Upaya Guru PKn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah (Studi

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 3 (tiga) bagian
besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, dan (3) kerangka
berpikir. Bagian ini merupakan dasar atau landasan teoritis bagi pelaksanaan
penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus ketiga bagian-bagian besar
tersebut.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Tata Tertib Sekolah
2.1.1.1 Pengertian Tata Tertib
Tata tertib adalah peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan (KBBI,
2008: 1409). Tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan
merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada.
Aturan – aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi
kewajiban, keharusan dan larangan – larangan. Tata tertib sekolah merupakan
patokan atau standar untuk hal – hal tertentu (Dekdikbud, 1989:37).
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang (1989:146)
mengartikan tata tertib sekolah: sebagai kesediaan mematuhi ketentuan berupa
peraturan – peraturan tentang kehidupan sekolah sehari – 14 hari. Tata tertib sekolah
disusun secara operasional guna mengatur tingkah laku dan sikap hidup siswa, Guru
dan karyawan administrasi.
9
10
Dapat disimpulkan bahwa tata tertib sekolah merupakan peraturan yang
tertulis yang dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang dengan pertimbangan
tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan memuat hal-hal yang
diharuskan dan dilarang bagi siswa selama ia berada di lingkungan sekolah dan
apabila mereka melakukan pelanggaran maka pihak sekolah berwenang untuk
memberikan sanksi sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Pelaksanaan tata tertib
sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika semua pihak yang ada disekolah seperti
guru, aparat sekolah dan siswa saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu
sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata
tertib sekolah yang diterapkan di sekolah.
2.1.1.2 Fungsi Tata Tertib
Dalam Taqiyya (Hasnun,2010:61) fungsi tata tertib antara lain a) diikuti dan
ditaati bersama; b) sebagai pengontrol dalam setiap tindakan; c) mengingatkan; d)
meningkatkan disiplin; f) memberi motivasi untuk berbuat dan bertindak positif; g)
patokan dan acuan dalam setiap tindakan.
Hal itu dijelaskan menurut Rokayah (2013) sebagai berikut:
a. Diikuti dan ditaati bersama
Setiap peraturan yang ada di sekolah berlaku untuk diikuti dan ditaati
bersama agar sikap dan perilaku menjadi seimbang. Contoh: Setiap hari senin
harus mengikuti upacara, semua siswa harus mengikuti upacara bendera yang
dilaksanakan setiap hari senin dan jika ada yang tidak mengikuti upacara
maka siswa tersebut melakukan pelanggaran tata tertib.
11
b. Sebagai pengontrol setiap tindakan
Adanya tata tertib di sekolah adalah sebagai pengontrol tindakan semua
warga sekolah agar tidak bertindak semaunya sendiri. Contoh: jika dalam
sekolah tersebut mempunyai tata tertib masuk jam 07.00 maka siswa harus
tepat jam 07.00 sampai sekolah, jika tidak tepat maka masih terjadi
pelanggaran di sekolah.
c. Mengingatkan
Tata tertib mengingatkan setiap hal yang harus dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan oleh semua warga sekolah demi kelancaran proses belajar
mengajar. Contoh: Jika dalam waktu 5 menit guru belum datang maka ketua
atau wakil ketua mengubungi guru piket. Dalam pergantian jam pelajaran,
siswa tidak boleh keluar kelas. Jika ada siswa yang keluar masuk kelas saat
pergantian jam pelajaran maka masih terjadi pelanggaran tata tertib.
d. Meningkatkan disiplin
Tata tertib dibuat untuk meningkatkan disiplin warga sekolah, terutama
siswa. Karena jumlah siswa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah warga
sekolah lainnya. Contoh: Saat ada siswa yang terlambat datang ke sekolah
maka harus minta surat ijin dari guru piket atau guru BK terlebih dahulu agar
dapat mengikuti pembelajaran di dalam kelas.
e. Memberi motivasi untuk berbuat dan bertindak positif
Tata tertib menjadi suatu motivasi bagi warga sekolah, membuat semua
warga sekolah untuk bertindak positif karena dengan adanya peraturan-
12
peraturan tersebut menjadikan kenyamanan dalam lingkungan sekolah.
Contoh: tidak boleh berkelahi, Jika berada di lingkungan sekolah tidak boleh
merokok karena di sekolah adalah lingkungan tanpa rokok maka harus
mematuhi peraturan tersebut dan apabila masih ada yang merokok, itu berarti
masih terjadi pelanggaran di sekolah tersebut.
f. Patokan dan acuan dalam setiap tindakan
Tata tertib sekolah menjadi patokan atau acuan dalam setiap tindakan
warga sekolah yang dilakukan dalam lingkungan sekolah agar kondisi sekolah
tetap nyaman. Contoh: tidak boleh menerima tamu dari luar tanpa seijin guru
piket, jika masih ada siswa yang menerima tamu tanpa seijin guru maka masih
terjadi pelanggaran tata tertib.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi tata tertib adalah
untuk meningkatkan sikap dan perilaku perilaku warga sekolah agar berdisiplin
sehingga menjadikan kelancaran proses belajar mengajar dan tujuan pendidikan bisa
terlaksana. Fungsi lain adalah untuk membatasi perilaku yang kurang baik bagi siswa.
2.1.1.3 Tujuan Tata Tertib
Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah mempunyai tujuan utama agar
semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan
dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Prinsip tata
tertib sekolah adalah diharuskan, dianjurkan dan ada yang tidak boleh dilakukan
dalam pergaulan di lingkungan sekolah.
13
Tujuan tata tertib sekolah meliputi beberapa aspek di antaranya sebagai
berikut:
a. Membentuk akhlak dan kepribadian siswa melalaui penciptaan iklim dan
budaya sekolah yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran.
b. Membentuk dan membiasakan pelaksanaan nilai-nilai karakter sekolah.
c. Melatih siswa untuk dapat hidup tertib dan berakhlak mulia yang akan
diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Memotivasi siswa untuk berprestasi yang dapat menjadikan sekolah yang
berkualitas.
e. Memonitor dan mengevalusi perilaku siswa secara berkesinambungan
untuk dijadikan pertimbangan dalam penentuan kenaikan kelas, dan
ketamatan belajar siswa.
2.1.1.4 Isi Tata Tertib Sekolah
Tata tertib sekolah sebagaimana tercantum di dalam Instruksi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14/4/1974 Tanggal 1 Mei 1974 (Nawawi,
1986:161) mencakup aspek – aspek sebagai berikut:
a. Tugas dan kewajiban
1) Dalam kegiatan intra kurikuler
2) Dalam kegiatam ekstra kurikuler
b. Larangan – larangan bagi para siswa
c. Sanksi – sanksi bagi siswa
14
Arikunto (1990:123) berpendapat batasan peraturan dan tata tertib sekolah
sebagai berikut:
a. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang
harus dipenuhi oleh siswa. Misalnya peraturan tentang kondisi yang harus
dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung.
b. Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya khusus
yang harus dipenuhi oleh siswa. Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan
atau standar untuk aktifitas khusus, seperti penggunaan pakaian seragam,
penggunaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas
rumah, pembayaran SPP dan sebagainya.
Tata tertib sekolah merupakan kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari
semua pihak yang terkait, terutama dari pelajar atau siswa itu sendiri. Namun disisi
lain guru juga harus memberikan pengawasan secara optimal terhadap pelaksanaan
tata tertib sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sekolah pada umumnya
menyusun pedoman tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait baik Guru,
tenaga administrasi maupun siswa. Isi tata tertib sekolah secara garis besar adalah
berupa tugas dan kewajiban siswa yang harus dilaksanakan, larangan dan sanksi.
Pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus
meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123) yaitu:
a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang;
b. Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar
peraturan;
15
c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang
dikenai tata tertib sekolah tersebut.
2.1.1.5 Macam-Macam Tata Tertib
Dalam Giri (Suparlan, 2008:53), beberapa macam tata tertib yang harus dibuat
oleh sekolah antara lain adalah:
a. Tata tertib perpustakaan
b. Tata tertib kantin
c. Tata tertib mushala
d. Tata tertib laboratorium
e. Tata tertib lapangan olah raga
f. Tata tertib kelas
g. Tata tertib siswa
h. Tata tertib guru dan sebagainya
2.1.2 Pelanggaran Tata Tertib
2.1.2.1 Pengertian Pelanggaran Tata Tertib
Pelanggaran menurut KBBI (2008: 783) adalah perbuatan melanggar, sifat
atau perilaku yang tidak sesuai aturan. Menurut Tamizi (2012) pelanggaran adalah
“tidak terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah
satu penyebab utamanya berbagai bentuk dan kenakalan yang dilakukan siswa, baik
di dalam maupun di luar.
16
Dapat diambil kesimpulan bahwa pelanggaran tata tertib sekolah adalah
tindakan siswa yang melanggar peraturan sebagai bentuk kenakalan yang telah
ditetapkan menjadi tata tertib yang bertujuan untuk melancarkan proses belajar
mengajar di sekolah.
2.1.2.2 Bentuk Pelanggaran Tata Tertib
Bentuk-bentuk pelanggaran menurut Soeparwoto (2003:163) yang dilakukan
siswa disekolah meliputi: a. Membolos; b. Terlambat; c. Menyontek; d. Berkelahi; e.
Mencuri; f. Merokok; g. Membawa buku atau sejenisnya, yang mengandung unsur
pornografi; h. Berpakaian tidak sesuai aturan; i. Minum-minuman keras; j.
Menghisap obat terlarang.
2.1.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran Tata Tertib
Masa-masa SMP merupakan masa membentuk dan mengembangkan
kepribadian, disamping itu juga juga merupakan masa transisi untuk mencari identitas
diri, masa peralihan dan masa yang rawan akan pengaruh negatif yang muncul di
lingkungan sekitar tempat tinggal. Hal ini selalu muncul keinginan untuk mencoba
hal-hal baru baik itu positif maupun negatif dan berbau modern yang tentunya tidak
sesuai dengan nilai asli budaya Indonesia.
Dalam proses menuju kematangan siswa memerlukan perhatian lebih dari
para guru dan orang tua agar siswa tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan
nantinya. Perhatian dari guru dapat dilakukan melalui pendekatan paedagogik, yaitu
suatu pendekatan yang sangat erat hubungannya dengan tujuan pendidikan dan
pengembangan yaitu tercapainya kedewasaan anak didik.
17
Proses perkembangan siswa menuju kepribadian yang baik tidaklah selalu
lancar akantetapi banyak mengalami rintangan. Besar kecilnya rintangan ditentukan
oleh faktor tempat dimana siswa berada, dimulai dari lingkungan keluarga dan
masyarakat dimana siswa hidup dan berkembang. Faktor yang menyebabkan
munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa menurut Willis (2012: 93) adalah
faktor dari dalam (intrinsik) dan faktor dari luar (ekstrinsik).
a. Faktor dari dalam (intrinsik)
Adalah faktor yang menyebabkan munculnya perlaku menyimpang berasal
dari dalam diri seseorang.
1. Predisposing factor
Predisposing factor merupakan kelainan kejiwaan seperti schizophrenia.
Penyakit jiwa ini bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang keras atau
penuh tekanan terhadap anak. Kecenderungan kenakalan adalah faktor bawaan
bersumber dari kelainan otak.
2. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya
dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
3. Lemahnya pertahan diri
Pertahanan diri adalah faktor yang ada di dalam diri untuk mengontrol dan
mempertahankan diri terhadap pengaruh–pengaruh negatif dari lingkungan.
18
Lemahnya kepribadian remaja disebabkan faktor pendidikan di keluarga. Sering
orang tua tidak memberi kesempatan anak untuk mandiri, kreatif, dan memiliki daya
kritis serta mampu bertanggung jawab. Orang tua yang seperti ini mengabaikan
kemampuan anaknya terutama jika sudah remaja masih dianggap anak-anak.
Akibatnya hingga akhir yaitu saat-saat yang penting untuk menjadi orang dewasa
tidak menjadi kenyataan.
4. Kurangnya kemampuan penyesuaian diri
Ketidakmampuan diri dalam penyesuaian terhadap lingkungan sosial karena
dengan mempunyai daya pilih teman bergaul akan membantu pembentukan perilaku
positif.
5. Kontrol diri yang lemah
Siswa yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
iterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut,
namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
6. Intelegensi
Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbedabeda. Perbedaan intelegensi
ini berpengaruh dalam daya serap terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Orang
yang mempunyai intelegensi tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul, belajar,
dan berinteraksi di masyarakat. Sebaliknya orang yang intelegensinya di bawah
19
normal akan mengalami berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun
menyesuaikan diri di masyarakat.
7. Umur
Umur mempengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku seseorang.
Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya,
makin mantap pengendalian emosinya, dan makin tepat segala tindakannya.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik)
Adalah faktor yang menyebabkan munculnya perlaku menyimpang berasal
dari luar diri seseorang yaitu lingkungan hidupnya.
1. Peran keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar perananya
dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan penyakit sosial sejak dini.
Kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan
kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan
remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh dan
berkembang hingga meresahkan masyarakat.
2. Peran masyarakat
Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak dari lingkungan keluarga
akhirnya berkembang ke dalam lingkungan masyarakat
yang
lebih luas.
Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan rohaniah anak mengakibatkan anak
mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah. Ini merupakan awal dari sebuah petaka
20
masa depan seseorang, jika di luar rumah anak menemukan sesuatu yang
menyimpang dari nilai dan norma sosial.
3. Pergaulan
Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anakanak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering
kali memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan
menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila
teman bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat
positif. Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti
konsep-konsep yang bersifat negatif. Oleh karena itu menjaga pergaulan dan memilih
lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.
4. Media massa
Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film yang berbau
pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat mempengaruhi perkembangan
perilaku individu. Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang
norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentahmentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru
mengakibatkan perilaku untuk melanggar.
Dari berbagai faktor-faktor penyebab pelanggaran tata tertib di atas maka
perlu dilakukan upaya penegakkan tata tertib. Penegakkan tata tertib merupakan
tanggung jawab semua pihak yang ada di sekolah terutama guru karena merupakan
21
pendidik yang di percaya oleh orang tua siswa untuk membina siswa agar memiliki
kepribadian yang baik.
2.1.3 Upaya Guru Dalam Menegakkan Tata Tertib
Upaya adalah suatu usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar (KBBI, 2008:1534). Jadi, upaya
penanganan pelanggaran disini adalah usaha-usaha yang
dilakukan untuk
menegakkan tata tertib di sekolah. Sedangkan pengertian guru adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Pengertian Guru
Guru menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah (ayat 1 pasal 1). Peranan guru sangat penting dalam dunia
pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik,
guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter
yang baik bagi anak didiknya.
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di
sekolah maupun diluar sekolah. Guru merupakan orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik yang dapat dilakukan di tempat–tempat tertentu tidak
harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, surau atau mushola, di
rumah dan sebagainya (Djamarah, 2010:32).
22
Dari berbagai definisi menurut pendapat para ahli maka dapat diambil
kesimpulan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
mendidik siswa dari ketika dini sampai dewasa yang tidak hanya di lakukan di
lembaga formal.
2.1.3.2 Kompetensi Guru PKn
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, ayat 10,
disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
yang harus dmiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesian. Dalam kompetensi ini meliputi daya pikir, daya kalbu, dan daya
raga yang diperlukan oleh peserta didik unutk terjun ke masyarakat untuk
mengembangkan dirinya (Syaiful, 2011: 29).
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, Ayat 3 dan U No. 14 Tahun 2005
Pasal 10 Ayat 1 menyatakan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak meliputi : kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial.
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam kompetensi pedagogik ada kemampuan dasar guru meliputi :
kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan, kemampuan mengelola
program belajar mengajar, kemampuan mnegelola kelas, kemampuan mneggunkan
media atau sumber belajar, kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan,
kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar dll.
23
Jadi dalam kemampuan pedagogik guru harus mengembangkan kemampuan
yang bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan
nilai maupun performansi berupa perbuatan-perbuatan yang
mencerminkan
pemahaman ketrapilan dan sikap.
2. Kepribadian
Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra
diri dan kepribadian seseorang selama hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran.
Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan moral yang dimilikinya. Kepribadian
akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik
atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Kompetensi kepribadian guru
menunjukan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian adalah mantap
dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma
sosial dan etika yang berlaku, dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk
bertindak sebagai pendidik dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta
didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan
bertindak, berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memilki akhlak mulia dan memiliki akhlak mulia dan
memilki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma
religious, jujur, ikhlas, dan suka menolong. Nilai kompetensi kepribadian dapat
digunakan sebagai sumber kekuatan, inspirasi, motivasi dan inovasi bagi peserta
didiknya.
24
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial
dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku
santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan
mampu menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain dan meliputi :
berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat, menggunakan teknologi komunikasi
dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Professional Atau Kompetensi Akademik.
Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah
konsep, asas kerja sabagai guru, mampu mendemostrasikan sejumlah strategi maupun
pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.
Dalam kompetensi professional terdiri dari memahami mata pelajaran yang telah
dipersiapkan untuk mengajar, memahami standar kompetensi dan standar isi mata
pelajaran yang tertera dalam peraturan menteri serta bahan ajar yang ada dalam KTSP
dll. Jadi guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, guru yang
digugu dan ditiru adalah suatu profesi yang mengutamakan intelektualitas,
kepandaian, kecerdasan, keahlian berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran
tinggi.
25
2.1.1.3 Peran Guru dalam Penegakkan Tata Tertib Sekolah
Menurut Daryanto (2014) terdapat beberapa Indikator-indikator yang perlu
diperhatikan dalam menegakkan tata tertib dan kedisiplinan meliputi tiga kegiatan
pokok, yaitu penyusunan tata tertib, sosialisasi tata tertib, dan penegakkan tata tertib.
1. Penyusunan Tata Tertib
Beberapa pedoman umum dalam menyusun tata tertib sekolah dikemukakan
sebagai berikut:
a) Penyusunan tata tertib melibatkan atau mengakomodasi aspirasi siswa dan
aspirasi orangtua siswa yang dianggap sesuai dengan visi dan misi sekolah.
b) Semua aturan disiplin dan tata tertib yang berkaitan dengan apa yang
dikehendaki, dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan beserta sanksi atas
pelanggarannya, merupakan hasil kompromi semua pihak (siswa, orangtua,
guru, guru pembimbing, dan kepala sekolah).
c) Penyusunan tata tertib harus didasarkan pada komitmen yang kuat antara
semua unsur dan komponen sekolah dan konsisten dengan peraturan dan tata
tertib yang berlaku.
d) Tata tertib sekolah hendaknya tetap memberi ruang untuk pengembangan
kreativitas warga sekolah dalam mengespresikan diri dan mengembangkan
potensi dan kompetensi yang dimilikinya. Jika perlu dibuat satu hari tertentu
di mana pada hari itu siswa diberikan kesempatan untuk berkreasi atau
26
memberi saran kepada guru, pegawai dan kepala sekolah dalam rangka
pengembangan sekolah.
e) Tata tertib sekolah jangan hanya dibuat berupa konsep yang harus dipatuhi
oleh warga sekolah dengan sanksi yang sangat jelas yang dapat membuat
aturan menjadi kaku, tetapi bagaimana mengkondisikan sekolah yang bisa
membuat orang untuk tidak melakukan pelanggaran.
f) Tata tertib yang ada jangan sampai hanya dilakukan untuk menertibkan warga
sekolah dari segi fisik saja, tetapi juga untuk membentuk mental disiplin agar
disiplin yang terjadi bukan kedisiplinan semu yang dilakukan karena takut
menerima sanksi, tetapi lebih kepada kesadaran bahwa tata tertib itu memiliki
nilai kebenaran sehingga perlu untuk ditaati.
g) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya terutama diarahkan
untuk membangun budaya perilaku positif dan sikap disiplin di kalangan
siswa (self-dicipline) dan warga sekolah lainnya.
h) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya hendaknya tetap
memberi ruang bagi berkembangnya kreativitas dan sikap kritis warga
sekolah. Untuk siswa misalnya, perlu ada kesepakatan mengenai batas wajar
tentang perilaku yang dapat dikategorikan nakal atau melanggar tata tertib.
i) Format penyusunan aturan disiplin dan tata tertib dapat dibuat dalam berbagai
bentuk. Contoh model yang dapat digunakan untuk siswa adalah model
penambahan skor dan pengurangan skor:
27
a) Model penambahan skor. Dalam model ini, ditetapkan skor denda
maksimum, misalnya 100 poin, sebagai batas toleransi. Siswa yang
mencapai skor 100 akan terancam dikeluarkan dari sekolah.
b) Model pengurangan skor. Dalam model ini setiap siswa diberi skor modal
awal, misalnya 100 poin. Setiap pelanggaran akan berakibat pengurangan
skor, dan siswa yang mencapai skor nihil akan terancam dikeluarkan dari
sekolah.
j) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya dibuat dalam bentuk
tertulis dan disahkan oleh kepala sekolah, agar semua pihak mengetahui dan
memahami setiap butir aturan disiplin tersebut.
k) Selain peraturan tentang pemberian sanksi, sekolah juga dapat membuat
peraturan tentang pemberian penghargaan kepada warga sekolah untuk
memotivasi mereka mentaati disiplin dan tata tertib sekolah.
2. Sosialisasi Tata Tertib
a) Pelaksanaan tata tertib sekolah sangat tergantung pada pemahaman pihakpihak terkait terhadap tata tertib yang disusun. Karena itu sosialisasi tata tertib
perlu dilakukan untuk memastikan bahwa semua pihak memahami dengan
baik isi tata tertib tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam
melaksanakan sosialisasi tata tertib dikemukakan berikut ini.
b) Aturan disiplin dan tata tertib yang telah disusun, disepakati dan disahkan
kepala sekolah hendaknya disosialisasikan secara berkelanjutan kepada
28
seluruh warga sekolah, dalam hal ini siswa, guru, orangtua siswa, pegawai,
dan pengurus komite sekolah. Sekolah perlu memastikan bahwa mereka
memiliki pemahaman yang sama tentang butir-butir tata tertib yang telah
disepakati dan disahkan tersebut. Sosialisasi untuk orang tua siswa dan
pengurus komite sekolah dapat dilakukan dengan cara mengirimkan tata tertib
yang telah dibuat dalam bentuk tertulis kepada mereka.
c) Butir-butir tata tertib sekolah dapat dibuat dalam bentuk poster afirmasi yang
dipajang di majalah dinding sekolah dan/atau lokasi-lokasi strategis di
lingkungan sekolah agar dapat senantiasa dilihat, dibaca dan dipahami oleh
seluruh warga sekolah.
3. Penegakkan Tata Tertib
a) Kegiatan terpenting dalam menguji efektivitas tata tertib adalah pada
pelaksanaannya. Di sini terkait dengan sejauh mana upaya pihak sekolah
dalam menegakkan tata tertib yang telah disusun. Sebab betapapun baiknya
tata tertib tapi jika tidak ditegakkan secara konsekuen maka tidak akan banyak
artinya dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah. Beberapa
pertimbangan dalam penegakkan tata tertib dikemukakan berikut ini.
c. Disiplin dan tata tertib sekolah berlaku untuk semua unsur yang ada disekolah
tidak terkecuali kepala sekolah ataupun guru dan staf harus patuh dan taat
pada peraturan sekolah yang berlaku dan menjadi komitmen yang kuat dan
mengikat.
29
d. Sikap, perilaku, dan tindakan kepala sekolah, guru, dan warga sekolah
lainnya, hendaknya menjadi model dan teladan bagi penegakkan perilaku
tertib dan disiplin di sekolah.
e. Memberikan penghargaan sebagai teladan kepada guru, siswa dan staf yang
tidak pernah melakukan pelanggaran selama kurun waktu tertentu dan
diumumkan secara aklamasi pada saat pelaksanaan upacara.
f. Penegakkan disiplin dilakukan secara bertahap kepada semua unsur yang ada
disekolah mulai dari peringatan, teguran, percobaan, penundaan, demosi dan
PHK atau dikeluarkan sampai masalah itu terpecahkan atau dihilangkan.
g. Terhadap pelanggaran-pelanggaran, dengan cepat
dilakukan tindakan
kedisiplinan.
h. Penegakkan tata tertib terutama difokuskan pada upaya membantu siswa dan
semua warga sekolah untuk menyesuaikan diri dengan setiap butir dalam
aturan tata tertib tersebut.
i.
Penjatuhan hukuman (eksekusi) atas pelanggaran tata tertib hendaknya
disertai dengan penjelasan mengenai alasan dan maksud positif dari pengambilan tindakan tersebut. Siswa yang menerima sanksi harus dibantu
memahami dan menerima bentuk sanksi tersebut sebagai bentuk intervensi
bagi kebaikan yang bersangkutan.
j.
Sanksi penegakkan tata tertib sekolah dilakukan kepala sekolah atau wakil
kepala sekolah urusan kesiswaan. Demi efektitas layanan BK di sekolah guru
30
pembimbing diharapkan tidak ditugaskan untuk pemberian sanksi terhadap
siswa.
k. Penegakkan tata tertib merupakan bagian dan terintegrasi dengan upaya
membangun budaya perilaku etik dan sikap disiplin, baik di lingkungan
internal sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
l.
Ada konsistensi/kesepakatan di antara para guru dan kepala sekolah mengenai
prosedur-prosedur dan bentuk hukuman bagi siswa pelannggar disiplin dan
tata tertib,
m. Eksekusi terhadap pelanggar tata tertib berat, khususnya yang berkonsekuensi
skorsing atau pemecatan, ditetapkan melalui pertemuan konferensi kasus
(case-conference) yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, konselor sekolah,
pengurus OSIS, dan wakil komite sekolah.
n. Eksekusi terhadap pelanggar tata tertib berat yang berkonsekuensi skorsing
atau pemecatan dilakukan oleh kepala sekolah setelah semua upaya persuasi
untuk perbaikan perilaku telah dilakukan secara maksimal.
o. Penghargaan dapat diberikan kepada warga sekolah dalam rangka penegakkan
tata tertib sekolah seperti pemberian reward kepada mereka yang tidak pernah
melakukan pelanggaran selama tiga bulan, satu semester sampai satu tahun.
p. Orangtua siswa perlu diberikan pemhamanan tentang kebijakana sekolah
tentang kedisiplinan agar orang tua merasa dihargai dan dilibatkan sehingga
31
dapat memberikan dukungan terhadap dukungan pelaksanaan tata tertib
sekolah.
2.1.1.4 Upaya Guru dalam Menegakkan Tata Tertib
Dalam penanganan pelanggaran tata tertib siswa ada beberapa cara atau upaya
yang dikemukakan oleh para ahli baik yang dilakukan oleh pihak keluarga atau orang
tua, pihak sekolah atau pemerintah, dan pihak masyarakat. Dalam Ariel (Gunarsa,
2006:140) ada tiga sikap atau upaya untuk pelanggaran terhadap tata tertib. Upaya
untuk menegakkan tata tertib dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya
pelanggaran-pelanggaran. Usaha pencegahan timbulnya pelanggaran secara umum:
a. Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas siswa
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh siswa
c. Usaha pembinaan dengan cara:
i.
Menguatkan sikap mental siswa supaya mampu menyelesaikan
persoalan yg dihadapinya.
ii.
Memberi pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan
dan keterampilan, melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui
pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
iii.
Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal
demi perkembangan pribadi yang wajar.
32
iv.
Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial
keluarga maupun masyarakat dimana banyak terjadi penyimpangan.
Sedangkan untuk usaha pencegahan timbulnya pelanggaran secara khusus:
Usaha ini dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para
siswa. Di sekolah pendidikan mental ini khususnya dilakukan oleh guru, guru
pembimbing atau psikolog sekolah bersama para pendidik lainnya. Usaha para
pendidik harus diarahkan terhadap si remaja dengan mengamati, memberikan
perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah siswa dirumah dan
disekolah.
2. Upaya Represif
Upaya represif adalah tindakan dengan menegakkan hukuman terhadap setiap
perbuatan pelanggaran. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan :
a. Di dalam lingkungan keluarga, siswa harus mentaati peraturan dan tata
cara yang berlaku. Disamping peraturan tertentu perlu adanya semacam
hukuman yang dibuat oleh orang tua terhadap pelanggaran tat tertib dan
tata cara keluarga.
b. Di sekolah, dalam hal ini kepala sekolah yang berwenang dalam
pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. dalam
beberapa hal guru juga berhak bertindak. Misalnya: dalam pelanggaran
tata tertib kelas dan peraturan yang berlaku untuk pengendalian suasana
pada waktu ulangan atau ujian.
33
3. Upaya kuratif atau rehabilitasi
Adalah memperbaiki akibat perbuatan tercela, terutama individu yang telah
melakukan perbuatan tersebut. Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan
lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku si pelanggar siswa
itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan
secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun
perorangan yang ahli dalam bidang ini.
4. Hukuman
Hukuman merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap
orang yang melakukan perbuatan melanggar peraturan atau orang yang membuat
suatu kesalahan. Di lingkungan sekolah terutama pada masa lampau pihak sekolah
akan melakukan hukuman bagi siswanya yang melakukan pelanggaran. Penanganan
pelanggaran dapat dilakukan dengan cara:
a. Pengenalan siswa
Pengenalan disini diartikan bahwa pihak sekolah harus mengenalkan
terlebih dahulu mengenai isi dari suatu peraturan atau tata tertib siswa,
sehingga siswa dapat mengetahui dan melaksanakannya dengan baik.
b. Tindakan korektif yang meliputi:
a. Lakukan tindakan dan bukan ceramah
Apabila terjadi pelanggaran terhadap tata tertib siswa maka pihak
sekolah harus segera melakukan tindakan untuk menangani pelanggaran
tersebut dan tidak hanya melakukan ceramah.
34
b. Do not bargain
Artinya tidak menawar, tidak menawar disini maksudnya adalah tidak
ada tawar menawar dalam hal peraturan yang berlaku.
c. Gunakan kontrol kerja
Bahwa dalam menangani pelanggaran juga harus menggunakan
kontrol kerja dari seluruh warga sekolah agar dapat tercipta kedisiplinan
terhadap tata tertib sekolah.
d. Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas
Dalam suatu tata tertib pasti ada peraturan, larangan dan sanksi yang
jelas. Bila terjadi pelanggaran maka sanksi akan diberlakukan sesuai
dengan jenis pelanggaran yang dilakukan.
e. Tindakan penyembuhan
Dalam tindakan penyembuhan dilakukan oleh orang – orang khusus
yang menguasai dalam hal psikolog anak.
Khusus dalam hal penegakkan tata tertib yang dapat dijalankan Guru PKn
mencakup mencegah terjadinya pelanggaran tata tertib (preventif), menangani
pelanggaran tata tertib (represif) dan pembinaan (kuratif). Dalam upaya mencegah
pelanggaran guru PKn memberikan contoh perilaku yang baik bagi siswanya. Upaya
represif dengan mengontrol perilaku siswa di lingkungan sekolah dan memberi
hukuman bagi siswa yang melanggar. Sedangkan untuk upaya kuratif dengan
memberikan pengawasan intesif bagi siswa yang sering melanggar. Dari upaya
35
preventif, represif dan kuratif guru Pkn tidak bisa bertndak secara personal namun
harus bekerjasama dengan guru lain.
2.1.2 Hambatan Dalam Menegakkan Tata Tertib
Menurut Soetjipto (2009:112), dari berbagai jenis pelanggaran tata tertib yang
dilakukan oleh siswa, sebisa mungkin sekolah telah mengupayakan untuk mengatasi
pelanggaran-pelanggaran tersebut. Kewenangan untuk mengatasi pelanggaran tata
tertib siswa berada pada kepala sekolah, namun dalam beberapa hal guru berhak
bertindak terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa. Untuk membuat siswa tersebut
menjadi lebih bisa mentaati tata tertib yang telah berlaku di sekolah. Tapi di lain
pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan yang dapat menjadi
halangan untuk mengatasi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yaitu,
sebagai berikut :
a.
Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang
bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan
semua tugas itu.
b.
Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin
lagi ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai
masalah siswa. Dari hambatan yang diungkapkan menurut Soetjipt
hambatan tersebut di atas bisa terjadi ataupun tidak terjadi, bisa juga
terjadi hambatan yang lain dalam upaya menaggulangi pelanggaran tata
tertib di sekolah.
36
Penegakkan tata tertib merupakan tanggungjawab bersama, namun Guru PKn
bertanggungjawab khusus dalam menegakkan tata tertib, terlebih karena Mata
Pelajaran PKn dimaksudkan untuk mengembangkan tata tertib yang dilakukan.
2.1.3 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat dalam
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 adalah sebagai mata pelajaran yang bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan 1.Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi
isu
kewarganegaraan,
2.
Berpartisipasi
secara
aktif
dan
bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara serta anti korupsi, 3. Berkembang secara positif dan demokratis
untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain
dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Salah satu ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah “Norma, hukum dan peraturan
meliputi tata tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang
37
berlaku di masyarakat, peraturan daerah, norma dalam kehidupan baerbangsa dan
bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional”.
Dari tujuan dan ruang lingkup Permendiknas di atas dapat disimpulkan bahwa
PKn merupakan pelajaran yang menekankan pada pembentukan karakter siswa, jika
dikaitkan dengan pengertian guru, maka guru PKn adalah orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik tentang
pembentukan sikap agar menjai warga Negara berkarakter sesuai Pancasila dan UUD
1945.
Dalam rangka pelaksanaan Kurikulum 2013 pengganti KTSP, pemerintah
melalui Kemendikbud telah menerbitkan peraturan baru tentang Implementasi
Kurikulum yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 81A Tahun 2013. Dalam kurikulum ini pendidikan karakter mendapat
perhatian yang besar, hal itu nampak dalam rumusan kompetensi inti dan kompetensi
dasar, seperti misalnya :
Tabel 2.1 Contoh KI dan KD dalam Kurikulum 2013
No
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
1
Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menghargai perilaku beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak
mulia dalam kehidupan di sekolah dan
masyarakat.
2
Menghargai dan menghayati
perilaku
jujur,
disiplin,
tanggungjawab,
peduli
(toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif
2.1 Menghargai semangat dan komitmen
kebangsaan seperti yang ditunjukkan oleh
para pendiri negara dalam perumusan dan
penetapan Pancasila sebagai dasar negara
2.2 Menghargai perilaku sesuai norma-norma
dalam berinteraksi dengan kelompok
38
dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan
dan
keberadaannya.
sebaya dan masyarakat sekitar
2.3 Menghargai sikap toleran terhadap
keberagaman suku, agama, ras, budaya,
dan gender
2.4 Menghargai semangat persatuan dan
kesatuan dalam memahami daerah tempat
tinggalnya sebagai bagian yang utuh dan
tak terpisahkan dalam kerangka Negara
Kesatuan RepubIik Indonesia (NKRI)
(Sumber: Silabus SMP)
Dari contoh perumusan kompetensi inti diatas dapat dilihat cakupan
pendidikan karater yang dituangkan dalam kompetensi dasar. Untuk mencapai tujuan
karakter yang di harapkan guru perlu menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Dalam Permendikbud Nomor 81A/2013 langkah-langkah pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta.
a. Mengamati (observasi)
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran adalah dengan membuka secara luas
dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
39
b. Menanya
Menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam
kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup
cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi
Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara
dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan
pembelajaran memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
40
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola
dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada
teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran
merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan
beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah
tersedia.
e. Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
41
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok,
atau secara individual membuat kesimpulan.
f. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini
dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam
kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Sebagaimana telah dikemukakan tersebut di atas bahwa salah satu misi PKn
adalah sebagai pendidikan karakter, maka dalam Draf Panduan Guru Mata Pelajaran
Pkn (2010) beberapa peran guru PKn yang perlu dilakukan dalam mengembangkan
misi tersebut adalah :
1. Memahami Nilai-Nilai Karakter Yang Hendak Dikembangkan
Untuk dapat menjadi guru PKn yang efektif dalam pendidikan karakter, perlu
memahami dengan baik mengenai konsep dan indikator karakter yang hendak
42
dinternalisasikan kepada peserta didik. Tanpa pemahaman yang baik mengenai nilai
karakter tersebut, maka sulit bagi guru untuk membuat Silabus, RPP dan
melaksanakan praktek pembelajarannya secara efektif.
2. Mengembangkan Pembelajaran Aktif
Komponen-komponen tersebut dapat mengembangkan karakter peserta didik
apabila memenuhi enam kriteria yaitu: Tujuan, Input, Aktivitas, Pengaturan (Setting),
Peran guru, Peran peserta didik.
3. Mengembangkan Kultur Sekolah
Kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter perlu diciptakan.
Kultur sekolah adalah norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, sikap, harapan-harapan,
dan tradisi yang ada di sekolah dan telah diwariskan antar generasi, dipegang bersama
yang mempengaruhi pola pikir, sikap dan pola tindakan seluruh warga. Pembelajaran
yang baik hanya dapat berlangsung pada sekolah yang memiliki kultur positif. Suatu
kultur sekolah yang sehat akan berdampak kesuksesan siswa dan guru dibandingkan
dengan dampak bentuk reformasi pendidikan yang lain. Kultur sekolah yang sehat
dan positif berkaitan erat dengan: motivasi dan prestasi siswa dan produktivitas dan
kepuasan guru. Racun kultur negatif di sekolah misalnya: diktator, komentator,
agitator, dan spectator.
4. Menjadi Model
Guru hendaknya dapat menjadi contoh bagi peserta didik sebagai guru yang
berkarakter. Maksudnya sikap dan tindakan guru menggambarkan karakter yang
diinternalisasikan kepada peserta didik. Dengan kata lain seperti peran guru yang
43
diajukan Ki Hajar Dewantara, bahwa guru yang dengan efektif dan efisien
mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dalam hal ini Bung Karno menyatakan
semboyan: “orang tidak dapat mengajarkan apa yang dikehendakinya, tidak juga apa
yang diketahuinya, orang hanya dapat mengajarkan apa yang dihayatinya”. Pendapat
Bung Karno mempertegas bahwa seorang guru tidak ada pilihan lain kecuali
mempraktekan apa yang diajarkannya, untuk dapat menghayati yang diajarkannya.
Guru PKn maupun anak didik harus dapat banyak belajar maupun mencontoh
mutiara-mutiara karakter dari para pendiri bangsa. Misalnya, salah satunya adalah
Bung Hatta. Bung Hatta memiliki karakter antara lain: bebas; tekun; santun; saleh;
patriotik; aktif berorganisasi. Para founding father juga merupakan guru bangsa yang
memiliki karakter yaitu memiliki pengetahuan luas dan mendalam tentang berbagai
hal (well informed), pembaca yang baik (well read), berkemampuan yang sangat baik
untuk mengemukakan pendapatnya dengan lisan maupun tulisan (well equiped), serta
pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya sebagai basis gerakan sosial.
2.2 Penelitian yang Relevan
Banyaknya pelanggaran yang terjadi di sekolah menuntut guru untuk
melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir pelanggaran selanjutnya. Berbagai
upaya yang digunakan guru untuk menegakkan tata tertib adalah dengan upaya
preventif, repesif dan kuratif.
Siti Rokhayah (2013) Upaya Guru Pkn Dalam Menanggulangi Pelanggaran
Tata Tertib Di SMK Muhammadiyah 2 Boja. Hasil dari penelitian ini menunjukan
44
beberapa upaya guru PKn dalam menanggulangi kasus pelanggaran tata tertib yaitu
secara preventif adalah berbagi pengalaman hidup agar siswa menjadi lebih dewasa
dan mengajarkan sopan santun kepada semua siswa. Secara represif dengan cara
memberikan teguran dan hukuman kepada siswa yang melakukan pelanggaran tata
tertib sekolah. Secara kuratif guru PKn menyerahkan siswa yang mengulangi
pelanggaran tata tertib sekolah kepada guru BK agar siswa diberi pembinaan.
Kesimpulan: upaya guru PKn dalam menanggulangi pelanggaran tata tertib oleh
siswa di SMK Muhammadiyah 2 Boja secara preventif, represif dan kuratif.
Meskipun guru PKn telah melakukan penanggulangan pelanggaran, namun masih
terdapat hambatan, seperti: siswa tidak menyampaikan surat panggilan kepada orang
tua. Saran: guru PKn, hendaknya bekerjasama dengan guru BK agar dalam
menyampaikan surat penggilan orang tua melalui via telephone dan meningkatkan
komunikasi dengan orang tua siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah,
dalam rangka mengatasi pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa.
45
2.3 Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tata Tertib
Upaya Preventif
Patuh
Upaya Represif
Melanggar
Guru PKn
Upaya Kuratif
Patuh
Melanggar
atau Rehabilitasi
Keterangan:
Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan mendidik siswa pada tingkat
pertama setelah melalui Sekolah Dasar (SD). Biasanya pada masa ini siswa masih
bisa dibimbing dan diarahkan dengan mudah kepada kegiatan-kegiatan yang bisa
membangun bakat dan minat siswa. Tata tertib sekolah mengandung pemahaman
mengenai nilai karakter yang penting bagi kepribadian siswa. Pembelajaran karakter
yang disampaikan oleh guru diharapkan mampu membentuk akhlaq siswa.
Dalam menegakkan tata tertib guru PKn melakukan upaya preventif, represif
dan kuratif. Tindakan preventif dilakukan untuk mencegah pelanggaran tata tertib,
meskipun dalam pelaksanaannya siswa ada yang sudah patuh terhadap tata tertib dan
ada yang melanggar.
46
Upaya represif dilakukan bagi siswa yang melanggar tata tertib, upaya ini
meliputi pemberian sanksi atau hukuman agar siswa jera dan tidak melakukan
pelanggaran lagi. Sedangkan upaya kuratif atau pembinaan dilakukan bagi siswa yang
masih melanggar walaupun sudah diberi tindakan represif. Dalam upaya ini guru
memeberikan pembinaan dan pengontrolan khusus bagi siswa yang masih melanggar
tata tertib.
Download