Nurul Imamah Universitas Bhayangkara Surabaya nurul.imama

advertisement
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran
Terhadap Tingkat Kemiskinan Pada Kabupaten /Kota di Jawa Timur
Nurul Imamah
Universitas Bhayangkara Surabaya
[email protected]
ABSTRACT
Poverty is multi-dimensional concept of human welfare that includes many traditional
measures of prosperity. Economic growth and health issues are the primary condition for poverty
reduction in the region. The object of this study is how the results of estimates and projections of
the poverty level. In this study also discusses the factors that affect poverty, namely the economic
growth, Human Development Index, the Unemployment Rate and discuss how they affect poverty
levels. This study aimed to analyze the factors affecting the level of poverty. This study used panel
data regression analysis. This use to analyze the influence of economic growth, Human Development
Index and Unemployment against Poverty Level.With the study period from 2011 - 2015. In each of
the projections will be analyzed how the Poverty Level 38 City / Regency East Java province in
Indonesia until 2015 formed.Results of analysis using panel data regression is known that variable
economic growth, Human Development Index and Unemployment rate significantly affect the level
of poverty. It shows that in all three of these variables has an inverse relationship to the level of
poverty.
Keywords :Economic Growth, Human Development Index, Unemployment, Poverty Rate, Data Panel
I. Pendahuluan
Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan itu bersifat multidimensional artinya karena
kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer
yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek
sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi.
Dimensi-dimensi kemiskinan termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang
sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.Selain itu,
dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung.Hal ini
berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau
kemunduran aspek lainnya, bahwa yang miskin itu manusianya baik secara individual maupun
kolektif (Simatupang dan Dermoredjo, 2003).
Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jawa Timur yaitu tingginya angka kemiskinan. Oleh
sebab itu kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama bagi pemerintah sebagai
penyangga proses perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera
mencari jalan keluar sebagai upaya pengentasan kemiskinan.Tingkat kemiskinan di Jawa Timur
merupakan tingkat kemiskinan agregat dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.Tingkat kemiskinan di
38 Kabupaten di Jawa Timur masih tidak merata, dan sebagian besar tingkat kemiskinan masih
tinggi.Provinsi Jawa Timur memiliki penduduk yang sangat miskin mencapai 16 persen dari
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim,
jumlah penduduk miskin di Jawa Timur saat ini sekitar 12,28 persen. Daerah kantong kemiskinan
masih saja seputar Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Bondowoso serta daerah tapal kuda lain.
Untuk itu perlu dicari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh
kabupaten/kota, sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi tiap kabupaten/kota dalam usaha
mengatasi kemiskinan.
67
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, adalah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB).PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan
ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode (Hadi Sasana, 2006).Semakin tinggi PDRB suatu
daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.Pertumbuhan
ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa
ini.Pemerintah di negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan tinggi rendahnya
tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik nasional. Berhasil tidaknya
program-program di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat
output dan pendapatan nasional (Todaro 2000). Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari
penurunan kemiskinan di suatu wilayah.Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat di masingmasing provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
Kualitas sumber daya manusia dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penduduk
miskin.Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari indeks kualitas hidup/indeks pembangunan
manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya
produktivitas kerja dari penduduk, sehingga perolehan pendapatan menjadi rendah, dan hal ini
menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin. Perkembangan dan pertumbuhan kualitassumber
daya manusia pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).Pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan
pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi
penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama
adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat
membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan,
(Lanjouw dalam Mulyaningsih, 2008).
Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat
pendapatan.Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek
mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah
tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan,
Sukirno (2000).Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja
yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin
serius.Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di
suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan,
2001). Penelitian ini membahas lebih detail mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan di kabupaten/kota Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi dalam menilai
keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah.Berdasarkan uraian pada
latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Bagaimana dampak Pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan ?
Bagaimana dampak Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat kemiskinan ?
Bagaimana dampak pengangguran terhadap tingkat kemiskinan?
Apakah Pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan manusia danPengangguran secara
simultan berdampaknegatif dan signifikan terhadap tingkat Kemiskinan?
68
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Menganalisis dampakpertumbuhan ekonomiterhadap tingkat Kemiskinan.
Menganalisis dampak pengangguran terhadap tingkat Kemiskinan.
Menganalisis dampak pengangguran terhadap tingkat kemiskinan?
Menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan manusia
pengangguran secara simultan terhadap tingkat Kemiskinan?
II. Tinjauan Pustaka
dan
2.1.Teori Kemiskinan
Seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation" dimana seseorang
tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantive, dimana kebebasan substantif ini
memiliki dua sisi: kesempatan dan rasa aman. Kesempatan membutuhkan pendidikan dan
keamanan membutuhkan kesehatan, (Sen dalam Bloom dan Canning, (2001). World Bank,
mendefinisikan kemiskinan, ”The denial of choice and opportunities most basic for human
development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self
esteem and the respect of other”. Dengan demikian, kemiskinan merupakan kondisi dimana
seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan,
harga diri, dan rasa dihormati.Kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang oleh
seseorang, sebuah keluarga, komunitas, atau negara yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam
kehidupan, terancamnya penegakan hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar dalam pergaulan
dunia, hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara.
Tingkat kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah presentase penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Timur.Garis kemiskinan
yang merupakan dasar perhitungan jumlah penduduk miskin ditentukan dua kriteria yaitu
pengeluaran konsumsi perkapita per bulan yang setara dengan 2100 kalori perkapita per hari dan
nilai kebutuhan minimum komoditi bukan makanan. Dalam penelitian ini, data yang digunakan
adalah tingkat kemiskinan, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk miskin dengan jumlah
penduduk total kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2015 (dalam satuan persen).
Ukuran kemiskinan secara sederhana dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) Kemiskinan Absolut,
apabila pendapatan seseorang berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk
menentukan kebutuhan dasar hidupnya; (2) Kemiskinan Relatif, seseorang termasuk golongan
miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih
rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya; (3) Kemiskinan Kultural, seseorang
termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak
mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang
membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu
pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya, (Nurkse,1953 dalam Kuncoro, 1997)
Terdapat empat pola kemiskinan, yaitu: (1) persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah
kronis atau turun temurun; (2) cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi
secara keseluruhan; (3) seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus
nelayan dan petani tanaman pangan; (4) accidental poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya
bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat, (Sumitro, 1995).
69
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan keberhasilan pembangunan
pada wilayah tersebut.Secara umum pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross
Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan itu
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Todaro, (2000), secara spesifik menyebutkan ada tiga
komponen utama pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan halhal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja yang dianggap secara positif
merangsang pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teori pertumbuhan ekonomi sekarang sangatlah
pesat, diawali dari teori Klasik dengan tokohnya seperti Adam Smith, Thomas R. Malthus, David
Ricardo, J. S. Mill, hingga dalam perkembangan terakhir, teori pertumbuhan ekonomi yang cukup
populer adalah teori pertumbuhan endogen atau dikenal dengan teori pertumbuhan baru, (Nafziger,
2006).
2.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Baru atau Endogen
Teori Endogen merupakan teori baru yang menyempurnakan teori neoklasik.Teori ini
dicetuskan oleh Robert Lucas, bahwa perbedaan upah dan terjadinya migrasi internasional sulit
dijelaskan menggunakan teori neoklasik.Selanjutnya, Paul Romer menjelaskan bahwa teknologi
merupakan variable endogen, artinya teknologi dapat dijelaskan dalam model.Teknologi dalam teori
endogen dijelaskan dengan adanya inovasi di dalam peningkatan produksi.Teori pertumbuhan
endogen memiliki tiga elemen dasar, yakni perubahan tehnologi yang bersifat endogen melalui
proses akumulasi pengetahuan; penciptaan ide baru oleh perusahaan sebagai akibat adanya
mekanisme spillover dan pengalaman serta produksi barang konsumsi yang dihasilkan oleh fungsi
produksi pengetahuan yang tumbuh tanpa batas.
Teori pertumbuhan endogen dipelopori oleh Romer, (1986), dan Lucas, (1988), merupakan
awal kebangkitan dari pemahaman baru mengenai faktor faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang. Teori Pertumbuhan endogen menjelaskan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses yang bersumber dari dalam suatu system, (Romer,2007). Teori
pertumbuhan endogen mengkritik teori pertumbuhan Neoklasik tentang diminishing marginal
producitivity of capital dan konvergenitas pendapatan di berbagai negara dan keanehan aliran modal
internasional yang memperparah ketimpangan negara maju dangan negara berkembang
dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer dalam sumber daya manusia (pendidikan),
infrastruktur, atau riset dan pengembangan. Teori pertumbuhan endogen menggunakan pendekatan
model pertumbuhan endogen Romer, bahwa proses pertumbuhan berasal dari perusahaan. Studi
empiris menunjukkan tidak adanya konvergenitas pendapatan di berbagai negara, karena negara
maju, telah mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksinya didukung
oleh sumber daya manusia berkualitas, sehingga dapat dilakukan inovasi teknologi dan bermanfaat
terhadap pembangunan.Meskipun negara berkembang mampu meningkatkan akumulasi modal
fisiknya, tetapi belum dapat mengejar ketertinggalan dari negara maju. Teori pertumbuhan endogen
menjelaskan mengapa akumulasi modal tidak mengalami diminishing return, tetapi mengalami
increasing return dengan adanya spesialisasi dan investasi di bidang sumber daya manusia, (Meier,
2000).
2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
70
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kualitas
pembangunan manusia, baik dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia (kesehatan dan
kesejahteraan) maupun yang bersifat non-fisik (intelektualitas).Pembangunan yang berdampak
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan indikator
komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah
dilakukan di suatu wilayah.Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan
manusia, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai
mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk.Ketiga kemampuan dasar itu
adalah umur panjang dan sehat yang diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir,
berpengetahuan dan berketerampilan yang diukur melalui angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak
yang diukur dengan pengeluaran konsumsi.Data yang digunakan adalah indeks pembangunan
manusia tahun 2015 (dalam satuan persen).
Pada kondisi fisik masyarakat tercermin dalam angka harapan hidup serta kemampuan daya
beli, sedangkan dampak non-fisik dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat.Indeks pembangunan
manusia merupakan indikator strategis yang digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program
pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil
program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya, kemajuan program
pembangunan dalam suatu periode.IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja
pembangunan wilayah yang berdimensi luas, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu
wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak.
Dasar pemikiran konsep pembangunan manusia meliputi aspek-aspek: (1) pembangunan
harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;(2) pembangunan untuk memperbesar
pilihan bagi penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; (3) pembangunan
manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan/kapasitas manusia,
tetapi juga upaya memanfaatkan kapasitas manusia tersebut secara optimal; (4) pembangunan
manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan
pemberdayaan; (5) pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan
dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya, (Laporan UNDP, 1995).
Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai dan ditunjang oleh UNDP ini
mengembangkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan
manusia secara terukur dan representatif, yang dinamakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).IPM
diperkenalkan pertama sekali pada tahun 1990.IPM mencakup tiga komponen yang dianggap
mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran
yang merefleksikan upaya pembangunan manusia.Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup
(longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (living standards). Peluang hidup dihitung
berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir;pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama
sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas; dan hidup layak diukur dengan
pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli.
2.4 Pengangguran
Pengangguran dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya,
antara lain: (1) Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan
seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai
dengan keinginannya; (2) Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
adanya perubahan struktur dalam perekonomian; (3) Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran
yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan
dalam permintaan agregat, (Sukirno, 2000).Sedangkan bentuk pengangguran antara lain: (1)
Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu dan seringkali sangat
71
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk mereka; (2) Setengah pengangguran
(under unemployment), adalah mereka yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya
rendah sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara
keseluruhan; (3) Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja penuh
tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan; (4) Tenaga kerja yang tidak produktif,
adalah mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang
baik, (Edwards, 1974).
Menurut Tambunan (2001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan
berbagai cara, antara lain: (1) Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas yang berarti bahwa
konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka bencana pengangguran akan
secara langsung mempengaruhi income poverty rate dengan consumption poverty rate, (2) Jika
rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas yang berarti bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu
dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan
peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka
pendek, (3) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang
relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di negara yang sedang berkembang
menjadi semakin serius.
Tingkat Pengangguran (PG), Pengangguran terbuka menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
adalah orang yang masuk angkatan kerja (15 tahun keatas) yang sedang mencari pekerjaan, yang
mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan pekerjaan bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka
tak bekerja. Data yang digunakan untuk melihat pengangguran adalah perbandingan antara
pengangguran terbuka dengan jumlah penduduk di Jawa Timur tahun 2015 (dalam satuan persen).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemerintah telah merumuskan
berbagai rencana untuk memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha
yang layak guna mengurangi pengangguran, antara lain: (1) Meningkatkan efektifitas dan
kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi; (2)
Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan
perlindungan kerja; (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam
rangka mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha; (4) Buruh migran di dalam dan luar
Meningkatkan perlindungan terhadap negeri.
2.5. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai negara telah dilakukan oleh sejumlah
peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda, antara lain:
Penelitian Amijaya (2008), berjudul pengaruh ketidakmerataan distribusi pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 20032004.Penelitian ini menggunakan Panel Data dengan variabel kemiskinan, ketidakmerataan distribusi
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran.Kesimpulannya bahwa
ketidakmerataan distribusi pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, variabel
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel
pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.
Mulyaningsih (2008), melakukan studi mengenai “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di
Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia Dan Pengurangan Kemiskinan”. Studi
tersebut menyatakan pembangunan manusia yang di proxy dari indeks pembangunan manusia
memuat tiga dimensi yaitu terkait dengan aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup panjang umur
(Longevity) dan hidup sehat (healthy life), untuk mendapatkan pengetahuan (the knowledge) dan
mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa memenuhi standar hidup. Ketiga Tingkat
Pengangguran (PG)
72
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
Pengangguran terbuka menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah orang yang masuk
angkatan kerja (15 tahun keatas) yang sedang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang
tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya
dikatagorikan pekerjaan bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja. Data yang
digunakan untuk melihat pengangguran adalah perbandingan antara pengangguran terbuka dengan
jumlah penduduk di Jawa Timur tahun 2015 (dalam satuan persen).
Penelitian Prastyo (2010), dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan”. Penelitian ini menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum,
pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah.Hasil penelitian menunjukkan
variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, variabel upah
minimum berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, variabel pendidikan berpengaruh
negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variable pengangguran memberikan pengaruh
positif terhadap tingkat kemiskinan.
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara/ kesimpulan yang diambil untuk menjawab
permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya harus diuji secara empiris
untuk membuktikan kebenarannya, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Variabel pertumbuhan ekonomididuga berdampaknegatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan.
2. Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diduga berdampaknegatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan.
3. Variabel pengangguran diduga berdampakpositif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
4. Variabel pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan pengangguran
secara simultan diduga berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
III. Metode Penelitian
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana permasalahan
dipecahkan melalui tahapan pengumpulan dan penyusunan data kemudian diolah, dianalisis,
diinterpretasikan dan disimpulkan agar pihak lain dapat memperoleh gambaran tentang sifat dan
karakteristik, (Kuncoro, 2013).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mencakup wilayah Jawa Timur dengan basis analisis pada tingkat Kabupaten
dan Kota, yaitu 29 Kabupaten dan 9 Kota di Jawa Timur, dan menggunakan data perekonomian
seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur selama Tahun 2011-2015.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang dilakukan
dengan cara mencari dan memperoleh data melalui kumpulan bahan, dokumen, arsip dan studi
Iiteratur. Data diperoleh dari instansi pemerintah yang berupa hasil perhitungan maupun publikasi,
baik oleh BPS maupun Susenas.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data skunder yang merupakan gabungan dari data time series
dan cross section yang disebut data panel (pool data). Unit data yang digunakan adalah tingkat
kabupaten/kota di propinsi Jawa Timur. Data utama adalah PDRB, Jumlah Tenaga Kerja, Upah,
73
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
Jumlah penduduk miskin, IPM serta data terkait lainnya, yang diperoleh dari BPS Jawa Timur serta
media elektronik dan media cetak.
3.5 Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.Analisis kuantitatif
menggunakan model persamaan regresi berganda dengan data panel.Mengingat data panel
merupakan gabungan dari time-series dan cross-section, maka model dapat ditulis dengan :
Yit = b0 + b1 Xit + eit ........................................................................................(3.1)
i = 1, 2, ..., n ; t = 1, 2, ..., t
dimana :n= banyaknya observasi; t = banyaknya waktu; n ×t = banyaknya data panel
Penelitian mengenai analisis dampak pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dan tingkat pengangguran (PG) terhadap tingkat kemiskinan (KM) menggunakan data timeseries selama limatahun yang diwakili data tahunan dari 2011-2015 dan data cross-section sebanyak
38 data mewakili kabupaten/kota di Jawa Timur yang menghasilkan 190 observasi.Penelitian analisis
dampak pertumbuhan ekonomi (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat
pengangguran (PG) dan dummy tahun 2015 (D2) terhadap tingkat kemiskinan (KM) digunakan
asumsi FEM yang kedua, yaitu koefisien slope konstan tetapi intersep bervariasi antar individu.
Bentuk model fixed effect adalah dengan memasukkan variabel dummy untuk menyatakan
perbedaan intersep. Model fungsi yang akan digunakan untuk mengetahui kemiskinan
diKabupaten/Kota Jawa Timur yaitu :
KM=f(PD,PDRB, IPM, PG, D2) .......................................................................................(3.2)
KM=b0+b1PDit+b2PDRBit+b3IPMit+b4PGit+b5D2+b6D3+v7D4+uit.................................(3.3)
Dimana:KM = Tingkat kemiskinan dalam persen; D2 = dummy tahun 2015
PDRB = indicator variabel pertumbuhan penduduk dengan harga konstan 2000 dalam rupiah.
IPM = variabel IPM; PG = variabel tingkat pengangguran dalam persen.
i = unit cross section; t = unit time series; b0 = konstanta; b = koefisien; u = residual
Karena terdapat perbedaan dalam satuan dan besaran variabel bebas dalam persamaan
menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma natural. Alasan pemilihan
model logaritma natural (Ghozali, 2005) adalah sebagai berikut : (a). Menghindari adanya
heteroskedastisitas; (b). Mengetahui koefisien yang menunjukkan elastisitas; (c). Mendekatkan skala
data.Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh
nyata atau tidak terhadap variabel terikat, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik F, dan
untuk menguji apakah masing-masing variabel penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variabel terikat, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik t. Dalam kajian ini sengaja tidak
mempermasalahkan autokorelasi karena hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan tidak
menimbulkan bias parameter regresi (Pindyck dan Rubinfeld, 1991). Begitu juga dengan
multikolinieritas (multicollinearity) tidak dipermasalahkan dengan alasan : (1) di dalam model telah
diyakini bahwa tidak ada hubungan yang linier secara sempurna antar variabel-variabel penjelasnya
dalam model, (2) dilakukannya respesifikasi secara berulang untuk memperoleh kesesuian tanda
parameter dengan kriteria fenomena ekonomi, dan (3) masalah multikolinieritas yang tidak
sempurna memang sulit dihindarkan.
IV. Hasil dan Pembahasan
74
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
4.1 Regresi Data Panel Dengan Eviews
Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross
section). Regresi dengan menggunakan data panel disebut model regresi data panel. Keuntungan
menggunakan data panel, yaitu data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga
akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.
4.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis dampak pertumbuhan
ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa
Timur Tahun 2011- 2015. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Program
Eviews maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Koefisien
Standart Error
t-Statistik
Probabilitas
Pertumbuhan ekonomi (X1)
-6.02E-06
2.76E-05
-0.218338
0.8274
IPM (X2)
Pengangguran (X3)
C
-0.073323
-0.000245
71..94442
0.494457
0.000255
33.67807
-0.148289
-0.958990
2.136239
0.8823
0.3388
0.0340
R-squared
Adjusted R-squared
0.007044
-0.014425
F-statistic
Prob. (F-statistic)
0.328101
0.858857
4.3 Pengujian Kriteria Statistik
4.3.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variable dependen.Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu.Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variable dependen
amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variable-variabel independen memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen.
Hasil regresi menunjukkan dampak Pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia
dan Tingkat Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur tahun 2011 – 2015 diperoleh
nilai R2sebesar 0.007044. Hal ini berarti sebesar 7 persen variasi Tingkat Kemiskinan di
Kabupaten/Kota di Jawa Timur dapat dijelaskan oleh variasi tiga variable independennya yakni
pertumbuhan ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran.
4.3.2 Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian terhadap pengaruh semua variable independen di dalam model dapat dilakukan
dengan uji simultan (uji F).Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semuavariable independen
yang dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen. Hasil
75
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
regresi dampak pertumbuhan ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat
Kemiskinan di Jawa Timur tahun 2011 – 2015 diperoleh F-statistik sebesar 0.858857 dan nilai
probabilitas F-statistik 0,000000. Maka dapat disimpulkan bahwa variable independen secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variable dependen (F-hitung > F-tabel).
4.3.3 Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variable
independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen. Dalam regresi
pengaruh pertumbuhan ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di
Jawa Timur tahun 2011 – 2015.Interpretasinya sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Ekonomi dengan indicator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Hasil regresi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDRB) berdampak negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan pada 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur,
yaitukenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB)akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hipotesis penelitian, sehingga hipotesis penelitian dapat diterima.
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Hasil regresi menunjukkan bahwa IPM berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan pada 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, kenaikan IPM akan menurunkan tingkat
kemiskinan. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan, sehingga hipotesis penelitian
dapat diterima.
3. Tingkat Pengangguran (PG)
Hasil regresi menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran (PG) berdampak negatif tetapi tidak
signifikan terhadap tingkat kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Kenaikan Tingkat
Pengangguran akan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan namun hasil ini tidak signifikan.
Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengangguran berdampak positif
terhadap tingkat kemiskinan tidak sesuai dengan hipotesis penelitian.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasar latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian,hipotesis, teori, studi empiris, dan
hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan. Sesuai dengan hipotesis, tanda negatif tersebut mengindikasikan bahwa semakin
tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB), maka akansemakin rendah tingkat kemiskinannya.
Variabel IPM berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Sesuai dengan
hipotesis, tanda negatif tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi IPM, maka akan
menurunkan tingkat kemiskinan. Nilai IPM dalam perhitungannya mencakup indikator
pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran perkapita, sehingga dapat digunakan sebagai salah
satu indikator kemiskinan suatu daerah.
Variabel pengangguran berdampak negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis serta teori dan penelitian terdahulu yang menjadi
acuan dari penelitian ini. Karena penduduk yang termasuk dalam kelompok pengangguran
terbuka ada beberapa macam penganggur, yaitu mereka yang mencari kerja, mereka yang
mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
76
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
mendapatkan pekerjaan dan yang terakhir mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum
mulai bekerja. Diantara empat kategori pengangguran terbuka diatas bahwa sebagian
diantaranya ada yang masuk dalam sektor informal, dan ada juga yang mempunyai pekerjaan
dengan jam kerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Selain itu, juga ada yang berusaha atau
mempersiapkan usaha sendiri, ada juga yang sedang menunggu mulainya bekerja, ada juga
yang mempunyai pekerjaan paruh waktu (Part Time) namun dengan penghasilan melebihi
orang bekerja secara normal, dan yang mana semua golongan tersebut masuk dalam kategori
pengangguran terbuka.
5.2 Saran
1.
2.
3.
Disarankan peningkatan pertumbuhan ekonomi (PDRB) harus diimbangi dengan pemerataan
pembangunan yang berorientasi pada pemerataan pendapatan dan hasil pembangunan
ekonomi keseluruh golongan masyarakat, serta diupayakan peningkatan pertumbuhan ekonomi
di masing-masing wilayah dengan mengandalkan potensi yang dimiliki.
Indikator IPM yang menggambarkan kulaitas hidup manusia yang terdiri dari ukuran pendidikan,
angka harapan hidup dan pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan, sangat penting terhadap
penurunan jumlah penduduk miskin di Jawa Timur, maka pemerintah perlu merancang suatu
program yang berkesinambungan agar dapat memacu naiknya nilai IPM dengan mempermudah
akses pendidikan dan kesehatan terutama bagi kaum miskin .
Diharapkan Pemerintah Jawa Timur lebih banyak melakukan perluasan kesempatan kerja
dengan cara mendirikan industri baru yang bersifat padat karya serta menggalakkan
pengembangan sektor informal, seperti home industry. Karena penelitian ini menggunakan data
pengangguran terbuka, yang mana di dalamnya terdapat golongan masyarakat yang sedang
mencari pekerjaan dan sedang dalam tahap menyiapkan usaha atau mendapat pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja yang dimasukkan dalam golongan pengangguran. Pentingnya perluasan
kesempatan kerja yang bersifat padat karya dan peningkatan sektor informal untuk menekan
kemiskinan di Kabupaten/ Kota di Jawa Timur.
Daftar Pustaka
Arius, Jonaidi. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Kajian
Ekonomi. Vol. 1, No. 1, April 2012 hal : 140-164.
Badan Perencanaan Daerah Jawa Timur. 2015. Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2015. Surabaya: Badan
Perencanaan Daerah Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2015. Laporan Eksekutif Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa
Timur 2015. Surabaya: Badan Pusat Statistik Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik Jawa Timur . 2015. Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2012. Surabaya: Badan
Pusat Statistik Jawa Timur.
Sadono, Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persaja.
Sumitro, Djojohadikusumo. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Tulus, H Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia. jakarta: Ghalia Indonesia.
77
JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri
Vol. 2 No. 1, Maret 2017
ISSN: 2541-0180
Usman, dkk. 2009. Analisis Determinan Kemiskinan. Sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal.
Fakultas Ekonomi : Institut Pertanian Bogor.
Winarno, Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: UPPSTIM
YKPN.
Yani, Mulyaningsih. 2008. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik Terhadap Peningkatan
Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan.Pacsa Program Sarjana.
78
Download