ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. N UMUR 1 TAHUN DENGAN DERMATITIS POPOK DI BPS NGUDI WARAS JABUNG PLUPUH SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : Sri Mulyana Adji NIM B12 044 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 1i HALAMAN PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. N UMUR 1 TAHUN DENGAN DERMATITIS POPOK DI BPS NGUDI WARAS JABUNG PLUPUH KABUPATEN SRAGEN Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : Sri Mulyana Adji NIM B12044 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal PENGUJI I Ernawati, SST.,M.Kes NIK. 200886033 PENGUJI II Deny Eka Widyastuti, SST.,M.Kes NIK. 201188075 Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi DIII Kebidanan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :"Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. N Umur 1 Tahun dengan Dermatitis Popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen". Karya Tulis ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, Selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, SST selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Deny Eka Widyastuti, SST.,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb, selaku Kepala BPS Ngudi Waras Plupuh Sragen, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 5. Ny.Rosyani, selaku orang tua pasien yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan observasi pada anaknya. 6. Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Nama : Sri Mulyana Adji NIM : B12 044 ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. N UMUR 1 TAHUN DENGAN DERMATITIS POPOK DI BPS NGUDI WARAS JABUNG PLUPUH SRAGEN xi + 75 halaman + 13 lampiran INTISARI Latar Belakang: Pemakaian popok pada kulit bayi atau balita yang masih sensitif dapat menyebabkan bayi mengalami ruam popok. Kurang lebih 50% bayi dan balita yang memakai popok pernah mengalaminya. Laporan data kunjungan bayi dan anak di RS di Indonesia tahun 2007, dermatitis berada pada urutan pertama (611 kasus) dari 10 penyakit kulit yang umum ditemukan pada anak-anak. Data yang diperoleh di BPS Ngudi Waras Jabung Pluluh Sragen data bulan Januari-September 2014 didapatkan jumlah balita sakit dengan dermatitis popok sebanyak 24 balita (6,86%). Tujuan: Tujuan asuhan kebidanan pada anak dengan dermatitis popok adalah mampu melakukan pengkajian pada anak dengan dermatitis popok dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney, menganalisa kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, dan memberikan alternatif pemecahan masalah pada anak dengan dermatitis popok. Metodologi: Jenis studi kasus yang digunakan adalah deskriptif. Studi kasus dilakukan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen pada anak dengan dermatitis popok pada tanggal 7-20 Mei 2015. Adapun teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Hasil Studi Kasus: Asuhan kebidanan pada anak dengan dermatitis popok dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau kondisi pasien. Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan meliputi pemenuhan kebutuhan menjaga kebersihan personal anak, khususnya area genitalia dan kebersihan pakaian dan lingkungan. Antisipasi tidak dilakukan kerana tidak muncul diagnosa potensial. Dukungan keluarga yang baik dalam asuhan kebidanan ini, memberikan efek yang baik bagi pasien, yaitu dengan dua minggu asuhan kebidanan, kondisi pasien sudah baik, luka ruam sudah benar-benar kering dan sembuh. Kesimpulan : Asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dapat mengatasi masalah dan mencegah keberlanjutan penyakit. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Anak, Dermatitis Popok. Kepustakaan : 19 literatur (2006 – 2014) MOTTO 1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS. Alinsyiroh : 6). 2. Ketika kehidupan memberi kita seribu tekanan untuk menangis tunjukan kita mempunyai sejuta alasan untuk tetap tersenyum. 3. Jangan hina kepribadian diri sendiri karena sesungguhnya kepribadian diri sendiri adalah mutiara yang tak ternilai. 4. Jangan takut melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dari satu langkah. 5. Belajarlah dari kesalahan di masa lalu, mencoba dengan cara yang berbeda, dan selalu berharap untuk sebuah kesuksesan di masa depan. 6. Bersyukur adalah hal yang mudah untuk bahagia. PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ini penulis persembahakan untuk : 1. Ayah dan ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang, doa restu dan segala dukungan selama ini. 2. Adikku Ana tersayang yang telah memberikan semangat untuk setiap langkahku. 3. Sahabat hatiku yang selalu mendukungku dan mendampingiku selama ini, dan sudah mengajarkanku segala kedewasaan ini. 4. Ibu Deny Eka Widyastuti, S.ST.,M.Kes sebagai Pembimbing KTI dan Ibu Rahajeng Putri Ningrum, S.ST.,M.Kes sebagai Pembimbing Akademik terima kasih atas bimbingannya selama ini. 5. Teman - temanku semua terutama penghuni “Green Kost” Ayuk, Ike, Kiki, rizky dan semuanya terima kasih atas dukungan dan bantuan kalian semua, selamat berjuang teman. 6. Almamater tercinta. CURICULUM VITAE Nama : Sri Mulyana Adji Tempat / Tanggal Lahir : Tanjung Benanak, 26 Oktober 1994 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl.Apel kecil RT 03 RW 01 Tanjung Benanak, Merlung, Jambi Riwayat Pendidikan 1. SDN 173/V Merlung, Jambi Lulus tahun 2006 2. SMP N 5 Merlung, Jambi Lulus tahun 2009 3. SMA N 2 Merlung, Jambi Lulus tahun 2012 4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv INTISARI ....................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 3 C. Tujuan Studi Kasus .................................................................. 3 D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 4 E. Keaslian Studi Kasus ............................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ............................................................................. 6 1. Balita ................................................................................. 6 2. Dermatitis popok ............................................................... 7 B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................. 13 1. Pengertian Manajemen Kebidanan ................................... 13 2. Proses Asuhan Kebidanan ................................................ 14 C. Landasan Hukum ..................................................................... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus ..................................................................... 33 B. Lokasi Studi Kasus .................................................................. 33 C. Subjek Studi Kasus .................................................................. 34 D. Waktu Pelaksanaan .................................................................. 34 E. Instrumen Studi Kasus ............................................................. 34 F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 35 G. Alat- alat Yang Digunakan ...................................................... 39 H. Jadwal Penelitian ..................................................................... 39 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ........................................................................ 40 1. Pengkajian ......................................................................... 40 2. Interpretasi Data ................................................................. 48 3. Diagnosa Potensial ............................................................. 50 4. Antisipasi ............................................................................ 50 5. Perencanaan ........................................................................ 50 6. Pelaksanaan ........................................................................ 51 7. Evaluasi .............................................................................. 53 Data perkembangan I.......................................................... 55 Data perkembangan II ........................................................ 58 Data perkembangan III ....................................................... 61 B. Pembahasan .............................................................................. 63 1. Pengkajian ......................................................................... 63 2. Interprestasi Data ................................................................ 64 3. Diagnosa Potensial ............................................................. 65 4. Antisipasi ............................................................................ 65 5. Perencanaan ........................................................................ 66 6. Pelaksanaan ........................................................................ 68 7. Evaluasi .............................................................................. 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 73 B. Saran ......................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal penelitian Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 8. Format Asuhan Kebidanan Balita Sakit dan Data Perkembangan Lampiran 9. Lembar observasi Lampiran 10. Satuan acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus ( foto, fotocopy buku KIA, Kartu Identitas) Lampiran 13. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan kebersihan bayi dan balita, hingga saat ini memakaikan popok pada bayi dan balita merupakan cara yang paling praktis, efektif, dan higienis untuk menampung urine (air seni) dan feses (tinja) agar tidak menyebar pada saat buang air kecil maupun buang air besar. Namun sesungguhnya, kulit bayi dan balita tidak siap untuk mengatasi keadaan yang dapat timbul akibat kontak lama dengan urin dan feses yang disebabkan oleh pemakaian popok. Pemakaian popok pada kulit bayi atau balita yang masih sensitif dapat menyebabkan bayi mengalami ruam popok. Kurang lebih 50% bayi dan balita yang memakai popok pernah mengalaminya (Arianda, 2013). Ruam popok dapat dianggap sebagai dermatitis popok yang merupakan salah satu jenis dermatitis kontak iritan sebagai reaksi terhadap kelembaban yang berlebihan pada kulit (Djuanda, dkk., 2007). Nursalam (2013) mengatakan penyebab ruam popok yaitu kontak yang lama dan berulang dengan bahan iritan, terutama urine dan feces atau bahan kimia pencuci popok seperti sabun, detergen, pemutih, pelembut pakaian dan bahan kimia yang dipakai oleh pabrik pembuat popok. Akibat kontak dengan bahan iritan dalam waktu yang cukup lama maka ruam akan terjadi pada alat genetalia bayi. Ruam yang terjadi dapat 1 2 berupa kemerahan yang ringan, lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel) dari yang kecil hingga menutupi area tubuh yang luas (Susanto dan Ari, 2013). Laporan data kunjungan bayi dan anak di RS di Indonesia tahun 2007, dermatitis berada pada urutan pertama (611 kasus) dari 10 penyakit kulit yang umum ditemukan pada anak-anak. Prevalensi dermatitis di Provinsi Jawa Tengah sebesar 8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 1 November 2014 di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen didapatkan data dari rekam medik selama tahun 2014, pada bulan Januari 2014 sampai September 2014 terdapat jumlah kasus balita sakit sebanyak 350 balita dengan 145 balita dengan febris (41,43 %), balita dengan ISPA sebanyak 148 balita (42,29%), balita dengan diare sebanyak 33 balita (9,43%), balita dengan dermatitis popok sebanyak 24 balita (6,86%). Balita dengan dermatitis sangat membutuhkan pertolongan paramedis, karena penyakit ini akan menjadi asma atau rhinitis alergi jika tidak segera ditangani. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berusaha untuk mempelajari asuhan kebidanan pada bayi dengan dermatitis popok yang terjadi pada pasien di BPS Ngudi Waras dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita An. N Umur 1 tahun dengan Dermatitis Popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen”. 3 B. Perumusan Masalah Maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana penerapan asuhan kebidanan balita sakit pada An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen?” C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Mampu memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada balita An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis Mampu 1) Melakukan pengkajian balita sakit pada An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan balita sakit pada An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada balita sakit An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 4 4) Menerapkan tindakan segera pada balita sakit An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita sakit An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada balita sakit An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok sesuai pelayanan secara efisien dan aman di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dicapai pada kasus balita sakit An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada balita sakit dengan dermatitis popok. c. Mahasiswa mampu memberikan alternatif pemecahan masalah balita sakit pada An.N umur 1 tahun dengan dermatitis popok. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Penulis Memberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama 5 manajemen asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok dalam situasi yang nyata. 2. Bagi Profesi Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan. 3. Bagi Institusi a. BPS Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok untuk meningkatkan kualitas pelayanan di BPS. b. Pendidikan Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam asuhan kebidanan balita balita dengan dermatitis popok. E. Keaslian Studi Kasus Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan penulis, belum ditemukan adanya studi kasus yang sesuai dengan studi kasus ini yaitu tentang asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Balita a. Pengertian Balita Balita adalah anak usia 0–59 bulan (Depkes RI, 2006). Sedangkan menurut Marmi dan Rahardjo (2012), Bayi Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. b. Penyakit yang umum diderita bayi dan balita WHO memperkenalkan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) pada tahun 1996 untuk menangani bayi dan balita sakit. MTBS merupakan suatu sistem untuk mempermudah serta meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas. Beberapa penyakit yang termasuk MTBS yaitu infeksi, diare, ikterus, BBLR, dan permasalahan dalam pemberian ASI (Marmi dan Rahardjo, 2012). Penyakit lain yang mungkin diderita bayi dan balita adalah gangguan sistem integumen yaitu gangguan yang berhubungan dengan jaringan penutup permukaan tubuh seperti membran mukosa dan kulit. Gangguan kulit sering dialami oleh bayi dan balita. Meskipun sifatnya relatif ringan, apabila tidak ditangani 6 7 secara serius dapat memperburuk kondisi kesehatan bayi dan anak. Gangguan integumen yang sering terjadi yaitu oral trush, ruam / dermatitis popok, impetigo, muntah, regurgitasi, dan ikterus fisiologis (Nursalam, 2013). 2. Dermatitis Popok a. Definisi Dermatitis ialah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal (Djuanda, dkk., 2007). Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Untuk penamaan dermatitis, berbagai klasifikasi sudah diajukan antara lain berdasarkan kondisi kelainan, lokasi kelainan, bentuk kelainan, usia pasien dan sebagainya, contohnya: 1) Berdasarkan lokasi kelainan misalnya dermatitis manus, dermatitis seboroik, dermatitis perioral, dermatitis popok, dermatitis perianal, akrodermatitis, dermatitis generalisata, dan sebagainya. 2) Berdasarkan kondisi kelainan misalnya dermatitis akut, subakut dan kronis atau dermatitis dermatitis sika (kering). madidans (membasah) dan 8 3) Berdasarkan penyebab misalnya dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis alimentosa, dermatitis venenata, dermatitis stasis, dan sebagainya. 4) Berdasarkan usia misalnya dermatitis infantil, dan sebagainya. 5) Berdasarkan bentuk kelainan misalnya dermatitis numularis, dan sebagainya. Dalam penanganan disarankan untuk menggunakan istilah dermatitis, ditambah dengan satu kata lain untuk menggambarkan kemungkinan penyebab atau mendeskripsikan kondisi. Menurut Depkes RI seperti yang dikutip oleh Nursalam (2013), dermatitis popok yaitu akibat akhir karena kontak yang terus-menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik, sehingga menyebabkan iritasi/dermatitis pada daerah perianal. b. Etiologi Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, oli, semen, dll), fisik (contoh: sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur), atau dapat pula berasal dari dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik (Djuanda, dkk., 2007). Dermatitis popok termasuk dalam dermatitis kontak iritan. Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan (Djuanda, dkk., 2007) adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, 9 detergen, dll. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu: lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan. Faktor individu juga ikut berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih); jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak iritan lebih banyak pada wanita) dan pola hygiene yang kurang baik. c. Patofisiologi Patofisiologi pada dermatitis kontak iritan sebagai berikut (Djuanda, dkk., 2007): Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak (lipid membran) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membran 10 mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IPS). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular. DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulatunf factor (GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut. Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin. Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum 11 oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel di bawahnya oleh iritan. d. Gejala Klinis Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit. Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel). Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan allergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar (Susanto dan Ari, 2013). Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang antinganting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena memakai lotion badan). Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatalgatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu (Susanto dan Ari, 2013). e. Penatalaksanaan Pengobatan untuk dermatitis popok menurut (Susanto dan Ari, 2013) dilakukan dengan cara menghilangkan atau 12 menghindari zat-zat penyebab terjadinya dermatitis. Selanjutnya daerah yang terkena harus dibersihkan secara teratur dengan air dan sabun yang lembut. Lepuhan yang ada tidak boleh dipecahkan, penggunaan krim atau salep corticosteroid biasanya dapat meringankan gejala-gejala ringan, sedangkan tablet corticosteroid digunakan untuk kasus yang lebih berat. Beberapa perencanaan perlu diterapkan untuk pencegahan kembalinya ruam pada pantat balita, yaitu dengan cara (Nursalam, 2013): 1) Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. 2) Gunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. 3) Berikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan terbuka untuk beberapa saat. 4) Jaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut: a) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. b) Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super absorbent, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. c) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. 13 d) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (corn starch) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. e) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum kemudian dibilas dan dikeringkan. f) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. f. Evaluasi yang Diharapkan Evaluasi yang diharapkan dalam melakukan asuhan kebidanan dengan kasus dermatitis popok yaitu hilangnya masalah pada pasien dermatitis popok yaitu sembuhnya ruam pada pantat dan pola kebersihan yang semakin baik. (Nursalam, 2013). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Menurut Varney yang dikutip oleh Sari (2012), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan, dan rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. 14 2. Proses Asuhan Kebidanan Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari tujuh langkah yaitu sebagai berikut: a. Langkah I: Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar) Pengumpulan data dasar dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap. Teknik pengumpulan data ada 3, yaitu observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data diklasifikasikan menjadi data subyketif dan data obyektif (Sari, 2012). 1) Data Subyektif Data subyektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien sesuai dengan kondisinya (Romauli, 2011). Data subyektif terdiri dari: a) Identitas Menurut Matondang (2013), Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika, maupun hukum. Identitas tersebut meliputi: 15 (1) Nama balita Nama harus jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (2) Umur Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas, usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut sesuai umurnya (Matondang, 2013). (3) Jenis Kelamin Dikaji untuk membedakan dengan balita lain, juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang, 2013). (4) Anak ke Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien. (5) Nama orang tua Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain mengingat banyak nama yang sama. (6) Umur orang tua Dikaji untuk mengetahui umur orang tua. 16 (7) Agama Agama dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (8) Pendidikan Dikaji untuk memperoleh keakuratan data yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan anamnesis. Tingkat pedidikan orang tua juga berperan dalam pemeriksaan penunjang pasien selanjutnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (9) Pekerjaan Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk membiayai perawatan anaknya, selain itu juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (10)Alamat Alamat dikaji untuk kejelasan, misalnya pasien menjadi sangat gawat dan perlu tindakan segera sehingga sewaktu-waktu dapat dihubungi. Disamping itu, setelah pasien pulang mungkin kunjungan rumah (Matondang, 2013). diperlukan 17 b) Keluhan datang Menurut Matondang (2013), dikaji untuk mengetahui keluhan klien datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pada kasus dermatitis, ibu klien mengatakan bahwa ingin memeriksakan anaknya yang di daerah bokong terdapat lesi/peradangan di kulit dan terasa gatal serta anak menjadi susah tidur dan rewel (Djuanda, dkk., 2007). c) Keluhan utama Menurut Matondang (2013), keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa berobat. Pada kasus dermatitis keluhan yang dirasakan balita biasanya adalah gatal, perih, dan rewel. Secara teoritis pada klien dengan dermatitis popok didapatkan data-data antara lain klien sulit tidur, klien tampak gelisah, badan klien terdapat lesi/peradangan di daerah bokong, kulit kering (Djuanda, dkk., 2007). d) Riwayat kesehatan yang lalu (1) Imunisasi Status mengetahui imunisasi status klien diperlukan perlindungan pediatrik untuk yang diperoleh dan juga membantu menentukan diagnosis, dan untuk memperoleh data balita tentang imunisasi 18 apakah yang sudah didapat oleh anak (Matondang, 2013). (2) Riwayat kesehatan keluarga Dikaji untuk memperoleh gambaran keadaan sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan keluarga pasien. Berbagai penyakit bawaan dan penyakit keturunan seperti terdapat riwayat hipertensi, riwayat kembar, dan penyakit seperti asma, hepatitis, jantung dan lain-lain karena penyakit-penyakit tersebut mempunyai pengaruh negatif pada balita, misalnya dapat mengganggu metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang permasalahan makanan balita (Matondang, 2013). e) Riwayat sosial Menurut Matondang (2013), riwayat sosial dapat diketahui dari: (1) Yang mengasuh Dikaji untuk mengetahui aktifitas balita dalam kesehariannya. (2) Hubungan dengan anggota keluarga Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan anggota keluarga. (3) Hubungan dengan teman sebaya Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan teman sebayanya. 19 (4) Lingkungan rumah Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan sekitar rumah. f) Pola kebiasaan sehari-hari (1) Pola nutrisi Pola nutrisi menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (2) Pola istirahat/tidur Pola istirahat/tidur menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (3) Pola hygiene Pola hygiene dikaji untuk mengetahui apakah selalu menjaga kebersihan tubuh dengan baik (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Hal yang perlu dikaji dalam pada kasus dermatitis popok adalah bagaimana mencuci daerah perianal setelah BAB atau BAK pada balita, popok jenis apa yang digunakan balita, popok diganti setiap berapa jam, bagaimana ibu mencuci pakaian dan popok (Nursalam, 2013). 20 (4) Pola aktivitas Pola aktivitas menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas tehadap kesehatannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (5) Pola eliminasi Pengkajian tentang pola eliminasi menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 2) Data Obyektif Data objektif diperlukan untuk melengkapi data subyektif dalam menegakkan diagnosis (Romauli, 2011). (a) Keadaan umum Penilaian keadaan umum pasien mencakup kesan keadaan sakit, kesadaran, dan kesan status gizi (Matondang, 2013). (1) Kesan Keadaan sakit Kesan keadaan sakit dilihat dari apakah pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang, atau sakit berat (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok, kesan dari balita adalah tidak tampak sakit (Nursalam, 2013). 21 (2) Kesadaran Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen, soper, koma, delirium. Pasien dengan dermatitis kesadarannya composmentis (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok, kesadaran balita composmentis (Nursalam, 2013). (3) Kesan status gizi Kesan status gizi dapat dilihat dari bagaimana proporsi atau postur tubuhnya, apakah baik, kurus, atau gemuk (Matondang, 2013). (b) Tanda-tanda vital meliputi : (1) Denyut jantung Pemeriksaan denyut jantung dinilai dari frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas dan ekualitas nadi. Denyut jantung normal pada anak adalah 80-115 x/menit (Matondang, 2013). (2) Pernafasan Pemeriksaan pernafasan mencakup laju pernafasan, irama atau keteraturan, kedalama, dam tipe atau pola pernafasan. Tipe pernafasan anak dalam keadaan normal adalah abdominal atau diafragmatik (Matondang, 2013). 22 (3) Temperatur Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari 37 oC perlu diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011). (c) Pemeriksaan Antropometri Pemeriksaan atropometri meliputi : (1) Berat badan : parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang, merupakan indeks nutrisi sesaat (Matondang, 2013). (2) Panjang badan : Untuk hasilnya mengukur tinggi dikaitkan dengan badan, berat badan memberikan informasi terkait status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak (Matondang, 2013). (3) Lingkar dada : Untuk mengetahui perkembangan keterlambatan diukur setiap kunjungan hingga anak berusia 2 tahun (Matondang, 2013). (4) Lingkar kepala : Dipengaruhi oleh status gizi anak hingga usia 3 tahun, pengukuran untuk mengetahui pertumbuhan otak (Matondang, 2013). 23 (d) Pemeriksaan sistematis (1) Kulit Pemeriksaan kulit meliputi warna kulit, turgor kulit, kelembaban kulit, dan tekstur kulit (Matondang, 2013). (2) Kepala Pemeriksaan kepala meliputi bentuk dn ukuran kepala, kontrol kepala, rambut, dan kulit kepala (Matondang, 2013). (3) Muka Pemeriksaan muka meliputi apakah wajah simetri, terjadi pembengkakan atau tidak, normal atau tidak (Matondang, 2013). (4) Mata Adakah kotoran di mata, konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak mata tidak cekung, pasien dengan dermatitis tampak merah muda, kelopak mata tidak cekung (Priharjo, 2007). (5) Telinga Adakah cairan atau kotoran, bagaimana keadaan tulang rawannya (Priharjo, 2007). 24 (6) Hidung Adakah kotoran yang membuat jalan nafas sesak dan terganggu (Matondang, 2013). (7) Mulut Bibir berwarna kemerahan, lidah kemerahan sedangkan pada pasien dengan dermatitis bibir kemerahan, lidah kering dan pecah-pecah (Matondang, 2013). (8) Leher Adakah pembesaran kalenjar tiroid, kalenjar limfe dan kalenjar gondok (Priharjo, 2007). (9) Dada Adakah retraksi pada dada atau tidak, simetris atau tidak (Priharjo, 2007). (10) Perut Untuk menilai perut kembung atau tidak, turgornya baik atau buruk (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok yang tidak segera ditangani, maka akan terjadi ruam di sekitar bawah perut (Nursalam, 2013). (11) Ekstremitas Berbagai kelainan congenital dapat terjadi pada ekstremitas superior maupun inferior, diantaranya 25 Amelia (tidak terdapatnya semua anggota gerak), ekstromelia (tidak ada salah satu anggota gerak), fokomelia (anggota gerak bagian proksimal yang pendek), sindaktili (bergabungnya jari-jari), atau polidaktili (jumlah jari lebih dari normal) (Matondang, 2013). (12) Anogenital Pemeriksaan genitalia pada anak dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan genitalia pada neonatus sangat penting untuk deteksi dini beberapa kelainan bawaan (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok, maka akan dijumpai ruam di sekitar daerah pantat (Nursalam, 2013). (e) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan di luar pemeriksaan fisis. Pemeriksaan penunjang dimaksudkan untuk alat diagnostik, petunjuk tata laksana, dan petunjuk prognosis (Matondang, 2013). b. Langkah II : Interpretasi data dasar Interpretasi data dasar dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien (Sari, 2012). Pada langkah ini data yang telah dikumpulkan 26 diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan. a. Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan meliputi: An. X umur ....X tahun, jenis kelamin .... dengan dermatitis popok Data dasar : a) Data subjektif : 1) Ibu mengatakan umur balita. 2) Ibu mengatakan jenis kelamin balita. 3) Ibu mengatakan balitanya rewel dan sulit tidur. 4) Ibu mengatakan kulit balitanya kering dan terdapat peradangan, eritema. b) Data objektif (Nursalam, 2013) : 1) Keadaan umum : Baik 2) Kesadaran : Composmentis 3) TTV : S: °C, R : x/menit, N : x/menit. b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien berdasarkan data dasar yang berupa data subyektif dan data obyektif (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang 27 terjadi pada dermatitis popok adalah bayi menjadi susah tidur dan rewel (Nursalam, 2013). c. Kebutuhan Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Wildan dan Hidayat, 2011). Memberikan support mental pada ibu untuk sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi pada anaknya (Nursalam, 2013). c. Langkah III : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Diagnosa potensial yang dapat muncul pada bayi dengan dermatitis popok adalah potensial terjadi kekambuhan dermatitis yang lebih lanjut (Djuanda, dkk., 2007). d. Langkah IV : Antisipasi Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Untuk 28 mengantisipasi ruam pada dermatitis popok agar tidak berlanjut maka digunakan salep corticosteroid (Susanto dan Ari, 2013). e. Langkah V : Rencana tindakan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Perencanaan untuk menangani dermatitis popok, dapat direncanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2013): 1) Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. 2) Gunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. 3) Berikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan terbuka untuk beberapa saat. 4) Jaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut: a) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. b) Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super absorbent, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. 29 c) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. d) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (corn starch) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. f. Langkah VI : Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan (Wildan dan Hidayat, 2011). Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, yaitu (Nursalam, 2013): 1) Menghindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. 2) Menggunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. 3) Memberikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan terbuka untuk beberapa saat. 4) Menjaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut: 30 a) Bila menggunakan popok kain, diperhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. b) Bila menggunakan popok disposible, menggunakan bahan super absorbent, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. c) Menghindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. d) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (corn starch) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, direndam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. g. Langkah VII : Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2011). Hasil yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok yaitu hilangnya masalah pada pasien yaitu sembuhnya ruam pada pantat dan pola kebersihan yang semakin baik. (Nursalam, 2013). 31 3. Data perkembangan Menurut Rismalinda (2014), metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan pada balita dengan dermatitis popok adalah SOAP, adalah sebagai berikut: S : Subjective Data yang berhubungan/masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis (Rismalinda, 2014). O : Objective Data obyektif hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain (Rismalinda, 2014). A : Assesment Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari data subyektif dan obyektif (Rismalinda, 2014). P : Planning Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya (Rismalinda, 2014). 32 C. Landasan Hukum Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu dalam menjalankan praktek, bidan berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: Pasal 9 poin b dan pasal 11 (1) 1. Pelayanan kesehatan anak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 poin b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan pra sekolah. 2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 11 ayat (1) poin c, e dan f berwenang untuk penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah, pemberian konseling dan penyuluhan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus Metode observasional deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan studi kasus yaitu laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal, pada kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan balita sakit pada An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen dengan manajemen 7 langkah Varney dan data perkembangan dengan SOAP. B. Lokasi Studi Kasus Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut dilakukan dan lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 33 34 C. Subyek Studi Kasus Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah balita An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok. D. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 07-20 Mei 2015. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi asuhan kebidanan pada balita sakit dengan menggunakan metode format 7 langkah Varney dan data perkembangan SOAP. 35 F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara penelitian untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007). Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah secara langsung diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer dalam penelitian ini meliputi : a. Pemeriksaan fisik Menurut Matondang (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk memperoleh informasi keadaan fisik anak secara lengkap dan akurat. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara : 1) Inspeksi Merupakan memeriksa dengan cara melihat atau memandang (Romauli, 2010). Pada inspeksi umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal, dilihat perubahan-perubahan lokal sampai yang sekecilkecilnya (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok dilakukan untuk menilai keadaan umum, kesadaran, pemeriksaan head to too, serta keadaan ruam ditemukan bintik-bintik merah pada bokong. 36 2) Palpasi Merupakan teknik pemeriksaan dengan meraba mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak jari tangan. Dengan palpasi dapat ditentukan bentuk, besar, tepi, permukaan serta konsistensi organ. Ukuran organ dapat dinyatakan dengan besaran yang sudah dikenal secara umum misalnya bola pingpong atau telur ayam, tetapi lebih dianjurkan untuk menyatakannya dalam ukuran, misalnya sentimeter (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok dilakukan untuk pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe dan thiroid, serta oedema. 3) Perkusi Perkusi dilakukan dengan cara mengetukkan ujung jari II atau III langsung pada daerah yang diperkusi. Secara garis besar suara perkusi dibagi menjadi 3 macam, yakni sonor (suara yang terdengar pada perkusi paru normal), pekak (suara yang terdengar pada perkusi otot), dan timpani (suara yang terdengar pada perkusi abdomen bagian lambung) (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai keadaan perut kembung atau tidak. 37 4) Auskultasi Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara pernapasan, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, dan aliran darah dalam pembuluh darah (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok dilakukan untuk pemeriksaan denyut jantung, dan pernapasan. b. Wawancara Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan bidan Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb dan keluarga An.N di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen untuk menilai keadaan atau masalah pada pasien. c. Observasi Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pada kasus dermatitis popok observasi dilakukan dengan mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital (nadi, respirasi, suhu), keadaan ruam pada bokong. Observasi pada studi kasus ini telah dilakukan secara teratur dari 38 pasien masuk tanggal 07 Mei 2015 dan melakukan kunjungan rumah pada tanggal 10 -20 Mei 2015. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh dengan cara : a. Studi dokumentasi Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak resmi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen berupa nomer registrasi pasien, riwayat kesehatan, buku periksa pasien, buku KIA, dan jumlah data balita sakit. b. Studi kepustakaan Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang balita dengan dermatitis popok tahun 2006 - 2014. 39 G. Alat yang Digunakan Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain: 1. Alat dan bahan untuk wawancara: a. Format pengkajian pada balita sakit. b. Alat tulis (buku dan bolpoint). c. Buku register di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. 2. Alat dan bahan untuk observasi a. Timbangan berat badan. b. Alat pengukur tinggi badan. c. Pita pengukur lingkar lengan atas. d. Stetoskop. e. Termometer. f. Kassa g. Kapas DTT H. Jadwal Penelitian Menurut Notoatmodjo (2012), dalam bagian ini diuraikan langkahlangkah kegiatan dari mulai penyusunan Karya Tulis Ilmiah sampai dengan penulisan laporan penelitian Karya Tulis Ilmiah, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya setiap kegiatan tersebut. Jadwal penelitian terlampir. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul : 10.00 WIB a. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Identitas Anak a) Nama Anak : An. N b) Umur : 1 Tahun c) Anak Ke :2 d) Jenis Kelamin : Laki-laki e) Alamat : Menjing 003 Jabung Plupuh Sragen 2) Identitas Ibu Identitas Ayah a) Nama : Ny. R Nama : Tn. S b) Umur : 29 Tahun Umur : 36 Tahun c) Agama : Islam Agama : Islam d) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA e) Pekerjaan : IRT Pekerjaan f) Alamat : Menjing 003 Jabung Plupuh Sragen 40 : Wiraswasta 41 3) Keluhan Datang Ibu mengatakan alasan datang ke BPS adalah ingin memeriksakan anaknya yang rewel dan susah tidur karena ada bintik-bintik merah pada bokongnya, serta ibu mengatakan belum memberikan obat apapun. 4) Keluhan Utama Ibu mengatakan bahwa di daerah bokong anaknya ada bintik-bintik merah. 5) Riwayat Kesehatan (a) Imunisasi (1) BCG Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi BCG pada tanggal 20 Juni 2014. (2) DPT 1 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 1 pada tanggal 21 Juli 2014. (3) DPT 2 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 2 pada tanggal 20 September 2014. (4) DPT 3 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 3 pada tanggal 20 Oktober 2014. 42 (5) Polio 1 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 1 pada tanggal 20 Juni 2014. (6) Polio 2 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 2 pada tanggal 21 Juli 2014. (7) Polio 3 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi polio 3 pada tanggal 20 September 2014. (8) Polio 4 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 4 pada tanggal 20 Oktober 2014. (9) Hepatitis B 1 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 1 pada tanggal 21 Juli 2014. (10) Hepatitis B 2 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 2 pada tanggal 20 September 2014. (11) Hepatitis B 3 Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 3 pada tanggal 20 Oktober 2014. 43 (12) Campak Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Campak pada tanggal 10 Januari 2015. (13) Imunisasi lain Ibu mengatakan anaknya belum mendapatkan imunisasi lainnya. (b) Riwayat penyakit yang lalu : Ibu mengatakan anaknya pernah sakit flu dan demam pada usia 7 bulan. (c) Riwayat Penyakit sekarang : Ibu mengatakan anaknya sekarang rewel karena ada bintikbintik merah di daerah bokong sehingga anaknya menjadi susah tidur. (d) Riwayat Penyakit keluarga/menurun : Ibu mengatakan dalam keluarga baik keluarga istri maupun keluarga suami tidak ada riwayat penyakit menurun (Jantung, Diabetes Milietus, Asma) dan riwayat penyakit menular (Hepatitis, TBC, HIV/AIDS). 6) Riwayat Sosial (a) Yang Mengasuh Ibu mengatakan yang mengasuh anaknya adalah ibu sendiri dan suaminya. 44 (b) Hubungan dengan anggota keluarga Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga lain baik. (c) Hubungan dengan teman sebaya Ibu mengatakan hubungan dengan teman sebayanya baik dan anaknya aktif bermain. (d) Lingkungan rumah Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, bersih, dan rapi. 7) Pola Kebiasaan Sehari-hari (Sebelum Sakit dan Selama Sakit) a. Nutrisi 1) Sebelum sakit : Pola nutrisi yang diberikan a) Pagi jam : Ibu mengatakan pukul 07.00 WIB. b) Siang jam : Ibu mengatakan pukul 14.00 WIB. c) Malam jam : Ibu mengatakan pukul 18.00 WIB. 2) Selama sakit : Pola nutrisi yang diberikan a) Pagi jam : Ibu mengatakan pukul 07.00 WIB. b) Siang jam : Ibu mengatakan pukul 14.00 WIB. c) Malam jam : Ibu mengatakan pukul 18.00 WIB. Baik sebelum atau selama sakit tidak ada perubahan pola nutrisi. Nutrisi yang diberikan ke anak berupa nasi, sayur, lauk, air putih, ASI, dan kadang diberikan biskuit. 45 b. Istirahat atau Tidur 1) Sebelum sakit : a) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang selama 1 - 2 jam. b) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam selama 9 - 10 jam. 2) Selama sakit : a) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang selama 1 jam. b) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam selama 7-8 jam. Keluhan : Ibu mengatakan bahwa anaknya menjadi susah tidur. c. Mandi 1) Sebelum sakit : a) Pagi jam : Ibu mengatakan pada pukul 06.30 WIB. b) Sore jam : Ibu mengatakan pada pukul 16.00WIB. 2) Selama sakit : a) Pagi jam : Ibu mengatakan pada pukul 07.00 WIB. b) Sore jam : Ibu mengatakan pada pukul 16.00WIB. Ibu mengatakan baik sebelum atau selama sakit anaknya ganti pakaian 2 kali/hari, setelah cebok tidak dikeringkan, 46 tidak memakai celana dalam, setelah BAK anaknya diceboki, setiap hari anaknya dipakaian pampers. d. Aktifitas 1) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif bermain. 2) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya menjadi rewel dan tidak mau bermain. e. Eliminasi 1) Sebelum sakit a) BAK : : Ibu mengatakan anaknya BAK 3 - 4 kali sehari warna kuning pekat. b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dan konsistensinya lembek. 2) Selama sakit a) BAK : : Ibu mengatakan anaknya BAK 5-6 kali sehari warna kuning pekat. b) BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dan konsistensinya lembek. b. Pemeriksaan Fisik 1) Status Generalis a) Keadaan umum : Baik b) Kesadaran : Composmentis c) TTV R : 40 x/menit 47 d) BB/TB N : 100 x/menit S : 37,6°C : 9,6 kg / 75 cm 2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan. b) Muka : Bersih, tidak ada oedema. c) Mata : Simetris, conjungtiva merah muda , sklera putih. d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen. e) Hidung : Bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan. f) Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan. g) Leher : Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan thiroid. h) Dada : Simetris, bunyi nafas teratur, tidak ada retraksi. i) Perut : Tidak ada benjolan, tidak kembung, ada bintikbintik merah di bawah perut. j) Ekstermitas : Simetris kanan kiri, jari-jari lengkap, gerakan aktif. k) Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum, penis berlubang. l) Anus : Berlubang, pada bokong terdapat peradangan dan bintik-bintik merah. 48 3) Pemeriksaan tingkat perkembangan a) Motorik Kasar : : (1) Belajar berdiri sendiri dengan berpegangan pada kursi. (2) Dapat berjalan sendiri. b) Motorik Halus : (1) Memasukkan benda kemulut. (2) Mengulurkan lengan untuk meraih mainan yang diinginkan. c) Kemampuan Bicara dan Bahasa : (1) Memanggil ayah dengan kata "bapak, memanggil ibu dengan kata "mamak". (2) Menirukan kata-kata. d) Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian : (1) Senang diajak bermain "ciluk-ba". 4) Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan 2. Interpretasi Data Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul : 10.30 WIB a. Diagnosa Kebidanan An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan Dermatitis Popok. Data Dasar Data Subyektif : 1) Ibu mengatakan anaknya bernama An. N umur 1 tahun. 2) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin laki-laki. 49 3) Ibu mengatakan anaknya rewel dan sulit tidur. 4) Ibu mengatakan pada daerah bokong anaknya terdapat bintik-bintik merah. Data Obyektif : 1) Keadaan umum : Baik 2) Kesadaran : Composmentis 3) TTV R : 40 x/menit N : 100 x/menit S : 37,6°C 4) BB/TB : 9,6 kg / 75 cm 5) Pemeriksaan Fisik a) Perut : Tidak ada benjolan, tidak kembung, ada bintikbintik merah dibawah perut. b) Anus : Berlubang, pada bokong terdapat peradangan dan bintik-bintik merah. b. Masalah Bayi rewel dan menjadi sulit tidur. c. Kebutuhan Berikan support mental kepada ibu untuk sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi pada anaknya, sehingga anak tidak bertambah rewel. 50 3. Diagnosa Potensial Tidak ada. 4. Antisipasi Tidak ada. 5. Perencanaan Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul :10.45 WIB a. Beritahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu. b. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunakan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. c. Anjurkan ibu untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. d. Anjurkan ibu untuk memberikan salep momilen pada daerah yang terdapat bintik kemerahan atau ruam dan biarkan terbuka untuk beberapa saat, berikan setiap setelah mengganti popok diaper (pampers). e. Anjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap kering dengan cara : 1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. 51 2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. 3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. 4) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat) atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. f. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak belum sembuh. g. Beritahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10 Mei 2015. 6. Pelaksanaan Tanggal : 07 Mei 2015 a. Pukul 10.55 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya bahwa anaknya menderita dermatitis popok yang disebabkan kulit 52 yang sensitif sehingga tidak tahan dengan popok yang sudah basah. (SAP terlampir). b. Pukul 11.30 WIB Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunakan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. c. Pukul 11.35 WIB Menganjurkan ibu untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. d. Pukul 11.40 WIB Menganjurkan ibu untuk memberikan salep momilen pada daerah yang terdapat bintik kemerahan atau ruam dan biarkan terbuka untuk beberapa saat, berikan setiap setelah mengganti popok diapers (pampers). e. Pukul 11.45 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap kering dengan cara : 1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. 2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. 3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. 4) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan 53 pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat) atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. f. Pukul 11.55 WIB Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak belum sembuh. g. Pukul 12.00 WIB Memberitahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10 Mei 2015. 7. Evaluasi Tanggal : 07 Mei 2015 Pukul : 12.05 WIB a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya. b. Ibu bersedia untuk menghindari menggunakan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong anaknya. c. Ibu bersedia untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAK/BAB. d. Ibu bersedia untuk mengoleskan salep momilen pada daerah yang terdapat bintik merah atau ruam dan biarkan untuk beberapa saat. e. Ibu bersedia untuk menjaga kulit daerah perianal anaknya agar tetap kering dan bersih. 54 f. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anaknya belum sembuh. g. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah untuk pemeriksaan pada anaknya. 55 DATA PERKEMBANGAN I (Kunjungan Rumah) Tanggal : 10 Mei 2015 Pukul : 15.00 WIB S : Subyektif 1. Ibu mengatakan anaknya sudah mulai tidak rewel lagi. 2. Ibu mengatakan sudah menjaga kebersihan daerah kelamin dan bokong anaknya seperti mengganti pampers anaknya setelah BAK/BAB atau jika pampers sudah terlalu penuh, dan memberikan salep momilen sebelum dipakaikan pampers kembali. 3. Ibu mengatakan bintik-bintik merah pada bokong anaknya sudah mulai mengering. O : Obyektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV :R 4. Pemeriksaan Fisik : 42 x/menit S : 36,8 °C N : 118 x/menit : a. Perut : Tidak kembung, ruam sudah mulai mengering. b. Anogenital : Ruam pada bokong sudah mulai kering. 56 A : Assesment An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan dermatitis popok hari ketiga. P : Planning Tanggal : 10 Mei 2015 1. Pukul 15.15 WIB Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa anaknya masih mengalami dermatitis popok / ruam popok namun sudah lebih baik. 2. Pukul 15.20 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengurangi penggunaan sabun yang berlebihan. 3. Pukul 15.25 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap membersihkan dan mengeringkan daerah perianal anaknya setiap setelah BAK/BAB. 4. Pukul 15.30 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan salep momilen setelah ganti popok diapers (pampers). 5. Pukul 15.35 WIB Tetap menganjurkan ibu untuk menjaga kulit daerah perianal anaknya agar tetap kering dan bersih. 6. Pukul 15.40 WIB Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah berikutnya yaitu tanggal 14 Mei 2015. Evaluasi : Tanggal : 10 Mei 2015 Pukul : 15.45 WIB 1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya. 57 2. Ibu bersedia untuk tetap menghindari penggunaan sabun yang berlebihan. 3. Ibu bersedia untuk tetap membersihkan dan mengeringkan daerah perianal anaknya setiap setelah BAK/BAB. 4. Ibu bersedia untuk tetap memberikan salep momilen pada anaknya setelah ganti popok pampers. 5. Ibu bersedia tetap menjaga kebersihaan daerah perianal anaknya agar tetap bersih dan kering. 6. Ibu sudah mengetahui dan bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah berikutnya yaitu pada tanggal 14 Mei 2015. 58 DATA PERKEMBANGAN II (Kunjungan Rumah) Tanggal : 14 Mei 2015 Pukul : 15.30 WIB S : Subyektif 1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, dan sudah tidak sulit tidur. 2. Ibu mengatakan bintik-bintik merah pada daerah bokong anaknya sudah mulai menghilang. O : Obyektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV :R 4. Pemeriksaan Fisik : 40 x/menit S : 36,6 °C N : 120 x/menit : a. Perut : Tidak kembung, ruam sudah kering. b. Anogenital : Ruam pada bokong sudah mengering dan berkurang. A : Assesment An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan riwayat dermatitis popok hari ketujuh. 59 P : Planning Tanggal : 14 Mei 2015 1. Pukul 15.45 WIB Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada anaknya bahwa bintik-bintik merah pada daerah perianal anaknya sudah kering. 2. Pukul 15.50 WIB Tetap menganjurkan ibu menjaga kebersihan daerah perianal anaknya agar tetap kering dan bersih. 3. Pukul 15.55 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan salep momilennya sampai habis untuk mencegah terjadinya kekambuhan. 4. Pukul 16.00 WIB Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan. 5. Pukul 16.05 WIB Memberitahukan ibu akan dilakukan kunjungan rumah terakhir pada tanggal 20 Mei 2015. Evaluasi Tanggal : 14 Mei 2015 Pukul : 16.10 WIB 1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan pada anaknya bahwa bintik-bintik merah pada daerah bokong anaknya sudah kering. 2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan daerah perianal anaknya agar tetap bersih dan kering. 3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan salep momilen hingga habis untuk mencegah kekambuhan ulang. 60 4. Ibu bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan. 5. Ibu tahu dan bersedia dilakukan kunjungan terakhir pada tanggal 20 Mei 2015. 61 DATA PERKEMBANGAN III (Kunjungan Rumah) Tanggal : 20 Mei 2015 Pukul : 15.30 WIB S : Subyektif 1. Ibu mengatakan anaknya sudah aktif dan tidak rewel lagi. 2. Ibu mengatakan bintik-bintik merah pada daerah bokong anaknya sudah benar-benar sembuh. O : Obyektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV :R 4. Pemeriksaan Fisik : 40 x/menit S : 36,6 °C N : 120 x/menit : a. Perut : Tidak kembung, ruam sudah kering. b. Anogenital : Ruam pada bokong sudah benar-benar kering, dan sudah sembuh. A : Assesment An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan riwayat dermatitis hari ketiga belas. 62 P : Planning Tanggal : 20 Mei 2015 1. Pukul 15.45 WIB Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada anaknya bahwa bintik-bintik merah pada daerah perianal anaknya sudah sembuh. 2. Pukul 15.50 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan daerah perianal anaknya agar tetap kering dan bersih. 3. Pukul 15.55 WIB Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan. Evaluasi Tanggal : 20 Mei 2015 Pukul : 16.00 WIB 1. Ibu sudah mengetahui bahwa bintik-bintik merah pada daerah bokong anaknya sudah kering. 2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga daerah kebersihan daerah perianal anaknya agar tetap bersih dan kering sehingga tidak terjadi kekambuhan. 3. Ibu bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan. 63 B. Pembahasan Studi kasus ini mempelajari tentang asuhan kebidanan pada anak An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen. Studi kasus ini mengkaji ada tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan balita sakit dengan dermatitis popok. Pelaksanaan studi kasus ini menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney yang terdiri dari: Pengkajian, Interpretasi Data, Diagnosa Potensial, Antisipasi Tindakan Segera, Perencaaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan data dasar yang merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan yang dilaksanakan dengan wawancara dan observasi. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan data obyektif pada kasus An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok. Menurut Susanto dan Ari (2013), ruam biasanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan allergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), oleh karena itu, pemeriksaan sistematis dilakukan secara seksama pada bagian yang berhubungan langsung dengan popok. Dalam hal ini, bagian perut, bokong dan anogenital yang dilakukan pemeriksaan dengan baik, hasilnya diperoleh adanya bintik-bintik merah pada ketiga bagian tersebut. Hasil pengkajian pada tanggal 07 Mei 2015 diperoleh data subyektif berupa data identitas pasien, ibu dan bapak. Keluhan ibu pasien datang ke 64 BPS adalah ibu mengatakan bahwa anaknya di daerah bokongnya ada ruam dan bintik-bintik merah sehingga anaknya menjadi rewel dan susah tidur. Data obyektif hasil pemeriksaan fisik yaitu pada daerah perut dan anogetital terdapat ruam dan bintik-bintik merah, dengan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV : R : 40 x/menit, N : 100 x/menit, dan S : 37,6°C. Sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Interprestasi Data Setelah data dikumpulkan melalui identifikasi, maka dilanjutkan dengan interpretasi. Interpretasi data yang dilakukan berupa diagnosis, masalah dan kebutuhan. Menurut Sari (2012) menyebutkan bahwa diagnosa kebidanan ialah An. X umur X tahun, jenis kelamin … dengan dermatitis popok. Menurut Nursalam (2013), masalah yang terjadi pada dermatitis popok adalah anak menjadi susah tidur dan rewel. Sedangkan kebutuhan pada kasus balita sakit dengan dermatitis popok adalah memberikan support mental pada ibu untuk sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi pada anaknya. Pada kasus ini diagnosa kebidanan yaitu An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan dermatitis popok. Masalah yang timbul pada anak yaitu anak rewel dan sulit tidur. Sedangkan kebutuhan pada kasus ini yaitu memberikan support mental kepada ibu untuk lebih sabar dalam mengurus anaknya, sehingga anaknya tidak bertambah rewel. Sehingga 65 pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam menginterpretasikan data. 3. Diagnosa Potensial Menurut Djuanda dkk (2007) pada diagnosa potensial yang dapat muncul pada balita sakit dengan dermatitis popok adalah potensial terjadi kekambuhan dermatitis yang lebih lanjut. Akan tetapi dalam kasus An. N tidak mengalami kekambuhan yang lebih lanjut dikarenakan adanya penanganan yang telah dilakukan dengan baik oleh tenaga kesehatan juga atas kerjasama dari pihak keluarga untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan daerah genitalia pada pasien An. N. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktek. 4. Antisipasi Susanto dan Ari (2013) menyebutkan bahwa untuk mengantisipasi menyebarnya penyakit dermatitis popok, maka pasien perlu diberikan salep corticosteroid, misalnya salep dengan merk Hydrocortisone (Kalbe), Inerson (Interbat), Benoson-N (Bernofarm), dan lain-lain, tetapi pada kasus An.N tidak muncul diagnosa potensial sehingga tidak dilakukan tindakan antisipasi. Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek. 66 4. Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada kasus ini merujuk pada langkah-langkah yang disampaikan Nursalam (2013), yaitu memberitahu ibu untuk : a. Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. b. Gunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. c. Berikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan terbuka untuk beberapa saat. d. Jaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut : 1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjadi. 2) Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super absorbent, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. 3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. 4) Gunakan bedak powder yang terbuat dari sebuk jagung (cron starch) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 67 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat) kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. Pada studi kasus ini perencanaan yang dilakukan adalah : a. Beritahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu. b. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunakan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. c. Anjurkan ibu untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. d. Anjurkan ibu untuk memberikan salep momilen pada daerah yang terdapat bintik kemerahan atau ruam dan biarkan terbuka untuk beberapa saat, berikan setiap setelah mengganti popok diapers (pampers). e. Anjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap kering dengan cara : 1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. 2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. 3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. 68 4) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat) atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. f. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak belum sembuh. g. Beritahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10 Mei 2015. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek dalam perencanaan pada kasus An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok ini. 5. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan dengan melakukan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Seiring waktu, dengan mengeringnya ruam pada pasien, maka anjuran yang diberikan kepada ibu berkurang, tetapi tetap dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan daerah genitalia pada pasien agar di lain waktu tidak terjadi kekambuhan. Menurut Nursalam (2013) pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yaitu sebagai berikut : 69 a. Menghindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. b. Menggunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. c. Memberikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan terbuka untuk beberapa saat. d. Menjaga kulit tetap kering dengan cara : 1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. 2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. 3) Menghindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. 4) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat) atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. 70 Pada kasus ini pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yaitu sebagai berikut : a. Memberitahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu. b. Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunakan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong. c. Menganjurkan ibu untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK. d. Menganjurkan ibu untuk memberikan salep momilen pada daerah yang terdapat bintik kemerahan atau ruam dan biarkan terbuka untuk beberapa saat, berikan setiap setelah mengganti popok diapers (pampers). e. Menganjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap kering dengan cara : 1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap terjaga. 2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. 3) Menghindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik. 4) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan 71 pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah genetalia. 5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat) atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan. 6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. f. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak belum sembuh. g. Memberitahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10 Mei 2015. Pada kasus ini dalam pelaksanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 6. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan, maka selanjutnya dilakukan evaluasi. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Menurut Nursalam (2013) hasil yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok yaitu sembuhnya ruam pada pantat dan pola kebersihan yang semakin baik. Evaluasi pada kasus An. N dengan dermatitis popok, dilakukan selama 2 minggu dari 7-20 Mei 2015. Ibu pasien memperhatikan dengan baik anjuran dari tenaga kesehatan sehingga pada hari ketiga sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu ruam mulai 72 mengering. Ibu pasien cukup berhati-hati menjaga kebersihan genitalia pasien, dan juga mengurangi penggunaan popok pada anaknya. Sehingga, pada minggu kedua, ruam sudah benar-benar kering dan sembuh. Pada proses evaluasi ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan pada An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen maka penulis mengambil kesimpulan : 1. Pengkajian pasien dermatitis popok dengan melibatkan ibu dan keluarga serta diperlukan pengkajian yang teliti pada daerah yang berhubungan langsung dengan kontak allergen yaitu pada daerah bokong, perut, dan anogenital. 2. Pada langkah interprestasi data untuk menentukan diagnosa, masalah, dan kebutuhan diperlukan data yang cukup mendukung yaitu data dasar yang terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Sehingga diagnosa kebidanan yang didapatkan adalah An. N umur 1 tahun jenis kelamin laki-laki dengan dermatitis popok, masalah yang muncul adalah anak menjadi susah tidur dan rewel, dan kebutuhan pada kasus ini adalah memberikan support mental pada ibu untuk sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi pada anaknya. 3. Diagnosa potensial pada kasus balita sakit dengan dermatitis popok yaitu potensial terjadi kekambuhan dermatitis yang lebih lanjut, tetapi pada 73 74 kasus ini tidak terjadi karena An. N telah mendapatkan perawatan dan penanganan yang baik dari tenaga kesehatan dan orang tua pasien. 4. Antisipasi tidak dilakukan karena pada kasus An.N karena tidak muncul diagnosa potensial. 5. Perencanaan dilakukan dengan memberikan anjuran kepada ibu untuk mengobati ruam anaknya dengan salep dan terutama ditekankan untuk menjaga kebersihan personal pasien khususnya daerah genitalia. 6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. N dengan dermatitis popok tindakan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan mendapatkan hasil yang maksimal karena adanya dukungan keluarga. 7. Evaluasi dilakukan selama dua minggu dari 7-20 Mei 2015 sehingga memastikan bahwa ruam pasien benar-benar sembuh, dan ibu tetap menjaga kebersihan dan kesehatan daerah genitalia pada pasien. 8. Pada studi kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan beberapa saran yang bermanfaat : 1. Bagi ibu dan keluarga Perlu meningkatkan pemahaman tentang masalah yang dapat timbul akibat pemakaian diaper rush/popok pada balita dan segera membawa ke 75 petugas kesehatan apabila balita mengalami ruam pada daerah genetalia akibat pemakaian popok yang berlebihan. 2. Bagi Bidan Bidan dapat segera mengidentifikasi tanda-tanda balita sakit dengan dermatitis popok sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan balita sakit dengan dermatitis popok. 3. Bagi Institusi a. BPS Diharapkan dapat menjaga mutu kualitas pelayanan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen terutama pada balita sakit dengan dermatitis popok. b. Pendidikan Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan khususnya tentang asuhan kebidanan balita sakit dengan dermatitis popok. 76 DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E.R., dan D. Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Arianda, D.E. 2013. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Perawatan Perianal terhadap Pencegahan Ruam Popok pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi. Data Pasien Balita BPS Ngudi Waras Tahun 2014. Depkes RI. 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi. Djuanda, A. dkk. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta : Balai penerbit FKUI. Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Surabaya: Salemba. Kemkes RI. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Marmi, dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Matondang, C.S, Wahidiyat, I, dan Sastroasmoro, S. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : CV Sagung Seto. Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Rismalinda, P.H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit In Media. Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Candikia Press. Romauli, S. 2011. Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sari, R.N. 2012. Konsep Kebidanan Yogyakarta: Graha Ilmu. 77 Susanto, RC., dan GM. Ari. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta: Nuha Medika. Wildan, M. dan Hidayat, A.A.A. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.