BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour Theory of Reasoned Action (TRA). Menurut Arnould, Price, dan Zinkhan (dalam MB dan Thenu, 2009), theory of reasoned action (teori tindakan beralasan) adalah teori yang memiliki asumsi bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan konsekuensi alternatif perilaku yang sedang mempertimbangkan dan memilih salah satu dari pertimbangan tersebut yang dapat memberikan konsekuensi paling diharapkan. Teori tindakan beralasan digunakan untuk meramalkan dan mengerti perilaku individu dalam kehidupan sosial. Teori tindakan beralasan merupakan teori umum tentang psikologi sosial yang telah terbukti dengan baik dengan menyatakan bahwa suatu keyakinan tertentu dapat mempengaruhi persepsi perilaku dan perilaku sebenarnya. Teori tindakan beralasan menjelaskan tentang perbandingan integrasi komponen perilaku dalam struktur yang telah didesain untuk memprediksi perilaku yang lebih baik. Menurut Ajzen (dalam MB dan Thenu, 2009), variabel - variabel yang ada di dalam teori tindakan beralasan adalah variabel sikap, norma subyektif, niat, dan perilaku. Theory of Planned Behavior (TPB). Menurut Arnould et al. (dalam MB dan Thenu, 2009), TPB merupakan kelanjutan dari TRA. TPB dalam bahasa indonesia sendiri berarti tindakan yang direncanakan. Sikap dan perilaku tiap orang dipengaruhi oleh segala sesuatu yang berada di sekililingnya, seperti orang 12 tua, teman, pengalaman, serta pengetahuan yang dimiliki dalam proses pengambilan keputusan. Tidak adanya keinginan, keuangan yang tidak mencukupi, perubahan lingkungan, maupun tidak adanya motivasi merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan menurut Evans (dalam MB dan Thenu, 2009). Model TPB merupakan pengembangan dari model TRA dengan adanya penambahan satu variabel, yaitu kontrol keperilakuan yang dirasakan atau PBC (Perceived Behavioural Control). Kontrol keperilakuan secara langsung mempengaruhi niat untuk melaksanakan suatu perilaku dan juga mempengaruhi perilaku di mana dalam situasi pengguna berniat untuk melaksanakan suatu perilaku namun dihalangi dalam melakukan tindakan tersebut. Kegiatan kewirausahaan secara jelas mewakilkan tindakan yang direncanakan. Niat adalah karateristik utama dalam mengembangkan suatu organisasi atau usaha, jadi mempelajari fenomena organisasional, termasuk keputusan untuk memulai karir berwirausaha, sudah jelas merupakan hal menarik sekaligus penting. Kajian dari sebuah uji empiris menunujukkan bahwa niat memprediksikan sikap dan tingkah laku secara sukses. Penambahan PBC atau kontrol terhadap tingkah laku yang dirasakan secara konsisten meningkatkan variasi dari variabel yang dijelaskan. Secara umum, niat menjealaskan sekitar 30% dan sikap menjelaskan sebanyak 50%. Niat adalah alat prediksi paling baik tindakan yang direncanakan. Niat dan sikap bergantung pada situasi begitu juga dengan individunya dan memprediksi tingkah laku lebih baik dari hanya satu 13 variabel individu (kepribadian) dan/atau situasional (status pekerjaan) (Krueger dan Carsrud, 1993). Dalam penelitian ini, TPB dan TRA secara umum merupakan teori yang mendukung Niat berwirausaha karena TPB dalam model Ajzen sudah secara jelas menggambarkan bahwa model dalam TRA ditambah PBC yang kemudian menjadi TPB merupakan hal hal yang membuat niat terhadap sesuatu tercipta, atau dalam penelitian ini merupakan Niat berwirausaha. Teori tindakan berencana mengemukakan bahwa pengaruh eksogen pada Niat berwirausaha serta tingkah laku berlaku sama dengan memengaruhi sikap walau tidak secara langsung. Kehadiran tokoh wirausaha panutan memprediksi aktivitas wirausaha di masa mendatang, walau kekuatan prediksi tersebut terbilang lemah (Krueger dan Carsrud, 1993). Terakhir, variabel relational support sangat erat kaitannya dengan Theory of Planned Behaviour karena keluarga serta kerabat merupakan faktor utama yang memengaruhi seseorang, dengan kata lain tanpa adanya pengaruh dari teman dan keluarga maka seseorang tidak mungkin untuk merencanakan sebuah usaha ataupun kegiatan wirausaha. 2.1.2 Wirausaha Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Kewiraushaan merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses sistematis dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan kreativitas dan keniovaasian. Seperti dikemukakan 14 Thomas W. Zimmerer (1996), “Entrepreneurship is the result of discplined, systematic proses of applying creativity and innovations to needs and opportunities in the marketplace”. Kewirausahaan merupakan hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar (Suryana, 2013). Peter F. Drucker (dalam Suryana, 2013) mengemukakan konsep kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Menurutnya lagi, kewiraushaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Objek studi kewirausahaan adalah sifat-sifat, nilai-nilai, dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang meliputi: (1) kemempuan merumuskan tujuan hidup/usaha, (2) kemampuan memotivasi diri, (3) kemampuan berinisiatif, (4) kemampuan berinovasi, (5) kemampuan membentuk modal material, sosial dan intelektual, (6) kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, (7) kemampuan mental yang dilandasi agama dan (8) kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun buruk (Suryana 2013). 2.1.3 Academic support Faktor kontekstual bisa menjadi sarana fasilitator atau justru menghalangi aktivitas kewirausahaan, maka dari itu dampaknya bisa berupa biaya atau justru keuntungan pada penciptaan sebuah usaha baru (Luthje dan Franke, 2004). Academic support jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti dukungan 15 akademis atau dukungan dari pihak keilmuan. Dukungan didefinisikan sebagai usaha dari pihak lain untuk memenuhi kebutuhan individu lainnya (Chaplin 2001). Jelas sekali bahwa pendidikan profesional di universitas merupakan sebuah cara yang efisien dalam meraih serta mencapai pengetahuan dan ilmu yang diperlukan tentang kewirausahaan (Gerald dan Saleh, 2011). Dukungan Akademik adalah dukungan dari pihak akademik seperti lingkungan universitas meliputi sarana, informasi kampus maupun infrastruktur yang memadai (Hetty dan Hani, 2013). Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2009) dukungan akademik mengacu pada faktor-faktor yang erat hubungannya dengan dukungan bagi seorang mahasiswa ataupun pelajar untuk meraih serta menuntaskan tugas dalam studinya dengan sasaran tujuan serta waktu yang ditentukan sebelumnya. Pada dukungan akademis, universitas berperan banyak karena disamping dukungan melalui pendidikan universitas atau institusi pendidikan itu sendiri memberi dukungan secara moral maupun fasilitas sehingga mahasiswa lebih tergerak dan mampu jika dilihat dari dukungan akademisnya untuk memulai sebuah usaha baru. Siswa dengan kinerja akademis yang sedang justru cenderung memilih menjadi wirausaha dibangdingkan dengan siswa yang kinerja akademiknya buruk maupun sangat baik (Kothari, 2013). Mimpi wirausaha mahasiswa umumnya terhalangi dan tak tercapai karena persiapan yang kurang dan tidak memadai yang berfokus pada karakteristik pribadi mereka, mahasiswa juga berkata hal yang sama ketika ditanya mengapa hal tersebut terjadi pada banyak mahasiswa, pengetahuan tentang bisnis mereka kurang dan mereka tidak siap untuk mengambil risiko dalam mewujudkan mimpi 16 mereka (Wang dan Wong, 2004). Pendidikan professional pada universitas adalah sebuah cara efektif dalam mencapai pengetahuan mengenai kewirausahaan yang dibutuhkan dan edukasi yang efektif bisa menjadi faktor pendorong orang pada karir wirausaha (Negash dan Amentie, 2013). Dewasa ini, dengan meningkatnya jumlah pengagguran maka institusi akademik dituntut untuk melatih serta membuat peka lulusan mereka melalui proses akademik yang beragam dalam menciptakan usaha mereka sendiri (Farouk, 2014). Untuk lebih mempersiapkan mahasiswa untuk berwirausaha, pendidikan wirausaha membantu mahasiswa untuk menjadi ahli dalam tingkatan yang tinggi dan memberdayakan mereka dengan kompetensi inovasi semangat wirausaha dan ketrampilan praktis untuk dunia usaha (Hsiao et al., 2012). 2.1.4 Structural support Structural support adalah faktor struktural atau lingkungan yang mendukung untuk mencapai suatu tujuan meliputi infrastruktur fisik, non fisik maupun keuangan (Hetty dan Hani, 2013). Kita hidup dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, politik serta faktor teknologi yang lebih luas. Konteks wirausaha saat ini sebagian besar dibentuk oleh mekanisma ekonomi serta politis, yang diatur oleh penggiat di sektor pemerintah, swasta maupun non-pemerintahan (Denanyoh et al., 2015). Dalam kondisi seperti itu, akan ada peluang maupun ancaman bagi wirausahawan. Contohnya, jika ada halangan untuk masuk ke suatu pasar, maka orang orang akan cenderung menunjukkan minat yang rendah pada kewirausahaan. Mereka (mahasiswa) memiliki ketrampilan praktis yang kurang dalam dunia wirausaha, ini dikarenakan kebanyakan dari mahasiswa manajemen 17 umumnya lebih memilih menjadi pegawai negeri sipil maupun karyawan swasta pada bursa kerja seusai pendidikan mereka (Sivarajah, 2013). Bagaimanapun, jika mereka menemukan kondisi yang memadai serta disukai, maka diharapkan bahwa mereka cenderung akan membuka bisnis baru (Gerald dan Saleh, 2011). Sebagaimana penelitian menunjukkan bahwa faktor seperti regulasi pajak, regulasi bisnis serta hukum dan regulasi ketenagakerjaan memengaruhi Niat berwirausaha (Stephan, 2010) dalam (Gerald dan Saleh, 2011). Structural support sendiri juga pada beberapa studi memiliki arti serta dimensi yang sama dengan enviromental support. Yang artinya adalah keadaan lingkungan yang baik dan teratur dalam infrastruktur fisik, asset fisik perusahaan, laboratorium libang dan hal hal yang tidak berwujud memilki peranan dalam mendorong intensi berwirausaha menurut Niosi dan Bas (dalam Fini et al., 2009). Menciptakan lingkungan wirausaha yang sesuai di mana calon pengusaha meningkatkan visi mereka tentang penciptaan usaha baru dan membuat keputusan untuk mewujudkan visi tersebut adalah langkah pertama untuk mengaktifkan kewirausahaan (Sadeghi et al., 2013). Disarankan oleh peneliti peneliti bahwa dalam studi Niat berwirausaha, persepsi dari lingkungan hendaknya dipelajari dibandingkan lingkungan aktual itu sendiri sebab persepsi dari individu diharpakan lebih mempunyai pengaruh dibanginkan lingkungan itu sendiri (Karimi et al., 2011). 2.1.5 Relational support Dukungan relasional adalah hal yang mengindikasikan dukungan baik dari segi moneter maupun sentimental dari keluarga dan kerabat, yang bisa mendorong 18 seseorang untuk berkecimpung dalam aktivitas kewirausahan khususnya pada budaya yang bersifat kolektif (Yurtkoru et al., 2014). Wirausahawan tidak dan tidak bisa sukses dengan sendirinya, sebagai contoh mereka membutuhkan dukungan. Telah ditunjukkan bahwa pada konteks tertentu wirausahawan sangat tergantung pada jaringan yang efisien (Mair dan Noboa, 2003). Dukungan relasional berhubungan dengan keluaran yang berwujud seperti “sumber daya yang aktual dan potensial yang didapat seseroang dari orang lain, menjadi bagian dari jaringan sosial dengan mereka, atau hanya kenal dengan mereka dan mempunyai reputasi yang baik” (Baron, 2000). Keluarga adalah faktor lainnya yang memengaruhi pemilihan karir dari responden, setelah pengalaman pribadi mereka menurut Robertson (dalam Denanyoh et al., 2015). Maka dari itu, dukungan dari keluarga dan teman sedikit banyak memengaruhi pemilihan karir seseorang, dukungan relasional ini lebih banyak mengindikasikan dukungan moneter serta sentimental dari keluarga dan teman. Jaringan Sosial atau relasional mempunyai dampak yang sangar besar terhadap niat seseorang terhadap kewirausahaan (Al-Harassi et al., 2014). Jika seseorang tahu bahwa akan ada dukungan seperti itu saat dia memulai usaha, dia akan terdorong untuk memilih karir sebagai wirausaha (Turker dan Selcuk, 2008). Kail (2000) memberi definisi dukungan sosial atau dukungan relasional sebagai suatu sumber yang bersifat emosi dan informasi atau pendampingan yang diberikan ke seseorang dari orang orang disekitarnya untuk menyelesaikan masalah serta kondisi yang terjadi pada kehidupan seseorang tersebut. Maka, dapat disimpulkan bahwa dukungan relasional atau dukungan sosial adalah 19 dukungan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial akrab dengan individu yang menerima bantuan. Bentuk dukungan ini bisa dalam wujud informasi, tingkah laku terhadap sikap tertentu, ataupun materi yang dapat menjadikan individu penerima dukungan merasa disayangi, diperhatikan dan benilai (Hetty dan Hani, 2013). 2.1.6 Niat berwirausaha Wirausaha adalah praktik dari memulai sebuah organisasi baru, lebih jelasnya bisnis baru yang umumnya dalam rangka memberi rangsangan terhadap kesempatan yang ada. Kewirausahaan didefinisikan sebagai tingkah laku mengambil risiko yang dilakukan demi keuntungan di masa depan serta meraih keamandirian dan control diri (Parker, 2004). Definisi kreatif dan fungsional dari kewirausahaan diartikan sebagai tindakan kreatif manusia yang memberikan nilai dari sesuatu yang awalnya tak bernilai. Kewirausahaan adalah usaha mengejar peluang terlepas dari sumber daya maupun kekurangan sumber daya di tangan (Uddin dan Bose, 2012). Kewirausahaan identik dengan kemampuan seseorang yang kreatif, inovatif, berani menanggung risiko serta selalu mencari peluang melalui potensi yang dimilikinya (Suryana 2013:11). Niat adalah keinginan tertentu seseorang untuk melakukan suatu atau beberapa tindakan, itu merupakan hasil dari pikiran sadar yang mengarahkan tingkah laku seseorang (Parker, 2004). Niat adalah ketertarikan atau minat seseorang pada objek partikuler atau objek tertentu (Sari et al., 2015). Niat memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan karena menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan 20 diinginkan seseorang dengan tindakan tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa niat adalah kesungguhan seseorang melakukan tindakan atau prilaku (Wijaya, 2008). Niat berwirausaha adalah niat invividu untuk menciptakan usaha atas dasar penerapan konsep bisnis yang belum ada dengan sesuatu yang baru (Hetty dan Hani, 2013). Niat berwirausaha mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan masalah utama yang perlu diperhatikan dalam memahami proses wirausaha (Krueger, 1993). Jika disederhanakan, maka Niat berwirausaha adalah ketertarikan atau minat terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kewirausahaan (Sari et al., 2015). Fini et al (2009) mempunyai pandangan bahwa Niat berwirausaha sebagai representasi kognitif dari tindakan untuk diimplementasikan oleh seseorang baik untuk membuat sebuah usaha baru yang mandiri ataupun menciptakan nilai baru dari perusahaan yang sudah ada atau sudah didirikan sebelumnya. Minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan risiko yang akan terjadi, serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami (Agustina dan Sularto, 2011). 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh academic support terhadap niat berwirausaha mahasiswa Academic support atau dukungan akademis merupakan faktor kontekstual yang bisa disebut juga sebagai dukungan edukasional dan dukungan universitas karena pada beberapa penelitian terdapat pengertian yang sama hanya berbeda 21 penyebutan saja. Studi menunjukkan bahwa jika universitas menyediakan pengetahuan serta inspirasi yang memadai tentang wirausaha, kemungkinan dari pemilihan karir sebagai wirausaha akan meningkat pada mahasiswa, jelas terlihat bahwa hasil ini memastikan peran kunci dari pendidikan atau akademis dalam usaha mengembangkan niat berwirausaha (Gerald dan Saleh, 2011). Studi pada mahasiswa di Kenya menunjukkan kontribusi yang positif dari dukungan akademis terhadap niat berwirausaha mahasiswa di Kenya (Amos dan Alex, 2014). Sedangkan pada penelitian oleh Azwar (2013) pada mahasiswa di Riau menunjukkan bahwa dukungan akademis berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa pada kajian penelitiannya. Dari pemaparan beberapa penelitian diatas, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut: : Academic support berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. 2.2.2 Pengaruh structural support terhadap niat berwirausaha mahasiswa Structural support atau dukungan structural disebut juga dengan enviromental support, yaitu faktor struktural atau lingkungan yang mendukung untuk mencapai suatu tujuan meliputi infrastruktur fisik, non fisik maupun keuangan. Hubungan yang positif dan signifikan ditunjukkan oleh structural support terhadap Niat berwirausaha, ini berarti saat inisiatif, insentif dan fasilitas tersedia maka mahasiswa akan mengembangkan niat untuk memulai usaha mereka sendiri (Denanyoh et al., 2015). 22 Maria dan Taufik (2014) pada penelitiannya pada mahasiswa perguruan tinggi swasta di Bandar Lampung mendapati bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan enviromental support atau structural support terhadap Minat Wirausaha. Jelas bahwa mendorong kewiraushaan membutuhkan dukungan komprehensif termasuk kerjasama dari semua sektor di masyarakat, penelitian menunjukkan bahwa dukungan struktural atau structural support memengaruhi niat berwirausaha mahasiswa (Turker dan Selcuk, 2008). Dari penelitian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis. : Structural support berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. 2.2.3 Pengaruh relational support terhadap niat berwirausaha mahasiswa Relational support atau dukungan relasional juga disebut sebagai social support pada beberapa penelitian, namun tetap memiliki definisi yang sama. Studi pada mahasiswa di Iran menunjukkan hasil positif dan signifikan antara ocial support dengan niat berwirausaha (Shiri et al., 2012). Hasil positif dan signifikan juga ditunjukkan social support terhadap Niat berwirausaha pada mahasiswa di Salatiga, dorongan dari unsur lingkungan sosial seperti motivasi dari teman dekat, orang yang dianggap penting serta keluarga ternyata terbukti secara positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa (Suharti dan Sirine, 2011). Ditemukan bahwa dukungan relasional berhubungan langsung serta signifikan dengan Niat berwirausaha untuk memulai sebuah usaha baru (Karimi et al., 2011). Namun, pada penelitian di Iran pada setahun sebelum Shiri melakukan penelitian, terdapat hasil bahwa informal network atau relational support tidak 23 berpengaruh terhadap Niat berwirausaha (Gerald dan Saleh, 2011). Maka, dapat ditarik hipotesis dari penelitian-penelitian tersebut: : Relational support berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. 2.3 Model Penelitian Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan, maka didapat model penelitian sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Penelitian 24