Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 Pencapaian Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru Di Kecamatan Batuatas Provinsi Sulawesi Tenggara LA ODE SUGIANTO Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK Kajian ini diambil berdasarkan Studi Kepustakaan dengan membandingkan fakta di lapangan dengan teori yang ada, karena kadangkala kompetensi tersebut tidak sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Metode penelitian ini menggunakan metode analisisdeskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan fakta yang sangat berbeda dengan teori yang ada mengenai peranan kompetensi kepribadian dan sosial guru seperti masih banyak guru-guru yang tidak memiliki rasa religiusitas yang tinggi, dan memiliki kepribadian yang matang. Dan kurangnya komunikasi antara guru dan guru, masyarakat dengan guru, serta guru belum memiliki pribadi yang jujur, realistis dan terbuka serta peka dalam setiap perkembangan. Dengan demikian, perlu adanya pemberian penguatan kepada seluruh guru untuk bisa tetap mempertahankan nilai-nilai kompetensi kepribadian dan sosial agar dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik bisa lebih bermakna dan berdampak pada perilaku siswa, dan masyarakat lebih trust bahwa guru adalah para pahalwan tanpa tanda jasa atau lebih tepatnya sebagai Education Brand (Tut Wuri Handayani). Kata Kunci: Kompetensi, Keprbadian, Sosial dan Guru Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat terpenting dalam menjawab tantangan yang serba moderrn ini. Semakin maju suatu negara maka itu harus didukung oleh tingkat pendidikan yang sangat tinggi dan baik. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beraneka ragam budaya. Jadi, untuk membentuk suatu kekayaan yang begitu plural maka diterapkan konsep pendidikan Karakter dan KTSP yang disesuaikan dengan kearifan lokal suatu wilayah atau daerah. Pendidikan akan lebih baik apabila didukung oleh kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilandan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai olehguru atau dosen dalam melaksanakan tugaskeprofesionalan (Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Ada 4 kompetensi guru yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Ke empat kompetensi tersebut harus benar-benar dijewantahkan oleh seorang guru dalam melakukan proses pendidikan baik dalam satuan pendidikan maupun di masyarakat. Profesi guru pada saat ini masih banyak diperbincangkan orang, atau masihsaja diperbincangkan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luarpakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, mediamassa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan memuat beritatentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkanprofesi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris takmampu membela diri (Usman, 2011:1) Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikananak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan pendidikan menengah(Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkanmartabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsiuntuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuanuntuk melaksanakan sistem pendidikan nasional danmewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negarayang demokratis dan bertanggung jawab. Kompetensi itu merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan darieksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guruitu tidak gampang dan tidak sembarang dikerjakan. Dalam penelitian ini penulismemfokuskan kepada kompetensi kepribadian, yang mana kompetensi kepribadianitu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individuyang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi pesertadidik, dan berakhlakul karimah. Setiap guru memiliki ciri-ciri kepribadian, ciri-ciri inilah yang membedakankepribadian guru yang satu dengan guru yang lainnya. Setiap perkataan, tindakan,perbuatan dan tingkah laku yang positif akan meningkatkan citra diri dankepribadian seseorang. Kepribadian memang suatu yang abstrak yang hanya dapatdilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara bergaul, cara berpakaian, dan dalammenghadapi setiap persoalan. Seperti yang dikemukakan Daradjat(Sagala,2009:33) bahwa: “Kepribadian disebut sebagai suatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanyadapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatupersoalan, atau melalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur baik fisikmaupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah lakuseseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadianseseorang naik, maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnyaadalah ilmu pengetahuan dan moral yang dimilikinya. Kepribadian akan turutmenentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atausebaliknya,justru menjadi perusak anak didiknya.” Kualitaspendidikansalahsatunya dipengaruhi oleh guru. Guru merupakanfigurmanusiayangmempunyai tugas dan tanggung jawabdalam hal mengajar, mendidik, melatihdanmembimbingdalamupayamenciptakan manusia yang memilikibobot pengetahuan, keterampilan dansikap yang menjadi bekal hidupnyakelak di kemudian hari. Kecamatan Batuatas adalah salah satu kecamatan yang sangat jauh dari wilayah daratan pulau Buton. Dimana letak geografisnya berada pada suhu yang sangat panas. Jumlah penduduk di kecamatan tersebut sekitar 10.000 jiwa. Wilayah ini bisa dikatakan wilayah yang sangat terpencil, terjauh dan terkebelakang. Kebanyakan penghasilan yang didapatkan oleh masyarakatnya adalah merantau di luar kampung halaman dan seorang nelayan. Jumlah guru dalam seluruh satuan pendidikan di Kecamatan Batuatas bisa dikatakan masih sangat kurang baik ditinjau dari kuantitas maupun dari kualitas. Bukan hanya itu, dari beberapa jumlah kuantitas guru yang ada di wilayah Kecamatan Batuatas masih banyak guru yang tidak mencerminkan sebagai guru yang memiliki kepribadian Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 dan sosial yang baik. Ini bisa dilihat dari perilaku yang dilakukan dalam keseharian seperti melakukan perjudian, minuman keras dan masih banyak lagi yang lainnya. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada peran kompetensi kepribadian dan sosial guru pada wilayah Kecamatan Batuatas Kabupaten Buton Selatan, yang mana wilayah ini memiliki guru yang sangat memprihatinkan bagi stakeholders sehingga peneliti tertarik dalam melakukan penelitian ini dengan melihat fenomena gap pada satuan pendidikan di wilayah tersebut. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang daapt dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan kompetensi kepribadian guru di wilayah Kecamatan Batuatas Kab. Buton Selatan? 2. Bagaimana peranan kompetensi sosial guru wilayah Kecamatan Batuatas Kab. Buton Selatan? Tinjauan Pustaka Kompetensi Guru Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.Roestiyahmengartikankompetensikemampuan ataukesanggupangurudalammelaksanakantugasnya,melaksanakanprosesbelajarmengajar .Guru adalah orang yangtugasnya terkait dengan upayamencerdaskan kehidupan bangsadalam semua aspeknya, baik spiritualdan emosional, intelektual, fisikal,maupun aspek lainnya. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalahkompetensi yang berkaitan denganperilaku pribadi guru itu sendiriyang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalamperilaku sehari-hari (Usman, 2011). Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik yang dimiliki oleh guru. Ada beberapa indiator dalam kompetensi tersebut: 1) kewibawaan sebagai pribadi guru, 2) kearifan dalam mengambil keputusan,3) menjadi contoh dalam berprilaku, 4) kemampuan mengendalikan diri, dan 5) adil dalam memperlakukan peserta didik. Menurut Djam’an (2007) kompetensikepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut: a. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. b. Guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat. c. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan proses pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” d. e. 2016 Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya. Guru mampu melakukan perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai innovator dan kreator. Kompetensi Sosial Menurut Hamzah B. Uno (2008) kompetensi sosial artinya guru harusmampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Kompetensi sosial adalah kemampuan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik. Ada 5 indikator mengenai kompetensi sosial guru yaitu: 1) kemampuan menyampaikan pendapat, 2) kemampuan menerima kritik, 3) mengenal dengan baik setiap mahasiswa,4) mudah bergaul di kalangan mahasiswa dan 5) toleransi terhadap keberagaman mahasiswa.Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman. Menurut Djam’an Satori (2007), kompetensi sosial adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik Bersikap simpatik. Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan). Peranan Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru Dengan demikian, secara jelasnya bahwa peranan kompetensikepribadian dan kompetensi sosialguru, yaitu sebagai berikut: a. Guru memberi rasa tanggung jawab untuk menjadikan peserta didik yang mempunyai rasa religiusitas yang tinggi, dan memiliki kepribadian yang matang. b. Guru membantu siswa dalam mengendalikan emosi yang tinggi dalam mengatasi permasalahan. c. Guru memiliki pribadi yang jujur, realistis dan terbuka serta peka dalam setiap perkembangan. d. Guru dapat memahami psikologi peserta didik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. e. Guru dapat membantu mengelola pembelajaran, memahami bahan materi, dan teknologi dalam pembelajaran. f. Guru dapat berkomunikasi dengan baik kepada kepala sekolah, guru, karyawan, siswa maupun dengan masyarakat. Metode Penelitian Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang menggunakan studi atau pendekatan deskriptif kualitatif dan naturalistik yang menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami (Sugiyono, 2011). Berdasarkan sifatnya ini maka peneliti dituntut terlibat secara langsung di lapangan dengan melihat peranan Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial Guru yang ada di wilayah Kecamatan Batuatas. Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 kualitatif. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa/siswi serta masyarakat yangada di wilayah Kecamatan Batuatas. Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah semua data yang berkaitan dengan guru pada satuan wilayah Kecamatan Batuatas meliputi sejarah dan latar belakang, struktur organisasi dan keadaan siswa, guru beserta karyawan. Menurut Lofland sumber data utama pada penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya12. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu: 1. Data Primer yaitu sumber data yang digali dalam penelitian yang terdiri dari sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan jenis data terdiri dari data dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto. Sumber data utama (primer), yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi. 2. Data Sekunder adalah sumber data tambahan di luar kata-kata dan tindakan yakni sumber data tertulis yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku harian, dan sebagainya atau catatan tentang adanya suatu peristiwa atau catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber original. Data sekunder yang peneliti peroleh dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak yang berkaitan dan berbagai literatur lain yang relevan dengan pembahasan penelitian (Moleong,2010). Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Observasi Observasi dapat dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti yang luas, observasi tidak terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik langsung maupuntidak langsung. Adapun jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu peneliti tidak ikut serta mengamati. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang sarana dan prasarana, kondisi umum yang ada di Satuan Pendidikan Kecamatan Batuatas. 2. Wawancara (Interview)\ Menurut Singarimbun, wawancara adalah suatu percakapan yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan bertanyalangsung kepada responden. Sedang jenis wawancara yangdilakukan adalah wawancara tidak teratur, yaitu pedoman wawancara hanya memuat secara garis besar apayang akan ditanyakan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang peranan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru Satuan Pendidikan Kecamatan Batuatas.secara langsung dari responden. serta hasil kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru Satuan Pendidikan Kecamatan Batuatas. Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah, gurudan siswa/siswi. 1. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 3. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang sudah didokumentasikan. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data keadaan siswa, guru, letak geografis atau kebiasaan siswa (Moch.Nazir., 2003). Analisis Data Langkah terakhir dari penelitian ini penggunaan analisis data yang tepat dan relevan dengan pokok permasalahan. Dan analisis data ini dapat digunakan apabila semua data yang diperlukan sudah terkumpul. Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yang bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena yang ada di lapangan yaitu hasil penelitian dengan dipilah-pilah secara sistematis menurut kategorinya dengan memakai bahasa yang mudah dipahami (Sugiyono, 2011). Lebih lanjut Moeloeng (2010) juga menjelaskan bahwa proses analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, kemudian diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasi, mensintesiskanmembuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. c. Berfikir dengan jalan membuat kategori data agar mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum. Hasil Penelitian Peranan Kompetensi Kepribadian Guru Sesuai dengan definisi kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik yang dimiliki oleh guru. Peranan kompetensi guru harus benar-benar mencerminkan dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan sehingga bisa memberian efek kepada peserta didik secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan mengatakan bahwa: “Pada dasarnya masyarakat sangat bangga dengan putra-putra daerah yang melakukan transformasi ilmu kepada siswa, akan tetapi kebanyakan perilaku dan tindakan guru yang ada di Batuatas tidak mencerminkan kepribadian yang positif. Hal ini disebebkan kurangnya kesadaran yang baik bagi guru-guru seperti perilaku main judi dan sabung ayam. Hal ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat karena guru yang ada disana masih benar-benar tidak memperhatikan esensi dari kompetensi kepribadian yang utuh.” Sumber: Alisudarmin (guru), Titi Kurmina (Guru), Jamal Manja (Guru), Wa Ode Supiani (guru), Muliyanto (Masyarakat), dan Dasmani (Masyarakat) 2013. Selain itu, hasil pengamatan penelitian ini mengenai guru dalam memberi rasa tanggung jawab untuk menjadikan peserta didik yang mempunyai rasa religiusitas yang tinggi, dan memiliki kepribadian yang matang masih jauh dari harapan seluruh stakeholders. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari beberapa informan peneliti yaitu: “Nilai religiutas guru di Batuatas masih dikatakan sangat kurang karena masih banyak guru yang tidak melakukan kegiatan-kegiatan religius baik di sekolah maupun di masayarakat sehingga pengembangan mental religiutas peserta didik kurang berkembang dengan baik. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 Sumber: Herman (Guru SDN1 Wacuala), Alimando (Masyarakat), Hasnia (guru), La Ati (Masyarakat Desa Wacuala), dan Wa Santi (Kepala Sekolah) 2013. Dalam pengembangan kepribadian siswa harus juga didukung dengan pengelolaan kepribadian guru yang baik dan benar sehingga dalam proses pembelajaran di kelas lebih beretika dan bisa berdampak pada mentalitas siswa. Hal ini bisa terwujud apabila seorang guru menayadari secara sepenuhnya bahwa di dalam diri mereka ada nilai yang harus dijunjung tinggi dalam menjalankan profesi sebagai guru. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan mengenai guru membantu siswa dalam mengendalikan emosi yang tinggi dalam mengatasi permasalahan, guru memiliki pribadi yang jujur, realistis dan terbuka serta peka dalam setiap perkembangan, guru dapat memahami psikologi peserta didik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan guru dapat membantu mengelola pembelajaran, memahami bahan materi, dan teknologi dalam pembelajaran menagatakan bahwa: “Pada dasarnya guru-guru yang di Batuatas masih sangat belum memahami arti dari tenaga pendidik, ini bisa kita lihat dari tindakan dan perilaku dalam memberikan transformasi ilmu pengetahuan di dalam kelas. Selain itu, masih banyak guru belum menyadari arti penting seorang suri teladan karena masih ada pemahaman tentang bahwa tugas guru itu hanya mengajar di kelas setelah itu diserahkan ke masing-masing orang tua peserta didik. Mindset ini selalu kita dengar di kalangan masyrakat sehingga kemampuan siswa untuk bisa lebih baik kurang dimaksimalkan. Contoh, masih ada perilaku guru yang belum memahami psikologi peserta didik, kurang keterbukaan kepada siswa, kurang peka akan keadaan pertumubuhan psikologi siswa. Sumber: Syarifudin (Sekretaris Komite Sekolah), Aligusmin (Masyarakat), La Ode Yamani (Ketua Komite Sekolah), dan Alimando (Masyarakat) 2013. Dengan demikian, kompetensi kepribadian guru di Kecamatan Batuatas belum memberikan efek yang begitu besar kepada siswa secara baik sehingga perkembangan karakter siswa kurang berkembang. Peranan Kompetensi Sosial Menurut Hamzah B. Uno (2008) kompetensi sosial artinya guru harusmampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas. Kompetensi sosial adalah kemampuan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik. Ada 5 indikator mengenai kompetensi sosial guru yaitu: 1) kemampuan menyampaikan pendapat, 2) kemampuan menerima kritik, 3) mengenal dengan baik setiap siswa,4) mudah bergaul di kalangan siswa dan 5) toleransi terhadap keberagamansiswa. Kompetensi sosial guru sangatlah penting dalam menciptakan kondisi organisasi yang lebih terbuka dan fleksibel. Apalagi dalam satuan pendidikan ada kumpulan guru-guru seperti KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sehingga dalam proses kerja dalam proses peningkatan mutu dalam satuan pendidikan bisa tercapai dengan efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan mengatakan bahwa: “Guru-guru yang ada di wilayah Kecamatan Batuatas masih banyak mengalami degradasi terutama dalam hal membina hubungan yang baik antara sesama profesi baik internal sekolah maupun di luar sekoalah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh guru, bukan hanya itu ada juga guru masih memiliki rasa individualitas dalam menyelesaikan permasalahan di dalam sekolah baik di ruangan kelas maupun di ruang guru. Dan ini bisa menghambat kemajuan bagi sekolah terkhususnya bagi siswa.” Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 Sumber: Syarifudin (Sekretaris Komite Sekolah), Herman (Guru SDN1 Wacuala), La Ati (Masyarakat Desa Wacuala) 2013. Untuk memajukan mutu atau kualitas pendidikan maka sangatlah diperlukan kritikan dari semua pihak baik internal maupun eksternal. Mengenai hal ini, guru di wilayah Satuan Pendidikan wilayah Batuatas masih kurang diterapkann. Ini berdasarkan hasil wawancara dari beberapa infoman mengatakan bahwa: “Pada dasaranya kritikan yang bersifat konstruktif itu sangatlah baik karena kritikan itu bisa memberikan refleksi bagi guru-guru dalam satuan pendidikan. Akan tetapi guru-guru yang ada di wilayah satuan pendidikan batuatas masih sangat kurang menyadari hal ini dengan baik disebabkan mereka masih memiliki mindset yang sangat terisolasi, seperti pemberian saran dari Komite sekolah mengenai kinerja guru dalam proses pembelajaran, dan persiapan pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus ada serta fleksibelitas dalam memahami kondisi psikologi peserta didik itu masih jauh dari harapan masyarakat.” Sumber: La Dama (Ketua Komite Sekolah), Aligusmin (Masyarakat), Alibara (Guru) dan Darmani (Tokoh Masyarakat) 2013. Untuk bisa memahami karakter siswa yang berbeda-beda maka dibutuhkan keterbukaan dalam proses hubungan yang baik antara siswa dan guru. Dengan demikian, maka akan meningkatkan nilai-nilai yang positif bagi siswa dan guru. Pergaulan antara guru dan siswa harus benar-benar terjalin degan bila kita mau merasakan sikap dan psikologi siswa dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan mengatakan bahwa: “Guru-guru yang ada di wilayah Satuan pendidikan Kec. Batuatas masih sangat kurang menerapkan nilai atau konsep relationship dengan baik. Guru-guru masih ada anggapan bahwa tugas guru itu hanya mengajar. Pemahaman inilah yang membuat kurang tumbuhnya semangat dalam diri seorang guru sehingga bisa berdampak negatif pada siswa dan kemajuan pendidikan di Batuatas.” Sumber: La Ode Herman (Guru), La Ode Yamani (Ketua Komite Sekolah), dan Alimanto (Guru SDN Batuatas Timur) 2013. Selai itu juga, guru harus memiliki rasa toleransi tinggi sehingga mampu memahami kebergaman karakter sisiwa di dalam satuan pendidikan. Hal ini masih belum optimal dilakukan oleh guru yang ada di wilayah Kecamatan Batuatas. Berdasarkan hasil waawancara dari beberapa informan mengatakan bahwa: “Guru yang ada di wilayah Satuan Pendidikan Kecamatan Batuatas masih sangat belum memahami keberagaman karakteristik siswa sehingga dalam proses pembelajaran belum tumbuh rasa kepedulian yang tinggi terhadap siswa dan ini menyebabkan kurang berkembangnya mentalitas dan psikologi siswa secara optimal. Bukan hanya itu, terkadang sikap siswa dalam bergaul dengan teman sejawatnya masih sangat memperihatinkan perilaku dan etika sehingga nilai yang diterapkan oleh siswa masih jauh dari harapan amanat Undang-Undang. Sumber: Amirudin (Masyarakat), Dodi Hasri (Guru), La Bodu (guru), La Babanca (Masyarakat) dan LA Usaha (Kepala Sekolah SDN 1 Wacuala) 2013. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru yang ada di wilayah Satuan Pendidikan Kecamatan Batuatas masih jauh dari harapan seluruh stakeholders. Ini bisa dilihat dari beberapa hasil wawancara yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Secara jelas bahwa kedua komptensi guru tersebut baik kompetemsi kepribadian maupun kompetensi sosial guru maish sangat belum memadai atau bahkan jauh dari harapan yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 14 tahun 2005 yang mana kompetensi kepribadian guru harus benar-benar dimiliki oleh setiap guru dan harus Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 mampu menerapkan di dalam dunia pendidikan. Dan ini perlu adanya pemberian penguatan kepada seluruh guru untuk bisa tetap mempertahankan nilai-nilai kompetensi kepribadian dan sosial agar dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik bisa lebih bermakna dan berdampak pada perilaku siswa, dan masyarakat lebih trust bahwa guru adalah para pahalwan tanpa tanda jasa atau lebih tepatnya sebagai Education Brand (Tut Wuri Handayani). Pembahasan Kompetensi kepribadian dan sosial guru sangatlah penting untuk dimiliki dan diterapkan dalam setiap Satuan Pendidikan. Kompetensi kepribadian adalahkompetensi yang berkaitan denganperilaku pribadi guru itu sendiriyang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalamperilaku sehari-hari (Usman, 2011). Dalam hal ini, kompetensi kepribadian guru di Kecamatan Batuatas harus pula ada dan bisa diterapak secara optimal sehingga bisa memberikan nilai positif bagi siswa. Akan tetapi kompetensi kepribadian guru yang ada di Kecamatan Batutas belum dilaksanakan secara baik dan benar, ini bisa dilihat dari beberapa hasil wawancara dari beberapa informan penelitian, yaitu menyebutkan bahwa masih banyak guru yang ada di Batuatas belum memiliki peran yang optimal dalam menjalankan kompetensi kepribadian, seperti masih melakukan perilaku main judi dan sabung ayam, tidak melakukan kegiatan-kegiatan religius baik di sekolah maupun di masayarakat, serta masih ada perilaku guru yang belum memahami psikologi peserta didik, kurang keterbukaan kepada siswa, kurang peka akan keadaan pertumubuhan psikologi siswa. Kompetensis sosial yaitu guru harusmampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas (Hamzah B. Uno, 2008). Akan tetapi, di wilayah Kecamatan Batuatas dalam Satuan Pendidikan belum diterapkan secara optimal, hal ini bisa kita lihat dari hasil wawancara beberapa informan seperti kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh guru, bukan hanya itu ada juga guru masih memiliki rasa individualitas dalam menyelesaikan permasalahan di dalam sekolah baik di ruangan kelas maupun di ruang guru, pemberian saran dari Komite sekolah mengenai kinerja guru dalam proses pembelajaran, dan persiapan pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus ada serta fleksibelitas dalam memahami kondisi psikologi peserta didik itu masih jauh dari harapan masyarakat, sangat kurang menerapkan nilai atau konsep relationship dengan baik. Guru-guru masih ada anggapan bahwa tugas guru itu hanya mengajar. Pemahaman inilah yang membuat kurang tumbuhnya semangat dalam diri seorang guru, serta masih sangat belum memahami keberagaman karakteristik siswa. Kesimpulan Secara umum, kompetensi kepribadian dan sosial guru belum memberikan peranan secara optimal. Ini berdasarkan dari hasil penelitian yang mana masih banyak guru yang belum melaksanakan peranan dengan baik seperti eperti kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh guru, bukan hanya itu ada juga guru masih memiliki rasa individualitas dalam menyelesaikan permasalahan di dalam sekolah baik di ruangan kelas maupun di ruang guru, pemberian saran dari Komite sekolah mengenai kinerja guru dalam proses pembelajaran, dan persiapan pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus ada serta fleksibelitas dalam memahami kondisi psikologi peserta didik itu masih jauh dari harapan masyarakat, sangat kurang menerapkan nilai atau konsep relationship dengan baik. Guru-guru masih ada anggapan bahwa tugas guru itu hanya Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2016 mengajar. Pemahaman inilah yang membuat kurang tumbuhnya semangat dalam diri seorang guru, serta masih sangat belum memahami keberagaman karakteristik siswa. Dengan demikian, perlu adanya penguatan secara intensif dari seluruh stakeholders agar penerapan kompetensi kepribadian dan sosial bisa benar-benar diterapkan secara sepenuhnya sehingga bisa memberikan implikasi positif bagi siswa secara terus menerus. Perilaku yang menyangkut hal-hal yang kurang baik harus benar-benar ditinggalkan seperti main judi, sabung ayam, dan miras. Karena di dalam tubuh seorang guru terdapat tanggung jawab yang besar yaitu Suri tauladan. DAFTAR PUSTAKA Djam’an Satori, dkk, 2007. Profesi Keguruan,. Jakarta: Universitas Terbuka, hlm. 38. Habibah. Pengaruh Profesionalisme GuruPAI Terhadap Prestasi BelajarPeserta Didik PadaMata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPIbnu Aqil Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.(Jurnal Teknologi Pendidikan, Program StudiTeknologi Pendidikan. Volume 2 No. 1 Tahun 2012),hlm. 76. Hadari, Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Cet. 1.Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hlm. 174. Halimah Sadiyah, 2014. Peranan Kompetensi Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Akhlak Siswa Kelas II Di Madrasah Aliyah Mu’Allimin Muhammadiyah Surakarta. Naskah Publikasi. Moch.Nazir, 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat, hlm. 50. Moleong. 2010. Metodologi Kualitatif. Edisi Revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.157. Muslich, Masnur. 2007. KTSPPembelajaranBerbasis Kompetensi dan Konteksrual: PanduanBagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Sagala, S. 2009.Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2011.Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,, hlm. 165. Suparlan,2008. Menjadi Guru yang Efektif.Yogyakarta: Hidayat. hlm.12. Uno, Hamzah B, 2008. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, U., 2011.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.