ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. N UMUR 1 TAHUN

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. N UMUR 1 TAHUN
DENGAN DERMATITIS POPOK DI BPS NGUDI WARAS
JABUNG PLUPUH SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Sri Mulyana Adji
NIM B12 044
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
1i
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. N UMUR 1
TAHUN DENGAN DERMATITIS POPOK DI BPS NGUDI
WARAS JABUNG PLUPUH KABUPATEN SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Sri Mulyana Adji
NIM B12044
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal
PENGUJI I
Ernawati, SST.,M.Kes
NIK. 200886033
PENGUJI II
Deny Eka Widyastuti, SST.,M.Kes
NIK. 201188075
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Kebidanan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :"Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada An. N
Umur 1 Tahun dengan Dermatitis Popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh
Sragen". Karya Tulis ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak,
Karya
Tulis
ini
tidak
dapat
diselesaikan
dengan
baik.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, Selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2.
Ibu
Retno
Wulandari,
SST
selaku
Ketua
Program
Studi
DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Deny Eka Widyastuti, SST.,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4.
Ibu Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb, selaku Kepala BPS Ngudi Waras
Plupuh Sragen, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam
pengambilan data.
5.
Ny.Rosyani, selaku orang tua pasien yang telah bersedia memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan observasi pada anaknya.
6.
Seluruh
dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Nama : Sri Mulyana Adji
NIM : B12 044
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. N UMUR 1 TAHUN
DENGAN DERMATITIS POPOK DI BPS NGUDI WARAS
JABUNG PLUPUH SRAGEN
xi + 75 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang: Pemakaian popok pada kulit bayi atau balita yang masih
sensitif dapat menyebabkan bayi mengalami ruam popok. Kurang lebih 50%
bayi dan balita yang memakai popok pernah mengalaminya. Laporan data
kunjungan bayi dan anak di RS di Indonesia tahun 2007, dermatitis berada
pada urutan pertama (611 kasus) dari 10 penyakit kulit yang umum
ditemukan pada anak-anak. Data yang diperoleh di BPS Ngudi Waras Jabung
Pluluh Sragen data bulan Januari-September 2014 didapatkan jumlah balita
sakit dengan dermatitis popok sebanyak 24 balita (6,86%).
Tujuan: Tujuan asuhan kebidanan pada anak dengan dermatitis popok adalah
mampu melakukan pengkajian pada anak dengan dermatitis popok dengan
menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney, menganalisa
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, dan memberikan alternatif
pemecahan masalah pada anak dengan dermatitis popok.
Metodologi: Jenis studi kasus yang digunakan adalah deskriptif. Studi kasus
dilakukan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen pada anak dengan
dermatitis popok pada tanggal 7-20 Mei 2015. Adapun teknik pengumpulan
data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik.
Hasil Studi Kasus: Asuhan kebidanan pada anak dengan dermatitis popok
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau kondisi pasien.
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan meliputi pemenuhan kebutuhan
menjaga kebersihan personal anak, khususnya area genitalia dan kebersihan
pakaian dan lingkungan. Antisipasi tidak dilakukan kerana tidak muncul
diagnosa potensial. Dukungan keluarga yang baik dalam asuhan kebidanan
ini, memberikan efek yang baik bagi pasien, yaitu dengan dua minggu asuhan
kebidanan, kondisi pasien sudah baik, luka ruam sudah benar-benar kering
dan sembuh.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan 7 langkah Varney dapat mengatasi masalah dan mencegah
keberlanjutan penyakit. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan dermatitis popok ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Anak, Dermatitis Popok.
Kepustakaan : 19 literatur (2006 – 2014)
MOTTO
1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS. Alinsyiroh : 6).
2. Ketika kehidupan memberi kita seribu tekanan untuk menangis tunjukan kita
mempunyai sejuta alasan untuk tetap tersenyum.
3. Jangan hina kepribadian diri sendiri karena sesungguhnya kepribadian diri
sendiri adalah mutiara yang tak ternilai.
4. Jangan takut melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dari satu langkah.
5. Belajarlah dari kesalahan di masa lalu, mencoba dengan cara yang berbeda,
dan selalu berharap untuk sebuah kesuksesan di masa depan.
6. Bersyukur adalah hal yang mudah untuk bahagia.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ini penulis persembahakan untuk :
1. Ayah dan ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang, doa restu dan segala
dukungan selama ini.
2. Adikku Ana tersayang yang telah memberikan semangat untuk setiap
langkahku.
3. Sahabat hatiku yang selalu mendukungku dan mendampingiku selama ini,
dan sudah mengajarkanku segala kedewasaan ini.
4. Ibu Deny Eka Widyastuti, S.ST.,M.Kes sebagai Pembimbing KTI dan Ibu
Rahajeng Putri Ningrum, S.ST.,M.Kes sebagai Pembimbing Akademik
terima kasih atas bimbingannya selama ini.
5. Teman - temanku semua terutama penghuni “Green Kost” Ayuk, Ike, Kiki,
rizky dan semuanya terima kasih atas dukungan dan bantuan kalian semua,
selamat berjuang teman.
6. Almamater tercinta.
CURICULUM VITAE
Nama
: Sri Mulyana Adji
Tempat / Tanggal Lahir
: Tanjung Benanak, 26 Oktober 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl.Apel kecil RT 03 RW 01 Tanjung Benanak,
Merlung, Jambi
Riwayat Pendidikan
1. SDN 173/V Merlung, Jambi
Lulus tahun 2006
2. SMP N 5 Merlung, Jambi
Lulus tahun 2009
3. SMA N 2 Merlung, Jambi
Lulus tahun 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
INTISARI .......................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
CURRICULUM VITAE ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
3
C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................
3
D. Manfaat Studi Kasus.................................................................
4
E. Keaslian Studi Kasus ...............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .............................................................................
6
1.
Balita .................................................................................
6
2.
Dermatitis popok ...............................................................
7
B. Teori Manajemen Kebidanan ..................................................
13
1.
Pengertian Manajemen Kebidanan ...................................
13
2.
Proses Asuhan Kebidanan ................................................
14
C. Landasan Hukum .....................................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus .....................................................................
33
B. Lokasi Studi Kasus ..................................................................
33
C. Subjek Studi Kasus ..................................................................
34
D. Waktu Pelaksanaan ..................................................................
34
E. Instrumen Studi Kasus .............................................................
34
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
35
G. Alat- alat Yang Digunakan ......................................................
39
H. Jadwal Penelitian .....................................................................
39
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ........................................................................
40
1. Pengkajian .........................................................................
40
2. Interpretasi Data .................................................................
48
3. Diagnosa Potensial .............................................................
50
4. Antisipasi ............................................................................
50
5. Perencanaan ........................................................................
50
6. Pelaksanaan ........................................................................
51
7. Evaluasi ..............................................................................
53
Data perkembangan I..........................................................
55
Data perkembangan II ........................................................
58
Data perkembangan III .......................................................
61
B. Pembahasan ..............................................................................
63
1. Pengkajian .........................................................................
63
2. Interprestasi Data ................................................................
64
3. Diagnosa Potensial .............................................................
65
4. Antisipasi ............................................................................
65
5. Perencanaan ........................................................................
66
6. Pelaksanaan ........................................................................
68
7. Evaluasi ..............................................................................
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
73
B. Saran .........................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal penelitian
Lampiran 2.
Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6.
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7.
Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8.
Format Asuhan Kebidanan Balita Sakit dan Data Perkembangan
Lampiran 9.
Lembar observasi
Lampiran 10. Satuan acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus ( foto, fotocopy buku KIA, Kartu
Identitas)
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perawatan kebersihan bayi dan balita, hingga saat ini memakaikan
popok pada bayi dan balita merupakan cara yang paling praktis, efektif,
dan higienis untuk menampung urine (air seni) dan feses (tinja) agar tidak
menyebar pada saat buang air kecil maupun buang air besar. Namun
sesungguhnya, kulit bayi dan balita tidak siap untuk mengatasi keadaan
yang dapat timbul akibat kontak lama dengan urin dan feses yang
disebabkan oleh pemakaian popok. Pemakaian popok pada kulit bayi atau
balita yang masih sensitif dapat menyebabkan bayi mengalami ruam
popok. Kurang lebih 50% bayi dan balita yang memakai popok pernah
mengalaminya (Arianda, 2013).
Ruam popok dapat dianggap sebagai dermatitis popok yang
merupakan salah satu jenis dermatitis kontak iritan sebagai reaksi
terhadap kelembaban yang berlebihan pada kulit (Djuanda, dkk., 2007).
Nursalam (2013) mengatakan penyebab ruam popok yaitu kontak yang
lama dan berulang dengan bahan iritan, terutama urine dan feces atau
bahan kimia pencuci popok seperti sabun, detergen, pemutih, pelembut
pakaian dan bahan kimia yang dipakai oleh pabrik pembuat popok.
Akibat kontak dengan bahan iritan dalam waktu yang cukup lama
maka ruam akan terjadi pada alat genetalia bayi. Ruam yang terjadi dapat
1
2
berupa kemerahan yang ringan, lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel)
dari yang kecil hingga menutupi area tubuh yang luas (Susanto dan Ari,
2013).
Laporan data kunjungan bayi dan anak di RS di Indonesia tahun
2007, dermatitis berada pada urutan pertama (611 kasus) dari 10 penyakit
kulit yang umum ditemukan pada anak-anak. Prevalensi dermatitis di
Provinsi Jawa Tengah sebesar 8% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 1 November 2014 di BPS
Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen didapatkan data dari rekam medik
selama tahun 2014, pada bulan Januari 2014 sampai September 2014
terdapat jumlah kasus balita sakit sebanyak 350 balita dengan 145 balita
dengan febris (41,43 %), balita dengan ISPA sebanyak 148 balita
(42,29%), balita dengan diare sebanyak 33 balita (9,43%), balita dengan
dermatitis popok sebanyak 24 balita (6,86%). Balita dengan dermatitis
sangat membutuhkan pertolongan paramedis, karena penyakit ini akan
menjadi asma atau rhinitis alergi jika tidak segera ditangani.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berusaha untuk
mempelajari asuhan kebidanan pada bayi dengan dermatitis popok yang
terjadi pada pasien di BPS Ngudi Waras dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Balita An. N Umur 1 tahun dengan Dermatitis Popok di
BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen”.
3
B. Perumusan Masalah
Maka
dirumuskan
permasalahan
sebagai
berikut:
“Bagaimana
penerapan asuhan kebidanan balita sakit pada An. N umur 1 tahun dengan
dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada balita An. N
umur 1 tahun dengan dermatitis popok, dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1) Melakukan pengkajian balita sakit pada An. N umur 1 tahun
dengan dermatitis popok di di BPS Ngudi Waras Jabung
Plupuh Sragen.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan balita sakit pada An. N umur 1 tahun
dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh
Sragen.
3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada balita sakit
An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi
Waras Jabung Plupuh Sragen.
4
4) Menerapkan tindakan segera pada balita sakit An. N umur 1
tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung
Plupuh Sragen.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita sakit An. N
umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras
Jabung Plupuh Sragen.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada balita sakit
An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok sesuai
pelayanan secara efisien dan aman di BPS Ngudi Waras
Jabung Plupuh Sragen.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dicapai pada
kasus balita sakit An. N umur 1 tahun dengan dermatitis
popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen.
b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan
kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan
penghambat pada balita sakit dengan dermatitis popok.
c. Mahasiswa mampu memberikan alternatif pemecahan masalah
balita sakit pada An.N umur 1 tahun dengan dermatitis popok.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Memberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu
pengetahuan
yang
diperoleh
di
institusi
pendidikan
terutama
5
manajemen asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis
popok dalam situasi yang nyata.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan
pada balita sakit dengan dermatitis popok untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kesehatan.
3. Bagi Institusi
a.
BPS
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan
kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di BPS.
b. Pendidikan
Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam
asuhan kebidanan balita balita dengan dermatitis popok.
E. Keaslian Studi Kasus
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan penulis, belum
ditemukan adanya studi kasus yang sesuai dengan studi kasus ini yaitu
tentang asuhan kebidanan pada balita sakit dengan dermatitis popok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Balita
a. Pengertian Balita
Balita adalah anak usia 0–59 bulan (Depkes RI, 2006).
Sedangkan menurut Marmi dan Rahardjo (2012), Bayi Lima
Tahun atau sering disingkat sebagai balita merupakan salah satu
periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal.
b. Penyakit yang umum diderita bayi dan balita
WHO memperkenalkan manajemen terpadu balita sakit
(MTBS) pada tahun 1996 untuk menangani bayi dan balita sakit.
MTBS merupakan suatu sistem untuk mempermudah serta
meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas. Beberapa penyakit
yang termasuk MTBS yaitu infeksi, diare, ikterus, BBLR, dan
permasalahan dalam pemberian ASI (Marmi dan Rahardjo, 2012).
Penyakit lain yang mungkin diderita bayi dan balita adalah
gangguan sistem integumen yaitu gangguan yang berhubungan
dengan jaringan penutup permukaan tubuh seperti membran
mukosa dan kulit. Gangguan kulit sering dialami oleh bayi dan
balita. Meskipun sifatnya relatif ringan, apabila tidak ditangani
6
7
secara serius dapat memperburuk kondisi kesehatan bayi dan
anak. Gangguan integumen yang sering terjadi yaitu oral trush,
ruam / dermatitis popok, impetigo, muntah, regurgitasi, dan
ikterus fisiologis (Nursalam, 2013).
2. Dermatitis Popok
a. Definisi
Dermatitis ialah peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal (Djuanda, dkk., 2007). Tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Untuk penamaan dermatitis, berbagai klasifikasi sudah
diajukan antara lain berdasarkan kondisi kelainan, lokasi kelainan,
bentuk kelainan, usia pasien dan sebagainya, contohnya:
1) Berdasarkan lokasi kelainan misalnya dermatitis manus,
dermatitis seboroik, dermatitis perioral, dermatitis popok,
dermatitis perianal, akrodermatitis, dermatitis generalisata, dan
sebagainya.
2) Berdasarkan kondisi kelainan misalnya dermatitis akut, subakut
dan
kronis
atau
dermatitis
dermatitis sika (kering).
madidans
(membasah)
dan
8
3) Berdasarkan penyebab misalnya dermatitis kontak iritan,
dermatitis
kontak
alergik,
dermatitis
medikamentosa,
dermatitis alimentosa, dermatitis venenata, dermatitis stasis,
dan sebagainya.
4) Berdasarkan usia misalnya dermatitis infantil, dan sebagainya.
5) Berdasarkan bentuk kelainan misalnya dermatitis numularis,
dan sebagainya.
Dalam penanganan disarankan untuk menggunakan istilah
dermatitis, ditambah dengan satu kata lain untuk menggambarkan
kemungkinan penyebab atau mendeskripsikan kondisi.
Menurut Depkes RI seperti yang dikutip oleh Nursalam
(2013), dermatitis popok yaitu akibat akhir karena kontak yang
terus-menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik,
sehingga menyebabkan iritasi/dermatitis pada daerah perianal.
b. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen),
misalnya bahan kimia (contoh: detergen, oli, semen, dll), fisik
(contoh: sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur), atau dapat
pula berasal dari dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
(Djuanda, dkk., 2007).
Dermatitis popok termasuk dalam dermatitis kontak iritan.
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan (Djuanda, dkk.,
2007) adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
9
detergen, dll. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh
ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan
vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang
dimaksud yaitu: lama kontak, kekerapan (terus menerus atau
berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel,
demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban
lingkungan juga ikut berperan. Faktor
individu juga ikut
berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan
ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas; usia (anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut lebih
mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih);
jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak iritan lebih banyak pada
wanita) dan pola hygiene yang kurang baik.
c. Patofisiologi
Patofisiologi pada dermatitis kontak iritan sebagai berikut
(Djuanda, dkk., 2007):
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak
lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Kebanyakan bahan iritan
(toksin) merusak membran lemak (lipid membran) keratinosit,
tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak
lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membran
10
mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA),
diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan
inositida (IPS). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan
leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah
transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak
sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta
mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan
PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular. DAG dan second
messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony
stimulatunf factor (GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-penolong
mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor IL-2,
yang
menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi
intrasel-1 (ICAM-1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga
melepaskan
TNFα,
suatu
sitokin
proinflamasi
yang
dapat
mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi
molekul adesi sel dan pelepasan sitokin. Rentetan kejadian tersebut
menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak
di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat.
Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah
berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum
11
oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan
fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel di
bawahnya oleh iritan.
d. Gejala Klinis
Efek
dari
dermatitis
kontak
bervariasi,
mulai
dari
kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai
kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit. Ruam seringkali
terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel). Pada awalnya
ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan
allergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya
ruam bisa menyebar (Susanto dan Ari, 2013).
Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang antinganting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya
dermatitis karena memakai lotion badan). Jika zat penyebab ruam
tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan
akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan
serta membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatalgatal
dan
penebalan
kulit
yang
bersifat
sementara,
bisa
berlangsung selama beberapa hari atau minggu (Susanto dan Ari,
2013).
e. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk dermatitis popok menurut (Susanto dan
Ari,
2013)
dilakukan
dengan
cara
menghilangkan
atau
12
menghindari zat-zat penyebab terjadinya dermatitis. Selanjutnya
daerah yang terkena harus dibersihkan secara teratur dengan air
dan sabun yang lembut. Lepuhan yang ada tidak boleh dipecahkan,
penggunaan krim atau salep corticosteroid biasanya dapat
meringankan gejala-gejala ringan, sedangkan tablet corticosteroid
digunakan untuk kasus yang lebih berat.
Beberapa perencanaan perlu diterapkan untuk pencegahan
kembalinya ruam pada pantat balita, yaitu dengan cara (Nursalam,
2013):
1) Hindari
penggunaan
sabun
yang
berlebihan
untuk
membersihkan daerah pantat/bokong.
2) Gunakan
kapas
air
hangat
atau
kapas
minyak
untuk
membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
3) Berikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan
biarkan terbuka untuk beberapa saat.
4) Jaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut:
a) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara
tetap terjaga.
b) Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super
absorbent, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
c) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet
atau plastik.
13
d) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung
(corn starch) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput
lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada
daerah genetalia.
e) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci,
rendam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum
kemudian dibilas dan dikeringkan.
f) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
f. Evaluasi yang Diharapkan
Evaluasi
yang
diharapkan
dalam
melakukan
asuhan
kebidanan dengan kasus dermatitis popok yaitu hilangnya masalah
pada pasien dermatitis popok yaitu sembuhnya ruam pada pantat
dan pola kebersihan yang semakin baik. (Nursalam, 2013).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut Varney yang dikutip oleh Sari (2012), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan, dan rangkaian atau
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien.
14
2. Proses Asuhan Kebidanan
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari tujuh
langkah yaitu sebagai berikut:
a. Langkah I: Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan data dasar dilakukan dengan melakukan pengkajian
melalui
proses
pengumpulan
data
yang
diperlukan
untuk
mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap. Teknik pengumpulan
data ada 3, yaitu observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data
diklasifikasikan menjadi data subyketif dan data obyektif (Sari,
2012).
1) Data Subyektif
Data subyektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk
menilai keadaan pasien sesuai dengan kondisinya (Romauli,
2011). Data subyektif terdiri dari:
a) Identitas
Menurut Matondang (2013), Identitas diperlukan
untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak
yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain.
Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik
secara medis, etika, maupun hukum. Identitas tersebut
meliputi:
15
(1) Nama balita
Nama harus jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan
sehari-hari
agar
tidak
keliru
dalam
memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(2) Umur
Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai
kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas,
usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan
apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut sesuai
umurnya (Matondang, 2013).
(3) Jenis Kelamin
Dikaji untuk membedakan dengan balita lain, juga
untuk penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang,
2013).
(4) Anak ke
Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien.
(5) Nama orang tua
Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain mengingat banyak nama yang sama.
(6) Umur orang tua
Dikaji untuk mengetahui umur orang tua.
16
(7) Agama
Agama dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(8) Pendidikan
Dikaji
untuk memperoleh keakuratan data
yang
diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan
anamnesis. Tingkat pedidikan orang tua juga berperan
dalam pemeriksaan penunjang pasien selanjutnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(9) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk
membiayai
perawatan
anaknya,
selain
itu
juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
(10)Alamat
Alamat
dikaji
untuk
kejelasan,
misalnya
pasien
menjadi sangat gawat dan perlu tindakan segera
sehingga sewaktu-waktu dapat dihubungi. Disamping
itu,
setelah
pasien
pulang
mungkin
kunjungan rumah (Matondang, 2013).
diperlukan
17
b) Keluhan datang
Menurut Matondang (2013), dikaji untuk mengetahui
keluhan klien datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pada
kasus dermatitis, ibu klien mengatakan bahwa ingin
memeriksakan anaknya yang di daerah bokong terdapat
lesi/peradangan di kulit dan terasa gatal serta anak menjadi
susah tidur dan rewel (Djuanda, dkk., 2007).
c) Keluhan utama
Menurut Matondang (2013), keluhan utama adalah
keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa
berobat. Pada kasus dermatitis keluhan yang dirasakan
balita biasanya adalah gatal, perih, dan rewel. Secara
teoritis pada klien dengan dermatitis popok didapatkan
data-data antara lain klien sulit tidur, klien tampak gelisah,
badan klien terdapat lesi/peradangan di daerah bokong,
kulit kering (Djuanda, dkk., 2007).
d) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Imunisasi
Status
mengetahui
imunisasi
status
klien
diperlukan
perlindungan
pediatrik
untuk
yang
diperoleh dan juga membantu menentukan diagnosis,
dan untuk memperoleh data balita tentang imunisasi
18
apakah yang sudah didapat oleh anak (Matondang,
2013).
(2) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji
untuk
memperoleh
gambaran
keadaan
sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan keluarga pasien.
Berbagai penyakit bawaan dan penyakit keturunan
seperti terdapat riwayat hipertensi, riwayat kembar, dan
penyakit seperti asma, hepatitis, jantung dan lain-lain
karena penyakit-penyakit tersebut mempunyai pengaruh
negatif pada balita, misalnya dapat mengganggu
metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
permasalahan makanan balita (Matondang, 2013).
e) Riwayat sosial
Menurut Matondang (2013), riwayat sosial dapat
diketahui dari:
(1) Yang mengasuh
Dikaji
untuk
mengetahui
aktifitas
balita
dalam
kesehariannya.
(2) Hubungan dengan anggota keluarga
Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan
anggota keluarga.
(3) Hubungan dengan teman sebaya
Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan
teman sebayanya.
19
(4) Lingkungan rumah
Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan
lingkungan sekitar rumah.
f) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Pola nutrisi
Pola nutrisi menggambarkan tentang pola makan dan
minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(2) Pola istirahat/tidur
Pola istirahat/tidur menggambarkan pola istirahat dan
tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan
sebelum
tidur
misalnya
membaca,
mendengarkan
musik, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Pola hygiene
Pola hygiene dikaji untuk mengetahui apakah selalu
menjaga kebersihan tubuh dengan baik (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Hal yang perlu dikaji dalam pada
kasus dermatitis popok adalah bagaimana mencuci
daerah perianal setelah BAB atau BAK pada balita,
popok jenis apa yang digunakan balita, popok diganti
setiap berapa jam, bagaimana ibu mencuci pakaian dan
popok (Nursalam, 2013).
20
(4) Pola aktivitas
Pola aktivitas menggambarkan pola aktivitas pasien
sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh
aktivitas
tehadap
kesehatannya
(Ambarwati
dan
Wulandari, 2010).
(5) Pola eliminasi
Pengkajian tentang pola eliminasi menggambarkan pola
fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan
buang air kecil (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Data Obyektif
Data
objektif
diperlukan
untuk
melengkapi
data
subyektif dalam menegakkan diagnosis (Romauli, 2011).
(a) Keadaan umum
Penilaian keadaan umum pasien mencakup kesan
keadaan
sakit,
kesadaran,
dan
kesan
status
gizi
(Matondang, 2013).
(1) Kesan Keadaan sakit
Kesan keadaan sakit dilihat dari apakah pasien tidak
tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang, atau sakit berat
(Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok, kesan
dari balita adalah tidak tampak sakit (Nursalam, 2013).
21
(2) Kesadaran
Penilaian
kesadaran
dinyatakan
sebagai
composmentis, apatis, somnolen, soper, koma, delirium.
Pasien dengan dermatitis kesadarannya composmentis
(Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok,
kesadaran balita composmentis (Nursalam, 2013).
(3) Kesan status gizi
Kesan status gizi dapat dilihat dari bagaimana proporsi
atau postur tubuhnya, apakah baik, kurus, atau gemuk
(Matondang, 2013).
(b) Tanda-tanda vital meliputi :
(1) Denyut jantung
Pemeriksaan
denyut
jantung
dinilai
dari
frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas dan
ekualitas nadi. Denyut jantung normal pada anak
adalah 80-115 x/menit (Matondang, 2013).
(2) Pernafasan
Pemeriksaan
pernafasan
mencakup
laju
pernafasan, irama atau keteraturan, kedalama, dam tipe
atau pola pernafasan. Tipe pernafasan anak dalam
keadaan normal adalah abdominal atau diafragmatik
(Matondang, 2013).
22
(3) Temperatur
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5oC. Suhu
tubuh lebih dari 37 oC perlu diwaspadai adanya infeksi
(Romauli, 2011).
(c) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan atropometri meliputi :
(1) Berat badan
: parameter pertumbuhan yang paling
sederhana,
mudah
diukur
dan
diulang, merupakan indeks nutrisi
sesaat (Matondang, 2013).
(2) Panjang badan : Untuk
hasilnya
mengukur
tinggi
dikaitkan
dengan
badan,
berat
badan memberikan informasi terkait
status nutrisi dan pertumbuhan fisik
anak (Matondang, 2013).
(3) Lingkar dada
: Untuk
mengetahui
perkembangan
keterlambatan
diukur
setiap
kunjungan hingga anak berusia 2
tahun (Matondang, 2013).
(4) Lingkar kepala : Dipengaruhi oleh status gizi anak
hingga usia 3 tahun, pengukuran
untuk mengetahui pertumbuhan otak
(Matondang, 2013).
23
(d) Pemeriksaan sistematis
(1) Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi warna kulit, turgor
kulit, kelembaban kulit, dan tekstur kulit (Matondang,
2013).
(2) Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi bentuk dn ukuran
kepala, kontrol kepala, rambut, dan kulit kepala
(Matondang, 2013).
(3) Muka
Pemeriksaan muka meliputi
apakah wajah
simetri, terjadi pembengkakan atau tidak, normal atau
tidak (Matondang, 2013).
(4) Mata
Adakah kotoran di mata, konjungtiva merah
muda, sklera putih, kelopak mata tidak cekung, pasien
dengan dermatitis tampak merah muda, kelopak mata
tidak cekung (Priharjo, 2007).
(5) Telinga
Adakah cairan atau kotoran, bagaimana keadaan
tulang rawannya (Priharjo, 2007).
24
(6) Hidung
Adakah kotoran yang membuat jalan nafas
sesak dan terganggu (Matondang, 2013).
(7) Mulut
Bibir berwarna kemerahan, lidah kemerahan
sedangkan
pada
pasien
dengan
dermatitis
bibir
kemerahan, lidah kering dan pecah-pecah (Matondang,
2013).
(8) Leher
Adakah pembesaran kalenjar tiroid, kalenjar
limfe dan kalenjar gondok (Priharjo, 2007).
(9) Dada
Adakah retraksi pada dada atau tidak, simetris
atau tidak (Priharjo, 2007).
(10) Perut
Untuk menilai perut kembung atau tidak,
turgornya baik atau buruk (Matondang, 2013). Pada
kasus dermatitis popok yang tidak segera ditangani,
maka akan terjadi ruam di sekitar bawah perut
(Nursalam, 2013).
(11) Ekstremitas
Berbagai kelainan congenital dapat terjadi pada
ekstremitas superior maupun inferior, diantaranya
25
Amelia (tidak terdapatnya semua anggota gerak),
ekstromelia (tidak ada salah satu anggota gerak),
fokomelia (anggota gerak bagian proksimal yang
pendek),
sindaktili
(bergabungnya
jari-jari),
atau
polidaktili (jumlah jari lebih dari normal) (Matondang,
2013).
(12) Anogenital
Pemeriksaan genitalia pada anak dilakukan
dengan
cara
inspeksi
dan
palpasi.
Pemeriksaan
genitalia pada neonatus sangat penting untuk deteksi
dini beberapa kelainan bawaan (Matondang, 2013).
Pada kasus dermatitis popok, maka akan dijumpai
ruam di sekitar daerah pantat (Nursalam, 2013).
(e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang
dilakukan
di
luar
pemeriksaan
fisis.
Pemeriksaan
penunjang dimaksudkan untuk alat diagnostik, petunjuk
tata laksana, dan petunjuk prognosis (Matondang, 2013).
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Interpretasi data dasar dilakukan dengan mengidentifikasi
data secara benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan
pasien (Sari, 2012). Pada langkah ini data yang telah dikumpulkan
26
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan.
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam lingkup
praktik kebidanan meliputi:
An. X umur ....X tahun, jenis kelamin .... dengan dermatitis
popok
Data dasar :
a) Data subjektif :
1) Ibu mengatakan umur balita.
2) Ibu mengatakan jenis kelamin balita.
3) Ibu mengatakan balitanya rewel dan sulit tidur.
4) Ibu mengatakan kulit balitanya kering dan terdapat
peradangan, eritema.
b) Data objektif (Nursalam, 2013) :
1) Keadaan umum
: Baik
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
: S: °C, R :
x/menit, N : x/menit.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
berdasarkan data dasar yang berupa data subyektif dan data
obyektif (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang
27
terjadi pada dermatitis popok adalah bayi menjadi susah tidur
dan rewel (Nursalam, 2013).
c. Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu
(Wildan dan Hidayat, 2011). Memberikan support mental pada
ibu untuk sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi pada
anaknya (Nursalam, 2013).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal
tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Diagnosa potensial yang dapat muncul pada bayi dengan
dermatitis popok adalah potensial terjadi kekambuhan dermatitis
yang lebih lanjut (Djuanda, dkk., 2007).
d. Langkah IV : Antisipasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Untuk
28
mengantisipasi ruam pada dermatitis popok agar tidak berlanjut
maka digunakan salep corticosteroid (Susanto dan Ari, 2013).
e. Langkah V : Rencana tindakan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari
kondisi
pasien
atau
dari
setiap
masalah
yang
berkaitan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Perencanaan untuk menangani dermatitis popok, dapat
direncanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam,
2013):
1) Hindari
penggunaan
sabun
yang
berlebihan
untuk
membersihkan daerah pantat/bokong.
2) Gunakan
kapas
air
hangat
atau
kapas
minyak
untuk
membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
3) Berikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan
biarkan terbuka untuk beberapa saat.
4) Jaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut:
a) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara
tetap terjaga.
b) Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super
absorbent, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
29
c) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet
atau plastik.
d) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung
(corn starch) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput
lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada
daerah genetalia.
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam
dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum kemudian
dibilas dan dikeringkan.
6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua
rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun
diagnosis yang ditegakkan (Wildan dan Hidayat, 2011).
Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan,
yaitu (Nursalam, 2013):
1) Menghindari
penggunaan
sabun
yang
berlebihan
untuk
membersihkan daerah pantat/bokong.
2) Menggunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk
membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
3) Memberikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan
dan biarkan terbuka untuk beberapa saat.
4) Menjaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut:
30
a) Bila menggunakan popok kain, diperhatikan sirkulasi udara
tetap terjaga.
b) Bila menggunakan popok disposible, menggunakan bahan
super absorbent, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
c) Menghindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari
karet atau plastik.
d) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk
jagung
(corn
starch)
dengan
menuangkan
pada
kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya
saja, tidak pada daerah genetalia.
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci,
direndam dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum
kemudian dibilas dan dikeringkan.
6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan,
yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun
pelaksanaan yang dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2011).
Hasil yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan pada
balita sakit dengan dermatitis popok yaitu hilangnya masalah pada
pasien yaitu sembuhnya ruam pada pantat dan pola kebersihan
yang semakin baik. (Nursalam, 2013).
31
3. Data perkembangan
Menurut Rismalinda (2014), metode pendokumentasian yang
digunakan dalam asuhan kebidanan pada balita dengan dermatitis
popok adalah SOAP, adalah sebagai berikut:
S : Subjective
Data yang berhubungan/masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis (Rismalinda, 2014).
O : Objective
Data obyektif hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik
lain (Rismalinda, 2014).
A : Assesment
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
dari data subyektif dan obyektif (Rismalinda, 2014).
P : Planning
Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
akan
datang
untuk
mengusahakan
tercapainya
kondisi
pasien yang sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan
kesejahteraannya (Rismalinda, 2014).
32
C. Landasan Hukum
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan, yaitu dalam menjalankan praktek, bidan berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi:
Pasal 9 poin b dan pasal 11 (1)
1. Pelayanan kesehatan anak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 poin
b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan pra sekolah.
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
yang dimaksud pada pasal 11 ayat (1) poin c, e dan f berwenang untuk
penanganan
kegawatdaruratan,
dilanjutkan
dengan
perujukan,
pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah,
pemberian konseling dan penyuluhan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Metode observasional deskriptif adalah suatu metode studi kasus
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012).
Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan studi
kasus yaitu laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu
permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal, pada
kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan balita sakit pada
An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras
Jabung Plupuh Sragen dengan manajemen 7 langkah Varney dan data
perkembangan dengan SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut
dilakukan dan lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam
melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di BPS Ngudi Waras Jabung
Plupuh Sragen.
33
34
C. Subyek Studi Kasus
Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan
pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang digunakan dalam
studi kasus ini adalah balita An. N umur 1 tahun dengan dermatitis
popok.
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis
untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 07-20 Mei 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif
tentang
variasi
karakteristik
variabel
penelitian
secara
objektif
(Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format dokumentasi
asuhan kebidanan pada balita sakit dengan menggunakan metode format
7 langkah Varney dan data perkembangan SOAP.
35
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
merupakan
cara
penelitian
untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat,
2007). Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari obyek penelitian
oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data
primer dalam penelitian ini meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Matondang (2013), pemeriksaan fisik digunakan
untuk memperoleh informasi keadaan fisik anak secara lengkap
dan akurat. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :
1) Inspeksi
Merupakan
memeriksa
dengan
cara
melihat
atau
memandang (Romauli, 2010). Pada inspeksi umum pemeriksa
melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat
diperoleh kesan keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal,
dilihat perubahan-perubahan lokal sampai yang sekecilkecilnya (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok
dilakukan
untuk
menilai
keadaan
umum,
kesadaran,
pemeriksaan head to too, serta keadaan ruam ditemukan
bintik-bintik merah pada bokong.
36
2) Palpasi
Merupakan
teknik
pemeriksaan
dengan
meraba
mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat
peraba yang terdapat pada telapak jari tangan. Dengan palpasi
dapat ditentukan bentuk, besar, tepi, permukaan serta
konsistensi organ. Ukuran organ dapat dinyatakan dengan
besaran yang sudah dikenal secara umum misalnya bola
pingpong atau telur ayam, tetapi lebih dianjurkan untuk
menyatakannya
dalam
ukuran,
misalnya
sentimeter
(Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok dilakukan
untuk pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe dan thiroid,
serta oedema.
3) Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara mengetukkan ujung jari
II atau III langsung pada daerah yang diperkusi. Secara garis
besar suara perkusi dibagi menjadi 3 macam, yakni sonor
(suara yang terdengar pada perkusi paru normal), pekak (suara
yang terdengar pada perkusi otot), dan timpani (suara yang
terdengar
pada
perkusi
abdomen
bagian
lambung)
(Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok pemeriksaan
ini dilakukan untuk menilai keadaan perut kembung atau
tidak.
37
4) Auskultasi
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan suara pernapasan, bunyi dan bising
jantung, peristaltik usus, dan aliran darah dalam pembuluh
darah (Matondang, 2013). Pada kasus dermatitis popok
dilakukan untuk pemeriksaan denyut jantung, dan pernapasan.
b. Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu
metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana
peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan
secara langsung dengan bidan Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb
dan keluarga An.N di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen
untuk menilai keadaan atau masalah pada pasien.
c. Observasi
Menurut
Notoatmodjo
(2012),
observasi
adalah
suatu
prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan
mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti. Pada kasus dermatitis popok observasi
dilakukan dengan mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda
vital (nadi, respirasi, suhu), keadaan ruam pada bokong.
Observasi pada studi kasus ini telah dilakukan secara teratur dari
38
pasien masuk tanggal 07 Mei 2015 dan melakukan kunjungan
rumah pada tanggal 10 -20 Mei 2015.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil
maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh
dengan cara :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi
yang
berhubungan
dengan
dokumentasi
resmi
maupun
dokumentasi tidak resmi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan studi
kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang
ada di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen berupa nomer
registrasi pasien, riwayat kesehatan, buku periksa pasien, buku
KIA, dan jumlah data balita sakit.
b. Studi kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi
kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang balita dengan
dermatitis popok tahun 2006 - 2014.
39
G. Alat yang Digunakan
Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain:
1. Alat dan bahan untuk wawancara:
a. Format pengkajian pada balita sakit.
b. Alat tulis (buku dan bolpoint).
c. Buku register di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen.
2. Alat dan bahan untuk observasi
a. Timbangan berat badan.
b. Alat pengukur tinggi badan.
c. Pita pengukur lingkar lengan atas.
d. Stetoskop.
e. Termometer.
f. Kassa
g. Kapas DTT
H. Jadwal Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012), dalam bagian ini diuraikan langkahlangkah kegiatan dari mulai penyusunan Karya Tulis Ilmiah sampai
dengan penulisan laporan penelitian Karya Tulis Ilmiah, beserta waktu
berjalan atau berlangsungnya setiap kegiatan tersebut. Jadwal penelitian
terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Tanggal : 07 Mei 2015
Pukul : 10.00 WIB
a. Anamnesa (Data Subyektif)
1) Identitas Anak
a) Nama Anak
: An. N
b) Umur
: 1 Tahun
c) Anak Ke
:2
d) Jenis Kelamin
: Laki-laki
e) Alamat
: Menjing 003 Jabung Plupuh Sragen
2) Identitas Ibu
Identitas Ayah
a) Nama
: Ny. R
Nama
: Tn. S
b) Umur
: 29 Tahun
Umur
: 36 Tahun
c) Agama
: Islam
Agama
: Islam
d) Pendidikan
: SMA
Pendidikan : SMA
e) Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
f) Alamat
: Menjing 003 Jabung Plupuh Sragen
40
: Wiraswasta
41
3) Keluhan Datang
Ibu mengatakan alasan datang ke BPS adalah ingin memeriksakan
anaknya yang rewel dan susah tidur karena ada bintik-bintik merah
pada bokongnya, serta ibu mengatakan belum memberikan obat
apapun.
4) Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa di daerah bokong anaknya ada bintik-bintik
merah.
5) Riwayat Kesehatan
(a) Imunisasi
(1) BCG
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi BCG pada
tanggal 20 Juni 2014.
(2) DPT 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 1 pada
tanggal 21 Juli 2014.
(3) DPT 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 2 pada
tanggal 20 September 2014.
(4) DPT 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi DPT 3 pada
tanggal 20 Oktober 2014.
42
(5) Polio 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 1 pada
tanggal 20 Juni 2014.
(6) Polio 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 2 pada
tanggal 21 Juli 2014.
(7) Polio 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi polio 3 pada
tanggal 20 September 2014.
(8) Polio 4
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Polio 4 pada
tanggal 20 Oktober 2014.
(9) Hepatitis B 1
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 1 pada
tanggal 21 Juli 2014.
(10) Hepatitis B 2
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 2 pada
tanggal 20 September 2014.
(11) Hepatitis B 3
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi HB 3 pada
tanggal 20 Oktober 2014.
43
(12) Campak
Ibu mengatakan anaknya mendapat imunisasi Campak pada
tanggal 10 Januari 2015.
(13) Imunisasi lain
Ibu mengatakan anaknya belum mendapatkan imunisasi
lainnya.
(b) Riwayat penyakit yang lalu
:
Ibu mengatakan anaknya pernah sakit flu dan demam pada usia
7 bulan.
(c) Riwayat Penyakit sekarang
:
Ibu mengatakan anaknya sekarang rewel karena ada bintikbintik merah di daerah bokong sehingga anaknya menjadi susah
tidur.
(d) Riwayat Penyakit keluarga/menurun :
Ibu mengatakan dalam keluarga baik keluarga istri maupun
keluarga suami tidak ada riwayat penyakit menurun (Jantung,
Diabetes Milietus, Asma) dan riwayat penyakit menular
(Hepatitis, TBC, HIV/AIDS).
6) Riwayat Sosial
(a) Yang Mengasuh
Ibu mengatakan yang mengasuh anaknya adalah ibu sendiri dan
suaminya.
44
(b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga
lain baik.
(c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan hubungan dengan teman sebayanya baik dan
anaknya aktif bermain.
(d) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumahnya aman, bersih, dan rapi.
7) Pola Kebiasaan Sehari-hari (Sebelum Sakit dan Selama Sakit)
a. Nutrisi
1) Sebelum sakit
:
Pola nutrisi yang diberikan
a) Pagi jam
: Ibu mengatakan pukul 07.00 WIB.
b) Siang jam
: Ibu mengatakan pukul 14.00 WIB.
c) Malam jam : Ibu mengatakan pukul 18.00 WIB.
2) Selama sakit
:
Pola nutrisi yang diberikan
a) Pagi jam
: Ibu mengatakan pukul 07.00 WIB.
b) Siang jam
: Ibu mengatakan pukul 14.00 WIB.
c) Malam jam : Ibu mengatakan pukul 18.00 WIB.
Baik sebelum atau selama sakit tidak ada perubahan pola nutrisi.
Nutrisi yang diberikan ke anak berupa nasi, sayur, lauk, air
putih, ASI, dan kadang diberikan biskuit.
45
b. Istirahat atau Tidur
1) Sebelum sakit
:
a) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang
selama 1 - 2 jam.
b) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam
selama 9 - 10 jam.
2) Selama sakit
:
a) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang
selama 1 jam.
b) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam
selama 7-8 jam.
Keluhan
: Ibu mengatakan bahwa anaknya menjadi
susah tidur.
c. Mandi
1) Sebelum sakit
:
a) Pagi jam
: Ibu mengatakan pada pukul 06.30 WIB.
b) Sore jam
: Ibu mengatakan pada pukul 16.00WIB.
2) Selama sakit
:
a) Pagi jam
: Ibu mengatakan pada pukul 07.00 WIB.
b) Sore jam
: Ibu mengatakan pada pukul 16.00WIB.
Ibu mengatakan baik sebelum atau selama sakit anaknya
ganti pakaian 2 kali/hari, setelah cebok tidak dikeringkan,
46
tidak memakai celana dalam, setelah BAK anaknya diceboki,
setiap hari anaknya dipakaian pampers.
d. Aktifitas
1) Sebelum sakit
: Ibu mengatakan anaknya aktif bermain.
2) Selama sakit
: Ibu mengatakan anaknya menjadi rewel dan
tidak mau bermain.
e. Eliminasi
1) Sebelum sakit
a) BAK
:
: Ibu mengatakan anaknya BAK 3 - 4
kali
sehari warna kuning pekat.
b) BAB
: Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari
dan konsistensinya lembek.
2) Selama sakit
a) BAK
:
: Ibu mengatakan anaknya BAK 5-6 kali
sehari warna kuning pekat.
b) BAB
: Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari
dan konsistensinya lembek.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
a) Keadaan umum
: Baik
b) Kesadaran
: Composmentis
c) TTV
R
: 40 x/menit
47
d) BB/TB
N
: 100 x/menit
S
: 37,6°C
: 9,6 kg / 75 cm
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
: Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.
b) Muka
: Bersih, tidak ada oedema.
c) Mata
: Simetris, conjungtiva merah muda , sklera putih.
d) Telinga
: Simetris, bersih, tidak ada serumen.
e) Hidung
: Bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan.
f) Mulut
: Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan.
g) Leher
: Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan thiroid.
h) Dada
: Simetris, bunyi nafas teratur, tidak ada retraksi.
i) Perut
: Tidak ada benjolan, tidak kembung, ada bintikbintik merah di bawah perut.
j) Ekstermitas : Simetris kanan kiri, jari-jari lengkap, gerakan
aktif.
k) Genetalia
: Testis sudah turun ke skrotum, penis berlubang.
l) Anus
: Berlubang, pada bokong terdapat peradangan dan
bintik-bintik merah.
48
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan
a) Motorik Kasar
:
:
(1) Belajar berdiri sendiri dengan berpegangan pada kursi.
(2) Dapat berjalan sendiri.
b) Motorik Halus
:
(1) Memasukkan benda kemulut.
(2) Mengulurkan lengan untuk meraih mainan yang diinginkan.
c) Kemampuan Bicara dan Bahasa
:
(1) Memanggil ayah dengan kata "bapak, memanggil ibu
dengan kata "mamak".
(2) Menirukan kata-kata.
d) Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian
:
(1) Senang diajak bermain "ciluk-ba".
4) Pemeriksaan penunjang
: Tidak dilakukan
2. Interpretasi Data
Tanggal : 07 Mei 2015
Pukul : 10.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan Dermatitis Popok.
Data Dasar
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan anaknya bernama An. N umur 1 tahun.
2) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin laki-laki.
49
3) Ibu mengatakan anaknya rewel dan sulit tidur.
4) Ibu mengatakan pada daerah bokong anaknya terdapat bintik-bintik
merah.
Data Obyektif :
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
R
: 40 x/menit
N
: 100 x/menit
S
: 37,6°C
4) BB/TB
: 9,6 kg / 75 cm
5) Pemeriksaan Fisik
a) Perut
: Tidak ada benjolan, tidak kembung, ada bintikbintik merah dibawah perut.
b) Anus
: Berlubang, pada bokong terdapat peradangan dan
bintik-bintik merah.
b. Masalah
Bayi rewel dan menjadi sulit tidur.
c. Kebutuhan
Berikan support mental kepada ibu untuk sabar dalam menghadapi
masalah yang terjadi pada anaknya, sehingga anak tidak bertambah
rewel.
50
3. Diagnosa Potensial
Tidak ada.
4. Antisipasi
Tidak ada.
5. Perencanaan
Tanggal : 07 Mei 2015
Pukul :10.45 WIB
a. Beritahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu.
b. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunakan sabun yang
berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong.
c. Anjurkan ibu untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue
pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal segera
setelah BAB/BAK.
d. Anjurkan ibu untuk memberikan salep momilen pada daerah yang
terdapat bintik kemerahan atau ruam dan biarkan terbuka untuk
beberapa saat, berikan setiap setelah mengganti popok diaper
(pampers).
e. Anjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap kering dengan cara :
1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap
terjaga.
51
2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan
yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau
plastik.
4) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung (contoh
bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan pada
kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya saja,
tidak pada daerah genetalia.
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam
dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat)
atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan.
6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
f. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak
belum sembuh.
g. Beritahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10 Mei
2015.
6. Pelaksanaan
Tanggal : 07 Mei 2015
a. Pukul 10.55 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya
bahwa anaknya menderita dermatitis popok yang disebabkan kulit
52
yang sensitif sehingga tidak tahan dengan popok yang sudah basah.
(SAP terlampir).
b. Pukul
11.30
WIB
Menganjurkan
ibu
untuk
menghindari
penggunakan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah
pantat/bokong.
c. Pukul 11.35 WIB Menganjurkan ibu untuk menggunakan kapas air
hangat atau tissue pembersih khusus bayi untuk membersihkan
daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
d. Pukul 11.40 WIB Menganjurkan ibu untuk memberikan salep
momilen pada daerah yang terdapat bintik kemerahan atau ruam
dan biarkan terbuka untuk beberapa saat, berikan setiap setelah
mengganti popok diapers (pampers).
e. Pukul 11.45 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap
kering dengan cara :
1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap
terjaga.
2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan
yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau
plastik.
4) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung
(contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan
53
pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya
saja, tidak pada daerah genetalia.
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam
dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat)
atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan.
6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
f. Pukul 11.55 WIB Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika
obat habis atau jika anak belum sembuh.
g. Pukul 12.00 WIB Memberitahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu
pada tanggal 10 Mei 2015.
7. Evaluasi
Tanggal : 07 Mei 2015
Pukul : 12.05 WIB
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.
b. Ibu bersedia untuk menghindari menggunakan sabun yang berlebihan
untuk membersihkan daerah pantat/bokong anaknya.
c. Ibu bersedia untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue
pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal segera
setelah BAK/BAB.
d. Ibu bersedia untuk mengoleskan salep momilen pada daerah yang
terdapat bintik merah atau ruam dan biarkan untuk beberapa saat.
e. Ibu bersedia untuk menjaga kulit daerah perianal anaknya agar tetap
kering dan bersih.
54
f. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anaknya
belum sembuh.
g. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah untuk pemeriksaan pada
anaknya.
55
DATA PERKEMBANGAN I
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 10 Mei 2015
Pukul : 15.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah mulai tidak rewel lagi.
2. Ibu mengatakan sudah menjaga kebersihan daerah kelamin dan
bokong anaknya seperti mengganti pampers anaknya setelah
BAK/BAB atau jika pampers sudah terlalu penuh, dan memberikan
salep momilen sebelum dipakaikan pampers kembali.
3. Ibu mengatakan bintik-bintik merah pada bokong anaknya sudah
mulai mengering.
O : Obyektif
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
:R
4. Pemeriksaan Fisik
: 42 x/menit
S
: 36,8 °C
N
: 118 x/menit
:
a. Perut
: Tidak kembung, ruam sudah mulai mengering.
b. Anogenital
: Ruam pada bokong sudah mulai kering.
56
A : Assesment
An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan dermatitis popok
hari ketiga.
P : Planning
Tanggal : 10 Mei 2015
1. Pukul 15.15 WIB Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa
anaknya masih mengalami dermatitis popok / ruam popok namun
sudah lebih baik.
2. Pukul 15.20 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengurangi
penggunaan sabun yang berlebihan.
3. Pukul 15.25 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap membersihkan dan
mengeringkan daerah perianal anaknya setiap setelah BAK/BAB.
4. Pukul 15.30 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan salep
momilen setelah ganti popok diapers (pampers).
5. Pukul 15.35 WIB Tetap menganjurkan ibu untuk menjaga kulit
daerah perianal anaknya agar tetap kering dan bersih.
6. Pukul 15.40 WIB Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan
kunjungan rumah berikutnya yaitu tanggal 14 Mei 2015.
Evaluasi :
Tanggal : 10 Mei 2015
Pukul : 15.45 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.
57
2. Ibu bersedia untuk tetap menghindari penggunaan sabun yang
berlebihan.
3. Ibu bersedia untuk tetap membersihkan dan mengeringkan daerah
perianal anaknya setiap setelah BAK/BAB.
4. Ibu bersedia untuk tetap memberikan salep momilen pada anaknya
setelah ganti popok pampers.
5. Ibu bersedia tetap menjaga kebersihaan daerah perianal anaknya agar
tetap bersih dan kering.
6. Ibu sudah mengetahui dan bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah
berikutnya yaitu pada tanggal 14 Mei 2015.
58
DATA PERKEMBANGAN II
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 14 Mei 2015
Pukul : 15.30 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, dan sudah tidak sulit tidur.
2. Ibu mengatakan bintik-bintik merah pada daerah bokong anaknya sudah
mulai menghilang.
O : Obyektif
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
:R
4. Pemeriksaan Fisik
: 40 x/menit
S
: 36,6 °C
N
: 120 x/menit
:
a. Perut
: Tidak kembung, ruam sudah kering.
b. Anogenital
: Ruam pada bokong sudah mengering dan
berkurang.
A : Assesment
An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan riwayat dermatitis
popok hari ketujuh.
59
P : Planning
Tanggal : 14 Mei 2015
1. Pukul 15.45 WIB Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada
anaknya bahwa bintik-bintik merah pada daerah perianal anaknya
sudah kering.
2. Pukul 15.50 WIB Tetap menganjurkan ibu menjaga kebersihan daerah
perianal anaknya agar tetap kering dan bersih.
3. Pukul 15.55 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan salep
momilennya sampai habis untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
4. Pukul 16.00 WIB Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ke
tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan.
5. Pukul 16.05 WIB Memberitahukan ibu akan dilakukan kunjungan
rumah terakhir pada tanggal 20 Mei 2015.
Evaluasi
Tanggal : 14 Mei 2015
Pukul : 16.10 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan pada anaknya bahwa bintik-bintik
merah pada daerah bokong anaknya sudah kering.
2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan daerah perianal anaknya agar
tetap bersih dan kering.
3. Ibu bersedia untuk tetap memberikan salep momilen hingga habis untuk
mencegah kekambuhan ulang.
60
4. Ibu bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi
kekambuhan.
5. Ibu tahu dan bersedia dilakukan kunjungan terakhir pada tanggal 20 Mei
2015.
61
DATA PERKEMBANGAN III
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 20 Mei 2015
Pukul : 15.30 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah aktif dan tidak rewel lagi.
2. Ibu mengatakan bintik-bintik merah pada daerah bokong anaknya sudah
benar-benar sembuh.
O : Obyektif
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
:R
4. Pemeriksaan Fisik
: 40 x/menit
S
: 36,6 °C
N
: 120 x/menit
:
a. Perut
: Tidak kembung, ruam sudah kering.
b. Anogenital
: Ruam pada bokong sudah benar-benar kering, dan
sudah sembuh.
A : Assesment
An. N umur 1 tahun, jenis kelamin laki-laki dengan riwayat dermatitis
hari ketiga belas.
62
P : Planning
Tanggal : 20 Mei 2015
1. Pukul 15.45 WIB Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada
anaknya bahwa bintik-bintik merah pada daerah perianal anaknya
sudah sembuh.
2. Pukul 15.50 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan
daerah perianal anaknya agar tetap kering dan bersih.
3. Pukul 15.55 WIB Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ke
tenaga kesehatan jika terjadi kekambuhan.
Evaluasi
Tanggal : 20 Mei 2015
Pukul : 16.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui bahwa bintik-bintik merah pada daerah bokong
anaknya sudah kering.
2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga daerah kebersihan daerah perianal
anaknya agar tetap bersih dan kering sehingga tidak terjadi kekambuhan.
3. Ibu bersedia membawa anaknya ke tenaga kesehatan jika terjadi
kekambuhan.
63
B. Pembahasan
Studi kasus ini mempelajari tentang asuhan kebidanan pada anak An. N
umur 1 tahun dengan dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh
Sragen. Studi kasus ini mengkaji ada tidaknya kesenjangan antara teori dan
praktek pada asuhan kebidanan balita sakit dengan dermatitis popok.
Pelaksanaan studi kasus ini menggunakan manajemen kebidanan 7
langkah Varney yang terdiri dari: Pengkajian, Interpretasi Data, Diagnosa
Potensial, Antisipasi Tindakan Segera, Perencaaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan data dasar yang
merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan yang dilaksanakan
dengan
wawancara
dan
observasi.
Pengkajian
dilakukan
untuk
mendapatkan data subyektif dan data obyektif pada kasus An. N umur 1
tahun dengan dermatitis popok.
Menurut Susanto dan Ari (2013), ruam biasanya terbatas di daerah
yang kontak langsung dengan allergen (zat penyebab terjadinya reaksi
alergi), oleh karena itu, pemeriksaan sistematis dilakukan secara
seksama pada bagian yang berhubungan langsung dengan popok.
Dalam hal ini, bagian perut, bokong dan anogenital yang dilakukan
pemeriksaan dengan baik, hasilnya diperoleh adanya bintik-bintik
merah pada ketiga bagian tersebut.
Hasil pengkajian pada tanggal 07 Mei 2015 diperoleh data subyektif
berupa data identitas pasien, ibu dan bapak. Keluhan ibu pasien datang ke
64
BPS adalah ibu mengatakan bahwa anaknya di daerah bokongnya ada
ruam dan bintik-bintik merah sehingga anaknya menjadi rewel dan susah
tidur. Data obyektif hasil pemeriksaan fisik yaitu pada daerah perut dan
anogetital terdapat ruam dan bintik-bintik merah, dengan keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, TTV : R : 40 x/menit, N : 100 x/menit, dan
S : 37,6°C. Sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek.
2. Interprestasi Data
Setelah data dikumpulkan melalui identifikasi, maka dilanjutkan
dengan interpretasi. Interpretasi data yang dilakukan berupa diagnosis,
masalah dan kebutuhan. Menurut Sari (2012) menyebutkan bahwa
diagnosa kebidanan ialah An. X umur X tahun, jenis kelamin … dengan
dermatitis popok. Menurut Nursalam (2013), masalah yang terjadi
pada dermatitis popok adalah anak menjadi susah tidur dan rewel.
Sedangkan kebutuhan pada kasus balita sakit dengan dermatitis popok
adalah memberikan support mental pada ibu untuk sabar dalam
menghadapi masalah yang terjadi pada anaknya.
Pada kasus ini diagnosa kebidanan yaitu An. N umur 1 tahun, jenis
kelamin laki-laki, dengan dermatitis popok. Masalah yang timbul pada
anak yaitu anak rewel dan sulit tidur. Sedangkan kebutuhan pada kasus ini
yaitu memberikan support mental kepada ibu untuk lebih sabar dalam
mengurus anaknya, sehingga anaknya tidak bertambah rewel. Sehingga
65
pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dalam menginterpretasikan data.
3. Diagnosa Potensial
Menurut Djuanda dkk (2007) pada diagnosa potensial yang
dapat muncul pada balita sakit dengan dermatitis popok adalah
potensial terjadi kekambuhan dermatitis yang lebih lanjut. Akan tetapi
dalam kasus An. N tidak mengalami kekambuhan yang lebih lanjut
dikarenakan adanya penanganan yang telah dilakukan dengan baik
oleh tenaga kesehatan juga atas kerjasama dari pihak keluarga untuk
tetap menjaga kebersihan dan kesehatan daerah genitalia pada pasien
An. N. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan
praktek.
4. Antisipasi
Susanto
dan
Ari
(2013)
menyebutkan
bahwa
untuk
mengantisipasi menyebarnya penyakit dermatitis popok, maka pasien
perlu diberikan salep corticosteroid, misalnya salep dengan merk
Hydrocortisone (Kalbe), Inerson (Interbat), Benoson-N (Bernofarm),
dan lain-lain, tetapi pada kasus An.N tidak muncul diagnosa potensial
sehingga tidak dilakukan tindakan antisipasi. Pada kasus ini tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.
66
4. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada kasus ini merujuk pada
langkah-langkah
yang
disampaikan
Nursalam
(2013),
yaitu
memberitahu ibu untuk :
a. Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan
daerah pantat/bokong.
b. Gunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan
daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
c. Berikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan
terbuka untuk beberapa saat.
d. Jaga kulit tetap kering dengan cara sebagai berikut :
1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap
terjadi.
2) Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super
absorbent,
yaitu popok
yang terbuat
dari bahan
yang
mengandung gel penyerap.
3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau
plastik.
4) Gunakan bedak powder yang terbuat dari sebuk jagung (cron
starch) dengan menuangkan pada kasa/tangan/saput lalu
menaburkan pada bagian pantatnya saja, tidak pada daerah
genetalia.
67
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam
dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat)
kemudian dibilas dan dikeringkan.
6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
Pada studi kasus ini perencanaan yang dilakukan adalah :
a.
Beritahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu.
b. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunakan sabun yang
berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong.
c.
Anjurkan ibu untuk menggunakan kapas air hangat atau tissue
pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal
segera setelah BAB/BAK.
d. Anjurkan ibu untuk memberikan salep momilen pada daerah yang
terdapat bintik kemerahan atau ruam dan biarkan terbuka untuk
beberapa saat, berikan setiap setelah mengganti popok diapers
(pampers).
e.
Anjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap kering dengan cara :
1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap
terjaga.
2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan
yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
3) Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau
plastik.
68
4) Gunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung
(contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan
pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya
saja, tidak pada daerah genetalia.
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam
dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat)
atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan.
6) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
f.
Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika anak
belum sembuh.
g.
Beritahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10 Mei
2015.
Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek dalam
perencanaan pada kasus An. N umur 1 tahun dengan dermatitis popok
ini.
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan melakukan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Seiring waktu, dengan mengeringnya ruam
pada pasien, maka anjuran yang diberikan kepada ibu berkurang,
tetapi tetap dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan
daerah genitalia pada pasien agar di lain waktu tidak terjadi
kekambuhan. Menurut Nursalam (2013) pelaksanaan dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan yaitu sebagai berikut :
69
a. Menghindari
penggunaan
sabun
yang
berlebihan
untuk
membersihkan daerah pantat/bokong.
b. Menggunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk
membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
c. Memberikan krim atau salep bila terdapat bintik kemerahan dan
biarkan terbuka untuk beberapa saat.
d. Menjaga kulit tetap kering dengan cara :
1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap
terjaga.
2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan
yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
3) Menghindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet
atau plastik.
4) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung
(contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan
pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya
saja, tidak pada daerah genetalia.
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam
dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat)
atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan.
6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
70
Pada kasus ini pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
yaitu sebagai berikut :
a.
Memberitahu hasil pemeriksaan anaknya pada ibu.
b. Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunakan sabun yang
berlebihan untuk membersihkan daerah pantat/bokong.
c.
Menganjurkan ibu untuk menggunakan kapas air hangat atau
tissue pembersih khusus bayi untuk membersihkan daerah perianal
segera setelah BAB/BAK.
d. Menganjurkan ibu untuk memberikan salep momilen pada daerah
yang terdapat bintik kemerahan atau ruam dan biarkan terbuka
untuk beberapa saat, berikan setiap setelah mengganti popok
diapers (pampers).
e.
Menganjurkan ibu untuk menjaga kulit tetap kering dengan cara :
1) Bila menggunakan popok kain, perhatikan sirkulasi udara tetap
terjaga.
2) Bila menggunakan popok disposible/diapers, gunakan bahan
yang menyerap, yaitu popok yang terbuat dari bahan yang
mengandung gel penyerap.
3) Menghindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet
atau plastik.
4) Menggunakan bedak powder yang terbuat dari serbuk jagung
(contoh bedak merk Marcks’ atau Rita) dengan menuangkan
71
pada kasa/tangan/saput lalu menaburkan pada bagian pantatnya
saja, tidak pada daerah genetalia.
5) Pakaian, celana, atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam
dahulu dalam air yang dicampur acidum boricum (asam borat)
atau bleng kemudian dibilas dan dikeringkan.
6) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
f.
Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika obat habis atau jika
anak belum sembuh.
g.
Memberitahu ibu rencana kunjungan rumah yaitu pada tanggal 10
Mei 2015.
Pada kasus ini dalam pelaksanaan tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek.
6. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan, maka selanjutnya dilakukan
evaluasi. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Menurut Nursalam (2013)
hasil yang diharapkan setelah melakukan asuhan kebidanan pada
balita sakit dengan dermatitis popok yaitu sembuhnya ruam pada
pantat dan pola kebersihan yang semakin baik.
Evaluasi pada kasus An. N dengan dermatitis popok, dilakukan
selama 2 minggu dari 7-20 Mei 2015. Ibu pasien memperhatikan
dengan baik anjuran dari tenaga kesehatan sehingga pada hari ketiga
sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu ruam mulai
72
mengering. Ibu pasien cukup berhati-hati menjaga kebersihan genitalia
pasien, dan juga mengurangi penggunaan popok pada anaknya.
Sehingga, pada minggu kedua, ruam sudah benar-benar kering dan
sembuh. Pada proses evaluasi ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan
pembahasan pada asuhan kebidanan pada An. N umur 1 tahun dengan
dermatitis popok di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen maka penulis
mengambil kesimpulan :
1. Pengkajian pasien dermatitis popok dengan melibatkan ibu dan keluarga
serta diperlukan pengkajian yang teliti pada daerah yang berhubungan
langsung dengan kontak allergen yaitu pada daerah bokong, perut, dan
anogenital.
2. Pada langkah interprestasi data untuk menentukan diagnosa, masalah, dan
kebutuhan diperlukan data yang cukup mendukung yaitu data dasar yang
terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Sehingga diagnosa kebidanan
yang didapatkan adalah An. N umur 1 tahun jenis kelamin laki-laki dengan
dermatitis popok, masalah yang muncul adalah anak menjadi susah tidur
dan rewel, dan kebutuhan pada kasus ini adalah memberikan support
mental pada ibu untuk sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi
pada anaknya.
3. Diagnosa potensial pada kasus balita sakit dengan dermatitis popok yaitu
potensial terjadi kekambuhan dermatitis yang lebih lanjut, tetapi pada
73
74
kasus ini tidak terjadi karena An. N telah mendapatkan perawatan dan
penanganan yang baik dari tenaga kesehatan dan orang tua pasien.
4. Antisipasi tidak dilakukan karena pada kasus An.N karena tidak muncul
diagnosa potensial.
5. Perencanaan dilakukan dengan memberikan anjuran kepada ibu untuk
mengobati ruam anaknya dengan salep dan terutama ditekankan untuk
menjaga kebersihan personal pasien khususnya daerah genitalia.
6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. N dengan dermatitis popok
tindakan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun dan mendapatkan hasil yang maksimal karena adanya
dukungan keluarga.
7. Evaluasi dilakukan selama dua minggu dari 7-20 Mei 2015 sehingga
memastikan bahwa ruam pasien benar-benar sembuh, dan ibu tetap
menjaga kebersihan dan kesehatan daerah genitalia pada pasien.
8. Pada studi kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan
beberapa saran yang bermanfaat :
1.
Bagi ibu dan keluarga
Perlu meningkatkan pemahaman tentang masalah yang dapat timbul
akibat pemakaian diaper rush/popok pada balita dan segera membawa ke
75
petugas kesehatan apabila balita mengalami ruam pada daerah genetalia
akibat pemakaian popok yang berlebihan.
2.
Bagi Bidan
Bidan dapat segera mengidentifikasi tanda-tanda balita sakit dengan
dermatitis popok sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan balita
sakit dengan dermatitis popok.
3.
Bagi Institusi
a.
BPS
Diharapkan dapat menjaga mutu kualitas pelayanan di BPS Ngudi
Waras Jabung Plupuh Sragen terutama pada balita sakit dengan
dermatitis popok.
b.
Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan khususnya
tentang asuhan kebidanan balita sakit dengan dermatitis popok.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R., dan D. Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Arianda, D.E. 2013. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam
Perawatan Perianal terhadap Pencegahan Ruam Popok pada Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi.
Data Pasien Balita BPS Ngudi Waras Tahun 2014.
Depkes RI. 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi.
Djuanda, A. dkk. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta :
Balai penerbit FKUI.
Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis
Data. Surabaya: Salemba.
Kemkes RI. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Marmi, dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Matondang, C.S, Wahidiyat, I, dan Sastroasmoro, S. 2013. Diagnosis Fisis
pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : CV Sagung Seto.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran
EGC.
Rismalinda, P.H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit In Media.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Candikia Press.
Romauli, S. 2011. Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sari, R.N. 2012. Konsep Kebidanan Yogyakarta: Graha Ilmu.
77
Susanto, RC., dan GM. Ari. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Wildan, M. dan Hidayat, A.A.A. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Download