metode penelitian

advertisement
25
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha mengumpulkan
berbagai informasi pada suatu waktu (cross sectional study) dimana peneliti tidak
melakukan atau memberikan intervensi apapun kepada contoh. Pemilihan
pondok pesantren di Kabupaten Bogor dilakukan secara purposive sampling
sebagai
lokasi
penelitian
karena
kemudahan
jangkauan
dan
dengan
pertimbangan bahwa pondok pesantren telah menyelenggarakan makan bagi
santrinya.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah survei
pendahuluan (penimbangan berat badan dan tinggi badan santri putri). Tahap
kedua adalah pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara mengenai
karakteristik santri putri dan orang tua santri putri, proses penyelenggaraan
makanan di asrama, konsumsi makanan (food record 7x24 jam) dan status
kesehatan, serta pengamatan langsung kondisi lingkungan pemondokan santri
putri. Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Modern Sahid (PP Sahid) pada
bulan April 2011 dan di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami (PP
UQI) pada bulan September-Oktober 2011.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah pondok pesantren modern yang
mengadakan penyelenggaraan makanan untuk santrinya. Pemilihan pondok
pesantren secara purposive sampling dengan beberapa persyaratan tertentu.
Berdasarkan daftar pondok pesantren yang terdaftar di Kementerian Agama
Kabupaten Bogor, diambil dua pondok pesantren modern yang memenuhi
kriteria. Kriteria pondok pesantren yang dijadikan sebagai tempat penelitian
antara lain: 1) terdaftar di Kabupaten Bogor, 2) mengadakan penyelenggaraan
makanan untuk santri, 3) tiap santri mendapatkan porsi makanan sendiri, 4)
belum pernah dijadikan sebagai tempat penelitian sejenis, dan 5) bersedia
dijadikan sebagai tempat penelitian.
Contoh dalam penelitian ini adalah santri putri di pondok pesantren yang
terpilih. Santri putri yang akan dijadikan contoh yaitu santri putri yang tidak
sedang menghadapi ujian akhir nasional dan santri putri yang sudah tinggal di
asrama minimal sekitar satu tahun (bukan santri baru). Pemilihan santri putri
dilakukan secara simple random sampling dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Notoatmodjo 2005) :
26
n = ____N____
1+ N (d2)
Keterangan :
n
= Jumlah contoh
N
= Jumlah populasi
d
= Tingkat kesalahan yang yang dapat ditolerir (10%)
Berdasarkan perhitungan, jumlah calon contoh dari PP Sahid sebanyak
78 orang dan dari PP UQI sebanyak 94 orang. Tidak semua calon contoh
mengumpulkan data food record secara lengkap (7x24 jam), sehingga jumlah
contoh pada penelitian ini sebanyak 155 orang terdiri dari 68 contoh PP Sahid
dan 87 contoh PP UQI.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer meliputi: 1) karakteristik contoh yang mencakup umur, berat badan,
tinggi badan dan uang saku, 2) karakteristik orang tua contoh yang meliputi
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang tua, 3) proses penyelenggaraan
makanan yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan, 4) konsumsi makanan
(food record 7x24 jam), 5) status kesehatan, dan 6) kondisi lingkungan
pemondokan.
Cara pengumpulan data untuk data karakteristik contoh yaitu dengan
pengisian kuesioner, wawancara dan pengukuran langsung. Data karakteristik
orang tua contoh dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner dan wawancara.
Cara pengumpulan data untuk data proses penyelenggaraan makanan yaitu
dengan pengisian kuesioner, wawancara, pengukuran langsung dan pengamatan
langsung. Data konsumsi makanan (food record 7x24 jam) dikumpulkan dengan
cara pengisian kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung. Cara
pengumpulan data status kesehatan yaitu dengan pengisian kuesioner dan
wawancara. Data kondisi lingkungan pemondokan dikumpulkan dengan cara
pengisian kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung. Secara rinci dapat
dilihat jenis, cara dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data primer pada
Tabel 3.
Data sekunder yaitu data karakteristik pesantren meliputi data gambaran
umum pesantren, fasilitas secara umum, serta jumlah santri, guru dan karyawan.
Data gambaran umum pesantren serta jumlah santri, guru dan karyawan
diperoleh dengan melakukan wawacara dengan pihak pesantren, sedangkan
27
data fasilitas secara umum diperoleh dengan cara melakukan pengamatan
langsung.
Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data primer
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis data
Karakteristik contoh
1. Umur
2. Berat badan
3. Tinggi badan
4. Uang saku
Karakteristik orang tua contoh
1. Pendidikan orang tua
2. Pekerjaan orang tua
3. Pendapatan orang tua
Proses penyelenggaraan
makanan
1. Perencanaan menu
2. Pelaksanaan (pembelian,
penerimaan, penyimpanan
dan pengolahan bahan
pangan, pendistribusian
dan penyajian makanan)
Konsumsi makanan (food
record 7x24 jam)
Status kesehatan
1. Gejala/jenis penyakit, lama
sakit dan frekuensi sakit
2. Tindakan pengobatan yang
dilakukan
Kondisi lingkungan
pemondokan
1. Kondisi fisik kamar tidur
2. Sumber air minum
3. Pembuangan sampah,
kotoran manusia dan air
limbah
Cara pengumpulan data
- Pengisian kuesioner
- Wawancara
- Pengukuran langsung
Alat
Kuesioner,
timbangan
injak digital,
microtoise
- Pengisian kuesioner
- Wawancara
Kuesioner
-
Pengisian kuesioner
Wawancara
Pengukuran langsung
Pengamatan
langsung
Kuesioner,
timbangan
makanan
digital
- Pengisian kuesioner
- Wawancara
- Pengukuran langsung
Kuesioner,
timbangan
makanan
digital
Kuesioner
- Pengisian kuesioner
- Wawancara
- Pengisian kuesioner
- Wawancara
- Pengamatan
langsung
Kuesioner
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengeditan
(editing), pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang
(cleaning) dan analisis data. Tahapan pengeditan dilakukan dengan cara
pengecekan kelengkapan data. Tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan
cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data.
Tahapan pemasukan data (entry) dilakukan dengan cara memasukan data ke
tabel entri. Tahapan pengecekan ulang (cleaning) dilakukan untuk memastikan
28
tidak ada kesalahan dalam memasukan data. Pengolahan data menggunakan
program komputer Microsoft Excell 2007, Software Nutrisurvey 2007 dan
Software Anthroplus WHO 2007, kemudian dianalisis menggunakan Statistical
Program for Social Sciences (SPSS) versi 16,0.
Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, uji beda Mann-Whitney U,
dan uji korelasi Spearman. Pengelompokan atau pengkategorian terhadap
beberapa variabel tertentu dilakukan dalam rangka memperdalam analisis.
Menurut Dahlan (2008) bahwa uji komparatif tidak berpasangan dengan skala
pengukuran kategorik menggunakan uji beda Mann-Whitney U dan uji korelatif
dengan skala pengukuran kategorik menggunakan uji korelasi Spearman.
Analisis deskriptif digunakan untuk proses penyelenggaraan makanan dan
kondisi lingkungan pemondokan. Uji beda Mann-Whitney U digunakan untuk
mengetahui perbedaan karakteristik contoh (umur dan uang saku), karakteristik
orang tua contoh (tingkat pendidikan dan pendapatan), tingkat kecukupan
konsumsi, status gizi, status kesehatan, lama sakit, frekuensi sakit dan skor
morbiditas. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan tingkat
kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi. Daftar jenis
variabel, batasan jenis kategori variabel, dan sumber yang menjadi acuan
pengkategorian variabel dapat dilihat pada Lampiran 1.
Umur. Data umur contoh dikelompokan berdasarkan Depkes (2005)
menjadi tiga kategori, yaitu remaja awal (10-13 tahun), remaja tengah (14-16
tahun) dan remaja akhir (17-19 tahun). Uang saku. Data uang saku contoh
diolah dengan mengelompokannya menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan
tinggi. Kategori tersebut diperoleh dengan cara mengelompokan uang saku
contoh dengan mencari simpangan kuartilnya. Berdasarkan perhitungan dengan
mencari simpangan kuartilnya, diperoleh tiga kategori untuk uang saku contoh
yaitu
kategori
rendah
(<Rp
200.000/bulan),
sedang
(Rp
200.000-Rp
499.000/bulan), dan tinggi (≥Rp 500.000/bulan).
Pendidikan orang tua. Data tingkat pendidikan orang tua contoh diolah
dengan mengelompokannya menjadi enam kategori, yaitu tidak tamat SD, tamat
SD/sederajat,
tamat
SLTP/sederajat,
tamat
SLTA/sederajat,
tamat
Diploma/Akademi dan tamat Sarjana/Pascasarjana. Pekerjaan orang tua. Data
pekerjaan orang tua contoh diolah dengan mengelompokannya menjadi sebelas
kelompok, yaitu tidak bekerja, PNS, pegawai swasta, bekerja di BUMN,
TNI/POLRI, wiraswasta, ibu rumah tangga, petani, pedagang, buruh dan lainnya.
29
Pendapatan orang tua. Data pendapatan orang tua contoh diolah dengan
mengelompokannya menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori
tersebut diperoleh dengan cara mengelompokan pendapatan orang tua contoh
dengan mencari simpangan kuartilnya. Berdasarkan perhitungan dengan
mencari simpangan kuartilnya, diperoleh tiga kategori untuk pendapatan orang
tua contoh yaitu kategori rendah (<Rp 2.000.000/bulan), sedang (Rp 2.000.000Rp 5.999.000/bulan) dan tinggi (≥Rp 6.000.000/bulan).
Proses penyelenggaraan makanan. Data proses penyelenggaraan
makanan meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan. Proses perencanaan
mencakup perencanaan menu. Proses pelaksanaan meliputi pembelian,
penerimaan, penyimpanan dan pengolahan bahan pangan, serta pendistribusian
dan penyajian makanan. Untuk menunjang data proses penyelenggaraan
makanan, maka diteliti input penyelenggaraan makanan yang meliputi tenaga
kerja, fasilitas fisik dan peralatan, serta dana/biaya penyelenggaraan.
Konsumsi makanan. Data konsumsi makanan diketahui melalui metode
food record 7x24 jam. Data konsumsi makanan yang diperoleh dikonversikan
untuk menentukan energi dan zat gizi contoh yang terdiri atas protein, vitamin A,
B1 dan C, serta kalsium, fosfor dan zat besi dengan menggunakan Daftar
Konsumsi Bahan pangan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah &
Briawan 1994) :
KGij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100)
Keterangan :
KGij
= Kandungan zat gizi –i dalam bahan pangan –j
Bj
= Berat makan –j yang dikonsumsi (g)
Gij
= Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan pangan ke-j
BDDj = Bagian bahan pangan -j yang dapat dimakan
Tingkat kecukupan konsumsi. Untuk menghitung tingkat kecukupan
konsumsi energi dan protein yang dikoreksi dengan berat badan aktual sehat
(dari setiap kelompok umur) digunakan rumus sebagai berikut :
AKGI = (Ba/Bs) x AKG
Keterangan :
AKGI = Angka kecukupan gizi contoh
Ba
= Berat badan aktual sehat (kg)
30
Bs
= Berat badan patokan (kg)
AKG
= Angka kecukupan gizi yang dianjurkan WNPG (2004)
Perhitungan tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein menggunakan
rumus di bawah ini :
TKG = (K/AKGI) x 100%
Keterangan :
TKG
= Tingkat kecukupan konsumsi gizi
K
= Konsumsi gizi (food record 7x24 jam)
AKGI = Angka kecukupan gizi contoh
Vitamin dan mineral dihitung langsung dengan angka kecukupan gizi (AKG)
berdasarkan WNPG (2004), tanpa menggunakan angka kecukupan gizi contoh
(AKGI). Perhitungan untuk tingkat kecukupan konsumsi vitamin dan mineral
menggunakan rumus seperti pada tingkat kecukupan konsumsi energi dan
protein.
Tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein dikelompokan menjadi
lima kategori, yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (7079% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG), dan
lebih (≥120% AKG) (Depkes 1996). Tingkat kecukupan konsumsi vitamin dan
mineral dikelompokan menjadi dua, yaitu defisit (<77% AKG) dan cukup (≥77%
AKG) (Gibson 2005).
Status gizi. Data status gizi diperoleh dengan melakukan penimbangan
berat badan (kg) menggunakan timbangan injak digital merek Camry dengan
kapasitas 150 kg dan tingkat ketelitian 0,1 kg. Pengukuran tinggi badan (cm)
dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan kapasitas 200 cm dan
tingkat ketelitian 0,1 cm. Data status gizi contoh ditentukan berdasarkan data
yang sudah diperoleh yaitu umur, berat badan dan tinggi badan contoh, dengan
parameter indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U), indeks tinggi badan
menurut umur (TB/U), dan indeks berat badan menurut umur (BB/U).
Pengkategorian indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dalam WHO
(2007) yaitu sangat kurus (<-3 SD), kurus (-3≤ SD <-2), normal (-2≤ SD ≤+1),
overweight (+1< SD ≤+2) dan obesitas (>+2 SD). Pengkategorian indeks tinggi
badan menurut umur (TB/U) dalam WHO (2007) yaitu sangat pendek (<-3 SD),
pendek (-3≤ SD <-2) dan normal (≥-2 SD). Pengkategorian indeks berat badan
31
menurut umur (BB/U) dalam CDC (2000) yaitu gizi kurang (<-2 SD), gizi baik (-2≤
SD ≤+2) dan gizi lebih (>+2 SD).
Status kesehatan. Status kesehatan dilihat berdasarkan ada tidaknya
contoh yang sakit dalam satu bulan terakhir meliputi gejala/jenis penyakit, lama
sakit, dan frekuensi sakit. Gejala/jenis panyakit yang diteliti mencakup
gejala/jenis penyakit infeksi dan non infeksi. Lama sakit dikategorikan
berdasarkan BPS (2000) yaitu 1-3 hari, 4-7 hari, 8-14 hari dan >14 hari.
Frekuensi sakit dikelompokan menjadi 1 kali/bulan, 2 kali/bulan dan ≥3
kali/bulan. Untuk keperluan analisis, data skor morbiditas dihitung dengan cara
mengalikan lama sakit dan frekuensi sakit untuk setiap gejala/jenis penyakit. Skor
morbiditas dikategorikan menurut interval kelas Sugiyono (2009) menjadi rendah
(0-19), sedang (20-39) dan tinggi (40-60). Data tindakan pengobatan sebagai
data penunjang diolah dengan mengelompokannya menjadi delapan kelompok,
yaitu melakukan tindakan pengobatan ke rumah sakit, puskesmas, klinik, tempat
praktek dokter, apotek, obat warung, obat tradisional dan tidak berobat.
Kondisi lingkungan pemondokan. Data kondisi lingkungan yang
diamati meliputi data kondisi fisik kamar tidur, sumber air minum, pembuangan
sampah, pembuangan kotoran manusia dan pembuangan air limbah. Penilaian
untuk kondisi fisik kamar tidur mengacu kepada kriteria ‘rumah sehat’ menurut
Riskesdas
(2010)
yang
diperkuat
oleh
Kepmenkes
RI
No.
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan meliputi
jenis atap, dinding, lantai, ketersediaan jendela, ventilasi, pencahayaan alami
dan kepadatan penghuni. Penilaian untuk sumber air minum mengacu kepada
MDGs 2010 diacu dalam Riskesdas (2010), yaitu akses terhadap sumber air
minum terlindung. Penilaian untuk pembuangan sampah mengacu kepada
Riskesdas (2010), yaitu cara pembuangan sampah yang baik. Penilaian untuk
pembuangan kotoran manusia mengacu kepada MDGs 2010 diacu dalam
Riskesdas (2010), yaitu akses terhadap sanitasi layak terkait pembuangan tinja.
Penilaian untuk pembuangan air limbah mengacu kepada Riskesdas (2010),
yaitu ketersediaan saluran pembuangan air limbah (SPAL).
32
Definisi Operasional
Angka kecukupan gizi adalah jumlah zat gizi yang harus dipenuhi oleh santri
putri per hari berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan
dan kondisi fisiologis.
Contoh adalah santri putri di pondok pesantren yang terpilih.
Frekuensi sakit adalah seberapa sering santri putri mengalami sakit dengan
gejala/jenis penyakit yang sejenis dalam satu bulan terakhir dan
dikelompokan menjadi 1 kali, 2 kali dan ≥3 kali mengalami sakit.
Gejala/jenis penyakit adalah jenis serangan yang bersifat infeksi maupun non
infeksi dari luar maupun dari dalam tubuh santri putri yang menyebabkan
terganggunya fungsi normal tubuh. Gejala/jenis penyakit dinyatakan
dengan pernyataan contoh.
Kondisi fisik kamar tidur adalah bagian-bagian fisik kamar tidur santri putri
yang meliputi jenis atap, dinding, lantai, ketersediaan jendela, ventilasi,
pencahayaan alami dan kepadatan penghuni.
Kondisi lingkungan pemondokan adalah keadaan lingkungan pemondokan
(asrama) santri putri dan sekitarnya yang meliputi kondisi fisik kamar tidur,
sumber air minum, pembuangan sampah, kotoran manusia dan air
limbah.
Konsumsi makanan adalah jumlah masing-masing zat gizi dari makanan yang
sebaiknya dipenuhi santri putri agar hampir semua santri putri hidup sehat
berupa energi dan zat gizi (protein, vitamin A, B1 dan C, serta kalsium,
fosfor dan zat besi).
Lama sakit adalah waktu yang dilalui santri putri dalam keadaan sakit (dalam
hari) akibat serangan penyakit atau infeksi dan dikelompokan menjadi 1-3
hari, 4-7 hari, 8-14 hari dan >14 hari.
Makanan asrama adalah makanan yang diperoleh oleh santri putri dari
penyelenggaraan makanan di asrama.
Makanan luar asrama adalah makanan yang diperoleh oleh santri putri dari luar
penyelenggaraan makanan di asrama, seperti makanan jajanan di kantin,
warung atau pedagang kaki lima yang berada di luar asrama.
Menu makanan adalah susunan hidangan makanan yang dikonsumsi santri putri
pada waktu pagi, siang dan malam.
33
Proses
penyelenggaraan
makanan
adalah
suatu
proses
dalam
penyelenggaraan makanan yang dimulai dari perencanaan menu sampai
penyajian makanan.
Skor morbiditas adalah keadaan atau kondisi tubuh santri putri yang dihitung
dengan cara mengalikan lama sakit dengan frekuensi sakit untuk setiap
gejala/jenis penyakit kemudian dikategorikan menjadi rendah (0-19),
sedang (20-39) dan tinggi (40-60).
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh santri putri yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan utilisasi (utilization) zat gizi
makanan yang ditentukan melalui parameter indeks massa tubuh menurut
umur (IMT/U), indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks berat
badan menurut umur (BB/U).
Status kesehatan adalah keadaan atau kondisi tubuh santri putri yang dilihat
berdasarkan ada tidaknya santri putri yang sakit dalam satu bulan terakhir
meliputi gejala/jenis penyakit, lama sakit dan frekuensi sakit. Status
kesehatan berbanding terbalik dengan skor morbiditas, semakin tinggi
skor morbiditas maka status kesehatan semakin rendah begitupun
sebaliknya.
Tindakan pengobatan adalah tindakan yang dilakukan oleh santri putri ketika
sakit. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain berobat ke pelayanan
kesehatan formal, beli obat di warung atau pengobatan tradisional.
Tingkat kecukupan konsumsi adalah perbandingan konsumsi rata-rata zat gizi
makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan gizi santri putri
yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WNPG (2004) dan
dinyatakan dalam persen.
Download