stasiun meteorologi klas iii mali - E

advertisement
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI
BMKG
Alamat : Bandar Udara Mali
Kalabahi – Alor (85819)
Telp.
Fax.
: (0386) 2222820
: (0386) 2222820
Email : [email protected]
ANALISA CUACA TERKAIT HUJAN LEBAT DI KALABAHI – ALOR
TANGGAL 22 OKTOBER 2016
I.
INFORMASI KEJADIAN
KEJADIAN
LOKASI
TANGGAL
DAMPAK
II.
DATA CURAH HUJAN
Data Pos Hujan
Stamet Mali – Alor
Kalabahi
III.
Telah Terjadi hujan lebat sekitar pukul 11.30 – 13.30
WITA di wilayah Kota Kalabahi, Kabupaten Alor, dan
sekitarnya.
Kota Kalabahi, Kabupaten Alor, dan sekitarnya
22 Oktober 2016
Hujan lebat disertai badai petir yang terjadi (± 2 jam)
tersebut menyebabkan genangan air di sekitar area Pasar
Inpres Kalabahi dan sepanjang ruas jalan di Kota Kalabahi
Curah Hujan Terukur
(mm)
1,3 mm
53,7 mm
Keterangan
Hujan Ringan
Hujan Lebat
ANALISA METEOROLOGI
INDIKATOR
KETERANGAN
1. SST (Sea Surface
Secara umum, suhu muka laut di wilayah perairan sekitar
Temperature)
Indonesia pada tangga 22 Oktober 2016 berkisar antara 27 –
30 ºC dengan anomali positif antara 0,5 – 3 ºC terhadap
normalnya. Untuk wilayah perairan di sekitar Kepulauan Alor,
suhu muka laut pada kisaran 29 – 30 ºC dengan nilai anomali
positif antara 0,5 – 2 ºC terhadap normalnya. Suhu muka laut
yang hangat (>27,0 ºC) ini menindikasikan kandungan uap air
yang terkandung di udara cukup banyak. Kondisi demikian
menyebabkan potensi pembentukan awan-awan konvektiv
sangat besar dan kondisi cuaca cenderung berawan hingga
hujan di wilayah Kepulauan Alor.
2. ENSO (El Nino –
Indeks osilasi selatan (South Oscillation Index, SOI)
South Osciilation) menunjukkan nilai +4,1 yang berarti ENSO netral, dimana
supply uap air dari Samudera Pasifik Timur ke Pasifik Barat
tidak signifikan yang mengindikasikan aktivitas potensi
pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian Timur
rendah.
3. MJO (Madden –
MJO berada pada kuadran 2 (Indian Ocean) dan lemah,
Julian Oscillation) sehingga tidak berkontribusi terhadap pembentukan awan di
wilayah Indonesia.
4. DMI (Dipole Mode Indeks Dipole Mode menunjukkan nilai -0,56, yang
Index)
mengindikasikan wilayah Indonesia bagian Barat mendapat
supply uao air yang cukup signifikan dari Samudera Hindia,
sehingga aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia
bagian Barat cukup signifikan pula.
5. Pola Tekanan
Berdasarkan analisa peta tekanan udara (Mean Sea Level
Udara
Pressure / MSLP), pada tanggal 22 Oktober 2016 terdapat
beberapa pola gangguan cuaca yakni ± 5 (lima) daerah
tekanan rendah (Low Pressure) dan satu daerah sirkulasi
tertutup (Eddy), dimana 3 (tiga) daerah tekanan rendah di
terjadi Belahan Bumi Utara (BBU) dan 2 (dua) daerah
tekanan rendah serta satu daerah sirkulasi tertutup di Ekuator
(selat Karimata). Meskipun demikian, tekanan udara di
daerah sekitar BBU cenderung lebih rendah dari BBS. Hal ini
menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (daerah
bertekanan lebih tinggi) menuju BBU (daerah bertekanan lebih
rendah).
6. Pola Arus Angin
Berdasarkan peta analisa pola arus angin tanggal 22 Oktober
(Streamline)
2016, pergerakan massa udara yang seharusnya bergerak dari
BBS (daerah bertekanan lebih tinggi) menuju BBU (daerah
bertekanan lebih rendah) terganggu / terhambat oleh adanya
sirkulasi tertutup (Eddy) di sekitar Selat Karimata tersebut,
sehingga mengakibatkan terjadi penumpukkan massa udara
(konvergen) di sekitar wilayah Nusa Tenggara, termasuk
Kepulauan Alor. Kondisi ini sangat mendukung dalam proses
pembentukan awan-awan konvektiv (Cumulus Congestus dan
Cumulonimbus) sehingga menyebabkan kondisi cuaca di
Kepulauan Alor, khususnya kota Kalabahi, umumnya
cenderung berawan dan potensi terjadinya hujan sangat tinggi.
Berdasarkan data kelembaban relatif (Sumber: Diseminasi WRF 7. Kelembaban
BMKG), pada lapisan 850mb di sekitar wilayah terjadinya hujan
Relatif
lebat bernilai 60-85% dan untuk lapisan 700mb bernilai 60-75%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat kondisi
udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan di
sekitar wilayah tersebut.
Analisis labilitas udara pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 00.00
8. Indeks Labilitas
dan 12.00 UTC sebagai berikut:
Udara
Indeks Labilitas
Pukul 00.00 UTC Pukul 12.00 UTC
K. Index
30
35
LI (Lifted Index)
-2
-3
SI (Showalter Index)
1
-1
-
Nilai K-Index berkisar antara 30 -35 yang mengindikasikan
9. Citra Satelit
potensi pembentukan awan konvektif sedang.
- Nilai Lifted Index berkisar antara -2 hingga -3 yang
mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur
(Thunderstorm, TS) yang kuat.
- Nilai Showalter Index berkisar antara -1 hingga 1, yang berarti
pada pagi hari kemungkinan terjadi shower, sedangkan pada
siang hingga sore hari kemungkinan terjadi badai guntur (TS)
Berdasarkan citra satelit dapat dianalisis bahwa pertumbuhan
awan mulai pada pukul 03.30 UTC (pukul 11.30 WITA) di
sebelah barat daya kota Kalabahi dan terus berkembang meluas
menuju wilayah kota Kalabahi pada pukul 04.00 UTC (12.00
WITA) dan berlangsung hingga pukul 05.20 UTC (13.20
WITA). Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang
terbentuk adalah Cumulonimbus (Cb) yang berpotensi
menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Hal
ini dibuktikan dengan melihat kontur dan grafik profil seri
(rentetan) waktu suhu puncak awan antara pukul 11.30-13.20
WITA, di sekitar lokasi hujan lebat. Saat pukul 12.00 WITA,
terdapat liputan awan dengan suhu puncak mencapai -67,5 °C
yang besar kemungkinan merupakan awan jenis Cumulonimbus
(Cb) yang mengakibatkan hujan lebat di kota Kalabahi dan
sekitarnya.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa hujan yang terjadi di wilayah kota
Kalabahi dan sekitarnya diakibatkan karena kondisi SST yang hangat dan anomali yang
positif, adanya sirkulasi eddy di sekitar Selat Karimata yang menyebabkan wilayah
Kepulauan Alor menjadi wilayah konvergensi (pumpunan) massa udara. Hal ini juga
didukung dengan RH yang basah hingga lapisan 700 mb dan kondisi atmosfer yang
cukup labil.
V.
PROSPEK KEDEPAN
Untuk 3 (tiga) hari ke depan, wilayah Kepulauan Alor masih berpotensi terjadinya hujan
dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada siang dan malam hari.
VI.
VII.
PERINGATAN DINI
NIHIL
LAMPIRAN
Gambar 1. Grafik Indeks Osilasi Selatan dan Dipole Mode Tanggal 22 Oktober 2016
(Sumber : www.bom.gov.au)
Gambar 2. Analisa Arus Angin Jam 00.00 dan 12.00 UTC Tanggal 22 Oktober 2016
(Sumber : www.bom.gov.au)
Gambar 3. Tekanan Udara Permukaan dan Fase MJO Tanggal 22 Oktober 2016
(Sumber : www.bom.gov.au)
Gambar 4. Citra Satelit Himawari 8 – EH dan Contour Suhu Jam 04.00 UTC
Tanggal 22 Oktober 2016
Gambar 5. Prediksi Kelembaban Udara Lapisan 850 dan 700 mb pada Jam 00 dan 12 UTC
Tanggal 22 Oktober 2016
Gambar 6. Prediksi K-Index Jam 00 dan 12 UTC Tanggal 22 Oktober 2016
(Sumber : www.kma.go.kr)
Gambar 7. Prediksi Lifted-Index dan Showalter Index Jam 00 dan 12 UTC
Tanggal 22 Oktober 2016 (Sumber : www.kma.go.kr)
Download