Kaimoku Sho (98) 1 KAIMOKU SHO (98) PENDAHULUAN "Kaimoku-sho" ditulis pada bulan dua tahun Bun'ei ke-sembilan (1272), ketika Nichiren Shbnin berusia 50 tahun, ketika itu salju menutupi Aula Sammaido Hall di Tsukahara, Pulau Sado. Sejak menjalani kehidupan untuk menyebarluaskan O’Daimoku di Kamakura pada tahun Kencho ke lima (1253) pada usia 31 tahun, Nichiren mulai mendapat sejumlah penganiayaan beruntun pada tahun 1260 setelah Ia memperingatkan Pemerintah Shogun Kamakura dengan risalah "Rissho Ankoku-ron (Menyebarkan Kedamaian Keseluruh Negari Melalui Penegakkan Ajaran Sesungguhnya).” Pada tanggal 12 bulan kesembilan tahun Bun'ei ke delapan (1271), Ia telah ditangkap, dan dihukum buang ke Pulau Sado. Namun, pada malam hari, Ia telah dihukum pancung disebuah tempat yang disebut Tatsunokuchi, pantai diluar Kamakura, tetapi Beliau dapat lolos dari hukuman mati ini. Nichiren kemudian dikirim ke Pulau Sado, tiba di Aula Sammaido pada bulan kesebelas. Segera Ia mulai menulis risalah ini untuk menceritakan kejadian yang terjadi kepada para pengikutNya, sebagaimana yang dikatakanNya, bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran untuk menyelamatkan manusia pada Masa Akhir Dharma (mappo). Judul dari risalah ini adalah Kaimoku (Membuka Mata), dengan tujuan penulisan: mendorong orang-orang agar terbuka matanya untuk menerima Saddharma Pundarika Sutra adalah ajaran untuk menyelamatkan semua mahluk hidup yang hidup pada Masa Akhir Dharma (Membuka Rahasia Kebenaran Dharma) dan Nichiren, sendiri adalah seorang guru yang telah diramalkan dalam sutra ini bahwa akan muncul pada Masa Akhir Dharma untuk membimbing orang-orang dengan Dharma Sesungguhnya (Membuka Rahasi Guru Sebenarnya). Secara umum, tulisan ini dapat dibagi dalam tiga bagian. Bagian I, Kata Pendahuluan (Bab 1-3), menekankan tentang pentingnya Buddhisme, khususnya Saddharma Pundarika Sutra, sebagai inti dari Spiritual peradaban yang meliputi Konfucu dan Ajaran Non Buddhis. Bagian II, Ceramah Utama (Bab 4-16), menjelaskan bahwa Saddharma Pundarika Sutra adalah cermin bersih yang memperlihatkan (meramalkan) mengenai Dunia Iblis dalam Masa Akhir Dharma, dimana Beliau menunjukkan bukti kebenaran dari ramalan dalam sutra ini, yang ditunjukkan dengan pelaksanaan Saddharma Pundarika Sutra oleh Nichiren dan sebagai hasilnya mendapat berbagai macam penganiayaan. Terakhir, Bagian III, Terakhir (Bab 17-18), Beliau membicarakan tentang PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 2 akan tersebarluasnya ajaran Saddharma Pundarika Sutra pada masa mendatang. BAB 5 ”PENCAPAIAN PENERANGAN PADA MASA LAMPAU YANG ABADI” Pada bagian kedua ini, marilah kita berdiskusi mengenai konsep kuonjitsujo (mencapai Penerangan Oleh Buddha Sakyamuni pada masa lampau yang abadi) yang dibabarkan pada Bab Pokok (hommon) dari Saddharma Pundarika Sutra . Buddha Sakyamuni, cucu dari Raja Simhahanu dan putera pertama dari Raja Suddhodana, yang lahir pada masa kalpa kecil kesembilan dalam periode Kalpa Pengurangan, ketika masa hidup manusia secara bertahap mengalami pengurangan dari 100 tahun. Pada masa kanak-kanak Ia dipanggil Pangeran Siddhartha, yang berarti Tujuan Yang Tercapai. Buddha Sakyamuni, yang meninggalkan rumah pada usia sembilan belas tahun dan mencapai penerangan pada usia tiga puluh tahun, segera mulai membabarkan Sutra Karangan Bunga (Kegon Kyo) di Aula Penerangan (Jakumetsu Dojo)." Membabarkan tentang Buddha Vairocana yang berada di Dunia Teratai, Beliau membabarkan Dharma yang luar biasa didasarkan pada suatu doktrin yang disebut “Sepuluh Misteri,” “Enam Karakteristik,” dan “Kebebasan dari Segala Gejala.” Berbagai macam Buddha di alam semesta muncul dan semua Bodhisattva berkumpul untuk mendengarkan ajaran Beliau. Melihat dari tempat, kecerdasan dari pendengar, dan jumlah para Buddha yang berkumpul, sama seperti fakta ketika ceramah pertama dari Buddha Sakyamuni, tidak ada alasan apapun kenapa Dharma yang luar biasa ini harus dirahasiakan dalam Kegon Kyo. * Oleh karena itu, dikatakan dalam Kegon Kyo bahwa Buddha menunjukkan kekuatanNya yang tak terbatas dalam membabarkan sutra yang sempurna ini secara terperinci. Berdasarkan pernyataan ini, 60 Paragraf Kegon Kyo – setiap kata atau titik didalamnya tanpa kecuali pastilah sempurna dan murni. Sebagai contoh sebuah Permata Pengabur Keinginan, dapat menghasilkan segala macam pusaka sesuai dengan keinginan mu, ini dapat dikatakan adalah hal yang tak ternilai diantara semuanya. Sebuah permata murni dapat menghasilkan sepuluh ribu permata. Jadi satu kata dalam Sutra Karangan Bunga (Kegon Kyo) sama berharganya dengan 10,000 kata. Sebuah pernyataan dalam sutra ini bahwa “Tidak terdapat perbedaan diantara pikiran, Buddha dan yang belum terang” adalah dikatakan bahwa ini adalah dasar teori tidak hanya untuk Sekte Kegon, tetapi Hosso, Sanron, Shingon dan Tendai. Apa yang sebenarnya dirahasiakan dalam Sutra agung ini ? Meskipun demikian, terdapat pernyataan dalam sutra ini bahwa orang-orang dari “Dua PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 3 Kendaraan” seperti halnya mereka yang tidak mendengarkan Buddhisme (icchantika)" tidak akan pernah mencapai KeBuddhaan. Ini kelihatan sebagai sebuah cacat dalam permata. Sebagai tambahan, diulang sebanyak tiga kali bahwa Buddha Sakyamuni mencapai Penerangan untuk pertama kalinya dibawah pohon Bodhi,” Ia menyembunyikan rahasia PeneranganNya pada masa lampau abadi, sebagaimana dibabarkan dalam Bab.XVI “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha,” Saddharma Pundarika Sutra. Ini sama seperti sebuah permata murni yang telah pecah, bulan tersembunyi dibalik awan, atau gerhana matahari. Ini tentu saja tidak dapat dijelaskan. Membandingkan Sutra Karangan Bunga (kegon kyo) dengan naskah lainnya seperti Sutra Agama, Sutra Hodo, Sutra Kebijaksanaan (Hannya Kyo) dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi Kyo) tidaklah bernilai, meskipun mereka menghormati ajaran dari Buddha itu. Tidak ada alasan kenapa sesuatu yang tidak diungkapkan dulu akan diungkapkan kemudian. Konsekwensinya, Sutra Agama mengatakan, "Ketika Ia mencapai Penerangan untuk pertama kalinya……” Daijik-kyo, " berkata, "yang pertama enam belas tahun setelah Buddha mencapai Penerangan.” Dikatakan juga dalam Yuima Sutra (Vimalakirti Sutra)" bahwa Ia pertama duduk di bawah Pohon Bodhi, melawan para iblis.” Sutra Buddha Matahari dikatakan, “Pertama, aku duduk dibawah Pohon Bodhi untuk mencapai Penerangan,” dimana juga dalam Ninno-kyo (Sutra Raja Baik Hati)'` dikatakan, “dua puluh sembilan tahun sejak Ia mencapai penerangan.” Sutra-sutra ini untuk sementara tidak ada nilainya untuk didiskusikan. Apa yang membuat Aku terkejut adalah yang terdapat dalam Muryo-gikyo (Sutra Makna Tak Terbatas), sutra pendahuluan sebelum Saddharma Pundarika Sutra, setuju dengan Sutra Karangan Bunga dimana dikatakan, “Setelah duduk dibawah pohon Bodhi selama enam tahun, akhirnya Ia mencapai Penerangan Agung.” Ini sungguh sesuatu yang aneh sebab sutra ini terlihat menurut kepada doktrin seperti "pikiran sebagai kenyataan tidak terbatas” dari Sutra Karangan Bunga, "meditasi samudera tak terbatas” dari Daijik Kyo, dan "gejala yang tidak dapat dibedakan” dari Sutra Kebijaksanaan sebagai "Belum membabarkan kebenaran sesungguhnya,” atau “jalan berputar untuk KeBuddhaan.” Namun, sejak Sutra Makna Tak Terbatas ini adalah sebagai pendahuluan dari Saddharma Pundarika Sutra, mungkin saja pembabaran yang sebenarnya belum diberikan. Sesuai dengan yang terdapat dalam Saddharma Pundarika Sutra, bagaimanapun, Sang Buddha mengungkapkan jalan tunggal untuk Penerangan, yang menyatukan ketiga jenis ajaran (kaisan ken'itsu). Ia menyatakan dalam bagian teori (shakumon) dari Saddharma Pundarika PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 4 Sutra: "Hanya Para Buddha yang benar-benar menerima segala kenyataan dari gejala,” "kebenaran akan diungkapkan setelah pembabaran ajaran sementara selama lebih dari empat puluh tahun;” dan “ Ia akan membuang ajaran sementara dan menitikberatkan hanya pada ajaran sebenarnya.” Buddha Segala Pusaka (Prabhutaratna) kemudian menyatakan bahwa semua kata-kata Buddha dalam delapan (dari dua sampai sembilan) bab dalam ajaran teori (shakumon) Saddharma Pundarika Sutra semua adalah benar adanya. Apa yang tertinggal belum diungkapkan? Namun, Keabadian Hidup Sang Buddha belum dibabarkan; dikatakan kemudian, “pertama, Ia duduk ditempat Penerangan, melihat ke pohon, dan berjalan mengelilinginya.” Ini semua adalah hal yang luar biasa. Kemudian dikatakan dalam Bab XV “Munculnya Bodhisattva dari Bumi” Saddharma Pundarika Sutra bahwa Bodhisattva Maitreya" bimbang kenapa dikatakan bahwa Sang Buddha telah mengajarkan semua Bodhisattva luar biasa ini, yang belum pernah terlihat sebelumnya selama lebih dari empat puluh tahun ini,” dan menyebabkan mereka berkeinginan untuk mencapai Penerangan. Jadi beliau bertanyal; “Ketika Engkau, Sang Buddha, masih seorang pangeran, meninggalkan istana dari suku Sakya, duduk meditasi dibawah pohon Bodhi tidak jauh dari kota Gaya dan mencapai Penerangan Agung. Ini hanya baru berlalu empat puluh tahun sejak saat itu. Bagaimana Engkau, Yang Dimuliakan Dunia, dapat mencapai begitu banyak dalam waktu yang singkat ini?” Ini adalah kenapa sebabnya Buddha Sakyamuni memutuskan untuk membabarkan "Jangka Waktu Hidup Sang Buddha,” untuk menghilangkan segala keraguan yang ada. Mengacu pada apa yang telah dikatakan dalam ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutras* dan dalam bagian dari Saddharma Pundarika Sutra, Ia mengatakan, "Para dewa-dewi, manusia, dan iblis asura diseluruh dunia berpikir bahwa Aku, Buddha Sakyamuni, meninggalkan istana suku Sakya, duduk dibawah pohon Bodhi dekat kota Gaya, dan mencapai Penerangan Agung.” Kemudian Ia menjawab pertanyaan itu dengan menyatakan, “Kebenaran sesungguhnya, bagaimana pun, kalpa tak terbatas dan tak terhitung telah berlalu sejak Aku mencapai KeBuddhaan." Sutra-sutra seperti Sutra Karangan Bunga dan Sutra Buddha Matahari tidak hanya menyembunyikan kemungkinan pencapaian KeBuddhaan bagi orang-orang dari Dua Kendaraan tetapi juga Pencapaian Penerangan Agung Buddha Sakyamuni dalam masa lampau yang abadi. Kebanyakan sutra mempunyai dua kesalahan. Yang pertama, mereka membuat suatu pembedaan secara jelas, tingkatan dan bagian, mereka gagal keluar dari ajaran sementara dan mengungkapkan doktrin dari “3,000 gejala dalam PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 5 sekejap pikiran” yang dibabarkan dalam bagian teori Saddharma Pundarika Sutra. Yang kedua, menyatakan bahwa Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan dalam kehidupan kali ini, mereka gagal keluar dari ajaran teori dari Saddharma Pundarika Sutra, gagal mengungkapkan Buddha Abadi yang dibabarkan dalam bagian pokok dari Saddharma Pundarika Sutra. Kedua ajaran agung ini, Pencapaian KeBuddhaan bagi Dua Kendaraan dan Pencapaian Penerangan Buddha Sakyamuni pada Masa Lampau Abadi, adalah tulang punggung dari ajaran seumur hidup Sang Buddha dan inti dari semua ajaran Buddha. Bab kedua, “Kebijaksanaan,” dalam bagian teori dari Saddharma Pundarika Sutra memperlihatkan satu dari dua kesalahan dari ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutras dengan membabarkan ajaran tentang "3,000 gejala dalam sekejap pikiran,” dan “Pencapaian KeBuddhaan dari Dua Kendaraan.” – Kemudian, dalam bab ini belum mengungkapkan tentang Buddha Abadi dan Sejati dengan “membuang ajaran sementara dan mengungkapkan yang sesungguhnya,” ini belum memperlihatkan konsep "3,000 gejala dalam sekejap pikiran” yang sesungguhnya. Tidak juga menegakkan makna sesungguhnya dari “Pencapaian KeBuddhaan oleh Dua Kendaraan.” Ini semua seperti bayangan bulan di air, atau rumput yang bergoyang karena tiupan angin. Dalam bagian pokok (Hommon) Saddharma Pundarika Sutra, disini dibabarkan bahwa Sang Buddha mencapai Penerangan Agung pada masa lampau yang abadi, ini menyangkal bahwa Ia mencapai KeBuddhaan pertama kali dalam hidup ini. Kemudian, ajaran Buddha Abadi menghancurkan KeBuddhaan sebagai hasil dari Empat Ajaran (semua naskah Buddhis lainnya kecuali bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra). Sebagai hasilnya KeBuddhaan dari Empat Ajaran itu menjadi musnah, ini menunjukkan bahwa KeBuddhaan yang ditunjukkan dalam Empat Ajaran itu menjadi tidak berlaku lagi. Kemudian ajaran Sepuluh Dunia yang dibabarkan dalam sebelum-Saddharma Pundarika Sutra dan bagian teori dari Saddharma Pundarika Sutra juga musnah dengan ditegakkannya ajaran hubungan sebab akibat dari Sepuluh Dunia dalam ajaran pokok Saddharma Pundarika Sutra. Ini adalah ajaran tentang “Sebab Baik dan Akibat Baik.” Dalam hubungan ini bahwa ke-Sembilan Dunia tercakup menyeluruh dalam Dunia Buddha Abadi, dan Dunia Buddha juga terdapat Sembilan Dunia yang abadi. Ini adalah kebenaran “karakteristik proses saling bergantungan dari Sepuluh Dunia,” “100 Dunia, 1,000 aspek keberadaan,” dan 3,000 gejala dalam sekejap pikiran.” Melihat dengan pandangan ini, Buddha Vairocana dalam bentuk teratai dan berbagai macam Buddha disekeliling Beliau yang datang dari seluruh PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 6 dunia di alam semesta, sebagaimana digambarkan dalam Sutra Karangan Bunga,' Buddha Sakyamuni dari sekte Hinayana dalam Sutra Agama, sebagaimana bermacam Buddha Sementara dari ajaran Sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutras (seperti Sutra Hodo, Sutra Kebijaksanaan, Sutra Kemuliaan Keemasan (Konkomyo-kyo) Sutra Tanah Suci, dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi-kyo) semua Buddha ini adalah perwujudan dari Buddha Abadi ini. Mereka semua sama seperti bayangan dari bulan di langit memantul di tampungan air yang besar atau kecil. Para sarjana dari berbagai sekte, bingung akan ajaran ini dan mengacaukan sekte mereka sendiri atau tidak mengetahui tentang Bab XVI "Jangka Waktu Hidup Sang Buddha” Saddharma Pundarika Sutra, mereka salah mengira bulan di air adalah yang sesungguhnya; mereka mencoba masuk kedalam air itu dan mengikatnya dengan tali. Kata-kata T'ien-t'ai's "mereka melihatnya hanya sebagai bulan di kolam, tanpa mengetahui bulan yang dilangit.” Aku, Nichiren, percaya bahwa ajaran Pencapaian KeBuddhaan bagi orangorang dari Dua Kendaraan, dari ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutras terlihat mencapi kemenangan. Mengenai Pencapaian Penerangan pada Masa Lampau Abadi yang dibabarkan dalam bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra, sedangkan ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutras, dengan penerangan bahwa Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan dalam kehidupan kali ini, terlihat lebih kuat. Mereka terlihat kuat karena, empat bab (shakumon) Saddharma Pundarika Sutra, juga mengambil teori ini dan tidak mengungkapkan Hidup Abadi dari Sang Buddha. Dengan pengecualian Bab XV dan XVI (“Boddhisattva Muncul dari Bumi” dan “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha”), sedangkan empat belas Saddharma Pundarika Sutra semuanya mengambarkan Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan untuk pertama kali di dunia ini" Dalam empat puluh paragraf dari Sutra Nirvana, pembabaran terakhir dari Buddha Sakyamuni dibawah pohon kembar sala, sebagaimana berbagai macam sutra Mahayana lainnya yang dibabarkan sebelum dan sesudah Saddharma Pundarika Sutra, tidak terdapat satu kata pun yang mengatakan tentang Buddha Abadi. Meskipun Hosshin (Tubuh Dharma / Dharmakaya) dari Buddha telah dijelaskan “tanpa awal dan akhir,” Keabadian Buddha di Tanah Buddha (Hojin atau Tubuh Kebajikan / Sambhogakaya), namun Tubuh Perwujudan (Ojin / Nirmalakaya) tidak diungkapkan. Bagaimana mungkin seseorang dapat berpegang hanya pada dua bab dalam Saddharma Pundarika Sutra ini dan membuat begitu banyak sutra-sutra Mahayna; sebelum Saddharma Pundarika Sutra, dan Nirvana Sutra ? PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 7 Sekarang, Sekte Hosso Buddhisme, yang aslinya berasal Bodhisattva Asanga, seorang komentator besar yang muncul di India, 900 tahun setelah kemoksaan Sang Buddha. Pada suatu malam, Ia naik ke istana suci dari Bodhisattva Maitreya di surga Tusita dan bertanya kepadaNya mengenai seluruh ajaran suci seumur hidup dari Sang Buddha.” Setiap hari, Ia menyebarluaskan ajaran Hosso dlaam tingkatan Ayodhya. Para murid Beliau mencakup komentator besar seperti Vasubandhu, Dharmapala, Ananda, dan Silabhadra. Bahkan Raja Harsavardhana bersujud dihadapannya dan seluruh orang di India meletakkan panji mereka dan mengikutinya. Guru Tripitaka Hsuanchuang" dari China menghabiskan waktu tujuh belas tahun di India, mengunjungi 130 daerah dan belajar Buddhisme. Menolak semua sekte Buddhis lainnya, Ia memilih sekte Hosso untuk dibawa ke China dan Ia menjadi arif bijaksana dari Kaisar T'ai-tsung, dinasti T'ang. Ia mempunyai murid-murid seperti Shen-fang, Chiashang, P'u-kuang dan K'uei-chi, dan Ia tinggal di Kuil Besar Tz'u-en, menyebarluaskan ajaran ini di lebih dari 300 daerah di China. Di Jepang, semasa rejim Kekaisaran Kotoku, kaisar ke 37, berbagai bhiksu seperti Doji dan Dosho membawa sekte ini dari China dan dilaksanakan di Kuil Kofukuji di Yamashina. Dengan demikian sekte ini mempunyai sekte utama di tiga negara; India, China, dan Japan. Intisari dari ajaran Hosso adalah sebagai berikut: Berdasarkan pada naskah-naskah Buddhis, mulai dengan Sutra Karangan Bunga dan berakhir dengan Sutra Saddharma Pundarika dan Sutra Nirvna, dikatakan bahwa mereka yang tidak mempunyai Bibit Buddha (musho)" dan mereka yang secara alami (ketsujo-sho) telah disiapkan sebagaimana orang-orang Dua Kendaraan (sravaka and pratyekabuddha) tidak pernah akan mencapai KeBuddhaan. Sang Buddha tidak memilih. Sekali Ia memutuskan bahwa KeBuddhaan itu tidak dapat dicapai, Ia tidak akan pernah merubah pikiranNya, sekalipun jika matahari dan bulan jatuh dan bumi mengalami malapetaka. Oleh karena itu, sekalipun dalam Saddharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra tidak dengan pasti dikatakan bahwa orang-orang yang telah ditolak di ajaran sebelumSaddharma Pundarika Sutras, mereka yang tanpa Bibit Buddha dan orang-orang dari Dua Kendaraan, akan dapat mencapai KeBuddhaan. Tutup matamu dan berpikir keras. Jika pernyataan ini terdapat dalam Saddharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra" bahwa kedua kategori orang-orang, yang dibenci dalam ajaran sebelum-Saddharma Pundarika Sutras, dikatakan dapat mencapai KeBuddhaan, kenapa hal ini oleh para komentator besar di India Asanga" dan Vasubandhu," dan para guru tripitaka di China seperti Hsuan-chuang dnd Tz'u-en tidak menemukan tentang hal ini ? Kenapa mereka tidak membaca mengenai hal ini, percaya dan sebarluaskan, atau Bodhisattva Maitreya bertanyak tentang PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 8 ini? Walaupun kamu terlihat mendasarkan diri pada kata-kata dalam Saddharma Pundarika Sutra, sebenarnya kamu percaya pada pandangan keliru dari T'ien-t'ai, Miao-le, and Dengyo dan membaca naskah Buddhis berdasarkan pandangan mereka. Inilah alasan kenapa kamu mempertahankan Saddharma Pundarika Sutra dan sutra-sutra yang dibabarkan sebelumnya meskipun bertentangan satu sama lain bagaikan api dan air. Sekte Kegon dan Shingon, dimana mereka mengklaim bahwa sekte Hosso dan Sanron lebih unggul dengan mengatakan: Konsep Pencapaian KeBuddhaan oleh Dua Kendaraan dan Pencapaian Penerangan oleh Buddha Sakyamuni pada masa lampau abadi, tidak hanya terbatas didalam Saddharma Pundarika Sutra. Mereka dengan jelas mengatakan bahwa hal ini terdapat dalan Sutra Karangan Bunga dan Sutra Buddha Matahari. Tu-shun, Chih-yen, Fa-tsang, Ch'eng-kuan dari Sekte Kegon dan Subhakarasimha (Shan-wu-wei), Vajrabodhi, Amoghavajra (Puk'ung) dari Sekte Shingon adalah lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan T'ien-t'ai dan Dengyo. Lagi pula, Subhakarasimha dan lainnya mempunyai hubungan langsung dengan Buddha Matahari (Vairocana). Bagaimana mungkin orang-orang, yang merupakan penjelmaan sementara dari para Buddha dan Bodhisattva ini, membuat kesalahan? Kemudian, dikatakan dalam Sutra Karangan Bunga,” Telah berlalu kalpa yang tak terbatas sejak Buddha Sakyamuni mencapai KeBuddhaan.” Sutra Buddha Matahari dikatakan, "Aku adalah asal mula segalanya.” Bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa ajaran Pencapaian Penerangan pada Masa Lampau Abadi hanya terbatas pada Bab XVI, “Jangka Waktu Hidup Sang Buddha,” Saddharma Pundarika Sutra? Perkataan ini bagaikan seekor katak dalam sumur yang belum pernah melihat luasnya samudera, atau seorang penebang kayu di gunung yang belum pernah melihat kota besar. Ini dapat dikatakan bahwa kamu hanya melihat satu dari Saddharma Pundarika Sutra saja tanpa mengetahui sutra-sutra lain seperti Sutra Karangan Bunga dan Sutra Buddha Matahari ? lebih lagi, apakah mereka semua yang di India, China, Silla, dan Paekche kecuali T'ien-t'ai, Miao-le, dan Dengyo mengatakan bahwa ajaran tentang Pencapaian KeBuddhaan bagi Dua Kendaraan dan Pencapaian Penerangan Di Masa Lampau Abadi hanya dibabarkan didalam Saddharma Pundarika Sutra ? Berdasarkan pendapat ini, meskipun Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan pada waktu delapan tahun terakhir lebih unggul dari sutrasutra lain yang dibabarkan secara terperinci pada 40 tahun lebih, dan meskipun demikian, aturang yang ada ketika terjadi pertentangan antara yang tua dan baru, maka yang muda harus lebih mendahulukan yang PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] Kaimoku Sho (98) 9 tua, ajaran sebelum-Saddharma Pundarika Sutras terlihat lebih berpengaruh dibandingkan dengan Saddharma Pundarika Sutra. Berbagai hal bisa saja terjadi ketika Buddha Sakyamuni masih hidup, tetapi setelah kemoksaan Beliau, banyak komentator di India, China dan Jepang lebih mendasarkan diri pada ajaran sebelum-Saddharma Pundarika Sutras.' Sebab itu, sangat sulit mempunyai hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra. Terlebih lagi, kita secara berangsur-angsur memasuki Masa Akhir Dharma; para arif bijaksana mulai menghilang dan sedikit jumlahnya. Orang-orang dengan mudah jatuh dalam kesesatan bahkan dalam menghadapi hal-hal yang kecil, hal-hal duniawi melebihi pengertian dharma yang benar. Orang-orang seperti Vatsiputriya dan Vaipulya di India adalah orang arif bijaksana; tetapi mereka tidak dapat membedakan antara sutra Mahayana and Hinayana. Wu-kou dan Mo-t'a, juga di India, sangat pintar tetapi tidak dapat membedakan antara ajara yang sebenarnya dengan sementara. Pada periode pertama, 1,000 tahun setelah kemoksaan Buddha Sakyamuni, tidak jauh dari saat hidupnya dan di Tanah India telah terjadi kesalahan. Berapa banyak negara seperti China dan Jepang, yang berada jauh dari Tanah Buddha, berbeda bahasa, orang-orang yang lambat dalam mengerti ajaran Buddha, dimana usia hidup semakin pendek, dan dimana keserakahan, kemarahan, dan kebodohan menjadi dua kali lipat! Beberapa tahun setelah kemoksaan Buddha, sutra-sutra Buddha telah salah dipahami. Apakah ada seseorang yang memahami dengan benar? Sang Buddha meramalkan dalam Nirvana Sutra: "Mereka yang menganut Dharma Yang Benar pada Masa Akhir Dharma adalah sangat sedikit bagaikan pasir diatas kuku, sedangkan para pemfitnah dharma berjumlah bagaikan debu dialam semesta." Juga dikatakan dalam Hometsujin-kyo (Sutra Kemunduran Dharma): "Para pemfitnah Buddhisme berjumlah bagaikan pasir dari Sungai Gangga, sedangkan mereka yang mempertahankan Dharma Sesungguhnya bagai satu atau dua kerikil kecil. Adalah sangat sulit menemukan seseorang yang menegakkan ajaran sebenarnya pada periode 500 sampai 1,000 tahun. Mereka yang jatuh dalam dunia iblis sedikit yang disebabkan oleh tindakan kejahatan bagaikan pasir diatas kuku, namun mereka yang jatuh dalam dunia iblis karena kejahatan kepada Buddhisme berjumlah bagaikan pasir dari seluruh dunia dialam semesta. Banyak para bhiksu dibandingkan umat awam, lebih banyak bhiksuni dibandingkan wanita biasa yang jatuh ke dalam dunia iblis. PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected]