BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Hakikat Keterampilan Menulis Menurut Tarigan (2013: 3),” menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh dengan mudah melainkan melalui tahapan-tahapan pencapaian, yaitu melalui keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan tahap terakhir adalah keterampilan menulis. Menurut McCrimmon (1984:2), “menulis rnerupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu objek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas”. Tarigan (2008: 22) menjelaskan bahwa “menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Menulis bukan sekedar melukiskan lambang-lambang grafis melainkan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas, sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara baik. Secara 15Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 Pengaruh Metode 16 singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan menulis karangan, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan buah pikirannya secara menarik dan mengena kepada pembaca. Oleh karenanya, disamping harus menguasai topik dan permasalahan yang akan ditulis, penulis dituntut menguasai komponen lainnya, seperti grafologi, struktur, kosakata, dan kelancaran dalam memilih kata yang tepat, serta penggunaan ejaan dan tanda baca, sehingga karya tulisannya menjadi koheren dan kohesif. Menurut Lado (1977: 143), “menulis adalah menyusun tanda-tanda tulis suatu bahasa, sehingga orang lain dapat membaca tanda-tanda tulis tersebut, jika mereka mengenal dan mengerti bahasanya”. Kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dan kegiatan berbahasa lainnya. Menulis didorong oleh kegiatan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Burn (1996: 10) mengemukakan bahwa, “membaca dan menulis saling mendukung satu dengan lainnya”. Morsey (dalam Tarigan, 2013: 4), menyatakan bahwa: “Tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruh; orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh penulis yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (mudah dipahami), kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, susunan/organiasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yangcerah”. Tulisan disajikan dalam kalimat yang mudah dipahami oleh pembacanya. Menurut Sugihastuti ( 2011: 202), ”Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan,yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 17 dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula dinamakan kalimat efektif. Abdul Rozak (2000; 8) berpendapat bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan dengan lengkap dalam pikiran pembaca persis seperti apa yang disampaikan. Sementara itu menurut Zainal Arifin (2000; 84) kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. Jadi sebuah kalimat dikatakan efektif jika mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergabung dalam pikiran si pembaca persis seperti apa yang dimaksud si penulis. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat efektif adalah kalimat singkat yang dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis sanggup memunculkan gagasan yang sama dengan pikiran si penulis. McCrimmon dalam Putrayasa (2009: 47) mengungkapkan bahwa kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu : struktur kalimat efektif dan ciri kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup : kalimat umum, kalimat paralel,dan kalimat periodik. a. Struktur Kalimat Efektif. 1) Struktur Kalimat Umum Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 18 Unsur-unsur yang membangun sebuah kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: unsur wajib dan unsur takwajib (unsur manasuka). Unsur wajib adalah unsur yang harus ada dalam sebuah kalimat (yaitu unsur S/subjek dan P/predikat), sedangkan unsur takwajib atau unsur manasuka adalah unsur yang boleh ada dan boleh tidak ada (yaitu kata kerja bantu: harus,boleh; keterangan aspek: sudah, akan; keterangan: tempat, waktu, cara dan sebagainya). 2. Struktur Kalimat Paralel Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe-an, ke-an), maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. b. Ciri-ciri kalimat efektif meliputi: 1. Kesatuan (unity) Kalimat efektif harus mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan pikiran. 2. Kehematan (economy) Adanya jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. 3. Penekanan (emphasis) Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 19 Upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca. 4. Kevariasian (variety) Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang dipergunakan. Ada kalimat yang pendek dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi monoton atau datar sehingga akan membuat kebosanan pada pembaca. Atar Semi (2000; 143) menyampaikan ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut: (1) sesuai dengan tuntutan bahasa baku, maksudnya kalimat itu ditulis dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia; (2) jelas, artinya kalimat itu mudah dipahami dan diterima oleh pembaca; (3) ringkas dan lugas, artinya tidak berbelit-belit atau dengan kata yang sedikit dapat menyampaikan berbagai ide; ( 4) adanya koherensi antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain atau antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain; (5) kalimat harus hidup, artinya ada variasi tentang pilihan kata, gaya bahasa, bentuk kalimat, dan antara panjang pendek kalimat; dan (6) tidak ada unsur yang tidak berfungsi, artinya setiap kata ada fungsinya, setiap kalimat dalam paragraf ada fungsinya. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 20 Bedasarkan beberapa pendapat di atas, penulis membuat kesimpulan bahwa penguasaan kalimat efektif adalah kemampuan seseorang dalam menyusun kalimat secara singkat dengan urutan yang logis, ditulis sesuai dengan kaidah tata bahasa baku, koherensi dan bervariasi sehingga ide atau gagasan yang diungkapkan penulis dapat dipahami dan diterima pembaca dengan tepat. Keefektifan suatu kalimat dapat dipengaruhi oleh penggunaan tanda baca, pemakaian kata, pembentukkan frase, penataan klausa, dan penyusunan kalimat yang tepat. Dalam mengukur penguasaan kalimat efektif menggunakan indikator bahwa seseorang mampu menyusun kalimat efektif yang isinya mudah dipahami dan diterima pembaca. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur penguasaan kalimat efektif adalah: (1) kaidah tata bahasa baku, yaitu memperhatikan ejaan, kata, dan istilah yang sesuai kaidah tata bahasa; (2) kelogisan dalam penggunaan kalimat; (3) singkat dan jelas, artinya tidak berbelit-belit; (4) kohesi dan koherensi sehingga mempunyai struktur yang baik; dan (5) variasi bahasa, yaitu struktur kalimat, panjang pendek kalimat, jenis kalimat, dan diksi atau pilihan kata. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (2002; 116-135) dijelaskan ciri-ciri kalimat efektif yaitu: 1) Kesepadanan dan kesatuan Syarat pertama bagi kalimat efektif adalah mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat-kalmat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, atau dapat ditambah dengan objek, pelengkap, dan keterangan dan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 21 unsur-unsur tersebut dapat memunculkan keterpaduan arti yang merupakan ciri ketuhan kalimat. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupkan kepadan pikiran. 2) Kesejajaran (pararelisme) Yang dimaksud dengan kesejajaran (pararelisme) adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama yang dipakai susunan serial. Jika sebuah gagasan atau ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase, maka gagasan-gagasan lain harus dinyatakan dengan frase. Jika suatu gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan nomina (misal bentuk pen-an, ke-an) maka gagasan lain yang sederajat harus dengan nomina juga. Demikian juga bila sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan verbal (misal bentuk menkan, di-kan) maka gagasan lainnya yang sederajat harus dinyatakan dengan jenis yang sama. Kesejajaran akan memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan. 3) Penekanan dalam kalimat Penekanan dalam kalimat ini dimaksudkan untuk menekankan atau menonjolkan gagasan atau ide pokok. Cara penekanan gagasan dapat dilakukan dengan mengatur posisi gagasan pokok dalam kalimat gagasan yang ingin disampaikan biasanya diletakkan pada bagian depan kalimat. Cara selanjutnya adalah dengan urutan yang logis, yaitu dengan cara kejadian yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 22 suatu proses. Cara yang terakhir adalah dengan pengulangan kata. Pengulangan kata dalam bentuk kalimat kadang-kadang diperlukan dengan maksud memberi penegasan pada bagian yang dianggap penting. 4) Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut sal gramatika dan makna kata. 5) Kevariasian Seorang penulis harus dapat menghindarkan pembaca dari keletihan yang pada akhirnya akan menimbulkan kebosanan. Oleh karena itu untuk menghindari suasana monoton dan bosan digunakan bentuk pola dan jenis kalimat yang bervariasi. Menurut Gorys Keraf dalam Widyamartaya (2006; 19) menyatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut: (1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis; (2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis. Bila kedua syarat itu dipenuhi maka tidak mungkin akan terjadi salah paham antara mereka yang terlibat dalam komunikasi. Sebagai alat penyampai pengalaman batin, perasaan, amanat, berita, dan sebagainya dalam proses komunikasi antar manusia bahasa tulis memang banyak kekurangannya. Bahasa lisan dapat didukung oleh lagu kalimat dan gerak-gerik anggota badan serta perubahan air muka dalam Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 23 menyampaikan amanat, sedangkan dalam bahasa tulis tidak. Bahasa tulis hanya kelihatan sebagai baris-baris atau lautan huruf dan tanda baca. Dalam pemakaian huruf besar, huruf miring, huruf tebal membantu menghilangkan kemonotonan, tetapi hanya sedikit. Begitu pula pemakaian bermacammacam huruf dan tanda baca tidak banyak membantu mempermudah komunikasi. Dalam komunikasi tulis huruf-huruf dan tanda baca harus kita gunakan sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin), akan tetapi hal yang paling menguntungkan dalam komunikasi tulis adalah cara menyampaikan gagasan, sedang huruf dan tanda baca hanya bahan pembungkus. Kalimat efektif merupakan alat komunikasi yang berharkat. Harkat berarti daya, tenaga, kekuatan. Bila penulis ingin agar komunikasi sampai dan mengesan, kalimat yang ditulisnya harus berharkat, bertenaga. Caracara untuk mengharkatkan kalimat antara lain: (1) bagian kalimat yang hendak dipentingkan atau diutamakan diletakkan pada awal kalimat. Hal ini yang dapat terwujud adalah inverse atau prolepsis atau gabungan natara inverse dan prolepsis. Inversi adalah predikat yang diletakkan di depan subjek. Prolepsis keterangan atau objek diletakkan di depan subjek; (2) bila penulis menyebutkan serangkaian hal (peristiwa) hendaknya diperhatikan dan diusahakan agar urutan hal (peristiwa) itu logis, kronologis, atau berklimaks; (3) kata kunci diulang; (4) kata atau frase yang hendak dipentingkan dapat ditambah dengan partikel pementing lah, pun, kah; dan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 24 (5) rangkaian hal yang disebutkan dapat menjadi lebih kuat dengan paraktisme. Kalimat efektif memperhatikan pararelisme. Pararelisme kesejajaran adalah penggunaan bentuk gramatikal yang sama untuk unsur-unsur kalimat yang sama fungsinya. Jika sebuah pikiran dinyatakan dengan frase, maka pkiran-pikiran lain yang sejajar harus dinyatakan dengan frase. Jika semua gagasan dinyatakan dengan kata benda verbal atau kata kerja bentuk me, di, dan sebagainya, maka gagasan lain yang sejajar dinyatakan pula dengan kata benda verbal atau kata kerja bentuk me, di, dan sebagainya. Kalimat efektif diwarnai kehematan. Purwadinata dalam Wdyamartaya (2006; 31) menyatakan bahwa “penuturan yang luasnya kuat dan tegas”. Penuturan dikatakan luas karena banyak kata-kata yang mubazir biasanya lemah dan kabur., demikianlah pada umumnya. Maka kalimat yang sudah jelas dan terang dengan empat kata, misalnya jangan dikatakan dengan lima atau enam kata. Demikian juga suatu gagasan yang cukup disampaikan dengan satu kalimat, jangan disampaikan dengan dua atau tiga kalimat. Demikian juga frase ata kelompok kata yang sudah jelas dan terang maksudnya dalam bentuk yang ringkas tak ada gunanya diperluas dengan kata-kata yang tidak perlu. Kalimat efektif didukung dengan variasi. Yang dimaksud dengan variasi kalimat di sini adalah variasi kalimat yang membangun paragraf atau alinea. Sebuah alinea terasa hidup dan menarik jika kalimat-kalimatnya Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 25 bervariasi dalam hal panjang dan pendeknya, jenisnya, aktif pasifnya, dan pola atau gayanya. Kalimat efektif dibantu dengan penggunaan EYD. Dalam pemakaian EYD dapat dipelajari dalam buku Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, yang sebagian ringkasannya adalah: 1) Pemakaian dan penulisan huruf-huruf kapital dan huruf miring. Huruf kapital digunakan sebagai penulisan huruf pertama pada: (1) awal kalimat; (2) petikan langsung; (3) dalam ungkapan yang berhubungan dengan kitab suci, nama Tuhan, termasuk kata gantinya; (4) nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang; (5) nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama oang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu; (6) nama orang; (7) nama bangsa, suku, dan bahasa; (8) nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejaran; (9) nama kas dalam geografi; (10) nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi; (11) semua kata di dalam kata buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang, yang tidak terletak pada posisi awal; (12) singkatan nama, gelar, dan sapaan; (13) kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti orang pertama atau kedua atau sapaan; (14) huruf pertama kata ganti. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 26 2) Penulisan kata Dalam penulisan kata terdapat beberapa ketentuan yang dapat dipedomani, yaitu: (1) kata dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kata dasar dan kata turunan; (2) kata dasar ditulis sebagai satu turunan; (3) imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar; (4) kalau bentuk dasarnya gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung menghubungkan atau langsung mendahuluinya; (5) kalau bentuk dasar gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran maka kata-kata tersebut ditulis serangkai; (6) kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai, kecuali kalau bentuk terikatnya diikuti kata yang huruf awalnya huruf kapital dan kalau kata maha diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar; (7) bentuk kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung; (8) gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk termasuk istilah khusus bagian-bagiannya ditulis terpisah; (9) gabungan kata yang termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan; (10) gabungan kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai; (11) kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya; (12) kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya; (13) kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya; (14) partikel pementing pun, lah, kah ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya; (15) partikel per yang berarti Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 27 mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendampinginya; (16) angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor; (17) angka digunakan untuk menyatakan ukuran, kuantitas, dan nilai uang, nomor jalan, rumah, kamar, dan sebagainya dan untuk menomori karangan; (18) penulisan lambang bilangan: 12 = dua belas, 1 3 5 = satu pertiga, 110= satu lima persepuluh, dan sebaginya, (19) penulisan kata bilangan tingkat; Paku Buwono X = Paku Buwono ke – 10, tingkat I = tingkat ke - 1; (20) penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran, tahun 80-an atau tahun delapan puluhan; (21) lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf; (22) angka yang menunjukkan bilangan bulat besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca, kecuali di dalam dokumen resmi; dan (23) kalau angka dan huruf melambangkan bilangan, penulisannya harus tepat. Pemakaian di dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat beberapa pedoman penulisan tanda baca, yang antara lain: (1) tanda titik; (2) tanda koma, hubung; (3) tanda pisah; (4) tanda ellipsis; (5) tanda tanya, seru, tanda kurung, dan tanda kurung siku; (6) tanda petik. Tanda titik dapat dipakai pada: (1) akhir kalimat; (2) singkatan nama orang; (3) singkatan gelar, jabatan, dan sapaan; (4) singkatan umum, misalnya dsn, hlm, Yth, a.n, d.a, u.p; (5) di belakang angka atau huruf dalam satu bagian, ikhtisar, atau daftar; dan (6) memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan angka waktu. Tanda titik tidak dipakai Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 28 pada: (1) pemisahan angka ribuan, ratusan, jutaan dan sebagainya yang tidak menunjukkan jumlah; (2) dalam singkatan yang terdiri dari hurufhuruf awal kata atau sukum kata, atau gabungan keduanya yang diperlukan sebagai kata, atau dalam akronim yang sudah diterima masyarakat; (3) dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran takaran, timbangan dan mata uang; (4) pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, dan sebagainya; (5) di belakang alamat pengirim, tanggal surat, dan nama serta alamat penerima surat; (6) dalam singkatan nama lembaga resmi, badan atau organisasi, dan dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata yang ditulis dengan huruf kapital. Tanda koma dipakai pada: (1) diantara unsur-unsur dalam satu perincian; (2) dalam kalimat majemuk dan yang menggunakan konjungsi tetapi, melainkan; (3) memisahkan anak kalimat dan induk kalimat; (4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada posisi awal; (5) di belakang kata-kata seruan; (6) memisahkan petikan langsung daribagian lain; (7) di antara unsur-unsur kalimat yang ditulis berurutan; (8) memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya; (9) di antara tempat penerbitann nama penerbit, dan tahun penerbitan; (10) di antara nama orang dan gelarakademik; (11) di muka angka persepuluhan; (12) untuk mengapit keterangan tambahan, aposisi, sisipan, dan sebagainya; (13) di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat bila perlu untuk menghindari salah baca. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 29 Tanda titik koma dipakai : (1) untuk mmemisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara; (2) untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara yang tidak memakai konjungsi. Tanda titik dua dipakai: (1) pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian; (2) sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian; (3) dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan; dan (4) di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan. Tanda hubung dipakai: (1) untuk menyambungkan suku-suku kata yang dipisah karena pergantian baris; (2) menyambungkan unsur-unsur kata ulang; (3) menyambungkan huruf kata yang dieja; (4) untuk memperjelas bagian-bagian ungkapan; (5) merangkai kata se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke dengan angka, angka dengan an, singkatan dengan huruf kapital dengan imbuhan atau kata; dan (6) merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Tanda pisah dipakai: (1) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan; (2) menjelaskan adanya oposisi; (3) di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti “sampai dengan”.Selain daripada itu tanda elipsis (....) digunakan untuk: (1) menggambarkan kalimat yang putus-putus; (2) menjelaskan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 30 Tanda petik dipakai dalam penulisan: (1) mengapit petikan ajaran langsung. Petikan langsung; (2) mengapit judul apabila dipakai dalam kalimat; dan (3) mengapit istilah ilmiah. Dengan keterangan ringkas tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa EYD sangat berperan dalam menulis terlebih dalam penyusunan kalimat efektif. Dari berbagai pendapat dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan kalimat efektif adalah kemampuan seseorang dalam menyusun kalimat secara singkat dengan urutan yang logis, ditulis sesuai kaidah tata bahasa baku, koherensi, dan bervariasi sehingga ide atau gagasan yang diungkapkan penulis dapat dipahami dan diterima pembaca dengan tepat. Nunan (1991: 86-90) menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi: “(1) perbedaan antara bahasa lisan danbahasa tulis; (2) menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatuproduk; (3) struktur generik wacana tulis; (4) perbedaan antara penulisterampil dan penulis yang tidak terampil; dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran”. Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis tampak pada fungsi dan karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun, yang patut diperhatikan adalah keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Darisudut pandang inilah dapat diketahui seberapa jauh hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi. Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 31 paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya dengan bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secaralebih jauh dan lebih mendalam. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia kadang-kadang tidak terampil menggunakan bahasanya sendiri dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang tidak disadari. Kedua, pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi padaproses lebih memfokuskan pada aktivitas belajar (proses menulis); sedangkan pendekatan yang berorientasi pada produk lebih memfokuskan pada hasil belajar menulis yaitu wujud tulisan. Ketiga, struktur generik wacana dan masing-masing jenis karangan (tulisan) tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal ini menjadi ciri khasjenis karangan narasi. Keempat, untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, perlu pemahaman mengenai penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil. Tujuannya adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) dan keduanya. Kesulitan yang dialami penulis yang tidak terampil (baca: pemula, awal), dapat diketahui. Salah satu kesulitan yang dihadapinya Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 32 adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca. Adapun penulis terampil, ia mampu mengatakan masalah tersebut atau masalah lainnya, yaitu masalah yang berkenaan dengan proses menulis itu sendiri. Kelima, sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh Nunan (1991: 88), yakni: (1) tahap prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap perbaikan. Untuk menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan keterampilan memadukan antara proses dan produk menulis”. Sejalan dengan pendapat tentang proses menulis dengan penahapannya di atas, McCrimrnon (1984: 10-1 1), mengelompokkan proses menulis menjadi tiga tahap,yaitu ( 1) persiapan; (2) penulisan; dan (3) revisi. Tahap persiapan merupakan tahap permulaan menulis dengan merencanakan ide yang akan dikemukakan dan ditransfer ke dalam karangan, mengidentifikasi topik, dan memilih bentuk karangan. Tahap penulisan merupakan tahap prosedur pengorganisasian dan pengembangan ide. Tahap revisi adalah tahap membaca kembali dan mengoreksi tulisan yang telah disusun berupa draf atau buram. Menulis adalah aktivitas yang kompleks, ditawarkan sebelas prinsip oleh The Writing Study Group of the NCTE Executive Committee (2004: 11). Prinsip tersebut untuk memandu mengajarkan menulis secara efektif, meliputi: Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 33 “... (1) semua orang memiliki kapasitas untuk menulis, sehingga menulis dapat dipelajari dan guru dapat membantu para siswa menjadi penulis yang baik; (2) orang belajar menulis melalui praktik penulisan; (3) menulis adalah suatu proses; (4) menulis adalah suatu alat untuk berpikir; (5) tujuan menulis dan masing-masing orang berbeda; (6) aturan penulisan untuk memenuhi selera pembaca penting untuk diikuti oleh penulis; (7) menulis dan membaca saling terkait, penulis yang banyak membaca lebih mudah dalam penulisan; (8) menulis mempunyai hubungan kompleks dengan berbicara; (9) praktik menulis berhubungan erat dengan situasi kehidupan sosial yang rumit; (10) teknik dan cara menulis dapat dilakukan berbeda; dan (11) penilaian menulis adalah kompleks, informatif, dan subjektif”. Magee (2008: 1) menjelaskan tiga langkah proses menulis kreatif, antara lain: “(1) gunakan berbagai teknik untuk mengungkap gagasan dengansuatu topik spesifik, (2) bangun peta pikiran untuk mengorganisir gagasan, dan (3) konversi peta pikiran yang telah dibangun ke dalam format linier”. Menurut Nunan (1998: 37) sukses dalam menulis harus melibatkan: “... (1) menguasai teknik penulisan; (2) menguasai dan mematuhi konvensi dalam penggunaan ejaan dan tanda baca; (3) menggunakan sistem tata bahasa untuk menyampaikan maksud/arti seseorang; (4) mengorganisir isi teks secara lengkap untuk memberikan gambaran informasi yang ditulis; (5) merevisi hasil tulisan; dan (6) menyeleksi dan menyesuaikan dengan kebutuhan gaya pembaca”. Keterampilan yang diperlukan untuk menyusun karangan yang baik menurut Keaton (1998: 135) meliputi: “(1) keterampilan gramatikal; (2) penuangan isi; (3) keterampilan stilistika; (4) keterampilan mekanis; dan (5) keterampilan memutuskan”. Sehubungan kompleksnya kecakapan yang diperlukan untuk kemampuan menulis, maka menulis harus dipelajari, karena melalui proses belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh, peningkatan kemampuan menulis akan diperoleh. Kemampuan menulis Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 34 terjadi melalui latihan yang berulang-ulang, dan pengajaran menulis dengan intensif. Aziez (2015: 174), ”aktifitas menulis terbagi menjadi tiga yaitu menulis terkontrol, menulis terbimbing,dan menulis bebas, bila dijenjang menulis terkontrol pada tahap pertama, menulis terbimbing pada tahap kedua dan menulis bebas tahap terakhir. Menulis terkontrol aktifitasnya meliputi : a) Kalimat jigsaw (jigsaw sentences), b) Wacana Berjenjang (gapped pasages), c) Wacana cloze murni ( pure cloze passages ), d) Wacana Cloze pilihan ganda(Wacanacloze pilihan ganda), e) Mencari dan menyalin ( fine and copy), f) Dikte(diktation), g) Merangkai kalimat (sentence combining), h) Meringkas (reducing), i) Telegram Untuk kelas atas awal pembelajaran menulis kalimat dimulai dari yang paling sederhana, secara bertahap sehingga anak tidak terlalu terbebani kalimat yang komplek. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian maka perlu adanya penilaian. Menurut Brown (2001: 357), ada enam kategori dalam evaluasimenulis, yakni: “(1) content; (2) organization; (3) discourse; (4) syntax; (5) Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 35 vocabulary; dan (6) mechanics” Hughes (1997: 9 1-93), menjelaskan unsur penilaian dalam menulis meliputi: “(1) grammar (tata bahasa dan pola kalimat); (2) vocabulary (kosa kata); (3) mechanics (ejaan); (4) Fluency (styleand ease of communication) ; dan (5) form (organization)”. Menurut Harris (1969: 68-69), unsur-unsur menulis karangan harus memperhatikan: “... (1) content (isi, gagasan yang dikemukakan), yang meliputi relevansi, dan tesis yang dikembangkan; (2) form (organisasi isi), yang meliputi keutuhan paragraph, dan perpautan paragraph; (3)grammar (tata bahasa dan pola kalimat), yang meliputi ketepatan bentukan kata dan keefektifan kalimat; (4) style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), yang meliputi ketepatan kata, dan kesesuaian kata; (5) mechanics (ejaan), yang meliputi pemakaian huruf, dan pemakaian tanda baca”. Menurut Genesse dan Upshur (1997: 89), observasi pada penilaian menulis didasarkan pada: “(1) content, (2) organization, (3) vocabulary, (4) grammar, dan (5) mechanisms”. Berbeda dengan pendapat di atas, Baxter (1997: 50-5 1) memberi contoh dalam asesmen menulis, meliputi unsur: “(1) relevance/kesesuaian, (2) adequasy/ketercukupan, (3) grammar/tata bahasa. (4) vocabulary/kosa kata, dan (5) punctuation/pemakaian tanda baca”. Lain lagi pendapat Langan, J. (2001: 131) menjelaskan bahwa menulis esai harus memuat beberapa hal, antara lain: “(1) unity (kesatuan), (2) support(pendukung), (3) coherence (koherensi), dan sentence skill (keterampilan menyusun kalimat)”. Menurut Nurgiyantoro (2001: 306), “idealnya pembobotan dalam pemberian skor menulis (karangan) mencerminkan tingkat pentingnya masing-masing unsur dalam karangan. Dengan demikian, unsur yang lebih Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 36 penting diberi bobot yang lebih tinggi”. Menurut Heaton (1998: 146), “pembobotan komponen skala penilaian menulis adalah 30 untuk isi karangan, 20 untuk organisasi karangan, 20 untuk kosakata, 25 untuk penggunaan bahasa, dan 5 untuk ejaan dan tanda baca”. Untuk mengefektifkan tes menulis karangan, Harris (1969: 69) menyarankan agar masing-rnasing komponen diberi bobot sesuai dengan penekanan dan sifat tulisan, misalnya, 1 kurang, 2 cukup, 3 baik, dan 4 sangat baik”. Kemampuan (ability) menurut Fuad Hasan (1981: 43-44) memiliki pengertian “kesanggupan atau kepandaian yang dapat dinyatakan melalui pengukuran-pengukuran tertentu”. Chaplin (2000: 1) menyatakan bahwa “kemampuan (ability) adalah kesanggupan untuk melakukan suatu perbuatan”. Dengan demikian, dapat dikemukakan pengertian kemampuan (ability) dalam penelitian ini adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang dapat dinyatakan melalui pengukuranpengukuran tertentu. Berdasarkan pada beberapa pengertian dan pemaparan konsep teoretik di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah kesanggupan sesorang untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Kaitannya dengan kajian penelitian ini yang akan dinilai meliputi unsur: (1) isi: relevansi isi berdasarkan topik; (2) organisas isi: keutuhan dan perpautan paragraf, gagasan terorganisir dengan urutan logis; (3) gramatika: menguasai bentukan kata dan penyusunan kalimat efektif; (4) pilihan kata: ketepatan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 37 pilihan kata dan ungkapan; serta (5) penggunaan ejaan: pemakaian huruf dan tanda baca. Aspek yang akan diukur dan masing-masing unsur di atas. Dikembangkan peneliti dengan bersumber pada teori atau konsep-konsep yang telah dipaparkan. 5. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran ( KBBI 1995 ). Metode dalam pengajaran bahasa menurut Richards. dkk. (dalam Agus Wuryanto, 2008: 1), adalah “cara mengajarkan suatu bahasa yang didasarkan kepada prinsip dan prosedur yang sistematis. Yakni penerapan pandangan tentang cara bahasa diajarkan dan dipelajari”. “Adapun sifat sebuah metode adalah prosedur dan sistemik ”(Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2008: 40-41). Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar). Dengan kata lain metode pembelajaran adalah langkah-langkah yang dilalui oleh guru dalam mengajar, maupun murid dalam belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Brown (2000: 171), menjelaskan bahwa “metode pembelajaran secara umum adalah spesifikasi yang ditentukan dalam pembelajaran Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 38 dikelas untuk mencapai sasaran yang ditentukan”. Dalam pembelajaran bahasa, metode bagi guru adalah yang utama untuk menentukan peran dan perilaku siswa. Di samping itu, untuk mencapai sasaran tujuan utarna dan kedalaman materi, berbagai hal perlu menjadi pertimbangan guru, agar dapat menerapkan metode secara bervariasi, sehingga dapat dipahami dalam berbagai konteks. Menurut Wina Sanjaya (2008: 127), “metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Strategi adalah aplan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way inachieving something”. Strategi adalah suatu rencana operasional/trik untuk mencapai sesuatu keberhasilan, sedangkan metode adalah suatu cara/jalan dalam mencapai sesuatu tujuan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 89),“ada beberapa faktor yang mendasari pemilihan metode, antara lain: (1) siswa; (2) tujuan; (3) situasi; (4) fasilitas; dan (5) kemampuan guru”. Perpaduan pengaruh faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan metode mana yang paling optimal berpengaruhatas hasil belajar siswa. Menurut Winarno Surakhmad (1990: 97), “metodedapat diklasifikasi ke dalam dua jenis, yaitu: (1) metode interaksi secara individual; dan (2) metode interaksi secara kelompok”. “Salah satu metode yang banyak didukung dalam penelitian adalah metode mengajar membaca dan menulis dalam kelompok-kelompok kecil kolaboratif. Ada banyak program kolaboratif, misalnya CIRC, Discussion, Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 39 Language Circles” (Muijs and Reynolds, 2008: 321). CIRC adalah metode kooperatif yang mengintegrasikan kegiatan membaca dan menulis, sedangkan discussion adalah metode yang mengaktifkan kegiatan siswa melalui diskusi kelompok, serta language circles adalah metode kooperatif yang mengaktifkan kegiatan siswa dalam kelompok kecil dengan kegiatan membaca kelompok, menulis secara individu dan saling membaca tulisan teman secara bergantian/berputar. Silberman (diterjemahkan oleh Sarjuli et al, 2002: 6-7), menjelaskan “agar pembelajaran efektif guru hendaknya menggunakan hal-hal sebagai berikut: diskusi kelompok kecil dan projek (penelitian), presentasi kelas dan berdebat, latihan pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus”. Rasa dalam satu kelompok ini memungkinkan peserta didik menghadapi perubahan-perubahan di hadapannya. Ketika mereka belajar lebih senang dengan yang lain dari pada sendirian, mereka memiliki dorongan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui tingkat pengetahuan dan keterampilan mereka sekarang. Berdasarkan pada beberapa pengertian dan pemaparan konsepteoretik di atas dapat disimpulkan, bahwa metode pembelajaran adalah langkah-langkah atau cara yang dilalui guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Pembelajaran Menulis dengan Metode Cooperative Learning tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 40 Metode cooperative learning adalah suatu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa menjalin hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan belajar dan menciptakan suasana belajar kooperatif. Menurut Slavin (1995: 5), “metode cooperative learning adalah suatu metode pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar ” Dan menurut Johnson and Johnson (dalam Lie. 2008: 18). “cooperative learning didefinisikan sebagal sistem belajar kelompok yang terstruktur mencakuplima unsur pokok, yaitu (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggungjawab individual, (3) interaksi personal, (4) keahlian bekerja sama, dan (5) proses kelompok”. Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42), menjelaskan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama” Pembelajaran kooperatifdisusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa yang berbeda latar belakangnya. Olsen dan Kagari (dalarn Richards and Rodgers, 2001: 192), menjelaskan: “cooperative learning is group learning activity organizedso that learning is dependent on the socially structured exchange ofinformation between leaners in groups and in which each learner is heldaccuntable for his or her own learning and is motivated to increase thelearning of others “. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 41 Pembelajaran kooperatif adalah aktivitas pembelajaran kelompok yang terorganisir sedemikian rupa, sehingga bergantung pada struktur sosial adanya pertukaran informasi antar siswa dalam kelompok, di mana masingmasing siswa punya peran dan tanggung jawab untuk pembelajarannya dan termotivasi untuk meningkatkan dan siswa yang satu dengan yang lain. Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2001: 195), “pembelajaran kooperatif adalah suatu jenis aktivitas kelompok yang spesifik dengan mencoba untuk menggabungkan bagaimana siswa belajar dan keterampilan social”. Larsen (2000: 164), menjelaskan bahwa “pembelajaran kooperatif yang esensi adalah adanya keterlibatan siswa yang satu dan yang lain dalam kelompok belajar bersama, mereka bekerjasama secara efektif”. Joyce, Weil. dan Calhoun (2000: 35), berpendapat, bahwa “Hal menarik dan cooperative learning adalah para siswa yang dengan sejarah akademis rendah. bermanfaat bagi mereka dengan cepat, karena partnerships dapat meningkatkan keterlibatan kerjasama dan konsentrasi, serta mempunyai efek meningkatkan tanggung jawab untuk pembelajaran akademis secara pribadi. Efek sosial adalah saling bekerja sama dengan rendah hati tetapi konsisten”. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya, yaitu pembagian kelompok yang dilakukan dengan cermat yang melibatkan siswa pada kelompok kecil yang heterogen untuk saling bekerja sama untuk memaksimalkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran serta menyelesaikan tugas-tugas pelajaran. Menurut Dasim Budimansyah (2002: 9), “cooperative/learning yaitu proses Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 42 pembelajaran yang berbasis kerjasama antar siswa dan antar komponen lain di sekolah”. Dalam cooperative learning terdapat beberapa metode dengan tipe yang berbeda, antara lain: “(1) STAD (Student Teams-chievement Deivision), (2) TGT (Teams-Games-Tournaments), (3) TAI (Teams Assisted Individualization), (4) CIRC (Cooperative Integrated Reading and composition), (5) Group Investigation, (6) Jigsaw, dan (7) Learning Together” (Slavin, 1995: 71-129) „Marie (1995: 1) berpendapat bahwa Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) is a school-based program that targets reading. writing, and language arts in grades 2 through 6.The three prinip/e program elements are direct instruction inreading comprehension, story-related activities, and integrated language arts/writing instruction. Kooperatif membaca dan menulis terintegrasi/CIRC adalah program sekolah yang mengintegrasikan membaca, menulis, dan sastra dikelas 2 sampai kelas 6 sekolah dasar. Tiga prinsip inti program adalah pembelajaran membaca pemahaman, aktivitas terkait dengan cerita, dan terintegrasi dengan sastra/pembelajaran menulis. Menurut Slavin (1995: 7) “CIRC is a comprehensive programfor teaching reading and writing in the upper elementary and middlegrades“. CIRC adalah suatu program menyeluruh untuk pengajaran membaca dan menulis di kelas tinggi sekolah dasar dan tingkat menengah. CIRC merupakan pengembangan dan metode cooperative learning yang menggunakan tim kooperatif dalam pembelajaran dengan mengintegrasikan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 43 antara pembelajaran membaca dan menulis, untuk kelas tinggi sekolah dasar serta sekolah tingkat lanjutan, Slavin (1995: 2) menegaskan pula, “CIRC a comprehensive program for teaching reading and writing in upper elementary grades: students work in four-member cooperative learning teams”. CIRC adalah program untuk pembelajaran membaca dan menulis di kelas tinggi sekolah dasar, siswa bekerja dalam kelompok belajar kooperatif yang beranggotakan empat siswa, mereka saling bekerjasama untuk memahami bacaan dan untuk saling merevisi tulisan mereka bergantian. Menurut Slavin (1995: 104) “metode cooperative learning yang cocok untuk pembelajaran membaca pemahaman dan menulis di kelas tinggi sekolah dasar adalah tipe CIRC”. Metode CIRC dikembangkan oleh Steven dan Slavin dan Universitas Johns Hopkins. CIRC adalahcooperative learning yang bertujuan menggunakan tim kooperatif untuk membantu siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman yang luas untuk kelas tinggi di SD yang diintegrasikan dengan pembelajaran menulis. CIRC terdiri dari tiga prinsip pelaksanaan, yaitu: sebagai dasar aktivitas, mengarahkan pada pembelajaran membaca pemahaman, dan mengintegrasikan apresiasi bahasa serta menulis. Semua aktivitas mengikuti suatu siklus reguler yang melibatkan presentasi guru, praktik regu, praktik mandiri, mengamati proses, praktik tambahan, dan penilaian. Demikianjuga Steven dan Slavin (1995: 1) menjelaskan bahwa: “In the Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 44 program, students in second through sixth grade worked in heterogeneous learning teams on reading and writing activities related to stories they were reading. Teachers provided students with explicit instruction on comprehension strategies and used a writing process approach to teach writing and language arts. Dalamprogram kooperatif membaca dan menulis terintegrasi/CIRC, para siswa kelas dua sampai kelas enam bekerja dalam kelompok heterogen belajar membaca dan aktivitas menulis berhubungan dengan cerita yang sedang mereka baca. Guru menyajikan kepada siswa strategi pembelajaran pemahaman dan menggunakan proses menulis dengan pendekatan pengajaran menulis dan seni bahasa. CIRC digunakan untuk mengajarkan membaca pemahaman yang diintegrasikan dengan kegiatan menulis melalui kelompok kooperatif, masing-masing terdiri dan 4 anggota yang heterogen. Setiap anggota dalam tim menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menyelesaikannya. Dalam pembelajaran kooperatif, prestasi belajar diberikankepada kelompok, agar kelompoknya mendapat nilai baik, diperlukan kerjasama di antara anggota tim untuk menyelesaikan lembar kerja. Fokusutama CIRC adalah menentukan aktivitas dengan waktu yang efektif digunakan oleh tim kooperatif dalam pembelajaran membaca kelompok, untuk menyelesaikan tugas pembelajaran seperti: membaca pemahaman bacaan, memahami kosakata, mengartikan simbol tertulis, danmelafalkannya secara bekerja sama satu tim. Wacana yang menjadi topik bacaan berupa cerita yang diambil dan buku pelajaran maupun dan berbagai sumber yang dapat dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif untuk mengidentifikasi lima hal Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 45 yang penting dan cerita, yaitu perwatakan, setting, rnasalah, usaha untuk memecahkan masalah, dan akhir dan pemecahan masalah. Kemudian secara individu siswa meringkas unsur cerita dengan bahasanya sendiri, dikoreksi silang antar anggota tim dengan peer assessment, berkaitan dengan penggunaan ejaan dan mekanik penulisan yang berkaitan dengan tata bahasa. Stevens, Madden, Slavin and Marie Famish (1987: 1)menjelaskan: “In CIRC. students worked in heterogeneous learning teams for all reading. language arts, and writing activities. In reading, students worked with partners during follow-up times on partner reading, decoding, stoty structure, prediction, and stoly summary activities related to the basal stories. Students also received direct instructionon comprehension and ineta comprehension activities, followed by team practice. In writing and language arts, students used a process approach to writing, and participated in peer conferences during planning, revising, and editing stages of the process “. Di dalam CIRC, siswa belajar dalam pembelajaran kelompok yang heterogen dalam pembelajaran membaca, sastra, dan aktivitas menulis. Di dalam membaca, para siswa belajar secara kelompok mengoreksi selama temannya membaca, memaknai isi wacana, urutan peristiwa, prediksi, dan aktivitas meringkas cerita yang ada dalam wacana. Para siswa belajar secara langsung pada aktivitas menyamakan pemahaman, diikuti evaluasi oleh kelompok. Dalam menulis bahasa dan sastra, para siswa menggunakan suatu proses pendekatan dalam menulis, dan partisipasi siswa dalam membuat kesepakatan antar mereka selama perencanaan, revisi, dan tahapan proses editing. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 46 Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode cooperative learning tipe CIRC adalah metode pembelajaran yang mengintegrasikan kegiatan membaca dan menulis dengan mengoptimalkan kelompok belajar kooperatif, yang langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut (dimodifìkas dan model Slavin. 1995:106-110): 1) Guru bersama siswa membahas secara singkat langkah kegiatan yang akan dilakukan, serta tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, kemudian guru bersama siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 siswa. 2) Guru membeikan wacana dengan lembar kerja sebagai topik pembelajaran. Selama kira-kira 20 menit siswa membaca dalam tim belajar kooperatif secara bergantian antaranggota. dengan saling koreksi kesalahan lafal yang diucapkan, guru memonitor kegiatan siswa berkeliling antarkelompok. Dalam lembar kerja siswa disiapkan kosakata baru yang diambil dan bacaan, dan tim membahas untuk memahami secara bersama-sama. 3) Siswa dalam kelompok saling bekerja sarna menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dalam bentuk tertulis. Siswa dalam tim belajar kooperatif mengidentifikasi lima hal dan cerita dalam wacana, yaitu perwatakan, setting, masalah, usaha untuk memecahkan masalalah, akhir dan pemecahan masalah, sesuai lembar kerja yang diberikan guru. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 47 4) Siswa melalui perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. 5) Guru bersama siswa membuat kesimpulan. 6) Evaluasi, siswa secara individu menulis (karangan) berdasarkan topik yang tersirat dalam media yang dipakai guru dalam pembelajaran, dengan jumlah paragraf ditentukan guru, yang sebelumnya diawali penjelasan tentang teknik menulis karangan serta kaidah penulisan dalam mengarang (memilih judul, menyusun kalimat utama, menyusun kalimat penjelas, mengembangkan paragraf dengan memperhatikan kohesi dan koherensi, memperhatikan kaidah penggunaan ejaan dan tanda baca), hasil kerja siswa diedit silang antar anggota tim kooperatif melalui peer assessment, setelah selesai disempurnakan basil karangan dikumpulkan kepada guru untuk diperiksa, serta penutup. Metode CIRC ini merupakan salah satu dan sekian “metode pembelajaran efektif yang disosialisasikan dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (Depdiknas, 2008a: 336). c. Pembelajaran Menulis dengan Metode Task Based Learning Menurut Suwarna (2006: 112). “metode Task Based Learning merupakan metode pembelajaran yang berupa pemberian tugas oleh guru kepada siswa, dan kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasil dan tugas tersebut”. Caray (2008: 3) menjelaskan, bahwa “... Metode Task Based Learning berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 48 mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dalam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri”. “Metode Task Based Learning adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002: 96). Dalam pembelajaran menulis (karangan), tugas yang diberikan kepada siswa berupa tema / topik yang harus dikembangkan siswa dalam menyusun sebuah karangan. Penugasan yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat individual, yang diselesaikan olehsiswa secara individual pula. Sri Anitah Wiryawan (tanpa tahun, 36), menjelaskan: “... bahwa, metode pembenian tugas merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut”. Metode ini mengandungtiga unsur yaitu: (1) mempunyai unsur tugas (assignment). (2) dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya, dan (3) mempunyai unsur didaktis paedagogis”. Menurut Roestiyah (1991: 133). “Task Based Learning biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi”. d. Cara melaksanakan metode Task Based Learning. Tugas yang dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga dapat melahirkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan tertentu. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang cukup tentang materi tersebut Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 49 sehingga tidak timbul kesalahfahaman dalam pelaksanaannya. Guru hendaknya membimbing pekerjaan tersebut, terutama bila para siswa mengalami kesulitan serta memberikan petunjuk penyelesaiannya. Dengan kata lain tugas harus jelas dantidak menimbulkan salah persepsi, sebaiknya dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan. Menurut Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1993: 59),“metode Task Based Learning ini memiliki keuntungan, salah satunya adalah siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri”. Namun, metode ini juga memiliki kelemahan, antara lain “seringkali siswa hanya meniru atau menyalin hasilpekerjaan teman tanpa mengalami proses belajar”. Oleh karena itu, dalam penerapan metode Task Based Learning menulis karangan guru perlu melakukan bimbingan dan pengawasan selama proses pembelajaran, untuk memastikan bahwa siswa benar-benar telah melaksanakan tugas dengan baik, mandiri, dan bertanggung jawab. e. Langkah-Iangkah pembelajaran dalam metode Task Based Learning Menurut Syaiftul Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 97-98) terdiri dantiga fase, yaitu: “... (1) guru member penjelasan tentang pembelajaran yang akan dilakukan serta tujuan yang akan dicapai, kemudian memberikan tugas yang barus diselesaikan siswa berupa tema/topik yang harus dikembangkan siswa dalam menulis. (2) siswa melaksanakan tugas (menulis gagasan ide menurut tema/topik yang telah ditentukan), guru memberikan bimbingan dan pengawasan, serta (3) siswa mempertanggungjawabkan apa yang dikeriakan/ditulis, beberapa siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil karyanya”. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 50 Tugas yang diberikan guru merangsang siswa untuk aktif melakukan kegiatan belajar, dalam hal ini adalah belajar menulis (karangan). Untuk itudalam pelaksanaan metode Task Based Learning diperlukan tujuan dan petunjuk yang jelas agar hasil memuaskan. Menurut Winarno Surakhmad (1990: 114-1 15), tujuan Task Based Learning hendaknya: (1) merangsang siswa berusaha lebih baik, memupuk inisiatif bertanggung jawab dan berdiri sendiri; (2) memperkaya kegiatan di luar sekolah; dan (3) memperkuat hasil belajar dengan jalan mengintegrasikan dalam praktik kehidupan nyata”. Tugas yang harus dilakukan siswa harus jelas, guru harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh siswa agar mereka tidak merasa bingung mengenai apa yang harus mereka pelajari. Task Based Learning yang diberikan siswa, hendaknya merangsang dan memotivasi siswa untuk dapat belajar secara mandiri. Dengan rangsangan tugas yang diberikan guru, siswa termotivasi untuk belajar dengan mandiri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tema/topik yang harus dikembangkan siswa dalam proses penulisan, sebelumnya harus dipersiapkan guru dengan matang, dan dipilih tema/topik yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa, serta diambil dan halhal yang ada di sekitar siswa sehingga bukan merupakan hal yang asing bagi siswa. Dengan demikian, akan memudahkan siswa mengembangkan pikiran dalam sebuah cerita yang runtut dan menarik. Dengan rangsangan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 51 tugas untuk menulis surat pribadi berdasarkan pengalaman nyata siswa secara berkelanjutan, akan melatih keterampilan siswa dalam menuangkan imajinasinya dalam karya tulisan. Sebelumnya guru menjelaskan tentang bagaimana teknik menulis, mulai dan penyusunan kerangka karangan, rnembuat kalimat utama, mengembangkan kalirnat utama dengan beberapa kalimat penjelas menjadi paragraf yang padu, akhirnya siswa diharapkan dapat menuangkan ide gagasannya dalam bentuk karya tulisan yang koheren dan kohesif. Hasil karya tulisan siswa diperiksa dan dikoreksi oleh guru, selanjutnya guru memberikan nilai sesuai rubrik penilaian yang telah dibuat oleh guru sebelumnya dan hasil pengamatan selama proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Task Based Learning adalah metode pembelajaran menulis dengan langkah-langkah: (1) penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan; (2) guru memberikan tugas menulis; (3) siswa melaksanakan tugas menulis; dan (4) siswa mempertanggungjawabkan hasil karya tulisannya. f. Perbedaan Metode CIRC dan Metode Task Based Learning Penerapan metode CIRC berbeda dengan Task Based Learning. Perbedaan metode CIRC dan metode Task Based Learning adalah sebagai berikut: Tabel 1 Perbedaan Metode CIRCdan Metode Task Based Learning Komponen Tujuan Pembelajaran Metode CIRC Metode Task Based Learning Meneggunakan tim kooperatif untuk membelajarkan siswa saling bekerja sama dalam tim dan Memupuk inisiatif tanggung jawab dan berdiri sendiri dalam belajar untuk mencapai tujuan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 52 Peran Guru Aktivitas siswa Materi Metode Media Asesmen menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Merancang pembelajaran dengan lembar kerja akademik berupa wacana berupa cerita dan permasalahan yang wajib dipelajari dan diselesaikan oleh tim kooperatif, serta menjelaskan langkah-langkah kegiatan dan ketentuan yang harus dilakukan tim kooperatif Dalam tim kooperatif siswa membaca wacana secara bergantian antar anggota tim, serta membahas permasalahan yang ada dalam lembar kerja akademik, sesuai langkah pembelajaran yang ditetapkan. Kemudian siswa secara individu meringkas unsur cerita dengan menggunakan bahasa sendiri, hasil tulisan diedit berpasangan antar anggota tim. Bacaan berupa wacana berisi cerita yang dipersiapkan guru dalam lembar kerja akademik. Dikembangkan dengan mengoptimalkan peran kelompok kooperatif dalam pembelajaran menulis, walau menulis secara individu ada proses edit antar anggota kelompok. Media dikembangkan dan dipilih guru yang relevan dengan topik yang dipelajari. Menulis secara individu dengan bahasa sendiri sesuai topik yang dibahas, diedit antar anggota tim kooperatif dengan peer assessment belajar dan menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Merancang tugas berupa tema/ topik yang harus dikembangkan siswa dalam proses belajar menulis secara individu, serta menjelaskan langkah-langkah dan ketentuan yang harus dilakukan siswa. Belajar menulis secara individu dengan mengembangkan tema/topik yang diberikan guru, sesuai langkah pembelajaran yang telah ditetapkan. Tema/topik yang dipersiapkan guru untuk dikembangkan siswa dalam belajar menulis. Dikembangkan dengan mengoptimalkan peran individu. Media dikembangkan dan dipilih guru yang relevan dengan topik yang dipelajari. Menulis secara individu sesuai tema/topik yang ditetapkan guru. Dari uraian dalam tabel, dapat diperjelas perbedaan metode CIRC dan Task Based Learning dalam pembelajaran menulis berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama pelaksanaan penelitian secara garis besar, bahwa pembelajaran menulis dengan metode CIRC memaksimalkan aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif, khususnya dalam edit hasil tulisan siswa yang dilakukan secara individu. Dalam proses edit dalam Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 53 kelompok kooperatif siswa saling memberitahukan kesalahan yang dilakukan temannya untuk dilakukan perbaikan melalui peer assesment. Peran guru sebagai fasiiitator yang menyiapkan bacaan dan lembarkerja akademik sebagai media pembelajaran untuk dipelajari dan dilakukansiswa dalam kelompok kooperatif. Materi bacaan (wacana) dapat diambil dan buku pelajaran maupun dari sumber lain yang relevan. Pengalaman yang diharapkan dan penggunaan metode CIRC dalam pembelajaran menulis ini adalah siswa dapat menguasai kemampuan menulis (karangan) secara individu, tetapi ada proses belajar bersama khususnya saat meneliti hasil karya tulisan teman dalam kelompok kooperatif, untuk saling mengingatkan dan saling membenahi temuan kesalahan antar mereka. Kegiatan ini di samping membentuk kompetensi individu juga bertujuan rnenanamkan tanggungjawab serta interaksi secara kelompok, karena pada akhir kegiatan belajar penghargaan kelompok sangat ditentukan dan skor nilai yang diperoleh oleh masing-masing individu, sehingga mereka termotivasi maju secara bersama-sama saling bekerja sama untuk mendapatkan skor yang terbaik di antara mereka. Dalam proses asesmen dilakukan secara individu namun jumlah skor individu dipakai sebagai dasar pemberian penghargaan kelompok mana yang terbaik. Dalam pelaksanaan pembelajaran menulis dengan metode pemberian tugas, guru memaksimalkan aktivitas siswa secara individu. Peran guru menyiapkan topik pembelajaran serta mengkondisikan siswa Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 54 belajar individual secara maksimal. Materi dapat dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar serta tema yang ada dalam kurikulum, serta dikembangkan berdasar pada buku pelajaran yang dipakai maupun sumber lain yang relevan. Pengalaman belajar yang diharapkan dan penerapan metode Task Based Learning dalam pembelajaran menulis ini adalah siswa menguasai kemampuan menulis (karangan) secara individu, pembentukan rasa tanggung jawab individu, serta kemandirian belajar siswa. Proses asesmen yang dilakukan adalah secara individu pula. Berdasarkan pada beberapa pengertian dan pemaparan konsep teoretik tentang metode pembelajaran di atas, hakikat metode CIRC adalah langkah atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran yang rnenggunakan tim kooperatif untuk membelajarkan siswa membaca pemahaman menggunakan lembar kerja rancangan guru yang diintegrasikan dengan kegiatan menulis (karangan) secara individu. Kemudian hasil karya tulisan siswa diedit antar anggota tim kooperatif, dengan tujuan siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan belajar, dengan prinsip ada saling ketergantungan positif dan tanggung jawab individual. Langkah kegiatannya adalah: presentasi guru, kerja tim, aktivitas individu, pengamatan proses, dan penilaian.Dalam pembelajaran CIRC setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama. Model Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 55 pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi dengan lingkungan. Model CIRC memiliki langkah-langkah penerapan sebagai berikut (steven dkk.1991 dalam Huda 2015: 222): 1) Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang siswa. 2) Guru memberikan wacana sesuai topik pembelajaran. 3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok kemudian memberikan tanggapan terhadap wacana yang ditulis pada lembar kertas. 4) Siswa mempresentasikan/membacakan hasil diskusi kelompok. 5) Guru memberikan penguatan (reinforcement). 6) Guru dan siwa bersama-sama membuat kesimpulan. Dari setiap fase tersebut diatas, kita dapat melihat beberapa tahap sebagai berikut: Tahap 1: Penguasaan konsep Pada fase ini,guru mulai memperkenalkan suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru,buku paketatau media lainnya. Tahap 2: Eksplorasi dan Aplikasi Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 56 Tahap ini memberi peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awal, mengembangkan pengetahuan baru dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru.Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif sehingga mereka berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasi.Fase ini untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu. Tahap 3: Publikasi. Pada fase ini,siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan serta membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas. Penemuan dapat bersifat sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatan. Metode Task Based Learning adalah langkah atau cara yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan membelajarkan siswa dalam menulis (karangan) melalui tugas rancangan guru untuk diselesaikan oleh siswa secara individu, dengan tujuan memupuk kemandirian belajar serta tanggung jawab individual siswa, dengan langkah kegiatan meliputi pengarahan guru, Task Based Learning, pelaksanaan tugas secara individual, dan penilaian hasil karya siswa. B. Penelitian yang Relevan Dalam bagian ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 57 Penelitian Suwarjo (2007) berjudul “Pola Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi Berdasarkan Strategi Cooperative Integrated Reading and Composition di SD Kota Metro Lampung”, yang telah mengembangkan pola pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra berdasarkan strategi CIRC untuk meningkatkan kompetensi kesusasteraan siswa SD melalui pembelajaran apresiasi prosa fiksi (PAPF), dengan aktivitas siswa dalam pembejaran berupa aktivitas dalam membaca, menulis, menganalisis, pemecahan masalah, penggarapan tugas, pelaporan hasil, dan sharing hasil ataupun pemeranan. Relevansinya dengan penelitian ini, adalah sama-sama meneliti dengan penggunaan metode CIRC, hanya berbeda aspek yang diteliti yaitu pembelajaran apresiasi sastra, sedangkan pada penelitian ini pada pembelajaran kemampuan menulis. Penelitian ini merupakan penelitian lanjut dari penelitian tersebut. Penelitian Swain dan Lapkin (2000) pada 22 pasang siswa pada kelas bahasa asing (perancis), yang berjudul “Task-based Second Language Learning : The Uses of The First Language”, tentang penggunaan tugas dalam pembelajaran bahasa asing (perancis). Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan antara jumlah penggunaan tugas pada L1 (Bahasa Inggris) dengan kualitas hasil penulisan siswa. Relevansi dari penelitian ini, adalah sama-sama meneliti penggunaan metode tugas. Penelitian ini merupakan penelitian lanjut dari penelitian tersebut. Penelitian Beard dan Burrell (2009) yang berjudul “Investigating Narrative Writing by 9-11 Years Olds”, yang meneliti tentang penggunaan Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 58 suatu desain berulang dan tugas-tugas terencana digunakan untuk menyelidiki pengembangan dalam menulis narasi pada 112 sekolah dasar di London. Relevansi dari penelitian ini, adalah sama-sama meneliti penggunaan metode tugas yang terencana dalam pengembangan kemampuan menulis narasi. Penelitian ini merupakan penelitian lanjut dari penelitian tersebut. Penelitian Kobayashi dan Rinnert (2002) yang berjudul “ High School Student perceptions of first language Literascy Instruction: Implications for Second Language”, penelitian tentang pembelajaran menulis dengan praktek menulis pengalaman lapangan untuk meningkatkan penguasaan menulis bahasa kedua di Jepang. Relevansi dari penelitian ini, adalah sama-sama meneliti pembelajaran menulis dengan praktek menulis karangan, sehingga penelitian ini merupakan penelitian lanjut dari penelitian tersebut. Penelitian steven (2003) yang berjudul “Student Team Reading and Writing : A Cooperative Learning Approach to Middle School Literacy Instruction”, yang membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif dengan integrasi kelompok membaca kosakata, membaca pemahaman, dan mengekspresikan lewat komposisi di sekolah menengah. Relevansi dari penelitian ini, adalah sama-sama meneliti pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan membaca dan menulis, bedanya subjek penelitian di sekolah menengah, sedangkan penelitian ini di sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian lanjut dari penelitian tersebut. Penelitian Calderon dan Hertz-Lazarowitz (1998) yang berjudul “Effects of Bilingual Cooperative Integrated Reading and Composition on Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 59 Student Making the .. “, yang membuktikan efek peningkatan prestasi siswa pada bahasa Spanyol (L2) yang belajar dengan Bilingual Cooperative Integrated Reading and Composition (BCIRC). Relevansi dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti penggunaan metode CIRC, sehingga penelitian ini merupakan penelitian lanjut dari penelitian tersebut. Penelitian Nesbit dan Rogers (1997) yang berjudul “Using cooperative learning to improve reading and writing in science”, yang meneliti tentang penggunaan pembelajaran kooperatif dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan, membaca dan menulis, sehingga penelitian ini merupakan penelitian lanjut dari penelitian tersebut. C. Kerangka Berpikir Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam pembelajaran adalah metode. Dengan penggunaan metode yang tepat, peran guru sebagai fasilitator di kelas akan mampu mengakomodasikan kebutuhan siswa untuk keberhasilannya sesuai dengan harapan. Metode yang tepat juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Sehingga proses belajar mengajar akan tercapai secara maksimal. Metode CIRC sebelumnya sudah dijelaskan di bagian kajian teroritis. Pada intinya pembelajaran menggunakan metode CIRC adalah metode pembelajaran yang mengintegrasikan kegiatan membaca dan menulis dengan mengoptimalkan kelompok belajar kooperatif. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang penting bagi semua siswa, apalagi setiap mata pelajaran tentu melewati kegiatan menulis Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017 60 sebagai tindak lanjut dari keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, unsur kemampuan menulis harus selalu ada ketika peserta didik mengikuti pembelajaran. Realita yang ada, kemampuan menulis siswa belum mendapat perhatian khusus dari guru. Padahal dalam kehidupan sehari-hari siswa senantiasa dilibatkan dengan kegiatan menulis. Kemampuan menulis kalimat efektif merupakan kemampuan menulis kalimat singkat yang dapat mewakili gagasan atau perasaan, sehingga penulis sanggup memunculkan gagasan yang sama dengan pikiran si penulis. Kendala yang dihadapi peneliti setiap kali menulis antara lain banyaknya siswa yang sulit untuk menentukan paragraf dan menggunakan tanda baca yang tepat. Dengan cara TBL mereka tidak termotivasi dalam menulis. Untuk itu penulis menggunakan metode CIRC dalam pembelajaran menulis untuk mengetahui pengaruh terhadap motivasi dan kemampuan menulis kalimat efektif. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut: Kemampuan menulis kalimat efektif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode TBL lebih baik dari pada kemampuan menulis kalimat efektif siswa yang menggunakan metode CIRC. Pengaruh Metode Cooperative..., Nasriah, Program Pascasarjana UMP, 2017