Probabilitas Waktu Seorang Ibu Menyusui Pertama Kali

advertisement
Probabilitas Waktu Seorang Ibu Menyusui Pertamakali Bayinya ... (Sri Poedji Hastoety Djaiman, Sihadi)
Probabilitas Waktu Seorang Ibu Menyusui Pertama Kali Bayinya
dan Faktor yang Mempengaruhi
TIME PROBABILITY THE MOTHER FIRST TIME BREASTFEEDING
AND FACTORS ASSOCIATED
Sri Poedji Hastoety Djaiman, Sihadi
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jl. Percetakan Negara 29, Jakarta 10560, Indonesia
Email : [email protected]
Submitted : 8-6-2015
Revised: 19-6-2015 Revised : 30-7-2015
Accepted: 24-8-2015
Abstract
Breast milk is the first and important food for babies, but there are still 6.7% of infants in Indonesia
were never breast-fed since it's birth. There are linkages with the first breastfeeding and exclusive
breastfeeding sustainability of breastfeeding until the age of 2 years. This analysis explore first time
mothers breastfeeds and factors that influence it. The analysis used was the analysis of survival, the
event is the first time a mother breastfeeds her child before being given food. Sensors are breast-fed
infants up to 24 hours, and time is the first breastfeeding. To determine the factors that influence
breastfeeding was first used cox regression. Median time breastfeeding 1.85 first hour after birth.
there are still 52.2% of mothers breastfeed the first time in over 1.82 hours hours after birth. Six
factors significantly influence breastfeeding delays the first. The six factors are: the mother suffered
complications during pregnancy, maternal employment status, birth weight status of children, age
pregnancy when the baby was born, how parturition and duration of babies treated after birth. Six
factors that influence, five factors related to childbirth, infants born condition, and is associated
with health workers and health facilities. Optimizing the function of health workers, as well as an
increase in the netting deliveries in health facilities.
Keywords : Probability, Breastfeeding, First time
Abstrak
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi, namun masih ada 6,7%
bayi di Indonesia yang tidak pernah mendapatkan ASI sejak lahir. Ada keterkaitan pemberian ASI
pertama dengan pemberian ASI ekslusif dan keberlangsungan pemberian ASI hingga usia 2 tahun.
Analisis ini menggali waktu pertama kali ibu memberikan ASI dan faktor yang mempengaruhinya.
Analisis yang digunakan adalah analisis survival, dengan event adalah waktu pertama kali ibu
menyusui anaknya sebelum diberikan makanan. Sensor adalah bayi yang diberi ASI diatas 24 jam,
dan waktu adalah pemberian ASI pertama kali. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap
pemberian ASI pertama kali digunakan regresi cox. Median waktu pemberian ASI pertama kali
1,85 jam setelah bayi lahir. Ada 52,5% ibu memberikan ASI pertama kali dibawah 1,85 jam. Ada
enam faktor berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan pemberian ASI pertama. Enam faktor
tersebut adalah: komplikasi yang dialami ibu pada saat kehamilan, status pekerjaan ibu, status berat
badan lahir anak, umur kandungan pada saat bayi dilahirkan, cara partus dan lamanya bayi dirawat
setelah dilahirkan. Dari enam faktor yang berpengaruh, lima faktor terkait proses persalinan, kondisi
bayi yang dilahirkan, dan berhubungan dengan tenaga kesehatan serta fasilitas kesehatan. Perlu ada
optimalisasi fungsi tenaga kesehatan, serta peningkatan penjaringan persalinan di fasilitas kesehatan.
Kata kunci : Probabilitas, Menyusui, Pertama kali
239
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 4, Desember 2015 : 239-246
PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah (PP) No 33 tahun
2012 menyebutkan Air Susu Ibu atau yang biasa
disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar
payudara ibu 1. Komposisi ASI memiliki nilai gizi
yang tinggi dapat memenuhi kecukupan gizi anak
hingga berusia 6 bulan. Sejak 6 bulan anak mulai
diberikan Makanan Pendamping ASI dan ASI
dapat terus diberikan sampai anak berusia minimal
2 tahun.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007 menemukan masih ada 5,0 persen
bayi tidak pernah diberi ASI sejak lahir 2, dan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 memperoleh
informasi bayi yang tidak pernah mendapat ASI
meningkat menjadi 6,7 persen 3.
Komposisi ASI memiliki susunan biologis
yang sempurna untuk nutrisi bayi. ASI berisikan
ratusan sampai ribuan molekul bioaktif yang
melindungi bayi terhadap infeksi dan peradangan
serta berkontribusi untuk pematangan kekebalan
tubuh, perkembangan organ dan mempertahankan
kesehatan4. Sejalan dengan ini Kementerian
Kesehatan melakukan promosi besar-besaran
dalam pemberian ASI hingga anak mencapai 2
tahun. Diantaranya, mensosialisasikan pemberian
ASI sedini mungkin oleh tenaga kesehatan penolong
persalinan, pentingnya penanaman pemberian
ASI sejak dini seperti yang dicantumkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia
No 450/Menkes/SK/IV/2004. Dalam permenkes
tersebut ditetapkan semua tenaga kesehatan
yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar
menginformasikan kepada semua ibu yang baru
melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif,
dengan mengacu kepada 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM). Didalam 10
LMKM butir ke empat disebutkan bahwa, tenaga
kesehatan membantu ibu mulai menyusui bayinya
dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan
di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi
Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar 5.
Sihadi, melakukan indepth interview
terhadap 10 orang ibu baduta yang sudah tidak
menyusui anaknya lagi, ketika ditanyakan apa yang
dilakukan ibu sesaat setelah bayinya dilahirkan,
hanya 2 dari 10 ibu mengungkapkan bahwa
setelah bayi dibersihkan lalu ibu diminta menyusui
bayinya 6. Debes 2013 melakukan meta analysis
240
dari data base tahun 1963 hingga tahun 2011
di Ghana, Nepal dan India. Hasilnya, diperoleh
informasi bahwa pemberian ASI sedini mungkin
dapat mencegah 0,56 kali terhadap kematian bayi
dibawah 28 hari 7. Kecepatan pemberian ASI tidak
hanya mencegah kematian tapi juga mencegah
kesakitan. Hajeebhoy et.al, menemukan besarnya
risiko bayi yang mendapatkan ASI lebih awal
memberikan protektif 0,74 lebih besar dari bayi
yang tidak mendapatkan ASI lebih awal untuk
menderita diare dan 0,91 lebih besar untuk
menderita ISPA. Namun berbeda pada bayi
yang mendapatkan prelactal feeding lebih awal
mempunyai risiko 1,48 kali untuk menderita diare
dari bayi yang mendapat prelactal feeding lebih
lambat, dan risiko 1,16 kali untuk menderita ISPA8.
Pemberian ASI sesegera mungkin untuk
menghindarkan bayi dari kematian dan kesakitan
sangat diperlukan. walaupun Kementerian
Kesehatan sudah mewajibkan 30 menit pertama
setelah bayi dilahirkan harus diberi ASI, Namun,
data tentang waktu sesungguhnya pemberian ASI
pertama kali oleh ibu pasca kelahiran bayinya
sangat minim. Oleh karena itu, analisis ini mencoba
untuk menghitung kapan sesungguhnya seorang
ibu memberikan ASI-nya pertama kali.
BAHAN DAN METODE
Analisis ini menggunakan data sekunder
dari Riskesdas 2013, dengan unit sampel ibu
yang mempunyai anak bawah dua tahun (baduta)
di seluruh Indonesia. Riskesdas 2013 dilakukan
dengan metode potong lintang (Cross-sectional)
menggunakan kuesioner yang telah terstandarisasi.
Probabilitas waktu pemberian inisiasi dini akan
dihitung menggunakan pendekatan asumsi “Kohor
Hipotetik”.
Pertanyaan untuk melakukan kohor
hipotetik tercantum dalam kuesioner Riskesdas
tahun 2013, yaitu "kapan ibu melakukan proses
menyusu untuk yang pertama kali, setelah
[NAMA] dilahirkan?". Untuk mencari waktu
probabilitas pemberian ASI pertama dilakukan
dengan analisis survival, karena dalam analisis
ini dapat diketahui median waktu yang digunakan
50% dari ibu memberikan ASI pertama.
Dalam analisis survival data dibagi dalam
sejumlah pengamatan sesuai dengan teori batas
pemberian ASI yang dianjurkan, dimana Ikatan
Probabilitas Waktu Seorang Ibu Menyusui Pertamakali Bayinya ... (Sri Poedji Hastoety Djaiman, Sihadi)
Dokter Anak Indonesia menyebutkan, Dua puluh
empat jam setelah ibu melahirkan adalah saat
yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui
selanjutnya.9 Oleh karena itu, range waktu untuk
pemberian ASI oleh ibu ini dibagi dalam 24 titik
pengamatan. Dalam analisis survival ada 3 faktor
utama yang akan dilihat yaitu: faktor waktu (time),
faktor kejadian (event) dan faktor pembanding
(sensor). Dimana event dalam analisis ini adalah
waktu pertama kali ibu menyusui anaknya sebelum
diberi makanan apapun, sedangkan sensor adalah
bayi yang diberi ASI diatas 24 jam, serta waktu
adalah pemberian ASI pertama kali. Analisis
survival pada tahap pertama ini bertujuan untuk
mengestimasi fungsi hazard dari data survival, yaitu
fungsi yang mencari potensi dari suatu kejadian
tertentu dalam hal ini adalah potensi seorang ibu
untuk memberikan ASI pertama kali sesudah
kelahiran bayinya. Kemudian dilakukan telaah
variabel apa yang berpengaruh terhadap waktu
median pemberian ASI oleh ibu secara sendirisendiri pada akhirnya diperoleh suatu model yang
menyebabkan keterlambatan pemberian ASI oleh
ibu.
Variabel yang dianalisis dalam tulisan ini
terbagi kedalam 2 garis besar yaitu: (1) variabel
internal ibu yang meliputi: umur ibu, tingkat
pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, keinginan
memiliki anak, komplikasi pada saat kehamilan,
komplikasi pada saat persalinan dan kompliasi
pada saat nifas; (2) variabel eksternal ibu yang
meliputi: akses pelayanan kesehatan, status
ekinomi, antenatal care, frekuensi ANC, penolong
persalinan, tempat persalinan, status berat badan
lahir, status prematur, status kembar, status partus,
lamanya dirawat dan wilayah tinggal.
HASIL
Pada umumnya karakteristik internal ibu
baduta adalah : Umur ibu 22-34 tahun sebanyak
64,8%, tingkat pendidikan ibu tamat SLTP keatas
sebesar 62,9%, ibu tidak bekerja sebesar 64,9%,
adanya anak memang diinginkan sebesar 86,6%,
pada saat kehamilan tidak mengalami komplikasi
sebesar 91,5%, 94,7% ibu tidak mengalami
komplikasi pada saat persalinan dan ibu tidak
mengalami komplikasi pada saat nifas sebesar
96,8% (Lihat Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Internal Ibu Anak Baduta
Karakteristik Internal Ibu
Umur ibu
22 - 34 tahun
< 21 tahun atau > 35 tahun
Tingkat pendidikan ibu
Tamat SLTP keatas
Tidak tamat SLTP kebawah
Status pekerjaan ibu
Ibu tidak bekerja
Ibu bekerja
Keinginan memiliki anak
Anak diinginkan
Anak tidak diinginkan
Komplikasi pada saat kehamilan
Jumlah Persentase
Tidak mengalami komplikasi
Mengalami komplikasi
Komplikasi pada saat persalinan
Tidak mengalami komplikasi
Mengalami komplikasi
Komplikasi pada saat nifas
Tidak mengalami komplikasi
Mengalami komplikasi
14.411
7.819
64,8
35,2
13.981
8.249
62,9
37,1
14.429
7.801
64,9
35,1
19.251
2.979
86,6
13,4
20.334
1.869
91,5
8,5
21.041
1.189
94,7
5,3
21.508
722
96,8
3,2
Keterangan : N = 22.230
Pada umumnya karakteristik eksternal
ibu baduta adalah : Akses pelayanan kesehatan
baik sebesar 98,7%, status ekonomi baik sebesar
62,9%, melakukan ANC sebesar 94,6%, frekuensi
ANC > 4 kali sebesar 73,2%, penolong persalinan
tenaga kesehatan sebesar 82,6%, tempat persalinan
di pelayanan kesehatan sebesar 82,6%, status lahir
tidak BBLR sebesar 89,3%, status tidak prematur
sebesar 97,3%, keadaan bayi tidak kembar sebesar
98,7%, status partus normal sebesar 89,1%,
lamanya dirawat < 3 hari sebesar 84,9%, dan
wilayah tinggal di perkotaan sebesar 53,7% (Tabel
2).
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Eksternal Ibu Anak Baduta
Karakteristik Eksternal Ibu
Akses pelayanan kesehatan
Akses baik
Akses kurang
Jumlah
Jumlah Persentase
21.949
281
22.230
98,7
1,3
100,0
241
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 4, Desember 2015 : 239-246
Status Ekonomi
Baik
Kurang baik
Jumlah
Antenatal Care
ANC
Tidak melakukan ANC
Jumlah
Frekuensi ANC
> 4 kali
< 4 kali
Jumlah
Penolong persalinan
Tenaga Kesehatan
Bukan Tenaga Kesehatan
Jumlah
Tempat persalinan
Pelayanan kesehatan
Bukan pelayanan kesehatan
Jumlah
Status Berat Badan Lahir
Tidak BBLR
BBLR
Jumlah
Status prematur
Tidak prematur
Prematur
Jumlah
Status kembar
Tidak kembar
Kembar
Jumlah
Status partus
Normal
Bantuan
Jumlah
Lamanya di rawat
< 3 hari
> 3 hari
Jumlah
Wilayah Tinggal
Perkotaan
Perdesaan
Jumlah
13.980
8.250
22.230
62,9
37,1
100,0
21.028
1.202
22.230
94.6
5.4
100,0
15.090
5.511
20.601
73,2
26,8
100,0
17.961
3.773
21.734
82,6
17,4
100,0
19.247
7.578
26.825
82.6
34,6
100,0
12.556
1.500
14.056
89.3
10.7
100,0
21.638
592
22.230
97,3
2,7
100,0
21.630
284
21.914
98,7
1.3
100,0
19.512
2.399
21.911
89,1
10,9
100,0
12.175
2.161
14.336
84,9
15.1
100,0
11.945
10.285
22.230
53,7
46,3
100,0
Hasil analisis survival menghasilkan
informasi, probabilitas proses pemberian ASI oleh
seorang ibu pasca persalinan adalah 1,85 jam. Dari
22.230 sampel ada 52,5% ibu yang memberikan ASI
dibawah 1,85 jam, berarti masih ada 47,5% ibu yang
242
memberikan ASI diatas 1,85 jam.
Dalam Tabel 3 terlihat ada tiga variabel,
yakni variabel umur ibu, tingkat pendidikan ibu, dan
keinginan memiliki anak yang harus dikeluarkan
dalam model multivariate, karena nilai p > 0,25.
Sedangkan empat variabel masuk dalam model
multivariate berikutnya (p < 0,25) yaitu status
pekerjaan, komplikasi ibu pada saat kehamilan,
komplikasi ibu pada saat persalinan dan komplikasi
pada saat nifas.
Dalam Tabel 4 terlihat bahwa, dari kedua
belas variabel karakteristik internal ibu, ada 11 faktor
yang secara statistik berbeda secara bermakna, dan
masuk dalam model (p < 0,05). Hanya satu faktor
yaitu variabel status prematur yang tidak berbeda
secara bermakna (p=0,07), namun masih masuk
dalam model karena nilai p < 0,25.
Sebanyak 16 variabel yang masuk dalam
kandidat model multivariate, ternyata hanya enam
variabel yang berpengaruh secara bermakna (p
< 0,05) terhadap waktu pemberian ASI pertama
kali, yakni komplikasi pada saat kehamilan, status
pekerjaan ibu, status berat berat badan lahir, status
prematur, cara partus, dan lamanya perawatan.
Setelah dikendalikan variabel pekerjaan,
berat badan lahir, lahir prematur, cara partus dan
lamanya perawatan pasca persalinan besarnya
peluang seorang ibu yang mengalami komplikasi
pada saat kehamilan untuk memberikan ASI
pertama kali diatas 1,85 jam sebesar 1,22 kali
dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi
pada saat kehamilannya. Seorang ibu yang bekerja
mempunyai peluang lebih kecil (0,94 kali) untuk
memberikan ASI pertama kali diatas 1,85 jam
dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Untuk bayi
yang lahir < 2500 gram mempunyai probabilitas
untuk mendapatkan ASI pertama kali yang terlambat
sebesar 1,15 kali dibandingkan dengan bayi yang
lahir dengan berat badan > 2500 gram. Peluang
seorang bayi yang lahir dibawah 36 minggu untuk
mendapatkan ASI pertama kali diatas 1,85 jam
sebesar 1,27 kali dibandingkan dengan bayi yang
lahir diatas 36 minggu. Begitupula seorang bayi
pada saat kelahirannya tidak sepontan mempunyai
peluang 1,57 kali untuk mendapatkan ASI pertama
kali diatas 1,85 jam dibandingkan dengan bayi yang
lahir sepontan. Bayi ketika dilahirkan mendapatkan
perawatan diatas 3 hari mempunyai peluang untuk
mendapatkan ASI pertama kali diatas 1,85 jam
sebesar 1,16 kali dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan perawatan dibawah 3 hari.
Probabilitas Waktu Seorang Ibu Menyusui Pertamakali Bayinya ... (Sri Poedji Hastoety Djaiman, Sihadi)
Tabel 3. Uji Bivariate Karakteristik Internal Ibu Terhadap Pemberian ASI pertama kali oleh ibu
Karakteristik Internal Ibu
Umur ibu
22 - 34 thn
< 21 thn atau > 35 thn
Tingkat pendidikan ibu
Tamat SLTP keatas
Tidak tamat SLTP kebawah
Status pekerjaan ibu
Ibu tidak bekerja
Ibu bekerja
Keinginan memiliki anak
Anak diinginkan
Anak tidak diinginkan
Komplikasi pada saat kehamilan
Tidak komplikasi
Mengalami komplikasi
Komplikasi pada saat persalinan
Tidak komplikasi
Mengalami komplikasi
Komplikasi pada saat nifas
Tidak komplikasi
Mengalami komplikasi
Median Waktu Pemberian ASI
Pertama (jam)
Breslow
p
Kesimpulan
1,86
1,85
1,265
0,26
Bukan kandidat
1,84
1,88
1,119
0,29
Bukan kandidat
1,87
1,82
4,141
0,04
Kandidat
1,86
1,84
0,032
0,86
Bukan kandidat
1,82
2,48
39,297
0,00
Kandidat
1,83
2,93
52,741
0,00
Kandidat
1,85
2,29
12,755
0,00
Kandidat
Tabel 4. Uji Bivariate Karakteristik Eksternal Ibu Terhadap Pemberian ASI pertama kali
Karakteristik Eksternal Ibu
Akses pelayanan kesehatan
Akses baik
Akses kurang
Status Ekonomi
Baik
Kurang baik
Antenatal Care
ANC
Tidak melakukan ANC
Frekuensi ANC
> 4 kali
< 4 kali
Penolong persalinan
Tenaga Kesehatan (Nakes)
Bukan Nakes
Tempat persalinan
Fasilitas kesehatan (Faskes)
Bukan Faskes
Status Berat Badan Lahir
Tidak BBLR
BBLR
Status prematur
Tidak prematur
Median Waktu Pemberian ASI
Pertama (jam)
Breslow
p
Kesimpulan
1,85
2,48
5,401
0,02
Kandidat
1,81
1,93
5,896
0,02
Kandidat
1,83
2,68
39,435
0,00
Kandidat
1,78
1,93
06,244
0,00
Kandidat
1,77
2,54
106,442
0,00
Kandidat
1,85
2,48
5,401
0,02
Kandidat
1,67
2,05
34,806
0,00
Kandidat
1,85
3,385
0,07
Kandidat
243
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 4, Desember 2015 : 239-246
Prematur
Status kembar
Tidak kembar
Kembar
Status partus
Normal
Bantuan
Lamanya di rawat
< 3 hari
> 3 hari
Wilayah Tinggal
Perkotaan
Perdesaan
2,02
1,84
2,86
12,367
0,00
Kandidat
1,74
6,85
422,926
0,00
Kandidat
1,57
4,26
317,716
0,00
Kandidat
1,78
1,92
8,020
0,00
Kandidat
Tabel 5. Model Akhir Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Pertama Kali
Faktor Ibu
Komplikasi saat hamil
Status pekerjaan ibu
β
0,151
-0,057
SE
0,040
0,022
Wald
14,475
6,758
ƿ
0,00
0,01
Exp β
1,22
0,94
CI Exp β
1,08-1,26
0,90-0,99
Berat Badan Lahir
Status prematur
Status partus
Lamanya di rawat
0,138
0,242
0,450
0,149
0,035
0,110
0,037
0,038
15,453
4,861
150,002
15,483
0,00
0,03
0,00
0,00
1,15
1,27
1,57
1,16
1,07-1,23
1,03-1,58
1,46-1,69
1,08-1,25
PEMBAHASAN
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 9,
mengungkapkan pemberian ASI dalam 24 jam
pertama sangat mempengaruhi keberlangsungan
pemberian ASI selanjutnya. Dari hasil analisis
diperoleh informasi median waktu pemberian ASI
pertama kali adalah 1,85 jam, artinya 50% bayi
mendapatkan proses menyusu dini di saat 1,85 jam
setelah kelahirannnya. Hal ini lebih lambat dari
yang dicanangkan oleh kemenkes proses menyusui
dini dimulai sebelum 30 menit sampai dengan 1
jam setelah kelahiran bayi.5 Namun waktu median
pemberian inisiasi menyusui dini ini lebih cepat
dari waktu inisiasi dini di shouthern nepal yang
dianalisis oleh Mullany et all yaitu 18,4 jam 7.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Kesehatan melakukan berbagai upaya agar tenaga
kesehatan penolong persalinan menganjurkan
proses pemberian ASI pertama kali sedini mungkin,
untuk itu keharusan proses memberikan ASI
pertama kali dicantumkan dalam 10 LMKM pada
butir 4 disebutkan membantu ibu mulai menyusui
bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang
dilakukan diruang bersalin. Bila ibu operasi
Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar 5.
Namun peraturan dan SOP yang telah
244
diterbitkan masih kurang dapat mendapat respon
dari tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan
persalinan, hal ini terjadi dalam kajian Sihadi 2014,
sewaktu ditanya apa yang dilakukan penolong
persalinan ketika bayi baru saja dilahirkan? dari 10
orang ibu baduta yang di wawancara sebagian besar
mengatakan sehabis bayi dilahirkan dibersihkan,
dibedong kemudian diberi susu botol 6. Kejadian
ini serupa yang dialami oleh ibu-ibu di Ethiopia
mereka mengatakan bahwa mereka memberikan
ASI pertama kali harus menunggu 2 jam setelah
pasca persalinan, oleh karena penolong persalinan
tradisional harus memandikan bayinya dahulu, dan
melakukan hal yang lain, setelah 2 jam kemudian
mereka baru memberikan kepada ibunya dan
ibunya memberikan ASI sesegera mungkin 10.
Ada 6 variabel yang berpengaruh terhadap
kelambatan pemberian ASI pertama kali oleh
seorang ibu pada bayi yaitu komplikasi kehamilan,
status pekerjaan ibu, berat badan bayi waktu lahir,
usia kehamilan waktu bayi dilahirkan, cara partus
dan lamanya bayi dirawat dirumah sakit.Selain
variabel status pekerjaan ibu, lima faktor yang
berpengaruh lainnya merupakan variabel yang
erat kaitannya dengan prosedur khusus dalam
persalinan. Untuk ibu yang mengalami komplikasi
pada saat kehamilannya pada umumnya melahirkan
Probabilitas Waktu Seorang Ibu Menyusui Pertamakali Bayinya ... (Sri Poedji Hastoety Djaiman, Sihadi)
tidak secara normal untuk menyelamatkan bayi dan
ibunya, maka pilihan persalinan dengan cara Caesar
alternatif yang sering dipilih. Prior, melakukan meta
analysis, ada keterkaitan antara memilih persalinan
dengan cara Caesar dengan rendahnya pencapaian
menyusui 11. Vieira 12, melakukan penelitian di 10
rumah sakit ibu di Brazil ditemukan 47,1% ibu
memberikan ASI pada 1 jam pertama sesudah
melahirkan. Ada tiga hal yang terkait dengan hal
tersebut, dua diantaranya adalah umur kehamilan
yang cukup bulan dan melahirkan dengan cara
spontan.
Namun demikian di Indonesia aturan
dalam pemberian ASI oleh ibu pasca persalinan
secara tidak spontan, hanya diperuntukkan bagi
persalinan dengan Caesar diatur dalam butir ke
empat 10 LMKM. Dalam butir ke empat LMKM
dijelaskan apabila ibu mendapatkan operasi Caesar
bayi disusui 30 menit setelah ibu sadar 5. Jika
ada kebijakan atau SOP yang dapat mendukung
pemberian ASI pada ibu dengan persalinan tidak
spontan, diharapkan dapat mengatasi masalah
tersebut, sehingga ketika seorang ibu menjalani
persalinan dengan operasi Caesar, seharusnya tidak
mengalami keterlambatan dalam pemberian ASI.
Dilihat dari tiga penyebab keterlambatan
pemberian ASI oleh seorang ibu, sangat berkaitan
dengan bayi yang dilahirkan seperti berat badan
bayi baru lahir, usia kehamilan ibu ketika bayi
dilahirkan (prematur atau tidak prematur), dan cara
partus (normal atau dengan bantuan). Ketiganya
memerlukan perlakuan khusus namun belum di
cantumkan dalam peraturan keberhasilan menyusui
dalam 10 LMKM. Misalnya bayi yang dilahirkan
dengan berat badan rendah dan bayi yang dilahirkan
belum cukup bulan harus dimasukkan dalam
inkubator menghindarkan bayi dari hipotermi. Hal
ini juga yang menyebabkan adanya keterlambatan
ibu untuk menyusui bayinya.
White, Adrienne et.al,13 melakukan
penelitian di Myanmar, dan dari penelitian tersebut
diperoleh informasi usia kehamilan pada saat
persalinan berpengaruh secara positif terhadap
kecepatan ibu memberikan ASI, semakin matang
umur kehamilan semakin tinggi persentase ibu
yang menyusi dini.
Dalam mengatasi enam permasalahan
penyebab terlambatnya seorang ibu menyusui
dini, variabel tenaga kesehatan memegang peran
utama. Hatamleh tahun 2012, dari penelitiannya
memberikan kesimpulan bahwa pendidikan yang
diterima pada saat ibu hamil dan melahirkan
merupakan dukungan yang sangat penting
terhadap pemberian ASI 14. Temuan ini sejalan
dengan beberapa penelitian di negara lain misalnya
penelitian di Negara Nepal pada tahun 2011 oleh
Karkee dan kawan-kawan menemukan, bahwa
keputusan methode apa yang digunakan untuk
memberikan ASI pada anaknya 43,7% ditentukan
oleh tenaga kesehatan. Pada penelitian yang sama
diperoleh informasi sebagian besar ibu memperoleh
informasi tentang menyusui dari petugas kesehatan
(39,6%), begitu pula sebagian besar ibu (52,6%)
memberikan ASI setelah pertolongan persalinan
karena anjuran dari petugas kesehatan 15.
Adugna 16, melakukan penelitian tentang
persepsi dan faktor risiko yang menyebabkan
keterlambatan pemberian ASI pertama di Minch
Zuria Southern Ethiopia. Hasil penelitian ini
diperolehnya informasi salah satu penyebab
keterlambatan pemberian ASI pertama kali adalah
karena pemberian makanan pre-laktal. Besarnya
risiko ibu yang memberikan prelaktal sebelum
waktunya 1,37 kali untuk mengalami keterlambatan
dalam pemberian ASI pertama kali.
Hasil penelitian ini menunjukkan, betapa
besar peran dari tenaga kesehatan kaitannya dengan
pemberian ASI pertama, untuk mendapatkan
informasi tentang menyusui dan anjuran untuk
memberikan ASI juga lebih banyak dari petugas
kesehatan. Oleh karena itu, dari penelitian Adhikari
et.al,17 diperoleh informasi jumlah kunjungan ANC
dan tempat persalianan sangat memegang peranan
terahadap pemberian ASI pertama. Sebanyak
71,7 persen ibu yang melakukan ANC lebih dari
4 kali pada saat kehamilannya memberikan ASI
dibawah 1 jam setelah persalinannya begitu pula
ibu yang memilih persalinan di fasilitas kesehatan
70,5% memberikan ASI dibawah 1 jam setelah
perasalinannya.
KESIMPULAN
Peluang waktu seorang ibu memberikan
ASI pertama kali pada bayinya 1,85 jam setelah
melahirkan bayinya, artinya 50% ibu pasca
persalinan di Indonesia memberikan ASI-nya
pertama kali pada pada bayinya di 1,85 jam
setelah bayinya dilahirkan. Ada 52,5% ibu yang
memberikan ASI pertama kali kepada bayinya
dibawah 1,85 jam.
Ada enam variabel yang berpengaruh
terhadap keterlambatan seorang ibu memberikan
ASI-nya pertama kali yaitu : Komplikasi pada saat
245
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 4, Desember 2015 : 239-246
kehamilan, status pekerjaan ibu, berat badan bayi
waktu lahir, usia kehamilan waktu bayi dilahirkan,
cara partus dan lamanya bayi dirawat dirumah
sakit. Hanya satu faktor dari enam faktor, yaitu
faktor status pekerjaan ibu, yang tidak terkait secara
langsung dengan proses persalinan dan keadaan
bayi yang dilahirkan. Sedangkan kelima faktor
lainnya sangat terkait dengan proses persalinan dan
kondisi bayi yang dilahirkan yang berhubungan
dengan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Kabag Informasi, Publikasi dan Desiminasi
yang telah memberikan kesempatan melakukan
analisis data sekunder ini. Ucapan terima kasih dan
penghargaan juga saya sampaikan kepada rekan
saya Drs. Olwin Nainggolan, MKes yang telah
membantu menyediakan subset data analisis.
DAFTAR RUJUKAN
1. Presiden RI. Peraturan Pemerintah RI Nomor
33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu
ekslusif. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2013
2. Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional, Departemen
Kesehatan. Survei demografi dan kesehatan
2007. ORC Macro. 2008.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanKemkes RI. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta:
Badan Litbangkes-Kemkes RI; 2013
4. Ballard Olivia and Ardythe L. Morrow. Human
milk composition nutrients and bioactive factors.
Pediatr Clin North Am. 2013; 60(1):49-74.
5. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 450/Menkes/
SK IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2004.
6. Sihadi,
Kajian kebijakan yang mengatur
dan mendukung terciptanya pemberian ASI
ekslusif dan pemberian ASI hingga anak berusia
dua tahun di Indonesia. Laporan Penelitian.
Jakarta: Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat; 2014
7. Debes AK, Anjalee Kohli, Neff Walker, Karen
Edmond, Luke C Mullany. Time to initiation
of breastfeeding and neonatal mortality
and morbidity: a systematic riview.BMC
Public Health 2013;13(3): 519. http://www.
biomedcentral.com/147-2458/13/53/519.
246
8. Hejeebhoy N, Phuong HN, Priya M, Tuan TN,
and Lan TM. Suboptimal breastfeeding practices
are associated with infan illness in Vietnam.
International Breastfeeding Journal. 2014; 9:128 http://www.internationalbreastfeedingjournal.
com/content/9/1/12
9. Ikatan Dokter Indoneisia, Nilai menyusui.
Jakarta, 2013 diunduh dari http://idai.or.id/
public-articles/klinik/asi/nilai-menyusui.html.
download 30 April 2015 jam 2.52.
10.Salasibew MM, Suzanne F, and Tanya M.
Measurement of breastfeeding initiation:
Ethiopian mothers'perception about survey
questions assessing early intitiation of
breastfeeding.
International Breastfeeding
Journal.2014; 9:13-20
11. Prior E, Shalini S, Chris G, Lara HP, Neena M,
and Matthew JH. Breastfeeding after cesarean
delivery: a systematic review and meta analysis
of world literature. Am. J Clin Nutr. 2012;
95:1113-35.
12.Vieira Tatiana, Graciete O Vieira, Elsa Regina
J Gugliani, Carlos MC Mendes, Gamillia C
Martins, Luciana R Silva. Determinan of
breastfeeding initiation within the first hour of
life in a Brazilian population: cross-sectional
study. BMC Public Health 2010; 10-760. http://
www.bomedcentral.com/1471-2458/10/760.
13.White AL, Verena IC, Moo KP, Malika, Colley
PD, and Methild MG. High initiation and long
duration of breastfeeding despite absence of
early skin-to-skin contact in Karen refugees on
The Thai-Myanmar Border: a mixed methods
study. International Breastfeeding Journal.
2012; 7:19-31
14.Hatamleh Wajed. Prenatal breastfeeding
intervention program to increase breastfeeding
duration among low income women. Health
2012; 4(3):143-149. In Health http://dx.doi.
org/10.4236/health.2012.43022
15.Karkee R, Andy HL, Vishnu K, and Colin
WB. Infant feeding information, attitudes and
practices: a longitudinal survey in Central Nepal.
International Breasfeeding Journal 2014; 9:14-8.
16.Adugna, Dessalegn Tamiru. 2014. Women's
perception and risk factors for delayed initiation
of breastfeeding in Arba Minch Zuria, Southern
Ethiopia. International Breastfeeding Journal
2014; 9:8-15.
17.Adhikari M, Vishnu K, Rajendra K, and Tania
G. Factor associated with early initiation of
breastfeeding among Nepalese mothers: Further
analysis of Nepal demographic and health survey
2011. International Breastfeeding Journal 2014;
9:21-9.
Download