Analisis tentang Persoalan Kebijakan Fiskal Indonesia di Era Reformasi Supriyanto Abstract: Indonesia has currently been faced with various problems concerning with fiscal (budgefind .policy. Fiscal policy is very important and determining instrument in mobilizing and operating economy activities of certain country, which is eventually in relation lo the matter of economy growth. Such problem is in association with among others: Firstly, subsidy of refinedfuel oil (BBM); secondk the issue offoreign debt; and thirdly, prediction of mulberry amounts of Indonesian macro economy. It is these three issues that over burdens thefiscal policy of government in reformalion era now Iley~vorrls:fiscalpolicy,reformation. Kebijakan fiskal janggaran) dalam konsep ekonomi makro ~nunculdalam proses pendekatan ekonomi tiga sektor. Kebijakan fiskal merupakan instrumen penting dalam menggerakkan kegiatan ekonomi suatu negara. Menurut Soediyono (1997) terdapat tiga fu:igsi pokok kebijakan fiskal (anggaran), yaitu: Pertaim, fungsi alokasi yang maksudnya adalah untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa dapat terpenuhi. Kelangkaan akan barang dan jasa dalam masyarakat aka11mengundang berbagai kerawanan dalam masyarakat. Tanpa adanya prakarsa pemerintah kemungkinan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan dapat terpenuhi dengan baik. Kedua, fungsi distribusi, yang pada pokoknya mempunyai tujuan berupa terselenggaranya pembagian pendapatan nasional yang adil. Keadilan dalam pembagian pendapatan nasional merupakan unsur yang sangat asasi yang harus dinikrnati dan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ketiga, fungsi stabilisasi, yaitu terjaminnya stabilisasi dalam pemerintahan suatu negara, terrnasuk dalam fungsi ini adalah terpeliharanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga yang relatifstabil dan tingkat ~ertumbuhanekonolni y a w cukup m m a dai. Melalui kebijakan fiskal diharapkan pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan, seperti inflasi, neracapembayaran defisit dan sebagainya(Soediyono, 1997). Bagi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia kebijakan fiskal dalam ha1 ini investasi oleh pemerintah menjadi instrumen yang menentukan untukmenggerakkan sektor riel ekonomi negara. Berbagai langkah dan upaya untuk menarik dan meningkatkan investasi menjadi faktor yangcukup menentukan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Probletnnyaadalah bagaimana dengan dunia investasi di Indonesia? Kajian mendalam tentang komponen-komponen fiskal (anggaran belanja negara) menjadi dasar pertimbangan utama arah yang hendak dicapai dalam satu kurun waktu tertentu (biasanya 1 tahun). Misalnya, untuk mengetahui seberapa besar komitmen pemevintah dalam bidangpendidikan dapat dilihat dalarn besarnya nilai rupiah yang disediakan dalam bidang ini. BERBAGAI PERSOALAN FISKAL (ANGGARAN) D1 INDONESIA Di era reformasi saat ini minimal terdapat tiga persoalan yang berkaitan dengan kebijakan fiskal. Ketiga persoalan yang dimaksud adalah: Supriyanro adalah dosen Jurrrsan Manajemen Fahullas Ekononu Universilos Negeri Malang Saar ini sedang menonpuhprogram Dokror (S-3) di PPS-UA% fi~priyanlo.Analis;: lenlang P e r s o o h Kebyakan Fi.vkol hdonesio di Era Re/eormasi Persoalan Subsidi Bahan Baltar Minyali (BBM) Persoalan utama subsidi BBM saat ini adalah menyangkut soal besarnyajumlah subsidi dan subsidi tersebut tidak sesuai dengan prinsip keadilan. Berdasarkan berbagai sumber untuk tahun 2005 besarnya subsidi yang harus disediakan oleh pemerintah berada pada posisi Rp113,7 triliun (Kompas, 10 September 2005). Ditinjau dari sisi jumlah angka tersebut sangat spektakuler, karena jauh melebihi anggaran gaji PNSI Polri dan TNI dalam satu tahun. Subsidi BBM menjadi terasa tidak adil, karena subsidi tersebut diberikan secara tidak langsung melalui harga BBM. Padahal yangmembeli BBM adalah seluruh masyarakat tanpa kecuali apa dia kaya atau miskin. Kondisi tersebut apabilaterus dipertahankan akan sangat membebani anggaran negara. Dalam kondisi semacam itu pola pemberian subsidi harus diubah dari subsidi tidak langsungmenjadi subsidi langsung. Kebijakan yang harus diambil adalah pemerintah, menaikkan harga BBM sesuai dengan harga pasardunia. Kebijakan ini cukup pahit dan tidak populis tetapi harus diambil. Sedangkan bagi masyarakat miskin akan mendapatkan dana kompensasi yang akan diberikan secara langsung pada mereka. Tiap keluarga miskin diputuskan akan nienerima dana Rp100.0@0,00per bulan (Kompas, 10 September 2005). Pemberian subsidi temebut akan disalurkan melalui PT Pos dan PTBRI Tbk pada 15,s juta keluarga miskin atau 62 jutajiwa rakyat miskin yangmemegang kartu subsidi. Persoalannya sekarang adalah siapa yang termasuk dalam kriteria miskin itu? yang termasuk dalam kr~teriamiskin adalah mereka yang berpenghasilan Rp 175.000,00 per bulan. Agar berbagai kemungkinan terjadi penyimpangan dapat dihindari, akurasi data orang miskin harus dapat dipertanggungjawabkan. Kebijakan subsidi langsung inijugadapat meminimalkan terjadinya berbagai bentuk penyelundupan BBM oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Di tengah problem krisis BBM saat ini, kita dikejutkan adanya pencurian BBM lewat bawah laut. Modusnya adalah menyedot millyak Pertamina melalui pipa bawah laut berdiameter 1,5 meter dengan panjang lebih 10 km (Jawa Pos, 9 September 2005). Menurut dugaan sementara peeyelundupan ini negara dirugikan triliunan rupiah. Mereka-mereka yang terlibat harus di hukum berat. 171 Dalam rangka pencapaian pola subsidi langsung bisa mencapai sasaran yang diinginkan berbagai langkah yang perlu dilakukan antara lain: Pertama, perlu adanya langkah akurasi data tentang keluarga miskin. Hal ini perlu dilakukan agar subsidi tidak salah sasaran. Kedua, mekanisme proses pemberian subsidi tidak terlalu birokratis (tidak berbelit-belit). Menurut Basri (1995) rumah tangga miskin adalah rumah tangga yang konsumsinya tidakmencukupi kebutuhan minimum akan makanan dan non makanan yang nilainya diwakili oleh suatu garis kemiskinan. Batasan keluarga miskin ini dapat memberi masukan tentang kriteria keluarga miskin. ,. Persoalan U t a n g L u a r Negeri Pemerintah Utang luar negeri pemerintah semakin terus bertambah dari tahun ke tahun di samping faktorjumlahnya besar, juga akibat adanya depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika. Terpuruknya nilai tukar rupiah akhir-akhir ini menjadikan pemerintah mengambil langkah antisipasi bersama-sama Bank Indonesia. Pihak Bank Indonesia telah mengeluarkau berbagai kebijakan antara lain menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi 10% (Kompas, 12 September 2005). Langkah ini cukup ampuh untuk meuyerap rupiah dalarn masyarakat, sehingga kemungkinan rupiah untuk membeli dolar dapat dikurangi, yang akhiniya nilai rupiah akan mengalami perbaikan. Sebagai gambaran tentang kemampuan GWM dalam menyerap rupiah beberapa Bank besar terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1 DayaSerap CWM atas ~eberapsBank No Nama Bank Nilai Rupiah 1 Bank Mandiri 4.5 triliun 2 BCA 6;s triliun 3 BNI 3,5 triliun 4 BR1 0,9 triliun Suaber: Kompas. I2 September 2005 Diperkirakan total nilai rupiah yang dapat diserap dengan langkah Bank Indonesia tersebut mencapai Rp24 triliun-Rp 26 triliun. Penyerapan rupiah sebesar itu akan dapat berpengaruh besar terhadap tingkat inflasi dalam masyarakat. - Berbicara tentang utang luar negeri Indonesia menurut Kwik Kian Gie (Kompas, 17Agustus 2005) Indonesia masuk dalam kerangka utang yang sistematis, berkesinambungan, dan terorganisasi secara 172 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN, VOLUME 3, NOMOR 3, DESEMBER 2005 sangat rapi dan persyaratan-persyaratan berat. Sebagai negara pemberi utang mereka tidak sendiri-sendiri, tetapi menyatu dalam organisasi CGI. Sejak tahun 1997 Indonesia sebagai anggota IMF menggunakan haknya untuk lnernperoleh bantuan. Ternyata untuk bantuan itu aturannya sangat ketat. Bantuan uang tidak ada, kalaupun ada pemakaiannya disertai persyaratan-persyaratan yang sangat ketat. Gambaran tentang posisi utang luar negeri Indonesia tahun 1997-tahun 200 1 terlihat dalam Tabel 2. proyek itu sendiri dikelola dengan tidak baik (penuh dengan kebocoran). Di masa depan utang luar negeri tidak menjadi beban APBN. Bappenas sedang merancang proyek cost recovery, yaitu proyek yang dibiayai dengan utang luar negeri, sedangpengembaliannyaditanggung oleh proyek tersebut. Proyek cost recovery adalah proyek yang bersifat prospektif, artinya mempunyai prospek masa yang akan datang yang baik. Proyek ini hams dikelola oleh para profesional yang telah diuji Tabel2 Utang LuarNegeri IndonesiaTahun 1997-Tahun2001 (Dalam JutaDolarAS) Tahun 1997 2001 Besar Utang Pemerintah Swasta 53,865 82,224 74,4 16 64,197 Jumlah 136,089 138,613 Sunlber: Kompas, I 0 April 2002 Tabel 3 Perbedaan ProyekMasa Lalu dan Proyek CostRecovery Proycli Mass Lalu Pelaksannan tidak profesional dan penuh KKN semua kebocoran ditanggung negara Seleksi proyek relatif longgar APBN terbebanl beban utang . . Proyck Cost Recovery Pelaksanaan harus profesional Scleksi proycksangat ketat karena punya kewajiban untuk mengembalikan utang APBN tidak tcrbebani utang Berdasarkan dataTabel2 beban utang luar negeri Indonesia(pe~nerintahdan swasta) cukup besal; sehingga ketergantungan terhadap utang semakin bertamball berat. Upaya untuk mengurangi ketergantungan utang harus diupayakan. Sejak tiga tahun terakhir pemerintah telah mampu menghimpun penerimaan pajak di atas pengeluaran rutin. Ini rnerupakan prestasi luar biasa yang dicapai pemerintah. Dengan penerimaan pajak di atas pengeluaran rutin berarti ada tabungan pemerintah yang dapat dipakai untuk membiayai pengeluaran pembangunan. Apabila ha1 ini dapat terus diupayakan, maka pada saatnya nanti uting luar negeri tidakdiperlukan lagi. Pada prinsipnya kita tidak perlu mentabukan utang sepanjang utang itu dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, Selama ini yang terjadi adalah utang digunakan untuk membiayai proyek, sedang kemampuannya dan bukan dikelola oleh para birokrat. Selama ini para birokrat pada utnumnya telah terkontaminasi oleh perilaku yang korup. Perbedaan prinsip proyek di masa lalu dengan proyek cost recovery terlihat dalam Tabel 3. Persoalan Prediksi B e s a r a n APBN Yang dimaksud dengan prediksi besaran APBN disini adalah asumsi-asumsi y&g terkait dengan variabel-variabel ekonomi makro. Variabel-variabel asumsi yang dimaksud antara lain asumsi angka pertumbuhan ekonomi nasional, asumsi besarnya harga minyak dunLa, asumsi tentang angka kurs nilai rupiah terhadap dolar AS. Gejolak nilai kurs rupiah terhadap dolarAS, telah menggoyahkan sendi-sendi dasar ekonomi makro yangtelah dibangun selama ini. Gejolak harga minyak dunia yang harganya mencapai angka tertinggi selama Supriyanlo, Analisis tenfang Persodon Kebiiakon Fiskal Indonesia di Era Refeornmsi dasawarsa ini menjadikan krisis BBM diberbagai wilayah di Indonesia. Demikiaqjuga dengan asu~nsi angka pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu tahun 2005. Semua gejolak besaran makro ekonomi di atas telah memporakporandakan prediksi angka yang telah ditetapkau dalam awal pelaksanaan APBN 2005. Itu semua menunjukkan betapa rentannya kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Menurut Matram (Kompas, 30 Agustus 2005) fluktuasi rdai kurs rupiah adalah sebuah konsekuensi terhadap sistem kurs yang mengambang. Dalam sistem kurs yang mengambang kekuatan pasar (permintaan dan penawaran) akan sangat menentukan tinggi rendahnya nilai mata uang. Sebagai konsekuensi dari uraian di atas menunjukkan sulitnya untik membuat angka-angka prediksi atas APBN saat ini. Yang penting dilakukan untuk meminimalkan gejolakadalah memperkokoh kondisi makro ekonomi Indonesia saat ini dan masa yang akan datang. Menurut Sumawinata (Kompas, 22 Agustus 2005) apabila Indonesia ingin rnaju dan keluar dari krisis menyerukan revolusi kebudayaan. Masih menurut Sumawinata revolusi kebudayaan ini menyangkut perombakan pemahaman terhadap ideologi, agama dan sikap hidup. Dalam pemahaman ideologi secara turun temurun muncul sikap anti kapitalis tanpa merenungkan benar tidaknya sikap itu sekarang. Pandangan beragama pun sama, seolah-olah ada musuh yang harus dihadapi bersama-sama, tanpa mau bekerja keras demi kemajuan bangsa. Kalau pemahaman ini yang terjadi maka semakin tel-tinggal proses kemajuan yang hendak kitacapai. Sikap hidup yang rasional harus menjadi landasan mental bangsamenuju masa yang akan datang yang lebih baik. 173 KESIMPULAN Erareformasi saat ini dihadapkan pada kenyataan semakin ketatnya proses persaingan antar bangsa. Pemikiran yang profesional menjadi jawaban atas realita di atas. Berbagai persoalan dalam kebijakan fiskal (anggaran) harus diminimalkan melalui kerja keras dan semangat untuk kepentingan di masa yang akan datanz. Bc15agai pemikiran yang mengarah pada upaya yang bcrsifa~spckulnsi dan &mi kcpenringan individu dan golongan tertentu harus ditinggalkan. Semangat kebersamaan liarus ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. - Basri, F, 1995. Perekonomian Indonesia menjelangAbad X I . Jakarta: Erlangga. Jawa Pos. 2005, 10 September. Curi BBM Lewaf Pipa Bawah Laut. hlm. 1 . Kompas. 2002. Bappenas Siapkan Proyek Cost Recovery Mengurangi Keterganfungan Utang. hlm. 4. Kompas. 2005. 10 September.SubsidiBelum Bisa ditahan di Posisi RpI13.7 trilizin. hlm. I Kompas. 2005. 10 September. Kompensasi BBM Tiap Keluarga Miskin Dipufuskan Terima RplOO.000,OO per bulan. hlm. 1 Kwik Kian Gie. 17 Agustus, 2005. Utang Menjadi Alat Mendikte. JawaPos. hlm. I. Matram, D. 30Agustus 2005. Konsekuensi Sebuah Sistem Kurs. Kompas. hlm. 4. Rahardjo, D., (ed). 1997. Pembangunan Ekonon~i Nasional. Jakarta: PT Intermasa. Saukah,A,, dan Waseso, M., (ed). Menulis Arfikel Ilmiah Untuk Konsumsi Jurnal. Malang: UM Press. Soediyono. 1997. Ekonomi Makro: Pengantar Analisis PendapafanNasional. Yogyakarta: ~iberty. Sumawinata, S. 22 Agustus 2005. Revolusi Prof. Sarbini Sumawinata.Kompas. hlm. 16.