BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri pasar modal merupakan industri kepercayaan dari para investor dalam
berinvestasi di pasar modal. Investor membeli suatu saham karena yakin bahwa
saham yang dia beli akan memberikan manfaat baginya investor itu sendiri. Investor
tidak akan membeli atau menjual saham dengan kondisi yang tidak jelas karena akan
menjadi kerugian bagi investor itu sendiri.
Penentuan harga di pasar modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau fakta
materiel, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga. Informasi yang harus
disampaikan kepada publik adalah informasi yang akurat dan lengkap sesuai dengan
keadaan perusahaan1. Pemberian informasi ini berdasarkan pada prinsip keterbukaan
(disclosure), karena prinsip keterbukaan adalah jiwa dari pasar modal.
Informasi yang berdasarkan prinsip keterbukaan akan dapat mengantisipasi
kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau fakta materiel atau tidak
meratanya informasi bagi investor, disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan
dan bisa juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan
kepada orang-orang tertentu.
1
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, 2004, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
Kencana,Jakarta, h. 230.
1
2
Keterbukaan informasi (disclosure information) merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk diketahui para investor karena dengan adanya keterbukaan
informasi inilah kegiatan di pasar modal akan menjadi lebih efisien, sehingga para
investor dapat menganalisis dan mendapat keuntungan dalam melakukan penawaran
jual atau beli atas suatu efek2. Selain itu dengan adanya suatu keterbukaan informasi
maka informasi yang akan dikeluarkan atau diumumkan oleh perusahaan publik pada
saat perdagangan saham akan dapat secara merata diterima oleh para calon investor
sehingga akan dapat terbentuk harga pasar yang wajar. Namun apabila suatu
informasi yang dikeluarkan atau diumumkan oleh perusahaan publik formasi tersebut
sudah diketahui oleh pihak-pihak (investor) sebelum perdagangan saham maka akan
sangat merugikan calon investor yang baru akan melakukan perdagangan saham pada
saat informasi tersebut dikeluarkan secara bersamaan. Oleh karena itu suatu tindakan
yang merugikan calon investor tersebut merupakan kejahatan terhadap prinsip
keterbukaan.
Salah satu jenis kejahatan terhadap prinsip keterbukaan adalah insider
trading. Insiser trading yaitu tindakan yang melibatkan sekelompok orang dalam
yang dengan sengaja memanfaatkan informasi untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya melalui perdagangan saham di bursa3. Apabila terjadi insider
2
Iman Sjahputra Tunggal, 2000, Tanya-Jawab Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia,
Harvarindo, Jakarta, h. 113.
3
Ibid, h. 111.
3
trading, maka dapat menciptakan perdagangan saham yang tidak fair yang
disebabkan harga saham tidak direfleksikan dari informasi saham yang efisien.
Pelaku insider trading terbagi menjadi dua, yakni pihak langsung dan pihak
tidak langsung. Pihak langsung adalah pihak yang mengemban kepercayaan secara
langsung dari emiten atau perusahaan publik yang berada dalam fiduciary position.
Pihak tidak langsung adalah pihak lain yang menerima informasi orang dalam dari
pihak pertama (fiduciary position) baik secara secara pasif maupun aktif melawan
hukum maupun tidak melawan hukum untuk memperoleh informasi rahasia orang
dalam seperti pegawai restoran yang tidak sengaja mengetahui informasi rahasia dari
orang dalam tesebut yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk membeli
saham demi keuntungan pribadi yang mana dalam hal ini pelaku tersebut dikenal
dengan tippee.4
Dalam kegiatan pasar modal, orang yang terlibat langsung di dalam Pasar
Modal menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) merupakan
pihak yang menempati posisi sebagai orang yang dipercaya, termasuk orang-orang
berkedudukan sebagai direksi, komisaris, pemegang saham, perantara, dan pengawas
pasar modal. Oleh karena itu sehingga orang-orang yang menempati posisi tersebut
disebut sebagai orang dalam (insider) atau bisa dikategorikan sebagai pihak yang
berada dalam fiduciary position. Hal itu dapat dilihat dari ketentuan Pasal 95 UUPM
mengkategorikan orang dalam (insider) meliputi: komisaris, direktur, atau pegawai
4
Munir Fuady, 2001, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Ctk. Kedua, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, h.174.
4
emiten atau perusahaan publik, pemegang saham utama emiten atau perusahaan
publik, orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena
hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkan orang
tersebut memperoleh informasi orang dalam dan Pihak yang dalam waktu 6 (enam)
bulan terakhir tidak lagi menjadi orang dalam.
Dalam perdagangan saham terkadang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
ada hubungannya dengan pasar modal, tetapi memperoleh informasi itu dari insider
yang didasarkan karena adanya suatu informasi orang dalam (inside information)
yang penting dan belum terbuka untuk umum. Dalam hal ini tindakan dilakukan oleh
pihak lain yang mendapatkan informasi dari orang dalam tersebut dikenal dengan
pihak tippee. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa tippee merupakan pelaku insider
trading, namun tidak termasuk dalam kategori orang dalam (insider) karena tippee
tersebut merupakan pihak yang bukan orang dalam namun mendapatkan informasi
dari orang dalam (insider).
Tippee merupakan pelaku insider trading dalam perdagangan saham yang
tidak fair yang ada di Amerika Serikat. Berdasarkan pasal 10b-5 The securities
Exchange Act, tippee adalah seseorang yang dirinya bukan orang dalam, namun
seseorang yang termasuk orang dalam dengan sadar memberikan informasi internal
kepadanya.5
5
Tandi Pada Palayukan, 2013, Analisis Terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar
Modal, USU Law Journal, Vol.II. No.2.
5
Kasus insider trading yang melibatkan tippee di Amerika Serikat muncul
dalam kasus Rajaratnam yang mana dalam kasus ini, orang dalam perusahaan
memberikan informasi rahasia kepada Rajaratnam selaku sebagai pihak yang disebut
tippee. Rajaratnam merupakan seorang manager investasi hedge fund yang mengatur
investasi besar individu yang mana dalam hal ini Rajaratnam bukan merupakan pihak
dalam perusahaan baik perusahaan intel, IBM, dan McKinsey Company ataupun
pihak yang memiliki hubungan perusahaan dengan perusahaan-perusahaan tersebut
tetapi memperoleh informasi rahasia dari perusahaan intel, IBM, dan McKinsey
Company yang mana dengan mempergunakan informasi yang bersifat rahasia dan
belum terbuka untuk umum tersebut Rajaratnam yang merupakan seorang manager
investasi hedge fund selaku sebagai tippee membeli saham demi keuntungan
pribadinya6.Terkait kasus Rajaratnam tersebut, apabila diasumsikan kasus insider
trading yang melibatkan tippee tersebut terjadi di Indonesia, maka dapat dilihat akan
sulit untuk dibuktikan dan diselesaikan karena tidak didukung oleh sistem hukum
yang ada saat ini di Indonesia.
Tippee yang merupakan pelaku insider trading secara tidak langsung ini
sebenarnya sudah diatur di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari pengertian pihak
tippee yaitu pihak lain yang menerima informasi orang dalam dari pihak pertama
(fiduciary position) secara melawan hukum untuk mencari informasi rahasia orang
dalam yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk membeli saham demi
6
Http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/05/13/05354014/Rajaratnam.Bersalah,
Diakses 20 September 2014.
6
keuntungan pribadi. Tippee tersebut dapat dilihat pada pasal 97 UUPM yang mana
merumuskan setiap pihak dengan sengaja berusaha secara melawan hukum untuk
memperoleh dan pada akhirnya memperoleh informasi orang dalam dikenakan
larangan yang sama dengan ketentuan Pasal 95 dan Pasal 96 UUPM. Dalam
penjelasan pasal 97 UUPM tersebut dapat dilihat hanya tindakan pihak yang berusaha
secara melawan hukum saja yang sudah diatur, namun tindakan tippee yang secara
tidak langsung memperoleh informasi orang dalam dengan tidak sengaja dan tidak
melawan hukum yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk membeli
saham demi keuntungan pribadi belum diatur di Indonesia. Selain itu tindakan tippee
yang melakukan tindakan melawan hukum dan tidak sengaja memperoleh informasi
orang dalam tersebut kemudian memberikan informasi tersebut kepada pihak lain
yang bukan orang dalam atau dikenal dengan pihak secondary tippee untuk
melakukan perdagangan saham maka tidak akan dihukum karena pihak secondary
tippee tersebut tidak diatur di Indonesia. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan
calon investor yang ingin melakukan perdagangan saham. Oleh karena itu belum
diaturnya pihak tippee yang secara tidak sengaja mengetahui informasi rahasia
tersebut dan secondary tippee yang memperoleh informasi dari tippee tersebut akan
menimbulkan celah dalam melakukan perdagangan saham yang tidak fair dengan
menggunakan informasi yang diperoleh tersebut. Meskipun demikian tidak diaturnya
mengenai tippee tersebut, kegiatan pasar modal akan tetap berjalan namun akan
sangat perlu diatur jika tindakan tippee tersebut merugikan investor.
7
Dalam kenyataan belum diaturnya pelaku insider trading (tippee) tersebut
dapat dilihat pada kasus transaksi saham PT Indosat Tbk, yang mana kasus ini
mencuat pada tanggal 14 Desember 1998, PT Indosat Tbk (ISAT) menyelenggarakan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang antara lain menyetujui
dilakukannya pengeluaran saham dalam portepel tanpa melakukan Penawaran Umum
Terbatas kepada para pemegang saham yang kemudian pada tanggal 15 Mei 2002
dilakukan rapat di kantor Kementerian BUMN yang membahas mengenai divestasi
saham ISAT oleh Pemerintah dan program pengeluaran saham baru oleh ISAT. Rapat
tersebut dihadiri oleh penasihat keuangan Kementrian BUMN, yakni PT Mandiri
Sekuritas dan PT Merril Lynch Indonesia. Pada tanggal 16 Mei 2002, pemerintah
Indonesia melakukan divestasi saham ISAT yang dilakukan oleh kementrian BUMN
sebanyak 83,5 juta saham ISAT pada harga Rp. 12.000/saham, kemudian pada
tanggal 16 Mei 2002 PT Merril Lynch Indonesia melakukan penjualan saham ISAT
sebanyak 4.135.500 lembar dari 2 nasabahnya yaitu Merril Lynch Pierce, Fenner and
Smith Inc sebanyak 3.535.500 lembar dan PT Merril Lynch International sebanyak
600.000 lembar, dengan total volume perdagangan sebesar 39,48% dari seluruh
transaksi saham ISAT pada tanggal 16 Mei 2002 yang mana dalam hal ini PT Merril
Lynch Indonesia memberikan informasi orang dalam tersebut kepada Merril Lynch
Pierce, Fenner and Smith Inc dan Merril Lynch International. Kegagalan transaksi ini
menimbulkan tuduhan kepada Merril Lynch yang diduga telah melakukan transaksi
melalui orang dalam atau insider trading. Merril Lynch secara jelas telah melakukan
tindakan ini, karena selain sebagai penasehat keuangan dalam right issue Indosat, juga
8
bertindak dengan memberikan rekomendasi pembelian saham Indosat secara bersamaan
penjualan saham tersebut pada tanggal 16 Mei 2002 Manajemen Indosat telah
mengeluarkan pernyataan bahwa Indosat akan melakukan right issue melalui Merril
Lynch sebelum korporasi private placement tanggal 16 Mei 2002, sehingga
mengaburkan informasi dan mempengaruhi harga per unit saham. PT. DR sebagai
penasehat keuangan pemerintah telah mengguyur pasar dengan menjual saham selama 4
hari sejak 13 hingga 16 Mei 2002, sebanyak 138 juta lembar, bahwa dicurigai telah
terjadi insider trading (mempengaruhi pasar) yang mana tentu dalam hal ini sangat
melemahkan volume dan harga jual saham menjadi hanya sekitar Rp. 12.000 per unit
saham dan volumenya hanya mencapai 8,1% atau sebesar Rp1 Triliun.7
Berdasarkan beberapa fakta tersebut diatas, PT Merril Lynch Indonesia
memiliki informasi orang dalam karena turut serta dalam pertemuan dan pembicaraan
berkaitan dengan corporate action ISAT. Meskipun demikian PT Merril Lynch
Indonesia tidak dikategorikan sebagai orang dalam sebagaimana dimaksud orang
dalam dalam pasal 95 UUPM yaitu komisaris, direktur, atau pegawai emiten atau
perusahaan publik, pemegang saham utana emiten atau perusahaan publik, orang
perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya
dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkan orang tersebut memperoleh
informasi orang dalam dan Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak
lagi menjadi orang dalam. Hubungan hukum antara PT Merril Lynch Indonesia
7
Jusuf Anwar, 2008, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, P.T
Alumni, Bandung (Selanjutnya disebut Jusuf Anwar I), h. 54-55.
9
dengan ISAT adalah hubungan usaha. Menurut pasal 95 UUPM, hubungan usaha
adalah hubungan kerja dalam kegiatan usaha antara lain hubungan nasabah, pemasok,
kontraktor, pelanggan, dan kreditur. Berdasarkan penjelasan hubungan usaha tersebut
maka PT Merril Lynch Indonesia tidak dikategorikan sebagai orang dalam karena
hubungan usaha PT Merril Lynch merupakan penasehat investasi ISAT. Selain itu
Merril Lynch Pierce, Fenner and Smith Inc dan Merril Lynch International yang
diberikan informasi oleh PT Merril Lynch Indonesia juga tidak dikategorikan sebagai
orang dalam karena hanya sebagai penerima informasi, maka pelaku penerima
informasi tersebut tidak akan dihukum karena UUPM belum mengatur pelaku insider
trading tersebut atau dikenal dengan pihak tippee.
Dari contoh kasus transaksi saham PT Indosat Tbk tersebut dapat dinilai
bahwa pelaku insider trading dapat melakukan berbagai cara untuk melakukan
perdagangan saham tidak fair. Selain itu penegakan hukum terhadap pelaku insider
trading di pasar modal Indonesia kurang tegas dan masih lemah, sehingga perlu
adanya pengaturan yang lebih jelas dan lengkap serta sanksi yang tegas bagi pelaku
insider trading tersebut. Hal ini tentu akan menimbulkan suatu kerugian bagi para
pihak, terutama para investor yang ingin menjual atau membeli saham.8
Dalam kenyataan terjadinya kejahatan insider trading, maka dibutukan
pengaturan yang lebih tegas dalam rangka untuk menciptakan perlindungan hukum
terhadap tindakan insider trading yang sangat merugikan para investor. Perlindungan
8
Ibid.
10
hukum itu berupa pembuatan aturan hukum yang adil dan dinamis karena dengan
penegakan dan pembuatan aturan hukum yang adil dan dinamis, akan menciptakan
suatu kepercayaan para investor untuk menginvestasikan modalnya di pasar modal
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diangkat permasalahan
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tindakan tippee dalam insider trading pada perdagangan saham di
Indonesia?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi investor bila terjadi insider trading oleh
tippee dalam kegiatan pasar modal?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Selanjutnya agar dalam penelitian ini pembahasannya tidak terlalu luas dan
menyimpang dari pokok-pokok permasalahanya, terlebih dahulu ditentukan mengenai
batas-batas masalahnya yaitu :
1. Untuk mencari tahu tindakan tippee dalam insider trading pada
perdagangan saham di Indonesia.
2. Berkaitan dengan perlindungan hukum bagi investor bila terjadi insider
trading oleh tippee dalam kegiatan pasar modal.
11
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam Pembuatan tesis ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu
sebagai berikut:
a. Tujuan umum
1. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan wawasan
tentang studi hukum, khususnya mengenai perlindungan hukum
bagi investor bila terjadi insider trading oleh tippee dalam
kegiatan pasar modal.
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan wawasan
yang menyangkut pertumbuhan dan perekembangan ilmu hukum
bisnis, khususnya di bidang hukum pasar modal mengenai
tindakan tippee dalam insider trading perdagangan saham di
Indonesia.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi investor bila terjadi
insider trading oleh tippee dalam kegiatan pasar modal.
2. Untuk mengetahui tindakan tippee dalam insider trading pada
perdagangan saham di Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam tesis ini dapat dibedakan berdasarkan manfaat
teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut:
12
a. Manfaat teoritis
1.
Kegiatan penelitian merupakan sebuah momen yang sangat
penting karena dapat menerapkan berbagai jenis teori yang
diperoleh selama perkuliahan.
2.
Untuk memberikan sumbangan pemikiran, baik berupa teori,
asas-asas, atau prinsip-prinsip yang terkait perlindungan
hukum bagi investor bila terjadi insider trading oleh tippee
dalam perdagangan saham.
b. Manfaat praktis
1. Bagi kalangan pelaku bisnis, dapat sebagai gambaran mengenai
tindakan tippee dan perlindungan hukum bagi investor bila
terjadi insider trading oleh tippee dalam kegiatan pasar modal.
2. Bagi investor, dapat sebagai gambaran tentang bentuk
perlindungan hukum terhadap adanya insider trading oleh pihak
tippee dalam perdagangan saham di kegiatan pasar modal.
3. Penelitian ini juga bermanfaat bagi instansi pemerintahan
khususnya yang membidangi hukum pasar modal dan selain itu
dapat sebagai masukan bagi pemerintah dalam membentuk
peraturan
perundang-undangan
yang
berkaitan
dengan
perlindungan hukum terhadap investor yang lebih baik serta
tidak memihak sebelah.
13
1.6 Orisinalitas Penelitian
Masalah perlindungan hukum terhadap investor merupakan masalah yang
begitu kompleks sehingga hal ini menyebabkan berbagai kalangan tertarik untuk
mengangkat topik ini menjadi objek penelitian.
Penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya, akan tetapi
terdapat beberapa penelitian serupa yang secara garis besar dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut yaitu:
Bagan 1. Orisinalitas Penelitian
No
1
2
Nama
/Tahun/
Program
Studi/
Universitas
Judul Tesis
Rumusan
Masalah
I Gusti Ngurah
Astawa/2010 /
Magister Ilmu
Hukum/
Universitas
Narotama
Surabaya
Prinsip
Keterbukaan
Sebagai
Perlindungan
Hukum Investor
Publik Dalam
Pasar Modal
1. Bagaimanakah
perlindungan
hukum investor
publik dalam pasar
modal?
HUR Young
Soon /2012 /
Magister Hukum
Ekonomi/
Universitas
Indonesia
Salemba, Jakarta
Perlindungan
Investor Asing
Dalam Hukum
Penanaman
Modal Di
Indonesia (Studi
Banding Hukum
Penanaman
Modal Asing
Indonesia Dan
Korea Selatan)
2.Bagaimanakah
implementasi
prinsip keterbukaan
sebagai
perlindungan
hukum kepada
investor publik?
1.Bagaimana
perlindungan
investor asing dalam
hukum penanaman
modal di Indonesia
khusunya investor
Korea Selatan?
2. Bagaimana
Perbandingan
hukum penanaman
modal asing di
Indonesia dan Korea
Jenis
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hukum
Normatif
Penelitian ini
tidak mengkaji
tentang insider
Trading,hanya
mengenai
ketentuan dari
keterbukaan
informasi dalam
prlindungan
terhadap investor
publik
Penelitian
Hukum
Normatif
Mengkaji
perlindungan
terhadap investor
asing dalam
hukum
penanaman
modal di
Indonesia
khususnya
investor Korea
Selatan beserta
perbandingan
hukum
14
Selatan?
Donny
Widhyanto
/2003 / Magister
Ilmu Hukum/
Universitas
Diponegoro
Semarang
3
Penerapan Prinsip
Disclosure
Sebagai Upaya
Pencegahan
Praktek Insider
Trading Dalam
Transaksi Efek
1. faktor-faktor apa
yang meyebabkan
terjadinya praktek
insider trading
dalam transaksi
efek?
Penelitian
Hukum
Normatif dan
Empiris.
2.Bagaimanakah
peranan penggunaan
prinsip Disclosure
dan upaya
pencegahan praktek
insider trading
dalam transaksi
efek?
penanaman
modal asing di
Indonesia dan
Korea Selatan
Mengkaji
mengenai
Peranan
penggunaan
prinsip
Disclosure dan
upaya
pencegahan
praktek insider
trading dalam
transaksi efek dan
kebijakan
pemerintah serta
implementasinya
bagi pelaku
insider trading.
3.Upaya-upaya apa
yang perlu
dilakukan dalam
rangka pencegahan
praktek insider
tradingdalam
transaksi efek?
1.7 Landasan Teoritis
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya landasan teoritis
sehingga dapat
mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta
memperkembangkan defenisi-defenisi. Menurut Kaelan M.S. Landasan teori pada
suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasan teori
dalam suatu penelitian adalah bersifat strategis artinya memberikan realisasi
pelaksanaan penelitian.9
9
Kaelan, 2005, Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat (Paradigma bagi Pengembangan
Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni),
Paradigma, Yogyakarta, h. 239.
15
Pengertian pasar modal menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disingkat UUPM), adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Dalam pasar modal yang dipertemukan adalah pemilik dana dengan pengguna
dana untuk tujuan investasi jangka menengah10. Pengertian pasar modal sebagaimana
pasar umumnya yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.11
Dalam pasar modal yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Selain itu
pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga, seperti
saham, sertifikat saham dan obligasi.12
Dalam perekonomian modern adanya pasar modal dalam ekonomi suatu
Negara adalah suatu kebutuhan13. Pasar modal merupakan suatu pasar yang modern,
karena dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah dana atau modal. Sebagai
suatu pasar modern, pasar modal merupakan tempat untuk melakukan kegiatan dalam
penawaran umum dan perdagangan efek (saham) dari perusahaan publik yang pada
intinya adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli dana yang diperantarai oleh
10
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, 2009, Hukum Pasar Modal Di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, h. 3.
11
Abdul R. Saliman, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus),
Kencana, Jakarta, h. 211.
12
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, 2009, Hukum Investasi & Pasar Modal, Sinar
Grafika, Malang, h. 166.
13
Hamud M. Balfas, 2006, Hukum Pasar Modal Indonesia, PT Tatanusa, Jakarta, h. 1.
16
para anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan
transaksi jual beli.
Dalam suatu perjanjian jual beli pihak yang satu (penjual) berjanji untuk
menyerahkan suatu kebendaan sedangkan pihak yang lain (pembeli) berjanji untuk
membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari yang
diperjanjikan14. Dalam perjanjian jual beli terkandung suatu asas konsesualisme, yang
artinya perjanjian jual beli itu terjadi pada saat terjadinya kata sepakat dari dua belah
pihak mengenai harga dan barang. Sifat konsensual tersebut ditegaskan dalam Pasal
1458 KUH Perdata yang merumuskan: “Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua
belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga,
meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”.
Dalam kegiatan pasar modal, kebenaran akan suatu informasi merupakan
kewajiban yang harus dijalankan oleh perusahaan publik sebagai bentuk perlindungan
hukum kepada para investor. Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal
yang dimaksud informasi atau fakta material
adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau
fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan dengan informasi atau
fakta tersebut. Menurut penjelasan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, contoh Informasi atau fakta material yaitu penggabungan
14
Moch. Faisal Salam, 2007, Penyelesaian Sengketa Bisnis Secara Nasional Dan
Internasional, Mandar Maju, Bandung, h. 14.
17
usaha, pengambilalihan, peleburan usaha atau pembentukan usaha, pemecahan saham
atau pembagian dividen saham, pendapatan dan dividen yang luar biasa, perolehan
atau kehilangan kontrak penting, produk atau penemuan baru yang berarti, perubahan
tahun buku perusahaan serta perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting
dalam manajemen.
Dalam penyusunan suatu informasi atau prospektus harus mengacu pada halhal berikut,yaitu:
1. Prospektus harus memuat semua rincian dan fakta materiel mengenai penawaran
umum dari emiten.
2. Prospektus haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan komunikatif.
3. Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling penting harus dibuat
ringkasannya dan diungkapkan pada bagian awal prospektus.
4. Emiten, penjamin pelaksana emisi, lembaga serta profesi penunjang pasar modal
bertanggung jawab untuk menentukan dan mengungkapkan fakta secara jelas dan
mudah dibaca.15
Prospektus merupakan wujud dari keterbukaan informasi dalam kegiatan
pasar modal.
The Prospectus is a written disclosure document that must be submitted to the SEC
along with the registration statement. The prospectus, which contains much of the
same information as the registration statement, is used as a selling tool by the issuer.
It is provided to the prospective investors to enable them to evaluatethe financial risk
of the investment.16
Melalui definisi tersebut dijelaskan bahwa prospektus merupakan dokumen
pengungkapan tertulis yang harus disampaikan kepada SEC bersamaan dengan
15
Tijptono Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, 2001, Pasar Modal di Indonesia,
Pendekatan Tanya Jawab, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, h. 53.
16
Henry R. Cheeseman, 2000, Contemporary Business Law, Third Edition, Prentice Hall, Inc,
New Jersey, p.691.
18
pernyataan pendaftaran yang mana berisi banyak informasi yang sama seperti
pernyataan pendaftaran untuk digunakan sebagai alat jual oleh penerbit sehingga
calon investor dapat memungkinkan untuk melakukan evaluasi terhadap risiko
keuangan investasi.
Dalam keterbukaan informasi ada juga informasi yang dilarang yaitu
pertama, memberikan informasi yang salah sama sekali dengan menyebarkan rumor
bahwa suatu perusahaan akan segera dilikuidasi, yang membuat pasar merespons
sehingga menyebabkan harga saham jatuh tajam dibursa. Kedua, memberikan
informasi yang setengah benar dan memberikan informasi yang tidak lengkap
mengenai suatu perusahaan akan segera dilikuidasi oleh pemerintah, padahal
perusahaan tersebut termasuk yang diambil oleh pemerintah. Ketiga, sama sekali
diam terhadap fakta atau informasi material yang mana dalam hal ini pihak dari
perusahaan tidak membuka informasi kepada investor untuk melakukan perdagangan
saham tetapi menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi.17
Dalam memperkuat masalah-masalah mengenai praktek perdagangan saham
diperlukan teori-teori dan asas-asas hukum yang berupa serangkaian asumsi, konsep,
definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistemats
dengan cara merumuskan hubungan konsep18. Menurut Neuman, teori adalah suatu
sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya
atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang
17
Munir Fuady, op.cit, h.79.
18
Burhan Ashofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 19.
19
dunia19. Sedangkan menurut Paul Scholten, asas hukum merupakan pikiran-pikiran
dasar yang terdapat didalam dan dibelakang sistem hukum yang masing-masing
dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan dan putusan hakim yang
berkenaan dengan ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat
dipandang sebagai penjabarannya.20
Dalam keterbukaan informasi, menjaga keseimbangan antara kepentingan
perusahaan untuk menjaga rahasia perusahaan di satu pihak dan pihak lain hak-hak
pemegang saham untuk melindungi investasi mereka, sehingga hal ini merupakan
suatu dilema. Dalam satu pihak hukum terus mengejar dengan memerinci sedetildetilnya tentang hal-hal apa saja yang mesti di buka oleh pihak-pihak penyandang
kewajiban disclosure. Selanjutnya untuk pihak lain hukum juga harus memproteksi
kepentingan-kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi
tersebut.
Keselarasan diantara dua kepentingan yang kontradiktif tersebut, tercermin
dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa suatu keterbukaan di pasar modal
tidaklah semata-mata full tetapi juga haruslah fair, seperti yang tersimpul dalam
istilah full and fair disclosure. Full and fair disclosure adalah kewajiban dari suatu
perusahaan untuk secara terbuka menginformasikan secara merata suatu keakuratan,
kelengkapan informasi material mengenai usaha atau efek dalam waktu yang tepat
19
H.R. Otje Salman dan Anton P. Susanto, 2004, Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan
dan Membuka Kembali), PT Refika Aditama, Bandung, h.22.
20
Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, 2003, Hukum Bisnis (Dalam Persepsi Manusia
Modern), Refika Aditama, Bandung, h.50.
20
kepada investor maupun calon investor saat dibukanya informasi tersebut21. Oleh
karena itu dengan diterimannya informasi secara bersamaan dan merata, maka calon
investor akan dapat mempergunakan informasi tersebut untuk kepentingan masingmasing dengan baik. Selain itu dapat memastikan bahwa tidak ada salah satu pihak
pun yang diuntungkan, baik karena hubungan yang bersangkutan dengan perusahaan
maupun karena yang bersangkutan memperolehnya dengan cara melawan hukum.
sehingga hak-hak dari calon investor akan dapat terpenuhi dan tidak ada yang
dirugikan akibat tindakan yang tidak fair. Oleh karena itu dalam hal ini berarti
dengan adanya keterbukaan informasi ini berarti telah diterapkannya prinsip keadilan
untuk para investor.
Dalam konsep keadilan yang dikemukakan oleh John Rawls mengenai konsep
keadilan tersebut keadilan sebagai fairness, yang mengandung asas-asas, bahwa orangorang merdeka dari rasional yang berkehendak untuk mengembangkan kepentingan,
hendaknya memperoleh suatu kedudukan yang sama pada saat akan memulainya dan
merupakan syarat fundamental bagi mereka untuk memasuki perhimpunan yang mereka
kehendaki.22
Menurut John Rawls dalam konsep keadilan tersebut terdapat prinsip-prinsip
keadilan. Prinsip pertama yang dinyatakan sebagai prinsip kebebasan yang sama,
seperti kebebasan beragama, kemerdekaan berpolitik kebebasan berpendapat dan
21
Munir Fuady, op.cit, h.79.
22
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung (Selanjutnya disebut
Satjipto Rahardjo I), h. 298.
21
mengemukakan ekpresi, sedangkan prinsip kedua dinyatakan sebagai prinsip
perbedaan, yang sama seperti prinsip persamaan kesempatan. Lebih lanjut John
Rawls menegaskan pandangannya terhadap keadilan bahwa program penegakan
keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip keadilan,
yaitu pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang
paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu mengatur
kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberi
keuntungan yang bersifat timbal balik. Oleh karena itu prinsip perbedaan menuntut
diaturnya struktur dasar masyarakat sedemikian rupa sehingga kesenjangan prospek
mendapat hal-hal utama kesejahteraan, pendapatan, otoritas diperuntukkan bagi
keuntungan orang-orang yang paling kurang beruntung.
Prinsip mengenai keadilan adalah bahwa para invidu dihadapan lainnya
berhak atas kedudukan relatif berupa kesetaraan atau ketidaksetaraan tertentu23. Oleh
karena itu dengan adanya prinsip keadilan maka dapatlah menimbulkan suatu
integritas dan komitmen dari seluruh pelaku pasar modal untuk menciptakan kegiatan
pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, karena sering kali investor dirugikan
karena tindakan emiten atau perusahaan publik yang melakukan pelanggaran dalam
pasar modal. Investor didalam pasar modal yang dimaksud adalah para pemegang
saham yang terlibat dalam transaksi saham dibursa efek. Pada dasarnya keadilan yang
dimaksud disini adalah agar informasi yang keluar dari perusahaan dapat sampai
23
H.L.A Hart, 2013, Konsep hukum, cet, V, terjemahan M. Khozim, Nusa Media, Bandung, h.
246.
22
kepada pemodal dan calon pemodal secara bersamaan dan merata sehingga hak-hak
dari investor maupun calon investor dapat terpenuhi.
Dalam memenuhi hak-hak calon investor, ada 3 teori mengenai hak yaitu
sebagai berikut :
1. Teori yang menganggap hak sebagai kepentingan yang terlindungi;
2. Teori yang menganggap hak sebagai kehendak yang dilengkapi dengan
kekuatan;
3.Teori gabungan antara unsur-unsur kehendak dan kepentingan yang
terlindungi.24
ad 1.Teori yang menganggap hak sebagai kepentingan yang terlindungi
Menurut Rudolf ven Jgering, teori ini merumuskan bahwa hak itu merupakan
sesuatu yang penting bagi yang bersangkutan, yang dilindungi oleh hukum.
ad 2.Teori yang menganggap hak sebagai kehendak yang dilengkapi dengan kekuatan
Menurut Bernhard Winscheid, teori ini mengatakan bahwa hak itu adalah
suatu kehendak yang diperlengkapi dengan kekuatan yang oleh tata tertib hukum
diberikan kepada yang bersangkutan.
ad 3. Teori gabungan antara unsur-unsur kehendak dan kepentingan yang terlindungi
Menurut Apeldoorn, hak adalah suatu kekuatan yang diatur oleh hukum dan
kekuasaan yang berdasarkan kesusilaan (moral) dan tidak hanya kekuatan fisik saja.
24
R. Soeroso, 2007, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 274-275.
23
Dalam praktik perdagangan saham di pasar modal yang terkait dengan
informasi material, terdapat tiga teori yang dikenal yaitu:
1. Fiduciary Duty Theory (Teori Hubungan Kepercayaan)
Menurut Sean P. Leuba, berdasarkan teori ini, yang terdiri dari komisaris,
direktur, pemegang saham utama dan pegawai perusahaan merupakan contoh klasik
dari penentuan insider bahwa setiap orang mempunyai hubungan yang didasarkan
pada kepercayaan dengan perusahaan25. Oleh karena itu pihak-pihak yang dibayar
oleh perusahaan untuk melaksanakan tugas yang diberikan, maka dia mempunyai
kewajiban kepada perusahaan untuk menjalankan hal tersebut sebaik-baiknya dengan
ukuran etis dan ekonomis yang tinggi. Dalam menjalankan kewajibannya, yang
bersangkutan tidak boleh mengambil manfaat bahkan harus mengorbankan
kepentingan pribadi untuk kepentingan perusahaan.
2. Misappropriation Theory (Teori Penyalahgunaan)
Menurut Donald C. Langervoort, teori ini menjelaskan tentang suatu transaksi
yang dilakukan oleh orang luar perusahaan atau bukan orang dalam perusahaan yang
mana secara tidak sengaja berdasarkan informasi yang belum tersedia bagi
masyarakat, dianggap sama dengan telah melakukan perdagangan orang dalam.26
Perdagangan orang dalam melibatkan sekelompok orang yang dengan sengaja
memanfaatkan informasi orang dalam untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya melalui perdagangan saham di bursa.
25
Tandi Pada Palayukan,op.cit.
26
Yulfasni, 2005, Hukum Pasar Modal, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, h. 110-112.
24
Ada enam hal pokok yang melengkapi terjadinya proses perdagangan orang
dalam yaitu :
1. Adanya perdagangan efek
2. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan
3. Adanya inside information
4. Inside information tersebut belum terbuka untuk umum
5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information tersebut
6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak.27
Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi menyesatkan menjadi
mutlak diperlukan dan penegakkan aturan hukum (law enforcement) harus diterapkan
dengan memberikan sanksi yang tegas terhadap para pihak yang melanggar, oleh
karena itu dengan sistem hukum yang baik dan transparan akan menciptakan suatu
kepercayaan investor dalam mengivestasikan modalnya di pasar modal sehingga akan
memberikan jaminan atau perlindungan hukum terhadap investor sehingga dapat
mencegah dan mengantisipasi terjadinya praktek insider trading dalam kegiatan
pasar modal.
Dalam perlindungan hukum oleh Satjipto Raharjo, hukum melindungi
kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya
untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini
dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya.
Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak, namun tidak setiap kekuasaan
27
Munir Fuady, op.cit, h.167.
25
dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang
menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.28
Asas perlindungan atau pengayoman yang dikemukakan Suhardjo (Mantan
Menteri Kehakiman), yang pada intinya tujuan hukum adalah untuk mengayomi
manusia baik secara aktif maupun pasif.
Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi
kemasyarakatan yang manusiawi dalam proses yang berlangsung secara wajar.
Sedangkan yang dimaksud mengayomi manusia secara pasif adalah mengupayakan
penegakan hukum atau upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak
secara tidak adil. 29
Perlindungan hukum merupakan segala sesuatu yang mengatur dan
menentukan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang melakukan hubungan
hukum, sehingga kepentingan dari masing-masing pihak yang melakukan hubungan
hukum tersebut dapat terlindungi30. Selain itu perlindungan hukum terhadap investor
dan penegakan hukum yang baik dan transparan akan menciptakan pasar modal yang
lebih efisien, nilai ekuitas yang tinggi, serta pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.31
28
Satjipto Rahardjo, op.cit, h. 53.
29
Abdul H. Manan, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana, Jakarta (Selanjutnya
disebut Abdul H. Manan I), h. 23.
30
Alexandra Indriyanti Dewi, 2008, Etika Dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher,
Yogyakarta, h. 135.
31
Emmy Yuhasarie, 2004, Prosiding-Kredit Sindikasi dan Restrukturisasi, Jakarta Pusat
Pengkajian Hukum, Jakarta, h. xxii.
26
Dalam mengupayakan penegakan hukum yang dapat melindungi investor
maka pengawasan sangat diperlukan dalam mengantisipasi praktek insider trading.
Selain itu berdasarkan Pasal 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, disebutkan
dalam perlindungan konsumen menerapkan prinsip transparansi, perlakuan yang adil,
keandalan, kerahasiaan dan keamanan data/informasi konsumen, dan penanganan
pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat, dan biaya
terjangkau.
Menurut Saiful Anwar, pengawasan terhadap suatu tindakan dari aparatur
pemerintah sangat diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat
mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan terhadap tugas dari
aparatur pemerintah tersebut32. Dengan demikian melalui pengawasan dapat diawasi
sejauh mana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan, pemborosan,
kemubaziran, penyelewengan dan lain-lain kendala di masa yang akan datang
sehingga diperlukan. kriteria, norma, standar dan ukuran dalam membandingkan apa
yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya.33
Pengawasan terhadap tindakan-tindakan dari pelaku insider trading maka
dapat mencegah adanya praktek insider trading oleh pihak-pihak tertentu terutama
pihak tiipee yang belum diatur (kekosongan hukum) dalam UU Pasar modal.
32
Saiful Anwar, 2004, Sendi-Sendi Hukum Administasi Negara, Glora Madani Press, Jakarta,
h. 127.
33
Sofyan Syafri Harahap, 2000, Sistem Pengawasan Manajemen, Pustaka Quantum, Jakarta,
h. 82-83.
27
Kekosongan didalam hukum sampai sekarang hanya khusus diteliti dalam rangka
penemuan hukum oleh hakim bilamana hakim pada suatu sengketa yuridis yang
konkrit tidak menemukan pemecahan dalam suatu hukum positif shingga dirasakan
sebagai problematis34. Kekosongan hukum dalam suatu
peraturan perundang-
undangan maka harus dibentuk atau diciptakan aturan hukumnya. Oleh karena itu
dalam menghadapi suatu peristiwa konkrit harus ditemukan hukumnya yaitu dengan
menjelaskan, melengkapi, dan menciptakan aturan hukumnya.
Menurut Ann Seiderman dan kawan-kawan dengan Legislation Theory (teori
legislasi) mengatakan bahwa mengidentifikasi kategori untuk membantu seseorang
dalam pembuatan rancangan undang-undang memformulasikan suatu penyebab
terperinci untuk merancang undang-undang yang efektif35dengan mengidentifikasi
kategori dalam merancang perundang-undang yang baik yaitu peraturan, kesempatan,
kemampuan, komunikasi, kepentingan, proses dan ideologi.
Pengawasan dan penegakan hukum dalam pasar modal ini dilakukan oleh
Bapepam-LK yang mana sekarang telah diambil alih oleh OJK berdasarkan Pasal 6
UU No. 21 tahun 2011 tentang OJK di kegiatan pasar modal. Dalam pengawasan
oleh OJK ini, harus diperkuat baik dari sisi regulasi, aparatur, struktur dan
infrastrukturnya sehingga dapat menciptakan perlindungan hukum, kepastian dan
jaminan hukum untuk para investor. Oleh karena itu dengan adanya peraturan dan
34
Jan Gijssel dan Van Hoecke, 2000, Apa teori Hukum itu?, terjemahan Bactiar Ibrahim,
Malang, h. 136.
35
H. Salim & Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis
dan Desertasi, PT Raja Grafindo, Jakarta, h. 35.
28
pengawasan yang memadai maka akan mendorong investor untuk terjun dalam pasar
modal.36
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginankeinginan hukum menjadi kenyataan37. Menurut Black’s Law Dictionary, penegakan
hukum (law enforcement) diartikan sebagai “The act of putting something such as
law into effect; the execution of a law; the carrying out of a mandate or command”38.
Melalui definisi tersebut dijelaskan bahwa penegakan hukum merupakan usaha untuk
menegakan norma-norma dan kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang ada
dibelakangnya.
1.8 Kerangka Berfikir
Bertitik tolak dari landasan teori yang diacu dalam pengkajian permasalahan,
maka dapat diangkat suatu kerangka berpikir atas dasar acuan teori-teori yang telah
diuraikan tersebut di atas, yang mana bahwa dalam kegiatan pasar modal adanya
suatu perdagangan yang tidak fair akan mengakibatkan terjadinya insider trading
yang mana pelaku insider trading tersebut dapat dibedakan secara langsung (orang
dalam perusahaan) maupun tidak langsung (tippee).
Dalam pengaturan tindakan yang terkait dengan pelaku insider trading secara
tidak langsung (tippee) sudah diatur di Amerika Serikat sedangkan pengaturan
36
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, 2003, Pengantar Pasar Modal, Rineka Cipta, Jakarta, h.
97.
37
Satjipto Raharjo, 2009, Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan Sosiologis), Genta Publishing,
Yogyakarta (Selanjutnya disebut Satjipto Raharjo II), h.24.
38
Black Hery Campbell, 1999, Black’s Law Dictionary, West Publishing, St. Paul Minesota,
p. 578.
29
tindakan tippee dalam insider trading di Indonesia belum diatur yang mana hal ini
akan sangat merugikan investor. Oleh karena itu dalam hal ini timbul suatu
permasalahan mengenai bentuk dari tindakan dari tippee di Indonesia terhadap
adanya insider trading tesebut dan bentuk dari perlindungan hukum tersebut bagi
investor bila terjadi insider trading oleh tippee dalam perdagangan saham.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut maka terdapat teori-teori yang
digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Teori yang digunakan untuk
menganalisis dalam penulisan tesis ini adalah fiduciary duty theory (teori hubungan
kepercayaan), misappropriation theory (teori penyalahgunaan), legal protection
theory (teori perlindungan hukum) dan Legislation theory (teori legislasi).
Legislation theory (teori legislasi) dapat digunakan dalam mengantisipasi
kekosongan hukum terhadap bentuk tindakan dari tippee tersebut dengan membentuk
suatu peraturan yang baru dan Fiduciary duty theory (teori hubungan kepercayaan)
mengenai upaya pencegahan agar informasi yang bersifat rahasia perusahaan akan
tetap aman dengan pemilik perusahaan memberi kepercayaan kepada insider untuk
mengelola perusahaan. Selain itu misappropriation theory (teori penyalahgunaan)
dan legal protection theory (teori perlindungan hukum) digunakan sebagai upaya
perlindungan terhadap investor terhadap tindakan pihak tippee tersebut. Oleh karena
itu keempat teori ini yang akan digunakan untuk membedah dan menganalisis
permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi investor bila terjadi insider trading
akibat tindakan pihak tippee dalam perdagangan saham.
30
Secara garis besar, kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut yaitu:
Bagan 1
Kerangka Berfikir
1. Legislation Theory (Teori
Legislasi)
2. Fiduciary Duty Theory
(Teori Hubungan
Kepercayaan)
Perdagangan
tidak fair dalam
kegiatan pasar
modal
Insider Trading
Tindakan Tippee Dalam
Pelaku Insider
Trading
Langsung
(Orang
dalam
perusahaan)
Pengaturan
tindakan
tippee di
Amerika
Serikat
Insider Trading Pada
Perdagangan Saham
Tidak
langsung
(tippee)
Pengaturan
tindakan
tippee
di Indonesia
Perlindungan Hukum Bagi
Investor Terhadap Tindakan
Tippee Dalam Perdagangan
Saham
Sudah diatur
di Amerika
Serikat
Belum
diatur di
Indonesia
Perlindungan
Hukum
Investor
3. Misappropriation
Theory (Teori
Penyalahgunaan)
4. Legal Protection Theory
(Teori Perlindungan
Hukum).
31
1.9 Metode Penelitian
Dalam pembahasan permasalahan terhadap materi penulisan ini, penulis
menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian
hukum normatif yang mana dengan mengkaji melalui peraturan perundangundangan dan literatur-literatur yang terkait dengan permasalahan. Pada
penelitian hukum normatif, hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam
peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai norma yang
merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas39.Penelitian hukum
normatif antara lain mengkaji adanya kekosongan norma, kekaburan norma dan
kontradiksi norma.40
b. Jenis pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum normatif akan
memungkinkan peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum
normatif
dan
ilmu-ilmu
lain
untuk
kepentingan
dalam
menganalisis
permasalahan yang ada. 41
39
Amiruddin dan H. Zainal Aaikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 118
40
Jimly.com/pemikiran/getbuku/12, Diakses 9 Februari 2014.
41
Johnny Ibrahim, 2005, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Surabaya, h. 300.
32
Dalam penelitian kali ini jenis pendekatan masalah yang digunakan
adalah
pendekatan
perundang-undangan,
pendekatan
kasus,
pendekatan
konseptual dan pendekatan perbandingan. Pendekatan perundang-undangan
merupakan pendekatan yang dilakukan dengan membaca literatur dan peraturan
perundang-undangan beserta hal-hal lain yang juga mengatur pokok bahasan.
Pendekatan kasus beranjak dari kasus-kasus yang ada kaitannya dengan dengan
pokok bahasan. Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, maka akan
ditemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep
hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang sedang diteliti.
Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan
sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam
memecahkan isu yang dihadapi42. Selain itu, dalam penelitian tesis ini juga
dipergunakan pendekatan perbandingan (comparative approach) antara Indonesia
dengan Amerika Serikat yang mana dalam pendekatan perbandingan ini adalah dalam
hal pendekatan perbandingan konsep hukum yang berbeda.
42
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, h.93.
33
c. Sumber bahan hukum
Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif ini
melalui dua jenis sumber bahan hukum yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. 43
Menurut Stephen Elias, bahan hukum primer adalah ”the law found in
primary source can take many different forms. The include cases, statues,
administrative regulations, local ordinances, state and federal constitutions, and
more”44. Melalui definisi tersebut bahwa sumber hukum primer terdiri dari
kasus, perjanjian, undang-undang, perda, UUD, dan lain sebagainya. Bahan
hukum primer dapat berupa peraturan perundang-undangan dari negara lain yang
berkaitan dengan kegiatan pasar modal dan putusan pengadilan di indonesia
untuk melihat aplikasi peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal 45.
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian tesis ini yaitu UU No 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:
1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dan UU
No 21 tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. bahan hukum sekunder berupa
buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, pandangan ahli hukum, bahan buku
asing dan kamus hukum.
43
Ibid.
44
Stephen Elias, 2009, Legal Research How to Find & Understand the Law, Free Legal
Update at Nolo.com, USA, p.23.
45
Sumadi Suryabrata, 2004, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 39.
34
Menurut Robert Watt, bahan hukum sekunder adalah ”all of the other
materials in the library are used basically to assist researcher in understanding
the law and this group se call secondary materials”46. Melalui definisi tersebut
bahwa semua bahan-bahan di perpustakaan pada dasarnya digunakan untuk
membantu dalam memahami hukum yang mana dalam hal ini adalah mengenai
bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder dalam penelitian hukum ini
berupa buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, pandangan ahli hukum, bahan
buku asing dan kamus hukum.
d. Teknik pengumpulan bahan hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan
penelitian ini ialah dengan melakukan pencatatan secara sistematis dari bahanbahan yang diperoleh melalui studi kepustakaan/studi dokumen. Penelitian
dilakukan terhadap berbagai dokumen dan bahan-bahan hukum pustaka yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini yang mana
bahan-bahan hukum tersebut seperti peraturan perundang-undangan serta buku-buku
literatur dikaji dan ditelaah. Selanjutnya, hasil pengkajian tersebut dibuatkan
ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian dokumen.
e. Teknik analisis bahan hukum
Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik deskriptif-analisis, secara
sistematisasi, interpretasi. Selanjutnya semua data diseleksi dan diolah, kemudian
46
Robert Watt, 2001, Concise Legal Research. The Federation Press, Leinchrdt, NSW, p.1.
35
dianalisis dengan teknik deskripsi47 yang mana menguraikan apa adanya terhadap
suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum dan
menggambarkan secara tepat sifat atau individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu untuk menentukan frekuensi gejala48. Selanjutnya menggunakan teknik
interpretasi yang mana analisis ini menggunakan penafsiran ilmu hukum seperti
penafsiran gramatika, historis dan sistimatis.49
47
M Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 133.
48
Sri Mamudji, Dkk, 2005, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, h. 4.
49
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis Dan Penulisan Tesis, 2013, Program Studi
Magister (S2) Ilmu Hukum, h.35.
Download