FIKIH IBADAH M. Jandra Makna Ibadah Kesempurnaan Islam seseorang adalah sejauh cocoknya amal perbuatannya dengan iman yang dikandung dalam kalbunya. tujuannya untuk mencari keridhaan Allah. Ibadah manusia adalah menyerah mutlak kepada Allah swt. Semua yang dilakukan oleh "hamba" dalam garis ketaatan terhadap “Yang Disembah” adalah "Ibadah". Contoh, apabila seseorang sedang bercakap-cakap dengan orang lain, kemudian dia dengan imannya menjauhkan diri dari "bohong" , maka dia telah mencoba mencocokkan perbuatannya itu dengan ridha Allah, dan ini adalah "ibadah". Sekalipun seluruh “perbuatan itu” adalah bersifat "duniawi". Pedoman umumnya, ialah "Memberikan hak kepada yang berhak" atau mendudukkan segala sesuatu pada proporsinya yang sebenarnya. Itulah ibadah. Oleh sebab itu seseorang akan bisa memasukkan semua amalnya sebagai "ibadah" tergantung kepada Niyat baik di dalam hatinya, lawannya hanya satu ialah "ma'syiat", ialah semua perbuatan yang disengajakan untuk menentang ridha dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu 'Ibadah mempunyai dua arti yaitu 'ibadah formal (mahdhah dan 'ibadah informal) 1. lbadah formal ialah seperti yang terdapat dalam rukun Islam ditambah Thaharah. 2. Ibadah informal ialah setiap aktipitas muslim di dalam memenuhi hajat hidup dan kewajiban-kewajban lainnya dalam rangka mencari ridha Allah swt. Bila dalam pribadi terpampang tiga hal yang besar, yakni Iman - Amal dan Ilmu, maka ketiga kebesaran yang dimiliki itu, berporos kepada Ibadah. Iman sebagai poros pertama, adalah berfungsi akan mendudukkan manusia muslim dalam proporsi sebagai manusia yang mengenal dengan baik "Siapa Tuhan yang patut Disembah", hanya Allah swt., tidak ada perantara. Amal disini disifati dengan shalih, karena perbuatan-perbuatan itu berpangkal pada "persesuaian" dengan ridha Allah swt. Amal shalih, adalah perbuatan-perbuatan pilihan yang hanya akan memberikan keuntungan-keuntungan kepada manusia banyak. Shalih sendiri sebagai bahasa Arab berarti "sehat". Perbuatan sehat dalam ukuran mental, ukuran hati nurani manusia, ukuran fithrah, ukuran hukum alam yang sudah dikenal oleh manusia sendiri. Iman dan amal shalih karenanya tidak mungkin dipisahpisahkan. Sebab, “shalih atau sehat” tidak mungkin terjadi bilamana seseorang kosong dari iman atau malahan menjadi musuhnya faktor iman. Ibadah Kebutuhan Asasi Manusia. Manusia diciptakan untuk mengabdikan dirinya “ibadah” kepada Allah. Ini berarti bahwa keinginan, atau kebutuhan-mengabdi ini sudah merupakan kebutuhan-asasi (innate desire) bagi setiap manusia. Jika tidak dilakukannya akan menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Penyakit stress, yang semakin menjalar di kalangan manusia yang sibuk sekarang ini adalah karena mereka telah melalaikan pemenuhan kebutuhan-dasar ini. Manusia yang tidak menghayati dan melaksanakan ibadah ini akan hidup dalam perasaan yang penuh kegundahgulanaan (frustrasi) Ibarat sebuah kapal pengangkut barang (kargoship) yang kosong maka akan oleng dan mudah tertelungkup. Sifat manusia yang hidupnya penuh frustrasi bagai kapal yang oleng itu ialah disebabkan 2 proses kejadian manusia yang sejak awal penuh dengan ketidak pastian. Mari kita pelajari proses kejadian manusia. Kejadian manusia dan ketidakpastian dlm hidupnya. Setiap manusia diciptakan Allah SWT melalui suatu proses yang sangat runut; 9 bulan 10 hari sebelum dilahirkan setiap manusia sudah mengalami perjuangan hidup-atau-mati yang sangat mengerikan. Ketika itu telah terjadi persetubuhan antara sepasang suami isteri, si suami rnenyemburkan kira2 250juta spermatozoa - yang sangat halus, namun telah diperlengkapi Allah dengan gene yang mengandung sifat-sifat dan bakat kedalam pipa vagina istrinya. Dari pipa vagina ini sperma yang banyak ini mulai berenang menuju pangkal rahim untuk memperebutkan satu-satunya ovum (telur) yang menunggu di dalam tabung faloppian pada pangkal rahim itu. Dari ilmu teori kemungkinan ini berarti, bahwa kemungkinan setiap kita akan hidup pada saat ayah dan bunda kita bersenggama ialah satu per250 juta saja, yang dalam ilmu pasti biasanya bilangan sekecil ini disamakan dengan nol Andai kata kita terlambat barang seper100detik saja dalam memasuki ovum ketika itu, maka bukan kita yang hadir di muka bumi ini. Hal inilah yang menyebabkan setiap manusia merasakan dirinya tidak pasti dan tidak pernah puas akan wujud dirinya, sehingga setiap manusia merasa sangat ingin dipuji dan diakui wujud dirinya. Manifestasi dari rasa ketidakpastian ini ialah sikap yang mudah terlalu sedih dan putus asa jika mendapat kerugian atau kemalangan, dan sebaliknya mudah berbangga dan, menepuk dada jika mendapat keuntungan, sebagaimana diterangkan dalam Al- Qur'an 70:19 - 24) ِ ) إِالَّ الخم21( ًاْلي ر منوعا ِ ِ ِ ني ُ َ ُ ) َوإِ َذا َم َّسهُ خَخ20( ً) إِ َذا َم َّسهُ الشَُّّر َج ُزوعا19( ًنسا َن ُخل َق َهلُوعا َ صل َ ُ َ إ َّن اإل ِ َّ ِ ِِ ) الَّ ِذين هم علَى22( 24ين ِِف أ خَم َواِلِِ خم َح ٌّق َم خعلُوم َ َ َ ُخ َ ) َوالذ23( صالِت خم َدائ ُمو َن 'Sesungguhnya manusia itu (proses kejadiannya membuatnya) berwatak cemas jika mendapat kemalangan berputus asa; jika beruntung segera (menepuk dada babangga diri; kecuali mereka yang shalat; yang memelihara shalatnya tetap langgeng dan yang mengaku di dalam harta yang dipunyainya ada hak orang lain;yang menminta atau tidak. " Fungsi sholat Ayat-ayat Allah ini menegaskan kenyataan yang diterangkan di atas serta mengecualikan mereka yang memelihara shalatnya dengan konsisten. Jadi shalat bagi setiap manusia merupakan stabilisator bagi jalan hidupnya. Shalat secara teratur dan tetap akan menimbulkan di dalam diri seseorang rasa-dekat dengan Maha Pencipta (taqarrub ila Allah}, karena di dalam shalat itu kita dididik untuk merasakan, bahwa Allah yang telah menciptakan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Pemurah, disamping Maha Besar dan Maha Agung. Sifat-sifat Allah yang terus-menerus kita ulang~sebut dalam shalat ini akan mengendap ke dalam bawah-sadar kita. Memory tentang sifat-sifat Allah yang mengendap ke dalam bawah sadar itu akan mempengaruhi paling sedikit 60 persen dari perilaku seseorang sehari-hari. Di samping itu, mereka yang tetap memelihara pelaksanaan shalatnya secara konsisten pastilah memiliki sikap tawhid yang kuat. Adapun mereka yang belum atau tidak suka memenuhi kebutuhan shalat ini akan mengalami ketegangan jiwa karena roh nya mengalami kelaparan rohani (spiritual-hunger) terus menerus disebabkan oleh rasa tidak pasti diri akibat perjuangan "to be or not to be' yang telah dialaminya sejak ia berbentuk spermatozoa tadi. Itulah sebabnya maka Allah memperingatkan manusia agar sesekali merenungkan peristiwa ini sebagaimana difirmankanNya: 3 ِ هل أَتَى علَى ا ِإلنس ِ ِ ِ ان ِحني ِم َن الد خ نسا َن ِم خن نُطخ َفة أ خَم َشاج َ َخ َ ) إ َّّن َخلَ خقنَا اإل1( ًَّهر َلخ يَ ُك خن َشخيئاً َم خذ ُكورا َ ِ نَب تَلِ ِيه فَجع خلنَاه ََِسيعاً ب 2( ًصريا خ ُ ََ َ ِArtinya: Bukankah telah berlalu bagi manusia suatu masa ketika ia tidak pernah disebut-sebut, sesungguhnya kami telah ciptakan manusia itu dari setetes cairan yang bercampur maka agar Kami dapat mentestnya, Kami anugerahi dia dengan pendengaran dan penglihatan. (QS.76:1-2) Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa shalat serta segala pengabdian kepada Allah dalam bentuk 'amal shaleh demi mencari ridhaNya itu lebih merupakan kebutuhan dari setiap rnanusia dari pada suatu kewajiban. Oleh karena itu pulalah maka Rasulullah sampai berkata bahwa shalat itulah pemisah antara seorang Muslim dengan kekufuran Dalam kesempatan lain Rasullullah juga bersabda; Shalat itu tiang agama barang siapa menegakkannya sesunggahnya mrnegakkan agamanya barangsiapa melalaikannya sesungguhnya telah menghancurkan agamanya (hadith) Jika shalat diwajibkan Allah bagi mereka yang beriman tiada lain oleh karena kasih sayang Allah kepada hamba-harnbaNya. Kebutuhan hati manusia untuk beribadah itu dapat diumpamakan seperti kapal barang yang ingin diisi sepenuhnya agar tidak oleng tadi Namun bedanya yang sangat menyolok ialah besar volumenya. Bukankah pepatah mengatakan bahwa: Sedalam-dalam laut dapat diduga namun dalamnya hati manusia tidak terkira (alias infinitum); seluas-luasnya laut ada pantainya luasnya hati manusia tidak mengenal tepi. Jika dalamnya dan luasnya infinitum maka volumenya pun infinitum pula sehingga kebutuhan hati manusia tidak mungkin akan terpenuhi kecuali jika diisi dengan sesuatu yang infinitum pula. Itulah dia pengabdian kepada Yang Maha Besar Allah SWT. Sebelum manusia memenuhi kebutuhan asasinya yang takberhingga ini manusia tak akan pernah dapat hidup mantap tepat seperti kapal barang yang kosong ia akan tetap oleng dan rnudah terlelungkup. DUA MACAM KEWAJIBAN MANUSIA. 1. Fardlu ‘Ain Fardhu ain ialah kewajiban pribadi yang wajib dilaksanakan oleh setiap pribadi secara sendiri dan tidak boleh diwakilkan kepada siapapun contohnya ialah semua ibadah mahdhah seperti shalat puasa zakat dan naik haji. Maka fardhu ain seratus persen merupakan kewajiban peribadi yang sama untuk setiap manusia tanpa kecuali. Fardlu ‘ain ini tak mungkin dan tak boleh diwakilkan kepada siapapun sedangkan akibatnya nanti akan dirassakan manusia di akhirat ketika manusia sudah meninggal Di Jakarta banyak Santri gadungan yang setiap tahun menawarkan naik haji yang diwakilkan kepadanya. Ini pasti tidak shah dan berlawanan dengan hukum Allah yang sebenarnya namun banyak orang yang tertipu. AIQuran tegas menerangkan bahwa kewajiban yang bersifat ukhrawi ini tak mungkin diwakilkan. ِ ) وأَ خن لَيس لِ ِإلنس38( أَالَّ تَ ِزر وا ِزرة ِوخزر أُخرى )39( ان إِالَّ َما َس َعى َُ َ َ َ خ َ َ َ خ Yaitu. tidak akan ada orang yang memikul beban orang lain; tidak akan ada sesuatu bagi seseorang kecuali apa yang telah diusahakannya sendiri. (QS. 53:38- 39} 2. Fardlu Kifayah 4 Di sini ayat berbicara kepada manusia sebagai suatu kesatuan masyarakat comunitas, yang satu terkait dengan yang lain saling mempengaruhi dan membutuhkan., contohnya : ِ َّ َن ِ َّ َّ ص ِ ِ ِ يد الخعِ َق َّ اصةً َو خاعلَ ُموا أ اب َّ ين ظَلَ ُموا ِمخن ُك خم َخ ُ اَّللَ َشد َ َُواتَّ ُقوا فخت نَةً ال ت َ يَب الذ ِArtinya: Ber-taqwa (siap siaga)-lah kamu akan suatu fitnah (bencana) yang akan menimpa bukan hanya mereka yang zhalim saja, ketahuilah, bahwa hukuman Allah itu sangatlah pedihnya. " (Q. & 25) Berdasarkan ayat tersebut dapatlah di definisikan fardhu kifayah itu sebagai berikut; Fardhu kifayah adalah kewajiban bersama yang diwajibkan di atas seluruh masyarakat, namun jika ada beberapa oang sudah sanggup melaksanakannya dengan baik dan sempurna maka yang lain akan terlepas dari kewajiban tersebut. Sebagai seorang muslim tidak mempertentangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat setiap Muslim sudah terlatih untuk merasakan kepentingan pribadi dan masyarakat adalah saling melengkapi. Islam adalah agama jamaah untuk mendidik manusia hidup bermasyarakat. Kenyataan mernbuktikan, bahwa di mana saja ada orang Muslim di dunia ini baik ditimur maupun di Barat mereka akan berkumpul akan rnembentuk suatu jama'ah. Sekarang ini kita dapati hampir di seluruh dunia telah terbentuk masyarakat Islam. Di Inggris saja sekarang ini telah berdiri lebih dari 2000 mesjid dan pengaruhnya kepada penduduk asli merambat dengan cepat. Dalam beberapa situasi umat Islam telah membeli gereja yang ditinggalkan oleh jemaat mereka dan merubah fungsi gereja menjadi mesjid. Kejadian ini sudah biasa berlaku di negeri-negeri Barat, Australia, Amerika Serikat, bahkan akhir-akhir ini pemerintahan Perancis merasa malu sehingga memerintahkan agar gereja tidak lagi dijual dan diubah menjadi mesjid sentimen anti Islam juga meruak mereka lebih suka bekas gereja dijadikan tempat disco dan lain-lain asal jangan jadi mesjid. Thaharah (Bersuci) Thaharah (Bersuci) yang diperintahkan ialah wudhu (mengambil air sholat), ghusl (mandi) dan membersihkan najis dari badan dan pakaian. Shalat yang menjadi inti ibadah dan tiang Islam itu, baru sah untuk dkerjakan manakala bersuci itu minimal wudhu atau ghusl dan membersihkan najis dari badan/pakaian – telah pula dilaksanakan sesuai dengan kaifiah hokum thaharah. Dasar hukum thaharah disebut dalam Qur’an, antara lain : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, hendaklah cuci mukamu, kedua tanganmu sampai dua siku dan sapulah kepalamu dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki; dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari buang air (kakusj atau menyentuh perempuan (bersanggama), lalu kamu tidak memperoleh air maka bertayammumlah dengan tanah yang bersih, sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.”1) "Bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah segala kotoran”3) Bersuci dan Jenisnya I. Mensucikan Badan Hadas adalah kondisi seseorang dalam keadaan kotor jadi abstrak sifatnya sedangkan najis adalah benda kongkrit yang ditetapkan sebagai kotor atau najis 1) 3) Al-Maidah (5) : 6. Al-Muddatstsir (74) : 4-5. 5 1) Bersuci dari hadats kecil caranya dengan mengerjakan wudhu atau tayammum. 2) Bersuci dari hadats besar dengan cara gusl (mandi) atau dengan tayammum bila seseorang tidak memperoleh air atau tidak dapat memakai air, lantaran sesuatu hal. Tayammum adalah suatu rukhshah (keringanan) dalam Hukum Islam, sebagai pengganti wudhu dan mandi karena sesuatu halangan (udzur). 3) Istinja. Istinja’ artinya bersuci sesudah keluar kotoran (kemih atau tahi) daripada salahsatu dari dua pintu, yaitu dengan cara menggunakan air atau dengan tiga buah batu, apabila tidak terdapat air. 4) Membersihkan badan dari segala kotoran dan najis yang melekat, seperti darah, nanah, tahi, kemih dan lain-lain. 5) Sunnah yang berhubungan dengan kebersihan jasmani (untuk kesehatan badan sendiri dan menghindarkan rasa jijik orang-orang lain dalam pergaulan. Segi ini ialah: membersihkan mulut, menyikat gigi, mandi memakai sabun, berkhitan (circumcisio), mencukur bulu genitalia, menggunting kumis, mencabut bulu ketiak, mengerat kuku, menyisir rambut dan memakai harum-haruman. Sabda Rasulullah s.a.w.: "Kalau tidaklah akan menyusahkan ummatku akan sayasuruh mereka bersugi (menyikat gigi) pada tiap-tiap wudhu.4) Nabi juga memerintahkan ummatnya untuk selalu memelihara dan memuliakan rambutnya: "Barangsiapa yang berambut, haruslah 8) memelihara/memuliakan rambut itu,” II. Mensucikan pakaian, bejana dan mesjid 1. Membersihkan pakaian daripada najis dan kotoran. Syarat sah shalat ialah memakai pakaian dan tempat sujud yang suci dari najis dan kotoran-kotoran. Dan sangat dianjurkan selalu memakai pakaian rapi, bersih dari daki-daki dan kotoran dimana saja berada. Rasulullah pernah menegur seorang laki-laki yang pakaiannya kotor tidak terawat: “Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk mencuci rambutnya?”10) 2. Air yang menjadi alat dasar untuk bersuci harus pula dengan air yang suci lagi mensucikan. Air yang demikian itu boleh diminum dan boleh untuk thaharah, yaitu: air yang jatuh dari langit atau air yang terbit dari bumi seperti: air hujan, air laut air sumur, air es, air embun dan air yang keluar dari mata-air. 3. Membersihkan bejana-bejana, alat-alat dapur dan tempat-tempat makan/minum karena bersentuh dengan benda-benda najis. Apabila bejana-bejana dan alat-alat tersebut menjadi cemar karena dijilat anjing atau babi harus dicuci 7 kali dengan air yang suci lagi mensucikan, dan sekurang-kurangnya satu kali dari tujuh itu dicampur dengan pasir (tanah). Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Bersihkanlah bejana kamu apabila dijilat anjing, bahwa mencucinya tujuh kali dengan air, air pertama hendaknya dicampur dengan tanah.”11) 4. Bejana-bejana dari piring, mangkok, belanga bekas dari tempat daging babi, atau khamar (anggur) harus dibersihkan dan dicuci lebih dahulu, maka baru boleh dipergunakan oleh orang muslim untuk tempat makan atau minum. Hadits Riwayat, Malik, Syafi’, Al-Baihaqy dan Al-Hakim. Hadits Riwayat Abu Dawud 10) Hadits riwayat Abu Dawud 11) Hadits Riwayat Muslim 4) 8) 6 5. Mesjid yang kecemaran oleh najis anjing, harus dibersihkan dan dicuci dengan air yang bersih. III. Mensucikan rumah dan pekarangan Manusia Muslim selalu diperintahkan oleh agamanya untuk selalu menjaga kerapian menggunakan wangi-wangian, kebersihan rumah dan pekarangan. Sabda Rasulullah s.a.w.: “Bahwasanya Allah itu baik dan wangi. Dia menyukai kebaikan dan kewangian. Bahwasanya Allah itu bersih lagi baik, menyukai kebersihan dan kebaikan. Bahwasanya Allah itu sangat murah tangannya, menyukai kemurahan. Karena itu bersihkanlah halaman-halaman rumahmu. Jangan kamu menyerupai orang-orang Yahudi. Mereka mengumpulkan tahi-tahi binatang di rumah-rumah mereka.”12) IV. Mensucikan jiwa dan tingkah laku Kebersihan Rohani dan kesucian laku perbuatan, adalah dua hal yang selalu dituntut oleh Islam. Kesucian jiwa itu dimulai dari tauhid, yaitu jiwa yang suci dari kepercayaan syirik dengan segala macam bentuknya. Disusul dengan sikap mental yang tinggi, yaitu niat yang ikhlas, perasaan yang kudus, pikiran yang kreatif, himmah yang kuat dan cita-cita yang luhur. Sebaliknya Islam menentang mental munafiq, riya (puji diri), ananiya (egoisme) dan jiwa curang. Pendidikan kesucian rohani ditunjukkan caranya oleh Qur'an dengan jalan selalu mengjngat (zikir) kepada Tuhan. Sedang zikir pada Tuhan yang paling baik ialah dengan shalat, dan ialah yang paling baik memberikan ketenangan jiwa bagi manusia. Allah s.w.t. berfirman: "Dan tegakkanlah shalat untuk dzikir (mengingat) kepadaKu.”13) "Ketahuilah bahwa dengan dzikir pada Allah itu, semua hati menjadi enteram.”14) Mensucikan tingkah-laku dimulai dari membersihkan hidup dari perbuatanperbuatan bid’ah dan khurafat. Artinya setiap muslim harus hidup sesuai dengan Sunnah Rasulullah, khususnya dalam bidang 'ubudiyah. Dan dalam keseluruhan hidupnya harus menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, sehingga seorang muslim menjadi “uswatun hasanah” (teladan paling baik) bagi manusia. Empat jenis bersuci yang telah dibahas di atas, menunjukkan bahwa Islam menghendaki agar manusia hidup secara suci, lahir, suci batin ; suci aqidah, suci ibadah dan suci muamalah. Firman Allah s.w.t. :"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang bertobat (suci aqidah dan jiwa) dan Dia mencintai orang-orang yang suci (bersih badan, pakaian, rumah dan pekarangan).”15) Najis Najis ada beberapa macam: 1.Bangkai. Tapi mayat manusia, bangkai ikan dan belalang adalah suci. Kategori bangkai termasuk juga pada binatang yang mati tidak menurut hukum Islam. Kemudian kulitnya menjadi suci sesudah disamak. 2.Darah dan nanah. Segala macam darah adalah najis. Begitu pula nanah baik yang cair maupun yang kental. 3.Anjing dan babi. 12) Hadits Riwayat Al-Bazzar Thaaha (20) : 14 14) Ar-Raad (13) : 28 15) Al-Baqarah (2) : 222 13) 7 4.Segala benda cair yang keluar dari dua pintu yang berasal dari makhluk hidup. Seperti tahi, air kemih dan madzi (benda cair yang keluar dari genitalia ketika timbul syahwat). Adapun air mani (sperma) manusia, sebagian ulama berpendapat suci. 5.Segala macam minuman yang memabukkan. Kalau arak telah berubah menjadi cuka (asam) maka tidak lagi najis. 6.Bagian binatang yang diambil dari tubuhnya semasih hidup. la disamakan dengan bangkai binatang. Syahadat Ikrar syahadat adalah pengejawantahan "kepribadian muslim" yang sebenarnya, sebab dia tidak mau "menyembah" apapun selain "Allah", tiada Tuhan selain Allah, dan ini kesaksiannya yang sebenarnya. Kesaksian selanjutnya ialah "Muhammad Rasulullah". Muhammad saw. sebagai utusan bukan Tuhan. Syahadat berarti sekaligus sebagai sikap untuk menjaga kemurnian agama dalam kalbu setiap insan, tidak lagi mencampur-campur agama dengan kemusyrikan, mencampur agama dengan keinkaran terhadap agama sendiri, tetapi mendudukkan setiap sesuatu dalam proporsi yang seharusnya. Menegakkan syahadat dalam masyarakat, berarti menegakkan "terjaganya kemurnian Islam" dalam kehidupan masyarakat. Syahadat yang benar tidak mungkin akan membawa kepada penyembahan kubur, penyembahan pohon-pohon tua, gunung dan sebagainya. Dan menjaga Islam yang murni ini adalah kewajiban bagi setiap insan muslim. Ikrar syahadat akan diikuti dengan gerakan da’wah dengan tindak lisan maupun hati. Gairah akan agama selalu dibangkitkan oleh syahadat, yang diucapkan beberapa kali dalam sehari itu. Kehidupan tolong-menolong, nasehat-menasehati dan mengutamakan kesejahteraan umum daripada kepentingan sendiri, akan terpancar dari syahadat. Syahadat akan menjauhkan diri dari sifat hypocretis, sifat munafik, sifat yang tidak mau menegakkan kebenaran hanya karena kepentingan dirinya terhalang. Disini perjuangan Islam menjadi unsur mutlak dalam pribadi muslim. Jihad tidak berarti mesti perang. Islam menyukai perdamaian dalam tubuh masyarakat. Islam tidak ingin menang sendiri. Jihad, yang berarti perang fisik malahan dalam klassifikasi yang diberikan Nabi Muhammad saw., hanya sebagai perang kecil. Yang terbesar adalah peperangan manusia melawan penyakit dalam tubuhnya sendiri. Apa yang dinamakan kejelekan, yang difocuskan oleh Islam sebagai syaitan dan iblis, harus diperangi. Inilah jihad besar. Shalat Firman Allah s.w.t.: "Dirikanlah shalat itu! Sesungguhnya shalat itu diwajibkan untuk melakukannya pada waktunya atas sekalian orang mukmin.”20) Shalat Jum’at terdiri dari dua raka’at, didahului oleh dua khutbah yang berisi nasehat-nasehat pendidikan dan takwa kepada Tuhan, dilakukan secara berjamaah. "Wahai manusia beriman, apabila kamu diseru untuk shalat (mendengar azan) pada hari Jum'at, maka hendaklah kamu segera mengingat Allah (shalat Jum'at), dan tinggalkanlah jual-beli.”21) 20) 21) An-Nisa’ (4) : 103 Al-Jumu’ah (62) : 9 8 Maka seorang muslim yang rajin, tentu dia banyak melakukan shalat. Shalat yang wajib sebanyak lima kali sehari semalam, dan yang sunnat jumlahnya lebih banyak lagi. Sehingga nampaklah bahwa ibadah yang paling menonjol dalam kehidupan seorang muslim ialah shalat itu. Nilai-nilai dan daya-guna yang terkandung dalam sholat Untuk memelihara iman, memperbaharui dan meningkatkannya, ibadah shalat itulah yang berperanan. Bacaan-bacaan dalam shalat adalah ucapan-ucapan yang bersangkut-paut dengan iman kepada Allah dan kepada apa yang diwajibkannya kepada kita. Seperti arti logat shalat adalah “do’a”, maka memang sebagian besar dari ucapanucapan dalam bacaan shalat mengandung do’a. Do’a untuk memohon hidayah dan petunjuk agar perjalanan hidup kita sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat. Begitulah makna yang terdapat dalam bacaan do’a iftitah (bacaan mukaddimah shalat}; dan Surah Al-Fatihah, surah yang wajib dibaca waktu melakukan shalat; dan bacaan Tasyahhud (Tahiyat), bacaan akhir shalat. Maka manusia yang shalatnya baik, adalah manusia yang tinggi kadar imannya dan selalu mendapat hidayah dan taufiq Allah s.w.t. Shalat dan Kesucian Rohani-Jasmani Sholat berfungsi sebagai stabilisator kehidupan. Shalat adalah pekerjaan hamba yang beriman dalam situasi menghadapkan wajah dan sukmanya kepada Zat yang Maha Suci. Maka manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan kontinu, menjadi alat pendidikan rohani manusia yang effektif, memperbaharui dan memelihara jiwa serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Makin banyak shalat itu dilakukan dengan kesadaran bukan dengan paksaan dan tekanan apapun, berarti sebanyak itu rohani dan jasmani dilatih berhadapan dengan Zat Yang Maha Suci. Efeknya membawa kepada Kesucian rohani daa jasmani. Kesucian rohani dan jasmani akan memancarkan akhlak yang mulia, sikap hidup yang dinamis penuh amal shalih. Sebaliknya akan terhindar dari berbagai perbuatan dosa jahat dan keji. Allah s.w.t. berfirman : "Dan tegakkanlah shalat, karena shalat itu mencegah diri dari perbuatan keji dan jahat.”22) "Sesungguhnya manusia dijadikan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kerugian ia mengeluh. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia menjadi kikir, kecuali mereka yang mendirikan shalat Yaitu mereka yang melakukan shalat dengan tetap."23) Ditinjau dari segi disiplin shalat merupakan pendidikan positif menjadikan manusia dan masyarakatnya hidup teratur. Dengan kewajiban shalat sebanyak lima kali dalam 24 jam, seorang muslim tentu seorang yang selalu memperhatikan perjalanan masa dan selalu sadar tentang peredaran waktu. Kesadaran tentang waktu akan membawa hidup yang teratur dan hidup yang penuh manfaat. Keterbelakangan masyarakat adalah akibat belum lagi memiliki kesadaran waktu. Waktu terlalu banyak dihambur-hamburkan tanpa disadari, tidak ada suatu pertemuan yang dibuka tepat pada waktunya menurut undangan, lebih banyak waktu digunakan untuk santai, mengobrol dan menganggur daripada waktu yang digunakan untuk bekerja dan beramal. Filosuf Ibnu Sina (980-1037) yang dikenal di negeri Barat dengan nama Avecenna berdo’a: “Tuhanku, berikanlah kepadaku hidup walaupun hidup itu tidak panjang, akan tetapi hidup itu penuh arti dan manfaat.” Dia hidup di dunia hanya dengan usia 57 tahun, tetapi dengan karya-karya dan buah fikirannya dia telah 22) 23) Al-Ankabut (29) : (45) Al-Ma’arij (70) : 19-23 9 berjasa memimpin ilmu dan rohaniah manusia selama berabad-abad walaupun tulangbelulangnya telah hancur dalam tanah. Shalat dan Pembinaan Ummat Dalam pelaksanaan shalat, sangat dianjurkan melakukannya dengan berjama'ah. Dua puluh tujuh lipat pahala dan keutamaan mereka yang shalatnya berjama'ah daripada shalat sendirian.28) Bahkan berjama’ah diwajibkan melaksanakannya sekali se-Jum’at yaitu Shalat Jum’at. Islam mendidik pemeluk-pemeluknya bergaul, bermasyarakat, mempertebal ikatan ukhuwah Isiamiyah, persaudaraan antar muslim. Untuk melaksanakan jama’ah perlu tempat. Sebab itu mesjid wajib dibangun. Sistem jama’ah di mesjid mengandung seribu satu nilai-nilai yang penting. la mendidik manusia menumbuhkan solidaritet sosial yang kuat dan ajaran persamaan antar manusia. Anggota-anggota jama’ah duduk dalam satu barisan. Yang miskin berdampingan dengan yang kaya dan rakyat biasa bersisihkan dengan pembesar-pembesar, tak ada tempat yang diistimewakan. Semuanya sama-sama melakukan gerakan-gerakan yang serupa dan seirama. Fungsi mesjid bukan hanya sekedar tempat shalat. Mesjid digunakan sebagai pusat pembinaan jama’ah dan kekuatan ummat. Mesjid merupakan gedung pertemuan untuk bermusyawarah tentang berbagai masalah yang sama-sama mereka hadapi. Kalau sistem jama'ah itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka ummat Islam tidak akan seperti keadaannya sekarang ini yang mengalami kelemahan dalam berbagai bidang. Dengan kewajiban shalat lima-waktu, hendak-nya ummat Islam memulai hidupnya di mesjid, kemudian menutup kegiatan hidupnya dengan shalat Isya di mesjid pula. Dengan kewajiban shalat Jum'at sekali dalam sejum'at, maka mimbar Jum'at dapat diintensifkan menjadi mimbar penggembelengan untuk menyusun jama'ah muslimin yang bertenaga jiwa tauhid. Hanya saja sangat disayangkan, bahwa sementara dari beberapa mesjid tidak berjalan menurut funksinya. Para khatib bukannya membangunkan semangat jihad, tetapi sebaliknya mereka menyanyikan ninabobok kepada sidang Jum'at yang membuat mereka mengantuk. Jadi tujuan shalat ialah kebaikan dan kebahagiaan manusia sendiri di dunia dan di akhirat. Tepat pula isi panggilan azan yang selalu dikumandangkan oleh mu'azzin: "Mari mengerjakan shalat, mari kepada kemenangan!" Zakat Menurut bahasa, zakat berasal dari kata tazkiyah artinya mensucikan. Sebab itu menunaikan zakat berarti mensucikan harta benda dan diri pribadi. Dari arti ini, maka zakat maal (harta) berfunksi membersihkan harta-benda dari orang-orang yang berpunya, seperti firman Allah dalam Qur'an: "Ambillah dari harta-benda mereka zakat untuk membersihkan dan mensucikan mereka dengan zakat itu. "30) Menunaikan zakat adalah wajib atas ummat Islam yang mampu. Penunaian kewajiban itu dilakukan pada tiap-tiap tahun sebagai iuran kemanusiaan secara agama, dari orang-orang yang berada untuk menanggulangi kesulitan hidup serta mencukupkan hidupnya orang-orang yang tak berpunya. Dan negara dapat memaksa dengan hukum kekerasan supaya masing-masing orang yang berpunya menurut suatu nisab (ukuran minimal) yang sudah ditetapkan supaya membayar kewajiban zakatnya. Mereka yang mengakui sebagai suatu kewajiban tapi enggan untuk membayar zakat, dihukumkan 28) 30) Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim. At-Taubah (9) : 103. 10 kafir. Mereka dianggap memberontak kepada hukum agama. Karenanya mereka boleh diperangi sampai mereka patuh kembali, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar. Zakat hanya dikenakan kalau jumlah harta kekayaan sampai pada nilai tertentu, batas minimal (nisab), dari tiap-tiap jenis barang yang diwajibkan pemungutan zakat itu. Atau telah dimiliki oleh seseorang dalam tempo cukup setahun. Jadi adalah sangat berbeda dari arti, nilai dan pelaksanaan apa yang disebut pajak yang dilakukan dalam berbagai negara. Pada pokoknya ada 6 jenis harta yang harus dibayarkan zakatnya: 1.Harta kekayaan, namanya “zakatun nuqud”, ialah: emas, perak, uang dan cheque. 2.Barang-barang dagangan, namanya “zakatut-tijarah” ialah mengenai segala macam barang-barang perdagangan. 3.Binatang temak, namanya “zakatul an’am” ialah unta, sapi. kerbau, domba dan kambing. 4.Hasil pertanian, namanya “zakatuz-zira’ah” ialah gandum, beras. jagung dan lainnya. 5.Hasil perkebunan/buah-buahan, ialah anggur dan kurma. Tentang hasil perkebunan yang lain dan binatang ternak lain ditempatkan ke dalam masalah ijtihad baru yang akan mempunyai pembahasan tersendiri. 6.Hasil Usaha Zakat harta kekayaan (emas, perak, uang, cheque) dan barang-barang dagangan ialah 1/40-nya (2½ %). Standar yang dipakai ialah emas atau perak. Sedang batas minimal (nisab) emas 20 dinar atau 85 gram emas murni (24 karat), dan perak 200 dirham.31) Zakat pertanian dan perkebunan ialah 1/10-nya (10%), jika dihasilkan dengan air hujan atau air sungai. Tapi jika diairi dengan menggunakan alat-alat dan pembiayaan, maka zakatnya 1/20-nya (5%). Batas minimal (nisab)nya 300 sha’, sedang 1 sha’ adalah 2% kg. Jadi jumlahnya 750 kg. Zakat hasil usaha adalah sukuran emas 85 gram dengan kadar zakatnya 2,5%. Ternyata bahwa hasil pertanian dan perkebunan, zakatnya jauh lebih besar daripada zakat harta-benda lain-lainnya. Peraturan zakatnya dibayar 10% sampai 5%. Sedang zakat harta-benda lain-lainnya hanya berkisar 2½ %. Sistem ini memberikan arti bahwa Islam lebih mementingkan makanan daripada lainnya. Dan bagi fakir miskin, golongan tidak berpunya, adalah golongan yang selalu dihadapkan dengan persoalan makanan, lebih penting daripada kebutuhan emas, perak, kambing dan sebagainya. Kemudian dari arti kebutuhan ekonomis, manusia harus memenuhi kebutuhan pertamanya (primer) yaitu makanan, baru kemudian yang lain. Suatu prinsip dari ilmu ekonomi modern. Ada pun orang-orang yang berhak menerima zakat, adalah mereka yang telah ditetapkan Tuhan dalam Qur’an. Mereka itu delapan golongan: 31) Menurut perhitungan H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, hal. 198-199, emas 20 dinar = 93,6 gram; perak 200 dirham = 624 gram. Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashshidieqy, Al-Islam, hal. 533, emas 20 dinar = 96 gram; perak 200 dirham = 672 gram. Menurut Mu'tamar Tarjih Muhammadiyah ke-XX di Garut (18-23 April 1976) dalam masalah "Al-Amwaal fil Islam", menguatkan keputusan Tarjih yang bermu'tamar di Pencongan th. 1972, “Bahwa yang menjadi standar nisab zakat ialah: emas mumi (24 karat) dengan ukuran 85 gram.” 11 “Sesungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, miskin, pengurus zakat, orang yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan, orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang musafir, yang demikian ketentuan dari Allah.” 32) Keterangan ayat tersebut, sebagai berikut: 1. Golongan fakir (fuqara) yang terlantar dalam kehidupan karena ketiadaan alat dan syarat-syaratnya. 2. Golongan miskin (masakien) yang tidak berpunya apa-apa. 3. Golongan pengurus atau pegawai zakat (amiliena alaiha) yang bekerja untuk mengatur pemungutan dan pembagian zakat. 4. Golongan orang-orang yang dihibur hatinya (mu’allafati qulubuhum) yang memerlukan bantuan keuangan untuk mendekatkan hatinya kepada Islam. 5. Golongan fier-riqab, untuk pembebasan dan kemerdekaan bagi masing-masing diri atau individu, atau bagi sesuatu golongan atau sesuatu bangsa. 6. Golongan orang-orang yang terikat utang (gharimiena) yang tidak menyanggupi untuk membebaskan dirinya dari utang itu. 7. Golongan fie sabilillah untuk segala kepentingan umum, jihad dan da’wah Islam; baik bersifat individu maupun secara kollektif, atau untuk segala kepentingan pembangunan dalam masyarakat dan negara. 8. Golongan orang-orang yang terlantar dalam perjalanan sebagai musafir (ibnusabil) yang memerlukan bantuan perongkosan untuk kehidupan dan kediamannya dan untuk pulang ke daerah asalnya. Tentang siapa golongan fakir dan miskin itu, baiklah pula dikutip suatu pendapat dari apa yang ditulis oleh Syekh Husseinin Muhammad Mahluf, Ex Rektor Universitas Al-Azhar di Kairo (Mesir): “Yang dikatakan orang-orang fakir ialah orang yang mempunyai harta benda kurang dari hinggaan zakat, atau orang-orang yang sampai mempunyai hinggaan zakat tetapi ia dalam berhutang, atau dalam kebutuhan sangat untuk hidupnya.” “Orang-orang miskin, ialah orang-orang yang tidak mempunyai sesuatu juga, maka sudah tentu lebih sangat daripada orang fakir. Orang miskin itu boleh meminta untuk mendapat makanan yang perlu, pakaian yang perlu menutupi tubuh mereka, tetapi orang-orang fakir sebagai yang tersebut di atas maka mereka tidak dibolehkan buat meminta-minta.”33) Zakat yang telah disebutkan ialah zakat maliyah (harta benda). Selain dari kewajiban zakat tersebut, Islam menetapkan lagi iuran kemanusiaan secara agama, yang harus ditunaikan setiap akhir bulan Ramadhan.pada Hari Raya Fitrah yang dinamakan Zakat Fitrah (zakat badan). Setiap muslim yang hidup dibulan Ramadhan, kecil atau besar, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka, apabila ada kelebihan makanan orang-orang tersebut pada hari itu, wajib mengeluarkan bahan makanan sebanyak 1 sha’ (2½ kg) berupa beras, korma, jagung, atau harga dari jenis yang dizakatkan itu. Dibayarkan kepada orang-orang miskin melarat yang tidak berpunya, dimaksudkan agar pada Hari Raya ‘Idul Fitri itu semua orang dapat menikmati lebaran penuh kegembiraan. Saat itu adalah momen aksi Islam sedunia membebaskan perut-perut lapar Apabila melalui pendidikan kita dapat membiasakan manusia menghormati orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajibannya, maka kita menjadikan kewajiban menjadi sumber perhubungan-perhubungan peradaban dan sosial. 32) 33) At-Taubah (9) : 60 Dr. Kahruddin Yunus, Sistem Ekonomi Kemakmuran Bersama (BERSAMAISME), hal. 203. 12 Tidaklah sulit untuk menciptakan suatu sikap baru dimana masyarakat nanti akan lebih menghormati, orang-orang yang menghormati orang-orang yang menunaikan kewajiban-kewajibannya daripada manusia lainnya.” Begitulah zakat mendidik manusia lebih mementingkan penunaian kewajiban dahulu daripada menuntut hak-hak. kelemahan masyarakat kita sekarang ialah karena lebih banyak menuntut hak-haknya, tapi kewajiban-kewajibannya kurang diperhatikan bahkan tidak pernah dilaksanakan. Hikmah Zakat Ajaran zakat mengandung berbagai hikmah yang tinggi, sebagai berikut : Pertama, zakat sebagai manifestasi rasa syukur dan pernyataan terima-kasih hamba kepada Khalik yang telah menganugerahkan rahmat dan nimat-Nya berupa kekayaan. la adalah pendidikan positif bagi manusia untuk selalu bersyukur dan berterima-kasih kepada si pemberi. Kedua, zakat mendidik manusia membersihkan rohani dan jiwanya dari sifat bakhil, kikir dan rakus. Sebaliknya mendidik manusia menjadi dermawan, pemurah, latihan disiplin dalam menunaikan "kewajiban dan amanah" kepada yang berhak dan yang berkepentingan, suatu pendidikan akhlak mulia. Syed Ameer Ali dalam bukunya "The Spirit of Islam", menulis: “Tidak ada agama di dunia yang lebih dahulu dari Islam memandang suci sifat kedermawanan, menyokong perempuan-perempuan janda, anak yatim piatu dan orang miskin yang tidak mempunyai tempat minta tolong, yang menentukan pokok-pokok dasar yang positif dalam menentukan cara-caranya, seperti yang telah diperbuat oleh Islam.”34) Ketiga, di dalam struktur ekonomi Islam maka sistem zakat menunjukkan bahwa sifat perjuangan Islam selalu berorientasi kepada kepentingan kaum dhu'afa (kaum lemah). Menunjukkan pula bahwa Islam adalah agama pembela kemanusiaan sejati. Sejarah perjuangan Rasulullah menjadi bukti, dimana beliau selalu memperhatikan kepentingan-kepentingan hidup kaum lemah, baik dalam memenuhi tuntutan kemerdekaan pribadinya dari perbudakan maupun dalam memenuhi tuntutan sosial ekonomi untuk hidup secara wajar. Allah s.w.t. berfirman: "Dan Kami hendak memenangkan (perjuangan) bagi mereka yang tertindas di bumi (kaum dhu'afa) dan Kami hendak menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi.” 35) Keempat, ajaran zakat menunjukkan bahwa kemiskinan adalah musuh yang harus dilenyapkan. Islam memandang kemiskinan sebagai sumber kejahatan dan kekufuran, sebab itu kemiskinan harus dilawan. Karena tekanan sosial ekonomi pula dan dengan iman yang tipis banyak wanita baik-baik terpaksa memperdagangkan kehormatannya, melacurkan diri. Dan masih seratus macam kejahatan lainnya dalam masyarakat karena kemiskinan. Disuatu negeri yang minus, rakyat yang hidup serba kekurangan, maka negeri itu mudah dijangkiti penyakit krisis akhlak dan menjadi tanah yang subur bagi perbuatan-perbuatan amoral. Itulah sebabnya Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: "Kemelaratan mendekatkan kepada kekafirun." 36) Untuk membawa manusia ke jalan Tuhan, satu faktor yang sangat penting ialah memberantas kemelaratan, karena ia merupakan sumber penyakit masyarakat. Sebab itu pula sebuah Surah dalam Qur’an menerangkan bahwa pendusta agama (atheis) ialah mereka yang tidak berjuang melawan kemiskinan. 34) Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, Ilham Islam II, terjemahan Roesli, hal. 35. Al-Qashash (28) : 5. 36) Hadits Riwayat Abu Na’im. 35) 13 "Tiadakah engkau tahu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang membiarkan anak yatim dan tidak mendorong untuk memberi makan orang miskin.” 37) Kelima, zakat menjadi alat untuk menghilangkan jurang pemisah (gap) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin dan antara si kuat dan si lemah. Zakat juga berfungsi menghilangkan perbedaan-perbedaan sosial yang tajam. Selanjutnya zakat menghubungkan tali kasih sayang antara golongan berpunya dengan golongan tidak berpunya. Dengan ajaran zakat maka struktur masyarakat Islam dapat dibina sebagaimana pola yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w.: "Orang mu'min terhadap orang mu'min tak ubahnya seperti satu bangunan yang bagian-bagiannya kuat-menguatkan.” 38) "Orang-orang mukmin itu dalam sayang-menyayanginya, dan santunmenyantuninya, tak ubahnya bagaikan satu tubuh yang apabila menderita satu anggota dari tubuh itu akan menderita pula seluruh tubuh itu dengan tidak dapat tidur dan demam.” 39) Cara mendapatkan rejeki. Pertama, manusia harus berusaha dengan tangan sendiri, tidak menggantungkan nasib kepada pihak lain, dan tidak pula dibenarkan meminta-minta selama masih sanggup berusaha. "Sesungguhnya penghasilan yang terbaik ialah hasil usaha tangan sendiri." 42) "Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, adalah lebih baik bagi seseorang diantaramu, apabila dia mengambil seutas tali dan memikul kayu api di punggungnya (untuk mendapat nafkah), daripada dia datang kepada seseorang, lalu meminta-minta, baik dia diberi maupun tidak.” 43) Kedua, manusia wajib mencari harta dengan segala usaha yang halal. Sebab itu Islam melarang manusia makan riba, berjudi, mencuri, memeras, korupsi, menipu dan lain-lain pekerjaan yang diharamkan baik dalam Qur'an maupun dalam Sunnah. Dan segala macam usaha ekonomi yang dapat menimbulkan bahaya pada diri sendiri dan orang banyak. Firman Allah s.w.t.: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan jangan kamu membawa urusan harta itu kepada hakim-hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan dosa, padahal kamu mengetahui " 44) Akumulasi kekayaan untuk tujuan kekayaan peribadi semata-mata ditentang keras oleh Islam. Karena yang demikian bisa menjadi sumber maksiat dan munkar, akan menimbulkan hidup yang bermewah-mewah, foya-foya, keangkuhan dan terhadap orang lain dapat mendatangkan pemerasan. "Agar (harta) tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kamu." 45) "Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." 46) "Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan sumbangkanlah daripada apa yang telah la jadikan kamu sebagai pengurus atasnya." 47) Al-Ma’un (107) :1-3. Hadits Riwayat Bukhary. 39) Hadits Riwayat Muslim. 42) Hadits Riwayat Bukhary. 43) Hadits Riwayat Bukhary. 44) Al-Baqarah (2) : 188. 45) Al-Hasyr (59) : 7. 46) Al-A’raf (7) : 31. 37) 38) 14 Manakala harta itu sudah menjadi tujuan pokok, maka ia akan merupakan kerakusan, dan nafsu keinginan yang kekal menimbulkan berbagai kerusakan dan membukakan pintu untuk berbagai-bagai kejahatan." 48) Bahaya tidak berzakat Akumulasi kekayaan yang tidak berfungsi sosial, berarti "a sosial", terlarang keras. Bagi yang melakukannya diancam hukum berat oleh Tuhan: "Dan mereka yang menyimpan-nyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya ke jalan Allah, maka peringatkanlah pada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” 49) Harta milik yang berfungsi sosial akan melahirkan solidaritas sosial, menghilangkan jurang dan perbedaan-perbedaan tajam dalam kehidupan masyarakat, serta menghancurkan nafsu kapitalisme, individualisme. Semua amal dan perbuatan terpuji itu akan mendapat pahala dari Tuhan yang berlipat ganda. Firman Allah s.w.t.: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui " Puasa Puasa dibulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardhu 'ain (wajib perorangan) atas tiap muslim yang sudah baligh. la disyari'atkan pada tahun kedua Hijriyah, sesudah turunnya perintah shalat dan zakat. Sejarah puasa. Firman Allah s.w.t.: "Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas ummat yang terdahulu daripada kamu, mudah-mudahan kamu bertakwa. Puasa itu hanyalah beberapa hari saja." 50) Puasa bukanlah barang baru, ia sama tuanya dengan sejarah manusia sendiri. Peristiwa pelarangan Tuhan kepada nenek kita Adam dan Hawa memakan buah khuldi di syurga — dalam Qur'an dan Perjanjian Lama — cukup menjadi bukti sejarah, pertanda puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan. Karena pelanggaran puasa yang dilakukan nenek kita Adam dan Hawa itu dengan memakan buah khuldi berakibat kita semuanya harus hidup di bumi ini. Bangsa-bangsa purba juga telah mengenal dan mempunyai tradisi puasa, seperti bangsa Mesir purba, Yunani purba, Hindu purba dan masyarakat Cina sampai kini masih mengenal puasa. Juga suku-suku bangsa primitif sampai hari ini yang terdapat di Amerika, Afrika, Asia mempunyai tradisi puasa. Begitu pula suku-suku bersahaja yang terdapat di negeri kita seperti orang Toraja di Sulawesi, Dayak di Kalimantan, Badui di Banten dan Kubu di Sumatera, mengenal adanya puasa. Dalam sejarah agama-agama besar puasa adalah merupakan salah satu ibadah yang penting. Karena memang Tuhan telah pernah mewajibkan puasa kepada ummatummat terdahulu dimana kepadanya dikirimkan Rasul-rasul Allah. la telah diwajibkan pada masa Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi 'Isa a.s. Bible sendiri banyak menyebutnyebut tentang puasa. Bangsa Arab pra Islam, juga mengenal puasa. Berdasar riwayat Bukhary dan A'isyah r.a., permaisuri Rasulullah, bahwa kaum Quraisy melakukan pusa 47) Al-Hadid (57) : 7. Dr. Mustafa As-Siba’i, Sistim Masyarakat Islam, hal. 44. 49) At-Taubah (9) : 34. 50) Al-Baqarah (2): 183-184. 48) 15 'Asyura (10 Muharram) pada zaman jahiliah. Kemudian Rasulullah menyuruh kaum muslimin puasa pada hari itu sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Sabda Rasulullah s.a.w.: Barangsiapa hendak puasa ('Asyura) silahkan, dan barangsiapa yang tidak mau puasa (‘asyura) silahkan pula." 51) Bagi kelompok hewan yang paling mudah diselidiki ialah bangsa unggas. Misalnya ayam, ia berpuasa selama mengerami telornya. Biasanya ayam yang sedang mengeram, makanannya sangat sedikit dan teratur sekali, yakni pada pagi-pagi sekali atau di sore harinya. Bagi induk ayam yang berani makan banyak semasa mengeram, cukup mendinginkan perutnya, dan akibatnya kegagalan menetaskan telornya. Puasa dalam bahasa Arab disebut shaumun atau shiyaamun, artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti menahan tidur, menahan makan, menahan minum, menahan bicara dan seterusnya. Menurut istilah, puasa ditujukan kepada menahan diri dari makan, minum dan bersanggama (jima'/coitus) suami-isteri mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat melaksanakan perintah Tuhan serta mengharap ridha-Nya. la harus dilakukan oleh segenap masyarakat yang muslim dan aturanaturannya wajib dipatuhi dengan saksama. Sedikit sajapun makanan yang keras maupun yang cair, bahkan asap rokok yang masuk ke dalam tubuh, dimana semuanya dilakukan dengan sengaja, menjadikan puasa itu batal. Maka puasa pada hari itu batal. Disunnatkan sahur, dan hendaklah ditunggu sampai dekat waktu fajar akan menyingsing. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Makan sahurlah kamu, sebab makan sahur itu mengandung berkah." 52) Puasa tidaklah dimaksudkan untuk siksaan pisik maupun rohani manusia, maka manakala ia dalam keadaan tertentu bisa mendatangkan bahaya bagi manusia, boleh tidak puasa. Oleh karena itu ada beberapa golongan manusia yang diberikan keringanan atau rukhsah, bahkan ada yang dibebaskan dari kewajiban puasa. Al-Qur'an Q.S 2: 184 menjelaskan: "Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (yaitu) memberi makanan seorang miskin. Maka barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kewajiban, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. " Syarat wajib mengerjakan puasa dalam garis besarnya terdiri dari dua hal: Pertama, telah mencapai umur baligh dan berakal, dengan demikian tidak diwajibkan puasa kepada anak-anak dan orang yang gila. Kedua, kondisi badan sanggup untuk mengerjakan puasa itu dan tidak dalam keadaan terlarang mengerjakannya. Berdasarkan ayat-ayat di muka dan beberapa Hadits Nabi, maka ada beberapa golongan yang mendapat keringanan dan bebas dari wajib puasa: 1.Orang sakit dan orang yang dalam perjalanan. Golongan ini dibebaskan dari wajib puasa selama sakit atau selama musafir. Akan tetapi mereka diwajibkan mengganti puasa sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari-hari lain. 2.Perempuan dalam haidh (menstruatie), perempuan hamil dan perempuan yang menyusui anak. Tapi mereka harus mengkadha hari-hari yang mereka tiada berpuasa atau mereka membayar fidyah, bagi kedua golongan yang terakhir ini. 3.Orang tua yang sudah lanjut umur tiada kuasa lagi berpuasa. 4.Orang sakit yang tidak ada harapan lagi sembuh dari sakitnya. 51) 52) Muhammad Al-Khudhary Banyak, Tarikh At-Tasyri’ Al-Islamy, hal. 47. Hadits, Muttafaq alaih. 16 5.Mereka yang bekerja berat, dan karena berat kerjanya itu tidak kuasa puasa. Seperti pekerja-pekerja tambang, abang-abang becak, buruh-bumh kasar di pabrik-pabrik dan di pelabuhan-pelabuhan dan sebagainya. Bagi mereka yang tidak mungkin menggantikan puasanya lagi pada hari-hari lain, seperti sudah terlalu tua, penyakit kronis yang tak ada harapan sembuh dan kerjakerja berat yang tak ada jalan lepas dari pekerjaan itu, maka wajib atas mereka membayar fid-yah. Melakukan fid-yah yaitu memberi sedekah makanan kepada orang miskin tiap-tiap hari sebanyak 3/4 liter beras atau dengan uang yang seharga dengan beras itu. Golongan kedua sampai golongan kelima tersebut di atas, berdasarkan AlBaqarah (2), ayat 184: "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fid-yah, (yaitu) memberi makanan seorang miskin." Adapun orang yang meninggalkan puasa di bulan Ramadhan dengan sengaja tanpa halangan, yaitu tidak termasuk kategori-kategori yang telah disebutkan di muka maka ia telah melakukan, pelanggaran besar, dosa yang berat kepada Allah s.w.t. Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa tidak puasa dengan sengaja dan tanpa 'uzur pada hari-hari bulan Ramadhan, maka puasa yang ditinggalkannya itu tidak dapat diganti oleh qadha, sepanjang masa." 53) Puasa menciptakan kesehatan rohani dan jasmani. Sebagaimana arti kata puasa dalam bahasa Arab: shaumun, artinya menahan diri dari segala sesuatu, rnaka berdasar dari kata asalnya, Nabi telah meletakkan nilai yang sebenarnya tentang puasa. Beliau bersabda: "Bukanlah puasa itu sekedar menahan diri dari makan dan minum. Sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia/tidak bermanfaat dan menjauhi perkataan-pcrkataan kotor dan keji. Sebab itu jika ada orang yang mengajak kamu berbuat sia-sia dan berkata-kata kotor/keji, wajiblah engkau berkata: saya sedang puasa! Saya sedang puasa! 54) Menurut Hadits tersebut, orang yang berpuasa selain harus menahan diri daripada makan, minum, juga wajib baginya menahan diri untuk tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat sesuatu yang sia-sia. Yang dimaksudkan perkataan-perkataan kotor ialah segala perkataan yang negatif, berbahaya dan merugikan. Umpamanya: mengumpat, menfitnah, menipu, berbohong, caci maki, kata-kata porno, mengadu domba, dan sebagainya. Dan perbuatan sia-sia ialah segala perbuatan yang haram, yang merugikan, tidak punya daya guna, dan sebagainya. Berbagai macam latihan mental yang ditempakan oleh puasa. la mendidik manusia berjiwa besar, sanggup mengatasi segala macam kesulitan dan cobaan hidup. Ia menumbuhkan sifat sabar yang hebat pada manusia. Sabar untuk menderita apabila bentuk hidup itu harus dihadapkan kepadanya, dan tidak mudah putus-asa. Dan tahan menghadapi musim panca-roba dalam kehidupan. la pun melatih manusia berjuang mengalahkan hawa-nafsu, mengendalikan dan mengarahkannya. Karena dasar hawanafsu adalah jahat, bertujuan membinasakan manusia. Sebagaimana hawa-nafsu yang ada pada binatang, tujuannya untuk pemenuhan kebuasan, perut dan sexuil semata. Puasa pun mendidik manusia berakhlak, teguh memegang amanah, jujur dan disiplin. Di tempat-tempat sunyi dimana tidak seorangpun yang melihat, di pojok-pojok rumah, dan di ruang-ruang kamar yang sepi, karena puasa maka berpantang sebutir nasi masuk ke dalam perut, tidak pula seteguk air membasahi kerongkongan yang terasa akan retak karena kering dan kehausan. Maka apabila puasa itu dilakukan secara 53) 54) Hadits Riwayat Abu Daud, An-Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah. Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, dari Abu Hurairah. 17 disiplin oleh ummat Islam yang menjadi ummat mayoritas dari negeri ini, dimana negeri ini terdiri dari kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Marauke. Rasa lapar dan dahaga akibat puasa, menanamkan jiwa sosial yang kuat. Puasa mengajarkan pengalaman sebagaimana nasib kaum dhu'afa yang siang-malam hanya menghadapi problem perut. Sebagai realisasi dari latihan ini maka setiap kepala diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 2,5 kg beras pada akhir bulan Ramadhan untuk dibagi-bagikan kepada fakir-miskin. Maka puasa yang dilakukan dengan sebenarbenarnya puasa adalah suatu "latihan mental dan pisik" mendidik manusia berakhlak mulia, menciptakan insan berwatak, dengan demikian menciptakan kesehatan rohani. Kalau puasa kita tinjau dari sudut kesehatan, pasti akan lebih menarik lagi. Dr. Med. Ahmad Ramali menulis tentang puasa Islam ini: "Bagi hygiene pun ada arti dan kepentingan puasa, ….. Istirahat yang diberikan kepada alat-alat pencernaan tiap-tiap siang-hari, sebulan lamanya, tak lain melainkan menambah tenaganya semata, seperti tanah-ladang yang dibiarkan beberapa lamanya, agar supaya kesuburannya memberi hasil timbul pula kembali; sebab alat-alat tubuh manusia itu sudah dijadikan demikian, hingga istirahat baginya berarti menambah tenaganya bekerja dan kekuatan menahan payah. Makin baik kerja perut besar dan perut panjang, makin sehat tubuh itu. Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda: “Berpuasalah agar kamu sehat." 56) Pada kesempatan lain Nabi s.a.w. pernah bersabda, bahwa manusia yang banyak makan dan tidak teratur, maka orang itu akan menjadi pemalas dan suka mengantuk. Ini sejalan dengan ilmu kesehatan, karena kebiasaan yang demikian dapat merusak onderdil perut (alat pencernaan). Dengan puasa, alat pencernaan disuruh istirahat sebentar, atau dapat diistilahkan "turun mesin" pada ilmu montir, agar dapat dikontrol pada bagian-bagian/onderdil-onderdil yang rusak/aus. Dengan memberikan kesempatan kepada perut untuk istirahat, juga sebagaimana memberikan kesempatan kepada mesin mobil untuk diistirahatkan (didinginkan), agar tidak cepat rusak. Perlu diketahui bahwa orang yang 'hidupnya untuk makan', artinya banyak makan, selalu makan yang enak-enak dan tidak teratur, akan mengundang penyakitpenyakit seperti kencing-manis, tekanan-darah tinggi, disentri, dan sebagainya. Maka penyakit yang menyerang perut, obatnya dari perut pula, artinya orang itu harus mengatur makannya, mengatur perutnya. Banyak pengobatan yang dilakukan oleh dokter-dokter terhadap pasien-pasiennya yang menderita penyakit jasmani dengan menyuruh mereka diet (makan berpantang), bahkan adakalanya suatu penyakit diobati dengan cara mengharuskan sang pasien melakukan puasa. Di dalam melakukan puasa menurut Islam, Nabi s.a.w. menganjurkan agar kita memperlambat makan sahur dan mempercepat waktu berbuka. Tapi Nabi s.a.w. mewajibkan kita melakukan niat puasa sebelumnya. "Barangsiapa yang tidak berniat akan puasa pada malamnya sebelum terbit fajar, maka tidaklah ada puasa baginya.” 57) Niat puasa itu dalam cara Islam adalah yang terbaik, bahkan dapat dipakai dalam berbagai keperluan biologis. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol, misalnya pusat kesadaran, pusat perasaan, pusat gerak, pusat pernafasan, pusat peredaran darah dan lain-lain. Niat puasa itu sangat penting karena mengontrol pusat kesadaran. Apabila kontrol pusat kesadaran itu cukup kuat, maka dapat pula mengontrol pusat-pusat dan fungsi-fungsi lain yang biasanya berada dalam kontrol pusat lain. Dengan dernikian niat puasa yang ikhlas tidak usah dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit kantong nasi (maag zweer) karena kadar asam yang terlalu tinggi, seperti yang 56) 57) Dr. Med. Ahmad Ramali, op. cit. hal. 295. Hadits Riwayat Lima Ahli Hadits. 18 dikhawatirkan oleh sementara orang yang anti puasa. Karena dalam kesadaran yang penuh dalam puasa, maka berbagai kelenjar juga akan terkontrol oleh pusat kesadaran. Haji Haji adalah suatu ibadah berkunjung ke Ka'bah di tanah suci pada suatu masa tertentu, untuk dengan sengaja mengerjakan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu dan atas dasar menunaikan panggilan perintah Allah s.w.t. dan dengan mengharap ridhaNya. Haji diwajibkan kepada setiap muslim yang telah memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat itu ialah orang-orang Islam yang telah baligh, berakal sehat (tidak gila), mempunyai kebebasan dan kemerdekaan penuh serta memiliki kemampuan materiil, yaitu kemampuan pisik, keuangan dan alat-alat transpor. Kewajiban mana adalah sekali dalam seumur hidup. Firman Allah s.w.t.: "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah; yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan pergi ke sana. Barangsiapa yang kafir (terhadap kewajiban haji) maka bahwasanya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam."60)) Pusaka Ibrahim “Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang tawaf, yang I’tikaf, yang ruku’ dan,yang sujud”61) Sejak zaman Nabi Ibrahim seluruh bangsa Arab telah menjadikan Ka’bah itu sebagai kiblat dan tempat haji mereka. Ibadah haji, mereka lakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Ibrahim atas perintah Allah s.w.t. Hanya saja karena perjalanan masa yang cukup lama, dari masa Ibrahim a.s. ke masa Muhammad s.a.w., manusia telah merubah sistem ibadah haji Ibrahim a.s. yang berdasar tauhid. Manusia kemudian merubahnya, mencampur-adukkan haji dengan syirik. Mereka membuat patung-patung sembahan yang kemudian diletakkan di Ka’bah, lalu mereka sembah, mohon syafaat dan pertolongannya. Mereka tidak lagi menyembah Tuhan. Nabi Muhammad saw bertugas memperbaiki dan meluruskan kembali aqidah dan ibadah manusia yang telah menyimpang jauh, juga menyempurnakan sistem ibadah haji itu warisan Ibrahim a.s. Kebangkitan beliau adalah karena do'a Ibrahim a.s. yang maqbul. Do’a itu termaktub dalam Surah Al-Baqarah (2); ayat 129: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” Sebab itu Muhammad s.a.w. menjadi mujaddid (reformis) besar bertugas meluruskan, memperbaiki dan memurnikan aqidah dan ibadah manusia. Syari’ah agama Ibrahim a.s. disempurnakannya, khususnya yang menyangkut ibadah haji. Haji sebagai bentuk ibadah manusia-purba lalu Tuhan mengutus Ibrahim a.s. membangun Ka’bah menjadi Kiblat manusia dengan suatu sistem haji berdasar tauhid, sebagai penyatuan ibadah manusia. Kemudian Muhammad s.a.w. mengambil oper ibadah haji Ali ‘Imran (3) : 97. Al-Baqarah (2) : 124-129. 60) 61) 19 itu, dimurnikan dan disempurnakannya. Enam tahun sesudah hijrah ke Madinah barulah Tuhan meresmikannya haji itu menjadi syari’ah Muhammad s.a.w. Rukun-Rukun Haji Rukun Haji ada lima perkara: 1. Ihram, yaitu memasang niat mengerjakan haji atau umrah seraya memakai pakaian ihram pada “miqat” (tempat yang ditentukan dan masa tertentu). "Bagi jama'ah haji Indonesia yang datang dengan kapal haji trip pertama yang umumnya dari Jeddah lalu pergi ke Madinah lebih dahulu, maka miqat mereka bukan Yalamlam. Mereka menuju Mekah dari Madinah, maka miqat mereka (tempat memakai ihram) sama dengan miqat orang Madinah yaitu di satu tempat di perjalanan antara Madinah-Mekah yang bernama Zulhulaifah, atau tempat yang dikenal sekarang dengan nama Bir Ali.” “Jama’ah haji Indonesia yang datang dengan kapal haji trip pertama sampai di Mekah (biasanya sudah masuk bulan Syawal), tetapi waktu mengerjakan haji masih lama, umumnya tidak sanggup terus memakai ihram, maka mereka dapat berbuat Haji Tamattu’, yaitu memakai ihram dengan niat Umrah pada miqat. Sesampai di Mekah, segera tawaf dan Sa’i, lalu bercukur (tahallul) dan menanggalkan kain ihram.”62) Memakai ihram ialah menanggalkan pakain berjahit atau yaitu menyarungi, dan hanya memakai sehelai kain dan sehelai selendang yang tidak berjahit, bagi pria. Disunnatkan yang putih dan baru/bersih. Adapun bagi wanita cukup dengan pakaian biasa, tetapi muka dan kedua telapak tangannya harus terbuka. Dalam berihram, ada beberapa cara yang perlu dilakukan, sebagaimana ada hal-hal yang dilarang melakukannya. Dalam buku/kitab pedoman Manasik Haji, atau dalam Kitab-kitab Fiqhi pada bab Haji, dijelaskan tentang cara-cara berihram dan hal-hal yang dilarang mengerjakannya. 2. Wuquf, yaitu hadir di padang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari tergelincir matahari (waktu zhuhur) tanggal 9 Zulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah. Artinya orang yang berhaji itu vvajib berada di Padang Arafah pada waktu tersebut. Arafah adalah padang-sahara luas, dikelilingi oleh bukit-bukit dan gunung-gunung, letaknya sejauh 27 km dari Mekah. Wukuf di Arafah adalah manasik haji yang sangat penting, tanpa melakukan wukuf berarti belumlah seseorang berhaji. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Al-Hajju ‘arafah” (Haji itu ialah di Arafah). 3. Thawaf, (berkeliling Ka'bah). Thawaf dilakukan sebanyak tujuh kali dimulai dari hajar aswad (batu hitam) sedang Ka’bah di sebelah kiri orang yang thawaf, dan harus dilakukan di dalam Mesjid. Ada beberapa jenis thawaf: thawaf qudum yaitu thawaf ketika. baru tiba, seperti halnya shalat tahiyyatul mesjid; thawaf ifadhah yaitu thawaf rukun haji, thawaf tahallul yaitu mengahalalkan barang yang haram karena ihram, thawaf nazar yaitu thawaf yang dinazarkan dan thawaf sunnat. Perintah melakukan thawaf khusushya thawaf ifadhah berdasar firman Allah; “Dan hendaklah mereka thawaf pada Ka'bah itu.”63) 4. Sa’yi (berlari-lari kecil) di antara dua buah bukit Safa dan Marwah, sebanyak tujuh kali pergi dan kembali. Melakukan Sa’yi dimulai dari bukit Safa dan diakhiri di bukit Marwah. Waktunya ialah sesudah selesai melakukan thawaf, baik thawaf ifadhah maupun thawaf qudum. Kedua bukit Shafa dan Marwah dalam rangka berhaji disebutkan dalam Qur'an, Al-Baqarah (2) ayat 158. Jarak antar kedua bukit itu sejauh 405 meter. 62) Direktorat Jendral Urusan Haji, Manasik Haji dan Do’a-Do’a Ziarah, No. 38, hal. 20-21. 63) Al-Haj (22) : 29. 20 5. Tahallul, yaitu mencukur dan menggunting rambut, sekurang-kurangnya menghilangkan tiga helai rambut. Bagi pria sunnat cukur habis dan bagi wanita menggunting ujung rambut sepanjang jari, dan bagi orang yang botak sunnat dilakukan dengan pisau cukur di atas kepalanya. 6. Hendaklah pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas dilakukan secara tertib, yaitu mendahulukan yang pertama dan secara berturut-turut sampai pada terakhir, juga termasuk rukun haji. Dalam pelaksanaan beberapa ibadah Islam, khususnya dalam segi-segi manasik haji, maka ada dua hal yang perlu dipahami yaitu segi ta'abbudi dan ta'aqquli “Ta'abbudi ialah ibadah yang tidak dapat dikorek-korek dengan akal, mengapa dikerjakan demikian. Ta’aqquli ialah yang bisa diketahui dengan akal. Kita mengetahui apa hikmahnya mengerjakan sholat; itu namanya ta’aqquli. Tetapi kita tidak dapat mengakali mengapa Zhuhur 4 rakaat dan Shubuh 2 rakaat. Itu namanya ta’abbudi. Kita dapat mengetahui hikmah mengerjakan haji sekurang-kurangnya sekali seumur hidup (ta’aqquli), tetapi kita tidak dapat mengetahui mengapa ada perintah melempar Jumrah dengan batu kecil 7 kali (ta’abbudi).”64) Begitulah banyak kita jumpai dalam manasikhaji, tak dapat kita rasionilkan, tetapi kita melaksanakannya dengan penuh., disiplin tinggi, hanya karena jiwa tauhid dan mengharap redha Allah semata-mata. Manfaat haji Ahmad bin Hanbal (Imam Hambali) daripada meminta sedekah dan mencaricari hadiah dari orang lain apabila beliau naik Haji, beliau tidak segan menolong memikul beban orang dan menerima upah mengangkat barang-barang orang; tegasnya jadi kuli. Beliau memakai prinsip bahwa tidak ada salahnya mencari rezki, baik menjadi kuli ataupun berniaga selama Haji itu, asalkan mencari uang bakan menjadi tujuan utama. Sesuai dengan ayat 198 dalam Surah Al-Baqarah yang berhubungan dengan masalah Haji. “Tidaklah mengapa bahwa kamu mencari anugerah dari Tuhan kamu, ...” Kaum muslimin seantero dunia berjuta-juta membanjiri tanah haram, adalah semata-mata memenuhi panggilan Rasulullah, pusaka Nabi Ibrahim a.s. Firman Allah s.w.t.: "Dan serulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan ber/alan kaki dan naik kendaraan, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka memperoleh beberapa manfaat dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan, karena Tuhan telah memberikan mereka rezki berupa binatang ternak; sebab itu makanlah sebagian daripadanya dan sebagiannya berikanlah kepada orang-orang miskin dan sengsara. Kemudian itu, mereka hendaklah mensucikan tingkah lakunya dan memenuhi janjinya (berqurban) dan thawaf keliling rumah suci yang telah tua itu (Baitullah). "65) Dalam manasik-haji, dimanifestasikannya dengan suatu talbiyah: "Ya Tuhanku! Inilah aku, hambaMu telah datang, segala panggilanMu telah aku sambut dengan segala kerendahan hati. Tidak ada sekutu bagiMu, segala puji, ni'mat dan kekuatan pun Engkaulah yang punya. Tak ada sekutu bagiMu. "66) Berdasar ayat di muka di pangkal ayat 28 Surah Al-Haj, Qur'an menegaskan bahwa naik Haji itu mengandung berbagai manfaat bagi manusia; “Liyasyhaduu manaafi’ah lahum”. Setelah diteliti maka ibadah Haji jelas mendatangkan keuntungan spirituil dan materiil: 1.Menumbuhkan jiwa tauhid yang tinggi. 64) Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar II, hal. 40-41. Al-Hajj (22) : 27-29. 66) Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim. 65) 21 2.Pembentukan sikap mental dan akhlak mulia. 3.Menyatukan Ummat Islam sedunia menjadi “Ummah Wahida”, karena kesatuan aqidah dan kesatuan idiologi. 4.Mengajarkan sejarah, khususnya sejarah perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. dan Nabi Ibrahim a.s. 5.Mendorong untuk mengenal peta planit bumi, mengetahui tentang manusianya dan mengerti tentang masyarakatnya. 6.Menjadi forum “Muktamar Akbar” Ummat Islam sedunia, sekali setahun untuk membahas dan memecahkan problematika alam Islami. Tentang pekerjaan melakukan ibadah Haji, Qur’an hanya menerangkan garisgaris besarnya. Qur’an hanya menyebut tentang wukuf di ‘Arafah, mabit (bermalam) di Masy’aril Haram (Muzdalifah), disebut juga tentang thawaf keliling Ka’bah dan Sa’yi di antara bukit Shafa dan Marwah. Tetapi kaifiyah (cara-cara) mendatail mengerjakan semua itu, seperti di tanggal berapa wukuf, berapa kali sa’yi, adalah semua berdasar teladan yang diberikan oleh Rasulullah. Apatah lagi dari hal melempar Jumrah, tidaklah ada disebut dalam Qur'an. Rasulullah naik Haji hanya sekali, yaitu pada Haji Wada (perpisahan) pada tahun kesembilan hijrah. Sebelum itu beliau masuk Mekah dua kali di luar musim Haji, yaitu ketika ‘Umrah-Qadha di tahun ketujuh dan penaklukan Mekah di tahun kedelapan. Sedang naik haji di tahun kesembilan, pimpinan jama’ah diserahkan kepada Abu Bakar Ashshiddieq. Ketika naik Haji terakhir itulah Rasulullah menyampaikan amanatnya yang kemudian menjadi dasar dalam melaksanakan kaifiyah beribadah Haji. Beliau bersabda: “Khudzuu ‘annii manasikakum,”69) artinya: “Ambillah daripadaku segala amalan hajimu!” Ibadah Haji mengandung nilai-nilai sejarah fundamentil. Wukuf di Arafah, sebuah padang sahara yang luas dikelilingi oleh bukit-bukit dan gunung-gunung letaknya sejauh 27 km dari kota Mekah, wukuf yang menjadi manasik-haji yang terpenting selain menanamkan rasa terharu yang dalam, juga memberikan keinsafan insani sebagai hamba Allah yang kecil sebagai bagian darialam-raya. Dengan pakaian seragam putih, meniadakan segala perbedaan bentuk dan potongan pakaian. Perlambang dari ketiadaan perbedaan pangkat dan darah dalam pandangan Islam. Besar-kecil, kayamiskin, pembesar atau rakyat-kecil, ras-putih dan ras-hitam adalah sama-sama makhluk yang sujud kepada Tuhannya. Di tempat itu mereka sama-sama memuja-memuji, berdo’a dan mendekatkan diri kepada Allah Rabbul ‘alamien. Wukuf di Arafah mengungkapkan kembali sejarah berakhirnya risalah langit dengan turunnya wahyu-terakhir (Al-Maa’idah, ayat 3). Di samping itu mengingatkan akan padang Mahsyar. Adapun hajar aswad (batu hitam) yang ada di Ka’bah itu, adalah benda yang pernah diletakkan oleh Ibrahim a.s. dulu sebagai tanda untuk memulai thawaf. Hajar aswad itu terletak di sudut Ka’bah sebelah Tenggara, sebuah batu pemberian Malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim a.s. dalam rangka pembinaan Ka’bah. Tak ada suatu kemuliaan dan kesucian pada diri batu itu yang dapat membuat manusia menyembahnya. Memang ia dicium oleh orang-orang yang thawaf, tetapi ini adalah masalah ta’abbudi. Umar bin Khattab pernah berkata tentang batu hitam itu: “Sesungguhnya aku mengerti bahwa engkau ini adalah batu biasa, tidak dapat mendatangkan bahaya sebagaimana tidak dapat pula mendatangkan manfaat; andaikata aku tidak melihat sendiri Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”70) 69) 70) Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim. Mahmud Syaltut, op. sit. Hal. 129. 22 Manifestasi zikir adalah yang paling berkesan dalam ibadah haji, ruku’ dan sujud lebih berkesan, tilawat qur’an lebih terasa, kesatuan bahasa taqwa lebih dirasakan sehingga tidak jarang air mata keluar ketika mulai menginjakkan kaki di masjid haram. Hati mereka tergugah oleh perjuangan yang dilakukan oleh Nabi-nabi terdahulu dan pahlawan-pahlawan Islam yang tak pernah pamrih, belum dikotori oleh nafsu apa lagi gambling, tidak terdapat dalam kamus mereka. Tidak hanya terhenti disitu ummat Islam mengintensifkan hajinya, akan tetapi juga ziarah-ziarah dan lain-lain. Fisik dan psykhis disatukan dalam upacara-upacara haji yang sesingkat itu, secara intensif bisa dilakukan lebih kurang 8 hari, dan dengan kepuasan ummat Islam mengakhiri hajinya dengan syukur kepada Allah dengan thawaf wada’ dan sholat-sholat di sekitar Ka’bah. Dan apabila manusia mau sejenak saja melupakan kepentingan diri masing-masing dan hanya mengingat Allah, maka mereka akan sangat mudah untuk mengadakan "perdamaian", bukan peperangan dan kebencian, sebagai yang dicerminkan dalam kehidupan berbudaya hari-hariannya, yang "keuntungan" selalu menjadi motif hidup. Dalam haji hidup harus diisi dengan taqwa yang benar.