kajian mitigasi bencana banjir bandang kecamatan leuser aceh

advertisement
Lingkungan
KAJIAN MITIGASI BENCANA BANJIR BANDANG KECAMATAN LEUSER ACEH
TENGGARA MELALUI ANALISIS PERILAKU SUNGAI DAN DAERAH ALIRAN
SUNGAI
(018L)
Azmeri1 dan Devi Sundary1
1
Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Jl.Syaech Abdurrauf No. 7 Darussalam Banda Aceh
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Banjir bandang yang terjadi pada Jumat malam, 17 Agustus 2012 sekitar pukul 22.00 di Sungai
Lawe Liang Pangi Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh diawali hujan dengan intensitas yang
cukup tinggi selama 3 (tiga) hari berturut-turut. Banjir tersebut mengakibatkan jalan longsor pada 15
lokasi. Daerah yang paling parah mengalami kerusakan adalah Desa Naga Timbul, Suka Damae,
Sepakat, Gaya Sendah, Punce Nali, dan Bun-bun Indah. Tujuan kajian ini dilaksanakan untuk
menganalisa perilaku sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) agar dapat memberikan rekomendasi
bagi mitigasi bencana bandang yang merupakan kejadian yang berulang di daerah studi. Dari hasil
kajian diperoleh data sebagai informasi bahwa jenis tanah yang menghampar merupakan lanau
berpasir halus sedikit lempung dan berwarna coklat tua, yang merupakan jenis tanah yang peka
terhadap erosi. Sementara topografi DAS Lawe Liang Pangi merupakan pegunungan dengan
kemiringan sedang hingga curam dan banyak dijumpai alur sungai yang berbelok (meandering).
Berdasarkan perilaku sungai, bahwa perubahan kemiringan dasar sungai yang mendadak pada saat
alur keluar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, maka pada
lokasi ini terjadi proses pengendapan yang sangat intensif. Hal ini menyebabkan mudah
berpindahnya alur sungai dan terbentuknya meander. Pada alur sungai tidak stabil, maka terbentuk
erosi pada tebing belokan luar. Proses terbentuknya meander sungai merupakan keadaan yang alami
dan tidak mengganggu proses alur sungai pada kondisi aliran normal. Oleh karena itu harus
dihindari pekerjaan pelurusan sungai (sodetan/shortcut sungai). Berdasarkan hasil kajian karena
telah terlanjur terjadi sodetan, maka direkomendasikan untuk memberikan perlindungan berupa
penempatan peredam energi untuk daerah sungai yang kemiringannya terjal untuk menghindari
perubahan rezim sungai. Rekomendasi lainnya terhadap penanggulangan dan mitigasi bencana
banjir bandang di Kecamatan Leuser Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu penanggulangan dan mitigasi
bencana berupa tindakan struktural yang disesuaikan dengan tipikal lokasi rawan banjir bandang dan
tindakan non-struktural termasuk pekerjaan vegetasi dan edukasi publik untuk pengelolaan lahan
budidaya.
Kata kunci: Banjir bandang, intensitas hujan, meandering, sodetan, stabilitas tebing
1. PENDAHULUAN
Topografi daerah aliran sungai Lawe Liang Pangi Kecamatan Leuser Aceh Tenggara merupakan pegunungan
dengan kemiringan sedang hingga curam. Desa-desa yang berada di kawasan DAS memiliki morfologi lembah yang
memanjang dan menghampar di antara pegunungan yang ada di dalamnya. Penggunaan lahan didominasi hutan
primer, persawahan, dan perladangan. Jenis tanah yang menghampar merupakan lanau berpasir halus sedikit
lempung dan berwarna coklat tua. Jenis tanah ini peka terhadap erosi. Secara alamiah dari kondisi iklim, topografi
dan jenis tanah, daerah ini sangat rawan terhadap banjir dan longsor. Kondisi ini semakin rentan bila terjadi
pengrusakan daerah hijau pada bagian hulu sungai. Banjir bandang yang terjadi pada daerah aliran sungai pada
tanggal 17 Agustus 2012 yang lalu merupakan salah satu contoh dari kondisi yang disebutkan di atas.
Berdasarkan kejadian banjir bandang yang menyebabkan tingkat kerusakan yang besar, maka diperlukan upaya
mitigasi bencana yang terjadi, baik secara struktural maupun non-struktural. Perlakuan struktural saja (diantaranya
pelurusan sungai/sodetan) tidak akan menyelesaikan permasalahan banjir bandang Leuser untuk jangka panjang.
Untuk memastikan kesesuaiannya pada daerah studi, maka penelitian ilmiah ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi dan analisis yang lebih lengkap terkait dengan banjir bandang Kecamatan Leuser tersebut. Oleh karena
itulah maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kejadian dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat banjir
bandang, yang kemudian akan dianalisis perilaku sungai dan DAS secara hidrologi, hidrolika, dan tata guna lahan.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
L-1
Dengan analisis hidrologi, hidrolika, dan tata guna lahan dapat membantu dalam pengambilan keputusan dengan
lebih akurat sebagai tindakan mitigasi bencana banjir bandang khususnya di Leuser Aceh Tenggara sebagai daerah
yang rawan bencana tersebut.
2.
METODE PENELITIAN
Kebutuhan Data
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu:
1. Data sekunder yang didapat dari beberapa instansi terkait, berupa data hujan, peta Daerah Aliran Sungai
(DAS), peta tata guna lahan.
2. Data primer yang diambil langsung di lapangan, berupa kondisi dan lokasi dampak, pengambilan sampel tanah
tebing lereng sungai, kecepatan dan luas penampang sungai, serta kerusakan infrastuktur.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data primer, yaitu:
1. GPS Garmin; digunakan untuk penelusuran kawasan genangan akibat banjir bandang, penentuan titik longsor
dan lokasi infrastruktur rusak. Tube digunakan untuk pengambilan sampel tanah tebing lereng sungai; dan
2. Tube sampel tanah; digunakan untuk pengambilan data tanah untuk analisis kestabilan lereng.
Data primer dan sekunder digunakan untuk identifikasi bencana banjir bandang. Hasil dari pengolahan data ini
menghasilkan rekomendasi untuk perencanaan perbaikan dan pembangunan kembali infrastruktur pasca bencana
banjir bandang.
Kegiatan Survey
Langkah-langkah yang ditempuh oleh tim survey untuk mendapatkan data adalah:
1. Menginventarisir data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait (PU Pengairan) sehingga susunannya lebih
mudah diinterprestasikan.
2. Melakukan survey sebagai penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer tentang lokasi, pengambilan
sampel tanah, arus normal, dan kerusakan akibat banjir bandang.
3. Mencatat seluruh data yang telah dikumpulkan, kemudian mengevaluasi dan mengolah serta menganalis data
yang telah tersusun.
Rincian kegiatan survey kondisi lapangan, karakteristik dan dampak banjir terhadap infrastruktur (pengairan,
perumahan, dan transportasi) adalah:
1. Pengumpulan data, peta dan informasi kondisi banjir bandang dari badan/intansi terkait (PU Pengairan) di
lokasi studi;
2. Pengamatan langsung bekas ketinggian aliran banjir bandang yang terjadi, dengan melihat bekas-bekas garis
banjir pada bangunan dan infrastruktur yang ada;
3. Inventarisasi kondisi prasarana infrastruktur di daerah yang terkena banjir secara langsung dan
mengkombinasikan dengan data yang diperoleh dari dinas terkait (PU Pengairan);
4. Pengamatan morfologi sungai, alur sungai, dan morfologi lereng.
5. Melaksanakan diskusi (tanya jawab) dengan masyarakat yang terkena dampak langsung bencana banjir
bandang;
Data yang dikumpulkan dalam pekerjaan survey adalah:
1. Karakteristik banjir meliputi lokasi dan ketinggian genangan banjir.
2. Kelongsoran tebing-tebing sungai.
3. Kerusakan infrastruktur khususnya prasarana dasar pengairan dan transportasi.
4. Data dan peta penunjang meliputi: Peta Topografi dan Peta Tata Guna Lahan.
3. HASIL DAN DISKUSI
Gambaran daerah studi
DAS Lawe Liang Pangi mempunyai luas tangkapan hujan (catchment area) sebesar 19,80 km2 dan panjang sungai
utama sekitar 6,90 km. Penggunaan lahan daerah studi umumnya adalah hutan sekunder dan kebun campuran yang
ditanami jagung dan palawija (Gambar 1).
Sungai ini merupakan salah satu anak sungai Lawe Renun yang bermuara ke sungai Lawe Alas, dan sesuai dengan
Keputusan Presiden RI nomor 12 tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai termasuk ke dalam SWS 01.09.A2
Lawe Alas-Singkil. Secara geografis DAS Lawe Liang Pangi terletak pada koordinat antara 97o57’02” - 97o58’57”
BT dan 03o07’03” - 03o08’28” LU, sementara lokasi desa yang terkena bencana banjir bandang terletak pada sekitar
koordinat 97o58’09” BT dan 03o06’05” LU.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
L-2
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Lingkungan
Morfologi sungai
Kondisi topografi lokasi studi secara umum bergelombang dan merupakan perbukitan terjal, dengan elevasi hulu
sungai berada pada ketinggian sekitar +680 m dpl dan hilir sungai (pertemuan dengan sungai Lawe Renun) pada
elevasi +60 m dpl. Bagian tengah ke hulu mempunyai slope sungai sekitar 0,11; bagian tengah ke hilir (pertemuan
dengan sungai Lawe Renun) sekitar 0,06.
Iklim di Sub DAS Lawe Liang Pangi dapat digolongkan beriklim basah dengan curah hujan yang cukup tinggi
berkisar antara 1400-4000 mm/tahun dan curah hujan harian maksimumnya berkisar antara 40 -182 mm/hari.
L = 6.90 km
A = 19.80 km2
Gambar 1. Peta DAS Lawe Liang Pangi
Dampak banjir terhadap infrastruktur
Berdasarkan hasil survey ke lokasi dampak banjir bandang dan data sekunder dari BPBA, diperoleh informasi
bahwa banjir bandang Leuser pada tanggal 17 Agustus 2012 menyebabkan kerugian material yang besar. Dampak
banjir yang terjadi terhadap infrastruktur milik masyarakat dan pemerintah merupakan hasil pengumpulan data
sekunder dan diklarifikasi dari hasil survey lapangan. Dampak banjir terhadap korban jiwa dan infrastruktur seperti
yang diberikan pada Tabel 1.
Hancurnya rumah penduduk, rumah ibadah, kantor pemerintahan, jembatan, jalan, dan rusaknya sekolah yang
terkena dampak banjir bandang tersebut menjadi permasalahan yang kompleks. Setelah terjadinya banjir bandang
Leuser, banyak pendapat dan saran yang diberikan kepada Dinas Pengairan Aceh terkait dengan penanganan banjir
bandang.
Penyebab banjir bandang
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif
bongkah-bongkah batuan dan tanah serta batang-batang kayu (debris) yang berasal dari arah hulu sungai. Banjir
bandang ini dipicu oleh faktor hidrologi yaitu intentitas hujan yang tinggi, faktor klimatologis, dan juga geologis
antara lain longsor dan pembendungan alamiah di daerah hulu (Meon, 2006). Selain berbeda dari segi muatan yang
terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam
proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat (Price, 2009).
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
L-3
Tabel 1. Dampak Banjir terhadap Korban Jiwa dan Infrastruktur
" &&
$
*/*%14+:3
& &
(
!# (
#&$ #&
#% $ # $%$"# % #&$
#&
$!
%
%!# "$ $
$:2**4.
$.6*2*9
*;.$.5-*0
":5,. *31
%:5*8:-*
:5+:55-*0
Sumber: Anonim (2012)
Namun kebanyakan banjir bandang disebabkan oleh hujan ekstrim yang berlangsung dengan durasi lebih dari 6 jam,
sementara kejadian hujan di Leuser selama 3 hari (72 jam). Hujan yang jatuh ditampung dalam cekungan tebing
yang diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan
tinggi. Pembendungan alamiah ini biasanya terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan tanah dan batuan yang
longsor, dahan ranting dan daun tanaman yang berasal dari bagian atas lereng. Proses pembendungan ini dapat
terjadi lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batang kayu yang terseret saat longsor terjadi.
Menurut informasi dari warga setempat bahwa pada tahun 1996-2004 terjadi aktivitas penebangan hutan yang
dilakukan empat perusahaan yang pemilik HPH. Selain itu, dalam lima tahun terakhir, warga menanami ladang
kritis dengan tanaman kemiri. Bahkan dalam tiga tahun terkahir warga beramai-ramai menanam jagung. Menurut
aktivis LSM setempat, pemantau kehutanan di Aceh Tenggara, saat ini setidaknya 100 ribu Ha hutan di kawasan
ekosistem Leuser dalam kondisi kritis.
Pada saat tim survey ke lapangan kayu yang tertumpuk di lokasi merupakan batang-batang kayu yang sebelumnya
tertanam di pinggi sungai, namun akibat terjangan banjir bandang, pohon-pohon teresbut tumbang. Untuk batang
kayu yang tersangkut masih disertai dengan akar dan ranting pohon, maka kayu yang membendung hulu sungai
mungkin saja berasal dari akibat terjadinya tanah longsor yang menyeret pohon yang tumbuh di lereng pegunungan
(Gambar 2). Kerusakan rumah dan infrastruktur diberikan pada Gambar 3 dan 4.
Gambar 2. Tumpukan Kayu Akibat Banjir Bandang
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
L-4
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Lingkungan
Gambar 3. Kerusakan Jalan dan Jembatan Akibat Banjir Bandang
Gambar 4. Kerusakan Perumahan dan Sekolah Akibat Banjir Bandang
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan dan dikaitkan dengan teori yang ada, maka kejadian banjir
bandang di Leuser terjadi disebabkan oleh kondisi yang telah diuraikan di atas.
Analisis hidrolika aliran
Saat tim melakukan survey di lapangan, sedang dilakukan perlakuan struktural penguatan tebing dan normalisasi
aliran sungai pada daerah-daerah rawan seperti dalam wilayah empat desa yang dihantam banjir bandang dan tanah
longsor di Kecamatan Leuser. Dari hasil survey lapangan juga diperoleh fakta bahwa telah dilakukan pelurusan
sungai (shortcut) pada 2 (dua) lokasi di alur sungai yang berbelok (meander) oleh BPBA yang sedang
ditindaklanjuti pengerjaannya oleh Dinas Pengairan Provinsi Aceh (Gambar 5).
Gambar 5. Lokasi Shortcut pada Meander Sungai Lawe Liang Pangi
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
L-5
Berdasarkan teori perilaku sungai, bahwa perubahan kemiringan dasar sungai yang mendadak pada saat alur keluar
dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, maka pada lokasi ini terjadi proses
pengendapan yang sangat intensif. Hal ini menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan terbentuknya
meander. Pada dataran yang rata alur sungai tidak stabil, maka terbentuk erosi pada tebing belokan luar. Proses
terbentuknya meander sungai merupakan keadaan yang alami dan tidak mengganggu proses alur sungai pada
kondisi aliran normal (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985).
Analisis stabilitas lereng
Analisis stabilitas lereng sungai diawali dengan pengambilan sampel tanah yang dilakukan pada 2 (dua) lokasi di
tebing Sungai Lawe Liang Pangi. Sampel tanah yang diambil adalah sampel tak terganggu. Selanjutnya sampel
tanah dimasukkan ke Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil FT Unsyiah.
Dari hasil uji kedua sampel tanah, memiliki karakteristik tanah yang sama, dengan jenis tanah lanau berpasir halus
sedikit lempung dan berwarna coklat tua. Berat unit tanah untuk sampel I sebesar 18,85 kN/m2, harga kohesi 34,3
kPa, dan sudut geser 31,17o. Berat unit tanah untuk sampel II sebesar 18,54 kN/m2, harga kohesi 34,3 kPa, dan sudut
geser 30o. Kedua hasil uji sampel tanah tersebut dilakukan uji stabilitas lereng dengan menggunakan software Geo
Studio 2007 untuk kondisi tanpa luapan air dan dengan luapan air.
Pada lereng I dengan kondisi normal menghasilkan faktor keamanan (Safety Factor, SF) sebesar = 2,10 dan SF pada
kondisi banjir sebesar = 1,343. Pada lereng II dengan kondisi normal memiliki SF = 2,09 dan SF pada kondisi banjir
memiliki SF = 1,345 (Azmeri dan Sundary, 2013). Faktor keamanan rekomendasi adalah SF = 2 untuk kondisi
beban normal dan SF = 1,50 untuk kondisi beban ekstrim (Abramson, et al, 1995). Dan terlihat bahwa pada kondisi
ekstrim yaitu pada saat banjir tebing sungai lebih kecil dibandingkan nilai 1,50. Hal ini memberikan informasi
bahwa pada kondisi banjir (genangan) tebing sungai tidak aman terhadap gerusan. Hal ini tentu lebih berbahaya bila
dilalui oleh banjir bandang dengan kecepatan aliran yang sangat besar dan diiringi dengan muatan masif.
Rekap tindakan/program mitigasi bencana banjir bandang Kecamatan Leuser diberikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rekap Tindakan Mitigasi Banjir Bandang Leuser
No
Jenis
1.
Struktural
Pekerjaan
Bendung Penahan dan pengatur
sedimen sebagai dampak erosi
lereng, Bendung konsolidasi,
Bendung Fleksibel.
Penahan/pelindung
lereng
dengan konstruksi bronjong
kayu, kawat, tembok pasangan,
tembok beton, blok beton,
Pelindung
Tebing
pada
Meander Sungai
Peredam
Energi
pada
Kemiringan
Dasar
Sungai
Terjal
Pekerjaan Terrasering
Pekerjaan Drainase
2.
Non-Struktur
Pekerjaan Terrasering (vegetasi)
Tindakan
Pembuatan saluran-saluran air
terbuka
di
lereng-lereng
pegunungan dengan konstruksi
pasangan batu, beton, blok beton
“U”, saluran tanah yang digebal.
Pembuatan
saluran-saluran
drainase tertutup dengan gulungan
ranting, kerikil, pipa berlubang,
bronjong berisi kerikil.
Pekerjaan terrasering dengan
gebalan rumput dan hamparan
jerami
Pekerjaan terrasering dengan
anyaman ranting dan diperkuat
dengan gebalan
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
L-6
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Lingkungan
No
Jenis
Pekerjaan
Penutupan permukaan tanah
lereng pegunungan
(vegetasi)
Soft-skill
4.
Tindakan
Penanaman berbagai jenis rumput
Penanaman
berbagai
jenis
tumbuhan semak
Penanaman
berbagai
jenis
pepohonan.
Peta risiko bencana banjir
bandang
Kecamatan
Leuser
Agara, peringatan dini (curah
hujan dan debit tinggi) dan latihan
evakuasi (mock drill), Desa Siaga
Bencana, edukasi publik terhadap
teknik pengelolaan hutan dan
pengolahan pertanian.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bencana banjir bandang di Kecamatan Leuser salah satu penyebabnya adalah hujan dengan intensitas yang
tinggi yang terjadi selama 3 hari (72 jam). Hujan yang jatuh ditampung dalam cekungan tebing yang diawali
oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi.
2. Menurut informasi dari warga setempat bahwa pada tahun 1996-2004 terjadi aktivitas penebangan hutan yang
dilakukan empat perusahaan yang pemilik HPH. Selain itu dalam lima tahun terakhir, warga menanami ladang
kritis dengan tanaman kemiri. Bahkan dalam tiga tahun terkahir warga beramai-ramai menanam jagung.
Menurut aktivis LSM setempat sebagai pemantau kehutanan di Aceh Tenggara, saat ini setidaknya 100 ribu
hektar hutan di kawasan ekosistem Leuser dalam kondisi kritis.
3. Berdasarkan teori perilaku sungai, bahwa perubahan kemiringan dasar sungai yang mendadak pada saat alur
keluar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, maka pada lokasi ini
terjadi proses pengendapan yang sangat intensif. Hal ini menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan
terbentuknya meander. Pada dataran yang rata alur sungai tidak stabil, maka terbentuk erosi pada tebing
belokan luar. Proses terbentuknya meander sungai merupakan keadaan yang alami dan tidak mengganggu
proses alur sungai pada kondisi aliran normal. Oleh karena itu harus dihindari pekerjaan pelurusan sungai
(sodetan/shortcut sungai). Bila telah terlanjur terjadi sodetan, maka harus diberikan perlindungan berupa
penempatan peredam energi untuk daerah sungai yang kemiringannya terjal untuk menghindari perubahan
rezim sungai.
4. Dari hasil uji stabilitas tebing sungai untuk kedua lokasi pengambilan sampel, memberikan informasi bahwa
faktor keamanan pada kondisi ekstrim yaitu pada saat banjir tebing sungai lebih kecil dibandingkan nilai 1,50.
Hal ini memberikan informasi bahwa pada kondisi banjir (genangan) tebing sungai tidak aman terhadap
gerusan. Hal ini tentu lebih berbahaya bila dilalui oleh banjir bandang dengan kecepatan aliran yang sangat
besar dan diiringi dengan muatan masif.
DAFTAR PUSTAKA
Abramson, L. W., Lee, T. S., Sharma, S., and Boyce, G. M. (1995). “Slope Stability and Stabilization Methods”,
John Wiley & Sons, Inc, New York.
Anonim. (2012). Data dan Informasi Bencana Banjir Bandang Lawe Liang Pangi. Badan Penanggulangan Bencana
Aceh (BPBA). Kecamatan Leuser Aceh Tenggara.
Azmeri dan Sundary, D. (2013). “Stability Analysis of Edge River Liang Pangi at Leuser Sub-District, Southest
Aceh Regency Towards Flash Flood”. Jurnal Inersia Teknik Sipil FT Universitas Bengkulu, No. 1, Vol.5, hal.
73-83.
Meon, G. (2006). Past and Present chalenges in Flash Flood Forcasting, Dept. of Hydrology. Water Management
and Water Protection, LWI, Technology. University of Brounschweig, Germany.
Price, C. (2009). Early Warning System to Predict Flash Flood, Geophysics and Planetary Physics Department, Tel
Aviv University, Israel.
Sosrodarsono, S. Dan Tominaga, M. (1985). “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”, Pradnya Paramita, Jakarta.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
L-7
Download