JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Pada Kabupaten /Kota di Jawa Timur Nurul Imamah Universitas Bhayangkara Surabaya [email protected] ABSTRACT Poverty is multi-dimensional concept of human welfare that includes many traditional measures of prosperity. Economic growth and health issues are the primary condition for poverty reduction in the region. The object of this study is how the results of estimates and projections of the poverty level. In this study also discusses the factors that affect poverty, namely the economic growth, Human Development Index, the Unemployment Rate and discuss how they affect poverty levels. This study aimed to analyze the factors affecting the level of poverty. This study used panel data regression analysis. This use to analyze the influence of economic growth, Human Development Index and Unemployment against Poverty Level.With the study period from 2011 - 2015. In each of the projections will be analyzed how the Poverty Level 38 City / Regency East Java province in Indonesia until 2015 formed.Results of analysis using panel data regression is known that variable economic growth, Human Development Index and Unemployment rate significantly affect the level of poverty. It shows that in all three of these variables has an inverse relationship to the level of poverty. Keywords :Economic Growth, Human Development Index, Unemployment, Poverty Rate, Data Panel I. Pendahuluan Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan itu bersifat multidimensional artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung.Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek lainnya, bahwa yang miskin itu manusianya baik secara individual maupun kolektif (Simatupang dan Dermoredjo, 2003). Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jawa Timur yaitu tingginya angka kemiskinan. Oleh sebab itu kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama bagi pemerintah sebagai penyangga proses perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera mencari jalan keluar sebagai upaya pengentasan kemiskinan.Tingkat kemiskinan di Jawa Timur merupakan tingkat kemiskinan agregat dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.Tingkat kemiskinan di 38 Kabupaten di Jawa Timur masih tidak merata, dan sebagian besar tingkat kemiskinan masih tinggi.Provinsi Jawa Timur memiliki penduduk yang sangat miskin mencapai 16 persen dari penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur saat ini sekitar 12,28 persen. Daerah kantong kemiskinan masih saja seputar Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Bondowoso serta daerah tapal kuda lain. Untuk itu perlu dicari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh kabupaten/kota, sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi tiap kabupaten/kota dalam usaha mengatasi kemiskinan. 67 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode (Hadi Sasana, 2006).Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini.Pemerintah di negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik nasional. Berhasil tidaknya program-program di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat output dan pendapatan nasional (Todaro 2000). Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di suatu wilayah.Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat di masingmasing provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penduduk miskin.Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari indeks kualitas hidup/indeks pembangunan manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk, sehingga perolehan pendapatan menjadi rendah, dan hal ini menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin. Perkembangan dan pertumbuhan kualitassumber daya manusia pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).Pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan, (Lanjouw dalam Mulyaningsih, 2008). Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan.Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan, Sukirno (2000).Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin serius.Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001). Penelitian ini membahas lebih detail mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di kabupaten/kota Jawa Timur. 1.2 Rumusan Masalah Kemiskinan merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah.Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Bagaimana dampak Pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan ? Bagaimana dampak Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat kemiskinan ? Bagaimana dampak pengangguran terhadap tingkat kemiskinan? Apakah Pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan manusia danPengangguran secara simultan berdampaknegatif dan signifikan terhadap tingkat Kemiskinan? 68 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Menganalisis dampakpertumbuhan ekonomiterhadap tingkat Kemiskinan. Menganalisis dampak pengangguran terhadap tingkat Kemiskinan. Menganalisis dampak pengangguran terhadap tingkat kemiskinan? Menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan manusia pengangguran secara simultan terhadap tingkat Kemiskinan? II. Tinjauan Pustaka dan 2.1.Teori Kemiskinan Seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation" dimana seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantive, dimana kebebasan substantif ini memiliki dua sisi: kesempatan dan rasa aman. Kesempatan membutuhkan pendidikan dan keamanan membutuhkan kesehatan, (Sen dalam Bloom dan Canning, (2001). World Bank, mendefinisikan kemiskinan, ”The denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self esteem and the respect of other”. Dengan demikian, kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati.Kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang oleh seseorang, sebuah keluarga, komunitas, atau negara yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Tingkat kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah presentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Timur.Garis kemiskinan yang merupakan dasar perhitungan jumlah penduduk miskin ditentukan dua kriteria yaitu pengeluaran konsumsi perkapita per bulan yang setara dengan 2100 kalori perkapita per hari dan nilai kebutuhan minimum komoditi bukan makanan. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah tingkat kemiskinan, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk total kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2015 (dalam satuan persen). Ukuran kemiskinan secara sederhana dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) Kemiskinan Absolut, apabila pendapatan seseorang berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya; (2) Kemiskinan Relatif, seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya; (3) Kemiskinan Kultural, seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya, (Nurkse,1953 dalam Kuncoro, 1997) Terdapat empat pola kemiskinan, yaitu: (1) persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun; (2) cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan; (3) seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman pangan; (4) accidental poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat, (Sumitro, 1995). 69 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan keberhasilan pembangunan pada wilayah tersebut.Secara umum pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Todaro, (2000), secara spesifik menyebutkan ada tiga komponen utama pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan halhal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teori pertumbuhan ekonomi sekarang sangatlah pesat, diawali dari teori Klasik dengan tokohnya seperti Adam Smith, Thomas R. Malthus, David Ricardo, J. S. Mill, hingga dalam perkembangan terakhir, teori pertumbuhan ekonomi yang cukup populer adalah teori pertumbuhan endogen atau dikenal dengan teori pertumbuhan baru, (Nafziger, 2006). 2.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Baru atau Endogen Teori Endogen merupakan teori baru yang menyempurnakan teori neoklasik.Teori ini dicetuskan oleh Robert Lucas, bahwa perbedaan upah dan terjadinya migrasi internasional sulit dijelaskan menggunakan teori neoklasik.Selanjutnya, Paul Romer menjelaskan bahwa teknologi merupakan variable endogen, artinya teknologi dapat dijelaskan dalam model.Teknologi dalam teori endogen dijelaskan dengan adanya inovasi di dalam peningkatan produksi.Teori pertumbuhan endogen memiliki tiga elemen dasar, yakni perubahan tehnologi yang bersifat endogen melalui proses akumulasi pengetahuan; penciptaan ide baru oleh perusahaan sebagai akibat adanya mekanisme spillover dan pengalaman serta produksi barang konsumsi yang dihasilkan oleh fungsi produksi pengetahuan yang tumbuh tanpa batas. Teori pertumbuhan endogen dipelopori oleh Romer, (1986), dan Lucas, (1988), merupakan awal kebangkitan dari pemahaman baru mengenai faktor faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Teori Pertumbuhan endogen menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang bersumber dari dalam suatu system, (Romer,2007). Teori pertumbuhan endogen mengkritik teori pertumbuhan Neoklasik tentang diminishing marginal producitivity of capital dan konvergenitas pendapatan di berbagai negara dan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan negara maju dangan negara berkembang dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer dalam sumber daya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan. Teori pertumbuhan endogen menggunakan pendekatan model pertumbuhan endogen Romer, bahwa proses pertumbuhan berasal dari perusahaan. Studi empiris menunjukkan tidak adanya konvergenitas pendapatan di berbagai negara, karena negara maju, telah mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksinya didukung oleh sumber daya manusia berkualitas, sehingga dapat dilakukan inovasi teknologi dan bermanfaat terhadap pembangunan.Meskipun negara berkembang mampu meningkatkan akumulasi modal fisiknya, tetapi belum dapat mengejar ketertinggalan dari negara maju. Teori pertumbuhan endogen menjelaskan mengapa akumulasi modal tidak mengalami diminishing return, tetapi mengalami increasing return dengan adanya spesialisasi dan investasi di bidang sumber daya manusia, (Meier, 2000). 2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 70 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kualitas pembangunan manusia, baik dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia (kesehatan dan kesejahteraan) maupun yang bersifat non-fisik (intelektualitas).Pembangunan yang berdampak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah.Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk.Ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang dan sehat yang diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir, berpengetahuan dan berketerampilan yang diukur melalui angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran konsumsi.Data yang digunakan adalah indeks pembangunan manusia tahun 2015 (dalam satuan persen). Pada kondisi fisik masyarakat tercermin dalam angka harapan hidup serta kemampuan daya beli, sedangkan dampak non-fisik dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat.Indeks pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya, kemajuan program pembangunan dalam suatu periode.IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang berdimensi luas, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak. Dasar pemikiran konsep pembangunan manusia meliputi aspek-aspek: (1) pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;(2) pembangunan untuk memperbesar pilihan bagi penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; (3) pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan/kapasitas manusia, tetapi juga upaya memanfaatkan kapasitas manusia tersebut secara optimal; (4) pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan; (5) pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya, (Laporan UNDP, 1995). Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai dan ditunjang oleh UNDP ini mengembangkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representatif, yang dinamakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).IPM diperkenalkan pertama sekali pada tahun 1990.IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia.Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (living standards). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir;pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli. 2.4 Pengangguran Pengangguran dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain: (1) Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya; (2) Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian; (3) Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat, (Sukirno, 2000).Sedangkan bentuk pengangguran antara lain: (1) Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu dan seringkali sangat 71 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk mereka; (2) Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan; (3) Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja penuh tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan; (4) Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik, (Edwards, 1974). Menurut Tambunan (2001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai cara, antara lain: (1) Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas yang berarti bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka bencana pengangguran akan secara langsung mempengaruhi income poverty rate dengan consumption poverty rate, (2) Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas yang berarti bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka pendek, (3) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di negara yang sedang berkembang menjadi semakin serius. Tingkat Pengangguran (PG), Pengangguran terbuka menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah orang yang masuk angkatan kerja (15 tahun keatas) yang sedang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan pekerjaan bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja. Data yang digunakan untuk melihat pengangguran adalah perbandingan antara pengangguran terbuka dengan jumlah penduduk di Jawa Timur tahun 2015 (dalam satuan persen). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pemerintah telah merumuskan berbagai rencana untuk memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak guna mengurangi pengangguran, antara lain: (1) Meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi; (2) Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja; (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam rangka mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha; (4) Buruh migran di dalam dan luar Meningkatkan perlindungan terhadap negeri. 2.5. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai negara telah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda, antara lain: Penelitian Amijaya (2008), berjudul pengaruh ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 20032004.Penelitian ini menggunakan Panel Data dengan variabel kemiskinan, ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran.Kesimpulannya bahwa ketidakmerataan distribusi pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Mulyaningsih (2008), melakukan studi mengenai “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia Dan Pengurangan Kemiskinan”. Studi tersebut menyatakan pembangunan manusia yang di proxy dari indeks pembangunan manusia memuat tiga dimensi yaitu terkait dengan aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup panjang umur (Longevity) dan hidup sehat (healthy life), untuk mendapatkan pengetahuan (the knowledge) dan mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa memenuhi standar hidup. Ketiga Tingkat Pengangguran (PG) 72 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 Pengangguran terbuka menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah orang yang masuk angkatan kerja (15 tahun keatas) yang sedang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan pekerjaan bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja. Data yang digunakan untuk melihat pengangguran adalah perbandingan antara pengangguran terbuka dengan jumlah penduduk di Jawa Timur tahun 2015 (dalam satuan persen). Penelitian Prastyo (2010), dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan”. Penelitian ini menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah.Hasil penelitian menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, variabel upah minimum berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, variabel pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variable pengangguran memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. 2.6 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara/ kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya harus diuji secara empiris untuk membuktikan kebenarannya, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Variabel pertumbuhan ekonomididuga berdampaknegatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. 2. Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diduga berdampaknegatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. 3. Variabel pengangguran diduga berdampakpositif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. 4. Variabel pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan pengangguran secara simultan diduga berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. III. Metode Penelitian 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana permasalahan dipecahkan melalui tahapan pengumpulan dan penyusunan data kemudian diolah, dianalisis, diinterpretasikan dan disimpulkan agar pihak lain dapat memperoleh gambaran tentang sifat dan karakteristik, (Kuncoro, 2013). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mencakup wilayah Jawa Timur dengan basis analisis pada tingkat Kabupaten dan Kota, yaitu 29 Kabupaten dan 9 Kota di Jawa Timur, dan menggunakan data perekonomian seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur selama Tahun 2011-2015. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang dilakukan dengan cara mencari dan memperoleh data melalui kumpulan bahan, dokumen, arsip dan studi Iiteratur. Data diperoleh dari instansi pemerintah yang berupa hasil perhitungan maupun publikasi, baik oleh BPS maupun Susenas. 3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data skunder yang merupakan gabungan dari data time series dan cross section yang disebut data panel (pool data). Unit data yang digunakan adalah tingkat kabupaten/kota di propinsi Jawa Timur. Data utama adalah PDRB, Jumlah Tenaga Kerja, Upah, 73 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 Jumlah penduduk miskin, IPM serta data terkait lainnya, yang diperoleh dari BPS Jawa Timur serta media elektronik dan media cetak. 3.5 Model Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.Analisis kuantitatif menggunakan model persamaan regresi berganda dengan data panel.Mengingat data panel merupakan gabungan dari time-series dan cross-section, maka model dapat ditulis dengan : Yit = b0 + b1 Xit + eit ........................................................................................(3.1) i = 1, 2, ..., n ; t = 1, 2, ..., t dimana :n= banyaknya observasi; t = banyaknya waktu; n ×t = banyaknya data panel Penelitian mengenai analisis dampak pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat pengangguran (PG) terhadap tingkat kemiskinan (KM) menggunakan data timeseries selama limatahun yang diwakili data tahunan dari 2011-2015 dan data cross-section sebanyak 38 data mewakili kabupaten/kota di Jawa Timur yang menghasilkan 190 observasi.Penelitian analisis dampak pertumbuhan ekonomi (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat pengangguran (PG) dan dummy tahun 2015 (D2) terhadap tingkat kemiskinan (KM) digunakan asumsi FEM yang kedua, yaitu koefisien slope konstan tetapi intersep bervariasi antar individu. Bentuk model fixed effect adalah dengan memasukkan variabel dummy untuk menyatakan perbedaan intersep. Model fungsi yang akan digunakan untuk mengetahui kemiskinan diKabupaten/Kota Jawa Timur yaitu : KM=f(PD,PDRB, IPM, PG, D2) .......................................................................................(3.2) KM=b0+b1PDit+b2PDRBit+b3IPMit+b4PGit+b5D2+b6D3+v7D4+uit.................................(3.3) Dimana:KM = Tingkat kemiskinan dalam persen; D2 = dummy tahun 2015 PDRB = indicator variabel pertumbuhan penduduk dengan harga konstan 2000 dalam rupiah. IPM = variabel IPM; PG = variabel tingkat pengangguran dalam persen. i = unit cross section; t = unit time series; b0 = konstanta; b = koefisien; u = residual Karena terdapat perbedaan dalam satuan dan besaran variabel bebas dalam persamaan menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma natural. Alasan pemilihan model logaritma natural (Ghozali, 2005) adalah sebagai berikut : (a). Menghindari adanya heteroskedastisitas; (b). Mengetahui koefisien yang menunjukkan elastisitas; (c). Mendekatkan skala data.Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik F, dan untuk menguji apakah masing-masing variabel penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat, maka pada setiap persamaan digunakan uji statistik t. Dalam kajian ini sengaja tidak mempermasalahkan autokorelasi karena hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan tidak menimbulkan bias parameter regresi (Pindyck dan Rubinfeld, 1991). Begitu juga dengan multikolinieritas (multicollinearity) tidak dipermasalahkan dengan alasan : (1) di dalam model telah diyakini bahwa tidak ada hubungan yang linier secara sempurna antar variabel-variabel penjelasnya dalam model, (2) dilakukannya respesifikasi secara berulang untuk memperoleh kesesuian tanda parameter dengan kriteria fenomena ekonomi, dan (3) masalah multikolinieritas yang tidak sempurna memang sulit dihindarkan. IV. Hasil dan Pembahasan 74 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 4.1 Regresi Data Panel Dengan Eviews Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Regresi dengan menggunakan data panel disebut model regresi data panel. Keuntungan menggunakan data panel, yaitu data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. 4.2 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011- 2015. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Program Eviews maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien Standart Error t-Statistik Probabilitas Pertumbuhan ekonomi (X1) -6.02E-06 2.76E-05 -0.218338 0.8274 IPM (X2) Pengangguran (X3) C -0.073323 -0.000245 71..94442 0.494457 0.000255 33.67807 -0.148289 -0.958990 2.136239 0.8823 0.3388 0.0340 R-squared Adjusted R-squared 0.007044 -0.014425 F-statistic Prob. (F-statistic) 0.328101 0.858857 4.3 Pengujian Kriteria Statistik 4.3.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen.Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variable-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen. Hasil regresi menunjukkan dampak Pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur tahun 2011 – 2015 diperoleh nilai R2sebesar 0.007044. Hal ini berarti sebesar 7 persen variasi Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota di Jawa Timur dapat dijelaskan oleh variasi tiga variable independennya yakni pertumbuhan ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran. 4.3.2 Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) Pengujian terhadap pengaruh semua variable independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F).Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semuavariable independen yang dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen. Hasil 75 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 regresi dampak pertumbuhan ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur tahun 2011 – 2015 diperoleh F-statistik sebesar 0.858857 dan nilai probabilitas F-statistik 0,000000. Maka dapat disimpulkan bahwa variable independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variable dependen (F-hitung > F-tabel). 4.3.3 Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variable independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen. Dalam regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, IPM dan Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur tahun 2011 – 2015.Interpretasinya sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Ekonomi dengan indicator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Hasil regresi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDRB) berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan pada 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, yaitukenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB)akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian, sehingga hipotesis penelitian dapat diterima. 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Hasil regresi menunjukkan bahwa IPM berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan pada 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, kenaikan IPM akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan, sehingga hipotesis penelitian dapat diterima. 3. Tingkat Pengangguran (PG) Hasil regresi menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran (PG) berdampak negatif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Kenaikan Tingkat Pengangguran akan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan namun hasil ini tidak signifikan. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengangguran berdampak positif terhadap tingkat kemiskinan tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasar latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian,hipotesis, teori, studi empiris, dan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. 2. 3. Variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Sesuai dengan hipotesis, tanda negatif tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB), maka akansemakin rendah tingkat kemiskinannya. Variabel IPM berdampak negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Sesuai dengan hipotesis, tanda negatif tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi IPM, maka akan menurunkan tingkat kemiskinan. Nilai IPM dalam perhitungannya mencakup indikator pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran perkapita, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemiskinan suatu daerah. Variabel pengangguran berdampak negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis serta teori dan penelitian terdahulu yang menjadi acuan dari penelitian ini. Karena penduduk yang termasuk dalam kelompok pengangguran terbuka ada beberapa macam penganggur, yaitu mereka yang mencari kerja, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin 76 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 mendapatkan pekerjaan dan yang terakhir mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Diantara empat kategori pengangguran terbuka diatas bahwa sebagian diantaranya ada yang masuk dalam sektor informal, dan ada juga yang mempunyai pekerjaan dengan jam kerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Selain itu, juga ada yang berusaha atau mempersiapkan usaha sendiri, ada juga yang sedang menunggu mulainya bekerja, ada juga yang mempunyai pekerjaan paruh waktu (Part Time) namun dengan penghasilan melebihi orang bekerja secara normal, dan yang mana semua golongan tersebut masuk dalam kategori pengangguran terbuka. 5.2 Saran 1. 2. 3. Disarankan peningkatan pertumbuhan ekonomi (PDRB) harus diimbangi dengan pemerataan pembangunan yang berorientasi pada pemerataan pendapatan dan hasil pembangunan ekonomi keseluruh golongan masyarakat, serta diupayakan peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing-masing wilayah dengan mengandalkan potensi yang dimiliki. Indikator IPM yang menggambarkan kulaitas hidup manusia yang terdiri dari ukuran pendidikan, angka harapan hidup dan pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan, sangat penting terhadap penurunan jumlah penduduk miskin di Jawa Timur, maka pemerintah perlu merancang suatu program yang berkesinambungan agar dapat memacu naiknya nilai IPM dengan mempermudah akses pendidikan dan kesehatan terutama bagi kaum miskin . Diharapkan Pemerintah Jawa Timur lebih banyak melakukan perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri baru yang bersifat padat karya serta menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry. Karena penelitian ini menggunakan data pengangguran terbuka, yang mana di dalamnya terdapat golongan masyarakat yang sedang mencari pekerjaan dan sedang dalam tahap menyiapkan usaha atau mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja yang dimasukkan dalam golongan pengangguran. Pentingnya perluasan kesempatan kerja yang bersifat padat karya dan peningkatan sektor informal untuk menekan kemiskinan di Kabupaten/ Kota di Jawa Timur. Daftar Pustaka Arius, Jonaidi. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol. 1, No. 1, April 2012 hal : 140-164. Badan Perencanaan Daerah Jawa Timur. 2015. Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2015. Surabaya: Badan Perencanaan Daerah Jawa Timur. Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2015. Laporan Eksekutif Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Timur 2015. Surabaya: Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Badan Pusat Statistik Jawa Timur . 2015. Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2012. Surabaya: Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Sadono, Sukirno.2000.Makro Ekonomi Modern.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persaja. Sumitro, Djojohadikusumo. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Edisi 7. Jakarta: Erlangga. Tulus, H Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia. jakarta: Ghalia Indonesia. 77 JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 2 No. 1, Maret 2017 ISSN: 2541-0180 Usman, dkk. 2009. Analisis Determinan Kemiskinan. Sebelum dan Sesudah Desentralisasi Fiskal. Fakultas Ekonomi : Institut Pertanian Bogor. Winarno, Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: UPPSTIM YKPN. Yani, Mulyaningsih. 2008. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan.Pacsa Program Sarjana. 78