MOTIVASI INDONESIA MENYEPAKATI PENETAPAN BATAS

advertisement
MOTIVASI INDONESIA MENYEPAKATI PENETAPAN BATAS
MARITIM TERKAIT ZONA EKONOMI EKSKLUSIF DENGAN
FILIPINA
Oleh :
IKA NURASMA YANTI1
([email protected])
Pembimbing: Drs. Tri Joko Waluyo M.Si
Bibliografi: 9 Jurnal dan/atau Working Papers, 7 Buku,8 Dokumen dan Laporan
Resmi, 31 Situs Web
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional – Prodi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28294
Telp/Fax. 0761-63277
Abstract
The purpose of this research is to understand why are Indonesia want to
aggreed about maritime boundary delimitation that connected Exclusife
Economic Zone with Filipina on May 2014 that assigned in Manila. Also explain
how eforts Indonesia and Filipina to agreed about boundary delimitation (EEZ)
that location is North Sulawesi (Indonesia) and Mindanao (Filipina) so there is
occur joint overlapping that caused Economic Exclusife Zone can not reach 200
mil. Last thing to be discussed about what the motivation of Indonesia to agreed
about Economic Exclusife Zone with Filipina, Indonesia want to agreed with this
cooporation because there is national interest such as economic,security and
politic.
This research theoretically has built with neorealism perspectives on
International Relations and supported by International Cooperation, and
International Security theories and national interest. Formulation of all
arguments, facts, and theoretical framework on this research is guided by
qualitative explanation methods. Technique in this research is through by the
study of library. Data which is gotten and collected through the journal books, the
last thesis and then from internets that has related to the problems.
In this research, the motivation of Indonesia to agreed about boundary
delimitation (EEZ) with Filipina can be the first step to increase the bilateral
relation between two countries and can be example to others countries that have a
same case so can solve this problem liked Indonesia and Filipina.
Keywords : Economi Exclusife Zone, Indonesia, Philippines, Security,
Cooperatian
1
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional angkatan 2011
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Page 1
Pendahuluan
Indonesia dan Filipina adalah
negara yang terdapat di kawasan
Asia Tenggara. Hubungan bilateral
Indonesia dan Filipina terdapat
dalam berbagai bidang diantaranya
yaitu bidang pendidikan, keamanan,
ekonomi, dan lain-lain.
Indonesia adalah
negara
kepulauan dengan kekayaan sumber
daya kelautan yang besar. Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI)
merupakan
negara
kepulauan
(archipelagic
state)
terbesar di dunia yang memiliki ±
17.480 pulau dengan luas lautnya
mencapai 5,8 juta km² dan garis
pantai sepanjang ± 95,181 km.
Sebagaimana diatur dalam United
Nations Convention on the Law of
the Sea (UNCLOS, 1982) Indonesia
sebagai
negara
kepulauan
merupakan satu kesatuan wilayah
yurisdiksi, yang berdaulat serta
mempunyai hak dan wewenang
penuh
yang
diakui dunia
internasional,
untuk
mengatur,
mengelola
dan
memanfaatkan
kekayaan laut yang dimilikinya bagi
kepentingan
seluruh
rakyat
Indonesia.
Begitu juga dengan Filipina
yang merupakan negara kepulauan
yang terletak di lepas pantai tenggara
Asia. Negara ini terdiri atas sekitar
7.100 pulau yang membentang
sekitar 1.850 kilometer di sepanjang
tepi barat Samudra Pasifik. Tiga
pulau utamanya adalah Luzon,
Visayas, dan Mindanao. Sebagian
besar pulau-pulau Filipina kecil dan
tak berpenghuni. Sebagian besar
orang-orang hidup di sebelas pulau
terbesar, dua di antaranya Luzon dan
Mindanao yang mencakup lebih dari
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
dua pertiga dari luas daratan negara
itu.
Indonesia
dan
Filipina
memiliki perbatasan maritim di
perairan sekitar Laut Sulawesi dan
Samudera Pasifik. Kedua negara
memiliki wilayah laut yang saling
berhadapan
dan
berdampingan.
Akibatnya penarikan garis batas ZEE
tidak bisa mencapai 200 mil.
Pengertian
Zona
Ekonomi
Eksklusif
Zona Ekonomi Eksklusif
adalah zona dengan luas 200 mil dari
garis dasar pantai, yang mana dalam
zona tersebut sebuah negara pantai
mempunyai hak atas kekayaan alam
di
dalamnya,
dan
berhak
menggunakan kebijakan hukumnya,
kebebasan bernavigasi, terbang di
atasnya,
ataupun
melakukan
penanaman kabel dan pipa.2
Berdasarkan undang-undang
dasar Republlik Indonesia nomor 5
tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia menyebutkan
bahwa :“Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia adalah jalur di luar dan
berbatasan dengan laut wilayah
Indonesia sebagaimana ditetapkan
berdasarkan undang-undang yang
berlaku tentang perairan Indonesia
yang meliputi dasar laut, tanah di
bawahnya dan air di atasnya dengan
batas terluar 200 (dua ratus) mil laut
diukur dari garis pangkal laut
wilayah Indonesia”.
2
Asmara, Yuka Asmara. Penguatan Zona
Ekonomi Eksklusif Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Maritim Indonesia Di Wilayah
Perbatasan. 2012. Dapat diakses di
http://bbpse.litbang.kkp.go.id/publikasi/jbija
k/jurbijak_2012_v2_no2_(4)_full.pdf
Page 2
Konsep dari ZEE telah jauh
diletakan di depan untuk pertama
kalinya oleh Kenya pada AsianAfrican
Legal
Constitutive
Committee pada Januari 1971, dan
pada Sea Bed Committee PBB di
tahun berikutnya. Proposal Kenya
menerima support aktif dari banyak
Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar
waktu yang sama banyak Negara
Amerika Latin mulai membangun
sebuah konsep serupa atas laut
patrimonial. Dua hal tersebut telah
muncul secara efektif pada saat
UNCLOS dimulai, dan sebuah
konsep baru yang disebut ZEE telah
dimulai.
Penetapan universal wilayah
ZEE
seluas
200
mil
akan
memberikan setidaknya 36% dari
seluruh total area laut. Walaupun ini
porsi yang relatif kecil, di dalam area
200 mil yang diberikan menampilkan
sekitar 90% dari seluruh simpanan
ikan komersial, 87% dari simpanan
minyak dunia, dan 10% simpanan
mangan.Lebih jauhnya, sebuah porsi
besar dari penelitian scientific
kelautan mengambil tempat di jarak
200 mil dari pantai, dan hampir
seluruh dari rute utama perkapalan di
dunia melalui ZEE negara pantai lain
untuk mencapai tujuannya. Melihat
begitu banyaknya aktifitas di zona
ZEE, keberadaan rezim legal dari
ZEE dalam Konvensi Hukum Laut
sangat penting adanya.
Hubungan bilateral antara
Indonesia dan Filipina dimulai sejak
tahun 1949. Kedua negara telah
mendirikan kedutaan besar di
masing-masing ibu kota, Indonesia
memiliki kedutaan mereka di Manila
dan
konsulat
di Davao
City,
sementara
Filipina
memiliki
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
kedutaan mereka di Jakarta dan
konsulat di Manado dan Surabaya.
Kunjungan diplomatik tingkat tinggi
telah dilakukan selama bertahuntahun.
Kedua
negara
adalah
pendiri ASEAN dan
anggota Gerakan
Non-Blok serta
anggota APEC. Kedua negara adalah
anggota dari Segitiga Pertumbuhan
East ASEAN bersama dengan Brunei
Darussalam
dan
Malaysia
dalam BIMP-EAGA.
Indonesia
banyak menjalin kerjasama dengan
negara-negara di dunia terutama
dengan negara yang tergabung
kedalam forum ASEAN salah
satunya Filipina. Kerjasama antara
Indonesia dan Filipina dimulai pada
tahun 1949 setelah itu dilakukan
penandatangan pertama perjanjian
persahabatan antara kedua negara di
Jakarta pada tanggal 21 Juni 1951
dalam hal ini penandatanganan
dilakukan oleh menteri luar negeri
Indonesia yaitu Ahmad Subardjo.3
Sebagai
suatu
negara
kepulauan
sebagian
perbatasan
Indonesia
dibatasi
oleh
laut.
Indonesia berbatasan laut dengan
sepuluh negara tetangga dan
berbatasan darat hanya dengan tiga
negara yaitu, Timor Leste, Malaysia,
dan Papua Nugini. Luasnya perairan
dan panjang nya garis pantai
Indonesia merupakan tantangan
tersendiri bagi negara Indonesia. Hal
ini dikarenakan perbatasan Indonesia
rentan terhadap konflik seperti
3
Oegroseno, Arif Havas “How Indonesia
and the Philippines Solved Their Maritime
Dispute”
http://thediplomat.com/2014/06/howindonesia-and-the-philippines-solved-theirmaritime-dispute/
Page 3
penyelundupan senjata, Terorisme,
bahkan sengketa yang berhubungan
dengan pengaturan landas kontinen
dan Zona Ekonomi Eksklusif.
Indonesia memiliki wilayah
perairan terbesar di dunia dan dua
pertiga dari wilayahnya merupakan
wilayah perairan. Secara geografis
Indonesia
merupakan
negara
maritim, yang memiliki luas laut
sebesar 5,8 Juta km² yang terdiri dari
laut territorial dengan luas 0.8 juta
km2 laut nusantara 2.3 juta km2 dan
zona ekonomi eksklusif 2.7 juta km2
. Disamping itu Indonesia memiliki
pulau sebanyak 17.480 pulau dan
garis pantai sepanjang 95.181 km.4
Salah satu negara yang
berbatasan laut dengan Indonesia
adalah negara Filipina. Berbicara
tentang daerah perbatasan, salah satu
daerah perbatasan antara Indonesia
dan Filipina adalah Filipina Selatan.
Wilayah Filipina Selatan adalah
sebagai wilayah akreditasi Konsulat
Jenderal Republik Indonesia (KJRI)
Davao City yang terdiri dari Pulau
Mindanao, Kepulauan Sulu dan
Kepulauan Tawi-Tawi dengan luas
daratan ± 102.043 km2 atau 34% dari
seluruh luas daratan Filipina. Adapun
perbatasan daerah akreditasi KJRI
Davao City adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan
dengan wilayah Filipina
Tengah(Visayas),
2. Sebelah Timur dibatasi oleh
Samudera Pasifik sampai
keKepulauan Palau,
4
Berdasarkan Deklarasi DJuanda tanggal 13
Desember 1957.sumber: Evaluasi Kebijakan
Dalam Rangka Implementasi Konvensi
Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982)
di Indonesia, Jakarta, Dewan Kelautan
Indonesia: 2008, hlm 11.
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
3. Sebelah Selatan dibatasi oleh
Laut Sulawesi dan Kepulauan
Miangas dan Marore
Indonesia, sedangkan,
4. Sebelah Barat dengan Laut
Cina Selatan, Kepulauan Sulu
danTawi-Tawi yang mana
merupakan kepulauan yang
memanjang
darisemenanjungZambonga,
di Mindanao Barat ke arah
Sabah,Malaysia dan
Kalimantan Timur,
Indonesia.
Selain itu, Pulau Mindanao
merupakan pulau kedua terbesar di
Filipina dan berbatasan langsung
dengan Provinsi Sulawesi
Utara.5Filipina adalah salah satu
negara kepulauan yang terdapat di
Asia Tenggara. Filipina memiliki
lebih dari 7.000 pulau, negara ini
dikelilingi oleh sebagian besar
provinsi dan unit pemerintahan
lokalnya berlokasi disekitar pantai.
Populasi Filipina pada tahun 2010
adalah 92,34 juta orang.6 Sebagai
negara kepulauan, Filipina memiliki
garis pantai yang sangat panjang
yakni 36.289km. Sementara itu
Filipina memiliki luas wilayah
daratan hampir mencapai 30.000km
persegi.7
5
Konsulat Jenderal Republik Indonesia
Davao City Filipina, Menyibak Tabir WNI I,
2006. Hal. 11.
6
Philippine National Statistical Office “The
2010 Census of Populationand Housing
Reveals the Philippine Population at 92,34
million”
http://www.census.gov.ph/content/2010census -population-and-housing-revealsphilippine-population-9234-milliondiakses
pada 4 April2014
7
Leandro R. Mendoza “Transportation
Security in the Philippines 6th APEC
Transportation
Ministerial
Meeting”
www.apec-
Page 4
Hubungan perbatasan kedua
negara ini sangat rentan terhadap
konflik terlihat dari banyaknya
kasus-kasus
ilegal
fishing
penyelundupan
senjata
bahkan
kasus-kasus terorisme. Misalnya
dalam hal pemanfaatan sumber daya
perikanan kasus ilegal fishing
banyak terjadi di sekitar perairan
Indonesia dan Filipina oleh sebab itu
kedua negara telah menyepakati
perjanjian bilateral antara negara
Indonesia dengan Negara Filipina
dalam rangka memanfaatkan surplus
sumber daya perikanan di ZEEI.
Perjanjian tersebut adalah “Bilateral
Arrangement Between the Ministry
of Marine Affairs and Fisheries of
the Republic of Indonesia and the
Ministry of Agriculture of the the
Republic of Philippines onthe
Utilization of Part of the Total
Allowable Catch in the Indonesian
Exclusive
Economic
Zone”
(Perjanjian
Bilateral
antara
Departemen
Kelautan
dan
Perikanandengan
Kementerian
Republik
Filipina
mengenai
Pemanfaatan Bagian dari Jumlah
Tangkapan yang Diperbolehkan di
ZEEI).8
Kepentingan Indonesia Di Batas
Zona Ekonomi Eksklusif
Kepentingan-kepentingan
nyata yang dimiliki Indonesia
dengan negara-negara tetangga di
kawasan
antara
lain
adalah
penyelesaian perundingan batas
wilayah
Indonesia
penanganan
tptwg.org.cn/.../Transportation%20Security
%20Philippines diakses pada 4 April 2015
8
Oktari, Wulan Dwi. Pengaruh Kerjasama
Indonesia dan Filipina Dalam Mengatasi
Penangkapan Ikan Ilegal di Wilayah
Perbatasan Perairan Kedua Negara 2005 –
2010. diakses melalui www.jom.unri.ac.id
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
masalah-masalah
lintas
batas
perlindungan WNI, khususnya TKI
peningkatan hubungan ekonomi,
mencakup perdagangan, investasi,
pariwisata dan tenaga kerja serta
peningkatan hubungan sosial budaya.
Kepentingan Indonesia di
Bidamg Keamanan
Sebagai negara kepualauan
Indonesia memiliki keoentingankepentingan di darat,laut maupun
udara seperti masalah keamanan
lintas batas negara.
Masalah
keamanan
sebagai
kegiatan
pencarian keamananoleh negara dan
kompetisi antar negara untuk
keamanan. Pencarian dan kompetisi
itu diwujudkan misalnya melalui
konfrontasi, perlombaan senjata
(arms race) dan perang. Di sisi lain,
keamanan juga berbicara tentang
masalah
keamanan
intranegara
(intrastate security problem) dan
masalah keamanan lintas-nasional
(transnational security problem). 9
Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki 17.448 buah pulau dan total
luas wilayah sekitar 3,1 juta km2.
Sebagai suatu negara kepulauan,
sebagian besar perbatasan Indonesia
dibatasi
oleh
laut.
Indonesia
berbatasan laut dengan sepuluh
negara tetangga dan berbatasan darat
hanya dengan tiga negara, yaitu
Timor Leste, Malaysia, dan Papua
Nugini.Luasnya wilayah perairan
dan
panjangnya
garis
pantai
Indonesia
merupakan
suatu
9
Makmur Keliat, Keamanan Maritim dan
Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia,
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume
13, Nomor 1, Juli 2009 (111-129), ISSN
1410-4946, h. 114.
Page 5
tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Hal ini dikarenakan, perbatasan
Indonesiaseringkali
digunakan
sebagai pintu masuk teroris dan
penyelundupan senjata, terutama
yang berasal dari wilayah Filipina
Selatan.10
Sebutan untuk “keamanan
maritim” baru muncul sebagai
suatukonsep ilmiah pada tahun 2005.
Satu hal yang menarik dari
pertemuan tahun 2005 adalah adanya
ketidakpuasan dari suatu delegasi
dalam laporan yang dibuat ICP
kepada
Sekjen
PBB
karena
mengaitkanProliferation
Security
Initiative (PSI) dalam diskusi tentang
keamanan maritim. Seperti yang
diketahui, PSI merupakan inisiatif
yang dilakukan Amerika Serikat
(AS) pasca 11 September untuk
menghadapi terorismeinternasional.
Tampaknya, keberatan ini terkait
dengan adanya otoritas dari PSI
untuk melakukan tindakan sepihak
melalui pencegatan (interdection)
terhadap kapal-kapal yang diduga
dapat digunakan oleh kelompok
teroris internasional. Karena itu
dalam pertemuan ini disebutkan
bahwa “negara negara
harus
bertindak secara ketat sesuai dengan
hukum laut internasional dan
menghindarkan
penerapan
kebijakan-kebijakan
unilateral
apapun yang bertentangan dengan
norma-norma hukum yang ada yang
berasal dari UNCLOS”
10
Charles Comer “The Parting of the
Sulawesi Sea : How U.S. strategy in the
region is slowly transforming the
multinational environment in Southeast
Asia’s Terorist Transit Triangle”
http://fmso.leavenworth.army.mil/document
s/SulawesiSea.pdf diakses 4 April 2015
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Keamanan maritimdikaitkan
dengan penanganan terhadap tiga isu
ancaman yaitu: (1) tindakan teroris
terhadap pelayaran kapal dan
instalasi lepas pantai (terrorist acts
against shipping and offshore
installations) (2) pembajakan dan
perampokan bersenjata (piracy and
armed robbery against ships) (3) lalu
lintas obat terlarang dan narkrotik
yang ilegal dan zat-zat psikotropik
(illicit traffic in narcotic drugs and
psychotropic substances).
Kerjasama dalam bidang
keamanan yang dilakukan antara
Indonesia dan Filipina terjadi pada
21 Juni 2005 yang disepakati di
Manila. Kedua negara dirasa perlu
bekerjasama karena selain memiliki
faktor
geografis
yang
saling
menghubungkan kedua negara dan
banyaknya
keterikatan
antara
kelompok-kelompok radikal yang
terdapat di Indonesia dan Filipina.
Faktor
inilah
yang
menjadi
pertimbangan bagi kedua negara
untuk melakukan kerjasama untuk
dapat menjaga keamanan negara,
kawasan regional baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Letak geografis Indonesia
yang berbatasan langsung dengan
Filipina menjadi pertimbangan bagi
kedua negara untuk melakukan
kerjasama yang bertujuan untuk
mencegah berkembang atau saling
masuknya tindak kejahatan seperti
terorisme dari wilayah Indonesia ke
Filipina maupun sebaliknya. Apalagi
tindakan tersebut dikaitkan oleh
dunia internasional dengan jaringan
terorisme internasional yang diduga
terkait dengan pelaku peledakan bom
di WTC dan Pentagon.
Banyaknya
peristiwaperistiwa
yang
terjadi
yang
Page 6
melibatkan kedua negara menjadi
faktor-faktor yang menyebabkan
kedua negara ini mempererat
kembali kerjasama keamanan yang
pernah terjalin. Kerjasama yang pada
awalnya hanya dalam bentuk
deklarasi bersama semakin diperkuat
dengan
penandantangan
Nota
Kesepahaman antara Pemerintah
Indonesia dan Filipina dalam
menangani kejahatan Transnasional
sehingga
dalam
melakukan
kesepakatan ini kedua negara
melakukan prosedur-prosedur hukum
yang sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku di masingmasing negara.
Kepentingan Indonesia Di Bidang
Ekonomi
Selain kepentingan keamanan
kepentingan ekonomi juga menjadi
prioritas bagi bangsa Indonesia di
daerah perbatasan. Negara Indonesia
yang merupakan negara kepulauan
yang sebagian besar merupakan
perairan yang berdasarkan konvensi
hukum laut 1982, wilayah perairan
Indonesia meliputi kawasan seluas
3,1 juta km². Wilayah perairan
Indonesia memiliki potensi besar
dalam sumberdaya perikanan dan
kelautan yang dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Akan tetapi, lemahnya
proses pengawasan terhadap wilayah
perairan
Indonesia
telah
menimbulkan
berbagai
permasalahan. 11Diantara sekian
banyak masalah ekonomi ilegal,
praktik pencurian ikan atau IUU
11
DR. AJI Sularso, Artisanal Fisheries in
Indonesia. General Of Surveillance And
Control On Marine Resources And Fisheries
Ministry Of Marine Affairs And Fisheries
Republic Of
Indonesia. 2008
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
fishing practices oleh nelayannelayan (armada kapal ikan) asing
adalah
yang
paling
banyak
merugikan negara.
Nilai perdagangan bilateral
Indonesia-Filipina dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan
dan Indonesia selalu dalam posisi
surplus. Nilai perdagangan bilateral
tahun 2009 sebesar USD 2,94 milyar
dengan surplus untuk Indonesia
sebesar USD 1,8 milyar. Tahun
2010, total nilai perdagangan
mencapai USD 3,88 milyar dengan
surplus sebesar USD 2,47 milyar.
Untuk periode Januari-Agustus 2011,
nilai perdagangan kedua negara
mencapai USD 2,99 milyar atau
meningkat
15,57%
dibanding
periode yang sama tahun 2010,
dengan surplus sebesar USD 1,89
milyar. Salah satu praktek kejahatan
yang banyak terjadi di wilayah
perbatasan adalah Illegal Fishing.
Pemerintah Indonesia telah
memberikan penjelasan kepada pihak
Filipina
mengenai
kebijakan
kerjasama bidang perikanan tangkap
harus sesuai dengan Peraturan
Menteri nomor 17 tahun 2006, arah
kebijakan baru tersebut antara lain:
1. Penghapusan sistem lisensi
dan keagenan kapal
2. Izin penangkapan ikan hanya
akan diberikan kepada orang
atau badan Indonesia
3. Sedangkan orang atau badan
hukum asing yang akan
berinvestasi bidang perikanan
harus melakukan investasi
pengusaha
pengolahan
berbentuk usaha berbadan
hukum Indonesia dengan pola
investasi perikanan tangkap
terpadu Joint Venture ( usaha
patungan)
Page 7
4. Pengembangan
usaha
perikanan tangkap terpadu
yaitu pengintregrasian usaha
penangkapan dan industry
pengelolahan ikan.
Dengan adanya peraturan
baru, sehingga pemerintah mengacu
pada
peraturan
Menteritersebut
dalam menjalin kerjasama bilateral
dengan
Filipina
maka
telah
disepakati hasil perjanjian bilateral
Indonesia-Filipina antara lain:12
1. Pihak Filipina pada dasarnya
setuju
dan
mendukung
kerjasama
yang
saling
menguntungkan kedua pihak
dengan skema baru menurut
Permen No. 17 Tahun 2006.
2. Pihak
Filipina
meminta
Indonesia dapat memberikan
perlakuan
khusus
bagi
investasiFilipina.
3. Secara spesifik, Filipina
meminta
Indonesia
mengizinkan sistem sewa
atau
charter
kapalpenangkapan ikan bagi
investasi Filipina yang sudah
ada dan beroperasi.
4. Pihak Filipina mengusulkan
proposal kepada Indonesia,
antara
lain:
meminta
bantuandari
pemerintah
Indonesia
mengenai
pembentukan
Vessel
Monitoring
System(VMS)yang memenuhi
persyaratan Internasional dan
kompetibel dengan sistem
Indonesiauntuk
pertukaran
informasi dengan cepat.
12
Perkambangan Kerjasama Bilateral RI –
Filipina Bidang Kelautan dan Perikanan
periode 2005- 2007. Departemen Kelautan
dan Perikanan, Jakarta, 2007.
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Selain itu perjanjian ini juga
akan dimanfaatkan oleh pemerintah
Indonesia
sebagai
upaya
pemberantasan penangkapan ikan
ilegal (illegal fishing) yang selama
ini
terjadi
diwilayah
perairanIndonesia
yang
banyak
dijarah kapal-kapal penangkapan
ikan asing, yang salah satunya
berasal dariFilipina. Dalam draf
MOU
yang baru
pemerintah
Indonesia menerapkan peraturan
untukmemerangi Illegal Fishing,
khususnya yang terjadi di perairan
Indonesia
dan
ingin
melindungisumber daya kelautan
dari
pihak-pihak
yang
tidak
bertanggungjawab.Kerjasama
ini
jugamengharapkan
peran
serta
Negara Filipina dalam menjaga dan
memanfaatkan
sumber
dayaperikanan yang terdapat di
perairan Indonesia.
Pemerintah Indonesia dan
Filipina
melakukan
sebuah
kerjasama perikanan di wilayah Laut
Sulawesi yang menjadi salah satu
titik rawan pencurian ikan akibat
kekayaan keragaman hayati yang ada
didalamnya. Tujuan dari kerjasama
ini adalah untuk memiliki nilai
ekonomis dan ekologis perikanan
laut yang berkelanjutan di Laut
Sulawesi,
untuk
kepentingan
masyarakat yang bergantung pada
sumber daya ini untuk mata
pencaharian dan komunitas global
yang bergantung pada konservasi
ekosistem laut dan ekosistemnya .
Kepentingan Indonesia Di Bidang
Stabilitas Politik
Selain kepentingan keamanan
dan ekonomi, kepentingan politik
juga merupakan prioritas bangsa
Indonesia untuk menjaga keutuhan
kedaulatan negara. Indonesia dan
Page 8
Filipina merupakan dua negara yang
terletak di kawasan Asia Tenggara
dan merupakan anggota tetap
ASEAN. Banyak bentuk kerjasama
yang telah dilakukan oleh kedua
negara ini agar depat menjaga
stabilitas dan kedaulatan antar
negara.
Selain
kepentingan
keamanan dan ekonomi wilayah
perbatasan jugamenjadi lahan untuk
terjadinya konflik seperti hal nya
konflik-konflik
yang
didasari
terhadap kepentingan politik.
Hubungan yang sangat baik
antara RI-Filipina terlihat pada saat
kunjungan kenegaraan Presiden
Benigno S. Aquino III ke Jakarta
tanggal 8-9 Maret 2011 yang telah
menghasilkan 4 kesepakatan kerja
sama
di
berbagai
bidang.Kesepakatan Kerja Sama RI –
Filipina 2011 yaitu: MoU on Basic
Education,
MoU on Sports
Cooperation, MoU on Cooperation
in Preventing and Combating
Transnational Crimes and Capacity
Building,
Joint
Declaration
concerning Maritime Boundary
Delimitation, dan menyusul pada
bulan Mei 2014 kesepakatan
terhadap perbatasan Zona Ekonomi
Eksklusif di perairan Mindanao dan
Sulawesi Utara.
Selain itu Presiden Filipina
juga telah berkunjung ke Jakarta
dalam rangka menghadiri rangkaian
KTT ke- 18 ASEAN tanggal 7-8 Mei
2011 dan KTT ke-19 ASEAN di Bali
tanggal 17-19 November 2011.
Presiden RI dan Wakil Presiden
Filipina telah bertemu di sela-sela
pertemuan Bali Democracy Forum
IV tanggal 8 Desember 2011.
Ditingkat Menteri, pada tanggal 7
Maret 2011, Menlu Filipina Albert F.
Del Rosario, mengadakan kunjungan
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
ke Indonesia. Kunjungan tersebut
merupakan kunjungan perkenalan
Menlu Filipina kepada Menlu RI.
Selain itu, Menlu RI dan Menlu
Filipina juga telah mengadakan
pertemuan bilateral di sela-sela
pertemuan Tingkat Tinggi Menteri
Luar Negeri ASEM, pada tanggal 7
Juni 2011 di Godollo, Hongaria, dan
pertemuan bilateral di Jakarta
tanggal 25 Juli 2011 guna membahas
isu-isu regional.13 Pada tanggal 1314
Desember
2011,
telah
diselenggarakan pertemuan ke-5
Joint Commission on Bilateral
Cooperation RI-Filipina di Manila.
Pertemuan membahas perkembangan
kerja sama RI-Filipina di bidang
politik,
pertahanan
keamanan,
ekonomi, kelautan dan perikanan,
pertanian,
Pemerintah
Filipina
menghargai peranan Indonesia dalam
memfasilitasi
dialog
antara
Pemerintah Filipina dengan MNLF
yang telah menghasilkan Perjanjian
Damai
1996.
Filipina
juga
mengharapkan Indonesia dapat terus
memfasilitasi perundingan mengenai
implementasi perjanjian tersebut
dalam kapasitas sebagai Ketua
Komite OKI untuk proses damai di
Filipina Selatan. Saat kunjungan
Presiden Filipina, Benigno Simeon C
Aquino III ke Jakarta pada bulan
Maret2011, Presiden RI, Susilo
Bambang
Yudhoyono
telah
menyampaikan kesediaan Indonesia
atas permintaan Filipina untuk
mengirimkan
military
observersebagai
bagian
dari
International Monitoring Team,
dalam kerangka proses perdamaian
13
Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerjasama
ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan,
dan Masa Depan, Ghalia Indonesia, 1995,
hlm.15
Page 9
antara pemerintah Filipina dan Moro
Islamic Liberation Front (MILF) di
Filipina Selatan.
Kesepakatan
Indonesia
dan
Filipina Terkait Zona Ekonomi
Eksklusif
Perundingan RI – Philipina
telah beberapa kali dilaksanakan
khususnya batasmaritim di laut
Sulawesi dan Selatan Mindanao,
perundingan RI – Philipina
sudah mencapai kemajuan yang
cukup baik setelah kedua negara
bertemu dalam Maritime Boundary
Delimitation (MBD) Discussions
Between TheRepublic of Indonesia
And
The
Republic
of
The
Philippinespertama
yang
dilaksanakan pada tahun 1994 dan
Joint Permanent Woorking Group
Meeting onMaritime and Oceans
Concerns (JPWG-MOC) yang telah
dilaksanakan
secara
intensif
sebanyak 12 (dua belas) kali sejak
tahun 2003 hingga tahun 2011.14
Setelah
melakukan
pertemuan terkait Zona Ekonomi
Eksklusif, pemerintah Indonesia dan
Filipina terus berupaya untuk
mengatasi dan menangani masalah
perbatasan. Kedua negara berupaya
untuk
meningkatkan
kerjasama
dibidang keamanan,ekonomi bahkan
politik yang terdapat didaerah
perbatasan tersebut.
Pada tanggal 8 Maret 2011
Presiden RI, Dr. Susilo Bambang
Yudhoyono menerima kunjungan
kehormatan
Presiden
Filipina,
Benigno S. Aquino III, Kunjungan
14
Konflik Perbatsan RI-Filipina
http:/www.kemhan.go.id/ndex.php/arsip/c/4
126/Konflik –Perbatasan RIFilipina/?category id=diakses pada 15 April
2015
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
ini merupakan kunjungan pertama
Presiden Aquino ke Indonesia sejak
resmi dilantik sebagai Presiden
Republik Filipina, 30 Juni 2010.
Deklarasi bersama antara
pemerintah Indonesia dan Filipina
terkait
perbatasan
dituangkan
kedalam sebuah perjanjian pada
tanggal 8 Maret 2011, Menteri Luar
Negeri
kedua
negara
telah
menandatangani Joint Declaration
between the Republic of Indonesia
and the Republic of the Philippines
concerning Maritime Boundary
Delimitation.
Melanjuti tindakan yang
dilakukan oleh kedua negara terkait
tentang permasalahan perbatasan
yang telah dilakukan sebelumnya
yaitu kedua belah pihak melakukan
pertemuan
serta
tersepakatinya
deklarasi bersama (joint declaration)
maka untuk lebih menguatkan
bentuk kerjasama Indonesia dan
Filipina di bidang perbatasan
dilakukanlah persetujuan antara
pemerintah Republik Indonesia dan
pemerintah Republik Filipina terkait
penetapan batas zona ekonomi
eksklusif. Kesepakatan ini dilakukan
pada tanggal 23 Mei 2014 di ManilaFilipina isi dari kesepakatan ini
adalah kedua belah pihak mengacu
kepada pasal-pasal yang ada di
UNCLOS
dan
menerapkannya
terhadap permasalahan yang terjadi
dikedua negara pada saat ini.
SIMPULAN
Perbatasan tentang Zona
Ekonomi Eksklusif menjadi salah
satu isu permasalahan yang sering
terjadi di Indonesia, banyak negara
tetangga yang mengalami masalah
tentang perbatasan ini dengan
Page 10
Indonesia
seperti
Australia,Malaysia,India,Filipina,Pal
au. Sebagian dari permasalahan
antara Indonesia dan nagara tetangga
ini dapat diselesaikan dengan
terbentuknya kesepakatan seperti
yang terjadi antara Indonesia dan
Australia tetapi ada juga sebagian
negara yang belum menemukan titik
temu tentang permasalahan ini.
Menurut UNCLOS ZEE
adalah wilayah yang membentang
sejauh 200 mil dari garis dasar pantai
di mana sebuah negara memiliki hak
eksklusif atas perikanan dan
eksploitasi cadangan gas dan minyak
bawah laut. Suatu pengelolaan
wilayah
laut
Zona
Ekonomi
Eksklusif (ZEE) pertama-tama harus
mengedepankan kedaulatan negara
untuk dimanfaatkan sebagai cara
memakmurkan dan mensejahterakan
rakyat dan negara. Secara prinsip
ZEE sudah mencakup berbagai unsur
yang meliputi pertahanan negara,
pengelolaan sumber daya laut dan
pengakuan
secara
internasional
walaupun masih terbatas.
Motivasi
Indonesia
menyepakati penetapan batas zona
ekonomi eksklusif ini adalah karena
adanya
kepentingan
keamanan,
ekonomi, dan stabilitas politik di
daerah perbatasan yang menjadi titik
konflik.
Kesepakatan ini meliputi
pertemuan antara pihak Indonesia
dan Filipina kemudian dilanjutkan
dengan adanya Joint Declaration
serta persetujuan tentang batas zona
ekonomi eksklusif itu sendiri.
Daftar Pustaka
Asmara, Yuka Asmara. Penguatan Zona
Ekonomi
Eksklusif
Dalam
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Pengelolaan
Sumber
Daya
Maritim Indonesia Di Wilayah
Perbatasan. 2012. Dapat diakses
di
http://bbpse.litbang.kkp.go.id/pub
likasi/jbijak/jurbijak_2012_v2_no
2_(4)_full.pdf
Berdasarkan Deklarasi DJuanda tanggal
13
Desember
1957.sumber:
Evaluasi
Kebijakan
Dalam
Rangka Implementasi Konvensi
Hukum
Laut
Internasional
(UNCLOS 1982) di Indonesia,
Jakarta,
Dewan
Kelautan
Indonesia: 2008, hlm 11.
Charles Comer “The Parting of the
Sulawesi Sea : How U.S. strategy
in the region is slowly
transforming the multinational
environment in Southeast Asia’s
Terorist
Transit
Triangle”
http://fmso.leavenworth.army.mil/
documents/SulawesiSea.pdf
diakses 4 April 2015
DR. AJI Sularso, Artisanal Fisheries in
Indonesia. General Of Surveillance
And Control On Marine Resources
And Fisheries Ministry Of Marine
Affairs And Fisheries Republic Of
Indonesia. 2008
Konsulat Jenderal Republik Indonesia
Davao City Filipina, Menyibak Tabir
WNI I, 2006. Hal. 11.
Konflik
Perbatsan
RI-Filipina
http:/www.kemhan.go.id/ndex.ph
p/arsip/c/4126/Konflik
–
Perbatasan RI-Filipina/?category
id=diakses pada 15 April 2015
Leandro R. Mendoza “Transportation
Security in the Philippines 6th
APEC Transportation Ministerial
Meeting”
www.apectptwg.org.cn/.../Transportation%2
0Security%20Philippines diakses
pada 4 April 2015
Page 11
Oegroseno, Arif Havas “How Indonesia
and the Philippines Solved Their
Maritime
Dispute”
http://thediplomat.com/2014/06/h
ow-indonesia-and-thephilippines-solved-theirmaritime-dispute/
the Philippine Population at
92,34
million”
http://www.census.gov.ph/content
/2010-census
-population-andhousing-reveals-philippinepopulation-9234-milliondiakses
pada 4 April2014
Oktari,
Wulan
Dwi.
Pengaruh
Kerjasama Indonesia dan Filipina
Dalam Mengatasi Penangkapan
Ikan
Ilegal
di
Wilayah
Perbatasan Perairan Kedua
Negara 2005 – 2010. diakses
melalui www.jom.unri.ac.id
Perkambangan Kerjasama Bilateral RI –
Filipina Bidang Kelautan dan
Perikanan periode 2005- 2007.
Departemen
Kelautan
dan
Philippine National Statistical Office
“The
2010
Census
of
Populationand Housing Reveals
Jom FISIP Volume 2 No. 2 Oktober 2015
Perikanan, Jakarta, 2007.
Sjamsumar Dam dan Riswandi,
Kerjasama
ASEAN,
Latar
Belakang, Perkembangan, dan
Masa Depan, Ghalia Indonesia,
1995, hlm.15
Page 12
Download