat dalam pengembangan IT di lingkungan Kementerian
Keuangan (Kemenkeu). Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), Modul Penerimaan
Negara (MPN), dan pengelolaan TIK yang terintegrasi adalah sejumlah program yang banyak
menggunakan keahliannya di bidang ilmu komputer. Di tengah jadwalnya yang sangat padat, Bobby
meluangkan waktu khusus untuk berbincang dengan Media Keuangan pada Kamis (19/4) lalu.
Profilnya dapat Anda baca di bawah ini.
18
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
M
engawal proses pembangunan aplikasi SPAN menjadi
tugas pertama yang dikerjakan Bobby sebagai Staf
Khusus. Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani, bahkan
secara khusus memanggilnya datang ke Lapangan Banteng.
“Waktu itu SPAN boleh dibilang, make it or break it time. Di akhir
2007, Bu Menteri melakukan evaluasi kembali dan ingin ada orang
yang tahu tentang IT membantu beliau untuk memastikan proyek
ini jalan,” papar Bobby.
Saat ini, tim penyusun sedang mempersiapkan tahapan User
Acceptance Test (UAT) bagi SPAN hingga satu bulan ke depan.
Tahapan UAT direncanakan akan berlangsung selama dua bulan.
“Sekitar bulan Juli kita harapkan mulai pilot, implementasi terbatas,
cuma di beberapa KPPN,” ungkap Bobby. Dengan demikian, dia
memperkirakan jangka waktu dari bulan Juli hingga November
SPAN sudah mulai dapat diimplementasikan di seluruh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPBN). “Mudahmudahan mohon dibantu doanya semoga tercapai, akhir
November target,” sambung Bobby. Bila tercapai, SPAN diharapkan
sudah dapat dioperasikan secara massal dan optimal pada tahun
2013.
Selain menangani SPAN, Bobby juga dipercaya untuk mengelola
sistem Modul Penerimaan Negara (MPN). Dibangun bersama oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan DJPBN, MPN berawal dari ide
untuk membuat sistem administrasi penerimaan negara (pajak,
penerimaan kepabeanan dan cukai, dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) secara online. Secara sederhana, MPN ini akan
memberikan kemudahan dalam pencatatan penerimaan negara.
“Kalau Anda menyetorkan setoran pajak itu, begitu menyetor
di teller, transaksinya langsung tercatat di MPN secara real time,”
kata Bobby mencontohkan. Bobby sudah terlibat dalam proses
pengelolaaan MPN ini sejak sekitar September 2008. Pada triwulan
keempat tahun 2012, MPN generasi kedua diharapkan dapat
dijalankan.
Pada akhir 2008, Bobby juga mendapat tugas dari Menkeu
untuk memonitor secara umum pengelolaan TIK di Kementerian
Keuangan. Pendekatan yang dilakukan saat itu adalah konsolidasi
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
19
pada tingkat kebijakan. Hal ini bisa
dilihat dari terbitnya Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 260/KMK.01/2009
tentang Kebijakan Pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi di Lingkungan
Departemen Keuangan. “Kalau mau ‘diperas’
bisa kita katakan secara operasional TIK
dikelola oleh masing-masing unit eselon I,
tapi secara kebijakan nanti akan kita susun
secara terpusat,” ungkap Bobby.
Pada masa kepemimpinannya yang
dimulai medio 2010, Menkeu Agus DW
Martowardojo memberikan arahan
integrasi data sebagai kunci kebijakan
pengelolaan TIK di lingkungan Kemenkeu.
Dengan arahan Menkeu, pada awal
tahun 2010 telah dibuat master plan IT
tingkat kementerian yang kemudian
dalam perjalanannya perlu disesuaikan
kembali dengan master plan transformasi
kelembagaan. Secara spesifik, yang harus
dilakukan saat itu adalah menyelaraskan
proses-proses bisnis antarunit eselon I,
termasuk yang terkait dengan urusan IT.
“Kita adakan IT blue print-nya,” tutur Bobby.
Hal ini sudah mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan pada tahun 2011 yang
ditandai dengan pembangunan data
center untuk tingkat kementerian. Menurut
rencana, pada tahun 2012 ini akan dimulai
proses penarikan server di masing-masing
unit eselon I ke data center.
Pada saat bersamaan, tim juga akan
membangun Disaster Recovery Center
(DRC). Menurut Bobby, Menkeu melihat
perlunya sistem terkomputerisasi yang bisa
diandalkan untuk mendukung pengelolaan
penerimaan, belanja, dan utang negara
yang nilainya mencapai ribuan triliun
rupiah. Saat ini Kemenkeu telah membeli
tanah milik PT Telkom di Balikpapan yang
akan menjadi lokasi berdirinya DRC antara
lain dengan pertimbangan geografis
daerahnya yang relatif stabil dari gempa
bumi.
Sebagai staf khusus, Bobby juga banyak
memberikan masukan-masukan lain di
bidang pengembangan IT. Salah satunya
adalah pengelolaan TIK di lingkungan
Kementerian Keuangan yang dimiliki Pusat
Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
(Pusintek). ”Setelah ada kebijakan dari Pak
20
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Menteri, jadi lebih clear. Pusintek sudah
punya mandat yang lebih kuat,” cetus
Bobby. Bahkan, lanjut dia, Komite Pengarah
TIK mulai tahun ini akan dijadikan badan
permanen dan diketuai secara langsung
oleh Menkeu.
Tantangan
Terlibat dalam proses penyusunan IT yang
terintegrasi di lingkungan Kemenkeu
diakui Bobby memiliki sejumlah tantangan
tersendiri. Yang pertama terkait mindset
yang terbentuk di dalam institusi. Bobby
menilai selama ini pengelolaan TIK ada di
masing-masing unit eselon I. Sementara
ke depan, pekerjaan rumah yang mesti
diselesaikan adalah bagaimana membuat
jalur koordinasi dan jalur komando
yang terintegrasi. ”Karena nanti secara
infrastruktur akan di-pool di satu tempat,”
ungkap Bobby. Tantangan yang harus
dijawab adalah memberikan jaminan
layanan TIK yang bisa diterima oleh
pengguna. Misalnya memastikan bahwa
jika terjadi masalah, seperti server down,
bisa dapat segera diatasi. “Nanti Pusintek
sebagai pengelola infrastruktur akan
mengatakan,’Saya akan jamin perawatan
peralatan ini.’ Kalau mati harus ada action.
Ini harus bukan sekedar diyakinkan, tapi
harus dibangun,” papar Bobby.
Selain itu, pengeloaan TIK di unit-unit
vertikal dan isu performance based
budgeting juga menjadi tantangan
lain.”Kalau misalnya anggaran beli
peralatan ada di Pusintek, padahal
output-nya untuk revenue pajak. Ini
nyambunginnya bagaimana?” ungkap
Bobby memberikan contoh kasus. Lebih
jauh, dia menambahkan bahwa ke depan,
arah kebijakan integrasi sistem IT adalah
pemberian tanggung jawab pembangunan
infrastruktur IT kepada Pusintek. Sementara
hal-hal yang menyangkut sistem analisanya
akan diserahkan kepada masing-masing
unit eselon I. Integrasi sistem IT di
lingkungan kementerian ini diharapkan
selesai pada tahun 2014.
Perjalanan karier
Latar belakang karier dan pendidikan
Bobby sangat memadai untuk mendukung
tugasnya sebagai Staf Khusus Menkeu
Bidang IT. Bobby menamatkan pendidikan
sarjana jurusan Fisika dari Institut Teknologi
Bandung pada tahun 1984. Dia kemudian
bergabung dengan Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia. Dua tahun kemudian,
Bobby mendapatkan beasiswa World
Bank untuk melanjutkan pendidikannya di
University of Illinois at Urbana-Champaign.
Pada tahun 1991, Bobby kembali ke tanah
air dengan menggenggam ijazah doktor
di bidang ilmu komputer dari universitas
bergengsi tersebut.
Ilmu komputer bagi Bobby terlihat
sangat menarik. Ketika membicarakan
ilmu komputer secara filosofi, Bobby
menjelaskan, ”Kita pernah discuss ini
dengan teman-teman di kampus ya,
namanya mungkin agak enggak tepat
gitu ‘computer science’, yang lebih tepat
mungkin ‘thinking science,” ungkap Bobby.
Ilmu komputer, lanjut Bobby, sebenarnya
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
cara kerja otak manusia. Proyek-proyek dulu
yang terkenal kaitannya dengan artificial
intelligent. “Bikin komputer supaya nantinya
bisa melakukan apa yang kita lakukan.
Lebih tepat thinking science,” urai Bobby
dengan antusias. Menurutnya, hingga saat
ini belum ada orang yang benar-benar
bisa mempelajari cara kerja otak manusia.
Hal inilah yang membuat Bobby tertarik
dengan ilmu komputer.
Kedua, Bobby acap kali dibuat terperangah
oleh bidang ilmu ini. ”Kalau Anda seorang
programmer, waktu Anda buat program,
Anda punya ekspektasi program ini akan
melakukan apa. Tapi begitu jadi, Anda
akan kehilangan jejak karena program ini
akan bisa melakukan hal-hal yang enggak
kita pikirkan sebelumnya. That’s the beauty
of computer science,” urai Bobby. Belum
lagi jika melihat masih sangat luasnya
pengembangan bidang ilmu komputer
dari sisi praktek pemanfaatannya dalam
kehidupan manusia.
Selain latar belakang pendidikan, karier
sebelumnya sebagai akademisi UI, dan juga
kecintaannya pada dunia komputer, Bobby
juga ditunjang oleh pengalaman menjadi
Senior Advisor bagi pimpinan Badan
Pemeriksa Keuangan di bidang yang sama
sepanjang tahun 2002-2003. Pengalaman
itu banyak membantunya menjalankan
Kalau Anda seorang programmer, waktu Anda
buat program, Anda punya ekspektasi program
ini akan melakukan apa. Tapi begitu jadi, anda
akan kehilangan jejak karena program ini akan
bisa melakukan hal-hal yang enggak kita pikirkan
sebelumnya. That’s the beauty of computer science
Bobby Achirul Awal Nazief
tugas sebagai Staf Khusus Menkeu. Pada tahun 2004-2008, Bobby
mendapatkan kepercayaan untuk menjadi Direktur Pusat Ilmu
Komputer UI. “Dua pengalaman itu amat sangat dibutuhkan untuk
fungsi dan tugas saya di sini,” tandas Bobby.
Bobby memandang pekerjaan yang diberikan kepadanya
sebagai sebuah tanggung jawab. Pekerjaan sebagai akademisi
membuatnya merasa nyaman karena di lingkungan itulah dia
tumbuh. Namun demikian, tugas sebagai Staf Khusus Menkeu
benar-benar memberikan wawasan yang sangat berharga. “Kalau
saya balik mengajar akan jauh lebih pede (percaya diri), apa yang
disampaikan bisa dipraktekkan,” kata Bobby. Namun demikian,
Bobby menekankan bahwa dia menikmati kedua bidang pekerjaan
ini. Bobby memiliki pengalaman menarik ketika pertama kali
“hijrah” dari dunia kampus ke lingkungan birokrasi. Dia menyebut
kampus sebagai lingkungan yang tidak mengenal pembatas.
”Kampus-kan egaliter sekali,” kata Bobby. Sementara di lingkungan
birokrasi, hierarki jabatan sangat jelas. Menghubungkan dan
berkoordinasi dengan orang-orang dari unit-unit eselon I yang
spesifik dipandangnya sebagai pengalaman yang unik. Di sinilah
Bobby melihat poin penting transformasi kelembagaan yang
ditekankan Menkeu.“Beliau ingin melihat kita itu sebenarnya satu
form dari Kementertian Keuangan. Fungsi kita-kan saling terkait,”
lanjut Bobby.
Harapan
Bobby memandang arah kebijakan terkait pengembangan IT di
lingkungan kementerian sudah baik. Dia menekankan pentingnya
eksekusi dalam menjalankan setiap program-program yang sudah
dirancang. Ke depan, Bobby mengatakan,“Saya pikir it’s a matter of
execution. Plan sudah ada, sponsorship sudah ada, budget tersedia.”
Selain itu, Bobby juga berharap pada tahun 2014, pengelolaan
TIK yang terintegrasi benar-benar dapat diwujudkan. Dengan
“modal” DRC dan sistem SPAN yang sudah dirintis saat ini, proses
penyelesaiannya diharapkan dapat sesuai target.”Pengelolaan
APBN di satu sistem itu akan sangat membantu. (Misalnya)
rekonsiliasi antara pencatatan aset di DJKN (Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara) dan DJPBN, kita enggak habis waktu di situ.
Reporting is not an issue,” jelas Bobby. Bobby berharap setiap tugas
pokok dan fungsi masing-masing unit eselon I bisa ditunjang
oleh sistem IT yang lebih baik dan terintegrasi. Jika hal ini dapat
terwujud, sambung Bobby, pada tahun 2015 diharapkan sudah
tidak ada masalah berarti, misalnya terkait pengelolaan dan
akurasi data lintas eselon I. ”Kita betul-betul fokus pada managing
keuangan negara,” pungkasnya.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
21
lintas peristiwa
Kantor Pelayanan Pajak
Khusus Pertambangan dan
Migas
Penandatanganan MoU
Pelaksanaan Tugas dan
Fungsi
Teks: Arfindo Briyan Foto: Kukuh Perdana
Teks: Baruno Hartanto Foto: Kukuh Perdana
Direrktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany
meresmikan pembentukan KPP Pertambangan &
Migas, Senin (2/4), yang nantinya secara khusus
akan mengadministrasikan Wajib Pajak Sektor
Migas dan Pertambangan.
Kemenkeu dan Kejaksaan melakukan
penandatanganan kesepahaman bersama
tentang koordinasi dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi di Aula Djuanda Kemenkeu, Kamis (5/4).
I
ni juga merupakan salah satu langkah untuk menertibkan
perhitungan pajak Sektor Pertambangan dan Migas. “Kita kan
tidak bisa yakin 100 persen itu udah benar, sebagai Direktorat
Jenderal Pajak sikap kita harus jangan percaya 100 persen kepada
WP, itu memang sikap yang harus kita kembangkan. Sehingga kita
selalu berusaha untuk memonitor, mengawasi. Kalau belum apaapa kita sudah percaya duluan ya, nanti kan nggak ada usaha dari
kita,” kata Fuad.
22
M
enteri Keuangan, mengatakan kerjasama ini bertujuan
untuk meningkatkan sinergi dan keterpaduan yang
kuat dalam pelaksanaan hukum di bidang pengelolaan
keuangan dan kekayaan negara. “Kesepahaman bersama ini
merupakan satu langkah maju yang sangat strategis dan sangat
penting untuk saling memberikan dukungan dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing, juga untuk
pengelolaan keuangan negara antara Kementerian Keuangan
dengan Kejaksaan RI., pungkas Menkeu.
Foto: Abdul Aziz
Foto: Langgeng Wahyu P.
Wakil Menteri Keuangan I, Anny Ratnawati, mengajak
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengevaluasi persentase
belanja daerah dalam Anggaran Pendapat Belanja Daerah
(APBD) dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) Provinsi DKI Jakarta di Jakarta, Kamis (5/4).
Princess Maxima of the Netherland berkunjung ke kantor
Kementerian Keuangan sebagai UN Secretary General’s Special
Advocate (UNSGA) for Inclusive Finance For Development and
Honorary Patron of the G20 Global Partnership for Financial
Inclusion (GPFI) (5/4)
MediaKeuangan Vol. VII | No. 55
56 / Maret
April 2012
2012
KPPBC A3 Banda Aceh
Gagalkan Penyelundupan
Sabu-Sabu Senilai 458 Juta
Kemenkeu Pantau Proses
Akuisisi Danamon
Teks: Amelia Safitri Foto: www.beacukai.go.id
Teks: Anna Sofia Foto: Kukuh Perdana
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe A3 Banda Aceh berhasil menggagalkan
upaya penyelundupan narkotika golongan I, Rabu
(11/4).
Wakil Menteri Keuangan II, Mahendra Siregar,
menjelaskan kepentingan Kementerian Keuangan
dalam proses akuisisi Danamon dalam keterangan
pers di Jakarta, Kamis (19/4).
N
M
arkotika berjenis sabu-sabu seberat 229 gram di tegah
dari seorang perempuan WNI berinisial NB. Pelaku yang
menyelundupkan sabu-sabu dengan cara ditelan (swallow)
tersebut menumpang pesawat udara dari Malaysia tujuan Aceh.
Penggagalan ini merupakan kali kelima penegahan narkotika
dengan nilai total barang senilai 458,5 juta Rupiah. Penyelundupan
Narkotika Golongan I di Indonesia adalah pelanggaran pidana
sesuai pasal 113 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika dengan ancaman pidana penjara paling
lama 15 tahun penjara dan pidana denda paling banyak Rp10
miliar.
ahendra menyampaikan bahwa pertemuan dengan Bank
Danamon dan DBS bertujuan untuk menghilangkan
kekhawatiran adanya akuisisi kepada Danamon. “Kami
khawatir Danamon yang bergabung ke DBS. Danamon sebagai
institusi nasional akan lepas, tapi tadi dijelaskan bahwa untuk
operasi di Indonesia posisi Danamon praktis dipertahankan tidak
menyesuaikan kepada DBS,” jelasnya. Meskipun bukan regulator,
menurut Mahendra, Kemenkeu bertindak sebagai institusi yang
berkepentingan untuk memahami perkembangan terkait stabilitas
keuangan dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
Foto: Kukuh Perdana
Foto: Kukuh Perdana
BPPK menyelenggarakan seminar bertajuk ‘Implementasi Sistem
Pengawasan Lembaga Keuangan Pasca Disahkannya UndangUndang OJK’ dengan pembicara Endang Kussulanjari Tri Subari
(Direktur Pengawasan Perbankan II Bank Indonesia), Nurhaida (Ketua
Bapepam-LK), dan I Nyoman Tjager (Komisaris Utama BEI), Jakarta,
Rabu (18/4).
Kemenkeu bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia
menyelenggarakan donor darah, Senin (20/4). Kegiatan ini
rutin dilaksanakan tiga bulan sekali di kementerian keuangan.
MediaKeuangan
MediaKeuangan Vol.
Vol.VII
VII| |No.
No.55
56/ /Maret
April 2012
23
reportase
Langkah Strategis Kemenkeu
dalam Penghematan Anggaran
Teks:
Iin Kurniati dan Arfindo Briyan
Penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi akan memberi beban pada anggaran negara. Kementerian
Keuangan sebagai bagian dari pemerintahan melakukan penghematan di beberapa pos anggaran
belanja yang bukan merupakan program prioritas. Langkah ini juga salah satu bentuk antisipasi atas
jebolnya defisit anggaran.
Rencana Penghematan Anggaran Kementerian Keuangan
TA 2012 per Unit Eselon I
pagu anggaran DIPA 2012 sebesar Rp17,59
triliun.
(dalam miliyar Rupiah)
Unit Eselon I
Pagu Sebelum
Penghematan
Jumlah
Penghematan
Pagu Setelah
Penghematan
SETJEN
6807,23
241,80
6565,43
ITJEN
100,17
7,00
93,17
DJA
132,74
12,01
120,73
DJP
5191,68
235,73
4955,94
DJBC
2108,34
74,00
2034,34
DJPK
143,00
25,54
117,46
DJPU
87,56
16,81
70,75
DJPB
1531,41
129,79
1401,62
DJKN
672,79
74,59
598,20
BAPEPAM-LK
194,02
45,00
149,02
BPPK
447,61
30,05
417,56
BKF
175,93
33,01
142,92
Jumlah
17592,49
925,34
A
pabila harga BBM bersubsidi
tetap tidak mengalami kenaikan,
dipastikan realisasi anggaran subsidi
BBM akan membengkak menjadi 47,9
juta kiloliter dari kuota BBM subsidi yang
dianggarkan oleh pemerintah sebesar
40 juta kiloliter pada tahun ini. Jika dilihat
besarnya dalam rupiah, angka subsidi
tersebut akan membengkak menjadi Rp203
triliun dari pagu APBN 2012 sebesar Rp123
triliun. Alokasi subsidi itu diperkirakan akan
membawa defisit anggaran di atas batas
kewajaran atau menembus level 3 persen
dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menyikapi permasalahan tersebut,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan gerakan penghematan
yang dilakukan pada berbagai pos
24
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
16667,15
Sumber: Biro Perencanaan dan Keuangan
belanja negara. Salah satu penghematan
yang dilakukan adalah pada belanja
Kementerian/Lembaga (K/L). Kementerian
Keuangan yang notabene merupakan
pengelola keuangan dan kekayaan
negara, turut serta mendukung kebijakan
pemerintah dengan melakukan sejumlah
pengetatan anggaran dalam pagu Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2012.
Dasar penghematan anggaran tersebut
adalah Surat Menteri Keuangan Nomor:
S-163/MK.02/2012 tanggal 7 Maret 2012 hal
Pemotongan Anggaran K/L dalam RAPBN-P
Tahun Anggaran 2012 dan Surat Sekretaris
Jenderal Kementerian Keuangan Nomor:
SK-63/SJ/2012 tanggal 7 Maret 2012 hal
Rencana Penghematan Tahun Anggaran
2012. Adapun besaran penghematan
Kemenkeu adalah Rp925,34 miliar dari total
Penghematan di tingkat eselon 1
Dilihat dari persentase besaran penghematan
anggaran dari total pagu anggaran pada
DIPA tahun 2012, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) menyumbang
cukup banyak angka penghematan
yaitu 17,9 persen. DJPK melaksanakan
penghematan anggaran sebesar Rp25,54
miliar. Penghematan ini sebagian besar
berasal dari penghematan belanja barang
yakni belanja jasa konsultan sebesar Rp7,73
miliar, belanja barang nonoperasional
lainnya sebesar Rp6,59 miliar, dan belanja
perjalanan lainnya sebesar Rp4,67 miliar.
DJPK juga memerhatikan efisensi dalam
pelaksanaan perjalanan dinas, sosialisasi
atau desiminasi kepada pemerintah daerah
yang sebagian dialihkan dan dilaksanakan
di dalam kota Jakarta, pelaksanaan
konsinyering yang semula di luar kota
sebagian dialihkan di Jakarta, mengurangi
jumlah hari dan jumlah peserta pada
Kursus Keuangan Daerah (KKD) dan pada
Kursus Keuangan Daerah Khusus (KKDK).
Sedangkan Direktorat Jendral Pengelolaan
Utang (DJPU) melaksanakan penghematan
anggaran sebesar Rp16,81 miliar dari total
pagu anggaran pada DIPA tahun 2012
sebesar Rp87,56 miliar, sehingga pagu
setelah dilakukan penghematan adalah
sebesar Rp70,75 miliar. Penghematan
tersebut digunakan pada lima kegiatan prioritas
K/L dan satu kegiatan dukungan manajemen
dan teknis lainnya. Fokusnya terutama pada
kegiatan rapat di luar kantor dan perjalanan
dinas dalam negeri serta honorarium tim.
Dari penghematan tersebut, DJPU telah
melakukan langkah-langkah dalam rangka
mengamankan pagu agar tidak dapat
dipakai dalam transaksi pembiayaan
untuk suatu kegiatan. Adapun kegiatan
tersebut yakni melakukan revisi POK
atas pagu penghematan anggaran ke
dalam akun belanja transito. Selain itu
juga dilakukan pemblokiran atas pagu
tersebut dalam Sistem Aplikasi Pembukuan
Bendahara Pengeluaran dan Monitoring
Realisasi Anggaran yang dipakai Satker
Ditjen Pengelolaan Utang sebagai sarana
dalam melakukan transaksi realisasi
anggaran terutama untuk penerbitan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)
dan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
sampai ditetapkannya DIPA APBN-P 2012.
Direktorat Jendral Bea dan Cukai (DJBC)
melaksanakan penghematan anggaran
sebesar Rp74 miliar dari total pagu
anggaran dalam DIPA 2012 sebesar Rp2,11
triliun. Penghematan ini berasal dari
penghematan belanja barang, belanja jasa,
belanja perjalanan biasa, honorarium dan
belanja modal yang dilakukan dengan
melakukan efisiensi tanpa mengurangi
tingkat capaian output kegiatan.
Penghematan anggaran untuk belanja
barang terdiri dari penghematan belanja
barang nonoperasional lainnya seperti
pelaksanaan rapat maupun konsinyering
sebesar Rp3,29 miliar. Kedua, anggaran
perjalanan biasa dilakukan penghematan
sebesar Rp9,67 miliar melalui pengurangan
kegiatan maupun pegawai yang melakukan
perjalanan. Ketiga, penghematan pengeluaran
belanja barang operasional lainnya sebesar
Rp10 miliar yang berasal dari kegiatan lelang
pengadaan pita cukai. Keempat, penghematan
honorarium tim sebesar Rp398 juta melalui
pengurangan jumlah anggota tim.
Kemudian, penghematan untuk belanja
jasa terdiri dari penghematan belanja
jasa lainnya sebesar Rp112,5 juta berupa
pengurangan pemasangan iklan melalui
media, belanja untuk langganan listrik
dihemat sebesar Rp1 miliar melalui
upaya efisiensi penggunaan listrik. Lalu,
penghematan belanja profesi sebesar
Rp461,69 juta dikarenakan pengurangan
kegiatan rapat yang berkorelasi dengan
penurunan biaya honor narasumber.
Terakhir, penghematan untuk belanja
barang modal dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan target capaian kegiatan
pada tahun anggaran 2012. Adapun
penghematan tersebut dilaksanakan
terhadap kegiatan belanja modal peralatan
dan mesin sebesar Rp29 miliar terkait
dengan pengadaan peralatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) serta
penghematan belanja modal gedung dan
bangunan sebesar Rp20,07 miliar terkait
dengan penghematan biaya multiyears
pembangunan gedung baru DJBC.
Sejalan dengan eselon lain, Inspektorat
Jenderal (Itjen) juga melaksanakan
penghematan anggaran. Besarnya adalah
Rp7 miliar dari total pagu anggaran pada
DIPA tahun 2012 sebesar Rp100,17 miliar,
sehingga pagu setelah penghematan
sebesar Rp93,17 miliar. Penghematan
tersebut terdiri dari pengetatan anggaran
belanja nonoperasional, belanja modal dan
belanja keperluan sehari-hari lainnya.
Pertama, penghematan anggaran
belanja barang nonoperasional lainnya,
seperti pelaksanaan konsinyering sebesar
Rp3,11 miliar atau 21,5 persen dari total
pagunya sebesar Rp14,44 miliar. Kedua,
penghematan belanja modal secara selektif
sebesar Rp810 juta atau 12,9 persen dari
total pagunya sebesar Rp6,29 miliar. Ketiga,
penghematan belanja bahan dan belanja
keperluan perkantoran sebesar Rp564 juta
atau 11,6 persen dari pagunya sebesar
Rp4,44 miliar.
Di samping melakukan penghematan
anggaran, Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan (BPPK) tetap memperhatikan
kegiatan prioritas. Kegiatan tersebut berupa
alokasi pada Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara sebesar Rp88,3 miliar sebagai
bagian dari pelaksanaan fungsi pendidikan
nasional yang mengamanatkan alokasi
anggaran minimal 20 persen dari postur
APBN. BPPK melaksanakan penghematan
anggaran sebesar Rp30,05 miliar atau 6,7
persen dari total pagu anggaran pada DIPA
tahun 2012 sebesar Rp447,61 miliar.
Alokasi anggaran prioritas juga didanai
melalui pinjaman luar negeri Japan
International Cooperation Agency (JICA) dan
World Bank. Kegiatan tersebut merupakan
penyelenggaraan beasiswa program gelar
dan nongelar bagi aparatur pengelolaan
keuangan negara pada Pusdiklat
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Dengan target kinerja mampu mencapai
rasio jam diklat terhadap jam kerja sebesar
2,5 persen, maka prinsip fleksibilitas
anggaran dapat benar-benar diterapkan.
Realokasi anggaran yang dinamis
diharapkan dapat menjadi solusi dari
ketersediaan sumber daya keuangan yang
terbatas. Tak ketinggalan, peran dari fungsi
monitoring dan evaluasi serta pemantauan
realisasi anggaran diharapkan dapat
menjadi input dalam upaya pengoptimalan
anggaran tersebut.
Selain itu, BPPK juga melakukan pengetatan
anggaran untuk kegiatan maupun rapat
di luar kantor dengan memperhatikan
kepentingan dari pelaksanaan kegiatan
tersebut. Penyelenggaraan diklat saat ini
juga mempertimbangkan potensi efisiensi
dan pengadaan barang dan jasa, sehingga
diestimasikan dapat ditekan. Penghematan
juga dilakukan melalui pembatasan
pembayaran honorarium tim.
Direktoran Jenderal Anggaran (DJA),
selaku unit satuan kerja di lingkungan
Kemenkeu, juga melakukan langkahlangkah penghematan anggaran berupa
pemblokiran pagu anggaran beberapa
kegiatan sebesar Rp12,01 miliar dari total
pagu anggaran DJA sebesar Rp134,29 miliar
Kegiatan yang diblokir tersebut meliputi
akun Belanja Transito sebesar Rp 484 juta
dan akun belanja barang nonoperasional
lainnya sebesar Rp11,5 miliar.
Langkah penghematan tersebut dipastikan
tidak akan berpengaruh pada kegiatan
operasional dan pelayanan Ditjen
Anggaran karena sebagian besar dana yang
diblokir berasal dari kegiatan yang semula
dialokasikan untuk kegiatan penataan
ruang kerja DJA jika Sekretariat Pengadilan
Pajak pindah dari gedung Sutikno Slamet.
Selanjutnya, agar semua kegiatan yang
telah direncanakan berjalan dengan lancar
maka Ditjen Anggaran telah melakukan
revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
masing-masing unit eselon II.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
25
KPU BC Batam:
Tak Ingin Berhenti Pada Status
Kantor Percontohan
Teks: Dwinanda Ardhi
Foto: Langgeng W. P
Batam merupakan salah satu wilayah yang paling berkembang di Kepulauan Riau. Berhadapan
langsung dengan Singapura dan Malaysia, kawasan ini secara ekonomi menjadi hub bagi
kepulauan Riau secara keseluruhan. Sebagai daerah yang sedang tumbuh pesat, Batam tampak
sangat menarik dan menjanjikan. Ditambah statusnya sebagai Free Trade Zone (FTZ), banyak
pengusaha yang ingin melebarkan “sayap” di sini. Untuk mewujudkan good governance di Batam,
sejumlah tantangan mesti dijawab bersama oleh pemerintah dan masyarakat yang ada di sana. Tak
terkecuali oleh Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPU BC) Tipe B Batam. Beberapa waktu lalu,
tim redaksi Media Keuangan berkunjung dan melakukan liputan di kantor tersebut. Berikut ini hasil
liputan kami selengkapnya.
S
esuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 74/PMK.01/2009
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 131/PMK.01/2011,
dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Kepala KPU BC dibantu oleh
satu Kepala Bagian Umum, enam Kepala Bidang beserta jajaran
26
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
eselon 4 dibawahnya, serta Kelompok Jabatan Fungsional yang
terdiri atas tiga orang pejabat fungsional pemeriksa dokumen.
Menurut Kepala KPU BC Batam, Kukuh Sumardono Basuki, struktur
KPU seperti yang ada saat ini merupakan hasil evaluasi menyeluruh
terhadap efektivitas pencapaian tujuan dan efisiensi penggunaan
sumber daya. Pria yang pernah duduk
sebagai anggota Tim Percepatan Reformasi
DJBC ini mengungkapkan bahwa tugas
sebagai Kepala KPU BC Batam memberinya
kesempatan untuk merasakan dan menguji
apakah struktur dan penataan organisasi
yang dipimpinnya sudah sesuai dengan
tugas dan fungsi yang diamanatkan. “Saya
jadi merasa punya kesempatan untuk
melengkapi apa yang dulu pernah saya
pikirkan bersama teman-teman dalam Tim
Percepatan Reformasi DJBC,” kata Kukuh.
Diresmikan pada tahun 2007, wilayah kerja
dan pengawasan KPU BC Batam meliputi
Pulau Batam, Galang, Rempang, dan
pulau-pulau di sekitarnya dengan total
luas wilayah lebih kurang 1.021 kilometer
persegi. Dalam menjalankan tugas dan
fungsi, KPU Batam diperkuat oleh sumber
daya manusia yang berjumlah 259 orang
pegawai. Komposisinya terdiri atas 1
orang kepala kantor, 32 orang pejabat
struktural, 3 orang pejabat fungsional,
dan 223 orang pelaksana/pemeriksa. Yang
menarik, menurut Kukuh, sebagian besar
pelaksana/pemeriksa yang saat ini ada di
Batam adalah lulusan Diploma 1. “Perlu
upaya yang keras untuk meningkatkan
kompetensi agar darah muda mereka
dapat didorong dan dioptimalkan untuk
kinerja kantor,” ujar dia.
Untuk menyokong fondasi organisasi, KPU
BC Batam memiliki visi yang tercantum
dalam blueprint kantor modern DJBC,
yaitu sebagai kantor percontohan bagi
peningkatan kinerja dan citra DJBC.
Namun, mengingat saat ini sebagian
besar kantor pelayanan DJBC sudah
dimodernisasi, KPU BC Batam berencana
untuk mengembangkan visi baru yang
lebih relevan. Sedangkan secara sederhana,
misi KPU BC Batam adalah memberikan
pelayanan prima dan melaksanakan
pengawasan yang efektif kepada industri
dan perdagangan serta mengoptimalkan
perlindungan kepada masyarakat. “Suatu
misi yang cukup kompleks dan menantang
untuk dapat diwujudkan,” papar Kukuh.
Sejarah kantor
Sejalan dengan berubahnya status Pulau
Batam menjadi zona industri pada tahun
1971 berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 74 tahun 1971, Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai juga memulai tugasnya
dalam arus perdagangan luar negeri. Pada
tahun 1972, Pos Bea dan Cukai berdiri di
Daerah Industri McDermott, Batu Ampar.
Pada tahun 1983, kantor dipindahkan
ke Jalan Kuda Laut, Batu Ampar dan
menempati gedung baru 2 lantai dengan
luas gedung 750 meter persegi. Lima tahun
berselang, status kantor berubah menjadi
Kantor Inspeksi DJBC Tipe B2 Batam.
Selanjutnya pada tahun 1991, Kantor Bea
dan Cukai Batam berubah status menjadi
Kantor Inspeksi Tipe A1 Batam.
Kukuh melanjutkan bahwa seiring dengan
perkembangan kegiatan di Pulau Batam
dan sekitarnya yang diprogramkan sebagai
pusat industri dan perdagangan, maka
pada bulan Agustus 2007, Kantor Pelayanan
dan Pengawasan Bea dan Cukai (KPPBC)
Tipe A3 Batam, KPPBC Tipe A3 Muka
Kuning, dan KPPBC Tipe A4 Tanjung Uban
dilebur menjadi KPU Tipe B Batam, dimana
Kantor Pelayanan Utama ini merupakan
sebuah unit eselon II. KPU BC Batam
dipisahkan dari Kantor Wilayah IV Tanjung
Balai Karimun dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 263
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
74/ PMK.01/ 2009 tanggal 8 April 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
vertikal DJBC telah ditetapkan bahwa
Pos Pengawasan Bea dan Cukai Tanjung
Uban, Lobam dan, Lagoi yang sebelumnya
merupakan bagian dari KPU BC Batam
menjadi bagian dari wilayah kerja KPPBC
Tipe A2 Tanjung Pinang. Dengan demikian,
konsekuensi hukum atas ketentuan Pos
Pengawasan Bea dan Cukai Tanjung Uban,
Lobam, dan Lagoi tidak lagi berada di
wilayah kerja Kantor Pelayanan Utama Tipe
B Batam.
Pencapaian target
Kukuh menyatakan bahwa KPU BC Batam
pada tahun 2011 berhasil mencapai semua
target kinerja yang dibebankan. Dengan
nada merendah, dia mengatakan bahwa
pencapaian ini merupakan hasil kerja keras
seluruh pegawai. “Saya beruntung dapat
memimpin kantor dengan jajaran pejabat
dan pegawai yang sangat kompeten dan
termotivasi untuk mencapai kinerja yang
tinggi,” tutur Kukuh.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai
revenue collector, penerimaan negara yang
berhasil dihimpun KPU BC Batam selama
tahun 2011 adalah:
Bea Masuk sebesar 111,47 miliar rupiah
atau 124 persen dari target Tahun 2011;
Bea Keluar sebesar 944,19 miliar rupiah atau
96,69 persen dari target Tahun 2011;
sedangkan Cukai sebesar 330 juta rupiah,
dari target 0 rupiah pada tahun 2011; dan
Pungutan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sebesar 13,56 miliar rupiah.
Disamping itu, selama tahun 2011, KPU
BC Batam juga berhasil menghimpun
penerimaan negara berupa pajak dalam
rangka impor yang terdiri dari PPN Impor,
PPh pasal 22, dan PPnBM dalam jumlah
yang cukup besar.
Kinerja yang cemerlang juga ditunjukkan
KPU BC dalam menjalankan fungsi sebagai
trade facilitator dan industrial assistance.
“Saya pikir kami telah menunjukkan kinerja
yang sangat bagus dengan memenuhi
semua janji layanan yang ditetapkan,” kata
Kukuh. Memang masih ada beberapa
pertanyaan dari para pengguna jasa.
Namun, dia menambahkan bahwa secara
umum ketidakpuasan pengguna jasa,
khususnya para pengusaha pelaku industri,
semakin hari semakin menurun. “Mudahmudahan ini bukan karena mereka sudah
bosan mengajukan complaint, tetapi benarbenar karena jajaran KPU BC Batam telah
dapat memenuhi standar layanan yang
mereka inginkan,” sambungnya.
Dalam menjalankan fungsi community
protector, khususnya di bidang pengawasan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
(NPP), selama tahun 2011, KPU BC Batam
juga telah melakukan 9 kali penindakan
yang didominasi oleh upaya pemasukan
NPP melalui kurir. “Kami akan terus
meningkatkan kewaspadaan dengan terus
mengadakan pelatihan di bidang NPP serta
tentunya koordinasi dengan pihak lain, baik
jajaran DJBC maupun instansi penegak
hukum lainnya,” Kukuh menjelaskan.
Tantangan
Tantangan yang dihadapi KPU BC terdiri
atas tantangan internal dan eksternal. Dari
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
27
dalam, Kukuh antara lain menyebutkan
tantangan pengembangan pegawai
pelaksana/ pemeriksa pada KPU BC Batam
yang didominasi oleh lulusan Diploma 1.
Usia mereka pada umumnya masih sangat
muda dan minim pengalaman. Secara
internal, Kukuh melihat hal ini sebagai
tantangan untuk mengembangkan,
mendorong, dan mengarahkan tenagatenaga muda tersebut agar secepat
mungkin menguasai berbagai bidang
tugas yang harus mereka hadapi. “Terutama
mental mereka,” tegas Kukuh. Sebagai
pimpinan, dia terus mengupayakan agar
mereka dapat menjadi tenaga-tenaga
siap pakai. Pada saat yang sama, dia juga
berharap agar KPU BC Batam dapat menjadi
tempat pendadaran bagi para pegawai
muda dimaksud.
Untuk mencapai tujuan di atas, KPU BC
Batam berupaya memperbanyak penerapan
best practices dalam manajemen. Para
pejabat struktural, Kukuh mengungkapkan,
diberikan berbagai pelatihan manajerial.
Para pejabat eselon 4 menjadi prioritas
utama karena mereka dipandang sebagai
first line managers dan sehari-hari secara
langsung menangani pekerjaan-pekerjaan
teknis, termasuk mengkoordinir pelaksanaan
tugas para pelaksana/ pemeriksa.
Sementara itu, para pelaksana/ pemeriksa
diberikan pelatihan-pelatihan teknis yang
dikemas dalam bentuk Program Pembinaan
Ketrampilan Pegawai (P2KP). Program ini
diadakan secara rutin, baik klasikal oleh tim
yang ditunjuk, maupun dalam kelompokkelompok kecil yang diberikan oleh pejabat
eselon 4 sebagai atasan langsung. “Rotasi
pegawai pelaksana/ pemeriksa untuk
menangani tugas-tugas yang berbeda juga
kami kembangkan secara proporsional
sesuai dengan kompetensi masing-masing
pegawai,” kata Kukuh. Tak ketinggalan pula
pengaturan dalam pengusulan/ pemilihan
pegawai untuk mengikuti diklat-diklat di
tingkat pusat.
Dari aspek eksternal, tantangan paling
dominan adalah masih cukup kentalnya
perbedaan persepsi masyarakat terhadap
status Batam sebagai Free Trade Zone (FTZ).
Status tersebut, kata Kukuh,”Membuat
sebagian masyarakat menganggap
bahwa tidak ada lagi aturan yang perlu
28
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Kukuh
Sumardono
Basuki, S.E.,
M.Sc.
Tempat/Tanggal
Lahir:
Jombang/
05 Juli 1968 | Jabatan: Kepala Kantor
Pelayanan Utama Bea Dan Cukai Tipe
B Batam | Riwayat Pendidikan: Sarjana
Ekonomi. Universitas Indonesia (1996),
Master Of Science, Information Science
University Of Huddersfield
(2001)
diberlakukan di Batam alias bebas sebebasbebasnya.” Padahal bukan demikian maksud
ditetapkannya status FTZ. Ditambah lagi
dengan kondisi geografis Kepulauan
Riau yang sekitar 90 persen wilayahnya
adalah lautan, maka pelaksanaan tugas
dan fungsi DJBC di kawasan ini menjadi
sangat menantang, baik bagi KPU BC Batam,
maupun kantor-kantor vertikal DJBC lain di
wilayah Kepulauan Riau.
Untuk menjawab tantangan dari sisi
eksternal, KPU BC Batam senantiasa
membuka pintu komunikasi selebarlebarnya kepada seluruh stakeholders.
Hal ini sudah dilakukan Kukuh sejak awal
penugasannya sebagai kepala kantor.
Bahkan ketika itu dia mendapati masih
cukup banyak stakeholders yang tidak
memahami sepenuhnya peraturan
kepabeanan yang diberlakukan di FTZ
Batam. Dengan kemampuan komunikasi
dan tim manajemen yang solid, KPU BC
Batam mampu membuat program-program
sosialisasi dan komunikasi yang efektif dan
tepat sasaran.“Mudah-mudahan tidak salah
kalau saya katakan bahwa saat ini kami
sudah hampir tidak memiliki masalah lagi
dengan dunia usaha, khususnya kalangan
industri,” ungkap Kukuh.
Namun demikian, dia menyadari bahwa
sebagian permasalahan yang muncul
di lapangan juga disebabkan masih ada
beberapa praktek bisnis yang belum dimuat
dalam rangkaian kebijakan tentang FTZ.
“Untuk itu kami juga memberikan berbagai
masukan kepada pimpinan di pusat sebagai
bahan pertimbangan untuk melengkapi
aturan yang sudah ada,” ujar Kukuh.
Harapan
Kukuh berharap KPU BC Batam dapat
senantiasa memenuhi seluruh target yang
diberikan kantor pusat. Namun, demikian dia
menegaskan tidak ingin institusinya hanya
berhenti di titik tersebut. Kukuh kembali
menekankan bahwa KPU BC Batam didirikan
dengan visi sebagai kantor percontohan.
“Sekalipun visi tersebut mungkin tidak
relevan lagi, saya ingin kantor ini tetap selalu
dapat menjadi kantor percontohan bagi
kantor-kantor vertikal DJBC lainnya. Kalau
dulu diharapkan dapat menjadi contoh
kantor modern, maka ke depan saya ingin
KPU BC Batam dapat menjadi contoh kantor
modern yang baik, kantor modern yang
efektif dalam mencapai visi dan misinya,
serta efisien dalam penggunaan sumber
dayanya,” katanya.
Lebih jauh, Kukuh menambahkan bahwa
sebagai kantor yang dibangun untuk
tujuan percontohan, KPU BC Batam tidak
ingin berhenti hanya pada pemenuhan
target-target dalam blueprint. Dalam
kerangka berpikir reformasi birokrasi,
Kukuh mengungkapkan,”Saya akan
sangat berbahagia jika apa yang kami
lakukan di Batam ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi para pimpinan
tentang pengembangan praktek-praktek
manajemen praktis dalam suatu kantor.”
info kebijakan
APBN-P 2012 sebagai Kartu
Pengaman Perekonomian Nasional
Teks: Iin Kurniati
Foto: Kukuh Perdana
Perekonomian global yang masih berisiko tinggi berimplikasi pada perubahan asumsi ekonomi
makro dan kebijakan fiskal di berbagai negara. Begitu pula yang terjadi pada perekonomian domestik,
sejumlah asumsi yang digunakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun
2012, terutama angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, laju inflasi, asumsi suku bunga SPN 3 bulan,
harga minyak mentah Indonesia, lifting minyak dan nilai tukar Rupiah memerlukan perubahan dan
penyesuaian.
M
aka dari itu, berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 27, UU No.27
Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD pasal
156, serta UU No.22 Tahun 2011 tentang APBN TA 2012 pasal 42,
tanggal 29 Februari 2012 pemerintah menyampaikan dokumen
RUU Perubahan atas APBN Tahun 2012 beserta Nota Keuangannya
ke DPR-RI. Setelah melalui pembahasan yang intensif, Sabtu (31/3)
lalu, dalam sidang Paripurna DPR RI, RUU Perubahan atas APBN
2012 disetujui untuk disahkan menjadi UU.
Dengan disetujuinya APBN Perubahan 2012, pemerintah telah
memiliki kartu pengaman untuk menyelamatkan perekonomian
nasional dalam mengatasi risiko gejolak ekonomi dunia, termasuk
kemungkinan terjadinya kenaikan harga minyak dunia. Pemerintah
juga dapat menjaga kesehatan dan kesinambungan fiskal dengan
tetap mengelola subsidi energi dengan lebih baik. Subsidi tersebut
harus lebih produktif, tepat sasaran, dan mencerminkan dapat
mendorong percepatan penggunaan energi alternatif.
Pokok-pokok Perubahan APBN 2012
Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam APBN-P 2012
meliputi tambahan stimulus fiskal untuk pembangunan
infrastruktur Indonesia bagian timur, domestic connectivity,
ketahanan pangan, mitigasi bencana dan antisipasi krisis. Selain
itu, terdapat perubahan parameter dan besaran subsidi energi,
kompensasi perubahan besaran subsidi, pemotongan belanja
Kementerian/Lembaga (K/L), Anggaran Belanja Tambahan (ABT)
untuk kebutuhan sangat mendesak, pelebaran defisit anggaran
dari 1,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,23
persen terhadap PDB, serta tambahan kebutuhan pembiayaan.
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun-tahun sebelumnya
untuk stimulus fiskal dan pembangunan infrastruktur dalam rangka
mempertahankan target pertumbuhan ekonomi.
Kemudian, dalam kerangka asumsi dasar ekonomi makro,
pemerintah dan DPR sepakat untuk melakukan sejumlah
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
29
penyesuaian. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia direvisi dari 6,7 persen menjadi
6,5 persen, laju inflasi dari 5,3 persen
menjadi 6,8 persen, suku bunga SPN 3
bulan yang semula 6 persen menjadi 5
persen, nilai tukar Rupiah dari Rp8800
per USD menjadi Rp9000 per USD, harga
minyak mentah Indonesia atau Indonesian
Crude Price (ICP) dari USD90 per barel
menjadi USD105 per barel dan lifting
minyak dari 950 ribu barel per hari menjadi
930 ribu barel per hari.
Postur APBN Perubahan 2012
Dalam postur APBN-P 2012, pendapatan
negara dan hibah ditargetkan mencapai
Rp1358,2 triliun atau mengalami kenaikan
3,6 persen dari target APBN tahun 2012.
Penerimaan perpajakan ditargetkan
mencapai Rp1016,2 triliun, Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) ditargetkan
mencapai Rp341,1 triliun, naik Rp63,2 triliun
atau 22,7 persen dari target APBN 2012.
Dari sisi belanja negara, ditargetkan
mencapai Rp1548,3 triliun atau 18,1 persen
terhadap PDB, meningkat sebesar Rp112,9
triliun atau 7,9 persen dari pagu belanja
negara dalam APBN 2012. Belanja negara
terdiri dari belanja pemerintah pusat dan
transfer ke daerah. Belanja pemerintah
pusat ditargetkan mencapai Rp1069,5
triliun, meningkat Rp104,5 triliun atau 10,8
persen dari pagu APBN 2012. Belanja K/L
direncanakan mencapai Rp547,9 triliun,
meningkat sebesar Rp39,6 triliun atau 7,8
persen dari pagu APBN 2012. Sementara
itu, transfer ke daerah direncanakan sebesar
Rp478,8 triliun, naik Rp8,4 triliun atau 1,8
persen dari pagu APBN 2012.
Berbagai perubahan besaran belanja
pusat dilatarbelakangi sejumlah hal seperti
upaya meningkatkan efisiensi belanja K/L
melalui pemotongan anggaran belanja K/L
(sharing the participation) sebesar Rp18,9
triliun, pemanfaatan SAL sebesar Rp29,8
triliun untuk mendukung pembangunan
infrastruktur, realokasi belanja BA 999.08 ke
belanja K/L sebesar Rp2,3 triliun, ABT K/L
untuk keperluan sangat mendesak sebesar
Rp0,4 triliun, menjaga anggaran pendidikan
dalam kisaran 20 persen sebesar Rp310,8
triliun, serta implementasi reward sebesar
Rp404 miliar dan punishment sebesar
Rp1,4 miliar dalam meningkatkan quality of
spending.
Program kompensasi perubahan besaran
subsidi
Berdasarkan keputusan rapat kerja
badan anggaran DPR RI dan pemerintah,
akhirnya terjadi kesepakatan bahwa
terdapat perubahan dalam pasal 7 ayat
(6) dalam RAPBN Perubahan 2012 dengan
menambahkan pasal 7 ayat (6a). Pasal
tersebut berbunyi, “harga jual eceran BBM
bersubsidi tidak mengalami kenaikan
kecuali dalam hal harga rata-rata minyak
mentah Indonesia (Indonesian Crude
Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan
mengalami kenaikan atau penurunan lebih
dari 15% (lima belas persen) dari harga ICP
URAIAN
Pasal tersebut menjelaskan bahwa
dalam APBN-P 2012 ini, pemerintah telah
memberikan ‘katup’ atau pengaman jika
harga rata-rata ICP dalam kurun waktu
berjalan mengalami kenaikan selama enam
bulan terakhir. Adapun maksud dari enam
bulan terakhir adalah sejak ditetapkan ICP
di atas 15 persen dihitung dari rata-rata
enam bulan ke belakang. Lalu, jika terdapat
kenaikan atau penurunan ICP lebih dari 15
persen, pemerintah berwenang melakukan
penyesuaian terhadap harga bahan bakar
minyak (BBM) serta melakukan sejumlah
kebijakan pendukungnya.
Adapun kebijakan pendukung tersebut
yaitu sejumlah program kompensasi
perubahan besaran subsidi sebesar
Rp30,6 triliun. Program tersebut terdiri
dari Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) sebesar Rp17,1 triliun
(termasuk safeguarding), infrastruktur
pedesaan sebesar Rp7,9 triliun (termasuk
safeguarding) dan Program Keluarga
Harapan (PKH) sebesar Rp0,6 triliun
(termasuk safeguarding).
Namun demikian, untuk mengatasi
ketidaksesuaian realisasi subsidi energi
akibat tertundanya penyesuaian harga BBM
bersubsidi tahun 2012, ketidaksesuaian
2011
2012
APBN-P
Realisasi
APBN
APBN-P
Pertumbuhan Ekonomi (%)
6.5
6.5
6.7
6.5
Inflasi
5.7
3.8
5.3
6.8
Tingkat Bunga SPN 3 Bulan (%)
5.6
4.8
6.0
5.0
8,700
8,779
8,800
9,000
Harga Minyak (US$/barel)
95
111.5
90
105
Lifting Minyak (ribu barel per hari)
945
898
950
930
Nilai Tukar (Rp/US$1)
30
yang diasumsikan dalam APBN Perubahan
Tahun Anggaran 2012, pemerintah
berwenang untuk melakukan penyesuaian
harga BBM bersubsidi dan kebijakan
pendukungnya”.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan kecuali dalam hal
harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam kurun
waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan lebih dari 15% (lima belas
persen) dari harga ICP yang diasumsikan dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran
2012, pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi
dan kebijakan pendukungnya
asumsi makro hingga over quota volume
BBM bersubsidi, pemerintah memiliki
fiscal buffer. Diantaranya yaitu cadangan
risiko energi, cadangan risiko perubahan
asumsi makro (ICP, lifting minyak) dan
stabilitas harga pangan, pemberian beras
untuk rakyat miskin (raskin) sebanyak 13
kali, pemanfaatan SAL untuk menutup
kekurangan subsidi, hingga cadangan
belanja pegawai.
Berkaitan dengan subsidi, beban anggaran
belanja subsidi meningkat dari Rp208,9
triliun menjadi Rp245,1 triliun. Subsidi BBM
disepakati sebesar Rp137,4 triliun dengan
basis perhitungan volume konsumsi BBM
bersubsidi sebesar 40 juta kilo liter yang
terdiri dari premium dan biopremium
sebesar 24,41 juta KL, kerosene sebesar
1,7 juta KL, solar dan biodiesel sebesar
13,89 juta KL. Sedangkan volume liquefied
petroleum gas (LPG) bersubsidi 3 kg sebesar
3,61 juta ton, subsidi bahan bakar nabati
(BBN) untuk jenis biodiesel sebesar Rp3000
per liter dan jenis bioethanol sebesar
Rp3500 per liter. Dengan alpha BBM
bersubsidi rata-rata sebesar Rp641,94 per
liter dan subsidi liquified gas vehicle (LGV)
sebesar Rp1500 per liter.
Selanjutnya, besaran anggaran subsidi
listrik tahun 2012 ditetapkan sebesar
Rp65 triliun turun sebesar Rp28,1 triliun
dari usulan RAPBN-P 2012 sebesar RP93,1
triliun. Besaran subsidi ini termasuk rencana
pembayaran tunggakan subsidi listrik
tahun 2011 sebesar Rp3,5 triliun. Disepakati
pula bahwa dana cadangan risiko energi
sebesar Rp23 triliun. Penurunan beban
anggaran subsidi listrik disebabkan oleh
penyesuaian Commercial Operation Date
(COD) Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) batu bara, pemotongan biaya
operasi dan pemeliharaan lainnya, serta
penurunan penggunaan gas dari semula
372,5 TBTU menjadi 351,5 TBTU.
Sementara itu, kenaikan transfer ke daerah
berasal dari perubahan Dana Bagi Hasil
(DBH) menjadi sebesar Rp108,4 triliun
naik sebesar Rp8,4 triliun atau 8,4 persen
dari pagu APBN 2012. Hal ini terkait
dengan menurunnya DBH Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) akibat koreksi atas
perhitungan PBB 2012 sejalan dengan
pengalihan PBB pedesaan dan perkotaan
menjadi pajak daerah dan ditampungnya
kurang bayar DBH pajak tahun 2008-2010
sesuai rekomendasi Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010.
Lalu, terdapatnya perubahan alokasi
DBH Sumber Daya Alam (SDA) akibat
peningkatan alokasi DBH SDA Minyak dan
gas bumi yang disebabkan perubahan
asumsi harga minyak.
Dari sisi pembiayaan anggaran, defisit
anggaran diperkirakan mencapai Rp190,1
triliun atau 2,23 persen terhadap PDB,
naik sebesar Rp66,1 triliun dibandingkan
defisit anggaran dalam APBN 2012
yang ditetapkan sebesar Rp124 triliun
atau 1,5 persen terhadap PDB. Untuk
menutup defisit anggaran akan dibiayai
dari penggunaan SAL dan penerbitan
SBN. Selain untuk membiayai kenaikan
defisit anggaran, pemanfaatan SAL
juga dipergunakan untuk menstimulasi
perekonomian melalui kegiatan produktif
seperti pembangunan infrastruktur.
Kenaikan rating Indonesia oleh OECD
Pada 30 Maret lalu, Organisation for
Economic Co-operation and Development
(OECD) merilis country risk classification,
yang merupakan penilaian umum
mengenai risiko ekonomi dan politik
sebuah negara. Dari 120 negara, Indonesia
merupakan satu-satunya negara yang di
upgrade dari peringkat keempat menjadi
peringkat ketiga dari skala tujuh sampai
dengan nol. Sehingga saat ini kedudukan
Indonesia telah sejajar dengan Brazil, India,
Mexico dan Rusia. Melalui kenaikan ini,
premi risiko yang dibayar Indonesia atas
penggunaan kredit ekspor dari ECA (Export
Credit Agency) akan semakin murah.
Penilaian atas country risk tersebut
dilakukan berdasarkan dua langkah
metodologi. Pertama, penilaian dilakukan
dengan menggunakan Country Risk
Assessment Model (CRAM) yang didasarkan
pada tiga kelompok indikator risiko yakni
sejarah pembayaran negara yang dinilai,
situasi keuangan dan situasi ekonominya.
Kedua, hasil penilaian kualitatif dengan
CRAM yang dilakukan oleh para ahli country
risk dari negara-negara OECD dinilai satu
per satu dan digabungkan dengan faktorfaktor lain yang tidak dinilai oleh CRAM
seperti risiko politik dan risiko lainnya.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
31
artikel
32
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
artikel
Mewaspadai Dampak Penundaan
Kenaikan Harga BBM
Teks:
Makmun Syadullah
Peneliti Utama Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan
Setelah melalui pemungutan suara yang cukup
alot di sidang paripurna, akhirnya disepakati
bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
bersubsidi batal dinaikkan per 1 April 2012.
Namun demikian, hal ini bukan berarti pupus
harapan pemerintah untuk menaikkan harga
BBM bersubsidi.
A
da kesepakatan baru antara Pemerintah dan DPR, dimana
bila harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam
enam bulan berjalan melampaui 15 persen atas harga
asumsi makro yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012, maka pemerintah
dapat menaikkan harga jual eceran BBM bersubsidi.
Berkaitan dengan penundaan kenaikan harga, BBM
bersubsidi diperkirakan akan semakin sulit didapat
setelah Agustus mendatang karena pasokan yang terbatas akibat
penundaan kenaikan harga. Dengan alokasi anggaran untuk
subsidi BBM sebesar Rp132 triliun, diperkirakan dana tersebut
akan habis terserap hanya sampai bulan Agustus.
Akibatnya, pada bulan September hingga Desember pasokan
BBM bersubsidi diperkirakan akan hilang dari peredaran.
Sementara itu, menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), Widjajono Partowidagdo (alm.), harga BBM
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
33
Penambahan belanja subsidi energi akan menjadikan pos ini lebih besar dari alokasi
belanja modal dan infrastruktur. Akibatnya, ekonomi tidak dapat bergerak dengan
baik. Kondisi ini diperparah dengan kinerja ekonomi, terutama ekspor, yang terus
melemah karena situasi ekonomi dunia yang belum pulih.
dapat naik pada Mei mendatang. Selisih
antara realisasi harga rata-rata ICP selama
enam bulan terakhir dengan asumsi yang
akhirnya dipatok USD 105 per barrel pada
APBN-P 2012 memang belum sampai 15
persen. Akan tetapi, jika pada bulan April
ICP naik menjadi USD130 per barel, maka
hitungan di atas akan tercapai.
Dampak pada keuangan negara
Penundaan kenaikan harga BBM
bersubsidi berdampak pada keuangan
negara, dengan perbesaran angka defisit
anggaran yang telah disetujui Pemerintah
dan DPR pada APBN-P 2012 yaitu dari
Rp124,02 triliun (1,53 persen dari PDB)
menjadi Rp190,1 triliun (2,23 persen dari
PDB).
Membengkaknya defisit di atas karena
adanya selisih antara target penerimaan
negara dan hibah Rp1.358,2 triliun
dan belanja negara Rp1.548,3 triliun.
Untuk menutup defisit tersebut, target
utang Pemerintah dinaikkan dari Rp22,6
triliun menjadi Rp156,16 triliun. Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut: (i)
pinjaman luar negeri turun sebesar Rp2,53
triliun menjadi minus Rp4,42 triliun, (ii)
penerbitan surat berharga negara (netto)
naik Rp25 triliun menjadi Rp159,59 triliun,
dan (iii) pinjaman dalam negeri (netto) naik
Rp131 miliar menjadi Rp991,2 miliar.
Penambahan defisit pada APBN-P 2012
akan menjadikan postur APBN tidak sehat
dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Penambahan belanja subsidi energi akan
34
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
menjadikan pos ini lebih besar dari alokasi
belanja modal dan infrastruktur. Akibatnya,
ekonomi tidak dapat bergerak dengan
baik. Kondisi ini diperparah dengan kinerja
ekonomi, terutama ekspor, yang terus
melemah karena situasi ekonomi dunia
yang belum pulih.
Persoalan keuangan negara lainnya adalah
tidak mudahnya pemerintah mencari
sumber pendanaan dengan bunga yang
rendah, karena diburu waktu. Dengan
mempertimbangkan daya serap anggaran,
utang tersebut setidaknya harus tersedia
sebelum akhir triwulan ketiga atau
pada bulan September 2012. Apabila
dana didapat setelah September, dana
tersebut dikhawatirkan tidak akan terserap
sehingga hanya akan menambah beban
APBN saja.
Perburuan dana untuk menutup defisit
anggaran dari sumber dalam negeri, juga
dikhawatirkan akan mendongkrak suku
bunga di pasar keuangan. Akibatnya,
kebijakan Bank Indonesia menurunkan
BI rate sejak tahun 2011 yang secara
nyata telah diikuti dengan penurunan
suku bunga deposito maupun suku
bunga kredit, akan bergejolak kembali.
Dengan meningkatnya kebutuhan dana
Pemerintah untuk menutup defisit
anggaran yang mengandalkan sumber
dari dalam negeri, dikhawatirkan dapat
menaikkan suku bunga perbankan.
Di sisi lain, kondisi ekonomi global
yang belum menentu membawa efek
negatif bagi Indonesia. Credit Default
Swap (CDS) untuk utang Pemerintah
Indonesia meningkat. Instrumen derivatif
yang sering dijadikan indikator risiko
berinvestasi di Indonesia ini bergerak
menanjak dalam beberapa hari terakhir.
Per 28 Maret 2012, CDS untuk utang
bertenor 10 tahun, meningkat dari 195,105
menjadi 230,095 atau naik 18,37 persen.
Kenaikan CDS menjadikan para investor
asing akan mengurangi penempatan
dananya di Indonesia. Instrumen yang
dijauhi investor asing saat ini termasuk
Surat Utang Negara (SUN). Akibatnya,
pemerintah akan semakin kesulitan dalam
mencari utang baru dengan bunga murah.
Dampak ke pasar keuangan
Pasar obligasi memiliki peranan yang
sangat strategis bagi pemerintah. Kondisi
anggaran pemerintah yang defisit, pada
umumnya akan ditutup melalui pinjaman
yang bersumber dari luar negeri atau
pinjaman yang bersumber dari dalam
negeri, khususnya setelah krisis ekonomi
tahun 1998, pemerintah Indonesia
memandang perlu untuk menutup defisit
anggaran belanja pemerintah melalui
pinjaman yang bersumber dari dalam
negeri.
Sementara itu bagi dunia usaha, pasar
obligasi juga memiliki peranan yang
sangat penting, yakni sebagai sumber
pembiayaan alternatif selain pembiayaan
perbankan dalam bentuk pinjaman (loan).
Dengan semakin mahalnya suku bunga
SUN, sebagai akibat diburu waktu dan
meningkatnya CDS utang pemerintah,
maka suku bunga di pasar keuangan juga
akan meningkat. Meningkatnya suku
bunga ini tentunya ini akan berdampak
pada obligasi yang akan diterbitkan oleh
dunia usaha, mengingat suku bunga SUN
selama ini digunakan sebagai benchmark
bagi penerbitan obligasi oleh swasta.
riviu
Riviu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.02/2012
Tentang Standar Biaya
Tahun Anggaran 2013
1.Pertimbangan Penetapan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 37/
PMK.02/2012
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/
PMK.02/2012 ditetapkan pada tanggal 9
Maret 2012 dalam rangka melaksanakan
ketentuan Pasal 5 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
(RKA-K/L). RKA-K/L adalah dokumen
rencana keuangan tahunan Kementerian
Negara/Lembaga yang disusun menurut
Bagian Anggaran Kementerian Negara/
Lembaga.
2.Standar Biaya Tahun Anggaran 2013
a.Standar Biaya adalah satuan biaya
yang ditetapkan baik berupa Standar
Biaya Masukan maupun Standar Biaya
Keluaran sebagai acuan perhitungan
kebutuhan anggaran dalam RKA-K/L.
b.Standar Biaya Masukan adalah satuan
biaya yang berupa:
1)Harga Satuan Biaya Masukan, yaitu
nilai suatu barang yang ditentukan
pada waktu tertentu untuk
penghitungan biaya komponen
masukan kegiatan;
2)Tarif Biaya Masukan, yaitu nilai suatu
jasa yang ditentukan pada waktu
tertentu untuk penghitungan biaya
komponen masukan kegiatan; dan
3)Indeks Biaya Masukan, yaitu satuan
biaya yang merupakan gabungan
beberapa barang/jasa masukan
untuk penghitungan biaya
komponen masukan kegiatan yang
digunakan untuk menyusun biaya
komponen masukan kegiatan.
c. Standar Biaya Keluaran adalah
besaran biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan sebuah keluaran
kegiatan yang merupakan akumulasi
biaya komponen masukan kegiatan.
d.Standar Biaya Tahun Anggaran 2013
terdiri dari:
1)Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2013; dan
2)Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013.
3.Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2013
a.Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2013 berfungsi sebagai
acuan bagi Kementerian Negara/
Lembaga untuk menyusun biaya
komponen masukan kegiatan dalam
RKA-K/L berbasis kinerja Tahun
Anggaran 2013. Acuan dimaksud
merupakan batas tertinggi yang
besaran biayanya tidak dapat
dilampaui dalam penyusunan RKA-K/L
Tahun Anggaran 2013.
b.Dalam rangka pelaksanaan anggaran,
Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2013 berfungsi sebagai :
1)batas tertinggi, merupakan besaran
biaya yang tidak dapat dilampaui;
2)estimasi, merupakan besaran
biaya yang dapat dilampaui,
disesuaikan dengan harga pasar
dan ketersediaan alokasi anggaran,
dengan memperhatikan prinsip
ekonomis efisiensi, efektifitas, serta
mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2013 yang berfungsi
sebagai batas tertinggi sebagaimana
dimaksud pada huruf b angka 1),
meliputi antara lain:
1)satuan biaya uang harian perjalanan
dinas dalam negeri; dan
2)satuan biaya penginapan perjalanan
dinas dalam negeri.
d.Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2013 yang berfungsi
sebagai estimasi sebagaimana
dimaksud pada huruf b angka 2),
meliputi antara lain:
1)satuan biaya paket kegiatan rapat/
pertemuan di luar kantor;
2)satuan biaya tiket perjalanan dinas
dalam negeri (pulang pergi); dan
3)satuan biaya taksi perjalanan dinas
dalam negeri.
Teks:
Titi Susanti
e.Selain Standar Biaya Masukan
sebagaimana dimaksud pada huruf
c dan d, Menteri Keuangan dapat
menyetujui Standar Biaya Masukan
lainnya berdasarkan usulan dari
Menteri/Pimpinan Lembaga, dengan
mempertimbangkan hal-hal antara
lain sebagai berikut:
1)kekhususan satuan biaya yang
dimiliki oleh Kementerian Negara/
Lembaga;
2)tuntutan peningkatan kualitas
pelayanan publik tertentu; dan/atau;
3)daerah terpencil/daerah
perbatasan/pulau terluar.
4.Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran
2013
a.Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013 berfungsi sebagai
acuan bagi Kementerian Negara/
Lembaga untuk menyusun biaya
keluaran kegiatan dalam RKA-K/L
berbasis kinerja Tahun Anggaran 2013.
b.Kriteria keluaran kegiatan yang
diusulkan menjadi Standar Biaya
Keluaran Tahun Anggaran 2013
sebagaimana dimaksud pada huruf a
adalah sebagai berikut:
1)merupakan keluaran kegiatan yang
bersifat berulang;
2)mempunyai jenis dan satuan yang
jelas dan terukur;
3)mempunyai komponen/tahapan
yang jelas dalam pencapaian
keluaran;
4)bukan merupakan keluaran kegiatan
pengadaan sarana dan prasarana;
dan
5)bukan merupakan keluaran dari
Komponen Kegiatan 001 (output)
dan Komponen Kegiatan 002 (sub
output).
c. Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013 dapat berupa:
1)Indeks Biaya Keluaran, yaitu Standar
Biaya Keluaran yang menghasilkan
satu volume keluaran kegiatan; dan
2)Total Biaya Keluaran, yaitu Standar
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
35
Biaya Keluaran yang menghasilkan
total volume sebuah keluaran
kegiatan.
d.Dalam rangka perencanaan anggaran,
Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013 berfungsi sebagai:
1)batas tertinggi dalam penyusunan
RKA-K/L Tahun Anggaran 2013; dan
2)referensi untuk penyusunan
prakiraan maju dan/atau bahan
penghitungan pagu indikatif
Kementerian Negara/Lembaga
Tahun Anggaran 2014.
e.Dalam rangka pelaksanaan anggaran,
Standar Biaya Keluaran berfungsi
sebagai estimasi yang merupakan
perkiraan besaran biaya yang dapat
dilampaui disesuaikan dengan
harga pasar dan ketersediaan alokasi
anggaran dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundangundangan.
5.Penyusunan Dan Pengusulan Standar
Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2013
a.Kementerian Negara/Lembaga
menyusun dan mengusulkan Standar
Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2013
kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Anggaran paling lambat
minggu kedua bulan April 2012. Dalam
penyusunan Standar Biaya Keluaran
Tahun Anggaran 2013, Kementerian
Negara/Lembaga menggunakan:
1)Standar Biaya Masukan
sebagaimana dimaksud dalam
angka 3 huruf c sampai dengan e;
dan/atau
2)satuan biaya lain, yang tidak
termasuk Standar Biaya Masukan
sebagaimana dimaksud dalam
angka 3 huruf c sampai dengan
e, dengan mempertimbangkan
kepatutan dan kewajaran harga
satuan biaya dimaksud.
b.Satuan biaya lain sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 2)
dikecualikan terhadap satuan biaya
untuk menambah penghasilan dan
fasilitas pejabat negara/pegawai
negeri/non pegawai negeri.
Penggunaan satuan biaya lain disertai
Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran dengan
dilampiri data pendukung yang
dapat dipertanggungjawabkan.
SPTJM adalah pernyataan
pertanggungjawaban Pengguna
36
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran
atas penggunaan jenis satuan biaya
di luar Standar Biaya yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
c. Tata cara Kementerian Negara/
Lembaga dalam menyusun usulan
Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013, yaitu sebagai berikut:
1)mengidentifikasi dan mencermati
keluaran kegiatan mengacu pada
kriteria Standar Biaya Keluaran;
2)menentukan keluaran yang akan
diusulkan menjadi Standar Biaya
Keluaran;
3)membuat Kerangka Acuan Kegiatan
(KAK)/ Term of Reference (TOR);
4)menentukan komponen/tahapan
pencapaian keluaran kegiatan;
5)menentukan Standar Biaya Keluaran
yang diusulkan sebagai Total Biaya
Keluaran atau Indeks Biaya Keluaran;
6)membuat Rencana Anggaran Biaya;
7)menyimpan data usulan Standar
Biaya Keluaran; dan
8)membuat serta menandatangani
rekapitulasi usulan Standar Biaya
Keluaran kepada Menteri Keuangan
cq. Direktur Jenderal Anggaran
melalui Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Kementerian Negara/
Sekretaris Utama atau pejabat lain
yang berwenang.
d)Berdasarkan usulan Standar Biaya
Keluaran Tahun Anggaran 2013
sebagaimana dimaksud pada
huruf e, Kementerian Keuangan
c.q. Direktorat Jenderal Anggaran
melakukan penelaahan. Langkahlangkah Direktorat Jenderal Anggaran
dalam menelaah usulan Standar Biaya
Keluaran Tahun Anggaran 2013, antara
lain sebagai berikut:
1)mengunggah file back up data
usulan Standar Biaya Keluaran ke
server;
2)meneliti dan menilai usulan
keluaran kegiatan;
3)meneliti dan menilai komponen/
tahapan yang digunakan dalam
pencapaian keluaran kegiatan; dan
4)meneliti dan menilai penerapan
biaya, kewajaran alokasi anggaran,
dan penerapan Bagan Akun Standar
e)Standar Biaya Keluaran Tahun
Anggaran 2013 diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
Daftar Peraturan
Menteri Keuangan (PMK)
selama bulan Maret 2012
Sumber:
www.sjdih.depkeu.go.id
Gambar:
http://i.cs.hku.hk/fyp/2011/fyp11021/public_
html/?p=25
PMK No. 34/PMK.07/2012
Pedoman Umum Dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru
Pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada Daerah Provinsi,
Kabupaten, Dan Kota Tahun Anggaran 2012.
PMK No. 35/PMK.07/2012
Pedoman Umum Dan Alokasi Dana Tambahan
Penghasilan Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada
Daerah Provinsi, Kabupaten, Dan Kota Tahun Anggaran
2012.
PMK No. 36/PMK.02/2012
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran
2012.
PMK No.37/PMK.02/2012
Standar Biaya Tahun Anggaran 2013.
PMK No. 38/PMK.05/2012
Tarif Layanan Badan Layanan Umum Institut Agama
Islam Negeri Mataram Pada Kementerian Agama.
PMK No.39/PMK.05/2012
Tarif Layanan Badan Layanan Umum Institut Agama
Islam Negeri Sumatera Utara Pada Kementerian Agama.
PMK No. 40/PMK.05/2012
Tarif Layanan Badan Layanan Umum Politeknik
Kesehatan Surabaya Pada Kementerian Kesehatan.
PMK No. 41/PMK.08/2012
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 67/PMK.08/2009 tentang Penjualan Surat Utang
Negara Di Pasar Perdana Dalam Denominasi Yen Di
Jepang.
PMK No. 42/PMK.01/2012
Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Di Lingkungan Kementerian
Keuangan.
PMK No. 43/PMK.010/2012
Uang Muka Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan
Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan.
PMK No. 44/PMK.04/2012
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 147/PMK.04/2011 Tentang Kawasan Berikat
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 255/PMK.04/2011.
PMK No. 45/PMK.02/2012
Tata Cara Pemberian Penghargaan Dan Pengenaan
Sanksi Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian
Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011.
PMK No. 46/PMK.07/2012
Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau Tahun Anggaran 2012.
PMK No. 48/PMK.04/2012
Pemberitahuan Pabean Dalam Rangka Pemasukan Dan
Pengeluaran Barang Ke Dan Dari Kawasan Yang Telah
Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas Dan
Pelabuhan Bebas.
english corner
Fiscal
Sustainability
in the Revised
State Budget
of 2012
Teks:
Iin Kurniati
Alih Bahasa:
Haruadi Setiawan
The decrease on the global economic
growth from 4 percent to 3 percent in
estimation, the economic contraction
that hits Europe, and the revision of
the Asian countries’ growth lead to
the slow growth of domestic and
regional economy. Furthermore, the
geopolitical heat on Middle East and
problem of oil distribution at the Strait
of Hormuz fuel the world crude oil
price hike on the first quarter of 2012.
T
he implications of this volatile growth
of global economy are the deceleration
of Indonesia’s economy and the swelled
subsidy burden as the result of the price hike of
Indonesian Crude Price (ICP). Budget Deficit of
the State Budget of 2012 may rise to more than 3
percent of the GDP which consequently violates
the Law Number 17/2003 and Law Number
33/2004.
spending. Meanwhile, the counter cyclical measure is taken by providing fiscal
stimulus for infrastructure and providing compensations programs to maintain
people’s purchasing power.
Therefore, the government proposes an early
revision of the State Budget of 2012 up to the end
of March this year. This Revised State Budget 2012
is expected to provide a ‘safety valve’ to shield
domestic economy from the global economy risks,
thus the fiscal sustainability will still be preserved.
On the fiscal policy area, the adjustments made on the parameter and the amount
of subsidy, additional fund of urgent and priority spending budget for IDR0.4
trillion, efficiency on State spending for IDR18.9 trillion, as well as widening the
budget deficit from 1.5 percent of GDP to 2.23 percent of GDP. There are also
budget transfers performed, for example the transfer of IDR2.3 trillion from the 999
Budget to KL Budget.
Measures are prepared by the government to
maintain fiscal sustainability by controlling deficit
and several performing the counter cyclical
measure. Deficit control is keeping the deficit
under 3 percent of GDP by controlling subsidies
or adjusting petroleum prices and cutting State
The Remaining Budget (SAL) of the previous years is used to fund the current year
budget of IDR29.8 trillion. Moreover, the government also maintains the budget for
education of 20 percent or IDR310.8 trillion, and improves the quality of spending
by implementing the reward of IDR404 billion and punishment of IDR1.4 billion.
Adjustments on macro assumptions made in the Revised State Budget of 2012
include the economic growth of 6.5 percent; the inflation of 6.8 percent; the
exchange rates of Rupiah of IDR9000 per USD; the 3-month State Obligation (SPN)
Interest Rate of 5 percent, the oil price (ICP) of USD105 per barrel, and the oil lifting
of 950 barrel per day.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
37
renungan
Pemimpin Adil,
Rakyat Taat
Seperti embun yang mendinginkan hati bunga lily,
bagaikan topan yang menggelagakkan dalamnya sungai
Teks:
Athiah Listyowati
Gambar:
http://ulumcordova.files.wordpress.com/2007/12/comc182.jpg
S
eorang filosof dan penyair Muslim tenar dari India menulis
nukilan syair di atas untuk seorang pemimpin yang adil nan
menyejukkan rakyatnya, ia adalah Khalifah Umar bin Khattab.
Beberapa ratus tahun lalu, saat kepemimpinan Islam berada di
tangan beliau, memancarlah percikan-percikan keteladanan
dari laku, hati, dan lisannya. Pernah di suatu malam, saat seorang
bawahannya menghadap untuk melaporkan wilayah yang menjadi
tanggung jawabnya, tiba-tiba Amirul Mukminin mengganti
lilin dengan sebuah lampu yang bahkan cahayanya tidak bisa
menerangi seisi ruangan. Sang bawahan yang sedang menghadap
pun merasa bahwa tingkah laku Amirul Mukmini itu sangatlah
aneh (untuk apa ia tiba-tiba mengganti penerangan ruangan).
Tak ingin menyimpan rasa penasaran lebih lama, bertanyalah
Sang Bawahan perihal penggantian lampu penerangan tersebut
kepada Sang Amir. Di luar dugaan, penggantian lampu tersebut
terkait dengan hal yang bahkan mungkin tidak terpikir oleh
orang-orang seperti kita. Khalifah Umar tak mau menggunakan
lilin yang dibiayai oleh negara untuk membicarakan hal-hal yang
di luar urusan kenegaraan. Ya, saat itu Sang Bawahan memang
menanyakan kabar istri dan anak-anak beliau (yang mungkin tidak
lebih dari lima menit).
Di waktu-waktu berikutnya, Khalifah Umar bin Khattab terbukti
sangat memperhatikan rakyatnya. Suatu ketika secara diam-diam
beliau turun berkeliling di malam hari untuk menyaksikan langsung
keadaan rakyatnya. Sampailah Khalifah Umar di luar kota Madinah,
pada sebuah rumah dilihatnya seorang wanita sedang memasak
sesuatu, sedang dua anak perempuan duduk di sampingnya
berteriak-teriak meminta makanan. Perempuan itu, ketika
menjawab pertanyaan sang Khalifah, menjelaskan bahwa anakanaknya lapar, sedangkan di ceret yang ia jerang tidak ada apa-apa
selain air dan beberapa buah batu. Itulah caranya ia menenangkan
anak-anaknya agar mereka percaya bahwa makanan sedang
disiapkan. Tanpa menunjukan identitasnya, Khalifah bergegas
kembali ke Madinah yang berjarak tiga mil. Ia kembali dengan
memikul sekarung terigu, memasakkannya sendiri, dan baru
merasa puas setelah melihat anak-anak yang malang itu sudah
merasa kenyang. Keesokan harinya, ia berkunjung kembali, dan
sambil meminta maaf kepada wanita itu ia meninggalkan sejumlah
uang sebagai sedekah kepadanya. Yang perlu kita catat adalah
38
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Khalifah Umar bin Khattab bahkan tidak memakan gandum selama
masih ada di antara rakyatnya yang tidak bisa menikmati gandum.
Masih banyak lagi cerita keteladanan dalam memimpin rakyat yang
diperankan oleh Khalifah Umar bin Khattab, yang bila dituliskan
di sini mungkin hanya akan membuat kita mengeluh bukannya
mengambil hikmah. Kesalahan terbesar kita adalah kita merasa
tidak mampu menemukan sosok seperti beliau dan tak mungkin
ada lagi sosok pemimpin seperti itu. Sebuah pesimisme yang
sering kali berakhir hanya pada hujatan, ”Pemimpin kita tidak adil.”
Sebaiknya kita membaca kisah selanjutnya untuk bisa lepas dari
kesalahan ini. Suatu hari, kisah khalifah yang lain, Ali bin Abi Thalib,
memberi kita gambaran tentang keadaan sebuah negeri yang
rakyatnya kurang bijak dalam melihat permasalahan negerinya.
Datanglah seorang warga bertanya kepada Khalifah Ali tentang
keadaan negaranya yang carut marut, “Wahai Amirul Mukminin,
mengapa keadaan negara saat dipimpin olehmu seperti ini?”.
Dengan cerdik Khalifah Ali Bin Abi Thalib pun menjawab. “Itu
karena saat kepemimpinanku rakyatnya sepertimu, sedangkan
Khalifah terdahulu rakyatnya sepertiku.” Tepat. Jawaban Khalifah
Ali bin Abi Thalib memberi kita hikmah luar biasa tentang syarat
kemakmuran sebuah negeri. Tidak hanya dipimpin oleh orangorang luar biasa seperti Khalifah Umar bin Khattab, negeri yang
makmur haruslah didukung oleh rakyat sekaliber Ali bin Abi Thalib.
Tak ada kemakmuran negeri yang dipenuhi hanya oleh salah satu
diantaranya, keduanya harus ada dan saling melengkapi. Pemimpin
yang adil dan rakyat yang taat.
Bulan lalu, saat negeri ini gonjang-ganjing isu kenaikan BBM,
berbagai argumen mencuat dan mencoba menghujamkan
isinya ke dalam hati rakyat. Ada yang mendukung, ada pula
yang menolak. Riuh rendah di media segala suara bermuara.
Tapi siapakah sebenarnya yang seharusnya berbuat nyata untuk
makmurnya negeri? Ya, Pemimpin dan rakyat yang dengan laku
nyata mampu membuktikan bahwa setiap kebijakan yang diambil
adalah kebijakan yang terbaik, dan bahwa setiap kebijakan yang
diyakini baik harus didukung penuh oleh rakyatnya. Jangan
bertanya harus mulai dari siapa? Tapi bertanyalah apa yang bisa
kita lakukan untuk memperbaiki negeri.
resensi
Buku dan jurnal dapat diperoleh di perpustakaan
Kementerian Keuangan atau perpustakaan online
www. perpustakaan.depkeu.go.id
Teks: Nur Wahyu Nugroho, Ari Kuncoro
Top 5 Fiction Books of
The Month: February 2012
BUKU
Mengapa Perusahaan Minyak Dibenci?
John Hofmeister
1
The Cronicles of Narnia:
The Lion, The Witch, and
The Wardrobe

C. S. Lewis
Volume terbesar dari industri minyak mentah adalah
bahan bakar minyak dan bensin. Minyak bumi merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi banyak industri, dan
sangat penting untuk menjaga peradaban manusia di
jaman industrialisasi ini, sehingga minyak bumi menjadi
perhatian serius banyak pemerintahan di banyak negara.
Mantan Direktur Utama Shell Oil Company secara blakblakan bercerita pada buku ini. Jika perusahaan minyak
memiliki jawaban bagi krisis energi, siapa yang akan
mempercayai sekarang? Ketika perusahaan minyak
besar telah menjadi musuh, semua solusi yang diberikan
dianggap meragukan. Dan ketidaktahuan akan energi juga
bisa menjadi alat favorit bagi para pemimpin politik untuk
mencalonkan diri. Simak dan rasakan suasana provokatif
yang penulis bangun. Mencerahkan, merangsang
melihat pandangan alternatif dari orang dalam. Rasakan
amarahnya!
2

Daniel Keyes
3
Arok Dedes
4
Politweet
5
Melukis Pelangi, Catatan
Hati Oki Setiana Dewi
Pramoedya Ananta Toer
Salman Aristo



Oki Setiana Dewi
Top 5 Non-Fiction Books of
The Month: March 2012
1
BUKU
Pertarungan Jiwa Billy –
Sekuel 24 Wajah Billy
How an Economy Grows
and Why It Crashes

Peter D. Schiff
Garis Batas
Agustinus Wibowo
2
Border dalam Bahasa Inggris, Grens dalam Bahasa Belanda,
Tapal Batas dalam Bahasa Indonesia, berbagai istilah
memisahkan satu kebudayaan dan adat istiadat. Garis
Batas merupakan seutas pemisah tidak tampak yang harus
dilewati dengan dokumen yang disebut paspor, visa,
dan segala remeh temeh dokumen lainnya. Pengalaman
menembus batas menyajikan euforia ketika harus
berhadapan dengan petugas Bea Cukai, Imigrasi dan
pengamanan sebuah wilayah. Berdebar, mengharukan,
penuh ketegangan dan menuai harapan besar agar lolos
dari pemeriksaan untuk bisa sekedar menghirup udara
baru, bahasa baru, kebudayaan baru, dan khazanah baru
dalam hidup. Garis batas tidak sebatas pada pemeriksaan
tapal batas, tapi bermakna lebih pada berbagai sendi
kehidupan. Dengan piawainya Agustinus- mengisahkan
kehidupan di negeri-negeri Asia Tengah. Seperti terbuai
mimpi, bayangan negeri-negeri berakhiran Stan seolah
hidup dalam buku Garis Batas ini. Mulai dari Lembah
Ferghana -sebuah lembah yang luasnya cukup untuk
perbatasan tiga negara, Khan Shatyry –suatu kota indoor
terbesar di dunia, hingga penokohan Turkmenbashi –
Seorang penguasa Turkmenistan yang memiliki kitab ajaib
Ruhnama. Jelajahi Garis Batas dan anda akan menemukan
cerita-cerita menarik tentang kehidupan di Asia Tengah.
Metode Riset untuk Bisnis
& Ekonomi

Mudrajad Kuncoro
3
Panduan Bantuan
Hukum di Indonesia

YLBHI
4
18 Strategi Jitu
Memahami Teks
Berbahasa Inggris

Yusup Priyasudiarja
5
The Grand Design
Stephen Hawking

Jumlah  menggambarkan jumlah peminjam buku
selama bulan Januari 2012.
JURNAL
Reducing Petroleum Consumption From Transportation
Christopher R. Knittel
The United States consumed more petroleum-based liquid fuel per capita than any other OECD-high-incomecountry – 30
percent more than the second-highest country (Canada) and 40 percent more than thethird-highest (Luxemburg). This
paper examines the main channels through which reductions in U.S.oil consumption might take place: (a) increased fuel
economy of existing vehicles, (b) increased use of non-petroleum-based low-carbon fuels, (c) alternatives to the internal
combustion engine, and (d) reduced vehicles miles travelled.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
39
inspirasi
Semangat
Petugas Patroli
Laut yang Tak
Pernah Surut
Teks:
Dwinanda Ardhi
Foto:
Langgeng W. P
Aris Maulana, A.Md
Tempat/Tanggal Lahir: Kuningan/02 September 1974 | Riwayat
Pendidikan: Akademi Pelayaran Niaga Indonesia Semarang,
Jurusan Nautika (1994), Universitas Terbuka Jurusan Ekonomi
Management (2008-sekarang) | Prestasi: Mendapat beberapa
piagam penghargaan; Mendapat kesempatan mendengarkan
secara langsung arahan dari Bapak Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Istana Negara; Mendapat predikat pegawai teladan
di Kementerian Keuangan langsung dari Menteri Keuangan.
P
atroli laut merupakan suatu kegiatan pengawasan di daerah
perbatasan Indonesia yang dibatasi oleh lautan dengan negara
lain. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), kantor tempat Aris
Maulana bernaung, memiliki kewenangan melakukan kontrol terhadap
keluar masuknya barang dari dan ke wilayah pabean Indonesia.
Aris—sapaan Aris Maulana—mengungkapkan bahwa tugas itu harus
dilakukan meskipun rintangan, misalnya cuaca yang kadang tidak
bersahabat, menghadang. “Dengan semangat kebersamaan dan satu
tekad yang bulat, wilayah pabean Indonesia harus bersih dari barang
larangan dan pembatasan impor serta penyelundupan ekspor barang,”
ujar Aris.
Menurut dia, patroli laut dilaksanakan hampir di setiap titik perairan
yang dianggap rawan terjadinya penyelundupan. Kapal patroli harus
selalu stand by di perairan sektor yang telah ditunjuk oleh Kepala Seksi
Penindakan. Artinya setiap kapal patroli terus melakukan tugasnya
secara bergiliran. Ini dilakukan karena sudah menjadi kewajiban bagi
petugas Patroli Laut Bea dan Cukai.
40
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan
antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Selat
penting ini menjadi penghubung tiga negara
dengan jumlah penduduk yang termasuk kategori
terbesar di dunia, yaitu India, Indonesia, dan Republik
Rakyat Cina. Letaknya yang sangat strategis banyak
dimanfaatkan oleh para pelaku penyelundupan.
Peran para awak kapal dari Pangkalan Sarana Operasi
Bea dan Cukai dalam patroli laut di sekitar wilayah
tersebut menjadi sangat penting. Media Keuangan
menemui Aris Maulana, pegawai pada Pangkalan
Sarana Operasi Bea dan Cukai Tanjung Balai Karimun,
beberapa waktu lalu. Pria kelahiran Kuningan,
2 September 1974, ini berkisah banyak soal
pengalamannya menjaga laut di wilayah perbatasan
dari berbagai aksi kejahatan, termasuk suka dukanya
menjalani profesi ini.
Dalam melaksanakan patroli, Aris membuat rencana tindakan sebelum
terjun ke lapangan. Tujuannya, kata Aris,”Membuat saya berjalan di atas
alur yang tepat untuk lebih cepat mencapai tujuan atau jika terjadi
penyimpangan akan mudah dan cepat memperbaikinya.” Namun
demikian, ia menemukan bahwa kadang teori tidak sesederhana yang
terjadi di lapangan. Saat terjadi cuaca buruk misalnya, sekalipun ada
Target Operasi (TO), tim tidak bisa langsung berangkat. Mereka harus
menunggu berita dari Kepala Seksi Penindakan mengenai waktu yang
baik bagi kapal TO untuk berangkat. Setelah mendapatkan berita, Aris
dan tim membuat lebih dari 3 titik untuk melakukan penjagaan. Demi
efisiensi BBM dan ransum, Aris melanjutkan,”Saya bersama tim benarbenar menghitung waktu dan strategi karena belum tahu ke mana
kapal penyelundup akan lewat.”
Suka dan duka
Aris sudah pernah menduduki beberapa posisi di kapal. Mulai dari
mualim I, mualim II, mualim III, hingga nakhoda. Sudah cukup banyak
suka dan duka yang dialami. “Yang jelas saya bersama tim sering
meninggalkan keluarga,” tutur Aris. Namun, ia
bersyukur karena dengan dukungan penuh
dari keluarga, Aris bisa bekerja dengan tenang.
Pekerjaan sebagai petugas patroli laut tidak
ringan. Dalam satu kali patroli, tim bisa berada
di laut hingga kurang lebih 2 minggu. Selain
itu, mereka juga harus siap menghadapi
berbagai risiko seperti perlawanan dari
pelaku penyelundupan. “Saya bersama tim
pernah mendapatkan perlawanan berupa
ditabrakkannya kapal penyelundup ke kapal
patroli,” kenang Aris. Bahkan suatu ketika, pada
saat memeriksa kapal pengangkut barang,
kapal patroli dikelilingi 6 kapal jenis speedboat
dengan kurang lebih 10 orang pada masingmasing speedboat tersebut membawa
pedang dan bom molotov.
Salah satu kegiatan dalam patroli laut
adalah penegahan yang dilakukan terhadap
orang, sarana pengangkut, atau barang
yang diindikasikan melanggar ketentuan
kepabeanan yang berlaku. Indikasi ini
bisa dilihat dari pemeriksaan patroli rutin
atau target operasi berdasarkan informasi
dari intelijen. Komoditi ditegah meliputi
komoditi impor dan ekspor. Beragam cara
dilakukan penyelundup untuk mengelabui
petugas patroli laut. Pada saat penegahan
Amonium Nitrat yang akan diselundupkan
ke daerah Sulawesi, Aris bersama tim sempat
dibohongi oleh para pelaku penyelundupan.
“Pelaku mengatakan itu adalah pupuk. Saya
langsung perintahkan Anak Buah Kapal (ABK)
mengangkat satu karung untuk diperiksa,
ternyata isinya Amonium Nitrat,” ungkap
Aris. Barang selundupan ini dikemas ulang
dengan kemasan komoditi pupuk, sehingga
jenis barang dalam kemasan aslinya berbeda
dengan kemasan luar. Di samping itu untuk
mengelabui petugas patroli, merk komoditi
dan pemasok barang juga dibuat berbeda.
Selain mencoba mengelabui petugas,
para penyelundup tak jarang berupaya
melakukan suap. “Pada saat penegahan,
saya bersama tim sempat ditawari Rp500
juta untuk melepaskan barang tersebut,”
tutur Aris. Namun demikian, Aris bersama
tim berkomitmen untuk tidak terganggu
dengan iming-iming apapun. Selain risiko
kejahatan, tim petugas patroli laut juga harus
menghadapi tantangan alam. Aris bercerita
bahwa ia dan tim pernah terjebak cuaca buruk
pada saat bulan puasa. “Kami berlindung di
dekat pulau kecil yang berpenduduk hanya
sekitar 50 orang di dalam 10 rumah. Sudah
beberapa kali kami mencoba untuk melintasi
lautan untuk pulang ke pangkalan, tapi tidak
berhasil karena kuatnya ombak,” cerita Aris.
Pada saat itu tim sudah kehabisan ransum.
Setelah berlindung di pulau itu selama 5 hari,
Aris bersama tim mencoba kembali pulang
ke pangkalan. Di pertengahan jalan, ternyata
tim terjebak ombak yang besar. Perjalanan
dengan cuaca buruk itu menyisakan kerusakan
satu mesin kapal patroli sebelum sampai di
pangkalan.
Pengalaman yang cukup panjang di laut
membentuk kepribadian Aris. Tanggung
jawab dan empatinya tak hanya berkaitan
dengan bidang pekerjaannya saja. Hal ini bisa
dibuktikan pada saat ia ikut terjun langsung
membantu upaya penyelamatan korban
Kapal Penumpang Dumai Express 10 yang
tenggelam di perairan Karimun. Bersama para
awak kapal BC 20003, Aris menolong para
korban meskipun pada saat itu tidak dalam
kondisi berlayar dan tidak ada Surat Perintah
Berlayar.
Perjalanan karier
Aris mulai bekerja di DJBC pada bulan
Desember 2003 dan langsung ditempatkan
di Pangkalan Sarana Operasi Tanjung Balai
Karimun. Pada awal dua minggu pertama,
dia dan kawan-kawan seangkatan langsung
“digembleng” oleh para marinir. “Saya nikmati
saja keadaan gemblengan tersebut untuk
menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat,”
kata Aris. Selama lima bulan berikutnya dia
bekerja dengan sistem rolling dari satu bagian
ke bagian lain. Setelah lima bulan berlalu, Aris
mulai dipekerjakan di kapal patroli sebagai
ABK dengan jabatan mualim III pada kapal BC
7003.
Selama menjadi ABK, Aris banyak belajar
dari para senior, misalnya pengenalan pada
sektor dan cara menyandarkan kapal patroli.
Dia berterus terang bahwa saat pertama
kali terjun sebagai ABK, masih banyak
prosedur yang dianggapnya belum rapi.
“Saya selaku anggota baru di DJBC belum
berani untuk mengingatkan para senior
karena takut tersinggung,” ujar Aris. Setelah
dipertimbangkan dengan matang, Aris
melanjutkan, ”Saya harus memberanikan diri
untuk merapikan keadaan tersebut. Kadang
akhirnya saya mengingatkan senior dengan
gaya bercanda supaya tidak tersinggung.”
Setelah beberapa tahun menjadi ABK, Aris
dipercaya sebagai nahkoda. Pada saat menjadi
nakhoda di kapal BC 20003, Aris mulai
melakukan perubahan-perubahan kecil. Lebih
jauh, dia juga terus mengembangkan caracara dan metode baru untuk meningkatkan
kinerja dan proses kerja. Hasilnya, dia dan tim
kapal BC 20003 bisa mendapatkan sasaran
yang diperintahkan dari Kasi Penindakan.
Selama menjadi nakhoda di kapal BC 20003,
Aris dan tim kapal BC 20003 antara lain sudah
melakukan penegahan berupa ballpres
sebanyak 5 kapal (masing-masing kapal ratarata membawa 2000 ball) dan Amonium Nitrat
82,5 ton.
Setelah bergabung selama satu tahun di kapal
BC 20003, Aris mendapatkan kepercayaan
untuk memimpin kapal patroli yang baru
dengan ukuran 38 meter. Kapal tersebut
bernama BC 30002. Di sana, dia mulai
membentuk tim baru lagi dengan watak
dan sifat ABK yang belum menyatu. Jumlah
awak kapal di sana pun lebih banyak daripada
kapal sebelumnya. Jika di kapal BC 20003, Aris
menjadi nakhoda untuk 11 orang ABK, maka di
kapal BC 30002 dia menjadi pemimpin bagi 22
orang ABK. Dalam membentuk kekompakan
personil, tak jarang Aris mengajak para ABK
berkomunikasi dan berolah raga bersama.
Selama bertugas di kapal BC 30002, Aris dan
tim antara lain sudah melakukan penegahan
pasir timah sebanyak 15 ton, ballpres 1000 ball,
ballpres plastik bekas sebanyak 500 ball, dan
Amonium Nitrat sebanyak 60 ton.
Harapan
Aris memiliki sejumlah harapan ke depan.
Dia sangat ingin melihat Pangkalan Sarana
Operasi Bea dan Cukai suatu saat menjadi
pangkalan yang modern. Di samping itu,
dengan amanah yang diembannya saat ini
sebagai Penanggung Jawab Tugas urusan
awak kapal, Aris berharap mendapatkan
tambahan pegawai untuk awak kapal patroli.
Dan suatu saat ia bercita-cita untuk dapat
mengabdi kepada negara sekaligus pada
ibunya yang saat ini tinggal seorang diri di
kampung halaman. Ia berharap ini dapat
terwujud karena ketika sang ayah berpulang
beberapa tahun lalu, Aris tak bisa mengucap
salam perpisahan karena sedang berpatroli di
tengah laut Karimun.
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
41
celengan
celebrity keuangan
Sudah Lama
Tidak Pakai BBM
Bersubsidi
Teks:
Raden Aji & Dwinanda Ardhi
Gambar:
http://tejeseleb.files.wordpress.com/2008/09/olga-lidya2.jpg
Konsumsi BBM yang terus melonjak
dikhawatirkan berbahaya bagi ketahanan
anggaran negara. Terlebih, saat ini krisis
keuangan yang terjadi di kawasan Eropa
masih menghantui perekonomian Indonesia.
Untuk itu pemerintah perlu terus berupaya
membuat kebijakan pengendalian konsumsi
Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Kebijakan
pengendalian konsumsi BBM diharapkan
dapat memberikan ruang fiskal lebih luas bagi
pemerintah untuk merealisasikan programprogram yang menyejahterakan rakyat.
Model, presenter, dan juga pemain sinetron, Olga
Lydia, turut angkat suara mengenai persoalan ini.
D
engan membuat wacana menaikkan harga BBM bersubsidi
beberapa waktu lalu, pemerintah diibaratkan Olga sebagai
‘pemadam kebakaran’ yang beraksi cepat ketika kebakaran
terjadi. “Ya sepertinya pemerintah tak punya pilihan selain
menaikan BBM. Namun yang disayangkan program ‘pemadam
kebakaran’ seperti ini sudah kepepet dinaikkan,” ujar Olga saat
dihubungi Media Keuangan beberapa waktu lalu.
Namun menurut dia, permasalahan subsidi BBM ini di Indonesia
memang seharusnya sudah dikurangi oleh pemerintah. Di
banyak negara, lanjut Olga, subsidi diwujudkan dalam bentuk
pembangunan sarana transportasi umum, bukan pada BBM yang
dipakai masyarakat. Dengan transportasi umum yang memadai,
secara otomatis konsumsi BBM masyarakat akan berkurang. “Yang
disubsidi untuk transportasi umum, bukan bensinnya. Jadi masalah
masyarakat selesai. Mau jalan-jalan mudah, murah, nyaman.
Begitu juga kalau mau jualan, biaya transportasi barang murah,”
tambahnya.
Olga juga berpendapat bahwa pada tahun 2008 lalu, pemerintah
sebenarnya tidak perlu mengeluarkan kebijakan populis dengan
menurunkan kembali harga BBM dari Rp6.000 per liter menjadi
42
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Rp4.500 per liter, walaupun pada saat itu harga minyak dunia
sedang mengalami penurunan. Menurut dia, selisih dana dari
penurunan tersebut sebenarnya dapat dialokasikan guna
memperbaiki infrastruktur, khususnya transportasi umum.
Dampak dari kebijakan populis tersebut, menurut Olga, baru terasa
saat ini. Kebimbangan pemerintah untuk memutuskan kebijakan
yang tepat guna menuntaskan permasalahan ini terkesan tidak
tegas. Jika subsidi dihilangkan, ketersediaan infrastrukturnya tidak
memadai sehingga merugikan masyarakat. Sedangkan jika subsidi
tetap diberikan dengan tinggi, ruang pemerintah untuk dapat
membenahi infrastruktur menjadi sangat minim. “Harusnya sih
hilang, tapi terus orang jalan-jalan naik apa? Wong transportasi
umum belum memadai. Infrastruktur transportasi umum tidak siap.
Harusnya berpikir terbalik, disiapkan dulu, baru dinaikan. Terlepas
harga minyak dunia mau naik atau turun,” kata Olga. Saat ditanya
apakah dirinya menggunakan BBM bersubsidi, wanita bertinggi
semampai itu menjawab tegas, ”Saya pakai pertamax. Sudah lama
saya tidak menikmati subsidi.”
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
43
“Jangan pernah merasa tidak setara dengan laki-laki.
Kita yakin bahwa sebetulnya kita lebih tahu
daripada pria dalam hal tertentu.
Dari cara kita bicara, dari cara kita berjalan,
dari cara kita menatap, dari body language kita.
Tetapi itu baru bisa kita peroleh kalau kita punya kapasitas,
kita punya knowlegde,data yang cukup untuk kita bicara.”
Anny Ratnawati,
dalam acara Konsolidasi Nasional Jaringan Kaukus Perempuan Parlemen se-Indonesia
44
MediaKeuangan Vol. VII | No. 56 / April 2012
Download