PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM)

advertisement
PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM)
TERHADAP KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM MENCEGAH
TERJADINYA POSTPARTUM BLUES
Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi SyaratMemperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
MuhammadiyahYogyakarta
Disusun oleh :
Meilani Indriyanti
20100320050
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
1
NASKAH PUBLIKASI
2
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini.
Semua proses penyusunan KTI ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan
dari semua pihak.untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah dan ridha-Nya
2. Kedua orang tua dan kakakku dan adik penulis tercinta beserta keluarga
yang senantiasa memberikan doa dan dukungan padaku.
3. dr. Ardi Pramono, Sp.An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
4. Ibunda Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.Mat., HNC, selaku
pembimbing yang telah memberikan waktu, nasehat dan arahannya kepada
penulis
5. Dosen penguji Ibunda dr.Supriyatiningsih,.Sp.OG, M.Kes yang telah
meluangkan waktu untuk menguji penulis dan memberikan kritik
sarannya.
6. Tenaga kesehatan di Puskesmas Wonosari I Gunung kidul yang telah
membantu memberikan data-data dalam penyelesaian proposal ini.
3
7. Responden penelitian ini yaitu Angota Keluarga dan Ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Wonosari 1.
8. Semua keluarga PSIK 2010, sahabat-sahabat penulis Eni Wulandari,
Nurmalita Sari, Pradani Laniawati, Arum Puspitasari, Evi Yunitasari dan
temen-temeku satu bimbingan Ayu Paneo, Gisa Grapella, Eni wulandari,
Mbak Era, Fitri, Maya terimakasih atas motivasi dan surportnya sehingga
Karya Tulis Ini dapat berjalan dengan baik.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Juli 2014
Penulis
4
EFFECT OF BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) TO PREVENT THE
FAMILY INDEPENDENCE POSTPARTUM BLUES IN HEATH CENTERE
WONOSARI REGENCY GUNUNG KIDUL
Meilani Indriyanti 1, Sri Sumaryani 2, dr Supriyatiningsih 3
ABSTRACK
Background:
The incidence of postpartum blues in Asia is quite high between 26-85%, while in
Indonesia between 50-70% (Iskandar,2007). The cause of the lack of support high
postpartum blues husband and family of the mother during pregnancy and
childbirth. Incidence of postpartum blues if not handled properly, there will be
postpartum depression that develops into psychosis after copy.
Purpose:
Know how much influence the Bina Keluarga Mandiri (BKM) to the independence
of the family in preventing postrpartuym blues.
Research Methodology :
Experimental desighn and desighn Quasy “Post-test with control group”
andusing a purposive approach. How sampling use purposive sampling, data
analysis using test Manwhitney U-Test
Research results :
The level of the independence of the family in the prevention of postpartum blues
as much as intervention group (53.3%) families in the family category III and
group self- control level by 7 (46.7%) families in the family category II level
independent evidenced by the Mann Whitney test significance value of 0,005
(p<5%).
1
Nursing Student, School of Nursing Faculty of Medicine, Muhammadiyah
University of Yogyakarta
2
Lecturer at Nursing, School of Nursing Faculty of Medicine, Muhammadiyah
University of Yogyakarta
3
Lecturer, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta
5
PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) TERHADAP
KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM MENCEGAH TERJADINYA
POSTPARTUM BLUES DI PUSKESMAS WONOSARI I
KABUPATEN GUNUNG KIDUL
Meilani Indriyanti 4, Sri Sumaryani 5, dr Supriyatiningsih 6
INTISARI
Latar Belakang : Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi antara
26-85%, sedangkan di Indonesia antara 50-70% (Iskandar, 2007). Penyebab
tingginya postpartum blues kurangnya dukungan suami dan keluarga terhadap ibu
selama kehamilan dan proses persalinan. Kejadian postpartum blues apabila tidak
dapat ditangani dengan baik maka akan terjadi depresi postpartum yang
berkembang menjadi psikosis pasca salin.
Tujuan Penelitian : mengetahui seberapa besar pengaruh Metode Bina Keluarga
Mandiri (BKM) terhadap kemandirian keluarga dalam mencegah terjadina
postpartum blues.
Metode Penelitian : Experimental, dengan desain Quasy Eksperimental dan
rancangan “post test with control group” dan menggunakan pendekatan
prospektif. Cara pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, analisis
data menggunakan uji Manwhitney U-Test.
Hasil Penelitian : Tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan postpartum
blues kelompok intervensi sebanyak 8 (53,3%) keluarga pada kategori keluarga
mandiri tingkat III dan kelompok kontrol sebanyak 7 (46,7%) keluarga pada
kategori keluarga mandiri tingkat II. Dibuktikan dengan uji Mann Whitney nilai
signifikasi 0,005 (p<5%).
Kesimpulan : Ada perbedaan tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan
terjadinya postpartum blues pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Kata Kunci : Bina Keluarga Mandiri, Kemandirian, Postpartum Blues.
4 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5
Dosen Pengajar PSIK FKIK UMY
6
Dosen Pengajar FKIK UMY
6
Pendahuluan
Angka Kematian Ibu dan bayi merupakan salah satu indikator untuk
mengukur kualitas program kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat di suatu
negara. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang
tinggi dengan jumlah sekitar 395/100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian
maternal terjadi pada trimester ketiga kehamilan, persalinan dan minggu pertama
setelah melahirkan (Adriansz, 2007). Angka Kematian Ibu di Provinsi D.I.
Yogyakarta menjadi sebanyak 40 kasus per tahun 2012 (Dinas Kesehatan
D.I.Yogyakarta, 2013). Menurut World health Organization(2007) penyebab
Kematian Ibu yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%,
preeklamsi/eklamsi 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah
trauma obstetri 5% dan lain-lain.
Menurut Leifer (2005),postpartum atau masa nifas adalah keadaan yang
dimulai setelah dua jam setelah persalinan sampai enam minggu setelah bayi lahir.
Pospartum dibagi menjadi tiga periode yaitu immediete postpartum (24 jam pertama)
early pospartum (minggu pertama) dan late postpartum ( dua-enam minggu). Secara
psikologis, periode postpartum adalah periode untuk penyesuaian diri dan adaptasi
dari semua anggota keluarga untuk menjalani suatu peran yang baru terutama untuk
ibu. Wanita memiliki banyak respon sebagai penyesuaian terhadap anggota keluarga
7
yang baru, ketidaknyamanan setelah persalinan, perubahan yang terjadi pada
tubuhnya, dan kenyataan bahwa wanita tersebut tidak lagi hamil (Pillitteri, 1999).
Postpartum blues merupakan suatu syndrome gangguan ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga
sampai hari kelima dan terjadi dalam rentang waktu sampai 14 hari terhitung setelah
masa persalinan (Alfian,2012).Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi
dan sangat bervariasi antara 26-85%, sedangkan angka kejadian postpartum blues di
Indonesia antara 50-70% (Iskandar,2007).Penyebabnya tingginya angka postpartum
blues disebabkan oleh kurangnya dukungan suami dan keluarga terhadap ibu selama
kehamilan dan saat proses persalinan (Robert, 2003).
Selama masa nifas, 10% wanita mengalami postpartum blues, apabila tidak
dapat ditangani dengan baik maka akan terjadi depresi postpartum yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi psikosis pasca salin. Hal ini dapat berdampak pada ibu
dan bayi. Dampak pada ibu adalah ibu mengalami kesulitan untuk penyesuaian diri
karena mengalami ketidakseimbangaan dalam diri ibu, sementara dampak pada bayi
adalah cenderung mudah rewel, dan mudah sakit karena sang ibu enggan untuk
menyusui dan merawat bayinya dengan baik. Ibu postpartum blues juga tidak
bersemangat untuk menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan
bayinya tidak seperti bayi-bayi yang ibunya dalam kondisi sehat (Elvira,2006).
Faktor-faktor yang berperan dalam postpartum blues adalah faktor hormonal,
demografi, pengalaman kehamilan dan proses persalinan, usia dan latar belakang
psikososial. Faktor hormonal merupakan suatu enzime otak yang bekerja
8
menginaktifasi nonadrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan
kejadian depresi (Ambarwati,2008). Faktor demografi yang mempengaruhi
postpartum blues meliputi umur dan paritas dan faktor fisik yang disebabkan oleh
kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi menyusui dan mengganti popok sang
bayi (Nirwana,2011).
Bina Keluarga Mandiri merupakan suatu metode baru dengan keluarga
sehingga pusat keperawatan dalam menangani kasus selama kehamilan khususnya
postpartum blues. Bina keluarga Mandiri ini bertujuan untuk memandirikan klien,
khususnya keluarga dalam menangani masalah postpartum blues. Keuntungan
keluarga yang melakukan Bina keluarga Mandiri adalah dapat mengetahui adanya
masalah yang terjadi pada keluarga, sehingga diharapkan masalahnya dapat diatasi
dengan sedini mngkin.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Metode Bina
Keluarga Mandiri (BKM) terhadap kemandirian keluarga dalam mencegah terjadinya
postpartum blues.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Experimental, dengan desain
Quasy Eksperimental dan rancangan “post test with control group” dan
menggunakan pendekatan prospektif. Peneliti mengukur pengaruh bina keluarga
mandiri dalam mencegah terjadinya postpartum blues dengan memberikan
pembinaan terhadap keluarga sebagai kelompok eksperiment. Peneliti mengukur
9
pengaruh bina keluarga mandiri dalam mencegah terjadinya postpartum blues dengan
tidak memberikan pembinaan dengan kelompok kontrol.
Penelitian ini dilakukan di area kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten
Gunung Kidul, karena di Kabupaten Gunung Kidul memiliki Angka Kematian Ibu
(AKI) tertinggiuntuk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disamping itu pemilihan
kecamatan wonosari untuk meningkatkan potensial kesehatan ibu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota keluarga terdekat
dengan ibu hamil trimester 3.Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Purposive Samplin adalah cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikehendaki oleh peneliti yaitu berjumlah
34 orang. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu anggota keluarga terdekat yang
memiliki ibu hamil pada Hari Perkiraan Lahir (HPL) pada bulan februari – maret
dengan usia lebih dari 20 tahun dengan pendidikan minimal SD, dan mampu
berkomunikasi dengan baik. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah anggota keluarga
terdekat yang tidak mengikuti jalannya penelitian dan anggota keluarga terdekat
dengan ibu hamil yang meningal dunia.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa lembar
observasi terstruktur dan media boklet tentang pencegahan postpartum blues sebagai
media untuk menyampaikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan ibu hamil.
10
Penelitian ini menggunakan uji validitas isi yakni uji yang dilakukan dengan
membandingkan isi instrument sesuai dengan materi yang sudah ada. Salah satu uji
validitas isi yang dilakukan menggunakan uji ahli (Expert-test) lembar observasi
dengan
Uji Expert yang dilakukan oleh para ahli bidang maternitas di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Analisa data yang digunakan berupa analisis univariat yang dilakukan untuk
mengetahui distribusi frekuensi dari tiap variabel independent dan variabel dependen
seperti jumlah usia, jumlah pendidikan, jumlah pekerjaan, dan jumlah penghasilan
dari sampel (Notoatmodjo, 2005). Peneliti jjuga menggunakan uji Manwitney U-Test
untuk mengetahui perbedaan Bina Keluarga Mandiri pada kelompok intervensi dan
kelompok
kontrol
menggunakan
adalah
kelompok intervensi
dan kontrol
.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan usia bapak, usia ibu,
pendidikan dan pekerjaan, penghasilan, umur kehamilan dan jumlah kunjungan.
Distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut:
11
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di area Kerja Puskesmas
Wonosari 1 Kabupaten Gunung Kidul
Karakteristik
Usia Bapak
< 30 tahun
30-35 tahun
> 35 tahun
Usia Ibu
< 30 tahun
30-35 tahun
> 35 tahun
Pendidikan
SD
SMP
SMA/SMK
S1
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Petani
Buruh
Swasta
Wiraswasta
Penghasilan
< Rp. 500.000
Rp. 500.000–Rp. 1.000.000
> Rp. 1.000.000
Umur Kehamilan
< 30 minggu
30-35 minggu
> 35 minggu
Jumlah Kunjungan
< 5 kali
5-10 kali
> 10 kali
Jumlah
Sumber: Data primer 2014
N
%
12
14
4
40,0
46,7
13,3
19
9
2
63,3
30,0
6,7
1
7
21
1
3,3
23,3
70,0
3,3
6
1
11
4
8
20,0
3,3
36,7
13,3
26,7
8
13
9
26,7
43,3
30,0
2
14
14
6,7
46,7
46,7
2
17
11
15
6,7
56,7
36,7
100
Tabel 1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia bapak sebagian
besar berusia 30-35 tahun sebanyak 14 (46,7%). Karakteristik berdasarkan usia ibu
12
diketahui sebagian besar berusia < 30 tahun sebanyak 19 (63,3%). Pendidikan
terakhir responden sebagian besar SMA/SMK sebanyak 21 (70,0%). Sebagian besar
respoden bekerja sebagai buruh sebanyak 11 (36,7%). Penghasilan responden
sebagian besar Rp. 500.000-Rp.1.000.000 perbulan sebanyak 13 (43,3%).
Berdasarkan umur kehamilan sebagian besar 30-35 dan >35 minggu masing-masing
sebanyak 14 (46,7%). Jumlah kunjungan mayoritas melakukan kunjungan 5-10 kali
sebanyak 17 (56,7%).
2.
Gambaran Tingkat Kemandirian Keluarga dan Hasil Pengujian Hipotesis
pada Responden
Variabel terikat yang terdapat dalam penelitian ini adalah variable tingkat
kemandirian keluarga terhadap pencegahan terjadinya postpartum blues di area Kerja
Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung Kidul. Deskripsi data kemandirian
keluarga pada kelompok kontrol dan intervensi disajikan dalam tabel berikut:
a.
Tingkat Kemandirian Keluarga pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol.
Tabel 2. Kemandirian Keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten
Gunung Kidul
No
1.
2.
3.
4.
Kriteria
Keluarga mandiri tingkat I
Keluarga mandiri tingkat II
Keluarga mandiri tingkat III
Keluarga mandiri tingkat IV
Jumlah
Sumber: Data primer 2014
13
Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
N
%
N
%
3
7
5
0
33
20,0
46,7
33,3
0
100,0
0
6
8
1
33
0
40,0
53,3
6,7
100,0
Tabel 2. menunjukkan variabel kemandirian keluarga kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Sebanyak 7 (46,7%) keluarga pada kelompok kontrol berada
pada kategori keluarga mandiri tingkat II dan tidak ada keluarga pada kategori
keluarga mandiri tingkat IV. Sebanyak 8 (53,3%) keluarga pada kelompok
eksperimen berada pada kategori keluarga mandiri tingkat III dan tidak ada yang
berada pada kategori keluarga mandiri tingkat I.
b.
Hasil Analisis Selisih Tingkat Kemandirian Keluarga pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian
bina keluarga mandiri terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan
terjadinya postpartum blues di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung
Kidul. Analisis yang digunakan adalah Uji Mann Whitney. Hasil penelitian kelompok
kontrol dan eksperimen di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung
Kidul
disajikan
pada
tabel
berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Mann Whitney Kelompok Kontrol dan Eksperimen pada keluarga
di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten Gunung Kidul
Posttest
Kelompok
Intervensi
Kontrol
N
Mean
Z
Std
deviation
15
15
19,70
11,30
2.836
3,561
6,839
14
Std Error
of Mean
Asymp.
Sig. (2tailed)
0,919
1,765
0,005
Sumber: Data primer 2014
Kelompok kontrol dan eksperimen diketahui nilai mean KK sebesar 13,26 dan
nilai mean data KE sebesar 18,40. Standar deviation KE sebesar 3,561 dan KK 6,839,
standar Error of Mean KE 0,919 dan KK 1,765. Hasil uji Mann-Whitney untuk KK
dan KE z hitung sebesar 2,836, nilai signifikasi 0,005 (p<5%). Hasil tersebut
membuktikan nilai rata-rata tingkat kemandirian keluarga kelompok eksperimen lebih
besar dari kelompok kontrol. Artinya, dengan pemberian intervensi, hipotesis Ho
ditolak dan Ha diterima. Ada pengaruh pemberian bina keluarga mandiri terhadap
tingkat kemandirian keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten
Gunung Kidul.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bina keluarga
mandiri terhadap tingkat kemandirian keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1
Kabupaten Gunung Kidul.
1.
Hasil Tingkat Kemandirian Keluarga dalam Pencegahan Terjadinya Postpartum
Blues pada Responden
Hasil penelitian bahwa sebanyak 8 (53,3%) keluarga pada kelompok
eksperimen berada pada kategori keluarga mandiri tingkat III dan tidak ada yang
berada pada kategori keluarga mandiri tingkat I. Artinya tingkat kemandirian
keluarga dalam pencegahan terjadinya postpartum blues pada kelompok eksperimen
15
dinilai sudah cukup baik. Kemandirian keluarga tingkat III ditandai dengan keluarga
yang dapat menerima pelayanan dengan baik, dapat mengungkapkan masalah terkait
pencegahan postpartum blues, melakukan tindakan pencegahan postpartum blues dan
mengunjungi fasilitas kesehatan terkait postpartum blues (Depkes RI, 2006).
Sebagian besar wanita dengan postpartum blues mengalami gejala-gejala
seperti mudah menangis, mudah tersinggung,sedih, dan adanya ketidakstabilan
emosi, dan biasanya bersifat sementara dan relatif ringan (Horowitz & Godman,
2005). Jika gejala-gejala diatas tidak ditangani dengan baik, maka akan berlanjut
menjadi depresi postpartum. Gejala postpartum mulai terjadi beberapa hari, biasanya
terjadi antara hari pertama dan durasinya mulai dari beberapa jam bahkan sampai
beberapa hari (Robertson, E, Calasun, N & Stewart, D, 2003).
Gejala postpartum blues dipengaruhi oleh faktor hormonal. Faktor hormonal
berupa perubahan kadar esterogen, progesteron, prolaktin dan ersitol yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Kadar esterogen turun secara perlahan setelah melahirkan
dan memiliki efek supresi aktifitas enzime monamine oksidase. Monamine oksidase
merupakan suatu enzime otak yang bekerja menginaktifasi maupun berperan dalam
suasana hati dan kejadian depresi. Dengan demikian dibutuhkan dukungan dan
perawatan dari berbagai pihak. Adanya dukungan dan perawatan yang dilakukan
suaminpada ibu post partum akan membuat ibu merasa nyaman dan aman serta dapat
menghindari kejadian postpartum blues pada ibu. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Retty Ratnawati (2009) membuktikan bahwa dukungan sosial suami pada
kejadian postpartum blues yang disajikan dalam bentuk distribusi usia, paritas, jenis
16
persalinan, kondisi bayi, lama rawat inap bayi, kejadian Postpartum Blues dan
dukungan sosial suami.
Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 7 (46,7%) keluarga pada kelompok
kontrol berada pada kategori keluarga mandiri tingkat II dan tidak ada keluarga pada
kategori
keluarga mandiri tingkat IV. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kemandirian dalam pencegahan postpartum blues pada kelompok kontrol tergolong
rendah. Artinya keluarga belum dapat melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
Keluarga mandiri tingkat II telah mampu menerima pelayanan kesehatan dan
memanfatkannya dengan baik.
Depkes RI (2006) menjelaskan bahwa keluarga mandiri tingkat dua adalah
keluarga mandiri yang menerima petugas perawatan kesehatan komunitas, menerima
pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan sehingga
tau dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, manfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, melakukan perawatan sederhana yang
sesuai dengan yang dianjurkan, melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
Keluarga yang secara aktif melakukan pencegahan terjadinya postpartum blues
akan memberikan manfaat terhadap ibu postpartum. Keluarga memiliki peran
masing-masing dalam melakukan pencegahan postpartum blues. Peran yang dimiliki
oleh setiap anggota keluarga merupakan hal yang diharapkan oleh anggota keluarga
yang lain sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Pencegahan Keluarga
memiliki peranan yang sangat kuat dalam masyarakat khususnya masyarakat
indonesia.
17
Tingginya hubungan kekeluargaan pada masyarakat indonesia membuat mereka
menggunakan kepercayaan turun temurun dan selalu diwariskan pada setiap
keturunan anggota keluarganya termasuk dalam hal merawat anggota keluarganya
(Revida, 2009). Bagi Ibu postpartum, perawatan dan perhatian anggota keluarga
dinilai sangat penting. Keluarga yang berada pada kemandirian tingkat II yang telah
menerima pelayanan diharapkan dapat memanfaatkannya dengan baik dan
menerapkannya dalam perawatan dan pencegahan post partum blues pada ibu.
2.
Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga dalam Pencegahan Terjadinya
Postpartum Blues pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Hasil Penelitian kelompok kontrol dan eksperimen diketahui nilai signifikasi
0,005 (p<5%) yang diinterpretasikan bahwa dengan pemberian intervensi, hipotesis
Ho ditolak dan Ha diterima. Ada pengaruh pemberian bina keluarga mandiri terhadap
tingkat kemandirian keluarga di Area Kerja Puskesmas Wonosari 1 Kabupaten
Gunung Kidul.
Hasil tersebut menunjukkan nilai rata-rata tingkat kemandirian keluarga
kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol. Artinya kelompok yang
diberikan intervensi berupa bina keluarga mandiri menunjukan kemandirian keluarga
yang lebih baik dalam pencegahan terjadinya postpartum blues dari pada kelompok
yang tidak diberikan intervensi. Hal ini dikarenakan responden mendengar secara
langsung dari pembinaan yang diberikan oleh peneliti sehingga mudah dipahami dan
bisa komunikasi langsung ketika ada penjelasan yang belum dipahami mengenai
postpartum blues. Postpartum Blues adalah gejala yang biasanya dialami oleh ibu
18
postpartum yang terjadi antara hari ketujuh hingga hari keempatbelas,yang terjadi
untuk sementara waktu. Blues ditandai dengan gejala-gejala yang mirip dengan gejala
depresi antara lain menangis, mudah tersinggung, sedih, dan adanya ketidakstabilan
emosi (Elvira, 2006).
Hal ini menunjukan pentingnya program bina keluarga mandiri bagi keluarga
ibu postpartum. Program Bina Keluarga Mandiri merupakan suatu metode baru
dengan keluarga sehingga pusat keperawatan dalam menangani kasus selama
kehamilan khususnya postpartum blues. Bina keluarga Mandiri ini bertujuan untuk
memandirikan klien, khususnya keluarga dalam menangani masalah postpartum
blues. Keuntungan keluarga yang melakukan Bina keluarga Mandiri adalah dapat
mengetahui adanya masalah yang terjadi pada keluarga, sehingga diharapkan
masalahnya dapat diatasi dengan sedini mungkin.
Faktor yang mempengaruhi postpartum blues antara lain faktor usia, usia
identik dengan pengalaman dalam menghadapi kehidupan. Ibu nifas yang mengalami
masa adaptasi pada usia dibawah 20 tahun diduga dapat mengalami hambatan di
dalam penyesuaian baik fisik dan mental. Sementara ibu dengan usia diatas 35 tahun
menjadi lebih beresiko dalam kondisi kehamilan, persalinan, dan juga masa nifas,
untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi kejadian postpartum blues pada ibu
(Nirwana, 2011).
Cara untuk mengatasi ataupun meminimalisir terjadinya postpartum blues,
keluarga perlu mengetahui dengan baik tentang gejala, aspek dan factor yang
mempengaruhi terjadinya postpartum blues. Menurut Horowitz & Goodman (2005)
19
gejala postpartum blues yaitu bila didapatkan minimal empat diantaranya tujuh gejala
yang mungkin muncul yaitu : reaksi depresi, sedih, disforia, labilitas perasaan,
menangis tanpa sebab, cemas, gangguan tidur atau susah tidur, kehilangan nafsu
makan, iritabilitas atau mudah tersinggung.
Upaya yang dapat dilakukan keluarga dan petugas kesehatan untuk mencegah
terjadinya post partum blues pada ibu antara lain dengan memberikan asuhan
keperawatan yang memfasilitasi potensi ibu untuk beradaptasi terhadap perubahanperubahan yang terjadi. Ibu yang telah mengalami postpartum blues membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus dipenuhi.
Menurut Logsdon et al, (2006) ibu postpartum mungkin perlu untuk mengatur atau
menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa
kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi,
bila diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli.
Kesimpulan
Tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan terjadinya postpartum blues
pada kelompok intervensi sebanyak 8 (53,3%) keluarga berada pada kategori
keluarga mandiri tingkat III. Tingkat kemandirian keluarga dalam pencegahan
terjadinya postpartum blues pada kelompok kontrol sebanyak 7 (46,7%) keluarga
berada pada kategori keluarga mandiri tingkat II. Ada perbedaan tingkat kemandirian
keluarga dalam pencegahan terjadinya postpartum blues pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Dibuktikan dengan uji Mann Whitney nilai signifikasi 0,005
(p<5%).
20
Saran
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dengan cara mengajarkan program bina keluarga mandiri
untuk mencegah terjadinya postpartum blues. Hasil penelitian dapat menambah
pengetahuan mengenai keefektifan bina keluarga mandiri terhadap kejadian
postpartum blues, sehingga petugas kesehatan dan perawat dapat menerapkan sistem
bina keluarga mandiri bagi keluarga terdekat dengan ibu hamil. Hasil penelitian dapat
menambah pengetahuan ibu tentang postpartum blues, gejala yang ditimbulkan post
partum blues dan cara menangani postpartum blues sehingga apabila terjadi masalah
tersebut dapat segera diatasi dengan baik. Penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan postpartum
blues.
Daftar Pustaka
Adele, Piliteri (2003) Buku Sapau Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC
Adrianz,Goorge.(2007). Periode kritis dalam rentang kehamilan, persalinan dan
nifas dan penyediaan berbagai jenjang pelayanan bagi upaya penurunan
kematian ibu : Health Service Program, USAID. From: http//www.pkmionline.com//articel2.him diperoleh:14 Desember 2008
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Badan Pusat Statistik 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,Diaskes 30
Oktober 2013 dari www.datastatistik-indonesia com.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Elvira, D.Silva. (2006). Depresi paska persalinan, Jakarta: FK UI
21
Friedman, M. Marilyn.(1998).Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC.
http://emedicine.medscape.com/article/271662-overview. Doperoleh :17 November
2013
Indriyani, D. (2013). Aplikasi Konsep & Teori Keperawatan Maternitas “Postpartum
Dengan Kematian Janin”. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Marmi, 2012, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”,Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Musbikin.(2005).Panduan Ibu Hamil dan Melahirkan. Cetakan I. Jakarta Mitra
pustaka.
Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Ibu, Bayi, dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Madika.
Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Ibu, Bayi, dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Madika.
Nonacs, Ruta M (2008). Postpartum Depresion.
Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Pallitteri, Adelle. (1999) . Maternal and child health nursing : care of childbearing
and childbearing family. Philadelpia : Lippincott
Petranto, Ira. (2006). Rasa Percaya Diri Anak Adalah Pantulan Pola Asuh Orang
Tuanya. Diakses pada 27 November 2006 dari www:
http://dwpptrijenewa.isuisse.com
Pillitteri A., 2003.Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing
Family.(4th ed). Philadelpia: Lippincott Salemba Medika.
Saryono. 2010.Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika.
Yogya
Sulistyawati, Ari.2011.Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba
Medika
Ujiningtyas, B. S. (2009). Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. jakarta:
22
Yoga, B.H.et.al (2008). Prevalensi depresi pada wanita postpartum kebidanan RSUP
dr.Sardjito Yogyakarta.
Ambarwati, Eni Retna, Wulandari,diah (2008). Asuhan kebidanan nifas.Jogjakarta:
Mitra Cendika
23
Download